SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 4
Baixar para ler offline
Berjuang di Pendidikan 2.0
@iwanpranoto1
Angka pada usia atau ketuaan adalah keniscayaan, tetapi keterpakuan pada gagasan usanglah yang
menakutkan. Terlebih, jika gagasan usang dipaksakan pada kebijakan pendidikan publik, generasi
mendatang jelas sedang diancam bahaya.
Pada tanggal 16 Oktober 1996, saat capres Bob Dole dari Partai Republik menantang kursi kepresidenan
AS yang dipegang petahana Presiden Bill Clinton, isu perbedaan usia menyeruak. Bob Dole yang
merupakan veteran Perang Dunia II berusia jauh di atas Presiden Clinton, yang berasal dari generasi
Flower Power atau Daya Bunga. Media ramai mempertanyakan apakah Senator Dole tidak terlalu tua
untuk menjadi presiden. Namun, Presiden Clinton menegaskan, “I can only tell you that I don't think
Senator Dole is too old to be president. It's the--the age of his ideas that I question.” Keusangan gagasan
lah yang harus dipertanyakan.
Gagasan Usang
Pemaksaan gagasan usang dan tak sesuai itu juga yang kerap menjadi akar kebanyakan masalah
pendidikan nasional. Padahal, syarat kesesuaian antara pendidikan dengan generasi anak sudah
diingatkan, antara lain oleh Ali bin Abi Thalib ra: “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.”
Di ucapan itu terkandung tiga pesan. Pesan pertama mengingatkan bahwa penentu kebijakan
pendidikan harus mampu merumuskan kecakapan apa yang dibutuhkan di masa depan, agar dapat
membekali para siswa dengan kecakapan tersebut. Dan sebaliknya, agar menghindari membekali siswa
dengan kecakapan basi yang tak relevan. Oleh karenanya, menjadi aneh saat mendengar pendapat
pembelaan politisi pencetus UN, yang membandingkan soal tahun 1950an dengan soal matematika
tahun 2000an. Terlebih lagi saat dikatakan bahwa soal tahun 1950an lebih susah dibanding sekarang. Itu
dua disiplin ilmu dan masa yang sangat berbeda. Yang satu namanya pelajaran Berhitung, sedang yang
sekarang bernama Matematika. Selain itu, di kehidupan tahun 1950 belum ada kalkulator, sedang
sekarang benda itu tersedia dan bahkan mungkin lebih murah dari harga sebungkus nasi. Sebuah zaman,
kata Friederich Schiller, tidak dapat dilihat dari perspektif zaman lain.
Matematika kerap dimaknai keliru sebagai keilmuan yang sudah tak berkembang lagi. Memang 3 + 2
tetap 5. Tetapi, kegiatan bermatematika dan peran matematika dalam kehidupan sekarang dibanding
60an tahun lampau jauh berbeda. Sekarang, kemampuan mematematikakan situasi sehari-hari jauh
lebih dicari ketimbang berhitung atau menyelesaikan persamaan. Merepotkan siswa dengan
perhitungan ruwet nirmakna sudah bukan masanya.
Tampaknya, para politisi pemaksa kebijakan UN ini berupaya dengan segala cara memutarbalikkan arah
jarum jam pada siswa. Karena kecakapan basi semata yang diujikan lewat Ujian Nasional, para siswa
sekarang jadi menghargai kecakapan berhitung rutin dan berpikir tingkat rendah. Kebijakan sejenis ini
1
Siswa sekaligus guru di pakiwan.com
telah merusak citra matematika, yang sejatinya merupakan seni berpikir, sekarang menjadi sekedar
ketrampilan berhitung. Padahal, seharusnya para siswa sekarang belajar utamanya kecakapan yang tak
dapat dikerjakan mesin. Kecakapan berhitung mendasar memang masih harus dipelajari, namun itu
bukan yang utama dan satu-satunya.
Pesan kedua menyatakan bahwa penentu kebijakan pendidikan harus paham bagaimana cara siswa
