SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
Baixar para ler offline
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200338
Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil
Alina Akhdiya
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor
ABSTRACT
In the effort of obtaining indigenous alkaline thermosteble
protease producing bacteria, 17 different soil samples collected
from slaughterhouses, fish ponds along the Nusa Tenggara,
and spoiled milk disposal sites in Boyolali (Central Java) for
microbial isolation. Out of the 1004 colonies obtained, 29
isolates showed proteolytic index ≥3.00. Enzymatic assay on
these isolates resulted in two isolates (BYL-15 and BYL-28)
with highest crude enzyme activity, this activity was also
higher than that achieved by the standard bacteria (Bacillus
firmus NRRL B-1107). After 36 hours of incubation, crude
enzyme activity and specific activity of isolate BYL-15 were
106.45 U/ml filtrate and 5069.04 U/mg protein, respectively
(at 50°C and pH 10.5). Whereas for isolate BYL-28 the crude
enzyme activity and specific activity were 100.00 U/ml filtrate
and 5,263.15 U/mg protein, respectively. The activity of these
two isolates were about 10 times higher than that of the B.
firmus (11.259 U/ml filtrate), whereas their specific activities
were about 40 times than that of B. firmus (119.78 U/mg
protein). Further studies showed that the proteolytic activity of
these two isolates were still increased when assayed at 60°C,
and more than one peak of activity were obtained when
assayed at different pH values (8.5-12). Based on microscopic
observations, these two isolates showed cell morphology
characteristics of Actinomycetes.
Key words: Alkaline thermostable protease, isolation, Actino-
mycetes.
ABSTRAK
Dalam upaya menggali galur-galur bakteri penghasil enzim
protease alkalin termostabil asli Indonesia, telah dilakukan
isolasi mikroorganisme dari 17 contoh tanah yang diambil dari
beberapa rumah pemotongan hewan dan tambak di Nusa
Tenggara, serta tempat pembuangan susu rusak di Boyolali
(Jawa Tengah). Dari 1004 isolat yang diperoleh, 29 di antara-
nya memiliki indeks proteolitik ≥3,00. Pengukuran terhadap
aktivitas enzim isolat-isolat tersebut menghasilkan isolat BYL-
15 dan BYL-28 yang memiliki aktivitas enzim kasar yang le-
bih tinggi dibandingkan dengan bakteri pembanding (Bacillus
firmus NRRL B-1107). Aktivitas enzim kasar dan aktivitas
spesifik isolat BYL-15 setelah 36 jam berturut-turut adalah
106,45 U/ml filtrat biakan dan 5069,04 U/mg pada suhu 50°C
dan pH 10,5. Aktivitas enzim kasar dan aktivitas spesifik isolat
BYL-28 adalah 100,00 U/ml filtrat biakan dan 5263,15 U/mg
pada kondisi yang sama. Nilai aktivitas enzim kedua isolat
tersebut ±10 kali lebih besar daripada B. firmus (11,259 U/ml
filtrat), sedangkan aktivitas spesifiknya 40 kali lebih besar
daripada B. firmus (119,78 U/mg protein). Penelitian lebih
lanjut menunjukkan bahwa aktivitas enzim kasar kedua isolat
tersebut masih terlihat meningkat pada suhu 60°C dan memi-
liki lebih dari satu puncak aktivitas pada beberapa pH yang
dicoba (8,5-12,0). Berdasarkan ciri-ciri morfologi yang diper-
oleh dari pengamatan mikroskopis, kedua isolat tersebut ter-
masuk anggota Actinomycetes.
Kata kunci: Protease alkalin termostabil, isolasi, Actino-
mycetes.
PENDAHULUAN
Dewasa ini industri enzim telah berkembang
pesat dan menempati posisi penting dalam bidang
industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah
lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekan-
an dari para ahli dan pecinta lingkungan menjadi-
kan teknologi enzim sebagai salah satu alternatif
untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam
bidang industri (Falch 1991). Enzim merupakan
katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengu-
rangi dampak pencemaran dan pemborosan energi
karena reaksinya tidak membutuhkan energi tinggi,
bersifat spesifik, dan tidak beracun (Aunstrup et al.
1979).
Protease menupakan enzim penting dan me-
miliki nilai ekonomi yang tinggi karena aplikasinya
yang sangat luas. Industri pengguna protease di
antaranya ialah industri deterjen, kulit, tekstil,
makanan, hidrolisat protein, pengolahan susu, far-
masi, makanan, bir, film, dan limbah (Moon dan
Parulekar 1993). Oleh karena itu, tidak mengheran-
kan apabila protease yang digunakan mencapai 60%
dari total enzim yang diperjualbelikan di seluruh
dunia (Ward 1985). Protease alkalin merupakan
jenis protease yang paling banyak diaplikasikan
dalam bidang industri.
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.2003 39
Nilai perdagangan enzim dunia mencapai 3-4
miliar dolar per tahun, 4-5 juta dolar di antaranya
dari pasar Indonesia yang keseluruhannya diimpor
dari negara-negara produsen enzim (Rajasa 2003).
Pasar yang luas dan sumber daya alam yang men-
dukung merupakan peluang berharga bagi pengem-
bangan industri enzim di Indonesia.
Mikroorganisme adalah sumber enzim yang
paling banyak digunakan dibandingkan dengan ta-
naman dan hewan. Sebagai sumber enzim, mikro-
organisme lebih menguntungkan karena pertumbuh-
annya cepat, dapat tumbuh pada substrat yang
murah, lebih mudah ditingkatkan hasilnya melalui
pengaturan kondisi pertumbuhan dan rekayasa
genetik, serta mampu menghasilkan enzim yang
ekstrim.
Adanya mikroorganisme yang unggul meru-
pakan salah satu faktor penting dalam usaha pro-
duksi enzim. Oleh karena itu, penggalian mikroor-
ganisme indigenous penghasil protease perlu di-
lakukan di Indonesia. Keragaman hayati yang tinggi
memberikan peluang yang besar untuk mendapat-
kan mikroorganisme yang potensial untuk dikem-
bangkan sebagai penghasil enzim.
BAHAN DAN METODE
lsolasi dan Seleksi Awal Bakteri Penghasil
Enzim Protease Alkalin Termostabil
Mikroorganisme diisolasi dari 17 contoh
tanah yang diambil di beberapa lokasi di Nusa
Tenggara dan Jawa Tengah (Tabel 1).
lsolasi dan seleksi dilakukan berdasarkan
metode yang dipakai Durham et al. (1987). Seluruh
media yang digunakan memiliki pH 10,2. Inkubasi
dilakukan pada suhu 50°C. lsolat yang telah murni
disimpan dalam medium penyimpanan pada suhu
4°C, selanjutnya secara serentak ditotol ulang pada
medium agar susu skim untuk diukur diameter
koloni dan zona jernihnya. Nisbah antara diameter
zona jernih terhadap diameter koloni (indeks pro-
teolitik = IP). lsolat dengan IP ≥3,0 dipilih dan di-
simpan pada suhu 4°C sebagai bahan percobaan
berikutnya.
Sebagai bakteri pembanding digunakan
Bacillus firmus NRRL B-1107 yang diperoleh dari
Northern Utilization Research and Development
Division of the US Department of Agriculture,
Peoria, Illinois. Bakteri ini merupakan mesofil,
untuk menumbuhkannya digunakan suhu inkubasi
37°C.
Penyiapan Inokulum
Sebanyak satu lup inokulasi biakan murni
yang berasal dari medium penyimpanan diinoku-
lasikan ke dalam 10 ml medium cair. Medium yang
telah diinokulasi tersebut dikocok pada suhu 50°C
selama 48-72 jam dengan alat pengocok horizontal
(Taiyo Incubator M-100N, Japan) pada kecepatan
120 ekskursi per menit.
Penyiapan Sumber Enzim
Sebanyak 50 ml medium fermentasi cair
diinokulasi dengan 1,5 ml inokulum (± 3,5 x 109
sel/ml atau CFU bergantung pada organismenya),
kemudian diinkubasi pada suhu 50°C selama 36
jam sambil dikocok dengan cara yang sama seperti
di atas. Biakan disentrifugasi (Hitachi SCP-85H.
