SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 7
Baixar para ler offline
Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida



      PENGENDALIAN PENYAKIT BLENDOK (Phythophthora citropthora) PADA
                  TANAMAN JERUK DENGAN FUNGISIDA




                                        Eli Korlina dan Diding Rachmawati
                                 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
                         Jl. Raya Karangploso Km-4 Po Box 188 Malang. Telp 0341-494052.


                                                           ABSTRAK

       Penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen Phythophthora citropthora merupakan penyakit utama
       yang menyerang batang tanaman jeruk. Penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar, yaitu lebih
       dari 66% dari semua penyakit akar dan lebih dari 90% penyakit busuk pangkal batang pada tanaman
       berkayu Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas fungisida
       Azoxystrobin 200 G/L + Difenoconazole 125 G/L dan Mefenoxam 4 G/L + Mancozeb 64 G/L dalam
       mengendalikan penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen P. citropthora. Percobaan dilaksanakan
       di kebun petani jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Malang, pada bulan Juni sampai dengan
       September 2010, dengan ketinggian tempat ± 950 dpl. Tanaman jeruk yang digunakan berumur > 10
       tahun, jenis Jeruk manis. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan sembilan
       perlakuan yaitu Fungisida Azoxystrobin 200 G/L + Difenoconazole 125 G/L konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2
       ml/l, Fungisida Mefenoxam 4 G/L + Mancozeb 64 G/L konsentrasi 1.25, 2.50; 3.75; 5.00(g/l dan
       kontrol (tanpa perlakuan), masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil percobaan menunjukkan
       bahwa rata-rata intensitas serangan P. citropthora pada tanaman jeruk yang diperlakukan fungisida
       lebih rendah (1-5%) dibanding kontrol ( 32%) pada pengamatan ke-10. Produksi buah jeruk rata-rata
       berkisar antara 26,83 - 34,33 kg per pohon           Tanaman jeruk yang disemprot tidak ada yang
       mengalami fitotoksis, sehingga fungisida yang diuji layak untuk digunakan.

       Kata kunci: Penyakit blendok, tanaman jeruk, fungisida



                                                          ABSTRACT

       Blendok diseases caused by pathogens Phythophthora citropthora a major disease that attacks the
       stems of citrus. The disease can cause large losses of more than 66% of all root disease and more
       than 90% stem rot disease on woody plant research is conducted with the aim to examine the
       effectiveness of fungicides Azoxystrobin 200 G / L + Difenoconazole 125 G / L and Mefenoxam 4 G
       / L + Mancozeb 64 G / L in the control of diseases caused by pathogens blendok P. citropthora.
       Experiments conducted at farmers orange in Dau Malang, from June to September 2010, with ± 950
       asl level. Plants used in old citrus> 10 years, the type of sweet orange. Experiment using a
       randomized block design with nine treatments that Fungicides Azoxystrobin 200 G / L +
       Difenoconazole 125 G / L concentrations of 0.5, 1, 1.5, 2 ml / l, fungicides Mefenoxam 4 G / L +
       Mancozeb 64 G / L concentrations of 1:25, 2:50, 3.75, 5.00 (g / l and control (no treatment), each
       treatment was repeated 3 times. The results showed that the average intensity of P. citropthora on
       citrus treated fungicide is lower (1-5%) than controls (32%) in the observation of 10. Production of
       citrus fruits on average ranged from 26.83 to 34.33 kg/ tree crops are sprayed orange none having
       fitotoksis, so that fungicides tested feasible to use.

       Key words: Blendok disease, citrus plant, fungicide




                                                                1
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011



                                                           PENDAHULUAN
         Penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen Phythophthora citropthora merupakan
penyakit utama yang menyerang batang tanaman jeruk. Penyakit dapat menimbulkan kerugian yang
besar, yaitu lebih dari 66% dari semua penyakit akar dan lebih dari 90% penyakit busuk pangkal batang
pada tanaman berkayu (Anonim, 2010a). Phytophtora tersebar di tanah melalui spora yang aktif dalam
air, perkembangan spora sangat cepat pada keadaan lembab. Penyakit ini umumnya menyerang pada
bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang atas dan
bawah bibit jeruk okulasi. Infeksi terjadi melalui pelukaan pada pangkal batang (penyebaran oleh
oospora melalui luka alamiah, luka karena alat pertanian, atau luka oleh serangga). Infeksi terutama
terjadi pada musim hujan dan dibantu oleh pH tanah agak asam (6,0–6,5). Gejala awal tampak berupa
bercak basah yang berwarna gelap/hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang
(Gambar 1). Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan perubahan terjadi
pada permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut memperlihatkan pertumbuhan
cendawan berwarna putih. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan
blendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk kalus. Setelah beberapa lama, kulit mati dan
mengelupas, sehingga terjadilah luka yang lebar. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi
apabila bercak pada kulit melingkari batang. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas
hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke
bagian akar tanaman (Anonim, 2010 b)
         Penyakit Phythophthora di dalam kebun dapat terbawa oleh aliran air bersama-sama dengan
tanah. Selain itu jamur dapat terangkut jauh karena terbawa oleh bibit (okulasi) dan tanah yang
menyertai bibit (Semangun, 2000). Kadang-kadang bagian yang sakit tidak meluas, kulit yang busuk
menjadi kering dan lepas, sehingga terjadi kanker atau luka terbuka yang dibatasi oleh jaringan kalus.
Penyakit busuk pangkal batang lebih banyak menyerang kebun dengan ketinggian tempat lebih dari 400
m dpl, pada tanah-tanah yang basah, seperti tanah lempung berat yang dapat menahan air lebih lama.




                     Gambar 1. Gejala penyakit blendok (Phythophthora citropthora)

        Banyak fungisida yang sudah direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit blendok yang
disebabkan oleh Botryodiplodia theobromae, diantaranya fungisida carbendazim+mancozeb ( Asaad dan
Warda, 2004) dan fungisida Difenokonazol 250 g/l ( Triwiratno dkk, 2004). Namun fungisida untuk
mengendalikan blendok yang disebabkan P. citropthora belum banyak yang melaporkan. Untuk itu
keberadaan fungisida baru seperti azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l dan mefenoxam 4 g/l
+ mancozeb 64 g/l diharapkan dapat mensubstitusi fungisida yang sudah ada.


                                                                2
Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida



         Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas fungisida azoxystrobin 200 g/l +
difenoconazole 125 g/l dan mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l dalam mengendalikan penyakit blendok
yang disebabkan oleh patogen P. citropthora.

