SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Perjalanan yang belum selesai  (4) Menjadi Pegawai Negeri termuda. KKN ria marak di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Kementrian lain secara meluas. Oleh: Muhammad Jusuf * Tepat pada tanggal 1 Juni 1980 berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ketika itu dijabat Prof.Dr.Daoed Joesoef saya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat Juru Muda TK I golongan I/b dengan Nomor Pokok Induk Pegawai (NIP) 130782956. Golongan I B itu setara dengan ijasah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya diangkat menjadi pegawai negeri sipil setelah mengalami masa percobaan atau masa calon Pegawai Negeri Sipil selama sekitar 9 bulan. Salah satu alasan mengapa saya menggunakan ijasah SMP, karena ketika saya mengajukan lamaran itu, ketika saya masih duduk di kelas tiga SMA, sekitar bulan Akhir  1978, sedangkan tes pegawai negeri sekitar awal bulan 1979, dan diterima dan mulai bekerja sekitar bulan Juni 1979, satu bulan setelah saya lulus SMU yang diperpanjang hingga enam bulan, yaitu sekitar bulan Mei 1979. Ketika itu, memang saya hanya ‘’iseng’’ melihat iklan salah satu Koran ibukota bahwa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tengah menerima lowongan calon pegawai negeri sipil. Lalu saya mengantar sendiri lowongan itu ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, karena disana juga ada pengumuman lowongan di depan dinding Bagian Kepegawaian, yang ketika itu Kepala Bagiannya dipimpin Drs.Zakir Boneh. Saya lantas dipanggil untuk mengikuti tes calon pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dilakukan serentak, saya kebagian tes di Stadion Utama Senayan, kini bernama Stadion Bung Karno, atau lapangan Sepakbola senayan. Stadion ketika itu terasa seperti tengah menonton sepak bola, karena penuh dengan para peseerta. Beberapa bulan kemudian sesuai dengan petunjuk dan pengumuman yang ada, saya melihat hasil pengumuman lulus tidaknya saya menjadi pegawai negeri langsung di kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Pintu I Senayan. ‘’Syukur Alhamdulillah, saya lulus tahap pertama, dan diharuskan mengikuti tahap kedua, berupa wawancara dan tes praktek, yaitu tes mengetik’’. Bulan berikutnya, saya pun menghadiri tes wawancara, yang ketika itu dilakukan Pak Taslim Umar, yang sudah menjadi salah satu pimpinan di Direktorat itu. Seusai wawancara, saya langsung tes mengetik di ruang bagian ‘’penggandaan’’ yang ketika itu dipimpin Bapak Sudirman. Saya tidak mengira, ternyata, setelah saya dinyatakan lulus, kemudian saya memang ditempatkan dibagian ‘’penggandaan’’ bagian umum yang Kepala Bagiannya dipimpin CST Kansil, SH, yang ketika itu sudah ‘’nyambi’’ mengajar di berbagai perguruan tinggi , antara  lain mengajar di Universitas Kristen Indonesia (UKI). Di bagian penggandaan ini, saya ditugaskan untuk menjadi spesialis ‘’mengetik’’, karena tugasnya hanya mengetik surat-surat yang konsepnya dikirim dari berbagai penjuru Direktorat, mulai dari Sekretariat, Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Kemahasiswaan, Bagian Perencanaan, dan seluruh bagian lain, karena memang di bagian penggandaan inilah memang banyak tenaga ‘’pengetik’’ surat. Bagian ini juga merupakan bagian yang bertugas untuk menggandakan buku-buku, termasuk buku untuk pegangan para dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Seperti  saya sudah katakana di awal, salah satu pertimbangan saya melamar menjadi pegawai negeri sipil itu adalah, karena kondisi ekonomi keluarga saya yang ‘’pas-pasan’’. Dengan orang tua yang hanya berpangkat Peltu, dengan sepuluh orang anak, saya sudah membayangkan, akan sulit sekali bagi Ayah saya untuk membiayai seluruh anak-anaknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Kakak saya saya, ketika itu, yang sudah lulus SMP, untuk menjadi perawat saja harus menunggu dua tahun kemudian, sebelum ayah saya memiliki uang baru dimasukkan ke Sekolah Perawat di RSPAD Gotot Subroto, Jakarta. Saya sendiri termasuk ‘’bangga’’, walaupun masuk di level rendah, dan mungkin menjadi pegawai negeri sipil yang termuda, karena masih berusia 18 tahun, dan masuk masa percabaan di usia awal 17 tahun. Setelah setahun saya bekerja menjadi pegawai negeri sipil dengan gaji golongan 1/b Rp 18,500 per bulan, ketika itu tergolong pas-pasan. Hanya cukup untuk transport dan makan siang sebulan. Tidak bias dan tidak cukup untuk keperluan di luar kebutuhan pokok itu. Saya kira, saya masuk di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mungkin karena di level bawah, I B, dan keterampilan mengetik saya yang tergolong bagus, cepat, karena saya sejak kelas ! SMA sudah mengikuti kursus ‘’mengetik’’ yang menggunakan 11 jari. Ketika itu, kursus mengetik ‘’Caraka College’’ kebetulan bersebelahan dengan gedung SMA II Pancasila, sehingga satu dua jam sebelum masuk sekolah SMA saya seminggu tiga kali bias mengikuti kursus itu dengan lancar. KKN Di usia saya, yang baru 18 tahun, tentu saja pengetahuan saya mengenai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN)  belumlah tidak seluas seperti sekarang. Namun, ternyata saya telah menyadari, KKN itu telah menyeliputi seluruh birokrasi di Indonesia, tidak terkecuali di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ini tergambar dan masih saya ingat, ketika harian Sinar Pagi dan beberapa harian Ibukota ketika itu menulis adanya kasus korupsi yang dilakukan oknum di Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Nilainya, tergolong besar, mencapai Rp 6 miliar, suatu angka yang ketika itu cukup besar. Pejabat yang menjadi ‘’tertuduh’’ ketika itu memang tidak sampai dilimpahkan ke pengadilan, hanya dipindahkan saya ke lingkungan di Universitas Indonesia. Saya pun masih ingat, ternyata tes masuk yang diikuti ribuan calon pegawai negeri sipil yang berlangsung di Stadion Utama Senayan ternyata bukan berarti mencerminkan bahwa tes telah berlangsung ‘’bersih’’ tanpa KKN. Bayangkan saja, di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang ketika itu Direktur Jenderalnya dipegang Bapak Prof.Dr.Donny Tisna Amidjaja, dan Menterinya Bapak Daoed Joesoef, KKN sudah merajalela. Ada anaknya menjadi pegawai negeri disitu, di saat bersamaan orang tuanya adalah pejabat nomor dua di Direktorat Jenderal ini, bahkan mantu dan saudara-saudara lainnya pun juga masuk. Ada pegawai, yang memang memiliki Paman yang sudah senior, dan kalau saya perhatian, hamper semua memiliki hubungan sanak saudara  dan family. Itulah sebabnya, bila paman, Bapak, dan saudara mereka yang melakukan KKN, tentu saja pasti di dukung oleh keluarga mereka yang memang sudah ada di dalam, baik terlibat langsung maupun tidak, sehingga mereka ‘’aman’’ dan tidak bocor ke luar atas apa yang telah mereka lakukan. Korupsi ketika itu, mulai dari ‘’mark up dan upeti’’ proyek,  perjalanan dinas fiktif, upeti dari penjual took, karena walau mereka menulis harga pembelian di kwitansi sesuai dengan jumlah yang dipertanggungjawabkan, namun  atas jasanya membeli berbagai barang di tokonya, pemilik ‘’toko’’ memberikan ‘’upeti’’ kepada ‘’kepala proyek’’  atau pimpinan yang memiliki wewenang untuk melakukan pembelian. Saya menduga, suasana ber – KKN – ria ini juga ada di seluruh birokrasi dan di suluruh Departemen atau Kementrian di Indonesia, merata dari Sabang sampai Merauke, utamanya di kantor-kantor pusat. Itulah sebabnya, sampai President Soeharto ‘’turun’’, KKN ini masih sulit diberantas sampai ke akar-akarnya, sampai kini, mungkin. Bayangkan saya, kita yang tidak tahu apa-apa, kemudian ditawari oleh bagian keuangan atau bagian lain untuk menandatangani suatu kwitansi, tanpa kita sendiri tahu untuk apa kita menandatangani kwitansi itu, dengan janji, kalau kita mau bias memperoleh bagian antara 20% sampai 50% dari nilai ‘’kwitansi fiktif’’ yang kita telah tandatangani. Belum lagi, kalau kita bersedia menandatangani berbagai berkas perjalanan dinas, termasuk berbagai kwitansi, padahal perjalanan dinas ini kita sendiri belum pernah melakukannya. Tentu saja bagian yang ‘’memanipulasi’’ data ini, sudah berpengalaman dan lihai, sampai-sampai, mereka pun memiliki bukti bekas tiket pesawat atas nama kita, kalau kita bersedia menandatangani. Konon, kabarnya, mereka mendapatkan resi tiket asli itu dengan membelinya di berbagai biro perjalanan. Bukti tiket pesawat itu asli, tapi palsu, artinya, tiket dengan nomor yang sama dengan nama yang berbeda bias di jual ke calon penumpang lain yang memang membutuhkan untuk penerbangan itu. Begitu pula denan tiket pelayaran dan menggunakan Kereta Api. Saya perkirakan, manipulasi perjalanan dinas ‘’fiktif’’ ini, kalau dijumlahkan di seluruh Indonesia, jumlahnya bias miliaran rupiah, bahkan mencapai ratusan miliar. Kalau dijumlahkan dengan korupsi di bidang lain, berarti ‘’negara’’ telah dirugikan triliunan rupiah per tahunnya. Dan kalau itu telah berlangsung lebih 30 tahun, berarti, mungkin kini Indonesia, paling tidak sama makmurnya dengan Malaysia, yang sudah memiliki income per kapita yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Dana yang berhasil di korupsi itu, juga mungkin sudah berhasil menyatukan Pulau Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan jalan raya antar propinsi yang mulus. Kita pun sudah sejak awal telah memiliki jembatan ‘’Suramadu’’ dan kemungkinan telah memiliki Jembatan yang menghubungkan Bali dan Pulau Jawa, serta Jempatan antara Jawa dan Sumatera melalui Selat Sunda.
Perjalanan Yang Belum Selesai (4)
Perjalanan Yang Belum Selesai (4)
Perjalanan Yang Belum Selesai (4)

