SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 55
Panduan
Analisis dan Advokasi Anggaran
      Pemerintah Daerah
          di Indonesia




                             ADB
The Asia Foundation   Asian Development Bank
KATA PENGANTAR

Buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah ini
disusun sebagai salah satu kegiatan Asistensi Teknis 6170 dari Asian Development
Bank dengan judul “Pilot Project Untuk Menginstitusionalisasi Partisipasi
Masyarakat Sipil dalam Upaya Menciptakan Anggaran yang Berpihak pada Rakyat
Miskin”.

Panduan ini diharapkan bisa menjadi sumber untuk mengembangkan bahan-
bahan pembelajaran bagi organisasi non-pemerintah, media, organisasi massa,
organisasi rakyat, maupun organisasi masyarakat sipil pada umumnya di Indonesia.
Untuk pertama kalinya panduan ini digunakan sebagai bahan pelatihan bagi
kelompok masyarakat sipil di Kabupaten Kebumen dan Kota Makassar pada
bulan Februari dan Maret 2006.

Bahan ini diramu dan diperkaya dari berbagai sumber termasuk diantaranya
bahan-bahan manual pelatihan tentang anggaran yang telah dan tengah disusun
 oleh Bandung Institute for Governance Studies (BIGS), Forum Indonesia untuk
Transparansi Anggaran (FITRA), Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO),
Civic Education and Budget Transparency Advocation (CiBa), Woman Research
Institute (WRI) dan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Lokal
(P3ML) Sumedang.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka yang telah
memberikan inspirasi, menyumbang gagasan, menjadi teman diskusi, menyediakan
bahan-bahan studi kasus sehingga tersusun bahan ini. Secara khusus penghargaan
saya atas peran tersebut kepada Hana Satriyo dan Alam (TAF), Nandang Suherman
(P3ML), Dedi Haryadi dan Siti (BIGS), Dini dan Ilham (PATTIRO), Rinusu dan
Jamruddin (CiBa), Diah Raharjo (TIFA), Erna, Cecep dan Mustafa (B-Trust), Aji
(Formasi Kebumen), dan Ilham Iskandar (YAS Makassar).

Saya menyadari bahwa masih banyak bahan dan pemikiran yang bisa ditambahkan
ke dalam panduan yang memang belum sempurna ini. Karenanya, masukan dan
kritik dari rekan sejawat maupun pembaca, pemakai atau peserta pelatihan
sangatlah diharapkan sehingga akan tersusun suatu panduan yang lebih mudah
dicerna, lebih lengkap dan lebih sesuai dengan konteksnya.

Terima kasih secara khusus kepada The Asia Foundation San Francisco yang
telah mempercayai saya menjadi anggota tim dari kegiatan ini, dan terlebih
kepada Erin Thebault Weisser yang telah mengedit bahan ini.


Hetifah Sjaifudian



                                                                              1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI .......................................................................................................2

DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................3

BAGIAN 1: DASAR-DASAR ANGGARAN ...........................................................5
   Pendahuluan ...............................................................................................5
   Mengapa Anggaran itu Penting? .................................................................6
   Praktek-praktek Anggaran yang Berhasil di Tingkat Internasional. ..............8
   Pelaksanaan Anggaran dan Monitoring .....................................................11
   Mengaplikasikan Pendekatan Anggaran ....................................................13

BAGIAN 2: MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH ...........15
   Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................15
   Perubahan yang Telah dan Tengah Berlangsung dalam Sistem .................15
   Penganggaran di Daerah ...........................................................................15
   Pelaku Kunci dalam Proses Anggaran: Siapa Melakukan Apa? .................17
   Siklus Anggaran ........................................................................................20
   Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran ..........................................22
   Celah Keterlibatan Warga Dalam Proses Penganggaran ............................23
   Tanggung Jawab Pelayanan Pemerintah Daerah .......................................25

BAGIAN 3: ANALISIS PENDAPATAN ...............................................................27
   Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................27
   Format dan Struktur APBD........................................................................27
   Sumber-Sumber Pendapatan Daerah ........................................................28
   Latihan Analisis Pendapatan .....................................................................29
   Struktur APBD Propinsi/Kabupaten/Kota Menurut
   Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 ..............................................................33

BAGIAN 4: ANALISIS BELANJA ......................................................................35
   Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................35
   Berbagai Cara untuk Menganalisis Pengeluaran ........................................36

BAGIAN 5: ADVOKASI ANGGARAN.................................................................45
   Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................45
   Penggunaan Hasil Analisis Anggaran dalam Advokasi ..............................45
   Perbedaan Pendekatan Dalam Advokasi Anggaran:...................................47
   Belajar Dari Pengalaman BIGS Dan P3ML.................................................47
   Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Advokasi ................................48

DAFTAR ISTILAH ............................................................................................49
DAFTAR REFERENSI .......................................................................................50



2
DAFTAR SINGKATAN

AKU           =   Arah Kebijakan Umum
APBD          =   Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBN          =   Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
Bappeda       =   Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Bawasda       =   Badan Pengawasan Daerah
BPK           =   Badan Pemeriksa Keuangan
BPKD          =   Badan Pengelola Keuangan Daerah
BPKP          =   Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
BUMD          =   Badan Usaha Milik Daerah
DPRD          =   Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
DAU           =   Dana Alokasi Umum
DAK           =   Dana Alokasi Khusus
DASK          =   Dokumen Anggaran Satuan Kerja
Dispenda      =   Dinas Pendapatan Daerah
DPA           =   Dokumen Pelaksanaan Anggaran
DSP           =   Daftar Skala Prioritas
KUA           =   Kebijakan Umum Anggaran
Kepmendagri   =   Keputusan Menteri Dalam Negeri
Musrenbang    =   Musyawarah Perencanaan Pembangunan
LKPJ          =   Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
PAD           =   Pendapatan Asli Daerah
PDRB          =   Produk Domestik Regional Bruto
PP            =   Peraturan Pemerintah
Pemda         =   Pemerintah Daerah
Pemkab        =   Pemerintah Kabupaten
RAPBD         =   Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
RASK          =   Rancangan Anggaran Satuan Kerja
RKA           =   Rencana Kerja Anggaran
RKPD          =   Rencana Kerja Pemerintah Daerah
RPJM          =   Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Renstra       =   Rencana Strategi
Renstrada     =   Rencana Strategi Daerah
SE            =   Surat Edaran
Sekda         =   Sekretaris Daerah
Setda         =   Sekretariat Daerah
SKPD          =   Satuan Kerja Perangkat Daerah



                                                                3
FOREWORD

Bagian 1:
DASAR-DASAR ANGGARAN

Pendahuluan
Anggaran pemerintah, bahkan di tingkat kabupaten atau kecamatan pun terlihat
sulit untuk dianalisis, bahkan terlalu rumit untuk ditelusuri. Namun demikian,
prinsip-prinsip dasar untuk menganalisis anggaran sebetulnya tidak terlalu sulit
dilakukan, dan melakukan upaya tersebut sangatlah berarti. Pemahaman yang
baik mengenai anggaran akan meningkatkan dialog antara pemerintah, anggota
legislatif dan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian untuk
melihat seberapa efisien pemerintah menggunakan sumber dayanya. Membuka
diskusi publik mengenai prioritas-prioritas anggaran disamping akan membantu
masyarakat untuk memahami jasa dan pelayanan apa yang disediakan oleh
pemerintah juga dapat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat secara lebih baik. Sayangnya di banyak negara dialog-dialog tersebut
sangat jarang dilakukan bahkan hampir tidak dilakukan sama sekali.


Panduan ini dibuat untuk membantu kelompok-kelompok masyarakat sipil
memahami dan menganalisis anggaran pemerintah sebagai langkah awal untuk
terlibat dalam dialog-dialog tentang penyusunan anggaran. Panduan ini dapat
digunakan sebagai bahan untuk memfasilitasi pelatihan-pelatihan memahami
anggaran dan membantu organisasi civil society untuk terlibat dalam menganalisis
anggaran melalui pelatihan-pelatihan yang akan mereka lakukan. Panduan ini
juga akan bermanfaat bagi anggota-anggota legislatif yang seringkali belum
pernah memperoleh pelatihan secara formal tentang anggaran, mengingat
tanggung jawab mereka dalam lembaga yang bertugas untuk mensahkan dokumen
anggaran. Walaupun panduan ini juga akan memuat berbagai informasi mengenai
anggaran secara umum, kebanyakan materi panduan dikhususkan untuk untuk
skala kota/kabupaten di Indonesia.


Panduan ini sebaiknya tidak dipandang murni sebagai panduan advokasi untuk
memunculkan berbagai tuntutan baru atas nama masyrakat, akan tetapi harus
dipandang sebagai panduan/manual yang dibangun untuk memberikan informasi
dari berbagi aspek agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai
tiga hal penting berkaitan dengan anggaran, yaitu: (1) sumber daya yang tersedia
(2) keterbatasan-keterbatasan institusi yang terlibat di sektor publik dan (3)
sejumlah prioritas yang sering berbenturan dalam proses penganggaran kaitannya
dengan upaya meningkatkan manfaat anggaran bagi komunitas lokal, khususnya
kelompok miskin.



                                                                              5
DASAR-DASAR ANGGARAN

Panduan ini dibagi ke dalam 5 bab. Pemahaman dasar mengenai anggaran,
termasuk praktek-praktek yang berhasil di tingkat internasional, disajikan dalam
Bagian pertama ini. Bagian 2 menjelaskan mengenai siklus anggaran dan
merangkum peran-peran pemerintah daerah dan warga dalam proses anggaran.
Selanjutnya Bagian 3 dan Bagian 4 menerangkan panduan untuk menganalisis
pendapatan dan belanja. Berbagai pertimbangan untuk advokasi anggaran akan
didiskusikan di Bagian 5.


Mengapa Anggaran itu Penting?

Dua tanggung jawab kunci pemerintah adalah menyediakan barang-barang dan
pelayanan yang dibutuhkan bagi seluruh masyarakat dan tidak dapat disediakan
secara efektif oleh sektor swasta, dan mendorong iklim ekonomi yang kondusif.
Tujuan-tujuan ini hanya dapat dicapai melalui kebijakan ekonomi dan sosial yang
secara kongkret tercermin di dalam anggaran tahunannya. Tidak setiap kebijakan
membutuhkan sumber daya, tetapi ketika pemerintah membuat satu kebijakan
tanpa mengalokasikan pendanaan (anggaran) untuk mengimplementasikannya,
maka sangat beralasan untuk mempertanyakan bagaimana tujuan dari kebijakan
tersebut dapat tercapai.

Anggaran harus memprioritaskan dan menjembatani berbagai
kebutuhan/permintaan yang seringkali berbenturan, padahal kemampuan
pemerintah untuk meningkatkan anggaran sangat terbatas. Untuk itu anggaran
harus memiliki prioritas mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus
dipenuhi. Anggaran harus menentukan sumber daya apa yang tersedia untuk
tahun mendatang serta bagaimana pemerintah menggunakannya seperti barang
dan pelayanan apa yang akan diberikan dengan anggaran tersebut. Dengan
anggaran pemerintah dapat merencanakan kegiatan setahun mendatang dan
menjadi bagian dari kinerja pemerintah yang dapat dinilai dan harus
dipertanggungjawabkan.

Di banyak negara berkembang, proses penyusunan anggaran dimonopoli oleh
aparat pemerintah dan biasanya tidak memberi ruang bagi partisipasi publik atau
proses konsultasi. Bahkan, di beberapa tempat aparat pemerintah memperlakukan
dokumen dan informasi anggaran dan keuangan sebagai dokumen rahasia.
Selama proses pembuatan kebijakan, seringkali hanya sedikit informasi mengenai
anggaran yang tersedia bahkan untuk anggota legislatif sekalipun. Di banyak
kasus, informasi tersebut sengaja ditutup, atau tidak dibuka sama sekali dan
anehnya tidak ada seorangpun menanyakan informasi tersebut. Dan ketika
dokumen tersebut harus dibuka tidak ada prosedur yang jelas tentang informasi



6
DASAR-DASAR ANGGARAN

apa yang sebaiknya disediakan dan oleh siapa. Lebih jauh lagi, format anggaran
juga seringkali tidak mudah dibaca dan diakses oleh masyarakat biasa. Hal ini
membuat masyarakat sulit untuk bisa mengerti apalagi mengomentari dokumen
anggaran yang diajukan, sebagaimana banyak terjadi pada saat pemerintah
melakukan dengar pendapat dengan publik mengenai anggaran. Akibatnya banyak
orang menjadi apatis dan kurang bersemangat untuk memberikan masukan
selama proses anggaran berlangsung.


Kondisi ini tentunya sangat disayangkan mengingat keterlibatan publik dalam
proses anggaran sangat penting untuk:
· Meningkatkan perencanaan dan alokasi sumber daya. Keterlibatan publik dalam
  proses perencanaan anggaran dapat membantu berbagai upaya mengidentifikasi
  sejumlah kebutuhan masyrakat yang harus diprioritaskan sehingga dapat
  meningkatkan efektifitas penggunaan sumber daya yang terbatas.
· Meningkatkan pengelolaan keuangan. Walaupun pemerintah memiliki sistem
  pengawasan dan prosedur audit tersendiri, monitoring dari publik penting
  dilakukan untuk mengawasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan keuangan.
  Di berbagai kasus, pengawasan publik terhadap anggaran akan meningkatkan
  hubungan antara pembayar pajak dengan pemerintah daerah, karena para
  pembayar pajak -yang menjadi salah satu sumber penerimaan pemerintah-
  dapat melacak kemana dan untuk apa dana yang mereka bayarkan itu
  digunakan.
· Menguatkan demokrasi. Warga negara seringkali memiliki pemahaman yang
  terbatas mengenai bagaimana sebaiknya negara itu difungsikan sehingga
  menumbuhkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Pada saat
  yang bersamaan, aparat pemerintah seringkali merasa dipojokkan dengan
  berbagai kebutuhan dan permintaan yang seringkali berbenturan mengingat
  keterbatasan sumber daya yang tersedia. Keterlibatan masyarakat dalam
  dialog-dialog mengenai isu-isu anggaran akan meningkatkan kemampuan
  mereka membaca anggaran sehingga dapat menjembatani konflik dan
  melakukan diskusi dan debat yang lebih konstruktif dan sehat mengenai
  kebijakan anggaran dan prioritas-prioritasnya.


1) Saat ini berkembang konsensus mengenai peran Negara untuk memastikan terjadinya proses
   penyusunan anggara yang adil, terbuka, bertanggung jawab dan pro-kelompok miskin. Praktek-praktek
   yang dianggap berhasil ini direkomendasikan dan disintesiskan oleh sejumlah organisasi internasional
   termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB), Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi
   dan Pembangunan (OECD) dan Asosiasi Aparat Keuangan Pemerintah (GFOA).
2) Proses atau siklus anggaran merupakan proses yang bertahap dan terjadi secara berurutan, kegiatan-
   kegiatannya saling terkait dalam satu tahun anggaran.




                                                                                                    7
DASAR-DASAR ANGGARAN



Praktek-praktek Anggaran
                                                              Gambar 1: Siklus Anggaran
yang Berhasil di Tingkat
Internasional.
                                                           Tahap 4:                    Tahap 1:
                                                     Pertanggungjawaban               Persiapan
Penyusunan Anggaran1)

Siklus anggaran tahunan secara umum
dapat dibagi ke dalam 4 tahapan yang
saling terkait satu sama lain (lihat
                                                         Tahap 3:                     Tahap 2:
gambar 1) yaitu:                                       Pelaksanaan                   Pengesahan


1. Persiapan (perencanaan,
   pembuatan draft)
2. Pengesahan (pengkajian/pembedahan/diskusi materi)
3. Pelaksanaan (implementasi, monitoring, kontrol)
4. Pertanggunjawaban (audit, pengkajian, pelaporan, penilaian)

Penyusunan anggaran merupakan kegiatan pertama dan utama dalam keseluruhan
proses anggaran atau sering disebut siklus anggaran. Tahapan ini sangat penting
karena akan menentukan langkah dan kualitas keseluruhan kebijakan keuangan
dan sekaligus menentukan karakter dan ruang lingkup peran pemerintah di bidang
ekonomi. Kegiatan penyusunan anggaran mencakupi dua tahapan pertama dari
empat proses anggaran yang diawali dengan perencanaan dan persiapan dan
diakhiri dengan pengesahan dari lembaga legislatif. Proses penyusunan anggaran
biasanya dimulai oleh eksekutif (departemen/dinas pemerintahan), dimana
perencanaan dan pembuatan draft dipimpin oleh satu komite dari
kementrian/departemen keuangan, ekonomi atau perencanaan (serta lembaga-
lembaga eksekutif lainnya yang terkait). Ketika draft anggaran tersebut selesai
dan ditandatangani, darft anggaran diserahkan kepada legislatif dimana panitia
anggaran di legislatif mengambil alih tanggung jawab untuk proses pengkajian
anggaran dan kemudian menyempurnakan anggaran tersebut melalui parlemen.

Apa saja yang Harus Dipenuhi dalam Penyusunan Anggaran: Fungsi Umum
Proses penyusunan anggaran seharusnya ditujukan untuk memenuhi sejumlah
fungsi berikut 3):

3) Diadaptasi dari Grewal, Bhajan S. 2005. Budget Formulation (presentation for Public Finance and
   Expenditure Management Course, ADB Institute, Tokyo, Japan). Center for Strategic Economic Studies,
   Victoria University, Melbourne, Australia.




8
DASAR-DASAR ANGGARAN

1. Mengidentifikasi setiap sumber daya yang tersedia dan kebutuhan setahun
   mendatang.
2. Menghitung sumber daya dan kebutuhan berdasarkan kecenderungan tahun
   sebelumnya dan memprediksi perkembangannya di tahun yang akan datang.
3. Memprioritaskan kebutuhan dan kemudian mengalokasikan anggaran
   berdasarkan prioritas.
4. Mengkonsolidasikan semua pengeluaran yang diajukan ke dalam draft anggaran
   secara komprehensif.
5. Menentukan jangka waktu dari penggunaan sumber daya.

Untuk memenuhi 5 fungsi besar di atas, proses penyusunan anggaran seharusnya
mengikuti sejumlah rekomendasi yang diperoleh dari praktek-praktek yang
berhasil yang diantaranya adalah :
· Mengklarifikasi/Memperjelas Proses: Siapa Melakukan Apa dan Kapan?
   Yang pertama dan terutama dalam proses dan siklus anggaran adalah
   keseluruhan proses anggaran harus jelas dan mudah dipahami oleh seluruh
   aktor yang terkait dalam proses ini (stakeholders). Publik harus secara jelas
   memahami siapa melakukan apa dan kapan yaitu (1) orang atau organisasi
   yang terkait dalam proses penyusunan (siapa) (2) peran dan tanggung jawab
   yang dipegang dalam kewenangan dan keahliannya (apa) dan (3) dilakukan
   dalam jangka waktu tertentu (kapan)
· Diperkuat dengan Analisis yang Tajam. Proses awal perencanaan (sebelum
   proses pembuatan draft anggaran dimulai) harus dipandu dengan analisis
   ekonomi dan sosial yang berbasis pada pendekatan retrospektif (melihat
   kecenderungan masa lalu) maupun prospektif (perkiraan perkembangan di
   masa mendatang). Kecenderungan tahun-tahun sebelumnya dan perkiraan
   perkembangan masa mendatang mengenai ekonomi, keuangan serta variabel-
   variabel yang lain harus dibuat sesensitif mungkin dan kalau bisa dibuat
   sejumlah analisis skenario untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.
   Sejumlah analisis skenario ini biasanya dihubungkan dengan dengan berbagai
   arah kebijakan ekonomi yang dijadikan dasar, atau pernyataan kebijakan atau
   laporan yang mengiringi anggaran.
· Selaras dengan Perspektif Jangka Panjang dan Prioritas-prioritasnya.
   Walaupun anggaran mencerminkan kebijakan keuangan pemerintah dan peran
   yang dimainkan di tahun mendatang, anggaran juga harus merefleksikan
   dan mendukung sasaran dan prioritas dari strategi pemerintah jangka panjang.
   Dengan demikian anggaran secara jelas mencerminkan prioritas jangka pendek
   dan jangka panjang pemerintah sekaligus, dan keselarasan antara dua hal ini
   harus jelas dan bisa dipahami oleh publik.
· Secepat Mungkin Membuka Input dari Stakeholder. Keterlibatan stakeholder
   harus diakomodasi sejak awal proses penyusunan anggaran. Mayoritas negara
   biasanya melakukan proses membuka masukan dan komentar publik hanya



                                                                             9
DASAR-DASAR ANGGARAN

     di tahap akhir proses penyusunan. Proses anggaran seharusnya membuka
     penilaian dan dialog dengan publik sedari awal untuk memastikan bahwa
     semua isu dan kebutuhan stakeholder dipertimbangkan secara proporsional.
·    Membangun dan Mendiseminasikan Dokumen-dokumen Sesuai dengan
     Kebutuhan. Dalam proses anggaran, tahap diseminasi anggaran dan dokumen-
     dokumen pendukungnya merupakan kunci pelibatan stakeholder. Seluruh
     anggaran harus disertai dengan (atau setidaknya) oleh analisis pra-anggaran
      dan pernyataan-pernyataan dan asumsi-asumsi utama yang mendasari
     perkiraan anggaran, sasaran kebijakan fiskal, kerangka makro ekonomi, basis
     kebijakan yang digunakan sebagai dasar berbagai asumsi yang digunakan
     dalam penyusunan anggaran, dan resiko-resiko (konsekuensi/implikasi) yang
     terkait dengan anggaran. Dokumentasi tersebut juga memuat aturan-aturan
     keuangan, peraturan serta kebijakan yang dijadikan rujukan. Setiap dokumentasi
     harus mudah diakses (baik secara tertulis maupun elektronik) oleh publik
     tanpa dipungut biaya.
·    Mempresentasikan Informasi Anggaran Secara Efektif. Data dan informasi
     anggaran harus dipresentasikan dengan cara yang memudahkan upaya analisis
     kebijakan dan harus dilaporkan dalam ukuran dan nilai “mentah/kotor” (gross
     basis) yang memperlihatkan penerimaan (kotor), pengeluaran (kotor) dan
     pembiayaan (kotor). Pengeluaran harus diklasifikasikan ke dalam tiga area
     yaitu ekonomi, sektoral dan administratasi. Data dan informasi anggaran
     harus jelas, detail, mudah diakses dan dibandingkan agar publik dapat
     melakukan analisis alokasi berdasarkan geografi (wilayah), sektor, area dan
     waktu.
·    Memastikan Keutuhan Informasi. Anggaran harus mencakup alur sumber
     daya extra-budgetary (sumber daya publik yang secara tradisional tidak
     merupakan bagian dari anggaran nasional maupun sub-nasional). Bahkan,
     anggaran harus mencakup semua “asset/kekayaan” langsung atau tidak
     langsung negara. Data-data ini, sekali lagi harus dipresentasikan dalam cara
     yang memungkinkan dilakukannya analisis kebijakan oleh publik.
·    Fokus pada hasil dan Outcome (efek dari output yang diharapkan). Sebisa
     mungkin, anggaran dan dokumen-dokumen pendukungnya harus memuat
     secara jelas dan tajam setiap item (program) pengeluaran pemerintah dan
     dari setiap item tersebut jelas termuat apa tujuan yang akan dicapai dan efek
     yang diharapkan dari tujuan tersebut dan bagaimana kedua hal tersebut
     (tujuan dan efek) dapat mencapai strategi jangka panjang pemerintah. Inisiatif
     Anggaran Beroritentasi Kinerja (dijelaskan kemudian) dapat membantu
     memperjelas hal ini.
·    Terlebih Dahulu Mempertimbangkan Keterbatasan Sumber Daya baru
     Kemudian Kebutuhan. Keuntungan melakukan pendekatan konservatif ini
     jelas, tetapi banyak negara gagal untuk memfokuskan pada keterbatasan
     sumberdaya terlebih dahulu.