                                                  BAHAN DAN METODE
        Percobaan dilaksanakan di Kebun Petani Desa Selorejo Kecamatan Dau Malang. Dilaksanakan
mulai bulan Juni sampai dengan September 2010, dengan ketinggian tempat ± 950 dpl. Tanaman jeruk
yang digunakan untuk pengujian berumur > 10 tahun, jenis jeruk manis ( Citrus sinensis) yang dilaporkan
rentan terhadap penyakit diplodia (P. citropthora). Pemeliharaan dilaksanakan sesuai rekomendasi
Balitjestro. Selama percobaan tanaman dipelihara sesuai rekomendasi teknologi, meliputi pemangkasan,
penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman. Percobaan menggunakan rancangan
acak kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan (Tabel 1) masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Unit
percobaan masing-masing terdiri dari 5 pohon.

                                  Tabel 1. Perlakuan konsentrasi fungisida yang diuji

                                            Perlakuan                                         Konsentrasi

                    A.    Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l                       0.50 (ml / l)
                    B.    Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l                       1.00 (ml / l)
                    C.    Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l                       1.50 (ml / l)
                    D.    Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l                       2.00 (ml / l)
                    E.    Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l                                     1.25 (g/l)
                    F.    Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l                                    2.50 (g/l)
                    G.    Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l                                     3.75(g/l)
                    H.    Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l                                     5.00(g/l)
                    I.    Kontrol (tanpa fungisida)                                                0,00

         Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk menjamin percobaan efikasi fungisida
yang diuji. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu digunakan pestisida lain maka penggunaan
pestisida tersebut harus dijaga supaya tidak mengganggu pengaruh fungisida yang diuji terhadap
penyakit sasaran, sehingga penarikan kesimpulan hasil percobaan tidak mengalami kesalahan. Pengaturan
letak petak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran
penyakit sasaran lebih kurang merata. Aplikasi fungisida yang diuji dilakukan dengan menggunakan alat
semprot punggung semi otomatis tekanan tinggi, dengan volume penyemprotan sesuai kalibrasi.
Sedangkan volume fungisida yang dibutuhkan disesuaikan dengan perlakuan seperti pada tabel 1.
Fungisida yang diuji diaplikasikan secara langsung pada bagian pangkal batang utama serta
cabang/ranting yang dekat dengan batang utama. Aplikasi fungisida dapat menggunakan perekat.
Aplikasi fungisida pertama dilakukan secara preventive. Aplikasi selanjutnya dilakukan setiap 7 hari
sekali sebanyak minimal 10 kali aplikasi. Jarak antar petak perlakuan adalah 2 baris tanaman.
         Penentuan tanaman contoh dilakukan secara sistematis. Metode pengamatan dilakukan dengan
menghitung tingkat kerusakan tanaman dengan rumus :

                                      ∑ (nv)
                                 I = ------------ x 100%
                                        VN

                    I        =     tingkat kerusakan tanaman (intensitas serangan)
                    n        =     jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan
                                                                3
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011



                     v        =      nilai skala tiap kategori serangan
                     V        =      nilai skala dari kategori serangan tertinggi
                     N        =      jumlah tanaman contoh yang diamati

           Skala serangan (v) ditentukan sebagai berikut :
                     0        =      tidak ada serangan
                     1        =      < ¼ bagian batang utama terdapat bercak
                     2        =      ¼ bagian batang utama terdapat bercak
                     3        =      > ¼ - ½ bagian batang utama terdapat bercak
                     4        =      > ½ - ¾ bagian batang utama terdapat bercak
                     5        =      seluruh bagian batang utama terdapat bercak

Pengamatan dilakukan satu hari sebelum tiap aplikasi. Selanjutnya dilakukan secara reguler dengan
interval 7 hari sekali.
         Sebagai data penunjang juga diamati gejala fitotoksis karena fungisida yang diuji, serta data
produksi. Kriteria efikasi didasarkan pada tingkat kerusakan penyakit. Tingkat efikasi (TE) fungisida
uji dihitung dari hasil pengamatan terakhir dengan menggunakan rumus :
                    TE = (ISK – ISP) (ISK)-1 x 100%
Keterangan :
               TE = tingkat efikasi
               ISK = intensitas serangan penyakit pada kontrol (tanpa fungisida)
               ISP = intensitas serangan penyakit pada perlakuan fungisida
Fungisida yang diuji dikatakan efektif bila tingkat efikasi (TE) lebih dari atau sama dengan 30%.

                                                HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas Serangan
         Penyakit blendok yang disebabkan oleh P. citropthora pada tanaman jeruk ditandai adanya
gejala seperti kecap pada batang bagian bawah yang dekat dengan tanah. Apabila tidak dikendalikan
lama kelamaan gejala tersebut akan menyebabkan kulit batang menjadi retak. Pengamatan ditujukan
terhadap gejala serangan pada batang utama dengan cara menghitung intensitas serangan. Dari hasil
pengamatan gejala sebelum aplikasi fungisida, nampak bahwa intensitas serangan penyakit blendok pada
batang bawah tanaman jeruk memperlihatkan serangan yang hampir merata yaitu berkisar antara 10,67
– 13,33% (Tabel 2). Pada pengamatan pertama setelah aplikasi pertama pengaruh fungisida yang diuji
belum memperlihatkan perbedaan intensitas serangan antara perlakuan fungisida dan dosis yang
berbeda. Perbedaan mulai nampak setelah aplikasi kedua, pengaruh perlakuan fungisida dan dosis yang
berbeda menyebabkan persentase intensitas serangan juga berbeda dengan intensitas serangan
berkisar antara 4,47%-10,47%, kecuali perlakuan Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l 1,5 ml/l
tidak berbeda nyata dengan kontrol dengan intensitas serangan 13,33% dan 18,47%.
         Hal ini berlanjut terus sampai pengamatan ke-4. Mulai pengamatan ke-5 nampak bahwa
fungisida yang dicoba mampu menekan perkembangan penyakit blendok, dengan ditandai adanya
penurunan serangan dari perlakuan yang diuji, kecuali perlakuan fungisida pada dosis rendah baik
Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l (0,5 ml/l) maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l
(1,25 g/l) intensitas serangan cenderung naik. Pada pengamatan ke-6 Intensitas serangan pada
perlakuan fungisida menurun dengan rata-rata serangan 2,67%-10,67%, sedangkan pada kontrol
mencapai 22,67%, namun pada pengamatan ke-7 nampak terjadi adanya kenaikan intensitas serangan
pada sebagian perlakuan, kecuali pada perlakuan fungisida Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l (0,5
ml/l).

