SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 16
PENDAHULUAN


        Dari seluruh sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib adalah salah satu yang
pertama kali memeluk Islam dan berjuang menegakkannya bersama Rasulullah saw. Ia
memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Kedudukan ini sangat istimewa diberikan
Rasulullah saw. Bagi beliau, tingkat kesalehan dan kualitas amal para sahabat tersebut
tidak dapat disetarakan dengan siapa pun juga, meskipun yang dikerjakan generasi
berikutnya tampak lebih besar. Karenanya, Rasulullah saw. melarang mencibir dan
mencaci karya para sahabat utamanya itu.
        Ali bin Abi Thalib adalah salah satu orang yang pertama kali beriman dengan
Rasulullah SAW meskipun dia saat itu masih kecil. Dia adalah putera Ali bin Abi Thalib
paman Rasulullah SAW dan dikawinkan dengan puterinya yang bernama Fatimah yang
dari pihak inilah Rasulullah memperoleh keturunan.
        Ali semanjak kecilnya sudah dididik dengan adab dan budi pekerti Islam, dia
termasuk orang yang sangat fasih berbicara dan pengetahuannya juga tentang Islam
sangat luas sehingga tidak heran dia adalah salah satu periwayat yang terbanyak
meriwayatkan hadits Rasulullah SAW.
        Ali menggantikan kekhalifahan Usman bin Affan yang telah meninggal
sebelum jabatannya berakhir selama kurang lebih sekitar lima tahun, setelah
sebelumnya dilakukan bai’at, dia banyak melakukan perubahan hukum ketatanegaraan
seperti kebijakan tentang hak pertanahan, pembagian harta warisan perang. Juga
timbul bermacam-macam masalah yang dapat mempengaruhi kemajuan dan
kemunduran negara Islam.
        Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai sejarah kemajuan dan kebijakan
politik pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib serta kemunduran akibat pemberontakan-
pemberontakan yang ditandai perang terbuka antar umat Islam.
        Banyak peperangan yang terjadi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan
yang terpenting adalah perang Jamal (Unta) dan perang Shiffin.
ALI BIN ABI THALIB
                                     (KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN)


A. ALI BIN ABI THALIB
               Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab.
   Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian
   Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya
   bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Rasulullah SAW masih
   diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada
   yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Beliau bernama asli
   Haydar bin Abu Thalib, paman Rasulullah SAW. Haydar yang berarti Singa adalah
   harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh
   pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui
   sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Rasulullah SAW terkesan tidak suka,
   karena itu mulai memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).1
               Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Rasulullah
   SAWkarena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu
   Thalib memberi kesempatan bagi Rasulullah SAW bersama istri beliau Khadijah
   untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk
   membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil
   hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad.
   Ketika Rasulullah SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq
   menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau
   orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada saat itu Ali berusia
   sekitar 10 tahun.2
               Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari
   Rasulullah SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan
   Rasulullah dan mengawinkannya dengan putri Beliau yang bernama Fatimah. Hal
   inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran
   tertentu masalah ruhani atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang

     1
         http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib
     2
         Ibid
diajarkan Rasulullah khusus kepada Ali tapi tidak kepada Murid-murid atau
   Sahabat-sahabat yang lain.3
             Bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur
   ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Rasulullah harus
   disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa
   diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing. Didikan
   langsung dari Rasulullah SAW kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek
   zhahir (exterior)atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali
   menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak, fasih dalam
   berbicara, dan salah satu orang yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah
   SAW.4
             Selain itu Ali adalah orang yang sangat berani dan perkasa dan selalu hadir
   pada setiap peperangan karena itu dia selalu berada di barisan paling depan pada
   setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah.


B. PEMBAIATAN ALI BIN ABI THALIB SEBAGAI KHALIFAH DAN KEMAJUAN YANG
   DICAPAI
             Setelah terbunuhnya Utsman, kaum muslimin meminta kesediaan Ali
   untuk dibaiat menjadi khalifah. Mereka beranggapan bahwa kecuali Ali, tidak ada
   lagi orang yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman. Mendengar
   permintaan rakyat banyak itu, Ali berkata, “Urusan ini bukan urusan kalian. Ini
   adalah
   perkara yang teramat penting, urusan tokoh-tokoh Ahl asy-Syura bersama para
   pejuang Perang Badr.5
             Sebenarnya Ali bin Abi Thalib pernah masuk masuk nominasi pada saat
   pemilihan khalifah Usman bin Affan, tetapi saat itu dia masih dianggap sangat
   muda.
             Dengan terbaiatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah menggantikan
   Usman bin Affan, sebagian orang yang masih terpaut keluarga Usman mulai


     3
       Ibid
     4
       Syalabi, A, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, h.281
     5
       Ibid, h.284
beranggapan bahwa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib akan mengurangi
    kesenangan mereka apalagi untuk memperoleh kekayaan yang dapat mereka
    lakukan sebelumnya.
               Ali Terpilih menjadi khalifah sebenarnya menimbulkan pertentangan dari
    pihak yang ingin menjadi khalifah dan dituduh sebagai orang yang bertanggung
    jawab atas terbunuhnya khalifah Usman bin Affan.6
               Bila pemerintahan dipegang oleh Ali, maka cara-cara pemerintahan Umar
    yang keras dan disiplin akan kembali dan akan mengancam kesenangan dan
    kenikmatan hidup dimasa pemerintahan Usman bin Affan yang mudah dan lunak
    menjadi keadaan yang serba teliti, dan serba diperhitungkan, hingga banyak yang
    tidak menyukai Ali. bagi kaum Umaiyah sebagai kaum elit dan kelas atas dan
    khawatir atas kekayaan dan kesenangan mereka akan lenyap karena keadilan yang
    akan dijalankan Ali.7
               Dalam menjalankan kepemerintahan Ali melakukan kebijakan politik
    seperti sebagai berikut:
    1. Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme yang hampir menguasai
          seluruh sektor bisnis.
    2. Memecat Gubernur yang diangkat Usman bin Affan dan menggantinya dengan
          gubernur yang baru
    3. Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan Usman bin Affan
          kepada keluarganya, seperti hibah dan pemberian yang tidak diketahui
          alasannya secara jelas dan memfungsikan kembali baitul maal.8
               Meskipun dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan sedikit
    mengalami kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab
    dan masih tetap peranan penting negara Islam di daerah yang telah ditaklukkan
    Abu Bakar di daerah Yaman, Oman, Bahrain, Iran Bagian Selatan. Umar bin Khattab




      6
          Hadariansyah AB, Pemikiran-Pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam, Antasari Press,
Banjarmasin, 2008, h. 13
        7
          Syalabi, Loc. Cit. h. 283
        8
          Ibid, 284-285 juga di dapat penjelasan lebih lanjut oleh Marshall GS Hudgson, The Venture of
Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999,
h. 312
di Persia, Syiria, Pantai Timur Laut Tengah dan Mesir. Serta pada masa Usman di
   Sijistan, Khurasa, Azarbaijan, Armenia hingga Georgia.9
              Ali bin Abi Thalib juga dikenal juga seorang penyair ternama. Seperti syair
   berikut:
              “Janganlah kamu berlaku aniaya jika kamu mampu berlaku adil, karena
   tindak aniaya akan berujung pada ....., 10
              Syair-syair Ali akhirnya dibukukan dalam kitab Nahj Al-Balaghah.
              Masa pemerintahan Ali yang kurang lebih selama lima tahun (35-40
   H/656-661 M) tidak pernah sunyi dari pergolakan politik, tidak ada waktu
   sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Akhirnya praktis
   selama memerintah, Ali lebih banyak mengurus masalah pemberontkan di
   berbagai wilayah kekuasaannya. Ia lebih banyak duduk di atas kuda perang dan di
   depan pasukan yang masih setia dan mempercayainya dari pada memikirkan
   administrasi negara yang teratur dan mengadakan ekspansi perluasan wilayah
   (futuhat). Namun demikian, Ali berusaha menciptakan pemerintahan yang bersih,
   berwibawa dan egaliter. Ia ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam
   sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Umar sebelumnya.
              Sebenarnya pembaiatan Ali sebagai khalifah adalah hal yang sangat wajar
   dan pertentangan itu adalah hal yang wajar pula sebagai akibat pertentangan dan
   peristiwa-peristiwa sebelumnya karena untuk memperebutkan kekuasaan yang
   diselingi kasus penuntutan atas terbunuhnya Usman dan juga pemecatan-
   pemecatan pejabat serta pengembalian harta milik yang tidak jelas.