10
DASAR-DASAR ANGGARAN

Pelaksanaan Anggaran dan Monitoring
Tahapan pertengahan dari siklus anggaran ini seringkali kurang diperhatikan
padahal fase ini tidak kalah pentingnya. Bahkan memonitor bagaimana anggaran
ini digunakan lebih penting daripada mendiskusikan alokasi anggaran jika
pemerintah tidak memiliki pengalaman yang baik dalam menghabiskan anggaran
yang telah dialokasikan. dari berbagai penglaman yang telah berhasil, pelaksanaan
tahap ini biasanya mencakup hal-hal di bawah ini:
· Menggunakan Dasar Hukum dan Peraturan yang Jelas. Besarnya anggaran
    haruslah disetujui dan disahkan. Anggaran publik harus digunakan melalui
    tujuan dan wewenang yang jelas. Penyimpangan-penyimpangan dari tujuan
    awal yang telah ditetapkan hanya boleh dilakukan jika didasarka pada aturan
    dan panduan yang jelas dan seharusnya tidak boleh ada perbedaan yang
    jauh antara anggaran dengan pengeluaran riil.
· Menggunakan Sistem Pengelolaan Keuangan yang Tepat. Instansi-instansi
  yang bertanggung jawab untuk melaksanakan anggaran (biasanya departemen
  atau kementerian keuangan di jajaran eksekutif) harus memiliki sistem
  pengelolaan keuangan, kontrol dan pelaporan agar secara efektif mampu
  melakukan tanggung jawab yang dibebankantersebut. Sistem yang tepat akan
  memungkinkan instansi untuk secara efektif memonitor antara penerimaan
  dan pengeluaran yang direncanakan (anggaran) dengan penerimaan dan
  pengeluaran yang sesungguhnya
· Melaporkan secara Rutin. Harus ada pelaporan keuangan secara regular
  kepada legislatif dan publik. Setidaknya, pada pertengahan tahun atau jika
  mungkin setiap tiga-bulan, laporan perkembangan pelaksanaan anggaran
  tersebut dipresentasikan kepada legislatif.
· Melakukan audit internal. Audit internal seharusnya dilakukan Secara rutin
  oleh organisasi pelaksana, dan prosedur audit internal harus terbuka untuk
  ditinjau kembali.
· Mengklarifikasi Aturan-aturan untuk Pengeluaran Penting. Peraturan-
  peraturan mengenai penyediaan barang dan jasa, personel yang terlibat dan
  area-area pengeluaran lainnya harus jelas dan terbuka untuk publik.
· Mengklarifikasi Kebijakan Perajakan dan Melaporkan Kegiatan Perpajakan.
  Kebijakan perpajakan harus jelas dan terbuka, administrasi pajak harus secara
  legal dilindungi dari intervensi politik. Pelaporan kegiatan perpajakan dan
  perkembangannya dibuat secara regular untuk publik.
· Mengklarifikasi siapa yang Bertanggung Jawab dan Kapan. Badan eksekutif
  dan legislatif bertanggung jawab untuk melakukan audit, pelaporan dan
  pertanggungjawaban secara keseluruhan dan dalam jangka waktu tertentu.
  Biasanya pihak ketiga yang terlibat di dalam tahapan pertanggungjawaban
  dari siklus anggaran ini adalah auditor/pihak pengawas (bisa juga dari
  pengadilan) dan komite pertanggungjawaban dari publik (dan badan yang



                                                                             11
DASAR-DASAR ANGGARAN

     setara dengan komite tersebut). Peran dan pertanggungjawaban dari badan-
     badan ini harus disahkan berdasarkan hukum dan dapat dipahami oleh publik.
· Membuat Statistik Keuangan Sebagai Bagian dari Membangun Sistem
  Statistik Nasional. Statistik keuangan pemerintah seharusnya disediakan
  secara rutin dan aktual untuk kepentingan publik melalui kementrian (atau
  departemen) keuangan dan kantor statistik nasional. Statistik keuangan
  menjadi bagian yang terintegrasi dalam sistem statistik nasional dan independen
  dalam memeriksa dan mengecek kualitas dari setiap data keuangan.
· Memastikan Keutuhan Pertanggungjawaban Keuangan. Pelaporan anggaran,
  dokumentasi dan keseluruhan pertanggungjawaban keuangan harus
  komprehensif dan mencakup seluruh kegiatan baik yang tertuang di anggaran
  maupun yang extra budgetary. Pelaporan anggaran, dokumen-dokumen,
  dan pertanggungjawaban harus mencerminkan posisi fiskal pemerintah
  (termasuk seluruh kekayaan langsung dan biaya kontigensi) serta jelas basis
  sistem keuangan apa yang digunakan (tunai, hutang, dll)
· Memastikan Ketepatan Waktu dan Aksesibilitas Pelaporan. Pemerintah
  sebaiknya memenuhi komitmen untuk mempublikasikan laporan dan informasi
  keuangan secara tepat waktu. Waktu dan penjadwalan untuk mempublikasikan
  informasi dan pelaporan fiskal harus teratur. Audit dan laporan keuangan
  tahun anggaran dipresentasikan kepada legislatif di akhir kalender fiskal.
  Kinerja dan laporan yang berbasis hasil untuk beberapa program penting
  anggaran sebaiknya dipresentasikan setiap tahun. Laporan harus dibuat dalam
  format yang jelas dan memungkinkan untuk dianalisis.


Mengaplikasikan Pendekatan Anggaran
Selama dekade terakhir, partisipasi publik menjadi komponen penting dan sangat
diperhitungkan dalam proses anggaran. Banyak Negara, terutama yang sedang
menjalani demokratisasi dan desentralisasi, telah mengeluarkan kerangka legal
yang memungkinkan warga negaranya memiliki kesempatan untuk mempengaruhi
proses anggaran. Aktor-aktor masyarakat sipil merespon kesempatan ini melalui
berbagai pendekatan untuk menilai anggaran terutama anggaran di tingkat
pemerintah daerah, sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan kelompok
miskin, perempuan dan kelompok-kelompok marjinal lainnya. Proyek Anggaran
Internasional telah menyediakan informasi yang komprehensif mengenai upaya-
upaya inovatif ini, yang dapat diakses melalui website mereka di
www.internationalbudget.org.

Ringkasan umum dari pendekatan anggaran yang inovatif melingkupi:
· Analisis Pengajuan Anggaran Tahunan. Draft anggaran yang dipresentasikan
   oleh eksekutif kepada legislatif dapat dianalisis melalui implikasi dan dampaknya
   terhadap sektor-sektor khusus (seperti pendidikan dan kesehatan) atau lebih



12
DASAR-DASAR ANGGARAN

   jauh lagi terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Analisis oleh organisasi
   civil society terkait atau kelompok intelektual bisa memberikan versi alternatif
   dari anggaran sehingga publik dan parlemen memiliki cukup pertimbangan
   sebelum anggaran tersebut disahkan.
   Organisasi-organisasi di Asia, termasuk India, Indonesia, dan Filipina memiliki
   banyak organisasi civil society yang aktif terlibat dalam analisis anggaran.
   Sebagai contoh, organisasi civil society India “NGO DISHA” telah membuat
   sekitar 30 ringkasan anggaran (budget briefs) untuk menganalisis anggaran
   pemerintah Gujurat. DISHA adalah anggota jaringan organisasi civil society
   skala nasional yang terlibat dalam analisis anggaran di 23 negara bagian di
   India.4)
· Anggaran Partisipatif. Anggaran partisipatif adalah pendekatan penyusunan
  anggaran melalui proses konsultasi publik. Pendekatan ini pertama kali
  dibangun di Porto Allegre, Brazil dan sekarang menyebar ke sejumlah Negara
  di Amerika Latin lainnya. Evaluasi-evaluasi terhadap pendekatan ini menguak
  pentingnya alokasi untuk memperluas pelayanan publik seperti listrik dan air
  terutama untuk kepentingan komunitas-komunitas miskin.5)
· Anggaran Berbasis Kinerja. Pendekatan ini menerjemahkan setiap item
  dalam anggaran berdasarkan output yang diharapkan sebagai dasar untuk
  melakukan monitoring dan evaluasi. Pend ekatan ini banyak dilakukan di
  Negara-negara OECD, dan seringkali diperkenalkan di negara-negara
  berkembang melalui program-program donor. Dengan menerjemahkan
  pengggunaan dana ke dalam hasil yang diharapkan (seperti peningkatan jalan
  diukur melalui penambahan RpXX/kilometer), anggaran berbasis kinerja dapat
  memudahkan publik dalam menelusuri pengeluaran pemerintah.
· Anggaran Responsif Jender. Praktisi dari pendekatan ini melakukan analisis
  penggunaan dana publik karena didorong oleh kepedulian terhadap keadilan
  jender. Pendekatan yang digunakan bervariasi, tetapi dari berbagai kasus
  pendekatan ini menekankan pada manfaat langsung alokasi anggaran terhadap
  perempuan. Biasanya berkonsentrasi pada ruang lingkup dari barang dan
  pelayanan publik yang langsung berdampak bagi perempuan seperti pendidikan
  dan kesehatan.
  Sebagai contoh, pada tahun 1995 di Afrika Selatan, IDASA, organisasi civil
  society lokal membangun inisiatif anggaran untuk perempuan yang melibatkan
  kegiatan riset dan advokasi yang dituangkan dalam laporan tahunan meraka
  mengenai analisis anggaran nasional dari perspektif jender. IDASA juga

4) Lihat di Social Development Notes, World Bank, Case Study: Participatory Approaches in
   Budgeting and Public Expenditure Management”
5) Lihat “Assessmen of Participatory Budgeting in Brazil”, Center for Urban Development
   Studies, Harvard University dan Inter-American Development Bank (2004).



                                                                                      13
DASAR-DASAR ANGGARAN

     belakangan menganalisis “Anggaran untuk Anak” untuk menelaah
     keberpihakan anggaran nasional dalam mengurangi angka kemiskinan anak.

Pertanyaan untuk Diskusi :
1. Sejauhmana anda merasa bahwa proses anggaran di Indonesia memenuhi
   kriteria-kriteria berbagai pengalaman yang dianggap berhasil di lingkup
   internasional?
2. Kesempatan-kesempatan apa yang terbuka atau merupakan peluang partisipasi
   publik di dalam proses anggaran?
3. Bagian mana dari proses anggaran di Indonesia yang dengan mudah dapat
   ditingkatkan, mengingat kondisi, kapasitas birokrasi dan masyarakat, dan
   realitas politik yang ada?
4. Bentuk/pendekatan anggaran apa yang paling tepat di Indonesia?




14
Bagian 2 :
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH
DAERAH

Cakupan dan Hasil Pembelajaran

Bagi mereka yang ingin menganalisis anggaran pemerintah daerah, diperlukan
pemahaman awal tentang karakteristik anggaran daerah antara lain: siapa saja
pelaku kunci yang terlibat, siklus dan kalender anggaran, serta fungsi yang
diemban pemerintah daerah yang pembiayaannya akan dibiayai dengan anggaran
daerah. Bagi negara yang sedang mengalami transisi seperti Indonesia saat ini,
karekteristik anggaran pemerintah daerah sebetulnya masih mengalami perubahan-
perubahan. Untuk itu diperlukan pula informasi terkini tentang perubahan yang
telah dan tengah berlangsung tentang proses penganggaran beserta ketentuan
apa yang mengaturnya.

Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang:
§ Perubahan yang telah dan tengah berlangsung dalam sistem penganggaran
   pemerintah daerah termasuk kebijakan yang melandasinya
§ Siapa saja pelaku kunci yang terlibat dan apa peran mereka
§ Siklus anggaran, termasuk aktivitas serta produk/dokumen yang dihasilkan
§ Celah keterlibatan warga dalam proses penganggaran
§ Tanggung jawab pelayanan pemerintah daerah

Perubahan yang Telah dan Tengah Berlangsung dalam
Sistem Penganggaran di Daerah
Untuk mencermati anggaran, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu kerangka
hukum apa yang saat ini digunakan untuk mengatur hal-hal yang harus dipenuhi
pemerintah daerah ketika menyusun anggaran. Peraturan-peraturan dan perubahan
dalam sistem kepemerintahan termasuk tata cara pemilihan kepala daerah telah
merubah tatatan, pola relasi, dan kewenangan dari berbagai pelaku perencanaan
dan penganggaran. Semenjak kebijakan otonomi daerah diterapkan--melalui
penetapan UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999
tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah--, sistem
anggaran di Indonesia menjadi lebih:
    • terdesentralisasi
    • berorientasi kepada kinerja, dan
    • membuka peluang kepada transparansi dan partisipasi masyarakat
Sistem anggaran yang baru ini memberikan kesempatan pada civil society untuk
terlibat dalam proses penganggaran. Saat ini setidaknya ada empat Undang-
Undang yang mengandung pasal-pasal yang mengatur tentang sistem




                                                                           15
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

penganggaran daerah yaitu: (1) UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional yang mengatur alur dan produk perencanaan
pembangunan daerah, (2) UU 17/2003 tentang Keuangan Negara dan (3) UU
33/2004 tentang desentralisasi fiskal, keduanya mengatur antara lain proses
penyusunan APBD, serta (4) UU 32/2004 tentang pemerintahan daerah yang
berupaya menggabungkan sistem perencanaan daerah yang diatur UU 25/2004
dan sistem penganggaran daerah yang diatur UU 17/2003 dan UU 33/2004.
Pendekatan kinerja dalam perencanaan dan penganggaran daerah telah
diintroduksikan melalui Kepmendagri 29/2002. Selain memperkenalkan anggaran
berbasis kinerja, peraturan ini juga mengatur perubahan dalam format Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga tidak lagi membedakan belanja
rutin dengan belanja pembangunan, melainkan antara belanja aparatur dan belanja
publik. Dalam format yang baru ini pula, komponen pembiayaan seperti pinjaman
dan cadangan pemerintah dipisahkan secara tersendiri.
UU No. 17 memberikan kewenangan yang besar kepada DPRD untuk menyetujui
kegiatan dan jenis belanja daerah. Revisi atas UU No. 22/1999 (UU No. 32/2004)
telah mengubah kembali tugas dan kewenangan pemerintah daerah dengan
mempertegas kembali fungsi propinsi. Gubernur, misalnya, melalui revisi UU ini
diberi kewenangan untuk memberikan penilaian atas anggaran pemerintah
Kabupaten/Kota sebelum bisa dijalankan.
Peraturan Pemerintah No.56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
telah mendorong transparansi melalui kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk
menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah secara
terbuka antara lain melalui situs resmi pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah No.58/2005 secara lebih komprehensif memuat berbagai
kebijakan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan
pertanggungjawaban keuangan daerah.

     PERATURAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH
                      DI INDONESIA
 •   UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah
 •   UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah
 •   UU 17/2003 tentang Keuangan Negara
 •   UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
 •   PP 105/2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah
 •   PP 108/2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah
 •   Kepmendagri 29/2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban
     dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan
     Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD
 •   SEB Nomor 0259/M.PPN/I/2005 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
     Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis
     Penyelenggaraan Musrenbang tahun 2005
 •   Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/2429/SJ tentang Pedoman
     Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2006 dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan
     APBD Tahun Anggaran 2005
 •   PP 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah
 •   PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah



16
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Pelaku Kunci dalam Proses Anggaran :
Siapa Melakukan Apa?
Proses anggaran adalah hasil dari suatu proses politik yang melibatkan sejumlah
pelaku. Mereka terdiri dari pihak eksekutif, legislatif, auditor, dan komponen di
masyarakat. Pihak eksekutif adalah pihak yang bertanggung jawab dalam
penyusunan dan penggunaan anggaran. Pihak legislatif bertanggung jawab dalam
penetapan anggaran. Auditor bertanggung jawab dalam pemeriksaan anggaran,
sedangkan masyarakat adalah pihak yang seharusnya menjadi penerima manfaat
utama anggaran sekaligus melakukan kontrol sosial atas keseluruhan proses
anggaran.

Pihak Eksekutif

   Walikota/Bupati
   Adalah pengambil keputusan utama dalam memutuskan usulan kegiatan dan
   jasa publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah pada periode waktu
   tertentu. Walikota/ Bupati menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
   Daerah (RPJMD) paling lambat tiga bulan setelah terpilih. Dokumen ini akan
   menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD).
   Walikota/Bupati mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen
   pendukungnya kepada DPRD.

   Sekretaris Daerah (Sekda)
   Adalah koordinator Tim Anggaran Eksekutif dan bertugas antara lain
   menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) di hadapan DPRD. KUA
   adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama penyusunan RAPBD.

   Tim Anggaran Eksekutif
   Adalah tim khusus yang dikepalai oleh Sekda yang bertanggung jawab untuk
   menyusun KUA dan mengkompilasi RKA-SKPD untuk menjadi RAPBD.
   Biasanya Tim Anggaran Eksekutif beranggotakan Bappeda, Bagian Keuangan,
   Bagian Administrasi Pembangunan, dan Dispenda.

   Satuan Kegiatan Perangkat Daerah (SKPD)
   Adalah unit kerja Pemerintah Kota/Kabupaten yang merupakan pengguna
   anggaran dan mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan anggaran
   dari unitnya. Jumlah SKPD di tiap daerah berbeda-beda, tergantung pada
   struktur organisasi kepemerintahan di daerah masing-masing.

   Badan Perencanaan Daerah (Bappeda)
   Adalah unit perencanaan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas
   menyiapkan berbagai dokumen rencana yang akan digunakan sebagai bahan
   untuk melaksanakan musrenbang di daerah, menyelenggarakan proses



                                                                             17
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

     musrenbang, dan mengkoordinasikan antara hasil musrenbang dan usulan
     dari dinas-dinas sehingga tersusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah
     Daerah (RKPD).

     Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD)
     Adalah unit kerja pemerintah kabupaten/kota yang menyusun dan melaksanakan
     kebijakan pengelolaan APBD dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah.
     BPKD bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan
     pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.


Pihak Legislatif

     Panitia Anggaran Legislatif
     Adalah tim khusus yang bertugas untuk memberikan saran dan masukan
     kepada kepala daerah tentang penetapan, perubahan dan perhitungan APBD
     yang diajukan oleh pemerintah daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat
     Paripurna.

     Komisi
     Adalah alat kelengkapan DPRD yang dibentuk untuk memperlancar tugas-
     tugas DPRD dalam bidang pemerintahan, perekonomian dan pembangunan,
     keuangan dan investasi daerah, serta kesejahteraan rakyat. Dalam proses
     penetapan anggaran Komisi adalah kelompok kerja yang bersama-sama
     dengan SKPD terkait membahas RKA-SKPD.


Pihak Pengawas (Auditor)

     Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
     Adalah pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap
     pengelolaan dan tanggung jawab keuangan oleh pemerintah pusat maupun
     daerah. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi pemeriksaan atas laporan
     keuangan, pemeriksaan kinerja, serta pemeriksaan atas tujuan tertentu yang
     tidak termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut.

     Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
     Adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan
     di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden RI. BPKP adalah auditor
     internal yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap
     pelaksanaan keuangan dan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-
     undangan yang berlaku.

     Badan Pengawas Daerah (Bawasda)
     Adalah auditor internal Kota/Kabupaten yang bertugas mengaudit dan



18
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

  melaporkan kondisi keuangan dari setiap institusi yang didanai oleh APBD.
  Bawasda mempunyai tugas pokok membantu Walikota/Bupati untuk
  melaksanakan kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan Pemerintah,
  pelaksanaar, pembangunan dan pelayanan masyarakat di Daerah
  Kota/Kabupaten.


Pihak Masyarakat

  Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
  Adalah forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan
  tentang rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD). Forum ini
  menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan antar
  satuan kerja perangkat daerah dan antara pemerintah pusat, pemerintah
  daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan
  daerah

  Forum SKPD
  Adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas
  kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau
  gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara
  penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait

  Kelompok Kepentingan
  Adalah kelompok yang mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi
  pengalokasian anggaran untuk kepentingan kelompoknya sendiri.

  Pengusaha Swasta
  Sektor swasta adalah pembayar sejumlah besar pajak dan dengan demikian
  adalah penyumbang penting terhadap pendapatan pemerintah daerah. Mereka
  dengan demikian akan memiliki kepentingan terhadap kebijakan perpajakan.
  Untuk menjalankan bisnisnya, usaha swasta juga tergantung pada pelayanan
  publik terutama sarana dan prasarana seperti jalan. Terakhir, sektor usaha
  juga bisa jadi memiliki kepentingan terhadap proses pelelangan barang dan
  jasa yang sudah ditetapkan dalam anggaran daerah.

  Kelompok Peduli Anggaran
  Adalah kelompok masyarakat yang melakukan pendidikan anggaran,
  menyebarluaskan informasi tentang anggaran, melakukan monitoring dan
  evaluasi terhadap penggunaan anggaran, serta melakukan advokasi apabila
  menemui penyimpangan anggaran.



                                                                         19
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Siklus Anggaran

Tahapan Anggaran
Walaupun siklus dan proses penganggaran di tiap negara berbeda satu sama
lain, namun secara umum proses penganggaran dapat dibagi ke dalam 4 tahapan:
(1) Penyusunan, (2) Penetapan, (3) Pelaksanaan dan (4) Pemeriksaan.

Tahap penyusunan adalah tahapan yang terdiri dari proses pengumpulan aspirasi
masyarakat melalui forum pertemuan komunitas (musrenbang), proses
penyusunan program kegiatan oleh satuan kerja pemerintah daerah (dinas
instansi), hingga draft usulan APBD diserahkan oleh pihak eksekutif kepada
legislatif. Dalam proses ini Tim Anggaran Eksekutif memainkan peranan penting.
Tim ini beranggotakan Sekretariat Daerah (Setda), Badan Perencanaan Daerah
(Bappeda), dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). Proses penyusunan
anggaran memakan waktu beberapa bulan. Walaupun masyarakat dimintai
pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program, namun proses
penyusunan program pada akhirnya dilakukan secara tertutup di masing-masing
SKPD.

Tahap penetapan adalah tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan
usulan anggaran kepada legislatif. Biasanya proses ini ditandai dengan pidato
kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD. DPRD kemudian,
pada suatu masa tertentu (sekitar satu bulan) melakukan proses pembahasan.
Selama masa pembahasan, diskusi terjadi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif
dengan Tim Anggaran Eksekutif. Pada masa ini pihak legislatif berkesempatan
untuk mempertanyakan kebijakan eksekutif

Tahap pelaksanaan adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui
peraturan daerah pada akhir tahun. Fase pelaksanaan berlangsung selama satu
tahun dimulai sejak awal tahun anggaran bulan Januari. Pelaksanaan menjadi
tanggung jawab eksekutif yaitu melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Tahap pemeriksaan (auditing) adalah tahapan yang meliputi penelaahan dan
pelaporan atas hasil dari anggaran. Di Indonesia, tahap pemeriksaan meliputi
pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Bawasda, dan BPKP, serta pemeriksaan
eksternal yang dilakukan oleh BPK.