                                                            4
Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida



                      Tabel 2.   Rata‐rata penyakit blendok (Phythophthora citropthora) pada tanaman jeruk Malang.      2010 

   Perla‐    Sebelum                                                                               Pengamatan ke………… 
   kuan     Aplikasi       1                              2               3                4           5          6          7                8          9         10 
     A       10,67 a*)     12,00 ab                       10,67 a         10,67 ab         8,00 ab  9,33  bc      6,67 ab    10,67 ab         6.67 a     6,67 a    4,00 a 
     B        14,67 a      14,67  b                       10,67 a         8,00 ab          9,33 ab  5,33 ab       4,00 ab    6,67 ab          5,33 a     5,33 a    2,67 a 
     C        16,00 a      16,00  b                       13,33 ab        14,67            16,00       13,33  c   10,67      17,22 bc         13,33 a    6,67 a    5,33 a 
                                                                          bc               bc                     b 
     D        10,67 a      10,67 ab                       9,33 a          6,67 ab          6,67 ab  6,67 ab       2,67 a     5,33 ab          5,33 a     6,67 a    4,00 a 
     E        10,67 a      9,33 ab                        9,33 a          6,67 ab          1,33 a      2,67 a     2,67 a     1,33 a           5,33 a     5,33 a    2,67 a 
     F        13,33 a      13,33 ab                       10,67 a         6,67 ab          5,33 a      5,33 ab    4,00 ab    4,00 a           4,00 a     5,33 a    1,33 a 
     G        10,67 a      8,00 ab                        8,00 a          4,00 a           6,67 ab  4,00 ab       2,67 a     8,00 ab          9,33 a     8,00 a    4,00 a 
     H         8,00 a      5,33 a                         6,67 a          6,67 ab          8,00 ab  6,67 ab       5,33 ab    6,67 ab          5,33 a     6,67 a    1,33 a 
     I        13,33 a      12,00 ab                       18,67  b        20,00   c        24,00       21,33   d  22,67 c    25,33   c        26,67      26,67     32,00  
                                                                                           c                                                  b          b         b 

       *Angka dalam satu kolom yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata  
         berdasarkan uji Duncan 5%. 


        Hal ini terjadi karena pada saat setelah aplikasi ke 7 hujan terus menerus, sehingga
menyebabkan spora Phythophthora cepat berkembang. Menurut Lucas et al (1985) pada kondisi suhu
20oC – 35oC yang disertai hujan menyebabkan kelembaban tanah tinggi, zoospora akan diproduksi dalam
jumlah besar, sehingga akan menginfeksi setiap tanaman dari tempat satu ke tempat lain yang kontak
dengan zoospora. Sedangkan menurut Rismansyah (2010) suhu 230C-260C dengan kelembaban 91-100%,
perkembangan Phythophthora sangat pesat.
         Pada pengamatan ke 8 terjadi penurunan kembali intensitas serangan, terutama pada semua
dosis perlakuan fungisida Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, sedangkan pada perlakuan
fungisida Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l cenderung intensitas serangan meningkat yaitu pada
dosis 1,25 g/l dan 3,75 g/l. Pada pengamatan ke 9 dan 10 intensitas serangan blendok pada tanaman
jeruk yang diberi perlakuan fungisida memperlihatkan rata-rata yang tetap atau bahkan menurun
dibanding kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan aktif yang terkandung didalam fungisida, baik
bahan aktif Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l
mampu menghambat perkembangan jamur Phythophthora. Sedangkan tanaman yang tidak dikendalikan
fungisida pertumbuhan jamurnya tetap berkembang terus tanpa ada kendali (Gambar 2)

                                                                A         B       C            D       E       F       G         H        I

                                                     35

                                                     30
                                          ra g n )
                                In n s se n a (%




                                                     25

                                                     20

                                                     15
                                  te sita




                                                     10

                                                      5

                                                      0
                                                            1         2       3        4        5      6       7      8      9       10
                                                                                           Pengamatan ke....




                             Gambar 2. Perkembangan penyakit blendok (Phythophthora citropthora)
                                       setelah aplikasi fungisida

       Besaran nilai efektifitas fungisida disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan nilai efektifitas nampak
bahwa semua konsentrasi fungisida yang dicoba, baik Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l,
maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l mempunyai nilai efektifitas rata-rata diatas 30%. Hal ini

                                                                                               5
Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011



mengindikasikan bahwa penggunaan fungisida yang diuji efektif dapat menekan perkembangan P.
citropthora, baik dari konsentrasi terendah (0,5 ml/l) sampai konsentrasi tinggi (2 ml/l) untuk
Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l konsentrasi
1,25 g/l sampai 5 g/l.

                Tabel 3. Tingkat efikasi fungisida yang diuji (%) terhadap penyakit blendok
                         (Phythophthora citropthora) pada tanaman jeruk

           Perlak                  Tingkat efikasi fungisida yang diuji terhadap penyak blendok (%)
                                                        pada pengamatan ke………
                          2           3         4         5         6        7        8        9        10
               A        42,85      46,65     66,67     56,26     70,57     57,87   74,99    74,99     87,50
               B        42,85      60,00     61,13     75,01     82,36     73,67   80,02    80,02     91,66
               C        28,60      26,65     33,33     37,51     52,93     32,02   50,02    74,99     83,34
               D        50,03      66,65     72,21     68,73     88,22     78,96   80,02    74,99     87,50
               E        50,03      66,65     94,46     87,48     88,22     94,75   80,02    80,02     91,66
               F        42,85      66,65     77,79     75,01     82,36     84,21   85,00    80,02     95,84
               G        57,15      80,00     72,21     81,25     88,22     68,42   65,02    70,00     87,50
               H        64,27      66,65     66,67     68,73     76,45     73,67   80,02    74,99     95,84
               I          0           0         0         0         0        0        0        0         0

Produksi
        Sebagai data penunjang diamati juga produksi dari tanaman jeruk per pohon yang dipisah-
pisahkan menurut perlakuan dan ulangan. Untuk setiap 5 pohon contoh tanaman, buah jeruknya
ditimbang dan dirata-ratakan . Hasil pengamatan produksi nampak bahwa rata-rata produksi buah jeruk
untuk setiap perlakuan memperlihatkan besaran nilai yang hampir merata yaitu yang terendah 26,83 kg
dan tertinggi 34,33 kg per pohon (Tabel 4). Nampaknya belum ada pengaruh yang nyata dari perlakuan
fungisida terhadap produksi dalam jangka waktu tiga bulan aplikasi, kemungkinan pengaruhnya dapat
terlihat setelah satu tahun. Namun apabila penyakit blendok yang disebabkan oleh P. citropthora tidak
dikendalikan dalam jangka waktu yang lama, maka lama kelamaan pohonnya akan meranggas karena suplai
unsur hara dari dalam tanah akan terganggu, akibat adanya gangguan penyakit di bagian akar dan
kambium, sehingga akan menurunkan produksi buah jeruk.
        Fungisida Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb
64 g/l sangat efektif menekan serangan P. citropthora pada dosis rendah sampai pada dosis tinggi dan
tidak menyebabkan fitotoksis pada daun dan buah jeruk.