Japan) pada suhu 4°C dengan kecepatan 6000 g
selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh di-
gunakan untuk pengukuran aktivitas enzim dan
kandungan protein.
Tabel 1. Asal contoh tanah sumber isolat.
Kode Propinsi Kabupaten Keterangan
11013 NTT Manggarai RPH
21013 NTT Ngada RPH
21014 NTT Ngada RPH
21015 NTT Ngada RPH
21016 NTT Ngada RPH
21017 NTT Ngada RPH
31011 NTT Ende RPH
31021 NTT Ende RPH
31013 NTT Ende RPH
31014 NTT Ende RPH
41011 NTT Sikka RPH
41012 NTT Sikka RPH
41013 NTT Sikka RPH
41014 NTB Sikka Tambak
11022 NTB Bima Tambak
11023 NTB Bima Tambak
11111 JTN Boyolali Sumur Pembuangan Susu
NTT = Nusa Tenggara Timur, NTB = Nusa Tenggara Barat,
JTN = Jawa Tengah, RPH = rumah pemotongan hewan.
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200340
Pengukuran Aktivitas dan Aktivitas Spesifik
Enzim
Pengukuran aktivitas enzim dilakukan dengan
metode Horikoshi (1971). Kandungan protein di-
ukur dengan metode Bradford (1976) Pengukuran
protein hanya dilakukan terhadap filtrat biakan
isolat terbaik dan bakteri pembanding (B. firmus
NRRL 8-1107).
Pengukuran Biomassa
Pelet sel dicuci dengan akuades lalu dikering-
kan dalam oven 50°C sampai beratnya konstan.
Pengukuran berat kering hanya dilakukan terhadap
sembilan isolat terpilih.
Identifikasi Terbatas lsolat yang Diperoleh
Untuk memberikan informasi tambahan ten-
tang isolat terpilih dilakukan identifikasi terbatas
yang meliputi pengamatan morfologi koloni dan
sel, pewarnaan Gram, pengujian katalase, hidrolisis
gelatin, hidrolisis pati, suhu pertumbuhan, dan
kemampuan tumbuh pada nutrien agar + NaCl.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Protease merupakan enzim perombak protein.
Oleh karena itu, contoh tanah untuk keperluan iso-
lasi bakteri proteolitik diambil dari tempat-tempat
yang banyak mengandung protein seperti rumah
pemotongan hewan, tambak, dan tempat pembuang-
an susu rusak. Sebanyak 1004 isolat bakteri diper-
oleh dari 17 contoh tanah yang dianalisis (Tabel 2).
Selain pemilihan sumber isolat, hasil yang
akan diperoleh juga bergantung pada metode dan
kondisi yang digunakan dalam isolasi, seperti kom-
posisi dan pH medium (Ogrydziak 1993).
Isolasi dilakukan dengan menggunakan
medium yang mengandung kasein, yang merupakan
substrat yang baik untuk mengisolasi bakteri peng-
hasil enzim protease dan menginduksi sintesis
enzim protease alkalin (Ward 1983; Fujiwara dan
Yamamoto 1987).
Seluruh tahap inkubasi pada proses isolasi
dan seleksi dilakukan pada suhu tinggi (50°C).
Kombinasi pH dan suhu tinggi ini dimaksudkan
agar bakteri proteolitik yang terjaring adalah peng-
hasil enzim protease yang memiliki aktivitas opti-
mum dan stabilitas tinggi pada pH dan suhu tinggi.
Hasil pencirian kemampuan proteolitik pada
medium agar susu skim menunjukkan 737 isolat
membentuk zona jemih di sekitar koloni, sebanyak
29 isolat di antaranya memiliki IP 3,00 atau lebih,
708 isolat dengan IP kurang dari 3,0, dan 267 isolat
tidak membentuk zona jernih di sekitar koloni.
Sebanyak 29 isolat dipilih untuk diseleksi lebih
lanjut (Tabel 3).
Seleksi dilakukan dengan mengukur aktivitas
enzim protease dalam filtrat biakan umur 36 jam.
Untuk menentukan waktu inkubasi dilakukan peng-
ukuran aktivitas enzim sembilan isolat (dipilih seca-
ra acak dari 29 isolat terpilih) setiap 12 jam sekali.
Ternyata, enam isolat di antaranya menunjukkan
aktivitas tertinggi setelah 36 jam inkubasi.
Hasil pengukuran aktivitas protease kasar ini
berkisar antara 0,087-106,450 U/ml filtrat biakan
(Tabel 4). Isolat BYL-15 dan BYL-28 menunjuk-
kan aktivitas enzim tertinggi, masing-masing
106,450 U/ml dan 100,00 U/ml filtrat biakan.
Puncak produksi enzim protease alkalin ter-
mostabil umumnya terjadi pada akhir fase ekspo-
nensial sampai akhir fase statis (Durham et al.
Tabel 2. Perolehan isolat dari contoh tanah yang dianalisis
IsolatKode
contoh tanah Diperoleh IPa
≥ 3 3< IPa
<1.5 IPa
≤1.5 TZb
11013 15 2 13 0 0
21013 80 0 17 14 49
21014 21 0 8 1 12
21015 70 1 15 7 47
21016 68 0 3 65 0
21017 64 2 5 6 51
31011 187 2 56 100 29
31021 60 1 26 25 8
31013 44 1 12 31 0
31014 134 5 60 13 56
41011 30 0 25 5 0
41012 42 0 0 42 0
41013 30 2 7 21 0
41014 4 0 0 4 0
11022 20 0 0 20 0
11023 30 0 0 30 0
11111 105 13 11 66 15
Total isolat 1004 29 258 450 267
a
IP = indeks poteolitik, b
TZ = tidak membentuk zona jernih di
sekitar koloni.
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.2003 41
1987; Tsuchiya et al. 1991; Manachini et al. 1988;
Kole et al. 1988; Kubo et al. 1988). Pada genus
Bacillus, sintesis protease netral dan alkalin biasa-
nya terjadi pada akhir fase eksponensial dan fase
statis (Votruba et al. 1987). Pengetahuan mengenai
waktu produksi ini penting artinya untuk mendapat-
kan hasil maksimum. Oleh karena itu, perlu dilaku-
kan percobaan untuk menentukan waktu pemanen-
an yang tepat.
Pengukuran biomassa dan aktivitas enzim
yang dihasilkan setiap 12 jam selama 48 jam (Tabel
4 dan Gambar 1) menunjukkan puncak produksi
enzim protease alkalin paling tinggi oleh kedua iso-
lat tersebut terjadi pada fase statis. Tsuchiya et al.
(1991) melaporkan bahwa pola seperti ini juga
dijumpai pada Thermoactinomyces sp. HS682. Pola
produksi enzim seperti itu terjadi karena selama fa-
se pertumbuhan eksponensial sel mengalami represi
katabolit, sehingga sintesis eksoenzimnya terham-
bat. Pada fase statis, represi katabolit terangkat, se-
hingga biosintesis eksoenzim meningkat (Priest
1985).
Suhu optimum aktivitas enzim protease dari
BYL-15 dan BYL-28 belum dapat ditetapkan kare-
na sampai suhu tertinggi yang dicoba (60o
C) aktivi-
tasnya masih meningkat (Tabel 5 dan Gambar 2).
Walaupun demikian, dari data tersebut dapat diketa-
hui bahwa protease yang dihasilkan oleh BYL-15
dan BYL-28 merupakan protease alkalin yang aktif
pada suhu tinggi. Hasil pengukuran enzim pada ber-
bagai pH untuk isolat BYL-28 (Tabel 5 dan Gambar
3) memperlihatkan dua titik puncak aktivitas, yaitu
pada pH 9,5 dan satu titik yang belum diketahui.
Untuk enzim BYL-15 ada satu titik puncak, yaitu
pada pH 10,5 dan satu titik yang belum diketahui.
Oleh karena itu, diduga kedua isolat menghasilkan
lebih dari satu jenis enzim protease alkalin termos-
tabil.
Aktivitas enzim yang protease alkalin termos-
tabil dari isolat BYL-15 dan BYL-28 cukup tinggi,
yaitu ± 10 kali dari aktivitas enzim yang dihasilkan
oleh B. firmus NRRL B-1107 (Tabel 3). Bahkan
aktivitas spesifiknya mencapai lebih dari 40 kali
aktivitas spesifik protease bakteri pembanding
(Tabel 6).
Berdasarkan hasil pengamatan reaksi Gram,
morfologi sel, dan pengujian katalase, 16 dari 29
isolat adalah Bacillus karena memiliki sel vegetatif
berbentuk batang, membentuk endospora, dan ber-
sifat katalase positif (Gordon 1989). Sedangkan 13
isolat lainnya (termasuk BYL-15 dan BYL-28)
adalah Actinomycetes, karena bersifat katalase posi-
tif, Gram positif, sel-selnya berbentuk filamen ber-
cabang dengan diameter ≤1 µm dan menghasilkan
spora pada miselium udara (Madigan et al. 2000;
Lechevalier dan Pine 1989).
Tabel 3. Aktivitas enzim protease kasar dari 29 isolat terpilih.
Kode isolate Aktivitas enzim kasar (U/ml filtrat)
BYL-15 106,450
BYL-28 100,000
SIK-06 1,928
SIK-04 1,804
BYL-12 1,773
BYL-03 1,720
BYL-05 1,701
BYL-18 1,472
BYL-04 1,124
END-01 1,107
MGR-01 0,758
END-02 0,737
BYL-01 0,676
END-03 0,608
