Dokumen tersebut membahas tentang sifat-sifat shalat Nabi, meliputi empat poin utama: (1) adzan dan iqamah sebagai cara memanggil shalat, (2) pentingnya niat sebelum melaksanakan shalat, (3) kewajiban berdiri saat shalat kecuali bagi yang sakit, dan (4) tata cara membaca doa sebelum dan sesudah shalat.
1. Sifat Shalat Nabi
No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
1 Adzan: Adalah
panggilan.
Fardhu
kifayah
Dilakukan berdiri (HR Muttafaq ‘Alaih)
Menghadap kiblat (HR Al-Hakim)
Di tempat yang tinggi (pengeras suara) (HR Abu
Dawud)
Menengok ke kanan dan kiri saat melafazkan “hayya
‘alâ As-shalâh” (HR Bukhari)
Meletakan jemari di telinga (HR Ahmad)
Disunnahkan menjawab setiap kalimat kumandang
adzan (muadzin) (HR. Bukhari)
Membaca do’a setelah adzan selesai
dikumanadangkan (HR Bukhari). Dengan bacaan doa
sebagai beritut:
ًادَّمَحُم ِتآ ،ِةَمِئاَقْال ِة َ
َلَّصال َو ،ِةَّماَّتال ِة َْوعَّدال ِهِذَه َّب َر َّمُهَّالل
،ُهَتْدَع َو ِيذَّال ًادوُمْحَم اًماَقَم ُهْثَعْبا َو ،َةَلي ِ
ضَفْال َو َةَليِس َوْال
ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا
2x
ُدَهْشَأ
.ُ َّ
َّللا َّ
َلِإ َهَلِإ َ
َل ْنَأ
2x
ِ َّ
َّللا ُلوُسَر ًادَّمَحُم َّنَأ ُدَهْشَأ
2x
.
ِة َ
َلَّصال ىَلَع َّيَح
2x
.
ِح َ
ََلفْال ىَلَع َّيَح
2x
ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا.
ُ َّ
َّللا َّ
َلِإ َهَلِإ َ
َل
Disyariatkan tahun
pertama hijriyyah.
Diajarkan melalu mimpi
Abdullah bin Zaid diterima
oleh Bilal bin Rabah
Tidak disyariatkan
perempuan
mengumandangkan azan.
Mayoritas ulma
menghukumi makruh
bahkan ada yang
mengharamkan.
2 Iqamah Sunnah Lafadz iqamah dibaca witir (tunggal) “Rasulullah
memerintahkan Abu Mahdzurah agar meggenapkan
adzan dan mewitirkan qomat” (HR Bukhari)
Iqamah tidaklah dikumandangkan sebelum imam
memberi isyarat shalat akan segera ditegakan.
Iqamah dilakukan oleh laki-laki.
Wanita hanya diperkenankan iqamah saat shalat
jemaah sesama wanita lagi.
Azan dan iqamah hanya dilakukan untuk shalat wajib.
Sementara untuk Shalat Ied dan sejenisnya cukup
dengan ‘As-shalâtu jâmi‘ah’.
ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا
.ُ َّ
َّللا َّ
َلِإ َهَلِإ َ
َل ْنَأ ُدَهْشَأ
ِ َّ
َّللا ُلوُسَر ًادَّمَحُم َّنَأ ُدَهْشَأ
ِة َ
َلَّصال ىَلَع َّيَح
ِح َ
ََلفْال ىَلَع َّيَح
ُةََلَّصال ِتَماَق ْدَق
ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا ُرَبْكَأ ُ َّ
َّللا.
ُ َّ
َّللا َّ
َلِإ َهَلِإ َ
َل
Diperkenankan untuk
Iqamah dengan lafadz
takbir satu kali maupun
dua kali. Keduanya benar.
Namun bila dilihat dari
aspek periwayatan,
penggunaan satu kali
takbir lebih kuat.
3 Niat: Niat
adalah
Rukun Ibnu Qudamah menjelaskan : Karena niat adalah amalan hati
maka sudah cukup dengan
Tidak menghadirkan niat
sama sekali baik disengaja
2. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
maksud serta
ketetapan hati
untuk
melaksanakan
sesuatu.
َءَاغِتْبا ِلْعِفْال َةَه ِج ِبْلَقال ُهُّج ََوت
ِرْمَألِ ًَلاَثِتْما َو ىَلاَعَت ِهللا ِهْج َو
ِه
“Menghadapnya hati ke arah pekerjaan, karena
mengharap ridha Allah dan karena melaksanakan
perintah-Nya. (Al-Mughni, I : 78)
Imam An-Nawawi mengatakan:
ْالِب ٌة َرَبَتْعُم ِتاَداَبِعْال ِْعيِمَج ْيِف ُةَيِالن
ِانَسِالل ُقْطُن اَهْيِف ْيِفْكَي ََل َو ِبْلَق
َبْلَقْال ُهُتَفَلَاخُم ُّرُضَي ََل َو ُط ََرتْشُي ََل َو ِبْلَقْال ِةَلْفَغ َعَم
“Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati, dan
tidak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya
tidak sadar. Dan tidak disyaratkan dilafalkan. Ucapan
lisan yang menyalahi hati tidak mencederai suatu
perbuatan.” (Rawdhah at-Thalibin, 1:228)
menetapan hati saja sebelum
dimulainya amalan. Sehingga tidak
dipersyaratkan untuk melafadzkan
niat.
Adapun “Talafudz bi An-Niyyat”
atau mengucapkan niat dalam
bentuk kalimat seperti “ushalli..”
adalah bentuk kehati-hatian dalam
menyempurnakan niat. Dan ini
adalah pendapat dari madzhab
syafi’iyyah.
atau dengan alasan lupa.