More Related Content

Viewers also liked

Kcd226 Sistem Operasi Lecture03
Kcd226 Sistem Operasi Lecture03Kcd226 Sistem Operasi Lecture03
Kcd226 Sistem Operasi Lecture03
Cahyo Darujati
 
Catgo Tropical 09/01/2010
Catgo Tropical 09/01/2010Catgo Tropical 09/01/2010
Catgo Tropical 09/01/2010
AgriPoint
 
Fertility Plus IATF
Fertility Plus IATFFertility Plus IATF
Fertility Plus IATF
AgriPoint
 
網路行銷成功第ㄧ步
網路行銷成功第ㄧ步網路行銷成功第ㄧ步
網路行銷成功第ㄧ步
ERIC CHUANG
 
09 10 Energy Sources Andie
09 10 Energy Sources Andie09 10 Energy Sources Andie
09 10 Energy Sources Andie
charsh
 
Order of operations
Order of operationsOrder of operations
Order of operations
Megan Woods
 
Hydro Salt
Hydro   SaltHydro   Salt
Hydro Salt
charsh
 
Officer Meeting 8 21 09
Officer Meeting 8 21 09Officer Meeting 8 21 09
Officer Meeting 8 21 09
MLFontenot
 

Viewers also liked (20)

Kcd226 Sistem Operasi Lecture03
Kcd226 Sistem Operasi Lecture03Kcd226 Sistem Operasi Lecture03
Kcd226 Sistem Operasi Lecture03
 
Examples Of Work
Examples Of WorkExamples Of Work
Examples Of Work
 
Team Census Ulhaas10 Brochure
Team Census   Ulhaas10 BrochureTeam Census   Ulhaas10 Brochure
Team Census Ulhaas10 Brochure
 
Catgo Tropical 09/01/2010
Catgo Tropical 09/01/2010Catgo Tropical 09/01/2010
Catgo Tropical 09/01/2010
 
86th street
86th street86th street
86th street
 
Fertility Plus IATF
Fertility Plus IATFFertility Plus IATF
Fertility Plus IATF
 
web信息架构与社会化
web信息架构与社会化web信息架构与社会化
web信息架构与社会化
 
Perfect tenses
Perfect tensesPerfect tenses
Perfect tenses
 
Andrew Sutherland Presentation
Andrew Sutherland PresentationAndrew Sutherland Presentation
Andrew Sutherland Presentation
 
網路行銷成功第ㄧ步
網路行銷成功第ㄧ步網路行銷成功第ㄧ步
網路行銷成功第ㄧ步
 
X
XX
X
 
09 10 Energy Sources Andie
09 10 Energy Sources Andie09 10 Energy Sources Andie
09 10 Energy Sources Andie
 