BYL-22 0,604
BYL-09 0,595
BYL-29 0,513
END-04 0,481
END-05 0,369
MGR-02 0,328
END-06 0,303
BJT-01 0,287
BYL-19 0,260
BJT-02 0,253
END-07 0,246
END-08 0,190
END-09 0,185
BJT-03 0,131
BYL-16 0,087
NRRL B-1107 11,259
Tabel 4. Aktivitas enzim dan biomassa sel BYL-15 dan BYL-28
selama 48 jam inkubasi.
Biomassa
(10-1
mg/ml filtrat)
Aktivitas enzim kasar
(U/ml filtrat)Umur (jam)
BYL-15 BYL-28 BYL-15 BYL-28
0 4,0 2,0 Td Td
12 12,0 4,0 0 0
24 31,2 16,0 14,284 4,604
36 32,0 17,2 116,308 106,259
48 32,0 18,0 7,946 19,526
Td = tidak diukur.
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200342
lsolat BYL-15 dan BYL-28 juga mampu
menghidrolisis pati dan gelatin, tumbuh pada agar
nutrien yang mengandung NaCl sampai 7%. Morfo-
logi sel dan koloni kedua isolat ini sama (Gambar 4
dan 5). Koloni kedua isolat melekat erat pada
medium, berbentuk bulat, berwarn putih, cembung,
tampak seperti kerak putih, dan kasar apabila sudah
tua (Gambar 5). Kedua isolat tersebut tidak tumbuh
pada suhu 45-60o
C. Dilihat dari kisaran suhu per-
tumbuhan, kedua isolat tersebut dapat digolongkan
sebagai bakteri termofil.
Dalam industri fermentasi penggunaan
mikroorganisme termofilik lebih menguntungkan,
terutama karena dapat mengurangi risiko kontami-
nasi. Selain itu, juga dapat mengurangi biaya untuk
kebutuhan pendingin fermentor. Ditinjau dari ka-
rakteristik enzimnya, kedua isolat sangat potensial
untuk dikembangkan sebagai sumber gen protease
alkalin termostabil maupun penghasil enzim itu
sendiri.
Gambar 1. Kurva pertumbuhan dan aktivitas protease kasar yang
dihasilkan isolat BYL-15 dan BYL-28.
Gambar 2. Aktivitas enzim kasar BYL-15 dan BYL-28
pada suhu 40°C, 50°C, dan 60°C.
Gambar 3.Aktivitas enzim kasar BYL-15 dan BYL-28 pada
berbagai pH.
Tabel 5. Aktivitas enzim kasar BYL-15 dan BYL-28 pada
berbagai pH.
Aktivitas enzim (U/ml filtrat)
50°C pH 10,5
BYL-15 pH BYL-28 BYL-15 Suhu BYL-28
50,00 8,5 64,52
66,13 9,0 429,03
58,07 9,5 461,29
132,6 40°C 200,00
90,33 10,0 200,00
106,45 10,5 100,00
41,94 11,0 167,74
106,5 50°C 100,00
50,00 11,5 100,0
172,58 12,0 522,8
609,8 60°C 1419,36
Tabel 6. Kadar protein filtrat biakan dan aktivitas enzim dan
aktivitas spesifik enzim kasar BYL-15 dan BYL-28*
Isolat
Kadar protein
filtrat
(mg/ml)
Aktivitas
enzim kasar
(U/ml filtrat)
Aktivitas spesifik
enzim kasar
(U/mg protein)
BYL-15 0,021 106,45 5069,04
BYL-28 0,019 100,00 5263,15
NRRl B-1107 0,094 11,26 119,78
*diukur pada filtrat biakan umur 36 jam.
0
20
40
60
80
100
120
140
0 12 24 36 48 60
Umur (jam)
Aktivitasenzim(U/ml)
0
5
10
15
20
25
30
35
Biomasa(x0.1mg/ml)
BYL-15
BYL-28
BYL-15
BYL-28
0
100
200
300
400
500
600
8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 12
pH
Aktivitasenzim(U/mlfiltrat)
BYL-15 BYL-28
0
100
200
300
400
500
600
8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 12
pH
Aktivitasenzim(U/mlfiltrat)
BYL-15 BYL-28
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.2003 43
Gambar 4. Morfologi sel isolat BYL-15.
Gambar 5. Morfologi koloni isolat BYL-15.
KESIMPULAN DAN SARAN
Isolat Actinomycetes BYL-15 dan BYL-28
merupakan bakteri penghasil enzim protease alkalin
termostabil yang sangat potensial untuk dikembang-
kan sebagai sumber gen maupun penghasil enzim
itu sendiri. Diduga kedua isolat ini menghasilkan
lebih dari satu jenis enzim protease alkalin termofil.
Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut
untuk memurnikan dan karakterisasi enzim murni-
nya. Produksi enzim protease alkalin termofil kedua
isolat mencapai puncak pada fase statis.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada
Yayasan Darma Bakti Kalbe yang telah membiayai
penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aunstrup, K.O., O. Andressen, E.A. Falch, and T.K.
Nielsen. 1979. Production of microbial enzymes. In.
Pepples, H.J and D. Perlman (Eds.). Microbial
Technology. Vol. 1. Academic Press Inc., New
York.
Bradford, M.M., 1976. A rapid and sensitive method for the
quantitation of microgram quantities of protein
utilizing the principle of protein-dye binding. Anal.
Biochem. 72:248-254.
Durham, D.R., D.B. Stewart, and E.J. Stellwag. 1987.
Novel alkaline and heat stable serine proteases from
alkalaphilic Bacillus sp. strain GX6638. J. Bacterial.
169(6):2762- 2768.
Falch, E.A. 1991. Industrial enzyrres developments in
production and application. Biotech. Adv.
9:643-658.
Fujiwara, N. and K. Yamamoto. 1987. Production of
alkaline protease in low cost medium by alkalophilic
Bacillus sp. and properties of the enzyme. J.
Fenrment. Technol. 65(3):345-348.
Gordon, R.E. 1989. The genus Bacillus. In Leary, W.O.
(Ed.). Practical Handbook of Microbiology. CRC
Press. Boston. p. 109-126.
Horikoshi, K. 1971. Production of alkaline enzymes by
aIkalophiIic microorganism alkaline protease
produced by Bacillus No.221. Agric. BioI. Chem.
35(9):1407-1414.
Kole, M.M., I. Draper, and D.F. Gerson. 1988. Protease
production by Bacillus subtilis in oxygen controlled,
Spora
Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200344
glucose fed-batch fermentations. Appl. Microbiol.
Biotechnol. 28:404-400.
Kubo, M., K. Murayama, K. Seto, and T. lmanaka. 1988.
Higly thermostable neutral protease from Bacillus
stearothermophilus. J. Ferment. Techno.
66(1):13-17.
Lechevalier, H.A. and L. Pine. 1989. The actinomycetales.
In Leary, W.O. (Ed.). Practical Handbook of Mic
robiology. CRC Press. Boston.
Madigan, T., J.M. Martinko, and J. Parker. 2000. Brock
biology of microorganisms. Prentice Hall
International Inc., New Jersey.
Manachini, P.L., M.G. Fortina, and C. Parini. 1988.
Thermostable alkaline protease produced by Bacillus
thermorubber as a new species of Bacillus. Appl.
Microbiol. Biotechnol. 28:409-413.
Moon, S.H. and S.J. Parulekar. 1993. Some observation on
protease producing in continuous suspention cultures
of Bacillus firmus. Biotech. Bioeng. 41:43-54.
Ogrydziak, D.M. 1993. Yeast extracellular proteases. Cri.
Rev. Biotech. 13(1):1-55.
Priest, F.G. 1985. Extracellular enzymes. In Young, M.M.
(Ed.). Comprehensive Biotechnology: The Prin-
ciples, Applications and Regulations of Biotechnol-
ogy in Industry, Agriculture, and Medicine. Vol. I.
Pergamon Press. Oxford. p. 587-604.
Rajasa, H. 2003. Pidato pembukaan 3nd conference on
industrial enzyme and biotechnology. Technology
and Business Opportunity for Industrial Enzyme in
Harmony with Environment. BPPT. Jakarta,
6-7 Oktober 2003.
Tsuchiya, K., H. Sakashita, Y. Nakamura, and T. Kimura.
1991. Production of thermostable alkaline protease
by alkalophilic Thermoactinomyces sp. HS682.
Agric. Biol. Chem. 55(12):3125- 3127.
Votruba, J., J. Pazlarova, M. Dvarakova, K. Vanatalu, L.
Vachava, M. Starnadova, H. Kucerova, and J.
Chaloupka. 1987. External factors involved in
regulation of an extacellular proteinase synthesis in
Bacillus megaterium: the effect of glucose and
amino acids. Appl. Microbiol. Biotechno1.
26:373-377.
Ward, O.P. 1983. Proteinases. In Fogarty, W.M. (Ed.).
Microbial Enzymes and Biotechnolgy. Applied
Science Publishers. London. p. 251-290.
Ward, O.P. 1985. Proteolytic enzymes. In Young, M.M.
(Ed.). Comprehensive Biotechnology: The prin-
ciples, Applications, and Regulations of Biotechnol-
ogy in Industry, Agriculture and Medicine. Vol. 3.
Pergamon Press. Oxford.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-noneAndrew Hidayat
 