Maka shalatnya tidak sah.
Menganggap sepela, dan
kadan mengabaikan niat
(karena sudah biasa
kadang ruh tidak lagi
terasa)
Mengganti niat di tengah
ibadah sedang berlangsung
tidak diperbolehkan.
4 Berdiri Rukun Nabi bersabda:
بْنَج ىَلَعَف ْعَِطتْسَت ْمَل ْنِإَف ، ًادِعاَقَف ْعَِطتْسَت ْمَل ْنِإَف ، اًمِئاَق ِلَص
“Shalatlah dalam keadaan berdiri. Jika tidak mampu,
kerjakanlah dalam keadaan duduk. Jika tidak mampu lagi,
maka kerjakanlah dengan tidur menyamping.” (HR
Bukhari)
Nabi berdabda:
“Jika seorang hamba jatuh sakit atau safar, ia tetap
diberi pahala ibadah sebagaimana ketika ia sehat atau
sebagaimana ketika ia tidak dalam safar” (HR. Al
Bukhari)
Shalat sunnah boleh dilakukan sambil duduk meski
tidak ada udzur atau kesulitan. Rasulullah bersabda.
“Barangsiapa yang shalat dengan berdiri, maka itu
lebih utama. Barangsiapa yang shalat dengan duduk,
Tidak terdapat bacaan atau
do’a-do’a khsusu yang diajarkan
Rasulullah, ketika berdiri (baik
imam maupun makmum)
sebelum Takbiratul Ihram
Membeca do’a tertentu
yang tidak diajarkan oleh
Nabi
Menghadapkan jari-jari kaki
ke arah kiblat ketika berdiri,
sebagian ulama memang
menganjurkannya, namun
tidak ada dalil sharih
mengenai hal ini. Adapun
berargumen dengan
keumuman dalil-dalil
menghadapkan diri ke
kiblat tidaklah tepat.
Menempelkan kaki ke
orang lain dalam shalat
jamaah bukanlah suatu
kewajiban, namun sebatas
3. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
maka baginya separuh pahala orang yang shalat
dengan berdiri. Barangsiapa yang shalat dengan tidur
(miring), maka baginya separo pahala orang yang
shalat dengan duduk.”
Sebagian ulama menganjurkan untuk memandang
tempat sujud atau kea rah depan (kiblat) semua
batasan ini tidak ada yang didasari oleh atsar yang
shahih, sehingga tidak ada yang diwajibkan untuk
dipandang ketika shalat”
Seseorang boleh memandang ke arah yang dapat
membuatnya lebih khusyu’, kecuali ketika duduk, ia
memang ke arah jari telunjuknya yang berisyarat
karena terdapat riwayat tentang hal ini” (Syarhul
Mumthi)
anjuran dalam hal
menyempurnakan barisan
shaf.
5 Takbiratul
Ihran:
Takbiratul
ihram
adalah
penanda
atau simbol
diharamka
nnya
sesuatu,
baik
ucapan
atau
gerakan
selain yang
telah
ditetapkan.
Rukun : َلاَق ِةََلَّصال ىَلِإ َامَق اَذِإَف
”
ُرَبْكَأ ُهللا
”
ِهْيَبِكْنَم ِوْذَح ىَلِإ ِهْيَدَي َعَف َر َو
َع ِ
اض َوَم ِةَعَب ْرَأ يِف ، ِهْيَنُذُأ َيتَمَْحش ىَلِإ ْوَأ
:
، ِام َرْحِاإل ِة َْريِبْكَت َدْنِع
، ِل َّوَألا ِدُهَشَّتال َنِم ِامَيِقال َدْنِع َو ، ُهْنِم ِعْفَّالر َدْنِع َو ، ِع ْوُكُّالر َدْنِع َو
َذِب ْتَّحَص اَمَك
َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِيِبَّنال ِنَع ِثْيِداَحَألا َِكل
.
“Jika berdiri shalat, maka mengucapkan ‘ ُرَبْكَأ ُهللا’ dan
mengangkat kedua tangan hingga sejajar dengan
pundak atau ujung telinga (cuping telinga).
Mengangkat tangan seperti ini dilakukan pada empat
keadaan yaitu saat: (1) takbiratul ihram, (2) ruku’, (3)
bangkit dari ruku’, (4) berdiri dari tasyahud awwal.
Yang dimaksud “takbiratul ihram” adalah ucapan “ ُهللا
ُرَبْكَأ”. Dipermulaan shalat
Takbir intiqol adalah takbir di setiap perpindahan
gerakan-gerakan shalat. Sebagian ulama
menganggap hukumnya wajib, sebagian lagi
: َلاَق ِةََلَّصال ىَلِإ َامَق اَذِإَف
"
ُرَبْكَأ ُهللا
..
" Pengucapkan takbir dalam
lafadz tajwid haanya
dipanjagkan pada huruf
lam lafdzul jalalah Allââh.
Selain itu setiap huruf
dibaca pendek
Tidak didapati hadits yang
shahih mengenai
keharusan mengarahkan
telapak tangan menghadap
kiblat. Hanya sebagai
memang terdapat atsar
shahih dari Ibnu mar
يستقبل ان استحب كبر اذا كان انه
القبلة بإبهامه
“Ibnu Umar biasanya ketika
4. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
Rasulullah
bersabda,
ِةََلَّصال ُحَاتْفِم
ُورُهُّالط
ُيرِبْكَّتال اَهُمي ِرْحَت َو
يمِلْسَّتال اَهُليِلْحَت َو
“Pembuka
shalat adalah
bersuci, yang
mengharamka
n dari perkara
di luar shalat
adalah ucapan
takbir dan
yang
menghalalkan
kembali
adalah ucapan
salam.” (HR.