信息分类和方法
信息分类和方法信息分类和方法
信息分类和方法
 
Order of operations
Order of operationsOrder of operations
Order of operations
 
Hydro Salt
Hydro   SaltHydro   Salt
Hydro Salt
 
Mid Year Outlook 2010
Mid Year Outlook 2010Mid Year Outlook 2010
Mid Year Outlook 2010
 
Relative clauses
Relative clausesRelative clauses
Relative clauses
 
15 важных фактов о сфере продаж
15 важных фактов о сфере продаж15 важных фактов о сфере продаж
15 важных фактов о сфере продаж
 
Officer Meeting 8 21 09
Officer Meeting 8 21 09Officer Meeting 8 21 09
Officer Meeting 8 21 09
 
Transmedia Storytelling: Connected and personalized
Transmedia Storytelling: Connected and personalized Transmedia Storytelling: Connected and personalized
Transmedia Storytelling: Connected and personalized
 

Recently uploaded

Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
novibernadina
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
JarzaniIsmail
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
ssuser35630b
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
nabilafarahdiba95
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
IvvatulAini
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 

Recently uploaded (20)

RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
RENCANA & Link2 Materi Pelatihan_ "Teknik Perhitungan TKDN, BMP, Preferensi H...
 
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptxSesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
Sesi 1_PPT Ruang Kolaborasi Modul 1.3 _ ke 1_PGP Angkatan 10.pptx
 
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).pptKenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
Kenakalan Remaja (Penggunaan Narkoba).ppt
 
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdfModul Projek  - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
Modul Projek - Batik Ecoprint - Fase B.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
PELAKSANAAN + Link2 Materi BimTek _PTK 007 Rev-5 Thn 2023 (PENGADAAN) & Perhi...
 
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdfAksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
Aksi Nyata Sosialisasi Profil Pelajar Pancasila.pdf
 
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptxPendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
Pendidikan-Bahasa-Indonesia-di-SD MODUL 3 .pptx
 
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi SelatanSosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
Sosialisasi PPDB SulSel tahun 2024 di Sulawesi Selatan
 
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptxPPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
PPT MODUL 6 DAN 7 PDGK4105 KELOMPOK.pptx
 
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdfProv.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
Prov.Jabar_1504_Pengumuman Seleksi Tahap 2_CGP A11 (2).pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptxBab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
Bab 7 - Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan Sosial.pptx
 
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - PerencanaanProgram Kerja Public Relations - Perencanaan
Program Kerja Public Relations - Perencanaan
 
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.pptHAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA ppkn i.ppt
 
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptxRegresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
Regresi Linear Kelompok 1 XI-10 revisi (1).pptx
 
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptxContoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
Contoh PPT Seminar Proposal Teknik Informatika.pptx
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 

Perjalanan Yang Belum Selesai (4)

