SlideShare a Scribd company logo
1 of 4
Download to read offline
umihanik.blogspot.com


                  Setengah Permasalahan Ketenagakerjaan
                                                    Umi Hanik*

Bertepatan dengan May Day1, yakni Hari Buruh Internasional yang jatuh tiap 1 Mei dan diperingati
oleh seluruh buruh di penjuru dunia, masalah ketenagakerjaan kembali disentil dan menjadi
pembicaraan utama berbagai media. Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dianggap
sebagai penyelamat tenaga kerja nasional namun pada kenyataannya tak kunjung jelas
implementasinya meski telah ditetapkan sejak empat tahun yang lalu. Tentu saja hal ini banyak
mengundang berbagai kritik. Buruh menagih janji pemerintah.

Betul bahwa ketenagakerjaan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan.
Permasalahan yang khas dan berbagai rekomendasi diusulkan untuk penanganannya, namun
masalah tetap saja ada dan menimbulkan tandatanya tiap tahunnya, ada yang belum pas.

Berbicara tentang masalah ketenagakerjaan, pengangguran merupakan salah satu masalah terbesar
yang tak bisa dilepaskan dari persoalan ketenagakerjaan. Tinggi/rendahnya tingkat pengangguran
merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menggambarkan keberhasilan perekonomian
suatu negara. Anwar, Arsjad (2004) mencoba mengurai masalah pengangguran tersebut melalui
salah satu memoarnya dipenghujung 2004. Anwar melihat tingkat pengangguran suatu negara
terkait erat dengan tingkat pengangguran terbuka (open unemployment)2. Besar kecilnya tingkat
pengangguran terbuka tak terpisahkan dari definisi penduduk yang bekerja3. Dari definisi waktu
1
  (Wikipedia) May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak
industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama
di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya
upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan
pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para
pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19
sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas
pekerja di Amerika Serikat. Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para
pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872,
McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan
dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan
dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat". Pada tahun 1881,
McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah
persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of
Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian
merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di
setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur. Pada tanggal 5
September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa
spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam
menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian
merayakannya. Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894.
Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September
hari libur umum resmi nasional. Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss,
dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja
menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS:
Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah
tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia. Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas
pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan
momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di
era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi
oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872 [1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1
Mei 1886.
2
  Yakni yang mengukur rasio penduduk yang sedang mencari pekerjaan terhadap angkatan kerja
3
  Di Indonesia, definisi penduduk yang bekerja dibedakan atas kriteria Sensus Penduduk (SP) 1961, SP 1971, dan SP 1980
serta tahun sesudahnya. SP 1961 mendefinisikan bekerja sebagai penduduk yang melakukan pekerjaan minimal 2 bulan
(tanpa menyebutkan jam kerja/hari) dalam 6 bulan sebelum sensus diadakan. SP 71 mendefinisikannya seminggu sebelum
sensus diadakan bekerja minimal 2 hari (tanpa menyebutkan jam kerja/hari). Sementara untuk SP 81 dan tahun-tahun



umihanik.blogspot.com
umihanik.blogspot.com

bekerja yang dianut oleh BPS dan menjadi rujukan utama database ketenagakerjaan, jelas tidak
terhindarkan banyaknya penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal (8 jam/hari) dalam
kriteria penduduk bekerja di Indonesia.

Dengan demikian, kondisi under employment mungkin lebih krusial dibandingkan dengan kondisi
open unemployment dalam permasalahan pengangguran. Artinya, sesungguhnya masalah
pengangguran di Indonesia jauh lebih besar dibanding yang selama ini dipublikasikan oleh
pemerintah dan sebagaimana kita ketahui melalui media.

Adapun terkait struktur penduduk bekerja di Indonesia, BPS mengelompokkan berdasarkan
lapangan pekerjaan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan. Pengelompokan penduduk bekerja
menurut lapangan pekerjaan utama dibagi atas sembilan sektor usaha utama yakni: (1) Pertanian,
(2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri pengolahan, (4) Gas, listrik dan air bersih, (5)
Bangunan, (6) Perdagangan, restoran dan hotel, (7) Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi, (8)
Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) Jasa kemasyarakatan.

