SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 25
Pemanfaatan Kulit Bawang Merah
Sebagai Pembuatan Pestisida Alami
Oleh : Widya Saraswati. R
Kelas : XI IPA 3
TAHUN AJARAN 2011/2012
PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT
SMA NEGERI 4 LAHAT
Jalan RayaTanjung Payang Lahat Telp (kantor) 0731-326660
Fax : 326662 website : www.sman4lahat.sch.id
1
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL : Pemanfaatan Kulit Bawang Merah Sebagai Pembuatan
. Pestisida Alami
NAMA : Widya saraswati. R
KELAS : XI. IPA 3
Disahkan pada tanggal 04 Juni 2012
Koordinator Karya tulis Guru Pembimbing
Desismi Hartini, S.Pd. Marta Beni Widyanti, S.Si.
NIP 197812162008012003 NIP 197701212009032001
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 4 Lahat
Drs. Syahfiral Syamsuar
NIP 196708211992203804
2
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah yang Maha Esa kerena
berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
dengan tepat waktu yang berjudul “Pemanfaatan Kulit Bawang Merah Sebagai
Pembuatan Pestisida Alami”.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru Kimia yang telah
memberikan kritik dan masukan yang membangun terhadap materi dan penyajian
dalam karya tulis ini. Penulis menyadari dengan adanya masukan dari para guru
yang terlibat, karya tulis ini menjadi lebih lengkap untuk dikembangkan kembali
Karya tulis ini dibuat dengan salah satu persyaratan untuk nilai muatan lokal
bagi para siswa SMA Negeri 4 Lahat, khususnya dalam bidang studi Kimia.
Ucapan terimakasih tidak lupa pula penulis ucapkan kepada:
1. Bapak Drs. Syahfiral Syamsuar sebgaia Kepala SMA Negeri 4 Lahat
2. Orang tua sebagai sumber inspirasi
3. Ibu Srihandayani selaku pembimbing kayra tulis Kimia
4. Teman-teman yang memberikan bantuan untuk membuat karya tulis ini.
Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Sehingga
mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi perbaikan karya
ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.
Lahat,
Penulis
3
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................4
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................5
1.3 Batasan Masalah ...........................................................................................5
1.4 Hipotesis .......................................................................................................5
1.5 Tujuan Penelitian ..........................................................................................5
1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................7
2.1 Pengertian Kulit Bawang Merah ..................................................................7
2.2 Kandungan Kulit Bawang Merah .................................................................8
2.3 Pengertian Pestisida ......................................................................................9
2.4 Klasifikasi Tanaman Jambu Air ...................................................................11
2.5 Penyakit Tanaman Jambu Air ......................................................................11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................13
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................13
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................13
3.3 Metode Penelitian ........................................................................................13
3.4 Cara Kerja ...................................................................................................14
3.5 Analisa Data ................................................................................................14
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................16
4.1 Hasil ...........................................................................................................16
4.2 Pembahasan ................................................................................................17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................20
5.1 Kesimpulan ................................................................................................20
5.2 Saran ..........................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................21
4
LAMPIRAN.....................................................................................................22
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring berjalannya waktu dalam mengembangkan kreativitas baik secara
individual ataupun secara berkelompok orang-orang di dunia terus bersaing
dalam bidang industri, pertanian dan perekonomian. Salah satunya di bidang
pertanian yakni para petani yang sedang gencar dalam memproduksi panennya
supaya menghasilkan hasil panen yang berkualitas serta bernutrisi tinggi dan
pastinya menghasilkan keutungan.
Akan tetapi, dalam proses produksi panen ini tidak menutup kemungkinan
apabila tumbuhan atau produk panen setiap harinya dihinggapi oleh berbagai
jenis hama, ulat maupun serangga. Apalagi selama ini, petani Indonesia telah
beberapa kali mengalami kerugian karena rusaknya hasil panen akibat hama.
Kemudian para petani itu lebih memilih jalan lain dengan cara
menyemprotkan tanaman mereka dengan pestisida berbahan kimia. Menurut
mereka pestisida berbahan kimia lebih efektif dalam membasmi hama pada
tanaman. Namun mereka tidak mengetahui akan adanya dampak negatif bagi
tumbuhan yang mereka tanam dari pestisida berbahan kimia tersebut.
Penggunaan pestisida, khususnya pestisida sintetis atau kimia memang
memberikan keuntungan secara ekonomis, karena harganya jauh lebih terjangkau
dari pada pestisida yang alami, namun memberikan kerugian negatif
didalamnya, diantaranya residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tetapi
juga air, tanah, dan udara.
Penggunaan pestisida sintetis secara terus-menerus akan mengakibatkan
efek resistensi dan resurjensi atau timbul kembali dari berbagai jenis hama ulat.
Akibatnya, kualitas pangan yang dihasilkan menurun. Pangan yang seharusnya
5
berkualitas dan bernutrisi tinggi, menjadi racun karena tercemar dengan pestisida
kimia dan dapat mengakibatkan bahaya bagi siapapun yang mengonsumsinya.
Maka dari itu, penulis memberikan inovasi baru terkait penggunaan
pestisida yang aman dan mudah didapatkan yaitu dengan memanfaatkan kulit
bawang merah yang selama ini hanya dianggap limbah, tapi untuk kali ini kulit
bawang merah digunakan sebagai alternatif pestisida alami atau organik pada
hama tanaman.
Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pembuatan Ekstrak Kulit Bawang Merah Sebagai Pestisida
Alami pada daun jambu air” sebagai judul karya ilmiah penulis, guna
meningkatkan kualitas hasil pangan yang dihasilkan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kulit bawang merah bisa menghasilkan pestisida yang alami?
2. Dampak yang ditimbulkan saat menggunakan pestisida kulit bawang ...
merah?
1.3 Batasan Masalah
Dalam percobaan karya tulis ini, penulis hanya menggunakan hama ulat
sebagai objek uji coba dari pestisida kulit bawang merah.
1.4 Hipotesis
Bawang merah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin atau
mineral dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen dan anti-karsinogen,
sehingga fungsi dari kandungan bawang merah dapat membantu proses
pembuatan pestisida alami dengan anti-mutagen dan anti-karsinogen untuk hama.
1.5 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui racikan kulit bawang merah untuk dijadikan pestisida alami.
2. Mengetahui dampak setelah menggunakan pestisida kulit bawang merah.
6
1.6 Manfaat Penelitian
1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang kandungan
yang terdapat pada kulit bawang merah yang berpotensi dapat membunuh
hama ulat.
2. Bagi kalangan akademis, dapat menambah referensi tentang ilmu
pengetahuan mengenai penggunaan pestisida alami menggunakan kulit
bawang merah.
3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dengan
menyemprotkan tanaman dengan ekstrak kulit bawang merah.
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kulit Bawang Merah
Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang
berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder
berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang
yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi
bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu.
Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (di
akses pada http://kimia.unp.ac.id/?p=716april 2012 Pukul 10.15 wib).
Bawang merah juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin
atau mineral dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen dan anti-
karsinogen. Di dalam bawang merah terdapat asam amino yang tidak berbau, tak
bewarna dan dapat larut dalam air. Ikatan asam amino ini disebut aliin. Kemudian
senyawa tersebut dapat berubah menjadi alicin. Bersama dengan tiamin, alicin
dapat membentuk allitiamin, senyawa bentukan ini ternyata iserap oleh tubuh
daripada viamin B sendiri. Dengan demikian, alicin dapat membuat vitamin B
lebih efisien oleh tubuh. Berikut merupakan klasifikasi dari bawang merah.
Kingdom: Plantae
Super Divisi: Spermatophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Liliopsida
Sub Kelas: Liliidae
Ordo: Liliales ...........
Famili: Liliaceae
8
Genus: Allium ..
Spesies: Allium cepa var. aggregatum L
(di akses pada http://susanharsawardana.wordpress.com/2011/10/10/manfaat-
kulit-bawang-merah/april 2012 Pukul 10.20 wib).
Dalam klasifikasi ilmiah botani, bawang merah termasuk ordo
aspalagales, family aliaceae, genus allium, dan spesies A. ascalonicum. Tetapi,
dalam penelitian ini yang digunakan bukan bawang merah, melainkan bagian
terluar dari bawang merah yaitu kulit bawang merah.
Menurut admin (2010:28) kulit bawang merah adalah bagian terluar dari
bawang merah yang diambil dagingnya. Biasanya, kulit bawang merah tidak
pernah dimanfaatkan, melainkan langsung dibuang setelah didapatkan
isinya. Kulit bawang merah ini sangat berguna sekali, terutama untuk makanan.
Paling sering kulit bawang merah digunakan untuk membuat telur pindang. Selain
digunakan sebagai penyedap makanan, kulit bawang merah juga mengandung zat
dan senyawa yang berpotensi dapat membunuh hama ulat (Fatmah, 2005:69).
2.2 Kandungan Kulit Bawang Merah
Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu,
bawang merah yang diambil kulitnya. Kulit bawang merah adalah bagian terluar
atau pembalut dari daging bawang merah yang berpotensi dapat membunuh hama