Tirmidzi dan
Ibnu Majah)
menganggap hukumnya sunnah.
Wajib hukumnya melafalkan takbiratul ihram meski
shalat dilakukan dengan berjamaah.
Jari-jari direnggangkan, tidak terlalu terbuka dan juga
tidak dirapatkan
Tangan terbuka (bukan digenggam). Abu Hurairah
berkata,
ِهْيَدَي َعَف َر ِةََلَّصال يِف َلَخَد اَذِإ َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُهللا ىَّلَص ِهللا ُل ْوُس َر َانَك
ًّادَم
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallamketika masuk
dalam shalat, beliau mengangkat kedua tangannya
dalam keadaan terbuka.” (HR. Ahmad)
Kemudian hadits lain menyebutkan: “Biasanya Nabi
jika shalat beliau begini, Abu Amir (perawi hadits)
mengisyaratkan dengan gerakan tangannya, beliau tidak
membuka jari-jarinya dan tidak merapatkannya” (HR.
Ibnu Khuzaimah)
Setelah Takbir, lalu sedekap dengan meletakkan
tangan kanan di atas tangan kiri. Wail bin Hujr, ia
berkata bahwa,
َّىِبَّنال ىَأ َر ُهَّنَأ
-
وسلم عليه هللا صلى
-
ىِف َلَخَد َين ِح ِهْيَدَي َعَف َر
ََّربَك ِةََلَّصال
–
ِهْيَنُذُأ َلاَي ِح ٌماَّمَه َفَص َو
–
َعَض َو َّمُث ِهِب ْوَثِب َفَحَتْال َّمُث
ىَْرسُيْال ىَلَع َىنُْميْال ُهَدَي
Ia melihat Nabi mengangkat kedua tangannya ketika
memulai shalat dan beliau bertakbir lalu beliau
memasukkan kedua tangannya di bajunya, kemudian
beliau meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. (HR.
Muslim).
Meletakkan tangan kanan bisa pada telapak tangan,
bertakbir beliau menyukai
menghadapkan kedua ibu
jarinya ke arah kiblat” Dinukil
dari Shifatu Shalatin Nabi, 63)
5. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
pergelangan atau lengan tangan kiri. Wail bin Hujr
menyebutkan,
ِدِعاَّسال َو ِْغسُّالر َو ى َْرسُيْال ِهِفَك ِ
رْهَظ ىَلَع َىنُْميْال ُهَدَي َعَض َو َّمُث
“Kemudian meletakkan tangan kanan di atas punggung
telapak tangan kiri, di pergelangan tangan, atau di
lengan tangan kiri.” (HR. Ahmad)
Atau bisa juga tangan kanan menggenggam tangan
kiri sebagaimana disebutkan dalam hadits Wail bin
Hujr, ia berkata,
ِة َ
َلَّصال يِف اًمِئاَق َانَك اَذِإ َمَّلَس َو ِهْيَلَع ُ َّ
َّللا ىَّلَص ِ َّ
َّللا َلوُس َر ُْتيَأ َر
ِهِنيِمَيِب َ
ضَبَق
ِهِلاَمِش ىَلَع
“Aku pernah melihat Rasulullah ketika beliau berdiri
dalam shalat, tangan kanan beliau menggenggam
tangan kirinya.” (HR. An Nasai)
Saat sedekap, tangan diletakkan di pusar, bawah
pusar atau di dada?
Mayoritas ulama berpendapat bahwa meletakkan
tangan ketika sedekap tidak pada tempat tertentu. Jadi
sah-sah saja meletakkan tangan di dada, di pusar, di
perut atau di bawah itu. Sedangkan menentukan posisi
tangan sedekap tersebut baiki dada maupun di bawah
pusar sama-sama berasal dari hadits yang dho’if.
Kedua tangan diangkat setinggi pundak atau setinggi
ujung telinga Berdasarkan hadits:
يديه ُعيرف ِةالصَل إلى قام إذا َوسلم ِهعلي ُهللا ىَّصل ِهللا ُلرسو كان
بيهَكنِم َحذو كانتا إذا حتى
“Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika
6. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
shalat beliau mengangkat kedua tangannya sampai
setinggi pundaknya” (HR. Ahmad)
Juga hadits:
حتى ِهيَدَي رفع َةالصَل َحافتت إذا مَّوسل عليه ُهللا ىَّصل ِهللا ُلرسو َكان
ِهَينُذُأ َوْذَح َاتكون
Biasanya Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam ketika
memulai shalat beliau mengangkat kedua tangannya
sampai setinggi kedua telinganya” (HR. Al Baihaqi)
5 Iftitah: Dapat
dipahami juga
sebagai
pembuka atau
Muqaddimah
Sunnah إذا َمَّوسل ِهعلي ُ َّ
َّللا ىَّصل ِ َّ
َّللا ُلرسو َكان
ِ
كبيرَّتال َبين َتَكَس ََّربك
ِ
كبيرَّتال َبين َكَتكوُس َأرأيت ، يِوأم َأنت بأبي :ُلتُقف :َلقا ، ِةوالقراء
:َلقا ، ُلَقوت ما رنيِبفأخ ، ِةوالقراء
…
Hadits dari Abu Hurairah , Riwayat Muttafaq ‘alaih..
