SlideShare a Scribd company logo
1 of 11
Contoh Proposal Seminar Judul 
07.02 | Label: umum 
BAB I 
PENDAHULUAN 
A. Latar Belakang Masalah 
Jalan merupakan salah satu sarana dan prasarana 
perhubungan yang sangat penting dalam meningkatkan taraf 
hidup masyarakat (Silvia Sukirman, 1999) . Pada 
kenyataannya sarana jalan sangat menunjang laju 
perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia 
diantaranya sektor perekonomian, pendidikan, politik, dan 
sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan 
nasional demi tercapainya pembangunan nasional yang adil 
dan merata. 
Saat ini perkembangan transportasi terutama 
untuk mobilitas penduduk dan kendaraan sudah semakin 
meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu prasarana jalan 
yang memadai untuk menghubungkan suatu daerah dengan 
daerah yang lain. Untuk membuat suatu jalan yang baik 
diperlukan perencanaan perkerasan jalan, yaitu lapisan 
perkerasan yang terdiri atas batu pecah sebagai agregat kasar 
dan semen sebagai bahan pengikatnya. 
Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas 
yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah 
dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas 
struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini 
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan 
perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis 
pondasi dan lapis permukaan. 
Yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang 
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan 
dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah 
kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari
tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil 
terhadap kapasitas struktural perkerasannya. 
Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton 
karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk 
menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem 
drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada 
tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working 
platform) untuk pekerjaan konstruksi 
Dasar penawaran yang diajukan oleh kontraktor adalah gambar 
dan spesifikasi pekerjaan yang diberikan. Namun tidak semua 
pelaku konstruksi memahami hal tersebut. 
Pengukuran kuantitas/volume pekerjaan konstruksi (quantities 
take off) merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan 
terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada 
gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Hal ini 
dilakukan sebagai langkah awal dalam menyusun harga 
penawaran ataupun penghitungan pembayaran atas pekerjaan 
yang telah dikerjakan (Wahyudi P. Utama, Martalius Peli dan 
Dwifitra Y. Jumas, 2008 ). 
Dari penjelasan latar belakang di atas maka penulis mengambil 
judul: 
KONTROL KUANTITAS RUAS JALAN PACERAKKANG DAYA’ KOTA 
MAKASSAR. 
Rumusan Masalah 
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 
Bagaimana cara pengukuran kuantitas/volume pekerjaan 
konstruksi yang benar ? 
Tujuan Penelitian 
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 
Mengetahui cara-cara pengukuran kuantitas/volume pekerjaan 
dari suatu konstruksi. 
Manfaat Penelitian 
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu setelah
melakukan pengukuran kuantitas/volume pekerjaan pada suatu 
konstruksi secara benar maka kita dapat mengetahui syarat 
teknis dan kegunaan dari konstruksi jalan tersebut dan apa 
saja yang menjadi penyebab mengapa perlu di adakan 
pengukuran setelah konstruksi terlaksana. 
BAB II 
TINJAUAN PUSTAKA 
Kuantitas 
Persyaratan Teknis Jalan 
Berdasarkan peraturan pemerintah no 34 tahun 2006 terdapat 
pada: 
Pasal 12 
Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar 
badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, 
bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan 
sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus. 
Persyaratan teknis jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) 
harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan 
lingkungan. 
Pasal 13 
Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana 
paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar 
badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. 
Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari 
volume lalu lintas rata-rata. 
Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh 
terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan 
kegiatan lokal. 
Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian 
rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 
(1), ayat (2), dan ayat (3) harus tetap terpenuhi 
Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan 
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). 
Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan 
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh 
terputus. 
Pasal 14 
Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana 
paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan 
lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter. 
Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar 
dari volume lalu lintas rata-rata. 
Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga 
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) 
masih tetap terpenuhi. 
Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan 
pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). 
Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan 
dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh 
terputus. 
Pasal 15 
Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana 
paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar 
badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter. 
Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak 
boleh terputus. 
Pasal 16 
Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan 
rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam 
dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) 
meter. 
Persyaratan teknis jalan lingkungan primer sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan 