serangga pada tanaman, kulit bawang merah mengandung senyawa acetogenin.
Pada konsentrasi tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan sebagai anti-
feeden. Dalam hal ini, hama serangga tidak lagi bergairah dan menurunnya nafsu
makan yang mengakibatkan hama serangga enggan untuk melahap bagian
tanaman yang disukainya.
Sedangkan dalam konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa
mengakibatkan hama serangga menemui ajalnya. Hama serangga mengonsumsi
daun yang mengandung senyawa acetogenin konsentrasi rendah, akan
menyebabkan terganggunya proses pencernaan dan merusak organ-organ
pencernaan, yang mengakibatkan kematian pada hama serangga (Plantus 2008).
Selain mengandung anti-fedeen, kulit bawang merah juga mengandung
senyawa squamosin. Kandungan pada squamosin mampu menghambat transport
9
elektron pada sistem respirasi sel hama serangga, yang menyebabkan hama
serangga tidak dapat menerima nutrisi makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya.
Sehingga, walaupun hama serangga memakan daun yang telah tercemar
oleh zat squamosin, hama serangga sama saja seperti tidak memakan apapun,
karena nutrisi yang terkandung dalam daun yang dimakan hama serangga tidak
tersalurkan keseluruh tubuh. Akhirnya, hama serangga akan mati secara perlahan.
Selain berpotensi dapat membunuh hama ulat, kulit bawang merah juga
memiliki beberapa manfaat lainnya yang menguntungkan. Zat dan senyawa yang
terdapat pada kulit bawang merah memberikan kesuburan bagi tanaman sehingga
dapat mempercepat tumbuhnya buah dan bunga pada tumbuhan (Rizal, 2008).
2.3 Pengertian Pestisida
Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk
mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu.
Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi").
Sasarannya.bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia,
ikan, ataupun kikrobi yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak
selalu, beracun, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". (diakses dalam
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agricultur/-pengertian-pestisida/).
Pestisida dapat berperan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang
mengatur atau menstimulirpertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman.
Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai
alternatif pestisida. Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad-
jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam
bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya,
dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular)
penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam
bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga
yang lain (Mulsa Plaktis).
10
Menurut Zulkarnaen (2010:50) pestisida dibagi menjadi dua, yaitu
pestisida sintetis atau kimia dan pestisida organik atau alami(Pengendalian Hama
Terpadu). Sekilas pandang, pestisida kimia dengan pestisida alami sama saja.
Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan kedua jenis pestisida tersebut
dibedakan.
Pestisida berbahan kimia memberikan resiko yang serius dengan
terancamnya kesehatan populasi organisme (burung, amfibi, reptil, dan lain-lain)
akibat dari penggunaan pestisida berbahan kimia.
Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida berbahan kimia akan
menjadi racun bagi yangpengonsumsi hasil pertanian, bukan hanya itu,
lingkungan akan menjadi sasaran utama atas penggunaan bahan berbahaya ini.
Sehingga, tidak hanya hasil panen yang tercemar, melainkan meliputi udara dan
efek negatif terhadap tumbuhan itu sendiri. Bahan yang secara umum yang sering
digunakan oleh masyarakat dalam penggunaan pestisida berbahan kimia seperti
DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), endrin (cairan yang biasa dipakai
sebagai racun pembunuh tikus), lindane, dan endosulfan (Aditya, 2010:17).
Pestisida alami jelas berbeda dengan pestisida kimia, walaupun tujuan
keduanya sama yaitu memberantas hama ulat yang hinggap pada
tumbuhan. Beberpa keuntungan dalam penggunaan pestisida alami (organik) yaitu
zat dan senyawa yang terdapat pada pestisida berbahan alami dapat menolak
kehadiran hama ulat dengan bau yang tidak disukainya, dapat merusak
perkembangan telur, larva, dan pupa pada hama serangga, menghambat
reproduksi serangga betina dan menghancurkan hormon di dalam tubuh hama
serangga. (diakses dalam http://antojulay.blogspot.com/2010/05/pengertian-
pestisida.html).
Beberapa bahan dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida
alami adalah daun papaya (mengandung zat aktif “papain”), biji jarak
(mengandung senyawa reisin dan alkaolit), daun sirsak (mengandung
senyawa annonain dan resin), rimpang jeringau (mengandung senyawaArosone,
Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol), pacar cina
(mengandung senyawa minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tannin),
dan lain-lain (Andri, 2010:23).
11
2.4 Klasifikasi Tanaman Jambu Air
Tanaman jambu air merupakan tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau
myrtacae. Berikut merupakan Klasifikasi tanaman jambu air.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Sub Kelas : Rosida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Eugenia
Spesies : Eugenia Aquea Burm F
2.5 Penyakit pada daun tanaman Jambu air
Menurut Nurwansyah (2010) Tanaman itu bagaikan manusia, ia bisa hidup
sehat atau subur, bisa juga sakit akibat terserang penyakit yang mengakibatkan
berkurangnya kesuburan pada tanaman. Banyak sekali penyakit yang dapat
menyerang tanaman. Salah satunya adalah ulat. Ulat merupakan bagian dari biang
keladi perusak tanaman. Kehadiran ulat memang membawa kerisauan bagi
pemilik tanaman jenis hortikultura. Mahkluk kecil pengacau merusak kesehatan
tanaman, sehingga tidak sedikit yang menggunakan alternatif semprotan racun
pestisida untuk melindungi tanaman dari jangkauan hama, penyakit, dan binatang.
12
Beberapa Kerusakan fisik yang terjadi pada tumbuhan adalah daun-daun
dipenuhi oleh banyak lubang berbekas, pertumbuhan tanaman menjadi terganggu
(hal ini dapat terjadi dikarenakan hama serangga dapat meyebabkan pertumbuhan
tanaman menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan
pertumbuhan atau kerdil.
Menurut Nurwansyah (2010) Menurunnya jumlah produksi tanaman
dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak
akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya
pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal
ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan
batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak
langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan
produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis.
13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada 19 April 2012 di rumah penulis di Jalan
Pertiwi 1 no.80D RD.PJKA Lahat.
3.2 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Botol sprey
2. Kompor
3. Panci
b. Bahan
1. Air 200 ml
2. Garam secukupnya
3. Kulit Bawang Merah 1 gram
3.3 Metode Penelitian
Dalam penelitian karya tulis ini penulisannya menggunakan metode
penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang tidak disertai
dengan angka-angka statistik melainkan hanya menjelaskan dan menarik
kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan.
14
Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode eksperimen
3.4 Cara Kerja
1. Di pisahkan daging bawang merah dengan kulitnya, kumpulkan kulit
bawang . merah sebanyak kurang lebih 1 gram.
2. Di keringkan kulit bawang merah dengan cara dijemurdi bawah terik
.........matahari selama satu jam.
3. Di siapkan air dalam panci sebanyak 200 ml.
4. Di masukkan kulit bawang merah sebanyak 1 gram. Tunggu hingga mendidih
5. Setelah mendidih, lihatlah ekstraks yang di hasilkan kulit bawang merah,
........apabila warnanya telah berubah menjadi merah tua dan beraroma tajam dari
........bawang merah, maka matikan kompor dan dinginkan.
Dari takaran yang digunakan diatas dalam pembuat ekstrak kulit bawang
merah akan menghasilkan ekstrak kurang lebih sebanyak 80 ml kemudian ekstrak
tersebut di letakkan dalam sebotol sprey 80 ml. Percobaan ini dilakukan sebanyak
2 kali, yakni ekstrak pertama digunakan untuk satu minggu pertama dan ekstrak
kedua digunakan untuk satu minggu berikutnya.
3.5 Sumber dan Literatur Data
Data-data yang diperoleh merupakan data yang diperoleh dari percobaan serta
analisis sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pendukung dan penunjang
penulisan setelah data dan literature terkumpul dilakukan penyusun rencana
penulisan bersama guru pembimbing.
3.6 Analisa data
Hasil yang didapatkan dalam pembuatan ekstrak kulit bawang merah ini
dilakukan dengan cara eksperimen dan secara kuantitatif. Untuk mengamati
keadaan yang akan terjadi nantinya pada daun tanaman yang diuji cobakan pada
15
eksperimen kali ini, penulis membuat bagan penyemprotan pada tanaman pohon
jambu air. Kemudian penulis mengambil 4 sampel daun untuk di teliti dengan
bagan sebagai berikut.
a. Tabel banyaknya dan lamanyanya penyemprotan pada daun jambu air
No. Daun yang di ujikan
Perlakuan dalam dua minggu
KeteranganBanyak
ekstrak yang
digunakan
Banyak Hari
penyemprotan
1 Daun 1
2 Daun 2
3 Daun 3
4 Daun 4
b. Tabel perubahan dan pertumbuhan pada daun jambu air
Daun
Perubahan
PertumbuhanDaun berlubang bintik-bintik
warna
hilang ber - tetap hilang ber - tetap
Daun 1
Daun 2
Daun 3
Daun 4
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pada eksperimen pembuatan kulit bawang merah sebagai bahan alami
pembuat pestisida pada tanaman yang berpenyakit ini menggunakan 4 sampel
dari tanaman yang sama yaitu tanaman jambu air. Dalam percobaan ini
menghasilkan ekstrak kulit bawang merah sebanyak 80 ml. Kemudian ekstrak
tersebut di letakkan dalam sebotol sprey 80 ml. Percobaan ini dilakukan sebanyak
2 kali, yakni ekstrak pertama digunakan untuk satu minggu pertama dan ekstrak
kedua digunakan untuk satu minggu berikutnya.
Penulis mengamati dedaunan itu menggunakan dua tabel berikut:
a. Tabel banyaknya dan lamanyanya penyemprotan pada daun jambu air
No. Daun yang di ujikan
Perlakuan dalam dua minggu
KeteranganBanyak
ekstrak yang
digunakan
Banyak Hari
penyemprotan
1 Daun 1 2 percikan 1 x 1 Baik
2 Daun 2 5 percikan 1 x 1 Lebih baik
3 Daun 3 2 percikan 3 x 1 Tetap
4 Daun 4 5 percikan 3 x 1 Sedikit berubah
b. Tabel perubahan dan pertumbuhan pada daun jambu air
Daun
Perubahan
PertumbuhanDaun berlubang bintik-bintik
warna
hilang ber - tetap hilang ber - tetap
Daun 1 -