“Biasanya Rasulullah setelah bertakbir memulai
shalat, ia diam sejenak sebelum membaca ayat. Maka
aku pun bertanya kepada beliau, wahai Rasulullah,
kutebus engkau dengan ayah dan ibuku, aku melihatmu
berdiam antara takbir dan bacaan ayat. Apa yang engkau
baca ketika itu? … (beliau menyebutkan doa iftitah)”
Do’a iftitah dibaca sirr.
Do’a Ifitah hanya baca di rakaat pertama saja.
Ketika masbuk maka tidak dibenarkan membaca ifitah.
Akan tetapi ia wajib mengikuti apa yang dikerjakan
imam atau jamaah.
1
كما ، َخطاياي َوبين ينيَب دِعبا َّمُهَّالل
َدتَعبا
َّمهَّالل ، ِب ِوالمغر ِقالمشر َبين
ك ، َخطاياي من نيِنق
ينق ما
ِبوَّثال
من ِلنيساغ َّمهَّالل ، ِ
َّنسدال َمن ِ
األبيض
والبرد ِلجَّثوال ِبالماء َخطاياي
)عليه (متفق
2
بهؤَلء يجهر كان الخطاب بن عمر أن
َِكدْمَحِب َو َّمُهَّالل ََكناَحْبُس : يقول الكلمات
َارَبَت
َكُْريَغ َهَلِإ َ
َل َو َكُّدَج ىَلاَعَت َو َكُمْسا َك
)المسلم (رواه
2
ِتا َوَمَّسال َرَطَف ِيذَّلِل َيِهْج َو ُتْهَّج َو
َنِم َانَأ اَم َو اًمِلْسُم اًفيِنَح َ
ض ْرَ ْ
األ َو
َايَيْحَم َو يِكُسُن َو يِت َ
َلَص َّنِإ ،َِينك ِ
رْشُمْال
ُهَل َيك ِ
َرش َ
َل َينِمَلاَعْال ِب َر ِ َّ ِ
َلِل يِتاَمَم َو
َينِمِلْسُمْال ُل َّوَأ َانَأ َو ُت ْرِمُأ َِكلَذِب َو
َّمُهَّالل ،
Do’a iftitah disebut juga
istiftah.
Terdapat lebih dari 10
macam do’a iftitah yang
diajarkan oleh Rasulullah .
Jangan melewatkan bacaan
iftitah hanya dengan alasan
kedudukannya tidak wajib.
Jika mendapati imam tidak
sedang berdiri, misalnya
sedang rukuk, atau duduk
di antara dua sujud atau
sedang sujud, maka
makmum langsung
mengikuti posisi imam dan
membaca sebagaimana
7. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
َِكدْمَحِب َو ََكناَحْبُس َتْنَأ َّ
َلِإ َهَلِإ َ
َل ُكِلَمْال َتْنَأ yang dibaca imam. Tidak
perlu membaca doa iftitah
ketika itu.
6 Ta’awwudz:
Artinya
memita
perlindungan
kepada Allah
Sunah Setelah membaca doa istiftah, disunnahkan
membaca ta’awudz secara sirr (lirih) sebelum
membaca Al-Quran (Al-Fatihah). Perintah ta’awwudz
didasarkan pada surah An-Nakhl [16]: 98
Pada rakaat berikutnya para ulama berselisih
pendapat.
1
ِانَطْيَّشال َنِم ِيمِلَعْال ِيعِمَّسال اهللِب ُذوُعَأ
ِهِثْفَن َو ،ِه ِخْفَن َو ،ِه ِ
زَْمه ْنِم ،ِيم ِجَّالر
2
َنِم ِْميِلَعْال ِْعيِمَّسال ِْميِظَعال ِهللاِب ُذ ْوُعَأ
ْمي ِجَّالر ِانَطْيَّشال
3
ُذ ْوُعَأ
ِْمي ِجَّالر ِانَطْيَّشال َنِم ِهللاِب
Ta’awwudz idak membaca
di setiap raka’at,
“Rasulullah ketika
bangkit ke rakaat kedua,
beliau memulai dengan
membaca ‘alhamdulillahi
robbil ‘aalamiin … ‘.tidak
diam sejenak sebelum itu.”
(HR. Muslim)
7 Al-Fatihah
pada setiap
rakaat
Rukun Al-Fatihah harus dibaca disetiap rakaat.
Disunahkan dalam membaca Al-Fatihah dengan
benar. Menjaga hak-hak setiap hurufnya berdasarkan
tajwid, tahsin. Perhatikan wakaf dengan memberi
jeda di setiap ayat.
Ketentuan lain surah Al-Fatihah, tentang Basmalah.
1. Diriwayatkan dari Anas, ia berkata:
“Saya salat bersama Rasulullah Abu Bakar, ‘Umar dan
‘Utsman, tetapi saya tidak mendengar seorang pun di
antara mereka yang membaca: ‘Bismillahir-Rahmanir-
Rahim’.” [HR. Muslim].
“Saya salat di belakang Rasulullah Abu Bakar, ‘Umar
dan ‘Utsman r.a., tetapi saya tidak mendengar seorang
pun di antara mereka yang membaca ‘Bismillahir-
Rahmanir-Rahim’ dengan keras.” [HR. an-Nasa’i].
