Dokumen tersebut memberikan penjelasan tentang sistem perhitungan obat parenteral dan beberapa obat yang sering digunakan di ICU seperti dopamin, dobutamin, norepinefrin, isdn, nicardipine, furosemide, midazolam, nitrogliserin, insulin, heparin, pelumpuh otot, transfusi darah. Termasuk rumus-rumus perhitungan dosis dan kecepatan infus untuk berbagai obat.
2. SISTEM PERHITUNGAN OBAT PARENTERAL
Rumus perhitungan obat injeksi :
Dosis yang diperlukan x volume obat yang tersedia
Dosis yang tersedia
Menghitung pemberian cairan (ml/jam) :
Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml)
Lama waktu pemberian (jam)
Menghitung pemberian cairan (tetes/menit) :
Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) x Faktor tetesan
Lama waktu pemberian (jam) x waktu (60)
Menghitung waktu pemberian cairan :
Jumlah cairan yang dibutuhkan (ml) x faktor tetesan
Pemberian cairan (tts/mnt) x waktu (60)
3. DOPAMIN
1 ampul /vial = 200 mg
Indikasi :
Mengatasi hipotensi dengan tanda dan gejala syok
Gagal jantung kongestif
Obat kelas II pada bradikardi dengan hipotensi setelah atropine
Dosis :
Rendah 1-5 mcg/kgBB/menit Reseptor dopaminergik terutama di
ginjal, mesenterium, dan pembuluh
coroner
Sedang 5-10
mcg/kgBB/menit
Meningkatnya tekanan sistolik dan
tekanan nadi tanpa mengubah tekanan
diastolic
Tinggi 10-20
mcg/kgBB/menit
(vasopressor)
Kontraindikasi :
Hipovolemik yang belum terkoreksi
Takiaritmia atau fibrilasi ventrikuler yang belum terkoreksi
Hipertiroid
Efek samping :
Kardiovaskuler :
o Aritmia, terutama takikardi supraventrikuler primer
o Palpitasi
o Angina
o Hipertensi
o Vasokonstriksi
Dyspnea
Sakit kepala, stimulasi SSP
Mual, muntah
Rumus 1 dengan syringe pump :
Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Rumus 2 dengan syringe pump :
Dosis x BB x pengenceran x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Contoh :
4. BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam NaCl 50 cc
Cara 1 :
200 mg : 50 cc 4 mg : 1 cc 4000 mcg : 1 cc
Rumus : 5 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam
4000
Cara 2 :
Rumus : 5 x 50 x 50 x 60 = 3.75 cc/jam
200.000
DOBUTAMIN
1 vial = 250 mg
Indikasi :
terapi penunjang inotropik pada pengobatan jangka pendek untuk pasien
dewasa dengan dekompensasi kordis karena penekanan kontraktilitas
jantung yang diakibatkan oleh penyakit jantung organic atau prosedur
bedah jantung
Lebih efektif dalam menurunkan tekanan pengisian ventrikel karena tidak
meningkatkan tekanan perifer
Kontraindikasi : stenosis subaortik hipertropik idiopatik
Efek samping : nausea, nyeri kepala, angina, palpitasi
Dosis :
Rendah 2-5 mcg/kgBB/menit
Sedang 5-10
mcg/kgBB/menit
Meningkatkan kontraktilitas miokard tanpa
meningkatkan frekuensi denyut jantung
Tinggi 10-20
mcg/kgBB/menit
Rumus : Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dalam mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis yang diminta 5 mikro, diencerkan dalam Dex 5% 50 cc
Cara :
250 mg = 50 cc
5 mg = 1 cc = 5000 mcg
Jadi : 5 x 50 x 60 = 3 cc/jam
500
Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
5. Contoh : BB 50 kg, dosis 5 mikro, diencerkan 50 cc
Cara : 5 x 50 x 50 x 60 = 3 cc/jam
250.000
Rumus :
dengan infus set makro : 1 cc = 20 tetes/menit
dengan infus set mikro : 1 cc = 60 tetes/menit
Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60/20
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis 5 mcg, dalam 500 Dex 5%
Cara : 5 x 50 x 500 x 60 = 30 tts/menit
250.000
NOREEPINEFRIN
(vascon®, raivas®)
1 ampul = 4 mg
Indikasi : pilihan pertama vasopressor pada pasien dengan syok septik
Rumus : Dosis x BB x 60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Rumus : Dosis x BB x pengenceran x 60
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Rumus murni : Dosis x BB x 60
Dosis obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : BB 50 kg, dosis yang diinginkan 0.5 mikro, diencerkan dalam 50 cc
NaCl
Cara :
1 mg = 1000 mcg
4 mg = 50 cc
0.08 mg = 1 cc
80 mcg = 1 cc
Rumus 1 : 0.5 x 50 x 60 = 18.75 cc/jam
80
Rumus 2 : 0.5 x 50 x 50 x 60 = 18.75 cc/jam
4000
Rumus murni : 0.5 x 50 x 60 = 1.5 cc/jam
1000
6. ISDN (ISOSORBID DINITRAT)
1 ampul = 10 mg
Indikasi :
pengobatan dan pencegahan angina pectoris
terapi gagal jantung kongestif refrakter berat
Kontraindikasi :
anemia berat, hipotensi, syok kardiogenik
hipertiroid, peningkatan TIK, glaucoma
Efek samping :
hipotensi ortostatik, takikardi
sakit kepala
mual, gangguan GI
Rumus dengan syringe pump (dalam mg/jam) :
Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Contoh : dosis yang diminta 2 mg/jam, pengenceran 50 cc, jumlah obat yang
diencerkan 2 ampul (20 mg)
Jadi : 2 x 50 = 5 cc/jam
20
Rumus dalam syringe pump (dalam mikro/menit) :
Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm mikro)
Contoh : dosis yang diminta 20 mikro/menit, pengenceran 50 cc, jumlah obat
yang diencerkan 2 ampul (20 mg)
Jadi : 20 x 50 x 60 = 3 cc/jam
20.000
NICARDIPINE
(Perdipine®)
1 ampul = 10 mg
Indikasi : terapi kedaruratan untuk hipertensi selama masa operasi
Kontraindikasi :
dugaan hemostasis inkomplit sesudah terjadi perdarahan intracranial
peningkatan TIK pada stadium akut stroke serebral
7. Efek samping : ileus paralitik, hipoksemia, nyeri angina, trombositopenia
Dosis : 3-15 mg/menit
Rumus dengan syringe pump :
Dosis x BB x pengenceran x 60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Rumus dengan makro/mikro drip :
Dosis x BB x pengenceran x 20/60
Jumlah obat/cc (dlm mikro)
Contoh : BB 60 kg, dosis 0.5 mikro, diencerkan dalam NaCl 0.9% 50 cc
Cara 1 :
10 mg : 50 cc
0.2 mg : 1 cc = 200 mcg
Jadi : 0.5 x 60 x 60 = 9 cc/jam
200
Cara 2 : 0.5 x 60 x 50 x 60 = 9 cc/jam
10.000
FUROSEMIDE
1 ampul = 20 mg
Indikasi : edema jantung, paru, ginjal dan hati ; hipertensi
Kontraindikasi : anuria, koma hepatikum, defisiensi elektrolit, hipersensitif
furosemide
Efek samping : gangguan GI, trombositopenia, leukopenia, mulut kering,
peningkatan kadar asam urat
Rumus : Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Contoh : dosis yang diminta 10 mg/jam, kandungan obat 10 mg/ml
Cara : 10 x 1 = 1 cc/jam
10
Midazolam
Rumus : Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
8. Contoh : Dosis yang diminta 10 mg/jam, kandungan obat 5 mg/ml
Cara : 10 x 1 = 2 cc/jam
5
NITROGLISERIN
1 ampul = 50 mg
Rumus dengan syringe pump (dalam mg/menit) :
Dosis x pengenceran
Jumlah obat yang diencerkan
Rumus dalam syringe pump (dalam micro/menit) :
Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm micro)
INSULIN
(Humulin® = 100 unit/cc dan insulin = 40 unit/cc) Injeksi subkutan
Rumus : Kebutuhan x skala spuit
Jumlah obat (unit/cc)
Contoh : bila diinginkan dosis 6 unit dengan skala spuit yang dipakai 100 unit
maka jumlah obat yang diberikan adalah :
Actrapid/Insulin = 6 x 100 = 15 strip
40
Humulin = 6 x 100 = 6 strip
100
Dengan syringe pump rumus :
Dosis x pengenceran
Jumlah obat (unit/cc)
Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam yang diencerkan
dalam spuit 50 cc maka jumlah obat yang diberikan adalah :
9. Cara : 4 x 50 = 5 cc/jam
40
Dengan infus rumus :
Dosis x jumlah cairan x tetesan yang dipakai
Jumlah obat (unit/cc) x 60
Contoh : bila ingin diberikan actrapid dengan dosis 4 unit/jam dalam NaCl 0.9%
500cc yang memakai infus set makro, maka jumlah obat yang diberikan (tts/mnt)
adalah :
Caranya : 4 x 500 x 20 = 16 tts/mnt
40 x 60
HEPARIN
1 vial = 25.000 unit
Indikasi :
Profilaksis dan terapi thrombosis vena dan emboli paru
Terapi emboli arteri
Mencegah pembekuan di arteri jantung dan thrombosis serebral
Antikoagulan pada transfuse darah, dialysis
Untuk kepentingan laboratorium
Kontraindikasi :
Pasien dengan perdarahan trombositopenia, hemophilia, ulkus peptikum,
hipertensi, icterus, ancaman aborsi bedah mayor yang mempengaruhi otak
Efek samping :
Perdarahan, iritasi local, hipersensitif, trombositopenia, osteoporosis, peningkatan
SGOT dan SGPT
Dosis disesuaikan dengan APTT dan pemberian pertama 5000 unit bolus
Rumus drip : Dosis x 1 jam
Jumlah unit dalam ml
Contoh : 20.000 unit heparin dalam 500 cc NaCl dosis yang diberikan 1000
unit/jam
Cara : 20.000 unit = 500 cc -----> 40 unit = 1 cc
Diberikan dengan infus set mikro ( 1 cc = 60 tts )
Rumus : 1000 x 60 tts = 25 tts/mnt
40 x 60 mnt
= 1000 x 1 jam = 25 cc/jam
40 unit
10. PELUMPUH OTOT
Dibagi 2 :
1. Depolarisasi (suksinilkolin)
Onset 3-5 menit, durasi 5-10 menit
Dosis IV 0.6 mg/kgBB
Ekskresi dalam urine
Dapat menyebabkan fasikulasi otot
2. Nondepolarisasi (untuk pavulon, norcuron)
Hampir sama dengan pankuronium
Onset cepat, durasi 30 menit
Ekskresi dalam urine
Dosis sama dengan pavulon
Efek : KV lebih rendah dibandingkan pankuronium
Guna : sebagai adjuvant (untuk relaksasi otot)
Di ICU pelumpuh otot kerja singkat digunakan untuk mempermudah intubasi
TRANSFUSI
Rumus transfusi = ( HbN – HbH) x EBV
X
HbN : nilai Hb yang diinginkan
HbH : nilai Hb hasil lab
EBV : estimated blood volume (perkiraan volume darah)
Laki-laki : 75 cc x kgBB
Perempuan : 65 cc x kgBB
X : PRC = 24
WB = 12
Contoh : laki-laki dengan Hb 8 gr%, BB 60 kg, dengan target Hb 10 gr%, berapa
kantong darah yang disiapkan ?
Rumus :
PRC = (10 – 8) x (75 x 60 ) = 375 cc
24
WB = ( 10 – 8 ) x (75 x 60 ) = 750 cc
12
11. Atau :
Ket : Δ Hb = jumlah Hb yang diinginkan = nilai Hb hasil lab.
Packed Red Cells
Deskripsi:
Volume 150-250ml eritrosit dengan jumlah plasma yang minimal
Hb ± 20 g/100 dl ( ≥ 45 g/unit)
Hct 55-75%
Indikasi:
Pengganti sel darah merah pada anemia
Anemia karena perdarahan akut (setelah resusitasi cairan kristaloid atau
koloid)
Resiko Infeksi
Tidak steril
Dapat menularkan infeksi pada eritrosit atau plasma yang tidak terdeteksi
pemeriksaan rutin (HIV-1 dan HIV-2, hepatitis B dan C, virus hepatitis
lain, syphilis, malaria, TORCH dan Chagas diseases)
Penyimpanan
Suhu + 2o
C hingga 6o
C, dapat terjadi perubahan komposisi akibat
metabolisme sel darah merah
Maksimal penyimpanan PRC di bank darah 3 minggu
Harus segera ditransfusikan 30 menit setelah keluar dari tempat
penyimpanan
Perhatian
Golongan darah harus sesuai (ABO dan RhD compatible)
Dilarang memasukan obat-obatan ke dalam kantong darah
Penambahan Infus cairan NS 50 – 100 ml dengan infus set-Y memperbaiki
aliran tranfuse
Waktu Tranfuse maksimal 4 jam Kecuali pasien dengan Congestive Heart
Failure, AKI (Acute Kidney Injury dan Chornic Kidney Disease)
Fresh Frozen Plasma
Deskripsi
Plasma dipisahan dari satu kantong WB (maksimal 6 jam) dibekukan pada
25o
C atau lebih
RUMUS :
1. WHOLE BLOOD (WB) : Δ Hb x BB x 6
2. PACKED CELL (PRC) : Δ Hb x BB x 3
12. Terdiri dari factor pembekuan stabil, albumin dan immunoglobulin, F VIII
minimal 70% dari kadar plasma segar normal
Volume 60-180 ml
Indikasi
Defisiensi factor koagulasi (penyait hati, overdosis atikoagulan-warfarin,
kehilangan factor koagulasi pada penerima tranfuse dalam jumlah besar)
DIC
TTp
Dosis: Awal 10 – 15 ml/kgBB
Perhatian:
Reaksi alergi akut dapat terjadi dengan pemberian cepat
Jarang terjadi reaksi anafilaktik berat
Hipovolumia bukan suatu indikasi
ABO kompatibel untuk menghindari resiko hemolysis
Diberikan segera setelah thawing dengan transfuse darah standar
Faktor koagulasi labil, cepat terdegradasi, berikan maksimal 30 menit
setelah thawing
Penyimpanan
Pada -25o
C atau lebih bertahan hingga 1 tahun
Sebelum digunakan harus di thawing dalam air 30-37o
C di bank darah,
suhu yang lebih tinggi akan merusak factor pembekuan dan protein.
