Laporan praktikum ini membahas tentang pengujian kesadahan air dengan metode titrasi kompleksometri. Metode ini melibatkan pembentukan kompleks antara ion logam Ca2+ dan Mg2+ dengan EDTA sebagai titran. Titik akhir ditandai perubahan warna dari merah anggur menjadi biru. Hasil pengukuran kesadahan air dapat digunakan untuk menentukan tingkat kesadahan air, yaitu air lunak, sedang, keras, atau sangat
1. LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ANALITIK
Disusun Oleh:
KELOMPOK 7
1. Agata Febiola D.E.M. (H0917002)
2. Aloysia Mega B. (H0917015)
3. Cyrillus Alton (H0917025)
4. Lintang Sawitri (H1917007)
5. Selly Fidia (H1916016)
ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2018
2. ACARA II
KOMPLEKSOMETRI
A. Tujuan
Tujuan Praktikum Acara II “Kompleksometri” adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa mampu melakukan pengujian tingkat kesadahan air secara
langsung dari beberapa wilayah menggunakan metode titrasi
kompleksometri.
2. Mahasiswa mampu menghitung kadar kesadahan air dari beberapa wilayah
menggunakan metode titrasi kompleksometri.
3. Mahasiswa mampu menghitung kadar ion Ca2+
dan Mg2+
dalam sampel air
sadah dari beberapa wilayah.
B. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Teori
Kompleksometri atau pengelatan merupakan proses pengikatan
logam dalam suatu cairan oleh suatu senyawa yang memiliki lebih dari
satu pasang elektron bebas. Pengikatan ion logam tersebut menyerupai
penjepitan (pengkeletan), senyawa yang menjepit disebut senyawa
pengelat (chelating agent) dan ion logam dinamakan ion pusat, karena
berada di titik pusat (Septiana dkk., 2013). Metode titrasi kompleksometri
didasarkan atas pembentukan senyawa kompleks antara logam dengan
ligan (zat pembentuk kompleks), sebagai zat pembentuk kompleks yang
digunakan adalah dinatrium etilen diamina tetra asetat (Na2EDTA). Untuk
menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator logam. Salah satu
indikator yang digunakan pada titrasi kompleksometri adalah indikator
Eriochrome Black T (Bakhtra dkk., 2015).
Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air
sehat, karena kesadahan menunjukkan ukuran pencemaran air oleh
mineral-mineral terlarut seperti Ca2+
dan Mg2+
. Berdasarkan jenis anion
yang diikat oleh kation (Ca2+
atau Mg2+
), air sadah digolongkan menjadi
3. dua jenis, yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Air sadah
sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat (HCO3-
),
khususnya senyawa kalsium bikarbonat (Ca(HCO3)2) dan atau magnesium
bikarbonat (Mg(HCO3)2). Air sadah tetap adalah air sadah yang
mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-
,
NO3-
dan SO4
2-
(Sulistyani dkk., 2012).
Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat diklasifikasikan
menjadi empat kelompok yaitu kesadahan < 50 mg/L tergolong air lunak,
50-150 mg/L tergolong air menengah, 150-300 mg/L tergolong air sadah,
dan > 300 mg/L tergolong air sangat sadah. Mengacu pada SNI, Penentuan
tingkat kesadahan pada suatu sampel air dapat dilakukan dengan metode
titrasi kompleksometri menggunakan Na2EDTA 0,01 M sebagai titran dan
penambahan indikator Eriochrome Black T (EBT). Titik akhir titrasi
tecapai ketika terjadi perubahan warna analit dari merah keunguan menjadi
biru. Perhitungan untuk menentukan kadar kesadahan total pada sampel air
dapat diperoleh melalui rumus berikut ini:
Dimana, MEDTA menyatakan molaritas larutan baku Na2EDTA yang
digunakan dalam titrasi (mmol/ml), VEDTA menyatakan volume rata-rata
larutan baku Na2EDTA (ml), dan Vsampel menyatakan volume sampel uji
(ml) (Musiam dkk., 2015).
