3. MENYIAPKAN
ARTIKEL
PUBLIKASI
DUKUNGAN WEB
- Data sekunder
- Literatur hasil penelitian:
www.google scholar.com
- Referensi :
www.gen.lib.rus.ec.com
TANTANGAN
- Demand publikasi (antrian Dosen & Msw)
- Biaya publikasi (meningkat, US$ naik)
- Sposnsorship (terbatas),Ekonomi makro
POTENSI
- Waktu luang
- Hemat energi
- Tidak perlu keluar rumah
KENDALA
- Infrastructure: Wifi, Signal
- Kerja mandiri: mengumpulkan data,
mengolah data, menganalisis data,
mengetik sendiri, submit, koresponden sd
publikasi
4. 1. Judul
2. Abstrak (Abstract)
3. Pendahuluan (introduction)
4. Literatur, Kerangka konseptual dan hipotesis
(literature, Conceptual Framework and hypothesis)
5. Metodologi (Methodology)
6. Hasil dan pembahasan (Results and discussion)
7. Kesimpulan (Conclusion)
8. Daftar Pustaka (References)
5.
6. Topik, Tema dan Judul
1.Topik
Topik dalam artikel, adalah hal paling mendasar, ditentutkan tidak dengan asal-
asalan, sehingga harus memperhatikan beberapa hal, al:
Sesuai bidang ilmu yang kita tekuni
Menarik, utamanya bagi peneliti itu sendiri
Problematik, harus dapat menyelesaikan suatu permasalahan, baik yang
diperkirakan akan menjadi masalah ataupun sudah menjadi masalah
Mengandung pengetahuan dasar, karena topik bersifat mendasar.
Terbatas, walaupun bersifat dasar dan umum, topik haruslah tetap terbatas akan
suatu bidang tertentu
Memperhatikan proses pengumpulan data
Bermanfaat atau memiliki kontribusi
7. Topik
Dalam pembuatan topik perhatikan pokok masalah yang ada, lalu
tuangkan dalam dua kata agar memiliki sifat keterbatasan.
Contoh topik:
Kinerja : kinerja SDM, kinerja perusahaan
Biaya : efisiensi biaya
Keuntungan : keuntungan maksimum
Pemasaran : strategei pemasaran
Permintaan : pemintaan pasar
Produksi : kualitas produksi
Investasi : harga saham, return saham
Motivasi : motivasi kerja
Loyalitas : loyalitas pelanggan
Kepemimpinan : gaya kepemimpinan
dll
8. Tema
Tema merupakan topik yang sudah bertujuan, atau
Tema adalah topik yang sudah diberikan kata operasional ( mengandung pe-an).
Contoh tema:
Topik : kinerja SDM, Tema: Pengembangan kinerja SDM
Topik : Kinerja perusahaan, Tema: ,Peningkatan kinerja perusahaan
Topik : Efisiensi biaya, Tema: peningkatan efisiensi biaya
Topik : Keuntungan maksimum , Tema: Pencapaian keuntungan maksimum
Topik : Strategei pemasaran , Tema: Penerapan strategi pemasaran
Topik : Pemintaan pasar , Tema: Penguasaan permintaan pasar
Topik : Kualitas produksi , Tema: Peningkatan kualitas produksi
Topik : Risiko investasi , Tema: Pengendalian risiko investasi
Topik : Motivasi kerja , Tema: Peningkatan motivasi kerja
Topik : Loyalitas pelanggan , Tema: Peningkatan loyalitas pelanggan
Topik : Kepemimpinan demokratis , Tema: Penerapan kemimpinan demokratsi
dll
9. Judul
Judul memiliki sifat lebih spesifik ketimbang topik dan tema, perubahan dari tema ke judul cukup
ditambahkan keterangan seperti tempat, waktu, metode, menerangkan makna kata, dll.
Contoh Judul:
Pengembangan kinerja SDM dengan metode six sigma
Peningkatan kinerja perusahaan tahun 2021
Peningkatan efisiensi biaya dengan metode activity base cost system
Pencapaian keuntungan maksimum dengan pendekatan keseimbangan marginal
Penerapan strategi pemasaran melalui marketing mix (4P) + Triple bottom line (3P)
Penguasaan permintaan pasar secara optimal tahun 2021
Peningkatan kualitas produksi dengan metode Keizen (adanya perbaikan produksi)
Pengendalian risiko investasi dengan metode transfer risiko
Peningkatan motivasi kerja Karyawan dengan metode kontrak performance pada PT XYZ
Peningkatan loyalitas pelanggan dengan metode after sales service
Penerapan kemimpinan demokratsi untuk meningkatkan produktivitas karyawan PT ABC
dll
10. MENENTUKAN TOPIK PENELITIAN
1. Penelitian sesuai dengan bidang si peneliti
Penelitian yang dilakukan haruslah sesuai dengan bidang studi karena peneliti
wajib memahami dengan jelas apa saja wilayah kajian bidang studinya.
2. Bermanfaat bagi masyarakat khususnya subjek penelitian
• Penelitian yang dilakukan harus bermanfaat bagi bidang studiny, dan
diterapkan dalam kehidupan nyata.
3. Mengetahui hakikat dasar perbedaan jenis penelitian
• Hal ini penting agar peneliti mampu menggunakan metode penelitian sesuai
dengan penelitian yang ia lakukan.
11. MENENTUKAN TOPIK PENELITIAN
4. Masalah yang diambil bersifat baru
Ada baiknya mengembangkan dan menemukan sesuatu yang baru, dan tidak
hanya sekadar meniru apa lagi plagiasi (jiplak).
5. Tema yang sedang tren (hot topik)
Tema yang sedang tren biasanya akan memenuhi persyaratan kampus dan
akan disetujui oleh pembimbing.
6. Dalam jangkauan peneliti (Manageable topic)
Topik yang akan dijadikan penelitian itu hendaknya tidak berada di luar
jangkauan kemampuan si peneliti. Perlu mempertimbangkan kemampuan
memecahkan masalah dalam topik. Perlu memerhatikan hal-hal: Tersedia
dana yang cukup, Batas waktu untuk menyelesaikan penelitian, Sponsor dan
konsultan, Kerja sama dengan pihak lain
12. MENENTUKAN TOPIK PENELITIAN
7. Data dari topik mudah didapatkan (Obtainable data)
Peneliti perlu menyesuaikan antara topik penelitian dan kemudahan
dalam memeroleh data penlitian.
8. Topik cukup penting untuk diteliti (Signifance of Topik)
Topik yang dipilih haruslah penting untuk diteliti. Ada dua hal yang
menjadi pertimbangan dalam memilih topik yang penting yaitu:
pertama, sumbangan hasil penelitianbagai kepentingan akademis dan
masyarakat; kedua, bukan duplikasi penelitian sebelumnya.
9. Topik yang menarik (interested topic)
Topik penelitian menarik, menarik dan semangat peneliti untuk
melakukan penelitian.
13. Langkah dalam proses memilih topik penelitian
1. Brainstorming untuk ide (sekelompok org memecahkan masalah)
Pilih topik yang menarik minat peneliti.
Tuliskan kata-kata atau konsep kunci yang mungkin menarik.
Waspadai ide-ide yang terlalu sering digunakan saat menentukan topik.
2. Baca informasi latar belakang umum
Bacalah literatur tentang dua atau tiga topik teratas yang sedang Anda pertimbangkan.
Membaca ringkasan yang luas memungkinkan peneliti mendapatkan ikhtisar topik dan melihat
bagaimana gagasan itu terkait dengan masalah yang lebih luas, lebih sempit, dan terkait.
3. Fokus pada topik anda
Suatu topik akan sangat sulit diteliti jika terlalu luas atau sempit.
Mempersempit topik luas seperti lingkungan terbatas
Beberapa cara umum untuk membatasi topik adalah berdasarkan wilayah geografis.
14. Langkah dalam proses memilih topik penelitian
4. Buat daftar kata kunci yang berguna
Melacak kata-kata yang digunakan untuk menggambarkan topik Anda.
Temukan istilah yang lebih luas dan lebih sempit, sinonim, konsep kunci untuk kata-kata kunci
untuk memperluas kemampuan pencarian.
5. Bersikap fleksibel
Adalah umum untuk memodifikasi topik selama proses penelitian. Peneliti tidak pernah bisa
yakin dengan apa yang ditemukan.
Peneliti mungkin menemukan terlalu banyak dan perlu mempersempit fokus, atau terlalu sedikit
dan perlu memperluas fokus.
Saat meneliti, mungkin tidak ingin mengubah topik, tetapi dapat memutuskan bahwa beberapa
aspek lain dari topik itu lebih menarik atau dapat dikelola.
6. Tentukan topik sebagai pertanyaan penelitian yang berfokus
Peneliti akan sering mulai dengan sebuah kata, mengembangkan minat yang lebih fokus pada
aspek sesuatu yang berkaitan dengan kata itu.
15. Langkah dalam proses memilih topik penelitian
7. Penelitian dan baca lebih lanjut tentang topik anda
Temukan informasi lebih lanjut untuk membantu menjawab pertanyaan penelitian.
Peneliti perlu melakukan riset dan membaca sebelum memilih topik akhir.
Memilih topik adalah bagian penting dan kompleks dari proses penelitian.
8. Merumuskan pernyataan
Tulis topik sebagai pernyataan.
Pernyataan biasanya berupa satu atau dua kalimat yang menyatakan dengan tepat apa
yang harus dijawab, dibuktikan, atau apa yang akan diinformasikan kepada audiens
tentang topik peneliti.
16. Unsur topik penelitian
Peneliti perlu memperhatikan berbagai faktor dalam menentukan topik penelitian.
1. Bermanfaat bagi masyarakat.
2. Dapat diteliti atau rasional.
3. Sesuai dengan keahlian yang dikuasal peneliti.
4. Dapat dijangkau (tempat, waktu, tenaga, dan dana).
5. Memiliki data-data pendukung atau penelitian yang relevan.
6. Menarik bagi peneliti.
7. Memiliki variabel yang jelas.
17. Pertimbangan pemilihan topik penelitian
1. Manageable Topik: Topik yang akan dijadikan lapang penelitian itu, agar tidak
berada di luar jangkauan kemampuan, maka dalam memilihnya perlu
mempertimbangkan kemampuan memecahkan masalah dalam topik
2. Obtainable (dpt diperoleh) Data: Meskipun kita dapat memilih topik yang
sangat baik, namun belum tentu data yang diperlukan tersedia dan mudah
diperoleh. Data itu sangat diperlukan dalam mengembangkan penelitian.