bermotor beroda tiga atau lebih. 
Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi 
kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai
lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter. 
Pasal 17 
Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana 
paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar 
badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. 
Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar 
daripada volume lalu lintas rata-rata. 
Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh 
terganggu oleh lalu lintas lambat. 
Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan 
pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan 
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). 
Pasal 18 
Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan 
rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam 
dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter. 
Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar 
daripada volume lalu lintas rata-rata. 
Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh 
terganggu oleh lalu lintas lambat . 
Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan 
pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). 
Pasal 19 
Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana 
paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar 
badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter. 
Pasal 20 
Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan 
rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan 
lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter. 
Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana 
dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan
bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih. 
Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi 
kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus 
mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma 
lima) meter. 
Lebar Lajur Lalu Lintas 
Menurut Silvia Sukirman (1999) lebar lajur lalu lintas 
merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang 
jalan secara keseluruhan, lebar kendaraan penumpang 
umumnya bervariasi antara 1,50 m – 1,75 m. Bina marga 
mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang 
adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana 
truck/bus/semitrailer. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar 
kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan 
yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan 
kenyamanan yang diharapkan. 
Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 
m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2lajur 2 arah. 
Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun 
masih diperkenankan, jalan arteri yang direncanakan untuk 
kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lau lintas lebih besar 
dari 3,35 m, sebaiknya 3,50 m (silvia sukirman, 1999). 
Bahu jalan 
Menurut Silvia sukirman (1999), Bahu jalan adalah jalur yang 
terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas. 
Fungsi bahu jalan sebagai: 
Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang 
mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin 
berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk 
beristirahat. 
Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat saat darurat, 
sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. 
Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian 
dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.
Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari 
arah samping. 
Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan 
perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk penempatan alat-alat, 
dan penimbunan bahan material). 
Ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, 
ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat 
seperti terjadinya kecelakaan. 
Jenis bahu jalan 
Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan 
atas: 
Bahu yang tidak diperkaras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari 
material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat, biasanya 
digunakan material agregat bercampur sedikit lampung. Bahu 
yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah 
yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti 
dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya. 
Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan 
mempergunakan bahn pengikat sehingga lapisan tersebut lebih 
kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras. 
Bahu jenis ini dipergunakan untuk jalan-jalan dimana 
kendaraan yang berhenti dan memakai bagian tersebut besar 
jumlahnya, seperyi di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan 
arteri yang melintasi kota, dan tikungan-tikungan yang tajam. 
Berdasarkan letaknya terhadap arah lalu lintas, maka bahu di 
bedakan atas: 
Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder), adalah bahu 
yang terletak di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas. 
Bahu kanan/bahu dalam (right/ilner shoulder), adalah bahu 
yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas. 
Lebar bahu jalan 
Besarnya lebar bahu jalan sangat di pengaruhi oleh : 
Fungsi jalan 
Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan yang lebih 
tinggi dibandingkan denagn jalan lokal, dengan demikian jalan 
arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan
kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang 
lebih lebar dari jalan local. 
Volume laulintas 
Volume lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang 
lebih lebar dibandingkan dengan volume lalulintas yang lebih 
rendah. 
Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan 
tanah, dan biaya untuk konstruksi 
Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara 0,5 
– 2,5 m. 
BAB III 
METODELOGI PENELITIAN 
Tempat dan Waktu Penelitian 
Penelitian yang kami lakukan bertempat di kota Makassar 