20
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH



                                    AN                                PE
                             AR                                          N   ET
                           GG




                                                                              AP
                       N
                      NA




                                                                                AN
                 NA




                                                                                      AN
                           Dilakukan oleh eksekutif   Anggaran ditetapkan oleh
              USU




                                                                                         G
                           (Dinas/Instansi) dengan    DPRD. Prosesnya dilakukan




                                                                                       GA R
                       mempertimbangkan aspirasi       dengan melalui serangkaian
             PE N Y



                       masyarakat yang dirumuskan     pembahasan dengan pihak




                                                                                         AN
                        melalui proses Musrenbang     eksekutif



                           Auditing dilakukan oleh    Eksekutif merupakan
                        beberapa pihak antara lain    pengguna anggaran yang
             A U DI




                                                                                        AN
                       adalah Bawasda, BPKP,dan       telah ditetapkan. Kepala




                                                                                       GA R
                                              BPK     daerah bertanggung jawab
               TI N




                                                      terhadap penggunaan




                                                                                      NG
                                                      anggaran
                 GA




                                                                                  NA
                      NG




                                                                              AA
                      GA




                           RA                                                     N
                                N                                        K   SA
                                                                      LA
                                                                 PE


Proses anggaran di Indonesia adalah siklus yang berlangsung selama 30 bulan
(dua setengah tahun). Satu tahun untuk proses penyusunan dan penetapan, satu
tahun berikutnya untuk pelaksanaan, dan enam bulan terakhir untuk auditing
(pemeriksaan).




                                                                                              21
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran
Tabel berikut ini mengemukakan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran
sebagaimana dikemukakan dalam UU No. 25/2004, UU No. 17/2003, SKB No.
0259/M.PPN/1 tahun 2005, dan Peraturan Pemerintah No. 58/2005. Namun
demikian, tidak semua pemerintah daerah secara ketat mengikuti jadwal ini.
Tahapan ini beserta celah keterlibatan warga akan didiskusikan di bawah ini.




20
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH




Celah Keterlibatan Warga Dalam Proses Penganggaran

Partisipasi dalam Perencanaan dan Penyusunan Anggaran
Proses perencanaan anggaran adalah proses awal dimana pemerintah daerah
melakukan penjaringan aspirasi masyarakat dan menentukan Arah Kebijakan
Umum (AKU). Menurut Kepmendagri nomor 29 tahun 2002 penjaringan ini
dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang)
yang dilakukan dari lingkup terkecil (RT, RW, Kelurahan), Kecamatan, Forum
SKPD, hingga Musrenbang ditingkat kabupaten atau kota. Penentuan Arah
Kebijakan Umum ini dilakukan sekitar bulan Juni setelah proses Musrenbang
selesai dengan mempertimbangkan propeda, renstrada, hasil evaluasi kerja tahun
sebelumnya, pokok-pokok pikiran DPRD dan Arah Kebijakan Umum pemerintah
pusat. Penyusunan Arah Kebijakan Umum dilakukan oleh Tim Panitia Anggaran
Eksekutif yang terdiri dari Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Administrasi dan
Pembangunan, dan Dispenda yang bekerja sama dengan Panitia Anggaran DPRD
dan unsur DPRD.

Peran yang dapat dilakukan oleh warga selama proses perencanaan ini adalah
dengan melakukan pengawalan terhadap hasil Musrenbang desa/kecamatan,
karena berdasarkan pengalaman, seringkali usulan yang dianggap prioritas oleh
warga tidak muncul dalam Daftar Skala Prioritas (DSP) yang disusun oleh
pemerintah. Biasanya hasil Musrenbang desa/kecamatan ini akan dibenturkan
dengan rencana yang telah disusun oleh dinas teknis pemerintah daerah. Ada



                                                                           23
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

kemungkinan bahwa dinas teknis akan mengabaikan kepentingan dan permintaan
dari komunitas dan lebih memilih rencana yang mereka buat sendiri.

Saat ini, warga juga memiliki kesempatan untuk mempengaruhi kegiatan dalam
sektor melalui Forum SKPD yang diselenggarakan pada akhir bulan Februari
yaitu sesudah sebelum Musrenbang kota/kabupaten dilakukan.

Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi kembali adalah pada
saat penyusunan AKU/KUA, masyarakat baik individu maupun lembaga bisa
memberikan masukan dan mengkritisi dan bahkan mengajukan konsep paper
versi rakyat. Proses ini bisa dilakukan pada saat hearing antara DPRD yang
semestinya melibatkan unsur masyarakat. Bisa juga dengan menggalang opini
public melalui media cetak atau radio.


Partisipasi dalam Penetapan Anggaran
Penetapan APBD diawali dengan Penyusunan draft RKA-SKPD/kerangka
pembiayaan di internal pemerintah daerah. Pelaksanaan penyusunan draft ini
berlangsung pada bulan Juli-September yang dilakukan oleh Tim Anggaran
Eksekutif (Bappeda, Bag. Keuangan, Bag. Administrasi dan Pembangunan) dan
seluruh SKPD (dinas/instansi). Pada saat penyusunannya, Bappeda melakukan
rapat koordinasi dengan mengundang seluruh SKPD yang dilaksanakan secara
bergilir yang dikelompokkan berdasarkan per bidang pemerintahan.

Hasil pembahasan Draft RKA-SKPD ini dijadikan sebagai bahan menyusun
Kerangka Rencana APBD (RAPBD). Di sini adalah titik kritis pertama dalam
proses penganggaran, karena bisa terjadi usulan dadakan dan sekaligus pencoretan
terhadap usulan yang dianggap kurang prioritas. Sesungguhnya tidak ada
keterlibatan warga secara formal pada saat pembahasan RKA-SKPD ini, karena
pembahasan RKA-SKPD ini sudah menyangkut aspek teknis. Akan tetapi bisa
saja warga melakukan komunikasi dengan dinas/instansi tertentu guna
mengkonfirmasi rancana usulan kegiatan atau sekaligus memberikan masukan
dan tambahan berdasarkan rujukan kepada hasil Forum SKPD dan Musrenbang
apabila ada yang terlewat.

Setelah draft RKA-SKPD tersusun, maka proses selanjutnya adalah penyusunan
RAPBD oleh Tim Panitia Anggaran Eksekutif yang hasilnya berupa Kerangka
RAPBD. Pada saat penyusunan RAPBD ini Tim Panitia Anggaran bisa melakukan
konsultasi publik. Hal ini diatur pada pasal 22 Ayat 4 Kepmendagri No. 29 tahun
2002 yang mengisyaratkan untuk melakukan sosialisasi draft RAPBD.

Setelah Kerangka RAPBD tersusun kemudian dilakukan pembahasan
awal/pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD)
yang dilakukan oleh Tim Anggaran Eksekutif, seluruh dinas, komisi-komisi di
DPRD, Panitian Anggaran dan unsur pimpinan di DPRD. Kegiatan ini dilakukan
selama bulan September dan Oktober. Yang dijadikan rujukan untuk pembahasan
ini adalah Dokumen KUA, Prioritas Program dan Plafon Anggaran Sementara.
Kerangka RAPBD ini merupakan penjabaran dari Dokumen KUA, Prioritas Program
dan Plafon Anggaran Sementara tersebut. Tahapan pembahasan awal RAPBD
ini menjadi titik krusial dan sangat menentukan, karena pada tahapan ini akan



24
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

terjadi tarik menarik berbagai kepentingan, baik dilakukan oleh Bupati, Anggota
DPRD, dinas/instansi, maupun unsur masyarakat. Hal yang bisa dilakukan oleh
masyarakat selama proses pembahasan RAPBD adalah dengan melakukan
serangkaian aksi seperti monitoring, hearing dengan komisi-komisi di DPRD,
atau membentuk opini publik melalui media massa. Komunitas warga tertentu
bisa memonitor dan melakukan pengawalan terhadap rancangan yang berkaitan
dengan kepentingan komunitasnya, contohnya warga tani memonitor rancangan
anggaran bagi proyek-peoyek untuk pengembangan pertanian.

Selanjutnya adalah pembahasan RAPBD dan pengesahan RAPBD menjadi APBD
yang dilaksanakan oleh Tim Panggar Eksekutif (Bappeda, Bag. Keuangan, Bag.
Administrasi dan Pembangunan), dinas, dan Tim Panggar Legislatif. Pembahasan
ini dilakukan pada minggu pertama Oktober sampai dengan akhir November.
Masyarakat bisa hadir pada saat pembahasan berlangsung yang sekaligus bisa
melakukan monitoring terhadap seluruh rangkaian kegiatan, atau bagi kelompok
civil society tertentu bisa melakukan monitoring pada pembahasan tertentu
pula. Pada saat penetapan ini masyarakat bisa mengoptimalkan hearing yang
diadakan oleh DPRD dengan memberikan masukan secara langsung ataupun
tertulis.



Partisipasi dalam Pelaksanaan Anggaran
Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana APBD yang telah disahkan mulai
dijalankan. Biasanya berlangsung selama satu tahun mulai dari bulan Januari
hingga Desember. Warga masyarakat atau civil society sesungguhnya memiliki
celah untuk memonitor pelaksanaan anggaran tersebut, antara lain dengan cara
berikut ini :
· Amatilah apakah program atau proyek telah mencapai target seperti yang
      direncanakan semula.
· Lihatlah apakah belanja sesuai dengan anggaran yang dialokasikan dalam
      APBD.
· Memonitor apakah proses tender telah berjalan secara transaparan dan
      akuntabel.
· Selanjutnya jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan, masyarakat
      sebaiknya menyampaikan hasil temuannya tersebut kepada institusi yang
      berwenang.



Partisipasi dalam Evaluasi dan Pengawasan Anggaran
Pengawasan anggaran daerah adalah segala tindakan untuk menjamin agar
pengelolaan anggaran daerah berlangsung sesuai dengan rencana, aturan-aturan,
dan tujuan yang ditetapkan. Pengawasan penting untuk dilakukan untuk mendeteksi
penyimpangan anggaran. Dalam tahap evaluasi ini, warga masyarakat atau civil
society hendaknya bersikap kritis terhadap laporan pertanggungjawaban kinerja
pimpinan daerah. Yang perlu diperhatikan adalah apakah indikator-indikator yang
dibuat pada saat perencanaan sesuai dengan indikator yang digunakan serta
membandingkan laporan tertulis dengan kinerja di lapangan.



                                                                            25
MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH

Tanggung Jawab Pelayanan Pemerintah Daerah

Sebelum melakukan analisis anggaran, hendaknya dipahami terlebih dahulu apa
saja bentuk-bentuk pelayanan yang harus diberikan oleh pemerintah daerah yang
pembiayaannya akan dibiayai oleh anggaran daerah. Saat ini sebagian besar
kewenangan dalam pelayanan publik sudah diserahkan kepada pemerintah daerah.
Berdasarkan UU No. 32/2004 (pasal 10) tentang kepemerintahan daerah,
pemerintah daerah (propinsi dan kota/kabupaten) menyelenggarakan hampir
seluruh kewenangan kecuali yang menjadi kewenangan dari pemerintah pusat
yang meliputi 6 komponen: (1) politik luar negeri, (2) pertahanan, (3) keamanan,
(4) yustisi, (5) moneter dan fiskal nasional, (6) agama.

Ada lima belas urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota
termasuk di antaranya urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan
maupun perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang (lihat box).

Walaupun demikian, pada prakteknya masih ditemukan ketidakjelasan dan
tumpang tindih kewenangan. Misalnya, pemerintah pusat dalam urusan
penyelenggagraan pendidikan ternyata tidak hanya menyusun kurikulum, namun
juga terlibat dalam proyek-proyek perbaikan atau pemeliharaan sekolah.

   Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan kabupaten/kota:
   A.   Perencanaan dan pengendalian pembangunan;
   B.   Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang;
   C.   Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat;
   D.   Penyediaan sarana dan prasarana umum;
   E.   Penanganan bidang kesehatan;
   F.   Penyelenggaraan pendidikan;
   G.   Penanggulangan masalah sosial;
   H.   Pelayanan bidang ketenagakerjaan;
   I.   Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah;
   J.   Pengendalian lingkungan hidup;
   K.   Pelayanan pertanahan;
   L.   Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil;
   M.   Pelayanan administrasi umum pemerintahan;
   N.   Pelayanan administrasi penanaman modal;
   O.   Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan
   P.   Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan.
Sumber UU. 32/2004 Ps.14




26
Bagian 3:
ANALISIS PENDAPATAN

Cakupan dan Hasil Pembelajaran
Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang:
   § Format dan Struktur APBD
   § Sumber-sumber Pendapatan Daerah
Peserta akan berlatih untuk melakukan analisis pendapatan daerah yang akan
memberikan kecakapan dan ketrampilan untuk:
   § Menggambarkan profil pendapatan daerah Kota/Kabupaten
   § Memaknai profil pendapatan tersebut


Format dan Struktur APBD
APBD adalah kerangka kebijakan publik yang memuat pendapatan, belanja dan
pembiayaan pemerintah daerah untuk tahun anggaran yang akan berjalan. Format
APBD saat ini mengacu kepada Kepmendagri No. 29/2002 yang isinya mengatur
struktur APBD, yang terdiri dari:
    (1) Pendapatan Daerah
    (2) Belanja Daerah, dan
    (3) Pembiayaan

Format dan struktur APBD dapat dilihat di halaman selanjutnya.

Ketika anggaran pendapatan daerah melebihi anggaran belanja daerah, maka
terjadi “surplus” anggaran. Sebaliknya, ketika anggaran belanja daerah lebih
besar dari anggaran pendapatan daerah, maka daerah mengalami “defisit”.
Ketika anggaran mengalami surplus atau defisit, muncullah komponen
“pembiayaan” yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan
surplus anggaran.


Sumber-Sumber Pendapatan Daerah
Yang dimaksud dengan “Pendapatan” (Revenue) adalah semua penerimaan kas
daerah pada tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah dan akan digunakan
untuk kepentingan pembangunan daerah.
Sumber pendapatan pemerintah daerah terdiri dari:
   (1) Dana Perimbangan
   (2) Pendapatan Asli Daerah
   (3) Lain-lain pendapatan yang sah
Pemerintah pusat memiliki peranan besar dalam mendukung tugas-tugas
pemerintah di daerah. Dalam hal keuangan, pemerintah pusat tidak saja memberikan



                                                                            27
ANALISIS PENDAPATAN

alokasi dana perimbangan, mentrasfer sumber-sumber keuangan yang menjadi
hak daerah, tetapi juga memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah
daerah.

Sementara banyak tanggung jawab untuk menyediakan jasa-jasa pelayanan publik
telah diserahkan kepada pemerintah daerah, kemampuan untuk menggali
pendapatan masih dipertahankan di tangan pemerintah pusat. Agak berbeda
dengan situasi di negara-negara lainnya, pemerintah daerah memiliki kemempuan
yang terbatas untuk menghasilkan pendapatan dari pajak properti, pajak
pendapatan, pajak penjualan atau dari penerbitan obligasi daerah. Terbatasnya
kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan asli daerah juga
berarti bahwa pemerintah daerah sangat tergantung pada pemberian (transfer)
dana dari pemerintah pusat. Dalam kebanyakan kasus, pemerintah daerah mesti
membuat pilihan-pilihan yang sulit tentang program yang akan dijalankan karena
dana pemberian dari pemerintah pusat ini tidak memadai jumlahnya untuk bisa
menutupi kebutuhan dana pembangunan di daerah.

Dana Perimbangan
Adalah semua pendapatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Nasional (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai fungsi utama
daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Sebagian besar pendapatan pemerintah
daerah di Indonesia saat ini berasal dari Dana Perimbangan yang terbagi ke
dalam:
   (1) Dana Alokasi Umum (DAU),
   (2) Dana Alokasi Khusus (DAK),
   (3) Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, dan
   (4) Bantuan Keuangan dari Propinsi

Dana Alokasi Umum adalah dana perimbangan yang ditentukan melalui formula
yang ditetapkan melalui amanat UU No. 25 tahun 1999 yang telah diperbaharui
melalui UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah. Formula DAU ditentukan berdasarkan:
§ Kebutuhan Fiskal (Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Pembangunan Sumber
   Daya Manusia)
§ Kapasitas Fiskal (Potensi Ekonomi Daerah, Potensi Sumber Daya Alam dan
   Sumber Daya Manusia)
§ Variabel Kebutuhan Fiskal (Index Jumlah Penduduk, Index Luas Wilayah,
   Index Pembangunan Manusia, Index PDRB per Kapita, Index Kemahalan
   Konstruksi)
§ Variabel Kapasitas Fiskal (Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Sumber Daya
   Alam, Pajak Bumi dan Bangunan BPHTB-Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan
   Bangunan dan Pajak Pendapatan-PPh Pribadi)

Dana Alokasi Khusus merupakan transfer yang bersifat khusus (specific grant)
untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan/atau kepentingan



28
ANALISIS PENDAPATAN

nasional. Biasanya dana ini digunakan untuk program nasional yang dilaksanakan
di tingkat lokal.

Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sebagian kecil (umumnya kurang dari 20%) pendapatan pemerintah daerah
berasal dari Pendapat Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh dari
hasil penarikan pajak (al. pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak penerangan
jalan umum), berbagai retribusi (al. retribusi parkir, retribusi pasar dan pertokoan,
retribusi rumah sakit, retribusi permakaman), serta hasil usaha daerah (keuntungan
dari Badan Usaha Milik Daerah, hasil sewa aset daerah), dan lain-lain pendapatan
asli daerah yang sah (misalnya hasil pengeluaran aset daerah dan penerimaan
berupa deposito).

Lain-lain Pendapatan yang Sah
Selain kedua sumber pendapatan tersebut, pemerintah daerah juga mendapatkan
pemasukan dari sumber yang dikategorikan sebagai “lain-lain pendapatan yang
sah”, misalnya sumbangan pihak ketiga, dan bantuan luar negeri.


Latihan Analisis Pendapatan
Analisis pendapatan APBD akan memberikan pemahaman tentang kemampuan
dan kebijakan yang diambil daerah dalam menggalang dana untuk membiayai
pembangunan dalam satu tahun anggaran. Analisis profil pendapatan daerah
mencerminkan:
   (1) Seberapa besar daerah masih tergantung kepada pemerintah provinsi
       maupun pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan
   (2) Apakah anggaran pemerintah daerah mengalami surplus atau defisit, dan
       bagaimana cara pemerintah daerah mengatasi situasi ini
   (3) Trend pendapatan daerah dari satu tahun anggaran ke tahun anggaran
       berikutnya (mengalami peningkatan atau penurunan, dan seberapa besar)
   (4) Sektor pendapatan mana saja yang memberikan kontribusi terhadap
       pendapatan daerah
   (5) Siapa yang paling diuntungkan atau dirugikan dari kebijakan pemerintah
       daerah untuk menggalang dana pembangunan

Melalui hasil analisis ini dapat diidentifikasi:
   (1) Hal-hal yang menyebabkan pengurangan potensi pendapatan daerah dan
       cara mengatasinya (misalnya pengurangan penerimaan pajak dan retribusi
       serta inefisiensi Badan Usaha Milik Daerah)
   (2) Identifikasi sumber-sumber pendapatan yang baru yang dapat digunakan
       untuk membiayai program pembangunan yang penting bagi daerah
   (3) Usulan untuk mereformasi kebijakan yang terkait dengan penerimaan
       anggaran (misalnya kebijakan pajak dan retribusi atau penyederhanaan
       perijinan)




                                                                                 29
ANALISIS PENDAPATAN

Latihan 1: Memeriksa sumber-sumber penerimaan.

Data di bawah ini adalah ringkasan RAPBD Kabupaten Kebumen 2006.




Diskusikan:
v Berapa prosentase PAD dibandingkan dengan total penerimaan? Apa
    maknyanya?
v Berapa prosentase DAU dibandingkan dengan total penerimaan? Apa
    maknanya?

Latihan 2: Memeriksa Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Berikut adalah data prosentase sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah RAPBD
Kabupaten Kebumen tahun 2006.




30
ANALISIS PENDAPATAN



                                   Pajak Daerah
                                   Retribusi Daerah
                                   Hasil Perusahaan Milik Daerah


                                   Lain-lain pendapatan daerah



Diskusikan:
v Identifikasikan dari mana saja PAD diperoleh? Dari mana sumber terbesar
   PAD? Mana sumber PAD yang memberikan sumbangan terkecil?

Latihan 3: Memeriksa Pendapatan dari Retribusi
Data berikut ini menunjukkan sumber-sumber pendapatan dari retribusi di Kota
Makassar berdasarkan APBD Tahun 2006.




                                                                         31
ANALISIS PENDAPATAN

Latihan 4: Memeriksa Pendapatan Retribusi

v Apa saja jenis retribusi yang ada di daerah anda? Dan dinas atau instansi
  mana yang mengelolanya?
v Berapa persen dari total retribusi berasal dari sektor kesehatan? Apa
  maknyanya? (pertanyaan bisa diganti dengan berapa besar retribusi berasal
  dari perijinan perusahaan, tergantung kepada minat peserta)
v Bagaimanakah cara pemerintah daerah menetapkan target pendapatannya?
  Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk
  meningkatkan penerimaan daerah?
v Situasi apa yang membuat penerimaan lebih kecil dari yang semestinya?
  Apakah cara memungut retribusi dilakukan secara transparan?

Berikut adalah contoh hasil analisis sederhana terhadap pos pendapatan dari
APBD Kota Makassar Tahun 2006.




32
ANALISIS PENDAPATAN

Struktur APBD Propinsi/Kabupaten/Kota Menurut
Kepmendagri No. 29 Tahun 2002
I. Pendapatan

    1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
       1) Pajak Daerah
       2) Retribusi Daerah
       3) Bagian Laba Usaha Daerah
       4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah
    2. Dana Perimbangan
       1) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (SDA)
       2) Dana Alokasi Umum
       3) Dana Alokasi Khusus
       4) Dana Perimbangan dari Propinsi

        Jumlah Pendapatan (I)

II. Belanja

    1. Belanja Aparatur Daerah6)
       a. Belanja Administrasi Umum7)
          1) Belanja Pegawai
          2) Belanja Barang dan Jasa
          3) Belanja Perjalanan Dinas
          4) Belanja Pemeliharaan
    b. Belanja Operasi Pemeliharaan8)
          1) Belanja Pegawai
          2) Belanja Barang dan Jasa
          3) Belanja Perjalanan Dinas
          4) Belanja Pemeliharaan
       c. Belanja Modal9)

    Jumlah Belanja Aparatur Daerah (II.1)
6) Belanja aparatur adalah belanja untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang tidak berkaitan
   langsung dengan pelayanan publik.
7) Belanja Administrasi Umum adalah belanja untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang tidak
   berkaitan langsung dengan pelayanan publik dan bersifat insidentil atau yang tidak direncanakan.
8) Belanja Operasi Pemeliharaan adalah belanja yang sudah direncanakan untuk keperluan pegawai
   maupun lembaga yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan publik.
9) Belanja Modal adalah belanja barang atau sarana yang tidak memberikan manfaat langsung pada
   masyarakat dan menjadi aset daerah, misalnya pembelian kendaraan, pembebasan lahan untuk
   perkantoran, dll.