Sekali thawing harus disimpan pada suhu + 2o
C hingga +6o
C
Trombocyte Concentrates
Deskripsi:
Setiap 50 – 60 ml plasma yang dipisahkan dari WB mengandung:
Trombosit minimal 55 x 109
Eritrosit < 1,2 x 109
Leukosit < 0,12 x 109
Indikasi:
Perdarahan akibat trombositopenia atau gangguan fungsi trombosit
Pencegahan perdarahan karena trombositopenia (gangguan sumsum
tulang) kurang dari 10.000/micro liter
Profilaksis perdarahan pada pre operatif dengan trombosit ≤ 100.000
micro liter
Kontraindikasi:
ITP tanpa perdarahan
TTP tanpa perdarahan
DIC yang tidak diterapi
Trombositopenia terkait sepsis, hinga terapi definitive dimulai atau pada
hiperspenisme
Dosis: 1 unit TC/10 kgBB
Pada desawa 60-70 kg, 1 unit platelet (dari 4-6 donor) mengandung 240 x
109
trombosit yang dapat meningkat trombosit 20-40 x 109
/L
13. Peningkatan trombosit kurang efektif bila terdapat kondisi-kondisi seperti
splenomegeli, DIC dan Sepsis
Komplikasi:
FNHTR (Febrile non haemolytic) dan reaksi alergi urtikaria jarang terjadi
ALBUMIN
Rumus : ( Albumin N – albumin H ) x 0.8 x kgBB
Keterangan :
Albumin N : nilai albumin yang diinginkan
Albumin H : nilai albumin hasil lab
Kandungan Albumin 20% = 20/100 = 0.2 gr/ml
Albumin 25% = 25/100 = 0.25 gr/ml
Contoh : nilai lab albumin 2, dengan target albumin 3, BB 50 kg, koreksi dengan
albumin 25% dan 20%
Rumus : (3-2) x 0.8 x 50 = 40 gr
Albumin 20% : 40 gr / 0.2 = 200 cc
Albumin 25% : 40 gr / 0.25 = 160 cc
Atau :
Volume darah untuk anak-anak: BB x 85 cc
Volume darah untuk dewasa: BB x 75 cc
Albumin yang normal dalam tubuh 3,2 – 4,5 dalam 100 cc darah, ambil rata-rata
3,2
Contoh:
Albumin pasien 2,5gr dengan BB 50kg
Jawab 3,2 – 2,5 x (50 x 75) = 26 gr
100
Fungsinya: untuk menarik cairan yang ada di ektravasular ke intravaskular
Komposisi:
RUMUS:
(Albumin normal (3,2) – Albumin pasien x BB x volume
darah)
100
14. Dalam 100 cc albumin 25% mengandung 25 gr albumin
Dalam 100 cc albumin 20% mengandung 26,5 gr albumin
Dalam 50 cc albumin mengandung 12,5 gr albumin
OBAT-OBAT EMERGENSI
ADRENALIN
1 ampul = 1 ml = 1 mg
Indikasi :
Akut anafilaktik syok, reaksi akut terhadap obat, binatang, serangga, dan
allergen (menghilangkan bronchospasme, urtikaria, angioedema,
pembengkakan mukosa)
Local anestesi
Haemostatic agent
Ocular surgery untuk mengontrol perdarahan
Inotropic support pada pasien CHF
Cardiac arrest
Efek samping : nervous, restlessness, takikardia, tremor, sweating, hipertensi,
nausea, vomiting, pallor, weakness
Kontraindikasi : hati-hati digunakan pada pasien Diabetes Mellitus, hipertensi,
ischemic heart disease, hipertiroid, Parkinson
Dosis : bolus dosis awal 1 mg saat resusitasi, boleh diulang dengan dosis yang
sama dengan interval 3-5 menit, tidak ada dosis maksimal (selalu diikuti dengan
pemberian cairan NaCl 0.9%)
Drip : pemberian pada bradikardia serius, 2-20 mcg/kgBB/menit
Rumus : Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm mikro)
Pemberian melalui ETT dosis 2 – 2.5 mg yang diencerkan dalam 10 ml NaCl
Contoh : pengenceran adrenalin 3 amp dlm 50 ml D5 dengan dosis pemberian 2
mikro, berapa cc/jam?
Cara : 3 mg = 50 cc
0.06 mg = 1 ml = 60 mikro
Rumus : 2 x 50 x 60 = 2 cc/jam
15. 3000
Dosis Adrenalin :
Indikasi Dewasa Anak-anak
Anafilaksis,
bronkospasme
IM : 10 mcg/kgBB (1:1000)
IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000)
Diberikan selama 1-2 menit,
jika diperlukan dapat diulang
tiap 5 menit
IM : 10 mcg/kgBB (1 : 1000)
IV : 5 mcg/kgBB (1:10.000)
Diberikan selama 1-2 menit,
dapat diulang setiap 5 menit
jika diperlukan
Cardiac arrest IV : 0.5-1 mg
IV infusion : 1-4mcg/menit
IV : 0.01 mg/kg diulang
setiap 3-5 menit
IV infusion : 0,005-1
mcg/kg/mnt
Auto injector
untuk
anafilaktik
syok
Dewasa dan anak>30kg : 0.3
mg (epiPen)
Anak 15-30 kg : 0.15 mg
(epiPen)
SULFAS ATROPIN
1 ampul = 1 ml = 0.25 mg
Indikasi :
Bradikardi simptomatik
Pada PEA jika HR < 60 bpm
Dosis :
Pada bradikardi 0.5 – 1 mg secara IV dan dapat diulang dalam interval 5
menit
Untuk henti jantung dosis 1 mg IV dan dapat diulang interval 3 – 5 menit
dengan dosis maksimal 0.04 mg/kgBB
SA dengan dosis < 0.5 mg dapat menimbulkan bradikardi paradox yang
dapat mempresipitasi terjadinya VF
SA dapat diberikan melalui ETT
Onset : cepat, durasi bervariasi
Dosis : 0.25 – 0.5 mg IV
Efek samping : aritmia, mulut kering, retensi urine
16. AMIODARON
1 ampul = 3 ml = 150 mg
Indikasi : merupakan obat aritmia atrial dan ventrikel (VT refrakter, AV, SVT)
Dosis : bila VT / VF tanpa nadi diencerkan 20 – 30 ml
150 mg / 10 menit / IV bolus dilanjutkan
360 mg / 6 jam (1 mg/menit) kemudian
540 mg / 18 jam (0.5 mg/menit)
Metabolisme secara aktif di hati
LIDOKAIN
(xilocard®)
Indikasi :
Henti jantung akibat VT/VF
Takikardia dengan QRS lebar jenis tidak jelas
Merupakan obat anti aritmia pilihan kedua setelah amiodaron
Local anesthesia
Dosis :
Pada cardiac arrest dosis bolus 1 – 1.5 mg/kgBB dapat diulang dengan
dosis 0.5 – 0.75 mg/kgBB 3 – 5 menit sampai dosis maksimal 3 mg/kgBB
Drip 1 – 4 mg/menit
Cepat, durasi 5 – 20 menit
Efek samping : pusing, kejang, blok jantung, hipotensi, disorientasi, mual,
muntah, depresi pernapasan
Kontraindikasi : total AV block dan gagal jantung
Rumus drip : Dosis x pengenceran x 60
Jumlah obat yang diencerkan (dlm mg)
Contoh : 500 mg xylocard dalam 100 ml NaCl 0.9% / D5% dosis permintaan 2
mg/mnt
Cara :
500 mg = 100 ml
5 mg = 1 ml
Rumus : 2 x 100 x 60 = 25 cc/jam
500
18. NARCAN
Indikasi :
Antidotum dari opiate
Dosis : 0.04 – 0.4 mg/kgBB, titrasi 2-3 menit
Onset cepat
Durasi tergantung dosis, max.20-60 menit
Efek samping : hipertensi, aritmia, edema paru
Metabolism 95% di hepar
LANOXIN
1 ampul = 2 ml = 0.5 mg
Indikasi :
Atrial fibrilasi
Atrial flutter
Dosis : 0.25 mg atau 0.5 mg bolus
Cara pemberian : 0.5 mg lanoxin diencerkan dalam 10 ml NaCl 0.9% diberikan
perlahan dan dapat diulang 4-6 jam
GOLONGAN ANALGETIKA
Dibagi 2 :
1. Golongan opioid (morfin, petidin, fentanyl)
2. Golongan non opioid ( tramadol, ketorolac )
Opioid adalah obat yang memiliki sifat seperti opium / morfin
Indikasi : menghilangkan nyeri hebat seperti infark miokard, neoplasma, kolik,
luka bakar, pasca bedah, dll
1. GOL. OPIOID
A. MORFIN
Dosis di ICU 0.02 – 0.05 mg/kgBB setiap 2-4 jam
Onset 20 menit, durasi 5 jam
Bersifat histamine release
10 x lebih kuat dari petidin
Terlalu cepat = vasodilatasi hebat
19. Hati-hati pada usia lanjut
Waspada terhadap penyakit ginjal akumulasi
B. PETIDIN
Dosis 0.5-1 mg/kgBB setiap 2-4 jam
Onset 10 menit, durasi 3-4 jam
Bersifat histamine release
Pada penyakit ginjal dapat menyebabkan akumulasi kejang
Cara pemberian 100 mg petidin + NaCl 8 cc beri perlahan
C. FENTANYL
Dosis 0.5-2 mg/kgBB setiap 2-4 jam
Onset 30 detik, durasi 1-2 jam
Lebih poten 75-80x dari morfin
Efek samping opioid : adiksi, depresi pernafasan, mual, muntah
Perlunya antidotum : Naloxone (Narcan), naltrexone
2. GOL. NON OPIOID
A. KETOROLAC (NSAID) TORADOL
Dosis 15-30 mg setiap 6 jam
Onset 30-60 menit
Ekskresi di ginjal
Paling lama digunakan 2-5 hari
Efek samping : stress ulcer, bledding, gangguan ginjal
B. TRAMADOL
Sama dengan golongan opioid. Tidak menyebabkan adiksi dan depresi
pernafasan
SEDASI
Indikasi : mengurangi ansietas, delirium, agitasi
Dibagi 2 : ringan dan berat
DIAZEPAM
Sediaan 5 mg = 1 ml
Durasi 20-50 jam
Dosis 6-40 mg/jam
MIDAZOLAM
Sediaan 1 mg = 1ml, 5 mg = 1 ml
20. Durasi 1-4 jam
Dosis 25-30 mg/hari
PROPOFOL
Diberikan drip 25-75 mg/kgBB
Efek : hipotensi, nyeri pada tempat tusukan, depresi nafas
AMINOFILIN
Sediaan 240 mg = 10 ml
Obat status asmatikus
Bolus 2-4 mg/kgBB
Drip 0.2-0.7 mg/kgBB
21.
22.
23. MANAJEMEN PERIOPERATIF HIPERGLIKEMIA
Pra Operasi
1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL.
2. Hentikan pemberian obat oral antidiabetik ( 24-48 jam ).
3. Kurangi dosis pemberian insulin intermediate ( NPH ) sebelum operasi
sampai 75% dan 50% pada hari di saat operasi. Kemudian insulin reguler (
short atau rapid acting insulin ) ditunda pada pagi hari di saat operasi.
4. Monitoring gula darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia
dengan pemberian infusan D5½NS.
5. Regulasi cepat insulin dapat dilakukan bila serum glukosa tidak sesuai
target.
KADAR
GULA
DARAH
(sebelum RC)
REGULASI CEPAT
INTRA VENA
(RUMUS MINUS
SATU)
REGULASI CEPAT
SUB
KUTAN
(MAINTANANCE)
(RUMUS KALI 2)
200 – 300 1 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 4 unit
300 – 400 2 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 6 unit
400 – 500 3 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 8 unit
500 – 600 4 x
(@ 4 unit / jam )
3 x 10 unit
600 – 700 5 x
(@ 4 unit / jam)
3 x 12 unit
Durante Operasi:
1. Target serum glukosa adalah 120-180 mg/dL.
2. Monitoring gulah darah setiap jam dan hindari kejadian hipoglikemia
dengan pemberian infusan D5½NS.
3. Manajemen ini harus dengan penggunaan insulin intravena secara
continuous.
4. Tidak disarankan penggunaan insulin secara subcutaneous.
5. Bila terjadi hipoglikemia, berikan Dextrosa 50% intravena.
Base on Handbook of Stoelting’s Anesthesia and Co-existing disease 4TH
24. CAIRAN TUBUH DAN ELEKTROLIT
Cairan tubuh adalah larutan yang terdiri dari air (pelarut) dan zat tertentu
(zat terlarut)
Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan
listrik yang disebut ion jika berada dalam larutan
Homeostasis
Komposisi Cairan Tubuh :
CES (20%BB) Interstitiel (15%BB)
Cairan tubuh Intravaskular (5%BB)
(60% BB)
CIS (40%BB)
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh :
Difusi adalah pergerakan zat dari yang berkonsentrasi tinggi ke zat
yang berkonsentrasi rendah. Contoh : pertukaran gas O2 dan CO2 di
alveoli
Filtrasi adalah perpindahan cairan dari bagian yang bertekanan tinggi
ke bagian yang bertekanan rendah dibantu oleh tekanan hidrostatik
Osmosis adalah cairan yang berbeda dipisahkan oleh membrane
semipermiabel dan pergerakan cairan terjadi dari cairan yang
berkonsentrasi rendah ke carian yang berkonsentrasi tinggi, sampai
cairan itu sama konsentrasinya
Transport aktif adalah pergerakan aktif natrium dari sel ke ekstrasel
waktu depolarisasi sebagai ganti dari kalium yang keluar dari sel.
Proses ini memerlukan energy yang terselenggara atas kerja tim.
Regulating Body Fluid Volumes
Intake cairan : kebutuhan cairan tubuh kira-kira 2500 ml perhari
Output cairan :
Urine 1500 ml/24 jam
IWL
Keringat
Feses
Pemasukan Pengeluaran
Cairan yang diminum 1200 ml Ginjal (urine) 1500 ml
Makanan padat 1000 ml Usus halus (feses) 200 ml
Oksidasi 300 ml Paru (udara ekspirasi) 400 ml
Pemasukan total 2500 ml Pengeluaran total 2500 ml
25. Kebutuhan Cairan Tubuh
Jenis Dewasa Anak
Air 30-40 ml/kgBB/hari <10 kg : 100 ml/kgBB/hari
11-20 kg : 1000 ml + 50 ml (BB-10kg)
> 20 kg : 1500 ml + 20 ml (BB-20 kg)
Jenis Kebutuhan pada Dewasa
Natrium 2-3 mEq/kgBB/hari
Kalium 1-2 mEq/kgBB/hari
Gangguan Volume Cairan
Kekurangan volume cairan (dehidrasi)
Definisi : suatu keadaan dimana terjadi gangguan keseimbangan cairan tubuh
dimana kebutuhan cairan tidak terpenuhi atau kurang dari kebutuhan tubuh
Dehidrasi
ringan
Kehilangan cairan
2-5% BB
Tanda dan gejala : membran mukosa kering,
meningkatnya rasa haus, turgor kulit menurun
Dehidrasi
sedang
Kehilangan cairan
5-8% BB
Tanda dan gejala : presyok / syok, turgor kulit
buruk, tekanan darah menurun, takikardia, nadi
lemah, nafas cepat, kulit lembab dan dingin.
Bila pada bayi terdapat fontanel yang cekung
Dehidrasi
berat
Kehilangan cairan
8-19% BB
Tanda dan gejala = dehidrasi sedang dengan
kesadaran menurun, sianosis, dan otot kaku
Pemberian cairan infus pada pasien dehidrasi berdasarkan tingkat dehidrasi :
Dehidrasi ringan 2% x BB
(1 kgBB = 1 liter)
Dehidrasi sedang 5% x BB
Dehidrasi berat 8% x BB
Contoh kasus :
BB 50 kg mengalami dehidrasi berat, cairan yang diberikan :
- 8% x 50 kg = 4 liter (4000 ml)
- 20 ml/kgBB (1000 ml) dalam 30 menit – 1 jam
- Sisa deficit 3000 ml :
o 50% nya (1500 ml) dalam 8 jam
o 50% nya (1500 ml) dalam 16 jam
26. Klasifikasi “Stene-Gieseck” untuk menentukan defisit cairan
Klas 1 Klas 2 Klas 3 Klas 4
Lost of EBV
(%)
< 15 15-30 30-40 > 40
Darah hilang
(ml)
< 750
(< 10
ml/kgBB)
750-1500
(10-20
ml/kgBB)
1500-2000
(20-30
ml/kgBB)
> 2000
Nadi < 100 > 100 > 120 > 140
Tekanan darah Normal
Hipotensi
postural ±
Normal
Hipotensi
postural ±
Sistolik turun Sistolik
sangat turun
Respirasi 14-20 20-30 30-40 > 35
Produksi urine
(cc/jam)
> 30 20-30 5-15 Tidak ada
urine (anuria)
HIPOVOLEMIA
Penyebab :
1. Kehilangan cairan melalui saluran pencernaan seperti muntah dan diare
2. Poliuria, terjadi pada pasien hiperglikemia, pengobatan diuretika
3. Demam, meningkatnya suhu tubuh dapat meningkatkan metabolism dan
dengan bernafas cepat dapat mengeluarkan banyak air melalui paru-paru
4. Keringat berlebihan
5. Kurang pemasukan air oleh karena anoreksia, mual, depresi, sakit di
daerah mulut dan faring
Gejala :
1. BB turun 2% disebut hipovolume ringan
BB turun 5% disebut hipovolume sedang
BB turun 8% disebut hipovolume berat
2. Menurunnya turgor kulit
3. Keringnya mukosa mulut dan lidah
4. Menurunnya produksi urine kurang dari 30 cc/jam untuk orang dewasa
5. Hipotensi postural bila pasien bergerak dari tidur ke duduk
6. Frekuensi nadi cepat
7. Menurunnya temperatur tubuh
8. Tekanan vena sentral kurang dari 4 cmH2O
9. Meningkatnya berat jenis urine
10. Blood urea nitrogen (BUN) meningkat
27. 11. Hematokrit meningkat
Penatalaksanaan :
1. Tes cairan : beri cairan 200-300 ml (dewasa) dalam waktu 10-15 menit,
bila tekanan vena sentral < 15 cmH2O. Observasi perubahan tekanan vena
sentral, tekanan darah, paru dan produksi urine.