  • 1. Perjalanan yang belum selesai (4) Menjadi Pegawai Negeri termuda. KKN ria marak di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi dan Kementrian lain secara meluas. Oleh: Muhammad Jusuf * Tepat pada tanggal 1 Juni 1980 berdasarkan surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang ketika itu dijabat Prof.Dr.Daoed Joesoef saya diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil dalam pangkat Juru Muda TK I golongan I/b dengan Nomor Pokok Induk Pegawai (NIP) 130782956. Golongan I B itu setara dengan ijasah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Saya diangkat menjadi pegawai negeri sipil setelah mengalami masa percobaan atau masa calon Pegawai Negeri Sipil selama sekitar 9 bulan. Salah satu alasan mengapa saya menggunakan ijasah SMP, karena ketika saya mengajukan lamaran itu, ketika saya masih duduk di kelas tiga SMA, sekitar bulan Akhir 1978, sedangkan tes pegawai negeri sekitar awal bulan 1979, dan diterima dan mulai bekerja sekitar bulan Juni 1979, satu bulan setelah saya lulus SMU yang diperpanjang hingga enam bulan, yaitu sekitar bulan Mei 1979. Ketika itu, memang saya hanya ‘’iseng’’ melihat iklan salah satu Koran ibukota bahwa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tengah menerima lowongan calon pegawai negeri sipil. Lalu saya mengantar sendiri lowongan itu ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, karena disana juga ada pengumuman lowongan di depan dinding Bagian Kepegawaian, yang ketika itu Kepala Bagiannya dipimpin Drs.Zakir Boneh. Saya lantas dipanggil untuk mengikuti tes calon pegawai Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang dilakukan serentak, saya kebagian tes di Stadion Utama Senayan, kini bernama Stadion Bung Karno, atau lapangan Sepakbola senayan. Stadion ketika itu terasa seperti tengah menonton sepak bola, karena penuh dengan para peseerta. Beberapa bulan kemudian sesuai dengan petunjuk dan pengumuman yang ada, saya melihat hasil pengumuman lulus tidaknya saya menjadi pegawai negeri langsung di kantor Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi di Pintu I Senayan. ‘’Syukur Alhamdulillah, saya lulus tahap pertama, dan diharuskan mengikuti tahap kedua, berupa wawancara dan tes praktek, yaitu tes mengetik’’. Bulan berikutnya, saya pun menghadiri tes wawancara, yang ketika itu dilakukan Pak Taslim Umar, yang sudah menjadi salah satu pimpinan di Direktorat itu. Seusai wawancara, saya langsung tes mengetik di ruang bagian ‘’penggandaan’’ yang ketika itu dipimpin Bapak Sudirman. Saya tidak mengira, ternyata, setelah saya dinyatakan lulus, kemudian saya memang ditempatkan dibagian ‘’penggandaan’’ bagian umum yang Kepala Bagiannya dipimpin CST Kansil, SH, yang ketika itu sudah ‘’nyambi’’ mengajar di berbagai perguruan tinggi , antara lain mengajar di Universitas Kristen Indonesia (UKI). Di bagian penggandaan ini, saya ditugaskan untuk menjadi spesialis ‘’mengetik’’, karena tugasnya hanya mengetik surat-surat yang konsepnya dikirim dari berbagai penjuru Direktorat, mulai dari Sekretariat, Direktorat Perguruan Tinggi Swasta, Direktorat Kemahasiswaan, Bagian Perencanaan, dan seluruh bagian lain, karena memang di bagian penggandaan inilah memang banyak tenaga ‘’pengetik’’ surat. Bagian ini juga merupakan bagian yang bertugas untuk menggandakan buku-buku, termasuk buku untuk pegangan para dosen di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Seperti saya sudah katakana di awal, salah satu pertimbangan saya melamar menjadi pegawai negeri sipil itu adalah, karena kondisi ekonomi keluarga saya yang ‘’pas-pasan’’. Dengan orang tua yang hanya berpangkat Peltu, dengan sepuluh orang anak, saya sudah membayangkan, akan sulit sekali bagi Ayah saya untuk membiayai seluruh anak-anaknya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Kakak saya saya, ketika itu, yang sudah lulus SMP, untuk menjadi perawat saja harus menunggu dua tahun kemudian, sebelum ayah saya memiliki uang baru dimasukkan ke Sekolah Perawat di RSPAD Gotot Subroto, Jakarta. Saya sendiri termasuk ‘’bangga’’, walaupun masuk di level rendah, dan mungkin menjadi pegawai negeri sipil yang termuda, karena masih berusia 18 tahun, dan masuk masa percabaan di usia awal 17 tahun. Setelah setahun saya bekerja menjadi pegawai negeri sipil dengan gaji golongan 1/b Rp 18,500 per bulan, ketika itu tergolong pas-pasan. Hanya cukup untuk transport dan makan siang sebulan. Tidak bias dan tidak cukup untuk keperluan di luar kebutuhan pokok itu. Saya kira, saya masuk di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi mungkin karena di level bawah, I B, dan keterampilan mengetik saya yang tergolong bagus, cepat, karena saya sejak kelas ! SMA sudah mengikuti kursus ‘’mengetik’’ yang menggunakan 