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME RiaAnggun
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologihome
 
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksiPkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksipahem
 
Mikrobial pigmen
Mikrobial pigmenMikrobial pigmen
Mikrobial pigmenZharoh Elba
 
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester GanjilBioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester GanjilLiana Susanti SMPN 248
 
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...Dede Safitri
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologinurul limsun
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptDiana Muliadi
 
Kultur jaringan &amp; rekayasa genetika
Kultur jaringan &amp; rekayasa genetikaKultur jaringan &amp; rekayasa genetika
Kultur jaringan &amp; rekayasa genetikaSindy Septiawan
 
20 bioteknologi-sunan-solo-2012
20 bioteknologi-sunan-solo-201220 bioteknologi-sunan-solo-2012
20 bioteknologi-sunan-solo-2012ahmadbuchori79
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMarkus T Lasut
 
Andrew hidayat 183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan
 Andrew hidayat   183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan Andrew hidayat   183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan
Andrew hidayat 183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yanAndrew Hidayat
 
Paper mikrobiologi
Paper mikrobiologiPaper mikrobiologi
Paper mikrobiologiDwi Utama
 
Presentasi kelompok 5
Presentasi kelompok 5Presentasi kelompok 5
Presentasi kelompok 5agronomy
 
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaRohmad_ Putra
 

Mais procurados (20)

Andrew hidayat 200428-none
 Andrew hidayat   200428-none Andrew hidayat   200428-none
Andrew hidayat 200428-none
 
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
ZAT PEWARNA HASIL MIKROORGANISME
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksiPkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
Pkm ai-13-um-fahim-desain metode produksi
 
Mikrobial pigmen
Mikrobial pigmenMikrobial pigmen
Mikrobial pigmen
 
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester GanjilBioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
Bioteknologi Bab 6 Materi IPA Semester Ganjil
 
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
Produksi enzim lignosellulosa menggunakan biofil aspergillus niger diberbagai...
 
Biologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologiBiologi SMA - Bab bioteknologi
Biologi SMA - Bab bioteknologi
 
Bab 6 kls 9i
Bab 6 kls 9iBab 6 kls 9i
Bab 6 kls 9i
 
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).pptRekayasa genetika (By DianaSM).ppt
Rekayasa genetika (By DianaSM).ppt
 
Part two gula2
Part two gula2Part two gula2
Part two gula2
 
Kultur jaringan &amp; rekayasa genetika
Kultur jaringan &amp; rekayasa genetikaKultur jaringan &amp; rekayasa genetika
Kultur jaringan &amp; rekayasa genetika
 
20 bioteknologi-sunan-solo-2012
20 bioteknologi-sunan-solo-201220 bioteknologi-sunan-solo-2012
20 bioteknologi-sunan-solo-2012
 
gondronk
gondronkgondronk
gondronk
 
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekotonMt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
Mt lasut 2003-cyanide-seaurchin-ekoton
 
Andrew hidayat 183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan
 Andrew hidayat   183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan Andrew hidayat   183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan
Andrew hidayat 183278-id-viabilitas-lactobacillus-plantarum-1-yan
 
Paper mikrobiologi
Paper mikrobiologiPaper mikrobiologi
Paper mikrobiologi
 
15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika15 contoh rekayasa genetika
15 contoh rekayasa genetika
 
Presentasi kelompok 5
Presentasi kelompok 5Presentasi kelompok 5
Presentasi kelompok 5
 
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetikaMakalah (pro) pangan rekayasa genetika
Makalah (pro) pangan rekayasa genetika
 

Semelhante a ENZIM PROTEASE ALKALIN

PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxDodolaneNoya
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahagronomy
 
Infografis produk biosimilar
Infografis produk biosimilar Infografis produk biosimilar
Infografis produk biosimilar salni nindita
 