tepatnya di ruas jalan pacerakkang di daerah daya’, penelitian 
kami di lakukan pada saat pengerjaan suatu konstruksi jalan 
yang sudah selesai sehingga kami dapat melakukan 
pengukuran kuantitas/volume pekerjaanya. 
Teknik Sampling 
Dalam hal ini yang kami lakukan merupakan kontrol 
kuantitas/kontrol volume pekerjaan dimana yang menjadi 
obyek dari penelitian kami yaitu sesuai dengan pekerjaan yang 
ada antara lain pengerjaan Bahu jalan dengan menggunakan 
Urugan pilihan, Pengerjaan Pasangan batu, Pengerjaan Wet 
Lean Concrete/Concrete Treated Sub Base (CTSB) K 125, dan 
Rigid K 350 
Alat – Alat Penelitian 
Alat-alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran 
kuantitas berupa Rol meter, dan Kamera, adapun alat lain yang 
dapat lebih mempermudah kita dalam melakukan pengukuran 
yaitu seperti Waterpas, Mistar pengukur, Nivo, dan Unting-unting.
Teknik Pengumpulan Data 
Pada penelitian ini total panjang jalan yang ada yaitu 
sepanjang satu koma delapan kilometer, Penelitian dilakukan 
dengan membatasi tiap dua puluh meter hal ini dimaksudkan 
agar data yang di dapatkan bisa diolah dengan mudah, dan 
agar pengukuran kuantitas sedikitnya lima kali untuk tiap 
seratus meter, pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol 
meter, kamera hanya digunakan untuk mengambil gambar 
sewaktu melakukan pengukuran sehingga data dokumentasi 
juga ada. 
Metode Analisa Data 
Banyaknya data yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitas 
hanya berupa perhitungan sederhana, untuk penjelasannya 
antara lain: 
Perhitungan urugan 
Urugan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan 
terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan 
diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode 
luas bidang ujung,dengn menggunakan penampang melintang 
pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 20 m 
Kuantitas yang diukur untuk pembayaran urugan pilihan harus 
dalam jumlah meter kubik atau ton,diukur di lapangan,dari 
jenis yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga 
Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan urugan pilihan 
tetap beracuan pada volume pekerjaan. 
Volume = Panjang X Lebar X Tinggi timbunan. 
Perhitungan Pasangan batu 
Pekerjaan pasangan batu harus diukur untuk pembayaran 
dalam meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang 
selesai dan diterima; 
Pekerjaan pasangan batu volume nominalnya harus ditentukan 
dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah 
selesai dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan; 
Setiap bahan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak
boleh diukur atau dibayar. 
Kuantitas pasangan batu ditentukan seperti yang disyaratkan 
di atas akan dibayarkan berdasarkan Harga Kontrak per satuan 
pengukuran 
Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan pasangan batu 
tetap beracuan pada volume pekerjaan. 
Volume = Panjang X Luas penampang 
Perhitungan Concrete Treated Sub Base (CTSB) 
Jumlah wet lean concrete untuk leveling course akan dibayar 
berdasarkan jumlah meter persegi dari leveling course itu, 
yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai dengan gambar 
rencana spesifikasi dan petunjuk Direksi Pekerjaan. 
Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi 
lapisan alas yang sudah selesai dan disetujui. Untuk 
penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan 
ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan 
pembayaran. 
Jumlah wet lean concrete dan lapisan alas pasir yang telah 
ditentukan di atas akan dibayar menurut Harga Kontrak. 
Pembayaran ini merupakan kompensai penuh untuk 
penyediaan seluruh tenaga kerja,perlatan dan material yang 
diperlukan. 
Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan Concrete 
Treated Sub Base (CTSB) tetap beracuan pada volume 
pekerjaan. 
Volume = Panjang jalan X Lebar X Tebal 
Perhitungan Perkerasan Jalan Beton ( Rigid Pavement ) 
Perkerasan jalan beton 
Beton untuk perkerasan jalan harus diukur dalam jumlah meter 
kubik yang telah ditempatkan dan diterima dalam pekerjaan 
sesuai dengan ukuran-ukuran sebagaimana diperlihatkan 
dalam gambar. Volume yang diukur harus merupakan hasil 
perkalian dari lebar jalur kendaraan yang diukur tegak lurus 
terhadap garis sumbu jalur kendaraan yang bersangkutan; 
Kuantitas yang diukur tidak termasuk daerah dimana 
perkerasan jalan beton lebih tipis dari ketebalan yang
dietapkan, daerah pelat yang sudut tepinya pecah atau retak 
yang tidak dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan atau daerah-daerah 
dimana beton tidak mencapai kekuatan 
karakteristiknya; 
Ketebalan perkerasan jalan beton yang diukur untuk 
pembayaran dalam segala hal harus merupakan ketebalan 
nominal rencana sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. 
Dalam hal Direksi Pekerjaan menyetujui atau menerima suatu 
lapisan yang lebih tipis yang cukup menurut alasan-alasan 
teknis, maka pembayaran untuk perkerasan jalan beton 
tersebut diadakan dengan menggunakan suatu harga satuan 
yang diubah sama dengan : 
Harga satuan penawaran x (ketebalan nominal yang 
diterima)/(ketebalan nominal rencana) 
Membran kedap air 
Membran kedap air berfungsi untuk menahan air semen agar 
tidak keluar. Bila digunakan harus diukur untuk pembayaran 
sebagai jumlah meter persegi yang sesungguhnya dihampar di 
bawah perkerasan jalan beton. Luas yang diukur harus sama 
dengan luas untuk beton yang dihampar diatasnya. 
Kuantitas beton yang ditentukan sebagaimana diberikan di 
atas, dibayar menurut harga penawaran per satuan 
pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan. Harga-harga 
dan penawaran tersebut harus dianggap merupakan 
kompensasi penuh untuk penyediaan semua beton mutu K – 
350, besi tulangan sambungan melintang dan memanjang, 
membran kedap air, agregat dan semen, untuk pencampuran, 
penempatan, perataan, penyelesaian, perawatan dan 
perlindungan beton. 
Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan Rigid tetap 
beracuan pada volume pekerjaan. 
Volume = Panjang X Lebar X Tebal