                                    Tabel 4. Rata-rata produksi buah jeruk. Malang 2010

                                                   Perlakuan                                     Produksi
                                                                                              buah jeruk (kg)
            A.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 0,5 ml/l                             26,83 a*)
            B.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 1 ml/l                                31,03 ab
            C.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 1,5 ml/l                              33,23 b
            D.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 2 ml/l                                30,87 ab
            E.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 1,25 ml/l                                        32,97 b
            F.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 2,5 ml/l                                         32,30 b
            G.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 3,75 ml/l                                        34,33 a
            H.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 5 ml.l                                           30,95 ab
            I.Kontrol (tanpa fungisida)                                                          30,86 ab

             *Angka dalam satu kolom yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata
              berdasarkan uji Duncan 5%.

                                                               6
Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida



                                                        KESIMPULAN
         Fungisida Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l konsentrasi 0,5 – 2 ml per liter dan
Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l konsentrasi 1,25 – 5 gr per liter, sangat efektif mengendalikan
penyakit Phythophthora citropthora. Produksi buah jeruk rata-rata berkisar antara 26,83 - 34,33 kg
per pohon Tanaman jeruk yang disemprot tidak ada yang mengalami fitotoksis, sehingga fungisida yang
diuji layak untuk digunakan.

                                                    DAFTAR PUSTAKA
Asaad, M dan Warda. 2004. Pengkajian pengendalian penyakit diplodia pada jeruk siam. Prosiding
       Seminar Jeruk Siam Nasional. Surabaya 15-16 Juni 2004. Puslitbanghort. Badan Litbang
       Pertanian. Hal 357-366
Anonim. 2010a. Phytophthora Sp. Patogen Penyebab Penyakit Pada Tanaman Jeruk Dan Buah Subtropika
       (Bagian Pertama). http://balitjestro.litbang.deptan.go.id. Diakses tgl 9 April 2010
Anonim. 2010b. Penyakit tanaman dan pengendaliannya http://totonunsri. blogsome.com/2008/11/17 .
       Diakses tgl 5 Mei 2010
Lucas, G.B., Campbell.C.L and Lucas, L.T. 1985. Introduction to Plant Diseases Indentification and
       Management. The AVI Publishing Company, Inc
Rismansyah,     EA.     2010.     Jangan      Sepelekan      Serangan    Phytophthora     pada
       Tanaman Anda.http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/01/15/jangan-sepelekan-
       serangan-phytophthora-pada-tanaman-anda diakses tgl 26 Sept 2010.
Semangun H. 2000. Penyakit Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Univ. Gadjah
      Mada Press.
Triwiratno, A., Dwiastuti, ME dan Widodo, B. 2004. Teknik pengendalian penyakit diplodia
       (Botryodiplodia theobromae) dan penyakit jamur kerak menggunakan fungisida difenokonazol
       250 g/l pada pamelo (C. grandis L. Osbeck). Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional. Surabaya
       15-16 Juni 2004. Puslitbanghort. Badan Litbang Pertanian. Hal 378-395




                                                                7

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Sultan Herlino
 
Aplikasi Insektsida Satekpurnomofpunila
Aplikasi Insektsida SatekpurnomofpunilaAplikasi Insektsida Satekpurnomofpunila
Aplikasi Insektsida Satekpurnomofpunilasabrina
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Yogi Nugraha
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-noneAndrew Hidayat
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Operator Warnet Vast Raha
 
Bertanam jamur merang
Bertanam jamur merangBertanam jamur merang
Bertanam jamur merangakmalkojah
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonisxie_yeuw_jack
 
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...Repository Ipb
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal PenelitianDC Julian
 
Senyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobaSenyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobafikri asyura
 
9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganisme9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganismeLutfii Kmuhh
 

Mais procurados (20)

Jurnal agrobacterium
Jurnal agrobacteriumJurnal agrobacterium
Jurnal agrobacterium
 
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
Pemanfaatan rizobakteri sebagai penginduksi ketahanan tanaman padi terhadap p...
 
6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb6330 20977-1-pb
6330 20977-1-pb
 
Aplikasi Insektsida Satekpurnomofpunila
Aplikasi Insektsida SatekpurnomofpunilaAplikasi Insektsida Satekpurnomofpunila
Aplikasi Insektsida Satekpurnomofpunila
 
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
Rahmadiyah azaria rahmah (0910710107)
 
Rayap
RayapRayap
Rayap
 
Andrew hidayat 93880-id-none
 Andrew hidayat   93880-id-none Andrew hidayat   93880-id-none
Andrew hidayat 93880-id-none
 
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
Uji ketahanan tanaman pisang yang diimunisasi dengan pseudomonas berflouresen...
 
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AALISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
ISOLATION_METARHIZIUM_DADANG HM_PT AAL
 
Bertanam jamur merang
Bertanam jamur merangBertanam jamur merang
Bertanam jamur merang
 
mikrobiologi
mikrobiologimikrobiologi
mikrobiologi
 
Uji biokimiawi
Uji biokimiawiUji biokimiawi
Uji biokimiawi
 
7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis7 hardiningsih-jamur antagonis
7 hardiningsih-jamur antagonis
 
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...
PENGARUH PERLAKUAN BENIH DENGAN AGENS HAYATI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN, HA...
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
Senyawa anti mikroba
Senyawa anti mikrobaSenyawa anti mikroba
Senyawa anti mikroba
 
Ipi161112
Ipi161112Ipi161112
Ipi161112
 
Mikrobiologi pertanian
Mikrobiologi pertanianMikrobiologi pertanian
Mikrobiologi pertanian
 
9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganisme9.pengendalian mikroorganisme
9.pengendalian mikroorganisme
 
Formulasi sediaan serbuk
Formulasi sediaan serbukFormulasi sediaan serbuk
Formulasi sediaan serbuk
 

Semelhante a Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 - Fungisida Jeruk

Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiTidar University
 
Tugas farmakognosi
Tugas farmakognosiTugas farmakognosi
Tugas farmakognosinisha althaf
 
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.pptPpt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.pptLiliWardani1
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011xie_yeuw_jack
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiDian Lestari
 
4 nurjanani-agens biokontrol
4 nurjanani-agens biokontrol4 nurjanani-agens biokontrol
4 nurjanani-agens biokontrolxie_yeuw_jack
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karethome
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitfahmiganteng
 
9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpaxie_yeuw_jack
 
bioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabaibioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabaiFarid Habibi
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanAbd Wahid
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putihxie_yeuw_jack
 
5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera lituraxie_yeuw_jack
 
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiPetunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiMuhammad Saifuddin
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optAndrew Hutabarat
 
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamurAktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamurNurgenita
 
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdfdewioktavianti4
 

Semelhante a Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 - Fungisida Jeruk (20)

Laporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasiLaporan praktikum inokulasi
Laporan praktikum inokulasi
 