3. Significance of Topik: Topik yang dipilih harus topik yang sangat penting untuk
di teliti. Yang menjadi pertimbangan memilih topik yang sangat penting harus
didasarkan pada: (a) sumbangan hasil penelitian terhadap Academic Interes
dan Social Interest, (b) Pengulangan topik yang tidak duplikasi
4. Interested Topic: minat dan semangat yg besar dari peneliti
18. Tips menemukan topik penelitian
1. Topik penelitian diperoleh melalui pengetahuan dan pengalaman
peneliti
2. Topik diperoleh melalui laporan hasil penelitian sebelumnya
3. Topik diperoleh melalui perkembangan dan pengetahuan lain dapat
memberi sumbangan dalam menemukan topik penelitian
4. Topik diperoleh melalui kegiatan diskusi ilmiah.
19. Topik penelitian yang baik
1. Urgen untuk diteliti
2. Membuahkan sesuatu yang baru bagi ilmu pengetahuan
3. Sumbangan bagi pengembangan ilmu dan bermanfaat bagi
masyarakat
4. Aktual, peneliti yang selalu mengikuti perkembangan ilmu akan
lebih mudah menemukan topik yang aktual dan segar
20.
21. ABSTRAK (ABSTRACT)
• Secara umum, Abstrak merupakan tulisan sederhana yang tidak
terlalu panjang dengan jumlah kata yang telah dibatasi.
• Penulisan abstrak merupakan rangkuman atau intisari dari artikel
Ilmiah.
• Cara membuat abstrak mencakup keseluruhan dari penelitian yang
dilakukan sebagai bahan tinjauan umum bagi orang lain.
22. Penulisan Abstrak
Latar Belakang (10%)
Memasukkan latar belakang dari permasalahan serta tujuan penelitian. Dengan adanya latar belakang peneliti
akan mencari solusi untuk menyelesaikan permasalah yang menjadi latar belakang penelitian yang dilakukan.
Metode Atau Pendekatan Masalah (10%)
Menjabarkan secara ringkas dan padat jenis metoode penelitan yang dilakukan dalam melakukan penelitian.
Hasil Penelitan (55%)
Menjabarkan hasil penelitian yang dilakukan, hal ini akan menjadi salah satu rujukan yang akan diperhatikan
oleh pembaca terkait penelitian yang dilakukan terkait latar belakang yang dihadapi dengan menggunakan
metode yang dipakai apakah dapat menyelesaikan permasalahan yang diteliti.
Kesimpulan dan implikasi (25%)
Kesimpulan mejadi penutup didalam abstrak yang baik. Dengan melampirkan kesimpulan akan dapat diketahui
bahwasanya penelitian yang telah dilakukan apakah dapat menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Dan
bagaimana implikasinya.
23. Penulisan Abstrak
• Jumlah Kata
Jumlah kata antara 100 – 150 suku kata, bukan menjadi jumlah yang mutlak terpenuhi.
Biasanya sudah ditentukan oleh publisher atau jurnal.
• Jarak Antar Baris
Spasi penulisan antar baris adalah spasi 1 (single spacing). Hal ini bertujuan untuk
memadatkan abstrak yang dibuat serta dapat mencakup abstra bahasa indonesia dan
abstrak bahasa Inggris dalam satu halaman.
• Penulisan Bahasa Asing
Penggunaan bahasa asing dalam abstrak yang dibuat harus dicetak miring dalam
penulisannya, juga bahasa ilmiah yang ditulis dalam penulisan abstrak.
• Kata kunci
Kata kunci yang terkait dengan penelitian yang dicatat pada bagian akhir, yaitu sekitar 3
sampai 5 kata yang dipisahkan dengan tanda koma (,).
26. Pendahuluan (Introduction)
• Pendahuluan seharusnya jangan terlalu panjang.
• Biasanya 1-2 halaman; Satu halaman untuk artikel sekitar 10-12 halaman,
atau dua halaman untuk artikel yang lebih panjang.
• Kira-kira panjang bagian pendahuluan adalah 10% dari keseluruhan artikel
(Grant dan Pollock, 2011).
• Menurut Day (1975), pendahuluan seharusnya:
1. Mempresentasikan dengan jelas batasan masalah yang diteliti
2. Untuk mengarahkan pembaca, tinjauan pustaka singkat dapat
dimasukkan
3. Metode penelitian seharusnya dinyatakan, dan jika diperlukan juga
dituliskan alasan mengapa metode tersebut dipilih
4. Menyatakan hasil penting penelitian
27. Pendahuluan
Menurut Day (1975), pendahuluan seharusnya:
Mempresentasikan dengan jelas batasan masalah yang diteliti
Untuk mengarahkan pembaca, tinjauan pustaka singkat dapat dimasukkan
Metode penelitian seharusnya dinyatakan alasan mengapa metode tersebut dipilih
Menyatakan hasil penting penelitian
Menurut Walsham (2006), pendahuluan seharusnya menjelaskan:
Mengapa topik artikel penting
Bagaimana kontribusi artikel dikembangkan
Struktur artikel
28. Pendahuluan
Secara umum Pendahuluan mencakup:
Phenomena penelitian
Research gap
Motivasi penelitian utk mengkaji research gap dgn mempelajari teori dan
penelitian sebelumnya yg relevan (secara umum, singkat)
Pandangan penelitian sebelumnya dan pandangan peneliti terhadap
fenomena tersebut
Novelti, originalitas penelitian
Kontribusi penelitian (secara umum)
Pentingnta penelitian
29.
30.
31. Research Gap
Theoritical gap, berkaitan dengan teori-teori dan framework, dimana terdapat kelemahan,
limitasi atau sesuatu yang tidak perna. Merancang untuk menambahkan sesuatu yang baru
dan menambahkan teori atau framework kajian. Strategi memenuhi gap theoretical, yaitu: (a)
menambahkan variabel dalam framework dari suatu hasil kajian, (b) menggunakan suatu
teori yang cenderung digunakan dalam bidang lain, dan kemudian diuji dan digunakan
pada kajian tertentu, (c) menggunakan framework yang sama dengan menggunakan teori
lain, (d) ambil suatu framework untuk diuji pada kajian tertentu, (e) bangun suatu framework
yang baru.
Conceptual gap, berkaitan dengan konsep yang digunakan dalam suatu kajian tertentu,
terdapat banyak konsep yang sama tetapi didefinisikan secara berbeda, terdapat pembangunan
konsep yang tidak dibangun secara jelas atau tidak dikaitkan dengan teori. Strategi memenuhi
gap conceptual, yaitu: (a) meneliti maksud suatu konsep dibangun, ada keraguan dan tidak
jelas, (b) gunakan konsep bidang lain yang terdekat atau relevan, berikan justifikasi, (c)
berikan definisi yang lebih jelas jika terdapat keraguan, (d) bangun konsep baru jika belum
tersedia.
32. Empirical gap, terdapat bias, kelemahan atau limitasi dalam aspek metodologi yang
mempengaruhi suatu kajian, sampel dari sector yang berbeda sumbernya tidak dapat digunakan
untuk generalisasi. Strategi memenuhi empirical gap, yaitu: (a) test sekali lagi dengan
menggunakan sampel yang sama dan lihat konsistensinya, (b) perhatikan kelemahan dan
limitasi kajian sebelumnya dalam aspek metode yang digunakan, dan atasi kelemahan
tersebut dengan metode yang lebih baik.
Methodological gap, terkait dengan limitasi suatu metode, kelemahan justifikasi terhadap
kajian tertentu, memungkinkan dikembangkan suatu metode dengan menggunakan mix method,
instrument yang berbeda teapi menggunakan konsep yang sama memberikan hasil yang bereda.
Staretgi mengisi methodological gap, yaitu: (a) gunakan metode yang terbaik untuk menjawab
permaslahan, (b) tambahkan metode jika perlu, (c) gunakan instrument yang berbeda dengan
menggunakan konsep yang sama, (d) gunakan sampel yang berbeda dan bangun instrument
baru.
Practical gap, terkait dengan intervensi atau pengaruh lingkungan yang menyebabkan sulit
untuk diaplikasikan, seperti pengaruh faktro budaya, agama, budaya organisasi, kepemimpinan
dan personality. Startegi mengisi practical gap, yaitu: siapkan suatu intervensi baru yang lebih
bagus.
Reseacrh Gap
33.
34.
35. Contoh : Agency Theory
Konsep agency theory menurut Anthony dan Govindarajan (2003)
adalah hubungan atau kontrak antara principle dan agent. Penjelasan
mengenai konsep manajemen laba dapat juga dengan menggunakan
teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik
manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara
manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul Ketika setiap
pihak berusaha untuk mempertahankan tingkat kemakmuran .
38. Grand Teori, Middle Teori dan Applied Teori
1. Grand Teori merupakan dasar lahirnya teori-teori lain dalam
berbagai level. Disebut makro karena teori-teori ini berada pada
level makro
2. Middle Teori merupakan teori yang berada pada level
mezo/menengah dimana fokus kajiannya makro dan mikro.
3. Applied Teori merupakan teori yang berada di level mikro dan
siap diaplikasikan dalam konseptualisasi (Dougherty &
Pfaltzgraff 1990, 10-11)
39. Grand theory, Mid-range theory, Narow teory, Teori Penetrasi
social , Teori Pemikiran kelompok
Grand theory adalah setiap teori yang dicoba dari penjelasan keseluruhan dari kehidupan sosial, sejarah, atau pengalaman
manusia. Pada dasarnya berlawanan dengan empirisme, positivisme atau pandangan bahwa pengertian hanya mungkin
dilakukan dengan mempelajari fakta-fakta, masyarakat dan fenomena.
Mid-range theory disepakati sebagai suatu bidang yang relatif luas dari suatu fenomena, tapi tidak membahas keseluruhan
fenomena dan sangat memperhatikan kedisiplinan (Chinn and Kramer, 1995, p 216).Beberapa mid-range theories didasari oleh
grand theories. Hal ini ditegaskan pernyataan Smith (1994), bahwa fungsi utama grand theories adalah sebagai sumber utama
yang selanjutnya akan dikembangkan oleh middle-range theories
Narrow Theory, adalah teori yang berusaha menjelaskan suatu aspek yang terbatas dari suatu fenomena seperti
komunikasi. Atau lebih menekankan pada orang-orang tertentu pada situasi tertentu pula. Kita tidak bisa mengelola untuk
mendapatkan informasi di internet tentang teori ini, sehingga dari pemahaman kita, sebuah teori yang sempit adalah teori yang
digunakan dan diterima oleh sekelompok kecil orang dan penjelasannya cukup sempit, teori ini juga menjelaskan pandangan
pribadi dan pengalaman.
