3. • Secara etimologis, kata kritik berasal dari bahasa Yunani,
yaitu dari kata krinein (menghakimi, membanding,
menimbang). Kata krinein menjadi bentuk dasar bagi kata
kreterion (dasar, pertimbangan, penghakiman). Orang
yang melakukan pertimbangan/penghakiman disebut krites
yang berarti hakim. Bentuk krites inilah yang menjadi
dasar kata kritik.
• Secara harfiah, kritik sastra adalah upaya menentukan
nilai hakiki karya sastra dalam bentuk memberi pujian,
mengatakan kesalahan, memberi pertimbangan lewat
pemahaman dan penafsiran yang sistemik.
• Kritik Sastra adalah analisa terhadap suatu karya sastra
untuk mengamati atau menilai baik buruknya suatu karya
secara objektif.
4. • Pengertian kritik sastra di atas tidaklah
mutlak ketetapannya, karena sampai
saat ini, belum ada kesepakatan secara
universal tentang pengertian sastra.
Namun, pada dasarnya kritik sastra
merupakan kegiatan atau perbuatan
mencari serta menentukan nilai hakiki
karya sastra lewat pemahaman dan
penafsiran sistematik yang dinyatakan
kritikus dalam bentuk tertulis.
5. • Bersifat objektif.
• Bertujuan untuk membangun
(memperbaiki) karya yang dikritik.
• Menjadi bahan acuan untuk
meningkatkan kreativitas pencipta karya
tersebut.
6. • Untuk pembinaan dan pengembangan
sastra
• Untuk pembinaan kebudayaan dan
apresiasi seni
• Untuk menunjang ilmu sastra
7. Menurut bentuk :
• Kritik Teoritis
• Kritik Terapan
Berdasarkan pelaksanaan :
• Kritik Judisial
• Kritik Induktif
• Kritik Impresionistik
Berdasarkan orientasi terhadap karya sastra :
• Mimetic criticism
• Pragmatic criticism
• Expresive criticism
• Objective criticism
9. • Kritik teoritis (thoeritical criticism) : Kritik
sastra yang berusaha (bekerja) atas dasar
prinsip-prinsip umum untuk menetapkan
seperangkat istilah yang berhubungan,
pembedaan-pembedaan, dan kategori-kategori,
untuk diterapkan pada pertimbangan dan
interpretasi karya sastra maupun penerapan
“kriteria” (standar atau norma) untuk menilai
karya sastra dan pengarangnya.
• Kritik terapan (applied criticism) : pelaksanaan
dalam penerapan teori-teori kritik sastra, baik
secara eksplisit maupun implisit.
11. • Kritik judisial (judicial criticism) adalah
kritik sastra yang melakukan analisis,
interprestasi, dan penilaiannya
berdasarkan ukuran- ukuran, hukum-
hukum dan standar- standar tertentu.
Jenis sifatnya deduktif. Dapat
dikatakan kritik ini merupakan kebalikan
dari kritik yang sifatnya induktif.
12. • Kritik induktif, menguraikan bagian-
bagian karya sastra berdasarkan
fenomena-fenomena yang ada secara
objektif. Kritik induktif meneliti karya
sastra sebagaimana halnya ahli ilmu
alam meneliti gejala-gejala alam secara
objektif, tanpa menggunakan standar-
standar yang tetap yang berasal dari
luar dirinya.
13. • Impresionistik (impressionistic criticism)
adalah kritik yang dibuat kritikus dengan
mengemukakan kesan-kesan kritikus
tentang objek kritiknya, tanggapan-
tanggapan tentang karya sastra itu
berdasarkan apa yang dirasakan kritikus
tersebut. Dalam kritik yang impresionik,
seorang kritikus menggunakan tafsiran
untuk mengagumkan pembaca. Dalam
kritik jenis ini kritikus jarang menggunakan
penilaian.
15. • Kritik mimetik (mimetic criticism) adalah kritik
yang memandang karya sastra sebagai
pencerminan kenyataan kehidupan manusia.
Menurut Abrams, kritikus pada jenis ini
memandang karya sastra sebagai tiruan aspek-
aspek alam. Sastra merupakan pencerminan atau
penggambaran dunia kehidupan. Sehingga kriteria
yang digunakan kritikus sejauh mana karya sastra
mampu menggambarkan objek yang sebenarnya.