- -

- Hijau Baik
17
Daun 2

- - -

- Hijau Baik
Daun 3 -

- - -

Hijau coklat Stagnan
Daun 4 -

- -

- Hijau coklat stagnan
4.2 Pembahasan
Dalam pembuatan ekstrak kulit bawang merah sebagai bahan alami
pembuat pestisida ini tidak membutuhkan banyak waktu dan proses
pembuatannya pun sederhana serta menghemat biaya pengeluaran.
Dalam penelitian ini, ekstrak kulit bawang merah diproses menggunakan
kulit bawang merah yang telah dikeringkan (untuk mengurangi kadar air).
Pembuatan ekstrak kulit bawang merah dilakukan dengan cara perebusan. Setelah
ekstrak kulit bawang merah mendidih, akan berubah warna menjadi merah
kecoklatan yang dihasilkan dari ekstrak kulit bawang merah berasal dari senyawa
flangfolikosida, senyawa ini sangat ampuh dalam membunuh bakteri.
Hal ini menunjukan, semakin banyak kulit bawang merah yang digunakan,
semakin lama waktu perebusan yang dibutuhkan untuk menghasilkan banyak
senyawa flangfolikosida yang didapat dari diekstrak. Sebaliknya, semakin sedikit
kulit bawang merah yang digunakan, semakin singkat waktu perebusan yang
dibutuhkan. Maka ekstrak kulit bawang merah yang diperoleh kurang berwarna
coklat dan aroma bawang merah tidak kuat.
Menurut bagan di atas, kita mengetahui bahwa sampel dari ke 4 daun yang
diujikan terdapat perubahan berdasarkan pengonsumsian ekstrak pestisida alami
dan jumlah hari yang di butuhkan dalam proses penyemprotan. Berikut penjelasan
yang didapat dari tabel diatas selama 2 minggu pengamatan.
Daun 1 membutuhkan 2 percikan sprey dan waktu penyemprotan 1 x 1
hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu
mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang
berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang tersebut
sedikit demi sedikit menutup dan lubang serta bintik-bintiknya pun berkurang.
18
Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan akibat hama, kini warna coklat
menghilang, tetapi masih bersisa dibagian tengan daun. Dan daun pun mengalami
pertumbuhan dari sebelumnya.
Daun 2 membutuhkan 5 percikan sprey dan waktu penyemprotan 1 x 1
hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu
mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang
berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang dan beberapa
bintik-bintik tersebut menutup. Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan
akibat hama, kini warna coklat menghilang, tetapi masih bersisa di bagian tengan
daun. Dan daun pun mengalami pertumbuhan yang baik dari sebelumnya.
Daun 3 membutuhkan 2 percikan sprey dan waktu penyemprotan 3 x 1
hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu kurang
mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang
berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang tersebut
hanya sedikit sekali yang berkurang (hanya dibagian beberapa tepi daun) dan
bintik-bintiknya pun tetap ada. Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan,
kini warna coklat seakan tidak mau menghilang dan tetap menetap selama 2
minggu penyemprotan. Daun mengalami pertumbuhan stagnan atau kerdil.
Daun 4 membutuhkan 5 percikan sprey dan waktu penyemprotan 3 x 1
hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu kurang
mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang
berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang tersebut
hanya berkurang dibagian beberapa tepi daun dan bintik-bintiknya pun tetap ada.
Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan akibat hama, kini warna coklat
sedikit berkurang dan sebagian tetap menetap selama 2 minggu penyemprotan.
Daun pun mengalami pertumbuhan stagnan atau kerdil.
Dari pernyataan diatas, didapatkan hasil bahwa daun 3 lah yang sedikit
mengalami perubahan dikarenakan jumlah penyemprotan dan waktu
penyemprotannya kurang memadai. Hal ini disebabkan karena pestida alami dari
19
kulit bawang merah mengadung mineral dan senyawa yang berfungsi sebagai
anti-mutagen sehingga waktu yang di butuhkan dalam penyemprotan sangat
rentan dan memerlukan banyak waktu dalam penyemprotan.
Sedangkan Daun 2 merupakan daun yang takarannya pas atau sesuai
takaran dalam pengonsumsian jumlah dari pestisida kulit bawang merah ini.
Sehingga daun berlubangpun menghilang, bintik-bintik pada daun berkurang dan
menghasilkan warna hijau tua netral seperti daun sehat biasanya serta
perumbuhannyapunmembaik, maksud nya tidak mengalami stagnan atau
kekerdilan akibat hama yang menggagu.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak ekstrak yang digunakan
dan semakin sering melakukan penyemprotan pada daun jambu air, maka daun
jambu air yang rusak akibat hamapun akan mengalami kondisi yang jauh lebih
baik dari sebelumnya. Beda halnya dengan pembuatan pestisida berbahan kimia
yang sering digunakan para petani, yakni penggunaannya hanya membutuhkan
dua sampai tiga kali penyemprotan dalam satu minggu. Akan tetapi daun yang
disemprotkan oleh pestisida berbahan kimia sedikit banyak mengandung DDT
yaitu racun atau bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama tikus. Oleh
karena itu mengajak masyarakat untuk mengurangi penyemprotan menggunakan
bahan kimia karena akan berdampak buruk terhadap tanaman dan pengonsumsi
tanaman yang digunakan.
20
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kulit bawang merah dapat dijadikan sebagai pestisida alami dengan cara
mengambil ekstraknya. Takaran yang tepat dalam pembuatan ekstrak kulit
bawang merah yakni menghasilkan 80 ml.
Ternyata ekstrak kulit bawang merah tidak memberikan efek negatif pada
tumbuhan itu sendiri dan ekosistem sekitar. Hasil pengamatan menunjukan,
ekstrak kulit bawang merah membuat daun pada tumbuhan menjadi tampak lebih
segar dibandingkan daun yang disemprotkan dengan pestisida berbahan kimia.
5.2 Saran
kulit bawang yang digunakan untuk pembuatan ekstrak harus kering atau
tidak basah dan tidak lembab, untuk mengurangi kadar air. Karena kadar air
tersebut akan membusuk dan menghasilkan aroma yang tidak sedap serta dapat di
tumbuhi oleh bakteri. Oleh karena itu, penulis menyrankan agar dalam melakukan
percobaan ini dilaksanakan dengan segera tanpa mengulur-ulur waktu supaya
terhindar dari tumbunya bakteri pada kulit bawang merah.
21
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, Pangestu. 2010. Bercocok Tanam. Jakarta: Erlangga
Admin, Surapraja. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: PT Pustaka
Andri. 2010. Cara Membasmi Hama: Erlangga
Fatmah, wati. 2005. Manfaat Umbi dan Tanaman Jagung. Jakarta: PT Pustaka
http://antojulay.blogspot.com/2010/05/pengertian-pestisida.html).
http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agricultur/-pengertian-pestisida/).
http://kimia.unp.ac.id/?p=716april 2012 Pukul 10.15 wib)
http://susanharsawardana.wordpress.com/2011/10/10/manfaat-kulit-bawang-
merah/april 2012 Pukul 10.20 wib).
Nurwansyah. 2010. Flora dan Fauna. Surabaya : Erlangga
Plantus, Sumarji. 2008. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: PT Pustaka
Rizal, Efendi. 2008. Membasmi Hama. Jakarta: Erlangga
Zulkarnaen.2010. Pestisida Alami Pembasmi Hama. Surabaya: PT Pustaka
22
LAMPIRAN
Gambar 1. Kulit bawang merah dikeringkan
23
Gambar 2. Kulit bawang merah di rebus dengan air 100 ml
Gambar 3. Kulit bawang merah dan ekstraknya
24
Gambar 4. Ekstrak kulit bawang merah
25

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarJoni Iswanto
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifikPramitha Ayu
 
perbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatifperbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatifTitis Sari
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Pujiati Puu
 
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptxPENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptxRositNugroho1
 
10 11. materi genetik pendahuluan
10   11. materi genetik pendahuluan10   11. materi genetik pendahuluan
10 11. materi genetik pendahuluanMuhammad Luthfan
 
Imunokimia
Imunokimia Imunokimia
Imunokimia Dedi Kun
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaFransiska Puteri
 
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoPujiati Puu
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidratpure chems
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERIAmphie Yuurisman
 
teknologi dna rekombinan
teknologi dna rekombinanteknologi dna rekombinan
teknologi dna rekombinanwawan_a_s
 

Mais procurados (20)

Lipid
LipidLipid
Lipid
 
PCR
PCRPCR
PCR
 
FLORA NORMAL
FLORA NORMALFLORA NORMAL
FLORA NORMAL
 
lipid- biokimia
lipid- biokimialipid- biokimia
lipid- biokimia
 
Mikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasarMikrobiologi dasar
Mikrobiologi dasar
 
Sistem imun spesifik
Sistem imun spesifikSistem imun spesifik
Sistem imun spesifik
 
perbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatifperbedaan gram positif dan gram negatif
perbedaan gram positif dan gram negatif
 
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret) Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
Laporan praktikum uji protein (dg uji biuret)
 
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptxPENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
PENJAMINAN MUTU PEM TELUR CACING KELOMPOK 1.pptx
 
Sistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada ManusiaSistem Koordinasi pada Manusia
Sistem Koordinasi pada Manusia
 
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan NegatifLaporan Utama Pewarnaan Negatif
Laporan Utama Pewarnaan Negatif
 
10 11. materi genetik pendahuluan
10   11. materi genetik pendahuluan10   11. materi genetik pendahuluan
10 11. materi genetik pendahuluan
 
Imunokimia
Imunokimia Imunokimia
Imunokimia
 
Metabolisme
MetabolismeMetabolisme
Metabolisme
 
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 LipidaLaporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
Laporan Biokimia ITP UNS SMT3 Lipida
 
Laporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam aminoLaporan praktikum uji asam amino
Laporan praktikum uji asam amino
 
Uji Karbohidrat
Uji KarbohidratUji Karbohidrat
Uji Karbohidrat
 
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERILAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I  PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI I PEWARNAAN SPORA DAN KAPSUL PADA BAKTERI
 
RAL
RALRAL
RAL
 
teknologi dna rekombinan
teknologi dna rekombinanteknologi dna rekombinan
teknologi dna rekombinan
 

Semelhante a Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami

KARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docx
KARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docxKARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docx
KARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docxHerfanzBorandaPutra
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...Repository Ipb
 
Laporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun tehLaporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun tehArie Setiawan
 
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.pptRizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.pptRizkyNazty
 
JUDUL PL SEMESTRA.pdf
JUDUL PL SEMESTRA.pdfJUDUL PL SEMESTRA.pdf
JUDUL PL SEMESTRA.pdfSariCahyati
 
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)fitriwirnamasari
 
Pengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitarPengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitarAnjani Martiana
 
Karyanti Books
Karyanti BooksKaryanti Books
Karyanti Bookslogeerga
 

Semelhante a Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami (20)

KARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docx
KARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docxKARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docx
KARYA TULIS ILMIAH_HERFANZ BORANDA PUTRA.docx
 
Laporan fixaa
Laporan fixaaLaporan fixaa
Laporan fixaa
 
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
EKSTRAK SAPOGENIN AKAR KUNING SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA MENCIT YANG DIINDU...
 
Laporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun tehLaporan penelitian kebun teh
Laporan penelitian kebun teh
 
Proposal kedelai
Proposal kedelaiProposal kedelai
Proposal kedelai
 
Hama teh
Hama tehHama teh
Hama teh
 
Proposal skripsi
Proposal skripsiProposal skripsi
Proposal skripsi
 
Kakao (2)
Kakao (2)Kakao (2)
Kakao (2)
 
Kakao (1)
Kakao (1)Kakao (1)
Kakao (1)
 
Kakao
KakaoKakao
Kakao
 
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.pptRizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
Rizki Nia Sukri Nasution_pestisida kulit bawang dan daun pepaya.ppt
 
JUDUL PL SEMESTRA.pdf
JUDUL PL SEMESTRA.pdfJUDUL PL SEMESTRA.pdf
JUDUL PL SEMESTRA.pdf
 
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
Makalah kelompok 2(peranan mikroba pada bidang pertanian)
 
Pengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitarPengolahan sampah di lingkungan sekitar
Pengolahan sampah di lingkungan sekitar
 
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
Ppt project kelompok 5 b kultur jaringan.
 
Apotek hidup(makalah)
Apotek hidup(makalah)Apotek hidup(makalah)
Apotek hidup(makalah)
 
Kopi
Kopi Kopi
Kopi
 
Pengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Pengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijauPengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau
Pengaruh cahaya bagi pertumbuhan tanaman kacang hijau
 
buku biologi tanah.pdf
buku biologi tanah.pdfbuku biologi tanah.pdf
buku biologi tanah.pdf
 