Teori Penetrasi Sosial dipopulerkan oleh Irwin Altman & Dalmas Taylor. Teori penetrasi sosial secara umum membahas
tentang bagaimana proses komunikasi interpersonal. Di sini dijelaskan bagaimana dalam proses berhubungan dengan orang
lain, terjadi berbagai proses gradual, di mana terjadi semacam proses adaptasi di antara keduanya, atau dalam bahasa Altman
dan Taylor: penetrasi sosial.
Teori Pemikiran Kelompok (groupthink) lahir dari penelitian panjang Irvin L Janis. Janis menggunakan istilah groupthink untuk menunjukkan
satu mode berpikir sekelompok orang yang sifat kohesif (terpadu), ketika usaha-usaha keras yang dilakukan anggota-anggota kelompok untuk
mencapai kata mufakat. Untuk mencapai kebulatan suara klompok ini mengesampingkan motivasinya untuk menilai alternatif-alternatif tindakan
secara realistis.
40.
41. Teori, Proposisi, Fakta
Teori
Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau
fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga
merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan,
meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu, misalnya benda-benda mati, kejadian-kejadian alam, atau tingkah
laku hewan.
Proposisi
Proposisi merupakan kalimat logika yang mana pernyataan tentang hubungan antara dua atau beberapa hal yang
dapat dinilai benar atau salah. Ada yang mengartikan proposisi sebagai ekspresi verbal dari putusan yang berisi
pengakuan atau penginkaran sesuatu (predikat) terhadap sesuatu yang lain (subjek) yang dapat dinilai benar atau
salah. Misalnya, tidak satupun tumbuhan memiliki kaki.
Fakta
Fakta dalam bahasa Latin disebut focus, yang artinya segala sesuatu yang tertangkap oleh indra manusia atau data
keadaan nyata yang terbukti dan telah menjadi suatu kenyataan. Sedangkan catatan atas pengumpulan fakta
dinamakan data. Fakta seringkali diyakini oleh orang banyak (umum) sebagai hal yang sebenarnya, baik karena
mereka telah mengalami kenyataan-kenyataan dari dekat maupun karena mereka dianggap telah melaporkan
pengalaman orang lain yang sesungguhnya.
42. Ilmu
• Menurut Nazir(1988), Ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematis,
pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil – dalil tertentu menurut kaidah – kaidah
umum.
Menurut Shapere (1974), konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal yaitu adanya
rasionalitas, dapat digeneralisasi dan dapat disistematisasi.
Menurut Schulz (1962),Pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subjektif
dan konsistensi dengan realitas sosial.
Secara garis besar, ilmu merupakan suatu kumpulan proses dengan menggunakan suatu
metode ilmiah yang menghasilkan suatu pengetahuan yang sistematis.
Secara etimologi ilmu berasal dari kata “ilm” (Bahasa Arab), Science (Bahasa inggris) atau
Scientia (Bahasa Latin)yang mengandung kata kerja scire yang berarti tahu atau
mengetahui. Lalu apa perbedaan ilmu dengan pengetahuan? Pengetahuan yang
merupakan padan kata dari knowledge merupakan kumpulan fakta – fakta, sedangkan
ilmu adalah pengetahuan ilmiah/sistematis. Kumpulan fakta – fakta tersebut merupakan
bahan dasar dari suatu ilmu, sehingga pengetahuan belum
43. Dalil
Dalil adalah suatu hal yang menunjuk pada apa yang dicari; berupa alasan, keterangan
dan pendapat yang merujuk pada pengertian, hukum dan hal-hal yang berkaitan dengan
apa yang dicari.[1][2]
Dalam Islam dalil dapat dibagi menjadi dua yaitu dalil naqli yang adalah Al-Quran dan
hadis Nabi dan dalil aqli yang adalah pemikiran ulama.[1] Al-Quran dan hadis Nabi disebut
dalil naqli karena isinya diambil dari Nabi Muhammad SAW yang berasal dari Allah serta
dari perbuatan Nabi dan sahabatnya.[1] Keduanya bukan berasal dari manusia karena
merupakan wahyu Allah.[1]
Dalil naqli sudah pasti benar hukumnya.[1] Sementara, dalil aqli merupakan pendapat dan
argumen yang dihasilkan oleh para pemikir Islam atau disebut sebagai ijtihad ulama.[1]
Pemikiran para ulama ini bisa benar bisa salah.
Ajaran dan ayat Al-Quran yang bisa dipastikan tafsiran dan maknanya disebut dalil
qat’i.[1] Dalil inilah yang menjadi dasar ajaran Islam.[1] Sementara ayat Al-Quran yang bisa
menimbulkan beberapa interpretasi tidak dipakai sebagai ajaran utama Islam.[1]
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50. Hipotesis H1:
Insider ownership dan Kebijakan Dividen
Jensen, at al (1992) yang melakukan penelitian tentang hubungan antara insider
ownership, kebijakan hutang dan kebijakan dividen dengan menggunakan analisa
least square 3 tahap. Hasilnya mendukung pernyataan bahwa ownership,
kebijakan hutang dan kebijakan dividen mempunyai hubungan yang
interdependensi. Secara khusus insider ownership berpengaruh negatif terhadap
kebijakan hutang dan dividen. Dengan demikian hipotesis yang dibangun dalam
penelitian ini adalah bahwa insider ownership berhubungan negatif dengan
kebijakan dividen.
H1: Insider ownership berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden.
51. Hipotesis H2
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen
Interdependensi antara kebijakan hutang dengan dividen dalam perspektif teori keagenan masih tergolong
dalam lingkup penelitian behavioral (walaupun aspek kuantitatif keuangan lebih ditonjolkan) karena adanya
dampak dari prilaku manajemen dan pemegang saham yang mempengaruhi keputusan keuangan perusahan.
Prilaku principal-agent dalam perusahan membawa pengaruh adanya konflik kepentingan yang digerakkan oleh
governance mechanism (Eisenhardt, 1989 dalam Harjito, 2006). Eisenhardt (1989) membagi teori keagenan
kedalam dua aliran yaitu Positivist Agency Theory dan Principal-Agent Research. Penelitian yang akan dilakukan
ini lebih mengarah kepada positivist agencytheory karena menguji hubungan keagenan antara manajemen
(agent) dengan pemegang saham (principal). Hubungan antara hutang dengan dividen diuji oleh Masulis dan
DeAngelo (1988) bahwa hutang dan dividen relevan bila terdapat pajak dan tidak terjadi ekuilibrium. Koch dan
Shenoy (1999 dalam Harjito 2007) membuktikan bahwa terdapat inter dependensi antara kebijakan hutang
dengan dividen yang secara signifikan bersamasama mempengaruhi future cash flow. Hartono (2005)
menemukan bahwa kebijakan dividen merupakan mekanisme untuk mempengaruhi kebijakan hutang. Jensen,
Solberg dan Zorn (1992) menemukan bahwa manajemen akan melakukan trade-off antara pembayaran dividen
dengan tagihan tetap dari hutang. Dividen yang tinggi bisa mencerminkan bahwa perusahan tidak mempunyai
potencial opportunity investment, hal ini biasanya terjadi untuk perusahaan nongrowth sehingga hutang akan
rendah (Gaver dan Gaver, 1993). Hubungan hutang dengan dividen adalah negatif, menurut bukti empiris
diatas. Oleh karena itu hipotesis yang dapat dibangun adalah:
H2: Kebijakan hutang berpengaruh negatif terhadap kebijakan deviden
52. Hipotesis H3
Kebijakan Dividen dan Nilai Perusahaan
Ada tiga kelompok yaitu MM (Modigliani dan Miller, 1958) berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak
relevan yang berarti tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena dividen tidak mempengaruhi nilai
perusahaan. Kelompok kedua adalah pendapat Gordon-Lintner yaitu dividen lebih kecil resikonya daripada
capital gain, sehingga dividen setelah pajak dan menawarkan dividen yield yang lebih tinggi akan
meminimumkan biaya modal. Kelompok ketiga adalah bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak
daripada capital gain, maka maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham
dengan dividend yield yang tinggi. Kelompok ini menyarankan bahwa dengan dividend payout ratio (DIVD)
yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga pendapat nampak bertentangan, namun
coba kita mempertimbangkan kandungan informasi, maka dapat dikatakan bahwa pembayaran dividen
sering diikuti oleh kenaikan harga saham. Kenaikan pembayaran dividen dilihat sebagai signal bahwa
perusahaan memiliki prospek yang baik. Sebaliknya penurunan pembayaran dividen akan dilihat sebagai
prospek perusahaan yang buruk. Dengan demikian hipotesis yang dapat dibangun adalah:
H3: Kebijakan Dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan
58. Populasi dan Sampel
• Teknik Pengambilan Sampel – Sampel merupakan bagian populasi
penelitian yang digunakan untuk memperkirakan hasil dari suatu
penelitian.
• Sedangkan teknik sampling adalah bagian dari metodologi statistika
yang berkaitan dengan cara-cara pengambilan sampel.
59. Pengambilan Sampel
Tujuan Pengambilan Sampel;
Populasi terlalu banyak atau jangkauan terlalu luas sehingga tidak memungkinkan dilakukan
pengambilan data pada seluruh populasi.
Keterbatasan tenaga, waktu, dan biaya.
Adanya asumsi bahwa seluruh populasi seragam sehingga bisa diwakili oleh sampel.
Tahapan Pengambilan Sample diantaranya;
Mendefinisikan populasi yang akan diamati
Menentukan kerangka sampel dan kumpulan semua peristiwa yang mungkin
Menentukan teknik atau metode sampling yang tepat
Melakukan pengambilan sampel (pengumpulan data)
Melakukan pemeriksaan ulang pada proses sampling
61. PROBABILITY SAMPLING
1) Pengambilan Sampel Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Pengambilan sampel acak sederhana disebut juga Simple Random Sampling. teknik penarikan sampel
menggunakan cara ini memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk menjadi sampel
penelitian. Cara pengambilannya menggunakan nomor undian.
2) Pengambilan Sampel Acak Sistematis (Systematic Random Sampling)
Metode pengambilan sampel acak sistematis menggunakan interval dalam memilih sampel penelitian. Misalnya
sebuah penelitian membutuhkan 10 sampel dari 100 orang, maka jumlah kelompok intervalnya 100/10=10.
Selanjutnya responden dibagi ke dalam masing-masing kelompok lalu diambil secara acak tiap kelompok.
3) Pengambilan Sampel Acak Berstrata (Stratified Random Sampling)Metode Pengambilan sampel acak
berstrata mengambil sampel berdasar tingkatan tertentu. Misalnya penelitian mengenai motivasi kerja pada
manajer tingkat atas, manajer tingkat menengah dan manajer tingkat bawah. Proses pengacakan diambil dari
masing-masing kelompok tersebut.
