SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Download to read offline
Kasmaran 1 Berilmu-pengetahuan 2:
Sebuah Catatan untuk Draf Kurikulum Matematika SD 2013 3

Iwan Pranoto
Dikisahkan, sesudah perang usai dan Belanda memegang kekuasaan, pengikut setia Pangeran
Diponegoro bernama Kiai Song mengasingkan diri bersama para pengikut setia lainnya. Di tempat
pengasingan di dekat Yogyakarta – sekarang tempat ini dikenal sebagai Kasongan – beliau menetap dan
membelajarkan kepada para ibu-ibu cara membuat gerabah. Awalnya, gerakan belajar membuat
gerabah ini adalah gerakan “produktivitas” untuk bertahan hidup secara ekonomi dan politik. Namun,
kegiatan membuat gerabah ini lebih utamanya membelajarkan para ibu-ibu semangat perlawanan dan
kepejuangan, keuletan, keteguhan, dan juga “pelampiasan emosi.” Ini bermakna bahwa masyarakat
yang awalnya belajar membuat gerabah, sekarang meningkat menjadi membuat gerabah untuk belajar
nilai dan sikap-sikap mulia manusia. Proses membuat gerabah yang sepele menjadi secara total dihayati,
seluruh sanubari diri pembuatnya melebur ke dalam kegiatan tersebut, seperti orang sedang kasmaran.
Pembuatan gerabah sekarang melibatkan rasa takjub, kesungguhan, penuh integrasi, dan gairah total.
Tataran berkegiatan pembelajaran ilmu pengetahuan atau pun ketrampilan seperti itu dalam tulisan ini
diistilahkan sebagai kasmaran berilmu-pengetahuan. Yang tadinya, produknya adalah benda mati,
selanjutnya produknya adalah pengembangan diri dengan pencerahan pada nilai-nilai luhur manusia.
Kegiatan membuat gerabah menjadi suatu kegiatan yang mulia. (Kisah tentang Kiai Song ini diambil dari
buku Surat Malam untuk Presiden, karya Acep Iwan Saidi.)

Jika saja gerakan kebudayaan oleh Kiai Song di atas dipandang dari sudut pendidikan dan saat sekarang
hendak disalin pada persekolahan di abad 21 ini, bagaimana bentuk kurikulumnya? Tulisan ini berusaha
menjawabnya.

Kasmaran Berilmu-pengetahuan
Secara umum, harus diakui bahwa kurikulum nasional dan juga dokumen standar yang digunakan
sekarang tidak sempurna. Namun ketidaksempurnaan dokumen-dokumen ini bukan satu-satunya
sumber permasalahan. Permasalahan di persekolahan kita adalah kegagalan mengangkat kegiatan
belajar menulis menjadi menulis untuk belajar (berpikir.) Dari learning to write menjadi writing to learn


1
  Kata “kasmaran” diusulkan oleh Prof. Bambang Hidayat saat di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 7
November 2013.
2
  Di Harian KOMPAS, kata “berilmu pengetahuan” terkesan dianggap sebagai “memiliki pengetahuan.” Saya pikir
sebetulnya lebih pas sebagai “berilmu-pengetahuan” sebagai padanan dari “bermatematika” yang saya
terjemahkan dari “doing mathematics.” Jadi, “doing science” itu lah yang saya maksud dengan “berilmu-
pengetahuan.” Kata ini lebih dari sekedar memiliki ilmu pengetahuan, tetapi berilmu-pengetahuan itu melibatkan
sifat berpetualang, bertanya, dan bersikap bersahaja, bukan sok tahu.
3
  Tulisan ini saya buat pada beberapa minggu, dari saat sebelum saya membaca draft kurikulum baru, sampai saya
baca. Yang dimuat di Kompas adalah versi sebelum saya membaca draft kurikulum matematika yang baru. Versi
Director’s Uncut ini merupakan versi yang berisi catatan tentang usulan kurikulum matematika. Juga, di bagian
akhir tulisan, saya memberikan ilustrasi bagaimana membelajarkan karakter melalui bermatematika, bukan materi
matematika. Bgaian ini sangat teknis, saya tak yakin ada harisn yang mau memuat, kecuali majalah sains populer,
mungkin.
(and think.) Padahal keadaan menulis untuk belajar itu lah tanda kasmaran berbahasa. Hal yang sama
terjadi di hampir semua mata pelajaran. Dalam matematika, kegagalan terjadi dalam upaya mengangkat
dari kegiatan belajar berhitung menjadi berhitung untuk belajar (berpikir.) Gagal mengangkat learning to
compute menjadi computing to learn and think. Padahal kemampuan berhitung untuk belajar dan
berpikir ini lah tanda kasmaran bermatematika. Secara analogi, dalam kasus Kiai Song di atas, kegagalan
pendidikan saat ini terjadi pada saat kegiatan siswa di persekolahan sekedar berkutat di jenjang belajar
membuat gerabah. Kesulitan terjadi pada upaya mengangkat kegiatan membuat gerabah menjadi
membuat gerabah untuk belajar nilai dan sikap-sikap luhur manusia.

Para peserta didik pada umumnya sekarang ini belum di jenjang kasmaran berilmu-pengetahuan. Ilmu
pengetahuan sekarang baru sekedar sesuatu yang diingat. Ilmu pengetahuan masih terlepas dari diri
pemelajarnya. Siswa yang berfisika pada umumnya belum mencapai tataran takjub dan kasmaran
terhadap rumus F = ma. Kebanyakan siswa belum mencapai jenjang kasmaran terhadap rumus
sederhana tersebut yang memodelkan pena jatuh sampai pergerakan benda di angkasa. Kebanyakan
siswa belum mampu kasmaran terhadap rumus Bernoulli yang memungkinkan sayap sederhana dan
relatif kecil dibanding badan pesawat, berpenampang gemuk di tengah dapat mengangkat pesawat
dengan bebannya yang berton-ton. lmu pengetahuan masih sekedar dikumpulkan dan disimpan untuk
ditumpahkan lagi saat ujian, namun belum berilmu-pengetahuan sampai mampu mengubah jati diri
pemelajar dalam berperilaku dan berpikir.