2. Jika CVP tidak berubah atau naik 2-3 cmH2O kemudian turun lagi,
tekanan darah belum stabil dan bunyi paru normal, beri cairan lagi 200 ml
selama 10 menit
3. Jika masalah prerenal, produksi urine akan meningkat lebih dari 20
ml/jam, kegagalan meningkatkan produksi urine menunjukkan gagal ginjal
akut atau adanya obstruksi
4. Jika pasien masih oligouria setelah diberi cairan dan tekanan darah serta
CVP kembali normal, mungkin ada masalah renal
MENGUKUR CVP
Observasi 10 menit, bila TVS (tekanan vena sentral) :
< 8 cmH2O berikan 200 ml/ 10 menit
< 14 cmH2O berikan 100 ml/ 10 menit
> 14 cmH2O berikan 50 ml/ 10 menit
Selanjutnya apabila selama infus 10 menit :
TVS > 5 cmH2O infus stop
TVS 2-5 cmH2O tunggu 10 menit, setelah 10 menit :
o TVS > 2 cmH2O infus stop
o TVS < 5 cmH2O infus dilanjutkan
Penanganan syok hipovolemia secara umum :
Posisi syok
Pemberian cairan
Hentikan sumber perdarahan
Kaji tanda-tanda vital (T, N, RR, kesadaran, perfusi, urine)
Tentukan besarnya defisit
Kolaborasi cairan RL/Asering/PZ, 2-4 kali jumlah defisit
Defisit > 30%EBV, plasma expander 10-20 ml/kgBB
Setelah resusitasi cairan, Hb < 8 gr% beri transfusi :
o Hb 5 gr% : critical
o Hb 8 gr% : tolerable
o Hb 10 gr% : optimal
28. Monitor intake dan output
Ukur CVP secara berkala (normal 5-15 cmH2O)
Monitor tanda-tanda vital
HIPERVOLEMIA
Penyebab :
1. Gangguan mekanisme seperti gagal jantung, ginjal dan hati
2. Makanan dan pemberian infus yang mengandung natrium berlebihan
Gejala :
1. BB naik 2% dari BB : hipervolume ringan
BB naik 5% dari BB : hipervolume sedang
BB naik 8% dari BB : hipervolume berat
2. Edema perifer
3. Distensi vena jugularis
4. Distensi vena perifer
5. Polyuria jika fungsi ginjal baik
6. CVP lebih dari 11 cmH2O
7. BUN menurun karena difusi plasma
8. Hematocrit menurun
9. Bila sudah berat terjadi edema paru
Pengobatan :
Sesuai dengan penyebabnya, pengobatan simptomatis dengan pemberian diuretika
dan pembatasan cairan yang masuk, atau kombinasi keduanya
Penatalaksanaan kelebihan cairan :
Airway management dan pemberian oksigen
Tidur dengan posisi kepala ditinggikan
Pembatasan pemberian cairan
Observasi balance cairan
Kolaborasi terapi preparat diuretika
TERAPI CAIRAN
29. Terapi cairan adalah pemberian cairan intravena untuk pengembalian volume
cairan / darah yang merupakan salah satu bentuk terapi medis yang paling efektif
dan baik
Tujuan :
1. Mengganti cairan yang hilang akibat puasa / dehidrasi
2. Mengganti kehilangan cairan yang sedang berlangsung
3. Mencukupi kebutuhan perhari
4. Terapi syok
5. Mengatasi kelainan akibat tindakan terapi lain
Terapi cairan :
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
Memenuhi kebutuhan nutrisi
Memasukan obat yang berbentuk cairan
Resusitasi cairan : mengembalikan volume cairan tubuh pada kasus darurat, baik
perdarahan, kehilangan plasma, maupun karena kehilangan cairan elektrolit dalam
jumlah yang besar.
Jenis-jenis penatalaksanaan terapi cairan :
1. Resusitasi
Terapi cairan resusitasi (pengganti) adalah semua kehilangan abnormal,
baik yang terlihat atau tidak terlihat bila terjadi hipovolemia
2. Rumatan
Terapi cairan rumatan adalah pemenuhan jumlah air, elektrolit (natrium,
kalium, klorida). Untuk mengganti kebutuhan normal atau mengganti
kehilangan rutin harian seperti urine, uap nafas, dan keringat. Terapi cairan
rumatan juga diberikan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi yang terdiri
dari cairan glukosa, asam amino dan lemak.
Sifat-sifat kristaloid Koloid
Berat molekul Lebih kecil Lebih besar
Distribusi Lebih cepat ke seluruh Lebih lama dalam
sirkulasi
Terhadap hemostasis Tidak ada pengaruh Mengganggu
Penggunaan Dehidrasi Perdarahan massif
Untuk koreksi perdarahan 2-3x jumlah perdarahan = jumlah perdarahan
30. KRISTALOID ISOTONIK
1. RL (osm = 273 mOsm/L)
2. NaCl (osm = 304 mOsm/L)
o Setelah 1 jam diberikan segera menyebar ke petak ekstrasel, hanya
tersisa 20% di dalam intravaskuler
o Untuk keperluan koreksi diperlukan 3-4 x jumlah volume
intravaskuler yang hilang
o Digunakan sebagai terapi syok, diagnosis oliguria
o Cairan pengganti untuk terapi syok diperlukan 3-4 x volume darah
hilang, kalau perlu kombinasi koloid
KRISTALOID HIPERTONIK
Osmolaritasnya 500-2400 mOsm/L
Larutan garam 1.5-7%
Digunakan pada luka bakar, trauma kepala, syok hipovolemia
Menarik air pada CIS ke CES
Meningkatkan curah jantung dengan cara :
o Efek inotropic
o Dilatasi kapiler visceral
KOLOID
Penggunaan lain : untuk koreksi hiponatremia
Larutan yang terdiri dari air dan zat terlarut (BM 20.000-110.000)
Menghasilkan tekanan onkotik plasma sehingga mampu menarik air
Lebih lama tinggal dalam plasma
Digunakan untuk meningkatkan volume intravaskuler (hipovolemik,
hemodilusi)
Beberapa contoh yang ada di pasaran : dextran, haemasel, expafusin, dan haester
Efek samping koloid :
Reaksi alergi dan anafilaktoid
Menetap di jaringan
Metabolism tidak lengkap
Efek buruk pada hemostatic gagal ginjal
Mengganggu cross match kelebihan volume
Jenis cairan koloid :
31. Dextran 40 Dextran 70
BM 40.000
Menurunkan viskositas darah
Metabolism di hati
Lebih cepat hilang
Ekskresi lewat ginjal
hiperonkotik
BM 70.000
Bertahan lebih lama di
intravaskuler
Partikel besar diambil oleh RES
Ekskresi lewat ginjal
hiperonkotik
Indikasi :
1. syok hipovolemik
2. hemodilusi isotonic
dosis : D40 1.5 ml/kgBB
D70 2 ml/kgBB
Efek samping :
1. gagal ginjal
2. anafilaktik
3. diuresis osmotic
4. reaksi biokimia
5. diastasis hemoragik
6. menekan RES
HYDROXYETHYL STARCH (HES)
molekul tepung sintetik yang mirip glikogen
BM 450.000 (70.000-10.000.000)
Bebas toksik dan reaksi imunologik
Dipecah oleh amylase
Molekul besar diambil oleh RES
Indikasi :
Sebagai plasma ekspander pada :
1. Hipovolemik
2. Sepsis
3. Trauma
4. Luka bakar
Sediaan HES 6% (isoonkotik), HES 10% (hiperonkotik)
32. Dosis : 20 ml/kg/hari
Efek samping :
1. Koagulopati (jarang)
2. Edema paru (apabila dosis > 1500 ml/hari)
3. Reaksi anafilaktik (jarang)
4. Serum amylase meningkat
LARUTAN POLIGELIN
Polimer yang berasal dari gelatin dan urea
BM 35.000 (5.000-50.000)
Mengandung ion Na, K, Ca, dan Cl
Isoonkotik (25-28 mmHg)
Tahan lama (8 tahun pada suhu 25o
C)
Sebagai plasma ekspander
Tidak mengganggu pembekuan darah dan sistem fibrinolitik
Tidak mengganggu golongan darah dan cross match
Tidak terakumulasi pada gagal ginjal
Ekskresi lewat ginjal (85%)
Merangsang pelepasan histamine
ALBUMIN
Endogen :
Diproduksi di hati
Jumlahnya 4-5 gr/kgBB
40% intravascular
60% interstitial (masuk ke sirkulasi melalui aliran kelenjar limfa)
Berperan menentukan tekanan onkotik plasma
Mengalami metabolism di sel menjadi asam amino
Katabolisme akan meningkatkan metabolism albumin
Menurun pada sindrom nefrotik, EPH gestosis, trauma
Sintesis meningkat bila fungsi hati normal dan nutrisi cukup
Eksogen :
Dalam bentuk human albumin
Sebagai plasma ekspander
Setelah diberikan akan menyebar ke intravaskuler ekstraseluler
33. Masa tinggal intravaskuler lebih lama dari kristaloid
Waktu paruh 20 hari
Kemasan 5% dan 25%
Indikasi pemberian albumin eksogen :
1. Hipovolemik akut (berikan larutan 5%)
2. Translokasi cairan
3. Luka bakar
4. Koreksi hipoalbumin (berikan larutan 25%)
5. “Pump priming”
Efek samping pemberian albumin eksogen :
1. Resiko hepatitis, AID
2. Edema paru
3. Hipokalsemia
4. Reaksi anafilaktis
Kesimpulan :
Kristaloid isotonic tidak menarik air
Kristaloid hipertonik menarik air
Koloid :
o Dextran 40 : hiperonkotik (menarik air)
o Dextran 70 : lebih hiperonkotik
o HES 6% : isoonkotik (tidak menarik air)
o HES 10% : hiperonkotik (menarik air)
o Gelatin,relative isoonkotik
Albumin 5% isotonic sedangkan yang 25% hiperonkotik dan hipoosmolar
34. PROSEDUR TINDAKAN PENGUKURAN CVP
Suatu tindakan dengan memasukkan kateter CVC dari pembuluh darah tepi (vena
subclavia) sampai ujungnya berada di atrium kanan atau di muara vena cava
superior atau vena cava inferior.
Tujuan:
Untuk menilai jumlah cairan dalam tubuh.
Menentukan tekanan atrium kanan atau vena sentral.
Mengevaluasi kegagalan sirkulasi.
Untuk memberikan cairan parentral yang bersifat hipertonik, yang apabila
diberikan melalui vena tepi akan mudah menyebabkan plebitis.
Untuk memberikan obat-obatan parentral/intravena terutama dalam keadaan
darurat.
Untuk memberikan cairan dengan tepat dan dalam jumlah yang banyak
apabila melalui vena tepi tidak dapat/kollaps.