4) Pengambilan Sampel Acak Berdasar Area (Cluster Random Sampling)Cluster Sampling adalah teknik
sampling secara berkelompok. Pengambilan sampel jenis ini dilakukan berdasar kelompok / area tertentu.
Tujuan metode Cluster Random Sampling antara lain untuk meneliti tentang suatu hal pada bagian-bagian yang
berbeda di dalam suatu instansi.
5) Teknik Pengambilan Sampel Acak Bertingkat (Multi Stage Sampling)Proses pengambilan sampel jenis ini
dilakukan secara bertingkat. Baik itu bertingkat dua, tiga atau lebih. Misalnya -> Kecamatan -> Gugus -> Desa ->
RW – RT
62. NON- PROBABILITY SAMPLING / NON RANDOM SAMPLE
1) Purposive Sampling
Purposive Sampling adalah teknik sampling yang cukup sering digunakan. Metode ini
menggunakan kriteria yang telah dipilih oleh peneliti dalam memilih sampel. Kriteria pemilihan
sampel terbagi menjadi kriteria inklusi dan eksklusi.
2) Snowball Sampling
Snowball Sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan wawancara atau
korespondensi. Metode ini meminta informasi dari sampel pertama untuk mendapatkan sampel
berikutnya, demikian secara terus menerus hingga seluruh kebutuhan sampel penelitian dapat
terpenuhi.
3) Accidental Sampling
Pada metode penentuan sampel tanpa sengaja (accidental) ini, peneliti mengambil sampel yang
kebetulan ditemuinya pada saat itu. Penelitian ini cocok untuk meneliti jenis kasus penyakit
langka yang sampelnya sulit didapatkan.
4) Quota Sampling
Metode pengambilan sampel ini disebut juga Quota Sampling. Tehnik sampling ini mengambil
jumlah sampel sebanyak jumlah yang telah ditentukan oleh peneliti.
5) Teknik Sampel Jenuh
Teknik Sampling Jenuh adalah teknik penentuan sampel yang menjadikan semua anggota populasi
sebagai sampel. dengan syarat populasi yang ada kurang dari 30 orang.
63. Penentuan sampling “Slovin”
Rumus Slovin
Secara Matematis, Rumus Slovin yang kita gunakan untuk menentukan jumlah sampel adalah
sebagai berikut :
n = N / ( 1 + N.(e)2
)
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
N = Jumlah Total Populasi
e = Batas Toleransi Error
Rumus Slovin :
n = N / ( 1 + N.(e)2)
n = 1000 / ( 1 + 1000.(10%)2
)
n = 1000 / ( 1 + 1000.(0,1)2
)
n = 1000 / ( 1 + 1000.(0,01))
n = 1000 / ( 1 + 10)
n = 1000 / 11
n = 90,9 ⇒ dibulatkan menjadi 91 orang.
64.
65. Definisi operasional
• Definisi operasional, adalah uraian tentang batasan variabel yang
dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan.
• Definisi operasional variabel dalam penelitian merupakan hal yang sangat
penting guna menghindari penyimpangan atau kesalah pahaman pada saat
pengumpulan data.
• Penyimpangan muncul dalam bentuk "bias".
• Penyimpangan dapat disebabkan oleh pemilihan/penggunaan instrumen
(alat pengumpul data) yang kurang tepat atau susunan pertanyaan yang
tidak konsisten.
• Namun, bukan berarti bahwa semua variabel perlu diberikan definisi
operasional Variabel yang sudah jelas, mempunyai pengertian dan
interpretasi yang sama, misalnya jenis kelamin (sex"), tidak perlu diberikan
definisi operasional.
66. PENGUKURAN VARIABEL
• Pengukuran adalah dasar dari penyelidikan ilmiah. Segala sesuatu
yang kita lakukan dimulai dengan pengukuran objek yang akan kita
pelajari. Pengukuran adalah pemberian angka atau kode pada suatu
obyek.
• Terdapat empat Jenis Skala Pengukuran yaitu Nominal, Ordinal,
Interval, Ratio. Skala yang paling rendah adalah Nominal dan yang
tertinggi adalah Skala Rasio. Skala pengukuran yang lebih tinggi akan
memiliki karakteristik skala pengukuran di bawahnya. Misalnya, skala
Rasio akan memiliki karakteristik Nominal, Interval, dan Ordinal.
67. 1. Variabel Nominal/Skala Nominal
Variabel nominal merupakan variabel dengan skala pengukuran yang paling rendah tingkatannya dan
hanya bisa digunakan untuk klasifikasi kualitatif atau kategorisasi. Artinya, variabel tersebut hanya
dapat diukur dari segi apakah karakteristik suatu objek bisa dibedakan dari karekateristik lainnya, tetapi
kita tidak dapat mengukur atau bahkan mengurutkan peringkat kategori tersebut.
Sebagai contoh, kita dapat mengatakan bahwa jenis kelamin ke 2 orang tersebut berbeda, satu
perempuan dan satunya lagi laki-laki. Di sini kita bisa membedakan karakteristik keduanya, tetapi kita
tidak bisa mengukur dan mengatakan mana yang “lebih” atau mana yang “kurang” dari kualitas yang
diwakili oleh variabel tersebut.
Kita hanya bisa memberikan kode/label pada kedua karakteristik tersebut, misalnya angka 0 untuk
perempuan dan angka 1 untuk laki-laki.
Kode/label angka tersebut bisa saja di tukar. Kode di sana hanya berfungsi sebagai pembeda antara
kedua objek dan tidak menunjukkan urutan atau kesinambungan. Angka 1 tidak menunjukkan lebih
tinggi atau lebih baik di banding 0.
Contoh-contoh variabel nominal lainnya adalah: jenis tanah,varietas, ras, warna, bentuk, kota,
Golongan darah, Jenis penyakit, Agama, Suku, Nomor KTP/SIM/Kartu Pelajar
68. Variabel Ordinal/ Skala Ordinal
Variabel ordinal memungkinkan kita untuk mengurutkan peringkat dari objek yang kita ukur.
Dalam hal ini kita bisa mengatakan A “lebih” baik dibanding B atau B “kurang” baik dibanding A,
namun kita tidak bisa mengatakan seberapa banyak lebihnya A dibanding B.
Dengan demikian, batas satu variasi nilai ke variasi nilai yang lain tidak jelas, sehingga yang dapat
dibandingkan hanyalah apakah nilai tersebut lebih tinggi, sama, atau lebih rendah daripada nilai
yang lain, namun kita tidak bisa mengatakan berapa perbedaan jarak (interval) diantara nilai-nilai
tersebut.
Contoh umum variabel ordinal adalah status sosial ekonomi keluarga.
Sebagai contoh, kita tahu bahwa kelas menengah ke atas lebih tinggi status sosial ekonominya
dibanding kelas menengah ke bawah, tapi kita tidak bisa mengatakan berapa lebihnya atau
mengatakan bahwa kelas menengah ke atas 18 % lebih tinggi.
Pemberian simbol/kode angka pada skala ordinal, selain berfungsi untuk membedakan karakteristik
antar objek juga sudah menetukan urutan peringkat dari objek tersebut.
Contoh: Tingkat pendidikan atau kekayaan, Tingkat keparahan penyakit, Tingkat kesembuhan,
Derajat keganasan kanker
69. Variabel Interval/ Skala Interval
• Variabel Interval tidak hanya memungkinkan kita untuk mengklasifikasikan, mengurutkan
peringkatnya, tetapi kita juga bisa mengukur dan membandingkan ukuran perbedaan diantara nilai.
Sebagai contoh, suhu, yang diukur dalam derajat Fahrenheit atau Celcius, merupakan skala interval.
• Kita dapat mengatakan bahwa suhu 50 derajat lebih tinggi daripada suhu 40 derajat, demikian juga suhu
30 derajat lebih tinggi dibanding dengan suhu 20 derajat.
• Perbedaan selisih suhu antara 40 dan 50 derajat nilainya sama dengan perbedaan suhu antara 20 dan 30
derajat, yaitu 10 derajat. Jelas disini bahwa pada skala interval, selain kita bisa membedakan
(mengkategorikan), mengurutkan nilainya, juga bisa di hitung berapa perbedaannya/selisihnya dan jarak
atau intervalnya juga dapat dibandingkan.
• Perbedaan antara kedua nilai pada skala interval sudah punya makna yang berarti, berbeda dengan
perbedaan pada skala ordinal yang maknanya tidak berarti. Misalnya, perbedaan antara suhu 40 dan 50
derajat dua kali lebih besar dibandingkan dengan perbedaan antara suhu 30 dan 35.
• Dengan demikian, selain sudah mencakup sekala nominal, juga sudah termasuk skala ordinal, tetapi
nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematik, oleh karena batas-batas variasi nilai pada
interval adalah arbiter (angka nolnya tidak absolut).
• Contoh Skala Interval lainnya: Tingkat kecerdasan (IQ), Beberapa indeks pengukuran tertentu
70. Variabel Rasio/ Skala Rasio
• Variabel rasio sangat mirip dengan variabel interval; di samping sudah memiliki semua sifat-sifat
variabel interval, juga sudah bisa diidentifikasi titik nol mutlak, sehingga memungkinkan
menyatakan rasio atau perbandingan di antara kedua nilai, misalnya x adalah dua kali lebih y.
• Contohnya adalah berat, tinggi, panjang, usia, suhu dalam skala kelvin. Sebagai contoh, berat A =
70 kg, berat B =35 kg, Berat C = 0 kg. Disini kita bisa membandingkan rasio, misalnya kita bisa
mengatakan bahwa berat A dua kali berat B. Berat C = 0 kg, artinya C tidak mempunyai bobot.
Angka 0 di sini jelas dan berarti dan angka 0 menunjukkan nilai 0 mutlak.
• Memang agak sedikit susah dalam membedakan antara skala interval dengan rasio. Kuncinya
adalah di angka 0, apakah nilai nol tersebut mutlak (berarti) atau tidak? Sebagai contoh, suhu bisa
berupa skala interval tapi bisa juga skala rasio, tergantung pada skala pengukuran yang digunakan.
• Apabila kita menggunakan skala Celcius atau Fahrenheit, termasuk skala interval, sedangkan
apabila Kelvin yang digunakan, suhu termasuk skala rasio. Mengapa? Karena suhu 0 derajat
Kelvin adalah mutlak! Kita tidak saja dapat mengatakan bahwa suhu 200 derajat lebih tinggi
daripada suhu 100 derajat, tetapi kita juga sudah dapat menyatakan dengan pasti bahwa rasionya
benar dua kali lebih tinggi.