Tentu betul bahwa semua harus mulai belajar menulis dahulu sebelum dapat menulis untuk belajar.
Harus dapat membuat gerabah dahulu dan tangan kotor berlumuran tanah liat, sebelum dapat
memahami membuat gerabah untuk belajar sikap dan nilai-nilai luhur. Para pengikut Kiai Song harus
cakap membuat celengan dari tanah liat dahulu, sebelum memaknai nilai “menahan hasrat” yang
terkandung dari makna celengan. Namun, kurikulum yang baik harus memudahkan guru merekacipta
tahapan pembelajaran yang terstruktur jelas guna memungkinkan siswa berkembang mulai dari proses
menyerap pengetahuan dan ketrampilan, sampai mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi
dan memekarkan sikap serta sikap-sikap universal.

Sejalan dengan hal itu dan dalam konteks kehidupan sekarang, para siswa yang mempelajari mata
pelajaran berdasarkan kurikulum baru pada akhirnya harus berproses menjadi memahami mata
pelajaran itu untuk mengembangkan ketrampilan relevan dengan jaman sekarang. Ketrampilan masa
kini itu misalnya berpikir kritis, menyampaikan argumen secara runtun dan tertata, meyakinkan orang
lain, serta merumuskan pertanyaan, harus dikembangkan semua siswa melalui proses belajar pada
berbagai mata pelajaran. Kecuali itu, peserta didik juga perlu mengembangkan sikap-sikap universal
seperti gigih, berpikir luwes, menghargai hak orang lain untuk menyampaikan pendapat yang berbeda,
percaya diri, dan mencintai ilmu pengetahuan. Tidak cukup kecakapan serta nilai-nilai luhur tersebut
disebutkan istilahnya semata. Namun harus diresapi melalui refleksi dan perenungan, bukan pada
materi ajarnya. Jika siswa dapat merenungkan dan merasakan bahwa mereka tidak saja belajar ilmu
pengetahuan, tetapi justru mengembangkan dirinya dalam ketrampilan dan nilai-nilai universal itu,
maka siswa tersebut sudah menunjukkan kasmaran dalam berilmu-pengetahuan. Pencapaian jenjang
kasmaran berilmu-pengetahuan itu lah yang harus direkacipta dalam kurikulum mendatang. Pesan
kasmaran berilmu-pengetahuan ini harus dapat dirasakan saat seorang pendidik membaca kurikulum.
Kurikulum 2013
Dalam tulisan ini akan ditinjau secara khusus usulan Kurikulum Matematika SD 2013. Dalam dokumen
itu, dimunculkan istilah kompetensi inti (KI). Jika istilah ini adalah hasil terjemahan dari core competence
dalam dunia bisnis, perlu dirumuskan ulang agar tepat dengan falsafah pendidikan. Sebagai misal, dalam
usulan Kurikulum 2013 itu, KI ke-2 adalah: “Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun,
peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.” Kemudian, dalam salah
satu kolom Kompetensi Dasar (KD), dituliskan, “Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan
dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan sesuai prosedur/aturan dengan memperhatikan nilai
tempat puluhan dan satuan” Pertanyaan penting di sini adalah apakah guru nanti paham maksud KI dan
KD serta keterkaitannya.

Tentu sangat mulia mengaitkan sikap dan kecakapan universal ke dalam kurikulum matematika. Namun
demikian, pengaitan ini pertama harus mengirimkan pesan yang sama dengan ciri kasmaran
bermatematika. Pengaitan ini tidak boleh melanggar hakikat keilmuan matematika itu sendiri, seperti
misalnya berhasrat berpikir mandiri, berpikir alternatif, bertanya kritis, dan meragukan secara
terorganisir (skeptis). Kemudian, kedua, pengaitan sikap universal harus terpadu secara alamiah dengan
kalimat atau frasa di KD. Tidak boleh terkesan dibuat-buat atau dicocok-cocokkan. Sayangnya, dua hal
ini justru terkesan tidak dipenuhi oleh usulan Kurikulum 2013.

Matematika sangat unik. Matematika atau tepatnya pematematika, menciptakan dan mengkaji gagasan
yang dibuat oleh dia sendiri atau manusia lain. Berbeda dari saudari-saudarinya: seni, ilmu pengetahuan
alam, dan sosial yang mengamati gejala alam dan kehidupan, matematika utamanya mempelajari
gagasan buatan manusia. Aturan yang sepertinya diturunkan dari langit dan bersifat mutlak hampir tidak
ada dalam matematika, kecuali satu kepatuhan pematematika pada proses penyimpulan yang
berdasarkan deduksi semata. Matematika adalah bentuk seni paling radikal yang memungkinkan
manusia melepaskan pemikirannya dari realita. Matematika tidak punya aturan yang menghambat
pengembaraan berpikir. Inilah hakikat matematika.

Prosedur penjumlahan atau pengurangan bilangan yang dinyatakan dalam KD di atas mengirimkan
pesan bahwa prosedur itu memang harus begitu. Ditambah lagi, kata patuh sampai muncul 4 kali.
Padahal semua prosedur dalam matematika buatan manusia. Justru siswa bersama guru matematika
diharapkan menciptakan prosedur-prosedur baru untuk menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan,
atau membagi bilangan. Keberanian bertanya kritis: “Mengapa prosedur penjumlahan bilangan harus
begitu?” serta berpikir alternatif: “Bagaimana prosedur menjumlahkan bilangan yang lebih efisien?”
yang diharapkan melalui mata pelajaran matematika. Nuansa bertanya kritis dan tak mudah puas seperti
ini yang kita harapkan dalam sebuah kurikulum matematika. Kepatuhan memang baik pada konteks
tertentu, tetapi dalam bermatematika, kepatuhan bukan sikap yang dimuliakan.

Terkait dengan usulan IPA dan IPS yang akan dilebur ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia,
tentunya kita akademisi tertarik dengan pernalaran di balik gagasan itu. Dengan peleburan itu, masihkah
anak-anak dan cucu-cucu kita di peradaban mendatang dapat merasakan kasmaran dengan keilmuan
pengetahuan alam dan sosial, seperti fisika, kimia, geografi, dsb? Perlulah dikutip sebuah dzikir
kegundahan yang diungkapkan seorang rekayasawan penerbangan yang terlibat dalam pembangunan
teknologi strategis, Bapak Jusman Syafii Djamal, yang mengungkapkan tentang kasmaran bersains:

“… sayap pesawat itu salah satu puncak aplikasi fisika dan matematika yang saya pelajari sejak
SD,hingga ITB. Sayang generasi berikut TIDAK akan lagi menikmati the beauty of mathematics and
physics. Sebab IPA akan dilebur dlm bahasa.”