Prosedur kerja
1. Mengganti cairan Infus dengan cairan Isotonik bila terpasang cairan hipertonik
2. Mempercepat tetesan infus untuk menilai kelancaran aliran cairan
3. Menghentlkan aliran cairan ke pasien dengan memutar three way stop coch
4. Mengalirkan cairan infus ke arah manometer sampai setinggi 20 cm H20 di
atas titik nol
5. Menghentikan cairan infus yang mengalir ke arah manometer dengan
mengunci infus set
6. Mengalirkan cairan dari manometer ke pasien dengan cara memutar three way
stop coch
7. Menentukan titik nol pada manometer dengan cara mengukur antara inter
costae 4 pada garis mid axial menggunakan water pas
8. Menunggu sampai cairan dalam manometer tidak turun lagi sambil memper
hatikan undulasi yang sesuai dengan irama pernafasan
9. Menghitung nilai CVP
10. Mengalirkan kembali tetesan infus menuju pasien
11. Cuci tangan
35. GANGGUAN ELEKTROLIT
NO ELEKTROLIT EKSTRASELULER INTRASELULER
1 KATION
Natrium (Na+)
Kalium (K+)
Kalsium (Ca++)
Magnesium (Mg++)
144 mEq
5 mEq
2 mEq
1,5 mEq
15 mEq
150 mEq
3 mEq
27 mEq
2 Aniom
Klorida (CL-)
Bikarbonat (HCO3-)
Fosfat (HPO42-)
Sulfat (SO42-)
Protein
114 mEq
30 mEq
2 mEq
1 mEq
1 mEq
1 mEq
1 omEq
100 mEq
20 mEq
60 mEq
NATRIUM
Ion kation terbanyak di ekstrasel, lebih kurang 90%
Normal dalam plasma : 135 – 145 mEq/liter
1. Mempertahankan volume dan osmolaritas cairan ekstraseluler
2. Mempertahankan mekanisme transport aktif bersama dengan kalium
3. Mempengaruhi ginjai dalam pengaturan cairan dan elektolit
4. Membantu aktivita beberapa enzim
5. Bersama bikarbonat dan klorida membantu keseimbamgan asam basa
HIPONATREMI
Natrium < 130 mEq/liter
Kadar Na aman sekurangnya 125 mEq/L
Dapat meenyebabkan cairan masukke dalam sel sehingga sel akan
bengkak termasuk sel dalam otak
Koreksi diberikan bila terdapat gejala SSP (edema otak), atau kadar Na <
120 mEq/L
Penyebab :
1. Kehilangan cairan lewat saluran pencernaan
2. Banyak keringat, banyak air sebagai pengganti cairan yang hilang
36. 3. Penggunaan obat diuretik yang dikombinasikan dengan diet rendah garam
4. Insufisiensi adrenal (kurang aldosterone penyebab garam keluar)
Gejala :
1. Tidak ada nafsu makan, mual, muntah
2. Otot otot kejang "twitching"
3. Lemah, bingung
4. Hemiparese, edema pupil, koma
Koreksi natrium:
mEq Na = 0,6 x BB x (125 - Na plasma lab)
Rumus lainnya:
Defisit Natrium = 0,6 x BB x (140 – Na
serum)
Durasi penggantian = 2 x (140 – Na Serum)
[jam]
Dikoreksi dengan NaCl 3% ( 1 cc NaCl 3% = 0,5 mEq )
Larutan NaCl 3% (513 mEq/L), NaCl 5% (855 mEq/L)
Koreksi diberikan dalam 4 jam. Pemberian NaCl 3% dengan dosis 1
mL/kgbb diharapkan dapat meningkatkan kadar Natrium sekitar 1,6
mEq/L. Larutan ini tidak untuk diberikan pada keadaan hiponatremi yang
asimptomatik. Kenaikan kadar natrium serum idealnya tidak melebihi 1
mEq/jam
Contoh : nilai natrium plasma lab 110 mEq, BB = 50 Kg
Rumus : 0,6 x 50 x (140-110) = 900 mEq
Dikoreksi dengan Nacl 3% = 450 ml
HIPERNATREMI
Definisi : keadaan bila kadar natrium darah > 150 mEq/L
Pada keadaan dehidrasi berat disertai syok/presyok berikan NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat atau Albumin 5%
Setelah syok teratasi berikan larutan yang mengandung Na 75-80 mEq/L,
misalnya NaCl-dextrosa (2A) atau DG half strength sampai ada diuresis,
kemudian berikan K 40 mEq/L
37. Bila ada hipokalsemia berikan Ca glukonas sesuai kebutuhan
Penurunan kadar natrium serum tidak melebihi 0,5 mEq/L
Penyebab :
1. Pengeluaran cairan
2. Pemasukan garam berlebih baik dari makanan, cairan infus dll
3. Diabetes insipidus
4. Tenggelam dalam laut
Gejala :
1. Rasa haus
2. Lidah kering dan bengkak, mukosa lengket
3. Bila terjadi hipernatremi berat: disorientasi, halusinasi,letargi, hiperaktlf
bila dirangsang, koma
Koreksi:
140
1)
-
lab
plasma
(kadar
x
BB
x
0,6
Jumlah cairan: deficit cairan dikoreksi dalam 2x24 jam (sd 72 jam)
Hari ke-1: 50% defisit + kebutuhan rumatan (rumus Holliday Segar)
Hari ke-2: 50% defisit + cairan rumatan sda
Ideal TBW = 0,6 x current Weight (kg)
TBW = total body water
Perbedaan perhitungan ideal TBW dan current TBW memberikan perkiraan free
water deficit. Sisa Volume dehidrasi yang mengandung elektrolit diasumsikan
bahwa 60% kehilangan adalah ekstraseluler (mengandung Natrium 140 mEq/L),
dan 40% adalah intraseluler (mengandung kalium 150 mEq/L)
KALIUM ( potasium )
Ion kalium merupakan kation terbanyak di dalam cairan intraseluler
Normal = 3,5 - 5,5 mEq/liter
Fungsi:
1. Meningkatkan kontraktllitas otot miokardial dan otot halus
2. Membantu pengaturan pH dengan cara ketlka kalium keluarsel terjadi
pertukaran dengan H+
38. 3. Mengaktifkan reaksi beberapa enzim
4. Membantu transmisi impuls saraf
HIPOKALEMI
Kalium serum < 3,5 mEq/L
Penyebab :
1. Saluran pencernaan
Pemberlan laksansia, diare
Pengisapan lambung yang berlebihan
Muntah muntah
2. Lewat ginjal
Pengobatan diuretic
Hiperaldosteron
Pengobatan steroid
3. Melalui keringat
4. Pergerakan ke dalam sel
Hiperalimentasi
Alkalosis
Sekresi berlebihan atau pemberian insulin
5. Pemasukan yang kurang
Anoreksia
Alcoholism
Debilitas
Gejala :
1. SSP: disorientasi
2. Kardiovaskuler: VES, ST Depresi, gel T terbalik, ditemukan gelombang U,
sensitivitas digitalis meningkat
3. Otot rangka : kelemahan, hipotonik disertai reflek reflek hipoaktif
4. Otot polos: Ileus paralitik, distensi lambung yang disebabkan
berkurangnya kegiatan propulsive usus, mual dan muntah
Koreksi:
3
x BB
lab)
kalium
nilai
-
(4,5
Dikoreksi dengan KCl 1 mEq = 1 ml
KCl Kecepatan:
Neonates = 1 mEq
39. Dewasa = 20 mEq/jam
Atau :
Bila kadar K <2,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 3,75%
i.v. dengan dosis 3-5 mEq/kgbb, maksimal 40 mEq/Liter cairan
Bila kadar K 2,5-3,5 mEq/L (dengan atau tanpa gejala) berikan KCl 75
mg/kg/hari p.o. dibagi 3 dosis
Aspar-K ® mengandung K-L-aspartate, diminum setelah makan!, tablet salut film
300mg
KSR ® mengandung KCl, jangan digerus/dikunyah, film coated tab 600 mg
Renapar ® mengandung K-L aspartat 300 mg, Mg L-aspartat 100 mg, untuk
suplementasi K dan Mg pada penyakit jantung dan hati, untuk hipokalemia dan
hipomagnesemia akibat penggunaan diuretik jangka panjang
HIPERKALEMI
Kalium serium > 5,5 mEq/L
Penyebab:
1. Pseudohiperkalemi
Torniket yang terlalu ketat
Hemolisis contoh darah
Lekositosis
Trombositosis
2. Menurunnya ekskresi kalium
Gagal ginjal
Diuretic yang menahan kalium
Hiperaldosteron
3. Bertambah pemasukan kalium khususnya pada insufisiensl ginjal
Pengobatan kalium total
Infuse kalium berlebihan
Transfusi darah yang banyak
4. Pergeseran kalium dari sel
Asidosis metabolik atau respiratorik
Kerusakan jaringan
Gejala:
1. Kelemahan otot wajah,lidah, tangan dan kaki
2. Pada saluran pencernaan ; mual,kolik atau diare
40. 3. Perubahan dalam EKG gelombang T yang tinggi, kompleks QRS yang
melebar
EKG: gelombang T tinggi, interval PR memanjang, depresi segmen ST,
kompleks QRS melebar
Bila kadar K <6-7 mEq/L: Kayeksalat 1 g/kgbb po dilarutkan dalam 2
mL/kgbb larutan sorbitol 70%; kayeksalat 1 g/kgbb enema, dilarutkan
dalam 10 ml/kg larutan sorbitol 70% dan diberikan melalui kateter folley
yang diklem selama 30-60 menit
Bila kadar K 6-7 mEq/L: NaHCO37,5% dosis 3 mEq/kg i.v. atau 1 unit
insulin / 5 gram glukosa
Bila kadar K >6-7 mEq/L: Ca Glukonas 10%, dosis 0,1-0,5 mL/kgbb i.v.
dengan kecepatan 2 mL/menit
Kalitake® mengandung Ca Polystirene sulfonate, untuk hiperkalemia akibat gagal
ginjal akut dan kronis. Dosis dewasa 15-30 g oral, dilarutkan dalam 30-50 mL air,
dosis terbagi 2-3 kali sehari. Dosis anak yaitu ½ dosis dewasa. Sediaan serbuk @5
gram (20 buah = 300.000 MIMS)
KALSIUM
Serum : 8,40-9,7 mEq/L
Terdapat dalam tulang sebagai garam fosfat dan karbonat
Fungsi:
1. Membantu pembekuan darah
2. Transmisi impuls saraf
3. Mempertahankan permeabilitas seluler
4. Berperan dalam kontraktilitas otot jantung
5. Pengaturan konsentrasi kalsium dalam plasma diatur oleh hormon
paratiroid ( PTH) dan calcitrol (1,25 dihydroxyvitamine D3)
HIPOKALSEMIA
Definisi: Kadar Calsium (Ca) darah kurang dari 8,0 mg/dL atau ion Ca kurang
dari 4,6 mg/dL.
Penyebab:
1. Malabsorbsi
2. Kurang vitamin D
3. Pancreatitis akut
41. 4. Pemberian transfusi darah dengan koagulasi sitras
5. Hipoparatiroid primer
6. Alkalosis ( penurunan ion kalsium )
7. Hipofosfatemia
8. Hipoalbuminemia ( pada slrosis,syndrome nefrotik, kelaparan)
9. Hipomagnesia
Gejala:
1. Jari - jari tangan dan otot otot ekstremitas tegang
2. "trousseau" sign
3. "chovstek" sign
4. Kejang kejang otot laring dan otot perut
5. Perubahan pada gambar EKG : interval QT memanjang
Pengobatan:
Koreksi CaCl2 0,2 cc/KgBB atau Ca giukonas 0,5 cc/KgBB
Contoh: Serum lab kalsium = 5,99
Koreksi:
Bolus 22 ml Ca giukonas dalam 250 - 500 NaCl 0,9% habis dalam 4 jam
dilanjutkan kontinu murni 1-2 ml/jam selama 12 – 24 jam
Atau :
Calsium chloride dosis 10-20 mg/kgBB, atau:
Calsium gluconas dosis 50-100 mg/kgBB
Teknik pemberian preparat calcium:
Dengan menggunakan vena sentral
Tidak boleh diberikan bersamaan dengan bikarbonat
Hati-hati efek yang dapat ditimbulkan, seperti: bradikardi, hipotensi dan
artimia
Untuk kasus hipokalsemia kronik dapat diberikan tambahan calcium
dalam asupan enteral ataupun parenteral
HIPERKALSEMI
Kalsium serum > 10,5 mg/dl
Penyebab:
1. Hiperparatiroidisme
2. Immobilisasi yang lama
3. Pengobatan vitamin D dosis tinggi
42. 4. Pengobatan diuretik thiazide
Gejala:
1. Kelemahan otot
2. Konstipasi
3. Tidak ada nafsu makan
4. Menurunnya daya ingat
5. Poliuri, polidipsi
6. Gambaran EKG : interval QT pendek
7. Henti jantung dapat terjadi pada krisis hiperkalsemi
Pengobatan:
1. Pemberian peroral garam fosfat inorganic
2. Diet rendah kalsium
3. Pengobatan sesua derajat sakitnya, kalau perlu operasi : untuk mengangkat
tumor paratiroid
MAGNESIUM
Serum : l,8-2,4 mEq/l
Terdapat dalam tulang ± 54% berupa garam magnesium
Fungsi:
1. Kofaktor enzim dalam metabolism karbohidrat dan protein
2. Aktivitas neuromuskuler, transmisi impuls saraf dan fungsi miokardium
3. Dibutuhkan untuk sekresi hormone para tiroid
HIPOMAGNESIUM
Definisi: Kadar Magnesium darah (Mg) kurang dari 1,7 mEq/L
Penyebab:
1. Alkoholisme
2. Diare, penglsapan cairan lambung
3. Pemberian agresif makanan pada orang kelaparan tanpa pemberian
magnesium
4. Ketoasidosis diabetic
5. Hiperaldosteronism
43. 6. Obat – obat: diuretik, antibiotic aminoglikoside (gentamisin)
7. Pancreatitis, tirotoksikosis, hiperparatiroidism
Gejala:
1. Iritabilitas neuromuskuler
Reflek meningkat, tremor, kejang
Tanda chovstek positif
2. Cardiac
Takiaritmia
Sensitivitas terhadap digitalis meningkat
Perubahan daiam EKG: interval PR dan QT memanjang, kompleks
QRS melebar, segmen ST depresi, gelombang T inverse
3. Perubahan mental
Disorientasi
Suasana hati berubah-ubah
Halusinasi
4. Hipokalsemia dan biasanya terjadi pada hipomagnesium
Pengobatan:
1. Kekurangan magnesium ringan dapat diperbaiki dengan diet makan
sayuran hijau, kacang kacangan, buah buahan (nanas dan jeruk)
2. Pemberian magnesium parenteral: 1 - 2 gr MgSO4
1 fles MgSOA = 5 gr = 25 ml
1 grMgSO4 = 8 mEq = 4 Mmol
Dosis: Hr I = 1 mEq/KgBB/24 jam
Hr II -V = 0,5 mEq/KgBB/24 jam
Contoh:
nilai serum lab 1,36 mEq/L dengan BB = 70 Kg
Koreksi:
Keb Hr I = 1 mEq x 70 = 70 mEq/24 jam (2 fles MgS04)
Keb Hr II - V = 0,5 mEq x 70 = 35 mEq/24 jam (1 fles MgS04)
Atau :
Magnesium sulfat, dosis 25-50 mg/kgBB
Elektrolit Normal Koreksi Keterangan
44. Imbalance
Hipocalcemia
(Ca darah <8
mg/dL atau Ca ion
< 4,6mg/dL)
Calsium
darah:
8,5 – 10,5
mg/dL
Calsium ion:
4,4 - 5,4
mg/dL
- Calsium chloride
dosis 10-
20mg/kgBB
- Calsium gluconat
10% dosis 50-100
- Calsium Lactat
(Kalk) per oral
- Pemberian intra vena dengan
menggunakan vena sentral
- Tidak boleh diberikan
bersamaan dengan bikarbonat
- Hati-hati efek yang dapat
ditimbulkan, seperti:
bradikardia, hipotensi dan
aritmia
- Untuk kasus hipokalsemia
kronik dapat diberikan
tambahan calcium, seperti tablet
kalk dalam asupan enteral
Hipomagnesemia
(Mq darah < 1,5
mEq/L)
1,5 – 2,5
mEq/L
Magnesium sulfat,
dosis 25-50
mg/kgBB
-Efek yang ditimbulkan akibat
koreksi antara lain: hipotensi,
flushing, nausea, warmth,
hingga dapat menimbulkan
depresi pernafasan.
Efek yang ditimbulkan dari pemberian Magnesium Sulfat berupa: hipotensi,
flushing, nausea, warmth, hingga dapat menimbulkan depresi pernapasan.
HIPERMAGNESIUM
Penyebab:
1. Gagal ginjal
2. Insufisiensi adrenal
3. Pemasukan magnesium yang berlebihan
4. Ketoasidosis yang tidak diobati
Gejala:
1. Gejala awal magnesium serum > 3 mEq/L
Kulit hangat dan merah
Hipotensi
Mual dan muntah
2. Reflek dan otot lemah terjadi bila Mg++
serum 5-7 mEq/L
3. Depresi pernapasan terjadi bila Mg++
serum 10 mEq/L
4. Koma bila Mg++
serum 12-15 mEq/L
5. Kelainan irama jantung seperti:
Sinus bradicardi, interval PR, QT dan QRS memanjang
Blok jantung dan henti jantung bila Mg++
serum 15-20 mEq/L
45. Pengobatan:
1. Terpenting adalah pencegahan hipermagnesium dengan mengatasi
penyebab
2. Bila terjadi depresi pernapasan dan gangguan sistem konduksi tindakan
nya :
Penggunaan ventilasi mekanik
Pemberian kalsium intravena ( kalsium adalah antagonis Mg)
Hemodialisa
46. TERAPI OKSIGEN
Terapi oksigen adalah upaya pengobatan dengan oksigen untuk memenuhi
kebutuhan / mencegah dan atau mengobat hipoksemia – hipoksia – anoksia –
disoksia dengan cara :
Meningkatkan masukan O2 melalui respirasi meningkatkan hantaran oleh sirkulasi
meningkatkan pelepasan/ambilan oleh jaringan
DELIVERY OKSIGEN: (O2Del) = CaO2 x CO
CaO2 = kandungan O2 darah arteri
CO = curah jantung
NORMAL = 800-1000 ML/MENIT
KANDUNGAN O2 DARAH ARTERI (CaO2)
CaO2 = (1,37 x Hb x SaO2) + (0,003 x PaO2)
1,37 = jumlah (ml) O2 yang mampu diikat oleh 1 gr Hb
Hb = hemoglobin
SaO2 = saturasi Oksi-Hb arteri (jumlah Hb yang mengikat O2)
0,003 = daya larut O2 dalam plasma
PaO2 = tekanan parsial O2 arteri
ASUMS1 :
PaO2 = 100 mmHg, SatO2 = 100%, Hb = 14 g/dl
Maka CaO2 = 181 ml/L
KANDUNGAN O2 DARAH VENA (CvO2)
CvO2 = 1,34 x Hb x SvO2 + 0,003 x PvO2
1,34 = jumlah (ml) O2 yang mampu diikat oleh 1 gr Hb
Hb = hemoglobin
SvO2 = saturasi Oksi-Hb vena (jumlah Hb yang mengikat O2)
0,003 = daya larut O2 dalam plasma
PvO2 = tekanan parsial O2 vena
ASUMSI :
PvO2 = 40 mmHg, SatO2 = 75%, Hb = 14 g/dl
Maka CaO2 = 136 ml/L
47. KONSUMSI/CADANGAN O2 : VO2 = CI (CaO2 – CvO2)
CI = "cardiac index" (CO/BSA)
CaO2 = kandungan oksigen darah arteri
CvO2 = kandungan oksigen darah vena
KONSUMSI O2 PADA KEADAAN ISTIRAHAT = 200 – 250 ML/MENIT
CADANGAN O2 = 550 – 880 ML/MENIT
PINTASAN ALIRAN DARAH BESAR PINTASAN DIHITUNG DENGAN
FORMULA:
a-vDO2 = CaO2 - CvO2
CaO2 = perbedaan kandungan O2 arteri-vena,
CaO2 = kandungan O2 arteri
CvO2 = kandungan O2 vena
INDIKASI TERAPI O2
1. Gagal nafas akut
- Tanpa retensi CO2
- Dengan retensi CO2
2. Infark miokard akut
3. Syok
4. Keracunan sianida
5. Kebutuhan meningkat
6. Hampir tenggelam
7. Paska anestesi
TUJUAN TERAPI OKSIGEN
1. Koreksi hipoksemia / hipoksia
2. Mencegah hipoksemia / hipoksia
3. Mengobati keracunan
4. Fasilitas eliminasi gas pada jaringan
KRITERIA PEMBERIAN O2 DENGAN SISTEM ALIRAN RENDAH:
Kondisi klinis pasien harus stabil
48. Volume tidal pasien dalam batas normal
Metode Kecepatan
Aliran
(L/mnt)
FiO2
(%)
Gambaran
Nasal
canule
1
2
3
4
5
6
23-24
24-28
28-32
32-36
40
Max 44
- Iritasi selaput faring
- Konsentrasi O2 rendah
- Dapat digunakan dengan
nafas mulut
- > 66 L/mnt mengeringkan
mukosa
Kateter Sm dg dg
nasal
canule
Sama Tidak dianjurkan pd orang
dewasa
Simple 5-6
6-7
7-8
40
50
60
- Harus > 5 L/mnt untuk
mendorong CO2 dari
masker
- Konsentrasi O2 sedang
Rebreathing
Mask
6
8
10-15
35
40-50
60
- Konsentrasi O2 sedang
- Risiko hypoksia bila
kantong O2 kempes
- Terapi PCO2 rendah
Non
rebreathing
mask
6
8
10
12-15
55-60
60-80
80-90
90
- Konsentrasi O2 sedang
- RESIKO hypoksia dan
hyperkarbia jika kantung
udara kemps
- Terapi CO2 tinggi
CPAP Mask Mulai
21-100
- Kebocoran udara sungkup
- Pasien kooperatif
- Peralihan intubasi
TATALAKSANA HIPOKSEMIA
Hipoksemia ringan (PaO2 <80 mmHg)
1. Nasal kateter 2-4 L/menit atau
2. Sungkup 4 L/menit
Hipoksemia sedang (PaO2 < 60 mmHg)
1. Tanpa retensi CO2 : sungkup = 4-12 L/menit
2. Dengan retensi CO2 : sungkup venturi mulai dengan FiO2 24% (pantau
AGD)
Hipoksemia berat (PaO2<40mmHg) Indikasi ventilasi mekanik tanpa atau
dengan PEEP
49.