Karyanti Books
Karyanti BooksKaryanti Books
Karyanti Books
 

Manfaat bawang merah sebagai pembuat pestisida alami

  • 1. Pemanfaatan Kulit Bawang Merah Sebagai Pembuatan Pestisida Alami Oleh : Widya Saraswati. R Kelas : XI IPA 3 TAHUN AJARAN 2011/2012 PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT SMA NEGERI 4 LAHAT Jalan RayaTanjung Payang Lahat Telp (kantor) 0731-326660 Fax : 326662 website : www.sman4lahat.sch.id 1
  • 2. LEMBAR PENGESAHAN JUDUL : Pemanfaatan Kulit Bawang Merah Sebagai Pembuatan . Pestisida Alami NAMA : Widya saraswati. R KELAS : XI. IPA 3 Disahkan pada tanggal 04 Juni 2012 Koordinator Karya tulis Guru Pembimbing Desismi Hartini, S.Pd. Marta Beni Widyanti, S.Si. NIP 197812162008012003 NIP 197701212009032001 Mengetahui, Kepala SMA Negeri 4 Lahat Drs. Syahfiral Syamsuar NIP 196708211992203804 2
  • 3. KATA PENGANTAR Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah yang Maha Esa kerena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis dengan tepat waktu yang berjudul “Pemanfaatan Kulit Bawang Merah Sebagai Pembuatan Pestisida Alami”. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada guru Kimia yang telah memberikan kritik dan masukan yang membangun terhadap materi dan penyajian dalam karya tulis ini. Penulis menyadari dengan adanya masukan dari para guru yang terlibat, karya tulis ini menjadi lebih lengkap untuk dikembangkan kembali Karya tulis ini dibuat dengan salah satu persyaratan untuk nilai muatan lokal bagi para siswa SMA Negeri 4 Lahat, khususnya dalam bidang studi Kimia. Ucapan terimakasih tidak lupa pula penulis ucapkan kepada: 1. Bapak Drs. Syahfiral Syamsuar sebgaia Kepala SMA Negeri 4 Lahat 2. Orang tua sebagai sumber inspirasi 3. Ibu Srihandayani selaku pembimbing kayra tulis Kimia 4. Teman-teman yang memberikan bantuan untuk membuat karya tulis ini. Seperti pepatah mengatakan “tak ada gading yang tak retak”. Sehingga mengharapkan kritik dan saran dari teman-teman semua demi perbaikan karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua. Lahat, Penulis 3
  • 4. DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................4 1.1 Latar Belakang ..............................................................................................4 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................5 1.3 Batasan Masalah ...........................................................................................5 1.4 Hipotesis .......................................................................................................5 1.5 Tujuan Penelitian ..........................................................................................5 1.6 Manfaat Penelitian ........................................................................................6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................7 2.1 Pengertian Kulit Bawang Merah ..................................................................7 2.2 Kandungan Kulit Bawang Merah .................................................................8 2.3 Pengertian Pestisida ......................................................................................9 2.4 Klasifikasi Tanaman Jambu Air ...................................................................11 2.5 Penyakit Tanaman Jambu Air ......................................................................11 BAB III METODOLOGI PENELITIAN .........................................................13 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .....................................................................13 3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................13 3.3 Metode Penelitian ........................................................................................13 3.4 Cara Kerja ...................................................................................................14 3.5 Analisa Data ................................................................................................14 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .........................................................16 4.1 Hasil ...........................................................................................................16 4.2 Pembahasan ................................................................................................17 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .........................................................20 5.1 Kesimpulan ................................................................................................20 5.2 Saran ..........................................................................................................20 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................21 4
  • 5. LAMPIRAN.....................................................................................................22 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring berjalannya waktu dalam mengembangkan kreativitas baik secara individual ataupun secara berkelompok orang-orang di dunia terus bersaing dalam bidang industri, pertanian dan perekonomian. Salah satunya di bidang pertanian yakni para petani yang sedang gencar dalam memproduksi panennya supaya menghasilkan hasil panen yang berkualitas serta bernutrisi tinggi dan pastinya menghasilkan keutungan. Akan tetapi, dalam proses produksi panen ini tidak menutup kemungkinan apabila tumbuhan atau produk panen setiap harinya dihinggapi oleh berbagai jenis hama, ulat maupun serangga. Apalagi selama ini, petani Indonesia telah beberapa kali mengalami kerugian karena rusaknya hasil panen akibat hama. Kemudian para petani itu lebih memilih jalan lain dengan cara menyemprotkan tanaman mereka dengan pestisida berbahan kimia. Menurut mereka pestisida berbahan kimia lebih efektif dalam membasmi hama pada tanaman. Namun mereka tidak mengetahui akan adanya dampak negatif bagi tumbuhan yang mereka tanam dari pestisida berbahan kimia tersebut. Penggunaan pestisida, khususnya pestisida sintetis atau kimia memang memberikan keuntungan secara ekonomis, karena harganya jauh lebih terjangkau dari pada pestisida yang alami, namun memberikan kerugian negatif didalamnya, diantaranya residu yang tertinggal tidak hanya pada tanaman, tetapi juga air, tanah, dan udara. Penggunaan pestisida sintetis secara terus-menerus akan mengakibatkan efek resistensi dan resurjensi atau timbul kembali dari berbagai jenis hama ulat. Akibatnya, kualitas pangan yang dihasilkan menurun. Pangan yang seharusnya 5