2. Tinjauan Alat dan Bahan
Buret merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan reagen
dengan berbagai volume secara akurat. Buret biasanya dikalibrasi dalam
satuan 0,1 ml. Penanda volume pada pipet pindah digunakan untuk
memindahkan larutan sebanyak volume tertentu. Ukuran pipet yang biasa
digunakan adalah 10, 20, dan 50 ml. Pengisian larutan dilakukan dengan
pompa atau bola pipet. Pompa ini dilepaskan dan larutan dibiarkan keluar
hingga mencapai tanda. Aliran larutan yang keluar dikendalikan dengan
jari telunjuk pada bagian ujung pipet. Pipet adalah alat laboratorium untuk
4. memindahkan satu interval volume dan ukurannya yang umum adalah 1
ml dan 10 ml. Labu ukur merupakan alat untuk menyiapkan volume
larutan yang akurat. Labu ini berbentuk seperti buah pir dan memiliki leher
kurus yang panjang (Cairns, 2004).
Air merupakan sumber daya alam yang sangat penting bagi semua
mahkluk hidup. Kandungan garam mineral dalam air tanah berbeda-beda
dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan karena lapisan
tanah yang berbeda pada setiap daerah. Salah satu contohnya, air tanah di
daerah tanah berkapur memiliki kandungan garam mineral Ca(HCO3)2 dan
Mg(HCO3)2 yang tinggi. Akibat tingginya kandungan garam mineral
Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2, sehingga menyebabkan kesadahan air.
Kesadahan air digunakan untuk menunjukkan kandungan garam kalsium
dan magnesium yang terlarut dalam air yang dinyatakan dalam (mg/L)
kalsium karbonat. Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi
keruh dan proses penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari
mineral ion Ca2+
dan Mg2+
yang bereaksi dengan anion sabun. Selain itu
kesadahan dalam air dapat membuat alat-alat masak seperti panci dan ketel
menjadi berkerak (Megawati dkk., 2013).
Indikator Eriochrome Black T (EBT) merupakan asam lemah
berbasa tiga. Rumus kimia senyawa ini adalah H3Er. Proses pembentukan
larutan ini diawali dari proses pengionan hidrogen yang besar dalam
larutan sehingga terbentuk H3Er-
. Indikator H3Er merupakan spesies
dominan dan berwarna biru pada pH antara 6,3 – 11,5 (Harjadi, 1990).
Eriochorom Black T dipilih dalam titrasi kompleks karena indikator ini
membentuk kompleks-kompleks 1:1 yang stabil berwarna anggur merah
dengan sejumlah kation seperti Mg2+,
Ca2+
, Zn2+
, dan Ni2+
. Senyawa EDTA
merupakan senyawa pengkelat logam, sehingga dapat digunakan sebagai
zat pengompleks. Dalam pembentukan kompleks, EDTA berperan sebagai
asam Lewis atau ligan dan logam berperan sebagai basa Lewis atau ion
pusat. Penitrasian EDTA terjadi dalam penyanggan pH 8 sampai 10 yang
menjadi rentang dari bentuk dominan Eriochrome Black T
5. (Day dan Underwood, 2002). Pada dasarnya indikator EBT yang berwarna
biru dan biasa digunakan dalam penelitian kesadahan air dapat diperoleh
dari reaksi antara EBT-Zn2+
kompleks (berwarna merah anggur) dengan
EDTA seingga menghasilkan EDTA-Zn2+
kompleks dan EBT (berwarna
biru) (Sowbhagya and S.Ananda, 2013).
