Sultan Hamengkubuwono X mengatakan bahwa presiden dari etnis Jawa sudah tidak relevan lagi karena Indonesia multietnis. Beliau mengingatkan agar pemilih tidak tertipu oleh partai politik dan memilih calon presiden berdasarkan kualifikasi bukan etnis atau agama. Sultan menekankan pentingnya proses demokratis yang jujur dalam menentukan calon presiden.
3. Discursive practice
• A normal way of using language
• Sebuah kalimat menunjukkan keseluruhan bahasa dan sebuah
wacana menunjukkan seluruh masyarakat.
• Konteks intertekstual mengandaikan bahwa partisipan yang
lebih berkuasa mampu mempengaruhi interpretasi partisipan
yang lain
• Penulis/produsen mengandaikan ‘ideal reader’ dengan
pengalaman intertekstual tertentu dalam memproduksi
sebuah teks
• Fairclough melihat bahwa praanggapan dalam
intertekstualitas melayani kekuasaan dengan membentuk
common sense
4. Pendekatan
• Linguistik
– Deskriptif
– Texts based evidence
– Lebih ‘objektif’
• Intertekstual
– Interpretatif
– Order of discourse (interpretasi kultural yang
meletakkan teks di dalam aspek kebudayaan yang
dibentuk oleh serangkaian tatanan wacana)
– Lebih ‘subjektif’
5. Social order: societal
Determination of institutional setting
Social order: Institutional
Determination of situational setting
Situation Discourse type
What’s going on? (activity, topic, purpose) Contents
Who’s involved? Subjects
In what relations? Relations
What’s the role of language
Connections
in what’s going on?
Situational context and discourse type
6. Interpretation
• Konteks: interpretasi apa yang diberikan partisipan
dalam konteks situasional dan intertekstual
tersebut?
• Tipe wacana: tipe wacana apa yang dibentuk (aturan,
sistem atau prinsip phonologi, gramatika, kohesi dll)?
• Perbedaan dan perubahan: Apakah dua pertanyaan
di atas akan memiliki jawaban berbeda untuk
partisipan yang berbeda? Dan apakah jawaban
tersebut juga berubah seiring dengan interaksi yang
terjadi?
7. Produksi teks
• Proses wacana
– pembentukan nilai relasional,
– posisi subjek sang produser,
– posisi subjek audiens,
– jejak perlawanan antara produser dan lawannya
• Proses institusional
– Rutinitas institusi
– Prosedur editorial
– Rutinitas pembaca (ideal reader)
8. Konsumsi teks
• Condong ke arah mana interpretasi teks oleh
‘ideal reader’?
• Bagaimana interpretasi mereka yang bukan
‘ideal reader’?
• Fairclough tidak pernah melakukan interview
dalam semua bukunya untuk mengetahui
konsumsi teks.
9. Encoding-decoding
The mediated communication
event as meaningful social
discourse
ENCODING DECODING
1: communication codes 1: communication codes
of all kinds of all kinds
2: structures and codes 2: structures and codes
of medium and of genre of medium and of genre
H
Frameworks of Knowledge Frameworks of Knowledge
I
S
Social Realm Material Practices T Social Realm Material Practices
Social practice Relations of O Social practice Relations of
Concepts of social production R Concepts of social production
& personal nature Technical infra- Y & personal nature Technical infra-
and relations structure and relations structure
Cultural norms Political/economic Cultural norms Political/economic
World-view structures World-view structures
Conditions of Conditions of
production production
10. Order of discourse
• Jejaring penggunaan bahasa dalam sebuah
institusi sosial atau bidang sosial (sekolah, rumah
tangga, pasar, hukum, dll)
• Apakah penggunaan bahasa di wilayah sosial
yang berbeda bersifat tumpang tindih atau secara
ketat dipisahkan?