Tugas farmakognosi
Tugas farmakognosiTugas farmakognosi
Tugas farmakognosi
 
Folicur 250 EC-Bams
Folicur 250 EC-BamsFolicur 250 EC-Bams
Folicur 250 EC-Bams
 
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.pptPpt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
Ppt_Alat_dan_Mesin_Pengendalian_Hama_dan.ppt
 
5 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 20115 bedjo-helicoverpa 2011
5 bedjo-helicoverpa 2011
 
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabaiidentifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
identifikasi gejala serangan hama dan patogen pada tanaman padi dan cabai
 
4 nurjanani-agens biokontrol
4 nurjanani-agens biokontrol4 nurjanani-agens biokontrol
4 nurjanani-agens biokontrol
 
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karetPengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman karet
 
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakitLaporan praktikum ilmu hama penyakit
Laporan praktikum ilmu hama penyakit
 
9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa9 pengendalian helicoverpa
9 pengendalian helicoverpa
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
Makalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayatiMakalah gulma secara hayati
Makalah gulma secara hayati
 
bioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabaibioteknologi HPT cabai
bioteknologi HPT cabai
 
Jurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawanJurnal penelitian yusnawan
Jurnal penelitian yusnawan
 
8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih8 ely korlina-pht b.putih
8 ely korlina-pht b.putih
 
5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura5 bedjo-spodoptera litura
5 bedjo-spodoptera litura
 
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alamiPetunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
Petunjuk aplikasi biop2000z + pestisida alami
 
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian optI1.11.sesi 9 pengendalian opt
I1.11.sesi 9 pengendalian opt
 
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamurAktivitas rimpang lengkuas thd jamur
Aktivitas rimpang lengkuas thd jamur
 
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
079_Dewi Oktavianti_Laprak Acara 2 Bakterisida dan Fungisida.pdf
 

Mais de xie_yeuw_jack

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwxie_yeuw_jack
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagarxie_yeuw_jack
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccanixie_yeuw_jack
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabatixie_yeuw_jack
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning tehxie_yeuw_jack
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisanxie_yeuw_jack
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2xie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---okxie_yeuw_jack
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacanganxie_yeuw_jack
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabacixie_yeuw_jack
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanahxie_yeuw_jack
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigeraxie_yeuw_jack
 

Mais de xie_yeuw_jack (20)

Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nwDukungan litbang menuju bioindustri ed nw
Dukungan litbang menuju bioindustri ed nw
 
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
4 andi m amir - skrining f1 jarak pagar
 
11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan11 pedoman penulisan
11 pedoman penulisan
 
9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani9 yusmani - karakter p.leccani
9 yusmani - karakter p.leccani
 
8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati8 m assad - kajian pestisida nabati
8 m assad - kajian pestisida nabati
 
6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh6 andi m amir - tungau kuning teh
6 andi m amir - tungau kuning teh
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 
12 sampul belakang
12 sampul belakang12 sampul belakang
12 sampul belakang
 
10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan10 pedoman penulisan
10 pedoman penulisan
 
9 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 29 surtikanti - penyakit bulai 2
9 surtikanti - penyakit bulai 2
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan---ok
 
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
7 hardaningsih - penyakit kacang-kacangan
 
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
6 yusmni - lecanicillium lecanii bemisia tabaci
 
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
5 hardaningsih - evaluasi ketahanan beberapa k.tanah
 
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
4 bedjo- evaluasi isolat h. armigera
 