                                                                                               33
ANALISIS PENDAPATAN

     2. Belanja Pelayanan Publik10)
        d. Belanja Administrasi Umum 11)
           1) Belanja Pegawai
           2) Belanja Barang dan Jasa
           3) Belanja Perjalanan Dinas
           4) Belanja Pemeliharaan
        e. Belanja Operasi Pemeliharaan 12)
           1) Belanja Pegawai
           2) Belanja Barang dan Jasa
           3) Belanja Perjalanan Dinas
           4) Belanja Pemeliharaan
        f. Belanja Modal13)

     3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

     4. Belanja Tidak Tersangka

         Jumlah Belanja Pelayanan Publik (II.2)
         Jumlah Belanja (II.1 + II.2)
         Surplus (Defisit) = I - II

III. Pembiayaan
     1. Penerimaan Daerah
        1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu
        2) Transfer dari Dana Cadangan
        3) Penerimaan dan Obligasi
        4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan

         Jumlah Penerimaan Daerah (III.1)

     2. Pengeluaran Daerah
        1) Transfer ke Dana Cadangan
        2) Penyertaan Modal
        3) Pembayaran utang yang jatuh tempo
        4) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sekarang

         Jumlah Pengeluaran Daerah (III.2)
         Jumlah Pembiayaan (III.1 - III.2)
10) Belanja Pelayanan Publik adalah belanja untuk kegiatan yang langsung memberikan pelayanan pada
    publik.
11) Belanja Administrasi Umum dalam kategori ini adalah belanja untuk keperluan pegawai maupun
    lembaga yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik tetapi bersifat insidentil atau yang tidak
    direncanakan.
12) Belanja Operasi Pemeliharaan dalam kategori ini adalah belanja yang sudah direncanakan untuk
    keperluan pegawai maupun lembaga yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik.
13) Belanja Modal adalah belanja barang atau sarana yang dapat memberikan manfaat langsung pada
    masyarakat dan menjadi aset daerah, misalnya pembangunan infrastruktur (jalan, irigasi, air, jembatan,
    dll), pembebasan tanah untuk pembangunan terminal, dll.


34
Bagian 4:
ANALISIS BELANJA



Cakupan dan Hasil Pembelajaran
Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang:
§ Struktur belanja APBD
§ Berbagai cara untuk menganalisis belanja

Peserta akan berlatih untuk melakukan analisis pendapatan daerah yang akan
memberikan kecakapan dan ketrampilan untuk:
§ Menggambarkan profil belanja daerah Kota/Kabupaten
§ Memaknai profil belanja tersebut


Struktur Belanja APBD
Alokasi belanja dalam APBD terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu:
(1) Belanja Aparatur Daerah, dan
(2) Belanja Pelayanan Publik
(3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan
(4) Belanja Tidak Tersangka

Belanja Aparatur Daerah adalah belanja berupa belanja administrasi umum
   (gaji), belanja operasional dan pemeliharaan, serta belanja modal yang
   digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya
   tidak secara langsung dinikmati masyarakat (misalnya gedung kantor
   pemerintah).

Belanja Pelayanan Publik terdiri dari belanja administrasi umum, operasi dan
   pemeliharaan serta bagian belanja modal yang digunakan untuk membiayai
   kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh
   masyarakat.

Belanja Bagi Hasil dan Batuan Keuangan terdiri dari bagi hasil pajak dan bagi
   hasil bukan pajak. Termasuk dalam kategori ini adalah dana alokasi desa yang
   dimaksudkan untuk pemerataan pembangunan khususnya bagi kawasan
   tertinggal.

Belanja Tidak Tersangka yaitu belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa
   dan tidak diharapkan berulang. Seperti bencana alam dan bencana sosial
   yang tidak diperkirakan sebelumnya.



                                                                           35
ANALISIS BELANJA

Berbagai Cara untuk Menganalisis Pengeluaran14)

ANALISIS UMUM
A. Melakukan komparasi (perbandingan) terhadap:
   - Jumlah belanja antar tahun (komparasi ini bisa dilakukan untuk tiap
      item/pos pengeluaran. Pos-pos yang mengalami peningkatan atau
      penurunan yang mencolok perlu menjadi perhatian dan dianalisis lebih
      lanjut.
   - Antar pos belanja (misal : komparasi antara prosentase belanja untuk
      pegawai dengan total belanja, prosentase belanja dengan DAU)
   - Antara pos penerimaan dengan pos belanja
   - Antara sektor satu dengan sektor lainnya
   - Antar desa/kelurahan atau kecamatan

B. Melihat ke mana alokasi belanja disalurkan dalam jumlah paling besar/paling
   kecil

C. Menemukan ada tidaknya kejanggalan. Janggal tidaknya suatu pos tertentu
   dengan jumlah tertentu bisa dilihat dari beberapa aspek :

Aspek hukum :
   Menganalisis konsistensi dengan aturan hukum yang berlaku. Kasus maraknya
   korupsi yang dilakukan oleh anggota DPRD periode 1999-2004 terjadi karena
   ada pos dan jumlah anggaran untuk DPRD yang tidak sesuai dengan PP No
   110 tahun 2000 yang mengatur tentang Kedudukan Keuangan DPRD

Aspek ekonomi/keuangan :
   Kejanggalan yang mungkin ditemukan antara lain :
   - Alokasi yang lebih besar dari standarisasi indeks dan harga yang ditentukan
      (indikasi mark up)
   - Alokasi ganda (indikasi terjadi duplikasi anggaran)
   - Alokasi yang berulang setiap tahunnya bagi item yang seharusnya bertahan
      lama

Aspek sosial (keadilan dan kepantasan) :
   Menemukan apakah ada alokasi yang berlebihan, menyolok atau tidak nalar?.
   Untuk mengontraskan, biasanya alokasi aneh ini dibandingkan dengan alokasi
   untuk masyarakat miskin dan kaum marginal untuk menunjukkan telah terjadi
   ketimpangan anggaran. Temuan ini akan sangat berguna untuk membuka
   mata dan hati baik pejabat maupun publik. Misalnya : anggaran untuk parfum
   ruangan kerja walikota Rp 80.000.000, sementara anggaran untuk anak
   jalanan hanya Rp 15.000.000

14) Catatan: bahan diadopsi dari Draft “Modul Pelatihan Advokasi Penganggaran Berbasis Kinerja yang
    Responsif Gender” yang disusun PATTIRO untuk The Asia Foundation.




36
ANALISIS BELANJA

Latihan 1: Memeriksa Alokasi Belanja
Berikut adalah ringkasan RAPBD di pos belanja Kabupaten Kebumen 2006.
Diskusikan :
Perbandingan belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik. Apakah
maknanya?




                                                                      37
ANALISIS BELANJA




Latihan 2
Berikut adalah Data Alokasi Belanja di Kabupaten Kebumen Tahun 2006.
Diskusikan: Apa maknanya?




38
ANALISIS BELANJA

Latihan 3: Memeriksa APBD berdasarkan Dinas Instansi.
Berikut adalah Data Belanja RAPBD Kabupaten Kebumen Tahun 2006 berdasarkan
Dinas Instansi/SKPD
Diskusikan: Apakah maknanya?




                                                                       39
ANALISIS BELANJA

Untuk mempercepat perbandingan, proporsi anggaran tersebut digambarkan
dalam format grafis sebagai berikut :




                                                                                                                                                                                                                BKDD
                                                                                        Bappeda




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         BP RSUD
     Kepala Daerah
                     Sekretariat Daerah
                                          Sekretariat DPRD




                                                                                                                                                                                                                       Kantor Kas Daerah
                                                                                                  Badan Pengawas Daerah




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Dinas Kesehatan
                                                                                                                          Kecamatan (26 Kecamatan)




                                                                                                                                                                                                                                                                               Dinas Pertanian




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     SMPN (49 Sekolah)
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                         SMAN (17 Sekolah)
                                                             Kantor Pendapatan Daerah




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       Dinas Perhubungan
                                                                                                                                                     Kantor Pengelolaan Pasar Daerah
                                                                                                                                                                                       Badan Inforkom dan PDE




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                          Dinas KB dan Pemberdayaan Masyarakat
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 Dinas Pariwisata Seni dan Budaya
                                                                                                                                                                                                                                           Kantor Satuan Polisi Pamong Praja


                                                                                                                                                                                                                                                                                                 Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                   Dinas Pendidikan dan Kebudayaan




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                             Dinas Kesbanglinmas dan Sosial
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                              Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                           Kantor Catatan Sipil dan Registrasi Penduduk
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                            Dinas Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi




                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                      Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi




ANALISIS KHUSUS
Analisis khusus adalah analisis terhadap program/proyek/kegiatan dari suatu
Dinas InstansiSKPD. Dokumen yang dianalisis adalah RASK/RKA SKPD. Dari
dokumen ini dapat dianalisis empat aspek :
   1. Aspek Kebijakan
   2. Aspek Keuangan
   3. Aspek Administratif
   4. Aspek Sosial (Keadilan dan Kepantasan)


Aspek Kebijakan
Adalah analisis untuk mengkaji apakah anggaran yang dialokasikan bersesuaian
dengan kebijakan dan prioritas yang telah ditetapkan pemerintah.

Langkah-langkahnya :
1. Pelajarilah kebijakan-kebijakan yang terkait dengan APBD, terutama RPJP,
   RPJM, dan KUA. Lihatlah apa prioritas dan Kota/Kabupaten tersebut
2. Pelajarilah peraturan perundangan yang terkait dengan APBD untuk menjamin
   bahwa anggaran yang ditetapkan oleh SKPD memenuhi kebijakan yang relevan
   seperti :
   - SK Walikota tentang standarisasi indeks kegiatan/barang
   - PP No 107 tentang Pinjaman Daerah
   - SK Walikota tentang pengaturan honorarium, insentif dan biaya umum



40
ANALISIS BELANJA


 Contoh untuk Kabupaten Kebumen

 Visi RPJMD Kabupaten Kebumen adalah mewujudkan perekonomian masyarakat
 kebumen yang mandiri dan berdaya saing tinggi, yang dijabarkan dalam lima
 misi. Salah satu misinya adalah pengembangan perekonimian yang bertumpu
 pada pemberdayaan masyrakat melalui pertanian, pariwisata, perdagangan,
 industri dengan fokus peningkatan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja.
 Misi tersebut kemudian dijabarkan melalui program-program perekonomian
 yang meliputi diantaranya adalah ketahanan pangan, pengembangan agribisnis
 dan pengembangan kelautan.

 Sementara di KUA, kegiatan yang direncanakan menjadi program prioritas
 berkaitan dengan kebijakan pertanian adalah peningkatan produksi dan
 produktifitas pertanian, pengamaman harga sarana dan produksi pertanian,
 dan penguatan pelembagaan petani. Ditahun 2006 ada 27 kegiatan yang
 berhubungan langsung dengan kebijakan diatas, akan tetapi jumlah dana yang
 dialokasikan relatif kecil yaitu hanya 1.3 % dari total APBD, itu pun 52% nya
 diserap untuk biaya gaji dan tunjangan aparat dinas pertanian. Dan ini terlalu
 kecil untuk dapat mencapai misi yang telah ditetapkan terutama dalam
 peningkatan pendapatan petani dan penciptaan lapangan kerja.



Aspek Administratif
Analisis yang dilakukan untuk mengkaji apakah anggaran memenuhi panduan
prosedur dan aturan-aturan yang berlaku.

Langkah-langkahnya :
   1. Pelajari apakah program/kegiatan dinas tersebut merupakan terjemahan
      dari skala prioritas.
   2. Pastikan bahwa RASK Dinas telah memuat indikator kinerja secara lengkap
   3. Pelajari secara teliti indikator kinerja :
      a. Apakah sesuai dengan AKU ?
      b. Apakah ada keterkaitan antara kegiatan dengan tujuan yang diharapkan?
      c. Apakah indikator keluaran atau capaian sudah jelas dikemukakan?
   4. Periksa apakah ada program yang pernah diselenggarakan tahun
      sebelumnya yang kurang efektif dan kurang relevan bagi komunitas namun
      diselenggarakan kembali pada tahun anggaran kali ini?
   5. Pelajari laporan kegiatan untuk proyek yang sama di tahun sebelumnya.
      Apakah laporan menunjukkan adanya keberlanjutan kegiatan?

Aspek Keuangan
Analisis yang dilakukan untuk menilai apakah anggaran dibelanjakan secara boros
atau apakah ada ketidakkonsistenan dalam harga.

Langkah-langkahnya :
   1. Pelajari besaran alokasi untuk tiap item anggaran
   2. Bandingkan dengan standar indeks, apakah lebih kecil, sama, atau lebih
      besar.
   3. Bandingkan besaran biaya pemeliharaan barang dibandingkan dengan
      biaya pembelian barang tersebut. Bisa jadi ditemukan kasus dimana biaya



                                                                                  41
ANALISIS BELANJA


      pemeliharaan komputer lebih besar dibandingkan dengan biaya pembelian
      komputer baru.
   4. Pelajari kemungkinan terjadinya alokasi ganda untuk item atau aktivitas
      yang sama.

Aspek Sosial (Keadilan dan Kepantasan)
Langkah-langkahnya:
Bandingkan alokasi untuk kegiatan dengan penerima manfaat pejabat dengan
kegiatan dengan penerima manfaat masyarakat miskin. Jika terjadi ketimpangan
alokasi, maka temuan ini bisa diekspose untuk kepentingan advokasi.


ANALISIS PENERIMA MANFAAT (BENEFICIARY/GENDER ANALYSIS)
Dalam menganalisis APBD, pembelanjaan dapat dianalisis menurut kategori
penerima manfaat misalnya penyandang cacat, anak atau perempuan. Dari aspek
gender, misalnya, pengeluaran dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Pengeluaran dengan target gender tertentu. Contohnya:
   a. Program-program kesehatan khusus untuk perempuan
   b. Program pendidikan khusus bagi anak perempuan
   c. Kebijakan pembukaan lapangan kerja untuk perempuan
   d. Program untuk kaum laki-laki yang terlibat dalam tindak kekerasan

2. Pengeluaran untuk kesetaraan kesempatan kerja. Contohnya:
   a. Pelatihan untuk para manager perempuan
   b. Penyediaan Tempat Penitipan Anak
   c. Program cuti bagi laki-laki yang istrinya melahirkan.

3. Alokasi Umum, yaitu pengeluaran untuk pengarusutamaan gender yang
   memperhatikan dampak bagi laki-laki dan perempuan, yaitu memasukkan
   kebutuhan berbeda laki-laki dan perempuan
   Contoh :
   a. Adanya proyek penyediaan air bersih, akan sangat menguntungkan
      perempuan karena meringankan beban perempuan
   b. Dalam program pembangunan WC dirancang jumlah WC untuk perempuan
      lebih banyak dibandingkan dengan jumlah WC untuk laki-laki. Hal ini
      dilakukan karena perempuan membutuhkan waktu lebih lama dibanding
      dengan laki-laki.

ANALISIS KRONOLOGIS

Analisis anggaran dapat pula dilakukan untuk memperlihan kecenderungan dari
waktu ke waktu. Hal ini dapat memperlihatkan kepedulian pemerintah terhadap
suatu area, komunitas atau sektor tertentu. Menganalisis kecenderungan APBD
bisa dilakukan baik terhadap komponen pendapatan maupun belanja.

Untuk melakukan analisis ini diperlukan data – data antara lain :
· RPJMD
· KUA tiga tahun terakhir
· APBD berikut nota keuangan tiga tahun terakhir


42
ANALISIS BELANJA

Berikut adalah contoh analisis kronologis untuk Kota Makasar
Trend APBD Makasar Tahun 2004 – 2006




  Berdasarkan trend belanja APBD di atas menunjukkan bahwa belanja aparatur
  daerah meningkat dengan konsisten, sementara untuk belanja publik terjadi
  kenaikan yang cukup drastis di tahun 2006 setelah terjadi penurunan di
  tahun 2005. Data tersebut bisa digunakan untuk menganalisis sejauh mana
  kondisi jalan, irigasi, sarana pendidikan, kesehatan dan sebagainya yang
  dibiayai oleh pos pelayanan publik yang diharapkan meningkat dan
  berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk
  memastikan terjadinya trend peningkatan kesejahteraan yang seharusnya
  berbanding lurus dengan peningkatan belanja pelayanan, maka di perlukan
  data trend angka kemiskinan, kondisi infrasturuktur dan lain sebagainya.




ANALISIS WILAYAH

Kegunaan analisis ini diantaranya adalah untuk melihat proporsi APBD di masing-
masing wilayah dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi setiap




                                                                              43
ANALISIS BELANJA

wilayah serta prioritas terhadap wilayah tertentu seperti jumlah penduduk, luas
wilayah, potensi wilayah, tingkat kemiskinan, infrastruktur dasar yang dipunyai
dan lain sebagainya.

Untuk melakukan analisis ini, diperlukan data-data seperti :
1. Data monografi dan demografi wilayah tersebut
2. Data-data proyek, nilai dan lokasinya
3. Tujuan proyek tersebut kaitannya dengan manfaat yang diperoleh oleh wilayah
   tersebut.

Salah satu cara yang dipakai untuk menganalisis APBD berdasarkan wilayah
adalah, dengan memisahkan atau mengelompokkan proyek-proyek berdasarkan
lokasi wilayahnya, alokasi dana, dan tujuan proyek tersebut kemudian dibandingkan
antar wilayah dan di lihat proporsinya terhadap keseluruhan APBD. Setelah itu
menghubungkan hasil analisis tersebut dengan berbagai dokumen perencanaan
yang bersifat kebijakan seprti RPJMD, KUA, Renstra Dinas atau Tata Ruang,
untuk melihat konsistensi antara perencanaan dan penganggaran.




44
Bagian 5:
ADVOKASI ANGGARAN


Cakupan dan Hasil Pembelajaran

Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan
dan pemahaman tentang:
§ Bagaimana cara memanfaatkan hasil analisis dalam advokasi
§ Berbagai strategi untuk melakukan advokasi anggaran

Peserta akan berlatih untuk melakukan perumusan strategi untuk advokasi
anggaran dengan melakukan:
§ Perumusan rencana tindak lanjut

Penggunaan Hasil Analisis Anggaran dalam Advokasi
Data dan informasi yang dihasilkan dari analisis anggaran bisa dimanfaatkan
untuk berbagai strategi advokasi. Kelompok-kelompok peduli anggaran bisa
memilih salah satu atau beberapa strategi bergantung kepada kondisi dan sumber
daya yang dimiliki di daerah masing-masing. Beberapa contoh strategi untuk
advokasi hasil analisis anggaran meliputi:

· Membangun pusat data dan informasi anggaran
  Keterbatasan data dan informasi yang akurat tentang berbagai fakta yang
  terkait dengan anggaran membutuhkan keaktifan banyak pihak untuk
  pembangunan basis data ini. Analisis anggaran bisa dilakukan oleh unit-unit
  penelitian di perguruan tinggi, media atau LSM yang bergerak di bidang
  penelitian. Hasil analisis anggaran yang dilakukan secara kontinu dan serius
  bisa menjadi komponen yang akan membantu menghantarkan kepada
  transparansi dan partisipasi dalam proses anggaran.


· Pendidikan untuk komunitas
  Di Indonesia saat ini sudah cukup banyak forum-forum warga maupun
  kelompok-kelompok marjinal yang berjuang untuk memperoleh akses yang
  lebih baik terhadap proses pengambilan keputusan. Hasil dari analisis anggaran
  yang spesifik terhadap kehidupan suatu komunitas tertentu akan sangat
  membantu aktivitas atau aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok
  tersebut, misalnya asosiasi pedagang kaki lima di suatu bisa menggunakan
  hasil analisis anggaran untuk memonitor pemerintah daerah dalam
  merealisasikan alokasi anggaran tertentu kepada mereka.



                                                                            45
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA
ANALISIS ANGGARAN PEMDA

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESASISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESAMAHMUN SYARIF
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Magdalena Palma Renia
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARALily Herliana
 
Penyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaranPenyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaraniyonZ
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaFormasi Org
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSujatmiko Wibowo
 
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptPELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptMAHMUN SYARIF
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPSEKP - UGM
 
Teknik penyusunan asb
Teknik penyusunan asbTeknik penyusunan asb
Teknik penyusunan asbPSEKP - UGM
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahSujatmiko Wibowo
 
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017noldy HP
 
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahPengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahSujatmiko Wibowo
 
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerahMakalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerahMarobo United
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikSujatmiko Wibowo
 
ASB dalam Perencanaan dan Penganggaran
ASB dalam Perencanaan dan PenganggaranASB dalam Perencanaan dan Penganggaran
ASB dalam Perencanaan dan PenganggaranPSEKP - UGM
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaUmi Arifah
 
siklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansi
siklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansisiklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansi
siklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansiAry Efendi
 
Bab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptx
Bab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptxBab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptx
Bab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptxSriHandayani283423
 
Proses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Proses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi DaerahProses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Proses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi DaerahDadang Solihin
 

Mais procurados (20)

SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESASISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
SISTEM INFORMASI KEUANGAN DESA
 
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
Mata Kuliah Akuntansi Pemerintah dengan tema Anggaran Pemerintah
 
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARAPEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN NEGARA
 
Penyusunan Anggaran
Penyusunan AnggaranPenyusunan Anggaran
Penyusunan Anggaran
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa
 
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah DaerahSistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
 
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).pptPELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
PELAPORAN_KEUANGAN_DESA (1).ppt
 
Perencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBNPerencanaan Penganggaran APBN
Perencanaan Penganggaran APBN
 
Teknik penyusunan asb
Teknik penyusunan asbTeknik penyusunan asb
Teknik penyusunan asb
 
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan PemerintahPerencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
Perencanaan dan Penganggaran Keuangan Pemerintah
 
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017
RPJMD menurut Permendagri 86 Tahun 2017
 
Pengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan DaerahPengelolaan Keuangan Daerah
Pengelolaan Keuangan Daerah
 
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerahMakalah sistem akuntansi pemerintah daerah
Makalah sistem akuntansi pemerintah daerah
 
Perencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran PublikPerencanaan dan Penganggaran Publik
Perencanaan dan Penganggaran Publik
 
ASB dalam Perencanaan dan Penganggaran
ASB dalam Perencanaan dan PenganggaranASB dalam Perencanaan dan Penganggaran
ASB dalam Perencanaan dan Penganggaran
 
Pengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan DesaPengelolaan Keuangan Desa
Pengelolaan Keuangan Desa
 
siklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansi
siklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansisiklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansi
siklus pengelolaan keu negara,anggaran dan akuntansi
 
Bab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptx
Bab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptxBab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptx
Bab 3 PPT Pengelolaan Keuangan Daerah (Bagian 1).pptx
 
APBN dan APBD
APBN dan APBDAPBN dan APBD
APBN dan APBD
 
Proses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Proses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi DaerahProses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi Daerah
Proses Perencanaan APBD dan APBN dalam rangka Pertumbuhan Ekonomi Daerah
 

Destaque

Panduan analisis anggaran indonesia
Panduan analisis anggaran indonesia Panduan analisis anggaran indonesia
Panduan analisis anggaran indonesia Syukriy Abdullah
 
Perumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRD
Perumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRDPerumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRD
Perumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRDRusman R. Manik
 
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD Oswar Mungkasa
 
Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016
Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016
Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016Tidore Tidore
 
Peencanaan dan penganggaran daerah
Peencanaan dan penganggaran daerahPeencanaan dan penganggaran daerah
Peencanaan dan penganggaran daerahMerry Triani
 
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesiaMeasuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesiaAksi SETAPAK
 
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...Dadang Solihin
 
Teknik penyusunan rka & dpa skpd (bahan tommy 2013
Teknik penyusunan  rka & dpa skpd (bahan tommy 2013Teknik penyusunan  rka & dpa skpd (bahan tommy 2013
Teknik penyusunan rka & dpa skpd (bahan tommy 2013tommy irawan
 

Destaque (13)

Panduan analisis anggaran indonesia
Panduan analisis anggaran indonesia Panduan analisis anggaran indonesia
Panduan analisis anggaran indonesia
 
Modul Pemantauan Anggaran
Modul Pemantauan AnggaranModul Pemantauan Anggaran
Modul Pemantauan Anggaran
 
Perumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRD
Perumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRDPerumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRD
Perumusan Rekomendasi LKPj oleh DPRD
 
Transparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik IITransparansi kebijakan publik II
Transparansi kebijakan publik II
 
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
Tips dan Trik Mengkritisi APBD. Panduan Praktis untuk Analisis APBD
 
Hukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan NegaraHukum Keuangan Negara
Hukum Keuangan Negara
 
Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016
Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016
Kebijakan Umum Anggaran (Kua) induk 2017 08nov2016
 
Peencanaan dan penganggaran daerah
Peencanaan dan penganggaran daerahPeencanaan dan penganggaran daerah
Peencanaan dan penganggaran daerah
 
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesiaMeasuring commitment-seknas-fitra-indonesia
Measuring commitment-seknas-fitra-indonesia
 
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ)  Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Kepala Daerah kepada DPRD sesua...
 