• Contoh: Waktu, panjang, tinggi, berat, usia, Kadar zat dan jumlah sel tertentu, Dosis obat, dll
71. Ringkasan skala pengukuran:
Skala Definisi Level
Operasi
Aritmetik
Contoh
Nominal Data Kategori
Mutually
exclusive =, ≠
Jenis Kelamin
Wana Kulit
Ordinal
Data yang hanya bisa
diurutkan dari kecil ke
besar atau sebaliknya
Mutually
exclusive
Urutannya
Pasti/Jelas
=, ≠
<, >
Status sosial ekonomi
keluarga
Peringkat Kelas
Pangkat/Jabatan/Golongan
Interval
Selain mencakup
karakateristik Nomina dan
Ordinal, juga sudah bisa
dilakukan operasi
penjumlahan karena jarak
antara datanya sudah jelas.
Tidak mempunyai nilai
nol mutlak
Mutually
exclusive
Urutannya
Pasti
Jarak antara
kode sama
=, ≠,
<, >,
+, –
Suhu (Celsius & Fahrenheit)
IQ (tingkat kecerdasan)
Ratio
Mencakup karakteristik
Interval dan mempunyai
nilai nol mutlak
Mutually
exclusive
Urutannya
Pasti
Jarak
antara kode
sama
Terdapat
nilai nol
mutlak
=, ≠,
<, >,
+, -,
x, ÷
Suhu (Kelvin)
Waktu
Panjang
Berat
Tinggi
72. Hubungan antara skala pengukuran dengan jenis datanya (kuantitatif dan kualitatif)
Skala pengukuran Kualitatif Kuantitatif
Nominal √
Ordinal √
Interval √
Ratio √
73. Pengertian Skala Likert (Likert Scale) dan Menggunakannya
Skala Likert atau Likert Scale adalah skala penelitian yang digunakan untuk mengukur sikap dan
pendapat.
Dengan skala likert ini, responden diminta untuk melengkapi kuesioner yang mengharuskan
mereka untuk menunjukkan tingkat persetujuannya terhadap serangkaian pertanyaan.
Pertanyaan atau pernyataan yang digunakan dalam penelitian ini biasanya disebut dengan variabel
penelitian dan ditetapkan secara spesifik oleh peneliti. Nama Skala ini diambil dari nama
penciptanya yaitu Rensis Likert, seorang ahli psikologi sosial dari Amerika Serikat.
Tingkat persetujuan yang dimaksud dalam skala Likert ini terdiri dari 5 pilihan skala yang
mempunyai gradasi dari Sangat Setuju (SS) hingga Sangat Tidak Setuju (STS).
5 pilihan tersebut diantaranya adalah :
1) Sangat Setuju (SS)
2) Setuju (S)
3) Ragu-ragu (RG)
4) Tidak Setuju (TS)
5) Sangat Tidak Setu (STS)
74. Skala Likert (Likert Scale)
Selain gradasi Persetujuan, dapat juga digunakan pada beberapa jenis gradasi
tentang sikap dan pendapat. Seperti :
1) Sangat Suka
2) Suka
3) Netral
4) Tidak Suka
5) Sangat Tidak Suka
75.
76. Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval Pada Skala Likert
Sebelum melanjutkan pembahasan tentang bagaimana transformasi data ordinal dilakukan, tulisan
ini sedikit membahas tentang dua perbedaan pendapat tentang bagimana skor-skor yang diberikan
terhadap alternatif jawaban pada skala pengukuran Likert yang sudah kita kenal. Pendapat
pertama mengatakan bahwa skor 1, 2, 3, 4, dan 5 adalah data interval.
Sedangkan pendapat yang kedua, menyatakan bahwa jenis skala pengukuran Likert adalah
ordinal. Alasannya skala Likert merupakan Skala Interval adalah karena skala sikap merupakan
dan menempatkan kedudukan sikap seseorang pada kesatuan perasaan kontinum yang berkisar
dari sikap “sangat positif”, artinya mendukung terhadap suatu objek psikologis terhadap objek
penelitian, dan sikap “sangat negatif”, yang tidak mendukung sama sekali terhadap objek
psikologis terhadap objek penelitian.
TRANSFORMASI DATA ORDINAL MENJADI INTERVAL - Uji Statistik
https://www.statistikian.com/.../transformasi-data-ordinal-menjadi-interval. html
31 Ags 2012 ... 1.3.1 Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval Pada Skala Likert; 1.3.2 Ciri ... 1.4.1.1 Metode Ilmiah Yang Mendasari
Transformasi Data Ordinal ... Data Ordinal Menjadi Interval; 1.5.1.4 Data Kualitatif menjadi Kuantitatif.
TRANSFORMASI DATA ORDINAL MENJADI INTERVAL_ (skala Likert: Transformasi
data kualitatif menjadi data kuantitatif) =1.5.1.4 Data Kualitatif menjadi Kuantitatif
77. Ciri Skala Likert
Berkenaan dengan perbedaan pendapat terhadap skor-skor yang diberikan dalam alternatif
jawaban dalam skala Likert itu, apakah termasuk dalam skala pengukuran ordinal atau data
interval, berikut ini kami menyampaikan pemikiran yang bisa dijadikan pertimbangan: Ciri
spesifik yang dimiliki oleh data yang diperoleh dengan skala pengukuran ordinal, adalah
bahwa, data ordinal merupakan jenis data kualitatif, bukan numerik, berupa kata-kata atau
kalimat, seperti misalnya sangat setuju, kurang setuju, dan tidak setuju, jika pertanyaannya
ditujukan terhadap persetujuan tentang suatu event.
Atau bisa juga respon terhadap keberadaan suatu Bank “PQR” dalam suatu daerah yang
bisa dimulai dari sangat tidak setuju, tidak setuju, ragu-ragu, Setuju, dan sangat setuju.
78. Data Interval Vs Data Ordinal
Sementara data interval adalah termasuk data kuantitatif, berbentuk numerik, berupa angka, bukan terdiri
dari kata-kata, atau kalimat. Mahasiswa yang melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif, termasuk di dalamnya adalah data interval, data yang diperoleh dari hasil pengumpulan data
bisa langsung diolah dengan menggunakan model statistika.
Akan tetapi data yang diperoleh dengan pengukuran skala ordinal, berbentuk kata-kata, kalimat,
penyataan, sebelum diolah, perlu memberikan kode numerik, atau simbol berupa angka dalam setiap
jawaban.
Misalnya saja alternatif jawaban pada skala Likert, alternatif jawaban “sangat tidak setuju” diberi skor 1;
“ tidak setuju diberi skor 2; “ragu-ragu” diberi skor 3; “setuju” diberi kode 4; dan “sangat setuju” diberi
skor 5. Angka-angka (numerik) inilah yang kemudian diolah, sehingga menghasilkan skor tertentu.
Tetapi, sesuai dengan sifat dan cirinya, angka 1, 2, 3, 4, dan 5 atau skor yang sudah diperoleh tidak
memberikan arti apa-apa terhadap objek yang diukur. Dengan kata lain, skor yang lebih tinggi lebih tidak
berarti lebih baik dari skor yang lebih rendah. Skor 1 hanya menunjukkan sikap “sangat tidak setuju”,
skor 2 menunjukkan sikap “tidak setuju, skor 3 menunjukkan sikap “ragu-ragu’, skor 4 menunjukkan
sikap “setuju”, dan skor 5 menunjukkan sikap “sangat setuju”. Kita tidak bisa mengatakan bahwa skor 4
atau “setuju” dua kali lebih baik dari skor 2 atau “tidak setuju”.
79. Ciri Data Interval
Fenomena ini berbeda sekali dengan sifat/ciri yang dimiliki oleh data interval, dimana angka-angka
atau skor-skor numerik yang diperoleh dari hasil pengukuran data langsung dapat dibandingkan antara
satu dengan lainnya, dikurangkan, dijumlahkan, dibagi dan dikalikan. Misalnya saja penelitian yang
dilakukan mahasiswa tentang suhu udara beberapa kelas, dan diperoleh data misalnya suhu ruangan
kelas A 15 derajat Cls, suhu ruang kelas B 20 derajat Cls, dan suhu ruang kelas C 25 derajat Cls.
Berarti bahwa suhu ruang kelas A adalah 75 % lebih dingin dari suhu ruang kelas B. Suhu ruang kelas
A 60 % lebih dingin dari suhu ruang kelas C. Suhu ruang kelas A lebih dingin dari suhu ruang kelas B
dan C. Atau suhu ruangan kelas B lebih panas dari suhu ruang kelas A, tetapi lebih dingin dibandingkan
dengan suhu ruangan kelas C. Contoh lain misalnya prestasi mahasiswa yang diukur dengan skala
indek prestasi mahasiswa.
80. Model Analisis
• Pengumpulan data terkait dengan macam-macam metode analisis data,
serta teknik hingga alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan riset
data.
• Metode analisis data bermacam-macam, namun tidak bisa digunakan
sembarangan.
• Metode analisis data yang digunakan harus berdasarkan dengan tipe data
yang telah dikumpulkan.
• Tipe data sendiri umumnya dibagi menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif.
• Data kuantitatif biasanya berupa data yang berhubungan dengan angka
atau kuantitas,
• Data kualitatif berupa data yang lebih subyektif karena berasal dari
jawaban informasi survei atau wawancara.
84. Metode analisis data kuantitatif
Metode analisis data kuantitatif bergantung pada kemampuan untuk dapat menghitung
secara akurat. Tidak hanya itu, metode ini juga memerlukan kemampuan untuk
menginterpretasikan data yang sulit.
Beberapa metode analisis data yang dapat digunakan untuk jenis data ini adalah sebagai
berikut.
1. Analisis deskriptif
Analisis deskriptif dapat digunakan untuk mengolah data kuantitatif. Cara ini dulakukan
untuk melihat performa data di masa lalu agar dapat mengambil kesimpulan dari hal
tersebut. Metode ini mengedepankan deskripsi yag memungkinkan kamu untuk belajar dari
hal lalu.
Biasanya, metode analisis jenis ini diaplikasikan pada data dengan volume yang sangat
besar seperti data sensus misalnya. Analisis deskriptif memiliki dua proses yang berbeda di
dalamnya berupa deskripsi dan interpretasi. Jenis metode ini biasa digunakan dalam
menyajikan data statistik.
85. Metode analisis data kuantitatif
2. Analisis regresi
Metode regresi adalah cara yang tepat untuk digunakan dalam membuat data prediksi dari tren masa
depan. Metode ini dapat mengukur hubungan antara variabel dependen yang ingin kamu ukur dengan
variabel independen.
Meskipun cara ini membatasi kamu karena hanya dapat memuat satu variabel dependen, tetapi kamu
dapat memiliki variabel independen yang tidak terbatas. Metode ini baik dalam membantumu melihat
hal yang dapat dioptimasi dengan menyoroti tren dan hubungan antar data faktor.