C. PEMBERONTAKAN TERHADAP ALI BIN ABI THALIB
              Kaum pemberontak tidak punya pilihan lain kecuali mengangkat Ali karena
   ia adalah orang yang paling bijaksana di kalangan semua suku. Ali memang tidak
   diragukan lagi yang mempunyai integritas tinggi dan kapasitas intelektual yang
   memadai, namun demikian politik bukanlah keahliannya, sehingga sebagai
   lawanannya Muawiyah sebagai seorang politisi murni yang juga sebagai gubenur


      9
       As’ari, Hasan, Menguak Syarah Mencari Ibrah, Citapustaka Media, Bandung, 2006, h. 253.
      10
         Mursi, Syeikh Muhammad Sa’id, Tokoh-Tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Terj. Khoiril Amru
Harahap, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007, h. 22
Syiria memang sangat berambisi menjadi khalifah dan sebagai politisi ia dapat
      mencari cara apa saja untuk menduduki khalifah.
                  Ali tahu bahwa Mu’awiyah sangat ambisius dan terlebih lagi pernah
      diangkat oleh pendahulunya (Usman) yang mana kebijakan-kebijakan yang
      ditempuhnya sering berbeda dengan Ali. Sebagai khalifah Ali bin Abi Thalib
      mempunyai wewenang yang penuh untuk menentukan bawahannya dan mencari
      yang loyal dengan kepemimpinannya. Oleh karena itu dia memecat Muawiyah
      yang pada saat itu telah berhasil membangun syiria menjadi kota menjadi kota
      yang sangat strategis dan memiliki tentara yang cukup loyal kepada Muawiyah . hal
      ini membuat tidak tinggal diam dan ingin melakukan pemberontakan. 11
                  Meskipun Muawiyah tahu bahwa Ali bin Abi Thalib bukanlah orang yang
      patut disalahkan dalam hal kematian khalifah Usman bin Affan dan tidaklah
      mencari para pelakunya dan menghukum mereka. Padahal Muawiyah sebenarnya
      tidak sebenarnya berminat menuntuk kematian Usman bin Affan kecuali sebagai
      pemicu untuk memberontak terhadap Ali.12
                  Kejadian pembunuhan Usman hanyalah permulaan salah satu fitnah yang
      besar pengaruhnya pada skisme dalam Islam. Menurut ahli sejarah Islam
      pembunuh itu atau simpatisan menjadi sponsor pengangkatan Ali sebagai
      khalifah.13
                  Kondisi masyarakat yang sudah terjerumus pada kekacauan dan tidak
      terkendali lagi, menjadikan usahanya tidak banyak berhasil.Terhadap berbagai
      tindakan Ali setelah menjadi khalifah, para sahabat senior sebenarnya pernah
      memberikan masukan dan pandangan kepada Ali. Tetapi Ali menolak pendapat
      mereka dan terlalu yakin dengan pendiriannya. Dalam masalah pemecatan
      gubernur, misalnya, Mughirah ibn Syu’bah, Ibnu Abbas, dan Ziyad ibnu Handzalah
      menasehati Ali, bahwa mereka tidak usah dipecat selama menunjukan kesetiaan
      padanya. Pemecatan ini akan membawa implikasi yang besar bagi resistensi
      mereka terhadap Ali.14

        11
             Engineer, Asghar Ali, Asal Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, h.
259
        12
           Ibid, h. 260
        13
           Rachman, Budhi Munawwar, Ensiklopedi Nur Cholish Majid, Mizan, 2006, h.146-147
        14
           Syalabi, Ibid, h 285
Marshall GS. Hudgson memaparkan:”Setelah itu dua lusin tahun setelah
    wafatnya Muhammad, mulailah suatu periode fitnah (yang berlangsung selama
    lima tahun). Yang makna harfiahnya ”godaan” atau ”cobaan-cobaan”, suatu masa
    perang saudara untuk menguasai komunitas muslim dan teritori-teritori
    taklukannya yang luas”.15
             Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, masa pemerintahan Ali tidak
    terlepas dari berbagai macam pemberontakan. Ali berusaha memadamkan bentuk
    perlawanan dan pemberontakan sesama muslim tersebut yang di dalamnya
    terlibat para sahabat senior. Perang saudara yang terjadi pada masa Ali yang
    tercatat dalam lembaran hitam sejarah Islam dan menjadi suatu kemunduran
    pergerakan Islam


D. PERANG JAMAL/ONTA
             Dinamakan perang Jamal, karena dalam peristiwa tersebut, janda
    Rasulullah SAW dan putri Abu Bakar Shiddiq, Aisyah ikut dalam peperangan dengan
    mengendarai unta. Perang ini berlangsung pada lima hari terakhir Rabi’ul Akhir
    tahun 36H/657M. Ikut terjunnya Aisyah memerangi Ali sebagai khalifah dipandang
    sebagai hal yang luar biasa, sehingga orang menghubungkan perang ini dengan
    Aisyah dan untanya, walaupun menurut sementara ahli sejarah peranan yang
    dipegang Aisyah tidak begitu dominan.
             Keterlibatan Aisyah pada perang ini pada mulanya menuntut atas
    kematian Utsman bin Affan terhadap Ali, sama seperti yang dituntut Thalhah dan
    Zubair ketika mengangkat bai’at pada Ali. Setelah itu Aisyah pergi ke Mekkah
    kemudian disusul oleh Thalhah dan Zubair. Ketiga tokoh ini nampaknya mempunyai
    harapan tipis bahwa hukum akan ditegakkan. Karena menurut ketiganya, Ali sudah
    menetapkan kebijakan sendiri karena ia didukung oleh kaum perusuh. Kemudian
    mereka dengan dukungan dari keluarga Umayah menuntut balas atas kematian
    Utsman. Akhirnya mereka pergi ke Basrah untuk menghimpun kekuatan dan di
    sana mereka mendapat dukungan masyarakat setempat.16


      15
         Hudgson, Marshall GS, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam, Terj.
Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999, h. 309
      16
         Sou’yb Jousouf, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin Jakarta, Bulan Bintang, 1979, h. 471
Ali beserta pasukannya yang sudah berada di Kufah telah mendengar
kabar bahwa di Syria (Syam) Muawiyah telah bersiap-siap dengan pasukannya
untuk menghadapi Ali. Ali segera memimpin dan menyiapkan pasukannya untuk
memerangi Mu’awiyah. Namun sebelum rencana tersebut terlaksana, tiga orang
tokoh terkenal yaitu Aisyah tokoh terkenal Aisyah, Thalhah, dan Zubair beserta
para pengikutnya di Basrah telah siap untuk memberontak kepada Ali. Ali pun
mengalihkan pasukannya ke Basrah untuk memadamkan pemberontakan tersebut.
         Aisyah ikut berperang melawan Ali alasannya bukan semata menuntut
balas atas kematian Utsman, akan tetapi ada semacam dendam pribadi antara
dirinya dengan Ali. Dia masih teringat terhadap peristiwa tuduhan selingkuh
terhadap dirinya (hadits al-ifk), dimana pada waktu itu Ali memberatkan dirinya.
Faktor lain adalah persaingan dalam pemilihan jabatan khalifah dengan ayahnya,
Abu Bakar, yang kemudian disusul dengan sikap Ali yang tidak segera membai’at
Abu Bakar, dan yang terakhir ada faktor Abdullah bin Zubair, kemenakannya, yang
berambisi untuk menjadi khalifah, yang terus mendesak dan memprovokasi Aisyah
agar memberontak terhadap Ali.17
         Seperti dikutip oleh Syalabi dari Ath-Thabari bahwa Pertempuran dalam
peperangan Jamal ini terjadi amat sengitnya, sehingga Zubai melarikan diri dan
dikejar oleh beberapa orang yang benci kepadanya dan menewaskannya. Begitu
juga Thalhah telah terbunuh pada permulaan perang ini, sehingga perlawanan ini
hanya dipimpin Aisyah hingga akhirnya ontanya dapat dibunuh maka berhentilah
peperangan setelah itu. Ali tidak mengusik-usik Aisyah bahkan dia menghormatinya
dan mengembalikannya ke Mekkah dengan penuh kehormatan dan kemuliaan.18
         Menurut Thabari peperangan jamal disebabkan oleh karena kenigninan
dan nafsu perseorangan yang timbul pada diri Abdullah bin Zubair dan Thalhah,
dan oleh perasaan benci Aisyah terhadap Ali. Abdullah bin Zubair bernafsu besar
untuk menduduki kursi khalifah dan kemudian menghasut Aisyah sebagai Ummul
Mukminin untuk segera memberontak terhadap Ali bin Abi Thalib.19



