SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 106
Baixar para ler offline
B U K U S A K U
I C U
SISTEM PERHITUNGAN OBAT PARENTERAL
 Rumus perhitungan obat injeksi :
Dosis yang diperlukan x volume obat yang tersedia
Dosis yang tersedia
 Menghitung pemberian cairan (ml/jam) :
Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)
Lama waktu pemberian (jam)
 Menghitung pemberian cairan (tetes/menit) :
Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) x Faktor tetesan
Lama waktu pemberian (jam) x waktu (60)
 Menghitung waktu pemberian cairan :
Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) x faktor tetesan
Pemberian cairan (tts/mnt) x waktu (60)
DOPAMIN
1 ampul /vial = 200 mg
Indikasi :
 Mengatasi hipotensi dengan tanda dan gejala syok
 Gagal jantung kongestif
 Obat kelas II pada bradikardi dengan hipotensi setelah atropine
Dosis :
Rendah 1-5 mcg/kgBB/menit Reseptor dopaminergik terutama di
ginjal, mesenterium, dan pembuluh
coroner
Sedang 5-10
mcg/kgBB/menit
Meningkatnya tekanan sistolik dan
tekanan nadi tanpa mengubah tekanan
diastolic
Tinggi 10-20
mcg/kgBB/menit
(vasopressor)
Kontraindikasi :
 Hipovolemik yang belum terkoreksi
 Takiaritmia atau fibrilasi ventrikuler yang belum terkoreksi
 Hipertiroid
Efek samping :
 Kardiovaskuler :
o Aritmia, terutama takikardi supraventrikuler primer
o Palpitasi
o Angina
o Hipertensi
o Vasokonstriksi
 Dyspnea
 Sakit kepala, stimulasi SSP
 Mual, muntah
Rumus 1 dengan syringe pump :
Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Rumus 2 dengan syringe pump :
Dosis x BB x pengenceran x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Contoh :
BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam NaCl 50 cc
Cara 1 :
200 mg : 50 cc 4 mg : 1 cc 4000 mcg : 1 cc
Rumus : 5 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam
4000
Cara 2 :
Rumus : 5 x 50 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam
200.000
DOBUTAMIN
1 vial = 250 mg
Indikasi :
 terapi penunjang inotropik pada pengobatan jangka pendek untuk pasien
dewasa dengan dekompensasi kordis karena penekanan kontraktilitas
jantung yang diakibatkan oleh penyakit jantung organic atau prosedur
bedah jantung
 Lebih efektif dalam menurunkan tekanan pengisian ventrikel karena tidak
meningkatkan tekanan perifer
Kontraindikasi : stenosis subaortik hipertropik idiopatik
Efek samping : nausea, nyeri kepala, angina, palpitasi
Dosis :
Rendah 2-5 mcg/kgBB/menit
Sedang 5-10
mcg/kgBB/menit
Meningkatkan kontraktilitas miokard tanpa
meningkatkan frekuensi denyut jantung
Tinggi 10-20
mcg/kgBB/menit
Rumus : Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam Dex 5% 50 cc
Cara :
250 mg = 50 cc
5 mg = 1 cc = 5000 mcg
Jadi : 5 x 50 x 60 = 3 cc/jam
500
Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis 5 mikro, diencerkan 50 cc
Cara : 5 x 50 x 50 x 60 = 3 cc/jam
250.000
Rumus :
dengan infus set makro : 1 cc = 20 tetes/menit
dengan infus set mikro : 1 cc = 60 tetes/menit
Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60/20
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis 5 mcg, dalam 500 Dex 5%
Cara : 5 x 50 x 500 x 60 = 30 tts/menit
250.000
NOREEPINEFRIN
(vascon®, raivas®)
1 ampul = 4 mg
Indikasi : pilihan pertama vasopressor pada pasien dengan syok septik
Rumus : Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Rumus murni : Dosis x BB x 60
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis yang diinginkan 0.5 mikro, diencerkan dalam 50 cc
NaCl
Cara :
1 mg = 1000 mcg
4 mg = 50 cc
0.08 mg = 1 cc
80 mcg = 1 cc
Rumus 1 : 0.5 x 50 x 60 = 18.75 cc/jam
80
Rumus 2 : 0.5 x 50 x 50 x 60 = 18.75 cc/jam
4000
Rumus murni : 0.5 x 50 x 60 = 1.5 cc/jam
1000
ISDN (ISOSORBID DINITRAT)
1 ampul = 10 mg
Indikasi :
 pengobatan dan pencegahan angina pectoris
 terapi gagal jantung kongestif refrakter berat
Kontraindikasi :
 anemia berat, hipotensi, syok kardiogenik
 hipertiroid, peningkatan TIK, glaucoma
Efek samping :
 hipotensi ortostatik, takikardi
 sakit kepala
 mual, gangguan GI
Rumus dengan syringe pump (dalam mg/jam) :
Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Contoh : dosis yang diminta 2 mg/jam, pengenceran 50 cc, jumlah obat yang
diencerkan 2 ampul (20 mg)
Jadi : 2 x 50 = 5 cc/jam
20
Rumus dalam syringe pump (dalam mikro/menit) :
Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : dosis yang diminta 20 mikro/menit, pengenceran 50 cc, jumlah obat
yang diencerkan 2 ampul (20 mg)
Jadi : 20 x 50 x 60 = 3 cc/jam
20.000
NICARDIPINE
(Perdipine®)
1 ampul = 10 mg
Indikasi : terapi kedaruratan untuk hipertensi selama masa operasi
Kontraindikasi :
 dugaan hemostasis inkomplit sesudah terjadi perdarahan intracranial
 peningkatan TIK pada stadium akut stroke serebral
Efek samping : ileus paralitik, hipoksemia, nyeri angina, trombositopenia
Dosis : 3-15 mg/menit
Rumus dengan syringe pump :
Dosis x BB x pengenceran x 60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Rumus dengan makro/mikro drip :
Dosis x BB x pengenceran x 20/60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Contoh : BB 60 kg, dosis 0.5 mikro, diencerkan dalam NaCl 0.9% 50 cc
Cara 1 :
10 mg : 50 cc
0.2 mg : 1 cc = 200 mcg
Jadi : 0.5 x 60 x 60 = 9 cc/jam
200
Cara 2 : 0.5 x 60 x 50 x 60 = 9 cc/jam
10.000
FUROSEMIDE
1 ampul = 20 mg
Indikasi : edema jantung, paru, ginjal dan hati ; hipertensi
Kontraindikasi : anuria, koma hepatikum, defisiensi elektrolit, hipersensitif
furosemide
Efek samping : gangguan GI, trombositopenia, leukopenia, mulut kering,
peningkatan kadar asam urat
Rumus : Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Contoh : dosis yang diminta 10 mg/jam, kandungan obat 10 mg/ml
Cara : 10 x 1 = 1 cc/jam
10
Midazolam
Rumus : Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Contoh : Dosis yang diminta 10 mg/jam, kandungan obat 5 mg/ml
Cara : 10 x 1 = 2 cc/jam
5
NITROGLISERIN
1 ampul = 50 mg
Rumus dengan syringe pump (dalam mg/menit) :
Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Rumus dalam syringe pump (dalam micro/menit) :
Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm micro)
INSULIN
(Humulin® = 100 unit/cc dan insulin = 40 unit/cc) Injeksi subkutan
Rumus : Kebutuhan x skala spuit
Jumlah obat (unit/cc)
Contoh : bila diinginkan dosis 6 unit dengan skala spuit yang dipakai 100 unit
maka jumlah obat yang diberikan adalah :
Actrapid/Insulin = 6 x 100 = 15 strip
40
Humulin = 6 x 100 = 6 strip
100
Dengan syringe pump rumus :
Dosis x pengenceran
Jumlah obat (unit/cc)
Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam yang diencerkan
dalam spuit 50 cc maka jumlah obat yang diberikan adalah :
Cara : 4 x 50 = 5 cc/jam
40
Dengan infus rumus :
Dosis x jumlah cairan x tetesan yang dipakai
Jumlah obat (unit/cc) x 60
Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam dalam NaCl 0.9%
500cc yang memakai infus set makro, maka jumlah obat yang diberikan (tts/mnt)
adalah :
Caranya : 4 x 500 x 20 = 16 tts/mnt
40 x 60
HEPARIN
1 vial = 25.000 unit
Indikasi :
 Profilaksis dan terapi thrombosis vena dan emboli paru
 Terapi emboli arteri
 Mencegah pembekuan di arteri jantung dan thrombosis serebral
 Antikoagulan pada transfuse darah, dialysis
 Untuk kepentingan laboratorium
Kontraindikasi :
Pasien dengan perdarahan trombositopenia, hemophilia, ulkus peptikum,
hipertensi, icterus, ancaman aborsi bedah mayor yang mempengaruhi otak
Efek samping :
Perdarahan, iritasi local, hipersensitif, trombositopenia, osteoporosis, peningkatan
SGOT dan SGPT
Dosis disesuaikan dengan APTT dan pemberian pertama 5000 unit bolus
Rumus drip : Dosis x 1 jam
Jumlah unit dalam ml
Contoh : 20.000 unit heparin dalam 500 cc NaCl dosis yang diberikan 1000
unit/jam
Cara : 20.000 unit = 500 cc -----> 40 unit = 1 cc
Diberikan dengan infus set mikro ( 1 cc = 60 tts )
Rumus : 1000 x 60 tts = 25 tts/mnt
40 x 60 mnt
= 1000 x 1 jam = 25 cc/jam
40 unit
PELUMPUH OTOT
Dibagi 2 :
1. Depolarisasi (suksinilkolin)
 Onset 3-5 menit, durasi 5-10 menit
 Dosis IV 0.6 mg/kgBB
 Ekskresi dalam urine
 Dapat menyebabkan fasikulasi otot
2. Nondepolarisasi (untuk pavulon, norcuron)
 Hampir sama dengan pankuronium
 Onset cepat, durasi 30 menit
 Ekskresi dalam urine
 Dosis sama dengan pavulon
 Efek : KV lebih rendah dibandingkan pankuronium
Guna : sebagai adjuvant (untuk relaksasi otot)
Di ICU pelumpuh otot kerja singkat digunakan untuk mempermudah intubasi
TRANSFUSI
Rumus transfusi = ( HbN – HbH) x EBV
X
HbN : nilai Hb yang diinginkan
HbH : nilai Hb hasil lab
EBV : estimated blood volume (perkiraan volume darah)
Laki-laki : 75 cc x kgBB
Perempuan : 65 cc x kgBB
X : PRC = 24
WB = 12
Contoh : laki-laki dengan Hb 8 gr%, BB 60 kg, dengan target Hb 10 gr%, berapa
kantong darah yang disiapkan ?
Rumus :
PRC = (10 – 8) x (75 x 60 ) = 375 cc
24
WB = ( 10 – 8 ) x (75 x 60 ) = 750 cc
12
Atau :
Ket : Δ Hb = jumlah Hb yang diinginkan = nilai Hb hasil lab.
Packed Red Cells
Deskripsi:
 Volume 150-250ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal
 Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit)
 Hct 55-75%
Indikasi:
 Pengganti sel darah merah pada anemia
 Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau
koloid)
Resiko Infeksi
 Tidak steril
 Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi
pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis
lain, syphilis, malaria, TORCH dan Chagas diseases)
Penyimpanan
 Suhu + 2o
C hingga 6o
C, dapat terjadi perubahan komposisi akibat
metabolisme sel darah merah
 Maksimal penyimpanan PRC di bank darah 3 minggu
 Harus segera ditransfusikan 30 menit setelah keluar dari tempat
penyimpanan
Perhatian
 Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD compatible)
 Dilarang memasukan obat-obatan ke dalam kantong darah
 Penambahan Infus cairan NS 50 – 100 ml dengan infus set-Y memperbaiki
aliran tranfuse
 Waktu Tranfuse maksimal 4 jam Kecuali pasien dengan Congestive Heart
Failure, AKI (Acute Kidney Injury dan Chornic Kidney Disease)
Fresh Frozen Plasma
Deskripsi
 Plasma dipisahan dari satu kantong WB (maksimal 6 jam) dibekukan pada
25o
C atau lebih
RUMUS :
1. WHOLE BLOOD (WB) : Δ Hb x BB x 6
2. PACKED CELL (PRC) : Δ Hb x BB x 3
 Terdiri dari factor pembekuan stabil, albumin dan immunoglobulin, F VIII
minimal 70% dari kadar plasma segar normal
 Volume 60-180 ml
Indikasi
 Defisiensi factor koagulasi (penyait hati, overdosis atikoagulan-warfarin,
kehilangan factor koagulasi pada penerima tranfuse dalam jumlah besar)
 DIC
 TTp
Dosis: Awal 10 – 15 ml/kgBB
Perhatian:
 Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan pemberian cepat
 Jarang terjadi reaksi anafilaktik berat
 Hipovolumia bukan suatu indikasi
 ABO kompatibel untuk menghindari resiko hemolysis
 Diberikan segera setelah thawing dengan transfuse darah standar
 Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi, berikan maksimal 30 menit
setelah thawing
Penyimpanan
 Pada -25o
C atau lebih bertahan hingga 1 tahun
 Sebelum digunakan harus di thawing dalam air 30-37o
C di bank darah,
suhu yang lebih tinggi akan merusak factor pembekuan dan protein.
 Sekali thawing harus disimpan pada suhu + 2o
C hingga +6o
C
Trombocyte Concentrates
Deskripsi:
 Setiap 50 – 60 ml plasma yang dipisahkan dari WB mengandung:
 Trombosit minimal 55 x 109
 Eritrosit < 1,2 x 109
 Leukosit < 0,12 x 109
Indikasi:
 Perdarahan akibat trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
 Pencegahan perdarahan karena trombositopenia (gangguan sumsum
tulang) kurang dari 10.000/micro liter
 Profilaksis perdarahan pada pre operatif dengan trombosit ≤ 100.000
micro liter
Kontraindikasi:
 ITP tanpa perdarahan
 TTP tanpa perdarahan
 DIC yang tidak diterapi
 Trombositopenia terkait sepsis, hinga terapi definitive dimulai atau pada
hiperspenisme
Dosis: 1 unit TC/10 kgBB
 Pada desawa 60-70 kg, 1 unit platelet (dari 4-6 donor) mengandung 240 x
109
trombosit yang dapat meningkat trombosit 20-40 x 109
/L
 Peningkatan trombosit kurang efektif bila terdapat kondisi-kondisi seperti
splenomegeli, DIC dan Sepsis
Komplikasi:
 FNHTR (Febrile non haemolytic) dan reaksi alergi urtikaria jarang terjadi
ALBUMIN
Rumus : ( Albumin N – albumin H ) x 0.8 x kgBB
Keterangan :
Albumin N : nilai albumin yang diinginkan
Albumin H : nilai albumin hasil lab
Kandungan Albumin 20% = 20/100 = 0.2 gr/ml
Albumin 25% = 25/100 = 0.25 gr/ml
Contoh : nilai lab albumin 2, dengan target albumin 3, BB 50 kg, koreksi dengan
albumin 25% dan 20%
Rumus : (3-2) x 0.8 x 50 = 40 gr
Albumin 20% : 40 gr / 0.2 = 200 cc
Albumin 25% : 40 gr / 0.25 = 160 cc
Atau :
Volume darah untuk anak-anak: BB x 85 cc
Volume darah untuk dewasa: BB x 75 cc
Albumin yang normal dalam tubuh 3,2 – 4,5 dalam 100 cc darah, ambil rata-rata
3,2
Contoh:
Albumin pasien 2,5gr dengan BB 50kg
Jawab 3,2 – 2,5 x (50 x 75) = 26 gr
100
Fungsinya: untuk menarik cairan yang ada di ektravasular ke intravaskular
Komposisi:
RUMUS:
(Albumin normal (3,2) – Albumin pasien x BB x volume
darah)
100
 Dalam 100 cc albumin 25% mengandung 25 gr albumin
 Dalam 100 cc albumin 20% mengandung 26,5 gr albumin
 Dalam 50 cc albumin mengandung 12,5 gr albumin
OBAT-OBAT EMERGENSI
ADRENALIN
1 ampul = 1 ml = 1 mg
Indikasi :
 Akut anafilaktik syok, reaksi akut terhadap obat, binatang, serangga, dan
allergen (menghilangkan bronchospasme, urtikaria, angioedema,
pembengkakan mukosa)
 Local anestesi
 Haemostatic agent
 Ocular surgery untuk mengontrol perdarahan
 Inotropic support pada pasien CHF
 Cardiac arrest
Efek samping : nervous, restlessness, takikardia, tremor, sweating, hipertensi,
nausea, vomiting, pallor, weakness
Kontraindikasi : hati-hati digunakan pada pasien Diabetes Mellitus, hipertensi,
ischemic heart disease, hipertiroid, Parkinson
Dosis : bolus dosis awal 1 mg saat resusitasi, boleh diulang dengan dosis yang
sama dengan interval 3-5 menit, tidak ada dosis maksimal (selalu diikuti dengan
pemberian cairan NaCl 0.9%)
Drip : pemberian pada bradikardia serius, 2-20 mcg/kgBB/menit
Rumus : Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm mikro)
Pemberian melalui ETT dosis 2 – 2.5 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl
Contoh : pengenceran adrenalin 3 amp dlm 50 ml D5 dengan dosis pemberian 2
mikro, berapa cc/jam?
Cara : 3 mg = 50 cc
0.06 mg = 1 ml = 60 mikro
Rumus : 2 x 50 x 60 = 2 cc/jam
3000
Dosis Adrenalin :
Indikasi Dewasa Anak-anak
Anafilaksis,
bronkospasme
IM : 10 mcg/kgBB (1:1000)
IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000)
Diberikan selama 1-2 menit,
jika diperlukan dapat diulang
tiap 5 menit
IM : 10 mcg/kgBB (1 : 1000)
IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000)
Diberikan selama 1-2 menit,
dapat diulang setiap 5 menit
jika diperlukan
Cardiac arrest IV : 0.5-1 mg
IV infusion : 1-4mcg/menit
IV : 0.01 mg/kg diulang
setiap 3-5 menit
IV infusion : 0,005-1
mcg/kg/mnt
Auto injector
untuk
anafilaktik
syok
Dewasa dan anak>30kg : 0.3
mg (epiPen)
Anak 15-30 kg : 0.15 mg
(epiPen)
SULFAS ATROPIN
1 ampul = 1 ml = 0.25 mg
Indikasi :
 Bradikardi simptomatik
 Pada PEA jika HR < 60 bpm
Dosis :
 Pada bradikardi 0.5 – 1 mg secara IV dan dapat diulang dalam interval 5
menit
 Untuk henti jantung dosis 1 mg IV dan dapat diulang interval 3 – 5 menit
dengan dosis maksimal 0.04 mg/kgBB
 SA dengan dosis < 0.5 mg dapat menimbulkan bradikardi paradox yang
dapat mempresipitasi terjadinya VF
 SA dapat diberikan melalui ETT
 Onset : cepat, durasi bervariasi
Dosis : 0.25 – 0.5 mg IV
Efek samping : aritmia, mulut kering, retensi urine
AMIODARON
1 ampul = 3 ml = 150 mg
Indikasi : merupakan obat aritmia atrial dan ventrikel (VT refrakter, AV, SVT)
Dosis : bila VT / VF tanpa nadi diencerkan 20 – 30 ml
 150 mg / 10 menit / IV bolus dilanjutkan
 360 mg / 6 jam (1 mg/menit) kemudian
 540 mg / 18 jam (0.5 mg/menit)
Metabolisme secara aktif di hati
LIDOKAIN
(xilocard®)
Indikasi :
 Henti jantung akibat VT/VF
 Takikardia dengan QRS lebar jenis tidak jelas
 Merupakan obat anti aritmia pilihan kedua setelah amiodaron
 Local anesthesia
Dosis :
 Pada cardiac arrest dosis bolus 1 – 1.5 mg/kgBB dapat diulang dengan
dosis 0.5 – 0.75 mg/kgBB 3 – 5 menit sampai dosis maksimal 3 mg/kgBB
 Drip 1 – 4 mg/menit
 Cepat, durasi 5 – 20 menit
Efek samping : pusing, kejang, blok jantung, hipotensi, disorientasi, mual,
muntah, depresi pernapasan
Kontraindikasi : total AV block dan gagal jantung
Rumus drip : Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm mg)
Contoh : 500 mg xylocard dalam 100 ml NaCl 0.9% / D5% dosis permintaan 2
mg/mnt
Cara :
500 mg = 100 ml
5 mg = 1 ml
Rumus : 2 x 100 x 60 = 25 cc/jam
500
CALCIUM GLUCONAS
Indikasi :
 Hyperkalemia, hipermagnesemia, hipokalsemia
 Dosis : 15 – 30 mg/kgBB IV
 Efek : bradikardia
 Aritmia pada pasien dengan digitalis
DEKSAMETASON
Indikasi :
 Efema jalan nafas, anafilaktik
 Onset : dalam menit, durasi 4-6 jam
MgSO4
Indikasi :
 Hipomagnesemia
 Preeclampsia, eklampsia
 Onset : cepat, durasi 4-6 jam
KCl
Indikasi :
 Hipokalemia, intoksisitas digoksin
 Onset : cepat, durasi : variasi
 Dosis : 20 mEq IV dalam 60 menit
 Pemberian : dianjurkan melalui vena sentral
 Efek : aritmia jantung, cardiac arrest, gangguan neuromuscular
NATRIUM BIKARBONAT
Indikasi :
 Asidosis metabolic
 Dosis : 1 mg/kgBB
 Onset : cepat, durasi : bervariasi
 Efek samping : metabolic alkalosis, hiperkarbia, CO↓, SVR↓,
kontraktilitas otot jantung ↓
NARCAN
Indikasi :
 Antidotum dari opiate
 Dosis : 0.04 – 0.4 mg/kgBB, titrasi 2-3 menit
 Onset cepat
 Durasi tergantung dosis, max.20-60 menit
Efek samping : hipertensi, aritmia, edema paru
Metabolism 95% di hepar
LANOXIN
1 ampul = 2 ml = 0.5 mg
Indikasi :
 Atrial fibrilasi
 Atrial flutter
Dosis : 0.25 mg atau 0.5 mg bolus
Cara pemberian : 0.5 mg lanoxin diencerkan dalam 10 ml NaCl 0.9% diberikan
perlahan dan dapat diulang 4-6 jam
GOLONGAN ANALGETIKA
Dibagi 2 :
1. Golongan opioid (morfin, petidin, fentanyl)
2. Golongan non opioid ( tramadol, ketorolac )
Opioid adalah obat yang memiliki sifat seperti opium / morfin
Indikasi : menghilangkan nyeri hebat seperti infark miokard, neoplasma, kolik,
luka bakar, pasca bedah, dll
1. GOL. OPIOID
A. MORFIN
 Dosis di ICU 0.02 – 0.05 mg/kgBB setiap 2-4 jam
 Onset 20 menit, durasi 5 jam
 Bersifat histamine release
 10 x lebih kuat dari petidin
 Terlalu cepat = vasodilatasi hebat
 Hati-hati pada usia lanjut
 Waspada terhadap penyakit ginjal  akumulasi
B. PETIDIN
 Dosis 0.5-1 mg/kgBB setiap 2-4 jam
 Onset 10 menit, durasi 3-4 jam
 Bersifat histamine release
 Pada penyakit ginjal dapat menyebabkan akumulasi  kejang
 Cara pemberian 100 mg petidin + NaCl 8 cc beri perlahan
C. FENTANYL
 Dosis 0.5-2 mg/kgBB setiap 2-4 jam
 Onset 30 detik, durasi 1-2 jam
 Lebih poten 75-80x dari morfin
Efek samping opioid : adiksi, depresi pernafasan, mual, muntah
Perlunya antidotum : Naloxone (Narcan), naltrexone
2. GOL. NON OPIOID
A. KETOROLAC (NSAID)  TORADOL
 Dosis 15-30 mg setiap 6 jam
 Onset 30-60 menit
 Ekskresi di ginjal
 Paling lama digunakan 2-5 hari
 Efek samping : stress ulcer, bledding, gangguan ginjal
B. TRAMADOL
 Sama dengan golongan opioid. Tidak menyebabkan adiksi dan depresi
pernafasan
SEDASI
Indikasi : mengurangi ansietas, delirium, agitasi
Dibagi 2 : ringan dan berat
DIAZEPAM
 Sediaan 5 mg = 1 ml
 Durasi 20-50 jam
 Dosis 6-40 mg/jam
MIDAZOLAM
 Sediaan 1 mg = 1ml, 5 mg = 1 ml
 Durasi 1-4 jam
 Dosis 25-30 mg/hari
PROPOFOL
 Diberikan drip 25-75 mg/kgBB
 Efek : hipotensi, nyeri pada tempat tusukan, depresi nafas
AMINOFILIN
 Sediaan 240 mg = 10 ml
 Obat status asmatikus
 Bolus 2-4 mg/kgBB
 Drip 0.2-0.7 mg/kgBB
MANAJEMEN PERIOPERATIF HIPERGLIKEMIA
Pra Operasi
1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL.
2. Hentikan pemberian obat oral antidiabetik ( 24-48 jam ).
3. Kurangi dosis pemberian insulin intermediate ( NPH ) sebelum operasi
sampai 75% dan 50% pada hari di saat operasi. Kemudian insulin reguler (
short atau rapid acting insulin ) ditunda pada pagi hari di saat operasi.
4. Monitoring gula darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia
dengan pemberian infusan D5½NS.
5. Regulasi cepat insulin dapat dilakukan bila serum glukosa tidak sesuai
target.
KADAR
GULA
DARAH
(sebelum RC)
REGULASI CEPAT
INTRA VENA
(RUMUS MINUS
SATU)
REGULASI CEPAT
SUB
KUTAN
(MAINTANANCE)
(RUMUS KALI 2)
200 – 300 1 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 4 unit
300 – 400 2 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 6 unit
400 – 500 3 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 8 unit
500 – 600 4 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 10 unit
600 – 700 5 x
(@ 4 unit / jam)
3 x 12 unit
Durante Operasi:
1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL.
2. Monitoring gulah darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia
dengan pemberian infusan D5½NS.
3. Manajemen ini harus dengan penggunaan insulin intravena secara
continuous.
4. Tidak disarankan penggunaan insulin secara subcutaneous.
5. Bila terjadi hipoglikemia, berikan Dextrosa 50% intravena.
Base on Handbook of Stoelting’s Anesthesia and Co-existing disease 4TH
CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT
 Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut)
 Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
 Homeostasis
Komposisi Cairan Tubuh :
CES (20%BB) Interstitiel (15%BB)
Cairan tubuh Intravaskular (5%BB)
(60% BB)
CIS (40%BB)
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh :
 Difusi adalah pergerakan zat dari yang berkonsentrasi tinggi ke zat
yang berkonsentrasi rendah. Contoh : pertukaran gas O2 dan CO2 di
alveoli
 Filtrasi adalah perpindahan cairan dari bagian yang bertekanan tinggi
ke bagian yang bertekanan rendah dibantu oleh tekanan hidrostatik
 Osmosis adalah cairan yang berbeda dipisahkan oleh membrane
semipermiabel dan pergerakan cairan terjadi dari cairan yang
berkonsentrasi rendah ke carian yang berkonsentrasi tinggi, sampai
cairan itu sama konsentrasinya
 Transport aktif adalah pergerakan aktif natrium dari sel ke ekstrasel
waktu depolarisasi sebagai ganti dari kalium yang keluar dari sel.
Proses ini memerlukan energy yang terselenggara atas kerja tim.
Regulating Body Fluid Volumes
Intake cairan : kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml perhari
Output cairan :
 Urine 1500 ml/24 jam
 IWL
 Keringat
 Feses
Pemasukan Pengeluaran
Cairan yang diminum 1200 ml Ginjal (urine) 1500 ml
Makanan padat 1000 ml Usus halus (feses) 200 ml
Oksidasi 300 ml Paru (udara ekspirasi) 400 ml
Pemasukan total 2500 ml Pengeluaran total 2500 ml
Kebutuhan Cairan Tubuh
Jenis Dewasa Anak
Air 30-40 ml/kgBB/hari <10 kg : 100 ml/kgBB/hari
11-20 kg : 1000 ml + 50 ml (BB-10kg)
> 20 kg : 1500 ml + 20 ml (BB-20 kg)
Jenis Kebutuhan pada Dewasa
Natrium 2-3 mEq/kgBB/hari
Kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
Gangguan Volume Cairan
Kekurangan volume cairan (dehidrasi)
Definisi : suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan cairan tubuh
dimana kebutuhan cairan tidak terpenuhi atau kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi
ringan
Kehilangan cairan
2-5% BB
Tanda dan gejala : membran mukosa kering,
meningkatnya rasa haus, turgor kulit menurun
Dehidrasi
sedang
Kehilangan cairan
5-8% BB
Tanda dan gejala : presyok / syok, turgor kulit
buruk, tekanan darah menurun, takikardia, nadi
lemah, nafas cepat, kulit lembab dan dingin.
Bila pada bayi terdapat fontanel yang cekung
Dehidrasi
berat
Kehilangan cairan
8-19% BB
Tanda dan gejala = dehidrasi sedang dengan
kesadaran menurun, sianosis, dan otot kaku
Pemberian cairan infus pada pasien dehidrasi berdasarkan tingkat dehidrasi :
Dehidrasi ringan 2% x BB
(1 kgBB = 1 liter)
Dehidrasi sedang 5% x BB
Dehidrasi berat 8% x BB
Contoh kasus :
BB 50 kg mengalami dehidrasi berat, cairan yang diberikan :
- 8% x 50 kg = 4 liter (4000 ml)
- 20 ml/kgBB (1000 ml) dalam 30 menit – 1 jam
- Sisa deficit 3000 ml :
o 50% nya (1500 ml) dalam 8 jam
o 50% nya (1500 ml) dalam 16 jam
Klasifikasi “Stene-Gieseck” untuk menentukan defisit cairan
Klas 1 Klas 2 Klas 3 Klas 4
Lost of EBV
(%)
< 15 15-30 30-40 > 40
Darah hilang
(ml)
< 750
(< 10
ml/kgBB)
750-1500
(10-20
ml/kgBB)
1500-2000
(20-30
ml/kgBB)
> 2000
Nadi < 100 > 100 > 120 > 140
Tekanan darah Normal
Hipotensi
postural ±
Normal
Hipotensi
postural ±
Sistolik turun Sistolik
sangat turun
Respirasi 14-20 20-30 30-40 > 35
Produksi urine
(cc/jam)
> 30 20-30 5-15 Tidak ada
urine (anuria)
HIPOVOLEMIA
Penyebab :
1. Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan seperti muntah dan diare
2. Poliuria, terjadi pada pasien hiperglikemia, pengobatan diuretika
3. Demam, meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolism dan
dengan bernafas cepat dapat mengeluarkan banyak air melalui paru-paru
4. Keringat berlebihan
5. Kurang pemasukan air oleh karena anoreksia, mual, depresi, sakit di
daerah mulut dan faring
Gejala :
1. BB turun 2% disebut hipovolume ringan
BB turun 5% disebut hipovolume sedang
BB turun 8% disebut hipovolume berat
2. Menurunnya turgor kulit
3. Keringnya mukosa mulut dan lidah
4. Menurunnya produksi urine kurang dari 30 cc/jam untuk orang dewasa
5. Hipotensi postural bila pasien bergerak dari tidur ke duduk
6. Frekuensi nadi cepat
7. Menurunnya temperatur tubuh
8. Tekanan vena sentral kurang dari 4 cmH2O
9. Meningkatnya berat jenis urine
10. Blood urea nitrogen (BUN) meningkat
11. Hematokrit meningkat
Penatalaksanaan :
1. Tes cairan : beri cairan 200-300 ml (dewasa) dalam waktu 10-15 menit,
bila tekanan vena sentral < 15 cmH2O. Observasi perubahan tekanan vena
sentral, tekanan darah, paru dan produksi urine.
2. Jika CVP tidak berubah atau naik 2-3 cmH2O kemudian turun lagi,
tekanan darah belum stabil dan bunyi paru normal, beri cairan lagi 200 ml
selama 10 menit
3. Jika masalah prerenal, produksi urine akan meningkat lebih dari 20
ml/jam, kegagalan meningkatkan produksi urine menunjukkan gagal ginjal
akut atau adanya obstruksi
4. Jika pasien masih oligouria setelah diberi cairan dan tekanan darah serta
CVP kembali normal, mungkin ada masalah renal
MENGUKUR CVP
Observasi 10 menit, bila TVS (tekanan vena sentral) :
 < 8 cmH2O berikan 200 ml/ 10 menit
 < 14 cmH2O berikan 100 ml/ 10 menit
 > 14 cmH2O berikan 50 ml/ 10 menit
Selanjutnya apabila selama infus 10 menit :
 TVS > 5 cmH2O infus stop
 TVS 2-5 cmH2O tunggu 10 menit, setelah 10 menit :
o TVS > 2 cmH2O infus stop
o TVS < 5 cmH2O infus dilanjutkan
Penanganan syok hipovolemia secara umum :
 Posisi syok
 Pemberian cairan
 Hentikan sumber perdarahan
 Kaji tanda-tanda vital (T, N, RR, kesadaran, perfusi, urine)
 Tentukan besarnya defisit
 Kolaborasi cairan RL/Asering/PZ, 2-4 kali jumlah defisit
 Defisit > 30%EBV, plasma expander 10-20 ml/kgBB
 Setelah resusitasi cairan, Hb < 8 gr% beri transfusi :
o Hb 5 gr% : critical
o Hb 8 gr% : tolerable
o Hb 10 gr% : optimal
 Monitor intake dan output
 Ukur CVP secara berkala (normal 5-15 cmH2O)
 Monitor tanda-tanda vital
HIPERVOLEMIA
Penyebab :
1. Gangguan mekanisme seperti gagal jantung, ginjal dan hati
2. Makanan dan pemberian infus yang mengandung natrium berlebihan
Gejala :
1. BB naik 2% dari BB : hipervolume ringan
BB naik 5% dari BB : hipervolume sedang
BB naik 8% dari BB : hipervolume berat
2. Edema perifer
3. Distensi vena jugularis
4. Distensi vena perifer
5. Polyuria jika fungsi ginjal baik
6. CVP lebih dari 11 cmH2O
7. BUN menurun karena difusi plasma
8. Hematocrit menurun
9. Bila sudah berat terjadi edema paru
Pengobatan :
Sesuai dengan penyebabnya, pengobatan simptomatis dengan pemberian diuretika
dan pembatasan cairan yang masuk, atau kombinasi keduanya
Penatalaksanaan kelebihan cairan :
 Airway management dan pemberian oksigen
 Tidur dengan posisi kepala ditinggikan
 Pembatasan pemberian cairan
 Observasi balance cairan
 Kolaborasi terapi preparat diuretika
TERAPI CAIRAN
Terapi cairan adalah pemberian cairan intravena untuk pengembalian volume
cairan / darah yang merupakan salah satu bentuk terapi medis yang paling efektif
dan baik
Tujuan :
1. Mengganti cairan yang hilang akibat puasa / dehidrasi
2. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung
3. Mencukupi kebutuhan perhari
4. Terapi syok
5. Mengatasi kelainan akibat tindakan terapi lain
Terapi cairan :
 Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
 Memenuhi kebutuhan nutrisi
 Memasukan obat yang berbentuk cairan
Resusitasi cairan : mengembalikan volume cairan tubuh pada kasus darurat, baik
perdarahan, kehilangan plasma, maupun karena kehilangan cairan elektrolit dalam
jumlah yang besar.
Jenis-jenis penatalaksanaan terapi cairan :
1. Resusitasi
Terapi cairan resusitasi (pengganti) adalah semua kehilangan abnormal,
baik yang terlihat atau tidak terlihat bila terjadi hipovolemia
2. Rumatan
Terapi cairan rumatan adalah pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium,
kalium, klorida). Untuk mengganti kebutuhan normal atau mengganti
kehilangan rutin harian seperti urine, uap nafas, dan keringat. Terapi cairan
rumatan juga diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang terdiri
dari cairan glukosa, asam amino dan lemak.
Sifat-sifat kristaloid Koloid
Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat ke seluruh Lebih lama dalam
sirkulasi
Terhadap hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
Penggunaan Dehidrasi Perdarahan massif
Untuk koreksi perdarahan 2-3x jumlah perdarahan = jumlah perdarahan
KRISTALOID ISOTONIK
1. RL (osm = 273 mOsm/L)
2. NaCl (osm = 304 mOsm/L)
o Setelah 1 jam diberikan segera menyebar ke petak ekstrasel, hanya
tersisa 20% di dalam intravaskuler
o Untuk keperluan koreksi diperlukan 3-4 x jumlah volume
intravaskuler yang hilang
o Digunakan sebagai terapi syok, diagnosis oliguria
o Cairan pengganti untuk terapi syok diperlukan 3-4 x volume darah
hilang, kalau perlu kombinasi koloid
KRISTALOID HIPERTONIK
 Osmolaritasnya 500-2400 mOsm/L
 Larutan garam 1.5-7%
 Digunakan pada luka bakar, trauma kepala, syok hipovolemia
 Menarik air pada CIS ke CES
 Meningkatkan curah jantung dengan cara :
o Efek inotropic
o Dilatasi kapiler visceral
KOLOID
 Penggunaan lain : untuk koreksi hiponatremia
 Larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut (BM 20.000-110.000)
 Menghasilkan tekanan onkotik plasma sehingga mampu menarik air
 Lebih lama tinggal dalam plasma
 Digunakan untuk meningkatkan volume intravaskuler (hipovolemik,
hemodilusi)
Beberapa contoh yang ada di pasaran : dextran, haemasel, expafusin, dan haester
Efek samping koloid :
 Reaksi alergi dan anafilaktoid
 Menetap di jaringan
 Metabolism tidak lengkap
 Efek buruk pada hemostatic gagal ginjal
 Mengganggu cross match kelebihan volume
Jenis cairan koloid :
Dextran 40 Dextran 70
 BM 40.000
 Menurunkan viskositas darah
 Metabolism di hati
 Lebih cepat hilang
 Ekskresi lewat ginjal
 hiperonkotik
 BM 70.000
 Bertahan lebih lama di
intravaskuler
 Partikel besar diambil oleh RES
 Ekskresi lewat ginjal
 hiperonkotik
Indikasi :
1. syok hipovolemik
2. hemodilusi isotonic
dosis : D40 1.5 ml/kgBB
D70 2 ml/kgBB
Efek samping :
1. gagal ginjal
2. anafilaktik
3. diuresis osmotic
4. reaksi biokimia
5. diastasis hemoragik
6. menekan RES
HYDROXYETHYL STARCH (HES)
 molekul tepung sintetik yang mirip glikogen
 BM 450.000 (70.000-10.000.000)
 Bebas toksik dan reaksi imunologik
 Dipecah oleh amylase
 Molekul besar diambil oleh RES
Indikasi :
Sebagai plasma ekspander pada :
1. Hipovolemik
2. Sepsis
3. Trauma
4. Luka bakar
Sediaan HES 6% (isoonkotik), HES 10% (hiperonkotik)
Dosis : 20 ml/kg/hari
Efek samping :
1. Koagulopati (jarang)
2. Edema paru (apabila dosis > 1500 ml/hari)
3. Reaksi anafilaktik (jarang)
4. Serum amylase meningkat
LARUTAN POLIGELIN
 Polimer yang berasal dari gelatin dan urea
 BM 35.000 (5.000-50.000)
 Mengandung ion Na, K, Ca, dan Cl
 Isoonkotik (25-28 mmHg)
 Tahan lama (8 tahun pada suhu 25o
C)
 Sebagai plasma ekspander
 Tidak mengganggu pembekuan darah dan sistem fibrinolitik
 Tidak mengganggu golongan darah dan cross match
 Tidak terakumulasi pada gagal ginjal
 Ekskresi lewat ginjal (85%)
 Merangsang pelepasan histamine
ALBUMIN
Endogen :
 Diproduksi di hati
 Jumlahnya 4-5 gr/kgBB
 40% intravascular
 60% interstitial (masuk ke sirkulasi melalui aliran kelenjar limfa)
 Berperan menentukan tekanan onkotik plasma
 Mengalami metabolism di sel menjadi asam amino
 Katabolisme akan meningkatkan metabolism albumin
 Menurun pada sindrom nefrotik, EPH gestosis, trauma
 Sintesis meningkat bila fungsi hati normal dan nutrisi cukup
Eksogen :
 Dalam bentuk human albumin
 Sebagai plasma ekspander
 Setelah diberikan akan menyebar ke intravaskuler  ekstraseluler
 Masa tinggal intravaskuler lebih lama dari kristaloid
 Waktu paruh 20 hari
 Kemasan 5% dan 25%
Indikasi pemberian albumin eksogen :
1. Hipovolemik akut (berikan larutan 5%)
2. Translokasi cairan
3. Luka bakar
4. Koreksi hipoalbumin (berikan larutan 25%)
5. “Pump priming”
Efek samping pemberian albumin eksogen :
1. Resiko hepatitis, AID
2. Edema paru
3. Hipokalsemia
4. Reaksi anafilaktis
Kesimpulan :
 Kristaloid isotonic tidak menarik air
 Kristaloid hipertonik menarik air
 Koloid :
o Dextran 40 : hiperonkotik (menarik air)
o Dextran 70 : lebih hiperonkotik
o HES 6% : isoonkotik (tidak menarik air)
o HES 10% : hiperonkotik (menarik air)
o Gelatin,relative isoonkotik
 Albumin 5% isotonic sedangkan yang 25% hiperonkotik dan hipoosmolar
PROSEDUR TINDAKAN PENGUKURAN CVP
Suatu tindakan dengan memasukkan kateter CVC dari pembuluh darah tepi (vena
subclavia) sampai ujungnya berada di atrium kanan atau di muara vena cava
superior atau vena cava inferior.
Tujuan:
 Untuk menilai jumlah cairan dalam tubuh.