  • 6. berkualitas dan bernutrisi tinggi, menjadi racun karena tercemar dengan pestisida kimia dan dapat mengakibatkan bahaya bagi siapapun yang mengonsumsinya. Maka dari itu, penulis memberikan inovasi baru terkait penggunaan pestisida yang aman dan mudah didapatkan yaitu dengan memanfaatkan kulit bawang merah yang selama ini hanya dianggap limbah, tapi untuk kali ini kulit bawang merah digunakan sebagai alternatif pestisida alami atau organik pada hama tanaman. Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pembuatan Ekstrak Kulit Bawang Merah Sebagai Pestisida Alami pada daun jambu air” sebagai judul karya ilmiah penulis, guna meningkatkan kualitas hasil pangan yang dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana kulit bawang merah bisa menghasilkan pestisida yang alami? 2. Dampak yang ditimbulkan saat menggunakan pestisida kulit bawang ... merah? 1.3 Batasan Masalah Dalam percobaan karya tulis ini, penulis hanya menggunakan hama ulat sebagai objek uji coba dari pestisida kulit bawang merah. 1.4 Hipotesis Bawang merah mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin atau mineral dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen dan anti-karsinogen, sehingga fungsi dari kandungan bawang merah dapat membantu proses pembuatan pestisida alami dengan anti-mutagen dan anti-karsinogen untuk hama. 1.5 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui racikan kulit bawang merah untuk dijadikan pestisida alami. 2. Mengetahui dampak setelah menggunakan pestisida kulit bawang merah. 6
  • 7. 1.6 Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang kandungan yang terdapat pada kulit bawang merah yang berpotensi dapat membunuh hama ulat. 2. Bagi kalangan akademis, dapat menambah referensi tentang ilmu pengetahuan mengenai penggunaan pestisida alami menggunakan kulit bawang merah. 3. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat diaplikasikan dengan menyemprotkan tanaman dengan ekstrak kulit bawang merah. 7
  • 8. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kulit Bawang Merah Bawang merah merupakan tanaman semusim dan memiliki umbi yang berlapis. Tanaman mempunyai akar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Umbi terbentuk dari pangkal daun yang bersatu dan membentuk batang yang berubah bentuk dan fungsi, membesar dan membentuk umbi berlapis. Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang membesar dan bersatu. Umbi bawang merah bukan merupakan umbi sejati seperti kentang atau talas (di akses pada http://kimia.unp.ac.id/?p=716april 2012 Pukul 10.15 wib). Bawang merah juga mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin atau mineral dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen dan anti- karsinogen. Di dalam bawang merah terdapat asam amino yang tidak berbau, tak bewarna dan dapat larut dalam air. Ikatan asam amino ini disebut aliin. Kemudian senyawa tersebut dapat berubah menjadi alicin. Bersama dengan tiamin, alicin dapat membentuk allitiamin, senyawa bentukan ini ternyata iserap oleh tubuh daripada viamin B sendiri. Dengan demikian, alicin dapat membuat vitamin B lebih efisien oleh tubuh. Berikut merupakan klasifikasi dari bawang merah. Kingdom: Plantae Super Divisi: Spermatophyta Divisi: Magnoliophyta Kelas: Liliopsida Sub Kelas: Liliidae Ordo: Liliales ........... Famili: Liliaceae 8
  • 9. Genus: Allium .. Spesies: Allium cepa var. aggregatum L (di akses pada http://susanharsawardana.wordpress.com/2011/10/10/manfaat- kulit-bawang-merah/april 2012 Pukul 10.20 wib). Dalam klasifikasi ilmiah botani, bawang merah termasuk ordo aspalagales, family aliaceae, genus allium, dan spesies A. ascalonicum. Tetapi, dalam penelitian ini yang digunakan bukan bawang merah, melainkan bagian terluar dari bawang merah yaitu kulit bawang merah. Menurut admin (2010:28) kulit bawang merah adalah bagian terluar dari bawang merah yang diambil dagingnya. Biasanya, kulit bawang merah tidak pernah dimanfaatkan, melainkan langsung dibuang setelah didapatkan isinya. Kulit bawang merah ini sangat berguna sekali, terutama untuk makanan. Paling sering kulit bawang merah digunakan untuk membuat telur pindang. Selain digunakan sebagai penyedap makanan, kulit bawang merah juga mengandung zat dan senyawa yang berpotensi dapat membunuh hama ulat (Fatmah, 2005:69). 2.2 Kandungan Kulit Bawang Merah Salah satu tanaman yang dapat dijadikan sebagai pestisida nabati yaitu, bawang merah yang diambil kulitnya. Kulit bawang merah adalah bagian terluar atau pembalut dari daging bawang merah yang berpotensi dapat membunuh hama serangga pada tanaman, kulit bawang merah mengandung senyawa acetogenin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa tersebut memiliki keistimewaan sebagai anti- feeden. Dalam hal ini, hama serangga tidak lagi bergairah dan menurunnya nafsu makan yang mengakibatkan hama serangga enggan untuk melahap bagian tanaman yang disukainya. Sedangkan dalam konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan hama serangga menemui ajalnya. Hama serangga mengonsumsi daun yang mengandung senyawa acetogenin konsentrasi rendah, akan menyebabkan terganggunya proses pencernaan dan merusak organ-organ pencernaan, yang mengakibatkan kematian pada hama serangga (Plantus 2008). Selain mengandung anti-fedeen, kulit bawang merah juga mengandung senyawa squamosin. Kandungan pada squamosin mampu menghambat transport 9
  • 10. elektron pada sistem respirasi sel hama serangga, yang menyebabkan hama serangga tidak dapat menerima nutrisi makanan yang dibutuhkan oleh tubuhnya. Sehingga, walaupun hama serangga memakan daun yang telah tercemar oleh zat squamosin, hama serangga sama saja seperti tidak memakan apapun, karena nutrisi yang terkandung dalam daun yang dimakan hama serangga tidak tersalurkan keseluruh tubuh. Akhirnya, hama serangga akan mati secara perlahan. Selain berpotensi dapat membunuh hama ulat, kulit bawang merah juga memiliki beberapa manfaat lainnya yang menguntungkan. Zat dan senyawa yang terdapat pada kulit bawang merah memberikan kesuburan bagi tanaman sehingga dapat mempercepat tumbuhnya buah dan bunga pada tumbuhan (Rizal, 2008). 2.3 Pengertian Pestisida Pembasmi hama atau pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal dari pest ("hama") yang diberi akhiran -cide ("pembasmi"). Sasarannya.bermacam-macam, seperti serangga, tikus, gulma, burung, mamalia, ikan, ataupun kikrobi yang dianggap mengganggu. Pestisida biasanya, tapi tak selalu, beracun, pestisida seringkali disebut sebagai "racun". (diakses dalam http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agricultur/-pengertian-pestisida/). Pestisida dapat berperan sebagai substansi kimia dan bahan lain yang mengatur atau menstimulirpertumbuhan tanaman atau bagian-bagian tanaman. Dalam pengendalian hama tanaman secara terpadu, pestisida adalah sebagai alternatif pestisida. Pestisida tidak hanya berperan dalam mengendalikan jasad- jasad pengganggu dalam bidang pertanian saja, namun juga diperlukan dalam bidang kehutanan terutama untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya, dalam bidang kesehatan dan rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan, dalam bidang perumahan terutama untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain (Mulsa Plaktis). 10