11 jari. Ketika itu, kursus mengetik ‘’Caraka College’’ kebetulan bersebelahan dengan gedung SMA II Pancasila, sehingga satu dua jam sebelum masuk sekolah SMA saya seminggu tiga kali bias mengikuti kursus itu dengan lancar. KKN Di usia saya, yang baru 18 tahun, tentu saja pengetahuan saya mengenai Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) belumlah tidak seluas seperti sekarang. Namun, ternyata saya telah menyadari, KKN itu telah menyeliputi seluruh birokrasi di Indonesia, tidak terkecuali di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Ini tergambar dan masih saya ingat, ketika harian Sinar Pagi dan beberapa harian Ibukota ketika itu menulis adanya kasus korupsi yang dilakukan oknum di Bagian Perencanaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Nilainya, tergolong besar, mencapai Rp 6 miliar, suatu angka yang ketika itu cukup besar. Pejabat yang menjadi ‘’tertuduh’’ ketika itu memang tidak sampai dilimpahkan ke pengadilan, hanya dipindahkan saya ke lingkungan di Universitas Indonesia. Saya pun masih ingat, ternyata tes masuk yang diikuti ribuan calon pegawai negeri sipil yang berlangsung di Stadion Utama Senayan ternyata bukan berarti mencerminkan bahwa tes telah berlangsung ‘’bersih’’ tanpa KKN. Bayangkan saja, di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, yang ketika itu Direktur Jenderalnya dipegang Bapak Prof.Dr.Donny Tisna Amidjaja, dan Menterinya Bapak Daoed Joesoef, KKN sudah merajalela. Ada anaknya menjadi pegawai negeri disitu, di saat bersamaan orang tuanya adalah pejabat nomor dua di Direktorat Jenderal ini, bahkan mantu dan saudara-saudara lainnya pun juga masuk. Ada pegawai, yang memang memiliki Paman yang sudah senior, dan kalau saya perhatian, hamper semua memiliki hubungan sanak saudara dan family. Itulah sebabnya, bila paman, Bapak, dan saudara mereka yang melakukan KKN, tentu saja pasti di dukung oleh keluarga mereka yang memang sudah ada di dalam, baik terlibat langsung maupun tidak, sehingga mereka ‘’aman’’ dan tidak bocor ke luar atas apa yang telah mereka lakukan. Korupsi ketika itu, mulai dari ‘’mark up dan upeti’’ proyek, perjalanan dinas fiktif, upeti dari penjual took, karena walau mereka menulis harga pembelian di kwitansi sesuai dengan jumlah yang dipertanggungjawabkan, namun atas jasanya membeli berbagai barang di tokonya, pemilik ‘’toko’’ memberikan ‘’upeti’’ kepada ‘’kepala proyek’’ atau pimpinan yang memiliki wewenang untuk melakukan pembelian. Saya menduga, suasana ber – KKN – ria ini juga ada di seluruh birokrasi dan di suluruh Departemen atau Kementrian di Indonesia, merata dari Sabang sampai Merauke, utamanya di kantor-kantor pusat. Itulah sebabnya, sampai President Soeharto ‘’turun’’, KKN ini masih sulit diberantas sampai ke akar-akarnya, sampai kini, mungkin. Bayangkan saya, kita yang tidak tahu apa-apa, kemudian ditawari oleh bagian keuangan atau bagian lain untuk menandatangani suatu kwitansi, tanpa kita sendiri tahu untuk apa kita menandatangani kwitansi itu, dengan janji, kalau kita mau bias memperoleh bagian antara 20% sampai 50% dari nilai ‘’kwitansi fiktif’’ yang kita telah tandatangani. Belum lagi, kalau kita bersedia menandatangani berbagai berkas perjalanan dinas, termasuk berbagai kwitansi, padahal perjalanan dinas ini kita sendiri belum pernah melakukannya. Tentu saja bagian yang ‘’memanipulasi’’ data ini, sudah berpengalaman dan lihai, sampai-sampai, mereka pun memiliki bukti bekas tiket pesawat atas nama kita, kalau kita bersedia menandatangani. Konon, kabarnya, mereka mendapatkan resi tiket asli itu dengan membelinya di berbagai biro perjalanan. Bukti tiket pesawat itu asli, tapi palsu, artinya, tiket dengan nomor yang sama dengan nama yang berbeda bias di jual ke calon penumpang lain yang memang membutuhkan untuk penerbangan itu. Begitu pula denan tiket pelayaran dan menggunakan Kereta Api. Saya perkirakan, manipulasi perjalanan dinas ‘’fiktif’’ ini, kalau dijumlahkan di seluruh Indonesia, jumlahnya bias miliaran rupiah, bahkan mencapai ratusan miliar. Kalau dijumlahkan dengan korupsi di bidang lain, berarti ‘’negara’’ telah dirugikan triliunan rupiah per tahunnya. Dan kalau itu telah berlangsung lebih 30 tahun, berarti, mungkin kini Indonesia, paling tidak sama makmurnya dengan Malaysia, yang sudah memiliki income per kapita yang jauh lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Dana yang berhasil di korupsi itu, juga mungkin sudah berhasil menyatukan Pulau Papua, Kalimantan dan Sumatera dengan jalan raya antar propinsi yang mulus. Kita pun sudah sejak awal telah memiliki jembatan ‘’Suramadu’’ dan kemungkinan telah memiliki Jembatan yang menghubungkan Bali dan Pulau Jawa, serta Jempatan antara Jawa dan Sumatera melalui Selat Sunda.