1. A. Gempa Bumi
1. Definisi gempa bumi
Gempa bumi adalah getaran yang terjadi permukaan bumi. Gempa bumi biasa
disebabkan oleh pergerakan kerak bumi (lempeng bumi). Kata gempa bumi juga
digunakan untuk menunjukkan daerah asal terjadinya kejadian gempa bumi tersebut.
Bumi kita walaupun padat, selalu bergerak, dan gempa bumi terjadi apabila tekanan yang
terjadi karena pergerakan itu sudah terlalu besar untuk dapat ditahan.
Gempa bumi terjadi setiap hari di bumi, namun kebanyakan kecil dan tidak
menyebabkan kerusakan apa-apa. Gempa bumi kecil juga dapat mengiringi gempa bumi
besar, dan dapat terjadi sesudah, sebelum, atau selepas gempa bumi besar tersebut.
Gempa bumi diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan Pengukur Richter.
Gempa bumi dibagi ke dalam skala dari satu hingga sembilan berdasarkan ukurannya
(skala Richter). Gempa bumi juga dapat diukur dengan menggunakan ukuran Skala
Mercalli.
2. Seismologi
Seismologi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu seismos yang berarti
getaran atau goncangan dan logos yang berarti risalah atau ilmu pengetahuan. Orang
Yunani menyebut gempa bumi dengan kata-kata seismos tes ges yang berarti Bumi
bergoncang atau bergetar. Dengan demikian, secara sederhana seismologi dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari fenomena getaran pada bumi, atau dengan kata sederhana,
ilmu mengenai gempa bumi. Seismologi merupakan bagian dari ilmu geofisika. Gempa
bumi besar yang terjadi pada tanggal 1 November 1755 di Lisboa, Portugal
menghancurkan seluruh kota dan memicu tsunami besar, dapat dicatat sebagai tonggak
awal pemicu perkembangan seismologi modern. Seismologi tidak hanya mempelajari
gempa bumi. Eksplorasi hidrokarbon (minyak bumi dan gas) juga diawali oleh survey
seismik. Untuk keperluan ini, pemicu getaran dibuat manusia (bukan gempa bumi)
dengan menggunakan semacam dinamit, lalu getaran yang dapat diterima beberapa
penerima (receiver) disusun sedemikian rupa sehingga catatan getaran tersebut dapat
menggambarkan kondisi bawah tanah.
3. Skala Richter
Skala Richter yang diusulkan oleh Charles Richter didefinisikan sebagai logaritma
(basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari
rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada
jarak 100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman
2. gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari pusat
gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa tersebut
adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter. Untuk
memudahkan orang dalam menentukan skala Richter ini, tanpa melakukan perhitungan
matematis yang rumit, dibuatlah tabel sederhana seperti gambar di samping ini. Parameter
yang harus diketahui adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer
(dalam milimeter) dan beda waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam
detik) atau jarak antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam
gambar di samping ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo
maksimum sebesar 23 milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah
24 detik maka dengan menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di
sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa tersebut
sebesar 5,0 skala Richter. Skala Richter pada mulanya hanya dibuat untuk gempa-gempa
yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam perkembangannya skala ini
banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di tempat lainnya. Skala Richter ini
hanya cocok dipakai untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0.
Di atas magnitudo itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif
lagi. Perlu diingat bahwa perhitungan magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik
Richter seperti ini. Kadang-kadang terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media
tentang magnitudo gempa ini karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam
pemberitaan di media, sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang
lainnya mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
4. Magnitudo Gempa
Magnitudo gempa adalah parameter gempa yang berhubungan dengan besarnya
kekuatan gempa di sumbernya. Jadi pengukuran magnitudo yang dilakukan di tempat
yang berbeda, harus menghasilkan harga yang sama walaupun gempa yang dirasakan di
tempat-tempat tersebut tentu berbeda. Richter pada tahun 30-an memperkenalkan konsep
magnitudo untuk ukuran kekuatan gempa di sumbernya. Satuan yang dipakai adalah skala
Richter (Richter Scale), yang bersifat logaritmik. Pada umumnya magnitudo diukur
berdasarkan amplitudo dan periode fase gelombang tertentu.