 Menentukan tekanan atrium kanan atau vena sentral.
 Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.
 Untuk memberikan cairan parentral yang bersifat hipertonik, yang apabila
diberikan melalui vena tepi akan mudah menyebabkan plebitis.
 Untuk memberikan obat-obatan parentral/intravena terutama dalam keadaan
darurat.
 Untuk memberikan cairan dengan tepat dan dalam jumlah yang banyak
apabila melalui vena tepi tidak dapat/kollaps.
Prosedur kerja
1. Mengganti cairan Infus dengan cairan Isotonik bila terpasang cairan hipertonik
2. Mempercepat tetesan infus untuk menilai kelancaran aliran cairan
3. Menghentlkan aliran cairan ke pasien dengan memutar three way stop coch
4. Mengalirkan cairan infus ke arah manometer sampai setinggi 20 cm H20 di
atas titik nol
5. Menghentikan cairan infus yang mengalir ke arah manometer dengan
mengunci infus set
6. Mengalirkan cairan dari manometer ke pasien dengan cara memutar three way
stop coch
7. Menentukan titik nol pada manometer dengan cara mengukur antara inter
costae 4 pada garis mid axial menggunakan water pas
8. Menunggu sampai cairan dalam manometer tidak turun lagi sambil memper
hatikan undulasi yang sesuai dengan irama pernafasan
9. Menghitung nilai CVP
10. Mengalirkan kembali tetesan infus menuju pasien
11. Cuci tangan
GANGGUAN ELEKTROLIT
NO ELEKTROLIT EKSTRASELULER INTRASELULER
1 KATION
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium (Ca++)
Magnesium (Mg++)
144 mEq
5 mEq
2 mEq
1,5 mEq
15 mEq
150 mEq
3 mEq
27 mEq
2 Aniom
Klorida (CL-)
Bikarbonat (HCO3-)
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-)
Protein
114 mEq
30 mEq
2 mEq
1 mEq
1 mEq
1 mEq
1 omEq
100 mEq
20 mEq
60 mEq
NATRIUM
Ion kation terbanyak di ekstrasel, lebih kurang 90%
Normal dalam plasma : 135 – 145 mEq/liter
1. Mempertahankan volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler
2. Mempertahankan mekanisme transport aktif bersama dengan kalium
3. Mempengaruhi ginjai dalam pengaturan cairan dan elektolit
4. Membantu aktivita beberapa enzim
5. Bersama bikarbonat dan klorida membantu keseimbamgan asam basa
HIPONATREMI
 Natrium < 130 mEq/liter
 Kadar Na aman sekurangnya 125 mEq/L
 Dapat meenyebabkan cairan masukke dalam sel sehingga sel akan
bengkak termasuk sel dalam otak
 Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau kadar Na <
120 mEq/L
Penyebab :
1. Kehilangan cairan lewat saluran pencernaan
2. Banyak keringat, banyak air sebagai pengganti cairan yang hilang
3. Penggunaan obat diuretik yang dikombinasikan dengan diet rendah garam
4. Insufisiensi adrenal (kurang aldosterone penyebab garam keluar)
Gejala :
1. Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
2. Otot otot kejang "twitching"
3. Lemah, bingung
4. Hemiparese, edema pupil, koma
Koreksi natrium:
mEq Na = 0,6 x BB x (125 - Na plasma lab)
Rumus lainnya:
Defisit Natrium = 0,6 x BB x (140 – Na
serum)
Durasi penggantian = 2 x (140 – Na Serum)
[jam]
 Dikoreksi dengan NaCl 3% ( 1 cc NaCl 3% = 0,5 mEq )
 Larutan NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L)
 Koreksi diberikan dalam 4 jam. Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1
mL/kgbb diharapkan dapat meningkatkan kadar Natrium sekitar 1,6
mEq/L. Larutan ini tidak untuk diberikan pada keadaan hiponatremi yang
asimptomatik. Kenaikan kadar natrium serum idealnya tidak melebihi 1
mEq/jam
Contoh : nilai natrium plasma lab 110 mEq, BB = 50 Kg
Rumus : 0,6 x 50 x (140-110) = 900 mEq
Dikoreksi dengan Nacl 3% = 450 ml
HIPERNATREMI
Definisi : keadaan bila kadar natrium darah > 150 mEq/L
 Pada keadaan dehidrasi berat disertai syok/presyok berikan NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat atau Albumin 5%
 Setelah syok teratasi berikan larutan yang mengandung Na 75-80 mEq/L,
misalnya NaCl-dextrosa (2A) atau DG half strength sampai ada diuresis,
kemudian berikan K 40 mEq/L
 Bila ada hipokalsemia berikan Ca glukonas sesuai kebutuhan
 Penurunan kadar natrium serum tidak melebihi 0,5 mEq/L
Penyebab :
1. Pengeluaran cairan
2. Pemasukan garam berlebih baik dari makanan, cairan infus dll
3. Diabetes insipidus
4. Tenggelam dalam laut
Gejala :
1. Rasa haus
2. Lidah kering dan bengkak, mukosa lengket
3. Bila terjadi hipernatremi berat: disorientasi, halusinasi,letargi, hiperaktlf
bila dirangsang, koma
Koreksi:
140
1)
-
lab
plasma
(kadar
x
BB
x
0,6
Jumlah cairan: deficit cairan dikoreksi dalam 2x24 jam (sd 72 jam)
Hari ke-1: 50% defisit + kebutuhan rumatan (rumus Holliday Segar)
Hari ke-2: 50% defisit + cairan rumatan sda
Ideal TBW = 0,6 x current Weight (kg)
TBW = total body water
Perbedaan perhitungan ideal TBW dan current TBW memberikan perkiraan free
water deficit. Sisa Volume dehidrasi yang mengandung elektrolit diasumsikan
bahwa 60% kehilangan adalah ekstraseluler (mengandung Natrium 140 mEq/L),
dan 40% adalah intraseluler (mengandung kalium 150 mEq/L)
KALIUM ( potasium )
Ion kalium merupakan kation terbanyak di dalam cairan intraseluler
Normal = 3,5 - 5,5 mEq/liter
Fungsi:
1. Meningkatkan kontraktllitas otot miokardial dan otot halus
2. Membantu pengaturan pH dengan cara ketlka kalium keluarsel terjadi
pertukaran dengan H+
3. Mengaktifkan reaksi beberapa enzim
4. Membantu transmisi impuls saraf
HIPOKALEMI
Kalium serum < 3,5 mEq/L
Penyebab :
1. Saluran pencernaan
 Pemberlan laksansia, diare
 Pengisapan lambung yang berlebihan
 Muntah muntah
2. Lewat ginjal
 Pengobatan diuretic
 Hiperaldosteron
 Pengobatan steroid
3. Melalui keringat
4. Pergerakan ke dalam sel
 Hiperalimentasi
 Alkalosis
 Sekresi berlebihan atau pemberian insulin
5. Pemasukan yang kurang
 Anoreksia
 Alcoholism
 Debilitas
Gejala :
1. SSP: disorientasi
2. Kardiovaskuler: VES, ST Depresi, gel T terbalik, ditemukan gelombang U,
sensitivitas digitalis meningkat
3. Otot rangka : kelemahan, hipotonik disertai reflek reflek hipoaktif
4. Otot polos: Ileus paralitik, distensi lambung yang disebabkan
berkurangnya kegiatan propulsive usus, mual dan muntah
Koreksi:
3
x BB
lab)
kalium
nilai
-
(4,5
Dikoreksi dengan KCl 1 mEq = 1 ml
KCl Kecepatan:
Neonates = 1 mEq
Dewasa = 20 mEq/jam
Atau :
 Bila kadar K <2,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 3,75%
i.v. dengan dosis 3-5 mEq/kgbb, maksimal 40 mEq/Liter cairan
 Bila kadar K 2,5-3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 75
mg/kg/hari p.o. dibagi 3 dosis
Aspar-K ® mengandung K-L-aspartate, diminum setelah makan!, tablet salut film
300mg
KSR ® mengandung KCl, jangan digerus/dikunyah, film coated tab 600 mg
Renapar ® mengandung K-L aspartat 300 mg, Mg L-aspartat 100 mg, untuk
suplementasi K dan Mg pada penyakit jantung dan hati, untuk hipokalemia dan
hipomagnesemia akibat penggunaan diuretik jangka panjang
HIPERKALEMI
Kalium serium > 5,5 mEq/L
Penyebab:
1. Pseudohiperkalemi
 Torniket yang terlalu ketat
 Hemolisis contoh darah
 Lekositosis
 Trombositosis
2. Menurunnya ekskresi kalium
 Gagal ginjal
 Diuretic yang menahan kalium
 Hiperaldosteron
3. Bertambah pemasukan kalium khususnya pada insufisiensl ginjal
 Pengobatan kalium total
 Infuse kalium berlebihan
 Transfusi darah yang banyak
4. Pergeseran kalium dari sel
 Asidosis metabolik atau respiratorik
 Kerusakan jaringan
Gejala:
1. Kelemahan otot wajah,lidah, tangan dan kaki
2. Pada saluran pencernaan ; mual,kolik atau diare
3. Perubahan dalam EKG gelombang T yang tinggi, kompleks QRS yang
melebar
 EKG: gelombang T tinggi, interval PR memanjang, depresi segmen ST,
kompleks QRS melebar
 Bila kadar K <6-7 mEq/L: Kayeksalat 1 g/kgbb po dilarutkan dalam 2
mL/kgbb larutan sorbitol 70%; kayeksalat 1 g/kgbb enema, dilarutkan
dalam 10 ml/kg larutan sorbitol 70% dan diberikan melalui kateter folley
yang diklem selama 30-60 menit
 Bila kadar K 6-7 mEq/L: NaHCO37,5% dosis 3 mEq/kg i.v. atau 1 unit
insulin / 5 gram glukosa
 Bila kadar K >6-7 mEq/L: Ca Glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 mL/kgbb i.v.
dengan kecepatan 2 mL/menit
Kalitake® mengandung Ca Polystirene sulfonate, untuk hiperkalemia akibat gagal
ginjal akut dan kronis. Dosis dewasa 15-30 g oral, dilarutkan dalam 30-50 mL air,
dosis terbagi 2-3 kali sehari. Dosis anak yaitu ½ dosis dewasa. Sediaan serbuk @5
gram (20 buah = 300.000 MIMS)
KALSIUM
Serum : 8,40-9,7 mEq/L
Terdapat dalam tulang sebagai garam fosfat dan karbonat
Fungsi:
1. Membantu pembekuan darah
2. Transmisi impuls saraf
3. Mempertahankan permeabilitas seluler
4. Berperan dalam kontraktilitas otot jantung
5. Pengaturan konsentrasi kalsium dalam plasma diatur oleh hormon
paratiroid ( PTH) dan calcitrol (1,25 dihydroxyvitamine D3)
HIPOKALSEMIA
Definisi: Kadar Calsium (Ca) darah kurang dari 8,0 mg/dL atau ion Ca kurang
dari 4,6 mg/dL.
Penyebab:
1. Malabsorbsi
2. Kurang vitamin D
3. Pancreatitis akut
4. Pemberian transfusi darah dengan koagulasi sitras
5. Hipoparatiroid primer
6. Alkalosis ( penurunan ion kalsium )
7. Hipofosfatemia
8. Hipoalbuminemia ( pada slrosis,syndrome nefrotik, kelaparan)
9. Hipomagnesia
Gejala:
1. Jari - jari tangan dan otot otot ekstremitas tegang
2. "trousseau" sign
3. "chovstek" sign
4. Kejang kejang otot laring dan otot perut
5. Perubahan pada gambar EKG : interval QT memanjang
Pengobatan:
Koreksi CaCl2 0,2 cc/KgBB atau Ca giukonas 0,5 cc/KgBB
Contoh: Serum lab kalsium = 5,99
Koreksi:
Bolus 22 ml Ca giukonas dalam 250 - 500 NaCl 0,9% habis dalam 4 jam
dilanjutkan kontinu murni 1-2 ml/jam selama 12 – 24 jam
Atau :
Calsium chloride dosis 10-20 mg/kgBB, atau:
Calsium gluconas dosis 50-100 mg/kgBB
Teknik pemberian preparat calcium:
 Dengan menggunakan vena sentral
 Tidak boleh diberikan bersamaan dengan bikarbonat
 Hati-hati efek yang dapat ditimbulkan, seperti: bradikardi, hipotensi dan
artimia
 Untuk kasus hipokalsemia kronik dapat diberikan tambahan calcium
dalam asupan enteral ataupun parenteral
HIPERKALSEMI
Kalsium serum > 10,5 mg/dl
Penyebab:
1. Hiperparatiroidisme
2. Immobilisasi yang lama
3. Pengobatan vitamin D dosis tinggi
4. Pengobatan diuretik thiazide
Gejala:
1. Kelemahan otot
2. Konstipasi
3. Tidak ada nafsu makan
4. Menurunnya daya ingat
5. Poliuri, polidipsi
6. Gambaran EKG : interval QT pendek
7. Henti jantung dapat terjadi pada krisis hiperkalsemi
Pengobatan:
1. Pemberian peroral garam fosfat inorganic
2. Diet rendah kalsium
3. Pengobatan sesua derajat sakitnya, kalau perlu operasi : untuk mengangkat
tumor paratiroid
MAGNESIUM
Serum : l,8-2,4 mEq/l
Terdapat dalam tulang ± 54% berupa garam magnesium
Fungsi:
1. Kofaktor enzim dalam metabolism karbohidrat dan protein
2. Aktivitas neuromuskuler, transmisi impuls saraf dan fungsi miokardium
3. Dibutuhkan untuk sekresi hormone para tiroid
HIPOMAGNESIUM
Definisi: Kadar Magnesium darah (Mg) kurang dari 1,7 mEq/L
Penyebab:
1. Alkoholisme
2. Diare, penglsapan cairan lambung
3. Pemberian agresif makanan pada orang kelaparan tanpa pemberian
magnesium
4. Ketoasidosis diabetic
5. Hiperaldosteronism
6. Obat – obat: diuretik, antibiotic aminoglikoside (gentamisin)
7. Pancreatitis, tirotoksikosis, hiperparatiroidism
Gejala:
1. Iritabilitas neuromuskuler
 Reflek meningkat, tremor, kejang
 Tanda chovstek positif
2. Cardiac
 Takiaritmia
 Sensitivitas terhadap digitalis meningkat
 Perubahan daiam EKG: interval PR dan QT memanjang, kompleks
QRS melebar, segmen ST depresi, gelombang T inverse
3. Perubahan mental
 Disorientasi
 Suasana hati berubah-ubah
 Halusinasi
4. Hipokalsemia dan biasanya terjadi pada hipomagnesium
Pengobatan:
1. Kekurangan magnesium ringan dapat diperbaiki dengan diet makan
sayuran hijau, kacang kacangan, buah buahan (nanas dan jeruk)
2. Pemberian magnesium parenteral: 1 - 2 gr MgSO4
1 fles MgSOA = 5 gr = 25 ml
1 grMgSO4 = 8 mEq = 4 Mmol
Dosis: Hr I = 1 mEq/KgBB/24 jam
Hr II -V = 0,5 mEq/KgBB/24 jam
Contoh:
nilai serum lab 1,36 mEq/L dengan BB = 70 Kg
Koreksi:
Keb Hr I = 1 mEq x 70 = 70 mEq/24 jam (2 fles MgS04)
Keb Hr II - V = 0,5 mEq x 70 = 35 mEq/24 jam (1 fles MgS04)
Atau :
Magnesium sulfat, dosis 25-50 mg/kgBB
Elektrolit Normal Koreksi Keterangan
Imbalance
Hipocalcemia
(Ca darah <8
mg/dL atau Ca ion
< 4,6mg/dL)
Calsium
darah:
8,5 – 10,5
mg/dL
Calsium ion:
4,4 - 5,4
mg/dL
- Calsium chloride
dosis 10-
20mg/kgBB
- Calsium gluconat
10% dosis 50-100
- Calsium Lactat
(Kalk) per oral
- Pemberian intra vena dengan
menggunakan vena sentral
- Tidak boleh diberikan
bersamaan dengan bikarbonat
- Hati-hati efek yang dapat
ditimbulkan, seperti:
bradikardia, hipotensi dan
aritmia
- Untuk kasus hipokalsemia
kronik dapat diberikan
tambahan calcium, seperti tablet
kalk dalam asupan enteral
Hipomagnesemia
(Mq darah < 1,5
mEq/L)
1,5 – 2,5
mEq/L
Magnesium sulfat,
dosis 25-50
mg/kgBB
-Efek yang ditimbulkan akibat
koreksi antara lain: hipotensi,
flushing, nausea, warmth,
hingga dapat menimbulkan
depresi pernafasan.
Efek yang ditimbulkan dari pemberian Magnesium Sulfat berupa: hipotensi,
flushing, nausea, warmth, hingga dapat menimbulkan depresi pernapasan.
HIPERMAGNESIUM
Penyebab:
1. Gagal ginjal
2. Insufisiensi adrenal
3. Pemasukan magnesium yang berlebihan
4. Ketoasidosis yang tidak diobati
Gejala:
1. Gejala awal magnesium serum > 3 mEq/L
 Kulit hangat dan merah
 Hipotensi
 Mual dan muntah
2. Reflek dan otot lemah terjadi bila Mg++
serum 5-7 mEq/L
3. Depresi pernapasan terjadi bila Mg++
serum 10 mEq/L
4. Koma bila Mg++
serum 12-15 mEq/L
5. Kelainan irama jantung seperti:
 Sinus bradicardi, interval PR, QT dan QRS memanjang
 Blok jantung dan henti jantung bila Mg++
serum 15-20 mEq/L
Pengobatan:
1. Terpenting adalah pencegahan hipermagnesium dengan mengatasi
penyebab
2. Bila terjadi depresi pernapasan dan gangguan sistem konduksi tindakan
nya :
 Penggunaan ventilasi mekanik
 Pemberian kalsium intravena ( kalsium adalah antagonis Mg)
 Hemodialisa
TERAPI OKSIGEN
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk memenuhi
kebutuhan / mencegah dan atau mengobat hipoksemia – hipoksia – anoksia –
disoksia dengan cara :
Meningkatkan masukan O2 melalui respirasi meningkatkan hantaran oleh sirkulasi
meningkatkan pelepasan/ambilan oleh jaringan
DELIVERY OKSIGEN: (O2Del) = CaO2 x CO
CaO2 = kandungan O2 darah arteri
CO = curah jantung
NORMAL = 800-1000 ML/MENIT
KANDUNGAN O2 DARAH ARTERI (CaO2)
CaO2 = (1,37 x Hb x SaO2) + (0,003 x PaO2)
1,37 = jumlah (ml) O2 yang mampu diikat oleh 1 gr Hb
Hb = hemoglobin
SaO2 = saturasi Oksi-Hb arteri (jumlah Hb yang mengikat O2)
0,003 = daya larut O2 dalam plasma
PaO2 = tekanan parsial O2 arteri
ASUMS1 :
PaO2 = 100 mmHg, SatO2 = 100%, Hb = 14 g/dl
Maka CaO2 = 181 ml/L
KANDUNGAN O2 DARAH VENA (CvO2)
CvO2 = 1,34 x Hb x SvO2 + 0,003 x PvO2
1,34 = jumlah (ml) O2 yang mampu diikat oleh 1 gr Hb
Hb = hemoglobin
SvO2 = saturasi Oksi-Hb vena (jumlah Hb yang mengikat O2)
0,003 = daya larut O2 dalam plasma
PvO2 = tekanan parsial O2 vena
ASUMSI :
PvO2 = 40 mmHg, SatO2 = 75%, Hb = 14 g/dl
Maka CaO2 = 136 ml/L
KONSUMSI/CADANGAN O2 : VO2 = CI (CaO2 – CvO2)
CI = "cardiac index" (CO/BSA)
CaO2 = kandungan oksigen darah arteri
CvO2 = kandungan oksigen darah vena
KONSUMSI O2 PADA KEADAAN ISTIRAHAT = 200 – 250 ML/MENIT
CADANGAN O2 = 550 – 880 ML/MENIT
PINTASAN ALIRAN DARAH BESAR PINTASAN DIHITUNG DENGAN
FORMULA:
a-vDO2 = CaO2 - CvO2
CaO2 = perbedaan kandungan O2 arteri-vena,
CaO2 = kandungan O2 arteri
CvO2 = kandungan O2 vena
INDIKASI TERAPI O2
1. Gagal nafas akut
- Tanpa retensi CO2
- Dengan retensi CO2
2. Infark miokard akut
3. Syok
4. Keracunan sianida
5. Kebutuhan meningkat
6. Hampir tenggelam
7. Paska anestesi
TUJUAN TERAPI OKSIGEN
1. Koreksi hipoksemia / hipoksia
2. Mencegah hipoksemia / hipoksia
3. Mengobati keracunan
4. Fasilitas eliminasi gas pada jaringan
KRITERIA PEMBERIAN O2 DENGAN SISTEM ALIRAN RENDAH:
 Kondisi klinis pasien harus stabil
 Volume tidal pasien dalam batas normal
Metode Kecepatan
Aliran
(L/mnt)
FiO2
(%)
Gambaran
Nasal
canule
1
2
3
4
5
6
23-24
24-28
28-32
32-36
40
Max 44
- Iritasi selaput faring
- Konsentrasi O2 rendah
- Dapat digunakan dengan
nafas mulut
- > 66 L/mnt mengeringkan
mukosa
Kateter Sm dg dg
nasal
canule
Sama Tidak dianjurkan pd orang
dewasa
Simple 5-6
6-7
7-8
40
50
60
- Harus > 5 L/mnt untuk
mendorong CO2 dari
masker
- Konsentrasi O2 sedang
Rebreathing
Mask
6
8
10-15
35
40-50
60
- Konsentrasi O2 sedang
- Risiko hypoksia bila
kantong O2 kempes
- Terapi PCO2 rendah
Non
rebreathing
mask
6
8
10
12-15
55-60
60-80
80-90
90
- Konsentrasi O2 sedang
- RESIKO hypoksia dan
hyperkarbia jika kantung
udara kemps
- Terapi CO2 tinggi
CPAP Mask Mulai
21-100
- Kebocoran udara sungkup
- Pasien kooperatif
- Peralihan intubasi
TATALAKSANA HIPOKSEMIA
 Hipoksemia ringan (PaO2 <80 mmHg)
1. Nasal kateter 2-4 L/menit atau
2. Sungkup 4 L/menit
 Hipoksemia sedang (PaO2 < 60 mmHg)
1. Tanpa retensi CO2 : sungkup = 4-12 L/menit
2. Dengan retensi CO2 : sungkup venturi mulai dengan FiO2 24% (pantau
AGD)
 Hipoksemia berat (PaO2<40mmHg) Indikasi ventilasi mekanik tanpa atau
dengan PEEP
AIRWAY MANAGEMENT
(PENGELOLAAN JALAN NAPAS)
Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara
normal
Diagnosa : Cara melakukan diagnosa terhadap adanya gangguan jalan napas
dapat diketahui dengan cara L (look), L (listen), dan F (feel) yang
dilakukan dalam satu gerak.
LOOK : melihat gerakan napas/pengembangan dada dan adanya retraksi iga
LISTEN : mendengar aliran udara pernapasan FEEL: merasakan adanya aliran
udara pernapasan
TANDA SUMBATAN JALAN NAPAS
 Mendengkur (snoring) : pangkal lidah menyumbat (suara berkumur)
 Gargling : cairan
 Stidor : sumbatan jalan nafas atau retraksi suprasternal, supraclavicular,
intercostal
 Gerak dada dan perut paradoksal
 Sianosis
MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS
 Sapuan jari (finger-sweep) : Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring
(gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas
hilang.
Cara melakukannya:
 Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya fraktur tulang leher),
kemudian buka mulut dengan jaw-thrust dan tekan dagu ke bawah.
 Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih dan dibungkus
dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan/mengorek/mengait
semua benda asing dalam rongga mulut.
 Membersihkan jalan napas bila terdapat sumbatan jalan napas karena
benda cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning). Pengisapan dilakukan
dengan menggunakan alat bantu pengisap (pengisap manual portabel,
pengisap dengan sumber listrik)
 Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak
sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak
mungkin diambil dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa:
- Laringoskop
- Alat pengisap (suction)
- Alat penjepit (forceps)
CARA MEMBEBASKAN JALAN NAPAS
 Tanpa alat
 Chin lift
 Jaw thrust
 Head tilt
 Dengan alat
 Nasopharyngeal tube
 Oropharyngeal tube
 Endotracheal tube
 Laryngeal mask airway – tracheostomy tube
TANPAALAT :
Membuka jalan napas ; dapat dilakukan dengan :
 Head-tilt (dorong kepaia ke belakang)
 Chin-lift manuver (perasat angkat dagu)
 Jaw-thrust manuver (perasat tolak rahang)
Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leherdan kepala, hanya dilakukan jaw-
thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
DENGAN ALAT :
Membuka jalan napas dengan menggunakan alat:
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna.
A. Pemasangan pipa (tube)
Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring).
Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik,
dilakukan pemasangan pipa endotrakhea.
Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamln jalan napas tetap terbuka,
menghindari aspirasI dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
B. Ventilasi dengan Sungkup Muka
TEKNIK
Sungkup muka dipegang pada wajah pasien dengan jari tangan kiri mengangkat
mandibula (chin lift, jaw thrust). Ibu jari dan telunjuk tangan kiri memberikan
counterpressure.
Tekanan ventilasi < 20 cmH20, teknik dengan dua atau tiga tangan
KESEIMBANGAN ASAM BASA
Asam (asidosis) : substansi yang dapat melepaskan ion H+
Basa (alkalosis) : substansi yang dapat menerima ion H+
Bila gangguan di Respiratorik = PCO2
Bila gangguan di Metabolik = BE/HCO3
GANGGUAN RESPIRATORIK: pH berbanding terbalik dengan PCO2 (pH↑,
PCO2↓)
GANGGUAN METABOLIK: pH berbanding lurus dengan BE/HCO3 (pH↓,
BE/HCO3↓)
Analisa Gas Darah
Tujuan: menilai kemampuan fungsi sistem respirasi menyediakan O2 dan
mengeluarkan CO2 serta menilai status asam basa cairan tubuh
Nilai normal Analisa Gas Darah
 PH 7.35 - 7.45
 PaCO2 35 - 45 mm Hg
 PaO2 75 - 100 mm Hg
 HCO3- 22 - 26 mmol/L
 standard base excess (BE) 0 + 3 mmol/L
 O2 saturation 95% - 100%
RANGKUMAN GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
KELAINAN pH HCO3-/
BE
pCO2 Terapi
ASIDOSIS METABOLIK
murni
Kompensasi sebagian
Kompensasi penuh
↓
↓
N
↓
↓
↓
N
↓
↓
BICNAT
ALKALOSIS METABOLIK
Murni
Kompensasi sebagian
Kompensasi penuh
↑
↑
N
↑
↑
↑
N
↑
↑
DIURETIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Murni
Kompensasi sebagian
↓
↓
N
↑
↑
↑
SMNR
Kompensasi penuh N ↑
ALKALOSIS
RESPIRATORIK
Murni
Kompensasi sebagian
Kompensasi penuh
↑
↑
N
N
↑
↓
↓
↑
↓
SMR
Alkalosis repiratorik +
metabolik
↑ ↑ ↓
Asidosis respiratorik +
metabbolik
↓ ↓ ↑
ALKALOSIS METABOLIK
Gangguan sistemik  peningkatan primer kadar bikarbonat plasma dan
peningkatan pH
Efek: - Hipoventilasi
- Hipokalsemia (tanda Chvostek dan Trousseau positif, tetani)
Penyebab :
 Sensitif klorida
 Gastrointestinal
 Muntah
 Drainase lambung
 Diare klorida
 Adenoma vilus
 Ginjal
 Diuretik
 Post hiperkapnik
 Ambilan klorida yang rendah
 Keringat
 Fibrosis kistik
 Resisten klorida
 Peningkatan aktivitas mineralokortikoid
 Hiperaldosteronism primer
 Gangguan edema (hiperaldosteronism sekunder)
 Sindrom Cushing
 Menelan licorice
 Sindrom Bartter
 Hipokalemia berat
 Lain-lain
 Transfusi darah massif
 Larutan koloid yang mengandung asetat
 Pemberian basa pada insufisiensi ginjal
 Terapi biasa
 Terapi kombinasi antasid dan resin pertukaran kation
 Hiperkalsemia
 Sindrom milk-alkali
 Metastasis tulang
 Penisilin sodium
 Pemberian glukosa pada kelaparan
Terapi :
1. Ringan  mengganti kekurangan ECF dengan larutan garam isotonik
parenteral ditambah KCl
2. Berat  Larutan HCl IV dengan kadar 0,1-0,2 atau (kadang) NH4Cl
(amonium klorida) IV atau HCl arginin.
3. Alkalosis metabolik resisten klorida  atasi kelainan yang mendasarinya
4. Pasien dengan kelebihan volume cairan  inhibitor karbonikanhidrase
yang menlngkatkan ekskresi bikarbonat
ASIDOSIS METABOLIK
Gangguan sistemik : ↓primer kadar bikarbonat plasma  ↓ pH disebabkan
karena:
1. Kelebihan produksi asam
2. Kurangnya cadangan penyangga
3. Kurangnya ekskresi asam
Efek:
 Hiperventilasi (pernapasan Kussmaul)
 Pengeluaran epinefrin
 Hiperkalemia/normal
 Reabsorbsi kalsium pada tubulus menurun
 Mual, muntah
Penyebab:
 Selisih anion meningkat
 Peningkatan produksi asam volatil endogen
- Gagal ginjal
- Ketoasidosis (Diabetik,Kelaparan)
 Asidosis laktat
- Campuran (Koma hiperosmolar ketotik, Alkoholik)
- Inborn errors of metabolism
- Menelan toksin
- Salisilat, Methanol, Etilen glikol
- Paraldehide
- Toluene
- Sulfur
- Rabdomiolisis
 Selisih anion normal (hiperkloremik)
 Peningkatan kehilangan HCO3
-
melalui gastrointestinal
- Diare
- Resin pertukaran anion (kolestiramin)
- Menelan CaCl2, MaCl2
- Fistula (pankreatik, blliari, atau usus halus)
- Ureterosigmoidostomi atau obstrusi lingkaran ileus
 Peningkatan kehilangan HC03
-
melalui ginjal
- Asidosis tubular ginjal
- Inhibitor karbonik anhydrase
- Hipoaldosteronism
 Dilusi
Jumlah cairan bebas-bikarbonat yang sangat banyak.
 Nutrisi parenteral total
 Peningkatan ambilan asam yang mengandung klorida (Ammonium
klorida, Lisin hidroklorida, Arginin hidroklorida)
Terapi :
1. Mengganti kekurangan basa, pada umumnya saat pH < 7,20
 Pilihan utama NaHCO3
 Na-laktat atau asetat
 THAM
2. Larutan IV Ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan pada asidosis
dengan selisih anion normal.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
 Peningkatan primer PaC02 (hiperkapnia)  penurunan pH
 Peningkatan bikarbonat serum diperkirakan sekitar 1 mEq/L untuk setiap
peningkatan CO2 10 mmHg
 Efek:
- Hipoksemia
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gejala peningkatan tekanan intracranial
Penyebab
 Hipoventilasi alveoli
 Depresi sistem saraf pusat
- Dipicu obat
- Gangguan tidur
- Sindrom hipoventilasi karena kegemukan (Pickwickian)
- Iskemia otak
- Trauma otak
 Gangguan neuromuscular
- Miopati
- Neuropati
 Abnormalitas dinding dada
- Flail chest
- Kifoskoliosis
 Abnormalitas pleura
- Pneumotoraks
- Efusi pleura
 Obstruksi jalan nafas
- Jalan nafas atas (Benda asing, Tumor, Spasme laring, Gangguan
tidur)
- Jalan nafas bawah (Asma berat, Penyakit paru obstruktif kronik,
Tumor)
 Penyakit parenkim paru
- Edema paru (Kardiogenik, non kardiogenik)
- Emboli paru
- Pneumonia
- Aspirasi
- Penyakit paru intersititial
- Malfungsi ventilator
 Peningkatan produksi C02
 Kelebihan karbohidrat dalam jumlah besar
 Hipertermia malignan
 Menggigil
 Aktivitas kejang yang memanjang
 Thyroid strom
 Trauma panas yang luas (luka baker)
Terapi:
1. Tujuan - memulihkan ventilasi efektif secepatnya & mengatasi penyebab
yg mendasari
2. Obat-obatan bronkodilator
3. Intubasi endotrakea & bantuan ventilasi mekanik
4. Natrium bikarbonat  hanya pada keadaan asidemia yang mengancam
jiwa yaitu pH 7,1
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Penurunan primer PaCO2 (hipokapnia)  peningkatan pH
Disebabkan oleh:
1. Penyakit atau gangguan pada susunan saraf pusat
2. Kelainan atau penyakit pada paru.
3. Kelainan kardiovaskular
Efek:
1. Alkalemia  kepala terasa ringan, mual, muntah, parestesia sirkum-oral
dan digital, spasme karpopedal dan tetani
2. Kelelahan, berdebar-debar, cemas dan susah tidur
3. Pada keadaan berat  ketidakmampuan konsentrasi
Penyebab:
 Stimulasi sentral
 Nyeri
 Cernas
 Iskemia
 Stroke
 Tumor
 Infeksi
 Demam
 Induksi obat Salisilat progresteron (pada kehamilan)
 Analeptik (doxapram)
 Stimulasi perifer
 Hipoksemia
 Tinggal di tempat yang tinggi
 Penyakit paru
 Gagal jantung kongestif
 Edema paru non kardiogenik
 Asma
 Emboli paru
 Anemia berat
 Mekanisme yang tidak diketahui
 Sepsis
 Ensefalopati metabolic
 Iatrogenik
 Dipicu oleh ventilator
Terapi :
 Pasien tanpa gejala dengan pH < 7,55  terapi ditujukan pada kelainan
primer yang menyebabkan hipokarbia
 Pasien yang menunjukkan gejala alkalosis:
1. Simple rebreathing device untuk menaikkan PCO2
2. Gunakan udara pernapasan dengan campuran gas O2 95% dan CO2 5%
3. Keadaan berat  penggunaan asetazolamid (diamox), HCI atau
NH4CI secara intravena dan penggunaan alat bantu napas mekanik.
AKIBAT DARI ASIDOSIS BERAT
Kardiovaskular
 Gangguan kontraksi otot jantung
 Dilatasi arteri, konstriksi vena, dan sentralisasi volume darah
 Peningkatan tahanan vaskular paru
 Penurunan curah jantung, tekanan darah arteri, dan aliran darah hati dan
ginjal
 Sensitif thd reentrant arrhythmia dan penurunan ambang fibrilasi ventrikel
 Menghambat respon kardiovaskular terhadap katekolamin
Respirasi
 Hiperventilasi
 Penurunan kekuatan otot nafas dan menyebabkan kelelahan otot
 Sesak
Metabolik
 Peningkatan kebutuhan metabolisme
 Resistensi insulin
 Menghambat glikolisis anaerob
 Penurunan sintesis ATP
 Hiperkalemia
 Peningkatan degradasi protein
Otak
 Penghambatan metaboiisme dan regulasi volume sel otak
 Koma
AKIBAT DARI ALKALOSIS BERAT
Kardiovaskular
 Konstriksi arteri
 Penurunan aliran darah coroner
 Penurunan ambang angina
 Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel aritmia yg refrakter
Respirasi
 Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan hipoksemia Metabolic
 Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organic
 Hipokalemia
 Penurunan konsentrasi Ca terlonlsasi plasma
 Hipomagnesemia and hipophosphatemia
Otak
 Penurunan aliran darah otak
 Tetani, kejang, lemah delirium dan stupor
VENTILASI MEKANIK
Suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara membantu
sebagian atau mengambil alih semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup
Tujuan
Memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan positif melalui jalan
nafas buatan
Indikasi
1. Gagal nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak dapat diatasi
dengan pengobatan biasa
2. Hipoksemia yang teiah mendapat terapi oksigen maksimal, namun tidak
ada perbaikan
3. Apneu
4. Secara fisiologis memenuhi kriteria :
 Volume tidak < 5 ml/kgBB
 Tekanan inspirasi maksimal < 25 cmH20
 RR > 35 x/mnt
 PaO2 < 60 mmHgdengan pemberian FiO2 > 60%
 PaCO2 > 60mmHg
 Ruang rugi : Tidal Volume > 0,6
Jenis Ventilator
 Ventilator tekanan negatif
Ventilator ini tidak membutuhkan konecktor ke jalan nafas (ETT) karena
ventilator ini membungkus tubuh, sekarang sudah ditinggalkan
 Ventilator tekanan Positif
Ventilator ini memberikan tekanan positif ke jaian nafas melalui ETT
Ventilator tekanan positif dibedakan menjadi
a. Volume
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila volume yang telah
ditetapkan tercapai (tidal volume tatap) sedangkan ekspirasi dibiarkan secara
pasif
Keuntungan: tidak menyebabkan hipo/hiperventilasi karena pemberian secara
konstan meski ada sumbatan atau kelainan paru
Kerugian : dapat menimbulkan barotrauma
b. Pressure
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila tekanan yang ditetapkan
telah tercapai (peak Inspiratory pressure tetap) sedangkan ekspirasi dibiarkan
secara pasif
c. Flow
Aliran gas Inspirasi dari ventilator akan berhenti bila flow yang ditetapkan
telah tercapai (flow rate tetap)
d. Time
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila waktu yang ditetapkan
telah tercapai (inspiratory time tetap).
PARAMETER SETTING VENTILATOR
Mode pada ventilator mekanik
1. Respiratory Rate (RR)
Adalah jumlah nafas yang diberikan kepada pasien setiap menitnya, setting
RR tergantung dari tidal volume, jenis kelainan paru, target PaCO2, setting
awal 8-12x/mnt.
Jika RR di set 10 x/mnt, berarti siklus respirasinya adalah 60/10 = 6 dtk sekali.
Usia:
< 2 tahun = 20-25 breaths/min.
2-10 tahun = 15 - 20 breaths/min.
> 10 tahun = 10-15 breaths/min.
2. Tidal Volume
Adalah jumlah volum yang diberikan oleh ventilator kepada pasien setiap kali
nafas
Tve & Tvi  jml nya harus sama bila tdk  ada kebocoran
Tidal Volume :
Pediatrik = 7-8 ml/kg
Dewasa = 9 -10 ml/kg.
Dead space volume = 2 ml/kg.
Compressible Volume adalah volume gas dari ventilator yang berada pada
pipa penyalur, yang tidak ikut dalam pertukaran gas. Besarnya 1-2 ml/cmH2O
pada pediatric dan 2-4 ml/cmH2O pada dewasa (pertekanan tekanan gas
inspirasi).
Agar ventilasi alveolar adekuat, maka tidal volume minimal = 15-20 ml/kg
(TVpasien+ dead space volume + compressible volume).
Maksimal yang masih aman sulit ditentukan, dipengaruhi oleh:
- Komplian paru
- PEEP yang diberikan
Pegangan:
- Aman bila tekanan statis akhir inspirasi ≤ 25 cm H2O
- Bahaya bila tek.statis akhir inspirasi > 30 cm H2O
3. Fraksi Oksigen (FiO2)
Adalah jumlah konsentrasi oksigen yang diberikan oleh ventilator kepada
pssien, berkisar antara 21% - 100%, pemberian FiO2 100% pada awal
pemasangan selama 15 - 30 mnt terlalu larna bisa menyebabkan intoxikasi
oksigen, selanjutnya diturunkan secepatnya jadi < 50% menyesuaikan respon
dari pasien.
4. Inspiratory Time dan I: E ratio.
Inspiratory time adalah waktu yang dibutuhkan oleh aliran gas dari ventilator
untuk masuk ke dalam paru-paru.
Expiratory time adalah waktu yang diperlukan oleh aliran gas untuk keluar
dari paru-paru, yang dimulai pada akhir inspirasi sampai inspirasi berikutnya.
rasio I: E Dws = 1:2
anak anak = 1: 1,5
bayi = 1 : 1
Bila sebaliknya disebut I : E ratio terbalik.
Bila i : E ratio terbalik terlalu besar akan terjadi : retensi CO2, venous return.
terganggu, barotrauma.
Inspiratory time normal = 0,3 - 1,5 detik, dengan rata-rata = 0,75 detik.
Siklus respirasi terdiri dari : inspirator/ time + inspiratory pause + expiratory
time  I : E ratio = ( Ti + Tp ) : Te.
Inspiratory Pause
Selesai phase inspirasi, ventilator dapat menahan aliran gas di dalam paru-paru
selama beberapa saat untuk memberi kesempatan difusi oksigen dari alveoli
ke dalam kapiler fase pause 10%
5. Pressure limite/ Pressure inspirasi
Mengatur atau membatasi jumlah pressure yang diberikan dari volume cycle
ventilator, sebab pressure yang terlalu tinggi bisa menyebabkan barotrauma.
Setting pressure tidak boleh > 35 cmH20, jika limit sudah tercapai maka
secara automatis ventilator akan menghentikan hantarannya dan alarm akan
berbunyi. Pressure limit dicapai blasanya dlsebabkan oleh tandanya sumbatan,
obstruksi jalan nafas, retensi sputum dl ETT. Akumulasi penguapan air di
sirkuit ventilator, ETT Itergigit, pasien batuk, pasien fighting, kinking pada
tubing ventilator.
Peak Inspiratory Pressure
Nilai normal :
Bayi = 5-10 cmH2O
Anak – anak = 10-15 cmH2O
Dewasa = 15-35 cmH2O
6. Minute Volume
Normal= 6-8 L/mnt
Minute Volume = TV x RR
7. Flow rate/Peak Flow
Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yang di set, biasanya
setting berkisar antara 40-100 lt/mnt
Batas aliran gas terendah adalah 2 kali minute ventilation. Sebagian besar
ventilator bayi dapat bekerja dengan flow rate gasses 4-10 L/min. Maka pada
flow cycle diberikan flow = 2-3 L/kg
Rumus:
I. insp
Time
60
x
volume
Tidal
II. insp
Time
respirasi
sikus
satu
x waktu
volume
Minute
Contoh soal: RR = 10 x/mnt, TV = 600 ml
 1 siklus respirasi = 60/10 = 6 detik
 I : E (l : 2) = T insp = 2 dtk T eksp = 4 dtk
 Minute volume = TV x RR
= 600 x 10 = 6000 ml/mnt (6 L/mnt)
 Flow rate
= insp
T
respirasi
siklus
kali
1
x
Mv
= L/mnt
18
2
6
x
6