3. Analisis faktor
Analisis faktor merupakan teknik analisis yang berdasarkan dari data analisis regresi. Metode ini
digunakan untuk menemukan struktur pokok dari kumpulan variabel-variabel.
Metode ini berjalan dengan mencari faktor independen dari variabel yang dapat mendeskripsikan
pola dan metode dari variabel dependen orisinil. Analisis faktor menjadi metode yang cukup puler
untuk mengola topik kompleks seperti skala psikologis dan status sosio-ekonomi.
86. Metode analisis data kualitatif
Tidak seperti data kuantitatif, data kualitatif memerlukan pendekatan dari data yang sifatnya lebih subyektif.
Namun, kamu tetap dapat melakukan ekstraksi data berguna dengan teknik analisis data yang berbeda-beda
tergantung kebutuhan.
Beberapa metode analisis yang dapat memenuhi kebutuhan data kualitatif adalah sebagai berikut.
1. Analisis konten
Metode ini membantu untuk memahami keseluruhan tema yang ada di dalam data kualitatif yang dimiliki.
Metode ini menggunakan teknik seperti penggunaan kode warna tema dan ide tertentu untuk membantu
mengurai data tekstual yang ada agar dapat menemukan rangkaian data yang paling umum.
2. Analisis naratif
Jenis analisis satu ini berfokus pada cara bagaimana sebuah cerita dan ide dikomunikasikan ke seluruh bagian
terkait. Metode ini juga membantumu untuk dapat lebih memahami kultur dari sebuah organisasi. Analisis jenis
ini dapat digunakan untuk menginterpretassi bagaimana perasaan karyawan terhadap pekerjaannya,
bagaimana pelanggan menilai perusahaan kamu, dan bagaimana proses operasional dikerjakan. Metode ini
sangat berguna dalam mengembangkan kultur perusahaan ataupun membantu merencanakan strategi pemasaran
87. Contoh : Model Regresi
Analisis Data
Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan model analisis sebagaimana
persamaan regresi Model 1 sampai dengan Model 3 berikut ini.
Model 1: Menguji hipotesis variabel yang mempengaruhi cash flow from operating (H1
sampai dengan H9), dengan model persamaan berikut ini.
ZΔCFOt = β0 + β1 X1ΔCAPEXt + β2 X2ΔWCt + β3 X3ΔREt + β4 X4ΔEBITt +
β5 X5ΔCMt + β6 X6ΔEQt + β7 X7EFSOt + β8 X8RAEMt +
β9 X9ACEMt + β10 X10SIZEt + β11 X11LEVt + et …………….……(1)
Model 2: Menguji hipotesis variabel yang mempengaruhi financial distress (H10 sampai
dengan H18), dengan model persamaan berikut ini.
YFINDISt = β0 + β1 GSAEt + β2 ZΔCFOt + β3 X1ΔCAPEXt + β4 X2ΔWCt +
β5 X3ΔREt + β6 X4ΔEBITt + β7 X5ΔCMt + β8 X6ΔEQt + β9 X7EFSOt +
β10 X8RAEMt + β11 X9 ACEMt + β12 X10SIZEt + β13 X11LEVt +
β14 (ZΔCFOt x GSAEt) + et ……..,… ………………………….….(2)
Model 3: Menguji hipotesis pengaruh cash flow from operating dan government subsidy
88. Contoh : Model Regresi
t 0 1 t 2 t 3 t 4 2 t
β5 X3ΔREt + β6 X4ΔEBITt + β7 X5ΔCMt + β8 X6ΔEQt + β9 X7EFSOt +
β10 X8RAEMt + β11 X9 ACEMt + β12 X10SIZEt + β13 X11LEVt +
β14 (ZΔCFOt x GSAEt) + et ……..,… ………………………….….(2)
Model 3: Menguji hipotesis pengaruh cash flow from operating dan government subsidy
terhadap financial distress (H19 dan H20) , dengan model persamaan berikut ini.
YFINDISt = β0 + β1 GSAEt + β2 ZΔCFOt + β3 (ZΔCFOt x GSAEt) + β4 X10SIZEt +
β5 X11LEVt + et ………..(3)
Dimana: YFINDISt = financial distress berdasarkan score marginal (SMg) periode t, GSAEt = government
subsidy pada periode t, ZΔCFOt = pertumbuhan cash flow from operating pada periode t, GSAEt x ZΔCFOt
= interaksi variabel GSAEt dengan variabel ZΔCFOt periode t, X1ΔCAPEXt = pertumbuhan capital
expenditure pada periode t, X2ΔWCt = pertumbuhan working capital pada periode t, X3 ΔREt = pertumbuhan
retained earning pada periode t, X4ΔEBITt = pertumbuhan earning before interest and tax paada periode t,
X5ΔCMt = pertumbuhan contribution margin periode t, X6ΔEQt = pertumbuhan equity pada periode t,
X7EFSOt = tingkat efisiensi atau produktivitas operasi pada periode t, X8RAEMt = real activities earning
management pada periode t, X9ACEMt = accruals earning management pada periode t, X10SIZEt = ukuran
perusahaan atau firm size pada periode t, X11LEVt = tingkat leverage pada periode t, β0 : konstanta, β1 … β14
: koefisien regresi, et = error periode t.
89.
90. Analisis Statistik Deskriptif & Regresi
• Statistik deskriptif
• Analisis Korelasi
• Uji asumsi klasik (regresi linear berganda)
• Analisis Determinasi (R2)
• Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
• Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
91. Uji asumsi klasik (regresi linear berganda)
Uji Asumsi klasik terdiri dari :
1. Uji Multicollinearity
2. Uji Autocorrelation
3. Uji Heteroscedasticity
4. Uji Normality
5. Uji Linearity
Contoh perhitungan dengan SPSS terlampir
92. UJI MULTICOLLINEARITY
• Multikolinearitas, adalah terjadinya korelasi linear yang tinggi atau
mendekati sempurna antara variable bebas. Konsekuensi atau akibat
terjadinya multikolineariti, yaitu penaksir kuadrat terkecil tidak bisa
ditentukan (indeterminate).
• Beberapa metode yang digunakan untuk mendeteksi multikolinearitas
dalam model regresi.
a. Melihat nilai R2 dan nilai t statistic
b. Uji multikolinearitas menggunakan Pair-Wise Correlation antara variable bebas
c. Uji multikolieritas berdasarkan EIGENVALUE dan Condition Index
d. Uji multikolieritas dengan korelasi parsial
e. Uji multikolinearitas dengan Tolerance (TOL) dan Vriance Inflation Factor (VIF)
93. UJI AUTOCORRELATION
• Autokorelasi, adalah keadaan dimana terjadinya korelasi dari residual
untuk pemgamatan satu dengan pengamatan yang lain yg disusun menurut
urutan waktu. Uji autokorelasi dimaksudkan untuk menge-tahui apakah
ada korelasi antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan
menurut waktu (time-series) dan ruang (cross-saction). Konsekuensi bila
terdapat masalah autokorelasi, yaitu nilai t-statistik dan nilai F-statistik
tidak dapat dipercaya, karena hal itu akan menye-satkan.
• Beberapa metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi terjadinya
autokorelasi (Gujaratai, 1995):
a. Metode Durbin Watson (Durbin Watson Test)
b. Metode Lagrange Multiplier (LM Test)
c. Metode Breusch-Godfrey (B-G Test)
d. Metode Run Test
94. UJI HETEROSCEDASTICITY
• Heteroskedastisitas, adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksa-
maan varian dari residual pada model regresi. Heteroskedastisitas
berarti ada varian variable pada model regresi yang tidak sama atau
konstan. Sebaliknya Homoskedastisitas berarti varian variable pada
model regresi memiliki nilai yang sama atau konstan.
• Masalah heteroskedastisitas sering terjadi pada data cross-saction.
Konse-kuensi heteroskedastisitas adalah uji hipotesis yang
didasadrkan pada uji t dan dsitribusi F tidak dapat dipercaya.
95. UJI HETEROSCEDASTICITY
Beberapa metode yang dapat digunakan menguji heteroskedas -
tisitas :
1. Metode grafik
2. Metode Glejser
3. Metode Park
4. Metode White
5. Metode Rank Spearman
6. Metode Bresh-Pagan-Godfrey (BPG)
96. UJI NORMALITY
• Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah nilai residual yang telah
distandarisasi pada model regresi tsb berdistribusi normal atau tidak.
• Nilai residual dikatakan berdistribusi normal jika nilai residual
terstandarisasi sebagian besar mendekati nilai rata-ratanya.
• Nilai residual terstandarisasi yang berdistribusi normal jika digambarkan
dalam bentuk kurva akan membentuk gambar lonceng (bell-shaped curve).
• Berdasarkan pengertian uji normalitas tersebut maka uji normalitas disini
tidak dilakukan pervariabel (univariate) tetapi hanya terhadap nilai residual
terstandarisasinya (multivariate).
• Tidak terpe-nuhinya normalitas pada umumnya karena distribusi data yang
dianalisis tidak normal, karena nilai ekstrim pada data yang diambil yang
dapat terjadi karena (a) kesalahan pengambilan sampel, (b) pengetikan
input data, (c) atau memang karakter data tersebut jauh dari rata-ratanya
atau benar-benar berbeda dibanding dengan lain.
97. UJI NORMALITY
• Untuk mendeteksi nilai residual terstandarisasi berdistribusi normal
atau tidak, maka digunakan beberapa metode.
a) Uji normalitas dengan Grafik
b) Uji normalitas denga metode signifikansi Skewness dan Kurtosis
c) Uji normalitas dengan Jarque-Bera (JB-Test)
d) Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnow
e) Uji normalitas lainnya
98. UJI NORMALITY
Uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnow
• Langkahnya (SPSS):
a) Meregressikan variable bebas terhadap variable terikat: Analyse →
Regrsion → Linier → Dependent → Indepen-denave → Save → Pada
Residual klik Standardized → Continue → OK
b) Lanjutkan dengan perhitungan Standard ResidualHitung: Analyze →
Nonparametrics Test → Legacy Dialog → 1 Sample K-S → pada Variables
isi Standardized Residu → OK
• Berdasarkan ouput SPSS diperoleh nilai Asymp Sig (2-tailed) sebesar
0,343> table 0,05 atau 5% atau H0 diterima yang berarti bahwa nilai
residu terstandarisasi dinyatakan menyebar secara normal.