14904-45242-2-PB.pdf
14904-45242-2-PB.pdf14904-45242-2-PB.pdf
14904-45242-2-PB.pdfMARSURINDO32C
 
materi bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptx
materi bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptxmateri bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptx
materi bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptxnanehputra
 
PRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIMPRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIMmahreni
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdf
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdfPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdf
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdfMettaAlawiyah
 
Artikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang Hijau
Artikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang HijauArtikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang Hijau
Artikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang HijauUNESA
 
Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8Raden Saputra
 
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.pptPPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.pptFRISKACHRISTININGRUM
 
Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)
Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)
Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)Alif Zulfikar
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...Mochamad Nurcholis
 

Semelhante a ENZIM PROTEASE ALKALIN (20)

Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptxPPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
PPT_nurya_polos-edit TKU.pptx
 
konservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfahkonservasi plasma nutfah
konservasi plasma nutfah
 
Biotechnology
BiotechnologyBiotechnology
Biotechnology
 
Infografis produk biosimilar
Infografis produk biosimilar Infografis produk biosimilar
Infografis produk biosimilar
 
14904-45242-2-PB.pdf
14904-45242-2-PB.pdf14904-45242-2-PB.pdf
14904-45242-2-PB.pdf
 
materi bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptx
materi bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptxmateri bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptx
materi bioteknologi kelas 9 tingkat SLTP.pptx
 
PRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIMPRODUKSI ENZIM
PRODUKSI ENZIM
 
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdf
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdfPERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdf
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGBIAKAN BAKTERI.pdf
 
Artikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang Hijau
Artikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang HijauArtikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang Hijau
Artikel Ilmiah: Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Bubur Kacang Hijau
 
Acara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekbenAcara 8 fix tekben
Acara 8 fix tekben
 
Tugas biologi
Tugas biologiTugas biologi
Tugas biologi
 
Bioteknologi
BioteknologiBioteknologi
Bioteknologi
 
Translatr
TranslatrTranslatr
Translatr
 
HANA,PINTA,NURUL
HANA,PINTA,NURULHANA,PINTA,NURUL
HANA,PINTA,NURUL
 
Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8Laporan praktikum mikrob tm 8
Laporan praktikum mikrob tm 8
 
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.pptPPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
PPT_Balai_Besar_Inseminasi_Buatan.ppt
 
bakteri filosfer
bakteri filosferbakteri filosfer
bakteri filosfer
 
Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)
Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)
Review jurnal 2 (jurnal M. Alif Zulfikar wajib individu)
 
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
In vivo evaluation on synbiotic effect of fermented rice bran by probiotic la...
 

Mais de brawijaya university

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...brawijaya university
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...brawijaya university
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSbrawijaya university
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempebrawijaya university
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storagebrawijaya university
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatbrawijaya university
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperbrawijaya university
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...brawijaya university
 

Mais de brawijaya university (20)

0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
0410115 absPENGARUH MINYAK IKAN (Oleum Iecoris Aselli) TERHADAP PROSES BELAJA...
 
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
PERBANDINGAN KANDUNGAN OMEGA-3 DAN OMEGA-6 DALAM MINYAK MAN LEMURU DENGAN TEK...
 
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUSDIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
DIFUSI TEKNOLOGI PRODUKSI KONSENTRAT PROTEIN DARI IKAN GABUS
 
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari TempeKadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
Kadar Karbohidrat, Lemak, dan Protein pada Kecap dari Tempe
 
analisis protein
analisis protein analisis protein
analisis protein
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storageChapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
Chapter1 bacterial-isolation-identification-and-storage
 
fermentation journal
fermentation journalfermentation journal
fermentation journal
 
biokimia ikan
biokimia ikanbiokimia ikan
biokimia ikan
 
Tkimia netti
Tkimia nettiTkimia netti
Tkimia netti
 
Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)Sifat fisis kimia_(abstrak)
Sifat fisis kimia_(abstrak)
 
Ratnawati k
Ratnawati kRatnawati k
Ratnawati k
 
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambatPipih suptijah kajianefekdayahambat
Pipih suptijah kajianefekdayahambat
 
Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16Oseana xxviii(3)11 16
Oseana xxviii(3)11 16
 
Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2Mutu ikan cucut marita 2
Mutu ikan cucut marita 2
 
Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2Jurnal uji-linearitas-2
Jurnal uji-linearitas-2
 
Jurnal sukris28
Jurnal sukris28Jurnal sukris28
Jurnal sukris28
 
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paperIts undergraduate-15574-1406100055-paper
Its undergraduate-15574-1406100055-paper
 
Its undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paperIts undergraduate-13327-paper
Its undergraduate-13327-paper
 
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
Ekspresi protein adhf36_pada_perubahan_osmolaritas_serta_p_h_lingkungan_hidup...
 