ِبسم
ِْمي ِحَّالر ِن ٰمْحَّالر ِ ه
َّللا
1
ِب َر ِ ه ِ
َلِل ُدْمَحْلَا
ََْۙنيِمَلٰعْال
2
َِْۙمي ِحَّالر ِن ٰمْحَّالر
3
ِم ْوَي ِكِل ٰم
ِِْۗنيِدال
4
ُِْۗنيِعَتْسَن ََّاكيِا َو ُدُبْعَن ََّاكيِا
5
َانِدْهِا
َۙ َْميِقَتْسُمْال َطا َر ِ
الص
6
َتْمَعْنَا َْنيِذَّال َطا َر ِ
ص
ْيَلَع ِب ْوُضْغَمْال ِ
ْريَغ َۙە ْمِهْيَلَع
َ
َل َو ْمِه
َْنيِلَّۤاضال
7
Abu Hurairah berkata
ُّىِبَّنال ىَّلَص
-
وسلم عليه هللا صلى
-
َلاَقَف ُحْبُّصال اَهَّنَأ ُّنُظَن ًةََلَص ِهِباَحْصَأِب
«
دَحَأ ْنِم ْمُكْنِم َأ َرَق َْله
.»
.َانَأ ٌلُج َر َلاَق
َلاَق
«
َآن ْرُقْال ُعََازنُأ ىِل اَم ُلوُقَأ ىِنِإ
.»
“Aku mendengar Abu Hurairah
berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi
Al-Fatihah merupakan bagian
dari rukun shalat. Karena
Nabi bersabda, “Tidak sah
shalatnya orang yang tak
membaca Surat Al-Fatihah”
(HR Muttafaq ‘alaih)
Imam Nawawi member
penjelasan hadits di atas;
bahwa membaca Al-Fatihah
wajib hukumnya bagi orang
yang shalat baik ia menjadi
imam, makmum, maupun
shalat sendirian.
Membaca Al Fatihah di
belakang imam: Jika imam
menjahrkan bacaannya,
maka cukup bagi makmum
8. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
2. Abu Hurairah ia berkata:
Rasulullah saw bersabda: “Apabila kamu membaca al-
Hamdu Lillah (surat al-Fatihah), maka bacalah
‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’, sebab surat al-Fatihah
adalah Ummul-Qur’an dan Ummul-Kitab dan Sab’ul-
Matsani, adapun basmalah adalah salah satu ayat dari
surat al-Fatihah.” [HR. ad-Daruquthni].
“Nu’aim al-Mujammir berkata: Saya salat dibelakang
Abu Hurairah (makmum). Maka beliau membaca
‘Bismillahir-Rahmanir-Rahim’,.., Lalu sesudah selesai,
beliau berkata: Demi Allah yang jiwaku berada di
tangan-Nya, sesungguhnya saya orang yang paling mirip
salatnya dengan salat Rasulullah ” [HR. an-Nasa’i].
Dari ke-empat hadits di atas kiranya dapat disimpulkan,
Rasulullah kadang-kadang membaca basmalah dalam
shalat secara jahr dan kadang-kadang membacanya
secara sirri.
wasallam shalat bersama para
sahabatnya yang kami mengira
bahwa itu adalah shalat subuh.
Beliau bersabda: “Apakah salah
seorang dari kalian ada yang
membaca surat (di belakangku)?”
Seorang laki-laki menjawab, “Saya.
” Beliau lalu bersabda: “Kenapa
aku ditandingi dalam membaca Al
Qur`an?” (HR Ahmad)
mendengar dan menyimak
bacaan tersebut.
“Dan apabila dibacakan Al
Quran, maka dengarkanlah
baik-baik, dan perhatikanlah
dengan tenang agar kamu
mendapat rahmat.” (QS. Al-
A’raf: 204)
“Barangsiapa yang shalat di
belakang imam, bacaan
imam menjadi bacaan
untuknya.” (HR. Ahmad)
8 Amin Sunah 3. Setelah membaca surah Al-Fatihah diperintahkan
membaca AAMIIN, hukumnya sunnah muakkad
4. Bahwa Rasulullah bersabda,
َلاَق اَذِإ
َّنِإَف َينِآم واُلوُقَف َينِلَّاضال َ
َل َو ْمِهْيَلَع ِبوُضْغَمْال ِ
ْريَغ ُماَمِ ْ
اإل
َينِمَْأت ُهُنيِمَْأت َقَفا َو ْنَمَف َينِآم ُلوُقَي َامَمِ ْ
اإل َّنِإ َو َينِآم ُلوُقَت َةَكِئ َ
َلَمْال
ِهِبْنَذ ْنِم ََّمدَقَت اَم ُهَل َرِفُغ ِةَكِئ َ
َلَمْال
“Jika imam membaca ‘ghoiril maghdhubi ‘alaihim wa
laaddhoolliin’, maka ucapkanlah ‘aamiin’ karena malaikat
akan mengucapkan pula ‘aamiin’ tatkala imam
mengucapkan aamiin. Siapa saja yang ucapan aamiin-nya
berbarengan dengan ucapan ‘aamiin’ dari malaikat,
maka akan diampuni dosanya yang telah lalu.” (HR. An-
َينِآم
9. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
Nasa’i)
9 Baca surah
atau ayat-ayat
pilihan
Sunah Setelah membaca surah Al-Fatihah, disunnahkan
membaca surah lainnya. Hal ini berdasarkan hadits
dari Abu Hurairah
ِآن ْرُقال ِمُأ ىَلع ْد ِ
َزت ْمَل ْوإن
ٌْريَخ هوَف َتْد ِ
ز ْوإن ْتَأ َزْأج
“Jika engkau tidak menambah selain surah Al-Fatihah,
maka itu boleh. Adapun jika engkau menambah lebih
dari itu, maka itu lebih baik.” (HR.
Anjurkan membaca surah-surah pilihan hanya pada
dua rakaat pertama.