sekarang belajar. Perkembangan ilmu syaraf modern membantu memahami bagaimana siswa belajar,
dan ini memberi bukti pendukung yang sahih. Siswa di SD kelas 1 sekarang sampai mahasiswa tahun ke-
2 di pendidikan tinggi termasuk generasi unik, yang disebut Generasi Z. Mereka belajar dengan cara
sangat berbeda dengan gurunya apalagi dengan para penguasa pendidikan. Sudah sadarkah penentu
kebijakan pendidikan bahwa warga asli dunia digital ini lebih suka belajar dari mesin, seperti video dan
kegiatan interaktif, ketimbang dari manusia langsung?
Jika para guru dan juga orangtua kebanyakan sekarang lahir saat dunia masih bergelimang dengan
peralatan analog, seperti telpon kabel tetap, piringan hitam, dan pita magnetik, para siswa sekarang
justru lahir saat gelombang digital itu sedang terbit dan merasuki kehidupannya. Sebagian mahasiswa
yang akan menjadi guru dua atau tiga tahun lagi ini sejak lahir sudah bernafas di udara digital. Beberapa
buku baru telah melaporkan bahwa perubahan kehidupan digital ini mengubah cara mereka belajar
serta cara otak mereka bekerja. Khususnya, penggunaan Google dalam proses belajar serta
kemudahaannya menemukan informasi, telah membuat anak lebih mengingat bagaimana menemukan
informasi itu, ketimbang informasinya2
2
Christina Gossmann, Study Shows Internet Alters Memory: The “Google effect” makes people more likely to
remember information they won’t be able to look up later
. Anak lebih mengingat kata kunci yang digunakan untuk mencari
infomrasi, ketimbang mengingat informasi yang dimunculkan mesin pencari.
Layaknya semua perubahan, gelombang digital berdampak baik sekaligus buruk. Generasi ini dikatakan
sulit konsentrasi dalam waktu yang lama, enggan membaca buku, haus keberhasilan yang seketika, dsb.
Tetapi, mereka juga cerdas dan dikenal penggarap tugas-banyak, mengerjakan banyak hal secara
bersamaan. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah apakah pembuat kebijakan pendidikan sudah
mempertimbangkan ini?
Pesan ketiga mengatakan bahwa ketersediaan metode serta teknologi mutakhir dalam dunia pendidikan
harus dimanfaatkan secara optimum. Khususnya, saat sekarang ini, permasalahan utama pendidikan
adalah keterbatasan mutu serta penyebaran guru di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Itu adalah
permasalahan abad 19 yang masih dihadapi bangsa ini sampai sekarang. Saat menyimak usulan rencana
sistem pelatihan tatap muka untuk dapat melayani lebih dari 2,8 juta guru, termasuk di daerah-daerah
sulit dijamah pula, membuat dahi berkerut. Ditambah lagi, mana mungkin pelatihan hanya sekali,
katakanlah selama dua pekan, langsung dapat membuat guru cakap? Ini layaknya menyelesaikan
permasalahan abad 19 dengan cara abad 19. Tentu rumit.
http://slatest.slate.com/posts/2011/07/15/google_memory_change_columbia_science_magazine_recent_study_r
eve.html
Namun, jika permasalahan tersebut dikaji menggunakan ketersediaan peralatan dan teknologi mutakhir,
sebenarnya sederhana dan relatif mudah. Penerapan perlatihan nirdinding dan nirkabel akan mampu
melayani pengembangan profesi para guru di pelosok. Penggunaan ponsel dan ponsel cerdas, harus
dimanfaatkan dalam upaya pengembangan profesi para guru ini. Lewat pesan pendek, video sekitar lima
menitan, dan forum berbagi guru, upaya peningkatan kecakapan guru mengajar dapat dilakukan secara
lebih rutin, seperti mingguan.
Kampanye Kurikulum 2013 lewat SMS sudah gencar dilakukan. Mengapa justru tak memanfaatkan cara
