SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
Baixar para ler offline
MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM :




   RABI’ATUL ‘ADAWIYAH




                    STA I
                         N BATUSANGKAR




                  Disusun oleh :
                  ZULHAIRI
                NIM : MPI 12.020




             DOSEN PEMBIMBING :
              DR. H. KASMURI SELAMAT, M.A




           PROGRAM PASCA SARJANA
         MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
  SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN )
                BATUSANGKAR
                 2012 M / 1434 H
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                  Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

                                                I
                                       PENDAHULUAN


          Islam diturunkan kemuka bumi ini adalah untuk menjadi rahmatan lil
‘alamin. Yaitu rahmat bagi semesta alam. Dengan kedatangan Islam maka
dihapuskanlah kejahiliyahan yang dilakukan bangsa Arab dikala itu. Dan
diantaranya selain untuk memperbaiki akhlaq manusia yang sudah begitu rusak,
juga mengangkat harkat martabat kaum hawa, yang mana mereka sangat
direndahkan kedudukannya. Wanita hanya menjadi objek pelampiasan nafsu
seksual, penyambung keturunan, bahkan menjadi semacam piala bergilir dari
satu orang ke orang lain.


          Namun dengan diutusnya nabi Muhammad SAW kedunia ini, hal-hal
tersebut diatas menjadi hilang dan dihapuskan. Harkat dan martabat wanita
diletakkan ketempat tertinggi, sehingga perbandingan tingkat penghormatan
seorang anak kepada ibunya adalah tiga kali lipat dibanding kepada ayahnya.


          Dari mula munculnya ajaran Islam, telah banyak melahirkan orang-orang
yang terkenal kezuhudannya, baik laki-laki maupun perempuan. mereka ini
tingkat     kecintaannya      kepada    Allah       SWT   jauh   melebihi    dibandingkan
kecintaannya kepada manusia, dunia dan isinya. Salah satunya adalah Rabiatul
‘Adawiyah. Dalam makalah yang singkat ini, penulis akan membahas tentang
tokoh sufi ini dan aliran tasawufnya.




                                            2
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                      Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

                                                 II
                                          PEMBAHASAN
                                    RABI’AH AL-ADAWIYAH
a. Biografi
         Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah binti Ismail Al-Adawiyah Al-
Bashriyah Al-Qaisiyah.1 Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/713 M atau 99
H/717 M disuatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat dikota itu
pada tahun 185 H/801 M. Menurut Buya Hamka tahun 185 H (796 M).2
         Ia dilahirkan sebagai putri keempat dari keluarga yang sangat miskin.
Karena ia putri keempat, orang tuanya memberinya nama Rabi’ah. Kelahirannya
diliputi bermacam cerita aneh-aneh.3 Pada malam ketika ia lahir, dirumahnya
tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan lampupun tidak ada, juga
tidak ditemui sepotong gombal pun untuk membungkus bayi yang baru
dilahirkan itu. Ibunya meminta ayah Rabi’ah supaya meminjam saja minyak dari
tetangga. Ini merupakan suatu cobaan bagi si ayah yang malang. Ayah ini telah
berjanji kepada Allah untuk tidak mengulurkan tangannya meminta tolong
kepada sesamanya. Namun begitu, ia pergi juga kerumah tetangganya,
mengetuk pintu, tetapi tidak mendapat jawaban. Ia merasa lega dan mengucap
syukur kepada Tuhan, karena tidak perlu ingkar janji. Ia pulang dan tidur. Malam
itu ia bermimpi, Nabi Muhammad memberikan tanda kepadanya dengan
mengatakan bahwa anaknya yang baru lahir itu telah ditakdirkan menduduki
tempat spiritual yang tinggi.4
         Kedua orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil. Ketiga orang
kakaknya perempuan juga mati ketika wabah kelaparan melanda Basrah. Konon
pada saat terjadinya bencana perang di Bashrah, ia dilarikan penjahat dan dijual




         1
             M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 146
         2
             Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983)
h. 73
         3
             H.A. Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 247
         4
             Ibid, h. 247
                                                 3
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                     Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

kepada keluarga Atik dari suku Qais Banu Adwah.5 Dari sini ia dikenal dengan Al-
Qaisiyah atau Al-‘Adwiyah. Pada keluarga ini pulalah ia bekerja keras, dan
menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala perintah majikannya.
Malam hari dilaluinya dengan berdoa.
         Pada suatu malam, majikannya melihat tanda kebesaran rohani Rabiah,
ketika Rabiah berdoa kepada Allah “Ya Rabbi, Engkau telah membuatku menjadi
budak belian kepada seorang manusia sehingga aku terpaksa mengabdi
kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti akan kupersembahkan seluruh waktu
dalam hidupku ini untuk berdoa kepadaMu”. Tiba-tiba tampak cahaya didekat
kepalanya, dan melihat itu majikannya menjadi sangat ketakutan. Esok harinya
Rabiah dibebaskan.6
         Setelah bebas, Rabiah pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk
menjalani hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampaikan ia ke sebuah
gubuk dekat Basrah. Disini ia hidup seperti pertapa. Sebuah tikar butut, sebuah
kendil dari tanah, sebuah batu bata dan semua itulah yang merupakan
keseluruhan harta yang ia punyai.


b. Konsep Tasawuf Rabi’atul Adawiyah : Al-Mahabbah
         Al-Mahabbah adalah konsep cinta sufi Rabia’tul Adawiyah kepada Tuhan.
Mahabbah ( ُ ‫ (الـمَــح َّـــ‬artinya adalah cinta, dan yang dimaksud ialah cinta
           ‫َــب ة‬
kepada Tuhan.7 Pengertian yang diberikan kepada mahabbah antara lain adalah
yang berikut :
         1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan
              kepadaNya.
         2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi.
         3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi.
              Yang dimaksud dengan yang dikasihi disini ialah Tuhan.