Rasio keuangan
Rasio keuanganRasio keuangan
Rasio keuangan
 
Teknik penyusunan rka & dpa skpd (bahan tommy 2013
Teknik penyusunan  rka & dpa skpd (bahan tommy 2013Teknik penyusunan  rka & dpa skpd (bahan tommy 2013
Teknik penyusunan rka & dpa skpd (bahan tommy 2013
 
Modul anggaran budgeting
Modul anggaran   budgetingModul anggaran   budgeting
Modul anggaran budgeting
 

Semelhante a ANALISIS ANGGARAN PEMDA

27. panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation
27.  panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation27.  panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation
27. panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundationYunika Nur Prasetyaningtyas
 
02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkd02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkdswanggie
 
Juklak pnpm p2_kp_2007
Juklak pnpm p2_kp_2007Juklak pnpm p2_kp_2007
Juklak pnpm p2_kp_2007Ahmad Danil
 
OPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan Upaya
OPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan UpayaOPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan Upaya
OPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan UpayaDadang Solihin
 
Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017
Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017
Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017humasmesuji
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...guestc91ada
 
RENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORARENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORAJhon Blora
 
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan SosialMateri Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan SosialAkademi Desa 4.0
 
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022BappedaLampungUtara
 
Peran dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi  Badan Perencanaan Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan DaerahDadang Solihin
 
Rancangan aktualisasi pembuatan duk
Rancangan aktualisasi pembuatan dukRancangan aktualisasi pembuatan duk
Rancangan aktualisasi pembuatan dukYanceRefasi
 
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangPedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangriky_safrizal_rusli
 
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...Oswar Mungkasa
 
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015lkibandung
 
RKPD Tahun 2015
RKPD Tahun 2015RKPD Tahun 2015
RKPD Tahun 2015manafhsb
 
Profil Kabupaten Nunukan 2012
Profil Kabupaten Nunukan 2012Profil Kabupaten Nunukan 2012
Profil Kabupaten Nunukan 2012Arifuddin Ali.
 
Usaid lgsp penyusunan renstra skpd
Usaid lgsp penyusunan renstra skpdUsaid lgsp penyusunan renstra skpd
Usaid lgsp penyusunan renstra skpdBelajarEverything
 
02.c) buku ii pelaksanaan pkd
02.c) buku ii pelaksanaan pkd02.c) buku ii pelaksanaan pkd
02.c) buku ii pelaksanaan pkdswanggie
 

Semelhante a ANALISIS ANGGARAN PEMDA (20)

27. panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation
27.  panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation27.  panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation
27. panduan analisis dan advokasi anggaran asia foundation
 
02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkd02.b) buku i perencanaan pkd
02.b) buku i perencanaan pkd
 
Pedoman teknis tpid
Pedoman teknis tpidPedoman teknis tpid
Pedoman teknis tpid
 
Juklak pnpm p2_kp_2007
Juklak pnpm p2_kp_2007Juklak pnpm p2_kp_2007
Juklak pnpm p2_kp_2007
 
Sumardi penyusunan rpjmd_kab kebumen
Sumardi penyusunan rpjmd_kab kebumenSumardi penyusunan rpjmd_kab kebumen
Sumardi penyusunan rpjmd_kab kebumen
 
OPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan Upaya
OPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan UpayaOPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan Upaya
OPTIMALISASI OTONOMI DAERAH: Kebijakan, Strategi, dan Upaya
 
Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017
Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017
Perda Nomor 5 Tahun 2013 tentang RPJMD Kab. Mesuji Tahun 2012-2017
 
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
KAJIAN TERHADAP PERENCANAAN PEMBANGUNAN EKONOMI DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARA...
 
RENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORARENJA DINHUT BLORA
RENJA DINHUT BLORA
 
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan SosialMateri Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 25 - Buku metadata SGDS Pembangunan Sosial
 
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
Penyusunan Renja Perangkat Daerah Tahun 2022
 
Peran dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi  Badan Perencanaan Pembangunan DaerahPeran dan Fungsi  Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Peran dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
 
Rancangan aktualisasi pembuatan duk
Rancangan aktualisasi pembuatan dukRancangan aktualisasi pembuatan duk
Rancangan aktualisasi pembuatan duk
 
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbangPedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
Pedoman penilaian dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan musrenbang
 
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...
Bahan Pelatihan Fasilitator Forum SKPD dan Musrenbang Rencana Kerja Pemerinta...
 
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015Lki penyusunan apbd 2016 juli   nov 2015
Lki penyusunan apbd 2016 juli nov 2015
 
RKPD Tahun 2015
RKPD Tahun 2015RKPD Tahun 2015
RKPD Tahun 2015
 
Profil Kabupaten Nunukan 2012
Profil Kabupaten Nunukan 2012Profil Kabupaten Nunukan 2012
Profil Kabupaten Nunukan 2012
 
Usaid lgsp penyusunan renstra skpd
Usaid lgsp penyusunan renstra skpdUsaid lgsp penyusunan renstra skpd
Usaid lgsp penyusunan renstra skpd
 
02.c) buku ii pelaksanaan pkd
02.c) buku ii pelaksanaan pkd02.c) buku ii pelaksanaan pkd
02.c) buku ii pelaksanaan pkd
 

Último

MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxDenzbaguseNugroho
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptAchmadHasanHafidzi
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaTriskaDP
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiaMukhamadMuslim
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptharis916240
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptDenzbaguseNugroho
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxBayuUtaminingtyas
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxMyusuf852079
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisGallynDityaManggala
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxTheresiaSimamora1
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexquotex
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANGallynDityaManggala
 

Último (13)

MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptxMATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
MATERI PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN.pptx
 
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.pptKonsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
Konsep Dasar Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya.ppt
 
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesiaBAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
BAB 1 Pengantar_e-commerce dalam peekonomian indonesia
 
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesiapower point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
power point tentang koperasi simpan pinjam di indonesia
 
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.pptmengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
mengidentifikasi risiko xxxxxxxxxxxx.ppt
 
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).pptSIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
SIKLUS Akuntansi Perusahaan Dagang (1).ppt
 
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptxV5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
V5_Petunjuk teknis Pengisian Usulan Alat Kesehatan melalui aplikasi.pptx
 
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptxmanajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
manajemen_keuangan_&_investasi_06.15pptx
 
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar BisnisMenganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
Menganalisis Pasar Konsumen dan Pasar Bisnis
 
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptxBAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
BAB 4 C IPS KLS 9 TENTANG MASA DEMOKRASI TERPIMPIN.pptx
 
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptxANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
ANALISIS SENSITIVITAS METODE GRAFIK.pptx
 
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotexPengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
Pengenalan Quotex Trading untuk Pemula - dan panduan login ke quotex
 
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGANMENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
MENCIPTAKAN HUBUNGAN DAN NILAI PELANGGAN
 