8. Trigger/sensitivity
Menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/
mentriger inspirasi pada ventilator. Trigger tidak diberikan bila ventilator
dalam modus control
Bila di setting rendah  sedikit usaha nafas pasien akan terdeteksi
9. Positive End Expiratory Pressure
Berguna untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi,
sehingga mampu meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli, PEEP
berfungsi untuk meredistribusikan cairan ekstravaskuler paru, meningkatkan
volume alveoli, mengembangkan alveoli yang kolaps, dan meningkatkan
kapasitas residu fungsional. Nilai PEEP berkisar 5-15 cmH2O, jika PaO2
masih rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka peningkatan PEEP merupakan
pilihan yang utama
Ventilator memberikan tekanan positive pada akhir ekspirasi.
PEEP fisiologis:
Pediatrik = 2-3 cmH2O
Dewasa = 3-5 cm H2O
Pada umumnya PEEP dinaikkan antara 5-15 cmH2O, untuk memperbaiki
oksigenasi.
Pemberian PEEP
Pemberian PEEP awal sebesar 5 cm H2O dan dititrasi secara bertahap 2-3 cm
H2O.
Pengaruh pemberian PEEP tidak akan terlihat dalam waktu beberapa jam.
Monitor blood pressure, heart rate dan PaO2 selama pemberian PEEP secara
titrasi dan pada interval waktu tertentu seiama terapi pemberian PEEP.
10. Sigh function (nafas dalam)
Diberikan untuk mencegah collapse alveoli. Besarnya 1,5 - 2 kali TV normal,
frekuensi diatur berapa kail per jam.
Pola nafas control dlberikan dalam 2 x dalam 3 mnt dengan tekanan sesuai
yang di sight ditambah tekanan pada PEEP.
11. Flow ACC
Bila di set rendah kurvenya landai artinya TV masuk pelan
Bila di set tinggi kurvenya akan runcing TV masuk lebih cepat.
12. Acito Flow
Harus di-on-kan artinya bila terjadi kebocoran TV tetap sesuai yg diset karena
mesin akan kompensasi secara otomatis.
13. Pasien melawan mesin (fighting):
Antara pasien dengan mesin tidak sinkron, hal ini bisa disebabkan oleh pasien
sadar, nyeri, hipoksia dll, atau disebabkan oleh setting ventilator yang keliru/
salah.
Jika hal tersebut terjadi maka lakukan ambil alih ventilasi dengan pompa
napas (ambu bag), sambil mencari dan mcngatasi kausa misalnya dengan
memberi sedatif/analgetik, memeriksa analisa gas darah, atau melakukan
setting ulang ventilator.
14. Setting Alarm
 Alarm Low Exhaled Volume
Sebaiknya diset 100 cc di bawah tidal volume ekspirasi, jika alarm
berbunyi berarti tidal volume pasien tidak adekuat
Alarm tekanan rendah berguna untuk mendeteksi kebocoran system atau
terlepasnya sirkuit pada ventilator
 Alarm Low Inspiratory Pressure
Sebaiknya diset 10-15 cmH2O di bawah PIP (Peak Inspiratory Pressure),
akan berbunyi jika pressure pasien turun, alarm: tekanan tinggi berguna
untuk mendeteksi menandakan adanya, peningkatan tekanan, misalnya
pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll.
15. Pelembaban dan suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk pelembaban dan penghangatan.
Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier.
Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier
dihangatkan dan dijenuhkan.
Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh pada kasus hipotermi
berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu tinggi
dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa
mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga
sulit dilakukan penghisapan.
MODE VENTILATOR
1. Controlled Mechanical Ventilation
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan paslen.ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontroi pasien, pernafasan diberikan
ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi.
Pernafasan pasien diatur sepenuhnya oleh ventilator, tergantung frekuensi yang
ditetapkan. Digunakan pada pasien yang tidak dapat bernafas spontan dan
diberikan Trigger of sensitivity = - 20 cmH2O, sehingga pasien tidak dapat
membuka katup inspirasi pada ventilator. Pada umumnya diberi muscle relaxant
dan sedasi.
a. VOLUME CONTROL
- Banyaknya udara yang ditiup (TV) sesuai dengan setting mesin
- Tekanan di jalan nafas bervariasi.
- Inspirasi berakhir setelah TV tercapai.
b. PRESSURE CONTROL
- Banyaknya udara yang ditiup (TV) bervariasi
- Tekanan di jalan nafas sesuai dengan setting mesin
- Inspirasi berakhir setelah pressure tercapai
2. Assist Ventilation
Pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya sedikit.
Pasien diberikan kesempatan untuk bernafas spontan, jumlah pernafasan dan
volume semenit ditentukan pasien, dibedakan menjadi assist volume mode dan
assist pressure mode
Bantuan nafas diberikan atas dasar pacuan nafas pasien.
Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O.
3. Assist Control Mode Ventilation (ACMV)
Pasien sudah mempunyai inisiatif (triggering) untuk bernafas sehingga
merangsang mesin - sensitivity - .Triggering :
- Pressure
- Flow
Bila pasien tidak merangsang mesin  CMV
4. Intermittent Mandatory Ventilation
Menerima volume dan RR dari ventilator, diantara pernafasan yang diberikan
ventilator, pasien diberi kesempatan untuk bernafas sendiri. Dengan modus ini,
ventilator memberikan bantuan nafas dimana saja pada saat siklus pasien bernafas
sendiri, akibatnya sering terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan
ventilator.
IMV merupakan campuran antara nafas spontan pasien dan kontrol ventilator.
Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O.
Frekuensi nafas ventilator harus lebih rendah dari frekuensi nafas spontan pasien.
5. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
SIMV berbeda dari IMV karena mandatory breath disinkronisasi.
Ventilator memberikan bantuan inspirasi sesuai dengan frekuensi nafas yang
ditetapkan, tetapi bantuan inspirasi jatuh tepat pada saat pasien memulai usaha
nafas spontan sehingga tidak terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan
ventilator
Frekuensi nafas SIMV di mulai dari 10 kali/min, respiratory rate pasien sesuai
kemampuan (mis: 20 x/mln). Trigger of sensitivity = -2cmH2O
Jika setting SIMV rate 6 berarti SIMV 60/6 =10 dtk
Jika RR yang muncul pada pasien 20 berarti 60/20 = 3 dtk
Jadi periode spontannya adalah 10 - 3 = 7 dtk
Frekuensi SIMV : 6 x/menit dan frekuensi respirasi : 15 x/menit
6. ASB / PSV: (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport Ventlilasi)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumenya tidak cukup karena nafasnya dangkal.
Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
(PS: 3,5-14,5 cm H2O)
PEEP + Tekanan Inspiras i< 30 cmH2O
7. SIMV + Pressure Support.
Ventilator bekerja untuk SIMV dengan volume cycle sedangkan untuk PS dengan
pressure cycle.
Di mulai dengan PS = 15 cmH2O (pressure limit = IS cmH2O), SIMV disini
sebagai back up, bila dengan PS terjadi apnea.
8. CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Memberikan tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama
siklus pernafasan, RR dan volume tidal ditentukan oleh pasien.
Pasien bernafas spontan, tetapi ventilator memberikan bantuan tekanan positive
yang kontinyu sepanjang siklus respirasi. Tekanan positive yang diberikan antara
2-7 cmH20, tekanan yang terlalu tinggi akan mengganggu venous return. CPAP
dapat meningkatkan FRC dan memperbaiki oksigenasi
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
9. PEEP: Positive End Expiratory Pressure
Sangat mirip dengan CPAP kecuali tekanan konstan hanya diberikan selama
ekspirasi.
10. T- PIECE
Merupakan suatu cara pemberlan therapy O2 dan Humidifikasi dalam proses akhir
penyapihan pasien dari penggunaan alat bantu nafas di mana untuk beberapa saat
ETT masih harus dipertahankan
Mode spontan PET (menggunakan cateter suction nomor 10 dimasukkan ± ¼ dari
selang suction
JENIS-JENIS PENGATURAN :
A. Volume Cycle
Modes:
- Controlled Mechanical Ventilation
- Assist Controle Ventilation
- Intermittent Mandatory Ventilation
- Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
- Continuous Positive Airway Pressure
Setting Awal Ventilator pada Dewasa.
Tidal Volume : 10-12 ml/kg
Respiratory rate : 10 -12
Breath / min Minimum
Inspiratory flow rate : 30 L/min
I: E ratio : 1: 2
FlO2 : 50%
PEEP : 5 cmH2O
Modes:
CMV  trigger of sensitivity = - 20 cm H2O
SIMV  trigger of sensitivity = - 2 cm H2O
SIMV rate = 10 breaths/min
RR pasien = 20 breaths/min
SIMV + PS PS = 10 cm H2O
B. Pressure Cycle
Modes : Pressure controle dan Pressure support
Pressure limit : 15-30cmH2O
Trigger of sensitivity : -20cmH2O or -2cmH2O
Respiratory rate : 10-15 breaths/min
Digunakan pada anak-anak.
Setting Awal Ventilator pada Anak-anak :
Ventilatory frequency:
infant = 20 - 25 breatholder
child = 15-20 breaths/min
Tidal volume : 10 - 15 ml/kg
I : E ratio : 1 : 2
PEEP : 2-3cmH20
Pressure limit : < 20 m.bar
FiO2 : 50 %
C. Flow Cycle
Digunakan pada bayi dengan berat badan lebih kecil atau sama dengan 10 kg.
Ventilatory rate : 20 - 25 breaths/min
Inspiratory time : 0,6 - 0,7 sec
PEEP : 2-3cmH20
I: E ratio : 1:1
Setting Awal Ventilator pada Bayi.
Inspiratory time : 0,6 -0,8 sec
Expiratory time : 1,0 - 1,2 sec
Respiratory rate : 30-40 breaths/min
I : E ratio : 1: 1 and 1: 2
Inspiratory flow ( v ) : 5-10 L/min.(3 x MV)
Inspiratory pressure limit : < 20 m.bar
PEEP : 3 cmH2O
F1O2 : 50%
SYARAT-SYARAT WEANING VENTILATOR
1. Penentuan penyapihan pasien dari ventilator merupakan keputusan medis
PaO2/FiO2 > 150 & PEEP < 10 cmH2O
2. Tidak ada kontra indikasi penyapihan
 Tekanan intrakranial tidak stabil (tunda penyapihan jika terdapat
TIK)
 Memerlukan sedasi dalam (cth.obstruksi jalan nafas atas)
 Ketidakstabilan hemodinamik
 Bronkospasme yang signifikan
 Kerja nafas yang berat
3. Berikan latihan ventilasi dengaan mode PS setiap hari pada pasien dg
kriteria :
 Rasio PaO2/Fi02 > 150
 Pasien dapat bernafas spontan jika frekuensi nafas pd mode SIMV
dikurangi s/d 8
4. Protocol penyapihan
 Lihat diagram alur pada halaman berikut
 Tentukan tekanan inisial untuk menjaga volume tidal yang adekuat
a. Mulai pada 10 cmH2O dan sesuaikan dengan
- Volume tidal ≤ 6 ml/kgBB pada pasien dalam proses
penyembuhan dari ARDS
- Volume tidal ≤ 8 ml/kgBB pada pasien yang lain
- BB ideal laki -laki = 0,91 x (tinggi badan (cm) -152,4) + 50
- BB ideal perempuan = 0,91 x (tinggi badan (cm) - 152,4) + 45,5
b. Alternatif lain gunakan target volume tidal 80-100 % dari volume tidal
pada mode SIMV
c. Range PS yang dapat diterima = 5-25 cmH2O
Jika volume tidal tidak dapat tercapai pada tekanan 25 cmH2O tunda
percobaan
 Lakukan penilaian pada menit ke 15 dan 30 untuk kriteria penyapihan
yang sukses
 Lakukan penilaian tiap jam untuk kesesuaian penyapihan PS
 Jika PS telah mencapai nilai minimum (5 cmH2O) lakukan penyapihan
PEEP menjadi 5 cmH2O
 Jika PS dan PEEP = 5 cmH2O lakukan ekstubasi
5. Kriteria penyapihan sukses
 RR < 30 mnnt
 SpO2 > 90% (dapat disetting rendah pada pasien COPD, cth > 86-88)
 FlO2 < 0,5
 Range Ps yg diijinkan ( 5-25 cmH2O )
 Tidak ada distress nafas sebagai mana ditunjukkan oleh dua atau lebih
gejala di bawah ini :
- HR > 20% baseline
- Penggunaan otot asesoris
- Berkeringat dingin
- Pergerakan abdomen paradoxical
- Dispneu yang bermakna
Controlled/assist controle  SIMV + PS/PS  CPAP  extubation  O2 dengan
masker.
MENGHITUNG FRAKSI OKSIGEN
Rumus :
I. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ)
II. FiO2 =
760
%
100
100
2 x
AaDO 
PAO2 = ( Pb – PH2O ) x FiO2 – PCO2
AaDO2 = PAO2 – PO2
III.
760
%
100
100
)
2
2
(
)
2
(
2
x
PCO
PO
O
PH
Pb
FlO