3 daftar isi-4
3 daftar isi-43 daftar isi-4
3 daftar isi-4
 
2 dewan penyunting
2 dewan penyunting2 dewan penyunting
2 dewan penyunting
 
1 sampul depan
1 sampul depan1 sampul depan
1 sampul depan
 

Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 - Fungisida Jeruk

  • 1. Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida PENGENDALIAN PENYAKIT BLENDOK (Phythophthora citropthora) PADA TANAMAN JERUK DENGAN FUNGISIDA Eli Korlina dan Diding Rachmawati Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km-4 Po Box 188 Malang. Telp 0341-494052. ABSTRAK Penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen Phythophthora citropthora merupakan penyakit utama yang menyerang batang tanaman jeruk. Penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar, yaitu lebih dari 66% dari semua penyakit akar dan lebih dari 90% penyakit busuk pangkal batang pada tanaman berkayu Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas fungisida Azoxystrobin 200 G/L + Difenoconazole 125 G/L dan Mefenoxam 4 G/L + Mancozeb 64 G/L dalam mengendalikan penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen P. citropthora. Percobaan dilaksanakan di kebun petani jeruk Desa Selorejo Kecamatan Dau Malang, pada bulan Juni sampai dengan September 2010, dengan ketinggian tempat ± 950 dpl. Tanaman jeruk yang digunakan berumur > 10 tahun, jenis Jeruk manis. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan yaitu Fungisida Azoxystrobin 200 G/L + Difenoconazole 125 G/L konsentrasi 0,5; 1; 1,5; 2 ml/l, Fungisida Mefenoxam 4 G/L + Mancozeb 64 G/L konsentrasi 1.25, 2.50; 3.75; 5.00(g/l dan kontrol (tanpa perlakuan), masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Hasil percobaan menunjukkan bahwa rata-rata intensitas serangan P. citropthora pada tanaman jeruk yang diperlakukan fungisida lebih rendah (1-5%) dibanding kontrol ( 32%) pada pengamatan ke-10. Produksi buah jeruk rata-rata berkisar antara 26,83 - 34,33 kg per pohon Tanaman jeruk yang disemprot tidak ada yang mengalami fitotoksis, sehingga fungisida yang diuji layak untuk digunakan. Kata kunci: Penyakit blendok, tanaman jeruk, fungisida ABSTRACT Blendok diseases caused by pathogens Phythophthora citropthora a major disease that attacks the stems of citrus. The disease can cause large losses of more than 66% of all root disease and more than 90% stem rot disease on woody plant research is conducted with the aim to examine the effectiveness of fungicides Azoxystrobin 200 G / L + Difenoconazole 125 G / L and Mefenoxam 4 G / L + Mancozeb 64 G / L in the control of diseases caused by pathogens blendok P. citropthora. Experiments conducted at farmers orange in Dau Malang, from June to September 2010, with ± 950 asl level. Plants used in old citrus> 10 years, the type of sweet orange. Experiment using a randomized block design with nine treatments that Fungicides Azoxystrobin 200 G / L + Difenoconazole 125 G / L concentrations of 0.5, 1, 1.5, 2 ml / l, fungicides Mefenoxam 4 G / L + Mancozeb 64 G / L concentrations of 1:25, 2:50, 3.75, 5.00 (g / l and control (no treatment), each treatment was repeated 3 times. The results showed that the average intensity of P. citropthora on citrus treated fungicide is lower (1-5%) than controls (32%) in the observation of 10. Production of citrus fruits on average ranged from 26.83 to 34.33 kg/ tree crops are sprayed orange none having fitotoksis, so that fungicides tested feasible to use. Key words: Blendok disease, citrus plant, fungicide 1
  • 2. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 PENDAHULUAN Penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen Phythophthora citropthora merupakan penyakit utama yang menyerang batang tanaman jeruk. Penyakit dapat menimbulkan kerugian yang besar, yaitu lebih dari 66% dari semua penyakit akar dan lebih dari 90% penyakit busuk pangkal batang pada tanaman berkayu (Anonim, 2010a). Phytophtora tersebar di tanah melalui spora yang aktif dalam air, perkembangan spora sangat cepat pada keadaan lembab. Penyakit ini umumnya menyerang pada bagian pangkal batang dekat permukaan tanah atau pada bagian sambungan antara batang atas dan bawah bibit jeruk okulasi. Infeksi terjadi melalui pelukaan pada pangkal batang (penyebaran oleh oospora melalui luka alamiah, luka karena alat pertanian, atau luka oleh serangga). Infeksi terutama terjadi pada musim hujan dan dibantu oleh pH tanah agak asam (6,0–6,5). Gejala awal tampak berupa bercak basah yang berwarna gelap/hitam kebasah-basahan pada permukaan kulit pangkal batang (Gambar 1). Jaringan kulit kayu yang terserang mengalami perubahan warna bahkan perubahan terjadi pada permukaan kulit, kambium, kayu, terutama pada serangan lanjut memperlihatkan pertumbuhan cendawan berwarna putih. Kulit batang yang terserang, permukaannya cekung dan mengeluarkan blendok, dan pada tanaman terserang sering terbentuk kalus. Setelah beberapa lama, kulit mati dan mengelupas, sehingga terjadilah luka yang lebar. Kematian tanaman akibat serangan penyakit ini terjadi apabila bercak pada kulit melingkari batang. Perkembangan bercak ke bagian atas, umumnya terbatas hingga 60 cm di atas permukaan tanah, sedangkan perkembangan ke bagian bawah dapat meluas ke bagian akar tanaman (Anonim, 2010 b) Penyakit Phythophthora di dalam kebun dapat terbawa oleh aliran air bersama-sama dengan tanah. Selain itu jamur dapat terangkut jauh karena terbawa oleh bibit (okulasi) dan tanah yang menyertai bibit (Semangun, 2000). Kadang-kadang bagian yang sakit tidak meluas, kulit yang busuk menjadi kering dan lepas, sehingga terjadi kanker atau luka terbuka yang dibatasi oleh jaringan kalus. Penyakit busuk pangkal batang lebih banyak menyerang kebun dengan ketinggian tempat lebih dari 400 m dpl, pada tanah-tanah yang basah, seperti tanah lempung berat yang dapat menahan air lebih lama. Gambar 1. Gejala penyakit blendok (Phythophthora citropthora) Banyak fungisida yang sudah direkomendasikan untuk mengendalikan penyakit blendok yang disebabkan oleh Botryodiplodia theobromae, diantaranya fungisida carbendazim+mancozeb ( Asaad dan Warda, 2004) dan fungisida Difenokonazol 250 g/l ( Triwiratno dkk, 2004). Namun fungisida untuk mengendalikan blendok yang disebabkan P. citropthora belum banyak yang melaporkan. Untuk itu keberadaan fungisida baru seperti azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l dan mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l diharapkan dapat mensubstitusi fungisida yang sudah ada. 2