5. Episenter
Episenter (bahasa Inggris: Epicenter) adalah titik di permukaan bumi yang berada
tepat di atas atau di bawah kejadian lokal yang mempengaruhi permukaan bumi. Dia
ii
3. terletak di atas dimana gempa terjadi. Dia berlawanan dengan hiposenter, lokasi
sebenarnya gempa yang terjadi di dalam bumi. Dia terletak tepat di bawah titik peledakan
udara senjata nuklir dan tepat di atas titik peledakan bawah tanah. Istilah ini juga dapat
digunakan untuk bencana lainnya seperti tabrakan meteor atau dengan benda astronomik
lainnya.
6. Seismometer
Seismometer (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur)
adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa
bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan
dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut
bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi. Dengan perkembangan teknologi
dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam
getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer
broadband.
7. Seismogram
Seismogram atau rekaman gerakan tanah, atau grafik aktifitas gempa bumi sebagai
fungsi waktu yang dihasilkan oleh seismometer. Rekaman ini dapat dipergunakan salah
satunya untuk menentukan magnitudo gempa tersebut. Selain itu dari beberapa seismogram
yang direkam di tempat lain, kita dapat menentukan pusat gempa atau posisi dimana gempa
tersebut terjadi.
8. Cincin Api Pasifik
Cincin Api Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (bahasa Inggris: Ring of Fire)
adalah daerah yang sering mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang
mengelilingi cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan
mencakup wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk
gempa Pasifik.
Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa bumi terbesar
terjadi di sepanjang Cincin Api ini. Daerah gempa berikutnya (5–6% dari seluruh gempa
dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk Alpide yang membentang dari Jawa ke
Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga ke Atlantika. Berikutnya adalah Mid-Atlantic
Ridge.
iii
4. titik merah gunung berapi seperti Hawaii.
B. Tipe Gempa Bumi
1. Gempa bumi vulkanik ( Gunung Api ) ; Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya
semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan
menimbulkan terjadinya gempabumi. Gempabumi tersebut hanya terasa di sekitar
gunung api tersebut.
2. Gempa bumi tektonik ; Gempabumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas
tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang
mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempabumi ini
banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi
yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.
Gempa bumi tektonik disebabkan oleh perlepasan [tenaga] yang terjadi karena
pergeseran lempengan plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan
dilepaskan dengan tiba-tiba. Tenaga yang dihasilkan oleh tekanan antara batuan
dikenal sebagai kecacatan tektonik. Teori dari tektonik plate (plat tektonik)
menjelaskan bahwa bumi terdiri dari beberapa lapisan batuan, sebagian besar area
dari lapisan kerak itu akan hanyut dan mengapung di lapisan seperti salju. Lapisan
tersebut begerak perlahan sehingga berpecah-pecah dan bertabrakan satu sama
lainnya. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya gempa tektonik.[1] Gempa bumi
tektonik memang unik. Peta penyebarannya mengikuti pola dan aturan yang khusus
dan menyempit, yakni mengikuti pola-pola pertemuan lempeng-lempeng tektonik yang
menyusun kerak bumi. Dalam ilmu kebumian (geologi), kerangka teoretis tektonik
lempeng merupakan postulat untuk menjelaskan fenomena gempa bumi tektonik yang
melanda hampir seluruh kawasan, yang berdekatan dengan batas pertemuan lempeng
tektonik. Contoh gempa tektonik ialah seperti yang terjadi di Yogyakarta, Indonesia
pada Sabtu, 27 Mei 2006 dini hari, pukul 05.54 WIB,[2]
3. Gempa bumi tumbukan ; Gempa bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor
atau asteroid yang jatuh ke bumi, jenis gempa bumi ini jarang terjadi
4. Gempa bumi runtuhan ; Gempa bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur
ataupun pada daerah pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
iv
5. 5. Gempa bumi buatan ; Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang
disebabkan oleh aktivitas dari manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu
yang dipukulkan ke permukaan bumi.