Keterangan :
PAO2 = tek.parsial O2 dlm alveolus
PaO2 = tek.parsial O2 dlm arteri
Pb = tekanan barometrik (760 mmHg)
PH2O = tek.air dlm paru (47 mmHg)
RQ = quesien respirasi (0,8)
AaDO2 =
FiO2 = fraksi oksigen yg diberikan pd vent.
PaCO2 = tek.parsial CO2 dim arteri
Misal px mendapat FiO2 100% hasil AGD = Ph 7,40 PO2 = 150
PCO2 = 40 perhitungan:
Rumus
I. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ)
= 1,00 (760 – 47) – (40 : 0,8)
= 1,00 (713) – (50)
= 663 mmHg
Persamaan AGD
90
2
2 X
PO
PAO
 (90 = PO2 yang diharapkan)
90
150
663 X

X = 8
,
397
150
90
663

x
PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ)
397,8 = FiO2 (713) – (50)
397,8 = 663 FiO2
FiO2 = 6
,
0
663
397
 atau 60%
Jadi untuk mendpatkan target PO2 90 dibutuhkan FlO2 60%
FiO2 =
760
%
100
100
2 x
AaDO 
PAO2 = (Pb – PH2O) x 100% - PCO2
= (760 – 47) x 100% - 40
= 713 – 40
= 673
AaDO2 = PAO2 – PO2
= 673 – 150
= 523
FiO2 =
760
%
100
100
2 x
AaDO 
=
760
%
100
100
523 x

= 81%
Pemakaian Ventilator
- Usia muda = 72 jam
- Tua = 2 x 24 jam
- PPOK = 1 x 24 jam
Ventilator di pakai pada BB 10 - 20 kg
- BB < 10 kg = sirkuit anak
- BB > 10 kg = sirkuit dewasa
Penyetingan alarm
- Alarm atas = 20 % x 500 ( TV ) + 500 = 600 ml
- Alarm bawah = 500 - (20% x 500 (TV)) = 400 ml
- Low TV = lepas sirkuit
- High TV/pressure = tahanan / tekanan
Tinggi  penyebab secret/plak  bronchial washing
- Flow = cek flow sensor
- Mv Flow / Volume = cek sirkuit ( adanya bocor, kurang kencang
pemasangan )
Istilah – istilah:
 Hipoksemia = O2 turun dalam darah
 Hipoksia = O2 turun dalam jaringan
 Hiperventilasi ( PO2 ↑ )
Hipokarbia (PCO2 ↓ )  Turunkan fraksi
 Hipoventilasi ( PO2 ↓ )
 Hiperkarbia ( PCO2 ↑ )  Naikkan RR,TV
Derajat Shunting
Rasio derajat shunting
600 tidak ada
300 minimal
250 ringan
200 moderate
150 berat
100 sangat berat
Besar derajat shunting ditentukan dengan PO2: FiO2
Parameter Assist
control
Pressure
control
Pressure
support
FiO2 √ √ √ √
Fekwensi Nafas √ √ √
Volume Tidal √ √
Tekanan Inspirasi √ √ √
Inspirasi Flow √* √*
I : E ratio √* √ √*
Inspirasi Pause √* √*
Periode SIMV √
PEEP √ √ √ √
Trigger √ √ √ √
 PASB (Pressure Assisted Spontanius Breathing) : Saat ada trigger
diberikan bantuan sesuai yang di setting ditambah PEEP
PASB = 6 PEEP = 5
Saat ada trigger di berikan pressure 6 + 5 = 11
 BIPAP
TV tidak disetting (pasien menerima TV sesuai kemampuan)
 PC BIPAP
Yang diset pada mesin artinya
RR = 12, T insp= 1,8 , PEEP = 5, P insp = 20, ASB = 12, FiO2 = 40%
P insp - ASB = 20-12 = 8 ( bantuan dari mesin )
ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN
VENTILATOR
 Gelas kumur berisi air bersih atau NaCl 0,9%.
 Handuk
 Bengkok
 Kapas deppers.
 Arteri klem atau pinset.
 Cairan Chlorhexidlne 0,2%.
VENTILATOR DAN SEPSIS BUNDLE
Tujuan  mengurangi resiko terjadinya VAP pada pasien di ICU
Elemen :
 Elevasi tempat tidur di bagian kepala
 Interupsi sedasi harian untuk menilai kesadaran dan kesiapan untuk
"weaning"
 Profilaksis peptic ulcer
 Profilaksis DVT
 Daily Oral Care dengan chlorhexidine
Sepsis Care Bundle terdiri dan 7 elemen yang harus diimplementasikan 100%
dalam waktu 6 jam pertama pada pasien sepsis berat atau shock septik. Elemen
tersebut antara lain:
1. Kultur darah
2. Pengukuran laktat
3. Pemberian antibiotik awal
4. Resusitasi cairan
5. Terapi vasopressor dan inotrope
6. Pertahankan CVP yang adekuat
7. Pertahankan saturasl oksigen vena sentral.
Setelah menjalankan 7 elemen tersebut yang harus dicapai dalam 6 jam,
dilanjutkan dengan 4 elemen yang ditargetan diimplementasikan dalam 24 jam:
1. Recombinant human activated protein C (rhAPC)
2. Kontrol gula darah
3. Strategi ventilasi mekanik
4. Steroid
Dengan implementasi Sepsis care bundle ini didapatkan initial resusitasi untuk
paslen sepsis lebih cepat tercapai antara lain :
 Tekanan Vena Sentral (CVP) 8-12 mmHg ( 12-15 mmHg jika diventilasi)
 MAP > 65 mmhg atau SBP > 90 mmhg
 Urine output > 0.5mL/kg
 Saturasi vena campur ScVO2 > 70%
SYOK dan EARLY GOAL-DIRECTED THERAPHY
(EGDT)
Manifestasi klinis syok adalah gambaran hipoferfusi organ: perubahan status
mental, dingin, ekstremitas pucat, tekanan darah rendah, melemahnya nadi dan
oligouria.
Dari perspektif fisiologi sirkulasi syok dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma
terjadi penurunan perfusi jaringan sehingga aliran darah tidak adekuat mencukupi
keperluan metabolisme seluler.
Mixed Venous Oxygen Saturation (SvO2)
Adalah saturasi oksigen dari darah vena atau darah yang kembali ke jantung
kanan
Hal ini merefleksikan, jumlah dari oksigen yang ter"sisa" setelah digunakan oleh
jaringan (tissue).
SvO2: Dapat dihitung dengan faktor – faktor penentu
SvO2 dapat didefinisikan berdasarkan persamaan modifikasi Fick:
SvO2 = SaO2 - (VO2 / [CO x 1.38 x Hgb])
Jadi, SvO2 dipengaruhi oleh saturasi oksigen arteri, konsumsi oksigen sel, curah
jantung (cardiac output) dan hemoglobin
mengukur SvO2 :
Oximetric Swan
Two wavelength systems
Three wavelength systems
Pengukuran langsung:
Sampel darah diambil dari PA cath distal, dan dianalisa dengan mesin Analisa Gas
Darah (AGD)
Sampel darah diambil dari lumen distal kateter vena sentra (CVC) dan dianalisa
dengan mesin AGD, notifikasinya menjad Scava-veinO2 (ScvO2)
Nilai normal adalah SvO2 berkisar antara 68% to 77%
 Nilai kurang dari 50% = berbahaya (syok terkompensasi)
 Nilai kurang dari 30% = menunjukkan adanya metabolisme anaerob
(oxygen debt = syok tidak terkompensasi)
Shock adalah suatu sindrom dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan
oksigen tissue (VO2) dengan delivery oksigen (DO2)
Sebagai konsekuensi dari ketidak seimbangan ini adalah terjadinya peningkatan
kadar laktat darah atau penurunan SvO2, yg menandakan mulai terjadinya
kerusakan sel (metabolisme anaerob)
SIRS SEPSIS SEVERE SEPSIS SEPTIC SHOCK
- temperature
- 38o
C
- 36o
C
- HR > 90 bpm
- RR > 20 x/min
- WBC >
12000 /mm3
or
< 4000 / mm3
or >10%
immature
neutrophils
SIRS plus / with a
presumed or
confirmed
infectious process
(blood culture or
procalcitonin
proven)
- Organ
dysfunction
- Hypotension
(SBP < 90 of
or SBP drop >
40 mmHg of
normal)
- Hypoperfusion
(lactice
acidosis,
oligouria, or
mental
disorder)
- Severe sepsis
with
hypotension,
despite
adequate fluid
resuscitation
- Multiple organ
dysfunction
syndrome
criteria
- Evidence of > 2
organ failing
SIRS = Systemic Inflammatory Response Syndrome
Overview of Patient Enrollment and Hemodynamic Support
Protocol for Early Goal – Directed Theraphy
TERAPI NUTRIS1
Jalur vena :
1. Jalur perifer (larutan < 800 mOsm)
2. Vena sentral (larutan > 800 mOsm)
Kebutuhan air dewasa : 40 ml/kgBB
Bayi atau anak :
0 - 10 Kg = 100 ml/kgbb
10 - 20 Kg = 1000 ml + (Nx50ml/kgbb)
20 - 30 Kg = 1500 ml+ (Nx20ml/kgbb)
KEBUTUHAN KALORI
Sumber kalori :
1. Karbohidrat : 3-5 gram/kgBB/hari
2. Lemak : minimal 10% dari kebutuhan kalori, maksimal 1.5
gram/kgBB/hari
- Ratio Karbohidrat : Lemak = 2 : 1
- Kebutuhan kalori normal : 30-50 kcal/kgBB/hari
Kebutuhan kalori saat istirahat : 25 kcal/kgBB/hari
3. Kebutuhan protein normal : 0,8 - 1,0 Gram/KgBB/Hari
Dalam keadaan stress (pasca bedah, trauma, sepsis, dan luka bakar)
kebutuhan meningkat : 1.5 – 2.0 gr/kgBB/hari
NITROGEN = hasil metabolisme protein yang digunakan sebagai parameter
pemantauan
1 Gram nitrogen = 6,25 Gram PROTEIN
Ratio nitrogen : kalori = 1: 200 sampai 1: 100
CONTOH PERHITUNGAN UNTUK PASIEN BB 50 KG
Komposisi larutan nutrisi parenteral :
 PROTEIN = 50 x l,5-2,0gr = 75-100 gr
 KALORl NON PROTEIN = 50 x 30 kcal = 1500 kcal
Macam sumber kalori = KH : LEMAK = 2:1
Volume cairan : 2000 - 2500 ml terdiri dari:
 ASAM AMINO 10% =1000 ml
 GLUKOSA 25% = 1000 ml (1000 kcal)
 LEMAK 20% = 250 ml ( 450 kcal)
ELEKTROLIT
 NATRIUM = 50 - 100 mEq
 FOSFAT = 5 - 30 mEq
 KALIUM = 50 - 75 mEq
 KALSIUM = 5 - 10 mEq
 MAGNESIUM = 5 -10 mEq
NUTRISI PARENTERAL CARA PEMBERIAN :
 Melalui vena perifer
- Tungkai, kepala < 1 minggu
- Jumlah nutrisi yang dapat diberikan terbatas
- Infeksi <
- ≠ nutrisi osmolaritas tinggi
 Melalui vena perifer – sentral
- V. Safena magna atau V. Cubiti
- Memenuhi kebutuhan kalori lebih tepat
 Melalui vena sentral
- V. Subklavia atau V. Jugularis
- Dapat diberikan nutrisi dengan osmolaritas tinggi
- Pada anak-anak jarang
NUTRISI ENTERAL CARA:
- NASOGASTRIK
- NASODUODENAL
- FARINGOSTOMI GASTRIK
- FARINGODUODENAL
- GASTROSTOMI
- GASTROSTOMI DUODENAL
- YEYUNOSTOMI
BOLUS & DRIP KONTINYU NUTRISI ENTERAL (BOLUS):
 Resiko aspirasi
 Intoleransi terhadap bolus KH, lemak, dan protein
 Terjadwal
NUTRISI ENTERAL DRIP KONTINYU :
 Resiko tumbuhnya bakteri > besar
 Tidak boleh > 12 jam
 Kantong nutrisi dan selang diganti tiap hari
 Untuk yang langsung ke usus halus atau jejunum sebaiknya drip (porsi
sedikit tapi sering)
NUTRISI ENTERAL
Jenis
Produk
Ener
gi
(Kka
l)
Protei
n
(gram
)
Lema
k
(gram
)
Karb
ohidr
at
(gra
m)
Natriu
m
(mg)
Kaliu
m
(mg)
Keterangan
Entramix 260 10 8 38 130 110
Nutri seimbang (serat pangan / fiber,
selenium 12,1mg, prebiotik inulin,
bebas laktosa, bebas gluten)
Nutrisol 262,7 11,25 7,5 38,75 237,5 450
Nutrisi seimbang (MUFA, prebiotik
FOS, omega 3 dan 6, mengandung
gula, selenium)
Ensure 250 9,8 7,6 35,8 206,5 391,3
Nutrisi seimbang (prebiotik FOS,
tinggi kalsium, rendah kolesterol, asam
linoleat dan linolenat, bebas laktosa)
Nutrien
Optimum
260 10,8 10,8 31,52 135,8 326
Nutrisi seimbang (bebas laktosa, bebas
gluten, probiotik, prebiotik, MUFA,
PUFA, protein whey, rendah residu)
Panentera
l
250 7,6 12,8 27 112,5 281,2
Nutrisi seimbang (MCT, bebas laktosa,
linolenat dan linoleat, tinggi lemak
MCT, L:P:Kh=44%:12%:44%)
Peptiosol 250 14 3 42 130 130 Nutrisi tinggi protein
Nephrisol 270 5 6 48 95 60
Nutrisi untuk penyakit ginjal (rendah
protein)
Diabetaso
l
250 10 8 39 95 210
Nutrisi untuk diabetes (serat pangan,
kromium picolinat, low GI)
Hepatosol 230 9 2,5 47 130 80 Nutrisi untuk gangguan fungsi hati
Hepatosol
LOLA
250 12 2,5 44 135 80
Nutrisi untuk gangguan fungsi hati
berat
Nutrican 330 19 7 51 54 180
Nutrisi untuk kanker (tinggi energi,
protein BCAA, omega 3, serat pangan)
Pediasure 250 7,7 12,25 27,7 119 239
Nutrisi lengkap seimbang untuk anak
(rendah laktosa)
Proten 265 10 7,25 34,6 3,1 461
Nutrisi seimbang dari soya atau kedelai
(bebas laktosa, +Zinc, +Fe)
Peptamen 250 10 10 31,2 200 312,5
Nutrisi elemental / jejunostomi
(peptida bebas laktosa, isotonik, sangat
rendah residu, bebas gluten, MCT
70%)
Peptamen
Junior
250 8 10 35 180 330
Nutrisi elemental untuk gangguan
pencernaan anak, jejunostomi (peptida)
Neomune 250 15,6 7,2 31,2 200 263,75
Imunonutrisi (arginin, glutamin, omega
3, MCT)
Nutrisi Parenteral
Jenis Produk
Kalor
i
(Kkal
/L)
Karbo
hidrat
(gram)
Prot
ein
(gra
m)
Lem
ak
(gra
m)
Osmol
aritas
(mOsm
/L)
Kandungan
Ssedi
aan
(ml)
Keterang
an
Glutiven 800 20 AA 100
Aminofusion 400 50 50
Kalbamin 400 100 800 AA 500
Amiparen 400 100 911
Clinoleic
20%
2000 200
Olive oil, tinggi
MUFA, rendah
PUFA dan SAF
100/2
50/50
0
Menekan
stres
oksidatif
Lipofundin
MCT/LCT
20%
100/2
50/50
0
Ivelip 20% 2000 200 Lipid
100/2
50/50
0
Nutriflex
lipid peri
AA + Glucosa +
Lipid MCT/LCT
+ E
1250/
1875
Nutriflex
lipid special
AA + Glucosa +
Lipid MCT/LCT
+ E
625 /
1250
Aminoplasma
5%
200 50 590 AA
Aminoplasma
10%
AA
Kalbamin
10%
AA
500
Aminofusion
Paed 5%
AA
250
Benutrion VE 200 AA + Vit E 500
Aminofusion
L600
600 100 50 1100 AA
500
Panamin G 320 50 30 507
Aminovel
600
600 100 50 1160
Aminofluid 420 75 30 817
AA + E +
Glukosa
Aminoleban 320 80 768 500
Kidmin 500
Renxamin 360 90 860 200 Hipoprotei
9%
nemia +
gagal
ginjal
Aminofusion
Hepar
400 50 50 800 AA + Kh + E
Insufiensi
hepar
Comafusion
Hepar
400 50 50 800
AA + Kh + E +
Vit
Insufiensi
hepar
EAS Pfimmer 360 20 69 700
Menurunk
an uremia
Combiplex
peri
480 80 40 900 AA + Glukosa
1000
Clinimix
N9G15E
412 75 28 845 AA + Kh + E
1000
Clinimix
N9G20E
512 100 28 980 AA + Kh + E
1000
Triofusin 500 500 123 700
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol
500
Triofusin
1000
1000 246 1400
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol
500
Triofusin
1600
1600 410 2500
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol
500
Triofusin
E1000
1000 246 1600
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol + E
500
Tutofusin
OPS
200 50 4,75 Gula Alkohol
500
Tutofusin LC 219 50
AA + Kh + E +
Vit
Futrolit Gula Alkohol
Martos 10 Maltosa
Infumal Maltosa
Solution pH Na+
Cl-
K+
Ca++
Lactate Glucose Osmolality Other
0,9% normal
saline
5.0 154 154 0 0 0 0 308 0
Hartmann/CSL 5-7 131 112 5 2 28 0 255 0
Plasma lyte 7.4 140 98 5 0 0 0 294
27mm
Aceta
23mm
Gluco
5% dextrose
inwater (D5W)
4.0 0 0 0 0 0 50 g/L 252 0
.45% normal
saline with
dextrose (D5 ½
NS)
4.5 77 77 0 0 0 50 g/L 406 0
Albumin (4%)
6.7 –
7.3
140 128 0 0 0 0 260
40 g/L
album
Albumin (20%)
6.4 –
7.3
48 –
100
130 –
160
0 0 0 0 130
200 g/
album
Hetastarch 6% 5.5 154 154 0 0 0 0 310
60 g/L
starch
Pentastarch 10% 5.0 154 154 0 0 0 0 326
100 g/
starch
Dextran – 40
(10% solution)
3.5 –
7.0
154 154 0 0 0 0 311
100 g/
dextra
Dextran – 70 (6%
solution)
3.0 –
7.0
154 154 0 0 0 0 310
60 g/L
dextra
Haemaccel 3.5% 7.4 145 145 5 6.25 0 0 293
35 g/L
gelatin
Gelofusine 7.4 154 125 0 0 0 0 308
40 g/L
gelatin
F.A.S.T.H.U.G
F = Feeding
A = Analgesik
S = Sedasi
T = tromboemboli profilaksis
H = Head of bed elevasi
U = Ulcer proteksi
G = Glucose control
FEEDING
 Berikan nutrisi – segera mungkin setelah resusitasi stabil
 Ideal < 72 jam
 Nutrisi dini menurunkan angka kematian secara signifikan
 Lebih dipilih darpada parenteral
ANALGESIA
Dasar: nyeri adalah vital sign yang ke – 5
 Pasien dalam kondisi apapun tidak boleh nyeri
 Rangsangan nyeri tersebut dapat mempengaruhi pemulihan fisiologis dan
psikologis
 kurang tidur, disfungsi paru dan respon stress, imunosupresi,
hiperkoagulabilitas, katabolisme protein meningkatkan oksigen Miokard
consumption
Pain Rating Scale :
 Visual Analogue Scale
 Numeric Rating Scale
 Faces Scale
 McGill Pain Questionnare
SEDASI
TROMBOEMBOLI PROFILAKSIS
Cara Mekanik:
 Perubahan posisi berbaring secara berkala,
 Pijat rutin pada tungkai bawah
 Early mobilisasi pada pasien sadar
 Graduated compression stocklngs (GCS),
 Intermitent pneumaccompression (IPC) devices
 Venous foot pump (VFP).
Terap imedikamentosa:
 Heparin 5000Unit setiap 8 – 12 jam
 Enoxaparin 30 Unit setiap l2 jam
 Dalteparin 2500 – 5000 Unit setiap 24 jam
 Fondaparinux 2,5mg setiap 24 Jam
HEAD OF THE BED ELEVATION
 Head of the bed
Dibuat untuk menghindari reflux dan regurgitasi isi lambung ke rongga
mulut dan saluran napas
 Prinsip gravitasi
 Termasuk dalam VAP
 Kemiringan 30 – 45 derajat
 Dikarenakan seringnya penggunaan Nasogastric tube pa da banyak kasus
critical
 Penggunaan H2 Blocker, PPI, Antasida yang berhubungan dgn
penggunaan tromboprofilaksis
ULCER PROFILAKSIS
 H2 Antagonists seperti Cimetidine 300 mg oral atau lV setiap 6 – 8 jam
 Famotidine 20 mg oral atau lV setiap l2jam,
 Ranitidine 5mg lV setiap l2 jam
 Penghambat pompa proton seperti
Lanzoprazole 30 mg setiap 24 jam,
Omeperazole 20 mg setiap 24jam
Pantoprazole 40 mg setiap 24jam,
 Sucralfat10 mg setiap 6 Jam
GLUCOSE CONTROL
 Hyperglycemia meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan.
 Dengan mengontrol gula darah akan menurunkan insidens penyembuhan
luka yang lama, resiko infeksi gangguan motilitas usus, gangguan
performa kardiovaskuler, resiko polineuropati dan resiko gagal ginjal akut
 Target gula darah idealnya dipertahankan di level l40—180 mg/dL.
 Strategi mempertahankan gula darah : lnsulin
Continuous dapat dijalankan setelah 2 kali pemeriksaan denga n interval 1
jam, masih menunjukkan > 180mg/dL
EKG
Elektrokardiografi: llmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung
Elektrokardiogram: Grafik hasil pencatatan aktivitas listrik jantung
Elektrokardiograf: Alat untuk mencatat aktivitas listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu
KEGUNAAN EKG , Menentukan:
1. Kelainan irama jantung (Aritmia)
2. Kelainan myokardium (Hipertrofi atrium & ventrikel, Iskemia/lnfark otot
jantung)
3. Efek dari beberapa obat-obatan (Digitalis, Antiaritmia)
4. Kelainan elektrolit (Kalium, Calsium, Natrium)
5. Menilai fungsi pacu jantung
Kertas EKG
 Kecepatan kertas 25mm/dtk
 Garis horizontal : Tiap 1 mm = 1/25 = 0,04 dtk
 Garis vertical : Tiap 1mm = O.l Mv
 Kotak kecil 1 mm x 1 mm
 Kotak besar 5 mm x 5 mm
SANDAPAN EKG Terdapat 2 Jenis Sandapan pada EKG
1. SANDAPAN BIPOLAR (I, II, III)
2. SANDAPAN UNIPOLAR
Sandapan unipolar ekstermitas (aVR, aVL, aVF)
Sandapan unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5, V6)
1. SANDAPAN BIPOLAR
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda:
Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn tangan
kiri, dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri
bermuatan (+)
Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn kaki kiri,
dimana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
(+)
Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan
kaki kiri (LL), dimana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki
kiri bermuatan
2. SANDAPAN UNIPOLAR
 Sandapan unipolar ekstremitas Dinamakan sandapan unipolar
ekstremitas karena merekam besar potensial listrik pada satu
ekstremitas, elektroda eksplorasl diletakkan pada ekstermitas yang
akan diukur, gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas lain
membentuk elektroda indiferen (potensial 0)
Sandapan aVR : merekam potesial listrik pada tangan kanan (RA)
dimana tangan kanan bermuatan (+) tangan dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen.
Sandapan aVL : merekam potensial iistrik pada tangan kiri (LA)
dimana tangan kiri bermuatan (+) tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen.
Sandapan aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LL) dimana
tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indiferen
 Sandapan unipolar precordial
Sandapan V1 : ICS IV garis sternal ka
Sandapan V2 : ICS IV garis sternal kl
Sandapan V3 : antara V2 dan V4
Sandapan V4 : ICS V MCL ki
Sandapan V5 : setinggi V4 garis aksila anterior kiri
Sandapan V6 : setinggi V4 garis aksila media kiri
KURVA EKG
8 LANGKAH MEMBACA EKG
1. IRAMA
Irama EKG normal : IRAMA SINUS (SR) (Irama yang ditentukan oleh
SA Node)
Ciri – cirinya:
 HR : 60 – 100 x /mnt
 Irama teratur / regular
 Gel P normal dan selalu diikuti oleh complex QRS & gel T
 PR interval antara 0,12 – 0,20 detik
 Komplex QRS normal (0,060 – 0,12)
 Semua gelombang sama
2. HEART RATE
Tentukan frekuensi (heart rate) caranya :
- 300 dibagi kotak besar antara R – R
- 1500 dibagi kotak kecil antara R – R,
- Lead panjang 6 detik – jml gel QRS dikali 100
Bila Heart Rate
> 100 x / mnt = sinus Tachycardi
< 60 x / mnt = sinus Bradycardi
3. AXIS
Cara;
Amplitudo QRS dihitung pada lead I dan AVF:
Amplitudo gel R - amplitude gel S
Bila:
- Gel R, nilalnya lebih tinggi dari gel S = positif
- Gel S, nilainya lebih tinggi dari gel R = negative
4. GELOMBANG P
Depolarisasi Atrium
Sinus Ritme : + di II
Sinus Ritme ; - di avR
N : lebar <0,12dtk
N : tinggi < 0,3 mV
5. PR INTERVAL
Rentang waktu dari awal P sampai dengan awal QRS
Normal: 0.12 - 0.20 detik (3 -5 kotak)
PR: >0.20 detik pada AV blok
6. Komplex QRS
Gelombang QRS
 Depolarisasi ventrikel
 Lebar 0,05 – 0,12 dtk (1 ½ kk)
 Bila > 0,12 dtk Bundle Brach Block (BBB)
Tinggi tergantung lead
Buku saku icu
Buku saku icu
Buku saku icu
Buku saku icu
Buku saku icu
Buku saku icu

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Cara menghitung pemberian cairan infus
Cara menghitung pemberian cairan infusCara menghitung pemberian cairan infus
Cara menghitung pemberian cairan infusAULIA SHARA
 
Penggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.Aminullah
Penggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.AminullahPenggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.Aminullah
Penggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.Aminullahdki amin
 
Cairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidCairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidFais PPT
 
Tekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialTekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialAris Rahmanda
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerocto zulkarnain
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darahDina Awwe
 
Ventilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatriVentilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatriGunk Arie'sti
 
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureStudi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureNesha Mutiara
 
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptxPenggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptxDokterdiaphragma
 
penghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpenghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpjj_kemenkes
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)M Afzalurrahman Putranda
 
8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekgrikiab
 
Algoritme syok hipovolemik dan septik
Algoritme syok hipovolemik dan septikAlgoritme syok hipovolemik dan septik
Algoritme syok hipovolemik dan septikDokter Tekno
 
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcerPEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcerSofiaNofianti
 

Mais procurados (20)

Resusitasi cairan
Resusitasi cairanResusitasi cairan
Resusitasi cairan
 
Keseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolitKeseimbangan cairan & elektrolit
Keseimbangan cairan & elektrolit
 
Terapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anakTerapi cairan pada anak
Terapi cairan pada anak
 
Cara menghitung pemberian cairan infus
Cara menghitung pemberian cairan infusCara menghitung pemberian cairan infus
Cara menghitung pemberian cairan infus
 
Penggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.Aminullah
Penggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.AminullahPenggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.Aminullah
Penggunaan Obat Live Saving UGD oleh dr.Aminullah
 
Cairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan KoloidCairan Kristaloid dan Koloid
Cairan Kristaloid dan Koloid
 
Tekanan Intrakranial
Tekanan IntrakranialTekanan Intrakranial
Tekanan Intrakranial
 
Farmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskulerFarmakologi kardiovaskuler
Farmakologi kardiovaskuler
 
Sindrom nefrotik
Sindrom nefrotikSindrom nefrotik
Sindrom nefrotik
 
keseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darahkeseimbangan asam-basa dan gas darah
keseimbangan asam-basa dan gas darah
 
transfusi darah
transfusi darahtransfusi darah
transfusi darah
 
Ventilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatriVentilator dr. adilatri
Ventilator dr. adilatri
 
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart FailureStudi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
Studi Kasus Farmakoterapi Congestive Heart Failure
 
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptxPenggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
Penggunaan Ca Gluconas pada Transfusi Darah.pptx
 
penghitungan dosis obat
penghitungan dosis obatpenghitungan dosis obat
penghitungan dosis obat
 
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
Laporan Kasus Multiple Ventricle Extra Systole (mVES)
 
8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg8. skills-stations-ekg
8. skills-stations-ekg
 
Algoritme syok hipovolemik dan septik
Algoritme syok hipovolemik dan septikAlgoritme syok hipovolemik dan septik
Algoritme syok hipovolemik dan septik
 
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcerPEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
PEPTIC ULCER TUKAK LAMBUNG Patofisiologi peptic ulcer
 
Syok pada anak
Syok pada anak Syok pada anak
Syok pada anak
 

Semelhante a Buku saku icu

76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdfputrimerdekawati2
 
Materi dr cakra.pptx
Materi dr cakra.pptxMateri dr cakra.pptx
Materi dr cakra.pptxDitra Putri
 
obat-obat_emergency.docx
obat-obat_emergency.docxobat-obat_emergency.docx
obat-obat_emergency.docxilhamfariz1
 
obat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdf
obat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdfobat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdf
obat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdfSugeng Ners
 
Rancangan Formularium 2
Rancangan Formularium 2Rancangan Formularium 2
Rancangan Formularium 2Sisca Yoliza
 
Morbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptxMorbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptxssuser11fe02
 
Morbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptxMorbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptxssuser11fe02
 
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaPemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaNesha Mutiara
 
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxPPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxWildaKurniawati2
 
13 resiy farianti
13 resiy farianti13 resiy farianti
13 resiy fariantiresiy
 
13 resiy farianti
13 resiy farianti13 resiy farianti
13 resiy fariantiresiy
 
Dengue Haemorragic Fever.pptx
Dengue Haemorragic Fever.pptxDengue Haemorragic Fever.pptx
Dengue Haemorragic Fever.pptxMethaKemala
 

Semelhante a Buku saku icu (20)

76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
76288543-Pediatrik-Praktis-PPC-IJ.pdf
 
Materi dr cakra.pptx
Materi dr cakra.pptxMateri dr cakra.pptx
Materi dr cakra.pptx
 
Obat emergency
Obat emergencyObat emergency
Obat emergency
 
obat-obat_emergency.docx
obat-obat_emergency.docxobat-obat_emergency.docx
obat-obat_emergency.docx
 
OBAT_OBAT_EMERGENSI.pdf
OBAT_OBAT_EMERGENSI.pdfOBAT_OBAT_EMERGENSI.pdf
OBAT_OBAT_EMERGENSI.pdf
 
obat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdf
obat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdfobat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdf
obat-obatan emergency, vitamin dan mineral.pdf
 
Rancangan Formularium 2
Rancangan Formularium 2Rancangan Formularium 2
Rancangan Formularium 2
 
Ab ppra
Ab ppraAb ppra
Ab ppra
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
 
AH 2.docx
AH 2.docxAH 2.docx
AH 2.docx
 
PERHITUNGAN DOSIS.pptx
PERHITUNGAN DOSIS.pptxPERHITUNGAN DOSIS.pptx
PERHITUNGAN DOSIS.pptx
 
PPT DM+HT+CKD.pptx
PPT DM+HT+CKD.pptxPPT DM+HT+CKD.pptx
PPT DM+HT+CKD.pptx
 
Morbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptxMorbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptx
 
Morbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptxMorbid Bilqis.pptx
Morbid Bilqis.pptx
 
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan HipoalbuminemiaPemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
Pemantauan Terapi Obat Pasien Diabetes, Hipertensi, dan Hipoalbuminemia
 
Diuretik percobaan
Diuretik percobaanDiuretik percobaan
Diuretik percobaan
 
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptxPPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
PPT LAPORAN KASUS TERAPI INTENSIF PADA STROKE.pptx
 
13 resiy farianti
13 resiy farianti13 resiy farianti
13 resiy farianti
 
13 resiy farianti
13 resiy farianti13 resiy farianti
13 resiy farianti
 
Dengue Haemorragic Fever.pptx
Dengue Haemorragic Fever.pptxDengue Haemorragic Fever.pptx
Dengue Haemorragic Fever.pptx
 

Último

persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypianisaEndrasari
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakelin560994
 
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxPPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxresthy1
 
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.haslinahaslina3
 
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASNovaFitriana8
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptssuser8a13d21
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfAlanRahmat
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohARDS5
 

Último (8)

persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypipersentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
persentation TYPHOID yang disebabkan olehSalmonela thypi
 
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anakKIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
KIA ppt penyuluhan buku kesehatan ibu dan anak
 
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptxPPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
PPT Anemia pada ibu hamil untuk proposal.pptx
 
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
ASUHAN KEFARMASIAN DOSIS.ppt dosis obat.
 