  • 3. Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas fungisida azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l dan mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l dalam mengendalikan penyakit blendok yang disebabkan oleh patogen P. citropthora. BAHAN DAN METODE Percobaan dilaksanakan di Kebun Petani Desa Selorejo Kecamatan Dau Malang. Dilaksanakan mulai bulan Juni sampai dengan September 2010, dengan ketinggian tempat ± 950 dpl. Tanaman jeruk yang digunakan untuk pengujian berumur > 10 tahun, jenis jeruk manis ( Citrus sinensis) yang dilaporkan rentan terhadap penyakit diplodia (P. citropthora). Pemeliharaan dilaksanakan sesuai rekomendasi Balitjestro. Selama percobaan tanaman dipelihara sesuai rekomendasi teknologi, meliputi pemangkasan, penyiangan, pemupukan dan pengendalian hama penyakit tanaman. Percobaan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan sembilan perlakuan (Tabel 1) masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Unit percobaan masing-masing terdiri dari 5 pohon. Tabel 1. Perlakuan konsentrasi fungisida yang diuji Perlakuan Konsentrasi A. Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l 0.50 (ml / l) B. Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l 1.00 (ml / l) C. Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l 1.50 (ml / l) D. Azoxystrobin 200 g/l + difenoconazole 125 g/l 2.00 (ml / l) E. Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l 1.25 (g/l) F. Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l 2.50 (g/l) G. Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l 3.75(g/l) H. Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l 5.00(g/l) I. Kontrol (tanpa fungisida) 0,00 Pemeliharaan tanaman dilakukan sebaik-baiknya untuk menjamin percobaan efikasi fungisida yang diuji. Apabila untuk pemeliharaan tersebut perlu digunakan pestisida lain maka penggunaan pestisida tersebut harus dijaga supaya tidak mengganggu pengaruh fungisida yang diuji terhadap penyakit sasaran, sehingga penarikan kesimpulan hasil percobaan tidak mengalami kesalahan. Pengaturan letak petak perlakuan dan kelompok diusahakan sedemikian rupa agar pada awal percobaan penyebaran penyakit sasaran lebih kurang merata. Aplikasi fungisida yang diuji dilakukan dengan menggunakan alat semprot punggung semi otomatis tekanan tinggi, dengan volume penyemprotan sesuai kalibrasi. Sedangkan volume fungisida yang dibutuhkan disesuaikan dengan perlakuan seperti pada tabel 1. Fungisida yang diuji diaplikasikan secara langsung pada bagian pangkal batang utama serta cabang/ranting yang dekat dengan batang utama. Aplikasi fungisida dapat menggunakan perekat. Aplikasi fungisida pertama dilakukan secara preventive. Aplikasi selanjutnya dilakukan setiap 7 hari sekali sebanyak minimal 10 kali aplikasi. Jarak antar petak perlakuan adalah 2 baris tanaman. Penentuan tanaman contoh dilakukan secara sistematis. Metode pengamatan dilakukan dengan menghitung tingkat kerusakan tanaman dengan rumus : ∑ (nv) I = ------------ x 100% VN I = tingkat kerusakan tanaman (intensitas serangan) n = jumlah tanaman dalam setiap kategori serangan 3
  • 4. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 v = nilai skala tiap kategori serangan V = nilai skala dari kategori serangan tertinggi N = jumlah tanaman contoh yang diamati Skala serangan (v) ditentukan sebagai berikut : 0 = tidak ada serangan 1 = < ¼ bagian batang utama terdapat bercak 2 = ¼ bagian batang utama terdapat bercak 3 = > ¼ - ½ bagian batang utama terdapat bercak 4 = > ½ - ¾ bagian batang utama terdapat bercak 5 = seluruh bagian batang utama terdapat bercak Pengamatan dilakukan satu hari sebelum tiap aplikasi. Selanjutnya dilakukan secara reguler dengan interval 7 hari sekali. Sebagai data penunjang juga diamati gejala fitotoksis karena fungisida yang diuji, serta data produksi. Kriteria efikasi didasarkan pada tingkat kerusakan penyakit. Tingkat efikasi (TE) fungisida uji dihitung dari hasil pengamatan terakhir dengan menggunakan rumus : TE = (ISK – ISP) (ISK)-1 x 100% Keterangan : TE = tingkat efikasi ISK = intensitas serangan penyakit pada kontrol (tanpa fungisida) ISP = intensitas serangan penyakit pada perlakuan fungisida Fungisida yang diuji dikatakan efektif bila tingkat efikasi (TE) lebih dari atau sama dengan 30%. HASIL DAN PEMBAHASAN Intensitas Serangan Penyakit blendok yang disebabkan oleh P. citropthora pada tanaman jeruk ditandai adanya gejala seperti kecap pada batang bagian bawah yang dekat dengan tanah. Apabila tidak dikendalikan lama kelamaan gejala tersebut akan menyebabkan kulit batang menjadi retak. Pengamatan ditujukan terhadap gejala serangan pada batang utama dengan cara menghitung intensitas serangan. Dari hasil pengamatan gejala sebelum aplikasi fungisida, nampak bahwa intensitas serangan penyakit blendok pada batang bawah tanaman jeruk memperlihatkan serangan yang hampir merata yaitu berkisar antara 10,67 – 13,33% (Tabel 2). Pada pengamatan pertama setelah aplikasi pertama pengaruh fungisida yang diuji belum memperlihatkan perbedaan intensitas serangan antara perlakuan fungisida dan dosis yang berbeda. Perbedaan mulai nampak setelah aplikasi kedua, pengaruh perlakuan fungisida dan dosis yang berbeda menyebabkan persentase intensitas serangan juga berbeda dengan intensitas serangan berkisar antara 4,47%-10,47%, kecuali perlakuan Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l 1,5 ml/l tidak berbeda nyata dengan kontrol dengan intensitas serangan 13,33% dan 18,47%. Hal ini berlanjut terus sampai pengamatan ke-4. Mulai pengamatan ke-5 nampak bahwa fungisida yang dicoba mampu menekan perkembangan penyakit blendok, dengan ditandai adanya penurunan serangan dari perlakuan yang diuji, kecuali perlakuan fungisida pada dosis rendah baik Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l (0,5 ml/l) maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l (1,25 g/l) intensitas serangan cenderung naik. Pada pengamatan ke-6 Intensitas serangan pada perlakuan fungisida menurun dengan rata-rata serangan 2,67%-10,67%, sedangkan pada kontrol mencapai 22,67%, namun pada pengamatan ke-7 nampak terjadi adanya kenaikan intensitas serangan pada sebagian perlakuan, kecuali pada perlakuan fungisida Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l (0,5 ml/l). 4
  • 5. Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida Tabel 2.   Rata‐rata penyakit blendok (Phythophthora citropthora) pada tanaman jeruk Malang.      2010  Perla‐ Sebelum  Pengamatan ke…………  kuan  Aplikasi  1  2  3  4  5  6  7  8  9  10  A  10,67 a*)  12,00 ab  10,67 a  10,67 ab  8,00 ab  9,33  bc  6,67 ab  10,67 ab  6.67 a  6,67 a  4,00 a  B  14,67 a  14,67  b  10,67 a  8,00 ab  9,33 ab  5,33 ab  4,00 ab  6,67 ab  5,33 a  5,33 a  2,67 a  C  16,00 a  16,00  b  13,33 ab  14,67   16,00   13,33  c  10,67   17,22 bc  13,33 a  6,67 a  5,33 a  bc  bc  b  D  10,67 a  10,67 ab  9,33 a  6,67 ab  6,67 ab  6,67 ab  2,67 a  5,33 ab  5,33 a  6,67 a  4,00 a  E  10,67 a  9,33 ab  9,33 a  6,67 ab  1,33 a  2,67 a  2,67 a  1,33 a  5,33 a  5,33 a  2,67 a  F  13,33 a  13,33 ab  10,67 a  6,67 ab  5,33 a  5,33 ab  4,00 ab  4,00 a  4,00 a  5,33 a  1,33 a  G  10,67 a  8,00 ab  8,00 a  4,00 a  6,67 ab  4,00 ab  2,67 a  8,00 ab  9,33 a  8,00 a  4,00 a  H  8,00 a  5,33 a  6,67 a  6,67 ab  8,00 ab  6,67 ab  5,33 ab  6,67 ab  5,33 a  6,67 a  1,33 a  I  13,33 a  12,00 ab  18,67  b  20,00   c  24,00    21,33   d  22,67 c  25,33   c  26,67   26,67   32,00   c  b  b  b         *Angka dalam satu kolom yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata            berdasarkan uji Duncan 5%.  