Kita semua berharap pencetus gagasan peleburan IPA/IPS ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini
dapat menjelaskan bagaimana anak-anak dan cucu-cucu kita masih akan kasmaran seperti Pak Jusman
di atas. Pembangunan berbasiskan intelektualitas hanyalah isapan jempol tanpa para pemuda-
pemudinya kasmaran berilmu-pengetahuan.

Sebuah Gagasan Alternatif
Apakah perumusan KI dalam usulan Kurikulum 2013 jelas dan bermakna tunggal. Mungkinkah Puspendik
(Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang) nantinya menyusun alat evaluasi terhadap KI itu? Kalau
Puspendik tidak dapat merumuskan alat evaluasinya, bagaimana kita akan tahu bahwa pendidikan
(baca: siswa) berhasil mencapai tujuan seperti yang ditulis dalam KI? Bagaimana menilainya?

Berikut diusulkan sebuah ilustrasi perumusan kurikulum matematika SD yang tidak melanggar hakikat
matematika. Sebaiknya, istilah KI diganti dengan kata yang sudah digunakan sebelumnya, yakni karakter.
Kemudian, apa saja karakter yang hendak ditumbuhkan di SD, SMP, SMA, dan SMK, dijabarkan. Ilustrasi
perumusan ini mengaitkan antara karakter yang hendak dikembangkan dan KD. Dalam ilustrasi ini,
misalnya karakter yang hendak dikembangkan adalah: Mampu bernalar, mempertimbangkan,
memutuskan, dan bertanggung jawab. Karakter-karakter ini harus secara alami muncul bukan dalam
materi matematika, tetapi tersirat kuat dalam bermatematikanya. Munculnya karakter-karakter ini tidak
naif diucapkan langsung, tetapi tersirat pada saat siswa merenungkan pengalaman bermatematika.
Dalam kasus Kiai Song di atas, kemungkinan besar, para ibu-ibu itu menyadari bahwa mereka
mengembangkan nilai-nilai luhur yang tersirat itu melalui proses perenungan pada saat mengaji, bukan
saat membuat gerabah. Pada kasus sekolah, perenungan ini justru sangat efektif jika dilakukan pada
pelajaran Agama. Itu lah saat mengkaji karakter yang terkait dalam kegiatan belajar matematika.

Terkait dengan empat karakter di atas, berikut dirumuskan KD-nya. Misalnya, diambil topik bilangan
pecahan. Dalam topik ini, misalnya diusulkan KD: “Siswa memilih cara yang sesuai utk membandingkan
dua pecahan dan menjabarkan alasan pilihannya.” Dari KD ini, terbaca langsung bahwa siswa akan
mengevaluasi berbagai cara yang diketahuinya untuk membandingkan dua pecahan yang dihadapinya.
Kemudian, siswa harus memilih cara yang dianggapnya sesuai serta menyusun argumen, menjelaskan


pasangan pecahan berikut: � … � , �           …        �,�        …        �,�          …          �. Untuk pasangan pertama,
                                 2   3   24       12         17       7          1234       2012
mengapa dia memilih cara tersebut. Untuk lebih menjelaskan KD ini, dapat diperhatikan pasangan-

                                 3   4   47       21         26       13         1235       2013


silang: 2 × 4 … 3 × 3. Jadi, lebih besar. Pada pasangan kedua, tentu lebih sesuai membuat pecahan
                             3                                                                                                  12
siswa kemungkinan akan memilih prosedur tradisional, mengalikan dengan cara tradisional, yakni kali

                             4                                                                                                  21
          24                                            12
          42                                            21
menjadi        atau menyamakan pembilang. Jadi,               lebih besar. Untuk pasangan ketiga, digunakan cara
menyamakan penyebut. Kemudian, pada pasangan terakhir, misalnya dapat digunakan cara
memandang pasangan tersebut sebagai �1 −            � dan �1 −          �. Jadi, yang kanan lebih besar, karena
                                              1                   1
                                             1235                2013
pengurangnya lebih kecil. Setelah itu, dalam KD dinyatakan bahwa siswa perlu mengemukakan argumen
mengapa dipilih cara yang dia gunakan.

Dari ilustrasi di atas, siswa akan berpikir tingkat tinggi, dengan mempertimbangkan berbagai cara yang
dia ketahui, kemudian dia harus memutuskan. Setelah itu dia harus mempertanggungjawabkan
keputusannya dengan menyusun alasannya. Seharusnya dari ilustrasi di atas, dapat terbaca dan
dirasakan sekarang bahwa empat karakter itu terwujudkan secara sungguh-sungguh dan alamiah dalam
KD itu. Empat karakter tersebut sekarang tidak diadakan dengan dibuat-buat. Juga tersirat bahwa
berpikir tinggi tidak lebih sulit daripada berpikir tingkat rendah.

Keterpaduan Kurikulum dengan Ujian dan Model Belajar
Perancangan program pendidikan atau kurikulum secara menyeluruh yang sesuai rekacipta mundur
(backward design) meletakkan rumusan tujuan pendidikan sebagai awalan. Kemudian, penilaian
pendidikan dan perancangan model pembelajaran. Rumusan tujuan adalah lingkup Puskurbud untuk
menjawab pertanyaan, “Anak-anak kita perlu mengembangkan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan nilai
apa?” Kemudian, Puspendik harus menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita tahu kalau anak-anak kita
sudah mempunyai empat hal itu?” Dari situ, selanjutnya perancang model pembelajaran harus
menjawab pertanyaan, “Bagaimana membelajarkan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan nilai itu?” Tiga
jenjang itu perlu dijalankan secara menyatu, bukan dikerjakan secara bertahap atau linear. Satu tahap
tidak dapat dikerjakan menunggu tahap lainnya tuntas. Perumusan tujuan pendidikan harus
dikonsultasikan bolak balik dengan pembuat evaluasi, agar tujuan yang tidak realistis, yang jelas tak
dapat dievaluasi, dapat dirumuskan ulang. Sangat besar diharapkan peranan BSNP dalam penjaminan
perancangan Kurikulum 2013 mengikuti sebuah tata kerja yang sistematis dan dilandasi pernalaran yang
kokoh.