More Related Content

What's hot

Contoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanContoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanZakiyul Mu'min
 
Essay Nasional, Lomba Essay LPM Paradigma
Essay Nasional, Lomba Essay LPM ParadigmaEssay Nasional, Lomba Essay LPM Paradigma
Essay Nasional, Lomba Essay LPM ParadigmaKhoerul Anwar Abdulloh
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiNuri Andhika Pratama
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksNila Aulia
 
Contoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar ProposalContoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar ProposalAgung Agung
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusTrisnadi Wijaya
 
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...Oswar Mungkasa
 

What's hot (20)

Model dan Simulasi
Model dan SimulasiModel dan Simulasi
Model dan Simulasi
 
Ppt proposal
Ppt proposalPpt proposal
Ppt proposal
 
Ppt Demokrasi Pancasila
Ppt Demokrasi PancasilaPpt Demokrasi Pancasila
Ppt Demokrasi Pancasila
 
Populasi dan sampel
Populasi dan sampelPopulasi dan sampel
Populasi dan sampel
 
Makalah rangkuman ajeng
Makalah rangkuman ajengMakalah rangkuman ajeng
Makalah rangkuman ajeng
 
Review Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah PerkimReview Materi Kuliah Perkim
Review Materi Kuliah Perkim
 
Contoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaanContoh proposal pkm kewirausahaan
Contoh proposal pkm kewirausahaan
 
Tabel f-0-10
Tabel f-0-10Tabel f-0-10
Tabel f-0-10
 
Essay Nasional, Lomba Essay LPM Paradigma
Essay Nasional, Lomba Essay LPM ParadigmaEssay Nasional, Lomba Essay LPM Paradigma
Essay Nasional, Lomba Essay LPM Paradigma
 
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isiKata pengantar, abstrak dan daftar isi
Kata pengantar, abstrak dan daftar isi
 
Ppt pkm k
Ppt pkm kPpt pkm k
Ppt pkm k
 
Makalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleksMakalah kelompok 4 metode simpleks
Makalah kelompok 4 metode simpleks
 
Contoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar ProposalContoh Ppt Seminar Proposal
Contoh Ppt Seminar Proposal
 
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang BagusContoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
Contoh Slide Presentasi Proposal Penelitian yang Bagus
 
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...
Kumpulan Karya Tulis Pemenang Lomba Penulisan Konperensi Sanitasi dan Air Min...
 
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
285 Proposal PKM 5 Bidang Mahasiswa UGM yang Didanai 2015/2016
 
9 pertanyaan
9 pertanyaan9 pertanyaan
9 pertanyaan
 
Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2Modul statistika-ii-part-2
Modul statistika-ii-part-2
 
Contoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsiContoh proposal skripsi
Contoh proposal skripsi
 
Tanya jawab mpp
Tanya jawab mppTanya jawab mpp
Tanya jawab mpp
 

Similar to Contoh proposal seminar judul

Geometrik jalan raya
Geometrik jalan rayaGeometrik jalan raya
Geometrik jalan rayaFahmi Ula
 
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
Tugas  perencanaan struktur geometri jalanTugas  perencanaan struktur geometri jalan
Tugas perencanaan struktur geometri jalanMuhammad Ali
 
klasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxklasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxdarmadi ir,mm
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfHeriansyahPutra5
 
klasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxklasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxdarmadi ir,mm
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)andribacotid
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANMira Pemayun
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Djunaidi Syalat
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanPPGHybrid1
 
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokSimpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokAyu Fatimah Zahra
 
Sistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan JalanSistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan Jalanindra aprian
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxkusmiraagustian1
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2ergi bari
 
676 article text-2602-1-10-20191009
676 article text-2602-1-10-20191009676 article text-2602-1-10-20191009
676 article text-2602-1-10-20191009YogaKI
 

Similar to Contoh proposal seminar judul (20)

Geometrik jalan raya
Geometrik jalan rayaGeometrik jalan raya
Geometrik jalan raya
 
Outline ta mardi
Outline ta mardiOutline ta mardi
Outline ta mardi
 
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
Tugas  perencanaan struktur geometri jalanTugas  perencanaan struktur geometri jalan
Tugas perencanaan struktur geometri jalan
 
klasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptxklasifikasi jalan.pptx
klasifikasi jalan.pptx
 
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdfK1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
K1. Pendahuluan - Dasar Perencanaan Jalan.pdf
 
klasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptxklasifikasi bjalanxx.pptx
klasifikasi bjalanxx.pptx
 
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
Geometrik Jalan Raya (Perencanaan)
 
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALANPERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN
 
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
Tinjauan Desain Geometrik Jalan Subaim - Buli Ruas Jalan Uni-uni Kab. Halmahe...
 