ini untuk melatih guru? Ketimbang uang pajak dan keringat rakyat dihabiskan untuk kampanye politik
seperti itu, mengapa tak langsung saja melatihkan cara membelajarkan Bahasa Indonesia, Fisika,
Sejarah, dsb lewat SMS? Ini era digital baru!
Pendidikan 2.0
Dalam dunia teknologi informasi, Internet 2.0 ditandai dengan keadaan saat masyarakat bukan lagi
sebagai penyerap informasi pasif belaka, tetapi juga sebagai sumber informasi. Jaring sosial semacam
Facebook, Twitter, YouTube, Slideshare, Wikis, dsb merupakan ilustrasi yang tepat atas esensi Internet
2.0. Berbagai situs ini sebenarnya tak menguasai informasi, tetapi penggunanya justru yang
membagikan informasinya.
Analoginya, jika di Pendidikan 1.0 siswa menyerap pengetahuan dari guru, di Pendidikan 2.0 siswa saling
membagikan pengetahuannya. Dengan ketersediaan jaringan Internet, Pendidikan 2.0 ini sangat cepat
menjamur dan mewabah ke seluruh penjuru dunia. Guru dan siswa sekarang saling mengembangkan
ilmu pengetahuan.
Yang tadinya guru menentukan siapa siswanya, dalam Pendidikan 2.0 justru siswa menentukan ingin
belajar dengan siapa gurunya. Ini seperti Era Yunani kuno dan tradisi pesantren. Di era Pendidikan 2.0
ini, setiap warga dunia maya dapat belajar dengan guru terbaik yang ada. Sangat jamak jika sekarang
warga yang tinggal di pelosok Kalimantan dapat belajar langsung dengan Prof. Sebastian Thrun yang
pakar kecerdasan buatan atau Prof. Keith Devlin yang pakar matematika. Gratis. Oleh karenanya,
sekarang tinggal diperlukan kolaborasi Balitbang Kemendikbud, Pustekkom, berbagai QITEP bersama
Kemenkominfo guna menyediakan sarana listrik dan Internet untuk daerah terpencil, agar Pendidikan
2.0 dapat dinikmati setiap warga. Peran utama Kemendikbud adalah pompa, bukan filter, bukan seperti
kebijakan UN itu.
Di Pendidikan 2.0, siswa menentukan subjek apa dan kapan dia mau pelajari. Akibatnya, persekolahan
formal bukan satu-satunya tempat belajar lagi. Akibatnya pula, makhluk bernama kurikulum nasional –
untuk negara seluas Indonesia serta saat layanan pendidikan yang sangat tak merata – menjadi suatu
gagasan yang sangat tak relevan, jika tak mau dikatakan usang. Dalam buku The New Digital Age
(Schmidt dan Cohen, 2013) difirmankan kurang-lebih sebuah berita gembira: “Siswa yang terpaksa
berada dalam sistem sekolah dengan kurikulum dangkal atau hanya mengajarkan kecakapan menghafal,
akan terselamatkan, karena sekarang akan memiliki peluang belajar di dunia maya yang mendorong
penjelajahan keingintahuan dan berpikir kritis.”
Segera perlu dikampanyekan gerakan agar tiap warga saling menularkan virus hasrat membangun
jaringan belajar mandiri. Mari berjuang dan belajar dengan menjadi guru, murid, bahkan pelatih guru di
Pendidikan 2.0. Perjuangan tanpa penyorak ini sudah lahir. Masing-masing kita segera membangun
jaringan belajar, menjadi guru pejuang di Pendidikan 2.0. Masa depan republik di tangan kita warga,
bukan Kurikulum 2013.
Dengan berselancar pada gelombang digital baru, nyalakan gagasan kemerdekaan di benak setiap anak
republik.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Lampiran 2 kesan-kesan ict dlm masyarakat
Lampiran 2   kesan-kesan ict dlm masyarakatLampiran 2   kesan-kesan ict dlm masyarakat
Lampiran 2 kesan-kesan ict dlm masyarakat
Ummu Iman
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Frey Krasic
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Tjoetnyak Izzatie
 