Hal ini terjadi karena pada saat setelah aplikasi ke 7 hujan terus menerus, sehingga menyebabkan spora Phythophthora cepat berkembang. Menurut Lucas et al (1985) pada kondisi suhu 20oC – 35oC yang disertai hujan menyebabkan kelembaban tanah tinggi, zoospora akan diproduksi dalam jumlah besar, sehingga akan menginfeksi setiap tanaman dari tempat satu ke tempat lain yang kontak dengan zoospora. Sedangkan menurut Rismansyah (2010) suhu 230C-260C dengan kelembaban 91-100%, perkembangan Phythophthora sangat pesat. Pada pengamatan ke 8 terjadi penurunan kembali intensitas serangan, terutama pada semua dosis perlakuan fungisida Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, sedangkan pada perlakuan fungisida Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l cenderung intensitas serangan meningkat yaitu pada dosis 1,25 g/l dan 3,75 g/l. Pada pengamatan ke 9 dan 10 intensitas serangan blendok pada tanaman jeruk yang diberi perlakuan fungisida memperlihatkan rata-rata yang tetap atau bahkan menurun dibanding kontrol. Hal ini mengindikasikan bahwa bahan aktif yang terkandung didalam fungisida, baik bahan aktif Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l mampu menghambat perkembangan jamur Phythophthora. Sedangkan tanaman yang tidak dikendalikan fungisida pertumbuhan jamurnya tetap berkembang terus tanpa ada kendali (Gambar 2) A B C D E F G H I 35 30 ra g n ) In n s se n a (% 25 20 15 te sita 10 5 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Pengamatan ke.... Gambar 2. Perkembangan penyakit blendok (Phythophthora citropthora) setelah aplikasi fungisida Besaran nilai efektifitas fungisida disajikan pada Tabel 3. Berdasarkan nilai efektifitas nampak bahwa semua konsentrasi fungisida yang dicoba, baik Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l mempunyai nilai efektifitas rata-rata diatas 30%. Hal ini 5
  • 6. Superman : Suara Perlindungan Tanaman, Vol.1.,No.1.,2011 mengindikasikan bahwa penggunaan fungisida yang diuji efektif dapat menekan perkembangan P. citropthora, baik dari konsentrasi terendah (0,5 ml/l) sampai konsentrasi tinggi (2 ml/l) untuk Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l konsentrasi 1,25 g/l sampai 5 g/l. Tabel 3. Tingkat efikasi fungisida yang diuji (%) terhadap penyakit blendok (Phythophthora citropthora) pada tanaman jeruk Perlak Tingkat efikasi fungisida yang diuji terhadap penyak blendok (%) pada pengamatan ke……… 2 3 4 5 6 7 8 9 10 A 42,85 46,65 66,67 56,26 70,57 57,87 74,99 74,99 87,50 B 42,85 60,00 61,13 75,01 82,36 73,67 80,02 80,02 91,66 C 28,60 26,65 33,33 37,51 52,93 32,02 50,02 74,99 83,34 D 50,03 66,65 72,21 68,73 88,22 78,96 80,02 74,99 87,50 E 50,03 66,65 94,46 87,48 88,22 94,75 80,02 80,02 91,66 F 42,85 66,65 77,79 75,01 82,36 84,21 85,00 80,02 95,84 G 57,15 80,00 72,21 81,25 88,22 68,42 65,02 70,00 87,50 H 64,27 66,65 66,67 68,73 76,45 73,67 80,02 74,99 95,84 I 0 0 0 0 0 0 0 0 0 Produksi Sebagai data penunjang diamati juga produksi dari tanaman jeruk per pohon yang dipisah- pisahkan menurut perlakuan dan ulangan. Untuk setiap 5 pohon contoh tanaman, buah jeruknya ditimbang dan dirata-ratakan . Hasil pengamatan produksi nampak bahwa rata-rata produksi buah jeruk untuk setiap perlakuan memperlihatkan besaran nilai yang hampir merata yaitu yang terendah 26,83 kg dan tertinggi 34,33 kg per pohon (Tabel 4). Nampaknya belum ada pengaruh yang nyata dari perlakuan fungisida terhadap produksi dalam jangka waktu tiga bulan aplikasi, kemungkinan pengaruhnya dapat terlihat setelah satu tahun. Namun apabila penyakit blendok yang disebabkan oleh P. citropthora tidak dikendalikan dalam jangka waktu yang lama, maka lama kelamaan pohonnya akan meranggas karena suplai unsur hara dari dalam tanah akan terganggu, akibat adanya gangguan penyakit di bagian akar dan kambium, sehingga akan menurunkan produksi buah jeruk. Fungisida Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l, maupun Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l sangat efektif menekan serangan P. citropthora pada dosis rendah sampai pada dosis tinggi dan tidak menyebabkan fitotoksis pada daun dan buah jeruk. Tabel 4. Rata-rata produksi buah jeruk. Malang 2010 Perlakuan Produksi buah jeruk (kg) A.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 0,5 ml/l 26,83 a*) B.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 1 ml/l 31,03 ab C.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 1,5 ml/l 33,23 b D.AZOXYSTROBIN 200 G/L +DIFENOCONAZOLE 125 G/L 2 ml/l 30,87 ab E.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 1,25 ml/l 32,97 b F.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 2,5 ml/l 32,30 b G.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 3,75 ml/l 34,33 a H.MEFENOXAM 4 G/L + MANCOZEB 64 G/L 5 ml.l 30,95 ab I.Kontrol (tanpa fungisida) 30,86 ab *Angka dalam satu kolom yang diikuti dengan huruf yang sama, tidak berbeda nyata berdasarkan uji Duncan 5%. 6
  • 7. Eli Korlina Dan Diding Rachmawati : Pengendalian Penyakit Blendok (Phythophthora Citropthora) Pada Tanaman Jeruk Dengan Fungisida KESIMPULAN Fungisida Azoxystrobin 200 g/l +difenoconazole 125 g/l konsentrasi 0,5 – 2 ml per liter dan Mefenoxam 4 g/l + mancozeb 64 g/l konsentrasi 1,25 – 5 gr per liter, sangat efektif mengendalikan penyakit Phythophthora citropthora. Produksi buah jeruk rata-rata berkisar antara 26,83 - 34,33 kg per pohon Tanaman jeruk yang disemprot tidak ada yang mengalami fitotoksis, sehingga fungisida yang diuji layak untuk digunakan. DAFTAR PUSTAKA Asaad, M dan Warda. 2004. Pengkajian pengendalian penyakit diplodia pada jeruk siam. Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional. Surabaya 15-16 Juni 2004. Puslitbanghort. Badan Litbang Pertanian. Hal 357-366 Anonim. 2010a. Phytophthora Sp. Patogen Penyebab Penyakit Pada Tanaman Jeruk Dan Buah Subtropika (Bagian Pertama). http://balitjestro.litbang.deptan.go.id. Diakses tgl 9 April 2010 Anonim. 2010b. Penyakit tanaman dan pengendaliannya http://totonunsri. blogsome.com/2008/11/17 . Diakses tgl 5 Mei 2010 Lucas, G.B., Campbell.C.L and Lucas, L.T. 1985. Introduction to Plant Diseases Indentification and Management. The AVI Publishing Company, Inc Rismansyah, EA. 2010. Jangan Sepelekan Serangan Phytophthora pada Tanaman Anda.http://erlanardianarismansyah.wordpress.com/2010/01/15/jangan-sepelekan- serangan-phytophthora-pada-tanaman-anda diakses tgl 26 Sept 2010. Semangun H. 2000. Penyakit Penyakit Tanaman Hortikultura di Indonesia. Yogyakarta: Univ. Gadjah Mada Press. Triwiratno, A., Dwiastuti, ME dan Widodo, B. 2004. Teknik pengendalian penyakit diplodia (Botryodiplodia theobromae) dan penyakit jamur kerak menggunakan fungisida difenokonazol 250 g/l pada pamelo (C. grandis L. Osbeck). Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional. Surabaya 15-16 Juni 2004. Puslitbanghort. Badan Litbang Pertanian. Hal 378-395 7