         5
          Abdurahman Al-Badawi, Syahidat Asy-Syq Al-Ilahi Rabi’ah Al-‘adawiyah (Kuwait, Al-
Wakalat Al-Mathbu’ah, 1978) h. 13
        6
          H.A. Musthofa, op.cit, h. 247
        7
          Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), h.
70
                                               4
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                                 Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

         Menurut al-Sarraj seperti yang dikutip Harun nasution, mahabbah
mempunyai tiga tingkat :
         1. Cinta biasa. Yaitu selalu mengingat Tuhan dengan zikir, suka
              menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam
              berdialog dengan Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan.
         2. Cinta orang yang siddik (                  ‫ ,) الصديق‬yaitu orang yang kenal kepada
              Tuhan, pada kebesaranNya, pada kekuasaanNya, pada ilmuNya dan
              lain-lain. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri
              seorang dari Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia-
              rahasia yang ada pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan
              dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini
              membuat orangnya sanggup menghilangkan kehendak dan sifat-
              sifatnya sendiri, sedang hatinya penuh dengan perasaan cinta pada
              Tuhan dan selalu rindu padaNya.
         3. Cinta orang yang ‘arif ( ‫ ,) العارف‬yaitu orang yang tahu betul pada
              Tuhan. Cinta serupa ini timbul karena telah tahu betul kepada Tuhan.
              Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri sendiri yang
              dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang
              mencintai.


         Faham mahabbah mempunyai dasar dalam Qur’an, diantaranya :

                                                   

         54. Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai
         mereka dan merekapun mencintaiNya
         Kemudian :

                    


                                                                             

                                                        5
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                                           Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

         31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya
         Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi
         Maha Penyayang.


Juga ada hadits yang membawa faham demikian, umpamanya :

                       ً َ ً ْ َ ُ ُ ُ ْ ْ ِ َّ َ ِ
             ‫َوال يَ َزال ع ْبدي يَتَقَ َّرب اَل ِِبمنَّ َوا ِفل حىت ُأحب َُّه َو َمن أَح َب ْب ُته ك ْنت ََُل َسعا َوبََصا َويَدً ا‬
                                                                                                 َّ َ ّ ُ ْ ِ َ ُ َ
         Artinya : “HambaKu senantiasa mendekatkan diri padaKu dengan perbuatan-
                         perbuatan hingga Aku cinta kepadanya. Orang yang Kucintai menjadi
                         telinga, mata dan tanganKu.”8
         Dalam perkembangan mistisisme dalam Islam, Rabi’ah Al-Adawiyah
tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta                                                    kepada Allah.
Sementara generasi sebelumnya merintis aliran asketisme dalam Islam
berdasarkan rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Rabi’ah pula yang
pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus ikhlas dengan cinta yang
berdasarkan permintaan ganti dari Allah.9
         Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan materi yang
diberikan orang kepadanya. Bahkan dalam doanya ia tidak mau meminta hal-hal
yang bersifat materi dari Tuhan. Ia betul-betul hidup dalam keadaan zuhud dan
hanya ingin berada dekat pada Tuhan.10
         Tingkat kehidupan zuhud yang tadinya direncanakan oleh Hasan Bashri,
yaitu takut dan pengharapan, telah dinaikkan oleh Rabi’ah kepada zuhud karena
cinta. Cinta yang suci murni itu lebih tinggi daripada takut dan pengharapan.
Cinta yang suci murni, tidaklah mengharapkan apa-apa.11
         Menurut riwayat dari Imam Sya’rani, pada suatu masa adalah seorang
yang menyebut-nyebut azab siksa neraka dihadapan Rabi’ah, maka pingsanlah
beliau lantaran mendengar itu, pingsan didalam menyebut-nyebut Istighfar,
memohonkan ampunan Tuhan. Tiba-tiba setelah beliau siuman dari pingsannya

         8
           Ibid, h. 71
         9
           M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 148
         10
            Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973),
h. 72
         11
              Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983)
h. 73
                                                                6
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                                                Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

dan sadar akan dirinya, beliaupun berkata : “Saya mesti meminta ampun lagi
daripada cara minta ampun saya yang pertama”.
         Kata sya’rani pula: “Sajadah tempat beliau sujud senantiasa basah oleh
air matanya.”
         Beliau sezaman dengan Sufyan Sauri, murid yang terkenal dari Hasan
Bashri. Pada suatu hari didengarnya Sufyan mengeluh : “Wahai sedihnya hatiku”,
yaitu kesedihan shufi yang telah diwariskan oleh gurunya. Mendengar itu
berkatalah Rabi’ah : “Kesedihan kita masih sedikit sekali ! Karena kalau benar-
benar kita bersedih, kita tidak ada didunia ini lagi!”
         Cinta murni kepada Tuhan, itulah puncak tasauf Rabi’ah. Pantun-pantun
kecintaan kepada Ilahi, yang kemudiannya banyak keluar dari ucapan shufi yang
besar sebagai Fariduddin Al-Athar, Ibnul Faridh, Al-Hallaj, Jalaluddin Rumi dll,
telah dimulai lebih dahulu oleh Rabi’ah.12
         Adapun diantara ucapan-ucapannya ialah 13:
         “Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut kepada neraka, bukan
              pula karena ingin masuk surga, tetapi aku mengabdi karena cintaku
              kepadaNya.”
         “Tuhanku, jika kupuja Engkau karena takut pada neraka, bakarlah aku
              didalamnya, dan jika kupuja Engkau karena mengharapkan surga,
              jauhkanlah aku daripadanya, tetapi jika Engkau kupuja semata-mata
              karena Engkau, maka janganlah sembunyikan kecantikanMu yang kekal
              itu dari diriku.”
Kemudian :

              ‫امَهِى ! َأ َ َر ِ امنُّن ُ ْوم َو َ َمت امْ ُع ُ ْون َو َوَّقَت اا ُل ْوكُ َأبْ َواَبَ َا َوخََل ُك ح ِب ْ ب ِِب ِبيْ ِبه‬
              ِ َ ٍ َ ‫َ ُ ُّن‬                                     ُْ ِ             ُ            ِ        ُ
                                                                                                                                        ّ
                                                                                                   . َ ْ‫َو َ َ ا َمقَا ِم ب َ ْ َ يَدَ ي‬


         12
              Ibid, h.74
         13
              Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973),
h. 72
                                                                   7
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                                                     Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