6. Gempa bumi gunung berapi: terjadi berdekatan dengan gunung berapi dan
mempunyai bentuk keretakan memanjang yang sama dengan gempa bumi tektonik.
Gempa bumi gunung berapi disebabkan oleh pergerakan magma ke atas dalam gunung
berapi, di mana geseran pada batu-batuan menghasilkan gempa bumi. Ketika magma
bergerak ke permukaan gunung berapi, ia bergerak dan memecahkan batu-batuan
serta mengakibatkan getaran berkepanjangan yang dapat bertahan dari beberapa jam
hingga beberapa hari. Gempa bumi gunung berapi terjadi di kawasan yang berdekatan
dengan gunung berapi, seperti Pegunungan Cascade di barat Laut Pasifik, Jepang,
Dataran Tinggi Islandia, and titik merah gunung berapi seperti Hawaii.Penyebab
Terjadinya Gempa Bumi
Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh
tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian
membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut tidak dapat ditahan
lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi. Gempa bumi
biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling
parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi
fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam
mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km. Beberapa gempa bumi lain juga
dapat terjadi karena pergerakan magma di dalam gunung berapi. Gempa bumi seperti itu
dapat menjadi gejala akan terjadinya letusan gunung berapi. Beberapa gempa bumi (jarang
namun) juga terjadi karena menumpuknya massa air yang sangat besar di balik dam, seperti
Dam Karibia di Zambia, Afrika. Sebagian lagi (jarang juga) juga dapat terjadi karena injeksi
atau ekstraksi cairan dari/ke dalam bumi (contoh. pada beberapa pembangkit listrik tenaga
panas bumi dan di Rocky Mountain Arsenal. Terakhir, gempa juga dapat terjadi dari
peledakan bahan peledak. Hal ini dapat membuat para ilmuwan memonitor tes rahasia senjata
nuklir yang dilakukan pemerintah. Gempa bumi yang disebabkan oleh manusia seperti ini
dinamakan juga seismisitas terinduksi.
C. Persiapan Menghadapi Gempa Bumi
• Persiapan untuk Keadaan Darurat
v
6. 1. Menentukan tempat-tempat berlindung yang aman jika terjadi gempa bumi. Tempat
berlindung yang aman adalah tempat yang dapat melindungi anda dari benda-benda
yang jatuh atau mebel yang ambruk, misalnya di kolong meja
2. Menyediakan air minum untuk keperluan darurat. Bekas botol air mineral dapat
digunakan untuk menyimpan air minum. Kebutuhan air minum biasanya 2 sampai 3
liter sehari untuk satu orang
3. Menyiapkan tas ransel yang berisi (atau dapat diisi) barang-barang yang sangat
dibutuhkan di tempat pengungsian. Barang-barang yang sangat diperlukan dalam
keadaan darurat misalnya:
a. Lampu senter berikut baterai cadangannya
b. Air minum
c. Kotak P3K berisi obat penghilang rasa sakit, plester, pembalut dan sebagainya
d. Makanan yang tahan lama seperti biskuit
e. Sejumlah uang tunai
f. Buku tabungan
g. Korek api
h. Lilin
i. Helm
j. Pakaian dalam
k. Barang-barang berharga yang harus dibawa di saat keadaan darurat
4. Mengencangkan mebel yang mudah rubuh (seperti lemari pakaian) dengan langit-
langit atau dinding dengan menggunakan logam berbentuk siku atau sekrup agar tidak
mudah rubuh di saat terjadi gempa bumi.