  17
     Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, h.288-289
  18
     Ibid, h.292-293
  19
     Ibid, h. 296-297
Dalam pemerintahannya Ali ingin menerapkan aturan-aturan pokok untuk
   kepentingan umat Islam secara keseluruhan. Aturan ini jelas bertentangan dengan
   mereka yang ingin mengumpulkan kekayaaan termasuk Zubair dan Thalhah.
   Terlebih lagi Ali sangat berhati-hati dalam pembagian rampasan perang. Ia
   memberi bagian yang sama kepada semua orang tanpa memandang status, suku
   dan asal-usul mereka. 20


E. PERANG SHIFFIN DAN TAHKIM
               Disebut perang shiffin karena perang yang menghadapkan pasukan
   pendukung Ali dengan pasukan pendukung Mu’awiyah berlangsung di Shiffin dekat
   tepian sungai Efrat wilayah Syam, perang ini berlangsung pada bulan Shafar tahun
   37H/658M.21
               Setelah kematian Utsman, pihak keluarga Utsman dari Bani Umayah,
   dalam hal ini diwakili oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang menajdi gubernur di
   Syam sejak khalifah Umar bin Khathab, mengajukan tuntutan atas kematian
   Utsman kepada Ali agar mengadili dan menghukum para pembunuh khalifah
   Utsman berdasarkan syari’at Islam. Dalam kondisi dan situasi yang sulit dan belum
   stabil pada waktu itu, nampaknya Ali tidak sanggup untuk memenuhi tuntutan itu.
   Sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang pada waktu menjabat gubernur Syam
   belum mengakui khalifah Ali di Madinah. Akhirnya Ali mengirimkan utusan ke
   Damaskus ibu kota Syam, untuk mengajukan dua pilihan kepada Mu’awiyah yaitu
   mengangkat bai’at atau meletakkan jabatan. Tetapi Mu’awiyah tidak mau
   menentukan pilihan sebelum tuntutan dari keluarga Umayah dipenuhi.
               Dengan alasan khalifah Ali tidak sanggup menegakkan hukum sesuai
   syari’at, juga menuduh Ali dibalik pembunuhan Utsman, hal ini tidandai dengan
   tidak diambil tindakan oleh Ali terhadap para pemberontak bahkan pemimpinnya
   Muhammad bin Abu Bakar yang merupakan anak angkat Ali, diangkat menjadi
   gubernur Mesir, akhirnya Mu’awiyah mengadakan kampanye besar-besaran di
   wilayahnya menentang Ali, sehingga mendapat dukungan dan simpati dari


     20
          Engineer, Asghar Ali, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, h.
260-262
     21
          http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Shiffin
mayoritas pengikut dan rakyat di wilayah kekuasaannya. Kemudian Mu’awiyah
menyiapkan pasukan yang besar untuk melawan khalifah Ali. Walaupun menurut
ahli sejarah, motivasi perlawanan Mu’awiyah itu sebenarnya tidak murni menuntut
balas atas kematian Utsman, tetapi ada ambisi untuk menjadi khalifah.
            Setelah dibebastugaskan dari jabatannya ia menyingkir ke Palestina. Ia
sebelumnya tidak pernah ikut campur dalam poitik dan pemerintahan pada masa
awal kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan diiming-imingi jabatan oleh
Mu’awiyah, akirnya ia pun terjun lagi dalam hingar bingar dunia politik dan
mempunyai peran yang sangat penting dalam peristiwa perang Shiffin ini.
            Setelah selesai perang Jamal, Ali mempersiapkan pasukannya lagi untuk
menghadapi tantangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dengan dukungan pasukan dari
Irak, Iran, dan Khurasan dan dibantu pasukan dari Azerbeijan dan dari Mesir
pimpinan Muhammad bin Abu Bakr. Usaha-usaha untuk menghindari perang terus
diusahakan oleh Ali, dengan tuntutan membai’atnya atau meletakkan jabatan.
Namun nampaknya Mu’awiyah tetap pada pendiriannya untuk menolak tawaran
Ali, bahkan Mu’awiyah menuntut sebaliknya, agar Ali dan pengikutnya membai’at
dirinya.
            Perang antara Khalifah Ali dan Mu’awiyah pasukan Ali sudah hampir
memperoleh kemenangan, dan pihak tentara Mu’awiyah bersiap-siap melarikan
diri. Tetapi pada waktu itu ‘Amr bin Ash yang menjadi tangan kanan Mu’awiyah
dan terkenal sebagai seorang ahli siasat perang minta berdamai dengan
mengangkat Al-Qur’an.22
            Dari pihak Ali mendesak menerima tawaran tersebut. Akhirnya Ali dengan
berat hati menerima arbitrase tersebut, walaupun Ali mengetahui itu hanya sisat
busuk dari Amr bin Ash. Sebagai perantara dalam tahkim ini pihak Ali diwakili oleh
Abu Musa al-Asy’ari dan Amr bin Ash yang mewakili pihak Mu’awiyah. Sejarah
mencatat antara keduanya terdapat keepakatan untuk menjatuhkan Ali dan
Mu’awiyah secara bersamaan. Kemudian setelah itu dipilih seorang khalifah yang
baru. Selanjutnya, Abu Musa al-Aasy’ari sebagai orang tertua lebih dahulu
mengumumkan kepada khalayak umum putusan menjatuhkan kedua pimpinan itu
dari dari jabatan-jabatan masing-masing. Sedangkan Amr bin ‘Ash kemudian
  22
       Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam, h. 14-15
mengumumkan bahwa ia menyetujui keputusan dijatuhkannya Ali dari jabatan
  sebagai Khalifah yang telah diumumkan Abu Musa itu, maka yang berhak menjadi
  khalifah sekarang adalah Mu’awiyah.23
            Bagimanapun peristiwa tahkim ini secara politik merugikan Ali dan
  menguntungkan Mu’awiyah. Yang sah menjadi khalifah adalah Ali, sedangkan
  Mu’awiyah kedudukannya hanya sebagai seorang gubernur daerah yang tidak mau
  tunduk kepada Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbitrase ini kedudukannya
  naik menjadi khalifah, yang otomatis ditolak oleh Ali yang tidak mau meletakkan
  jabatannya sebagai khalifah.24
            Kesediaan Ali mengadakan Tahkim juga tidak disetujui oleh sebagian
  tentaranya, mereka sangat kecewa atas tindakan Ali dan menganggap bahwa
  tindakan itu tidaklah berdasarkan hukum Al-Qur’an sehingga mereka keluar dari
  pendukung Ali.
            Setelah itu sebagian pasukan Ali tersebut memisahkan diri dan
  membentuk gerakan sempalan yang kemudian dikenal dengan sebutan kaum
  ‘Khawarij’. Pendapat dan pemikiran mereka dikenal sangat ekstrim, pelaku-pelaku
  arbitrase dianggap telah kafir dalam arti telah keluar dari Islam karena tidak
  berhukum pada hukum Allah. Khawarij memandang Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash,
  Abu Musa al-Asy’ari dan lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir.25
            Kaum khawarij semula hanya merupakan gerakan pemberontak politik
  saja, tetapi kemudian berubah menjadi sebuah aliran dalam pemahaman agama
  Islam (sekte).