ENZIM PROTEASE ALKALIN

  • 1. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200338 Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil Alina Akhdiya Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Bogor ABSTRACT In the effort of obtaining indigenous alkaline thermosteble protease producing bacteria, 17 different soil samples collected from slaughterhouses, fish ponds along the Nusa Tenggara, and spoiled milk disposal sites in Boyolali (Central Java) for microbial isolation. Out of the 1004 colonies obtained, 29 isolates showed proteolytic index ≥3.00. Enzymatic assay on these isolates resulted in two isolates (BYL-15 and BYL-28) with highest crude enzyme activity, this activity was also higher than that achieved by the standard bacteria (Bacillus firmus NRRL B-1107). After 36 hours of incubation, crude enzyme activity and specific activity of isolate BYL-15 were 106.45 U/ml filtrate and 5069.04 U/mg protein, respectively (at 50°C and pH 10.5). Whereas for isolate BYL-28 the crude enzyme activity and specific activity were 100.00 U/ml filtrate and 5,263.15 U/mg protein, respectively. The activity of these two isolates were about 10 times higher than that of the B. firmus (11.259 U/ml filtrate), whereas their specific activities were about 40 times than that of B. firmus (119.78 U/mg protein). Further studies showed that the proteolytic activity of these two isolates were still increased when assayed at 60°C, and more than one peak of activity were obtained when assayed at different pH values (8.5-12). Based on microscopic observations, these two isolates showed cell morphology characteristics of Actinomycetes. Key words: Alkaline thermostable protease, isolation, Actino- mycetes. ABSTRAK Dalam upaya menggali galur-galur bakteri penghasil enzim protease alkalin termostabil asli Indonesia, telah dilakukan isolasi mikroorganisme dari 17 contoh tanah yang diambil dari beberapa rumah pemotongan hewan dan tambak di Nusa Tenggara, serta tempat pembuangan susu rusak di Boyolali (Jawa Tengah). Dari 1004 isolat yang diperoleh, 29 di antara- nya memiliki indeks proteolitik ≥3,00. Pengukuran terhadap aktivitas enzim isolat-isolat tersebut menghasilkan isolat BYL- 15 dan BYL-28 yang memiliki aktivitas enzim kasar yang le- bih tinggi dibandingkan dengan bakteri pembanding (Bacillus firmus NRRL B-1107). Aktivitas enzim kasar dan aktivitas spesifik isolat BYL-15 setelah 36 jam berturut-turut adalah 106,45 U/ml filtrat biakan dan 5069,04 U/mg pada suhu 50°C dan pH 10,5. Aktivitas enzim kasar dan aktivitas spesifik isolat BYL-28 adalah 100,00 U/ml filtrat biakan dan 5263,15 U/mg pada kondisi yang sama. Nilai aktivitas enzim kedua isolat tersebut ±10 kali lebih besar daripada B. firmus (11,259 U/ml filtrat), sedangkan aktivitas spesifiknya 40 kali lebih besar daripada B. firmus (119,78 U/mg protein). Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa aktivitas enzim kasar kedua isolat tersebut masih terlihat meningkat pada suhu 60°C dan memi- liki lebih dari satu puncak aktivitas pada beberapa pH yang dicoba (8,5-12,0). Berdasarkan ciri-ciri morfologi yang diper- oleh dari pengamatan mikroskopis, kedua isolat tersebut ter- masuk anggota Actinomycetes. Kata kunci: Protease alkalin termostabil, isolasi, Actino- mycetes. PENDAHULUAN Dewasa ini industri enzim telah berkembang pesat dan menempati posisi penting dalam bidang industri. Kesadaran masyarakat terhadap masalah lingkungan yang semakin tinggi serta adanya tekan- an dari para ahli dan pecinta lingkungan menjadi- kan teknologi enzim sebagai salah satu alternatif untuk menggantikan berbagai proses kimiawi dalam bidang industri (Falch 1991). Enzim merupakan katalisator pilihan yang diharapkan dapat mengu- rangi dampak pencemaran dan pemborosan energi karena reaksinya tidak membutuhkan energi tinggi, bersifat spesifik, dan tidak beracun (Aunstrup et al. 1979). Protease menupakan enzim penting dan me- miliki nilai ekonomi yang tinggi karena aplikasinya yang sangat luas. Industri pengguna protease di antaranya ialah industri deterjen, kulit, tekstil, makanan, hidrolisat protein, pengolahan susu, far- masi, makanan, bir, film, dan limbah (Moon dan Parulekar 1993). Oleh karena itu, tidak mengheran- kan apabila protease yang digunakan mencapai 60% dari total enzim yang diperjualbelikan di seluruh dunia (Ward 1985). Protease alkalin merupakan jenis protease yang paling banyak diaplikasikan dalam bidang industri.
  • 2. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.2003 39 Nilai perdagangan enzim dunia mencapai 3-4 miliar dolar per tahun, 4-5 juta dolar di antaranya dari pasar Indonesia yang keseluruhannya diimpor dari negara-negara produsen enzim (Rajasa 2003). Pasar yang luas dan sumber daya alam yang men- dukung merupakan peluang berharga bagi pengem- bangan industri enzim di Indonesia. Mikroorganisme adalah sumber enzim yang paling banyak digunakan dibandingkan dengan ta- naman dan hewan. Sebagai sumber enzim, mikro- organisme lebih menguntungkan karena pertumbuh- annya cepat, dapat tumbuh pada substrat yang murah, lebih mudah ditingkatkan hasilnya melalui pengaturan kondisi pertumbuhan dan rekayasa genetik, serta mampu menghasilkan enzim yang ekstrim. Adanya mikroorganisme yang unggul meru- pakan salah satu faktor penting dalam usaha pro- duksi enzim. Oleh karena itu, penggalian mikroor- ganisme indigenous penghasil protease perlu di- lakukan di Indonesia. Keragaman hayati yang tinggi memberikan peluang yang besar untuk mendapat- kan mikroorganisme yang potensial untuk dikem- bangkan sebagai penghasil enzim. BAHAN DAN METODE lsolasi dan Seleksi Awal Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil Mikroorganisme diisolasi dari 17 contoh tanah yang diambil di beberapa lokasi di Nusa Tenggara dan Jawa Tengah (Tabel 1). lsolasi dan seleksi dilakukan berdasarkan metode yang dipakai Durham et al. (1987). Seluruh media yang digunakan memiliki pH 10,2. Inkubasi dilakukan pada suhu 50°C. lsolat yang telah murni disimpan dalam medium penyimpanan pada suhu 4°C, selanjutnya secara serentak ditotol ulang pada medium agar susu skim untuk diukur diameter koloni dan zona jernihnya. Nisbah antara diameter zona jernih terhadap diameter koloni (indeks pro- teolitik = IP). lsolat dengan IP ≥3,0 dipilih dan di- simpan pada suhu 4°C sebagai bahan percobaan berikutnya. Sebagai bakteri pembanding digunakan Bacillus firmus NRRL B-1107 yang diperoleh dari Northern Utilization Research and Development Division of the US Department of Agriculture, Peoria, Illinois. Bakteri ini merupakan mesofil, untuk menumbuhkannya digunakan suhu inkubasi 37°C. Penyiapan Inokulum Sebanyak satu lup inokulasi biakan murni yang berasal dari medium penyimpanan diinoku- lasikan ke dalam 10 ml medium cair. Medium yang telah diinokulasi tersebut dikocok pada suhu 50°C selama 48-72 jam dengan alat pengocok horizontal (Taiyo Incubator M-100N, Japan) pada kecepatan 120 ekskursi per menit. Penyiapan Sumber Enzim Sebanyak 50 ml medium fermentasi cair diinokulasi dengan 1,5 ml inokulum (± 3,5 x 109 sel/ml atau CFU bergantung pada organismenya), kemudian diinkubasi pada suhu 50°C selama 36 jam sambil dikocok dengan cara yang sama seperti di atas. Biakan disentrifugasi (Hitachi SCP-85H. Japan) pada suhu 4°C dengan kecepatan 6000 g selama 10 menit. Supernatan yang diperoleh di- gunakan untuk pengukuran aktivitas enzim dan kandungan protein. Tabel 1. Asal contoh tanah sumber isolat. Kode Propinsi Kabupaten Keterangan 11013 NTT Manggarai RPH 21013 NTT Ngada RPH 21014 NTT Ngada RPH 21015 NTT Ngada RPH 21016 NTT Ngada RPH 21017 NTT Ngada RPH 31011 NTT Ende RPH 31021 NTT Ende RPH 31013 NTT Ende RPH 31014 NTT Ende RPH 41011 NTT Sikka RPH 41012 NTT Sikka RPH 41013 NTT Sikka RPH 41014 NTB Sikka Tambak 11022 NTB Bima Tambak 11023 NTB Bima Tambak 11111 JTN Boyolali Sumur Pembuangan Susu NTT = Nusa Tenggara Timur, NTB = Nusa Tenggara Barat, JTN = Jawa Tengah, RPH = rumah pemotongan hewan.