Fstpt7 kanalisasi
Fstpt7 kanalisasiFstpt7 kanalisasi
Fstpt7 kanalisasi
 
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan JembatanModul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
Modul TKP M4KB1 - Dasar-dasar Jalan dan Jembatan
 
Bab ii mitha
Bab ii mithaBab ii mitha
Bab ii mitha
 
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depokSimpang tiga tugu raya cimanggis depok
Simpang tiga tugu raya cimanggis depok
 
Jenis
JenisJenis
Jenis
 
Sistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan JalanSistem Jaringan Jalan
Sistem Jaringan Jalan
 
Km14tahun2006
Km14tahun2006Km14tahun2006
Km14tahun2006
 
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docxLaporan Mantapz aprk kecil.docx
Laporan Mantapz aprk kecil.docx
 
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.27. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
7. leo-sentosa-asri-a-vol.19-no.2
 
ST
STST
ST
 
676 article text-2602-1-10-20191009
676 article text-2602-1-10-20191009676 article text-2602-1-10-20191009
676 article text-2602-1-10-20191009
 

Recently uploaded

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfYogiCahyoPurnomo
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfArvinThamsir1
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdfAnonymous6yIobha8QY
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxarifyudianto3
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaRenaYunita2
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++FujiAdam
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfihsan386426
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppttaniaalda710
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxRemigius1984
 

Recently uploaded (9)

TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdfTEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
TEKNIS TES TULIS REKRUTMEN PAMSIMAS 2024.pdf
 
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdfMetode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
Metode numerik Bidang Teknik Sipil perencanaan.pdf
 
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
4. GWTJWRYJJJJJJJJJJJJJJJJJJWJSNJYSRR.pdf
 
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptxMateri Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
Materi Asesi SKK Manajer Pelaksana SPAM- jenjang 6.pptx
 
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di IndonesiaStrategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
Strategi Pengembangan Agribisnis di Indonesia
 
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
MAteri:Penggunaan fungsi pada pemrograman c++
 
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdfMODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
MODUL AJAR PENGANTAR SURVEY PEMETAAN.pdf
 
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
10.-Programable-Logic-Controller (1).ppt
 
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptxManual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
Manual Desain Perkerasan jalan 2017 FINAL.pptx
 