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMASASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
ASUHAN KEPERAWATAN RAWAT JALAN DIPUSKESMAS
 
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.pptkelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
kelompok rentan pada perempuan dan a.ppt
 
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdfDiagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
Diagnosis Diferensial and Mnemonic_Materi 2.pdf
 
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan ContohUji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
Uji Validitas dan Realibilitas SPSS dan Contoh
 

Buku saku icu

  • 1. B U K U S A K U I C U
  • 2. SISTEM PERHITUNGAN OBAT PARENTERAL  Rumus perhitungan obat injeksi : Dosis yang diperlukan x volume obat yang tersedia Dosis yang tersedia  Menghitung pemberian cairan (ml/jam) : Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) Lama waktu pemberian (jam)  Menghitung pemberian cairan (tetes/menit) : Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) x Faktor tetesan Lama waktu pemberian (jam) x waktu (60)  Menghitung waktu pemberian cairan : Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) x faktor tetesan Pemberian cairan (tts/mnt) x waktu (60)
  • 3. DOPAMIN 1 ampul /vial = 200 mg Indikasi :  Mengatasi hipotensi dengan tanda dan gejala syok  Gagal jantung kongestif  Obat kelas II pada bradikardi dengan hipotensi setelah atropine Dosis : Rendah 1-5 mcg/kgBB/menit Reseptor dopaminergik terutama di ginjal, mesenterium, dan pembuluh coroner Sedang 5-10 mcg/kgBB/menit Meningkatnya tekanan sistolik dan tekanan nadi tanpa mengubah tekanan diastolic Tinggi 10-20 mcg/kgBB/menit (vasopressor) Kontraindikasi :  Hipovolemik yang belum terkoreksi  Takiaritmia atau fibrilasi ventrikuler yang belum terkoreksi  Hipertiroid Efek samping :  Kardiovaskuler : o Aritmia, terutama takikardi supraventrikuler primer o Palpitasi o Angina o Hipertensi o Vasokonstriksi  Dyspnea  Sakit kepala, stimulasi SSP  Mual, muntah Rumus 1 dengan syringe pump : Dosis x BB x 60 Jumlah obat/cc (dalam mikro) Rumus 2 dengan syringe pump : Dosis x BB x pengenceran x 60 Jumlah obat/cc (dalam mikro) Contoh :
  • 4. BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam NaCl 50 cc Cara 1 : 200 mg : 50 cc 4 mg : 1 cc 4000 mcg : 1 cc Rumus : 5 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam 4000 Cara 2 : Rumus : 5 x 50 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam 200.000 DOBUTAMIN 1 vial = 250 mg Indikasi :  terapi penunjang inotropik pada pengobatan jangka pendek untuk pasien dewasa dengan dekompensasi kordis karena penekanan kontraktilitas jantung yang diakibatkan oleh penyakit jantung organic atau prosedur bedah jantung  Lebih efektif dalam menurunkan tekanan pengisian ventrikel karena tidak meningkatkan tekanan perifer Kontraindikasi : stenosis subaortik hipertropik idiopatik Efek samping : nausea, nyeri kepala, angina, palpitasi Dosis : Rendah 2-5 mcg/kgBB/menit Sedang 5-10 mcg/kgBB/menit Meningkatkan kontraktilitas miokard tanpa meningkatkan frekuensi denyut jantung Tinggi 10-20 mcg/kgBB/menit Rumus : Dosis x BB x 60 Jumlah obat/cc (dalam mikro) Contoh : BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam Dex 5% 50 cc Cara : 250 mg = 50 cc 5 mg = 1 cc = 5000 mcg Jadi : 5 x 50 x 60 = 3 cc/jam 500 Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60 Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
  • 5. Contoh : BB 50 kg, dosis 5 mikro, diencerkan 50 cc Cara : 5 x 50 x 50 x 60 = 3 cc/jam 250.000 Rumus : dengan infus set makro : 1 cc = 20 tetes/menit dengan infus set mikro : 1 cc = 60 tetes/menit Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60/20 Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro) Contoh : BB 50 kg, dosis 5 mcg, dalam 500 Dex 5% Cara : 5 x 50 x 500 x 60 = 30 tts/menit 250.000 NOREEPINEFRIN (vascon®, raivas®) 1 ampul = 4 mg Indikasi : pilihan pertama vasopressor pada pasien dengan syok septik Rumus : Dosis x BB x 60 Jumlah obat/cc (dlm mikro) Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60 Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro) Rumus murni : Dosis x BB x 60 Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro) Contoh : BB 50 kg, dosis yang diinginkan 0.5 mikro, diencerkan dalam 50 cc NaCl Cara : 1 mg = 1000 mcg 4 mg = 50 cc 0.08 mg = 1 cc 80 mcg = 1 cc Rumus 1 : 0.5 x 50 x 60 = 18.75 cc/jam 80 Rumus 2 : 0.5 x 50 x 50 x 60 = 18.75 cc/jam 4000 Rumus murni : 0.5 x 50 x 60 = 1.5 cc/jam 1000
  • 6. ISDN (ISOSORBID DINITRAT) 1 ampul = 10 mg Indikasi :  pengobatan dan pencegahan angina pectoris  terapi gagal jantung kongestif refrakter berat Kontraindikasi :  anemia berat, hipotensi, syok kardiogenik  hipertiroid, peningkatan TIK, glaucoma Efek samping :  hipotensi ortostatik, takikardi  sakit kepala  mual, gangguan GI Rumus dengan syringe pump (dalam mg/jam) : Dosis x pengenceran Jumlah obat yang diencerkan Contoh : dosis yang diminta 2 mg/jam, pengenceran 50 cc, jumlah obat yang diencerkan 2 ampul (20 mg) Jadi : 2 x 50 = 5 cc/jam 20 Rumus dalam syringe pump (dalam mikro/menit) : Dosis x pengenceran x 60 Jumlah obat yang diencerkan (dlm mikro) Contoh : dosis yang diminta 20 mikro/menit, pengenceran 50 cc, jumlah obat yang diencerkan 2 ampul (20 mg) Jadi : 20 x 50 x 60 = 3 cc/jam 20.000 NICARDIPINE (Perdipine®) 1 ampul = 10 mg Indikasi : terapi kedaruratan untuk hipertensi selama masa operasi Kontraindikasi :  dugaan hemostasis inkomplit sesudah terjadi perdarahan intracranial  peningkatan TIK pada stadium akut stroke serebral
  • 7. Efek samping : ileus paralitik, hipoksemia, nyeri angina, trombositopenia Dosis : 3-15 mg/menit Rumus dengan syringe pump : Dosis x BB x pengenceran x 60 Jumlah obat/cc (dlm mikro) Rumus dengan makro/mikro drip : Dosis x BB x pengenceran x 20/60 Jumlah obat/cc (dlm mikro) Contoh : BB 60 kg, dosis 0.5 mikro, diencerkan dalam NaCl 0.9% 50 cc Cara 1 : 10 mg : 50 cc 0.2 mg : 1 cc = 200 mcg Jadi : 0.5 x 60 x 60 = 9 cc/jam 200 Cara 2 : 0.5 x 60 x 50 x 60 = 9 cc/jam 10.000 FUROSEMIDE 1 ampul = 20 mg Indikasi : edema jantung, paru, ginjal dan hati ; hipertensi Kontraindikasi : anuria, koma hepatikum, defisiensi elektrolit, hipersensitif furosemide Efek samping : gangguan GI, trombositopenia, leukopenia, mulut kering, peningkatan kadar asam urat Rumus : Dosis x pengenceran Jumlah obat yang diencerkan Contoh : dosis yang diminta 10 mg/jam, kandungan obat 10 mg/ml Cara : 10 x 1 = 1 cc/jam 10 Midazolam Rumus : Dosis x pengenceran Jumlah obat yang diencerkan
  • 8. Contoh : Dosis yang diminta 10 mg/jam, kandungan obat 5 mg/ml Cara : 10 x 1 = 2 cc/jam 5 NITROGLISERIN 1 ampul = 50 mg Rumus dengan syringe pump (dalam mg/menit) : Dosis x pengenceran Jumlah obat yang diencerkan Rumus dalam syringe pump (dalam micro/menit) : Dosis x pengenceran x 60 Jumlah obat yang diencerkan (dlm micro) INSULIN (Humulin® = 100 unit/cc dan insulin = 40 unit/cc) Injeksi subkutan Rumus : Kebutuhan x skala spuit Jumlah obat (unit/cc) Contoh : bila diinginkan dosis 6 unit dengan skala spuit yang dipakai 100 unit maka jumlah obat yang diberikan adalah : Actrapid/Insulin = 6 x 100 = 15 strip 40 Humulin = 6 x 100 = 6 strip 100 Dengan syringe pump rumus : Dosis x pengenceran Jumlah obat (unit/cc) Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam yang diencerkan dalam spuit 50 cc maka jumlah obat yang diberikan adalah :
  • 9. Cara : 4 x 50 = 5 cc/jam 40 Dengan infus rumus : Dosis x jumlah cairan x tetesan yang dipakai Jumlah obat (unit/cc) x 60 Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam dalam NaCl 0.9% 500cc yang memakai infus set makro, maka jumlah obat yang diberikan (tts/mnt) adalah : Caranya : 4 x 500 x 20 = 16 tts/mnt 40 x 60 HEPARIN 1 vial = 25.000 unit Indikasi :  Profilaksis dan terapi thrombosis vena dan emboli paru  Terapi emboli arteri  Mencegah pembekuan di arteri jantung dan thrombosis serebral  Antikoagulan pada transfuse darah, dialysis  Untuk kepentingan laboratorium Kontraindikasi : Pasien dengan perdarahan trombositopenia, hemophilia, ulkus peptikum, hipertensi, icterus, ancaman aborsi bedah mayor yang mempengaruhi otak Efek samping : Perdarahan, iritasi local, hipersensitif, trombositopenia, osteoporosis, peningkatan SGOT dan SGPT Dosis disesuaikan dengan APTT dan pemberian pertama 5000 unit bolus Rumus drip : Dosis x 1 jam Jumlah unit dalam ml Contoh : 20.000 unit heparin dalam 500 cc NaCl dosis yang diberikan 1000 unit/jam Cara : 20.000 unit = 500 cc -----> 40 unit = 1 cc Diberikan dengan infus set mikro ( 1 cc = 60 tts ) Rumus : 1000 x 60 tts = 25 tts/mnt 40 x 60 mnt = 1000 x 1 jam = 25 cc/jam 40 unit
  • 10. PELUMPUH OTOT Dibagi 2 : 1. Depolarisasi (suksinilkolin)  Onset 3-5 menit, durasi 5-10 menit  Dosis IV 0.6 mg/kgBB  Ekskresi dalam urine  Dapat menyebabkan fasikulasi otot 2. Nondepolarisasi (untuk pavulon, norcuron)  Hampir sama dengan pankuronium  Onset cepat, durasi 30 menit  Ekskresi dalam urine  Dosis sama dengan pavulon  Efek : KV lebih rendah dibandingkan pankuronium Guna : sebagai adjuvant (untuk relaksasi otot) Di ICU pelumpuh otot kerja singkat digunakan untuk mempermudah intubasi TRANSFUSI Rumus transfusi = ( HbN – HbH) x EBV X HbN : nilai Hb yang diinginkan HbH : nilai Hb hasil lab EBV : estimated blood volume (perkiraan volume darah) Laki-laki : 75 cc x kgBB Perempuan : 65 cc x kgBB X : PRC = 24 WB = 12 Contoh : laki-laki dengan Hb 8 gr%, BB 60 kg, dengan target Hb 10 gr%, berapa kantong darah yang disiapkan ? Rumus : PRC = (10 – 8) x (75 x 60 ) = 375 cc 24 WB = ( 10 – 8 ) x (75 x 60 ) = 750 cc 12
  • 11. Atau : Ket : Δ Hb = jumlah Hb yang diinginkan = nilai Hb hasil lab. Packed Red Cells Deskripsi:  Volume 150-250ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal  Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit)  Hct 55-75% Indikasi:  Pengganti sel darah merah pada anemia  Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau koloid) Resiko Infeksi  Tidak steril  Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis lain, syphilis, malaria, TORCH dan Chagas diseases) Penyimpanan  Suhu + 2o C hingga 6o C, dapat terjadi perubahan komposisi akibat metabolisme sel darah merah  Maksimal penyimpanan PRC di bank darah 3 minggu  Harus segera ditransfusikan 30 menit setelah keluar dari tempat penyimpanan Perhatian  Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD compatible)  Dilarang memasukan obat-obatan ke dalam kantong darah  Penambahan Infus cairan NS 50 – 100 ml dengan infus set-Y memperbaiki aliran tranfuse  Waktu Tranfuse maksimal 4 jam Kecuali pasien dengan Congestive Heart Failure, AKI (Acute Kidney Injury dan Chornic Kidney Disease) Fresh Frozen Plasma Deskripsi  Plasma dipisahan dari satu kantong WB (maksimal 6 jam) dibekukan pada 25o C atau lebih RUMUS : 1. WHOLE BLOOD (WB) : Δ Hb x BB x 6 2. PACKED CELL (PRC) : Δ Hb x BB x 3
  • 12.  Terdiri dari factor pembekuan stabil, albumin dan immunoglobulin, F VIII minimal 70% dari kadar plasma segar normal  Volume 60-180 ml Indikasi  Defisiensi factor koagulasi (penyait hati, overdosis atikoagulan-warfarin, kehilangan factor koagulasi pada penerima tranfuse dalam jumlah besar)  DIC  TTp Dosis: Awal 10 – 15 ml/kgBB Perhatian:  Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan pemberian cepat  Jarang terjadi reaksi anafilaktik berat  Hipovolumia bukan suatu indikasi  ABO kompatibel untuk menghindari resiko hemolysis  Diberikan segera setelah thawing dengan transfuse darah standar  Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi, berikan maksimal 30 menit setelah thawing Penyimpanan  Pada -25o C atau lebih bertahan hingga 1 tahun  Sebelum digunakan harus di thawing dalam air 30-37o C di bank darah, suhu yang lebih tinggi akan merusak factor pembekuan dan protein.  Sekali thawing harus disimpan pada suhu + 2o C hingga +6o C Trombocyte Concentrates Deskripsi:  Setiap 50 – 60 ml plasma yang dipisahkan dari WB mengandung:  Trombosit minimal 55 x 109  Eritrosit < 1,2 x 109  Leukosit < 0,12 x 109 Indikasi:  Perdarahan akibat trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit  Pencegahan perdarahan karena trombositopenia (gangguan sumsum tulang) kurang dari 10.000/micro liter  Profilaksis perdarahan pada pre operatif dengan trombosit ≤ 100.000 micro liter Kontraindikasi:  ITP tanpa perdarahan  TTP tanpa perdarahan  DIC yang tidak diterapi  Trombositopenia terkait sepsis, hinga terapi definitive dimulai atau pada hiperspenisme Dosis: 1 unit TC/10 kgBB  Pada desawa 60-70 kg, 1 unit platelet (dari 4-6 donor) mengandung 240 x 109 trombosit yang dapat meningkat trombosit 20-40 x 109 /L
  • 13.  Peningkatan trombosit kurang efektif bila terdapat kondisi-kondisi seperti splenomegeli, DIC dan Sepsis Komplikasi:  FNHTR (Febrile non haemolytic) dan reaksi alergi urtikaria jarang terjadi ALBUMIN Rumus : ( Albumin N – albumin H ) x 0.8 x kgBB Keterangan : Albumin N : nilai albumin yang diinginkan Albumin H : nilai albumin hasil lab Kandungan Albumin 20% = 20/100 = 0.2 gr/ml Albumin 25% = 25/100 = 0.25 gr/ml Contoh : nilai lab albumin 2, dengan target albumin 3, BB 50 kg, koreksi dengan albumin 25% dan 20% Rumus : (3-2) x 0.8 x 50 = 40 gr Albumin 20% : 40 gr / 0.2 = 200 cc Albumin 25% : 40 gr / 0.25 = 160 cc Atau : Volume darah untuk anak-anak: BB x 85 cc Volume darah untuk dewasa: BB x 75 cc Albumin yang normal dalam tubuh 3,2 – 4,5 dalam 100 cc darah, ambil rata-rata 3,2 Contoh: Albumin pasien 2,5gr dengan BB 50kg Jawab 3,2 – 2,5 x (50 x 75) = 26 gr 100 Fungsinya: untuk menarik cairan yang ada di ektravasular ke intravaskular Komposisi: RUMUS: (Albumin normal (3,2) – Albumin pasien x BB x volume darah) 100
  • 14.  Dalam 100 cc albumin 25% mengandung 25 gr albumin  Dalam 100 cc albumin 20% mengandung 26,5 gr albumin  Dalam 50 cc albumin mengandung 12,5 gr albumin OBAT-OBAT EMERGENSI ADRENALIN 1 ampul = 1 ml = 1 mg Indikasi :  Akut anafilaktik syok, reaksi akut terhadap obat, binatang, serangga, dan allergen (menghilangkan bronchospasme, urtikaria, angioedema, pembengkakan mukosa)  Local anestesi  Haemostatic agent  Ocular surgery untuk mengontrol perdarahan  Inotropic support pada pasien CHF  Cardiac arrest Efek samping : nervous, restlessness, takikardia, tremor, sweating, hipertensi, nausea, vomiting, pallor, weakness Kontraindikasi : hati-hati digunakan pada pasien Diabetes Mellitus, hipertensi, ischemic heart disease, hipertiroid, Parkinson Dosis : bolus dosis awal 1 mg saat resusitasi, boleh diulang dengan dosis yang sama dengan interval 3-5 menit, tidak ada dosis maksimal (selalu diikuti dengan pemberian cairan NaCl 0.9%) Drip : pemberian pada bradikardia serius, 2-20 mcg/kgBB/menit Rumus : Dosis x pengenceran x 60 Jumlah obat yang diencerkan (dlm mikro) Pemberian melalui ETT dosis 2 – 2.5 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl Contoh : pengenceran adrenalin 3 amp dlm 50 ml D5 dengan dosis pemberian 2 mikro, berapa cc/jam? Cara : 3 mg = 50 cc 0.06 mg = 1 ml = 60 mikro Rumus : 2 x 50 x 60 = 2 cc/jam
  • 15. 3000 Dosis Adrenalin : Indikasi Dewasa Anak-anak Anafilaksis, bronkospasme IM : 10 mcg/kgBB (1:1000) IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000) Diberikan selama 1-2 menit, jika diperlukan dapat diulang tiap 5 menit IM : 10 mcg/kgBB (1 : 1000) IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000) Diberikan selama 1-2 menit, dapat diulang setiap 5 menit jika diperlukan Cardiac arrest IV : 0.5-1 mg IV infusion : 1-4mcg/menit IV : 0.01 mg/kg diulang setiap 3-5 menit IV infusion : 0,005-1 mcg/kg/mnt Auto injector untuk anafilaktik syok Dewasa dan anak>30kg : 0.3 mg (epiPen) Anak 15-30 kg : 0.15 mg (epiPen) SULFAS ATROPIN 1 ampul = 1 ml = 0.25 mg Indikasi :  Bradikardi simptomatik  Pada PEA jika HR < 60 bpm Dosis :  Pada bradikardi 0.5 – 1 mg secara IV dan dapat diulang dalam interval 5 menit  Untuk henti jantung dosis 1 mg IV dan dapat diulang interval 3 – 5 menit dengan dosis maksimal 0.04 mg/kgBB  SA dengan dosis < 0.5 mg dapat menimbulkan bradikardi paradox yang dapat mempresipitasi terjadinya VF  SA dapat diberikan melalui ETT  Onset : cepat, durasi bervariasi Dosis : 0.25 – 0.5 mg IV Efek samping : aritmia, mulut kering, retensi urine
  • 16. AMIODARON 1 ampul = 3 ml = 150 mg Indikasi : merupakan obat aritmia atrial dan ventrikel (VT refrakter, AV, SVT) Dosis : bila VT / VF tanpa nadi diencerkan 20 – 30 ml  150 mg / 10 menit / IV bolus dilanjutkan  360 mg / 6 jam (1 mg/menit) kemudian  540 mg / 18 jam (0.5 mg/menit) Metabolisme secara aktif di hati LIDOKAIN (xilocard®) Indikasi :  Henti jantung akibat VT/VF  Takikardia dengan QRS lebar jenis tidak jelas  Merupakan obat anti aritmia pilihan kedua setelah amiodaron  Local anesthesia Dosis :  Pada cardiac arrest dosis bolus 1 – 1.5 mg/kgBB dapat diulang dengan dosis 0.5 – 0.75 mg/kgBB 3 – 5 menit sampai dosis maksimal 3 mg/kgBB  Drip 1 – 4 mg/menit  Cepat, durasi 5 – 20 menit Efek samping : pusing, kejang, blok jantung, hipotensi, disorientasi, mual, muntah, depresi pernapasan Kontraindikasi : total AV block dan gagal jantung Rumus drip : Dosis x pengenceran x 60 Jumlah obat yang diencerkan (dlm mg) Contoh : 500 mg xylocard dalam 100 ml NaCl 0.9% / D5% dosis permintaan 2 mg/mnt Cara : 500 mg = 100 ml 5 mg = 1 ml Rumus : 2 x 100 x 60 = 25 cc/jam 500
  • 17. CALCIUM GLUCONAS Indikasi :  Hyperkalemia, hipermagnesemia, hipokalsemia  Dosis : 15 – 30 mg/kgBB IV  Efek : bradikardia  Aritmia pada pasien dengan digitalis DEKSAMETASON Indikasi :  Efema jalan nafas, anafilaktik  Onset : dalam menit, durasi 4-6 jam MgSO4 Indikasi :  Hipomagnesemia  Preeclampsia, eklampsia  Onset : cepat, durasi 4-6 jam KCl Indikasi :  Hipokalemia, intoksisitas digoksin  Onset : cepat, durasi : variasi  Dosis : 20 mEq IV dalam 60 menit  Pemberian : dianjurkan melalui vena sentral  Efek : aritmia jantung, cardiac arrest, gangguan neuromuscular NATRIUM BIKARBONAT Indikasi :  Asidosis metabolic  Dosis : 1 mg/kgBB  Onset : cepat, durasi : bervariasi  Efek samping : metabolic alkalosis, hiperkarbia, CO↓, SVR↓, kontraktilitas otot jantung ↓
  • 18. NARCAN Indikasi :  Antidotum dari opiate  Dosis : 0.04 – 0.4 mg/kgBB, titrasi 2-3 menit  Onset cepat  Durasi tergantung dosis, max.20-60 menit Efek samping : hipertensi, aritmia, edema paru Metabolism 95% di hepar LANOXIN 1 ampul = 2 ml = 0.5 mg Indikasi :  Atrial fibrilasi  Atrial flutter Dosis : 0.25 mg atau 0.5 mg bolus Cara pemberian : 0.5 mg lanoxin diencerkan dalam 10 ml NaCl 0.9% diberikan perlahan dan dapat diulang 4-6 jam GOLONGAN ANALGETIKA Dibagi 2 : 1. Golongan opioid (morfin, petidin, fentanyl) 2. Golongan non opioid ( tramadol, ketorolac ) Opioid adalah obat yang memiliki sifat seperti opium / morfin Indikasi : menghilangkan nyeri hebat seperti infark miokard, neoplasma, kolik, luka bakar, pasca bedah, dll 1. GOL. OPIOID A. MORFIN  Dosis di ICU 0.02 – 0.05 mg/kgBB setiap 2-4 jam  Onset 20 menit, durasi 5 jam  Bersifat histamine release  10 x lebih kuat dari petidin  Terlalu cepat = vasodilatasi hebat
  • 19.  Hati-hati pada usia lanjut  Waspada terhadap penyakit ginjal  akumulasi B. PETIDIN  Dosis 0.5-1 mg/kgBB setiap 2-4 jam  Onset 10 menit, durasi 3-4 jam  Bersifat histamine release  Pada penyakit ginjal dapat menyebabkan akumulasi  kejang  Cara pemberian 100 mg petidin + NaCl 8 cc beri perlahan C. FENTANYL  Dosis 0.5-2 mg/kgBB setiap 2-4 jam  Onset 30 detik, durasi 1-2 jam  Lebih poten 75-80x dari morfin Efek samping opioid : adiksi, depresi pernafasan, mual, muntah Perlunya antidotum : Naloxone (Narcan), naltrexone 2. GOL. NON OPIOID A. KETOROLAC (NSAID)  TORADOL  Dosis 15-30 mg setiap 6 jam  Onset 30-60 menit  Ekskresi di ginjal  Paling lama digunakan 2-5 hari  Efek samping : stress ulcer, bledding, gangguan ginjal B. TRAMADOL  Sama dengan golongan opioid. Tidak menyebabkan adiksi dan depresi pernafasan SEDASI Indikasi : mengurangi ansietas, delirium, agitasi Dibagi 2 : ringan dan berat DIAZEPAM  Sediaan 5 mg = 1 ml  Durasi 20-50 jam  Dosis 6-40 mg/jam MIDAZOLAM  Sediaan 1 mg = 1ml, 5 mg = 1 ml
  • 20.  Durasi 1-4 jam  Dosis 25-30 mg/hari PROPOFOL  Diberikan drip 25-75 mg/kgBB  Efek : hipotensi, nyeri pada tempat tusukan, depresi nafas AMINOFILIN  Sediaan 240 mg = 10 ml  Obat status asmatikus  Bolus 2-4 mg/kgBB  Drip 0.2-0.7 mg/kgBB
  • 21.
  • 22.
  • 23. MANAJEMEN PERIOPERATIF HIPERGLIKEMIA Pra Operasi 1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL. 2. Hentikan pemberian obat oral antidiabetik ( 24-48 jam ). 3. Kurangi dosis pemberian insulin intermediate ( NPH ) sebelum operasi sampai 75% dan 50% pada hari di saat operasi. Kemudian insulin reguler ( short atau rapid acting insulin ) ditunda pada pagi hari di saat operasi. 4. Monitoring gula darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia dengan pemberian infusan D5½NS. 5. Regulasi cepat insulin dapat dilakukan bila serum glukosa tidak sesuai target. KADAR GULA DARAH (sebelum RC) REGULASI CEPAT INTRA VENA (RUMUS MINUS SATU) REGULASI CEPAT SUB KUTAN (MAINTANANCE) (RUMUS KALI 2) 200 – 300 1 x (@ 4 unit / jam ) 3 x 4 unit 300 – 400 2 x (@ 4 unit / jam ) 3 x 6 unit 400 – 500 3 x (@ 4 unit / jam ) 3 x 8 unit 500 – 600 4 x (@ 4 unit / jam ) 3 x 10 unit 600 – 700 5 x (@ 4 unit / jam) 3 x 12 unit Durante Operasi: 1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL. 2. Monitoring gulah darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia dengan pemberian infusan D5½NS. 3. Manajemen ini harus dengan penggunaan insulin intravena secara continuous. 4. Tidak disarankan penggunaan insulin secara subcutaneous. 5. Bila terjadi hipoglikemia, berikan Dextrosa 50% intravena. Base on Handbook of Stoelting’s Anesthesia and Co-existing disease 4TH
  • 24. CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT  Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut)  Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan  Homeostasis Komposisi Cairan Tubuh : CES (20%BB) Interstitiel (15%BB) Cairan tubuh Intravaskular (5%BB) (60% BB) CIS (40%BB) Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh :  Difusi adalah pergerakan zat dari yang berkonsentrasi tinggi ke zat yang berkonsentrasi rendah. Contoh : pertukaran gas O2 dan CO2 di alveoli  Filtrasi adalah perpindahan cairan dari bagian yang bertekanan tinggi ke bagian yang bertekanan rendah dibantu oleh tekanan hidrostatik  Osmosis adalah cairan yang berbeda dipisahkan oleh membrane semipermiabel dan pergerakan cairan terjadi dari cairan yang berkonsentrasi rendah ke carian yang berkonsentrasi tinggi, sampai cairan itu sama konsentrasinya  Transport aktif adalah pergerakan aktif natrium dari sel ke ekstrasel waktu depolarisasi sebagai ganti dari kalium yang keluar dari sel. Proses ini memerlukan energy yang terselenggara atas kerja tim. Regulating Body Fluid Volumes Intake cairan : kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml perhari Output cairan :  Urine 1500 ml/24 jam  IWL  Keringat  Feses Pemasukan Pengeluaran Cairan yang diminum 1200 ml Ginjal (urine) 1500 ml Makanan padat 1000 ml Usus halus (feses) 200 ml Oksidasi 300 ml Paru (udara ekspirasi) 400 ml Pemasukan total 2500 ml Pengeluaran total 2500 ml
  • 25. Kebutuhan Cairan Tubuh Jenis Dewasa Anak Air 30-40 ml/kgBB/hari <10 kg : 100 ml/kgBB/hari 11-20 kg : 1000 ml + 50 ml (BB-10kg) > 20 kg : 1500 ml + 20 ml (BB-20 kg) Jenis Kebutuhan pada Dewasa Natrium 2-3 mEq/kgBB/hari Kalium 1-2 mEq/kgBB/hari Gangguan Volume Cairan Kekurangan volume cairan (dehidrasi) Definisi : suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan cairan tubuh dimana kebutuhan cairan tidak terpenuhi atau kurang dari kebutuhan tubuh Dehidrasi ringan Kehilangan cairan 2-5% BB Tanda dan gejala : membran mukosa kering, meningkatnya rasa haus, turgor kulit menurun Dehidrasi sedang Kehilangan cairan 5-8% BB Tanda dan gejala : presyok / syok, turgor kulit buruk, tekanan darah menurun, takikardia, nadi lemah, nafas cepat, kulit lembab dan dingin. Bila pada bayi terdapat fontanel yang cekung Dehidrasi berat Kehilangan cairan 8-19% BB Tanda dan gejala = dehidrasi sedang dengan kesadaran menurun, sianosis, dan otot kaku Pemberian cairan infus pada pasien dehidrasi berdasarkan tingkat dehidrasi : Dehidrasi ringan 2% x BB (1 kgBB = 1 liter) Dehidrasi sedang 5% x BB Dehidrasi berat 8% x BB Contoh kasus : BB 50 kg mengalami dehidrasi berat, cairan yang diberikan : - 8% x 50 kg = 4 liter (4000 ml) - 20 ml/kgBB (1000 ml) dalam 30 menit – 1 jam - Sisa deficit 3000 ml : o 50% nya (1500 ml) dalam 8 jam o 50% nya (1500 ml) dalam 16 jam