          “Ya Tuhan, bintang dilangit telah gemerlapan, mata telah bertiduran,
          pintu-pintu istana telah dikunci dan tiap pencinta telah menyendiri
          dengan yang dicintainya, dan inilah aku berada dihadiratmu.”
Sewaktu fajar menyingsing ia berkata :
        ُ‫امَهِى ! َ َ ا انو َّ ْ ل قَدْ َأدْبَ َر َو َ َ ا اهَّنَّ َار قَدْ َأس َف َر . فَوَ ْ ت ش ْعرى َأقَ ِبوْت ِم ِ ّّن مَ ْ وَىت فَأَ ْ نَأ‬
                     ِ                 َ           ِ َ َ                        ْ ُ                                      ُ
                                                                                                                                                ّ
        ‫َأ ْم َرددَْتَ َا عََل فَأَعْزى فَ َوع َّزِت َ ، َ َ ا د ِأ ِِب َما أَح َي ْ ت َ ِِن َو َأع ْنت َ ِِن َوع َّزِت َ مَ ْو ط َر ْدت َِِن عن‬
          َْ                 َ              ِ          َ                 ْ              َ                 ِ َ َّ َ َ
                                                                      . َ ‫َِب ِب َ َما بَ َرحت ع ْنه ِمل َا َوقَ َع ِِف قَوْ ِِب ِمن َمحبَّ ِت‬
                                                                                 َ ْ                                ُ َ ُ ْ
          “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera menampakkan diri. Aku
          gelisah, apakah amalanku Engkau terima hingga aku merasa bahagia,
          ataukah              Engkau               tolak          hingga              aku          merasa              sedih.           Demi
          kemahakuasaanMu, inilah yang kulakukan selama aku engkau beri hayat.
          Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintuMu, aku tidak akan pergi,
          karena cinta padaMu telah memenuhi hatiku.”
Dalam bentuk sya’ir, Rabi’ah mengatakan :
                                 َ ٌ
                               ‫َوحـــب ّـــًا ِِله ََّّـ َ َأ ْـــل مــِـِ َ اك ا‬
                                                               َ              ُ                     ‫ُأحـبُّنـ َ حـبَّـ ْي ن حـب امْ هَ َوى‬
                                                                                                               ‫ُ ِ ُ ُّن‬               ِ
                                 َ ِ ْ َّ َ ِ ْ
                            ‫فَـشغْـ ِو ي بـِ ِ ك ركَ عـم ن س َواكــِـا‬
                                                                   ُ                                ‫فَـأَ َّمـا امـَّ ِ ي ُ َو حب امْهَ َوى‬
                                                                                                                  ‫ُ ُّن‬     ْ
                                                                  ْ َ
                           ‫فَـكـشـ ُفـ َ ِم احلْ َ ْ ـب حـىت َأ َراكـــا‬
                               َ َّ َ َ                                                                ‫َو َأ َّمـاامََّّـ ِ ي َأهْـت َأ َّْـل مَ ه‬
                                                                                                       ُ ٌ َ ْ
                            ‫َومَـك ِن مَـ َ امْ حـ ْمـدُ ِف ذا َو ذاكــِـا‬
                                 َ َ َ               َ           ْ                                       ‫فـََل احلْـَ ْمدُ ِِف ذا َأ ْو ذاكَ ِم‬
                                                                                                               َ َ                        َ
          “Aku mencintaiMu dengan dua cinta; cinta rindu.
            Dan cinta, karena Engkau berhak menerima cintaku
                        Adapun cinta karena Engkau,
                        Hanya Engkau yang aku kenang tiada yang lain.
            Adapun cinta, karena Engkau berhak menerimanya.
            Agar Engkau bukakan bagiku hijab, supaya aku dapat melihat Engkau
                        Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku
                        Pujian atas kedua perkara itu adalah bagi-Mu sendiri.”

                                                                       8
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                       Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

Dan dalam sya’ir yang lain :



                      ‫ا‬                 َ ً ِ َ َْ ْ ِ ْ
                           َ‫فَار َ م اليوم ُم ْ نيا ق ْد َأ َاك‬     ‫َ ح ِب ْ ب امْقوْب َمالِى س َواكَ ا‬
                                                                            ِ        ِ َ َ
                      ‫قَدْ َأ ِي امْ َلب َأن يُ ِ ب ِ َواكَ ا‬
                                      َّ ْ َ ْ ‫ب‬       َ             ‫َ َرجاِئ َو َراح ِ ى َو ُ ُر ْو ِرى‬
                                                                                     ‫َت‬          َِ
         “Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi
           Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadiratMu
           Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku
           Hatiku telah enggan mencintai selain Engkau.”


         Dalam sya’ir-sya’ir yang masyhur itu nyatalah tujuan zuhud Rabi’ah, yaitu
kepada Tuhan karena Tuhan, bukan kepada Tuhan karena mengharap. Baginya
soal surga atau soal neraka, adalah nomor dua, atau bukan soal sama sekali,
sebab cinta itu sendiri sudahlah suatu nikmat yang paling lezat, tidak ada yang
mengatasinya lagi. Cinta dibaginya atas dua tingkat. Pertama cinta karena
kerinduan. Dirindui, sebab dia memang puncaknya segala keindahan, sehingga
tidak ada lagi yang lain yang menjadi buah kenangannya dan buah tuturnya,
melainkan Tuhan, Allah, Rabbi !, naik setingkat lagi, yaitu keinginan dibukakan
baginya hijab, selubung, yang membatas diantara dirinya dengan Dia. Itulah
tujuannya, yaitu melihat Dia (Musyahadah).14
         Itulah beberapa ucapan rasa cinta yang diungkapkan Rabi’atul ‘Adawiyah.
Cinta kepada Tuhan begitu memenuhi seluruh jiwanya sehingga ia menolak
semua tawaran kawin, dengan alasan bahwa dirinya adalah milik Tuhan yang
dicintainya, dan siapa yang ingin kawin dengannya haruslah meminta izin dari
Tuhan.
         Seseorang pernah bertanya kepadanya : “Apakah engkau benci kepada
Setan?” Ia menjawab : “Tidak, cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang
kosong dalam diriku untuk rasa benci pada setan.”

         14
              Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983)
h. 75
                                                   9
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                                       Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

         Karena begitu cinta kepada Tuhan, ia pernah ditanya tentang cintanya
kepada Nabi Muhammad SAW, jawabnya : “Saya cinta kepada Nabi, tetapi
cintaku kepada pencipta memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk.”15
         Demikianlah gambaran tentang konsep mahabbah yang dilahirkan oleh
seorang sufi dari rasa cintanya terhadap Tuhan.