C. Metodologi
1. Alat
a. Beker glass
b. Buret
c. Corong
d. Erlenmeyer
e. Penyangga
f. Pipet tetes
g. Pipet volume 25 ml dan 5 ml
h. Propipet
i. Statif
2. Bahan
a. Indikator Eriochrome Black T (EBT) 3 tetes
b. Larutan buffer pH 10 2,5 ml
c. Larutan Na2EDTA 2,5 ml
d. Sampel air 25 ml
6. 3. Cara kerja
25 ml sampel air
2,5 ml larutan
Buffer pH 10
3 tetes EBT
Gambar 2.1 Diagram Alir Cara Kerja Uji Kesadahan Air dengan
Kompleksometri
D. Hasil dan Pembahasan
Kesadahan adalah salah satu parameter tentang kualitas air yang
menunjukkan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral terlarut seperti
Ca2+
dan Mg2+
(Sulistyani dkk., 2012). Kesadahan air adalah adanya
kandungan unsur Ca2+
dan Mg2+
dalam air. Pada umumnya kesadahan
menunjukkan jumlah kalsium karbonat dalam miligram perliter atau bagian
perjuta. Kesadahan dalam air sangat tidak dikehendaki baik untuk
penggunaan rumah tangga maupun umtuk penggunaan industri. Gejala
kesadahan air yang tinggi dapat diamati dengan pada saat direbus, air akan
menghasilkan kerak di sekitar panci dan dapat diamati juga dari sabun yang
sulit berbusa (Astuti dkk., 2015). Senyawa kalsium dan magnesium bereaksi
Pemasukkan dalam erlenmeyer
Penghomogenan
Penambahan hingga warna larutan menjadi
merah anggur (warna awal)
Penitrasian menggunakan larutan
Na2EDTA 0,05 M hingga berwarna biru
Penghitungan tingkat kesadahan airnya
dengan rumus :
7. dengan sabun membentuk endapan dan mencegah terjadinya busa dalam air.
Oleh karena senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif sukar larut
dalam air, maka senyawa-senyawa itu cenderung untuk memisah dari larutan
dalam bentuk endapan dan presipitat yang akhirnya menjadi kerak.
Berdasarkan jenis anion yang diikat oleh kation (Ca2+
atau Mg2+
), air sadah
digolongkan menjadi dua jenis, yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap.
Air sadah sementara adalah air sadah yang mengandung ion bikarbonat
(Ca(HCO3)2) dan atau magnesium bikarbonat (Mg(HCO3)2). Disebut air sadah
sementara karena kesadahannya dapat dihilangkan dengan pemanasan air
membebaskan ion Ca2+
dan atau Mg2+
. Air sadah tetap adalah air sadah yang
mengandung anion selain ion bikarbonat, misalnya dapat berupa ion Cl-
, No3
-
,
dan SO4
2-
. Berarti senyawa yang terlarut boleh jadi berupa kalsium klorida
(CaCl2), kalsium nitrat (Ca(NO3)2), magnesium klorida (MgCl2), magnesium
nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung
senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak
bisa dihilangkan hanya dengan pemanasan
(Sulistyani dkk., 2012).
Tingkat kesadahan air dapat dibedakan menjadi air lunak, air sedang,
air keras, dan air sangat keras. Air dianggap lunak atau kesadahannya rendah
(soft), jika kandungan unsur mineralnya rendah. Sementara itu, air dianggap
keras atau kesadahannya tinggi (hardness), jika kandungan unsur mineralnya
tinggi. Contohnya, jika air mengalir di sungai yang tanahnya banyak
mengandung kalsium, air tersebut juga akan banyak mengandung kalsium
yang sangat tinggi. Semakin tinggi unsur mineral yang dibawahnya, semakin
keras juga sifat kesadahan air tersebut. Berikut ini adalah tabel tingkatan
kesadahan air berdasarkan jumlah kandungan kalsium karbonat.
8. Tabel 2.1 Tingkat Kesadahan Air berdasarkan Jumlah Kandungan CaCO3
Tingkat Kesadahan Kandungan Kalsium
Karbonat (ppm)
Nilai Kesadahan
(dCH0
)
Lunak(rendah) 0-50 0-3,5
Sedang 50-100 3,5-10
Keras (tinggi) 100-300 10,5-21
Sangat Keras >300 >21
Sumber : (Supriyadi, 2004)
Penetapan kesadahan menggunakan metode kompleksometri yaitu
pembentukan kompleks berwarna oleh logam. Titrasi kompleksometri dapat
melibatkan reaksi pembentukan kompleks atau reaksi substitusi ligan, dimana
ligan pada ion pusat atau logam digantikan dengan oleh ligan. Dengan
menggunakan larutan baku Na2EDTA dan indikator EBT. Pada penambahan
indikator EBT pada larutan yang mengandung ion Ca2+
dan Mg2+
pada pH 10
± 0,1 larutan akan menjadi merah anggur. Kemudian dititrasi dengan
Na2EDTA, ion Ca2+
dan Mg2+
sudah terikat, larutan yang berwarna merah
anggur berubah menjadi biru sebagai titik akhir titrasi (Ningtyas, 2014).