  • 26. Klasifikasi “Stene-Gieseck” untuk menentukan defisit cairan Klas 1 Klas 2 Klas 3 Klas 4 Lost of EBV (%) < 15 15-30 30-40 > 40 Darah hilang (ml) < 750 (< 10 ml/kgBB) 750-1500 (10-20 ml/kgBB) 1500-2000 (20-30 ml/kgBB) > 2000 Nadi < 100 > 100 > 120 > 140 Tekanan darah Normal Hipotensi postural ± Normal Hipotensi postural ± Sistolik turun Sistolik sangat turun Respirasi 14-20 20-30 30-40 > 35 Produksi urine (cc/jam) > 30 20-30 5-15 Tidak ada urine (anuria) HIPOVOLEMIA Penyebab : 1. Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan seperti muntah dan diare 2. Poliuria, terjadi pada pasien hiperglikemia, pengobatan diuretika 3. Demam, meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolism dan dengan bernafas cepat dapat mengeluarkan banyak air melalui paru-paru 4. Keringat berlebihan 5. Kurang pemasukan air oleh karena anoreksia, mual, depresi, sakit di daerah mulut dan faring Gejala : 1. BB turun 2% disebut hipovolume ringan BB turun 5% disebut hipovolume sedang BB turun 8% disebut hipovolume berat 2. Menurunnya turgor kulit 3. Keringnya mukosa mulut dan lidah 4. Menurunnya produksi urine kurang dari 30 cc/jam untuk orang dewasa 5. Hipotensi postural bila pasien bergerak dari tidur ke duduk 6. Frekuensi nadi cepat 7. Menurunnya temperatur tubuh 8. Tekanan vena sentral kurang dari 4 cmH2O 9. Meningkatnya berat jenis urine 10. Blood urea nitrogen (BUN) meningkat
  • 27. 11. Hematokrit meningkat Penatalaksanaan : 1. Tes cairan : beri cairan 200-300 ml (dewasa) dalam waktu 10-15 menit, bila tekanan vena sentral < 15 cmH2O. Observasi perubahan tekanan vena sentral, tekanan darah, paru dan produksi urine. 2. Jika CVP tidak berubah atau naik 2-3 cmH2O kemudian turun lagi, tekanan darah belum stabil dan bunyi paru normal, beri cairan lagi 200 ml selama 10 menit 3. Jika masalah prerenal, produksi urine akan meningkat lebih dari 20 ml/jam, kegagalan meningkatkan produksi urine menunjukkan gagal ginjal akut atau adanya obstruksi 4. Jika pasien masih oligouria setelah diberi cairan dan tekanan darah serta CVP kembali normal, mungkin ada masalah renal MENGUKUR CVP Observasi 10 menit, bila TVS (tekanan vena sentral) :  < 8 cmH2O berikan 200 ml/ 10 menit  < 14 cmH2O berikan 100 ml/ 10 menit  > 14 cmH2O berikan 50 ml/ 10 menit Selanjutnya apabila selama infus 10 menit :  TVS > 5 cmH2O infus stop  TVS 2-5 cmH2O tunggu 10 menit, setelah 10 menit : o TVS > 2 cmH2O infus stop o TVS < 5 cmH2O infus dilanjutkan Penanganan syok hipovolemia secara umum :  Posisi syok  Pemberian cairan  Hentikan sumber perdarahan  Kaji tanda-tanda vital (T, N, RR, kesadaran, perfusi, urine)  Tentukan besarnya defisit  Kolaborasi cairan RL/Asering/PZ, 2-4 kali jumlah defisit  Defisit > 30%EBV, plasma expander 10-20 ml/kgBB  Setelah resusitasi cairan, Hb < 8 gr% beri transfusi : o Hb 5 gr% : critical o Hb 8 gr% : tolerable o Hb 10 gr% : optimal
  • 28.  Monitor intake dan output  Ukur CVP secara berkala (normal 5-15 cmH2O)  Monitor tanda-tanda vital HIPERVOLEMIA Penyebab : 1. Gangguan mekanisme seperti gagal jantung, ginjal dan hati 2. Makanan dan pemberian infus yang mengandung natrium berlebihan Gejala : 1. BB naik 2% dari BB : hipervolume ringan BB naik 5% dari BB : hipervolume sedang BB naik 8% dari BB : hipervolume berat 2. Edema perifer 3. Distensi vena jugularis 4. Distensi vena perifer 5. Polyuria jika fungsi ginjal baik 6. CVP lebih dari 11 cmH2O 7. BUN menurun karena difusi plasma 8. Hematocrit menurun 9. Bila sudah berat terjadi edema paru Pengobatan : Sesuai dengan penyebabnya, pengobatan simptomatis dengan pemberian diuretika dan pembatasan cairan yang masuk, atau kombinasi keduanya Penatalaksanaan kelebihan cairan :  Airway management dan pemberian oksigen  Tidur dengan posisi kepala ditinggikan  Pembatasan pemberian cairan  Observasi balance cairan  Kolaborasi terapi preparat diuretika TERAPI CAIRAN
  • 29. Terapi cairan adalah pemberian cairan intravena untuk pengembalian volume cairan / darah yang merupakan salah satu bentuk terapi medis yang paling efektif dan baik Tujuan : 1. Mengganti cairan yang hilang akibat puasa / dehidrasi 2. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung 3. Mencukupi kebutuhan perhari 4. Terapi syok 5. Mengatasi kelainan akibat tindakan terapi lain Terapi cairan :  Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit  Memenuhi kebutuhan nutrisi  Memasukan obat yang berbentuk cairan Resusitasi cairan : mengembalikan volume cairan tubuh pada kasus darurat, baik perdarahan, kehilangan plasma, maupun karena kehilangan cairan elektrolit dalam jumlah yang besar. Jenis-jenis penatalaksanaan terapi cairan : 1. Resusitasi Terapi cairan resusitasi (pengganti) adalah semua kehilangan abnormal, baik yang terlihat atau tidak terlihat bila terjadi hipovolemia 2. Rumatan Terapi cairan rumatan adalah pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium, kalium, klorida). Untuk mengganti kebutuhan normal atau mengganti kehilangan rutin harian seperti urine, uap nafas, dan keringat. Terapi cairan rumatan juga diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang terdiri dari cairan glukosa, asam amino dan lemak. Sifat-sifat kristaloid Koloid Berat molekul Lebih kecil Lebih besar Distribusi Lebih cepat ke seluruh Lebih lama dalam sirkulasi Terhadap hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu Penggunaan Dehidrasi Perdarahan massif Untuk koreksi perdarahan 2-3x jumlah perdarahan = jumlah perdarahan
  • 30. KRISTALOID ISOTONIK 1. RL (osm = 273 mOsm/L) 2. NaCl (osm = 304 mOsm/L) o Setelah 1 jam diberikan segera menyebar ke petak ekstrasel, hanya tersisa 20% di dalam intravaskuler o Untuk keperluan koreksi diperlukan 3-4 x jumlah volume intravaskuler yang hilang o Digunakan sebagai terapi syok, diagnosis oliguria o Cairan pengganti untuk terapi syok diperlukan 3-4 x volume darah hilang, kalau perlu kombinasi koloid KRISTALOID HIPERTONIK  Osmolaritasnya 500-2400 mOsm/L  Larutan garam 1.5-7%  Digunakan pada luka bakar, trauma kepala, syok hipovolemia  Menarik air pada CIS ke CES  Meningkatkan curah jantung dengan cara : o Efek inotropic o Dilatasi kapiler visceral KOLOID  Penggunaan lain : untuk koreksi hiponatremia  Larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut (BM 20.000-110.000)  Menghasilkan tekanan onkotik plasma sehingga mampu menarik air  Lebih lama tinggal dalam plasma  Digunakan untuk meningkatkan volume intravaskuler (hipovolemik, hemodilusi) Beberapa contoh yang ada di pasaran : dextran, haemasel, expafusin, dan haester Efek samping koloid :  Reaksi alergi dan anafilaktoid  Menetap di jaringan  Metabolism tidak lengkap  Efek buruk pada hemostatic gagal ginjal  Mengganggu cross match kelebihan volume Jenis cairan koloid :
  • 31. Dextran 40 Dextran 70  BM 40.000  Menurunkan viskositas darah  Metabolism di hati  Lebih cepat hilang  Ekskresi lewat ginjal  hiperonkotik  BM 70.000  Bertahan lebih lama di intravaskuler  Partikel besar diambil oleh RES  Ekskresi lewat ginjal  hiperonkotik Indikasi : 1. syok hipovolemik 2. hemodilusi isotonic dosis : D40 1.5 ml/kgBB D70 2 ml/kgBB Efek samping : 1. gagal ginjal 2. anafilaktik 3. diuresis osmotic 4. reaksi biokimia 5. diastasis hemoragik 6. menekan RES HYDROXYETHYL STARCH (HES)  molekul tepung sintetik yang mirip glikogen  BM 450.000 (70.000-10.000.000)  Bebas toksik dan reaksi imunologik  Dipecah oleh amylase  Molekul besar diambil oleh RES Indikasi : Sebagai plasma ekspander pada : 1. Hipovolemik 2. Sepsis 3. Trauma 4. Luka bakar Sediaan HES 6% (isoonkotik), HES 10% (hiperonkotik)
  • 32. Dosis : 20 ml/kg/hari Efek samping : 1. Koagulopati (jarang) 2. Edema paru (apabila dosis > 1500 ml/hari) 3. Reaksi anafilaktik (jarang) 4. Serum amylase meningkat LARUTAN POLIGELIN  Polimer yang berasal dari gelatin dan urea  BM 35.000 (5.000-50.000)  Mengandung ion Na, K, Ca, dan Cl  Isoonkotik (25-28 mmHg)  Tahan lama (8 tahun pada suhu 25o C)  Sebagai plasma ekspander  Tidak mengganggu pembekuan darah dan sistem fibrinolitik  Tidak mengganggu golongan darah dan cross match  Tidak terakumulasi pada gagal ginjal  Ekskresi lewat ginjal (85%)  Merangsang pelepasan histamine ALBUMIN Endogen :  Diproduksi di hati  Jumlahnya 4-5 gr/kgBB  40% intravascular  60% interstitial (masuk ke sirkulasi melalui aliran kelenjar limfa)  Berperan menentukan tekanan onkotik plasma  Mengalami metabolism di sel menjadi asam amino  Katabolisme akan meningkatkan metabolism albumin  Menurun pada sindrom nefrotik, EPH gestosis, trauma  Sintesis meningkat bila fungsi hati normal dan nutrisi cukup Eksogen :  Dalam bentuk human albumin  Sebagai plasma ekspander  Setelah diberikan akan menyebar ke intravaskuler  ekstraseluler
  • 33.  Masa tinggal intravaskuler lebih lama dari kristaloid  Waktu paruh 20 hari  Kemasan 5% dan 25% Indikasi pemberian albumin eksogen : 1. Hipovolemik akut (berikan larutan 5%) 2. Translokasi cairan 3. Luka bakar 4. Koreksi hipoalbumin (berikan larutan 25%) 5. “Pump priming” Efek samping pemberian albumin eksogen : 1. Resiko hepatitis, AID 2. Edema paru 3. Hipokalsemia 4. Reaksi anafilaktis Kesimpulan :  Kristaloid isotonic tidak menarik air  Kristaloid hipertonik menarik air  Koloid : o Dextran 40 : hiperonkotik (menarik air) o Dextran 70 : lebih hiperonkotik o HES 6% : isoonkotik (tidak menarik air) o HES 10% : hiperonkotik (menarik air) o Gelatin,relative isoonkotik  Albumin 5% isotonic sedangkan yang 25% hiperonkotik dan hipoosmolar
  • 34. PROSEDUR TINDAKAN PENGUKURAN CVP Suatu tindakan dengan memasukkan kateter CVC dari pembuluh darah tepi (vena subclavia) sampai ujungnya berada di atrium kanan atau di muara vena cava superior atau vena cava inferior. Tujuan:  Untuk menilai jumlah cairan dalam tubuh.  Menentukan tekanan atrium kanan atau vena sentral.  Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.  Untuk memberikan cairan parentral yang bersifat hipertonik, yang apabila diberikan melalui vena tepi akan mudah menyebabkan plebitis.  Untuk memberikan obat-obatan parentral/intravena terutama dalam keadaan darurat.  Untuk memberikan cairan dengan tepat dan dalam jumlah yang banyak apabila melalui vena tepi tidak dapat/kollaps. Prosedur kerja 1. Mengganti cairan Infus dengan cairan Isotonik bila terpasang cairan hipertonik 2. Mempercepat tetesan infus untuk menilai kelancaran aliran cairan 3. Menghentlkan aliran cairan ke pasien dengan memutar three way stop coch 4. Mengalirkan cairan infus ke arah manometer sampai setinggi 20 cm H20 di atas titik nol 5. Menghentikan cairan infus yang mengalir ke arah manometer dengan mengunci infus set 6. Mengalirkan cairan dari manometer ke pasien dengan cara memutar three way stop coch 7. Menentukan titik nol pada manometer dengan cara mengukur antara inter costae 4 pada garis mid axial menggunakan water pas 8. Menunggu sampai cairan dalam manometer tidak turun lagi sambil memper hatikan undulasi yang sesuai dengan irama pernafasan 9. Menghitung nilai CVP 10. Mengalirkan kembali tetesan infus menuju pasien 11. Cuci tangan
  • 35. GANGGUAN ELEKTROLIT NO ELEKTROLIT EKSTRASELULER INTRASELULER 1 KATION Natrium (Na+) Kalium (K+) Kalsium (Ca++) Magnesium (Mg++) 144 mEq 5 mEq 2 mEq 1,5 mEq 15 mEq 150 mEq 3 mEq 27 mEq 2 Aniom Klorida (CL-) Bikarbonat (HCO3-) Fosfat (HPO42-) Sulfat (SO42-) Protein 114 mEq 30 mEq 2 mEq 1 mEq 1 mEq 1 mEq 1 omEq 100 mEq 20 mEq 60 mEq NATRIUM Ion kation terbanyak di ekstrasel, lebih kurang 90% Normal dalam plasma : 135 – 145 mEq/liter 1. Mempertahankan volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler 2. Mempertahankan mekanisme transport aktif bersama dengan kalium 3. Mempengaruhi ginjai dalam pengaturan cairan dan elektolit 4. Membantu aktivita beberapa enzim 5. Bersama bikarbonat dan klorida membantu keseimbamgan asam basa HIPONATREMI  Natrium < 130 mEq/liter  Kadar Na aman sekurangnya 125 mEq/L  Dapat meenyebabkan cairan masukke dalam sel sehingga sel akan bengkak termasuk sel dalam otak  Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau kadar Na < 120 mEq/L Penyebab : 1. Kehilangan cairan lewat saluran pencernaan 2. Banyak keringat, banyak air sebagai pengganti cairan yang hilang
  • 36. 3. Penggunaan obat diuretik yang dikombinasikan dengan diet rendah garam 4. Insufisiensi adrenal (kurang aldosterone penyebab garam keluar) Gejala : 1. Tidak ada nafsu makan, mual, muntah 2. Otot otot kejang "twitching" 3. Lemah, bingung 4. Hemiparese, edema pupil, koma Koreksi natrium: mEq Na = 0,6 x BB x (125 - Na plasma lab) Rumus lainnya: Defisit Natrium = 0,6 x BB x (140 – Na serum) Durasi penggantian = 2 x (140 – Na Serum) [jam]  Dikoreksi dengan NaCl 3% ( 1 cc NaCl 3% = 0,5 mEq )  Larutan NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L)  Koreksi diberikan dalam 4 jam. Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1 mL/kgbb diharapkan dapat meningkatkan kadar Natrium sekitar 1,6 mEq/L. Larutan ini tidak untuk diberikan pada keadaan hiponatremi yang asimptomatik. Kenaikan kadar natrium serum idealnya tidak melebihi 1 mEq/jam Contoh : nilai natrium plasma lab 110 mEq, BB = 50 Kg Rumus : 0,6 x 50 x (140-110) = 900 mEq Dikoreksi dengan Nacl 3% = 450 ml HIPERNATREMI Definisi : keadaan bila kadar natrium darah > 150 mEq/L  Pada keadaan dehidrasi berat disertai syok/presyok berikan NaCl 0,9% atau Ringer Laktat atau Albumin 5%  Setelah syok teratasi berikan larutan yang mengandung Na 75-80 mEq/L, misalnya NaCl-dextrosa (2A) atau DG half strength sampai ada diuresis, kemudian berikan K 40 mEq/L
  • 37.  Bila ada hipokalsemia berikan Ca glukonas sesuai kebutuhan  Penurunan kadar natrium serum tidak melebihi 0,5 mEq/L Penyebab : 1. Pengeluaran cairan 2. Pemasukan garam berlebih baik dari makanan, cairan infus dll 3. Diabetes insipidus 4. Tenggelam dalam laut Gejala : 1. Rasa haus 2. Lidah kering dan bengkak, mukosa lengket 3. Bila terjadi hipernatremi berat: disorientasi, halusinasi,letargi, hiperaktlf bila dirangsang, koma Koreksi: 140 1) - lab plasma (kadar x BB x 0,6 Jumlah cairan: deficit cairan dikoreksi dalam 2x24 jam (sd 72 jam) Hari ke-1: 50% defisit + kebutuhan rumatan (rumus Holliday Segar) Hari ke-2: 50% defisit + cairan rumatan sda Ideal TBW = 0,6 x current Weight (kg) TBW = total body water Perbedaan perhitungan ideal TBW dan current TBW memberikan perkiraan free water deficit. Sisa Volume dehidrasi yang mengandung elektrolit diasumsikan bahwa 60% kehilangan adalah ekstraseluler (mengandung Natrium 140 mEq/L), dan 40% adalah intraseluler (mengandung kalium 150 mEq/L) KALIUM ( potasium ) Ion kalium merupakan kation terbanyak di dalam cairan intraseluler Normal = 3,5 - 5,5 mEq/liter Fungsi: 1. Meningkatkan kontraktllitas otot miokardial dan otot halus 2. Membantu pengaturan pH dengan cara ketlka kalium keluarsel terjadi pertukaran dengan H+
  • 38. 3. Mengaktifkan reaksi beberapa enzim 4. Membantu transmisi impuls saraf HIPOKALEMI Kalium serum < 3,5 mEq/L Penyebab : 1. Saluran pencernaan  Pemberlan laksansia, diare  Pengisapan lambung yang berlebihan  Muntah muntah 2. Lewat ginjal  Pengobatan diuretic  Hiperaldosteron  Pengobatan steroid 3. Melalui keringat 4. Pergerakan ke dalam sel  Hiperalimentasi  Alkalosis  Sekresi berlebihan atau pemberian insulin 5. Pemasukan yang kurang  Anoreksia  Alcoholism  Debilitas Gejala : 1. SSP: disorientasi 2. Kardiovaskuler: VES, ST Depresi, gel T terbalik, ditemukan gelombang U, sensitivitas digitalis meningkat 3. Otot rangka : kelemahan, hipotonik disertai reflek reflek hipoaktif 4. Otot polos: Ileus paralitik, distensi lambung yang disebabkan berkurangnya kegiatan propulsive usus, mual dan muntah Koreksi: 3 x BB lab) kalium nilai - (4,5 Dikoreksi dengan KCl 1 mEq = 1 ml KCl Kecepatan: Neonates = 1 mEq
  • 39. Dewasa = 20 mEq/jam Atau :  Bila kadar K <2,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 3,75% i.v. dengan dosis 3-5 mEq/kgbb, maksimal 40 mEq/Liter cairan  Bila kadar K 2,5-3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 75 mg/kg/hari p.o. dibagi 3 dosis Aspar-K ® mengandung K-L-aspartate, diminum setelah makan!, tablet salut film 300mg KSR ® mengandung KCl, jangan digerus/dikunyah, film coated tab 600 mg Renapar ® mengandung K-L aspartat 300 mg, Mg L-aspartat 100 mg, untuk suplementasi K dan Mg pada penyakit jantung dan hati, untuk hipokalemia dan hipomagnesemia akibat penggunaan diuretik jangka panjang HIPERKALEMI Kalium serium > 5,5 mEq/L Penyebab: 1. Pseudohiperkalemi  Torniket yang terlalu ketat  Hemolisis contoh darah  Lekositosis  Trombositosis 2. Menurunnya ekskresi kalium  Gagal ginjal  Diuretic yang menahan kalium  Hiperaldosteron 3. Bertambah pemasukan kalium khususnya pada insufisiensl ginjal  Pengobatan kalium total  Infuse kalium berlebihan  Transfusi darah yang banyak 4. Pergeseran kalium dari sel  Asidosis metabolik atau respiratorik  Kerusakan jaringan Gejala: 1. Kelemahan otot wajah,lidah, tangan dan kaki 2. Pada saluran pencernaan ; mual,kolik atau diare
  • 40. 3. Perubahan dalam EKG gelombang T yang tinggi, kompleks QRS yang melebar  EKG: gelombang T tinggi, interval PR memanjang, depresi segmen ST, kompleks QRS melebar  Bila kadar K <6-7 mEq/L: Kayeksalat 1 g/kgbb po dilarutkan dalam 2 mL/kgbb larutan sorbitol 70%; kayeksalat 1 g/kgbb enema, dilarutkan dalam 10 ml/kg larutan sorbitol 70% dan diberikan melalui kateter folley yang diklem selama 30-60 menit  Bila kadar K 6-7 mEq/L: NaHCO37,5% dosis 3 mEq/kg i.v. atau 1 unit insulin / 5 gram glukosa  Bila kadar K >6-7 mEq/L: Ca Glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 mL/kgbb i.v. dengan kecepatan 2 mL/menit Kalitake® mengandung Ca Polystirene sulfonate, untuk hiperkalemia akibat gagal ginjal akut dan kronis. Dosis dewasa 15-30 g oral, dilarutkan dalam 30-50 mL air, dosis terbagi 2-3 kali sehari. Dosis anak yaitu ½ dosis dewasa. Sediaan serbuk @5 gram (20 buah = 300.000 MIMS) KALSIUM Serum : 8,40-9,7 mEq/L Terdapat dalam tulang sebagai garam fosfat dan karbonat Fungsi: 1. Membantu pembekuan darah 2. Transmisi impuls saraf 3. Mempertahankan permeabilitas seluler 4. Berperan dalam kontraktilitas otot jantung 5. Pengaturan konsentrasi kalsium dalam plasma diatur oleh hormon paratiroid ( PTH) dan calcitrol (1,25 dihydroxyvitamine D3) HIPOKALSEMIA Definisi: Kadar Calsium (Ca) darah kurang dari 8,0 mg/dL atau ion Ca kurang dari 4,6 mg/dL. Penyebab: 1. Malabsorbsi 2. Kurang vitamin D 3. Pancreatitis akut
  • 41. 4. Pemberian transfusi darah dengan koagulasi sitras 5. Hipoparatiroid primer 6. Alkalosis ( penurunan ion kalsium ) 7. Hipofosfatemia 8. Hipoalbuminemia ( pada slrosis,syndrome nefrotik, kelaparan) 9. Hipomagnesia Gejala: 1. Jari - jari tangan dan otot otot ekstremitas tegang 2. "trousseau" sign 3. "chovstek" sign 4. Kejang kejang otot laring dan otot perut 5. Perubahan pada gambar EKG : interval QT memanjang Pengobatan: Koreksi CaCl2 0,2 cc/KgBB atau Ca giukonas 0,5 cc/KgBB Contoh: Serum lab kalsium = 5,99 Koreksi: Bolus 22 ml Ca giukonas dalam 250 - 500 NaCl 0,9% habis dalam 4 jam dilanjutkan kontinu murni 1-2 ml/jam selama 12 – 24 jam Atau : Calsium chloride dosis 10-20 mg/kgBB, atau: Calsium gluconas dosis 50-100 mg/kgBB Teknik pemberian preparat calcium:  Dengan menggunakan vena sentral  Tidak boleh diberikan bersamaan dengan bikarbonat  Hati-hati efek yang dapat ditimbulkan, seperti: bradikardi, hipotensi dan artimia  Untuk kasus hipokalsemia kronik dapat diberikan tambahan calcium dalam asupan enteral ataupun parenteral HIPERKALSEMI Kalsium serum > 10,5 mg/dl Penyebab: 1. Hiperparatiroidisme 2. Immobilisasi yang lama 3. Pengobatan vitamin D dosis tinggi
  • 42. 4. Pengobatan diuretik thiazide Gejala: 1. Kelemahan otot 2. Konstipasi 3. Tidak ada nafsu makan 4. Menurunnya daya ingat 5. Poliuri, polidipsi 6. Gambaran EKG : interval QT pendek 7. Henti jantung dapat terjadi pada krisis hiperkalsemi Pengobatan: 1. Pemberian peroral garam fosfat inorganic 2. Diet rendah kalsium 3. Pengobatan sesua derajat sakitnya, kalau perlu operasi : untuk mengangkat tumor paratiroid MAGNESIUM Serum : l,8-2,4 mEq/l Terdapat dalam tulang ± 54% berupa garam magnesium Fungsi: 1. Kofaktor enzim dalam metabolism karbohidrat dan protein 2. Aktivitas neuromuskuler, transmisi impuls saraf dan fungsi miokardium 3. Dibutuhkan untuk sekresi hormone para tiroid HIPOMAGNESIUM Definisi: Kadar Magnesium darah (Mg) kurang dari 1,7 mEq/L Penyebab: 1. Alkoholisme 2. Diare, penglsapan cairan lambung 3. Pemberian agresif makanan pada orang kelaparan tanpa pemberian magnesium 4. Ketoasidosis diabetic 5. Hiperaldosteronism
  • 43. 6. Obat – obat: diuretik, antibiotic aminoglikoside (gentamisin) 7. Pancreatitis, tirotoksikosis, hiperparatiroidism Gejala: 1. Iritabilitas neuromuskuler  Reflek meningkat, tremor, kejang  Tanda chovstek positif 2. Cardiac  Takiaritmia  Sensitivitas terhadap digitalis meningkat  Perubahan daiam EKG: interval PR dan QT memanjang, kompleks QRS melebar, segmen ST depresi, gelombang T inverse 3. Perubahan mental  Disorientasi  Suasana hati berubah-ubah  Halusinasi 4. Hipokalsemia dan biasanya terjadi pada hipomagnesium Pengobatan: 1. Kekurangan magnesium ringan dapat diperbaiki dengan diet makan sayuran hijau, kacang kacangan, buah buahan (nanas dan jeruk) 2. Pemberian magnesium parenteral: 1 - 2 gr MgSO4 1 fles MgSOA = 5 gr = 25 ml 1 grMgSO4 = 8 mEq = 4 Mmol Dosis: Hr I = 1 mEq/KgBB/24 jam Hr II -V = 0,5 mEq/KgBB/24 jam Contoh: nilai serum lab 1,36 mEq/L dengan BB = 70 Kg Koreksi: Keb Hr I = 1 mEq x 70 = 70 mEq/24 jam (2 fles MgS04) Keb Hr II - V = 0,5 mEq x 70 = 35 mEq/24 jam (1 fles MgS04) Atau : Magnesium sulfat, dosis 25-50 mg/kgBB Elektrolit Normal Koreksi Keterangan
  • 44. Imbalance Hipocalcemia (Ca darah <8 mg/dL atau Ca ion < 4,6mg/dL) Calsium darah: 8,5 – 10,5 mg/dL Calsium ion: 4,4 - 5,4 mg/dL - Calsium chloride dosis 10- 20mg/kgBB - Calsium gluconat 10% dosis 50-100 - Calsium Lactat (Kalk) per oral - Pemberian intra vena dengan menggunakan vena sentral - Tidak boleh diberikan bersamaan dengan bikarbonat - Hati-hati efek yang dapat ditimbulkan, seperti: bradikardia, hipotensi dan aritmia - Untuk kasus hipokalsemia kronik dapat diberikan tambahan calcium, seperti tablet kalk dalam asupan enteral Hipomagnesemia (Mq darah < 1,5 mEq/L) 1,5 – 2,5 mEq/L Magnesium sulfat, dosis 25-50 mg/kgBB -Efek yang ditimbulkan akibat koreksi antara lain: hipotensi, flushing, nausea, warmth, hingga dapat menimbulkan depresi pernafasan. Efek yang ditimbulkan dari pemberian Magnesium Sulfat berupa: hipotensi, flushing, nausea, warmth, hingga dapat menimbulkan depresi pernapasan. HIPERMAGNESIUM Penyebab: 1. Gagal ginjal 2. Insufisiensi adrenal 3. Pemasukan magnesium yang berlebihan 4. Ketoasidosis yang tidak diobati Gejala: 1. Gejala awal magnesium serum > 3 mEq/L  Kulit hangat dan merah  Hipotensi  Mual dan muntah 2. Reflek dan otot lemah terjadi bila Mg++ serum 5-7 mEq/L 3. Depresi pernapasan terjadi bila Mg++ serum 10 mEq/L 4. Koma bila Mg++ serum 12-15 mEq/L 5. Kelainan irama jantung seperti:  Sinus bradicardi, interval PR, QT dan QRS memanjang  Blok jantung dan henti jantung bila Mg++ serum 15-20 mEq/L
  • 45. Pengobatan: 1. Terpenting adalah pencegahan hipermagnesium dengan mengatasi penyebab 2. Bila terjadi depresi pernapasan dan gangguan sistem konduksi tindakan nya :  Penggunaan ventilasi mekanik  Pemberian kalsium intravena ( kalsium adalah antagonis Mg)  Hemodialisa
  • 46. TERAPI OKSIGEN Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk memenuhi kebutuhan / mencegah dan atau mengobat hipoksemia – hipoksia – anoksia – disoksia dengan cara : Meningkatkan masukan O2 melalui respirasi meningkatkan hantaran oleh sirkulasi meningkatkan pelepasan/ambilan oleh jaringan DELIVERY OKSIGEN: (O2Del) = CaO2 x CO CaO2 = kandungan O2 darah arteri CO = curah jantung NORMAL = 800-1000 ML/MENIT KANDUNGAN O2 DARAH ARTERI (CaO2) CaO2 = (1,37 x Hb x SaO2) + (0,003 x PaO2) 1,37 = jumlah (ml) O2 yang mampu diikat oleh 1 gr Hb Hb = hemoglobin SaO2 = saturasi Oksi-Hb arteri (jumlah Hb yang mengikat O2) 0,003 = daya larut O2 dalam plasma PaO2 = tekanan parsial O2 arteri ASUMS1 : PaO2 = 100 mmHg, SatO2 = 100%, Hb = 14 g/dl Maka CaO2 = 181 ml/L KANDUNGAN O2 DARAH VENA (CvO2) CvO2 = 1,34 x Hb x SvO2 + 0,003 x PvO2 1,34 = jumlah (ml) O2 yang mampu diikat oleh 1 gr Hb Hb = hemoglobin SvO2 = saturasi Oksi-Hb vena (jumlah Hb yang mengikat O2) 0,003 = daya larut O2 dalam plasma PvO2 = tekanan parsial O2 vena ASUMSI : PvO2 = 40 mmHg, SatO2 = 75%, Hb = 14 g/dl Maka CaO2 = 136 ml/L