Di rakaat ketiga dan keempat, orang yang shalat bisa
hanya membaca surah Al Fatihah saja.
Panjang-pendek surah yang dibaca harus
berdasarkan pertimbangan sunah.
Ketika berjamaah, Rasulullah menganjurkan
mempermudah dan tidak memberatkan makmum
dengan memperpanjang bacaan.
Berbeda lagi dalam rangka mendidik dan
membiasakan shalat dengan kualitas bacaan dan
surah pilihan yang panjang seperti di bulan
Ramadhan.
Berikut beberapa hadist yang
menerangkan tentang surat apa
saja yang sering dibaca Rasulullah
ketika shalat.
Pertama: Al-Kafirun (QS. 109) dan
al-Ikhlas (QS.112). Hadist
diriwayatkan Muslim, Rasulullah
disebut kerap kali membaca
keduanya saat menunaikan shalat
lima waktu, termasuk ketika shalat
qobliyah Shubuh.
Kedua, Surat at-Tin (QS. 95). Suatu
hari, Rasulullah berada dalam
suatu perjalanan. Pada saat waktu
shalat Isya tiba, ia mengajak
sahabat-sahabatnya untuk shalat.
Adapun surat yang dibaca pada
salah satu rakaat shalat Isya adalah
Surat at-Tin. Hal ini didasarkan
pada hadist riwayat Bukhari dan
Muslim.
Ketiga, Surat asy- Syams (QS. 91).
Buraidah menyebut kalau
Rasulullah pernah membaca Surat
asy-Syams pada saat shalat Isya.
Keempat, Surat al-Buruj (QS. 85)
dan at-Thariq (QS. 86). Keduanya
Tidak ada aturan pasti
terkait dengan surat atau
ayat apa saja yang harus
dibaca ketika shalat. Surat
atau ayat yang dibaca
adalah yang paling
mudah/hafal.
َم واُء َرْقاَف
ِآن ْرُقْال َنِم َرَّسَيَت ا
Maka bacalah apa yang
mudah (bagimu) dari Al
Quran
10. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
pernah dibaca Rasulullah ketika
menunaikan shalat Dzuhur dan
Ashar sebagaimana yang
diceritakan Jabir dari Samrah.
Kelima, Surat Qaf (QS. 50). Tidak
hanya membaca surat-surat
pendek yang ada di juz 30 saja,
Rasulullah juga membaca surat-
surat lainnya yang memiliki ayat
panjang. Sahabat Quthbah
menceritakan bahwa suatu ketika
Rasulullah membaca Surat Qaf
pada saat menjalankan shalat
Subuh.
11. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
10,11 Ruku
(dan
thuma'ninah)
Rukun Meletakkan kedua tangan di lutut dengan cara
menggenggamnya. (HR. Abu Daud)
Posisi punggung rata, diilustrasikan jika bejana
berisi air diletakan di atas punggungnya, maka
seimbang, tidak tumpah (HR. Ibnu Majah)
Kepala dijadikan sejajar dengan punggung. Tidak
terlalu menunduk dan tidak terlalu mengangkat
(melebihi punggung), yang beliau lakukan adalah
pertengahan. (HR Ibnu Majah)
Setelah posisi ruku’ dipastikan thumaninah,
dilanjut degan membaca do’a.
Thuma’ninah adalah sikap tenang dan mantapnya
anggota tubuh, antar gerakan shalat.
1
ِيمِظَعْال َىِبَر َانَحْبُس
3x
)مسلم (رواه
2
َِكدْمَحِبو َانَّبَر َّمُهَّالل ََكناَحْبُس
َّمُهَّالل
يِل ْرِفْغا
)البخاري (رواه
3
ٌحُّوبُس
ٌُّوسدُق
ُّب َر
ِةَكِئََلَمْال
ِوحُّالر َو
)مسلم (رواه
Sebagai ihtitiyath (kehati-
hatian) Al-Faqir tidak
memasukannya bacaan
ruku’ dengan tambahan
“Wabihamdihi”
dikarenakan terdapat
keraguan dalam
penetapan kesahihan
haditsnya.
Sementara bacaan yang
telah jelas keshahihannya
yang tidak menggunakan
tambahan redaksi
Wabihamdihi ini cukup
banyak, maka pilih saja
yang telah jelas
shahihnya.
Makruh Membaca Al
Quran Saat Ruku’ (HR
Muslim)
12,13 I’tidal (dan
thuma'ninah)
Rukun Bangkit dari ruku, disyariatkan mengangkat kedua
tangan sambil mengucapkan: “ُهَدِمَح ْنَمِل ُ َّ
َّللا َعِمَس”
Ucapkan “sami’allahu liman hamidah”. Ini berlaku
bagi imam dan orang yang shalat sendirian.
Adapun bagi makmum, bila imam mengucapkan
‘“ُهَدِمَح ْنَمِل ُ َّ
َّللا َعِمَس” cukup baginya mengucapkan
“ َانَّب َر
َكَل َو
ُدْمَحْال ” (HR. Bukhari)
Kemudian I’tidal berdiri tegak lurus setelah bangkit
Do’ I’tidal,
1
ُدْمَحْال َكَل َانَّب َر
2
ُدْمَحْال َكَل َو َانَّب َر
2
ُدْمَحْال َكَل َو َانَّب َر َّمُهَّالل
2
َكَل َانَّب َر َّمُهَّالل
ُدْمَحْال
2
ًابِيَط اًيرِثَك ًادْمَح ُدْمَحْال َكَل َو َانَّب َر
ِهيِف اًك َارَبُم
)البخاري (رواه
12. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
dari ruku’. I’tidal adalah berdiri yang memisahkan
antara ruku’ dan sujud.