Senyawa yang terlarut dapat berupa kalsium klorida (CaCl2), kalsium nitrat
(Ca(NO3)2), kalsium sulfat (CaSO4), magnesium klorida (MgCl2), magnesium
nitrat (Mg(NO3)2), dan magnesium sulfat (MgSO4). Air yang mengandung
senyawa-senyawa tersebut disebut air sadah tetap, karena kesadahannya tidak
bisa dihilangkan hanya dengan cara pemanasan. Untuk membebaskan air
tersebut dari kesadahan, harus dilakukan dengan cara kimia, yaitu dengan
mereaksikan air tersebut dengan zat-zat kimia tertentu. Pereaksi yang
digunakan adalah larutan karbonat, yaitu Na2CO3(aq) atau K2CO3(aq).
Penambahan larutan karbonat dimaksudkan untuk mengendapkan ion Ca2+
dan atau Mg2+
. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi
CaCl2 (aq) + Na2CO3 (aq) –> CaCO3 (s) + 2NaCl (aq)
Mg(NO3)2 (aq) + K2CO3 (aq) –> MgCO3 (s) + 2KNO3 (aq)
Dengan terbentuknya endapan CaCO3 atau MgCO3 berarti air tersebut telah
terbebas dari ion Ca2+
atau Mg2+
atau dengan kata lain air tersebut telah
terbebas dari kesadahan (Gao et al., 2013 ; Sangale et al., 2014).
9. Proses penentuan kesadahan air dapat mengacu pada SNI 06-6989.12-
2004 tentang cara analisa kesadahan air. Sebanyak 25 mL sampel diambil dan
ditambahkan akuades hingga volumenya 50 ml. Titrasi kompleksometri
selektif terhadap pH sehingga kemudian perlu ditambahkan larutan
penyangga pH 10. Selanjutnya ditambahkan juga indikator Eriochrome Black
T lalu kemudian dititrasi dengan titran larutan baku Na2EDTA 0,01 M. Titrasi
dihentikan ketika titik akhir titrasi tercapai yang ditunjukkan dengan
perubahan warna dari merah keunguan menjadi biru. Titrasi dilakukan
sebanyak 2 kali untuk masing-masing sampel. Perhitungan untuk menentukan
kadar kesadahan total dilakukan dengan rumus berikut:
Pada titrasi kompleksometri digunakan larutan buffer pH 10 dan
Na2EDTA. Larutan buffer pH 10 digunakan untuk mempertahankan pH.
Larutan buffer pH 10 juga digunakan untuk keberlangsungan proses titrasi.
Pada pH 10, sebagian EDTA dapat terbentuk dan terjadi reaksi adisi
kompleksometri (Yappert and DuPré, 1997). EDTA merupakan senyawa
pengkhelat logam, sehingga dapat digunakan sebagai zat pengompleks.
Dalam pembentukan kompleks, EDTA berperan sebagai asam Lewis atau
ligan dan logam berperan sebagai basa Lewis atau ion pusat. Pada metode
kompleksometri digunakan Na2EDTA yang berfungsi sebagai zat pembentuk
kompleks (ligan) (Bakhtra dkk., 2015).