  • 47. KONSUMSI/CADANGAN O2 : VO2 = CI (CaO2 – CvO2) CI = "cardiac index" (CO/BSA) CaO2 = kandungan oksigen darah arteri CvO2 = kandungan oksigen darah vena KONSUMSI O2 PADA KEADAAN ISTIRAHAT = 200 – 250 ML/MENIT CADANGAN O2 = 550 – 880 ML/MENIT PINTASAN ALIRAN DARAH BESAR PINTASAN DIHITUNG DENGAN FORMULA: a-vDO2 = CaO2 - CvO2 CaO2 = perbedaan kandungan O2 arteri-vena, CaO2 = kandungan O2 arteri CvO2 = kandungan O2 vena INDIKASI TERAPI O2 1. Gagal nafas akut - Tanpa retensi CO2 - Dengan retensi CO2 2. Infark miokard akut 3. Syok 4. Keracunan sianida 5. Kebutuhan meningkat 6. Hampir tenggelam 7. Paska anestesi TUJUAN TERAPI OKSIGEN 1. Koreksi hipoksemia / hipoksia 2. Mencegah hipoksemia / hipoksia 3. Mengobati keracunan 4. Fasilitas eliminasi gas pada jaringan KRITERIA PEMBERIAN O2 DENGAN SISTEM ALIRAN RENDAH:  Kondisi klinis pasien harus stabil
  • 48.  Volume tidal pasien dalam batas normal Metode Kecepatan Aliran (L/mnt) FiO2 (%) Gambaran Nasal canule 1 2 3 4 5 6 23-24 24-28 28-32 32-36 40 Max 44 - Iritasi selaput faring - Konsentrasi O2 rendah - Dapat digunakan dengan nafas mulut - > 66 L/mnt mengeringkan mukosa Kateter Sm dg dg nasal canule Sama Tidak dianjurkan pd orang dewasa Simple 5-6 6-7 7-8 40 50 60 - Harus > 5 L/mnt untuk mendorong CO2 dari masker - Konsentrasi O2 sedang Rebreathing Mask 6 8 10-15 35 40-50 60 - Konsentrasi O2 sedang - Risiko hypoksia bila kantong O2 kempes - Terapi PCO2 rendah Non rebreathing mask 6 8 10 12-15 55-60 60-80 80-90 90 - Konsentrasi O2 sedang - RESIKO hypoksia dan hyperkarbia jika kantung udara kemps - Terapi CO2 tinggi CPAP Mask Mulai 21-100 - Kebocoran udara sungkup - Pasien kooperatif - Peralihan intubasi TATALAKSANA HIPOKSEMIA  Hipoksemia ringan (PaO2 <80 mmHg) 1. Nasal kateter 2-4 L/menit atau 2. Sungkup 4 L/menit  Hipoksemia sedang (PaO2 < 60 mmHg) 1. Tanpa retensi CO2 : sungkup = 4-12 L/menit 2. Dengan retensi CO2 : sungkup venturi mulai dengan FiO2 24% (pantau AGD)  Hipoksemia berat (PaO2<40mmHg) Indikasi ventilasi mekanik tanpa atau dengan PEEP
  • 49.
  • 50. AIRWAY MANAGEMENT (PENGELOLAAN JALAN NAPAS) Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara normal Diagnosa : Cara melakukan diagnosa terhadap adanya gangguan jalan napas dapat diketahui dengan cara L (look), L (listen), dan F (feel) yang dilakukan dalam satu gerak. LOOK : melihat gerakan napas/pengembangan dada dan adanya retraksi iga LISTEN : mendengar aliran udara pernapasan FEEL: merasakan adanya aliran udara pernapasan TANDA SUMBATAN JALAN NAPAS  Mendengkur (snoring) : pangkal lidah menyumbat (suara berkumur)  Gargling : cairan  Stidor : sumbatan jalan nafas atau retraksi suprasternal, supraclavicular, intercostal  Gerak dada dan perut paradoksal  Sianosis MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS  Sapuan jari (finger-sweep) : Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring (gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas hilang. Cara melakukannya:  Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya fraktur tulang leher), kemudian buka mulut dengan jaw-thrust dan tekan dagu ke bawah.  Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih dan dibungkus dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan/mengorek/mengait semua benda asing dalam rongga mulut.  Membersihkan jalan napas bila terdapat sumbatan jalan napas karena benda cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning). Pengisapan dilakukan
  • 51. dengan menggunakan alat bantu pengisap (pengisap manual portabel, pengisap dengan sumber listrik)  Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak mungkin diambil dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa: - Laringoskop - Alat pengisap (suction) - Alat penjepit (forceps) CARA MEMBEBASKAN JALAN NAPAS  Tanpa alat  Chin lift  Jaw thrust  Head tilt  Dengan alat  Nasopharyngeal tube  Oropharyngeal tube  Endotracheal tube  Laryngeal mask airway – tracheostomy tube TANPAALAT : Membuka jalan napas ; dapat dilakukan dengan :  Head-tilt (dorong kepaia ke belakang)  Chin-lift manuver (perasat angkat dagu)  Jaw-thrust manuver (perasat tolak rahang) Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leherdan kepala, hanya dilakukan jaw- thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher. DENGAN ALAT : Membuka jalan napas dengan menggunakan alat: Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna. A. Pemasangan pipa (tube) Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring). Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik, dilakukan pemasangan pipa endotrakhea.
  • 52. Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamln jalan napas tetap terbuka, menghindari aspirasI dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan. B. Ventilasi dengan Sungkup Muka TEKNIK Sungkup muka dipegang pada wajah pasien dengan jari tangan kiri mengangkat mandibula (chin lift, jaw thrust). Ibu jari dan telunjuk tangan kiri memberikan counterpressure. Tekanan ventilasi < 20 cmH20, teknik dengan dua atau tiga tangan
  • 53. KESEIMBANGAN ASAM BASA Asam (asidosis) : substansi yang dapat melepaskan ion H+ Basa (alkalosis) : substansi yang dapat menerima ion H+ Bila gangguan di Respiratorik = PCO2 Bila gangguan di Metabolik = BE/HCO3 GANGGUAN RESPIRATORIK: pH berbanding terbalik dengan PCO2 (pH↑, PCO2↓) GANGGUAN METABOLIK: pH berbanding lurus dengan BE/HCO3 (pH↓, BE/HCO3↓) Analisa Gas Darah Tujuan: menilai kemampuan fungsi sistem respirasi menyediakan O2 dan mengeluarkan CO2 serta menilai status asam basa cairan tubuh Nilai normal Analisa Gas Darah  PH 7.35 - 7.45  PaCO2 35 - 45 mm Hg  PaO2 75 - 100 mm Hg  HCO3- 22 - 26 mmol/L  standard base excess (BE) 0 + 3 mmol/L  O2 saturation 95% - 100% RANGKUMAN GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA KELAINAN pH HCO3-/ BE pCO2 Terapi ASIDOSIS METABOLIK murni Kompensasi sebagian Kompensasi penuh ↓ ↓ N ↓ ↓ ↓ N ↓ ↓ BICNAT ALKALOSIS METABOLIK Murni Kompensasi sebagian Kompensasi penuh ↑ ↑ N ↑ ↑ ↑ N ↑ ↑ DIURETIK ASIDOSIS RESPIRATORIK Murni Kompensasi sebagian ↓ ↓ N ↑ ↑ ↑ SMNR
  • 54. Kompensasi penuh N ↑ ALKALOSIS RESPIRATORIK Murni Kompensasi sebagian Kompensasi penuh ↑ ↑ N N ↑ ↓ ↓ ↑ ↓ SMR Alkalosis repiratorik + metabolik ↑ ↑ ↓ Asidosis respiratorik + metabbolik ↓ ↓ ↑ ALKALOSIS METABOLIK Gangguan sistemik  peningkatan primer kadar bikarbonat plasma dan peningkatan pH Efek: - Hipoventilasi - Hipokalsemia (tanda Chvostek dan Trousseau positif, tetani) Penyebab :  Sensitif klorida  Gastrointestinal  Muntah  Drainase lambung  Diare klorida  Adenoma vilus  Ginjal  Diuretik  Post hiperkapnik  Ambilan klorida yang rendah  Keringat  Fibrosis kistik  Resisten klorida  Peningkatan aktivitas mineralokortikoid  Hiperaldosteronism primer  Gangguan edema (hiperaldosteronism sekunder)  Sindrom Cushing  Menelan licorice
  • 55.  Sindrom Bartter  Hipokalemia berat  Lain-lain  Transfusi darah massif  Larutan koloid yang mengandung asetat  Pemberian basa pada insufisiensi ginjal  Terapi biasa  Terapi kombinasi antasid dan resin pertukaran kation  Hiperkalsemia  Sindrom milk-alkali  Metastasis tulang  Penisilin sodium  Pemberian glukosa pada kelaparan Terapi : 1. Ringan  mengganti kekurangan ECF dengan larutan garam isotonik parenteral ditambah KCl 2. Berat  Larutan HCl IV dengan kadar 0,1-0,2 atau (kadang) NH4Cl (amonium klorida) IV atau HCl arginin. 3. Alkalosis metabolik resisten klorida  atasi kelainan yang mendasarinya 4. Pasien dengan kelebihan volume cairan  inhibitor karbonikanhidrase yang menlngkatkan ekskresi bikarbonat ASIDOSIS METABOLIK Gangguan sistemik : ↓primer kadar bikarbonat plasma  ↓ pH disebabkan karena: 1. Kelebihan produksi asam 2. Kurangnya cadangan penyangga 3. Kurangnya ekskresi asam Efek:  Hiperventilasi (pernapasan Kussmaul)  Pengeluaran epinefrin  Hiperkalemia/normal  Reabsorbsi kalsium pada tubulus menurun  Mual, muntah Penyebab:
  • 56.  Selisih anion meningkat  Peningkatan produksi asam volatil endogen - Gagal ginjal - Ketoasidosis (Diabetik,Kelaparan)  Asidosis laktat - Campuran (Koma hiperosmolar ketotik, Alkoholik) - Inborn errors of metabolism - Menelan toksin - Salisilat, Methanol, Etilen glikol - Paraldehide - Toluene - Sulfur - Rabdomiolisis  Selisih anion normal (hiperkloremik)  Peningkatan kehilangan HCO3 - melalui gastrointestinal - Diare - Resin pertukaran anion (kolestiramin) - Menelan CaCl2, MaCl2 - Fistula (pankreatik, blliari, atau usus halus) - Ureterosigmoidostomi atau obstrusi lingkaran ileus  Peningkatan kehilangan HC03 - melalui ginjal - Asidosis tubular ginjal - Inhibitor karbonik anhydrase - Hipoaldosteronism  Dilusi Jumlah cairan bebas-bikarbonat yang sangat banyak.  Nutrisi parenteral total  Peningkatan ambilan asam yang mengandung klorida (Ammonium klorida, Lisin hidroklorida, Arginin hidroklorida) Terapi : 1. Mengganti kekurangan basa, pada umumnya saat pH < 7,20  Pilihan utama NaHCO3  Na-laktat atau asetat  THAM 2. Larutan IV Ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan pada asidosis dengan selisih anion normal. ASIDOSIS RESPIRATORIK
  • 57.  Peningkatan primer PaC02 (hiperkapnia)  penurunan pH  Peningkatan bikarbonat serum diperkirakan sekitar 1 mEq/L untuk setiap peningkatan CO2 10 mmHg  Efek: - Hipoksemia - Perubahan tingkat kesadaran - Gejala peningkatan tekanan intracranial Penyebab  Hipoventilasi alveoli  Depresi sistem saraf pusat - Dipicu obat - Gangguan tidur - Sindrom hipoventilasi karena kegemukan (Pickwickian) - Iskemia otak - Trauma otak  Gangguan neuromuscular - Miopati - Neuropati  Abnormalitas dinding dada - Flail chest - Kifoskoliosis  Abnormalitas pleura - Pneumotoraks - Efusi pleura  Obstruksi jalan nafas - Jalan nafas atas (Benda asing, Tumor, Spasme laring, Gangguan tidur) - Jalan nafas bawah (Asma berat, Penyakit paru obstruktif kronik, Tumor)  Penyakit parenkim paru - Edema paru (Kardiogenik, non kardiogenik) - Emboli paru - Pneumonia - Aspirasi - Penyakit paru intersititial - Malfungsi ventilator  Peningkatan produksi C02  Kelebihan karbohidrat dalam jumlah besar  Hipertermia malignan  Menggigil  Aktivitas kejang yang memanjang
  • 58.  Thyroid strom  Trauma panas yang luas (luka baker) Terapi: 1. Tujuan - memulihkan ventilasi efektif secepatnya & mengatasi penyebab yg mendasari 2. Obat-obatan bronkodilator 3. Intubasi endotrakea & bantuan ventilasi mekanik 4. Natrium bikarbonat  hanya pada keadaan asidemia yang mengancam jiwa yaitu pH 7,1 ALKALOSIS RESPIRATORIK Penurunan primer PaCO2 (hipokapnia)  peningkatan pH Disebabkan oleh: 1. Penyakit atau gangguan pada susunan saraf pusat 2. Kelainan atau penyakit pada paru. 3. Kelainan kardiovaskular Efek: 1. Alkalemia  kepala terasa ringan, mual, muntah, parestesia sirkum-oral dan digital, spasme karpopedal dan tetani 2. Kelelahan, berdebar-debar, cemas dan susah tidur 3. Pada keadaan berat  ketidakmampuan konsentrasi Penyebab:  Stimulasi sentral  Nyeri  Cernas  Iskemia  Stroke  Tumor  Infeksi  Demam  Induksi obat Salisilat progresteron (pada kehamilan)  Analeptik (doxapram)  Stimulasi perifer  Hipoksemia  Tinggal di tempat yang tinggi  Penyakit paru
  • 59.  Gagal jantung kongestif  Edema paru non kardiogenik  Asma  Emboli paru  Anemia berat  Mekanisme yang tidak diketahui  Sepsis  Ensefalopati metabolic  Iatrogenik  Dipicu oleh ventilator Terapi :  Pasien tanpa gejala dengan pH < 7,55  terapi ditujukan pada kelainan primer yang menyebabkan hipokarbia  Pasien yang menunjukkan gejala alkalosis: 1. Simple rebreathing device untuk menaikkan PCO2 2. Gunakan udara pernapasan dengan campuran gas O2 95% dan CO2 5% 3. Keadaan berat  penggunaan asetazolamid (diamox), HCI atau NH4CI secara intravena dan penggunaan alat bantu napas mekanik. AKIBAT DARI ASIDOSIS BERAT Kardiovaskular  Gangguan kontraksi otot jantung  Dilatasi arteri, konstriksi vena, dan sentralisasi volume darah  Peningkatan tahanan vaskular paru  Penurunan curah jantung, tekanan darah arteri, dan aliran darah hati dan ginjal  Sensitif thd reentrant arrhythmia dan penurunan ambang fibrilasi ventrikel  Menghambat respon kardiovaskular terhadap katekolamin Respirasi  Hiperventilasi  Penurunan kekuatan otot nafas dan menyebabkan kelelahan otot  Sesak Metabolik  Peningkatan kebutuhan metabolisme  Resistensi insulin  Menghambat glikolisis anaerob  Penurunan sintesis ATP  Hiperkalemia
  • 60.  Peningkatan degradasi protein Otak  Penghambatan metaboiisme dan regulasi volume sel otak  Koma AKIBAT DARI ALKALOSIS BERAT Kardiovaskular  Konstriksi arteri  Penurunan aliran darah coroner  Penurunan ambang angina  Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel aritmia yg refrakter Respirasi  Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan hipoksemia Metabolic  Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organic  Hipokalemia  Penurunan konsentrasi Ca terlonlsasi plasma  Hipomagnesemia and hipophosphatemia Otak  Penurunan aliran darah otak  Tetani, kejang, lemah delirium dan stupor
  • 61. VENTILASI MEKANIK Suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara membantu sebagian atau mengambil alih semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup Tujuan Memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan positif melalui jalan nafas buatan Indikasi 1. Gagal nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak dapat diatasi dengan pengobatan biasa 2. Hipoksemia yang teiah mendapat terapi oksigen maksimal, namun tidak ada perbaikan 3. Apneu 4. Secara fisiologis memenuhi kriteria :  Volume tidak < 5 ml/kgBB  Tekanan inspirasi maksimal < 25 cmH20  RR > 35 x/mnt  PaO2 < 60 mmHgdengan pemberian FiO2 > 60%  PaCO2 > 60mmHg  Ruang rugi : Tidal Volume > 0,6 Jenis Ventilator  Ventilator tekanan negatif Ventilator ini tidak membutuhkan konecktor ke jalan nafas (ETT) karena ventilator ini membungkus tubuh, sekarang sudah ditinggalkan  Ventilator tekanan Positif Ventilator ini memberikan tekanan positif ke jaian nafas melalui ETT Ventilator tekanan positif dibedakan menjadi a. Volume Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila volume yang telah ditetapkan tercapai (tidal volume tatap) sedangkan ekspirasi dibiarkan secara pasif Keuntungan: tidak menyebabkan hipo/hiperventilasi karena pemberian secara konstan meski ada sumbatan atau kelainan paru Kerugian : dapat menimbulkan barotrauma b. Pressure
  • 62. Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila tekanan yang ditetapkan telah tercapai (peak Inspiratory pressure tetap) sedangkan ekspirasi dibiarkan secara pasif c. Flow Aliran gas Inspirasi dari ventilator akan berhenti bila flow yang ditetapkan telah tercapai (flow rate tetap) d. Time Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila waktu yang ditetapkan telah tercapai (inspiratory time tetap). PARAMETER SETTING VENTILATOR Mode pada ventilator mekanik 1. Respiratory Rate (RR) Adalah jumlah nafas yang diberikan kepada pasien setiap menitnya, setting RR tergantung dari tidal volume, jenis kelainan paru, target PaCO2, setting awal 8-12x/mnt. Jika RR di set 10 x/mnt, berarti siklus respirasinya adalah 60/10 = 6 dtk sekali. Usia: < 2 tahun = 20-25 breaths/min. 2-10 tahun = 15 - 20 breaths/min. > 10 tahun = 10-15 breaths/min. 2. Tidal Volume Adalah jumlah volum yang diberikan oleh ventilator kepada pasien setiap kali nafas Tve & Tvi  jml nya harus sama bila tdk  ada kebocoran Tidal Volume : Pediatrik = 7-8 ml/kg Dewasa = 9 -10 ml/kg. Dead space volume = 2 ml/kg. Compressible Volume adalah volume gas dari ventilator yang berada pada pipa penyalur, yang tidak ikut dalam pertukaran gas. Besarnya 1-2 ml/cmH2O pada pediatric dan 2-4 ml/cmH2O pada dewasa (pertekanan tekanan gas inspirasi). Agar ventilasi alveolar adekuat, maka tidal volume minimal = 15-20 ml/kg (TVpasien+ dead space volume + compressible volume).
  • 63. Maksimal yang masih aman sulit ditentukan, dipengaruhi oleh: - Komplian paru - PEEP yang diberikan Pegangan: - Aman bila tekanan statis akhir inspirasi ≤ 25 cm H2O - Bahaya bila tek.statis akhir inspirasi > 30 cm H2O 3. Fraksi Oksigen (FiO2) Adalah jumlah konsentrasi oksigen yang diberikan oleh ventilator kepada pssien, berkisar antara 21% - 100%, pemberian FiO2 100% pada awal pemasangan selama 15 - 30 mnt terlalu larna bisa menyebabkan intoxikasi oksigen, selanjutnya diturunkan secepatnya jadi < 50% menyesuaikan respon dari pasien. 4. Inspiratory Time dan I: E ratio. Inspiratory time adalah waktu yang dibutuhkan oleh aliran gas dari ventilator untuk masuk ke dalam paru-paru. Expiratory time adalah waktu yang diperlukan oleh aliran gas untuk keluar dari paru-paru, yang dimulai pada akhir inspirasi sampai inspirasi berikutnya. rasio I: E Dws = 1:2 anak anak = 1: 1,5 bayi = 1 : 1 Bila sebaliknya disebut I : E ratio terbalik. Bila i : E ratio terbalik terlalu besar akan terjadi : retensi CO2, venous return. terganggu, barotrauma. Inspiratory time normal = 0,3 - 1,5 detik, dengan rata-rata = 0,75 detik. Siklus respirasi terdiri dari : inspirator/ time + inspiratory pause + expiratory time  I : E ratio = ( Ti + Tp ) : Te. Inspiratory Pause Selesai phase inspirasi, ventilator dapat menahan aliran gas di dalam paru-paru selama beberapa saat untuk memberi kesempatan difusi oksigen dari alveoli ke dalam kapiler fase pause 10% 5. Pressure limite/ Pressure inspirasi Mengatur atau membatasi jumlah pressure yang diberikan dari volume cycle ventilator, sebab pressure yang terlalu tinggi bisa menyebabkan barotrauma.
  • 64. Setting pressure tidak boleh > 35 cmH20, jika limit sudah tercapai maka secara automatis ventilator akan menghentikan hantarannya dan alarm akan berbunyi. Pressure limit dicapai blasanya dlsebabkan oleh tandanya sumbatan, obstruksi jalan nafas, retensi sputum dl ETT. Akumulasi penguapan air di sirkuit ventilator, ETT Itergigit, pasien batuk, pasien fighting, kinking pada tubing ventilator. Peak Inspiratory Pressure Nilai normal : Bayi = 5-10 cmH2O Anak – anak = 10-15 cmH2O Dewasa = 15-35 cmH2O 6. Minute Volume Normal= 6-8 L/mnt Minute Volume = TV x RR 7. Flow rate/Peak Flow Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yang di set, biasanya setting berkisar antara 40-100 lt/mnt Batas aliran gas terendah adalah 2 kali minute ventilation. Sebagian besar ventilator bayi dapat bekerja dengan flow rate gasses 4-10 L/min. Maka pada flow cycle diberikan flow = 2-3 L/kg Rumus: I. insp Time 60 x volume Tidal II. insp Time respirasi sikus satu x waktu volume Minute Contoh soal: RR = 10 x/mnt, TV = 600 ml  1 siklus respirasi = 60/10 = 6 detik  I : E (l : 2) = T insp = 2 dtk T eksp = 4 dtk  Minute volume = TV x RR = 600 x 10 = 6000 ml/mnt (6 L/mnt)  Flow rate = insp T respirasi siklus kali 1 x Mv
  • 65. = L/mnt 18 2 6 x 6  8. Trigger/sensitivity Menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/ mentriger inspirasi pada ventilator. Trigger tidak diberikan bila ventilator dalam modus control Bila di setting rendah  sedikit usaha nafas pasien akan terdeteksi 9. Positive End Expiratory Pressure Berguna untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi, sehingga mampu meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli, PEEP berfungsi untuk meredistribusikan cairan ekstravaskuler paru, meningkatkan volume alveoli, mengembangkan alveoli yang kolaps, dan meningkatkan kapasitas residu fungsional. Nilai PEEP berkisar 5-15 cmH2O, jika PaO2 masih rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka peningkatan PEEP merupakan pilihan yang utama Ventilator memberikan tekanan positive pada akhir ekspirasi. PEEP fisiologis: Pediatrik = 2-3 cmH2O Dewasa = 3-5 cm H2O Pada umumnya PEEP dinaikkan antara 5-15 cmH2O, untuk memperbaiki oksigenasi. Pemberian PEEP Pemberian PEEP awal sebesar 5 cm H2O dan dititrasi secara bertahap 2-3 cm H2O. Pengaruh pemberian PEEP tidak akan terlihat dalam waktu beberapa jam. Monitor blood pressure, heart rate dan PaO2 selama pemberian PEEP secara titrasi dan pada interval waktu tertentu seiama terapi pemberian PEEP. 10. Sigh function (nafas dalam) Diberikan untuk mencegah collapse alveoli. Besarnya 1,5 - 2 kali TV normal, frekuensi diatur berapa kail per jam. Pola nafas control dlberikan dalam 2 x dalam 3 mnt dengan tekanan sesuai yang di sight ditambah tekanan pada PEEP.
  • 66. 11. Flow ACC Bila di set rendah kurvenya landai artinya TV masuk pelan Bila di set tinggi kurvenya akan runcing TV masuk lebih cepat. 12. Acito Flow Harus di-on-kan artinya bila terjadi kebocoran TV tetap sesuai yg diset karena mesin akan kompensasi secara otomatis. 13. Pasien melawan mesin (fighting): Antara pasien dengan mesin tidak sinkron, hal ini bisa disebabkan oleh pasien sadar, nyeri, hipoksia dll, atau disebabkan oleh setting ventilator yang keliru/ salah. Jika hal tersebut terjadi maka lakukan ambil alih ventilasi dengan pompa napas (ambu bag), sambil mencari dan mcngatasi kausa misalnya dengan memberi sedatif/analgetik, memeriksa analisa gas darah, atau melakukan setting ulang ventilator. 14. Setting Alarm  Alarm Low Exhaled Volume Sebaiknya diset 100 cc di bawah tidal volume ekspirasi, jika alarm berbunyi berarti tidal volume pasien tidak adekuat Alarm tekanan rendah berguna untuk mendeteksi kebocoran system atau terlepasnya sirkuit pada ventilator  Alarm Low Inspiratory Pressure Sebaiknya diset 10-15 cmH2O di bawah PIP (Peak Inspiratory Pressure), akan berbunyi jika pressure pasien turun, alarm: tekanan tinggi berguna untuk mendeteksi menandakan adanya, peningkatan tekanan, misalnya pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll. 15. Pelembaban dan suhu Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme pertahanan tubuh untuk pelembaban dan penghangatan. Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier. Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier dihangatkan dan dijenuhkan. Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh pada kasus hipotermi berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu tinggi
  • 67. dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga sulit dilakukan penghisapan. MODE VENTILATOR 1. Controlled Mechanical Ventilation Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan paslen.ini diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontroi pasien, pernafasan diberikan ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi. Pernafasan pasien diatur sepenuhnya oleh ventilator, tergantung frekuensi yang ditetapkan. Digunakan pada pasien yang tidak dapat bernafas spontan dan diberikan Trigger of sensitivity = - 20 cmH2O, sehingga pasien tidak dapat membuka katup inspirasi pada ventilator. Pada umumnya diberi muscle relaxant dan sedasi. a. VOLUME CONTROL - Banyaknya udara yang ditiup (TV) sesuai dengan setting mesin - Tekanan di jalan nafas bervariasi. - Inspirasi berakhir setelah TV tercapai. b. PRESSURE CONTROL - Banyaknya udara yang ditiup (TV) bervariasi - Tekanan di jalan nafas sesuai dengan setting mesin - Inspirasi berakhir setelah pressure tercapai
  • 68. 2. Assist Ventilation Pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya sedikit. Pasien diberikan kesempatan untuk bernafas spontan, jumlah pernafasan dan volume semenit ditentukan pasien, dibedakan menjadi assist volume mode dan assist pressure mode Bantuan nafas diberikan atas dasar pacuan nafas pasien. Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O. 3. Assist Control Mode Ventilation (ACMV) Pasien sudah mempunyai inisiatif (triggering) untuk bernafas sehingga merangsang mesin - sensitivity - .Triggering : - Pressure - Flow Bila pasien tidak merangsang mesin  CMV 4. Intermittent Mandatory Ventilation Menerima volume dan RR dari ventilator, diantara pernafasan yang diberikan ventilator, pasien diberi kesempatan untuk bernafas sendiri. Dengan modus ini, ventilator memberikan bantuan nafas dimana saja pada saat siklus pasien bernafas sendiri, akibatnya sering terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan ventilator. IMV merupakan campuran antara nafas spontan pasien dan kontrol ventilator. Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O. Frekuensi nafas ventilator harus lebih rendah dari frekuensi nafas spontan pasien.
  • 69. 5. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation SIMV berbeda dari IMV karena mandatory breath disinkronisasi. Ventilator memberikan bantuan inspirasi sesuai dengan frekuensi nafas yang ditetapkan, tetapi bantuan inspirasi jatuh tepat pada saat pasien memulai usaha nafas spontan sehingga tidak terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan ventilator Frekuensi nafas SIMV di mulai dari 10 kali/min, respiratory rate pasien sesuai kemampuan (mis: 20 x/mln). Trigger of sensitivity = -2cmH2O Jika setting SIMV rate 6 berarti SIMV 60/6 =10 dtk Jika RR yang muncul pada pasien 20 berarti 60/20 = 3 dtk Jadi periode spontannya adalah 10 - 3 = 7 dtk Frekuensi SIMV : 6 x/menit dan frekuensi respirasi : 15 x/menit 6. ASB / PSV: (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport Ventlilasi) Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang masih bisa bernafas tetapi tidal volumenya tidak cukup karena nafasnya dangkal. Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan. (PS: 3,5-14,5 cm H2O) PEEP + Tekanan Inspiras i< 30 cmH2O