Semakin jelas karya sastra menggambarkan
realita semakin baguslah karya sastra itu. Kritik
jenis ini jelas dipengaruhi oleh paham Aristoteles
dan Plato yang menyatakan bahwa sastra adalah
tiruan kenyataan.
16. • Kritik pragmatik (pragmatic criticism) memandang
karya sastra sebagai sesuatu yang dibangun untuk
mencapai efek-efek tertentu pada audien (pendengar
dan pembaca), baik berupa efek kesenangan, estetis,
pendidikan maupun efek lainnya. Kritik ini cenderung
menilai karya sastra menurut berhasil tidaknya karya
tersebut mencapai tujuan tersebut (Pradopo,
199:26). Sementara tujuan karya sastra pada
umumnya: edukatif, estetis, atau politis. Dengan
kata lain, kritik ini cenderung menilai karya sastra
atas keberhasilannya mencapai tujuan. Ada yang
berpendapat, bahwa kritik jenis ini lebih bergantung
pada pembacanya (reseptif). Kritik jenis ini
berkembang pada Angkatan Balai Pustaka.
17. • Kritik ekspresif (expresive criticism) adalah kritik
sastra yang memandang karya sastra sebagai ekspresi,
curahan perasaan, atau imajinasi pengarang. Kritik
ekspresif menitikberatkan pada pengarang. Kritikus
ekspresif meyakini bahwa sastrawan (pengarang)
karya sastra merupakan unsur pokok yang melahirkan
pikiran-pikiran, persepsi-persepsi dan perasaan yang
dikombinasikan dalam karya sastra. Kritikus dalam
hal ini cenderung menimba karya sastra berdasarkan
kemulusan, kesejatian, kecocokan pengelihatan mata
batin pengarang atau keadaan pikirannya. Pendekatan
ini sering mencari fakta tentang watak khusus dan
pengalaman-pengalaman sastrawan yang sadar atau
tidak, telah membuka dirinya dalam karyanya.
18. • Kritik objektif memandang karya satra
hendaknya tidak dikaitkan dengan hal-
hal di luar karya sastra itu. Ia harus
dipandang sebagai teks yang utuh dan
otonom, bebas dari hal-hal yang
melatarbelakanginya, seperti pengarang,
kenyataan, maupun pembaca. Kritik ini
menekankan pada unsur intrinsik.
20. 1. PENDEKATAN MIMETIK
20
• Pendekatan yang berupaya memahami hubungan
karya sastra dengan realitas/kenyataan (berasal
dari kata mimesis (bahasa Yunani) yang berarti
tiruan)
• Kelemahan : sering dilakukan pembandingan
langsung antara realitas faktual (riil) sehingga
hakikat karya sastra yang fiktif imajiner sering
dilupakan
21. 2. PENDEKATAN EKSPRESIF
21
• Pendekatan yang memfokuskan perhatiannya
pada sastrawan sebagai pencipta atau
pengarang karya sastra
• Kelemahan : cenderung menyamakan secara
langsung realitas yang ada dalam karya sastra
dengan realitas yang dialami sastrawan atau
pengarang
22. 3. PENDEKATAN PRAGMATIK
22
• Pendekatan yang memandang karya sastra
sebagai sarana untuk menyampaikan tujuan
tertentu kepada pembaca
• Karya sastra pembaca
• Kelemahan: cenderung menilai karya sastra
menurut keberhasilannya dalam mencapai
tujuan tertentu kepada pembaca
23. 4. PENDEKATAN OBJEKTIF
23
• Pendekatan yang memandang/memfokuskan
perhatiannya pada karya sastra itu sendiri
• Karya sastra dianggap sebagai struktur yang
otonom dan bebas dari hubungan dengan
realitas, pengarang, dan pembaca
• Rene Wellek dan Austin Warren menyebutnya
pendekatan intrinsik
• Kelemahan: menolak unsur-unsur ekstrinsik
dalam karya sastra
24. 5. PENDEKATAN STRUKTURAL
24
• Pendekatan yang memandang dan memahami
karya sastra dari segi struktur itu sendiri.
• Pendekatan ini memahami karya sastra secara
close reading (membaca karya sastra secara
tertutup tanpa melihat pengarangnya, realitas,
dan pembaca).