F. AKHIR PEMERINTAHAN ALI
            Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian
  pendukung Ali, menyebabkan banyak pengikut Ali gugur dan berkurang serta
  dengan hilangnya sumber kemakmuran dan suplai ekonomi khalifah dari Mesir
  karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kekuatan Khalifah menurun,



    23
       Ibid, h. 16
    24
        Nasution, Harun, Telogi Islam Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, 1986 h. 5
    25
       Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, 306-307
sementara Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya. Hal tersebut
memaksa Khalifah untuk menyetujui perdamaian dengan Muawiyah.
              Perdamaian antara Khalifah dengan Muawiyah, makin menimbulkan
kemarahan kaum Khawarij dan menguatkan keinginan untuk menghukum orang-
orang yang tidak disenangi. Karena itu mereka bersepakat untuk membunuh Ali,
Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari. Namun mereka hanya berhasil
membunuh Ali yang akhirnya meninggal pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40
H./661M, oleh Abdurrahman ibn Muljam, salah seorang yang ditugasi membunuh
tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan nasib baik berpihak kepada Mu’awiyah dan Amr
bin Ash, mereka berdua luput dari pembunuhan tersebut.26
              Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan
selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara
Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini
dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di
bawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan
Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun
persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (’am jama’ah). Dengan
demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan
dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.27




  26
       Ibid
  27
       http://www.cybermq.com
PENUTUP


          Setelah Usman wafat, masyarakat membai’at Ali bin Abi Thalib sebagai
khalifah dan memerintah selama hanya 5 tahun. Banyak yang dicapai Ali sebagai
khalifah diantaranya adalah mengembalikan sistem pemerintahan yaitu Administrasi
Keuangan dan Harta, Pengembalian harta dan tanah negara yang dikuasai sepihak,
mengisi kembali     fungsi baitul mal. Selama masa pemerintahannya ia menghadapi
berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat
dikatakan stabil, setelah ia memecat para gubernur (kepala daerah) yang diangkat
Usman bin Affan. Dia juga mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagikan
Usman dengan alasan yang tidak jelas.
          Terjadinya perang Jamal adalah Konflik pemerintahan Ali bin Abi Thalib
dengan tiga tokoh Islam yaitu Aisyah, Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Hal ini
diakibatkan oleh kepentingan politik yaitu menjadi khalifah khususnya Abdullah bin
Zubair.
          Perang Shiffin adalah perang khalifah melawan Mu’awiyah yang juga banyak
korban sesama orang Islam yang diakhiri dengan arbitrase (tahkim) yang sangat
merugikan pihak khalifah Ali bin Abi Thalib. Hal ini menimbulkan perpecahan tentara
Ali yang mendukung tahkim dan menolak. Pihak yang menolak dikenal dengan
khawarij.
          Ahli Sejarawan Islam Syihritini pernah berkata: ”Tidak ada masalah yang lebih
banyak menimbulkan pertumpahan darah dalam Islam selain masalah kekhalifahan”.
          Ibnu Khaldun menulis, “sebagai akibat dari kekuasaan dan kekayaan
ketegaran kehidupan padang pasir menjadi hilang”.
DAFTAR PUSTAKA



       A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982.

       Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta, 1999

       Budhi Munawwar Rachman, Ensiklopedi Nur Cholish Majid, Mizan, Jakarta, 2006

       Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam,
Antasari Press, Banjarmasin, 2008.

       Hasan, As’ari, Menguak Sejarah Mencari Ibrah, Citapustaka Media, Bandung,
2006

       http://id.wikipedia.org/wiki/

       http://www.cybermq.com

       Marshall GS Hudgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban
Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999,

       Sou’yb Jousouf, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta, Bulan Bintang, 1979

       Syeikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Terj.
Khoiril Amru Harahap, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007
DAFTAR ISI


PENDAHULUAN

    1
A. Ali Bin Abi Thalib
    .........................................................................................................................
    .........................................................................................................................
     2
B. Pembaiatan Ali Bin Abi Thalib Sebagai Khalifah Dan Kemajuan Yang Dicapai
    .........................................................................................................................
    .........................................................................................................................
     3
C. Pemberontakan Terhadap Ali Bin Abi Thalib
    .........................................................................................................................
    .........................................................................................................................
     6
D. Perang Jama/Onta
    .........................................................................................................................
    .........................................................................................................................
     7
E. Perang Shiffin Dan Tahkim
    .........................................................................................................................
    .........................................................................................................................
     9
F. Akhir Pemerintahan Ali
    .........................................................................................................................
    .........................................................................................................................
     12
PENUTUP

    14
DAFTAR PUSTAKA

    15
ALI BIN ABI THALIB
     (KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN)




     MAKALAH DISAMPAIKAN PADA
 MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
 DOSEN PENGASUH: DR. SYAIFUDDIN, M.Ag




                   O
                   L
                   E
                   H




             ABDUL HAMID
            NIM: 09.0212.0536




  INSTITUT AGAMA ISLAM NEGARI ANTASARI
         PROGRAM PASCA SARJANA
KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM
               TAHUN 2009

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Khulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinKhulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidin
mbahkelip
 
Khulafaur Rasyidin
Khulafaur RasyidinKhulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin
Lathifah Lathifah
 
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskusBab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
hadisukmo
 
Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi di PersiaKerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi di Persia
Octavia Putri
 
Sejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahSejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyah
Julak Laraw
 
Khalifah 1 muawiyah b. abi sufyan
Khalifah 1 muawiyah b. abi sufyanKhalifah 1 muawiyah b. abi sufyan
Khalifah 1 muawiyah b. abi sufyan
ummidazien
 

Mais procurados (20)

Khulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinKhulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidin
 
Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Kepemimpinan Ali bin Abi ThalibKepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
 
SKI - Peradaban Bangsa Arab sebelum Islam
SKI - Peradaban Bangsa Arab sebelum IslamSKI - Peradaban Bangsa Arab sebelum Islam
SKI - Peradaban Bangsa Arab sebelum Islam
 
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti UmayyahSejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
Sejarah Kebudayaan Islam Pada Masa Dinasti Umayyah
 
Khulafaur Rasyidin
Khulafaur RasyidinKhulafaur Rasyidin
Khulafaur Rasyidin
 
K hulafa
K hulafaK hulafa
K hulafa
 
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskusBab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
Bab 5 perkembangan islam pada masa daulah bani umayyah di damaskus
 
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalibSki kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
Ski kelas 7 semester 2 khalifah ali bin abi thalib
 
Kerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi di PersiaKerajaan Safawi di Persia
Kerajaan Safawi di Persia
 
Sejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyahSejarah bani abbasiyah
Sejarah bani abbasiyah
 
Power Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiqPower Point Abu bakar assyiddiq
Power Point Abu bakar assyiddiq
 
Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk
Sirah Nabawiyah: Perang TabukSirah Nabawiyah: Perang Tabuk
Sirah Nabawiyah: Perang Tabuk
 
Abbasiyah
AbbasiyahAbbasiyah
Abbasiyah
 
Khulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidinKhulafaur rasyidin
Khulafaur rasyidin
 
PAI ppt
PAI pptPAI ppt
PAI ppt
 
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti AbbasiyahBerdirinya Dinasti Abbasiyah
Berdirinya Dinasti Abbasiyah
 
Sejarah Dinasti Al-Ayyyubiyah
Sejarah Dinasti Al-AyyyubiyahSejarah Dinasti Al-Ayyyubiyah
Sejarah Dinasti Al-Ayyyubiyah
 
Khalifah 1 muawiyah b. abi sufyan
Khalifah 1 muawiyah b. abi sufyanKhalifah 1 muawiyah b. abi sufyan
Khalifah 1 muawiyah b. abi sufyan
 
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode MekkahPerkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
Perkembangan dakwah Nabi Muhammad SAW. Periode Mekkah
 
PPT Masa Bani umayyah
PPT Masa Bani umayyahPPT Masa Bani umayyah
PPT Masa Bani umayyah
 

Semelhante a Ali bin-abi-thalib2

Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)
Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)
Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)
Royhaan Al-Athory
 
PPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptx
PPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptxPPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptx
PPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptx
AgungWibisono16
 

Semelhante a Ali bin-abi-thalib2 (20)

S p-i-pada-masa-ali-bin-abi-thalib
S p-i-pada-masa-ali-bin-abi-thalibS p-i-pada-masa-ali-bin-abi-thalib
S p-i-pada-masa-ali-bin-abi-thalib
 
Ali ibn abi thalib
Ali ibn abi thalibAli ibn abi thalib
Ali ibn abi thalib
 
ALI BIN ABI THALIB
ALI BIN ABI THALIBALI BIN ABI THALIB
ALI BIN ABI THALIB
 
kel. 4 ali bin abi talib.pptx
kel. 4 ali bin abi talib.pptxkel. 4 ali bin abi talib.pptx
kel. 4 ali bin abi talib.pptx
 
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
jawaban tugas uas kepemimpinan "Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Rina Aliyah Ni...
 