                                                       III
                                               KESIMPULAN
         Tasawuf dalam Islam memiliki banyak tokoh dengan konsep yang
bermacam-macam. Diantaranya adalah konsep cinta (Al-Mahabbah) yang
dilahirkan oleh Rabi’atul ‘Adawiyah. Al-Mahabbah adalah konsep dimana
seorang hamba tidak lagi memiliki rasa cinta kepada sesama makhluk, tetapi
semata-mata hanya diberikan kepada sang pencipta, yaitu Allah SWT.
         Konsep Al-Mahabbah tidak lagi memikirkan ketakutan terhadap siksa api
neraka, ataupun kepada pengharapan terhadap surga. Tetapi semata-mata
karena Tuhan, dan bukan karena mengharap sesuatu. Karena sesungguhnya rasa
cinta itu sendiri adalah nikmat yang sangat lezat yang tiada kelezatan diatas cinta
tersebut.




         15
              Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973),
h. 74
                                                  10
Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah                        Perkembangan Pemikiran Islam

Oleh : Zulkhairi

                                DAFTAR PUSTAKA


Solihin, M dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta : Pustaka Panjimas,
       1983
Musthofa, H.A, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2008
Al-Badawi, Abdurahman, Syahidat Asy-Syq Al-Ilahi Rabi’ah Al-‘adawiyah,Kuwait :
       Al-Wakalat Al-Mathbu’ah, 1978
Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang,
       1973
Malik, A. Ridwan, Akhlak Tasawuf, Batusangkar : STAIN batusangkar Press, 2011




                                       11

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islamPendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islamThony Hermansyah
 
Ppt sejarah perkembangan akhlak
Ppt sejarah perkembangan akhlakPpt sejarah perkembangan akhlak
Ppt sejarah perkembangan akhlakria sholihah
 
Rijal al hadits makalah - Ulumul Hadits
Rijal al hadits makalah - Ulumul HaditsRijal al hadits makalah - Ulumul Hadits
Rijal al hadits makalah - Ulumul Haditsade orreo
 
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam IslamKD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam IslamSyarifatul Marwiyah
 
2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alaminayub99
 
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinPerkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinSri Juwita Alfath
 
Ppt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawufPpt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawufroffiq
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanFakhri Cool
 
Ppt hadits mutawatir dan hadits ahad
Ppt hadits mutawatir dan hadits ahadPpt hadits mutawatir dan hadits ahad
Ppt hadits mutawatir dan hadits ahadRendiTrida
 
Hadits Shahih Imam Bukhari
Hadits Shahih Imam BukhariHadits Shahih Imam Bukhari
Hadits Shahih Imam BukhariAnggit T A W
 
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawufKonsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawufSukrinTaib
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul haditsMoh Yakub
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxSyarifatul Marwiyah
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisatjehh
 
Syekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir JailaniSyekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir JailaniIlliyin Studio
 
Hadits dhaif di bulan ramadhan
Hadits dhaif di bulan ramadhanHadits dhaif di bulan ramadhan
Hadits dhaif di bulan ramadhanAbyanuddin Salam
 

Mais procurados (20)

Pendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islamPendekatan sejarah dalam studi islam
Pendekatan sejarah dalam studi islam
 
Ppt sejarah perkembangan akhlak
Ppt sejarah perkembangan akhlakPpt sejarah perkembangan akhlak
Ppt sejarah perkembangan akhlak
 
Rijal al hadits makalah - Ulumul Hadits
Rijal al hadits makalah - Ulumul HaditsRijal al hadits makalah - Ulumul Hadits
Rijal al hadits makalah - Ulumul Hadits
 
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam IslamKD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
KD3 - Memahami Konsep Hakekat Manusia dalam Islam
 
2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin2 islam agama rahmatan lil alamin
2 islam agama rahmatan lil alamin
 
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syakMakalah al yakin la yuzalu bi syak
Makalah al yakin la yuzalu bi syak
 
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidinPerkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
Perkembangan dan sistem pendidikan islam pada masa khulafaur rasyidin
 
Ppt tasawuf
Ppt tasawufPpt tasawuf
Ppt tasawuf
 
Ppt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawufPpt akhlak tasawuf
Ppt akhlak tasawuf
 
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits HasanHadits Shahih dan Hadits Hasan
Hadits Shahih dan Hadits Hasan
 
Kaidah fiqhiyah
Kaidah fiqhiyahKaidah fiqhiyah
Kaidah fiqhiyah
 
Ppt hadits mutawatir dan hadits ahad
Ppt hadits mutawatir dan hadits ahadPpt hadits mutawatir dan hadits ahad
Ppt hadits mutawatir dan hadits ahad
 
Hadits Shahih Imam Bukhari
Hadits Shahih Imam BukhariHadits Shahih Imam Bukhari
Hadits Shahih Imam Bukhari
 
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawufKonsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
Konsep maqamat dan ahwal dalam tasawuf
 
Ulumul hadits
Ulumul haditsUlumul hadits
Ulumul hadits
 
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptxKD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
KD 6. Prinsip dan model Pendekatan Pendidikan Islam .pptx
 
Fiqih - perceraian
Fiqih - perceraianFiqih - perceraian
Fiqih - perceraian
 
Studi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historisStudi islam dalam pendekatan historis
Studi islam dalam pendekatan historis
 
Syekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir JailaniSyekh Abdul Qadir Jailani
Syekh Abdul Qadir Jailani
 
Hadits dhaif di bulan ramadhan
Hadits dhaif di bulan ramadhanHadits dhaif di bulan ramadhan
Hadits dhaif di bulan ramadhan
 

Destaque

Destaque (6)

Rabiatul adawiyah
Rabiatul adawiyahRabiatul adawiyah
Rabiatul adawiyah
 
Rabiah al-Adawiyyah
Rabiah al-AdawiyyahRabiah al-Adawiyyah
Rabiah al-Adawiyyah
 
Mahabbah
MahabbahMahabbah
Mahabbah
 
Cinta rabiah al adawiyah
Cinta rabiah al adawiyahCinta rabiah al adawiyah
Cinta rabiah al adawiyah
 