Artikel pendidikan
Artikel  pendidikan Artikel  pendidikan
Artikel pendidikan
Bang Zaenal
 
Internet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakat
Internet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakatInternet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakat
Internet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakat
Nabila Syuhada
 
Teknologi maklumat- blog
Teknologi maklumat- blogTeknologi maklumat- blog
Teknologi maklumat- blog
ustazmaya
 

Mais procurados (20)

Lampiran 2 kesan-kesan ict dlm masyarakat
Lampiran 2   kesan-kesan ict dlm masyarakatLampiran 2   kesan-kesan ict dlm masyarakat
Lampiran 2 kesan-kesan ict dlm masyarakat
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
 
Kesan ict
Kesan ictKesan ict
Kesan ict
 
Mohd imran
Mohd imranMohd imran
Mohd imran
 
Artikel pendidikan
Artikel  pendidikan Artikel  pendidikan
Artikel pendidikan
 
Internet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakat
Internet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakatInternet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakat
Internet dan kesan-kesan penggunaannya terhadap masyarakat
 
KESAN POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN INTERNET DALAM KALANGAN PELAJAR
KESAN POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN INTERNET DALAM KALANGAN PELAJARKESAN POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN INTERNET DALAM KALANGAN PELAJAR
KESAN POSITIF DAN NEGATIF PENGGUNAAN INTERNET DALAM KALANGAN PELAJAR
 
dampak positif dan negatif perkembangan teknologi bagi kehidupan manusia
dampak positif dan negatif perkembangan teknologi bagi kehidupan manusiadampak positif dan negatif perkembangan teknologi bagi kehidupan manusia
dampak positif dan negatif perkembangan teknologi bagi kehidupan manusia
 
Pengaruh kemajuan teknologi bagi remaja
Pengaruh kemajuan teknologi bagi remajaPengaruh kemajuan teknologi bagi remaja
Pengaruh kemajuan teknologi bagi remaja
 
Peranan teknologi maklumat
Peranan teknologi maklumatPeranan teknologi maklumat
Peranan teknologi maklumat
 
Media pembelajaran melalui internet bagi AUD
Media pembelajaran melalui internet bagi AUDMedia pembelajaran melalui internet bagi AUD
Media pembelajaran melalui internet bagi AUD
 
Tik k7 kd 1.3 1.4 -reguler-
Tik k7 kd 1.3 1.4 -reguler-Tik k7 kd 1.3 1.4 -reguler-
Tik k7 kd 1.3 1.4 -reguler-
 
Teknologi maklumat- blog
Teknologi maklumat- blogTeknologi maklumat- blog
Teknologi maklumat- blog
 
Penulisan ilmiah
Penulisan ilmiahPenulisan ilmiah
Penulisan ilmiah
 
Mengenalkan Teknologi Digital bagi Anak Usia Dini
Mengenalkan Teknologi Digital bagi Anak Usia DiniMengenalkan Teknologi Digital bagi Anak Usia Dini
Mengenalkan Teknologi Digital bagi Anak Usia Dini
 
K lipping globalisasi
K lipping globalisasiK lipping globalisasi
K lipping globalisasi
 
Komputer pada anak usian dini
Komputer pada anak usian diniKomputer pada anak usian dini
Komputer pada anak usian dini
 
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
Cabaran media sosial dalam masyarakat dalam memastikan kestabilan dalam masya...
 
Cover depan
Cover depanCover depan
Cover depan
 

Destaque

FPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - ItalyFPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - Italy
claudiocigna
 
Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3
Iwan Pranoto
 
Australian Open / Optus Campaign Proposal
Australian Open / Optus Campaign Proposal Australian Open / Optus Campaign Proposal
Australian Open / Optus Campaign Proposal
Jaddan Bruhn
 

Destaque (20)

FPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - ItalyFPAW 2012 BID - Italy
FPAW 2012 BID - Italy
 
Kalkulus 1 a minggu 1
Kalkulus 1 a   minggu 1Kalkulus 1 a   minggu 1
Kalkulus 1 a minggu 1
 
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
Menakar Budaya Bernalar Bangsa melalui PISA 2013
 
Irish shopper behaviour and pricing
Irish shopper behaviour and pricingIrish shopper behaviour and pricing
Irish shopper behaviour and pricing
 
Kalkulus 2A – minggu 13
Kalkulus 2A – minggu 13Kalkulus 2A – minggu 13
Kalkulus 2A – minggu 13
 
Kalkulus 2A – minggu 8A
Kalkulus 2A – minggu 8AKalkulus 2A – minggu 8A
Kalkulus 2A – minggu 8A
 
Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3Simetri dan Transformasi – minggu 3
Simetri dan Transformasi – minggu 3
 
Kantar consumer research, March 2012
Kantar consumer research, March 2012Kantar consumer research, March 2012
Kantar consumer research, March 2012
 
Kalkulus 1A minggu 5
Kalkulus 1A   minggu 5Kalkulus 1A   minggu 5
Kalkulus 1A minggu 5
 
Transport and Travel supplement
Transport and Travel supplementTransport and Travel supplement
Transport and Travel supplement
 
Australian Open / Optus Campaign Proposal
Australian Open / Optus Campaign Proposal Australian Open / Optus Campaign Proposal
Australian Open / Optus Campaign Proposal
 
Iniciandose en firefox
Iniciandose en firefoxIniciandose en firefox
Iniciandose en firefox
 
Week 9
Week 9Week 9
Week 9
 
10 Social Media Thoughts for Integrated Marketing
10 Social Media Thoughts for Integrated Marketing10 Social Media Thoughts for Integrated Marketing
10 Social Media Thoughts for Integrated Marketing
 