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. PJawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
Jawaban Soal UAS Kepemimpinan Ali bin Abi Thalib dibuat oleh Bela Hemalia. P
 
KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB.pptx
KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB.pptxKEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB.pptx
KEPEMIMPINAN ALI BIN ABI THALIB.pptx
 
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdfUAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
UAS kepemimpinan Ali bin Abi Thalib.pdf
 
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
0-30775566963_20220715_011932_0000.pdf
 
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdfKepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
Kepemimpinan Ali Bin Abi Thalib.pdf
 
PPT ALI BIN ABI THALIB - FARISAH SHABRINA - 2A
PPT ALI BIN ABI THALIB - FARISAH SHABRINA - 2APPT ALI BIN ABI THALIB - FARISAH SHABRINA - 2A
PPT ALI BIN ABI THALIB - FARISAH SHABRINA - 2A
 
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
Masa khulafa al rasyidin (usman ibn affan dan ali ibn abi thalib)
 
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi ThalibBiografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
Biografi dan sejarah kepemimpinan Ali bin Abi Thalib
 
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan) Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
Biografi Ali Bin Abi Thalib (Tugas Ketahanmalangan)
 
Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)
Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)
Tugas khulafaur rasyidin (royhaan)
 
Makalah spi
Makalah spiMakalah spi
Makalah spi
 
Resume Saidina Ali bin Abi Talib RA
Resume Saidina Ali bin Abi Talib RAResume Saidina Ali bin Abi Talib RA
Resume Saidina Ali bin Abi Talib RA
 
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
Sumber-sumber Pengajian Arab dan Tamadun Islam Era Khulafa' al-Rashidin: Kaji...
 
PPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptx
PPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptxPPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptx
PPT TELADAN KHULAFA RASYIDIN.pptx
 