More Related Content

What's hot

MODUL SENI DALAM PENDIDIKAN
MODUL SENI DALAM PENDIDIKANMODUL SENI DALAM PENDIDIKAN
MODUL SENI DALAM PENDIDIKANAmran Aris
 
Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...
Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...
Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...lunagirlz85
 
Kecergasan pelbagai
Kecergasan pelbagaiKecergasan pelbagai
Kecergasan pelbagaiZahari Zabri
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikFitri Yusmaniah
 
Topik 4 pengetahuan asas dalam seni visual
Topik 4 pengetahuan asas dalam seni visualTopik 4 pengetahuan asas dalam seni visual
Topik 4 pengetahuan asas dalam seni visualWany Hardy
 
Teori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikanTeori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikanAnna Anita
 
Teori kecerdasan pelbagai
Teori kecerdasan pelbagaiTeori kecerdasan pelbagai
Teori kecerdasan pelbagaibibahfayyadh
 
kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)
kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)
kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)cik noorlyda
 
Topik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikan
Topik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikanTopik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikan
Topik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikanWany Hardy
 
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang KreasiLiterasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang KreasiSyarifatul Marwiyah
 
Tajuk 1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKAN
Tajuk  1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKANTajuk  1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKAN
Tajuk 1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKANAFIFAH ABIDIN
 
pengenalan seni dalam pendidikan
pengenalan seni dalam pendidikanpengenalan seni dalam pendidikan
pengenalan seni dalam pendidikanNur Dalila
 
35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti
35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti
35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativitipeggylau9318
 
Definisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardner
Definisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardnerDefinisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardner
Definisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardnerHamzah Salleh
 

What's hot (20)

Teori
TeoriTeori
Teori
 
MODUL SENI DALAM PENDIDIKAN
MODUL SENI DALAM PENDIDIKANMODUL SENI DALAM PENDIDIKAN
MODUL SENI DALAM PENDIDIKAN
 
Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...
Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...
Seni Dalam Pendidikan OUM Note Topik-1-konsep-dan-latar-belakang-seni-dalam-p...
 
04kecerdasan pelbagai
04kecerdasan pelbagai04kecerdasan pelbagai
04kecerdasan pelbagai
 
Kecergasan pelbagai
Kecergasan pelbagaiKecergasan pelbagai
Kecergasan pelbagai
 
Teori kecerdasan pelbagai
Teori kecerdasan pelbagaiTeori kecerdasan pelbagai
Teori kecerdasan pelbagai
 
Teori Pelbagai Kecerdasan Multiple Intelligences
Teori Pelbagai Kecerdasan Multiple IntelligencesTeori Pelbagai Kecerdasan Multiple Intelligences
Teori Pelbagai Kecerdasan Multiple Intelligences
 
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang MendidikKarakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
Karakteristik Peserta Didik SD dan Prinsip-prinsip Pembelajaran yang Mendidik
 
Topik 4 pengetahuan asas dalam seni visual
Topik 4 pengetahuan asas dalam seni visualTopik 4 pengetahuan asas dalam seni visual
Topik 4 pengetahuan asas dalam seni visual
 
Teori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikanTeori dan praktek pendidikan
Teori dan praktek pendidikan
 
Teori kecerdasan pelbagai
Teori kecerdasan pelbagaiTeori kecerdasan pelbagai
Teori kecerdasan pelbagai
 
Psv3105
Psv3105Psv3105
Psv3105
 
kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)
kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)
kecerdasan pelbagai & gaya pembelajaran (1)
 
Psikologi pendidikan
Psikologi pendidikanPsikologi pendidikan
Psikologi pendidikan
 
Topik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikan
Topik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikanTopik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikan
Topik 1 konsep dan latar belakang seni dalam pendidikan
 
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang KreasiLiterasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
Literasi Membaca Jenjang Kemahiran Terampil dan Perlu Ruang Kreasi
 
Tajuk 1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKAN
Tajuk  1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKANTajuk  1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKAN
Tajuk 1 : PENGENALAN KEPADA SENI DALAM PENDIDIKAN
 
pengenalan seni dalam pendidikan
pengenalan seni dalam pendidikanpengenalan seni dalam pendidikan
pengenalan seni dalam pendidikan
 
35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti
35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti
35755706 imaginasi-emosi-ekspresi-dan-kreativiti
 
Definisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardner
Definisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardnerDefinisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardner
Definisi kecerdasan pelbagai yang diberikan oleh gardner
 

Viewers also liked

Irish market research on switching, August 2009
Irish market research on switching, August 2009Irish market research on switching, August 2009
Irish market research on switching, August 2009National Consumer Agency
 
Guru bergairah dan berpengetahuan
Guru bergairah dan berpengetahuanGuru bergairah dan berpengetahuan
Guru bergairah dan berpengetahuanIwan Pranoto
 
Matematika 1A minggu 2
Matematika 1A   minggu 2Matematika 1A   minggu 2
Matematika 1A minggu 2Iwan Pranoto
 
On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1Iwan Pranoto
 
Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3Iwan Pranoto
 
Kalkulus 1 a minggu 1
Kalkulus 1 a   minggu 1Kalkulus 1 a   minggu 1
Kalkulus 1 a minggu 1Iwan Pranoto
 
Kalkulus 2 minggu 6
Kalkulus 2   minggu 6Kalkulus 2   minggu 6
Kalkulus 2 minggu 6Iwan Pranoto
 
Picnic photo editing
Picnic photo editingPicnic photo editing
Picnic photo editingbluelleo
 
Picnic photo editing
Picnic photo editingPicnic photo editing
Picnic photo editingbluelleo
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterIwan Pranoto
 
Kalkulus 1A - Minggu 1
Kalkulus 1A - Minggu 1Kalkulus 1A - Minggu 1
Kalkulus 1A - Minggu 1Iwan Pranoto
 
Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4Iwan Pranoto
 
Assessing proving ability - CoSMEd 2013
Assessing proving ability - CoSMEd 2013Assessing proving ability - CoSMEd 2013
Assessing proving ability - CoSMEd 2013Iwan Pranoto
 
Menakar budaya bernalar - 11/12/13
Menakar budaya bernalar - 11/12/13Menakar budaya bernalar - 11/12/13
Menakar budaya bernalar - 11/12/13Iwan Pranoto
 
Kalkulus 2A – minggu 9B
Kalkulus 2A – minggu 9BKalkulus 2A – minggu 9B
Kalkulus 2A – minggu 9BIwan Pranoto
 

Viewers also liked (20)

Irish market research on switching, August 2009
Irish market research on switching, August 2009Irish market research on switching, August 2009
Irish market research on switching, August 2009
 
Guru bergairah dan berpengetahuan
Guru bergairah dan berpengetahuanGuru bergairah dan berpengetahuan
Guru bergairah dan berpengetahuan
 
Matematika 1A minggu 2
Matematika 1A   minggu 2Matematika 1A   minggu 2
Matematika 1A minggu 2
 
