1. RETNO
PUNYA BLOGL I F E I S S O A M A ZI N G . . . L I F E I S
WO N D E R F U L . . . _ E VA N T H E _
J UM AT , 0 8 F E BR U AR I 2 0 1 3
Interaksi Obat Secara Farmakodinamika
A Interaksi Obat
Interaksi obat dapat didefinisikan sebagai modifikasi efek satu obat atau akibat obat lain yang
diberikan pada awalnya atau diberikan bersamaan, atau bila dua atau lebih obat berinteraksi
sedemikian rupa sehingga keefektifan atau toksisitas satu obat atau lebih berubah.
Mekanisme interaksi obat secara garis obat dapat dibedakan atas 3 mekanisme, yakni:
1. Interaksi farmasetik atau inkompatibilitas
2. Interaksi farmakokinetik
3. Interaksi farmakodinamik
2. Interaksi obat dapat membahayakan, baik dengan meningkatkan toksisitas obat atau dengan
mengurangi khasiatnya. Namun, interaksi beberapa obat dapat menguntungkan, sebagai
contoh, efek hipotensif diuretik bila dikombinasikan dengan beta bloker dapat berguna dalam
pengobatan hipertensif.
B. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan
fisiologi obat serta mekanisme kerjanya.
a. Mekanisme kerja obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel
organisme. Interaksi obat dengan reseptornya ini mencetuskan perubahan biokimiawi dan
fisiologi yang merupakan respon khas untuk obat tersebut.
b. Reseptor Obat
c. Transmisi sinyal biologis (Setiawati, 2007).
C. Interaksi Farmakodinamik
Interaksi farmakodinamik terjadi di mana efek dari satu obat yang diubah oleh kehadiran obat
lain di tempat kerjanya. Kadang-kadang obat secara langsung bersaing untuk reseptor tertentu
(misalnya agonis beta2, seperti salbutamol, dan beta blockers, seperti propranolol) tetapi
sering reaksi yang lebih langsung dan melibatkan gangguan fisiologis mekanisme (Stockley,
2008).
3. Interaksi farmakodinamik adalah interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor,
tempat kerja atau sistem fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik
atau antagonistik, tanpa terjadi perubahan kadar obat dalam plasma (Setiawati, 2007). Hal ini
terjadi karena kompetisi pada reseptor yang sama atau interaksi obat pada sistem fisiologi
yang sama. Interaksi jenis ini tidak mudah dikelompokkan seperti interaksi-interaksi yang
mempengaruhi konsentrasi obat dalam tubuh, tetapi terjadinya interaksi tersebut lebih mudah
diperkirakan dari efek farmakologi obat yang dipengaruhi (Fradgley, 2003)
Beberapa mekanisme interaksi obat dengan farmakodinamika mungkin terjadi bersama-sama,
antara lain :
a. Sinergisme
Interaksi farmakodinamik yang paling umum terjadi adalah sinergisme antara dua obat yang
bekerja pada sistem, organ, sel, enzim yang sama dengan efek farmakologi yang sama.
Semua obat yang mempunyai fungsi depresi pada susunan saraf pusat- sebagai contoh,
etanol, antihistamin, benzodiazepin (diazepam, lorazepam, prazepam, estazolam,
bromazepam, alprazolam), fenotiazin (klorpromazina, tioridazina, flufenazina, perfenazina,
proklorperazina, trifluoperazina), metildopa, klonidina- dapat meningkatkan efek sedasi.
Semua obat antiinflamasi non steroid dapat mengurangi daya lekat platelet dan dapat
meningkatkan (pada derajat peningkatan yang tidak sama) efek antikoagulan. Suplemen
kalium dapat menyebabkan hiperkalemia yang sangat berbahaya bagi pasien yang
memperoleh pengobatan dengan diuretik hemat kalium (contoh amilorida, triamteren), dan
penghambat enzim pengkonversi angiotensin (contoh kaptopril, enalapril) dan antagonis
reseptor angiotensin-II (contoh losartan, valsartan). Dengan cara yang sama verapamil dan
propanolol (dan pengeblok beta yang lain), keduanya mempunyai efek inotropik negatif,
dapat menimbulkan gagal jantung pada pasien yang rentan.
b. Antagonisme
Antagonisme terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang berlawanan.