Sedangkan untuk konsep status pekerjaan utama di Indonesia untuk tahun-tahun sebelum 2001
dibagi ke dalam lima kelompok yakni: (1) Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, (2) Berusaha
dengan dibantu pekerja keluarga dan/atau karyawan tidak tetap, (3) Berusaha dengan karyawan
tetap, (4) Karyawan dengan upah dan gaji, (5) Pekerja keluarga. Status pekerjaan yang masuk dalam
kelompok 1, 2 dan 5 merupakan status pekerjaan dengan kategori informal. Adapun status
pekerjaan kelompok 3 dan 4 masuk dalam kategori kegiatan formal.

Namun setelah tahun 2001 BPS merubah pengelompokannya menjadi tujuh kelompok status, yakni:
(1) Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, (2) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga
dan/atau karyawan tidak tetap, (3) Berusaha dengan karyawan tetap, (4) Karyawan dengan upah
dan gaji, (5) Pekerja bebas pertanian, (6) Pekerja bebas bukan pertanian dan (7) Pekerja keluarga.
Menurut pengelompokan tersebut, status pekerjaan kelompok 1,2 dan 7 termasuk dalam kategori
kegiatan informal. Sementara itu untuk status pekerjaan kelompok 3, 4, 5 dan 6 termasuk dalam
kegiatan formal.

Terdapat catatan khusus yang coba dipotret oleh BPS melalui perubahan status tersebut yakni untuk
kelompok 5 dan 6 (pekerja bebas) terdapat indikasi bahwa kontinuitas memperoleh pekerjaan dalam
kelompok ini cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan status pekerjaan 4. Dengan demikian
kelompok ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan semi informal.

Perlunya pembedaan kegiatan informal dan formal berkaitan dengan kebutuhan untuk memotret
kemampuan suatu negara dalam penciptaan kesempatan kerja. Dapat dipahami bahwa kegiatan
informal lebih fleksibel dalam menyerap tenaga kerja dan menyediakan lapangan pekerjaan,
sementara kegiatan formal lebih kaku (rigid), dimana kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja
tergantung pada tingkat produksi yang diciptakan.

Selanjutnya, dalam rangka mendapatkan gambaran lebih jelas terkait data ketenagakerjaan, BPS
berkepentingan untuk memotret pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan utama. Jenis pekerjaan
tersebut dibedakan atas: (0/1) Tenaga profesional, teknisi, (2) Tenaga ketatalaksanaan/manajer, (3)
Tenaga administrasi, (4) Tenaga usaha penjualan, (5) Tenaga usaha jasa, (6) Petani dan nelayan,
(7/8/9) Operator alat pengangkutan, tenaga kasar, tenaga yang langsung berhubungan dengan
kegiatan produksi.




sesudahnya; didefinisikan seminggu sebelum sensus bekerja minimal 1 jam.




umihanik.blogspot.com
umihanik.blogspot.com

Jenis pekerjaan kelompok 0/1 s/d 5 lebih populer disebut sebagai jenis pekerjaan white collar,
sedangkan sebutan blue collar diperuntukkan bagi jenis pekerjaan yang termasuk dalam kelompok
6,7/8/9. Terkait penggunaan istilah dalam pengelompokan tersebut sekaligus untuk mewakili
kelompok yang ada ditengah-tengahnya maka digunakan pula istilah grey collar yang ditujukan bagi
jenis pekerjaan kelompok 4. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka para pedagang kaki
lima (PKL) dan sebagian jenis pekerjaan kelompok 5 yang merupakan pembantu rumah tangga (PRT).

Dalam setiap lapangan pekerjaan terdapat baik kegiatan informal maupun formal, namun demikian
dari ke-9 kelompok lapangan pekerjaan umumnya masih didominasi oleh kegiatan informal (> 50%).
Dan dari kegiatan tersebut terlihat terutama pada sub sektor pertanian; perdagangan, hotel dan
restoran; serta pengangkutan dan komunikasi. Demikian juga untuk kategori data menurut tingkat
pendidikan yang ditamatkan yang juga menginformasikan jumlah penduduk yang bekerja dalam
kegiatan formal maupun informal. Namun demikian dari data Sakernas 4, kita mendapatkan
gambaran bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan s/d SLTP lebih dominan bekerja di kegiatan
informal, sementara penduduk dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan setingkat lebih tinggi
yakni SLTA ke atas lebih banyak bekerja di kegiatan formal.