Tabel 2.2 Hasil Pengujian Kesadahan Air pada Sampel Air dari Berbagai
Daerah
Kel. Wilayah Vol M Vol Kesa Peruba Tingkat
10. Sam
pel
(ml)
Na2
EDT
A
Na2
ED
TA
daha
n Air
han
Warna
Kesadahan
1 PAM
Surya
25 0,05 1 5,6 Ungu-
biru
lunak
2 Sumur
Sekarpace
25 0,05 0,6 3,36 Ungu-
biru
Sangat lunak
3 PAM
Mojosong
o
25 0,05 1 5,6 Ungu-
biru
lunak
4 Sumur
mendung
25 0,05 0.9 5,04 Ungu-
biru
Lunak
5 Sumur
semanggi
25 0,05 1 5,6 Ungu-
biru
Lunak
6 Sumur
pucangsa
wit
25 0,05 0.6 3,36 Ungu-
biru
Sangat lunak
7 Sumur
kabut
25 0,05 1,9 10,64 Ungu-
biru
Agak keras
8 Sumur
karangann
yar
25 0,05 1 5,6 Ungu-
biru
Lunak
9 Palur 25 0,05 1,1 6,16 Ungu-
biru
Lunak
10 Kebakkra
mat
25 0,05 0,9 5,04 Ungu-
biru
Lunak
11 Taman
cerdas
25 0,05 1,7 9,54 Ungu-
biru
Agak keras
12 Sekar pace 25 0,05 1 5,6 Ungu-
biru
Lunak
13 Surya
tenggelam
25 0,05 2 11,2 Ungu-
biru
Agak keras
14 Klebet 25 0,05 0.7 3,92 Ungu-
biru
Sangat
Lunak
15 Tejo1 25 0,05 1,6 8,96 Ungu-
biru
Agak keras
11. 16 Sumur
surya 1
25 0,05 1,1 6,16 Ungu-
biru
Lunak
Sumber : Laporan Sementara
Pada praktikum Acara II “Kompleksometri”, sampel yang digunakan
yaitu air dari PAM dan sumur yang diambil dari berbagai wilayah. Sampel
kemudian diambil 25 ml kemudian dititrasi dengan Na2EDTA 0,05 M. sampel
dititrasi sampai mengalami perubahan warna menjadi ungu-biru. Kemudian
dihitung kesadahan airnya dan tingkat kesadahannya. Berdasarkan Tabel 2.2
didapatkan hasil pada sampel PAM Surya kesadahan air sebesar 5,6 DH
(lunak), sampel sumr sekarpace sebesar 3,36 DH (sangat lunak), PAM
Mojosongo sebesar 5,6 DH (lunak), sumur mendung 5,04 DH (lunak), sumur
semanggi sebesar 5,6 DH (lunak), sumur pucang sawit 3,36 DH (sangat
lunak), sumur kabut 10,64 DH (agak keras), sumur karangannyar 5,6 DH
(lunak), air dari wilayah palur senesar 6,16 DH (lunak), air dari wilayah
kebakkramat 5,04 DH (lunak), air dari taman cerdas 9,04 DH (agak keras), air
dari wilayah sekar pace 5,6 DH (lunak), air dari wilayah surya tenggelam
11,2 DH (agak keras), air dari wilayah klebet 3,92 DH (sangat lunak), air dari
wilayah Tejo 1 sebesar 8,96 DH (agak keras), dan air wilayah sumursurya 1
sebesar 6,16 DH (lunak).
Dari hasil yang didapatkan tingkat kesadaan air dari setiap wilayah
berbeda- beda. Rata- rata sampel air PAM memiliki tingkat kesadahan yang
lunak, sedangkan pada sampel air sumur memiliki tingkat kesadahan yang
bervariasi dari lunak sampai agak lunak. Perbedaan tingkat kesadahan ini
dikarenakan kandungan ion Ca+
atau Mg+
. Menurut Chandra (2006), semakin
keras tingkat kesadahannya semakin banyak kandungan CaCO3 (50 ppm) di
dalam 1 liter air. Hal ini ditandai dengan perubahan warna saat titrasi,
perubahan warna dari ungu menjadi biru, menandakan air tidak mengalami
kesadahan atau tidak mengandung ion Ca+
atau Mg+
dalam jumlah yang
cukup banyak. Sedangkan pada sampel yang terjadi perubahan warna dari
ungu menjadi biru, menandakan air tersebut mengalami kesadahan atau
mengandung ion Ca+
atau Mg+
dalam jumlah yang cukup banyak.