Contoh proposal seminar judul

  • 1. Contoh Proposal Seminar Judul 07.02 | Label: umum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jalan merupakan salah satu sarana dan prasarana perhubungan yang sangat penting dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat (Silvia Sukirman, 1999) . Pada kenyataannya sarana jalan sangat menunjang laju perkembangan di berbagai sektor kehidupan manusia diantaranya sektor perekonomian, pendidikan, politik, dan sebagainya. Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan tujuan nasional demi tercapainya pembangunan nasional yang adil dan merata. Saat ini perkembangan transportasi terutama untuk mobilitas penduduk dan kendaraan sudah semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan suatu prasarana jalan yang memadai untuk menghubungkan suatu daerah dengan daerah yang lain. Untuk membuat suatu jalan yang baik diperlukan perencanaan perkerasan jalan, yaitu lapisan perkerasan yang terdiri atas batu pecah sebagai agregat kasar dan semen sebagai bahan pengikatnya. Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan. Yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan dari
  • 2. tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas struktural perkerasannya. Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali terhadap sistem drainasi, kendali terhadap kembang-susut yang terjadi pada tanah dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan konstruksi Dasar penawaran yang diajukan oleh kontraktor adalah gambar dan spesifikasi pekerjaan yang diberikan. Namun tidak semua pelaku konstruksi memahami hal tersebut. Pengukuran kuantitas/volume pekerjaan konstruksi (quantities take off) merupakan suatu proses pengukuran/perhitungan terhadap kuantitas item-item pekerjaan berdasarkan pada gambar atau aktualisasi pekerjaan di lapangan. Hal ini dilakukan sebagai langkah awal dalam menyusun harga penawaran ataupun penghitungan pembayaran atas pekerjaan yang telah dikerjakan (Wahyudi P. Utama, Martalius Peli dan Dwifitra Y. Jumas, 2008 ). Dari penjelasan latar belakang di atas maka penulis mengambil judul: KONTROL KUANTITAS RUAS JALAN PACERAKKANG DAYA’ KOTA MAKASSAR. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana cara pengukuran kuantitas/volume pekerjaan konstruksi yang benar ? Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: Mengetahui cara-cara pengukuran kuantitas/volume pekerjaan dari suatu konstruksi. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu setelah
  • 3. melakukan pengukuran kuantitas/volume pekerjaan pada suatu konstruksi secara benar maka kita dapat mengetahui syarat teknis dan kegunaan dari konstruksi jalan tersebut dan apa saja yang menjadi penyebab mengapa perlu di adakan pengukuran setelah konstruksi terlaksana. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kuantitas Persyaratan Teknis Jalan Berdasarkan peraturan pemerintah no 34 tahun 2006 terdapat pada: Pasal 12 Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas, jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan, penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya, dan tidak terputus. Persyaratan teknis jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan, dan lingkungan. Pasal 13 Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 60 (enam puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi sedemikian rupa sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) harus tetap terpenuhi Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana
  • 4. dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus. Pasal 14 Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 40 (empat puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan sehingga ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) masih tetap terpenuhi. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu harus tetap memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3). Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus. Pasal 15 Jalan lokal primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus. Pasal 16 Jalan lingkungan primer didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 15 (lima belas) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan primer sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih. Jalan lingkungan primer yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda tiga atau lebih harus mempunyai
  • 5. lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter. Pasal 17 Jalan arteri sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 30 (tiga puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 11 (sebelas) meter. Jalan arteri sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata. Pada jalan arteri sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan tertentu harus dapat memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). Pasal 18 Jalan kolektor sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 20 (dua puluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 9 (sembilan) meter. Jalan kolektor sekunder mempunyai kapasitas yang lebih besar daripada volume lalu lintas rata-rata. Pada jalan kolektor sekunder lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat . Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2). Pasal 19 Jalan lokal sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 7,5 (tujuh koma lima) meter. Pasal 20 Jalan lingkungan sekunder didesain berdasarkan kecepatan rencana paling rendah 10 (sepuluh) kilometer per jam dengan lebar badan jalan paling sedikit 6,5 (enam koma lima) meter. Persyaratan teknis jalan lingkungan sekunder sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperuntukkan bagi kendaraan