6º6º
 
Study buddycampus
Study buddycampusStudy buddycampus
Study buddycampus
 
Matek 1 minggu 13
Matek 1   minggu 13Matek 1   minggu 13
Matek 1 minggu 13
 
Matematika 1A minggu 1 (2013-2014)
Matematika 1A  minggu 1 (2013-2014)Matematika 1A  minggu 1 (2013-2014)
Matematika 1A minggu 1 (2013-2014)
 
Task
TaskTask
Task
 
UN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas RusakUN: Sebuah Kompas Rusak
UN: Sebuah Kompas Rusak
 

Semelhante a Berjuang di Pendidikan 2.0

Presentation
PresentationPresentation
Presentation
Tai Erh
 
Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...
Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...
Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...
Fajar Baskoro
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
jampanx
 
Peningkatan tik-guru
Peningkatan tik-guruPeningkatan tik-guru
Peningkatan tik-guru
fauziah25
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Tjoetnyak Izzatie
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Tjoetnyak Izzatie
 
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Sofyan Verink
 
dampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangka
dampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangkadampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangka
dampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangka
merieayi1992
 
dampak negatif perkembangan teknologi komunikasi
dampak negatif perkembangan teknologi komunikasidampak negatif perkembangan teknologi komunikasi
dampak negatif perkembangan teknologi komunikasi
safrrian1992
 
Peran Internet Dalam Dunia
Peran Internet Dalam DuniaPeran Internet Dalam Dunia
Peran Internet Dalam Dunia
siti_dea
 

Semelhante a Berjuang di Pendidikan 2.0 (20)

Tugasan 3 kajian tinjauan
Tugasan 3 kajian tinjauanTugasan 3 kajian tinjauan
Tugasan 3 kajian tinjauan
 
Presentation
PresentationPresentation
Presentation
 
Tugas ict 2
Tugas ict 2Tugas ict 2
Tugas ict 2
 
Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...
Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...
Potensi teknologi informasi dan komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajara...
 
Pendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEKPendidikan dan IPTEK
Pendidikan dan IPTEK
 
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinianDosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
Dosen, mahasiswa dan pembelajaran kekinian
 
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guruContoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
Contoh jurnal-pendidikan-peningkatan-tik-guru
 
Peningkatan tik-guru
Peningkatan tik-guruPeningkatan tik-guru
Peningkatan tik-guru
 
pendidikan
pendidikanpendidikan
pendidikan
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
 
Nampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikanNampak globlisai terhadap pendidikan
Nampak globlisai terhadap pendidikan
 
Hdr3
Hdr3Hdr3
Hdr3
 
Makalah pendidikan 2
Makalah pendidikan 2Makalah pendidikan 2
Makalah pendidikan 2
 
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
Ujian nasional (kekhawatiraan & ritual cuci kaki)
 
Guru merdeka versi panjang
Guru merdeka   versi panjangGuru merdeka   versi panjang
Guru merdeka versi panjang
 
Makalah Bahasa Indonesia. Penerapan teknologi pendidikan - MAN IPUH
Makalah Bahasa Indonesia. Penerapan teknologi pendidikan - MAN IPUHMakalah Bahasa Indonesia. Penerapan teknologi pendidikan - MAN IPUH
Makalah Bahasa Indonesia. Penerapan teknologi pendidikan - MAN IPUH
 
dampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangka
dampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangkadampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangka
dampak negatif perkembangan ilmu teknologi bagi pelajar di Bangka
 
dampak negatif perkembangan teknologi komunikasi
dampak negatif perkembangan teknologi komunikasidampak negatif perkembangan teknologi komunikasi
dampak negatif perkembangan teknologi komunikasi
 
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesiaDampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
Dampak globalisasi terhadap pendidikan di indonesia
 
Peran Internet Dalam Dunia
Peran Internet Dalam DuniaPeran Internet Dalam Dunia
Peran Internet Dalam Dunia
 

Mais de Iwan Pranoto

Mais de Iwan Pranoto (20)

Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya BernalarMenegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
Menegur Kembali Pentingnya Pembangunan Budaya Bernalar
 
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003 Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
Ringkasan Indonesia di TIMSS 2003
 
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi PenyebarannyaKasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
Kasmaran Bernalar serta Strategi Penyebarannya
 
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
Sebuah Ringkasan: Menyemai Benih Budaya Ilmiah di Pembelajaran Matematika dan...
 