Dengan membandingkan data Sakernas dan data produksi (PDB) triwulan III setiap tahunnya,
sekaligus kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa pendapat yang mengatakan “setiap kenaikan
PDB sebesar 1% akan menciptakan 400.000 kesempatan kerja baru” kurang tepat. Menurut data
pada periode 2001-2002, meskipun PDB tumbuh sebesar 4,92%, tetapi tambahan jumlah penduduk
yang bekerja hanya sebesar 911.749 orang. Sebaliknya saat perekonomian mengalami pertumbuhan
negatif pada periode 1997-1998, jumlah penduduk yang bekerja malah mengalami kenaikan sebesar
2,27 juta orang. Jika diamati lebih jauh, selama periode 1997-1998, kenaikan penduduk yang bekerja
terutama terjadi di kegiatan informal, sementara untuk kegiatan formal sebaliknya mengalami
penurunan. Meskipun status pekerjaan 3 mengalami kenaikan, namun tidak dapat menutupi
penurunan tajam yang terjadi pada status pekerjaan 4.

Untuk periode 2001-2002, secara sepintas jumlah penduduk yang bekerja di kegiatan formal (dan
informal) mengalami kenaikan. Namun jangan senang dahulu, karena sesungguhnya kenaikan yang
terjadi pada kegiatan formal tersebut lebih banyak disebabkan naiknya status pekerjaan kelompok 5
dan 6 (kegiatan semi informal), sementara status pekerjaan 4 mengalami penurunan. Artinya bukan
merupakan prestasi ketenagakerjaan yang cemerlang, karena sebenarnya semu.

Penurunan penduduk yang bekerja pada status pekerjaan 4 selama periode 2001-2002 terutama
terjadi pada penduduk dengan tingkat pendidikan s/d SLTP, sementara penurunan penduduk yang
bekerja pada status pekerjaan 4 dengan tingkat pendidikan SLTA ke atas lebih rendah. Ditengarai
penurunan ini erat kaitannya dengan reaksi para pengusaha terhadap kebijakan Upah Minimum
Propinsi (UMP) dan UU Tenaga Kerja yang baru. Kenaikan UMP dan mahalnya ‘biaya’ PHK
mendorong para pengusaha melakukan outsourcing dengan mengurangi pegawai tetap dan
penggunaan teknologi yang labor saving.

Ini baru setengah dari permasalahan ketenagakerjaan yang ada. Dibutuhkan nurani dan kemauan
kuat untuk memperbaiki yang setengah dan menuntaskan setengah permasalahan lainnya untuk
potret ketenagakerjaan nasional yang menggembirakan dan mensejahterakan pekerjanya.


*) Pemerhati Kebijakan Publik



4
  Kependekan dari Survey Angkatan Kerja Nasional dan dibukukan ke dalam Buku Statistik Ketenagakerjaan Nasional
“Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia” yang diterbitkan tiap Bulan Agustus tiap tahunnya



umihanik.blogspot.com
Setengah permasalahan ketenagakerjaan umi hanik

More Related Content

What's hot

Makalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMakalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguran
Mari belajar Exact
 
Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012
wardayadi007
 
Masalah pokok dalam ekonomi
Masalah pokok dalam ekonomiMasalah pokok dalam ekonomi
Masalah pokok dalam ekonomi
halsi
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Vinny Ariva
 
Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...
Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...
Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...
Khairan Luthfi
 
Makalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publikMakalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publik
'Aiiyhu Fissh
 
Ekonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomi
Ekonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomiEkonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomi
Ekonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomi
Aileen Nindita
 
Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik niken dwi dayanti 1150...
Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik   niken dwi dayanti 1150...Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik   niken dwi dayanti 1150...
Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik niken dwi dayanti 1150...
Niken Dwi Dayanti
 