  • 3. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200340 Pengukuran Aktivitas dan Aktivitas Spesifik Enzim Pengukuran aktivitas enzim dilakukan dengan metode Horikoshi (1971). Kandungan protein di- ukur dengan metode Bradford (1976) Pengukuran protein hanya dilakukan terhadap filtrat biakan isolat terbaik dan bakteri pembanding (B. firmus NRRL 8-1107). Pengukuran Biomassa Pelet sel dicuci dengan akuades lalu dikering- kan dalam oven 50°C sampai beratnya konstan. Pengukuran berat kering hanya dilakukan terhadap sembilan isolat terpilih. Identifikasi Terbatas lsolat yang Diperoleh Untuk memberikan informasi tambahan ten- tang isolat terpilih dilakukan identifikasi terbatas yang meliputi pengamatan morfologi koloni dan sel, pewarnaan Gram, pengujian katalase, hidrolisis gelatin, hidrolisis pati, suhu pertumbuhan, dan kemampuan tumbuh pada nutrien agar + NaCl. HASIL DAN PEMBAHASAN Protease merupakan enzim perombak protein. Oleh karena itu, contoh tanah untuk keperluan iso- lasi bakteri proteolitik diambil dari tempat-tempat yang banyak mengandung protein seperti rumah pemotongan hewan, tambak, dan tempat pembuang- an susu rusak. Sebanyak 1004 isolat bakteri diper- oleh dari 17 contoh tanah yang dianalisis (Tabel 2). Selain pemilihan sumber isolat, hasil yang akan diperoleh juga bergantung pada metode dan kondisi yang digunakan dalam isolasi, seperti kom- posisi dan pH medium (Ogrydziak 1993). Isolasi dilakukan dengan menggunakan medium yang mengandung kasein, yang merupakan substrat yang baik untuk mengisolasi bakteri peng- hasil enzim protease dan menginduksi sintesis enzim protease alkalin (Ward 1983; Fujiwara dan Yamamoto 1987). Seluruh tahap inkubasi pada proses isolasi dan seleksi dilakukan pada suhu tinggi (50°C). Kombinasi pH dan suhu tinggi ini dimaksudkan agar bakteri proteolitik yang terjaring adalah peng- hasil enzim protease yang memiliki aktivitas opti- mum dan stabilitas tinggi pada pH dan suhu tinggi. Hasil pencirian kemampuan proteolitik pada medium agar susu skim menunjukkan 737 isolat membentuk zona jemih di sekitar koloni, sebanyak 29 isolat di antaranya memiliki IP 3,00 atau lebih, 708 isolat dengan IP kurang dari 3,0, dan 267 isolat tidak membentuk zona jernih di sekitar koloni. Sebanyak 29 isolat dipilih untuk diseleksi lebih lanjut (Tabel 3). Seleksi dilakukan dengan mengukur aktivitas enzim protease dalam filtrat biakan umur 36 jam. Untuk menentukan waktu inkubasi dilakukan peng- ukuran aktivitas enzim sembilan isolat (dipilih seca- ra acak dari 29 isolat terpilih) setiap 12 jam sekali. Ternyata, enam isolat di antaranya menunjukkan aktivitas tertinggi setelah 36 jam inkubasi. Hasil pengukuran aktivitas protease kasar ini berkisar antara 0,087-106,450 U/ml filtrat biakan (Tabel 4). Isolat BYL-15 dan BYL-28 menunjuk- kan aktivitas enzim tertinggi, masing-masing 106,450 U/ml dan 100,00 U/ml filtrat biakan. Puncak produksi enzim protease alkalin ter- mostabil umumnya terjadi pada akhir fase ekspo- nensial sampai akhir fase statis (Durham et al. Tabel 2. Perolehan isolat dari contoh tanah yang dianalisis IsolatKode contoh tanah Diperoleh IPa ≥ 3 3< IPa <1.5 IPa ≤1.5 TZb 11013 15 2 13 0 0 21013 80 0 17 14 49 21014 21 0 8 1 12 21015 70 1 15 7 47 21016 68 0 3 65 0 21017 64 2 5 6 51 31011 187 2 56 100 29 31021 60 1 26 25 8 31013 44 1 12 31 0 31014 134 5 60 13 56 41011 30 0 25 5 0 41012 42 0 0 42 0 41013 30 2 7 21 0 41014 4 0 0 4 0 11022 20 0 0 20 0 11023 30 0 0 30 0 11111 105 13 11 66 15 Total isolat 1004 29 258 450 267 a IP = indeks poteolitik, b TZ = tidak membentuk zona jernih di sekitar koloni.
  • 4. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.2003 41 1987; Tsuchiya et al. 1991; Manachini et al. 1988; Kole et al. 1988; Kubo et al. 1988). Pada genus Bacillus, sintesis protease netral dan alkalin biasa- nya terjadi pada akhir fase eksponensial dan fase statis (Votruba et al. 1987). Pengetahuan mengenai waktu produksi ini penting artinya untuk mendapat- kan hasil maksimum. Oleh karena itu, perlu dilaku- kan percobaan untuk menentukan waktu pemanen- an yang tepat. Pengukuran biomassa dan aktivitas enzim yang dihasilkan setiap 12 jam selama 48 jam (Tabel 4 dan Gambar 1) menunjukkan puncak produksi enzim protease alkalin paling tinggi oleh kedua iso- lat tersebut terjadi pada fase statis. Tsuchiya et al. (1991) melaporkan bahwa pola seperti ini juga dijumpai pada Thermoactinomyces sp. HS682. Pola produksi enzim seperti itu terjadi karena selama fa- se pertumbuhan eksponensial sel mengalami represi katabolit, sehingga sintesis eksoenzimnya terham- bat. Pada fase statis, represi katabolit terangkat, se- hingga biosintesis eksoenzim meningkat (Priest 1985). Suhu optimum aktivitas enzim protease dari BYL-15 dan BYL-28 belum dapat ditetapkan kare- na sampai suhu tertinggi yang dicoba (60o C) aktivi- tasnya masih meningkat (Tabel 5 dan Gambar 2). Walaupun demikian, dari data tersebut dapat diketa- hui bahwa protease yang dihasilkan oleh BYL-15 dan BYL-28 merupakan protease alkalin yang aktif pada suhu tinggi. Hasil pengukuran enzim pada ber- bagai pH untuk isolat BYL-28 (Tabel 5 dan Gambar 3) memperlihatkan dua titik puncak aktivitas, yaitu pada pH 9,5 dan satu titik yang belum diketahui. Untuk enzim BYL-15 ada satu titik puncak, yaitu pada pH 10,5 dan satu titik yang belum diketahui. Oleh karena itu, diduga kedua isolat menghasilkan lebih dari satu jenis enzim protease alkalin termos- tabil. Aktivitas enzim yang protease alkalin termos- tabil dari isolat BYL-15 dan BYL-28 cukup tinggi, yaitu ± 10 kali dari aktivitas enzim yang dihasilkan oleh B. firmus NRRL B-1107 (Tabel 3). Bahkan aktivitas spesifiknya mencapai lebih dari 40 kali aktivitas spesifik protease bakteri pembanding (Tabel 6). Berdasarkan hasil pengamatan reaksi Gram, morfologi sel, dan pengujian katalase, 16 dari 29 isolat adalah Bacillus karena memiliki sel vegetatif berbentuk batang, membentuk endospora, dan ber- sifat katalase positif (Gordon 1989). Sedangkan 13 isolat lainnya (termasuk BYL-15 dan BYL-28) adalah Actinomycetes, karena bersifat katalase posi- tif, Gram positif, sel-selnya berbentuk filamen ber- cabang dengan diameter ≤1 µm dan menghasilkan spora pada miselium udara (Madigan et al. 2000; Lechevalier dan Pine 1989). Tabel 3. Aktivitas enzim protease kasar dari 29 isolat terpilih. Kode isolate Aktivitas enzim kasar (U/ml filtrat) BYL-15 106,450 BYL-28 100,000 SIK-06 1,928 SIK-04 1,804 BYL-12 1,773 BYL-03 1,720 BYL-05 1,701 BYL-18 1,472 BYL-04 1,124 END-01 1,107 MGR-01 0,758 END-02 0,737 BYL-01 0,676 END-03 0,608 BYL-22 0,604 BYL-09 0,595 BYL-29 0,513 END-04 0,481 END-05 0,369 MGR-02 0,328 END-06 0,303 BJT-01 0,287 BYL-19 0,260 BJT-02 0,253 END-07 0,246 END-08 0,190 END-09 0,185 BJT-03 0,131 BYL-16 0,087 NRRL B-1107 11,259 Tabel 4. Aktivitas enzim dan biomassa sel BYL-15 dan BYL-28 selama 48 jam inkubasi. Biomassa (10-1 mg/ml filtrat) Aktivitas enzim kasar (U/ml filtrat)Umur (jam) BYL-15 BYL-28 BYL-15 BYL-28 0 4,0 2,0 Td Td 12 12,0 4,0 0 0 24 31,2 16,0 14,284 4,604 36 32,0 17,2 116,308 106,259 48 32,0 18,0 7,946 19,526 Td = tidak diukur.