50. AIRWAY MANAGEMENT
(PENGELOLAAN JALAN NAPAS)
Tujuan : Membebaskan jalan napas untuk menjamin pertukaran udara secara
normal
Diagnosa : Cara melakukan diagnosa terhadap adanya gangguan jalan napas
dapat diketahui dengan cara L (look), L (listen), dan F (feel) yang
dilakukan dalam satu gerak.
LOOK : melihat gerakan napas/pengembangan dada dan adanya retraksi iga
LISTEN : mendengar aliran udara pernapasan FEEL: merasakan adanya aliran
udara pernapasan
TANDA SUMBATAN JALAN NAPAS
Mendengkur (snoring) : pangkal lidah menyumbat (suara berkumur)
Gargling : cairan
Stidor : sumbatan jalan nafas atau retraksi suprasternal, supraclavicular,
intercostal
Gerak dada dan perut paradoksal
Sianosis
MEMBERSIHKAN JALAN NAFAS
Sapuan jari (finger-sweep) : Dilakukan bila jalan napas tersumbat karena
adanya benda asing dalam rongga mulut belakang atau hipofaring
(gumpalan darah, muntahan, benda asing lainnya) dan hembusan napas
hilang.
Cara melakukannya:
Miringkan kepala pasien (kecuali dugaan adanya fraktur tulang leher),
kemudian buka mulut dengan jaw-thrust dan tekan dagu ke bawah.
Gunakan 2 jari (jari telunjuk dan jari tengah) yang bersih dan dibungkus
dengan sarung tangan/kassa untuk membersihkan/mengorek/mengait
semua benda asing dalam rongga mulut.
Membersihkan jalan napas bila terdapat sumbatan jalan napas karena
benda cair, maka dilakukan pengisapan (suctioning). Pengisapan dilakukan
51. dengan menggunakan alat bantu pengisap (pengisap manual portabel,
pengisap dengan sumber listrik)
Membersihkan benda asing padat dalam jalan napas: Bila pasien tidak
sadar dan terdapat sumbatan benda padat di daerah hipofaring yang tidak
mungkin diambil dengan sapuan jari, maka digunakan alat bantuan berupa:
- Laringoskop
- Alat pengisap (suction)
- Alat penjepit (forceps)
CARA MEMBEBASKAN JALAN NAPAS
Tanpa alat
Chin lift
Jaw thrust
Head tilt
Dengan alat
Nasopharyngeal tube
Oropharyngeal tube
Endotracheal tube
Laryngeal mask airway – tracheostomy tube
TANPAALAT :
Membuka jalan napas ; dapat dilakukan dengan :
Head-tilt (dorong kepaia ke belakang)
Chin-lift manuver (perasat angkat dagu)
Jaw-thrust manuver (perasat tolak rahang)
Tetapi pada pasien dengan dugaan cedera leherdan kepala, hanya dilakukan jaw-
thrust dengan hati-hati dan mencegah gerakan leher.
DENGAN ALAT :
Membuka jalan napas dengan menggunakan alat:
Cara ini dilakukan bila pengelolaan tanpa alat tidak berhasil sempurna.
A. Pemasangan pipa (tube)
Dipasang jalan napas buatan (pipa orofaring, pipa nasofaring).
Bila dengan pemasangan jalan napas tersebut pernapasan belum juga baik,
dilakukan pemasangan pipa endotrakhea.
52. Pemasangan pipa endotrakhea akan menjamln jalan napas tetap terbuka,
menghindari aspirasI dan memudahkan tindakan bantuan pernapasan.
B. Ventilasi dengan Sungkup Muka
TEKNIK
Sungkup muka dipegang pada wajah pasien dengan jari tangan kiri mengangkat
mandibula (chin lift, jaw thrust). Ibu jari dan telunjuk tangan kiri memberikan
counterpressure.
Tekanan ventilasi < 20 cmH20, teknik dengan dua atau tiga tangan
53. KESEIMBANGAN ASAM BASA
Asam (asidosis) : substansi yang dapat melepaskan ion H+
Basa (alkalosis) : substansi yang dapat menerima ion H+
Bila gangguan di Respiratorik = PCO2
Bila gangguan di Metabolik = BE/HCO3
GANGGUAN RESPIRATORIK: pH berbanding terbalik dengan PCO2 (pH↑,
PCO2↓)
GANGGUAN METABOLIK: pH berbanding lurus dengan BE/HCO3 (pH↓,
BE/HCO3↓)
Analisa Gas Darah
Tujuan: menilai kemampuan fungsi sistem respirasi menyediakan O2 dan
mengeluarkan CO2 serta menilai status asam basa cairan tubuh
Nilai normal Analisa Gas Darah
PH 7.35 - 7.45
PaCO2 35 - 45 mm Hg
PaO2 75 - 100 mm Hg
HCO3- 22 - 26 mmol/L
standard base excess (BE) 0 + 3 mmol/L
O2 saturation 95% - 100%
RANGKUMAN GANGGUAN KESEIMBANGAN ASAM BASA
KELAINAN pH HCO3-/
BE
pCO2 Terapi
ASIDOSIS METABOLIK
murni
Kompensasi sebagian
Kompensasi penuh
↓
↓
N
↓
↓
↓
N
↓
↓
BICNAT
ALKALOSIS METABOLIK
Murni
Kompensasi sebagian
Kompensasi penuh
↑
↑
N
↑
↑
↑
N
↑
↑
DIURETIK
ASIDOSIS RESPIRATORIK
Murni
Kompensasi sebagian
↓
↓
N
↑
↑
↑
SMNR
54. Kompensasi penuh N ↑
ALKALOSIS
RESPIRATORIK
Murni
Kompensasi sebagian
Kompensasi penuh
↑
↑
N
N
↑
↓
↓
↑
↓
SMR
Alkalosis repiratorik +
metabolik
↑ ↑ ↓
Asidosis respiratorik +
metabbolik
↓ ↓ ↑
ALKALOSIS METABOLIK
Gangguan sistemik peningkatan primer kadar bikarbonat plasma dan
peningkatan pH
Efek: - Hipoventilasi
- Hipokalsemia (tanda Chvostek dan Trousseau positif, tetani)
Penyebab :
Sensitif klorida
Gastrointestinal
Muntah
Drainase lambung
Diare klorida
Adenoma vilus
Ginjal
Diuretik
Post hiperkapnik
Ambilan klorida yang rendah
Keringat
Fibrosis kistik
Resisten klorida
Peningkatan aktivitas mineralokortikoid
Hiperaldosteronism primer
Gangguan edema (hiperaldosteronism sekunder)
Sindrom Cushing
Menelan licorice
55. Sindrom Bartter
Hipokalemia berat
Lain-lain
Transfusi darah massif
Larutan koloid yang mengandung asetat
Pemberian basa pada insufisiensi ginjal
Terapi biasa
Terapi kombinasi antasid dan resin pertukaran kation
Hiperkalsemia
Sindrom milk-alkali
Metastasis tulang
Penisilin sodium
Pemberian glukosa pada kelaparan
Terapi :
1. Ringan mengganti kekurangan ECF dengan larutan garam isotonik
parenteral ditambah KCl
2. Berat Larutan HCl IV dengan kadar 0,1-0,2 atau (kadang) NH4Cl
(amonium klorida) IV atau HCl arginin.
3. Alkalosis metabolik resisten klorida atasi kelainan yang mendasarinya
4. Pasien dengan kelebihan volume cairan inhibitor karbonikanhidrase
yang menlngkatkan ekskresi bikarbonat
ASIDOSIS METABOLIK
Gangguan sistemik : ↓primer kadar bikarbonat plasma ↓ pH disebabkan
karena:
1. Kelebihan produksi asam
2. Kurangnya cadangan penyangga
3. Kurangnya ekskresi asam
Efek:
Hiperventilasi (pernapasan Kussmaul)
Pengeluaran epinefrin
Hiperkalemia/normal
Reabsorbsi kalsium pada tubulus menurun
Mual, muntah
Penyebab:
56. Selisih anion meningkat
Peningkatan produksi asam volatil endogen
- Gagal ginjal
- Ketoasidosis (Diabetik,Kelaparan)
Asidosis laktat
- Campuran (Koma hiperosmolar ketotik, Alkoholik)
- Inborn errors of metabolism
- Menelan toksin
- Salisilat, Methanol, Etilen glikol
- Paraldehide
- Toluene
- Sulfur
- Rabdomiolisis
Selisih anion normal (hiperkloremik)
Peningkatan kehilangan HCO3
-
melalui gastrointestinal
- Diare
- Resin pertukaran anion (kolestiramin)
- Menelan CaCl2, MaCl2
- Fistula (pankreatik, blliari, atau usus halus)
- Ureterosigmoidostomi atau obstrusi lingkaran ileus
Peningkatan kehilangan HC03
-
melalui ginjal
- Asidosis tubular ginjal
- Inhibitor karbonik anhydrase
- Hipoaldosteronism
Dilusi
Jumlah cairan bebas-bikarbonat yang sangat banyak.
Nutrisi parenteral total
Peningkatan ambilan asam yang mengandung klorida (Ammonium
klorida, Lisin hidroklorida, Arginin hidroklorida)
Terapi :
1. Mengganti kekurangan basa, pada umumnya saat pH < 7,20
Pilihan utama NaHCO3
Na-laktat atau asetat
THAM
2. Larutan IV Ringer laktat biasanya merupakan cairan pilihan pada asidosis
dengan selisih anion normal.
ASIDOSIS RESPIRATORIK
57. Peningkatan primer PaC02 (hiperkapnia) penurunan pH
Peningkatan bikarbonat serum diperkirakan sekitar 1 mEq/L untuk setiap
peningkatan CO2 10 mmHg
Efek:
- Hipoksemia
- Perubahan tingkat kesadaran
- Gejala peningkatan tekanan intracranial
Penyebab
Hipoventilasi alveoli
Depresi sistem saraf pusat
- Dipicu obat
- Gangguan tidur
- Sindrom hipoventilasi karena kegemukan (Pickwickian)
- Iskemia otak
- Trauma otak
Gangguan neuromuscular
- Miopati
- Neuropati
Abnormalitas dinding dada
- Flail chest
- Kifoskoliosis
Abnormalitas pleura
- Pneumotoraks
- Efusi pleura
Obstruksi jalan nafas
- Jalan nafas atas (Benda asing, Tumor, Spasme laring, Gangguan
tidur)
- Jalan nafas bawah (Asma berat, Penyakit paru obstruktif kronik,
Tumor)
Penyakit parenkim paru
- Edema paru (Kardiogenik, non kardiogenik)
- Emboli paru
- Pneumonia
- Aspirasi
- Penyakit paru intersititial
- Malfungsi ventilator
Peningkatan produksi C02
Kelebihan karbohidrat dalam jumlah besar
Hipertermia malignan
Menggigil
Aktivitas kejang yang memanjang
58. Thyroid strom
Trauma panas yang luas (luka baker)
Terapi:
1. Tujuan - memulihkan ventilasi efektif secepatnya & mengatasi penyebab
yg mendasari
2. Obat-obatan bronkodilator
3. Intubasi endotrakea & bantuan ventilasi mekanik
4. Natrium bikarbonat hanya pada keadaan asidemia yang mengancam
jiwa yaitu pH 7,1
ALKALOSIS RESPIRATORIK
Penurunan primer PaCO2 (hipokapnia) peningkatan pH
Disebabkan oleh:
1. Penyakit atau gangguan pada susunan saraf pusat
2. Kelainan atau penyakit pada paru.
3. Kelainan kardiovaskular
Efek:
1. Alkalemia kepala terasa ringan, mual, muntah, parestesia sirkum-oral
dan digital, spasme karpopedal dan tetani
2. Kelelahan, berdebar-debar, cemas dan susah tidur
3. Pada keadaan berat ketidakmampuan konsentrasi
Penyebab:
Stimulasi sentral
Nyeri
Cernas
Iskemia
Stroke
Tumor
Infeksi
Demam
Induksi obat Salisilat progresteron (pada kehamilan)
Analeptik (doxapram)
Stimulasi perifer
Hipoksemia
Tinggal di tempat yang tinggi
Penyakit paru
59. Gagal jantung kongestif
Edema paru non kardiogenik
Asma
Emboli paru
Anemia berat
Mekanisme yang tidak diketahui
Sepsis
Ensefalopati metabolic
Iatrogenik
Dipicu oleh ventilator
Terapi :
Pasien tanpa gejala dengan pH < 7,55 terapi ditujukan pada kelainan
primer yang menyebabkan hipokarbia
Pasien yang menunjukkan gejala alkalosis:
1. Simple rebreathing device untuk menaikkan PCO2
2. Gunakan udara pernapasan dengan campuran gas O2 95% dan CO2 5%
3. Keadaan berat penggunaan asetazolamid (diamox), HCI atau
NH4CI secara intravena dan penggunaan alat bantu napas mekanik.