What's hot (20)

Perekonomian indonesia
Perekonomian indonesiaPerekonomian indonesia
Perekonomian indonesia
 
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesiaContoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
Contoh makalah-tentang-pengangguran-dan-kemiskinan-di-indonesia
 
5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia5 permasalahan ekonomi di indonesia
5 permasalahan ekonomi di indonesia
 
Makalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguranMakalah kemiskinan dan pengangguran
Makalah kemiskinan dan pengangguran
 
Pengangguran
Pengangguran Pengangguran
Pengangguran
 
Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012Mikro dan makro 2012
Mikro dan makro 2012
 
Makalah peran pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi
Makalah peran pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomiMakalah peran pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi
Makalah peran pelaku ekonomi dalam kegiatan ekonomi
 
Ppt peran pelaku ekonomi
Ppt peran pelaku ekonomiPpt peran pelaku ekonomi
Ppt peran pelaku ekonomi
 
Masalah pokok dalam ekonomi
Masalah pokok dalam ekonomiMasalah pokok dalam ekonomi
Masalah pokok dalam ekonomi
 
Masalah ekonomi
Masalah ekonomi Masalah ekonomi
Masalah ekonomi
 
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
Quo vadis gerakan mahasiswa bemsi 2011
 
Makalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomiMakalah pertumbuhan ekonbomi
Makalah pertumbuhan ekonbomi
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
 
Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...
Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...
Hubungan antara pengangguran serta kemiskinan terhadap perekonomian makro di ...
 
Makalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publikMakalah ekonomi publik
Makalah ekonomi publik
 
Ekonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomi
Ekonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomiEkonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomi
Ekonomi - Permasalahan manusia di bidang ekonomi
 
Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik niken dwi dayanti 1150...
Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik   niken dwi dayanti 1150...Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik   niken dwi dayanti 1150...
Intervensi pemerintah dalam penyediaan barang publik niken dwi dayanti 1150...
 
Makalah pengangguran
Makalah pengangguran Makalah pengangguran
Makalah pengangguran
 
Presentasi tentang Masalah Ekonomi
Presentasi tentang Masalah EkonomiPresentasi tentang Masalah Ekonomi
Presentasi tentang Masalah Ekonomi
 
Revormasi di indonesia
Revormasi di indonesiaRevormasi di indonesia
Revormasi di indonesia
 

Similar to Setengah permasalahan ketenagakerjaan umi hanik

Kamis, 30 April 2015
Kamis, 30 April 2015Kamis, 30 April 2015
Kamis, 30 April 2015
suarakarya
 
Bab i memahami sistem bisnis amerika serikat
Bab i memahami sistem bisnis amerika serikatBab i memahami sistem bisnis amerika serikat
Bab i memahami sistem bisnis amerika serikat
Shelly Intan Permatasari
 
Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)
Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)
Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)
Yudi Prasetya
 
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma AgrariaTidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria
People Power
 

Similar to Setengah permasalahan ketenagakerjaan umi hanik (20)

Serikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media PropagandaSerikat Buruh dan Media Propaganda
Serikat Buruh dan Media Propaganda
 
MAKALAH SEJARAH “UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PADA MASA ORDE BARU”
MAKALAH SEJARAH “UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PADA MASA ORDE BARU”MAKALAH SEJARAH “UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PADA MASA ORDE BARU”
MAKALAH SEJARAH “UPAYA PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT PADA MASA ORDE BARU”
 
Makalah Masalah ekonomi
Makalah Masalah ekonomiMakalah Masalah ekonomi
Makalah Masalah ekonomi
 
15680-36837-1-SM.docx
15680-36837-1-SM.docx15680-36837-1-SM.docx
15680-36837-1-SM.docx
 
Kamis, 30 April 2015
Kamis, 30 April 2015Kamis, 30 April 2015
Kamis, 30 April 2015
 
Organisasi Buruh
Organisasi BuruhOrganisasi Buruh
Organisasi Buruh
 
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
interaksi manusia dengan lingkungan hidup ekonomi
 