Tasawuf dan ajaran mahabbah
Tasawuf dan  ajaran mahabbahTasawuf dan  ajaran mahabbah
Tasawuf dan ajaran mahabbah
 
Karya tulis ilmiah (Complete)
Karya tulis ilmiah (Complete)Karya tulis ilmiah (Complete)
Karya tulis ilmiah (Complete)
 

Semelhante a Makalah rabiatul adawiyah

Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifatPengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifatYuliana Aminulloh
 
Menyingkap Mitos Wahhabi
Menyingkap Mitos WahhabiMenyingkap Mitos Wahhabi
Menyingkap Mitos WahhabiMawar'99
 
doa sehari-hari untuk anak
doa sehari-hari untuk anakdoa sehari-hari untuk anak
doa sehari-hari untuk anakLidia Winarti
 
Rabi'ah Al-Adawiyah Suara Lirih Sang Pecinta Sejati
Rabi'ah Al-Adawiyah  Suara Lirih Sang Pecinta SejatiRabi'ah Al-Adawiyah  Suara Lirih Sang Pecinta Sejati
Rabi'ah Al-Adawiyah Suara Lirih Sang Pecinta SejatiTaufik Rahman
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawufudajamil
 
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaTokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaRobet Saputra
 
Fiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptx
Fiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptxFiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptx
Fiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptxNurNasuhaSalam
 
IETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdf
IETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdfIETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdf
IETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdfAsudiHamdun3
 
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Nurul Ashwad
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyahnyongkoh
 
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazaliIslamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazaliRaden Mas Gatutkoco
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheednovallich
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheednovallich
 
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdfPengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdfZukét Printing
 
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docxPengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docxZukét Printing
 
Usrah remaja
Usrah remaja Usrah remaja
Usrah remaja HJWANZ
 
Pengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu TasawufPengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu TasawufZezen Wahyudin
 

Semelhante a Makalah rabiatul adawiyah (20)

Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifatPengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
Pengalaman batin, khouf, mahabbah, fana, ma;rifat
 
Menyingkap Mitos Wahhabi
Menyingkap Mitos WahhabiMenyingkap Mitos Wahhabi
Menyingkap Mitos Wahhabi
 
doa sehari-hari untuk anak
doa sehari-hari untuk anakdoa sehari-hari untuk anak
doa sehari-hari untuk anak
 
Rabi'ah Al-Adawiyah Suara Lirih Sang Pecinta Sejati
Rabi'ah Al-Adawiyah  Suara Lirih Sang Pecinta SejatiRabi'ah Al-Adawiyah  Suara Lirih Sang Pecinta Sejati
Rabi'ah Al-Adawiyah Suara Lirih Sang Pecinta Sejati
 
Makalah mahabbah anif
Makalah mahabbah anifMakalah mahabbah anif
Makalah mahabbah anif
 
Makalah tasawuf
Makalah tasawufMakalah tasawuf
Makalah tasawuf
 
13-Hak-Ibu.pptx
13-Hak-Ibu.pptx13-Hak-Ibu.pptx
13-Hak-Ibu.pptx
 
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masaTokoh tokoh saufi dari masa ke masa
Tokoh tokoh saufi dari masa ke masa
 
Fiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptx
Fiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptxFiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptx
Fiqh Sirah_Muqadimmah_Saki Baki Ajaran Hanif.pptx
 
PPT3.pptx
PPT3.pptxPPT3.pptx
PPT3.pptx
 
IETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdf
IETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdfIETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdf
IETHAAR FI AL-UKHUWWAH pdf.pdf
 
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
Said Hawwa - Jundullah (ringkasan)
 
Aqidah islamiyah
Aqidah islamiyahAqidah islamiyah
Aqidah islamiyah
 
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazaliIslamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
Islamic book : Tazkiyatun nafs imam ghazali
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheed
 
Id the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheedId the book_of_tawheed
Id the book_of_tawheed
 
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdfPengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.pdf
 
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docxPengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
Pengertian dan Sejarah Munculnya Tasawuf.docx
 
Usrah remaja
Usrah remaja Usrah remaja
Usrah remaja
 
Pengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu TasawufPengertian Ilmu Tasawuf
Pengertian Ilmu Tasawuf
 