ANALISIS ANGGARAN PEMDA

  • 1. Panduan Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah di Indonesia ADB The Asia Foundation Asian Development Bank
  • 2.
  • 3. KATA PENGANTAR Buku panduan tentang Analisis dan Advokasi Anggaran Pemerintah Daerah ini disusun sebagai salah satu kegiatan Asistensi Teknis 6170 dari Asian Development Bank dengan judul “Pilot Project Untuk Menginstitusionalisasi Partisipasi Masyarakat Sipil dalam Upaya Menciptakan Anggaran yang Berpihak pada Rakyat Miskin”. Panduan ini diharapkan bisa menjadi sumber untuk mengembangkan bahan- bahan pembelajaran bagi organisasi non-pemerintah, media, organisasi massa, organisasi rakyat, maupun organisasi masyarakat sipil pada umumnya di Indonesia. Untuk pertama kalinya panduan ini digunakan sebagai bahan pelatihan bagi kelompok masyarakat sipil di Kabupaten Kebumen dan Kota Makassar pada bulan Februari dan Maret 2006. Bahan ini diramu dan diperkaya dari berbagai sumber termasuk diantaranya bahan-bahan manual pelatihan tentang anggaran yang telah dan tengah disusun oleh Bandung Institute for Governance Studies (BIGS), Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (FITRA), Pusat Telaah dan Informasi Regional (PATTIRO), Civic Education and Budget Transparency Advocation (CiBa), Woman Research Institute (WRI) dan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Masyarakat Lokal (P3ML) Sumedang. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mereka yang telah memberikan inspirasi, menyumbang gagasan, menjadi teman diskusi, menyediakan bahan-bahan studi kasus sehingga tersusun bahan ini. Secara khusus penghargaan saya atas peran tersebut kepada Hana Satriyo dan Alam (TAF), Nandang Suherman (P3ML), Dedi Haryadi dan Siti (BIGS), Dini dan Ilham (PATTIRO), Rinusu dan Jamruddin (CiBa), Diah Raharjo (TIFA), Erna, Cecep dan Mustafa (B-Trust), Aji (Formasi Kebumen), dan Ilham Iskandar (YAS Makassar). Saya menyadari bahwa masih banyak bahan dan pemikiran yang bisa ditambahkan ke dalam panduan yang memang belum sempurna ini. Karenanya, masukan dan kritik dari rekan sejawat maupun pembaca, pemakai atau peserta pelatihan sangatlah diharapkan sehingga akan tersusun suatu panduan yang lebih mudah dicerna, lebih lengkap dan lebih sesuai dengan konteksnya. Terima kasih secara khusus kepada The Asia Foundation San Francisco yang telah mempercayai saya menjadi anggota tim dari kegiatan ini, dan terlebih kepada Erin Thebault Weisser yang telah mengedit bahan ini. Hetifah Sjaifudian 1
  • 4. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR............................................................................................1 DAFTAR ISI .......................................................................................................2 DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................3 BAGIAN 1: DASAR-DASAR ANGGARAN ...........................................................5 Pendahuluan ...............................................................................................5 Mengapa Anggaran itu Penting? .................................................................6 Praktek-praktek Anggaran yang Berhasil di Tingkat Internasional. ..............8 Pelaksanaan Anggaran dan Monitoring .....................................................11 Mengaplikasikan Pendekatan Anggaran ....................................................13 BAGIAN 2: MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH ...........15 Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................15 Perubahan yang Telah dan Tengah Berlangsung dalam Sistem .................15 Penganggaran di Daerah ...........................................................................15 Pelaku Kunci dalam Proses Anggaran: Siapa Melakukan Apa? .................17 Siklus Anggaran ........................................................................................20 Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran ..........................................22 Celah Keterlibatan Warga Dalam Proses Penganggaran ............................23 Tanggung Jawab Pelayanan Pemerintah Daerah .......................................25 BAGIAN 3: ANALISIS PENDAPATAN ...............................................................27 Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................27 Format dan Struktur APBD........................................................................27 Sumber-Sumber Pendapatan Daerah ........................................................28 Latihan Analisis Pendapatan .....................................................................29 Struktur APBD Propinsi/Kabupaten/Kota Menurut Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 ..............................................................33 BAGIAN 4: ANALISIS BELANJA ......................................................................35 Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................35 Berbagai Cara untuk Menganalisis Pengeluaran ........................................36 BAGIAN 5: ADVOKASI ANGGARAN.................................................................45 Cakupan dan Hasil Pembelajaran ..............................................................45 Penggunaan Hasil Analisis Anggaran dalam Advokasi ..............................45 Perbedaan Pendekatan Dalam Advokasi Anggaran:...................................47 Belajar Dari Pengalaman BIGS Dan P3ML.................................................47 Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Advokasi ................................48 DAFTAR ISTILAH ............................................................................................49 DAFTAR REFERENSI .......................................................................................50 2
  • 5. DAFTAR SINGKATAN AKU = Arah Kebijakan Umum APBD = Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBN = Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional Bappeda = Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bawasda = Badan Pengawasan Daerah BPK = Badan Pemeriksa Keuangan BPKD = Badan Pengelola Keuangan Daerah BPKP = Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan BUMD = Badan Usaha Milik Daerah DPRD = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DAU = Dana Alokasi Umum DAK = Dana Alokasi Khusus DASK = Dokumen Anggaran Satuan Kerja Dispenda = Dinas Pendapatan Daerah DPA = Dokumen Pelaksanaan Anggaran DSP = Daftar Skala Prioritas KUA = Kebijakan Umum Anggaran Kepmendagri = Keputusan Menteri Dalam Negeri Musrenbang = Musyawarah Perencanaan Pembangunan LKPJ = Laporan Keterangan Pertanggungjawaban PAD = Pendapatan Asli Daerah PDRB = Produk Domestik Regional Bruto PP = Peraturan Pemerintah Pemda = Pemerintah Daerah Pemkab = Pemerintah Kabupaten RAPBD = Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah RASK = Rancangan Anggaran Satuan Kerja RKA = Rencana Kerja Anggaran RKPD = Rencana Kerja Pemerintah Daerah RPJM = Rencana Pembangunan Jangka Menengah Renstra = Rencana Strategi Renstrada = Rencana Strategi Daerah SE = Surat Edaran Sekda = Sekretaris Daerah Setda = Sekretariat Daerah SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah 3
  • 6.
  • 7. FOREWORD Bagian 1: DASAR-DASAR ANGGARAN Pendahuluan Anggaran pemerintah, bahkan di tingkat kabupaten atau kecamatan pun terlihat sulit untuk dianalisis, bahkan terlalu rumit untuk ditelusuri. Namun demikian, prinsip-prinsip dasar untuk menganalisis anggaran sebetulnya tidak terlalu sulit dilakukan, dan melakukan upaya tersebut sangatlah berarti. Pemahaman yang baik mengenai anggaran akan meningkatkan dialog antara pemerintah, anggota legislatif dan kelompok-kelompok masyarakat yang memiliki kepedulian untuk melihat seberapa efisien pemerintah menggunakan sumber dayanya. Membuka diskusi publik mengenai prioritas-prioritas anggaran disamping akan membantu masyarakat untuk memahami jasa dan pelayanan apa yang disediakan oleh pemerintah juga dapat membantu pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat secara lebih baik. Sayangnya di banyak negara dialog-dialog tersebut sangat jarang dilakukan bahkan hampir tidak dilakukan sama sekali. Panduan ini dibuat untuk membantu kelompok-kelompok masyarakat sipil memahami dan menganalisis anggaran pemerintah sebagai langkah awal untuk terlibat dalam dialog-dialog tentang penyusunan anggaran. Panduan ini dapat digunakan sebagai bahan untuk memfasilitasi pelatihan-pelatihan memahami anggaran dan membantu organisasi civil society untuk terlibat dalam menganalisis anggaran melalui pelatihan-pelatihan yang akan mereka lakukan. Panduan ini juga akan bermanfaat bagi anggota-anggota legislatif yang seringkali belum pernah memperoleh pelatihan secara formal tentang anggaran, mengingat tanggung jawab mereka dalam lembaga yang bertugas untuk mensahkan dokumen anggaran. Walaupun panduan ini juga akan memuat berbagai informasi mengenai anggaran secara umum, kebanyakan materi panduan dikhususkan untuk untuk skala kota/kabupaten di Indonesia. Panduan ini sebaiknya tidak dipandang murni sebagai panduan advokasi untuk memunculkan berbagai tuntutan baru atas nama masyrakat, akan tetapi harus dipandang sebagai panduan/manual yang dibangun untuk memberikan informasi dari berbagi aspek agar dapat memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai tiga hal penting berkaitan dengan anggaran, yaitu: (1) sumber daya yang tersedia (2) keterbatasan-keterbatasan institusi yang terlibat di sektor publik dan (3) sejumlah prioritas yang sering berbenturan dalam proses penganggaran kaitannya dengan upaya meningkatkan manfaat anggaran bagi komunitas lokal, khususnya kelompok miskin. 5
  • 8. DASAR-DASAR ANGGARAN Panduan ini dibagi ke dalam 5 bab. Pemahaman dasar mengenai anggaran, termasuk praktek-praktek yang berhasil di tingkat internasional, disajikan dalam Bagian pertama ini. Bagian 2 menjelaskan mengenai siklus anggaran dan merangkum peran-peran pemerintah daerah dan warga dalam proses anggaran. Selanjutnya Bagian 3 dan Bagian 4 menerangkan panduan untuk menganalisis pendapatan dan belanja. Berbagai pertimbangan untuk advokasi anggaran akan didiskusikan di Bagian 5. Mengapa Anggaran itu Penting? Dua tanggung jawab kunci pemerintah adalah menyediakan barang-barang dan pelayanan yang dibutuhkan bagi seluruh masyarakat dan tidak dapat disediakan secara efektif oleh sektor swasta, dan mendorong iklim ekonomi yang kondusif. Tujuan-tujuan ini hanya dapat dicapai melalui kebijakan ekonomi dan sosial yang secara kongkret tercermin di dalam anggaran tahunannya. Tidak setiap kebijakan membutuhkan sumber daya, tetapi ketika pemerintah membuat satu kebijakan tanpa mengalokasikan pendanaan (anggaran) untuk mengimplementasikannya, maka sangat beralasan untuk mempertanyakan bagaimana tujuan dari kebijakan tersebut dapat tercapai. Anggaran harus memprioritaskan dan menjembatani berbagai kebutuhan/permintaan yang seringkali berbenturan, padahal kemampuan pemerintah untuk meningkatkan anggaran sangat terbatas. Untuk itu anggaran harus memiliki prioritas mengenai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Anggaran harus menentukan sumber daya apa yang tersedia untuk tahun mendatang serta bagaimana pemerintah menggunakannya seperti barang dan pelayanan apa yang akan diberikan dengan anggaran tersebut. Dengan anggaran pemerintah dapat merencanakan kegiatan setahun mendatang dan menjadi bagian dari kinerja pemerintah yang dapat dinilai dan harus dipertanggungjawabkan. Di banyak negara berkembang, proses penyusunan anggaran dimonopoli oleh aparat pemerintah dan biasanya tidak memberi ruang bagi partisipasi publik atau proses konsultasi. Bahkan, di beberapa tempat aparat pemerintah memperlakukan dokumen dan informasi anggaran dan keuangan sebagai dokumen rahasia. Selama proses pembuatan kebijakan, seringkali hanya sedikit informasi mengenai anggaran yang tersedia bahkan untuk anggota legislatif sekalipun. Di banyak kasus, informasi tersebut sengaja ditutup, atau tidak dibuka sama sekali dan anehnya tidak ada seorangpun menanyakan informasi tersebut. Dan ketika dokumen tersebut harus dibuka tidak ada prosedur yang jelas tentang informasi 6
  • 9. DASAR-DASAR ANGGARAN apa yang sebaiknya disediakan dan oleh siapa. Lebih jauh lagi, format anggaran juga seringkali tidak mudah dibaca dan diakses oleh masyarakat biasa. Hal ini membuat masyarakat sulit untuk bisa mengerti apalagi mengomentari dokumen anggaran yang diajukan, sebagaimana banyak terjadi pada saat pemerintah melakukan dengar pendapat dengan publik mengenai anggaran. Akibatnya banyak orang menjadi apatis dan kurang bersemangat untuk memberikan masukan selama proses anggaran berlangsung. Kondisi ini tentunya sangat disayangkan mengingat keterlibatan publik dalam proses anggaran sangat penting untuk: · Meningkatkan perencanaan dan alokasi sumber daya. Keterlibatan publik dalam proses perencanaan anggaran dapat membantu berbagai upaya mengidentifikasi sejumlah kebutuhan masyrakat yang harus diprioritaskan sehingga dapat meningkatkan efektifitas penggunaan sumber daya yang terbatas. · Meningkatkan pengelolaan keuangan. Walaupun pemerintah memiliki sistem pengawasan dan prosedur audit tersendiri, monitoring dari publik penting dilakukan untuk mengawasi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan keuangan. Di berbagai kasus, pengawasan publik terhadap anggaran akan meningkatkan hubungan antara pembayar pajak dengan pemerintah daerah, karena para pembayar pajak -yang menjadi salah satu sumber penerimaan pemerintah- dapat melacak kemana dan untuk apa dana yang mereka bayarkan itu digunakan. · Menguatkan demokrasi. Warga negara seringkali memiliki pemahaman yang terbatas mengenai bagaimana sebaiknya negara itu difungsikan sehingga menumbuhkan ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Pada saat yang bersamaan, aparat pemerintah seringkali merasa dipojokkan dengan berbagai kebutuhan dan permintaan yang seringkali berbenturan mengingat keterbatasan sumber daya yang tersedia. Keterlibatan masyarakat dalam dialog-dialog mengenai isu-isu anggaran akan meningkatkan kemampuan mereka membaca anggaran sehingga dapat menjembatani konflik dan melakukan diskusi dan debat yang lebih konstruktif dan sehat mengenai kebijakan anggaran dan prioritas-prioritasnya. 1) Saat ini berkembang konsensus mengenai peran Negara untuk memastikan terjadinya proses penyusunan anggara yang adil, terbuka, bertanggung jawab dan pro-kelompok miskin. Praktek-praktek yang dianggap berhasil ini direkomendasikan dan disintesiskan oleh sejumlah organisasi internasional termasuk Dana Moneter Internasional (IMF), Bank Dunia (WB), Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) dan Asosiasi Aparat Keuangan Pemerintah (GFOA). 2) Proses atau siklus anggaran merupakan proses yang bertahap dan terjadi secara berurutan, kegiatan- kegiatannya saling terkait dalam satu tahun anggaran. 7
  • 10. DASAR-DASAR ANGGARAN Praktek-praktek Anggaran Gambar 1: Siklus Anggaran yang Berhasil di Tingkat Internasional. Tahap 4: Tahap 1: Pertanggungjawaban Persiapan Penyusunan Anggaran1) Siklus anggaran tahunan secara umum dapat dibagi ke dalam 4 tahapan yang saling terkait satu sama lain (lihat Tahap 3: Tahap 2: gambar 1) yaitu: Pelaksanaan Pengesahan 1. Persiapan (perencanaan, pembuatan draft) 2. Pengesahan (pengkajian/pembedahan/diskusi materi) 3. Pelaksanaan (implementasi, monitoring, kontrol) 4. Pertanggunjawaban (audit, pengkajian, pelaporan, penilaian) Penyusunan anggaran merupakan kegiatan pertama dan utama dalam keseluruhan proses anggaran atau sering disebut siklus anggaran. Tahapan ini sangat penting karena akan menentukan langkah dan kualitas keseluruhan kebijakan keuangan dan sekaligus menentukan karakter dan ruang lingkup peran pemerintah di bidang ekonomi. Kegiatan penyusunan anggaran mencakupi dua tahapan pertama dari empat proses anggaran yang diawali dengan perencanaan dan persiapan dan diakhiri dengan pengesahan dari lembaga legislatif. Proses penyusunan anggaran biasanya dimulai oleh eksekutif (departemen/dinas pemerintahan), dimana perencanaan dan pembuatan draft dipimpin oleh satu komite dari kementrian/departemen keuangan, ekonomi atau perencanaan (serta lembaga- lembaga eksekutif lainnya yang terkait). Ketika draft anggaran tersebut selesai dan ditandatangani, darft anggaran diserahkan kepada legislatif dimana panitia anggaran di legislatif mengambil alih tanggung jawab untuk proses pengkajian anggaran dan kemudian menyempurnakan anggaran tersebut melalui parlemen. Apa saja yang Harus Dipenuhi dalam Penyusunan Anggaran: Fungsi Umum Proses penyusunan anggaran seharusnya ditujukan untuk memenuhi sejumlah fungsi berikut 3): 3) Diadaptasi dari Grewal, Bhajan S. 2005. Budget Formulation (presentation for Public Finance and Expenditure Management Course, ADB Institute, Tokyo, Japan). Center for Strategic Economic Studies, Victoria University, Melbourne, Australia. 8
  • 11. DASAR-DASAR ANGGARAN 1. Mengidentifikasi setiap sumber daya yang tersedia dan kebutuhan setahun mendatang. 2. Menghitung sumber daya dan kebutuhan berdasarkan kecenderungan tahun sebelumnya dan memprediksi perkembangannya di tahun yang akan datang. 3. Memprioritaskan kebutuhan dan kemudian mengalokasikan anggaran berdasarkan prioritas. 4. Mengkonsolidasikan semua pengeluaran yang diajukan ke dalam draft anggaran secara komprehensif. 5. Menentukan jangka waktu dari penggunaan sumber daya. Untuk memenuhi 5 fungsi besar di atas, proses penyusunan anggaran seharusnya mengikuti sejumlah rekomendasi yang diperoleh dari praktek-praktek yang berhasil yang diantaranya adalah : · Mengklarifikasi/Memperjelas Proses: Siapa Melakukan Apa dan Kapan? Yang pertama dan terutama dalam proses dan siklus anggaran adalah keseluruhan proses anggaran harus jelas dan mudah dipahami oleh seluruh aktor yang terkait dalam proses ini (stakeholders). Publik harus secara jelas memahami siapa melakukan apa dan kapan yaitu (1) orang atau organisasi yang terkait dalam proses penyusunan (siapa) (2) peran dan tanggung jawab yang dipegang dalam kewenangan dan keahliannya (apa) dan (3) dilakukan dalam jangka waktu tertentu (kapan) · Diperkuat dengan Analisis yang Tajam. Proses awal perencanaan (sebelum proses pembuatan draft anggaran dimulai) harus dipandu dengan analisis ekonomi dan sosial yang berbasis pada pendekatan retrospektif (melihat kecenderungan masa lalu) maupun prospektif (perkiraan perkembangan di masa mendatang). Kecenderungan tahun-tahun sebelumnya dan perkiraan perkembangan masa mendatang mengenai ekonomi, keuangan serta variabel- variabel yang lain harus dibuat sesensitif mungkin dan kalau bisa dibuat sejumlah analisis skenario untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan. Sejumlah analisis skenario ini biasanya dihubungkan dengan dengan berbagai arah kebijakan ekonomi yang dijadikan dasar, atau pernyataan kebijakan atau laporan yang mengiringi anggaran. · Selaras dengan Perspektif Jangka Panjang dan Prioritas-prioritasnya. Walaupun anggaran mencerminkan kebijakan keuangan pemerintah dan peran yang dimainkan di tahun mendatang, anggaran juga harus merefleksikan dan mendukung sasaran dan prioritas dari strategi pemerintah jangka panjang. Dengan demikian anggaran secara jelas mencerminkan prioritas jangka pendek dan jangka panjang pemerintah sekaligus, dan keselarasan antara dua hal ini harus jelas dan bisa dipahami oleh publik. · Secepat Mungkin Membuka Input dari Stakeholder. Keterlibatan stakeholder harus diakomodasi sejak awal proses penyusunan anggaran. Mayoritas negara biasanya melakukan proses membuka masukan dan komentar publik hanya 9
  • 12. DASAR-DASAR ANGGARAN di tahap akhir proses penyusunan. Proses anggaran seharusnya membuka penilaian dan dialog dengan publik sedari awal untuk memastikan bahwa semua isu dan kebutuhan stakeholder dipertimbangkan secara proporsional. · Membangun dan Mendiseminasikan Dokumen-dokumen Sesuai dengan Kebutuhan. Dalam proses anggaran, tahap diseminasi anggaran dan dokumen- dokumen pendukungnya merupakan kunci pelibatan stakeholder. Seluruh anggaran harus disertai dengan (atau setidaknya) oleh analisis pra-anggaran dan pernyataan-pernyataan dan asumsi-asumsi utama yang mendasari perkiraan anggaran, sasaran kebijakan fiskal, kerangka makro ekonomi, basis kebijakan yang digunakan sebagai dasar berbagai asumsi yang digunakan dalam penyusunan anggaran, dan resiko-resiko (konsekuensi/implikasi) yang terkait dengan anggaran. Dokumentasi tersebut juga memuat aturan-aturan keuangan, peraturan serta kebijakan yang dijadikan rujukan. Setiap dokumentasi harus mudah diakses (baik secara tertulis maupun elektronik) oleh publik tanpa dipungut biaya. · Mempresentasikan Informasi Anggaran Secara Efektif. Data dan informasi anggaran harus dipresentasikan dengan cara yang memudahkan upaya analisis kebijakan dan harus dilaporkan dalam ukuran dan nilai “mentah/kotor” (gross basis) yang memperlihatkan penerimaan (kotor), pengeluaran (kotor) dan pembiayaan (kotor). Pengeluaran harus diklasifikasikan ke dalam tiga area yaitu ekonomi, sektoral dan administratasi. Data dan informasi anggaran harus jelas, detail, mudah diakses dan dibandingkan agar publik dapat melakukan analisis alokasi berdasarkan geografi (wilayah), sektor, area dan waktu. · Memastikan Keutuhan Informasi. Anggaran harus mencakup alur sumber daya extra-budgetary (sumber daya publik yang secara tradisional tidak merupakan bagian dari anggaran nasional maupun sub-nasional). Bahkan, anggaran harus mencakup semua “asset/kekayaan” langsung atau tidak langsung negara. Data-data ini, sekali lagi harus dipresentasikan dalam cara yang memungkinkan dilakukannya analisis kebijakan oleh publik. · Fokus pada hasil dan Outcome (efek dari output yang diharapkan). Sebisa mungkin, anggaran dan dokumen-dokumen pendukungnya harus memuat secara jelas dan tajam setiap item (program) pengeluaran pemerintah dan dari setiap item tersebut jelas termuat apa tujuan yang akan dicapai dan efek yang diharapkan dari tujuan tersebut dan bagaimana kedua hal tersebut (tujuan dan efek) dapat mencapai strategi jangka panjang pemerintah. Inisiatif Anggaran Beroritentasi Kinerja (dijelaskan kemudian) dapat membantu memperjelas hal ini. · Terlebih Dahulu Mempertimbangkan Keterbatasan Sumber Daya baru Kemudian Kebutuhan. Keuntungan melakukan pendekatan konservatif ini jelas, tetapi banyak negara gagal untuk memfokuskan pada keterbatasan sumberdaya terlebih dahulu. 10
  • 13. DASAR-DASAR ANGGARAN Pelaksanaan Anggaran dan Monitoring Tahapan pertengahan dari siklus anggaran ini seringkali kurang diperhatikan padahal fase ini tidak kalah pentingnya. Bahkan memonitor bagaimana anggaran ini digunakan lebih penting daripada mendiskusikan alokasi anggaran jika pemerintah tidak memiliki pengalaman yang baik dalam menghabiskan anggaran yang telah dialokasikan. dari berbagai penglaman yang telah berhasil, pelaksanaan tahap ini biasanya mencakup hal-hal di bawah ini: · Menggunakan Dasar Hukum dan Peraturan yang Jelas. Besarnya anggaran haruslah disetujui dan disahkan. Anggaran publik harus digunakan melalui tujuan dan wewenang yang jelas. Penyimpangan-penyimpangan dari tujuan awal yang telah ditetapkan hanya boleh dilakukan jika didasarka pada aturan dan panduan yang jelas dan seharusnya tidak boleh ada perbedaan yang jauh antara anggaran dengan pengeluaran riil. · Menggunakan Sistem Pengelolaan Keuangan yang Tepat. Instansi-instansi yang bertanggung jawab untuk melaksanakan anggaran (biasanya departemen atau kementerian keuangan di jajaran eksekutif) harus memiliki sistem pengelolaan keuangan, kontrol dan pelaporan agar secara efektif mampu melakukan tanggung jawab yang dibebankantersebut. Sistem yang tepat akan memungkinkan instansi untuk secara efektif memonitor antara penerimaan dan pengeluaran yang direncanakan (anggaran) dengan penerimaan dan pengeluaran yang sesungguhnya · Melaporkan secara Rutin. Harus ada pelaporan keuangan secara regular kepada legislatif dan publik. Setidaknya, pada pertengahan tahun atau jika mungkin setiap tiga-bulan, laporan perkembangan pelaksanaan anggaran tersebut dipresentasikan kepada legislatif. · Melakukan audit internal. Audit internal seharusnya dilakukan Secara rutin oleh organisasi pelaksana, dan prosedur audit internal harus terbuka untuk ditinjau kembali. · Mengklarifikasi Aturan-aturan untuk Pengeluaran Penting. Peraturan- peraturan mengenai penyediaan barang dan jasa, personel yang terlibat dan area-area pengeluaran lainnya harus jelas dan terbuka untuk publik. · Mengklarifikasi Kebijakan Perajakan dan Melaporkan Kegiatan Perpajakan. Kebijakan perpajakan harus jelas dan terbuka, administrasi pajak harus secara legal dilindungi dari intervensi politik. Pelaporan kegiatan perpajakan dan perkembangannya dibuat secara regular untuk publik. · Mengklarifikasi siapa yang Bertanggung Jawab dan Kapan. Badan eksekutif dan legislatif bertanggung jawab untuk melakukan audit, pelaporan dan pertanggungjawaban secara keseluruhan dan dalam jangka waktu tertentu. Biasanya pihak ketiga yang terlibat di dalam tahapan pertanggungjawaban dari siklus anggaran ini adalah auditor/pihak pengawas (bisa juga dari pengadilan) dan komite pertanggungjawaban dari publik (dan badan yang 11
  • 14. DASAR-DASAR ANGGARAN setara dengan komite tersebut). Peran dan pertanggungjawaban dari badan- badan ini harus disahkan berdasarkan hukum dan dapat dipahami oleh publik. · Membuat Statistik Keuangan Sebagai Bagian dari Membangun Sistem Statistik Nasional. Statistik keuangan pemerintah seharusnya disediakan secara rutin dan aktual untuk kepentingan publik melalui kementrian (atau departemen) keuangan dan kantor statistik nasional. Statistik keuangan menjadi bagian yang terintegrasi dalam sistem statistik nasional dan independen dalam memeriksa dan mengecek kualitas dari setiap data keuangan. · Memastikan Keutuhan Pertanggungjawaban Keuangan. Pelaporan anggaran, dokumentasi dan keseluruhan pertanggungjawaban keuangan harus komprehensif dan mencakup seluruh kegiatan baik yang tertuang di anggaran maupun yang extra budgetary. Pelaporan anggaran, dokumen-dokumen, dan pertanggungjawaban harus mencerminkan posisi fiskal pemerintah (termasuk seluruh kekayaan langsung dan biaya kontigensi) serta jelas basis sistem keuangan apa yang digunakan (tunai, hutang, dll) · Memastikan Ketepatan Waktu dan Aksesibilitas Pelaporan. Pemerintah sebaiknya memenuhi komitmen untuk mempublikasikan laporan dan informasi keuangan secara tepat waktu. Waktu dan penjadwalan untuk mempublikasikan informasi dan pelaporan fiskal harus teratur. Audit dan laporan keuangan tahun anggaran dipresentasikan kepada legislatif di akhir kalender fiskal. Kinerja dan laporan yang berbasis hasil untuk beberapa program penting anggaran sebaiknya dipresentasikan setiap tahun. Laporan harus dibuat dalam format yang jelas dan memungkinkan untuk dianalisis. Mengaplikasikan Pendekatan Anggaran Selama dekade terakhir, partisipasi publik menjadi komponen penting dan sangat diperhitungkan dalam proses anggaran. Banyak Negara, terutama yang sedang menjalani demokratisasi dan desentralisasi, telah mengeluarkan kerangka legal yang memungkinkan warga negaranya memiliki kesempatan untuk mempengaruhi proses anggaran. Aktor-aktor masyarakat sipil merespon kesempatan ini melalui berbagai pendekatan untuk menilai anggaran terutama anggaran di tingkat pemerintah daerah, sebagai alat untuk memperjuangkan kepentingan kelompok miskin, perempuan dan kelompok-kelompok marjinal lainnya. Proyek Anggaran Internasional telah menyediakan informasi yang komprehensif mengenai upaya- upaya inovatif ini, yang dapat diakses melalui website mereka di www.internationalbudget.org. Ringkasan umum dari pendekatan anggaran yang inovatif melingkupi: · Analisis Pengajuan Anggaran Tahunan. Draft anggaran yang dipresentasikan oleh eksekutif kepada legislatif dapat dianalisis melalui implikasi dan dampaknya terhadap sektor-sektor khusus (seperti pendidikan dan kesehatan) atau lebih 12