  • 6. bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih. Jalan lingkungan sekunder yang tidak diperuntukkan bagi kendaraan bermotor beroda 3 (tiga) atau lebih harus mempunyai lebar badan jalan paling sedikit 3,5 (tiga koma lima) meter. Lebar Lajur Lalu Lintas Menurut Silvia Sukirman (1999) lebar lajur lalu lintas merupakan bagian yang paling menentukan lebar melintang jalan secara keseluruhan, lebar kendaraan penumpang umumnya bervariasi antara 1,50 m – 1,75 m. Bina marga mengambil lebar kendaraan rencana untuk mobil penumpang adalah 1,70 m, dan 2,50 m untuk kendaraan rencana truck/bus/semitrailer. Lebar lajur lalu lintas merupakan lebar kendaraan ditambah dengan ruang bebas antara kendaraan yang besarnya sangat ditentukan oleh keamanan dan kenyamanan yang diharapkan. Pada jalan lokal (kecepatan rendah) lebar jalan minimum 5,50 m (2 x 2,75 m) cukup memadai untuk jalan 2lajur 2 arah. Dengan pertimbangan biaya yang tersedia, lebar 5 m pun masih diperkenankan, jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan tinggi, mempunyai lebar lajur lau lintas lebih besar dari 3,35 m, sebaiknya 3,50 m (silvia sukirman, 1999). Bahu jalan Menurut Silvia sukirman (1999), Bahu jalan adalah jalur yang terletak berdampingan dengan jalur lalu lintas. Fungsi bahu jalan sebagai: Ruangan untuk tempat berhenti sementara kendaraan yang mogok atau yang sekedar berhenti karena pengemudi ingin berorientasi mengenai jurusan yang akan ditempuh, atau untuk beristirahat. Ruangan untuk menghindarkan diri dari saat saat darurat, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan. Memberikan kelegaan pada pengemudi, dengan demikian dapat meningkatkan kapasitas jalan yang bersangkutan.
  • 7. Memberikan sokongan pada konstruksi perkerasan jalan dari arah samping. Ruangan pembantu pada waktu mengadakan pekerjaan perbaikan atau pemeliharaan jalan (untuk penempatan alat-alat, dan penimbunan bahan material). Ruangan untuk lintasan kendaraan-kendaraan patroli, ambulans, yang sangat dibutuhkan pada keadaan darurat seperti terjadinya kecelakaan. Jenis bahu jalan Berdasarkan tipe perkerasannya, bahu jalan dapat dibedakan atas: Bahu yang tidak diperkaras, yaitu bahu yang hanya dibuat dari material perkerasan jalan tanpa bahan pengikat, biasanya digunakan material agregat bercampur sedikit lampung. Bahu yang tidak diperkeras ini dipergunakan untuk daerah-daerah yang tidak begitu penting, dimana kendaraan yang berhenti dan mempergunakan bahu tidak begitu banyak jumlahnya. Bahu yang diperkeras, yaitu bahu yang dibuat dengan mempergunakan bahn pengikat sehingga lapisan tersebut lebih kedap air dibandingkan dengan bahu yang tidak diperkeras. Bahu jenis ini dipergunakan untuk jalan-jalan dimana kendaraan yang berhenti dan memakai bagian tersebut besar jumlahnya, seperyi di sepanjang jalan tol, di sepanjang jalan arteri yang melintasi kota, dan tikungan-tikungan yang tajam. Berdasarkan letaknya terhadap arah lalu lintas, maka bahu di bedakan atas: Bahu kiri/bahu luar (left shoulder/outer shoulder), adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kiri dari jalur lalu lintas. Bahu kanan/bahu dalam (right/ilner shoulder), adalah bahu yang terletak di tepi sebelah kanan dari jalur lalu lintas. Lebar bahu jalan Besarnya lebar bahu jalan sangat di pengaruhi oleh : Fungsi jalan Jalan arteri yang direncanakan untuk kecepatan yang lebih tinggi dibandingkan denagn jalan lokal, dengan demikian jalan arteri membutuhkan kebebasan samping, keamanan, dan
  • 8. kenyamanan yang lebih besar, atau menuntut lebar bahu yang lebih lebar dari jalan local. Volume laulintas Volume lalulintas yang tinggi membutuhkan lebar bahu yang lebih lebar dibandingkan dengan volume lalulintas yang lebih rendah. Biaya yang tersedia sehubungan dengan biaya pembebasan tanah, dan biaya untuk konstruksi Lebar bahu jalan dengan demikian dapat bervariasi antara 0,5 – 2,5 m. BAB III METODELOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian yang kami lakukan bertempat di kota Makassar tepatnya di ruas jalan pacerakkang di daerah daya’, penelitian kami di lakukan pada saat pengerjaan suatu konstruksi jalan yang sudah selesai sehingga kami dapat melakukan pengukuran kuantitas/volume pekerjaanya. Teknik Sampling Dalam hal ini yang kami lakukan merupakan kontrol kuantitas/kontrol volume pekerjaan dimana yang menjadi obyek dari penelitian kami yaitu sesuai dengan pekerjaan yang ada antara lain pengerjaan Bahu jalan dengan menggunakan Urugan pilihan, Pengerjaan Pasangan batu, Pengerjaan Wet Lean Concrete/Concrete Treated Sub Base (CTSB) K 125, dan Rigid K 350 Alat – Alat Penelitian Alat-alat yang digunakan dalam melakukan pengukuran kuantitas berupa Rol meter, dan Kamera, adapun alat lain yang dapat lebih mempermudah kita dalam melakukan pengukuran yaitu seperti Waterpas, Mistar pengukur, Nivo, dan Unting-unting.