100. UJI LINEARITY
Uji Linieritas
Pengujian perlu dilakukan untuk membuktikan apakah model yang
digunakan linear atau tidak. Untuk mendeteksi apakah model sebaik-nya
menggunakan linear atau tidak, maka digunakan beberapa metode.
a) Uji linieritas dengan Metode Analisis Grafik
b) Uji linieritas dengan Metode Durbin-Watson d Statistik (The Durbin-Watson d
Statistic Test)
c) Uji linieritas dengan Metode Uji MWD (Mac Kinnon, White dan Davidson)
d) Uji linieritas dengan Metode Ramsey
e) Uji linieritas dengan Metode Lagrange Multiplier (LM-Test)
f) Uji linieritas lainnya, untuk mengetahui apakah dua variable yang dikenai prosedur
analisis statistik korelasional menunjukkan hu-bungan yang linear atau tidak.
101. STATISTIKA DESKRIPTIF
Statistik adalah sekumpulan prosedur untuk mengumpulkan, mengukur, mengklasifikasi,
menghitung, menjelaskan, mensintesis, menganalisis, dan menafsirkan data kuantitatif
yang diperoleh secara sistematis.
Secara garis besar, statistik dibagi menjadi dua komponen utama, yaitu Statistik
Deskriptif dan Statistik inferensial.
Statistik deskriptif menggunakan prosedur numerik dan grafis dalam meringkas gugus
data dengan cara yang jelas dan dapat dimengerti.
Statistik inferensial menyediakan prosedur untuk menarik kesimpulan tentang populasi
berdasarkan sampel yang kita amati.
Statistik Deskriptif membantu kita untuk menyederhanakan data dalam jumlah besar
dengan cara yang logis. Data yang banyak direduksi dan diringkas sehingga lebih
sederhana dan lebih mudah diinterpretasi.
102. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Skor Kuesioner (Skala Likert/Skala ordinal)
Analisis dalam bidang ekonomi, khususnya jurusan manajemen dalam melakukan penelitiaannya
menggunakan variabel/konstruk tertentu yang disebut variabel latern atau faktor, di mana variabel
tersebut tidak diukur secara langsung, akan tetapi melalui indikator atau dimensi untuk diteliti, secara
umum berupa butir pertanyaan/kuesioner yang terdapat alternatif jawaban yang tersedia dengan skala
ordinal (skala Likert) dengan menggunakan lima tingkat skala alternatif jawaban. Contohnya
1 : Sangat tidak setuju (bobot 1).
2 : Tidak setuju (bobot 2)
3 : Ragu/Netral (bobot 3)
4 : Setuju (bobot 4)
5 : Sangat setuju (bobot 5)
Skala Likert disebut ordinal karena pernyataan sangat setuju mempunyai tingkat yang lebih tinggi
terhadap setuju dan setuju lebih tinggi terhadap ragu/netral, dan seterusnya.
103. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
• Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian - Salah satu tahap
melakukan suatu penelitian yaitu tahap pengambilan data.
• Data yang diharapkan tentunya adalah yang baik. Data yang baik yaitu data
yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya dan data tersebut bersifat
ajeg, tetap atau dapat dipercaya.
• Data yang sesuai dengan keadaan yang sebebarnya inilah yang disebut
dengan data yang valid.
• Sedangkan data yang dapat dipercaya disebut dengan data yang reliabel.
• Supaya diperoleh data yang valid dan reliabel, maka instrumen yang
digunakan dalam pengumpulan data baik tes maupun non tes harus
mempunyai bukti validitas dan reliabilitas.
104. Uji Validitas (Validitas instrument)
Suatu instrumen dikatakan valid bila instrumen terebut dapat dengan tepat mengukur apa yang
hendak di ukur. Sehingga dapat dikatakan bahwa validitas berhubungan dengan “ketepatan”
dengan alat ukur. Dengan istrumen yang valid akan menghasilkan data yang valid pula.
Istilah valid sukar untuk dicari penggantinya, sebagian peneliti ada yang menyebutknya dengan
“sahih”, “tepat”, dan juga “cermat”.
Untuk melakukan uji validitas ini menggunakan program SPSS (contoh terlapir). Teknik pengujian
yang sering digunakan para peneliti untuk uji validitas adalah menggunakan korelasi Bivariate
Pearson (Produk Momen Pearson).
Analisis ini dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total.
Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item-item pertanyaan yang berkorelasi
signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan
dalam mengungkap apa yang ingin diungkap à Valid.
Jika r hitung ≥ r tabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau item-item pertanyaan
berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).
105. Uji Reliabilitas (Reliabilitas instrument)
Pengertian Reliabilitas adalah untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator
dari variabel atau konstruk. Kata reliabilitas dalam Bahasa Indonesia berasal dari Bahasa
Inggris yaitu reliability, yang mana asalnya dari kata reliable yang mempunyai arti dapat
dipercaya. Suatu instrumen tes dikatakan dapat dipercaya (reliable) bila memberikan hasil
yang tetap atau ajeg (konsisten) bila diteskan berkali-kali. Misalnya suatu tes yang sama
diberikan kepada siswa dalam satu kelas pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa
akan tetap berada dalam urutan (rangking) yang sama atau ajeg dalam satu kelas tersebut.
Pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach karena
instrumen penelitian ini berbentuk angket dan skala bertingkat.
Rumus Alpha Cronbach : Jika nilai alpha > 0.7 artinya reliabilitas mencukupi (sufficient
reliability), sementara jika alpha > 0.80 ini mensugestikan seluruh item reliabel dan seluruh
tes secara konsisten memiliki reliabilitas yang kuat.
Contoh perhitungan dengan SPSS terlampir
106.
107. HASIL DAN PEMBAHASAN (RESULTS AND DISCUSSION)
Hasil penelitian dan Pembahasan, menguji hipotesis: hasil perhitungan
statistik, dijelaskan dalam format “hasil dan pembahasan”.
Dikemukakan secara terpisah antara hasil dan pembahasan
Dekemukakan secara terintegrasi hasi sekaligus pembahasan hasil
108. HASIL DAN PEMBAHASAN : MENGUJI HIPOTES
• Uji Validitas
• Uji Reliabilitas
• Statistik deskriptif
• Analisis korelasi
• Uji asumsi klasik (regresi linear berganda)
• Analisis Determinasi (R2)
• Uji Koefisien Regresi Secara Bersama-sama (Uji F)
• Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)
109. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian berisi:
Paparan hasil-hasil atau data-data olahan dari aktivitas penelitian yang telah kita lakukan.
Di sini, hasil atau data olahan dapat dan boleh disajikan dalam bentuk angka, grafik,
gambar maupun tabel.
Pada bagian ini, seyogyanya kita tidak berkomentar dulu atas data-data tersebut. Cukup
kita sampaikan, bahwa Gambar xxx adalah grafik hubungan antara variabel ini dan
variabel itu yang diperoleh dari pengujian A; atau, tabel xxx menyajikan data tentang
korelasi antara ini dan itu; dan sebagainya.
Di bagian ini, kita seolah bercerita tentang apa yang kita lihat dari data-data yang
diperoleh.
Bersabarlah dulu untuk tidak memberikan komentar atas data-data kita peroleh tadi,
sekalipun di kepala kita sudah berkecamuk berbagai opini berdasar hasil analisis dari
data-data tersebut.
Satu hal yang penting, dan mungkin akan membuat penyajian hasil penelitian kita
menarik, adalah cara kita yang runtut dalam menyajikan data-data hasil penelitian kita di
110. HASIL PENELITIAN…….
• Sewajarnya, dalam melakukan penelitian, kita melakukan serangkaian
pengujian dengan urutan tertentu.
• Bila urutan tersebut dilanggar, bisa jadi penelitian kita menjadi berantakan,
data-data yang diperoleh menjadi sulit untuk dianalisis, hingga hasil
penelitian kita menjadi bias.
• Oleh karenanya, urutan penyampaian data pun menjadi penting, sepenting
urutan kita mengerjakan eksperimen atau aktivitas-aktivitas pengambilan
data dalam penelitian.
• Bagian hasil penelitian yang kita tulis akan tampak anggun, menarik untuk
dibaca, dan mudah dipahami apabila disampaikan secara runtut.
• Barangkali, hal ini merupakan cerminan sifat alamiah otak manusia; yang
akan lebih mudah mencerna sesuatu bila tersusun berdasarkan logika dan
urutan yang benar serta jelas.
111. BAGIAN PEMBAHASAN
• Boleh dibilang, pembahasan adalah bagian yang paling tidak mudah
untuk dikerjakan dalam naskah untuk publikasi di jurnal ilmiah atau
skripsi dan tesis.
• Di bagian ini, kita ditantang untuk menuliskan hasil analisis kita
berdasarkan data-data yang telah diperoleh.
• Di bagian inilah, kita diizinkan, bahkan harus, berkomentar atas data-
data yang telah kita sajikan pada bagian hasil penelitian.
• Ada empat kata kunci yang bisa kita pegang dalam menyusun bagian
pembahasan hasil penelitian, yakni (1) mengaitkan, (2) menjelaskan,
(3) mengonfirmasi dan (4) menyintesis
112. 1) MENGAITKAN
MENGAITKAN:
Pada bagian ini kita dituntut untuk bisa mengaitkan data-data kita satu dengan yang lainnya;
baik yang berupa angka, grafik, gambar maupun tabel.
Pastilah di antara data-data tersebut ada yang bersifat komplementer, saling melengkapi satu
dengan yang lainnya. Misalnya saja, Gambar yyy yang diperoleh dari eksperimen dengan alat B
mendukung grafik pada Gambar xxx yang diperoleh dengan alat A.
Kaitkan keduanya, sehingga kita memperoleh alasan yang kuat untuk berargumen dan
memberikan komentar atas fenomena yang ditemui berangkat dari data-data kita tadi.
Bila tidak saling mendukung, mungkin saja ada bagian-bagian dari data yang merupakan
pengecualian atau salah.
Hal yang terakhir kadangkala menuntut kita untuk meninjau atau mengulang kembali
eksperimen atau penelitian kita, agar lebih jelas dimana letak kesalahan metode penelitian yang
dipakai.
113. 2) MENJELASKAN
MENJELASKAN:
Pada bagian ini pula kita dituntut untuk menjelaskan fenomena yang terjadi berdasarkan data-data
atau hasil-hasil yang telah diperoleh selama penelitian berlangsung.
Kita diwajibkan untuk menjelaskan apa dan bagaimana keterkaitan antar data tersebut, mekanisme
apa yang melatarbelakangi kejadian yang kita temui dalam eksperimen berdasarkan data-data yang
diperoleh.
Sangat boleh bila kita menjelaskan sesuatu atau mekanisme tertentu berdasarkan teori yang telah
dikemukakan peneliti lain di literatur, bila di antaranya terdapat kesamaan fenomena.
Oleh karenanya, kemampuan kita memahami dan menelaah literatur, baik berupa buku teks maupun
artikel ilmiah, diuji di bagian ini.