  • 15. DASAR-DASAR ANGGARAN jauh lagi terkait dengan kebijakan-kebijakan pemerintah. Analisis oleh organisasi civil society terkait atau kelompok intelektual bisa memberikan versi alternatif dari anggaran sehingga publik dan parlemen memiliki cukup pertimbangan sebelum anggaran tersebut disahkan. Organisasi-organisasi di Asia, termasuk India, Indonesia, dan Filipina memiliki banyak organisasi civil society yang aktif terlibat dalam analisis anggaran. Sebagai contoh, organisasi civil society India “NGO DISHA” telah membuat sekitar 30 ringkasan anggaran (budget briefs) untuk menganalisis anggaran pemerintah Gujurat. DISHA adalah anggota jaringan organisasi civil society skala nasional yang terlibat dalam analisis anggaran di 23 negara bagian di India.4) · Anggaran Partisipatif. Anggaran partisipatif adalah pendekatan penyusunan anggaran melalui proses konsultasi publik. Pendekatan ini pertama kali dibangun di Porto Allegre, Brazil dan sekarang menyebar ke sejumlah Negara di Amerika Latin lainnya. Evaluasi-evaluasi terhadap pendekatan ini menguak pentingnya alokasi untuk memperluas pelayanan publik seperti listrik dan air terutama untuk kepentingan komunitas-komunitas miskin.5) · Anggaran Berbasis Kinerja. Pendekatan ini menerjemahkan setiap item dalam anggaran berdasarkan output yang diharapkan sebagai dasar untuk melakukan monitoring dan evaluasi. Pend ekatan ini banyak dilakukan di Negara-negara OECD, dan seringkali diperkenalkan di negara-negara berkembang melalui program-program donor. Dengan menerjemahkan pengggunaan dana ke dalam hasil yang diharapkan (seperti peningkatan jalan diukur melalui penambahan RpXX/kilometer), anggaran berbasis kinerja dapat memudahkan publik dalam menelusuri pengeluaran pemerintah. · Anggaran Responsif Jender. Praktisi dari pendekatan ini melakukan analisis penggunaan dana publik karena didorong oleh kepedulian terhadap keadilan jender. Pendekatan yang digunakan bervariasi, tetapi dari berbagai kasus pendekatan ini menekankan pada manfaat langsung alokasi anggaran terhadap perempuan. Biasanya berkonsentrasi pada ruang lingkup dari barang dan pelayanan publik yang langsung berdampak bagi perempuan seperti pendidikan dan kesehatan. Sebagai contoh, pada tahun 1995 di Afrika Selatan, IDASA, organisasi civil society lokal membangun inisiatif anggaran untuk perempuan yang melibatkan kegiatan riset dan advokasi yang dituangkan dalam laporan tahunan meraka mengenai analisis anggaran nasional dari perspektif jender. IDASA juga 4) Lihat di Social Development Notes, World Bank, Case Study: Participatory Approaches in Budgeting and Public Expenditure Management” 5) Lihat “Assessmen of Participatory Budgeting in Brazil”, Center for Urban Development Studies, Harvard University dan Inter-American Development Bank (2004). 13
  • 16. DASAR-DASAR ANGGARAN belakangan menganalisis “Anggaran untuk Anak” untuk menelaah keberpihakan anggaran nasional dalam mengurangi angka kemiskinan anak. Pertanyaan untuk Diskusi : 1. Sejauhmana anda merasa bahwa proses anggaran di Indonesia memenuhi kriteria-kriteria berbagai pengalaman yang dianggap berhasil di lingkup internasional? 2. Kesempatan-kesempatan apa yang terbuka atau merupakan peluang partisipasi publik di dalam proses anggaran? 3. Bagian mana dari proses anggaran di Indonesia yang dengan mudah dapat ditingkatkan, mengingat kondisi, kapasitas birokrasi dan masyarakat, dan realitas politik yang ada? 4. Bentuk/pendekatan anggaran apa yang paling tepat di Indonesia? 14
  • 17. Bagian 2 : MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Cakupan dan Hasil Pembelajaran Bagi mereka yang ingin menganalisis anggaran pemerintah daerah, diperlukan pemahaman awal tentang karakteristik anggaran daerah antara lain: siapa saja pelaku kunci yang terlibat, siklus dan kalender anggaran, serta fungsi yang diemban pemerintah daerah yang pembiayaannya akan dibiayai dengan anggaran daerah. Bagi negara yang sedang mengalami transisi seperti Indonesia saat ini, karekteristik anggaran pemerintah daerah sebetulnya masih mengalami perubahan- perubahan. Untuk itu diperlukan pula informasi terkini tentang perubahan yang telah dan tengah berlangsung tentang proses penganggaran beserta ketentuan apa yang mengaturnya. Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang: § Perubahan yang telah dan tengah berlangsung dalam sistem penganggaran pemerintah daerah termasuk kebijakan yang melandasinya § Siapa saja pelaku kunci yang terlibat dan apa peran mereka § Siklus anggaran, termasuk aktivitas serta produk/dokumen yang dihasilkan § Celah keterlibatan warga dalam proses penganggaran § Tanggung jawab pelayanan pemerintah daerah Perubahan yang Telah dan Tengah Berlangsung dalam Sistem Penganggaran di Daerah Untuk mencermati anggaran, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu kerangka hukum apa yang saat ini digunakan untuk mengatur hal-hal yang harus dipenuhi pemerintah daerah ketika menyusun anggaran. Peraturan-peraturan dan perubahan dalam sistem kepemerintahan termasuk tata cara pemilihan kepala daerah telah merubah tatatan, pola relasi, dan kewenangan dari berbagai pelaku perencanaan dan penganggaran. Semenjak kebijakan otonomi daerah diterapkan--melalui penetapan UU No. 22/1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25/1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah--, sistem anggaran di Indonesia menjadi lebih: • terdesentralisasi • berorientasi kepada kinerja, dan • membuka peluang kepada transparansi dan partisipasi masyarakat Sistem anggaran yang baru ini memberikan kesempatan pada civil society untuk terlibat dalam proses penganggaran. Saat ini setidaknya ada empat Undang- Undang yang mengandung pasal-pasal yang mengatur tentang sistem 15
  • 18. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH penganggaran daerah yaitu: (1) UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang mengatur alur dan produk perencanaan pembangunan daerah, (2) UU 17/2003 tentang Keuangan Negara dan (3) UU 33/2004 tentang desentralisasi fiskal, keduanya mengatur antara lain proses penyusunan APBD, serta (4) UU 32/2004 tentang pemerintahan daerah yang berupaya menggabungkan sistem perencanaan daerah yang diatur UU 25/2004 dan sistem penganggaran daerah yang diatur UU 17/2003 dan UU 33/2004. Pendekatan kinerja dalam perencanaan dan penganggaran daerah telah diintroduksikan melalui Kepmendagri 29/2002. Selain memperkenalkan anggaran berbasis kinerja, peraturan ini juga mengatur perubahan dalam format Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) sehingga tidak lagi membedakan belanja rutin dengan belanja pembangunan, melainkan antara belanja aparatur dan belanja publik. Dalam format yang baru ini pula, komponen pembiayaan seperti pinjaman dan cadangan pemerintah dipisahkan secara tersendiri. UU No. 17 memberikan kewenangan yang besar kepada DPRD untuk menyetujui kegiatan dan jenis belanja daerah. Revisi atas UU No. 22/1999 (UU No. 32/2004) telah mengubah kembali tugas dan kewenangan pemerintah daerah dengan mempertegas kembali fungsi propinsi. Gubernur, misalnya, melalui revisi UU ini diberi kewenangan untuk memberikan penilaian atas anggaran pemerintah Kabupaten/Kota sebelum bisa dijalankan. Peraturan Pemerintah No.56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah telah mendorong transparansi melalui kewajiban bagi Pemerintah Daerah untuk menyebarluaskan informasi yang berkaitan dengan keuangan daerah secara terbuka antara lain melalui situs resmi pemerintah daerah. Peraturan Pemerintah No.58/2005 secara lebih komprehensif memuat berbagai kebijakan yang terkait dengan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah. PERATURAN PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DI INDONESIA • UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah • UU 33/2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat & Daerah • UU 17/2003 tentang Keuangan Negara • UU 25/2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional • PP 105/2000 tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah • PP 108/2000 tentang Tatacara Pertanggungjawaban Kepala Daerah • Kepmendagri 29/2002 tentang Pedoman Pengurusan, Pertanggungjawaban dan Pengawasan Keuangan Daerah serta Tata Cara Penyusunan APBD, Pelaksanaan Tata Usaha Keuangan Daerah dan Penyusunan Perhitungan APBD • SEB Nomor 0259/M.PPN/I/2005 Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dan Menteri Dalam Negeri tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Musrenbang tahun 2005 • Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 903/2429/SJ tentang Pedoman Penyusunan APBD Tahun Anggaran 2006 dan Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2005 • PP 56/2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah • PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah 16
  • 19. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Pelaku Kunci dalam Proses Anggaran : Siapa Melakukan Apa? Proses anggaran adalah hasil dari suatu proses politik yang melibatkan sejumlah pelaku. Mereka terdiri dari pihak eksekutif, legislatif, auditor, dan komponen di masyarakat. Pihak eksekutif adalah pihak yang bertanggung jawab dalam penyusunan dan penggunaan anggaran. Pihak legislatif bertanggung jawab dalam penetapan anggaran. Auditor bertanggung jawab dalam pemeriksaan anggaran, sedangkan masyarakat adalah pihak yang seharusnya menjadi penerima manfaat utama anggaran sekaligus melakukan kontrol sosial atas keseluruhan proses anggaran. Pihak Eksekutif Walikota/Bupati Adalah pengambil keputusan utama dalam memutuskan usulan kegiatan dan jasa publik yang akan disediakan oleh pemerintah daerah pada periode waktu tertentu. Walikota/ Bupati menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) paling lambat tiga bulan setelah terpilih. Dokumen ini akan menjadi rujukan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Walikota/Bupati mengajukan Rancangan Perda tentang APBD disertai dokumen pendukungnya kepada DPRD. Sekretaris Daerah (Sekda) Adalah koordinator Tim Anggaran Eksekutif dan bertugas antara lain menyampaikan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) di hadapan DPRD. KUA adalah dokumen yang akan dijadikan landasan utama penyusunan RAPBD. Tim Anggaran Eksekutif Adalah tim khusus yang dikepalai oleh Sekda yang bertanggung jawab untuk menyusun KUA dan mengkompilasi RKA-SKPD untuk menjadi RAPBD. Biasanya Tim Anggaran Eksekutif beranggotakan Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Administrasi Pembangunan, dan Dispenda. Satuan Kegiatan Perangkat Daerah (SKPD) Adalah unit kerja Pemerintah Kota/Kabupaten yang merupakan pengguna anggaran dan mempunyai tugas untuk menyusun dan melaksanakan anggaran dari unitnya. Jumlah SKPD di tiap daerah berbeda-beda, tergantung pada struktur organisasi kepemerintahan di daerah masing-masing. Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Adalah unit perencanaan pemerintah kabupaten/kota yang mempunyai tugas menyiapkan berbagai dokumen rencana yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan musrenbang di daerah, menyelenggarakan proses 17
  • 20. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH musrenbang, dan mengkoordinasikan antara hasil musrenbang dan usulan dari dinas-dinas sehingga tersusun dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD). Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) Adalah unit kerja pemerintah kabupaten/kota yang menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBD dan berfungsi sebagai bendahara umum daerah. BPKD bertanggung jawab untuk menyusun laporan keuangan yang merupakan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Pihak Legislatif Panitia Anggaran Legislatif Adalah tim khusus yang bertugas untuk memberikan saran dan masukan kepada kepala daerah tentang penetapan, perubahan dan perhitungan APBD yang diajukan oleh pemerintah daerah sebelum ditetapkan dalam Rapat Paripurna. Komisi Adalah alat kelengkapan DPRD yang dibentuk untuk memperlancar tugas- tugas DPRD dalam bidang pemerintahan, perekonomian dan pembangunan, keuangan dan investasi daerah, serta kesejahteraan rakyat. Dalam proses penetapan anggaran Komisi adalah kelompok kerja yang bersama-sama dengan SKPD terkait membahas RKA-SKPD. Pihak Pengawas (Auditor) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Adalah pengawas keuangan eksternal yang melakukan audit terhadap pengelolaan dan tanggung jawab keuangan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Pemeriksaan yang dimaksud meliputi pemeriksaan atas laporan keuangan, pemeriksaan kinerja, serta pemeriksaan atas tujuan tertentu yang tidak termasuk dalam kedua pemeriksaan tersebut. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Adalah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden RI. BPKP adalah auditor internal yang mempunyai tugas untuk melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keuangan dan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Badan Pengawas Daerah (Bawasda) Adalah auditor internal Kota/Kabupaten yang bertugas mengaudit dan 18
  • 21. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH melaporkan kondisi keuangan dari setiap institusi yang didanai oleh APBD. Bawasda mempunyai tugas pokok membantu Walikota/Bupati untuk melaksanakan kegiatan pengawasan dalam penyelenggaraan Pemerintah, pelaksanaar, pembangunan dan pelayanan masyarakat di Daerah Kota/Kabupaten. Pihak Masyarakat Forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Adalah forum untuk menghasilkan kesepakatan antar pelaku pembangunan tentang rancangan Rencana Kerja Pemerintah Daerah ( RKPD). Forum ini menitikberatkan pada pembahasan untuk sinkronisasi rencana kegiatan antar satuan kerja perangkat daerah dan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah dan masyarakat dalam pencapaian tujuan pembangunan nasional dan daerah Forum SKPD Adalah wadah bersama antar pelaku pembangunan untuk membahas prioritas kegiatan pembangunan hasil Musrenbang Kecamatan dengan SKPD atau gabungan SKPD sebagai upaya mengisi Rencana Kerja SKPD yang tata cara penyelenggaraannya difasilitasi oleh SKPD terkait Kelompok Kepentingan Adalah kelompok yang mempunyai kepentingan untuk mempengaruhi pengalokasian anggaran untuk kepentingan kelompoknya sendiri. Pengusaha Swasta Sektor swasta adalah pembayar sejumlah besar pajak dan dengan demikian adalah penyumbang penting terhadap pendapatan pemerintah daerah. Mereka dengan demikian akan memiliki kepentingan terhadap kebijakan perpajakan. Untuk menjalankan bisnisnya, usaha swasta juga tergantung pada pelayanan publik terutama sarana dan prasarana seperti jalan. Terakhir, sektor usaha juga bisa jadi memiliki kepentingan terhadap proses pelelangan barang dan jasa yang sudah ditetapkan dalam anggaran daerah. Kelompok Peduli Anggaran Adalah kelompok masyarakat yang melakukan pendidikan anggaran, menyebarluaskan informasi tentang anggaran, melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penggunaan anggaran, serta melakukan advokasi apabila menemui penyimpangan anggaran. 19
  • 22. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Siklus Anggaran Tahapan Anggaran Walaupun siklus dan proses penganggaran di tiap negara berbeda satu sama lain, namun secara umum proses penganggaran dapat dibagi ke dalam 4 tahapan: (1) Penyusunan, (2) Penetapan, (3) Pelaksanaan dan (4) Pemeriksaan. Tahap penyusunan adalah tahapan yang terdiri dari proses pengumpulan aspirasi masyarakat melalui forum pertemuan komunitas (musrenbang), proses penyusunan program kegiatan oleh satuan kerja pemerintah daerah (dinas instansi), hingga draft usulan APBD diserahkan oleh pihak eksekutif kepada legislatif. Dalam proses ini Tim Anggaran Eksekutif memainkan peranan penting. Tim ini beranggotakan Sekretariat Daerah (Setda), Badan Perencanaan Daerah (Bappeda), dan Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD). Proses penyusunan anggaran memakan waktu beberapa bulan. Walaupun masyarakat dimintai pendapatnya dalam proses penentuan prioritas program, namun proses penyusunan program pada akhirnya dilakukan secara tertutup di masing-masing SKPD. Tahap penetapan adalah tahapan yang dimulai ketika pihak eksekutif menyerahkan usulan anggaran kepada legislatif. Biasanya proses ini ditandai dengan pidato kepala daerah (Bupati/Walikota) di hadapan anggota DPRD. DPRD kemudian, pada suatu masa tertentu (sekitar satu bulan) melakukan proses pembahasan. Selama masa pembahasan, diskusi terjadi antara pihak Panitia Anggaran Legislatif dengan Tim Anggaran Eksekutif. Pada masa ini pihak legislatif berkesempatan untuk mempertanyakan kebijakan eksekutif Tahap pelaksanaan adalah tahapan yang dimulai sejak APBD disahkan melalui peraturan daerah pada akhir tahun. Fase pelaksanaan berlangsung selama satu tahun dimulai sejak awal tahun anggaran bulan Januari. Pelaksanaan menjadi tanggung jawab eksekutif yaitu melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). Tahap pemeriksaan (auditing) adalah tahapan yang meliputi penelaahan dan pelaporan atas hasil dari anggaran. Di Indonesia, tahap pemeriksaan meliputi pemeriksaan internal yang dilakukan oleh Bawasda, dan BPKP, serta pemeriksaan eksternal yang dilakukan oleh BPK. 20
  • 23. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH AN PE AR N ET GG AP N NA AN NA AN Dilakukan oleh eksekutif Anggaran ditetapkan oleh USU G (Dinas/Instansi) dengan DPRD. Prosesnya dilakukan GA R mempertimbangkan aspirasi dengan melalui serangkaian PE N Y masyarakat yang dirumuskan pembahasan dengan pihak AN melalui proses Musrenbang eksekutif Auditing dilakukan oleh Eksekutif merupakan beberapa pihak antara lain pengguna anggaran yang A U DI AN adalah Bawasda, BPKP,dan telah ditetapkan. Kepala GA R BPK daerah bertanggung jawab TI N terhadap penggunaan NG anggaran GA NA NG AA GA RA N N K SA LA PE Proses anggaran di Indonesia adalah siklus yang berlangsung selama 30 bulan (dua setengah tahun). Satu tahun untuk proses penyusunan dan penetapan, satu tahun berikutnya untuk pelaksanaan, dan enam bulan terakhir untuk auditing (pemeriksaan). 21
  • 24. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Jadwal Penyusunan dan Penetapan Anggaran Tabel berikut ini mengemukakan jadwal penyusunan dan penetapan anggaran sebagaimana dikemukakan dalam UU No. 25/2004, UU No. 17/2003, SKB No. 0259/M.PPN/1 tahun 2005, dan Peraturan Pemerintah No. 58/2005. Namun demikian, tidak semua pemerintah daerah secara ketat mengikuti jadwal ini. Tahapan ini beserta celah keterlibatan warga akan didiskusikan di bawah ini. 20
  • 25. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Celah Keterlibatan Warga Dalam Proses Penganggaran Partisipasi dalam Perencanaan dan Penyusunan Anggaran Proses perencanaan anggaran adalah proses awal dimana pemerintah daerah melakukan penjaringan aspirasi masyarakat dan menentukan Arah Kebijakan Umum (AKU). Menurut Kepmendagri nomor 29 tahun 2002 penjaringan ini dilakukan melalui kegiatan Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) yang dilakukan dari lingkup terkecil (RT, RW, Kelurahan), Kecamatan, Forum SKPD, hingga Musrenbang ditingkat kabupaten atau kota. Penentuan Arah Kebijakan Umum ini dilakukan sekitar bulan Juni setelah proses Musrenbang selesai dengan mempertimbangkan propeda, renstrada, hasil evaluasi kerja tahun sebelumnya, pokok-pokok pikiran DPRD dan Arah Kebijakan Umum pemerintah pusat. Penyusunan Arah Kebijakan Umum dilakukan oleh Tim Panitia Anggaran Eksekutif yang terdiri dari Bappeda, Bagian Keuangan, Bagian Administrasi dan Pembangunan, dan Dispenda yang bekerja sama dengan Panitia Anggaran DPRD dan unsur DPRD. Peran yang dapat dilakukan oleh warga selama proses perencanaan ini adalah dengan melakukan pengawalan terhadap hasil Musrenbang desa/kecamatan, karena berdasarkan pengalaman, seringkali usulan yang dianggap prioritas oleh warga tidak muncul dalam Daftar Skala Prioritas (DSP) yang disusun oleh pemerintah. Biasanya hasil Musrenbang desa/kecamatan ini akan dibenturkan dengan rencana yang telah disusun oleh dinas teknis pemerintah daerah. Ada 23
  • 26. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH kemungkinan bahwa dinas teknis akan mengabaikan kepentingan dan permintaan dari komunitas dan lebih memilih rencana yang mereka buat sendiri. Saat ini, warga juga memiliki kesempatan untuk mempengaruhi kegiatan dalam sektor melalui Forum SKPD yang diselenggarakan pada akhir bulan Februari yaitu sesudah sebelum Musrenbang kota/kabupaten dilakukan. Masyarakat mempunyai kesempatan untuk berpartisipasi kembali adalah pada saat penyusunan AKU/KUA, masyarakat baik individu maupun lembaga bisa memberikan masukan dan mengkritisi dan bahkan mengajukan konsep paper versi rakyat. Proses ini bisa dilakukan pada saat hearing antara DPRD yang semestinya melibatkan unsur masyarakat. Bisa juga dengan menggalang opini public melalui media cetak atau radio. Partisipasi dalam Penetapan Anggaran Penetapan APBD diawali dengan Penyusunan draft RKA-SKPD/kerangka pembiayaan di internal pemerintah daerah. Pelaksanaan penyusunan draft ini berlangsung pada bulan Juli-September yang dilakukan oleh Tim Anggaran Eksekutif (Bappeda, Bag. Keuangan, Bag. Administrasi dan Pembangunan) dan seluruh SKPD (dinas/instansi). Pada saat penyusunannya, Bappeda melakukan rapat koordinasi dengan mengundang seluruh SKPD yang dilaksanakan secara bergilir yang dikelompokkan berdasarkan per bidang pemerintahan. Hasil pembahasan Draft RKA-SKPD ini dijadikan sebagai bahan menyusun Kerangka Rencana APBD (RAPBD). Di sini adalah titik kritis pertama dalam proses penganggaran, karena bisa terjadi usulan dadakan dan sekaligus pencoretan terhadap usulan yang dianggap kurang prioritas. Sesungguhnya tidak ada keterlibatan warga secara formal pada saat pembahasan RKA-SKPD ini, karena pembahasan RKA-SKPD ini sudah menyangkut aspek teknis. Akan tetapi bisa saja warga melakukan komunikasi dengan dinas/instansi tertentu guna mengkonfirmasi rancana usulan kegiatan atau sekaligus memberikan masukan dan tambahan berdasarkan rujukan kepada hasil Forum SKPD dan Musrenbang apabila ada yang terlewat. Setelah draft RKA-SKPD tersusun, maka proses selanjutnya adalah penyusunan RAPBD oleh Tim Panitia Anggaran Eksekutif yang hasilnya berupa Kerangka RAPBD. Pada saat penyusunan RAPBD ini Tim Panitia Anggaran bisa melakukan konsultasi publik. Hal ini diatur pada pasal 22 Ayat 4 Kepmendagri No. 29 tahun 2002 yang mengisyaratkan untuk melakukan sosialisasi draft RAPBD. Setelah Kerangka RAPBD tersusun kemudian dilakukan pembahasan awal/pendahuluan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) yang dilakukan oleh Tim Anggaran Eksekutif, seluruh dinas, komisi-komisi di DPRD, Panitian Anggaran dan unsur pimpinan di DPRD. Kegiatan ini dilakukan selama bulan September dan Oktober. Yang dijadikan rujukan untuk pembahasan ini adalah Dokumen KUA, Prioritas Program dan Plafon Anggaran Sementara. Kerangka RAPBD ini merupakan penjabaran dari Dokumen KUA, Prioritas Program dan Plafon Anggaran Sementara tersebut. Tahapan pembahasan awal RAPBD ini menjadi titik krusial dan sangat menentukan, karena pada tahapan ini akan 24
  • 27. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH terjadi tarik menarik berbagai kepentingan, baik dilakukan oleh Bupati, Anggota DPRD, dinas/instansi, maupun unsur masyarakat. Hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat selama proses pembahasan RAPBD adalah dengan melakukan serangkaian aksi seperti monitoring, hearing dengan komisi-komisi di DPRD, atau membentuk opini publik melalui media massa. Komunitas warga tertentu bisa memonitor dan melakukan pengawalan terhadap rancangan yang berkaitan dengan kepentingan komunitasnya, contohnya warga tani memonitor rancangan anggaran bagi proyek-peoyek untuk pengembangan pertanian. Selanjutnya adalah pembahasan RAPBD dan pengesahan RAPBD menjadi APBD yang dilaksanakan oleh Tim Panggar Eksekutif (Bappeda, Bag. Keuangan, Bag. Administrasi dan Pembangunan), dinas, dan Tim Panggar Legislatif. Pembahasan ini dilakukan pada minggu pertama Oktober sampai dengan akhir November. Masyarakat bisa hadir pada saat pembahasan berlangsung yang sekaligus bisa melakukan monitoring terhadap seluruh rangkaian kegiatan, atau bagi kelompok civil society tertentu bisa melakukan monitoring pada pembahasan tertentu pula. Pada saat penetapan ini masyarakat bisa mengoptimalkan hearing yang diadakan oleh DPRD dengan memberikan masukan secara langsung ataupun tertulis. Partisipasi dalam Pelaksanaan Anggaran Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana APBD yang telah disahkan mulai dijalankan. Biasanya berlangsung selama satu tahun mulai dari bulan Januari hingga Desember. Warga masyarakat atau civil society sesungguhnya memiliki celah untuk memonitor pelaksanaan anggaran tersebut, antara lain dengan cara berikut ini : · Amatilah apakah program atau proyek telah mencapai target seperti yang direncanakan semula. · Lihatlah apakah belanja sesuai dengan anggaran yang dialokasikan dalam APBD. · Memonitor apakah proses tender telah berjalan secara transaparan dan akuntabel. · Selanjutnya jika terjadi penyimpangan dalam pelaksanaan, masyarakat sebaiknya menyampaikan hasil temuannya tersebut kepada institusi yang berwenang. Partisipasi dalam Evaluasi dan Pengawasan Anggaran Pengawasan anggaran daerah adalah segala tindakan untuk menjamin agar pengelolaan anggaran daerah berlangsung sesuai dengan rencana, aturan-aturan, dan tujuan yang ditetapkan. Pengawasan penting untuk dilakukan untuk mendeteksi penyimpangan anggaran. Dalam tahap evaluasi ini, warga masyarakat atau civil society hendaknya bersikap kritis terhadap laporan pertanggungjawaban kinerja pimpinan daerah. Yang perlu diperhatikan adalah apakah indikator-indikator yang dibuat pada saat perencanaan sesuai dengan indikator yang digunakan serta membandingkan laporan tertulis dengan kinerja di lapangan. 25