5. Mencegah kaca jendela atau kaca lemari pakaian agar tidak pecah berantakan di saat
gempa bumi dengan memilih kaca yang kalau pecah tidak berserakan dan melukai
orang (Safety Glass) atau dengan menempelkan kaca film
6. Mencari tahu lokasi tempat evakuasi dan rumah sakit yang terdekat. Jika pemerintah
setempat tidak mempunyai tempat evakuasi, pastikan anda tidak pergi ke tempat yang
lebih rendah atau tempat yang dekat dengan pinggir laut/sungai untuk menghindari
Tsunami.
• Ketika Terjadi Gempa Bumi
1. Matikan api kompor jika anda sedang memasak. Matikan juga alat-alat elektronik
yang dapat menyebabkan timbulnya api. Jika terjadi kebakaran di dapur, segera
padamkan api dengan menggunakan alat pemadam api. Jika tidak mempunyai
pemadam api gunakan pasir atau karung basah
vi
7. 2. Membuka pintu dan mencari jalan keluar dari rumah atau gedung
3. Cari informasi mengenai gempa bumi yang terjadi lewat televisi atau radio
4. Utamakan keselamatan terlebih dahulu, jika terjadi kerusakan pada tempat Anda
berada, segeralah mengungsi ke tempat pengungsian terdekat
5. Tetap tenang dan tidak terburu-buru keluar dari rumah atau gedung. Tunggu sampai
gempa mereda, dan sesudah agak tenang, ambil tas ransel berisi barang-barang
keperluan darurat dan keluar dari rumah/gedung menuju ke tanah kosong sambil
melindungi kepala dengan helm atau barang-barang yang dapat digunakan untuk
melindungi kepala
6. Jika anda harus berjalan di tengah jalan raya, berhati-hatilah terhadap papan reklame
yang jatuh, tiang listrik yang tiba-tiba rubuh, kabel listrik, pecahan kaca, dan benda-
benda yang berjatuhan dari atas gedung
7. Pastikan tidak ada anggota keluarga yang tertinggal pada saat pergi ke tempat
evakuasi. Jika bisa ajaklah tetangga dekat Anda untuk pergi bersama-sama
8. Jika gempa bumi terjadi pada saat Anda sedang menyetir kendaraan, jangan sekali-
kali mengerem dengan mendadak atau menggunakan rem darurat. Kurangilah
kecepatan secara bertahap dan hentikan kendaraan Anda di bahu jalan. Jangan
berhenti di dekat pompa bensin, di bawah kabel tegangan tinggi, atau di bawah
jembatan penyeberangan.
Istilah-Istilah Gempa Bumi
o Seismologi : Ilmu yang mempelajari gempa bumi
o Hiposentrum : Pusat gempa yang terletak di dalam Bumi.
o Episentrum : Pusat gempa di permukaan Bumi atau dasar laut, dengan
gelombang gempa dari dalam Bumi dirambatkan pertama kali di permukaan Bumi
atau dasar laut.
o Seismograf : Alat pencatat gempa.
o Seismogram: Gambaran getaran Bumi yang dicatat oleh seismograf dalam bentuk
garis patah-patah. Semakin kuat getaran, semakin lebar penyimpangan garis
patah-patah. Semakin lama getaran sampai di tempat, semakin panjang pita
seismograf menggambarkan seismogram.
o Pleistoseista: Garis batas daerah yang mengalami kerusakan terberat yang terletak
di sekitar episentrumnya.
o Isoseita : Garis pada permukaan Bumi yang menghubungkan tempat-tempat yang
mempunyai kerusakan fisik yang sama akibat gempa.
o Homoseista : Garis permukaan Bumi yang mencatat gelombang gempa primer
pada waktu yang sama dan berupa garis lingkaran atau elips.
vii
8. • 6 Maret 2007 - Gempa bumi tektonik mengguncang provinsi Sumatera Barat, Indonesia.