Passion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual MasteryPassion to Teach, Conceptual Mastery
Passion to Teach, Conceptual Mastery
 
Mengukur Pemahaman
Mengukur PemahamanMengukur Pemahaman
Mengukur Pemahaman
 
Viewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math LensesViewing Nature through Math Lenses
Viewing Nature through Math Lenses
 
Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja Matematika sebagai Kata Kerja
Matematika sebagai Kata Kerja
 
Mengintip Kompleksitas
Mengintip KompleksitasMengintip Kompleksitas
Mengintip Kompleksitas
 
Kerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan MatematikaKerangka Membelajarkan Matematika
Kerangka Membelajarkan Matematika
 
Developing Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science EducationDeveloping Culture through Math & Science Education
Developing Culture through Math & Science Education
 
Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar Berbahasa untuk Bernalar
Berbahasa untuk Bernalar
 
Karakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan KarakterKarakter Pendidikan Karakter
Karakter Pendidikan Karakter
 
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika MatematikaMempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
Mempertanyakan Rasionalitas dan Estetika Matematika
 
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   finalMenafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika   final
Menafsirkan Gagasan Tan Malaka dalam Pendidikan Matematika final
 
Tan Malaka
Tan Malaka Tan Malaka
Tan Malaka
 
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
Kasmaran Tan Malaka Bermatematika
 
UN LOT VS HOT
UN   LOT VS HOTUN   LOT VS HOT
UN LOT VS HOT
 
Mengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan finalMengukur kecakapan mematematikakan final
Mengukur kecakapan mematematikakan final
 
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
Mengukur Kecakapan Mematematikakan dan Menafsirkan sebagai Kecakapan Utama di...
 