• Pendekatan struktural bertujuan membongkar
dan memaparkan secermat, seteliti, semendetil,
dan semendalam mungkin keterkaitan dan
keterjalinan semua unsur dan aspek karya sastra
yang bersama-sama menghasilkan makna
menyeluruh (Teeuw, 1984)
25. 6. PENDEKATAN SEMIOTIK
25
• Pendekatan yang memandang karya sastra sebagai
sistem tanda
• Sebagai ilmu tanda, semiotik secara sistematik
mempelajari tanda-tanda dan lambang (semeion,
bahasa Yunani yang berarti tanda), sistem-sistem
lambang dan proses-proses perlambangan
(Luxemburg, 1984)
• Tanda terdiri dari 2 aspek, yaitu:
– Penanda: hal yang menandai sesuatu
– Petanda: referent yang diacu atau dituju oleh tanda tertentu
• Bahasa dan sastra merupakan sistem tanda. Bahasa
sebagai sistem tanda tingkat pertama dan sastra
merupakan sistem tanda tingkat kedua
26. 7. PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA
26
• Sosiologi sastra = sosio sastra = pendekatan
sosiologis = pendekatan sosiokultural
• Adalah teori dan pendekatan terhadap karya
sastra yang menghubungkan karya sastra
dengan aspek masyarakat, atau pendekatan
ekstrinsik yang lebih menjadikan hal-hal yang
bersifat sosial kemasyarakatan sebagai
penjelas fenomena sosial
27. 8. PENDEKATAN RESEPSI SASTRA
27
• Memahami dan menilai karya sastra berdasarkan
tanggapan para pembaca terhadap karya sastra
tertentu
• Bentuk tanggapan pembaca terhadap karya
sastra:
– Tanggapan aktif: berupa komentar, kritik, ulasan, atau
resensi terhadap karya sastra
– Tanggapan pasif: bagaimana pembaca dapat memahami
suatu karya sastra dan menemukan hakikat estética di
dalamnya --- tidak dapat diketahui orang lain
29. 10. PENDEKATAN MORAL
29
• Pendekatan yang bertolak dari dasar
pemikiran bahwa karya sastra dapat menjadi
media yang paling efektif untuk membina
moral dan kepribadian suatu kelompok
masyarakat
• Moral : suatu norma, etika, konsep tentang
kehidupan yang dijunjung tinggi oleh sebagian
besar masyarakat.
30. 11. PENDEKATAN FEMINISME
30
• Pendekatan yang mendasarkan pada
pandangan feminisme yang menginginkan
adanya keadilan dalam memandang eksistensi
perempuan
• Lahirnya pendekatan feminisme tidak bisa
dilepaskan dari gerakan feminisme di Amerika
yang berkembang tahun 1700-an.
31. Ragam kritik sastra feminis
31
• kritik sastra feminis ideologis --- memfokuskan perhatian
pada citra serta stereotipe wanita dalam karya sastra,
meneliti kesalahpahaman tentang wanita dan sebab-sebab
mengapa wanita swing tidak diperhitungkan dalam kritik
sastra
• kritik sastra feminis genokritik --- meneliti sejarah karya
sastra wanita, gaya penulisan, tema, genre, struktur tulisan
wanita, kreativitas penulis wanita, profesi penulis wanita
sebagai sebuah perkumpulan, serta perkembangan dan
peraturan tradisi penulis wanita
• kritik sastra feminis sosialis-Marxis --- meneliti tokoh-
tokoh wanita dari sudut pandang sosialis, yaitu kelas-kelas
masyarakat
32. Ragam kritik sastra feminis (lanjutan)
32
• kritik sastra feminis psikoanalitik --- memfokuskan kajian pada
tulisan-tulisan wanita karena para feminis percaya bahwa
pembaca wanita biasanya mengidentifikasikan dirinya pada si
tokoh wanita, sedangkan tokoh wanita tersebut pada umumnya
merupakan cermin penciptanya
• kritik sastra feminis lesbian --- meneliti penulis dan tokoh
wanita saja, diawali dengan mengembangkan suatu definisi yang
cermat tentang makna lesbian, kemudian mengidentifikasi
penulis dan karya-karya lesbian
• kritik sastra feminis ras/etnik --- kritik yang membatasi
kajiannya pada penulis wanita etnik dan karyanya
(dilatarbelakangi oleh kaum feminisme etnik Amerika yang
mengalami deskriminasi seksual dan rasial)
33. Hakikat kritik sastra adalah penilaian. Di
dalamnya melekat apresiasi. Jadi, bukan
perkara pujian dan hujatan, melainkan
elusidasi dan eksplanasi yang meliputi
deskripsi, interpretasi, analisis, dan
evaluasi.