On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1On the Stick and Rope Problem - Draft 1
On the Stick and Rope Problem - Draft 1
 
Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3
 
Kalkulus 1 a minggu 1
Kalkulus 1 a   minggu 1Kalkulus 1 a   minggu 1
Kalkulus 1 a minggu 1
 
Kalkulus 2 minggu 6
Kalkulus 2   minggu 6Kalkulus 2   minggu 6
Kalkulus 2 minggu 6
 
Picnic photo editing
Picnic photo editingPicnic photo editing
Picnic photo editing
 
Picnic photo editing
Picnic photo editingPicnic photo editing
Picnic photo editing
 
Presentation1
Presentation1Presentation1
Presentation1
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan Karakter
 
Kalkulus 1A - Minggu 1
Kalkulus 1A - Minggu 1Kalkulus 1A - Minggu 1
Kalkulus 1A - Minggu 1
 
Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4Matek 1 - Minggu 4
Matek 1 - Minggu 4
 
Assessing proving ability - CoSMEd 2013
Assessing proving ability - CoSMEd 2013Assessing proving ability - CoSMEd 2013
Assessing proving ability - CoSMEd 2013
 
Matek 1 minggu 3
Matek 1   minggu 3Matek 1   minggu 3
Matek 1 minggu 3
 
Menakar budaya bernalar - 11/12/13
Menakar budaya bernalar - 11/12/13Menakar budaya bernalar - 11/12/13
Menakar budaya bernalar - 11/12/13
 
SOS me!
SOS me!SOS me!
SOS me!
 
Week 6b
Week 6bWeek 6b
Week 6b
 
Kalkulus 2A – minggu 9B
Kalkulus 2A – minggu 9BKalkulus 2A – minggu 9B
Kalkulus 2A – minggu 9B
 
Branding 07152010
Branding 07152010Branding 07152010
Branding 07152010
 

Similar to Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan

Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialAri Sanjaya
 
Post test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxPost test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxRINAWARASTUTI
 
synopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.doc
synopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.docsynopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.doc
synopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.docYusri56
 
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdfKesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdfRid Wan
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docxermasuryani79
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogyNailul Hasibuan
 
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMP
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMPPendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMP
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMPAu-guzt KriZ-tiyoÑo
 
MATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIA
MATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIAMATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIA
MATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIAMuhammad Nur Chalim
 
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaContoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaEdwien Senaen
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka BelajarAksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka BelajarIshakIshak42
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaLukman
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfmaharaputra2
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxTIRASBALYO
 
Guru merdeka versi panjang
Guru merdeka   versi panjangGuru merdeka   versi panjang
Guru merdeka versi panjangIwan Pranoto
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanAndriani Widi Astuti
 
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdfTugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdfEmilJunior3
 
ARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdf
ARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdfARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdf
ARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdfArianiAriani6
 

Similar to Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan (20)

Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada PolinomialBab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
Bab II PTK Oimpiade matematika pada Polinomial
 
Post test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docxPost test modul 1 pmm.docx
Post test modul 1 pmm.docx
 
synopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.doc
synopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.docsynopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.doc
synopsis buku SPLKPM 3 bacaan buku ilmiah.doc
 
Teo
TeoTeo
Teo
 
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdfKesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
Kesimpulan dan Refleksi Modul 1.1.pdf
 
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
1.1.a.8. Koneksi Antar Materi.docx
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Merdeka Belajar.pdfAksi Nyata Merdeka Belajar.pdf
Aksi Nyata Merdeka Belajar.pdf
 
diagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogydiagram of 21st century pedagogy
diagram of 21st century pedagogy
 
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMP
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMPPendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMP
Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran Matematika SMP
 
MATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIA
MATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIAMATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIA
MATEMATIKA SEBAGAI REVOLUSI MENTAL BANGSA INDONESIA
 
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agamaContoh ptk-untuk-pelajaran-agama
Contoh ptk-untuk-pelajaran-agama
 
Aksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka BelajarAksi Nyata Merdeka Belajar
Aksi Nyata Merdeka Belajar
 
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematikaMengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
Mengoptimalkan kemampuan berpikir matematika
 
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdfAksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
Aksi Nyata Topik Merdeka Belajar_Rosmala Dewi, S.Pd.pdf
 
Pendidikan Yang Humanis
Pendidikan Yang HumanisPendidikan Yang Humanis
Pendidikan Yang Humanis
 
hakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docxhakikat pendidikan.docx
hakikat pendidikan.docx
 
Guru merdeka versi panjang
Guru merdeka   versi panjangGuru merdeka   versi panjang
Guru merdeka versi panjang
 
Soal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasanSoal ujian mid semester 2015 landasan
Soal ujian mid semester 2015 landasan
 
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdfTugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
Tugas.Cgp.jurnal pdf.pdf
 
ARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdf
ARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdfARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdf
ARIANI, S.PD_AKSI NYATA TOPIK 1 MERDEKA BELAJAR.pdf
 

More from Iwan Pranoto

Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarMenegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarIwan Pranoto
 
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Iwan Pranoto
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaIwan Pranoto
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Iwan Pranoto
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryIwan Pranoto
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanIwan Pranoto
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesIwan Pranoto
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Iwan Pranoto
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasIwan Pranoto
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaIwan Pranoto
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationIwan Pranoto
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Iwan Pranoto
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Iwan Pranoto
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaIwan Pranoto
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika finalIwan Pranoto
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Iwan Pranoto
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakIwan Pranoto
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalIwan Pranoto
 

More from Iwan Pranoto (20)

Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarMenegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
 
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual Mastery
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur Pemahaman
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math Lenses
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip Kompleksitas
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan Matematika
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science Education
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
 
Tan Malaka
Tan Malaka Tan Malaka
Tan Malaka
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
 
UN LOT VS HOT
UN   LOT VS HOTUN   LOT VS HOT
UN LOT VS HOT
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas Rusak
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan final
 

Recently uploaded

PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKARenoMardhatillahS
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfwaktinisayunw93
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunnhsani2006
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptBennyKurniawan42
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxFranxisca Kurniawati
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfHendroGunawan8
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Abdiera
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimNodd Nittong
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 

Recently uploaded (20)

PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKAPPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
PPT TEKS TANGGAPAN KELAS 7 KURIKUKULM MERDEKA
 
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdfProgram Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
Program Roots Indonesia/Aksi Nyata AAP.pdf
 
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum MerdekaModul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Matematika Kelas 2 Fase A Kurikulum Merdeka
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaunModul persamaan perakaunan prinsip akaun
Modul persamaan perakaunan prinsip akaun
 