Berjuang di Pendidikan 2.0

  • 1. Berjuang di Pendidikan 2.0 @iwanpranoto1 Angka pada usia atau ketuaan adalah keniscayaan, tetapi keterpakuan pada gagasan usanglah yang menakutkan. Terlebih, jika gagasan usang dipaksakan pada kebijakan pendidikan publik, generasi mendatang jelas sedang diancam bahaya. Pada tanggal 16 Oktober 1996, saat capres Bob Dole dari Partai Republik menantang kursi kepresidenan AS yang dipegang petahana Presiden Bill Clinton, isu perbedaan usia menyeruak. Bob Dole yang merupakan veteran Perang Dunia II berusia jauh di atas Presiden Clinton, yang berasal dari generasi Flower Power atau Daya Bunga. Media ramai mempertanyakan apakah Senator Dole tidak terlalu tua untuk menjadi presiden. Namun, Presiden Clinton menegaskan, “I can only tell you that I don't think Senator Dole is too old to be president. It's the--the age of his ideas that I question.” Keusangan gagasan lah yang harus dipertanyakan. Gagasan Usang Pemaksaan gagasan usang dan tak sesuai itu juga yang kerap menjadi akar kebanyakan masalah pendidikan nasional. Padahal, syarat kesesuaian antara pendidikan dengan generasi anak sudah diingatkan, antara lain oleh Ali bin Abi Thalib ra: “Didiklah anakmu sesuai dengan zamannya.” Di ucapan itu terkandung tiga pesan. Pesan pertama mengingatkan bahwa penentu kebijakan pendidikan harus mampu merumuskan kecakapan apa yang dibutuhkan di masa depan, agar dapat membekali para siswa dengan kecakapan tersebut. Dan sebaliknya, agar menghindari membekali siswa dengan kecakapan basi yang tak relevan. Oleh karenanya, menjadi aneh saat mendengar pendapat pembelaan politisi pencetus UN, yang membandingkan soal tahun 1950an dengan soal matematika tahun 2000an. Terlebih lagi saat dikatakan bahwa soal tahun 1950an lebih susah dibanding sekarang. Itu dua disiplin ilmu dan masa yang sangat berbeda. Yang satu namanya pelajaran Berhitung, sedang yang sekarang bernama Matematika. Selain itu, di kehidupan tahun 1950 belum ada kalkulator, sedang sekarang benda itu tersedia dan bahkan mungkin lebih murah dari harga sebungkus nasi. Sebuah zaman, kata Friederich Schiller, tidak dapat dilihat dari perspektif zaman lain. Matematika kerap dimaknai keliru sebagai keilmuan yang sudah tak berkembang lagi. Memang 3 + 2 tetap 5. Tetapi, kegiatan bermatematika dan peran matematika dalam kehidupan sekarang dibanding 60an tahun lampau jauh berbeda. Sekarang, kemampuan mematematikakan situasi sehari-hari jauh lebih dicari ketimbang berhitung atau menyelesaikan persamaan. Merepotkan siswa dengan perhitungan ruwet nirmakna sudah bukan masanya. Tampaknya, para politisi pemaksa kebijakan UN ini berupaya dengan segala cara memutarbalikkan arah jarum jam pada siswa. Karena kecakapan basi semata yang diujikan lewat Ujian Nasional, para siswa sekarang jadi menghargai kecakapan berhitung rutin dan berpikir tingkat rendah. Kebijakan sejenis ini 1 Siswa sekaligus guru di pakiwan.com
  • 2. telah merusak citra matematika, yang sejatinya merupakan seni berpikir, sekarang menjadi sekedar ketrampilan berhitung. Padahal, seharusnya para siswa sekarang belajar utamanya kecakapan yang tak dapat dikerjakan mesin. Kecakapan berhitung mendasar memang masih harus dipelajari, namun itu bukan yang utama dan satu-satunya. Pesan kedua menyatakan bahwa penentu kebijakan pendidikan harus paham bagaimana cara siswa sekarang belajar. Perkembangan ilmu syaraf modern membantu memahami bagaimana siswa belajar, dan ini memberi bukti pendukung yang sahih. Siswa di SD kelas 1 sekarang sampai mahasiswa tahun ke- 2 di pendidikan tinggi termasuk generasi unik, yang disebut Generasi Z. Mereka belajar dengan cara sangat berbeda dengan gurunya apalagi dengan para penguasa pendidikan. Sudah sadarkah penentu kebijakan pendidikan bahwa warga asli dunia digital ini lebih suka belajar dari mesin, seperti video dan kegiatan interaktif, ketimbang dari manusia langsung? Jika para guru dan juga orangtua kebanyakan sekarang lahir saat dunia masih bergelimang dengan peralatan analog, seperti telpon kabel tetap, piringan hitam, dan pita magnetik, para siswa sekarang justru lahir saat gelombang digital itu sedang terbit dan merasuki kehidupannya. Sebagian mahasiswa yang akan menjadi guru dua atau tiga tahun lagi ini sejak lahir sudah bernafas di udara digital. Beberapa buku baru telah melaporkan bahwa perubahan kehidupan digital ini mengubah cara mereka belajar serta cara otak mereka bekerja. Khususnya, penggunaan Google dalam proses belajar serta kemudahaannya menemukan informasi, telah membuat anak lebih mengingat bagaimana menemukan informasi itu, ketimbang informasinya2 2 Christina Gossmann, Study Shows Internet Alters Memory: The “Google effect” makes people more likely to remember information they won’t be able to look up later . Anak lebih mengingat kata kunci yang digunakan untuk mencari infomrasi, ketimbang mengingat informasi yang dimunculkan mesin pencari. Layaknya semua