Power point-bab-13
Power point-bab-13Power point-bab-13
Power point-bab-13
 

Ali bin-abi-thalib2

  • 1. PENDAHULUAN Dari seluruh sahabat Rasulullah, Ali bin Abi Thalib adalah salah satu yang pertama kali memeluk Islam dan berjuang menegakkannya bersama Rasulullah saw. Ia memiliki kedudukan yang sangat istimewa. Kedudukan ini sangat istimewa diberikan Rasulullah saw. Bagi beliau, tingkat kesalehan dan kualitas amal para sahabat tersebut tidak dapat disetarakan dengan siapa pun juga, meskipun yang dikerjakan generasi berikutnya tampak lebih besar. Karenanya, Rasulullah saw. melarang mencibir dan mencaci karya para sahabat utamanya itu. Ali bin Abi Thalib adalah salah satu orang yang pertama kali beriman dengan Rasulullah SAW meskipun dia saat itu masih kecil. Dia adalah putera Ali bin Abi Thalib paman Rasulullah SAW dan dikawinkan dengan puterinya yang bernama Fatimah yang dari pihak inilah Rasulullah memperoleh keturunan. Ali semanjak kecilnya sudah dididik dengan adab dan budi pekerti Islam, dia termasuk orang yang sangat fasih berbicara dan pengetahuannya juga tentang Islam sangat luas sehingga tidak heran dia adalah salah satu periwayat yang terbanyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW. Ali menggantikan kekhalifahan Usman bin Affan yang telah meninggal sebelum jabatannya berakhir selama kurang lebih sekitar lima tahun, setelah sebelumnya dilakukan bai’at, dia banyak melakukan perubahan hukum ketatanegaraan seperti kebijakan tentang hak pertanahan, pembagian harta warisan perang. Juga timbul bermacam-macam masalah yang dapat mempengaruhi kemajuan dan kemunduran negara Islam. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai sejarah kemajuan dan kebijakan politik pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib serta kemunduran akibat pemberontakan- pemberontakan yang ditandai perang terbuka antar umat Islam. Banyak peperangan yang terjadi pada masa khalifah Ali bin Abi Thalib dan yang terpenting adalah perang Jamal (Unta) dan perang Shiffin.
  • 2. ALI BIN ABI THALIB (KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN) A. ALI BIN ABI THALIB Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hijaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600 (perkiraan). Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Rasulullah SAW masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Beliau bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Rasulullah SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Rasulullah SAW terkesan tidak suka, karena itu mulai memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah).1 Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Rasulullah SAWkarena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Rasulullah SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad. Ketika Rasulullah SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada saat itu Ali berusia sekitar 10 tahun.2 Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Rasulullah SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Rasulullah dan mengawinkannya dengan putri Beliau yang bernama Fatimah. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang 1 http://id.wikipedia.org/wiki/Ali_bin_Abi_Thalib 2 Ibid
  • 3. diajarkan Rasulullah khusus kepada Ali tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain.3 Bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Rasulullah harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing. Didikan langsung dari Rasulullah SAW kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior)atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak, fasih dalam berbicara, dan salah satu orang yang paling banyak meriwayatkan hadits Rasulullah SAW.4 Selain itu Ali adalah orang yang sangat berani dan perkasa dan selalu hadir pada setiap peperangan karena itu dia selalu berada di barisan paling depan pada setiap peperangan yang dipimpin Rasulullah. B. PEMBAIATAN ALI BIN ABI THALIB SEBAGAI KHALIFAH DAN KEMAJUAN YANG DICAPAI Setelah terbunuhnya Utsman, kaum muslimin meminta kesediaan Ali untuk dibaiat menjadi khalifah. Mereka beranggapan bahwa kecuali Ali, tidak ada lagi orang yang patut menduduki kursi khalifah setelah Usman. Mendengar permintaan rakyat banyak itu, Ali berkata, “Urusan ini bukan urusan kalian. Ini adalah perkara yang teramat penting, urusan tokoh-tokoh Ahl asy-Syura bersama para pejuang Perang Badr.5 Sebenarnya Ali bin Abi Thalib pernah masuk masuk nominasi pada saat pemilihan khalifah Usman bin Affan, tetapi saat itu dia masih dianggap sangat muda. Dengan terbaiatnya Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah menggantikan Usman bin Affan, sebagian orang yang masih terpaut keluarga Usman mulai 3 Ibid 4 Syalabi, A, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, h.281 5 Ibid, h.284
  • 4. beranggapan bahwa kepemimpinan Ali bin Abi Thalib akan mengurangi kesenangan mereka apalagi untuk memperoleh kekayaan yang dapat mereka lakukan sebelumnya. Ali Terpilih menjadi khalifah sebenarnya menimbulkan pertentangan dari pihak yang ingin menjadi khalifah dan dituduh sebagai orang yang bertanggung jawab atas terbunuhnya khalifah Usman bin Affan.6 Bila pemerintahan dipegang oleh Ali, maka cara-cara pemerintahan Umar yang keras dan disiplin akan kembali dan akan mengancam kesenangan dan kenikmatan hidup dimasa pemerintahan Usman bin Affan yang mudah dan lunak menjadi keadaan yang serba teliti, dan serba diperhitungkan, hingga banyak yang tidak menyukai Ali. bagi kaum Umaiyah sebagai kaum elit dan kelas atas dan khawatir atas kekayaan dan kesenangan mereka akan lenyap karena keadilan yang akan dijalankan Ali.7 Dalam menjalankan kepemerintahan Ali melakukan kebijakan politik seperti sebagai berikut: 1. Menegakkan hukum finansial yang dinilai nepotisme yang hampir menguasai seluruh sektor bisnis. 2. Memecat Gubernur yang diangkat Usman bin Affan dan menggantinya dengan gubernur yang baru 3. Mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagi-bagikan Usman bin Affan kepada keluarganya, seperti hibah dan pemberian yang tidak diketahui alasannya secara jelas dan memfungsikan kembali baitul maal.8 Meskipun dalam pemerintahan Ali perluasan Islam yang dilakukan sedikit mengalami kendala yaitu hanya memperkuat wilayah Islam di daerah pesisir Arab dan masih tetap peranan penting negara Islam di daerah yang telah ditaklukkan Abu Bakar di daerah Yaman, Oman, Bahrain, Iran Bagian Selatan. Umar bin Khattab 6 Hadariansyah AB, Pemikiran-Pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam, Antasari Press, Banjarmasin, 2008, h. 13 7 Syalabi, Loc. Cit. h. 283 8 Ibid, 284-285 juga di dapat penjelasan lebih lanjut oleh Marshall GS Hudgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999, h. 312
  • 5. di Persia, Syiria, Pantai Timur Laut Tengah dan Mesir. Serta pada masa Usman di Sijistan, Khurasa, Azarbaijan, Armenia hingga Georgia.9 Ali bin Abi Thalib juga dikenal juga seorang penyair ternama. Seperti syair berikut: “Janganlah kamu berlaku aniaya jika kamu mampu berlaku adil, karena tindak aniaya akan berujung pada ....., 10 Syair-syair Ali akhirnya dibukukan dalam kitab Nahj Al-Balaghah. Masa pemerintahan Ali yang kurang lebih selama lima tahun (35-40 H/656-661 M) tidak pernah sunyi dari pergolakan politik, tidak ada waktu sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil. Akhirnya praktis selama memerintah, Ali lebih banyak mengurus masalah pemberontkan di berbagai wilayah kekuasaannya. Ia lebih banyak duduk di atas kuda perang dan di depan pasukan yang masih setia dan mempercayainya dari pada memikirkan administrasi negara yang teratur dan mengadakan ekspansi perluasan wilayah (futuhat). Namun demikian, Ali berusaha menciptakan pemerintahan yang bersih, berwibawa dan egaliter. Ia ingin mengembalikan citra pemerintahan Islam sebagaimana pada masa Abu Bakar dan Umar sebelumnya. Sebenarnya pembaiatan Ali sebagai khalifah adalah hal yang sangat wajar dan pertentangan itu adalah hal yang wajar pula sebagai akibat pertentangan dan peristiwa-peristiwa sebelumnya karena untuk memperebutkan kekuasaan yang diselingi kasus penuntutan atas terbunuhnya Usman dan juga pemecatan- pemecatan pejabat serta pengembalian harta milik yang tidak jelas. C. PEMBERONTAKAN TERHADAP ALI BIN ABI THALIB Kaum pemberontak tidak punya pilihan lain kecuali mengangkat Ali karena ia adalah orang yang paling bijaksana di kalangan semua suku. Ali memang tidak diragukan lagi yang mempunyai integritas tinggi dan kapasitas intelektual yang memadai, namun demikian politik bukanlah keahliannya, sehingga sebagai lawanannya Muawiyah sebagai seorang politisi murni yang juga sebagai gubenur 9 As’ari, Hasan, Menguak Syarah Mencari Ibrah, Citapustaka Media, Bandung, 2006, h. 253. 10 Mursi, Syeikh Muhammad Sa’id, Tokoh-Tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Terj. Khoiril Amru Harahap, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007, h. 22