  • 70. 7. SIMV + Pressure Support. Ventilator bekerja untuk SIMV dengan volume cycle sedangkan untuk PS dengan pressure cycle. Di mulai dengan PS = 15 cmH2O (pressure limit = IS cmH2O), SIMV disini sebagai back up, bila dengan PS terjadi apnea. 8. CPAP : Continous Positive Air Pressure. Memberikan tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama siklus pernafasan, RR dan volume tidal ditentukan oleh pasien. Pasien bernafas spontan, tetapi ventilator memberikan bantuan tekanan positive yang kontinyu sepanjang siklus respirasi. Tekanan positive yang diberikan antara 2-7 cmH20, tekanan yang terlalu tinggi akan mengganggu venous return. CPAP dapat meningkatkan FRC dan memperbaiki oksigenasi Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien yang sudah bisa bernafas dengan adekuat. Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot- otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator. 9. PEEP: Positive End Expiratory Pressure Sangat mirip dengan CPAP kecuali tekanan konstan hanya diberikan selama ekspirasi. 10. T- PIECE
  • 71. Merupakan suatu cara pemberlan therapy O2 dan Humidifikasi dalam proses akhir penyapihan pasien dari penggunaan alat bantu nafas di mana untuk beberapa saat ETT masih harus dipertahankan Mode spontan PET (menggunakan cateter suction nomor 10 dimasukkan ± ¼ dari selang suction JENIS-JENIS PENGATURAN : A. Volume Cycle Modes: - Controlled Mechanical Ventilation - Assist Controle Ventilation - Intermittent Mandatory Ventilation - Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation - Continuous Positive Airway Pressure Setting Awal Ventilator pada Dewasa. Tidal Volume : 10-12 ml/kg Respiratory rate : 10 -12 Breath / min Minimum Inspiratory flow rate : 30 L/min I: E ratio : 1: 2 FlO2 : 50% PEEP : 5 cmH2O Modes: CMV  trigger of sensitivity = - 20 cm H2O SIMV  trigger of sensitivity = - 2 cm H2O SIMV rate = 10 breaths/min RR pasien = 20 breaths/min SIMV + PS PS = 10 cm H2O B. Pressure Cycle Modes : Pressure controle dan Pressure support Pressure limit : 15-30cmH2O Trigger of sensitivity : -20cmH2O or -2cmH2O Respiratory rate : 10-15 breaths/min Digunakan pada anak-anak. Setting Awal Ventilator pada Anak-anak :
  • 72. Ventilatory frequency: infant = 20 - 25 breatholder child = 15-20 breaths/min Tidal volume : 10 - 15 ml/kg I : E ratio : 1 : 2 PEEP : 2-3cmH20 Pressure limit : < 20 m.bar FiO2 : 50 % C. Flow Cycle Digunakan pada bayi dengan berat badan lebih kecil atau sama dengan 10 kg. Ventilatory rate : 20 - 25 breaths/min Inspiratory time : 0,6 - 0,7 sec PEEP : 2-3cmH20 I: E ratio : 1:1 Setting Awal Ventilator pada Bayi. Inspiratory time : 0,6 -0,8 sec Expiratory time : 1,0 - 1,2 sec Respiratory rate : 30-40 breaths/min I : E ratio : 1: 1 and 1: 2 Inspiratory flow ( v ) : 5-10 L/min.(3 x MV) Inspiratory pressure limit : < 20 m.bar PEEP : 3 cmH2O F1O2 : 50% SYARAT-SYARAT WEANING VENTILATOR 1. Penentuan penyapihan pasien dari ventilator merupakan keputusan medis PaO2/FiO2 > 150 & PEEP < 10 cmH2O 2. Tidak ada kontra indikasi penyapihan  Tekanan intrakranial tidak stabil (tunda penyapihan jika terdapat TIK)  Memerlukan sedasi dalam (cth.obstruksi jalan nafas atas)  Ketidakstabilan hemodinamik  Bronkospasme yang signifikan  Kerja nafas yang berat
  • 73. 3. Berikan latihan ventilasi dengaan mode PS setiap hari pada pasien dg kriteria :  Rasio PaO2/Fi02 > 150  Pasien dapat bernafas spontan jika frekuensi nafas pd mode SIMV dikurangi s/d 8 4. Protocol penyapihan  Lihat diagram alur pada halaman berikut  Tentukan tekanan inisial untuk menjaga volume tidal yang adekuat a. Mulai pada 10 cmH2O dan sesuaikan dengan - Volume tidal ≤ 6 ml/kgBB pada pasien dalam proses penyembuhan dari ARDS - Volume tidal ≤ 8 ml/kgBB pada pasien yang lain - BB ideal laki -laki = 0,91 x (tinggi badan (cm) -152,4) + 50 - BB ideal perempuan = 0,91 x (tinggi badan (cm) - 152,4) + 45,5 b. Alternatif lain gunakan target volume tidal 80-100 % dari volume tidal pada mode SIMV c. Range PS yang dapat diterima = 5-25 cmH2O Jika volume tidal tidak dapat tercapai pada tekanan 25 cmH2O tunda percobaan  Lakukan penilaian pada menit ke 15 dan 30 untuk kriteria penyapihan yang sukses  Lakukan penilaian tiap jam untuk kesesuaian penyapihan PS  Jika PS telah mencapai nilai minimum (5 cmH2O) lakukan penyapihan PEEP menjadi 5 cmH2O  Jika PS dan PEEP = 5 cmH2O lakukan ekstubasi 5. Kriteria penyapihan sukses  RR < 30 mnnt  SpO2 > 90% (dapat disetting rendah pada pasien COPD, cth > 86-88)  FlO2 < 0,5  Range Ps yg diijinkan ( 5-25 cmH2O )  Tidak ada distress nafas sebagai mana ditunjukkan oleh dua atau lebih gejala di bawah ini : - HR > 20% baseline - Penggunaan otot asesoris - Berkeringat dingin - Pergerakan abdomen paradoxical - Dispneu yang bermakna
  • 74. Controlled/assist controle  SIMV + PS/PS  CPAP  extubation  O2 dengan masker.
  • 75. MENGHITUNG FRAKSI OKSIGEN Rumus : I. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ) II. FiO2 = 760 % 100 100 2 x AaDO  PAO2 = ( Pb – PH2O ) x FiO2 – PCO2 AaDO2 = PAO2 – PO2 III. 760 % 100 100 ) 2 2 ( ) 2 ( 2 x PCO PO O PH Pb FlO      Keterangan : PAO2 = tek.parsial O2 dlm alveolus PaO2 = tek.parsial O2 dlm arteri Pb = tekanan barometrik (760 mmHg) PH2O = tek.air dlm paru (47 mmHg) RQ = quesien respirasi (0,8) AaDO2 = FiO2 = fraksi oksigen yg diberikan pd vent. PaCO2 = tek.parsial CO2 dim arteri Misal px mendapat FiO2 100% hasil AGD = Ph 7,40 PO2 = 150 PCO2 = 40 perhitungan: Rumus I. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ) = 1,00 (760 – 47) – (40 : 0,8) = 1,00 (713) – (50) = 663 mmHg Persamaan AGD 90 2 2 X PO PAO  (90 = PO2 yang diharapkan) 90 150 663 X  X = 8 , 397 150 90 663  x
  • 76. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ) 397,8 = FiO2 (713) – (50) 397,8 = 663 FiO2 FiO2 = 6 , 0 663 397  atau 60% Jadi untuk mendpatkan target PO2 90 dibutuhkan FlO2 60% FiO2 = 760 % 100 100 2 x AaDO  PAO2 = (Pb – PH2O) x 100% - PCO2 = (760 – 47) x 100% - 40 = 713 – 40 = 673 AaDO2 = PAO2 – PO2 = 673 – 150 = 523 FiO2 = 760 % 100 100 2 x AaDO  = 760 % 100 100 523 x  = 81% Pemakaian Ventilator - Usia muda = 72 jam - Tua = 2 x 24 jam - PPOK = 1 x 24 jam Ventilator di pakai pada BB 10 - 20 kg - BB < 10 kg = sirkuit anak - BB > 10 kg = sirkuit dewasa Penyetingan alarm - Alarm atas = 20 % x 500 ( TV ) + 500 = 600 ml - Alarm bawah = 500 - (20% x 500 (TV)) = 400 ml - Low TV = lepas sirkuit - High TV/pressure = tahanan / tekanan Tinggi  penyebab secret/plak  bronchial washing
  • 77. - Flow = cek flow sensor - Mv Flow / Volume = cek sirkuit ( adanya bocor, kurang kencang pemasangan ) Istilah – istilah:  Hipoksemia = O2 turun dalam darah  Hipoksia = O2 turun dalam jaringan  Hiperventilasi ( PO2 ↑ ) Hipokarbia (PCO2 ↓ )  Turunkan fraksi  Hipoventilasi ( PO2 ↓ )  Hiperkarbia ( PCO2 ↑ )  Naikkan RR,TV Derajat Shunting Rasio derajat shunting 600 tidak ada 300 minimal 250 ringan 200 moderate 150 berat 100 sangat berat Besar derajat shunting ditentukan dengan PO2: FiO2 Parameter Assist control Pressure control Pressure support FiO2 √ √ √ √ Fekwensi Nafas √ √ √ Volume Tidal √ √ Tekanan Inspirasi √ √ √ Inspirasi Flow √* √* I : E ratio √* √ √* Inspirasi Pause √* √* Periode SIMV √ PEEP √ √ √ √ Trigger √ √ √ √  PASB (Pressure Assisted Spontanius Breathing) : Saat ada trigger diberikan bantuan sesuai yang di setting ditambah PEEP PASB = 6 PEEP = 5
  • 78. Saat ada trigger di berikan pressure 6 + 5 = 11  BIPAP TV tidak disetting (pasien menerima TV sesuai kemampuan)  PC BIPAP Yang diset pada mesin artinya RR = 12, T insp= 1,8 , PEEP = 5, P insp = 20, ASB = 12, FiO2 = 40% P insp - ASB = 20-12 = 8 ( bantuan dari mesin ) ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN VENTILATOR  Gelas kumur berisi air bersih atau NaCl 0,9%.  Handuk  Bengkok  Kapas deppers.  Arteri klem atau pinset.  Cairan Chlorhexidlne 0,2%.
  • 79. VENTILATOR DAN SEPSIS BUNDLE Tujuan  mengurangi resiko terjadinya VAP pada pasien di ICU Elemen :  Elevasi tempat tidur di bagian kepala  Interupsi sedasi harian untuk menilai kesadaran dan kesiapan untuk "weaning"  Profilaksis peptic ulcer  Profilaksis DVT  Daily Oral Care dengan chlorhexidine Sepsis Care Bundle terdiri dan 7 elemen yang harus diimplementasikan 100% dalam waktu 6 jam pertama pada pasien sepsis berat atau shock septik. Elemen tersebut antara lain: 1. Kultur darah 2. Pengukuran laktat 3. Pemberian antibiotik awal 4. Resusitasi cairan 5. Terapi vasopressor dan inotrope 6. Pertahankan CVP yang adekuat 7. Pertahankan saturasl oksigen vena sentral. Setelah menjalankan 7 elemen tersebut yang harus dicapai dalam 6 jam, dilanjutkan dengan 4 elemen yang ditargetan diimplementasikan dalam 24 jam: 1. Recombinant human activated protein C (rhAPC) 2. Kontrol gula darah 3. Strategi ventilasi mekanik 4. Steroid Dengan implementasi Sepsis care bundle ini didapatkan initial resusitasi untuk paslen sepsis lebih cepat tercapai antara lain :  Tekanan Vena Sentral (CVP) 8-12 mmHg ( 12-15 mmHg jika diventilasi)  MAP > 65 mmhg atau SBP > 90 mmhg  Urine output > 0.5mL/kg  Saturasi vena campur ScVO2 > 70%
  • 80. SYOK dan EARLY GOAL-DIRECTED THERAPHY (EGDT) Manifestasi klinis syok adalah gambaran hipoferfusi organ: perubahan status mental, dingin, ekstremitas pucat, tekanan darah rendah, melemahnya nadi dan oligouria. Dari perspektif fisiologi sirkulasi syok dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma terjadi penurunan perfusi jaringan sehingga aliran darah tidak adekuat mencukupi keperluan metabolisme seluler. Mixed Venous Oxygen Saturation (SvO2) Adalah saturasi oksigen dari darah vena atau darah yang kembali ke jantung kanan Hal ini merefleksikan, jumlah dari oksigen yang ter"sisa" setelah digunakan oleh jaringan (tissue). SvO2: Dapat dihitung dengan faktor – faktor penentu SvO2 dapat didefinisikan berdasarkan persamaan modifikasi Fick: SvO2 = SaO2 - (VO2 / [CO x 1.38 x Hgb]) Jadi, SvO2 dipengaruhi oleh saturasi oksigen arteri, konsumsi oksigen sel, curah jantung (cardiac output) dan hemoglobin mengukur SvO2 : Oximetric Swan Two wavelength systems Three wavelength systems Pengukuran langsung: Sampel darah diambil dari PA cath distal, dan dianalisa dengan mesin Analisa Gas Darah (AGD) Sampel darah diambil dari lumen distal kateter vena sentra (CVC) dan dianalisa dengan mesin AGD, notifikasinya menjad Scava-veinO2 (ScvO2) Nilai normal adalah SvO2 berkisar antara 68% to 77%  Nilai kurang dari 50% = berbahaya (syok terkompensasi)  Nilai kurang dari 30% = menunjukkan adanya metabolisme anaerob (oxygen debt = syok tidak terkompensasi)
  • 81. Shock adalah suatu sindrom dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan oksigen tissue (VO2) dengan delivery oksigen (DO2) Sebagai konsekuensi dari ketidak seimbangan ini adalah terjadinya peningkatan kadar laktat darah atau penurunan SvO2, yg menandakan mulai terjadinya kerusakan sel (metabolisme anaerob) SIRS SEPSIS SEVERE SEPSIS SEPTIC SHOCK - temperature - 38o C - 36o C - HR > 90 bpm - RR > 20 x/min - WBC > 12000 /mm3 or < 4000 / mm3 or >10% immature neutrophils SIRS plus / with a presumed or confirmed infectious process (blood culture or procalcitonin proven) - Organ dysfunction - Hypotension (SBP < 90 of or SBP drop > 40 mmHg of normal) - Hypoperfusion (lactice acidosis, oligouria, or mental disorder) - Severe sepsis with hypotension, despite adequate fluid resuscitation - Multiple organ dysfunction syndrome criteria - Evidence of > 2 organ failing SIRS = Systemic Inflammatory Response Syndrome
  • 82. Overview of Patient Enrollment and Hemodynamic Support
  • 83. Protocol for Early Goal – Directed Theraphy
  • 84. TERAPI NUTRIS1 Jalur vena : 1. Jalur perifer (larutan < 800 mOsm) 2. Vena sentral (larutan > 800 mOsm) Kebutuhan air dewasa : 40 ml/kgBB Bayi atau anak : 0 - 10 Kg = 100 ml/kgbb 10 - 20 Kg = 1000 ml + (Nx50ml/kgbb) 20 - 30 Kg = 1500 ml+ (Nx20ml/kgbb) KEBUTUHAN KALORI Sumber kalori : 1. Karbohidrat : 3-5 gram/kgBB/hari 2. Lemak : minimal 10% dari kebutuhan kalori, maksimal 1.5 gram/kgBB/hari - Ratio Karbohidrat : Lemak = 2 : 1 - Kebutuhan kalori normal : 30-50 kcal/kgBB/hari Kebutuhan kalori saat istirahat : 25 kcal/kgBB/hari 3. Kebutuhan protein normal : 0,8 - 1,0 Gram/KgBB/Hari Dalam keadaan stress (pasca bedah, trauma, sepsis, dan luka bakar) kebutuhan meningkat : 1.5 – 2.0 gr/kgBB/hari NITROGEN = hasil metabolisme protein yang digunakan sebagai parameter pemantauan 1 Gram nitrogen = 6,25 Gram PROTEIN Ratio nitrogen : kalori = 1: 200 sampai 1: 100 CONTOH PERHITUNGAN UNTUK PASIEN BB 50 KG Komposisi larutan nutrisi parenteral :  PROTEIN = 50 x l,5-2,0gr = 75-100 gr  KALORl NON PROTEIN = 50 x 30 kcal = 1500 kcal Macam sumber kalori = KH : LEMAK = 2:1 Volume cairan : 2000 - 2500 ml terdiri dari:
  • 85.  ASAM AMINO 10% =1000 ml  GLUKOSA 25% = 1000 ml (1000 kcal)  LEMAK 20% = 250 ml ( 450 kcal) ELEKTROLIT  NATRIUM = 50 - 100 mEq  FOSFAT = 5 - 30 mEq  KALIUM = 50 - 75 mEq  KALSIUM = 5 - 10 mEq  MAGNESIUM = 5 -10 mEq NUTRISI PARENTERAL CARA PEMBERIAN :  Melalui vena perifer - Tungkai, kepala < 1 minggu - Jumlah nutrisi yang dapat diberikan terbatas - Infeksi < - ≠ nutrisi osmolaritas tinggi  Melalui vena perifer – sentral - V. Safena magna atau V. Cubiti - Memenuhi kebutuhan kalori lebih tepat  Melalui vena sentral - V. Subklavia atau V. Jugularis - Dapat diberikan nutrisi dengan osmolaritas tinggi - Pada anak-anak jarang NUTRISI ENTERAL CARA: - NASOGASTRIK - NASODUODENAL - FARINGOSTOMI GASTRIK - FARINGODUODENAL - GASTROSTOMI - GASTROSTOMI DUODENAL - YEYUNOSTOMI BOLUS & DRIP KONTINYU NUTRISI ENTERAL (BOLUS):  Resiko aspirasi  Intoleransi terhadap bolus KH, lemak, dan protein
  • 86.  Terjadwal NUTRISI ENTERAL DRIP KONTINYU :  Resiko tumbuhnya bakteri > besar  Tidak boleh > 12 jam  Kantong nutrisi dan selang diganti tiap hari  Untuk yang langsung ke usus halus atau jejunum sebaiknya drip (porsi sedikit tapi sering)
  • 87. NUTRISI ENTERAL Jenis Produk Ener gi (Kka l) Protei n (gram ) Lema k (gram ) Karb ohidr at (gra m) Natriu m (mg) Kaliu m (mg) Keterangan Entramix 260 10 8 38 130 110 Nutri seimbang (serat pangan / fiber, selenium 12,1mg, prebiotik inulin, bebas laktosa, bebas gluten) Nutrisol 262,7 11,25 7,5 38,75 237,5 450 Nutrisi seimbang (MUFA, prebiotik FOS, omega 3 dan 6, mengandung gula, selenium) Ensure 250 9,8 7,6 35,8 206,5 391,3 Nutrisi seimbang (prebiotik FOS, tinggi kalsium, rendah kolesterol, asam linoleat dan linolenat, bebas laktosa) Nutrien Optimum 260 10,8 10,8 31,52 135,8 326 Nutrisi seimbang (bebas laktosa, bebas gluten, probiotik, prebiotik, MUFA, PUFA, protein whey, rendah residu) Panentera l 250 7,6 12,8 27 112,5 281,2 Nutrisi seimbang (MCT, bebas laktosa, linolenat dan linoleat, tinggi lemak MCT, L:P:Kh=44%:12%:44%) Peptiosol 250 14 3 42 130 130 Nutrisi tinggi protein Nephrisol 270 5 6 48 95 60 Nutrisi untuk penyakit ginjal (rendah protein) Diabetaso l 250 10 8 39 95 210 Nutrisi untuk diabetes (serat pangan, kromium picolinat, low GI) Hepatosol 230 9 2,5 47 130 80 Nutrisi untuk gangguan fungsi hati Hepatosol LOLA 250 12 2,5 44 135 80 Nutrisi untuk gangguan fungsi hati berat Nutrican 330 19 7 51 54 180 Nutrisi untuk kanker (tinggi energi, protein BCAA, omega 3, serat pangan) Pediasure 250 7,7 12,25 27,7 119 239 Nutrisi lengkap seimbang untuk anak (rendah laktosa) Proten 265 10 7,25 34,6 3,1 461 Nutrisi seimbang dari soya atau kedelai (bebas laktosa, +Zinc, +Fe) Peptamen 250 10 10 31,2 200 312,5 Nutrisi elemental / jejunostomi (peptida bebas laktosa, isotonik, sangat rendah residu, bebas gluten, MCT 70%) Peptamen Junior 250 8 10 35 180 330 Nutrisi elemental untuk gangguan pencernaan anak, jejunostomi (peptida) Neomune 250 15,6 7,2 31,2 200 263,75 Imunonutrisi (arginin, glutamin, omega 3, MCT)
  • 88. Nutrisi Parenteral Jenis Produk Kalor i (Kkal /L) Karbo hidrat (gram) Prot ein (gra m) Lem ak (gra m) Osmol aritas (mOsm /L) Kandungan Ssedi aan (ml) Keterang an Glutiven 800 20 AA 100 Aminofusion 400 50 50 Kalbamin 400 100 800 AA 500 Amiparen 400 100 911 Clinoleic 20% 2000 200 Olive oil, tinggi MUFA, rendah PUFA dan SAF 100/2 50/50 0 Menekan stres oksidatif Lipofundin MCT/LCT 20% 100/2 50/50 0 Ivelip 20% 2000 200 Lipid 100/2 50/50 0 Nutriflex lipid peri AA + Glucosa + Lipid MCT/LCT + E 1250/ 1875 Nutriflex lipid special AA + Glucosa + Lipid MCT/LCT + E 625 / 1250 Aminoplasma 5% 200 50 590 AA Aminoplasma 10% AA Kalbamin 10% AA 500 Aminofusion Paed 5% AA 250 Benutrion VE 200 AA + Vit E 500 Aminofusion L600 600 100 50 1100 AA 500 Panamin G 320 50 30 507 Aminovel 600 600 100 50 1160 Aminofluid 420 75 30 817 AA + E + Glukosa Aminoleban 320 80 768 500 Kidmin 500 Renxamin 360 90 860 200 Hipoprotei
  • 89. 9% nemia + gagal ginjal Aminofusion Hepar 400 50 50 800 AA + Kh + E Insufiensi hepar Comafusion Hepar 400 50 50 800 AA + Kh + E + Vit Insufiensi hepar EAS Pfimmer 360 20 69 700 Menurunk an uremia Combiplex peri 480 80 40 900 AA + Glukosa 1000 Clinimix N9G15E 412 75 28 845 AA + Kh + E 1000 Clinimix N9G20E 512 100 28 980 AA + Kh + E 1000 Triofusin 500 500 123 700 Fruktosa + Glukosa + Xylitol 500 Triofusin 1000 1000 246 1400 Fruktosa + Glukosa + Xylitol 500 Triofusin 1600 1600 410 2500 Fruktosa + Glukosa + Xylitol 500 Triofusin E1000 1000 246 1600 Fruktosa + Glukosa + Xylitol + E 500 Tutofusin OPS 200 50 4,75 Gula Alkohol 500 Tutofusin LC 219 50 AA + Kh + E + Vit Futrolit Gula Alkohol Martos 10 Maltosa Infumal Maltosa
  • 90. Solution pH Na+ Cl- K+ Ca++ Lactate Glucose Osmolality Other 0,9% normal saline 5.0 154 154 0 0 0 0 308 0 Hartmann/CSL 5-7 131 112 5 2 28 0 255 0 Plasma lyte 7.4 140 98 5 0 0 0 294 27mm Aceta 23mm Gluco 5% dextrose inwater (D5W) 4.0 0 0 0 0 0 50 g/L 252 0 .45% normal saline with dextrose (D5 ½ NS) 4.5 77 77 0 0 0 50 g/L 406 0 Albumin (4%) 6.7 – 7.3 140 128 0 0 0 0 260 40 g/L album Albumin (20%) 6.4 – 7.3 48 – 100 130 – 160 0 0 0 0 130 200 g/ album Hetastarch 6% 5.5 154 154 0 0 0 0 310 60 g/L starch Pentastarch 10% 5.0 154 154 0 0 0 0 326 100 g/ starch Dextran – 40 (10% solution) 3.5 – 7.0 154 154 0 0 0 0 311 100 g/ dextra Dextran – 70 (6% solution) 3.0 – 7.0 154 154 0 0 0 0 310 60 g/L dextra Haemaccel 3.5% 7.4 145 145 5 6.25 0 0 293 35 g/L gelatin Gelofusine 7.4 154 125 0 0 0 0 308 40 g/L gelatin
  • 91. F.A.S.T.H.U.G F = Feeding A = Analgesik S = Sedasi T = tromboemboli profilaksis H = Head of bed elevasi U = Ulcer proteksi G = Glucose control FEEDING  Berikan nutrisi – segera mungkin setelah resusitasi stabil  Ideal < 72 jam  Nutrisi dini menurunkan angka kematian secara signifikan  Lebih dipilih darpada parenteral ANALGESIA Dasar: nyeri adalah vital sign yang ke – 5  Pasien dalam kondisi apapun tidak boleh nyeri  Rangsangan nyeri tersebut dapat mempengaruhi pemulihan fisiologis dan psikologis  kurang tidur, disfungsi paru dan respon stress, imunosupresi, hiperkoagulabilitas, katabolisme protein meningkatkan oksigen Miokard consumption Pain Rating Scale :  Visual Analogue Scale  Numeric Rating Scale
  • 92.  Faces Scale  McGill Pain Questionnare
  • 93. SEDASI TROMBOEMBOLI PROFILAKSIS Cara Mekanik:  Perubahan posisi berbaring secara berkala,  Pijat rutin pada tungkai bawah  Early mobilisasi pada pasien sadar  Graduated compression stocklngs (GCS),  Intermitent pneumaccompression (IPC) devices
  • 94.  Venous foot pump (VFP). Terap imedikamentosa:  Heparin 5000Unit setiap 8 – 12 jam  Enoxaparin 30 Unit setiap l2 jam  Dalteparin 2500 – 5000 Unit setiap 24 jam  Fondaparinux 2,5mg setiap 24 Jam HEAD OF THE BED ELEVATION  Head of the bed Dibuat untuk menghindari reflux dan regurgitasi isi lambung ke rongga mulut dan saluran napas  Prinsip gravitasi  Termasuk dalam VAP  Kemiringan 30 – 45 derajat  Dikarenakan seringnya penggunaan Nasogastric tube pa da banyak kasus critical  Penggunaan H2 Blocker, PPI, Antasida yang berhubungan dgn penggunaan tromboprofilaksis ULCER PROFILAKSIS  H2 Antagonists seperti Cimetidine 300 mg oral atau lV setiap 6 – 8 jam  Famotidine 20 mg oral atau lV setiap l2jam,  Ranitidine 5mg lV setiap l2 jam  Penghambat pompa proton seperti Lanzoprazole 30 mg setiap 24 jam, Omeperazole 20 mg setiap 24jam Pantoprazole 40 mg setiap 24jam,  Sucralfat10 mg setiap 6 Jam GLUCOSE CONTROL  Hyperglycemia meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan.  Dengan mengontrol gula darah akan menurunkan insidens penyembuhan luka yang lama, resiko infeksi gangguan motilitas usus, gangguan performa kardiovaskuler, resiko polineuropati dan resiko gagal ginjal akut  Target gula darah idealnya dipertahankan di level l40—180 mg/dL.  Strategi mempertahankan gula darah : lnsulin Continuous dapat dijalankan setelah 2 kali pemeriksaan denga n interval 1 jam, masih menunjukkan > 180mg/dL
  • 95.
  • 96. EKG Elektrokardiografi: llmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung Elektrokardiogram: Grafik hasil pencatatan aktivitas listrik jantung Elektrokardiograf: Alat untuk mencatat aktivitas listrik jantung yang dihubungkan dengan waktu KEGUNAAN EKG , Menentukan: 1. Kelainan irama jantung (Aritmia) 2. Kelainan myokardium (Hipertrofi atrium & ventrikel, Iskemia/lnfark otot jantung) 3. Efek dari beberapa obat-obatan (Digitalis, Antiaritmia) 4. Kelainan elektrolit (Kalium, Calsium, Natrium) 5. Menilai fungsi pacu jantung Kertas EKG  Kecepatan kertas 25mm/dtk  Garis horizontal : Tiap 1 mm = 1/25 = 0,04 dtk  Garis vertical : Tiap 1mm = O.l Mv  Kotak kecil 1 mm x 1 mm  Kotak besar 5 mm x 5 mm SANDAPAN EKG Terdapat 2 Jenis Sandapan pada EKG 1. SANDAPAN BIPOLAR (I, II, III) 2. SANDAPAN UNIPOLAR Sandapan unipolar ekstermitas (aVR, aVL, aVF)
  • 97. Sandapan unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5, V6) 1. SANDAPAN BIPOLAR Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda: Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn tangan kiri, dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan (+) Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn kaki kiri, dimana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan (+) Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LL), dimana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan 2. SANDAPAN UNIPOLAR  Sandapan unipolar ekstremitas Dinamakan sandapan unipolar ekstremitas karena merekam besar potensial listrik pada satu ekstremitas, elektroda eksplorasl diletakkan pada ekstermitas yang akan diukur, gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas lain membentuk elektroda indiferen (potensial 0) Sandapan aVR : merekam potesial listrik pada tangan kanan (RA) dimana tangan kanan bermuatan (+) tangan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen. Sandapan aVL : merekam potensial iistrik pada tangan kiri (LA) dimana tangan kiri bermuatan (+) tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen.
  • 98. Sandapan aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LL) dimana tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indiferen  Sandapan unipolar precordial Sandapan V1 : ICS IV garis sternal ka Sandapan V2 : ICS IV garis sternal kl Sandapan V3 : antara V2 dan V4 Sandapan V4 : ICS V MCL ki Sandapan V5 : setinggi V4 garis aksila anterior kiri Sandapan V6 : setinggi V4 garis aksila media kiri KURVA EKG 8 LANGKAH MEMBACA EKG 1. IRAMA Irama EKG normal : IRAMA SINUS (SR) (Irama yang ditentukan oleh SA Node) Ciri – cirinya:  HR : 60 – 100 x /mnt  Irama teratur / regular  Gel P normal dan selalu diikuti oleh complex QRS & gel T  PR interval antara 0,12 – 0,20 detik  Komplex QRS normal (0,060 – 0,12)  Semua gelombang sama 2. HEART RATE
  • 99. Tentukan frekuensi (heart rate) caranya : - 300 dibagi kotak besar antara R – R - 1500 dibagi kotak kecil antara R – R, - Lead panjang 6 detik – jml gel QRS dikali 100 Bila Heart Rate > 100 x / mnt = sinus Tachycardi < 60 x / mnt = sinus Bradycardi 3. AXIS Cara; Amplitudo QRS dihitung pada lead I dan AVF: Amplitudo gel R - amplitude gel S
  • 100. Bila: - Gel R, nilalnya lebih tinggi dari gel S = positif - Gel S, nilainya lebih tinggi dari gel R = negative 4. GELOMBANG P Depolarisasi Atrium Sinus Ritme : + di II Sinus Ritme ; - di avR N : lebar <0,12dtk N : tinggi < 0,3 mV 5. PR INTERVAL Rentang waktu dari awal P sampai dengan awal QRS Normal: 0.12 - 0.20 detik (3 -5 kotak) PR: >0.20 detik pada AV blok 6. Komplex QRS Gelombang QRS  Depolarisasi ventrikel  Lebar 0,05 – 0,12 dtk (1 ½ kk)  Bila > 0,12 dtk Bundle Brach Block (BBB) Tinggi tergantung lead