12. Menurut Buckle (1987), standar mutu air antara lain bebas dari rasa dan
bau, bebas dari Coliform dan cemaran polusi. Hal ini dapat dicegah dengan
penanggulangan polusi air. Berdasarkan hasil praktikum sampel air dari
berbagai wilayah telah memenuhi SNI 01-3553-1994. Standart kesadahan
yang ditentukan yaitu 500 mg/L. Hal ini menunjukkan sampel air dari
berbagai wilayah tersebut layak untuk dikonsumsi. Standar mutu air
berdasarkan SNI 01-3553-1994 dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut:
Tabel 2.3 Syarat Mutu Air
No Kriteria Mutu Persyaratan
1
2
3
4
5
6
7
Bau
Rasa
Warna
Suhu
Kesadahan
pH
Kekeruhan
Tidak berbau
Normal
15 TCU
Suhu udara ±3 o
C
500 mg/L
6,5-9
Max 5 NTU
Sumber : Dewan Standarisasi Nasional 1994 dalam Buckle, et al(1987)
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesadahan air, antara lain
Total Dissolved Solid (TDS) dan topografi. Total Dissolved Solid (TDS),
yaitu semakin tinggi jumlah padatan yang terlarut, maka tingkat
kesadahannya juga semakin tinggi, begitu pula sebaliknya. Sedangkan
topografi, yaitu di mana daerah dataran rendah cenderung lebih cepat
berkembang dibandingkan daerah yang memiliki topografi lebih tinggi,
sehingga frekuensi pengambilan air tanah lebih besar dan kemungkinan
tercemar juga lebih besar (Morintoh dkk., 2015). Selain itu, tingginya jumlah
ion Ca2+
pada air juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
tingkat kesadahan air. Semakin tinggi jumlah ion Ca2+
, maka akan
mengakibatkan tingginya tingkat kesadahan pada air tersebut
(Herawati dkk., 2015). Kemudian, menurut Yusuf dkk. (2011), faktor lainnya
adalah letak sumur. Sumur yang dekat dengan pembuangan sampah, limbah,
dan septik tank cenderung memiliki tingkat kesadahan yang tinggi karena
mudah tercemar limbah-limbahnya. Oleh sebab itu, sumur harus dibangun
pada jarak minimal 10 meter dari pembuangan sampah, limbah, dan septik
tank.
13. Beberapa metode atau cara telah diciptakan untuk menghilangkan atau
mengurangi tingkat kesadahan air. Metode untuk menghilangkan kesadahan
air tersebut disebut pelunakan kesadahan. Pelunakan kesadahan adalah suatu
proses untuk menghilangkan kation Ca2+
dan Mg2+
dari dalam air. Pelunakan
kesadahan dapat dilakukan dengan pemanasan, pengendapan dengan kapur
soda, dan pertukaran ion (Campbell and Dan, 2010). Selain itu, upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan ion Ca2+
dalam air, yaitu dengan
menggunakan zeolit. Zeolit dapat menurukan ion Ca2+
dalam air karena zeolit
memiliki kemampuan sebagai penukar ion. Sifat penukar ion pada zeolit
karena adanya kation logam alkali dan alkali tanah. Kation tersebut dapat
bergerak bebas di dalam rongga dan dapat dipertukarkan dengan kation
logam lain dengan jumlah yang sama (Herawati dkk., 2015).
Kesadahan dalam tingkat tertentu akan bermanfaat bagi kesehatan,
namun ketika kesadahan menjadi tinggi dan dikonsumsi manusia dalam
jangka waktu yang lama akan dapat mengganggu kesehatan. Secara khusus,
kelebihan unsur kalsium akan menjadikan hyperparatyroidsm, batu ginjal
(kidney stone), dan jaringan otot rusak (musculus weakness). Kelebihan
logam magnesium dalam darah akan mempengaruhi syaraf otot dan otot
jantung yang ditandai lemahnya refleksi dan berkurangnya rasa sakit pada
otot yang rusak. Dalam pemakaian cukup lama, kesadahan dapat
menimbulkan gangguan ginjal akibat terakumulasinya endapan CaCO3 dan
MgCO3 (Krisna, 2011).
Penggunaan air sadah untuk pencucian berakibat pada pemakaian sabun
yang meningkat karena kesadahan air menyebabkan kesukaran dalam
pembentukan busa oleh sabun. Sabun dalam air akan bereaksi lebih dahulu
dengan ion-ion kalsium dan magnesium sebelum berfungsi sebagai penurun
tegangan permukaan air. Air sadah menyebabkan fouling pada membran
terutama membran reverse osmosis. Selain itu, air sadah menyebabkan noda
pada bahan pecah belah dan bahan flat, menyebabkan bahan linen berubah
pucat. Residu kesadahan air dapat melapisi elemen pemanas dan kemudian
14. menurunkan efisiensi panas dan dapat menciptakan buih logam pada kamar
mandi shower dan bathtubs (Nurhayati, 2010).