  • 11. Menurut Zulkarnaen (2010:50) pestisida dibagi menjadi dua, yaitu pestisida sintetis atau kimia dan pestisida organik atau alami(Pengendalian Hama Terpadu). Sekilas pandang, pestisida kimia dengan pestisida alami sama saja. Namun ada beberapa faktor yang menyebabkan kedua jenis pestisida tersebut dibedakan. Pestisida berbahan kimia memberikan resiko yang serius dengan terancamnya kesehatan populasi organisme (burung, amfibi, reptil, dan lain-lain) akibat dari penggunaan pestisida berbahan kimia. Bahan aktif yang terkandung dalam pestisida berbahan kimia akan menjadi racun bagi yangpengonsumsi hasil pertanian, bukan hanya itu, lingkungan akan menjadi sasaran utama atas penggunaan bahan berbahaya ini. Sehingga, tidak hanya hasil panen yang tercemar, melainkan meliputi udara dan efek negatif terhadap tumbuhan itu sendiri. Bahan yang secara umum yang sering digunakan oleh masyarakat dalam penggunaan pestisida berbahan kimia seperti DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane), endrin (cairan yang biasa dipakai sebagai racun pembunuh tikus), lindane, dan endosulfan (Aditya, 2010:17). Pestisida alami jelas berbeda dengan pestisida kimia, walaupun tujuan keduanya sama yaitu memberantas hama ulat yang hinggap pada tumbuhan. Beberpa keuntungan dalam penggunaan pestisida alami (organik) yaitu zat dan senyawa yang terdapat pada pestisida berbahan alami dapat menolak kehadiran hama ulat dengan bau yang tidak disukainya, dapat merusak perkembangan telur, larva, dan pupa pada hama serangga, menghambat reproduksi serangga betina dan menghancurkan hormon di dalam tubuh hama serangga. (diakses dalam http://antojulay.blogspot.com/2010/05/pengertian- pestisida.html). Beberapa bahan dari tumbuhan yang dapat digunakan sebagai pestisida alami adalah daun papaya (mengandung zat aktif “papain”), biji jarak (mengandung senyawa reisin dan alkaolit), daun sirsak (mengandung senyawa annonain dan resin), rimpang jeringau (mengandung senyawaArosone, Kalomenol, Kalomen, Kalomeone, Metil eugenol, Eugenol), pacar cina (mengandung senyawa minyak atsiri, alkaloid, saponin, flavonoin, dan tannin), dan lain-lain (Andri, 2010:23). 11
  • 12. 2.4 Klasifikasi Tanaman Jambu Air Tanaman jambu air merupakan tumbuhan dalam suku jambu-jambuan atau myrtacae. Berikut merupakan Klasifikasi tanaman jambu air. Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas :Magnoliopsida Sub Kelas : Rosida Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Eugenia Spesies : Eugenia Aquea Burm F 2.5 Penyakit pada daun tanaman Jambu air Menurut Nurwansyah (2010) Tanaman itu bagaikan manusia, ia bisa hidup sehat atau subur, bisa juga sakit akibat terserang penyakit yang mengakibatkan berkurangnya kesuburan pada tanaman. Banyak sekali penyakit yang dapat menyerang tanaman. Salah satunya adalah ulat. Ulat merupakan bagian dari biang keladi perusak tanaman. Kehadiran ulat memang membawa kerisauan bagi pemilik tanaman jenis hortikultura. Mahkluk kecil pengacau merusak kesehatan tanaman, sehingga tidak sedikit yang menggunakan alternatif semprotan racun pestisida untuk melindungi tanaman dari jangkauan hama, penyakit, dan binatang. 12
  • 13. Beberapa Kerusakan fisik yang terjadi pada tumbuhan adalah daun-daun dipenuhi oleh banyak lubang berbekas, pertumbuhan tanaman menjadi terganggu (hal ini dapat terjadi dikarenakan hama serangga dapat meyebabkan pertumbuhan tanaman menjadi terhambat dan bahkan tidak jarang mengalami stagnan pertumbuhan atau kerdil. Menurut Nurwansyah (2010) Menurunnya jumlah produksi tanaman dengan serangan yang dilakukan oleh hama pada tanaman maka tanaman tidak akan mampu menghasilkan produksi secara maksimal karena terjadinya pembatasan pertumbuhan akibat hama yang berada pada tanaman budidaya. Hal ini disebabkan karena proses fisiologi tanaman yang terganggu. Dengan daun dan batang serta tunas-tunas muda yang habis dimakan oleh hama secara tidak langsung tanaman tidak dapat melaukan proses fotosintesis untuk menghasilkan produksi dengan baik bahkan tidak dapat melakukan fotosentesis. 13
  • 14. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada 19 April 2012 di rumah penulis di Jalan Pertiwi 1 no.80D RD.PJKA Lahat. 3.2 Alat dan Bahan a. Alat 1. Botol sprey 2. Kompor 3. Panci b. Bahan 1. Air 200 ml 2. Garam secukupnya 3. Kulit Bawang Merah 1 gram 3.3 Metode Penelitian Dalam penelitian karya tulis ini penulisannya menggunakan metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah penelitian yang tidak disertai dengan angka-angka statistik melainkan hanya menjelaskan dan menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan. 14
  • 15. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan metode eksperimen 3.4 Cara Kerja 1. Di pisahkan daging bawang merah dengan kulitnya, kumpulkan kulit bawang . merah sebanyak kurang lebih 1 gram. 2. Di keringkan kulit bawang merah dengan cara dijemurdi bawah terik .........matahari selama satu jam. 3. Di siapkan air dalam panci sebanyak 200 ml. 4. Di masukkan kulit bawang merah sebanyak 1 gram. Tunggu hingga mendidih 5. Setelah mendidih, lihatlah ekstraks yang di hasilkan kulit bawang merah, ........apabila warnanya telah berubah menjadi merah tua dan beraroma tajam dari ........bawang merah, maka matikan kompor dan dinginkan. Dari takaran yang digunakan diatas dalam pembuat ekstrak kulit bawang merah akan menghasilkan ekstrak kurang lebih sebanyak 80 ml kemudian ekstrak tersebut di letakkan dalam sebotol sprey 80 ml. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali, yakni ekstrak pertama digunakan untuk satu minggu pertama dan ekstrak kedua digunakan untuk satu minggu berikutnya. 3.5 Sumber dan Literatur Data Data-data yang diperoleh merupakan data yang diperoleh dari percobaan serta analisis sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pendukung dan penunjang penulisan setelah data dan literature terkumpul dilakukan penyusun rencana penulisan bersama guru pembimbing. 3.6 Analisa data Hasil yang didapatkan dalam pembuatan ekstrak kulit bawang merah ini dilakukan dengan cara eksperimen dan secara kuantitatif. Untuk mengamati keadaan yang akan terjadi nantinya pada daun tanaman yang diuji cobakan pada 15
  • 16. eksperimen kali ini, penulis membuat bagan penyemprotan pada tanaman pohon jambu air. Kemudian penulis mengambil 4 sampel daun untuk di teliti dengan bagan sebagai berikut. a. Tabel banyaknya dan lamanyanya penyemprotan pada daun jambu air No. Daun yang di ujikan Perlakuan dalam dua minggu KeteranganBanyak ekstrak yang digunakan Banyak Hari penyemprotan 1 Daun 1 2 Daun 2 3 Daun 3 4 Daun 4 b. Tabel perubahan dan pertumbuhan pada daun jambu air Daun Perubahan PertumbuhanDaun berlubang bintik-bintik warna hilang ber - tetap hilang ber - tetap Daun 1 Daun 2 Daun 3 Daun 4 16
  • 17. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pada eksperimen pembuatan kulit bawang merah sebagai bahan alami pembuat pestisida pada tanaman yang berpenyakit ini menggunakan 4 sampel dari tanaman yang sama yaitu tanaman jambu air. Dalam percobaan ini menghasilkan ekstrak kulit bawang merah sebanyak 80 ml. Kemudian ekstrak tersebut di letakkan dalam sebotol sprey 80 ml. Percobaan ini dilakukan sebanyak 2 kali, yakni ekstrak pertama digunakan untuk satu minggu pertama dan ekstrak kedua digunakan untuk satu minggu berikutnya. Penulis mengamati dedaunan itu menggunakan dua tabel berikut: a. Tabel banyaknya dan lamanyanya penyemprotan pada daun jambu air No. Daun yang di ujikan Perlakuan dalam dua minggu KeteranganBanyak ekstrak yang digunakan Banyak Hari penyemprotan 1 Daun 1 2 percikan 1 x 1 Baik 2 Daun 2 5 percikan 1 x 1 Lebih baik 3 Daun 3 2 percikan 3 x 1 Tetap 4 Daun 4 5 percikan 3 x 1 Sedikit berubah b. Tabel perubahan dan pertumbuhan pada daun jambu air Daun Perubahan PertumbuhanDaun berlubang bintik-bintik warna hilang ber - tetap hilang ber - tetap Daun 1 -  - -  - Hijau Baik 17