Hal ini mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat. Sebagai
contoh, penggunaan secara bersamaan obat yang bersifat beta agonis dengan obat yang
bersifat pemblok beta (Salbutamol untuk pengobatan asma dengan propanolol untuk
pengobatan hipertensi, dapat menyebabkan bronkospasme); vitamin K dan warfarin; diuretika
tiazid dan obat antidiabet.
Beberapa antibiotika tertentu berinteraksi dengan mekanisme antagonis. Sebagai contoh,
bakterisida seperti penisilin, yang menghambat sintesa dinding sel bakteri, memerlukan sel
yang terus bertumbuh dan membelah diri agar berkhasiat maksimal. Situasi ini tidak akan
terjadi dengan adanya antibiotika yang berkhasiat bakteriostatik, seperti tetrasiklin yang
menghambat sintesa protein dan juga pertumbuhan bakteri.
4. c. Efek reseptor tidak langsung
Kombinasi obat dapat bekerja melalui mekanisme saling mempengaruhi efek reseptor yang
meliputi sirkulasi kendali di fisiologis dan biokimia. Pengeblok beta non selektif seperti
propanolol dapat memperpanjang lamanya kondisi hipoglikemi pada pasien diabet yang
diobati dengan insulin dengan menghambat mekanisme kompensasi pemecahan glikogen.
Respon kompesasi ini diperantarai oleh reseptor beta Z namun obat kardioselektif seperti
atenolol lebih jarang menimbulkan respon hipoglikemi apabila digunakan bersama dengan
insulin. Lagipula obat-obat pengeblok beta mempunyai efek simpatik seperti takikardia dan
tremor yang dapat menutupi tanda-tanda bahaya hipoglikemi, efek simpatik ini lebih penting
dibandingkan dengan akibat interaksi obat pada mekanisme kompensasi di atas.
d. Gangguan cairan dan elektrolit
Interaksi obat dapat terjadi akibat gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pengurangan
kadar kalium dalam plasma sesudah pengobatan dengan diuretik, kortikosteroid, atau
amfoterisina akan meningkatkan resiko kardiotoksisitas digoksin. Hal yang sama,
hipokalemia meningkatkan resiko aritmia ventrikuler dengan beberapa obat antiaritmia
seperti sotalol, kuinidin, prokainamida, dan amiodaron. Penghambat ACE mempunyai efek
hemat kalium, sehingga pemakaiannya bersamaan dengan suplemen kalium atau diuretik
hemat kalium dapat menyebabkan hiperkalemia yang berbahaya. Loop diuretik dapat
meningkatkan konsentrasi obat-obat yang bersifat nefrotoksik seperti gentamisin dan
sefaloridina dalam ginjal (Fradgley, 2003).
D IPO S KAN O LEH WID IYA RET N O D I 2 2 . 3 8
KIRIMKAN IN I LEWAT EMAILB LO GT HIS ! B ERB AGI KE T WIT T ERB ERB AGI KE
FAC EB O O K B AGIKAN KE PIN T ERES T
LAB EL: IPT EK, KES EHAT AN
TI D A K A D A K O M EN TA R :
PO S K A N K O M EN TA R
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
5. Widiya Retno Astuti
Create your badge
F E E D W I T T E R @ R E T N O E VA N T H E
AR S I P BL O G
▼ 2013 (14)
o ► Maret (1)
o ▼ Februari (13)
Download Strong Heart Episode 165 - SNSD
Atomic Absorption Spectrophotometry
Imunologi Tumor
VITAMIN
Interaksi Obat Secara Farmakodinamika
LeeSsang ft. 10cm Kwon Jung Yul and Yoon Mi Rae – ...
Leessang - The Girl Who Can't Break Up The Boy Who...
BoA - Disturbance
SNSD - Romantic St.
Lyric SNSD (Taeyeon-Tiffany) - Lost In Love
Jarum Suntik HIV
Penyebab Keti Berwarna Gelap
Biografi B.J. Habibie, Presiden Ke-3 Republik Indo...
► 2012 (35)
L ABE L