• Penggunaan jargon ekonomi yang masuk ke
pendidikan (produk, komoditas, modal dll)
merupakan bentuk hegemoni dari
kekuasaan/ideologi pasar ke dalam pendidikan
11. Order of Discourse
• Choice relations: pilihan penggunaan bahasa
dalam sebuah order of discourse (soft news,
hard news, talk show)
• Chain of relations: proses produksi teks dalam
sebuah institusi (dari press release ke berita
atau feature) dan keterkaitan antara sebuah
wacana dengan wacana yang lain (UN
korupsi)
12. Tipe wacana dan sosio-kultural
• Penggunaan tipe wacana konvensional
(normatif) ketika praktik sosiokultural stabil
dan tetap.
• Penggunaan tipe wacana kreatif ketika praktik
sosiokultural cair, tidak stabil, dan bergeser.
13. Sociocultural practices
• Sebagai konteks terbentuknya wacana dalam 3
aspek utama
– Ekonomi
– Politik (kekuasaan dan ideologi)
– Kultural (nilai dan identitas)
14. Explanation
• Determinan sosial: relasi kekuasaan apa pada level
situasional, institusional, dan kemasyarakatan membantu
pembentukan wacana tersebut?
• Ideologi: apa elemen sumber daya/pengetahuan kita yang
dibentuk yang memiliki karakter ideologis?
• Efek: bagaimana wacana tersebut diposisikan dalam kerangka
perlawanan di level situasional, institusional dan
kemasyarakatan? Apakah perlawanan tersebut terbuka atau
sembunyi-sembunyi? Apakah wacana tersebut berkontribusi
dalam mempertahankan relasi kekuasaan atau
mentransformasikannya?
15. • Sultan: Presiden Orang Jawa Tak Relevan Lagi
• Sabtu, 21 Januari 2012, 18:36 WIB
Ismoko Widjaya, Sukirno
VIVAnews - Politisi senior Partai Golkar yang juga Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, Sri Sultan
Hamengku Buwono X, mengingatkan kepada publik pada 2014 agar jangan tertipu seperti kiasan 'Beli
Kucing dalam Karung'. Sultan juga menegaskan bahwa Presiden dari Tanah Jawa tidak relevan lagi.
"Itu tergantung rakyat pada saat masuk TPS (Tempat Pemungutan Suara). Yang masuk TPS bukan hanya
orang Jawa. Orang seluruh Republik Indonesia yang punya hak pilih. Yang diaspirasikan, ya terserah saat di
TPS," kata Sultan.
Hal itu disampaikan Sultan dalam acara Orasi budaya "Menyemai Kebhinekaan Indonesia" yang digelar
Nurcholish Madjid Society dan Yayasan Kertagama, di Omah Btari Sri, Jalan Ampera Raya, Kemang, Jakarta
Selatan, Sabtu 21 Januari 2012.
Sultan menuturkan, pemahaman seorang Presiden Indonesia harus dari orang Jawa sudah tidak relevan
lagi. Dari etnis apa pun bisa, karena hal itu adalah hak prerogatif warga negara dan pemilih yang akan
menentukan.
"Tergantung kualifikasi dia, dasarnya kualitatif, keetnikan, atau keagamaan, bisa lain," ujar Sultan.
Pertimbangan para pemilih dalam menentukan calonnya, Sultan melanjutkan, bergantung pada kualifikasi
dari pemilih itu sendiri. Semua faktor dapat menjadi pertimbangan, misalnya dari kualitas calon, etnis,
agama, atau lainnya.
Menurut Sultan, partai politik beberapa waktu terakhir hanya menghasilkan para pemimpin dari kalangan
berduit. Pada kenyataannya, tidak selalu pemimpin partai menjadi presiden atau gubernur di daerah. "Itu
kan tidak identik," kata Sultan.
"Itu kepandaian masyarakat, tapi dengan memilih kucing dalam karung atau tidak, itu juga tergantung
yang dicalonkan partai. Prosesnya bagaimana, kejujuran itu sudah dilakukan atau belum," kata Sultan. (art)
• VIVAnews
Notas do Editor
Connections: texts terhubungdengandengankonteks situational yangterjadi DAN caradimanakoneksidibuatantara bagian2 teks (kohesikalimat)