  • 6. Syiria memang sangat berambisi menjadi khalifah dan sebagai politisi ia dapat mencari cara apa saja untuk menduduki khalifah. Ali tahu bahwa Mu’awiyah sangat ambisius dan terlebih lagi pernah diangkat oleh pendahulunya (Usman) yang mana kebijakan-kebijakan yang ditempuhnya sering berbeda dengan Ali. Sebagai khalifah Ali bin Abi Thalib mempunyai wewenang yang penuh untuk menentukan bawahannya dan mencari yang loyal dengan kepemimpinannya. Oleh karena itu dia memecat Muawiyah yang pada saat itu telah berhasil membangun syiria menjadi kota menjadi kota yang sangat strategis dan memiliki tentara yang cukup loyal kepada Muawiyah . hal ini membuat tidak tinggal diam dan ingin melakukan pemberontakan. 11 Meskipun Muawiyah tahu bahwa Ali bin Abi Thalib bukanlah orang yang patut disalahkan dalam hal kematian khalifah Usman bin Affan dan tidaklah mencari para pelakunya dan menghukum mereka. Padahal Muawiyah sebenarnya tidak sebenarnya berminat menuntuk kematian Usman bin Affan kecuali sebagai pemicu untuk memberontak terhadap Ali.12 Kejadian pembunuhan Usman hanyalah permulaan salah satu fitnah yang besar pengaruhnya pada skisme dalam Islam. Menurut ahli sejarah Islam pembunuh itu atau simpatisan menjadi sponsor pengangkatan Ali sebagai khalifah.13 Kondisi masyarakat yang sudah terjerumus pada kekacauan dan tidak terkendali lagi, menjadikan usahanya tidak banyak berhasil.Terhadap berbagai tindakan Ali setelah menjadi khalifah, para sahabat senior sebenarnya pernah memberikan masukan dan pandangan kepada Ali. Tetapi Ali menolak pendapat mereka dan terlalu yakin dengan pendiriannya. Dalam masalah pemecatan gubernur, misalnya, Mughirah ibn Syu’bah, Ibnu Abbas, dan Ziyad ibnu Handzalah menasehati Ali, bahwa mereka tidak usah dipecat selama menunjukan kesetiaan padanya. Pemecatan ini akan membawa implikasi yang besar bagi resistensi mereka terhadap Ali.14 11 Engineer, Asghar Ali, Asal Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, h. 259 12 Ibid, h. 260 13 Rachman, Budhi Munawwar, Ensiklopedi Nur Cholish Majid, Mizan, 2006, h.146-147 14 Syalabi, Ibid, h 285
  • 7. Marshall GS. Hudgson memaparkan:”Setelah itu dua lusin tahun setelah wafatnya Muhammad, mulailah suatu periode fitnah (yang berlangsung selama lima tahun). Yang makna harfiahnya ”godaan” atau ”cobaan-cobaan”, suatu masa perang saudara untuk menguasai komunitas muslim dan teritori-teritori taklukannya yang luas”.15 Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, masa pemerintahan Ali tidak terlepas dari berbagai macam pemberontakan. Ali berusaha memadamkan bentuk perlawanan dan pemberontakan sesama muslim tersebut yang di dalamnya terlibat para sahabat senior. Perang saudara yang terjadi pada masa Ali yang tercatat dalam lembaran hitam sejarah Islam dan menjadi suatu kemunduran pergerakan Islam D. PERANG JAMAL/ONTA Dinamakan perang Jamal, karena dalam peristiwa tersebut, janda Rasulullah SAW dan putri Abu Bakar Shiddiq, Aisyah ikut dalam peperangan dengan mengendarai unta. Perang ini berlangsung pada lima hari terakhir Rabi’ul Akhir tahun 36H/657M. Ikut terjunnya Aisyah memerangi Ali sebagai khalifah dipandang sebagai hal yang luar biasa, sehingga orang menghubungkan perang ini dengan Aisyah dan untanya, walaupun menurut sementara ahli sejarah peranan yang dipegang Aisyah tidak begitu dominan. Keterlibatan Aisyah pada perang ini pada mulanya menuntut atas kematian Utsman bin Affan terhadap Ali, sama seperti yang dituntut Thalhah dan Zubair ketika mengangkat bai’at pada Ali. Setelah itu Aisyah pergi ke Mekkah kemudian disusul oleh Thalhah dan Zubair. Ketiga tokoh ini nampaknya mempunyai harapan tipis bahwa hukum akan ditegakkan. Karena menurut ketiganya, Ali sudah menetapkan kebijakan sendiri karena ia didukung oleh kaum perusuh. Kemudian mereka dengan dukungan dari keluarga Umayah menuntut balas atas kematian Utsman. Akhirnya mereka pergi ke Basrah untuk menghimpun kekuatan dan di sana mereka mendapat dukungan masyarakat setempat.16 15 Hudgson, Marshall GS, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999, h. 309 16 Sou’yb Jousouf, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin Jakarta, Bulan Bintang, 1979, h. 471
  • 8. Ali beserta pasukannya yang sudah berada di Kufah telah mendengar kabar bahwa di Syria (Syam) Muawiyah telah bersiap-siap dengan pasukannya untuk menghadapi Ali. Ali segera memimpin dan menyiapkan pasukannya untuk memerangi Mu’awiyah. Namun sebelum rencana tersebut terlaksana, tiga orang tokoh terkenal yaitu Aisyah tokoh terkenal Aisyah, Thalhah, dan Zubair beserta para pengikutnya di Basrah telah siap untuk memberontak kepada Ali. Ali pun mengalihkan pasukannya ke Basrah untuk memadamkan pemberontakan tersebut. Aisyah ikut berperang melawan Ali alasannya bukan semata menuntut balas atas kematian Utsman, akan tetapi ada semacam dendam pribadi antara dirinya dengan Ali. Dia masih teringat terhadap peristiwa tuduhan selingkuh terhadap dirinya (hadits al-ifk), dimana pada waktu itu Ali memberatkan dirinya. Faktor lain adalah persaingan dalam pemilihan jabatan khalifah dengan ayahnya, Abu Bakar, yang kemudian disusul dengan sikap Ali yang tidak segera membai’at Abu Bakar, dan yang terakhir ada faktor Abdullah bin Zubair, kemenakannya, yang berambisi untuk menjadi khalifah, yang terus mendesak dan memprovokasi Aisyah agar memberontak terhadap Ali.17 Seperti dikutip oleh Syalabi dari Ath-Thabari bahwa Pertempuran dalam peperangan Jamal ini terjadi amat sengitnya, sehingga Zubai melarikan diri dan dikejar oleh beberapa orang yang benci kepadanya dan menewaskannya. Begitu juga Thalhah telah terbunuh pada permulaan perang ini, sehingga perlawanan ini hanya dipimpin Aisyah hingga akhirnya ontanya dapat dibunuh maka berhentilah peperangan setelah itu. Ali tidak mengusik-usik Aisyah bahkan dia menghormatinya dan mengembalikannya ke Mekkah dengan penuh kehormatan dan kemuliaan.18 Menurut Thabari peperangan jamal disebabkan oleh karena kenigninan dan nafsu perseorangan yang timbul pada diri Abdullah bin Zubair dan Thalhah, dan oleh perasaan benci Aisyah terhadap Ali. Abdullah bin Zubair bernafsu besar untuk menduduki kursi khalifah dan kemudian menghasut Aisyah sebagai Ummul Mukminin untuk segera memberontak terhadap Ali bin Abi Thalib.19 17 Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, h.288-289 18 Ibid, h.292-293 19 Ibid, h. 296-297
  • 9. Dalam pemerintahannya Ali ingin menerapkan aturan-aturan pokok untuk kepentingan umat Islam secara keseluruhan. Aturan ini jelas bertentangan dengan mereka yang ingin mengumpulkan kekayaaan termasuk Zubair dan Thalhah. Terlebih lagi Ali sangat berhati-hati dalam pembagian rampasan perang. Ia memberi bagian yang sama kepada semua orang tanpa memandang status, suku dan asal-usul mereka. 20 E. PERANG SHIFFIN DAN TAHKIM Disebut perang shiffin karena perang yang menghadapkan pasukan pendukung Ali dengan pasukan pendukung Mu’awiyah berlangsung di Shiffin dekat tepian sungai Efrat wilayah Syam, perang ini berlangsung pada bulan Shafar tahun 37H/658M.21 Setelah kematian Utsman, pihak keluarga Utsman dari Bani Umayah, dalam hal ini diwakili oleh Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang menajdi gubernur di Syam sejak khalifah Umar bin Khathab, mengajukan tuntutan atas kematian Utsman kepada Ali agar mengadili dan menghukum para pembunuh khalifah Utsman berdasarkan syari’at Islam. Dalam kondisi dan situasi yang sulit dan belum stabil pada waktu itu, nampaknya Ali tidak sanggup untuk memenuhi tuntutan itu. Sementara Mu’awiyah bin Abi Sufyan yang pada waktu menjabat gubernur Syam belum mengakui khalifah Ali di Madinah. Akhirnya Ali mengirimkan utusan ke Damaskus ibu kota Syam, untuk mengajukan dua pilihan kepada Mu’awiyah yaitu mengangkat bai’at atau meletakkan jabatan. Tetapi Mu’awiyah tidak mau menentukan pilihan sebelum tuntutan dari keluarga Umayah dipenuhi. Dengan alasan khalifah Ali tidak sanggup menegakkan hukum sesuai syari’at, juga menuduh Ali dibalik pembunuhan Utsman, hal ini tidandai dengan tidak diambil tindakan oleh Ali terhadap para pemberontak bahkan pemimpinnya Muhammad bin Abu Bakar yang merupakan anak angkat Ali, diangkat menjadi gubernur Mesir, akhirnya Mu’awiyah mengadakan kampanye besar-besaran di wilayahnya menentang Ali, sehingga mendapat dukungan dan simpati dari 20 Engineer, Asghar Ali, Asal-Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999, h. 260-262 21 http://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Shiffin