Makalah rabiatul adawiyah

  • 1. MAKALAH PERKEMBANGAN PEMIKIRAN ISLAM : RABI’ATUL ‘ADAWIYAH STA I N BATUSANGKAR Disusun oleh : ZULHAIRI NIM : MPI 12.020 DOSEN PEMBIMBING : DR. H. KASMURI SELAMAT, M.A PROGRAM PASCA SARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI ( STAIN ) BATUSANGKAR 2012 M / 1434 H
  • 2. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi I PENDAHULUAN Islam diturunkan kemuka bumi ini adalah untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Yaitu rahmat bagi semesta alam. Dengan kedatangan Islam maka dihapuskanlah kejahiliyahan yang dilakukan bangsa Arab dikala itu. Dan diantaranya selain untuk memperbaiki akhlaq manusia yang sudah begitu rusak, juga mengangkat harkat martabat kaum hawa, yang mana mereka sangat direndahkan kedudukannya. Wanita hanya menjadi objek pelampiasan nafsu seksual, penyambung keturunan, bahkan menjadi semacam piala bergilir dari satu orang ke orang lain. Namun dengan diutusnya nabi Muhammad SAW kedunia ini, hal-hal tersebut diatas menjadi hilang dan dihapuskan. Harkat dan martabat wanita diletakkan ketempat tertinggi, sehingga perbandingan tingkat penghormatan seorang anak kepada ibunya adalah tiga kali lipat dibanding kepada ayahnya. Dari mula munculnya ajaran Islam, telah banyak melahirkan orang-orang yang terkenal kezuhudannya, baik laki-laki maupun perempuan. mereka ini tingkat kecintaannya kepada Allah SWT jauh melebihi dibandingkan kecintaannya kepada manusia, dunia dan isinya. Salah satunya adalah Rabiatul ‘Adawiyah. Dalam makalah yang singkat ini, penulis akan membahas tentang tokoh sufi ini dan aliran tasawufnya. 2
  • 3. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi II PEMBAHASAN RABI’AH AL-ADAWIYAH a. Biografi Nama lengkap Rabi’ah adalah Rabi’ah binti Ismail Al-Adawiyah Al- Bashriyah Al-Qaisiyah.1 Ia diperkirakan lahir pada tahun 95 H/713 M atau 99 H/717 M disuatu perkampungan dekat kota Bashrah (Irak) dan wafat dikota itu pada tahun 185 H/801 M. Menurut Buya Hamka tahun 185 H (796 M).2 Ia dilahirkan sebagai putri keempat dari keluarga yang sangat miskin. Karena ia putri keempat, orang tuanya memberinya nama Rabi’ah. Kelahirannya diliputi bermacam cerita aneh-aneh.3 Pada malam ketika ia lahir, dirumahnya tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan lampupun tidak ada, juga tidak ditemui sepotong gombal pun untuk membungkus bayi yang baru dilahirkan itu. Ibunya meminta ayah Rabi’ah supaya meminjam saja minyak dari tetangga. Ini merupakan suatu cobaan bagi si ayah yang malang. Ayah ini telah berjanji kepada Allah untuk tidak mengulurkan tangannya meminta tolong kepada sesamanya. Namun begitu, ia pergi juga kerumah tetangganya, mengetuk pintu, tetapi tidak mendapat jawaban. Ia merasa lega dan mengucap syukur kepada Tuhan, karena tidak perlu ingkar janji. Ia pulang dan tidur. Malam itu ia bermimpi, Nabi Muhammad memberikan tanda kepadanya dengan mengatakan bahwa anaknya yang baru lahir itu telah ditakdirkan menduduki tempat spiritual yang tinggi.4 Kedua orang tuanya meninggal ketika ia masih kecil. Ketiga orang kakaknya perempuan juga mati ketika wabah kelaparan melanda Basrah. Konon pada saat terjadinya bencana perang di Bashrah, ia dilarikan penjahat dan dijual 1 M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 146 2 Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983) h. 73 3 H.A. Musthofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 247 4 Ibid, h. 247 3
  • 4. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi kepada keluarga Atik dari suku Qais Banu Adwah.5 Dari sini ia dikenal dengan Al- Qaisiyah atau Al-‘Adwiyah. Pada keluarga ini pulalah ia bekerja keras, dan menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala perintah majikannya. Malam hari dilaluinya dengan berdoa. Pada suatu malam, majikannya melihat tanda kebesaran rohani Rabiah, ketika Rabiah berdoa kepada Allah “Ya Rabbi, Engkau telah membuatku menjadi budak belian kepada seorang manusia sehingga aku terpaksa mengabdi kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti akan kupersembahkan seluruh waktu dalam hidupku ini untuk berdoa kepadaMu”. Tiba-tiba tampak cahaya didekat kepalanya, dan melihat itu majikannya menjadi sangat ketakutan. Esok harinya Rabiah dibebaskan.6 Setelah bebas, Rabiah pergi ke tempat-tempat yang sunyi untuk menjalani hidup dengan bermeditasi, dan akhirnya sampaikan ia ke sebuah gubuk dekat Basrah. Disini ia hidup seperti pertapa. Sebuah tikar butut, sebuah kendil dari tanah, sebuah batu bata dan semua itulah yang merupakan keseluruhan harta yang ia punyai. b. Konsep Tasawuf Rabi’atul Adawiyah : Al-Mahabbah Al-Mahabbah adalah konsep cinta sufi Rabia’tul Adawiyah kepada Tuhan. Mahabbah ( ُ ‫ (الـمَــح َّـــ‬artinya adalah cinta, dan yang dimaksud ialah cinta ‫َــب ة‬ kepada Tuhan.7 Pengertian yang diberikan kepada mahabbah antara lain adalah yang berikut : 1. Memeluk kepatuhan pada Tuhan dan membenci sikap melawan kepadaNya. 2. Menyerahkan seluruh diri kepada yang dikasihi. 3. Mengosongkan hati dari segala-galanya kecuali dari diri yang dikasihi. Yang dimaksud dengan yang dikasihi disini ialah Tuhan. 5 Abdurahman Al-Badawi, Syahidat Asy-Syq Al-Ilahi Rabi’ah Al-‘adawiyah (Kuwait, Al- Wakalat Al-Mathbu’ah, 1978) h. 13 6 H.A. Musthofa, op.cit, h. 247 7 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), h. 70 4