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.pptPPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
PPT uji anova keterangan dan contoh soal.ppt
 
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdfEstetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
Estetika Humanisme Diskusi Video Sesi Ke-1.pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptxUNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
UNSUR - UNSUR, LUAS, KELILING LINGKARAN.pptx
 
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdfJaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
Jaringan VOIP Ringkasan PTT Pertemuan Ke-1.pdf
 
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
Modul Ajar Bahasa Indonesia Kelas 1 Fase A - [abdiera.com]
 
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin LimAsi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
Asi Eksklusif Dong - buku untuk para ayah - Robin Lim
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 

Director's uncut: Kasmaran Berilmu-pengetahuan

  • 1. Kasmaran 1 Berilmu-pengetahuan 2: Sebuah Catatan untuk Draf Kurikulum Matematika SD 2013 3 Iwan Pranoto Dikisahkan, sesudah perang usai dan Belanda memegang kekuasaan, pengikut setia Pangeran Diponegoro bernama Kiai Song mengasingkan diri bersama para pengikut setia lainnya. Di tempat pengasingan di dekat Yogyakarta – sekarang tempat ini dikenal sebagai Kasongan – beliau menetap dan membelajarkan kepada para ibu-ibu cara membuat gerabah. Awalnya, gerakan belajar membuat gerabah ini adalah gerakan “produktivitas” untuk bertahan hidup secara ekonomi dan politik. Namun, kegiatan membuat gerabah ini lebih utamanya membelajarkan para ibu-ibu semangat perlawanan dan kepejuangan, keuletan, keteguhan, dan juga “pelampiasan emosi.” Ini bermakna bahwa masyarakat yang awalnya belajar membuat gerabah, sekarang meningkat menjadi membuat gerabah untuk belajar nilai dan sikap-sikap mulia manusia. Proses membuat gerabah yang sepele menjadi secara total dihayati, seluruh sanubari diri pembuatnya melebur ke dalam kegiatan tersebut, seperti orang sedang kasmaran. Pembuatan gerabah sekarang melibatkan rasa takjub, kesungguhan, penuh integrasi, dan gairah total. Tataran berkegiatan pembelajaran ilmu pengetahuan atau pun ketrampilan seperti itu dalam tulisan ini diistilahkan sebagai kasmaran berilmu-pengetahuan. Yang tadinya, produknya adalah benda mati, selanjutnya produknya adalah pengembangan diri dengan pencerahan pada nilai-nilai luhur manusia. Kegiatan membuat gerabah menjadi suatu kegiatan yang mulia. (Kisah tentang Kiai Song ini diambil dari buku Surat Malam untuk Presiden, karya Acep Iwan Saidi.) Jika saja gerakan kebudayaan oleh Kiai Song di atas dipandang dari sudut pendidikan dan saat sekarang hendak disalin pada persekolahan di abad 21 ini, bagaimana bentuk kurikulumnya? Tulisan ini berusaha menjawabnya. Kasmaran Berilmu-pengetahuan Secara umum, harus diakui bahwa kurikulum nasional dan juga dokumen standar yang digunakan sekarang tidak sempurna. Namun ketidaksempurnaan dokumen-dokumen ini bukan satu-satunya sumber permasalahan. Permasalahan di persekolahan kita adalah kegagalan mengangkat kegiatan belajar menulis menjadi menulis untuk belajar (berpikir.) Dari learning to write menjadi writing to learn 1 Kata “kasmaran” diusulkan oleh Prof. Bambang Hidayat saat di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, 7 November 2013. 2 Di Harian KOMPAS, kata “berilmu pengetahuan” terkesan dianggap sebagai “memiliki pengetahuan.” Saya pikir sebetulnya lebih pas sebagai “berilmu-pengetahuan” sebagai padanan dari “bermatematika” yang saya terjemahkan dari “doing mathematics.” Jadi, “doing science” itu lah yang saya maksud dengan “berilmu- pengetahuan.” Kata ini lebih dari sekedar memiliki ilmu pengetahuan, tetapi berilmu-pengetahuan itu melibatkan sifat berpetualang, bertanya, dan bersikap bersahaja, bukan sok tahu. 3 Tulisan ini saya buat pada beberapa minggu, dari saat sebelum saya membaca draft kurikulum baru, sampai saya baca. Yang dimuat di Kompas adalah versi sebelum saya membaca draft kurikulum matematika yang baru. Versi Director’s Uncut ini merupakan versi yang berisi catatan tentang usulan kurikulum matematika. Juga, di bagian akhir tulisan, saya memberikan ilustrasi bagaimana membelajarkan karakter melalui bermatematika, bukan materi matematika. Bgaian ini sangat teknis, saya tak yakin ada harisn yang mau memuat, kecuali majalah sains populer, mungkin.
  • 2. (and think.) Padahal keadaan menulis untuk belajar itu lah tanda kasmaran berbahasa. Hal yang sama terjadi di hampir semua mata pelajaran. Dalam matematika, kegagalan terjadi dalam upaya mengangkat dari kegiatan belajar berhitung menjadi berhitung untuk belajar (berpikir.) Gagal mengangkat learning to compute menjadi computing to learn and think. Padahal kemampuan berhitung untuk belajar dan berpikir ini lah tanda kasmaran bermatematika. Secara analogi, dalam kasus Kiai Song di atas, kegagalan pendidikan saat ini terjadi pada saat kegiatan siswa di persekolahan sekedar berkutat di jenjang belajar membuat gerabah. Kesulitan terjadi pada upaya mengangkat kegiatan membuat gerabah menjadi membuat gerabah untuk belajar nilai dan sikap-sikap luhur manusia. Para peserta didik pada umumnya sekarang ini belum di jenjang kasmaran berilmu-pengetahuan. Ilmu pengetahuan sekarang baru sekedar sesuatu yang diingat. Ilmu pengetahuan masih terlepas dari diri pemelajarnya. Siswa yang berfisika pada umumnya belum mencapai tataran takjub dan kasmaran terhadap rumus F = ma. Kebanyakan siswa belum mencapai jenjang kasmaran terhadap rumus sederhana tersebut yang memodelkan pena jatuh sampai pergerakan benda di