  • 18. Daun 2  - - -  - Hijau Baik Daun 3 -  - - -  Hijau coklat Stagnan Daun 4 -  - -  - Hijau coklat stagnan 4.2 Pembahasan Dalam pembuatan ekstrak kulit bawang merah sebagai bahan alami pembuat pestisida ini tidak membutuhkan banyak waktu dan proses pembuatannya pun sederhana serta menghemat biaya pengeluaran. Dalam penelitian ini, ekstrak kulit bawang merah diproses menggunakan kulit bawang merah yang telah dikeringkan (untuk mengurangi kadar air). Pembuatan ekstrak kulit bawang merah dilakukan dengan cara perebusan. Setelah ekstrak kulit bawang merah mendidih, akan berubah warna menjadi merah kecoklatan yang dihasilkan dari ekstrak kulit bawang merah berasal dari senyawa flangfolikosida, senyawa ini sangat ampuh dalam membunuh bakteri. Hal ini menunjukan, semakin banyak kulit bawang merah yang digunakan, semakin lama waktu perebusan yang dibutuhkan untuk menghasilkan banyak senyawa flangfolikosida yang didapat dari diekstrak. Sebaliknya, semakin sedikit kulit bawang merah yang digunakan, semakin singkat waktu perebusan yang dibutuhkan. Maka ekstrak kulit bawang merah yang diperoleh kurang berwarna coklat dan aroma bawang merah tidak kuat. Menurut bagan di atas, kita mengetahui bahwa sampel dari ke 4 daun yang diujikan terdapat perubahan berdasarkan pengonsumsian ekstrak pestisida alami dan jumlah hari yang di butuhkan dalam proses penyemprotan. Berikut penjelasan yang didapat dari tabel diatas selama 2 minggu pengamatan. Daun 1 membutuhkan 2 percikan sprey dan waktu penyemprotan 1 x 1 hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang tersebut sedikit demi sedikit menutup dan lubang serta bintik-bintiknya pun berkurang. 18
  • 19. Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan akibat hama, kini warna coklat menghilang, tetapi masih bersisa dibagian tengan daun. Dan daun pun mengalami pertumbuhan dari sebelumnya. Daun 2 membutuhkan 5 percikan sprey dan waktu penyemprotan 1 x 1 hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang dan beberapa bintik-bintik tersebut menutup. Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan akibat hama, kini warna coklat menghilang, tetapi masih bersisa di bagian tengan daun. Dan daun pun mengalami pertumbuhan yang baik dari sebelumnya. Daun 3 membutuhkan 2 percikan sprey dan waktu penyemprotan 3 x 1 hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu kurang mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang tersebut hanya sedikit sekali yang berkurang (hanya dibagian beberapa tepi daun) dan bintik-bintiknya pun tetap ada. Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan, kini warna coklat seakan tidak mau menghilang dan tetap menetap selama 2 minggu penyemprotan. Daun mengalami pertumbuhan stagnan atau kerdil. Daun 4 membutuhkan 5 percikan sprey dan waktu penyemprotan 3 x 1 hari, hal ini menunjukkan kondisi daun yang didapatkan selama 2 minggu kurang mengalami perubahan, yakni daun yang sebelumnya banyak terdapat lubang berbekas dan beberapa bintik-bintik akibat hama kini lubang-lubang tersebut hanya berkurang dibagian beberapa tepi daun dan bintik-bintiknya pun tetap ada. Daunnya yang dahulu nampak hijau kecoklatan akibat hama, kini warna coklat sedikit berkurang dan sebagian tetap menetap selama 2 minggu penyemprotan. Daun pun mengalami pertumbuhan stagnan atau kerdil. Dari pernyataan diatas, didapatkan hasil bahwa daun 3 lah yang sedikit mengalami perubahan dikarenakan jumlah penyemprotan dan waktu penyemprotannya kurang memadai. Hal ini disebabkan karena pestida alami dari 19
  • 20. kulit bawang merah mengadung mineral dan senyawa yang berfungsi sebagai anti-mutagen sehingga waktu yang di butuhkan dalam penyemprotan sangat rentan dan memerlukan banyak waktu dalam penyemprotan. Sedangkan Daun 2 merupakan daun yang takarannya pas atau sesuai takaran dalam pengonsumsian jumlah dari pestisida kulit bawang merah ini. Sehingga daun berlubangpun menghilang, bintik-bintik pada daun berkurang dan menghasilkan warna hijau tua netral seperti daun sehat biasanya serta perumbuhannyapunmembaik, maksud nya tidak mengalami stagnan atau kekerdilan akibat hama yang menggagu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semakin banyak ekstrak yang digunakan dan semakin sering melakukan penyemprotan pada daun jambu air, maka daun jambu air yang rusak akibat hamapun akan mengalami kondisi yang jauh lebih baik dari sebelumnya. Beda halnya dengan pembuatan pestisida berbahan kimia yang sering digunakan para petani, yakni penggunaannya hanya membutuhkan dua sampai tiga kali penyemprotan dalam satu minggu. Akan tetapi daun yang disemprotkan oleh pestisida berbahan kimia sedikit banyak mengandung DDT yaitu racun atau bahan kimia yang digunakan untuk membasmi hama tikus. Oleh karena itu mengajak masyarakat untuk mengurangi penyemprotan menggunakan bahan kimia karena akan berdampak buruk terhadap tanaman dan pengonsumsi tanaman yang digunakan. 20
  • 21. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Kulit bawang merah dapat dijadikan sebagai pestisida alami dengan cara mengambil ekstraknya. Takaran yang tepat dalam pembuatan ekstrak kulit bawang merah yakni menghasilkan 80 ml. Ternyata ekstrak kulit bawang merah tidak memberikan efek negatif pada tumbuhan itu sendiri dan ekosistem sekitar. Hasil pengamatan menunjukan, ekstrak kulit bawang merah membuat daun pada tumbuhan menjadi tampak lebih segar dibandingkan daun yang disemprotkan dengan pestisida berbahan kimia. 5.2 Saran kulit bawang yang digunakan untuk pembuatan ekstrak harus kering atau tidak basah dan tidak lembab, untuk mengurangi kadar air. Karena kadar air tersebut akan membusuk dan menghasilkan aroma yang tidak sedap serta dapat di tumbuhi oleh bakteri. Oleh karena itu, penulis menyrankan agar dalam melakukan percobaan ini dilaksanakan dengan segera tanpa mengulur-ulur waktu supaya terhindar dari tumbunya bakteri pada kulit bawang merah. 21
  • 22. DAFTAR PUSTAKA Aditya, Pangestu. 2010. Bercocok Tanam. Jakarta: Erlangga Admin, Surapraja. 2010. Kamus Lengkap Biologi. Surabaya: PT Pustaka Andri. 2010. Cara Membasmi Hama: Erlangga Fatmah, wati. 2005. Manfaat Umbi dan Tanaman Jagung. Jakarta: PT Pustaka http://antojulay.blogspot.com/2010/05/pengertian-pestisida.html). http://id.shvoong.com/exact-sciences/agronomy-agricultur/-pengertian-pestisida/). http://kimia.unp.ac.id/?p=716april 2012 Pukul 10.15 wib) http://susanharsawardana.wordpress.com/2011/10/10/manfaat-kulit-bawang- merah/april 2012 Pukul 10.20 wib). Nurwansyah. 2010. Flora dan Fauna. Surabaya : Erlangga Plantus, Sumarji. 2008. Kamus Lengkap Kimia. Jakarta: PT Pustaka Rizal, Efendi. 2008. Membasmi Hama. Jakarta: Erlangga Zulkarnaen.2010. Pestisida Alami Pembasmi Hama. Surabaya: PT Pustaka 22
  • 23. LAMPIRAN Gambar 1. Kulit bawang merah dikeringkan 23
  • 24. Gambar 2. Kulit bawang merah di rebus dengan air 100 ml Gambar 3. Kulit bawang merah dan ekstraknya 24
  • 25. Gambar 4. Ekstrak kulit bawang merah 25