Kedua tangan posisi tangan dibiarkan menjulur dan
tidak bersedekap
Thumaninah dalam posisi ‘Itidal tidak beranjak
sebelum sempurna.
2
َءْلِم
ِتمواَّسال
َءْلِوم
ِ
األرض
َءْلِوم
ما
َِئتش
نِم
شيء
ُدبع
َانَّبَر
َكَل َو
ُدْمَحْال
14,15 Sujud dua kali
dalam satu
rakaat (dan
thuma'ninah)
Rukun Cara sujud paling baik adalah dengan
mendahulukan kedua lutut sebelum kedua tangan.
Bersujud dengan bertumpu pada tujuh bagian
anggota badan: (1) Dahi (termasuk juga hidung),
(2,3) telapak tangan kanan dan kiri, (4,5) lutut
kanan dan kiri, dan (6,7) ujung kaki kanan dan
kiri. ” (HR. Bukhari)
Sikut diangkat dan direnggangkan sedikit dari iga.
Kedua telapak tangan diletakan bertepatan/sejajar
dengan bahu.
Ujung-ujung jari kaki diberdirikan atau dihadapkan
ke arah kiblat
Setelah sujud dipastikan thuma’ninah, kemudian
membaca do’a.
2
ىَلْعَألا َىِبَر َانَحْبُس
3x
2
،َِكدْمَحِبو َانَّب َر ،َّمُهَّالل ََكناَحْبُس
)البخاري (رواه يِل ْرِفْغا َّمُهَّالل
Selesai membaca do’a sujud,
diperbolehkan menambahkan
do’a-doa lain sesuai hajat
masing-masing. Pergunakanlah
sebaik-baiknya, karena sujud
merupakan waktu mustajabnya
doa.
Lalu turun sujud dan
bertakbir tanpa
mengangkat tangan.
Imam Nawawi berkata,
“Jika dari anggota tubuh
tersebut tidak menyentuh
lantai, shalatnya berarti
tidak sah.
16,17 Duduk antara
dua sujud
(dan
tuma’ninah)
Rukun Cara duduk antara dua sujud adalah iftirasy. Yaitu
dengan menduduki telapak kaki kiri (bagian dalam)
dengan kaki kanan ditegakkan bertumpu pada Jari-
jari yang dilipat ke dalam.
Kemudian, membaca di antara do’a yang
dianjurkan berikut ini;
Duduk saat shalat adalah duduk iftirosy kecuali
2
ب َر
ىِل ْرِفْغا
ب َر
ىِل ْرِفْغا
2
ىِن ُْربْاج َو ىِنْمَح ْار َو ىِل ْرِفْغا َّمُهالل
ىِنْقُز ْار َو ىِنِدْها َو
)الترمذي (رواه
Variasi urutan bacaan:
ROBBIGHFIR LII
WARHAMNII WAJBURNII
WARFA’NII WARZUQNII
WAHDINII. (HR. Ahmad,
1:371)
ALLOHUMMAGHFIR LII
13. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
pada tasyahud akhir, duduknya adalah duduk
tawarruk, yaitu dengan duduk di lantai, lantas kaki
kiri dikeluarkan dari sisi kaki kanan. (HR Bukhari)
WARHAMNII WAJBURNII
WAHDINII WARZUQNII.
(HR. Tirmidzi, no. 284)
ROBBIGHFIR LII
WARHAMNII WAJBURNII
WARZUQNII WARFA’NII.
(HR. Ibnu Majah, no. 898)
ALLOHUMMAGHFIR LII
WARHAMNII WA’AAFINII
WAHDINII WARZUQNII.
(HR. Abu Daud, no. 850)
ALLOHUMMAGHFIR LII
WARHAMNII WAHDINII
WA’AAFINII WARZUQNII.
(HR. Al-Hakim, 1:383)
18 Duduk Tahiyat
awal
Sunah Bacaan ketika Tasyahud awal dan Tasyahud akhir
adalah sama
Duduk Tahiyat awal dilakukan dengan cara Iftirasy.
Sedangkan tasyahud akhir dengan tawarruq. (HR.
Bukhari, no. 828)
1
ُاتَّي ِحَّتال
َُاتك َارَبُمْال
ُات َوَلَّصال
ُاتَبِيَّالط
ِ َّ ِ
َلِل
ُمََلَّسال
َْكيَلَع
اَهُّيَأ
ُّىِبَّنال
ُةَمْح َر َو
ِ َّ
َّللا
ُهُتاَك َرَب َو
ُمََلَّسال
َانْيَلَع
ىَلَع َو
ِداَبِع
ِ َّ
َّللا
َين ِحِلاَّصال
ُدَهْشَأ
ْنَأ
ََل
َهَلِإ
ََّلِإ
ُ َّ
َّللا
ُدَهْشَأ َو
Di hadits lain, bacaan Ibnu
Mas’ud dengan redaksi.
ُاتَّي ِحَّتال
ِ َّ ِ
َلِل
ُات َوَلَّصال َو
ُاتَبِيَّالط َو
،
ُمََلَّسال
َْكيَلَع
اَهُّيَأ
ُّىِبَّنال
ُةَمْحَر َو
ِ َّ
َّللا
19 Duduk Tahiyat Rukun
14. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
Akhir اَذِإَف
َ
سَلَج
ىِف
ِْنيَتَعْكَّالر
َسَلَج
ىَلَع
ِهِلْج ِ
ر
ى َْرسُيْال
َبَصَن َو
َىنُْميْال
،
اَذِإ َو
َ
سَلَج
ىِف
ِةَعْكَّالر
ِة َر ِاآلخ
ََّمدَق
ُهَلْج ِ
ر
ى َْرسُيْال
َبَصَن َو
ى َرْخُاأل
َدَعَق َو
ىَلَع
ِهِتَدَعْقَم
Posisi tangan di atas lutut. Jemari tangan kanan
mengepal membentuk angkat 53 sambil berisyarat
dengan jari.