Laporan terakhir menyatakan 79 orang tewas
• 27 Mei 2006 - Gempa bumi tektonik kuat yang mengguncang Daerah Istimewa
Yogyakarta dan Jawa Tengah pada 27 Mei 2006 kurang lebih pukul 05.55 WIB selama
57 detik. Gempa bumi tersebut berkekuatan 5,9 pada skala Richter. United States
Geological Survey melaporkan 6,2 pada skala Richter; lebih dari 6.000 orang tewas, dan
lebih dari 300.000 keluarga kehilangan tempat tinggal.
• 8 Oktober 2005 - Gempa bumi besar berkekuatan 7,6 skala Richter di Asia Selatan,
berpusat di Kashmir, Pakistan; lebih dari 1.500 orang tewas.
• 26 Desember 2004 - Gempa bumi dahsyat berkekuatan 9,3 skala Richter mengguncang
Aceh dan Sumatera Utara sekaligus menimbulkan gelombang tsunami di samudera
Hindia.
• 26 Desember 2003 - Gempa bumi kuat di Bam, barat daya Iran berukuran 6.5 pada skala
Richter dan menyebabkan lebih dari 41.000 orang tewas.
• 21 Mei 2002 - Di utara Afghanistan, berukuran 5,8 pada skala Richter dan menyebabkan
lebih dari 1.000 orang mati.
• 26 Januari 2001 - India, berukuran 7,9 pada skala Richter dan menewaskan 2.500 ada
juga yang mengatakan jumlah korban mencapai 13.000 orang.
• 21 September 1999 - Taiwan, berukuran 7,6 pada skala Richter, menyebabkan 2.400
korban tewas.
• 17 Agustus 1999 - barat Turki, berukuran 7,4 pada skala Richter dan merenggut 17.000
nyawa.
• 25 Januari 1999 - Barat Colombia, pada magnitudo 6 dan merenggut 1.171 nyawa.
• 30 Mei 1998 - Di utara Afghanistan dan Tajikistan dengan ukuran 6,9 pada skala Richter
menyebabkan sekitar 5.000 orang tewas.
• 17 Januari 1995 - Di Kobe, Jepang dengan ukuran 7,2 skala Richter dan merenggut 6.000
nyawa.
• 30 September 1993 - Di Latur, India dengan ukuran 6,0 pada skala Richter dan
menewaskan 1.000 orang.
• 21 Juni 1990 - Di barat laut Iran, berukuran 7,3 pada skala Richter, merengut 50.000
nyawa.
viii
9. • 7 Desember 1988 - Barat laut Armenia, berukuran 6,9 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
• 19 September 1985 - Di Mexico Tengah dan berukuran 8,1 pada Skala Richter, meragut
lebih dari 9.500 nyawa.
• 16 September 1978 - Di timur laut Iran, berukuran 7,7 pada skala Richter dan
menyebabkan 25.000 kematian.
• 28 Juli 1976 - Tangshan, China, berukuran 7,8 pada skala Richter dan menyebabkan
240.000 orang terbunuh.
• 4 Februari 1976 - Di Guatemala, berukuran 7,5 pada skala Richter dan menyebabkan
22.778 terbunuh.
• 29 Februari 1960 - Di barat daya pesisir pantai Atlantik di Maghribi pada ukuran 5,7
skala Richter, menyebabkan kira-kira 12.000 kematian dan memusnahkan seluruh kota
Agadir.
• 26 Desember 1939 - Wilayah Erzincan, Turki pada ukuran 7,9, dan menyebabkan 33.000
orang tewas.
• 24 Januari 1939 - Di Chillan, Chile dengan ukuran 8,3 pada skala Richter, 28.000
kematian.
• 31 Mei 1935 - Di Quetta, India pada ukuran 7,5 skala Richter dan menewaskan 50.000
orang.
• 1 September 1923 - Di Yokohama, Jepang pada ukuran 8,3 skala Richter dan merenggut
sedikitnya 140.000 nyawa.
ix