  • 28. MEMAHAMI SISTEM ANGGARAN PEMERINTAH DAERAH Tanggung Jawab Pelayanan Pemerintah Daerah Sebelum melakukan analisis anggaran, hendaknya dipahami terlebih dahulu apa saja bentuk-bentuk pelayanan yang harus diberikan oleh pemerintah daerah yang pembiayaannya akan dibiayai oleh anggaran daerah. Saat ini sebagian besar kewenangan dalam pelayanan publik sudah diserahkan kepada pemerintah daerah. Berdasarkan UU No. 32/2004 (pasal 10) tentang kepemerintahan daerah, pemerintah daerah (propinsi dan kota/kabupaten) menyelenggarakan hampir seluruh kewenangan kecuali yang menjadi kewenangan dari pemerintah pusat yang meliputi 6 komponen: (1) politik luar negeri, (2) pertahanan, (3) keamanan, (4) yustisi, (5) moneter dan fiskal nasional, (6) agama. Ada lima belas urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah kabupaten/kota termasuk di antaranya urusan perencanaan dan pengendalian pembangunan maupun perencanaan, pemanfaatan dan pengawasan tata ruang (lihat box). Walaupun demikian, pada prakteknya masih ditemukan ketidakjelasan dan tumpang tindih kewenangan. Misalnya, pemerintah pusat dalam urusan penyelenggagraan pendidikan ternyata tidak hanya menyusun kurikulum, namun juga terlibat dalam proyek-proyek perbaikan atau pemeliharaan sekolah. Urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintahan kabupaten/kota: A. Perencanaan dan pengendalian pembangunan; B. Perencanaan, pemanfaatan, dan pengawasan tata ruang; C. Penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat; D. Penyediaan sarana dan prasarana umum; E. Penanganan bidang kesehatan; F. Penyelenggaraan pendidikan; G. Penanggulangan masalah sosial; H. Pelayanan bidang ketenagakerjaan; I. Fasilitasi pengembangan koperasi, usaha kecil dan menengah; J. Pengendalian lingkungan hidup; K. Pelayanan pertanahan; L. Pelayanan kependudukan, dan catatan sipil; M. Pelayanan administrasi umum pemerintahan; N. Pelayanan administrasi penanaman modal; O. Penyelenggaraan pelayanan dasar lainnya; dan P. Urusan wajib lainnya yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan. Sumber UU. 32/2004 Ps.14 26
  • 29. Bagian 3: ANALISIS PENDAPATAN Cakupan dan Hasil Pembelajaran Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang: § Format dan Struktur APBD § Sumber-sumber Pendapatan Daerah Peserta akan berlatih untuk melakukan analisis pendapatan daerah yang akan memberikan kecakapan dan ketrampilan untuk: § Menggambarkan profil pendapatan daerah Kota/Kabupaten § Memaknai profil pendapatan tersebut Format dan Struktur APBD APBD adalah kerangka kebijakan publik yang memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan pemerintah daerah untuk tahun anggaran yang akan berjalan. Format APBD saat ini mengacu kepada Kepmendagri No. 29/2002 yang isinya mengatur struktur APBD, yang terdiri dari: (1) Pendapatan Daerah (2) Belanja Daerah, dan (3) Pembiayaan Format dan struktur APBD dapat dilihat di halaman selanjutnya. Ketika anggaran pendapatan daerah melebihi anggaran belanja daerah, maka terjadi “surplus” anggaran. Sebaliknya, ketika anggaran belanja daerah lebih besar dari anggaran pendapatan daerah, maka daerah mengalami “defisit”. Ketika anggaran mengalami surplus atau defisit, muncullah komponen “pembiayaan” yang dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Sumber-Sumber Pendapatan Daerah Yang dimaksud dengan “Pendapatan” (Revenue) adalah semua penerimaan kas daerah pada tahun anggaran tertentu yang menjadi hak daerah dan akan digunakan untuk kepentingan pembangunan daerah. Sumber pendapatan pemerintah daerah terdiri dari: (1) Dana Perimbangan (2) Pendapatan Asli Daerah (3) Lain-lain pendapatan yang sah Pemerintah pusat memiliki peranan besar dalam mendukung tugas-tugas pemerintah di daerah. Dalam hal keuangan, pemerintah pusat tidak saja memberikan 27
  • 30. ANALISIS PENDAPATAN alokasi dana perimbangan, mentrasfer sumber-sumber keuangan yang menjadi hak daerah, tetapi juga memberikan pinjaman atau hibah kepada pemerintah daerah. Sementara banyak tanggung jawab untuk menyediakan jasa-jasa pelayanan publik telah diserahkan kepada pemerintah daerah, kemampuan untuk menggali pendapatan masih dipertahankan di tangan pemerintah pusat. Agak berbeda dengan situasi di negara-negara lainnya, pemerintah daerah memiliki kemempuan yang terbatas untuk menghasilkan pendapatan dari pajak properti, pajak pendapatan, pajak penjualan atau dari penerbitan obligasi daerah. Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan asli daerah juga berarti bahwa pemerintah daerah sangat tergantung pada pemberian (transfer) dana dari pemerintah pusat. Dalam kebanyakan kasus, pemerintah daerah mesti membuat pilihan-pilihan yang sulit tentang program yang akan dijalankan karena dana pemberian dari pemerintah pusat ini tidak memadai jumlahnya untuk bisa menutupi kebutuhan dana pembangunan di daerah. Dana Perimbangan Adalah semua pendapatan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai fungsi utama daerah dalam pelaksanaan desentralisasi. Sebagian besar pendapatan pemerintah daerah di Indonesia saat ini berasal dari Dana Perimbangan yang terbagi ke dalam: (1) Dana Alokasi Umum (DAU), (2) Dana Alokasi Khusus (DAK), (3) Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, dan (4) Bantuan Keuangan dari Propinsi Dana Alokasi Umum adalah dana perimbangan yang ditentukan melalui formula yang ditetapkan melalui amanat UU No. 25 tahun 1999 yang telah diperbaharui melalui UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Formula DAU ditentukan berdasarkan: § Kebutuhan Fiskal (Jumlah Penduduk, Luas Wilayah, Pembangunan Sumber Daya Manusia) § Kapasitas Fiskal (Potensi Ekonomi Daerah, Potensi Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia) § Variabel Kebutuhan Fiskal (Index Jumlah Penduduk, Index Luas Wilayah, Index Pembangunan Manusia, Index PDRB per Kapita, Index Kemahalan Konstruksi) § Variabel Kapasitas Fiskal (Pendapatan Asli Daerah, Bagi Hasil Sumber Daya Alam, Pajak Bumi dan Bangunan BPHTB-Biaya Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dan Pajak Pendapatan-PPh Pribadi) Dana Alokasi Khusus merupakan transfer yang bersifat khusus (specific grant) untuk memenuhi pembiayaan kebutuhan khusus daerah dan/atau kepentingan 28
  • 31. ANALISIS PENDAPATAN nasional. Biasanya dana ini digunakan untuk program nasional yang dilaksanakan di tingkat lokal. Pendapatan Asli Daerah (PAD) Sebagian kecil (umumnya kurang dari 20%) pendapatan pemerintah daerah berasal dari Pendapat Asli Daerah (PAD), yaitu pendapatan yang diperoleh dari hasil penarikan pajak (al. pajak hotel dan restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan umum), berbagai retribusi (al. retribusi parkir, retribusi pasar dan pertokoan, retribusi rumah sakit, retribusi permakaman), serta hasil usaha daerah (keuntungan dari Badan Usaha Milik Daerah, hasil sewa aset daerah), dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah (misalnya hasil pengeluaran aset daerah dan penerimaan berupa deposito). Lain-lain Pendapatan yang Sah Selain kedua sumber pendapatan tersebut, pemerintah daerah juga mendapatkan pemasukan dari sumber yang dikategorikan sebagai “lain-lain pendapatan yang sah”, misalnya sumbangan pihak ketiga, dan bantuan luar negeri. Latihan Analisis Pendapatan Analisis pendapatan APBD akan memberikan pemahaman tentang kemampuan dan kebijakan yang diambil daerah dalam menggalang dana untuk membiayai pembangunan dalam satu tahun anggaran. Analisis profil pendapatan daerah mencerminkan: (1) Seberapa besar daerah masih tergantung kepada pemerintah provinsi maupun pemerintah pusat dalam pembiayaan pembangunan (2) Apakah anggaran pemerintah daerah mengalami surplus atau defisit, dan bagaimana cara pemerintah daerah mengatasi situasi ini (3) Trend pendapatan daerah dari satu tahun anggaran ke tahun anggaran berikutnya (mengalami peningkatan atau penurunan, dan seberapa besar) (4) Sektor pendapatan mana saja yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan daerah (5) Siapa yang paling diuntungkan atau dirugikan dari kebijakan pemerintah daerah untuk menggalang dana pembangunan Melalui hasil analisis ini dapat diidentifikasi: (1) Hal-hal yang menyebabkan pengurangan potensi pendapatan daerah dan cara mengatasinya (misalnya pengurangan penerimaan pajak dan retribusi serta inefisiensi Badan Usaha Milik Daerah) (2) Identifikasi sumber-sumber pendapatan yang baru yang dapat digunakan untuk membiayai program pembangunan yang penting bagi daerah (3) Usulan untuk mereformasi kebijakan yang terkait dengan penerimaan anggaran (misalnya kebijakan pajak dan retribusi atau penyederhanaan perijinan) 29
  • 32. ANALISIS PENDAPATAN Latihan 1: Memeriksa sumber-sumber penerimaan. Data di bawah ini adalah ringkasan RAPBD Kabupaten Kebumen 2006. Diskusikan: v Berapa prosentase PAD dibandingkan dengan total penerimaan? Apa maknyanya? v Berapa prosentase DAU dibandingkan dengan total penerimaan? Apa maknanya? Latihan 2: Memeriksa Pendapatan Asli Daerah (PAD) Berikut adalah data prosentase sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah RAPBD Kabupaten Kebumen tahun 2006. 30
  • 33. ANALISIS PENDAPATAN Pajak Daerah Retribusi Daerah Hasil Perusahaan Milik Daerah Lain-lain pendapatan daerah Diskusikan: v Identifikasikan dari mana saja PAD diperoleh? Dari mana sumber terbesar PAD? Mana sumber PAD yang memberikan sumbangan terkecil? Latihan 3: Memeriksa Pendapatan dari Retribusi Data berikut ini menunjukkan sumber-sumber pendapatan dari retribusi di Kota Makassar berdasarkan APBD Tahun 2006. 31
  • 34. ANALISIS PENDAPATAN Latihan 4: Memeriksa Pendapatan Retribusi v Apa saja jenis retribusi yang ada di daerah anda? Dan dinas atau instansi mana yang mengelolanya? v Berapa persen dari total retribusi berasal dari sektor kesehatan? Apa maknyanya? (pertanyaan bisa diganti dengan berapa besar retribusi berasal dari perijinan perusahaan, tergantung kepada minat peserta) v Bagaimanakah cara pemerintah daerah menetapkan target pendapatannya? Apa saja langkah-langkah yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk meningkatkan penerimaan daerah? v Situasi apa yang membuat penerimaan lebih kecil dari yang semestinya? Apakah cara memungut retribusi dilakukan secara transparan? Berikut adalah contoh hasil analisis sederhana terhadap pos pendapatan dari APBD Kota Makassar Tahun 2006. 32
  • 35. ANALISIS PENDAPATAN Struktur APBD Propinsi/Kabupaten/Kota Menurut Kepmendagri No. 29 Tahun 2002 I. Pendapatan 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD) 1) Pajak Daerah 2) Retribusi Daerah 3) Bagian Laba Usaha Daerah 4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 1) Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak (SDA) 2) Dana Alokasi Umum 3) Dana Alokasi Khusus 4) Dana Perimbangan dari Propinsi Jumlah Pendapatan (I) II. Belanja 1. Belanja Aparatur Daerah6) a. Belanja Administrasi Umum7) 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang dan Jasa 3) Belanja Perjalanan Dinas 4) Belanja Pemeliharaan b. Belanja Operasi Pemeliharaan8) 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang dan Jasa 3) Belanja Perjalanan Dinas 4) Belanja Pemeliharaan c. Belanja Modal9) Jumlah Belanja Aparatur Daerah (II.1) 6) Belanja aparatur adalah belanja untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan publik. 7) Belanja Administrasi Umum adalah belanja untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan publik dan bersifat insidentil atau yang tidak direncanakan. 8) Belanja Operasi Pemeliharaan adalah belanja yang sudah direncanakan untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang tidak berkaitan langsung dengan pelayanan publik. 9) Belanja Modal adalah belanja barang atau sarana yang tidak memberikan manfaat langsung pada masyarakat dan menjadi aset daerah, misalnya pembelian kendaraan, pembebasan lahan untuk perkantoran, dll. 33
  • 36. ANALISIS PENDAPATAN 2. Belanja Pelayanan Publik10) d. Belanja Administrasi Umum 11) 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang dan Jasa 3) Belanja Perjalanan Dinas 4) Belanja Pemeliharaan e. Belanja Operasi Pemeliharaan 12) 1) Belanja Pegawai 2) Belanja Barang dan Jasa 3) Belanja Perjalanan Dinas 4) Belanja Pemeliharaan f. Belanja Modal13) 3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 4. Belanja Tidak Tersangka Jumlah Belanja Pelayanan Publik (II.2) Jumlah Belanja (II.1 + II.2) Surplus (Defisit) = I - II III. Pembiayaan 1. Penerimaan Daerah 1) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu 2) Transfer dari Dana Cadangan 3) Penerimaan dan Obligasi 4) Hasil Penjualan Aset Daerah yang dipisahkan Jumlah Penerimaan Daerah (III.1) 2. Pengeluaran Daerah 1) Transfer ke Dana Cadangan 2) Penyertaan Modal 3) Pembayaran utang yang jatuh tempo 4) Sisa lebih perhitungan anggaran tahun sekarang Jumlah Pengeluaran Daerah (III.2) Jumlah Pembiayaan (III.1 - III.2) 10) Belanja Pelayanan Publik adalah belanja untuk kegiatan yang langsung memberikan pelayanan pada publik. 11) Belanja Administrasi Umum dalam kategori ini adalah belanja untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik tetapi bersifat insidentil atau yang tidak direncanakan. 12) Belanja Operasi Pemeliharaan dalam kategori ini adalah belanja yang sudah direncanakan untuk keperluan pegawai maupun lembaga yang berkaitan langsung dengan pelayanan publik. 13) Belanja Modal adalah belanja barang atau sarana yang dapat memberikan manfaat langsung pada masyarakat dan menjadi aset daerah, misalnya pembangunan infrastruktur (jalan, irigasi, air, jembatan, dll), pembebasan tanah untuk pembangunan terminal, dll. 34
  • 37. Bagian 4: ANALISIS BELANJA Cakupan dan Hasil Pembelajaran Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang: § Struktur belanja APBD § Berbagai cara untuk menganalisis belanja Peserta akan berlatih untuk melakukan analisis pendapatan daerah yang akan memberikan kecakapan dan ketrampilan untuk: § Menggambarkan profil belanja daerah Kota/Kabupaten § Memaknai profil belanja tersebut Struktur Belanja APBD Alokasi belanja dalam APBD terdiri dari 4 (empat) bagian yaitu: (1) Belanja Aparatur Daerah, dan (2) Belanja Pelayanan Publik (3) Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan (4) Belanja Tidak Tersangka Belanja Aparatur Daerah adalah belanja berupa belanja administrasi umum (gaji), belanja operasional dan pemeliharaan, serta belanja modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati masyarakat (misalnya gedung kantor pemerintah). Belanja Pelayanan Publik terdiri dari belanja administrasi umum, operasi dan pemeliharaan serta bagian belanja modal yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang hasil, manfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat. Belanja Bagi Hasil dan Batuan Keuangan terdiri dari bagi hasil pajak dan bagi hasil bukan pajak. Termasuk dalam kategori ini adalah dana alokasi desa yang dimaksudkan untuk pemerataan pembangunan khususnya bagi kawasan tertinggal. Belanja Tidak Tersangka yaitu belanja untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan berulang. Seperti bencana alam dan bencana sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya. 35
  • 38. ANALISIS BELANJA Berbagai Cara untuk Menganalisis Pengeluaran14) ANALISIS UMUM A. Melakukan komparasi (perbandingan) terhadap: - Jumlah belanja antar tahun (komparasi ini bisa dilakukan untuk tiap item/pos pengeluaran. Pos-pos yang mengalami peningkatan atau penurunan yang mencolok perlu menjadi perhatian dan dianalisis lebih lanjut. - Antar pos belanja (misal : komparasi antara prosentase belanja untuk pegawai dengan total belanja, prosentase belanja dengan DAU) - Antara pos penerimaan dengan pos belanja - Antara sektor satu dengan sektor lainnya - Antar desa/kelurahan atau kecamatan B. Melihat ke mana alokasi belanja disalurkan dalam jumlah paling besar/paling kecil C. Menemukan ada tidaknya kejanggalan. Janggal tidaknya suatu pos tertentu dengan jumlah tertentu bisa dilihat dari beberapa aspek : Aspek hukum : Menganalisis konsistensi dengan aturan hukum yang berlaku. Kasus maraknya korupsi yang dilakukan oleh anggota DPRD periode 1999-2004 terjadi karena ada pos dan jumlah anggaran untuk DPRD yang tidak sesuai dengan PP No 110 tahun 2000 yang mengatur tentang Kedudukan Keuangan DPRD Aspek ekonomi/keuangan : Kejanggalan yang mungkin ditemukan antara lain : - Alokasi yang lebih besar dari standarisasi indeks dan harga yang ditentukan (indikasi mark up) - Alokasi ganda (indikasi terjadi duplikasi anggaran) - Alokasi yang berulang setiap tahunnya bagi item yang seharusnya bertahan lama Aspek sosial (keadilan dan kepantasan) : Menemukan apakah ada alokasi yang berlebihan, menyolok atau tidak nalar?. Untuk mengontraskan, biasanya alokasi aneh ini dibandingkan dengan alokasi untuk masyarakat miskin dan kaum marginal untuk menunjukkan telah terjadi ketimpangan anggaran. Temuan ini akan sangat berguna untuk membuka mata dan hati baik pejabat maupun publik. Misalnya : anggaran untuk parfum ruangan kerja walikota Rp 80.000.000, sementara anggaran untuk anak jalanan hanya Rp 15.000.000 14) Catatan: bahan diadopsi dari Draft “Modul Pelatihan Advokasi Penganggaran Berbasis Kinerja yang Responsif Gender” yang disusun PATTIRO untuk The Asia Foundation. 36
  • 39. ANALISIS BELANJA Latihan 1: Memeriksa Alokasi Belanja Berikut adalah ringkasan RAPBD di pos belanja Kabupaten Kebumen 2006. Diskusikan : Perbandingan belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan publik. Apakah maknanya? 37
  • 40. ANALISIS BELANJA Latihan 2 Berikut adalah Data Alokasi Belanja di Kabupaten Kebumen Tahun 2006. Diskusikan: Apa maknanya? 38
  • 41. ANALISIS BELANJA Latihan 3: Memeriksa APBD berdasarkan Dinas Instansi. Berikut adalah Data Belanja RAPBD Kabupaten Kebumen Tahun 2006 berdasarkan Dinas Instansi/SKPD Diskusikan: Apakah maknanya? 39
  • 42. ANALISIS BELANJA Untuk mempercepat perbandingan, proporsi anggaran tersebut digambarkan dalam format grafis sebagai berikut : BKDD Bappeda BP RSUD Kepala Daerah Sekretariat Daerah Sekretariat DPRD Kantor Kas Daerah Badan Pengawas Daerah Dinas Kesehatan Kecamatan (26 Kecamatan) Dinas Pertanian SMPN (49 Sekolah) SMAN (17 Sekolah) Kantor Pendapatan Daerah Dinas Perhubungan Kantor Pengelolaan Pasar Daerah Badan Inforkom dan PDE Dinas KB dan Pemberdayaan Masyarakat Dinas Pariwisata Seni dan Budaya Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Dinas Peternakan, Perikanan dan Kelautan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Dinas Kesbanglinmas dan Sosial Dinas Permukiman dan Prasarana Daerah Kantor Catatan Sipil dan Registrasi Penduduk Dinas Perhutanan dan Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Dinas Sumber Daya Air, Pertambangan dan Energi ANALISIS KHUSUS Analisis khusus adalah analisis terhadap program/proyek/kegiatan dari suatu Dinas InstansiSKPD. Dokumen yang dianalisis adalah RASK/RKA SKPD. Dari dokumen ini dapat dianalisis empat aspek : 1. Aspek Kebijakan 2. Aspek Keuangan 3. Aspek Administratif 4. Aspek Sosial (Keadilan dan Kepantasan) Aspek Kebijakan Adalah analisis untuk mengkaji apakah anggaran yang dialokasikan bersesuaian dengan kebijakan dan prioritas yang telah ditetapkan pemerintah. Langkah-langkahnya : 1. Pelajarilah kebijakan-kebijakan yang terkait dengan APBD, terutama RPJP, RPJM, dan KUA. Lihatlah apa prioritas dan Kota/Kabupaten tersebut 2. Pelajarilah peraturan perundangan yang terkait dengan APBD untuk menjamin bahwa anggaran yang ditetapkan oleh SKPD memenuhi kebijakan yang relevan seperti : - SK Walikota tentang standarisasi indeks kegiatan/barang - PP No 107 tentang Pinjaman Daerah - SK Walikota tentang pengaturan honorarium, insentif dan biaya umum 40
  • 43. ANALISIS BELANJA Contoh untuk Kabupaten Kebumen Visi RPJMD Kabupaten Kebumen adalah mewujudkan perekonomian masyarakat kebumen yang mandiri dan berdaya saing tinggi, yang dijabarkan dalam lima misi. Salah satu misinya adalah pengembangan perekonimian yang bertumpu pada pemberdayaan masyrakat melalui pertanian, pariwisata, perdagangan, industri dengan fokus peningkatan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja. Misi tersebut kemudian dijabarkan melalui program-program perekonomian yang meliputi diantaranya adalah ketahanan pangan, pengembangan agribisnis dan pengembangan kelautan. Sementara di KUA, kegiatan yang direncanakan menjadi program prioritas berkaitan dengan kebijakan pertanian adalah peningkatan produksi dan produktifitas pertanian, pengamaman harga sarana dan produksi pertanian, dan penguatan pelembagaan petani. Ditahun 2006 ada 27 kegiatan yang berhubungan langsung dengan kebijakan diatas, akan tetapi jumlah dana yang dialokasikan relatif kecil yaitu hanya 1.3 % dari total APBD, itu pun 52% nya diserap untuk biaya gaji dan tunjangan aparat dinas pertanian. Dan ini terlalu kecil untuk dapat mencapai misi yang telah ditetapkan terutama dalam peningkatan pendapatan petani dan penciptaan lapangan kerja. Aspek Administratif Analisis yang dilakukan untuk mengkaji apakah anggaran memenuhi panduan prosedur dan aturan-aturan yang berlaku. Langkah-langkahnya : 1. Pelajari apakah program/kegiatan dinas tersebut merupakan terjemahan dari skala prioritas. 2. Pastikan bahwa RASK Dinas telah memuat indikator kinerja secara lengkap 3. Pelajari secara teliti indikator kinerja : a. Apakah sesuai dengan AKU ? b. Apakah ada keterkaitan antara kegiatan dengan tujuan yang diharapkan? c. Apakah indikator keluaran atau capaian sudah jelas dikemukakan? 4. Periksa apakah ada program yang pernah diselenggarakan tahun sebelumnya yang kurang efektif dan kurang relevan bagi komunitas namun diselenggarakan kembali pada tahun anggaran kali ini? 5. Pelajari laporan kegiatan untuk proyek yang sama di tahun sebelumnya. Apakah laporan menunjukkan adanya keberlanjutan kegiatan? Aspek Keuangan Analisis yang dilakukan untuk menilai apakah anggaran dibelanjakan secara boros atau apakah ada ketidakkonsistenan dalam harga. Langkah-langkahnya : 1. Pelajari besaran alokasi untuk tiap item anggaran 2. Bandingkan dengan standar indeks, apakah lebih kecil, sama, atau lebih besar. 3. Bandingkan besaran biaya pemeliharaan barang dibandingkan dengan biaya pembelian barang tersebut. Bisa jadi ditemukan kasus dimana biaya 41
  • 44. ANALISIS BELANJA pemeliharaan komputer lebih besar dibandingkan dengan biaya pembelian komputer baru. 4. Pelajari kemungkinan terjadinya alokasi ganda untuk item atau aktivitas yang sama. Aspek Sosial (Keadilan dan Kepantasan) Langkah-langkahnya: Bandingkan alokasi untuk kegiatan dengan penerima manfaat pejabat dengan kegiatan dengan penerima manfaat masyarakat miskin. Jika terjadi ketimpangan alokasi, maka temuan ini bisa diekspose untuk kepentingan advokasi. ANALISIS PENERIMA MANFAAT (BENEFICIARY/GENDER ANALYSIS) Dalam menganalisis APBD, pembelanjaan dapat dianalisis menurut kategori penerima manfaat misalnya penyandang cacat, anak atau perempuan. Dari aspek gender, misalnya, pengeluaran dapat dikategorikan sebagai berikut: 1. Pengeluaran dengan target gender tertentu. Contohnya: a. Program-program kesehatan khusus untuk perempuan b. Program pendidikan khusus bagi anak perempuan c. Kebijakan pembukaan lapangan kerja untuk perempuan d. Program untuk kaum laki-laki yang terlibat dalam tindak kekerasan 2. Pengeluaran untuk kesetaraan kesempatan kerja. Contohnya: a. Pelatihan untuk para manager perempuan b. Penyediaan Tempat Penitipan Anak c. Program cuti bagi laki-laki yang istrinya melahirkan. 3. Alokasi Umum, yaitu pengeluaran untuk pengarusutamaan gender yang memperhatikan dampak bagi laki-laki dan perempuan, yaitu memasukkan kebutuhan berbeda laki-laki dan perempuan Contoh : a. Adanya proyek penyediaan air bersih, akan sangat menguntungkan perempuan karena meringankan beban perempuan b. Dalam program pembangunan WC dirancang jumlah WC untuk perempuan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah WC untuk laki-laki. Hal ini dilakukan karena perempuan membutuhkan waktu lebih lama dibanding dengan laki-laki. ANALISIS KRONOLOGIS Analisis anggaran dapat pula dilakukan untuk memperlihan kecenderungan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat memperlihatkan kepedulian pemerintah terhadap suatu area, komunitas atau sektor tertentu. Menganalisis kecenderungan APBD bisa dilakukan baik terhadap komponen pendapatan maupun belanja. Untuk melakukan analisis ini diperlukan data – data antara lain : · RPJMD · KUA tiga tahun terakhir · APBD berikut nota keuangan tiga tahun terakhir 42
  • 45. ANALISIS BELANJA Berikut adalah contoh analisis kronologis untuk Kota Makasar Trend APBD Makasar Tahun 2004 – 2006 Berdasarkan trend belanja APBD di atas menunjukkan bahwa belanja aparatur daerah meningkat dengan konsisten, sementara untuk belanja publik terjadi kenaikan yang cukup drastis di tahun 2006 setelah terjadi penurunan di tahun 2005. Data tersebut bisa digunakan untuk menganalisis sejauh mana kondisi jalan, irigasi, sarana pendidikan, kesehatan dan sebagainya yang dibiayai oleh pos pelayanan publik yang diharapkan meningkat dan berimplikasi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Untuk memastikan terjadinya trend peningkatan kesejahteraan yang seharusnya berbanding lurus dengan peningkatan belanja pelayanan, maka di perlukan data trend angka kemiskinan, kondisi infrasturuktur dan lain sebagainya. ANALISIS WILAYAH Kegunaan analisis ini diantaranya adalah untuk melihat proporsi APBD di masing- masing wilayah dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi setiap 43
  • 46. ANALISIS BELANJA wilayah serta prioritas terhadap wilayah tertentu seperti jumlah penduduk, luas wilayah, potensi wilayah, tingkat kemiskinan, infrastruktur dasar yang dipunyai dan lain sebagainya. Untuk melakukan analisis ini, diperlukan data-data seperti : 1. Data monografi dan demografi wilayah tersebut 2. Data-data proyek, nilai dan lokasinya 3. Tujuan proyek tersebut kaitannya dengan manfaat yang diperoleh oleh wilayah tersebut. Salah satu cara yang dipakai untuk menganalisis APBD berdasarkan wilayah adalah, dengan memisahkan atau mengelompokkan proyek-proyek berdasarkan lokasi wilayahnya, alokasi dana, dan tujuan proyek tersebut kemudian dibandingkan antar wilayah dan di lihat proporsinya terhadap keseluruhan APBD. Setelah itu menghubungkan hasil analisis tersebut dengan berbagai dokumen perencanaan yang bersifat kebijakan seprti RPJMD, KUA, Renstra Dinas atau Tata Ruang, untuk melihat konsistensi antara perencanaan dan penganggaran. 44
  • 47. Bagian 5: ADVOKASI ANGGARAN Cakupan dan Hasil Pembelajaran Bahan-bahan yang disampaikan pada bagian ini akan memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang: § Bagaimana cara memanfaatkan hasil analisis dalam advokasi § Berbagai strategi untuk melakukan advokasi anggaran Peserta akan berlatih untuk melakukan perumusan strategi untuk advokasi anggaran dengan melakukan: § Perumusan rencana tindak lanjut Penggunaan Hasil Analisis Anggaran dalam Advokasi Data dan informasi yang dihasilkan dari analisis anggaran bisa dimanfaatkan untuk berbagai strategi advokasi. Kelompok-kelompok peduli anggaran bisa memilih salah satu atau beberapa strategi bergantung kepada kondisi dan sumber daya yang dimiliki di daerah masing-masing. Beberapa contoh strategi untuk advokasi hasil analisis anggaran meliputi: · Membangun pusat data dan informasi anggaran Keterbatasan data dan informasi yang akurat tentang berbagai fakta yang terkait dengan anggaran membutuhkan keaktifan banyak pihak untuk pembangunan basis data ini. Analisis anggaran bisa dilakukan oleh unit-unit penelitian di perguruan tinggi, media atau LSM yang bergerak di bidang penelitian. Hasil analisis anggaran yang dilakukan secara kontinu dan serius bisa menjadi komponen yang akan membantu menghantarkan kepada transparansi dan partisipasi dalam proses anggaran. · Pendidikan untuk komunitas Di Indonesia saat ini sudah cukup banyak forum-forum warga maupun kelompok-kelompok marjinal yang berjuang untuk memperoleh akses yang lebih baik terhadap proses pengambilan keputusan. Hasil dari analisis anggaran yang spesifik terhadap kehidupan suatu komunitas tertentu akan sangat membantu aktivitas atau aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok-kelompok tersebut, misalnya asosiasi pedagang kaki lima di suatu bisa menggunakan hasil analisis anggaran untuk memonitor pemerintah daerah dalam merealisasikan alokasi anggaran tertentu kepada mereka. 45