perubahan, gelombang digital berdampak baik sekaligus buruk. Generasi ini dikatakan sulit konsentrasi dalam waktu yang lama, enggan membaca buku, haus keberhasilan yang seketika, dsb. Tetapi, mereka juga cerdas dan dikenal penggarap tugas-banyak, mengerjakan banyak hal secara bersamaan. Oleh karena itu, pertanyaannya adalah apakah pembuat kebijakan pendidikan sudah mempertimbangkan ini? Pesan ketiga mengatakan bahwa ketersediaan metode serta teknologi mutakhir dalam dunia pendidikan harus dimanfaatkan secara optimum. Khususnya, saat sekarang ini, permasalahan utama pendidikan adalah keterbatasan mutu serta penyebaran guru di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Itu adalah permasalahan abad 19 yang masih dihadapi bangsa ini sampai sekarang. Saat menyimak usulan rencana sistem pelatihan tatap muka untuk dapat melayani lebih dari 2,8 juta guru, termasuk di daerah-daerah sulit dijamah pula, membuat dahi berkerut. Ditambah lagi, mana mungkin pelatihan hanya sekali, katakanlah selama dua pekan, langsung dapat membuat guru cakap? Ini layaknya menyelesaikan permasalahan abad 19 dengan cara abad 19. Tentu rumit. http://slatest.slate.com/posts/2011/07/15/google_memory_change_columbia_science_magazine_recent_study_r eve.html
  • 3. Namun, jika permasalahan tersebut dikaji menggunakan ketersediaan peralatan dan teknologi mutakhir, sebenarnya sederhana dan relatif mudah. Penerapan perlatihan nirdinding dan nirkabel akan mampu melayani pengembangan profesi para guru di pelosok. Penggunaan ponsel dan ponsel cerdas, harus dimanfaatkan dalam upaya pengembangan profesi para guru ini. Lewat pesan pendek, video sekitar lima menitan, dan forum berbagi guru, upaya peningkatan kecakapan guru mengajar dapat dilakukan secara lebih rutin, seperti mingguan. Kampanye Kurikulum 2013 lewat SMS sudah gencar dilakukan. Mengapa justru tak memanfaatkan cara ini untuk melatih guru? Ketimbang uang pajak dan keringat rakyat dihabiskan untuk kampanye politik seperti itu, mengapa tak langsung saja melatihkan cara membelajarkan Bahasa Indonesia, Fisika, Sejarah, dsb lewat SMS? Ini era digital baru! Pendidikan 2.0 Dalam dunia teknologi informasi, Internet 2.0 ditandai dengan keadaan saat masyarakat bukan lagi sebagai penyerap informasi pasif belaka, tetapi juga sebagai sumber informasi. Jaring sosial semacam Facebook, Twitter, YouTube, Slideshare, Wikis, dsb merupakan ilustrasi yang tepat atas esensi Internet 2.0. Berbagai situs ini sebenarnya tak menguasai informasi, tetapi penggunanya justru yang membagikan informasinya. Analoginya, jika di Pendidikan 1.0 siswa menyerap pengetahuan dari guru, di Pendidikan 2.0 siswa saling membagikan pengetahuannya. Dengan ketersediaan jaringan Internet, Pendidikan 2.0 ini sangat cepat menjamur dan mewabah ke seluruh penjuru dunia. Guru dan siswa sekarang saling mengembangkan ilmu pengetahuan. Yang tadinya guru menentukan siapa siswanya, dalam Pendidikan 2.0 justru siswa menentukan ingin belajar dengan siapa gurunya. Ini seperti Era Yunani kuno dan tradisi pesantren. Di era Pendidikan 2.0 ini, setiap warga dunia maya dapat belajar dengan guru terbaik yang ada. Sangat jamak jika sekarang warga yang tinggal di pelosok Kalimantan dapat belajar langsung dengan Prof. Sebastian Thrun yang pakar kecerdasan buatan atau Prof. Keith Devlin yang pakar matematika. Gratis. Oleh karenanya, sekarang tinggal diperlukan kolaborasi Balitbang Kemendikbud, Pustekkom, berbagai QITEP bersama Kemenkominfo guna menyediakan sarana listrik dan Internet untuk daerah terpencil, agar Pendidikan 2.0 dapat dinikmati setiap warga. Peran utama Kemendikbud adalah pompa, bukan filter, bukan seperti kebijakan UN itu. Di Pendidikan 2.0, siswa menentukan subjek apa dan kapan dia mau pelajari. Akibatnya, persekolahan formal bukan satu-satunya tempat belajar lagi. Akibatnya pula, makhluk bernama kurikulum nasional – untuk negara seluas Indonesia serta saat layanan pendidikan yang sangat tak merata – menjadi suatu gagasan yang sangat tak relevan, jika tak mau dikatakan usang. Dalam buku The New Digital Age (Schmidt dan Cohen, 2013) difirmankan kurang-lebih sebuah berita gembira: “Siswa yang terpaksa berada dalam sistem sekolah dengan kurikulum dangkal atau hanya mengajarkan kecakapan menghafal, akan terselamatkan, karena sekarang akan memiliki peluang belajar di dunia maya yang mendorong penjelajahan keingintahuan dan berpikir kritis.”
  • 4. Segera perlu dikampanyekan gerakan agar tiap warga saling menularkan virus hasrat membangun jaringan belajar mandiri. Mari berjuang dan belajar dengan menjadi guru, murid, bahkan pelatih guru di Pendidikan 2.0. Perjuangan tanpa penyorak ini sudah lahir. Masing-masing kita segera membangun jaringan belajar, menjadi guru pejuang di Pendidikan 2.0. Masa depan republik di tangan kita warga, bukan Kurikulum 2013. Dengan berselancar pada gelombang digital baru, nyalakan gagasan kemerdekaan di benak setiap anak republik.