Bila kita paham dengan kandungan beberapa artikel yang telah kita baca untuk melandasi penelitian
ini, maka menuliskan bagian pembahasan menjadi lebih mudah.
114. 3) MENGONFIRMASI
MENGONFIRMASI:
Pada bagian ini kita juga diwajibkan mengonfirmasi hasil-hasil atau temuan
kita dalam penelitian dengan hasil-hasil yang telah diperoleh dan dilaporkan
dalam literatur oleh peneliti lain.
Konfirmasi semacam ini akan memberikan gambaran kepada audens
pembaca tulisan kita, bahwa penelitian yang kita lakukan itu tidak mengada-
ada, tetapi berada dalam alur penelitian yang telah dibangun bersama-sama,
bahkan oleh para peneliti di seluruh dunia.
Konfirmasi inilah yang akan memberikan impresi bahwa penelitian yang kita
lakukan juga memberikan kontribusi nyata dalam pengembangan bidang ilmu
yang kita teliti.
115. 4) MENSYINTESIS
MENYINTESIS:
Pada bagian pembahasan ini, adalah menyintesis data-data atau hasil-
hasil penelitian yang kita peroleh, kaitkan, jelaskan serta konfirmasi
dengan penelitian lain, menjadi sebuah teori atau gagasan-gagasan
baru.
Teori atau gagasan baru ini pada akhirnya akan menjadi tonggak kecil
yang menandai bahwa penelitian di bidang yang yang kita tekuni sudah
sampai di sini, sampai di tulisan kita ini.
Di sinilah kemampuan kita membuat men-generalisasi temuan kita
menjadi penting.
133. Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .769a 0.591 0.417 0.17403 2.246
DW tabel: k=14, n=48, 5%
dL = 0.8931
dU = 2.3164
Model Summary
a. Predictors: (Constant), ZΔCFOxGSAE, X8RAEM, X11LEV, X5ΔCM, X2ΔWC,
X7EFSO, X9ACEM, X4ΔEBIT, X6ΔEQ, GSAE, X3ΔRE, X10SIZE, ZΔCFO,b. Dependent Variable: YFINDIS
Contoh : Koefisien Determinan dan Uji Autokorelasi
134. Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
Regression 1.442 14 0.103 3.401 0.002
Residual 0.999 33 0.030
Total 2.441 47
ANOVA
b. Predictors: (Constant), ZΔCFOxGSAE, X8RAEM, X11LEV,
X5ΔCM, X2ΔWC, X7EFSO, X9ACEM, X4ΔEBIT, X6ΔEQ, GSAE,
a. Dependent Variable: YFINDIS
Model
Contoh : Uji statistic - F
136. Uji Normality
Standardized
Residual
48.000
Mean -0.000
Std. Deviation 0.838
Absolute 0.087
Positive 0.087
Negative -0.070
0.087
.200c,d
d. This is a lower bound of the true significance.
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
N
Normal Parametersa,b
Most Extreme Differences
Test Statistic
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
c. Lilliefors Significance Correction.
137. Contoh : Uji Linearity
R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 .845a
0.714 0.390 0.17803 2.683
dL = 0.8931
dU = 2.3164
DW: 5%, k=14, n=48
Model Summary
Model
a. Predictors: (Constant), ZΔCFOxGSAESqr, X10SIZESqr, X7EFSO, X11LEVsQr,
X5ΔCM, X6ΔEQ, GSAESqr, X4ΔEBITSqr, X2ΔWC, X1ΔCAPEXSqr, X6ΔEQSqr,b. Dependent Variable: YFINDIS
141. Kesimpulan (Conclusion)
• Kesimpulan : konsisten dengan permasalahan dan hipotesis
• Implikasi Teoritis : terhadap kebijakan setelah penelitian ini
• Rekomendasi pada penelitian Selanjutnya : melengkapi atau
melanjutkan penelitian
143. Keterbatasan dan Rekomendasi penelitian
selanjutnya
• Keterbatasan penelitian data dari hasil wawancara berpotensi bias,
sehingga disarankan menggunakanu dukungan referensi
• Penelitian dgn sampel yg diperluas berbagai sector
• Menambah variabel kunci yg relevan
• Menggunakan data primer utk melengkapi penelitian sebelumnya
menggunakan data sekunder
• Menggunakan model ini pada bidang lainnya atau industry lainnya
144.
145.
146.
147. Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Perbedaan penelitian kualitatif dan kuantitatif dapat dilihat dari beberapa segi. Perlu kamu
ketahui bahwa kedua metode atau pendekatan penelitian tersebut tidak selamanya saling
bertentangan satu sama lain. Ada juga beberapa hal juga memiliki kesamaan atau kemiripan.
1. Desain Penelitian
• Kualitatif bersifat umum, fleksibel, dan dinamis. Penelitian kualitatif sendiri dapat berkembang
selama proses penelitian berlangsung.
• Kuantitatif memiliki sifat yang khusus, terperinci, dan statis. Alur dari penelitian kuantatif
sendiri sudah direncanakan sejak awal dan tidak dapat diubah lagi.
2. Analisis Data
• Kualitatif dapat dianalisis selama proses penelitian berlangsung.
• Kuantitatif dapat dianalisis pada tahap akhir sebelum laporan.
148. 3. Istilah Subjek Penelitian
• Kualitatif memiliki subjek penelitian yang biasa disebut dengan narasumber.
• Kuantitatif memiliki subjek penelitian yang biasa disebut dengan responden.
4. Cara Memandang Fakta
• Kualitatif: Penelitian kualitatif memandang "Fakta/Kebenaran" tergantung pada cara peneliti
menginterpretasikan data. Hal ini dikarenakan ada hal-hal kompleks yang tidak bisa sekedar
dijelaskan oleh angka, seperti perasaan manusia. Penelitian kuantitatif berangkat dari data
yang kemudian dijelaskan oleh teori-teori yang dianggap relevan, untuk menghasilkan suatu
teori yang menguatkan teori yang sudah ada.
• Kuantitatif: Penelitian kuantitatif memandang "Fakta/Kebenaran" berada pada objek
penelitian di luar sana. Peneliti harus netral dan tidak memihak. Apapun yang ditemukan di
lapangan, itulah fakta. Penelitian kuantitatif berangkat dari teori menuju data.
149. 5. Pengumpulan Data
• Kualitatif: Penelitian kualitatif lebih berfokus pada sesuatu yang tidak bisa diukur oleh hitam putih
kebenaran, sehingga pada penelitian kualitatif peneliti mengorek data sedalam-dalamnya atas hal-hal
tertentu. Sehingga, kualitas penelitian kualitatif tidak terlalu ditentukan oleh banyaknya narasumber yang
terlibat, tetapi seberapa dalam peneliti menggali informasi spesifik dari narasumber yang dipilih.
• Kuantitatif: Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan serangkaian instrumen penelitian berupa
tes/kuesioner. Data yang terkumpul kemudian dikonversikan menggunakan kategori/kriteria yang sudah
ditetapkan sebelumnya. Kualitas penelitian kuantitatif ditentukan oleh banyaknya responden penelitian yang
terlibat.
6. Representasi Data
• Kualitatif: Hasil penelitian kualitatif berupa interpretasi peneliti akan sebuah fenomena, sehingga laporan
penelitian akan lebih banyak mengandung deskripsi.
• Kuantitatif: Hasil penelitian kuantitatif dipresentasikan dalam bentuk hasil penghitungan matematis. Hasil
penghitungan dianggap sebagai fakta yang sudah terkonfirmasi. Keabsahan penelitian kuantitatif sangat
ditentukan oleh validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan.
150. 7. Implikasi Hasil Riset
• Kualitatif: Hasil penelitan kualitatif memiliki implikasi yang terbatas pada situasi-situasi
tertentu. Sehingga, hasil penelitian kualitatif tidak bisa digeneralisasi dalam setting berbeda.
• Kuantitatif: Hasil penelitian kuantitatif berupa fakta/teori yang berlaku secara umum
(generalized). Kapanpun dan di manapun, fakta itu berlaku.
8. Macam Metode
• Kualitatif: Fenomenologi, etnografi, studi kasus, historis, grounded theory.
• Kuantitatif: Eksperimen, survey, korelasi, regresi, analisis jalur, expost facto.
9. Tujuan Penelitian
• Kualitatif: Memperoleh pemahaman mendalam, mengembangkan teori, mendeskripikan
realitas dan kompleksitas sosial.
• Kuantitatif: Menjelaskan hubungan antar variabel, menguji teori, melakukan generalisasi
fenomena sosial yang diteliti.
10. Jenis Data
• Kualitatif: Deskriptif dan eksploratif
• Kuantitatif: Numerik dan statistik
151. Perbedaan Pendekatan Penelitian kualitatif dan Kuantitatif
(Menurut Fraenkel dan Wallen,1993)
KUANTITATIF KUALITATIF
1. Menekankan hipotesis jadi yang
dirumuskan sebelumnya
1. Menekankan definisi operasional
yang dirumuskan sebelumnya
2. Data diubah menjadi skor numerik
3. Menekankan pengukuran dan
penyempurnaan keajegan skor yang
diperoleh dari instrumen
4. Pemgukuran validitas melalui
rangkaian perhitungan statistik
5. Menekankan teknik acak untuk
mendapatkan sampel representatif.
6. Menekankan prosedur penelitian
yang baku
7. Menekankan desain untuk
pengontrolan variabel ekstranus
8. Menekankan desain pengontrolan
khusus untuk menjaga bias dalam
prosedur penelitian
9. Menekankan rangkuman statistik
dalam hasil penelitian
10. Menekankan penguraian fenomena
kompleks menjadi bagian-bagian
yang lebih kecil
11. Menekankan manipulasi aspek,
situasi, kondisi, dalam mengkaji
fenomena yang kompleks.
12. Menekankan hipotesis yang
berkembang dalam pelaksanaan
penelitian
13. Menekankan definisi dalam konteks
atau perkembangan penelitian
14. Menekankan deskripsi naratif
15. Menekankan pada asumsi bahwa
keajegan inferensi ckup kuat
1. Pengukuran validitas melalui cek
silang dari sumber informasi
2. Menekankan informasi ekspert
untuk mendapatkan sampel purposif
3. Menekankan prosedur penelitian
deskriptif naratif
4. Menekankan analisis logis untuk
pengotrolan variabel ekstranus
5. Menekankan kejujuran peneliti
dalam pengontrolan prosedur bias
1. Menekankan rangkuman naratif
dalam hasil penelitian
2. Menekankan deskripsi holistik dari
fenomena-fenomena yang kompleks
3. Menekankan sifat alamiah dari
fenomena-fenomena yang terjadi.