AKIBAT DARI ASIDOSIS BERAT
Kardiovaskular
Gangguan kontraksi otot jantung
Dilatasi arteri, konstriksi vena, dan sentralisasi volume darah
Peningkatan tahanan vaskular paru
Penurunan curah jantung, tekanan darah arteri, dan aliran darah hati dan
ginjal
Sensitif thd reentrant arrhythmia dan penurunan ambang fibrilasi ventrikel
Menghambat respon kardiovaskular terhadap katekolamin
Respirasi
Hiperventilasi
Penurunan kekuatan otot nafas dan menyebabkan kelelahan otot
Sesak
Metabolik
Peningkatan kebutuhan metabolisme
Resistensi insulin
Menghambat glikolisis anaerob
Penurunan sintesis ATP
Hiperkalemia
60. Peningkatan degradasi protein
Otak
Penghambatan metaboiisme dan regulasi volume sel otak
Koma
AKIBAT DARI ALKALOSIS BERAT
Kardiovaskular
Konstriksi arteri
Penurunan aliran darah coroner
Penurunan ambang angina
Predisposisi terjadinya supraventrikel dan ventrikel aritmia yg refrakter
Respirasi
Hipoventilasi yang akan menjadi hiperkarbi dan hipoksemia Metabolic
Stimulasi glikolisis anaerob dan produksi asam organic
Hipokalemia
Penurunan konsentrasi Ca terlonlsasi plasma
Hipomagnesemia and hipophosphatemia
Otak
Penurunan aliran darah otak
Tetani, kejang, lemah delirium dan stupor
61. VENTILASI MEKANIK
Suatu alat bantu mekanik yang memberikan bantuan nafas dengan cara membantu
sebagian atau mengambil alih semua fungsi ventilasi guna mempertahankan hidup
Tujuan
Memberikan bantuan nafas dengan cara memberikan tekanan positif melalui jalan
nafas buatan
Indikasi
1. Gagal nafas akut disertai asidosis respiratorik yang tidak dapat diatasi
dengan pengobatan biasa
2. Hipoksemia yang teiah mendapat terapi oksigen maksimal, namun tidak
ada perbaikan
3. Apneu
4. Secara fisiologis memenuhi kriteria :
Volume tidak < 5 ml/kgBB
Tekanan inspirasi maksimal < 25 cmH20
RR > 35 x/mnt
PaO2 < 60 mmHgdengan pemberian FiO2 > 60%
PaCO2 > 60mmHg
Ruang rugi : Tidal Volume > 0,6
Jenis Ventilator
Ventilator tekanan negatif
Ventilator ini tidak membutuhkan konecktor ke jalan nafas (ETT) karena
ventilator ini membungkus tubuh, sekarang sudah ditinggalkan
Ventilator tekanan Positif
Ventilator ini memberikan tekanan positif ke jaian nafas melalui ETT
Ventilator tekanan positif dibedakan menjadi
a. Volume
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila volume yang telah
ditetapkan tercapai (tidal volume tatap) sedangkan ekspirasi dibiarkan secara
pasif
Keuntungan: tidak menyebabkan hipo/hiperventilasi karena pemberian secara
konstan meski ada sumbatan atau kelainan paru
Kerugian : dapat menimbulkan barotrauma
b. Pressure
62. Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila tekanan yang ditetapkan
telah tercapai (peak Inspiratory pressure tetap) sedangkan ekspirasi dibiarkan
secara pasif
c. Flow
Aliran gas Inspirasi dari ventilator akan berhenti bila flow yang ditetapkan
telah tercapai (flow rate tetap)
d. Time
Aliran gas inspirasi dari ventilator akan berhenti bila waktu yang ditetapkan
telah tercapai (inspiratory time tetap).
PARAMETER SETTING VENTILATOR
Mode pada ventilator mekanik
1. Respiratory Rate (RR)
Adalah jumlah nafas yang diberikan kepada pasien setiap menitnya, setting
RR tergantung dari tidal volume, jenis kelainan paru, target PaCO2, setting
awal 8-12x/mnt.
Jika RR di set 10 x/mnt, berarti siklus respirasinya adalah 60/10 = 6 dtk sekali.
Usia:
< 2 tahun = 20-25 breaths/min.
2-10 tahun = 15 - 20 breaths/min.
> 10 tahun = 10-15 breaths/min.
2. Tidal Volume
Adalah jumlah volum yang diberikan oleh ventilator kepada pasien setiap kali
nafas
Tve & Tvi jml nya harus sama bila tdk ada kebocoran
Tidal Volume :
Pediatrik = 7-8 ml/kg
Dewasa = 9 -10 ml/kg.
Dead space volume = 2 ml/kg.
Compressible Volume adalah volume gas dari ventilator yang berada pada
pipa penyalur, yang tidak ikut dalam pertukaran gas. Besarnya 1-2 ml/cmH2O
pada pediatric dan 2-4 ml/cmH2O pada dewasa (pertekanan tekanan gas
inspirasi).
Agar ventilasi alveolar adekuat, maka tidal volume minimal = 15-20 ml/kg
(TVpasien+ dead space volume + compressible volume).
63. Maksimal yang masih aman sulit ditentukan, dipengaruhi oleh:
- Komplian paru
- PEEP yang diberikan
Pegangan:
- Aman bila tekanan statis akhir inspirasi ≤ 25 cm H2O
- Bahaya bila tek.statis akhir inspirasi > 30 cm H2O
3. Fraksi Oksigen (FiO2)
Adalah jumlah konsentrasi oksigen yang diberikan oleh ventilator kepada
pssien, berkisar antara 21% - 100%, pemberian FiO2 100% pada awal
pemasangan selama 15 - 30 mnt terlalu larna bisa menyebabkan intoxikasi
oksigen, selanjutnya diturunkan secepatnya jadi < 50% menyesuaikan respon
dari pasien.
4. Inspiratory Time dan I: E ratio.
Inspiratory time adalah waktu yang dibutuhkan oleh aliran gas dari ventilator
untuk masuk ke dalam paru-paru.
Expiratory time adalah waktu yang diperlukan oleh aliran gas untuk keluar
dari paru-paru, yang dimulai pada akhir inspirasi sampai inspirasi berikutnya.
rasio I: E Dws = 1:2
anak anak = 1: 1,5
bayi = 1 : 1
Bila sebaliknya disebut I : E ratio terbalik.
Bila i : E ratio terbalik terlalu besar akan terjadi : retensi CO2, venous return.
terganggu, barotrauma.
Inspiratory time normal = 0,3 - 1,5 detik, dengan rata-rata = 0,75 detik.
Siklus respirasi terdiri dari : inspirator/ time + inspiratory pause + expiratory
time I : E ratio = ( Ti + Tp ) : Te.
Inspiratory Pause
Selesai phase inspirasi, ventilator dapat menahan aliran gas di dalam paru-paru
selama beberapa saat untuk memberi kesempatan difusi oksigen dari alveoli
ke dalam kapiler fase pause 10%
5. Pressure limite/ Pressure inspirasi
Mengatur atau membatasi jumlah pressure yang diberikan dari volume cycle
ventilator, sebab pressure yang terlalu tinggi bisa menyebabkan barotrauma.
64. Setting pressure tidak boleh > 35 cmH20, jika limit sudah tercapai maka
secara automatis ventilator akan menghentikan hantarannya dan alarm akan
berbunyi. Pressure limit dicapai blasanya dlsebabkan oleh tandanya sumbatan,
obstruksi jalan nafas, retensi sputum dl ETT. Akumulasi penguapan air di
sirkuit ventilator, ETT Itergigit, pasien batuk, pasien fighting, kinking pada
tubing ventilator.
Peak Inspiratory Pressure
Nilai normal :
Bayi = 5-10 cmH2O
Anak – anak = 10-15 cmH2O
Dewasa = 15-35 cmH2O
6. Minute Volume
Normal= 6-8 L/mnt
Minute Volume = TV x RR
7. Flow rate/Peak Flow
Adalah kecepatan gas untuk menghantarkan tidal volume yang di set, biasanya
setting berkisar antara 40-100 lt/mnt
Batas aliran gas terendah adalah 2 kali minute ventilation. Sebagian besar
ventilator bayi dapat bekerja dengan flow rate gasses 4-10 L/min. Maka pada
flow cycle diberikan flow = 2-3 L/kg
Rumus:
I. insp
Time
60
x
volume
Tidal
II. insp
Time
respirasi
sikus
satu
x waktu
volume
Minute
Contoh soal: RR = 10 x/mnt, TV = 600 ml
1 siklus respirasi = 60/10 = 6 detik
I : E (l : 2) = T insp = 2 dtk T eksp = 4 dtk
Minute volume = TV x RR
= 600 x 10 = 6000 ml/mnt (6 L/mnt)
Flow rate
= insp
T
respirasi
siklus
kali
1
x
Mv
65. = L/mnt
18
2
6
x
6
8. Trigger/sensitivity
Menentukan jumlah upaya nafas pasien yang diperlukan untuk memulai/
mentriger inspirasi pada ventilator. Trigger tidak diberikan bila ventilator
dalam modus control
Bila di setting rendah sedikit usaha nafas pasien akan terdeteksi
9. Positive End Expiratory Pressure
Berguna untuk mempertahankan tekanan jalan nafas pada akhir ekspirasi,
sehingga mampu meningkatkan pertukaran gas di dalam alveoli, PEEP
berfungsi untuk meredistribusikan cairan ekstravaskuler paru, meningkatkan
volume alveoli, mengembangkan alveoli yang kolaps, dan meningkatkan
kapasitas residu fungsional. Nilai PEEP berkisar 5-15 cmH2O, jika PaO2
masih rendah sedangkan FiO2 sudah 60% maka peningkatan PEEP merupakan
pilihan yang utama
Ventilator memberikan tekanan positive pada akhir ekspirasi.
PEEP fisiologis:
Pediatrik = 2-3 cmH2O
Dewasa = 3-5 cm H2O
Pada umumnya PEEP dinaikkan antara 5-15 cmH2O, untuk memperbaiki
oksigenasi.
Pemberian PEEP
Pemberian PEEP awal sebesar 5 cm H2O dan dititrasi secara bertahap 2-3 cm
H2O.
Pengaruh pemberian PEEP tidak akan terlihat dalam waktu beberapa jam.
Monitor blood pressure, heart rate dan PaO2 selama pemberian PEEP secara
titrasi dan pada interval waktu tertentu seiama terapi pemberian PEEP.
10. Sigh function (nafas dalam)
Diberikan untuk mencegah collapse alveoli. Besarnya 1,5 - 2 kali TV normal,
frekuensi diatur berapa kail per jam.
Pola nafas control dlberikan dalam 2 x dalam 3 mnt dengan tekanan sesuai
yang di sight ditambah tekanan pada PEEP.
66. 11. Flow ACC
Bila di set rendah kurvenya landai artinya TV masuk pelan
Bila di set tinggi kurvenya akan runcing TV masuk lebih cepat.
12. Acito Flow
Harus di-on-kan artinya bila terjadi kebocoran TV tetap sesuai yg diset karena
mesin akan kompensasi secara otomatis.
13. Pasien melawan mesin (fighting):
Antara pasien dengan mesin tidak sinkron, hal ini bisa disebabkan oleh pasien
sadar, nyeri, hipoksia dll, atau disebabkan oleh setting ventilator yang keliru/
salah.
Jika hal tersebut terjadi maka lakukan ambil alih ventilasi dengan pompa
napas (ambu bag), sambil mencari dan mcngatasi kausa misalnya dengan
memberi sedatif/analgetik, memeriksa analisa gas darah, atau melakukan
setting ulang ventilator.
14. Setting Alarm
Alarm Low Exhaled Volume
Sebaiknya diset 100 cc di bawah tidal volume ekspirasi, jika alarm
berbunyi berarti tidal volume pasien tidak adekuat
Alarm tekanan rendah berguna untuk mendeteksi kebocoran system atau
terlepasnya sirkuit pada ventilator
Alarm Low Inspiratory Pressure
Sebaiknya diset 10-15 cmH2O di bawah PIP (Peak Inspiratory Pressure),
akan berbunyi jika pressure pasien turun, alarm: tekanan tinggi berguna
untuk mendeteksi menandakan adanya, peningkatan tekanan, misalnya
pasien batuk, cubing tertekuk, terjadi fighting, dll.
15. Pelembaban dan suhu
Ventilasi mekanis yang melewati jalan nafas buatan meniadakan mekanisme
pertahanan tubuh untuk pelembaban dan penghangatan.
Dua proses ini harus digantikan dengan suatu alat yang disebut humidifier.
Semua udara yang dialirkan dari ventilator melalui air dalam humidifier
dihangatkan dan dijenuhkan.
Suhu udara diatur kurang lebih sama dengan suhu tubuh pada kasus hipotermi
berat, pengaturan suhu udara dapat ditingkatkan. Suhu yang terlalu tinggi
67. dapat menyebabkan luka bakar pada trachea dan bila suhu terlalu rendah bisa
mengakibatkan kekeringan jalan nafas dan sekresi menjadi kental sehingga
sulit dilakukan penghisapan.
MODE VENTILATOR
1. Controlled Mechanical Ventilation
Pada mode kontrol mesin secara terus menerus membantu pernafasan paslen.ini
diberikan pada pasien yang pernafasannya masih sangat jelek, lemah sekali atau
bahkan apnea. Pada mode ini ventilator mengontroi pasien, pernafasan diberikan
ke pasien pada frekuensi dan volume yang telah ditentukan pada ventilator, tanpa
menghiraukan upaya pasien untuk mengawali inspirasi.
Pernafasan pasien diatur sepenuhnya oleh ventilator, tergantung frekuensi yang
ditetapkan. Digunakan pada pasien yang tidak dapat bernafas spontan dan
diberikan Trigger of sensitivity = - 20 cmH2O, sehingga pasien tidak dapat
membuka katup inspirasi pada ventilator. Pada umumnya diberi muscle relaxant
dan sedasi.
a. VOLUME CONTROL
- Banyaknya udara yang ditiup (TV) sesuai dengan setting mesin
- Tekanan di jalan nafas bervariasi.
- Inspirasi berakhir setelah TV tercapai.
b. PRESSURE CONTROL
- Banyaknya udara yang ditiup (TV) bervariasi
- Tekanan di jalan nafas sesuai dengan setting mesin
- Inspirasi berakhir setelah pressure tercapai
68. 2. Assist Ventilation
Pasien menerima volume dari mesin dan bantuan nafas, tetapi hanya sedikit.
Pasien diberikan kesempatan untuk bernafas spontan, jumlah pernafasan dan
volume semenit ditentukan pasien, dibedakan menjadi assist volume mode dan
assist pressure mode
Bantuan nafas diberikan atas dasar pacuan nafas pasien.
Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O.
3. Assist Control Mode Ventilation (ACMV)
Pasien sudah mempunyai inisiatif (triggering) untuk bernafas sehingga
merangsang mesin - sensitivity - .Triggering :
- Pressure
- Flow
Bila pasien tidak merangsang mesin CMV
4. Intermittent Mandatory Ventilation
Menerima volume dan RR dari ventilator, diantara pernafasan yang diberikan
ventilator, pasien diberi kesempatan untuk bernafas sendiri. Dengan modus ini,
ventilator memberikan bantuan nafas dimana saja pada saat siklus pasien bernafas
sendiri, akibatnya sering terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan
ventilator.
IMV merupakan campuran antara nafas spontan pasien dan kontrol ventilator.
Trigger of sensitivity = - 2 cmH2O.
Frekuensi nafas ventilator harus lebih rendah dari frekuensi nafas spontan pasien.
69. 5. Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
SIMV berbeda dari IMV karena mandatory breath disinkronisasi.
Ventilator memberikan bantuan inspirasi sesuai dengan frekuensi nafas yang
ditetapkan, tetapi bantuan inspirasi jatuh tepat pada saat pasien memulai usaha
nafas spontan sehingga tidak terjadi benturan antara pernafasan pasien dengan
ventilator
Frekuensi nafas SIMV di mulai dari 10 kali/min, respiratory rate pasien sesuai
kemampuan (mis: 20 x/mln). Trigger of sensitivity = -2cmH2O
Jika setting SIMV rate 6 berarti SIMV 60/6 =10 dtk
Jika RR yang muncul pada pasien 20 berarti 60/20 = 3 dtk
Jadi periode spontannya adalah 10 - 3 = 7 dtk
Frekuensi SIMV : 6 x/menit dan frekuensi respirasi : 15 x/menit
6. ASB / PSV: (Assisted Spontaneus Breathing / Pressure Suport Ventlilasi)
Mode ini diberikan pada pasien yang sudah bisa nafas spontan atau pasien yang
masih bisa bernafas tetapi tidal volumenya tidak cukup karena nafasnya dangkal.
Pada mode ini pasien harus mempunyai kendali untuk bernafas. Bila pasien tidak
mampu untuk memicu trigger maka udara pernafasan tidak diberikan.