  • 5. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200342 lsolat BYL-15 dan BYL-28 juga mampu menghidrolisis pati dan gelatin, tumbuh pada agar nutrien yang mengandung NaCl sampai 7%. Morfo- logi sel dan koloni kedua isolat ini sama (Gambar 4 dan 5). Koloni kedua isolat melekat erat pada medium, berbentuk bulat, berwarn putih, cembung, tampak seperti kerak putih, dan kasar apabila sudah tua (Gambar 5). Kedua isolat tersebut tidak tumbuh pada suhu 45-60o C. Dilihat dari kisaran suhu per- tumbuhan, kedua isolat tersebut dapat digolongkan sebagai bakteri termofil. Dalam industri fermentasi penggunaan mikroorganisme termofilik lebih menguntungkan, terutama karena dapat mengurangi risiko kontami- nasi. Selain itu, juga dapat mengurangi biaya untuk kebutuhan pendingin fermentor. Ditinjau dari ka- rakteristik enzimnya, kedua isolat sangat potensial untuk dikembangkan sebagai sumber gen protease alkalin termostabil maupun penghasil enzim itu sendiri. Gambar 1. Kurva pertumbuhan dan aktivitas protease kasar yang dihasilkan isolat BYL-15 dan BYL-28. Gambar 2. Aktivitas enzim kasar BYL-15 dan BYL-28 pada suhu 40°C, 50°C, dan 60°C. Gambar 3.Aktivitas enzim kasar BYL-15 dan BYL-28 pada berbagai pH. Tabel 5. Aktivitas enzim kasar BYL-15 dan BYL-28 pada berbagai pH. Aktivitas enzim (U/ml filtrat) 50°C pH 10,5 BYL-15 pH BYL-28 BYL-15 Suhu BYL-28 50,00 8,5 64,52 66,13 9,0 429,03 58,07 9,5 461,29 132,6 40°C 200,00 90,33 10,0 200,00 106,45 10,5 100,00 41,94 11,0 167,74 106,5 50°C 100,00 50,00 11,5 100,0 172,58 12,0 522,8 609,8 60°C 1419,36 Tabel 6. Kadar protein filtrat biakan dan aktivitas enzim dan aktivitas spesifik enzim kasar BYL-15 dan BYL-28* Isolat Kadar protein filtrat (mg/ml) Aktivitas enzim kasar (U/ml filtrat) Aktivitas spesifik enzim kasar (U/mg protein) BYL-15 0,021 106,45 5069,04 BYL-28 0,019 100,00 5263,15 NRRl B-1107 0,094 11,26 119,78 *diukur pada filtrat biakan umur 36 jam. 0 20 40 60 80 100 120 140 0 12 24 36 48 60 Umur (jam) Aktivitasenzim(U/ml) 0 5 10 15 20 25 30 35 Biomasa(x0.1mg/ml) BYL-15 BYL-28 BYL-15 BYL-28 0 100 200 300 400 500 600 8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 pH Aktivitasenzim(U/mlfiltrat) BYL-15 BYL-28 0 100 200 300 400 500 600 8.5 9 9.5 10 10.5 11 11.5 12 pH Aktivitasenzim(U/mlfiltrat) BYL-15 BYL-28
  • 6. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.2003 43 Gambar 4. Morfologi sel isolat BYL-15. Gambar 5. Morfologi koloni isolat BYL-15. KESIMPULAN DAN SARAN Isolat Actinomycetes BYL-15 dan BYL-28 merupakan bakteri penghasil enzim protease alkalin termostabil yang sangat potensial untuk dikembang- kan sebagai sumber gen maupun penghasil enzim itu sendiri. Diduga kedua isolat ini menghasilkan lebih dari satu jenis enzim protease alkalin termofil. Oleh karena itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memurnikan dan karakterisasi enzim murni- nya. Produksi enzim protease alkalin termofil kedua isolat mencapai puncak pada fase statis. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Darma Bakti Kalbe yang telah membiayai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Aunstrup, K.O., O. Andressen, E.A. Falch, and T.K. Nielsen. 1979. Production of microbial enzymes. In. Pepples, H.J and D. Perlman (Eds.). Microbial Technology. Vol. 1. Academic Press Inc., New York. Bradford, M.M., 1976. A rapid and sensitive method for the quantitation of microgram quantities of protein utilizing the principle of protein-dye binding. Anal. Biochem. 72:248-254. Durham, D.R., D.B. Stewart, and E.J. Stellwag. 1987. Novel alkaline and heat stable serine proteases from alkalaphilic Bacillus sp. strain GX6638. J. Bacterial. 169(6):2762- 2768. Falch, E.A. 1991. Industrial enzyrres developments in production and application. Biotech. Adv. 9:643-658. Fujiwara, N. and K. Yamamoto. 1987. Production of alkaline protease in low cost medium by alkalophilic Bacillus sp. and properties of the enzyme. J. Fenrment. Technol. 65(3):345-348. Gordon, R.E. 1989. The genus Bacillus. In Leary, W.O. (Ed.). Practical Handbook of Microbiology. CRC Press. Boston. p. 109-126. Horikoshi, K. 1971. Production of alkaline enzymes by aIkalophiIic microorganism alkaline protease produced by Bacillus No.221. Agric. BioI. Chem. 35(9):1407-1414. Kole, M.M., I. Draper, and D.F. Gerson. 1988. Protease production by Bacillus subtilis in oxygen controlled, Spora
  • 7. Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.2 Th.200344 glucose fed-batch fermentations. Appl. Microbiol. Biotechnol. 28:404-400. Kubo, M., K. Murayama, K. Seto, and T. lmanaka. 1988. Higly thermostable neutral protease from Bacillus stearothermophilus. J. Ferment. Techno. 66(1):13-17. Lechevalier, H.A. and L. Pine. 1989. The actinomycetales. In Leary, W.O. (Ed.). Practical Handbook of Mic robiology. CRC Press. Boston. Madigan, T., J.M. Martinko, and J. Parker. 2000. Brock biology of microorganisms. Prentice Hall International Inc., New Jersey. Manachini, P.L., M.G. Fortina, and C. Parini. 1988. Thermostable alkaline protease produced by Bacillus thermorubber as a new species of Bacillus. Appl. Microbiol. Biotechnol. 28:409-413. Moon, S.H. and S.J. Parulekar. 1993. Some observation on protease producing in continuous suspention cultures of Bacillus firmus. Biotech. Bioeng. 41:43-54. Ogrydziak, D.M. 1993. Yeast extracellular proteases. Cri. Rev. Biotech. 13(1):1-55. Priest, F.G. 1985. Extracellular enzymes. In Young, M.M. (Ed.). Comprehensive Biotechnology: The Prin- ciples, Applications and Regulations of Biotechnol- ogy in Industry, Agriculture, and Medicine. Vol. I. Pergamon Press. Oxford. p. 587-604. Rajasa, H. 2003. Pidato pembukaan 3nd conference on industrial enzyme and biotechnology. Technology and Business Opportunity for Industrial Enzyme in Harmony with Environment. BPPT. Jakarta, 6-7 Oktober 2003. Tsuchiya, K., H. Sakashita, Y. Nakamura, and T. Kimura. 1991. Production of thermostable alkaline protease by alkalophilic Thermoactinomyces sp. HS682. Agric. Biol. Chem. 55(12):3125- 3127. Votruba, J., J. Pazlarova, M. Dvarakova, K. Vanatalu, L. Vachava, M. Starnadova, H. Kucerova, and J. Chaloupka. 1987. External factors involved in regulation of an extacellular proteinase synthesis in Bacillus megaterium: the effect of glucose and amino acids. Appl. Microbiol. Biotechno1. 26:373-377. Ward, O.P. 1983. Proteinases. In Fogarty, W.M. (Ed.). Microbial Enzymes and Biotechnolgy. Applied Science Publishers. London. p. 251-290. Ward, O.P. 1985. Proteolytic enzymes. In Young, M.M. (Ed.). Comprehensive Biotechnology: The prin- ciples, Applications, and Regulations of Biotechnol- ogy in Industry, Agriculture and Medicine. Vol. 3. Pergamon Press. Oxford.