Penentuan kesadahan berfungsi untuk mengetahui status dan kelayakan
air yang digunakan oleh masyarakat. Air yang layak digunakan mempunyai
standar persyaratan terntu diantaranya jumlah kandungan unsur Ca2+
dan
Mg2+
dalam air yang keberadaannya biasa disebut dengan kesadahan air.
Penentuan air sadah juga bermanfaat untuk mengetahui proses pengolahan
(treatment) yang akan dilakukan pada air. Misalnya air sadah harus
diendapkan atau disaring terlebih dahulu sebelum digunakan sebgai air
minum atau memasak (Astuti dkk., 2015).
Senyawa-senyawa kalsium dan magnesium relatif lebih sukar larut
dalam air sehingga senyawa-senyawa ini cenderung membentuk endapan
yang kemudian melekat pada logam dan menjadi keras, akibatnya timbul
kerak pada logam dan menyebabkan penyumbatan saluran pipa, kran dan
boiler (Nurhayati, 2010). Kerak terbentuk oleh adanya pengendapan antara
ion-ion, maka bila semakin banyak ion yang bereaksi dan mengandap akan
menjadikan konduktivitas larutan menjadi kecil. Sehingga massa kerak yang
terbentuk akan lebih banyak. Pembentukan kerak merupakan fenomena
pengkristalan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor tersebut
diantaranya kondisi larutan lewat jenuh, laju alir, temperaut, pengotor, dan
adanya ion-ion logam pada air (Ma’mun dkk., 2013).
15. E. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Kimia Analitik Acara II “Kompleksometri”
dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Kompleksometri ialah metode yang dipakai untuk penetapan kadar logam.
Metode ini didasarkan pada pembentukan senyawa kompleks logam
dengan zat pembentuk kompleks.
2. Titrasi kompleksometri dapat dilakukan dengan penambahan zat
pembentuk kompleks yaitu dinatrium etilen diamina tetra asetat
(Na2EDTA). Untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan indikator
logam yaitu indikator Eriochrome Black T (EBT). Titik akhir titrasi
ditandai dengan terbentuknya semburat warna biru.
3. Berdasarkan praktikum diperoleh rata- rata sampel air PAM memiliki
tngkat kesadahan yang lunak, sedangkan pada sampel air sumur memiliki
tingkat kesadahan yang bervariasi dari lunak sampai agak lunak.. Nilai
kesadahan terbesar terdapat pada sampel air dari sumur Kabut sebesar 11,2
DH. Sedangkan, nilai kesadahan terkecil terdapat pada sampel air dari
sumur Sekar pace dan Pucang sawit sebesar 3,36 DH.
16.
17.
18. DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Dian Wuri., Muji Rahayu., dan Dewi Sri Rahayu. 2015. Penetapan
Kesadahan Total (CaCO3) Air Sumur di Dusun Cekelan Kemusu Boyolali
dengan Metode Kompleksometri. Kesmas 9 (2) : 119-124.
Bakhtra, Dwi Dinni Aulia., Zulharmita., dan Valeria Pramudita. 2015. Penetapan
Kadar Zink pada Sediaan Farmasi dengan Metode Kompleksometri dan
Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Farmasi Higea 7 (2): 181-189.
Buckle, K.A.,R.A. Edwards, G.H. Fleet dan M. Wootton. 1987. Ilmu Pangan.
Universitas Indonesia Press. Jakarta.
BSN [Badan Standarisasi Nasional]. 1992. Air Minum. SNI 01-3553-1994.
Jakarta.
Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi. Buku Kedokteran ECG. Jakarta.
Campbell, Jarryd and Dan Peterson. 2010. Determination of Water Hardness from
Common Water Sources Using Flame Atomic Absorbance Spectrometry.
Concordia College Journal of Analytical Chemistry 1 (1):4 – 8.
Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Buku
kedokteran. Jakarta.
Day, R.A., dan Underwood, A.L. 2002. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam.
Erlangga Jakarta.
Gao, J., Yafei G., Shiqiang W., Tianlong D., Yu-Wei C., and Nelson Belzile.