“Adalah Rasulullah ketika duduk tasyahud, tangan
kiri diletakkan di lutut kiri, sedangkan tangan kanan
diletakkan di lutut kanan. Lalu ia berisyarat dengan
menggenggam simbol lima puluh tiga dan berisyarat
dengan jari telunjuk (maksudnya: jari kelingking, jari
manis dan jari tengah digenggam, lalu jari telunjuk
memberi isyarat, sedangkan jari jempol berada di
samping jari telunjuk). (HR. Muslim, no. 580).
Pandangan mata fokus pada isyarat telunjuk. Tidak
dibenarkan melebihi jari tangan. “Janganlah
pandangannya melebihi isyarat jarinya.” (HR. Abu
Daud)
Diniatkan dengan isyarat tersebut untuk
menunjukkan ikhlas dan tauhid. Hal ini disebutkan
oleh Al-Muzani dalam Mukhtashar Al-Muzani, juga
pendapat ulama Syafi’iyah lainnya.
Isyarat hanya diperitahkan untuk tangan kanan.
Berdoa meminta empat perlingungan
Memperbanyak doa.
ا
اَذ
َدَّهَشَت
ْمُكُدَحَأ
ْذ َّوَعَتَيْلَف
ِ َّ
اَلِلِب
ْنِم
عَب ْرَأ
ْنِم
ِباَذَع
َمَّنَهَج
ِباَذَع َو
ِ
ْربَقْال
ِةَنْتِف َو
اَيْحَمْال
ِتاَمَمْال َو
ْنِم َو
ِ
َرش
ِِيحسَمْال
ِلاَّجَّدال
َّمُث
وُعْدَي
ِهِسْفَنِل
اَمِب
اَدَب
ُهَل
َّنَأ
ًادَّمَحُم
ُلوُس َر
ِ َّ
َّللا
2
َّمُهَّالل
ِلَص
ىَلَع
دَّمَحُم
،
ىَلَع َو
ِلآ
دَّمَحُم
،
اَمَك
َْتيَّلَص
ىَلَع
َِيمها َْربِإ
ىَلَع َو
ِلآ
َِيمها َْربِإ
،
ْك ِ
ارَب َو
ىَلَع
دَّمَحُم
،
ىَلَع َو
ِلآ
دَّمَحُم
،
اَمَك
َتْك َارَب
ىَلَع
َِيمها َْربِإ
،
ىَلَع َو
ِلآ
َِيمهاَْربِإ
،
َكَّنِإ
ٌديِمَح
ٌدي ِجَم
2
َّمُهَّالل
ىِنِإ
ُذوُعَأ
َكِب
ْنِم
ِباَذَع
ِ
ْربَقْال
ِباَذَع َو
ِ
ارَّنال
ِةَنْتِف َو
اَيْحَمْال
ِتاَمَمْال َو
ِ
َرش َو
ِِيحسَمْال
ِلاَّجَّدال
ُهُتاَك َرَب َو
،
ُمََلَّسال
َانْيَلَع
ىَلَع َو
ِع
ِداَب
ِ َّ
َّللا
َين ِحِلاَّصال
،
ُدَهْشَأ
ْنَأ
ََل
َهَلِإ
ََّلِإ
ُ َّ
َّللا
ُدَهْشَأ َو
َّنَأ
ًادَّمَحُم
ُهُدْبَع
ُهُلوُس َر َو
.
َوْه َو
َْنيَب
َانْيَنا َرْهَظ
،
اَّمَلَف
َ
ضِبُق
َانْلُق
ُمََلَّسال
.
ىِنْعَي
ىَلَع
ِىِبَّنال
–
صلى
هللا
عليه
وسلم
Kemudian hendaklah ia
berdoa untuk dirinya sendiri
dengan doa apa saja yang ia
inginkan.
“Dengan catatan, hendaklah
dengan bahasa Arab atau
yang lebih baik adalah
dengan doa yang berasal dari
Al Quran dan hadits”.
20 Salam Rukun Nabi mengucapkan salam dua kali dalam shalat.
Namun, salam kedua itu dihukumi sunnah, bukan
Lafadz salam memang biasa
diucapkan dengan berbagai versi
Salam 1. Aisyah
Salam 2. Ibn Mas’ud & Ibn
15. No Amalan Status Kaifiyah: Cara pekasanaan Bacaan Keterangan
wajib. Inilah pendapat ulama Malikiyyah dan
Syafiiyah,
Sampai terlihat putih pipinya
َّأن
َّيالنب
َّصل
عم
كان
ُمُِسلي
عن
هِنيمي
وعن
ه ِ
يسار
:
ُمَلَّسال
عليكم
ُةورحم
،ِهللا
ُمَلَّسال
عليكم
ُةورحم
ِهللا
ىَّتح
ى َُري
ُياضَب
ِهَدخ
ُمَلَّسال
عليكم
ُ
المَّسال
ُ
عليكم
ُ
ُ
ورحمة
ُ
ُ
هللا
ُمَلَّسال
عليكم
ُةورحم
ِهللا
وبركاته
Umar 3. Ibn Umar (tp
Riwayat Syad)