(PS: 3,5-14,5 cm H2O)
PEEP + Tekanan Inspiras i< 30 cmH2O
70. 7. SIMV + Pressure Support.
Ventilator bekerja untuk SIMV dengan volume cycle sedangkan untuk PS dengan
pressure cycle.
Di mulai dengan PS = 15 cmH2O (pressure limit = IS cmH2O), SIMV disini
sebagai back up, bila dengan PS terjadi apnea.
8. CPAP : Continous Positive Air Pressure.
Memberikan tekanan positif pada jalan nafas untuk membantu ventilasi selama
siklus pernafasan, RR dan volume tidal ditentukan oleh pasien.
Pasien bernafas spontan, tetapi ventilator memberikan bantuan tekanan positive
yang kontinyu sepanjang siklus respirasi. Tekanan positive yang diberikan antara
2-7 cmH20, tekanan yang terlalu tinggi akan mengganggu venous return. CPAP
dapat meningkatkan FRC dan memperbaiki oksigenasi
Pada mode ini mesin hanya memberikan tekanan positif dan diberikan pada pasien
yang sudah bisa bernafas dengan adekuat.
Tujuan pemberian mode ini adalah untuk mencegah atelektasis dan melatih otot-
otot pernafasan sebelum pasien dilepas dari ventilator.
9. PEEP: Positive End Expiratory Pressure
Sangat mirip dengan CPAP kecuali tekanan konstan hanya diberikan selama
ekspirasi.
10. T- PIECE
71. Merupakan suatu cara pemberlan therapy O2 dan Humidifikasi dalam proses akhir
penyapihan pasien dari penggunaan alat bantu nafas di mana untuk beberapa saat
ETT masih harus dipertahankan
Mode spontan PET (menggunakan cateter suction nomor 10 dimasukkan ± ¼ dari
selang suction
JENIS-JENIS PENGATURAN :
A. Volume Cycle
Modes:
- Controlled Mechanical Ventilation
- Assist Controle Ventilation
- Intermittent Mandatory Ventilation
- Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation
- Continuous Positive Airway Pressure
Setting Awal Ventilator pada Dewasa.
Tidal Volume : 10-12 ml/kg
Respiratory rate : 10 -12
Breath / min Minimum
Inspiratory flow rate : 30 L/min
I: E ratio : 1: 2
FlO2 : 50%
PEEP : 5 cmH2O
Modes:
CMV trigger of sensitivity = - 20 cm H2O
SIMV trigger of sensitivity = - 2 cm H2O
SIMV rate = 10 breaths/min
RR pasien = 20 breaths/min
SIMV + PS PS = 10 cm H2O
B. Pressure Cycle
Modes : Pressure controle dan Pressure support
Pressure limit : 15-30cmH2O
Trigger of sensitivity : -20cmH2O or -2cmH2O
Respiratory rate : 10-15 breaths/min
Digunakan pada anak-anak.
Setting Awal Ventilator pada Anak-anak :
72. Ventilatory frequency:
infant = 20 - 25 breatholder
child = 15-20 breaths/min
Tidal volume : 10 - 15 ml/kg
I : E ratio : 1 : 2
PEEP : 2-3cmH20
Pressure limit : < 20 m.bar
FiO2 : 50 %
C. Flow Cycle
Digunakan pada bayi dengan berat badan lebih kecil atau sama dengan 10 kg.
Ventilatory rate : 20 - 25 breaths/min
Inspiratory time : 0,6 - 0,7 sec
PEEP : 2-3cmH20
I: E ratio : 1:1
Setting Awal Ventilator pada Bayi.
Inspiratory time : 0,6 -0,8 sec
Expiratory time : 1,0 - 1,2 sec
Respiratory rate : 30-40 breaths/min
I : E ratio : 1: 1 and 1: 2
Inspiratory flow ( v ) : 5-10 L/min.(3 x MV)
Inspiratory pressure limit : < 20 m.bar
PEEP : 3 cmH2O
F1O2 : 50%
SYARAT-SYARAT WEANING VENTILATOR
1. Penentuan penyapihan pasien dari ventilator merupakan keputusan medis
PaO2/FiO2 > 150 & PEEP < 10 cmH2O
2. Tidak ada kontra indikasi penyapihan
Tekanan intrakranial tidak stabil (tunda penyapihan jika terdapat
TIK)
Memerlukan sedasi dalam (cth.obstruksi jalan nafas atas)
Ketidakstabilan hemodinamik
Bronkospasme yang signifikan
Kerja nafas yang berat
73. 3. Berikan latihan ventilasi dengaan mode PS setiap hari pada pasien dg
kriteria :
Rasio PaO2/Fi02 > 150
Pasien dapat bernafas spontan jika frekuensi nafas pd mode SIMV
dikurangi s/d 8
4. Protocol penyapihan
Lihat diagram alur pada halaman berikut
Tentukan tekanan inisial untuk menjaga volume tidal yang adekuat
a. Mulai pada 10 cmH2O dan sesuaikan dengan
- Volume tidal ≤ 6 ml/kgBB pada pasien dalam proses
penyembuhan dari ARDS
- Volume tidal ≤ 8 ml/kgBB pada pasien yang lain
- BB ideal laki -laki = 0,91 x (tinggi badan (cm) -152,4) + 50
- BB ideal perempuan = 0,91 x (tinggi badan (cm) - 152,4) + 45,5
b. Alternatif lain gunakan target volume tidal 80-100 % dari volume tidal
pada mode SIMV
c. Range PS yang dapat diterima = 5-25 cmH2O
Jika volume tidal tidak dapat tercapai pada tekanan 25 cmH2O tunda
percobaan
Lakukan penilaian pada menit ke 15 dan 30 untuk kriteria penyapihan
yang sukses
Lakukan penilaian tiap jam untuk kesesuaian penyapihan PS
Jika PS telah mencapai nilai minimum (5 cmH2O) lakukan penyapihan
PEEP menjadi 5 cmH2O
Jika PS dan PEEP = 5 cmH2O lakukan ekstubasi
5. Kriteria penyapihan sukses
RR < 30 mnnt
SpO2 > 90% (dapat disetting rendah pada pasien COPD, cth > 86-88)
FlO2 < 0,5
Range Ps yg diijinkan ( 5-25 cmH2O )
Tidak ada distress nafas sebagai mana ditunjukkan oleh dua atau lebih
gejala di bawah ini :
- HR > 20% baseline
- Penggunaan otot asesoris
- Berkeringat dingin
- Pergerakan abdomen paradoxical
- Dispneu yang bermakna
75. MENGHITUNG FRAKSI OKSIGEN
Rumus :
I. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ)
II. FiO2 =
760
%
100
100
2 x
AaDO
PAO2 = ( Pb – PH2O ) x FiO2 – PCO2
AaDO2 = PAO2 – PO2
III.
760
%
100
100
)
2
2
(
)
2
(
2
x
PCO
PO
O
PH
Pb
FlO
Keterangan :
PAO2 = tek.parsial O2 dlm alveolus
PaO2 = tek.parsial O2 dlm arteri
Pb = tekanan barometrik (760 mmHg)
PH2O = tek.air dlm paru (47 mmHg)
RQ = quesien respirasi (0,8)
AaDO2 =
FiO2 = fraksi oksigen yg diberikan pd vent.
PaCO2 = tek.parsial CO2 dim arteri
Misal px mendapat FiO2 100% hasil AGD = Ph 7,40 PO2 = 150
PCO2 = 40 perhitungan:
Rumus
I. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ)
= 1,00 (760 – 47) – (40 : 0,8)
= 1,00 (713) – (50)
= 663 mmHg
Persamaan AGD
90
2
2 X
PO
PAO
(90 = PO2 yang diharapkan)
90
150
663 X
X = 8
,
397
150
90
663
x
76. PAO2 = FiO2 (Pb – PH2O) – (PaCO2 : RQ)
397,8 = FiO2 (713) – (50)
397,8 = 663 FiO2
FiO2 = 6
,
0
663
397
atau 60%
Jadi untuk mendpatkan target PO2 90 dibutuhkan FlO2 60%
FiO2 =
760
%
100
100
2 x
AaDO
PAO2 = (Pb – PH2O) x 100% - PCO2
= (760 – 47) x 100% - 40
= 713 – 40
= 673
AaDO2 = PAO2 – PO2
= 673 – 150
= 523
FiO2 =
760
%
100
100
2 x
AaDO
=
760
%
100
100
523 x
= 81%
Pemakaian Ventilator
- Usia muda = 72 jam
- Tua = 2 x 24 jam
- PPOK = 1 x 24 jam
Ventilator di pakai pada BB 10 - 20 kg
- BB < 10 kg = sirkuit anak
- BB > 10 kg = sirkuit dewasa
Penyetingan alarm
- Alarm atas = 20 % x 500 ( TV ) + 500 = 600 ml
- Alarm bawah = 500 - (20% x 500 (TV)) = 400 ml
- Low TV = lepas sirkuit
- High TV/pressure = tahanan / tekanan
Tinggi penyebab secret/plak bronchial washing
77. - Flow = cek flow sensor
- Mv Flow / Volume = cek sirkuit ( adanya bocor, kurang kencang
pemasangan )
Istilah – istilah:
Hipoksemia = O2 turun dalam darah
Hipoksia = O2 turun dalam jaringan
Hiperventilasi ( PO2 ↑ )
Hipokarbia (PCO2 ↓ ) Turunkan fraksi
Hipoventilasi ( PO2 ↓ )
Hiperkarbia ( PCO2 ↑ ) Naikkan RR,TV
Derajat Shunting
Rasio derajat shunting
600 tidak ada
300 minimal
250 ringan
200 moderate
150 berat
100 sangat berat
Besar derajat shunting ditentukan dengan PO2: FiO2
Parameter Assist
control
Pressure
control
Pressure
support
FiO2 √ √ √ √
Fekwensi Nafas √ √ √
Volume Tidal √ √
Tekanan Inspirasi √ √ √
Inspirasi Flow √* √*
I : E ratio √* √ √*
Inspirasi Pause √* √*
Periode SIMV √
PEEP √ √ √ √
Trigger √ √ √ √
PASB (Pressure Assisted Spontanius Breathing) : Saat ada trigger
diberikan bantuan sesuai yang di setting ditambah PEEP
PASB = 6 PEEP = 5
78. Saat ada trigger di berikan pressure 6 + 5 = 11
BIPAP
TV tidak disetting (pasien menerima TV sesuai kemampuan)
PC BIPAP
Yang diset pada mesin artinya
RR = 12, T insp= 1,8 , PEEP = 5, P insp = 20, ASB = 12, FiO2 = 40%
P insp - ASB = 20-12 = 8 ( bantuan dari mesin )
ORAL HYGIENE PADA PASIEN DENGAN PEMASANGAN
VENTILATOR
Gelas kumur berisi air bersih atau NaCl 0,9%.
Handuk
Bengkok
Kapas deppers.
Arteri klem atau pinset.
Cairan Chlorhexidlne 0,2%.
79. VENTILATOR DAN SEPSIS BUNDLE
Tujuan mengurangi resiko terjadinya VAP pada pasien di ICU
Elemen :
Elevasi tempat tidur di bagian kepala
Interupsi sedasi harian untuk menilai kesadaran dan kesiapan untuk
"weaning"
Profilaksis peptic ulcer
Profilaksis DVT
Daily Oral Care dengan chlorhexidine
Sepsis Care Bundle terdiri dan 7 elemen yang harus diimplementasikan 100%
dalam waktu 6 jam pertama pada pasien sepsis berat atau shock septik. Elemen
tersebut antara lain:
1. Kultur darah
2. Pengukuran laktat
3. Pemberian antibiotik awal
4. Resusitasi cairan
5. Terapi vasopressor dan inotrope
6. Pertahankan CVP yang adekuat
7. Pertahankan saturasl oksigen vena sentral.
Setelah menjalankan 7 elemen tersebut yang harus dicapai dalam 6 jam,
dilanjutkan dengan 4 elemen yang ditargetan diimplementasikan dalam 24 jam:
1. Recombinant human activated protein C (rhAPC)
2. Kontrol gula darah
3. Strategi ventilasi mekanik
4. Steroid
Dengan implementasi Sepsis care bundle ini didapatkan initial resusitasi untuk
paslen sepsis lebih cepat tercapai antara lain :
Tekanan Vena Sentral (CVP) 8-12 mmHg ( 12-15 mmHg jika diventilasi)
MAP > 65 mmhg atau SBP > 90 mmhg
Urine output > 0.5mL/kg
Saturasi vena campur ScVO2 > 70%
80. SYOK dan EARLY GOAL-DIRECTED THERAPHY
(EGDT)
Manifestasi klinis syok adalah gambaran hipoferfusi organ: perubahan status
mental, dingin, ekstremitas pucat, tekanan darah rendah, melemahnya nadi dan
oligouria.
Dari perspektif fisiologi sirkulasi syok dapat didefinisikan sebagai suatu sindroma
terjadi penurunan perfusi jaringan sehingga aliran darah tidak adekuat mencukupi
keperluan metabolisme seluler.
Mixed Venous Oxygen Saturation (SvO2)
Adalah saturasi oksigen dari darah vena atau darah yang kembali ke jantung
kanan
Hal ini merefleksikan, jumlah dari oksigen yang ter"sisa" setelah digunakan oleh
jaringan (tissue).