angkasa. Kebanyakan siswa belum mampu kasmaran terhadap rumus Bernoulli yang memungkinkan sayap sederhana dan relatif kecil dibanding badan pesawat, berpenampang gemuk di tengah dapat mengangkat pesawat dengan bebannya yang berton-ton. lmu pengetahuan masih sekedar dikumpulkan dan disimpan untuk ditumpahkan lagi saat ujian, namun belum berilmu-pengetahuan sampai mampu mengubah jati diri pemelajar dalam berperilaku dan berpikir. Tentu betul bahwa semua harus mulai belajar menulis dahulu sebelum dapat menulis untuk belajar. Harus dapat membuat gerabah dahulu dan tangan kotor berlumuran tanah liat, sebelum dapat memahami membuat gerabah untuk belajar sikap dan nilai-nilai luhur. Para pengikut Kiai Song harus cakap membuat celengan dari tanah liat dahulu, sebelum memaknai nilai “menahan hasrat” yang terkandung dari makna celengan. Namun, kurikulum yang baik harus memudahkan guru merekacipta tahapan pembelajaran yang terstruktur jelas guna memungkinkan siswa berkembang mulai dari proses menyerap pengetahuan dan ketrampilan, sampai mengembangkan ketrampilan berpikir tingkat tinggi dan memekarkan sikap serta sikap-sikap universal. Sejalan dengan hal itu dan dalam konteks kehidupan sekarang, para siswa yang mempelajari mata pelajaran berdasarkan kurikulum baru pada akhirnya harus berproses menjadi memahami mata pelajaran itu untuk mengembangkan ketrampilan relevan dengan jaman sekarang. Ketrampilan masa kini itu misalnya berpikir kritis, menyampaikan argumen secara runtun dan tertata, meyakinkan orang lain, serta merumuskan pertanyaan, harus dikembangkan semua siswa melalui proses belajar pada berbagai mata pelajaran. Kecuali itu, peserta didik juga perlu mengembangkan sikap-sikap universal seperti gigih, berpikir luwes, menghargai hak orang lain untuk menyampaikan pendapat yang berbeda, percaya diri, dan mencintai ilmu pengetahuan. Tidak cukup kecakapan serta nilai-nilai luhur tersebut disebutkan istilahnya semata. Namun harus diresapi melalui refleksi dan perenungan, bukan pada materi ajarnya. Jika siswa dapat merenungkan dan merasakan bahwa mereka tidak saja belajar ilmu pengetahuan, tetapi justru mengembangkan dirinya dalam ketrampilan dan nilai-nilai universal itu, maka siswa tersebut sudah menunjukkan kasmaran dalam berilmu-pengetahuan. Pencapaian jenjang kasmaran berilmu-pengetahuan itu lah yang harus direkacipta dalam kurikulum mendatang. Pesan kasmaran berilmu-pengetahuan ini harus dapat dirasakan saat seorang pendidik membaca kurikulum.
  • 3. Kurikulum 2013 Dalam tulisan ini akan ditinjau secara khusus usulan Kurikulum Matematika SD 2013. Dalam dokumen itu, dimunculkan istilah kompetensi inti (KI). Jika istilah ini adalah hasil terjemahan dari core competence dalam dunia bisnis, perlu dirumuskan ulang agar tepat dengan falsafah pendidikan. Sebagai misal, dalam usulan Kurikulum 2013 itu, KI ke-2 adalah: “Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, dan guru.” Kemudian, dalam salah satu kolom Kompetensi Dasar (KD), dituliskan, “Menunjukkan perilaku patuh pada tata tertib dan aturan dalam melakukan penjumlahan dan pengurangan sesuai prosedur/aturan dengan memperhatikan nilai tempat puluhan dan satuan” Pertanyaan penting di sini adalah apakah guru nanti paham maksud KI dan KD serta keterkaitannya. Tentu sangat mulia mengaitkan sikap dan kecakapan universal ke dalam kurikulum matematika. Namun demikian, pengaitan ini pertama harus mengirimkan pesan yang sama dengan ciri kasmaran bermatematika. Pengaitan ini tidak boleh melanggar hakikat keilmuan matematika itu sendiri, seperti misalnya berhasrat berpikir mandiri, berpikir alternatif, bertanya kritis, dan meragukan secara terorganisir (skeptis). Kemudian, kedua, pengaitan sikap universal harus terpadu secara alamiah dengan kalimat atau frasa di KD. Tidak boleh terkesan dibuat-buat atau dicocok-cocokkan. Sayangnya, dua hal ini justru terkesan tidak dipenuhi oleh usulan Kurikulum 2013. Matematika sangat unik. Matematika atau tepatnya pematematika, menciptakan dan mengkaji gagasan yang dibuat oleh dia sendiri atau manusia lain. Berbeda dari saudari-saudarinya: seni, ilmu pengetahuan alam, dan sosial yang mengamati gejala alam dan kehidupan, matematika utamanya mempelajari gagasan buatan manusia. Aturan yang sepertinya diturunkan dari langit dan bersifat mutlak hampir tidak ada dalam matematika, kecuali satu kepatuhan pematematika pada proses penyimpulan yang berdasarkan deduksi semata. Matematika adalah bentuk seni paling radikal yang memungkinkan manusia melepaskan pemikirannya dari realita. Matematika tidak punya aturan yang menghambat pengembaraan berpikir. Inilah hakikat matematika. Prosedur penjumlahan atau pengurangan bilangan yang dinyatakan dalam KD di atas mengirimkan pesan bahwa prosedur itu memang harus begitu. Ditambah lagi, kata patuh sampai muncul 4 kali. Padahal semua prosedur dalam matematika buatan manusia. Justru siswa bersama guru matematika diharapkan menciptakan prosedur-prosedur baru untuk menjumlahkan, mengurangkan, mengalikan, atau membagi bilangan. Keberanian bertanya kritis: “Mengapa prosedur penjumlahan bilangan harus begitu?” serta berpikir alternatif: “Bagaimana prosedur menjumlahkan bilangan yang lebih efisien?” yang diharapkan melalui mata pelajaran matematika. Nuansa bertanya kritis dan tak mudah puas seperti ini yang kita harapkan dalam sebuah kurikulum matematika. Kepatuhan memang baik pada konteks tertentu, tetapi dalam bermatematika, kepatuhan bukan sikap yang dimuliakan. Terkait dengan usulan IPA dan IPS yang akan dilebur ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, tentunya kita akademisi tertarik dengan pernalaran di balik gagasan itu. Dengan peleburan itu, masihkah anak-anak dan cucu-cucu kita di peradaban mendatang dapat merasakan kasmaran dengan keilmuan pengetahuan alam dan sosial, seperti fisika, kimia, geografi, dsb? Perlulah dikutip sebuah dzikir