  • 9. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini total panjang jalan yang ada yaitu sepanjang satu koma delapan kilometer, Penelitian dilakukan dengan membatasi tiap dua puluh meter hal ini dimaksudkan agar data yang di dapatkan bisa diolah dengan mudah, dan agar pengukuran kuantitas sedikitnya lima kali untuk tiap seratus meter, pengukuran dilakukan dengan menggunakan rol meter, kamera hanya digunakan untuk mengambil gambar sewaktu melakukan pengukuran sehingga data dokumentasi juga ada. Metode Analisa Data Banyaknya data yang diperoleh dari hasil pengukuran kuantitas hanya berupa perhitungan sederhana, untuk penjelasannya antara lain: Perhitungan urugan Urugan harus diukur sebagai jumlah kubik meter bahan terpadatkan yang diperlukan, diselesaikan di tempat dan diterima. Metode perhitungan volume bahan haruslah metode luas bidang ujung,dengn menggunakan penampang melintang pekerjaan yang berselang jarak tidak lebih dari 20 m Kuantitas yang diukur untuk pembayaran urugan pilihan harus dalam jumlah meter kubik atau ton,diukur di lapangan,dari jenis yang ditunjukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan urugan pilihan tetap beracuan pada volume pekerjaan. Volume = Panjang X Lebar X Tinggi timbunan. Perhitungan Pasangan batu Pekerjaan pasangan batu harus diukur untuk pembayaran dalam meter kubik sebagai volume nominal pekerjaan yang selesai dan diterima; Pekerjaan pasangan batu volume nominalnya harus ditentukan dari luas permukaan terekspos dari pekerjaan yang telah selesai dikerjakan dan tebal nominal lapisan untuk pelapisan; Setiap bahan yang melebihi volume teoritis yang disetujui tidak
  • 10. boleh diukur atau dibayar. Kuantitas pasangan batu ditentukan seperti yang disyaratkan di atas akan dibayarkan berdasarkan Harga Kontrak per satuan pengukuran Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan pasangan batu tetap beracuan pada volume pekerjaan. Volume = Panjang X Luas penampang Perhitungan Concrete Treated Sub Base (CTSB) Jumlah wet lean concrete untuk leveling course akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi dari leveling course itu, yang telah diselesaikan dan disetujui sesuai dengan gambar rencana spesifikasi dan petunjuk Direksi Pekerjaan. Alas pasir akan dibayar berdasarkan jumlah meter persegi lapisan alas yang sudah selesai dan disetujui. Untuk penambahan kandungan semen atau untuk kelebihan ketebalan lapisan dari ketebalan minimum tidak ada tambahan pembayaran. Jumlah wet lean concrete dan lapisan alas pasir yang telah ditentukan di atas akan dibayar menurut Harga Kontrak. Pembayaran ini merupakan kompensai penuh untuk penyediaan seluruh tenaga kerja,perlatan dan material yang diperlukan. Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan Concrete Treated Sub Base (CTSB) tetap beracuan pada volume pekerjaan. Volume = Panjang jalan X Lebar X Tebal Perhitungan Perkerasan Jalan Beton ( Rigid Pavement ) Perkerasan jalan beton Beton untuk perkerasan jalan harus diukur dalam jumlah meter kubik yang telah ditempatkan dan diterima dalam pekerjaan sesuai dengan ukuran-ukuran sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Volume yang diukur harus merupakan hasil perkalian dari lebar jalur kendaraan yang diukur tegak lurus terhadap garis sumbu jalur kendaraan yang bersangkutan; Kuantitas yang diukur tidak termasuk daerah dimana perkerasan jalan beton lebih tipis dari ketebalan yang
  • 11. dietapkan, daerah pelat yang sudut tepinya pecah atau retak yang tidak dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan atau daerah-daerah dimana beton tidak mencapai kekuatan karakteristiknya; Ketebalan perkerasan jalan beton yang diukur untuk pembayaran dalam segala hal harus merupakan ketebalan nominal rencana sebagaimana diperlihatkan dalam gambar. Dalam hal Direksi Pekerjaan menyetujui atau menerima suatu lapisan yang lebih tipis yang cukup menurut alasan-alasan teknis, maka pembayaran untuk perkerasan jalan beton tersebut diadakan dengan menggunakan suatu harga satuan yang diubah sama dengan : Harga satuan penawaran x (ketebalan nominal yang diterima)/(ketebalan nominal rencana) Membran kedap air Membran kedap air berfungsi untuk menahan air semen agar tidak keluar. Bila digunakan harus diukur untuk pembayaran sebagai jumlah meter persegi yang sesungguhnya dihampar di bawah perkerasan jalan beton. Luas yang diukur harus sama dengan luas untuk beton yang dihampar diatasnya. Kuantitas beton yang ditentukan sebagaimana diberikan di atas, dibayar menurut harga penawaran per satuan pengukuran untuk jenis pembayaran yang diberikan. Harga-harga dan penawaran tersebut harus dianggap merupakan kompensasi penuh untuk penyediaan semua beton mutu K – 350, besi tulangan sambungan melintang dan memanjang, membran kedap air, agregat dan semen, untuk pencampuran, penempatan, perataan, penyelesaian, perawatan dan perlindungan beton. Kontrol kuantitas pada pembayaran pekerjaan Rigid tetap beracuan pada volume pekerjaan. Volume = Panjang X Lebar X Tebal