  • 5. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi Menurut al-Sarraj seperti yang dikutip Harun nasution, mahabbah mempunyai tiga tingkat : 1. Cinta biasa. Yaitu selalu mengingat Tuhan dengan zikir, suka menyebut nama-nama Allah dan memperoleh kesenangan dalam berdialog dengan Tuhan. Senantiasa memuji Tuhan. 2. Cinta orang yang siddik ( ‫ ,) الصديق‬yaitu orang yang kenal kepada Tuhan, pada kebesaranNya, pada kekuasaanNya, pada ilmuNya dan lain-lain. Cinta yang dapat menghilangkan tabir yang memisahkan diri seorang dari Tuhan dan dengan demikian dapat melihat rahasia- rahasia yang ada pada Tuhan. Ia mengadakan dialog dengan Tuhan dan memperoleh kesenangan dari dialog itu. Cinta tingkat kedua ini membuat orangnya sanggup menghilangkan kehendak dan sifat- sifatnya sendiri, sedang hatinya penuh dengan perasaan cinta pada Tuhan dan selalu rindu padaNya. 3. Cinta orang yang ‘arif ( ‫ ,) العارف‬yaitu orang yang tahu betul pada Tuhan. Cinta serupa ini timbul karena telah tahu betul kepada Tuhan. Yang dilihat dan dirasa bukan lagi cinta, tetapi diri sendiri yang dicintai. Akhirnya sifat-sifat yang dicintai masuk kedalam diri yang mencintai. Faham mahabbah mempunyai dasar dalam Qur’an, diantaranya :         54. Maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya Kemudian :                 5
  • 6. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi 31. Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah Aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Juga ada hadits yang membawa faham demikian, umpamanya : ً َ ً ْ َ ُ ُ ُ ْ ْ ِ َّ َ ِ ‫َوال يَ َزال ع ْبدي يَتَقَ َّرب اَل ِِبمنَّ َوا ِفل حىت ُأحب َُّه َو َمن أَح َب ْب ُته ك ْنت ََُل َسعا َوبََصا َويَدً ا‬ َّ َ ّ ُ ْ ِ َ ُ َ Artinya : “HambaKu senantiasa mendekatkan diri padaKu dengan perbuatan- perbuatan hingga Aku cinta kepadanya. Orang yang Kucintai menjadi telinga, mata dan tanganKu.”8 Dalam perkembangan mistisisme dalam Islam, Rabi’ah Al-Adawiyah tercatat sebagai peletak dasar tasawuf berdasarkan cinta kepada Allah. Sementara generasi sebelumnya merintis aliran asketisme dalam Islam berdasarkan rasa takut dan pengharapan kepada Allah. Rabi’ah pula yang pertama-tama mengajukan pengertian rasa tulus ikhlas dengan cinta yang berdasarkan permintaan ganti dari Allah.9 Ia hidup dalam kemiskinan dan menolak segala bantuan materi yang diberikan orang kepadanya. Bahkan dalam doanya ia tidak mau meminta hal-hal yang bersifat materi dari Tuhan. Ia betul-betul hidup dalam keadaan zuhud dan hanya ingin berada dekat pada Tuhan.10 Tingkat kehidupan zuhud yang tadinya direncanakan oleh Hasan Bashri, yaitu takut dan pengharapan, telah dinaikkan oleh Rabi’ah kepada zuhud karena cinta. Cinta yang suci murni itu lebih tinggi daripada takut dan pengharapan. Cinta yang suci murni, tidaklah mengharapkan apa-apa.11 Menurut riwayat dari Imam Sya’rani, pada suatu masa adalah seorang yang menyebut-nyebut azab siksa neraka dihadapan Rabi’ah, maka pingsanlah beliau lantaran mendengar itu, pingsan didalam menyebut-nyebut Istighfar, memohonkan ampunan Tuhan. Tiba-tiba setelah beliau siuman dari pingsannya 8 Ibid, h. 71 9 M. Solihin dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, (Bandung, Pustaka Setia, 2008), h. 148 10 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), h. 72 11 Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983) h. 73 6
  • 7. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi dan sadar akan dirinya, beliaupun berkata : “Saya mesti meminta ampun lagi daripada cara minta ampun saya yang pertama”. Kata sya’rani pula: “Sajadah tempat beliau sujud senantiasa basah oleh air matanya.” Beliau sezaman dengan Sufyan Sauri, murid yang terkenal dari Hasan Bashri. Pada suatu hari didengarnya Sufyan mengeluh : “Wahai sedihnya hatiku”, yaitu kesedihan shufi yang telah diwariskan oleh gurunya. Mendengar itu berkatalah Rabi’ah : “Kesedihan kita masih sedikit sekali ! Karena kalau benar- benar kita bersedih, kita tidak ada didunia ini lagi!” Cinta murni kepada Tuhan, itulah puncak tasauf Rabi’ah. Pantun-pantun kecintaan kepada Ilahi, yang kemudiannya banyak keluar dari ucapan shufi yang besar sebagai Fariduddin Al-Athar, Ibnul Faridh, Al-Hallaj, Jalaluddin Rumi dll, telah dimulai lebih dahulu oleh Rabi’ah.12 Adapun diantara ucapan-ucapannya ialah 13: “Aku mengabdi kepada Tuhan bukan karena takut kepada neraka, bukan pula karena ingin masuk surga, tetapi aku mengabdi karena cintaku kepadaNya.” “Tuhanku, jika kupuja Engkau karena takut pada neraka, bakarlah aku didalamnya, dan jika kupuja Engkau karena mengharapkan surga, jauhkanlah aku daripadanya, tetapi jika Engkau kupuja semata-mata karena Engkau, maka janganlah sembunyikan kecantikanMu yang kekal itu dari diriku.” Kemudian : ‫امَهِى ! َأ َ َر ِ امنُّن ُ ْوم َو َ َمت امْ ُع ُ ْون َو َوَّقَت اا ُل ْوكُ َأبْ َواَبَ َا َوخََل ُك ح ِب ْ ب ِِب ِبيْ ِبه‬ ِ َ ٍ َ ‫َ ُ ُّن‬ ُْ ِ ُ ِ ُ ّ . َ ْ‫َو َ َ ا َمقَا ِم ب َ ْ َ يَدَ ي‬ 12 Ibid, h.74 13 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), h. 72 7