2013. Interference of Lithium in Measuring Magnesium by
Complexometry: Discussions of The Mechanism. Journal of Chemistry.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
Herawati, Netti., Alimin., dan A. Zulfikar Effendi. 2015. Penurunan Ion Ca2+
pada
Air dari Sumber Mata Air Citta Kabupaten Soppeng dengan Menggunakan
Zeolit Alam Toraja (Zeolit Mordenit). Jurnal Sainsmat 4 (2):148-158.
Krisna, Dwi Nur Patria. 2011. Faktor Resiko Penyakit Batu Ginjal. Jurnal
Kesehatan Masyarakat 7(1): 51–62.
Ma’mun, Hisyam, A. P. Bayuseno dan S. Muryanto. 2013. Pembentukan Kerak
Kalsium Karbonat (CaCO3) Di Dalam Pipa Beraliran Laminer Pada Laju
Alir 30 ml/menit Hingga 50 ml/menit dan Penambahan Aditif Asam
Malat. Prosiding SNST ke-4 ISBN 978-602-99334-2-0: 100–105.
Megawati, Ni Made Shinta., Anak Agung Bawa Putra., dan James Sibarani. 2013.
Pemanfaatan Arang Batang Pisang (Musa paradesiacal) untuk
Menurunkan Kesadahan Air. Jurnal kimia 7 (2) : 153-162.
Musiam, Siska, Siti Darmiani, dan Aditya Maulana Perdana Putra. 2015. Analisis
Kuantitatif Kesadahan Total Air Minum Isi Ulang yang Dijual di Wilayah
Kayu Tangi Kota Banjarmasin. Jurnal Ilmiah Manuntung 1 (2) : 145-148.
19. Morintoh, Puspithasari., F Rumampuk Jimmy., dan Lintong Fransiska. 2015.
Analisis Perbedaan Uji Kualitas Air Sumur di Daerah Dataran Tinggi Kota
Tomohon dan Dataran Rendah Kota Manado Berdasarkan Parameter
Fisika. Jurnal e-Biomedik 3(1):424 – 429.
Nurhayati, Indah. 2010. Inasi Media Filtrasi Untuk Penurunan Kesadahan dan
Besi. Jurnal Teknik Waktu 8(1): 108–117.
Sangale, M. D., A. S. Daptare., and D. V. Sonawane. 2014. Determination of
Alumunium and Magnesium Ions in Some Commercial Adsorptive
Antacids by Complexometry Titrations. International Journal of
Advanced Scientific and Technology Research 4 (4) : 452-465.
Septiana,Arkie., Frans Arienata., dan Andri Cahyo Kumoro. 2013. Potensi Jus
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Sebagai Bahan Pengkelat dalam Proses
Pemurnian Minyak Nilam (Patchouli Oil) dengan Metode
Kompleksometri. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri 2(2) : 257-261.
Sulistyani, Sunarto., dan Annisa Fillaeli. 2012. Uji Kesadahan Air Tanah di
Daerah Sekitar Pantai Kecamatan Rembang Propinsi Jawa Tengah. Jurnal
Sains Dasar 1(1) : 33-38
Supriyadi, H. 2004. Membuat Ikan Hias Tampil Sehat dan Prima. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Sowbhagya., and S.Ananda. 2013. Syntesis of Erichrome Black T-Zn2+
Complex
by Electrochemichal Method, Characteization and Kinetic Study of The
Formation of Complex. International Journal of Chemistry and
Application 5(3): 169-178.
Yappert, M. Cecilia., and Donald B. DuPré. 1997. Complexometric Titrations:
Competition of Complexing Agents in the Determination of Water
Hardness with EDTA. Journal of Chemical Education 74(12):1422-1423.
Yusuf, Yusdinar., Nisma Fatimah., dan Khaira Rusdi Numlil. 2011. Analisa
Kandungan Air Sumur Warga RT 12, 17, dan 18 RW 09 Kelurahan Kelapa
Dua Wetan Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Prosiding Penelitian
Bidang Ilmu Eksakta 2011:61-87.
20. LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 2.2 Hasil Titrasi Air PAM Gambar 2.3 Penetesan indicator
EBT
Gambar 2.4 Proses pentitrasian Gambar 2.5 Erlenmeyer dan
Indikator EBT