  • 10. mayoritas pengikut dan rakyat di wilayah kekuasaannya. Kemudian Mu’awiyah menyiapkan pasukan yang besar untuk melawan khalifah Ali. Walaupun menurut ahli sejarah, motivasi perlawanan Mu’awiyah itu sebenarnya tidak murni menuntut balas atas kematian Utsman, tetapi ada ambisi untuk menjadi khalifah. Setelah dibebastugaskan dari jabatannya ia menyingkir ke Palestina. Ia sebelumnya tidak pernah ikut campur dalam poitik dan pemerintahan pada masa awal kekhalifahan Ali bin Abi Thalib. Dengan diiming-imingi jabatan oleh Mu’awiyah, akirnya ia pun terjun lagi dalam hingar bingar dunia politik dan mempunyai peran yang sangat penting dalam peristiwa perang Shiffin ini. Setelah selesai perang Jamal, Ali mempersiapkan pasukannya lagi untuk menghadapi tantangan Mu’awiyah bin Abi Sufyan, dengan dukungan pasukan dari Irak, Iran, dan Khurasan dan dibantu pasukan dari Azerbeijan dan dari Mesir pimpinan Muhammad bin Abu Bakr. Usaha-usaha untuk menghindari perang terus diusahakan oleh Ali, dengan tuntutan membai’atnya atau meletakkan jabatan. Namun nampaknya Mu’awiyah tetap pada pendiriannya untuk menolak tawaran Ali, bahkan Mu’awiyah menuntut sebaliknya, agar Ali dan pengikutnya membai’at dirinya. Perang antara Khalifah Ali dan Mu’awiyah pasukan Ali sudah hampir memperoleh kemenangan, dan pihak tentara Mu’awiyah bersiap-siap melarikan diri. Tetapi pada waktu itu ‘Amr bin Ash yang menjadi tangan kanan Mu’awiyah dan terkenal sebagai seorang ahli siasat perang minta berdamai dengan mengangkat Al-Qur’an.22 Dari pihak Ali mendesak menerima tawaran tersebut. Akhirnya Ali dengan berat hati menerima arbitrase tersebut, walaupun Ali mengetahui itu hanya sisat busuk dari Amr bin Ash. Sebagai perantara dalam tahkim ini pihak Ali diwakili oleh Abu Musa al-Asy’ari dan Amr bin Ash yang mewakili pihak Mu’awiyah. Sejarah mencatat antara keduanya terdapat keepakatan untuk menjatuhkan Ali dan Mu’awiyah secara bersamaan. Kemudian setelah itu dipilih seorang khalifah yang baru. Selanjutnya, Abu Musa al-Aasy’ari sebagai orang tertua lebih dahulu mengumumkan kepada khalayak umum putusan menjatuhkan kedua pimpinan itu dari dari jabatan-jabatan masing-masing. Sedangkan Amr bin ‘Ash kemudian 22 Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam, h. 14-15
  • 11. mengumumkan bahwa ia menyetujui keputusan dijatuhkannya Ali dari jabatan sebagai Khalifah yang telah diumumkan Abu Musa itu, maka yang berhak menjadi khalifah sekarang adalah Mu’awiyah.23 Bagimanapun peristiwa tahkim ini secara politik merugikan Ali dan menguntungkan Mu’awiyah. Yang sah menjadi khalifah adalah Ali, sedangkan Mu’awiyah kedudukannya hanya sebagai seorang gubernur daerah yang tidak mau tunduk kepada Ali sebagai khalifah. Dengan adanya arbitrase ini kedudukannya naik menjadi khalifah, yang otomatis ditolak oleh Ali yang tidak mau meletakkan jabatannya sebagai khalifah.24 Kesediaan Ali mengadakan Tahkim juga tidak disetujui oleh sebagian tentaranya, mereka sangat kecewa atas tindakan Ali dan menganggap bahwa tindakan itu tidaklah berdasarkan hukum Al-Qur’an sehingga mereka keluar dari pendukung Ali. Setelah itu sebagian pasukan Ali tersebut memisahkan diri dan membentuk gerakan sempalan yang kemudian dikenal dengan sebutan kaum ‘Khawarij’. Pendapat dan pemikiran mereka dikenal sangat ekstrim, pelaku-pelaku arbitrase dianggap telah kafir dalam arti telah keluar dari Islam karena tidak berhukum pada hukum Allah. Khawarij memandang Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari dan lain-lain yang menerima arbitrase adalah kafir.25 Kaum khawarij semula hanya merupakan gerakan pemberontak politik saja, tetapi kemudian berubah menjadi sebuah aliran dalam pemahaman agama Islam (sekte). F. AKHIR PEMERINTAHAN ALI Dengan terjadinya berbagai pemberontakan dan keluarnya sebagian pendukung Ali, menyebabkan banyak pengikut Ali gugur dan berkurang serta dengan hilangnya sumber kemakmuran dan suplai ekonomi khalifah dari Mesir karena dikuasai oleh Muawiyah menjadikan kekuatan Khalifah menurun, 23 Ibid, h. 16 24 Nasution, Harun, Telogi Islam Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, UI Press, Jakarta, 1986 h. 5 25 Syalabi, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982, 306-307
  • 12. sementara Muawiyah makin hari makin bertambah kekuatannya. Hal tersebut memaksa Khalifah untuk menyetujui perdamaian dengan Muawiyah. Perdamaian antara Khalifah dengan Muawiyah, makin menimbulkan kemarahan kaum Khawarij dan menguatkan keinginan untuk menghukum orang- orang yang tidak disenangi. Karena itu mereka bersepakat untuk membunuh Ali, Mu’awiyah, Amr bin Ash, Abu Musa al-Asy’ari. Namun mereka hanya berhasil membunuh Ali yang akhirnya meninggal pada tanggal 19 Ramadhan tahun 40 H./661M, oleh Abdurrahman ibn Muljam, salah seorang yang ditugasi membunuh tokoh-tokoh tersebut. Sedangkan nasib baik berpihak kepada Mu’awiyah dan Amr bin Ash, mereka berdua luput dari pembunuhan tersebut.26 Kedudukan Ali sebagai khalifah kemudian dijabat oleh anaknya Hasan selama beberapa bulan. Namun, karena Hasan tentaranya lemah, sementara Mu’awiyah semakin kuat, maka Hasan membuat perjanjian damai. Perjanjian ini dapat mempersatukan umat Islam kembali dalam satu kepemimpinan politik, di bawah Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Di sisi lain, perjanjian itu juga menyebabkan Mu’awiyah menjadi penguasa absolut dalam Islam. Tahun 41 H (661 M), tahun persatuan itu, dikenal dalam sejarah sebagai tahun jama’ah (’am jama’ah). Dengan demikian berakhirlah masa yang disebut dengan masa Khulafa’ur Rasyidin, dan dimulailah kekuasaan Bani Umayyah dalam sejarah politik Islam.27 26 Ibid 27 http://www.cybermq.com
  • 13. PENUTUP Setelah Usman wafat, masyarakat membai’at Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah dan memerintah selama hanya 5 tahun. Banyak yang dicapai Ali sebagai khalifah diantaranya adalah mengembalikan sistem pemerintahan yaitu Administrasi Keuangan dan Harta, Pengembalian harta dan tanah negara yang dikuasai sepihak, mengisi kembali fungsi baitul mal. Selama masa pemerintahannya ia menghadapi berbagai pergolakan. Tidak ada masa sedikitpun dalam pemerintahannya yang dapat dikatakan stabil, setelah ia memecat para gubernur (kepala daerah) yang diangkat Usman bin Affan. Dia juga mengambil kembali tanah-tanah negara yang dibagikan Usman dengan alasan yang tidak jelas. Terjadinya perang Jamal adalah Konflik pemerintahan Ali bin Abi Thalib dengan tiga tokoh Islam yaitu Aisyah, Thalhah dan Abdullah bin Zubair. Hal ini diakibatkan oleh kepentingan politik yaitu menjadi khalifah khususnya Abdullah bin Zubair. Perang Shiffin adalah perang khalifah melawan Mu’awiyah yang juga banyak korban sesama orang Islam yang diakhiri dengan arbitrase (tahkim) yang sangat merugikan pihak khalifah Ali bin Abi Thalib. Hal ini menimbulkan perpecahan tentara Ali yang mendukung tahkim dan menolak. Pihak yang menolak dikenal dengan khawarij. Ahli Sejarawan Islam Syihritini pernah berkata: ”Tidak ada masalah yang lebih banyak menimbulkan pertumpahan darah dalam Islam selain masalah kekhalifahan”. Ibnu Khaldun menulis, “sebagai akibat dari kekuasaan dan kekayaan ketegaran kehidupan padang pasir menjadi hilang”.
  • 14. DAFTAR PUSTAKA A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayan Islam, Pustaka Al-Husna, Jakarta, 1982. Asghar Ali Engineer, Asal Usul dan Perkembangan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1999 Budhi Munawwar Rachman, Ensiklopedi Nur Cholish Majid, Mizan, Jakarta, 2006 Hadariansyah, Pemikiran-Pemikiran Teologi Dalam Sejarah Pemikiran Islam, Antasari Press, Banjarmasin, 2008. Hasan, As’ari, Menguak Sejarah Mencari Ibrah, Citapustaka Media, Bandung, 2006 http://id.wikipedia.org/wiki/ http://www.cybermq.com Marshall GS Hudgson, The Venture of Islam, Iman dan Sejarah dalam Peradaban Islam, Terj. Mulyadi Kartanegara, Paramadina, Jakarta, 1999, Sou’yb Jousouf, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta, Bulan Bintang, 1979 Syeikh Muhammad Sa’id Mursi, Tokoh-Tokoh Islam Sepanjang Sejarah, Terj. Khoiril Amru Harahap, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2007
  • 15. DAFTAR ISI PENDAHULUAN 1 A. Ali Bin Abi Thalib ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 2 B. Pembaiatan Ali Bin Abi Thalib Sebagai Khalifah Dan Kemajuan Yang Dicapai ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 3 C. Pemberontakan Terhadap Ali Bin Abi Thalib ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 6 D. Perang Jama/Onta ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 7 E. Perang Shiffin Dan Tahkim ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 9 F. Akhir Pemerintahan Ali ......................................................................................................................... ......................................................................................................................... 12 PENUTUP 14 DAFTAR PUSTAKA 15
  • 16. ALI BIN ABI THALIB (KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN) MAKALAH DISAMPAIKAN PADA MATA KULIAH SEJARAH PERADABAN ISLAM DOSEN PENGASUH: DR. SYAIFUDDIN, M.Ag O L E H ABDUL HAMID NIM: 09.0212.0536 INSTITUT AGAMA ISLAM NEGARI ANTASARI PROGRAM PASCA SARJANA KONSENTRASI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM TAHUN 2009