  • 4. kegundahan yang diungkapkan seorang rekayasawan penerbangan yang terlibat dalam pembangunan teknologi strategis, Bapak Jusman Syafii Djamal, yang mengungkapkan tentang kasmaran bersains: “… sayap pesawat itu salah satu puncak aplikasi fisika dan matematika yang saya pelajari sejak SD,hingga ITB. Sayang generasi berikut TIDAK akan lagi menikmati the beauty of mathematics and physics. Sebab IPA akan dilebur dlm bahasa.” Kita semua berharap pencetus gagasan peleburan IPA/IPS ke dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia ini dapat menjelaskan bagaimana anak-anak dan cucu-cucu kita masih akan kasmaran seperti Pak Jusman di atas. Pembangunan berbasiskan intelektualitas hanyalah isapan jempol tanpa para pemuda- pemudinya kasmaran berilmu-pengetahuan. Sebuah Gagasan Alternatif Apakah perumusan KI dalam usulan Kurikulum 2013 jelas dan bermakna tunggal. Mungkinkah Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan, Balitbang) nantinya menyusun alat evaluasi terhadap KI itu? Kalau Puspendik tidak dapat merumuskan alat evaluasinya, bagaimana kita akan tahu bahwa pendidikan (baca: siswa) berhasil mencapai tujuan seperti yang ditulis dalam KI? Bagaimana menilainya? Berikut diusulkan sebuah ilustrasi perumusan kurikulum matematika SD yang tidak melanggar hakikat matematika. Sebaiknya, istilah KI diganti dengan kata yang sudah digunakan sebelumnya, yakni karakter. Kemudian, apa saja karakter yang hendak ditumbuhkan di SD, SMP, SMA, dan SMK, dijabarkan. Ilustrasi perumusan ini mengaitkan antara karakter yang hendak dikembangkan dan KD. Dalam ilustrasi ini, misalnya karakter yang hendak dikembangkan adalah: Mampu bernalar, mempertimbangkan, memutuskan, dan bertanggung jawab. Karakter-karakter ini harus secara alami muncul bukan dalam materi matematika, tetapi tersirat kuat dalam bermatematikanya. Munculnya karakter-karakter ini tidak naif diucapkan langsung, tetapi tersirat pada saat siswa merenungkan pengalaman bermatematika. Dalam kasus Kiai Song di atas, kemungkinan besar, para ibu-ibu itu menyadari bahwa mereka mengembangkan nilai-nilai luhur yang tersirat itu melalui proses perenungan pada saat mengaji, bukan saat membuat gerabah. Pada kasus sekolah, perenungan ini justru sangat efektif jika dilakukan pada pelajaran Agama. Itu lah saat mengkaji karakter yang terkait dalam kegiatan belajar matematika. Terkait dengan empat karakter di atas, berikut dirumuskan KD-nya. Misalnya, diambil topik bilangan pecahan. Dalam topik ini, misalnya diusulkan KD: “Siswa memilih cara yang sesuai utk membandingkan dua pecahan dan menjabarkan alasan pilihannya.” Dari KD ini, terbaca langsung bahwa siswa akan mengevaluasi berbagai cara yang diketahuinya untuk membandingkan dua pecahan yang dihadapinya. Kemudian, siswa harus memilih cara yang dianggapnya sesuai serta menyusun argumen, menjelaskan pasangan pecahan berikut: � … � , � … �,� … �,� … �. Untuk pasangan pertama, 2 3 24 12 17 7 1234 2012 mengapa dia memilih cara tersebut. Untuk lebih menjelaskan KD ini, dapat diperhatikan pasangan- 3 4 47 21 26 13 1235 2013 silang: 2 × 4 … 3 × 3. Jadi, lebih besar. Pada pasangan kedua, tentu lebih sesuai membuat pecahan 3 12 siswa kemungkinan akan memilih prosedur tradisional, mengalikan dengan cara tradisional, yakni kali 4 21 24 12 42 21 menjadi atau menyamakan pembilang. Jadi, lebih besar. Untuk pasangan ketiga, digunakan cara menyamakan penyebut. Kemudian, pada pasangan terakhir, misalnya dapat digunakan cara
  • 5. memandang pasangan tersebut sebagai �1 − � dan �1 − �. Jadi, yang kanan lebih besar, karena 1 1 1235 2013 pengurangnya lebih kecil. Setelah itu, dalam KD dinyatakan bahwa siswa perlu mengemukakan argumen mengapa dipilih cara yang dia gunakan. Dari ilustrasi di atas, siswa akan berpikir tingkat tinggi, dengan mempertimbangkan berbagai cara yang dia ketahui, kemudian dia harus memutuskan. Setelah itu dia harus mempertanggungjawabkan keputusannya dengan menyusun alasannya. Seharusnya dari ilustrasi di atas, dapat terbaca dan dirasakan sekarang bahwa empat karakter itu terwujudkan secara sungguh-sungguh dan alamiah dalam KD itu. Empat karakter tersebut sekarang tidak diadakan dengan dibuat-buat. Juga tersirat bahwa berpikir tinggi tidak lebih sulit daripada berpikir tingkat rendah. Keterpaduan Kurikulum dengan Ujian dan Model Belajar Perancangan program pendidikan atau kurikulum secara menyeluruh yang sesuai rekacipta mundur (backward design) meletakkan rumusan tujuan pendidikan sebagai awalan. Kemudian, penilaian pendidikan dan perancangan model pembelajaran. Rumusan tujuan adalah lingkup Puskurbud untuk menjawab pertanyaan, “Anak-anak kita perlu mengembangkan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan nilai apa?” Kemudian, Puspendik harus menjawab pertanyaan, “Bagaimana kita tahu kalau anak-anak kita sudah mempunyai empat hal itu?” Dari situ, selanjutnya perancang model pembelajaran harus menjawab pertanyaan, “Bagaimana membelajarkan pengetahuan, kecakapan, sikap, dan nilai itu?” Tiga jenjang itu perlu dijalankan secara menyatu, bukan dikerjakan secara bertahap atau linear. Satu tahap tidak dapat dikerjakan menunggu tahap lainnya tuntas. Perumusan tujuan pendidikan harus dikonsultasikan bolak balik dengan pembuat evaluasi, agar tujuan yang tidak realistis, yang jelas tak dapat dievaluasi, dapat dirumuskan ulang. Sangat besar diharapkan peranan BSNP dalam penjaminan perancangan Kurikulum 2013 mengikuti sebuah tata kerja yang sistematis dan dilandasi pernalaran yang kokoh.