SvO2: Dapat dihitung dengan faktor – faktor penentu
SvO2 dapat didefinisikan berdasarkan persamaan modifikasi Fick:
SvO2 = SaO2 - (VO2 / [CO x 1.38 x Hgb])
Jadi, SvO2 dipengaruhi oleh saturasi oksigen arteri, konsumsi oksigen sel, curah
jantung (cardiac output) dan hemoglobin
mengukur SvO2 :
Oximetric Swan
Two wavelength systems
Three wavelength systems
Pengukuran langsung:
Sampel darah diambil dari PA cath distal, dan dianalisa dengan mesin Analisa Gas
Darah (AGD)
Sampel darah diambil dari lumen distal kateter vena sentra (CVC) dan dianalisa
dengan mesin AGD, notifikasinya menjad Scava-veinO2 (ScvO2)
Nilai normal adalah SvO2 berkisar antara 68% to 77%
Nilai kurang dari 50% = berbahaya (syok terkompensasi)
Nilai kurang dari 30% = menunjukkan adanya metabolisme anaerob
(oxygen debt = syok tidak terkompensasi)
81. Shock adalah suatu sindrom dimana terjadi ketidak seimbangan antara kebutuhan
oksigen tissue (VO2) dengan delivery oksigen (DO2)
Sebagai konsekuensi dari ketidak seimbangan ini adalah terjadinya peningkatan
kadar laktat darah atau penurunan SvO2, yg menandakan mulai terjadinya
kerusakan sel (metabolisme anaerob)
SIRS SEPSIS SEVERE SEPSIS SEPTIC SHOCK
- temperature
- 38o
C
- 36o
C
- HR > 90 bpm
- RR > 20 x/min
- WBC >
12000 /mm3
or
< 4000 / mm3
or >10%
immature
neutrophils
SIRS plus / with a
presumed or
confirmed
infectious process
(blood culture or
procalcitonin
proven)
- Organ
dysfunction
- Hypotension
(SBP < 90 of
or SBP drop >
40 mmHg of
normal)
- Hypoperfusion
(lactice
acidosis,
oligouria, or
mental
disorder)
- Severe sepsis
with
hypotension,
despite
adequate fluid
resuscitation
- Multiple organ
dysfunction
syndrome
criteria
- Evidence of > 2
organ failing
SIRS = Systemic Inflammatory Response Syndrome
84. TERAPI NUTRIS1
Jalur vena :
1. Jalur perifer (larutan < 800 mOsm)
2. Vena sentral (larutan > 800 mOsm)
Kebutuhan air dewasa : 40 ml/kgBB
Bayi atau anak :
0 - 10 Kg = 100 ml/kgbb
10 - 20 Kg = 1000 ml + (Nx50ml/kgbb)
20 - 30 Kg = 1500 ml+ (Nx20ml/kgbb)
KEBUTUHAN KALORI
Sumber kalori :
1. Karbohidrat : 3-5 gram/kgBB/hari
2. Lemak : minimal 10% dari kebutuhan kalori, maksimal 1.5
gram/kgBB/hari
- Ratio Karbohidrat : Lemak = 2 : 1
- Kebutuhan kalori normal : 30-50 kcal/kgBB/hari
Kebutuhan kalori saat istirahat : 25 kcal/kgBB/hari
3. Kebutuhan protein normal : 0,8 - 1,0 Gram/KgBB/Hari
Dalam keadaan stress (pasca bedah, trauma, sepsis, dan luka bakar)
kebutuhan meningkat : 1.5 – 2.0 gr/kgBB/hari
NITROGEN = hasil metabolisme protein yang digunakan sebagai parameter
pemantauan
1 Gram nitrogen = 6,25 Gram PROTEIN
Ratio nitrogen : kalori = 1: 200 sampai 1: 100
CONTOH PERHITUNGAN UNTUK PASIEN BB 50 KG
Komposisi larutan nutrisi parenteral :
PROTEIN = 50 x l,5-2,0gr = 75-100 gr
KALORl NON PROTEIN = 50 x 30 kcal = 1500 kcal
Macam sumber kalori = KH : LEMAK = 2:1
Volume cairan : 2000 - 2500 ml terdiri dari:
85. ASAM AMINO 10% =1000 ml
GLUKOSA 25% = 1000 ml (1000 kcal)
LEMAK 20% = 250 ml ( 450 kcal)
ELEKTROLIT
NATRIUM = 50 - 100 mEq
FOSFAT = 5 - 30 mEq
KALIUM = 50 - 75 mEq
KALSIUM = 5 - 10 mEq
MAGNESIUM = 5 -10 mEq
NUTRISI PARENTERAL CARA PEMBERIAN :
Melalui vena perifer
- Tungkai, kepala < 1 minggu
- Jumlah nutrisi yang dapat diberikan terbatas
- Infeksi <
- ≠ nutrisi osmolaritas tinggi
Melalui vena perifer – sentral
- V. Safena magna atau V. Cubiti
- Memenuhi kebutuhan kalori lebih tepat
Melalui vena sentral
- V. Subklavia atau V. Jugularis
- Dapat diberikan nutrisi dengan osmolaritas tinggi
- Pada anak-anak jarang
NUTRISI ENTERAL CARA:
- NASOGASTRIK
- NASODUODENAL
- FARINGOSTOMI GASTRIK
- FARINGODUODENAL
- GASTROSTOMI
- GASTROSTOMI DUODENAL
- YEYUNOSTOMI
BOLUS & DRIP KONTINYU NUTRISI ENTERAL (BOLUS):
Resiko aspirasi
Intoleransi terhadap bolus KH, lemak, dan protein
86. Terjadwal
NUTRISI ENTERAL DRIP KONTINYU :
Resiko tumbuhnya bakteri > besar
Tidak boleh > 12 jam
Kantong nutrisi dan selang diganti tiap hari
Untuk yang langsung ke usus halus atau jejunum sebaiknya drip (porsi
sedikit tapi sering)
87. NUTRISI ENTERAL
Jenis
Produk
Ener
gi
(Kka
l)
Protei
n
(gram
)
Lema
k
(gram
)
Karb
ohidr
at
(gra
m)
Natriu
m
(mg)
Kaliu
m
(mg)
Keterangan
Entramix 260 10 8 38 130 110
Nutri seimbang (serat pangan / fiber,
selenium 12,1mg, prebiotik inulin,
bebas laktosa, bebas gluten)
Nutrisol 262,7 11,25 7,5 38,75 237,5 450
Nutrisi seimbang (MUFA, prebiotik
FOS, omega 3 dan 6, mengandung
gula, selenium)
Ensure 250 9,8 7,6 35,8 206,5 391,3
Nutrisi seimbang (prebiotik FOS,
tinggi kalsium, rendah kolesterol, asam
linoleat dan linolenat, bebas laktosa)
Nutrien
Optimum
260 10,8 10,8 31,52 135,8 326
Nutrisi seimbang (bebas laktosa, bebas
gluten, probiotik, prebiotik, MUFA,
PUFA, protein whey, rendah residu)
Panentera
l
250 7,6 12,8 27 112,5 281,2
Nutrisi seimbang (MCT, bebas laktosa,
linolenat dan linoleat, tinggi lemak
MCT, L:P:Kh=44%:12%:44%)
Peptiosol 250 14 3 42 130 130 Nutrisi tinggi protein
Nephrisol 270 5 6 48 95 60
Nutrisi untuk penyakit ginjal (rendah
protein)
Diabetaso
l
250 10 8 39 95 210
Nutrisi untuk diabetes (serat pangan,
kromium picolinat, low GI)
Hepatosol 230 9 2,5 47 130 80 Nutrisi untuk gangguan fungsi hati
Hepatosol
LOLA
250 12 2,5 44 135 80
Nutrisi untuk gangguan fungsi hati
berat
Nutrican 330 19 7 51 54 180
Nutrisi untuk kanker (tinggi energi,
protein BCAA, omega 3, serat pangan)
Pediasure 250 7,7 12,25 27,7 119 239
Nutrisi lengkap seimbang untuk anak
(rendah laktosa)
Proten 265 10 7,25 34,6 3,1 461
Nutrisi seimbang dari soya atau kedelai
(bebas laktosa, +Zinc, +Fe)
Peptamen 250 10 10 31,2 200 312,5
Nutrisi elemental / jejunostomi
(peptida bebas laktosa, isotonik, sangat
rendah residu, bebas gluten, MCT
70%)
Peptamen
Junior
250 8 10 35 180 330
Nutrisi elemental untuk gangguan
pencernaan anak, jejunostomi (peptida)
Neomune 250 15,6 7,2 31,2 200 263,75
Imunonutrisi (arginin, glutamin, omega
3, MCT)
88. Nutrisi Parenteral
Jenis Produk
Kalor
i
(Kkal
/L)
Karbo
hidrat
(gram)
Prot
ein
(gra
m)
Lem
ak
(gra
m)
Osmol
aritas
(mOsm
/L)
Kandungan
Ssedi
aan
(ml)
Keterang
an
Glutiven 800 20 AA 100
Aminofusion 400 50 50
Kalbamin 400 100 800 AA 500
Amiparen 400 100 911
Clinoleic
20%
2000 200
Olive oil, tinggi
MUFA, rendah
PUFA dan SAF
100/2
50/50
0
Menekan
stres
oksidatif
Lipofundin
MCT/LCT
20%
100/2
50/50
0
Ivelip 20% 2000 200 Lipid
100/2
50/50
0
Nutriflex
lipid peri
AA + Glucosa +
Lipid MCT/LCT
+ E
1250/
1875
Nutriflex
lipid special
AA + Glucosa +
Lipid MCT/LCT
+ E
625 /
1250
Aminoplasma
5%
200 50 590 AA
Aminoplasma
10%
AA
Kalbamin
10%
AA
500
Aminofusion
Paed 5%
AA
250
Benutrion VE 200 AA + Vit E 500
Aminofusion
L600
600 100 50 1100 AA
500
Panamin G 320 50 30 507
Aminovel
600
600 100 50 1160
Aminofluid 420 75 30 817
AA + E +
Glukosa
Aminoleban 320 80 768 500
Kidmin 500
Renxamin 360 90 860 200 Hipoprotei
89. 9%
nemia +
gagal
ginjal
Aminofusion
Hepar
400 50 50 800 AA + Kh + E
Insufiensi
hepar
Comafusion
Hepar
400 50 50 800
AA + Kh + E +
Vit
Insufiensi
hepar
EAS Pfimmer 360 20 69 700
Menurunk
an uremia
Combiplex
peri
480 80 40 900 AA + Glukosa
1000
Clinimix
N9G15E
412 75 28 845 AA + Kh + E
1000
Clinimix
N9G20E
512 100 28 980 AA + Kh + E
1000
Triofusin 500 500 123 700
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol
500
Triofusin
1000
1000 246 1400
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol
500
Triofusin
1600
1600 410 2500
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol
500
Triofusin
E1000
1000 246 1600
Fruktosa +
Glukosa +
Xylitol + E
500
Tutofusin
OPS
200 50 4,75 Gula Alkohol
500
Tutofusin LC 219 50
AA + Kh + E +
Vit
Futrolit Gula Alkohol
Martos 10 Maltosa
Infumal Maltosa
91. F.A.S.T.H.U.G
F = Feeding
A = Analgesik
S = Sedasi
T = tromboemboli profilaksis
H = Head of bed elevasi
U = Ulcer proteksi
G = Glucose control
FEEDING
Berikan nutrisi – segera mungkin setelah resusitasi stabil
Ideal < 72 jam
Nutrisi dini menurunkan angka kematian secara signifikan
Lebih dipilih darpada parenteral
ANALGESIA
Dasar: nyeri adalah vital sign yang ke – 5
Pasien dalam kondisi apapun tidak boleh nyeri
Rangsangan nyeri tersebut dapat mempengaruhi pemulihan fisiologis dan
psikologis
kurang tidur, disfungsi paru dan respon stress, imunosupresi,
hiperkoagulabilitas, katabolisme protein meningkatkan oksigen Miokard
consumption
Pain Rating Scale :
Visual Analogue Scale
Numeric Rating Scale
93. SEDASI
TROMBOEMBOLI PROFILAKSIS
Cara Mekanik:
Perubahan posisi berbaring secara berkala,
Pijat rutin pada tungkai bawah
Early mobilisasi pada pasien sadar
Graduated compression stocklngs (GCS),
Intermitent pneumaccompression (IPC) devices
94. Venous foot pump (VFP).
Terap imedikamentosa:
Heparin 5000Unit setiap 8 – 12 jam
Enoxaparin 30 Unit setiap l2 jam
Dalteparin 2500 – 5000 Unit setiap 24 jam
Fondaparinux 2,5mg setiap 24 Jam
HEAD OF THE BED ELEVATION
Head of the bed
Dibuat untuk menghindari reflux dan regurgitasi isi lambung ke rongga
mulut dan saluran napas
Prinsip gravitasi
Termasuk dalam VAP
Kemiringan 30 – 45 derajat
Dikarenakan seringnya penggunaan Nasogastric tube pa da banyak kasus
critical
Penggunaan H2 Blocker, PPI, Antasida yang berhubungan dgn
penggunaan tromboprofilaksis
ULCER PROFILAKSIS
H2 Antagonists seperti Cimetidine 300 mg oral atau lV setiap 6 – 8 jam
Famotidine 20 mg oral atau lV setiap l2jam,
Ranitidine 5mg lV setiap l2 jam
Penghambat pompa proton seperti
Lanzoprazole 30 mg setiap 24 jam,
Omeperazole 20 mg setiap 24jam
Pantoprazole 40 mg setiap 24jam,
Sucralfat10 mg setiap 6 Jam
GLUCOSE CONTROL
Hyperglycemia meningkatkan morbiditas, mortalitas dan biaya perawatan.
Dengan mengontrol gula darah akan menurunkan insidens penyembuhan
luka yang lama, resiko infeksi gangguan motilitas usus, gangguan
performa kardiovaskuler, resiko polineuropati dan resiko gagal ginjal akut
Target gula darah idealnya dipertahankan di level l40—180 mg/dL.
Strategi mempertahankan gula darah : lnsulin
Continuous dapat dijalankan setelah 2 kali pemeriksaan denga n interval 1
jam, masih menunjukkan > 180mg/dL
95.
96. EKG
Elektrokardiografi: llmu yang mempelajari aktifitas listrik jantung
Elektrokardiogram: Grafik hasil pencatatan aktivitas listrik jantung
Elektrokardiograf: Alat untuk mencatat aktivitas listrik jantung yang dihubungkan
dengan waktu
KEGUNAAN EKG , Menentukan:
1. Kelainan irama jantung (Aritmia)
2. Kelainan myokardium (Hipertrofi atrium & ventrikel, Iskemia/lnfark otot
jantung)
3. Efek dari beberapa obat-obatan (Digitalis, Antiaritmia)
4. Kelainan elektrolit (Kalium, Calsium, Natrium)
5. Menilai fungsi pacu jantung
Kertas EKG
Kecepatan kertas 25mm/dtk
Garis horizontal : Tiap 1 mm = 1/25 = 0,04 dtk
Garis vertical : Tiap 1mm = O.l Mv
Kotak kecil 1 mm x 1 mm
Kotak besar 5 mm x 5 mm
SANDAPAN EKG Terdapat 2 Jenis Sandapan pada EKG
1. SANDAPAN BIPOLAR (I, II, III)
2. SANDAPAN UNIPOLAR
Sandapan unipolar ekstermitas (aVR, aVL, aVF)
97. Sandapan unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5, V6)
1. SANDAPAN BIPOLAR
Merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda:
Sandapan I : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn tangan
kiri, dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri
bermuatan (+)
Sandapan II : merekam beda potensial antara tangan kanan dgn kaki kiri,
dimana tangan kanan bermuatan (-) dan kaki kiri bermuatan
(+)
Sandapan III : merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan
kaki kiri (LL), dimana tangan kiri bermuatan (-) dan kaki
kiri bermuatan
2. SANDAPAN UNIPOLAR
Sandapan unipolar ekstremitas Dinamakan sandapan unipolar
ekstremitas karena merekam besar potensial listrik pada satu
ekstremitas, elektroda eksplorasl diletakkan pada ekstermitas yang
akan diukur, gabungan elektroda-elektroda pada ekstremitas lain
membentuk elektroda indiferen (potensial 0)
Sandapan aVR : merekam potesial listrik pada tangan kanan (RA)
dimana tangan kanan bermuatan (+) tangan dan kaki kiri membentuk
elektroda indiferen.
Sandapan aVL : merekam potensial iistrik pada tangan kiri (LA)
dimana tangan kiri bermuatan (+) tangan kanan dan kaki kiri
membentuk elektroda indiferen.
98. Sandapan aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LL) dimana
tangan kanan dan tangan kiri membentuk elektroda indiferen
Sandapan unipolar precordial
Sandapan V1 : ICS IV garis sternal ka
Sandapan V2 : ICS IV garis sternal kl
Sandapan V3 : antara V2 dan V4
Sandapan V4 : ICS V MCL ki
Sandapan V5 : setinggi V4 garis aksila anterior kiri
Sandapan V6 : setinggi V4 garis aksila media kiri
KURVA EKG
8 LANGKAH MEMBACA EKG
1. IRAMA
Irama EKG normal : IRAMA SINUS (SR) (Irama yang ditentukan oleh
SA Node)
Ciri – cirinya:
HR : 60 – 100 x /mnt
Irama teratur / regular
Gel P normal dan selalu diikuti oleh complex QRS & gel T
PR interval antara 0,12 – 0,20 detik
Komplex QRS normal (0,060 – 0,12)
Semua gelombang sama
2. HEART RATE
99. Tentukan frekuensi (heart rate) caranya :
- 300 dibagi kotak besar antara R – R
- 1500 dibagi kotak kecil antara R – R,
- Lead panjang 6 detik – jml gel QRS dikali 100
Bila Heart Rate
> 100 x / mnt = sinus Tachycardi
< 60 x / mnt = sinus Bradycardi
3. AXIS
Cara;
Amplitudo QRS dihitung pada lead I dan AVF:
Amplitudo gel R - amplitude gel S
100. Bila:
- Gel R, nilalnya lebih tinggi dari gel S = positif
- Gel S, nilainya lebih tinggi dari gel R = negative
4. GELOMBANG P
Depolarisasi Atrium
Sinus Ritme : + di II
Sinus Ritme ; - di avR
N : lebar <0,12dtk
N : tinggi < 0,3 mV
5. PR INTERVAL
Rentang waktu dari awal P sampai dengan awal QRS
Normal: 0.12 - 0.20 detik (3 -5 kotak)
PR: >0.20 detik pada AV blok
6. Komplex QRS
Gelombang QRS
Depolarisasi ventrikel
Lebar 0,05 – 0,12 dtk (1 ½ kk)
Bila > 0,12 dtk Bundle Brach Block (BBB)
Tinggi tergantung lead