  • 8. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi “Ya Tuhan, bintang dilangit telah gemerlapan, mata telah bertiduran, pintu-pintu istana telah dikunci dan tiap pencinta telah menyendiri dengan yang dicintainya, dan inilah aku berada dihadiratmu.” Sewaktu fajar menyingsing ia berkata : ُ‫امَهِى ! َ َ ا انو َّ ْ ل قَدْ َأدْبَ َر َو َ َ ا اهَّنَّ َار قَدْ َأس َف َر . فَوَ ْ ت ش ْعرى َأقَ ِبوْت ِم ِ ّّن مَ ْ وَىت فَأَ ْ نَأ‬ ِ َ ِ َ َ ْ ُ ُ ّ ‫َأ ْم َرددَْتَ َا عََل فَأَعْزى فَ َوع َّزِت َ ، َ َ ا د ِأ ِِب َما أَح َي ْ ت َ ِِن َو َأع ْنت َ ِِن َوع َّزِت َ مَ ْو ط َر ْدت َِِن عن‬ َْ َ ِ َ ْ َ ِ َ َّ َ َ . َ ‫َِب ِب َ َما بَ َرحت ع ْنه ِمل َا َوقَ َع ِِف قَوْ ِِب ِمن َمحبَّ ِت‬ َ ْ ُ َ ُ ْ “Tuhanku, malam telah berlalu dan siang segera menampakkan diri. Aku gelisah, apakah amalanku Engkau terima hingga aku merasa bahagia, ataukah Engkau tolak hingga aku merasa sedih. Demi kemahakuasaanMu, inilah yang kulakukan selama aku engkau beri hayat. Sekiranya Engkau usir aku dari depan pintuMu, aku tidak akan pergi, karena cinta padaMu telah memenuhi hatiku.” Dalam bentuk sya’ir, Rabi’ah mengatakan : َ ٌ ‫َوحـــب ّـــًا ِِله ََّّـ َ َأ ْـــل مــِـِ َ اك ا‬ َ ُ ‫ُأحـبُّنـ َ حـبَّـ ْي ن حـب امْ هَ َوى‬ ‫ُ ِ ُ ُّن‬ ِ َ ِ ْ َّ َ ِ ْ ‫فَـشغْـ ِو ي بـِ ِ ك ركَ عـم ن س َواكــِـا‬ ُ ‫فَـأَ َّمـا امـَّ ِ ي ُ َو حب امْهَ َوى‬ ‫ُ ُّن‬ ْ ْ َ ‫فَـكـشـ ُفـ َ ِم احلْ َ ْ ـب حـىت َأ َراكـــا‬ َ َّ َ َ ‫َو َأ َّمـاامََّّـ ِ ي َأهْـت َأ َّْـل مَ ه‬ ُ ٌ َ ْ ‫َومَـك ِن مَـ َ امْ حـ ْمـدُ ِف ذا َو ذاكــِـا‬ َ َ َ َ ْ ‫فـََل احلْـَ ْمدُ ِِف ذا َأ ْو ذاكَ ِم‬ َ َ َ “Aku mencintaiMu dengan dua cinta; cinta rindu. Dan cinta, karena Engkau berhak menerima cintaku Adapun cinta karena Engkau, Hanya Engkau yang aku kenang tiada yang lain. Adapun cinta, karena Engkau berhak menerimanya. Agar Engkau bukakan bagiku hijab, supaya aku dapat melihat Engkau Pujian atas kedua perkara itu bukanlah bagiku Pujian atas kedua perkara itu adalah bagi-Mu sendiri.” 8
  • 9. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi Dan dalam sya’ir yang lain : ‫ا‬ َ ً ِ َ َْ ْ ِ ْ َ‫فَار َ م اليوم ُم ْ نيا ق ْد َأ َاك‬ ‫َ ح ِب ْ ب امْقوْب َمالِى س َواكَ ا‬ ِ ِ َ َ ‫قَدْ َأ ِي امْ َلب َأن يُ ِ ب ِ َواكَ ا‬ َّ ْ َ ْ ‫ب‬ َ ‫َ َرجاِئ َو َراح ِ ى َو ُ ُر ْو ِرى‬ ‫َت‬ َِ “Buah hatiku, hanya Engkaulah yang kukasihi Beri ampunlah pembuat dosa yang datang ke hadiratMu Engkaulah harapanku, kebahagiaan dan kesenanganku Hatiku telah enggan mencintai selain Engkau.” Dalam sya’ir-sya’ir yang masyhur itu nyatalah tujuan zuhud Rabi’ah, yaitu kepada Tuhan karena Tuhan, bukan kepada Tuhan karena mengharap. Baginya soal surga atau soal neraka, adalah nomor dua, atau bukan soal sama sekali, sebab cinta itu sendiri sudahlah suatu nikmat yang paling lezat, tidak ada yang mengatasinya lagi. Cinta dibaginya atas dua tingkat. Pertama cinta karena kerinduan. Dirindui, sebab dia memang puncaknya segala keindahan, sehingga tidak ada lagi yang lain yang menjadi buah kenangannya dan buah tuturnya, melainkan Tuhan, Allah, Rabbi !, naik setingkat lagi, yaitu keinginan dibukakan baginya hijab, selubung, yang membatas diantara dirinya dengan Dia. Itulah tujuannya, yaitu melihat Dia (Musyahadah).14 Itulah beberapa ucapan rasa cinta yang diungkapkan Rabi’atul ‘Adawiyah. Cinta kepada Tuhan begitu memenuhi seluruh jiwanya sehingga ia menolak semua tawaran kawin, dengan alasan bahwa dirinya adalah milik Tuhan yang dicintainya, dan siapa yang ingin kawin dengannya haruslah meminta izin dari Tuhan. Seseorang pernah bertanya kepadanya : “Apakah engkau benci kepada Setan?” Ia menjawab : “Tidak, cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang kosong dalam diriku untuk rasa benci pada setan.” 14 Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, (Jakarta, Pustaka Panjimas, 1983) h. 75 9
  • 10. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi Karena begitu cinta kepada Tuhan, ia pernah ditanya tentang cintanya kepada Nabi Muhammad SAW, jawabnya : “Saya cinta kepada Nabi, tetapi cintaku kepada pencipta memalingkan diriku dari cinta kepada makhluk.”15 Demikianlah gambaran tentang konsep mahabbah yang dilahirkan oleh seorang sufi dari rasa cintanya terhadap Tuhan. III KESIMPULAN Tasawuf dalam Islam memiliki banyak tokoh dengan konsep yang bermacam-macam. Diantaranya adalah konsep cinta (Al-Mahabbah) yang dilahirkan oleh Rabi’atul ‘Adawiyah. Al-Mahabbah adalah konsep dimana seorang hamba tidak lagi memiliki rasa cinta kepada sesama makhluk, tetapi semata-mata hanya diberikan kepada sang pencipta, yaitu Allah SWT. Konsep Al-Mahabbah tidak lagi memikirkan ketakutan terhadap siksa api neraka, ataupun kepada pengharapan terhadap surga. Tetapi semata-mata karena Tuhan, dan bukan karena mengharap sesuatu. Karena sesungguhnya rasa cinta itu sendiri adalah nikmat yang sangat lezat yang tiada kelezatan diatas cinta tersebut. 15 Harun Nasution, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta, Bulan Bintang, 1973), h. 74 10
  • 11. Makalah Rabi’atul ‘Adawiyah Perkembangan Pemikiran Islam Oleh : Zulkhairi DAFTAR PUSTAKA Solihin, M dan Rosihon Anwar, Ilmu Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2008 Hamka, Tasauf, Perkembangan dan Pemurniannya, Jakarta : Pustaka Panjimas, 1983 Musthofa, H.A, Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia, 2008 Al-Badawi, Abdurahman, Syahidat Asy-Syq Al-Ilahi Rabi’ah Al-‘adawiyah,Kuwait : Al-Wakalat Al-Mathbu’ah, 1978 Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisisme dalam Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1973 Malik, A. Ridwan, Akhlak Tasawuf, Batusangkar : STAIN batusangkar Press, 2011 11