Bab i memahami sistem bisnis amerika serikat
Bab i memahami sistem bisnis amerika serikatBab i memahami sistem bisnis amerika serikat
Bab i memahami sistem bisnis amerika serikat
 
Equal e.en.id (1)
Equal e.en.id (1)Equal e.en.id (1)
Equal e.en.id (1)
 
Modul_ekonomi_kelas_x.doc
Modul_ekonomi_kelas_x.docModul_ekonomi_kelas_x.doc
Modul_ekonomi_kelas_x.doc
 
Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)
Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)
Sosial movement (pergerakan 66 dan 98)
 
orde baru
orde baruorde baru
orde baru
 
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma AgrariaTidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria
Tidak Ada Ekonomi Kerakyatan Tanpa Reforma Agraria
 
Peran ekonomi pemerintah
Peran ekonomi pemerintahPeran ekonomi pemerintah
Peran ekonomi pemerintah
 
Pertemuan 3
Pertemuan 3Pertemuan 3
Pertemuan 3
 
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
Di Bawah Bayang-bayang Krisis: Laporan Tahunan AJI 2015
 
Pkn
PknPkn
Pkn
 
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasiBerakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
Berakhirnya orde baru dan lahirnya reformasi
 
Sejarah askes
Sejarah askesSejarah askes
Sejarah askes
 
Pengantar ekonomi
Pengantar ekonomiPengantar ekonomi
Pengantar ekonomi
 

More from Umi Hanik

Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?
Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?
Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?
Umi Hanik
 
M&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phln
M&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phlnM&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phln
M&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phln
Umi Hanik
 
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikAda apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Umi Hanik
 
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanikCatatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Umi Hanik
 
Catatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanik
Catatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanikCatatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanik
Catatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanik
Umi Hanik
 
Krisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanik
Krisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanikKrisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanik
Krisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanik
Umi Hanik
 
Analisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanik
Analisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanikAnalisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanik
Analisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanik
Umi Hanik
 
Anatomi produksi dan konsumsi energi umi hanik
Anatomi produksi dan konsumsi energi umi hanikAnatomi produksi dan konsumsi energi umi hanik
Anatomi produksi dan konsumsi energi umi hanik
Umi Hanik
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanik
Umi Hanik
 
Kerawanan pangan dan inflasi umi hanik
Kerawanan pangan dan inflasi umi hanikKerawanan pangan dan inflasi umi hanik
Kerawanan pangan dan inflasi umi hanik
Umi Hanik
 
Penyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi Hanik
Penyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi HanikPenyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi Hanik
Penyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi Hanik
Umi Hanik
 
Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik
Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanikKrisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik
Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik
Umi Hanik
 
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanikSimalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Umi Hanik
 
Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik
Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanikBanjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik
Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik
Umi Hanik
 
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanikArus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Umi Hanik
 
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikMengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Umi Hanik
 
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanikCatatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
Umi Hanik
 
Gross national happiness umi hanik
Gross national happiness umi hanikGross national happiness umi hanik
Gross national happiness umi hanik
Umi Hanik
 
Derajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanik
Derajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanikDerajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanik
Derajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanik
Umi Hanik
 

More from Umi Hanik (20)

M&E PHLN antara Teori Kebijakan dan Praktik
M&E PHLN antara Teori Kebijakan dan PraktikM&E PHLN antara Teori Kebijakan dan Praktik
M&E PHLN antara Teori Kebijakan dan Praktik
 
Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?
Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?
Evaluasi Kinerja Untuk Menyelamatkan Instansi Pemerintah, keniscayaankah?
 
M&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phln
M&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phlnM&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phln
M&E sebagai konsensus untuk efektivitas pemanfaatan phln
 
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanikAda apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
Ada apa dengan paket stimulus fiskal 2009 umi hanik
 
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanikCatatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
Catatan kritis proses pembahasan ruu apbn 2009 umi hanik
 
Catatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanik
Catatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanikCatatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanik
Catatan singkat pembahasan paket ruu reformasi perpajakan umi hanik
 
Krisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanik
Krisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanikKrisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanik
Krisis global kinerja ekspor dan potensi lpei umi hanik
 
Analisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanik
Analisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanikAnalisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanik
Analisa kinerja ekspor indonesia untuk penyempurnaan ruu lpei umi hanik
 
Anatomi produksi dan konsumsi energi umi hanik
Anatomi produksi dan konsumsi energi umi hanikAnatomi produksi dan konsumsi energi umi hanik
Anatomi produksi dan konsumsi energi umi hanik
 
Pangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanikPangan dan problematikanya umi hanik
Pangan dan problematikanya umi hanik
 
Kerawanan pangan dan inflasi umi hanik
Kerawanan pangan dan inflasi umi hanikKerawanan pangan dan inflasi umi hanik
Kerawanan pangan dan inflasi umi hanik
 
Penyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi Hanik
Penyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi HanikPenyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi Hanik
Penyelarasan Kebijakan M&E Untuk Efektivitas Pendanaan Pembangunan Umi Hanik
 
Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik
Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanikKrisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik
Krisis global dan kenaikan harga pangan umi hanik
 
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanikSimalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
Simalakama kebijakan subsidi bbm umi hanik
 
Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik
Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanikBanjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik
Banjir infrastruktur dan kedaulatan pangan umi hanik
 
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanikArus utama pembangunan perdesaan umi hanik
Arus utama pembangunan perdesaan umi hanik
 
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanikMengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
Mengkritisi postur rapbn 2009 umi hanik
 
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanikCatatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
Catatan kritis kinerja bidang ekonomi tahun 2008 umi hanik
 
Gross national happiness umi hanik
Gross national happiness umi hanikGross national happiness umi hanik
Gross national happiness umi hanik
 
Derajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanik
Derajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanikDerajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanik
Derajat keislaman dan keimanan gimana ngukurnya umi hanik
 

Recently uploaded

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
NurindahSetyawati1
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
JuliBriana2
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
saptari3
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
dpp11tya
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
AtiAnggiSupriyati
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
pipinafindraputri1
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
AlfandoWibowo2
 

Recently uploaded (20)

Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docxMembuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
Membuat Komik Digital Berisi Kritik Sosial.docx
 
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKAKELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
KELAS 10 PERUBAHAN LINGKUNGAN SMA KURIKULUM MERDEKA
 
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsxvIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
vIDEO kelayakan berita untuk mahasiswa.ppsx
 
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
DAFTAR PPPK GURU KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2024
 
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdfAksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
Aksi Nyata PMM Topik Refleksi Diri (1).pdf
 
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdfMAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
MAKALAH KELOMPOK 7 ADMINISTRASI LAYANAN KHUSUS.pdf
 
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptxBAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
BAB 5 KERJASAMA DALAM BERBAGAI BIDANG KEHIDUPAN.pptx
 
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SDPPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
PPT AKSI NYATA KOMUNITAS BELAJAR .ppt di SD
 
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdfmengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
mengapa penguatan transisi PAUD SD penting.pdf
 
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptxPPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
PPT Mean Median Modus data tunggal .pptx
 
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptxDEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 1.3 CGP 10.pptx
 
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.pptStoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
Stoikiometri kelas 10 kurikulum Merdeka.ppt
 
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptxPPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
PPT PERUBAHAN LINGKUNGAN MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS X.pptx
 
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.pptLATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
LATAR BELAKANG JURNAL DIALOGIS REFLEKTIF.ppt
 
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKAMODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
MODUL AJAR IPAS KELAS 6 KURIKULUM MERDEKA
 
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
Intellectual Discourse Business in Islamic Perspective - Mej Dr Mohd Adib Abd...
 
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdfModul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
Modul Ajar Bahasa Inggris - HOME SWEET HOME (Chapter 3) - Fase D.pdf
 
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ikabab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
bab 6 ancaman terhadap negara dalam bingkai bhinneka tunggal ika
 
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
Modul 2 - Bagaimana membangun lingkungan belajar yang mendukung transisi PAUD...
 
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.pptSEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
SEJARAH PERKEMBANGAN KEPERAWATAN JIWA dan Trend Issue.ppt
 

Setengah permasalahan ketenagakerjaan umi hanik

  • 1. umihanik.blogspot.com Setengah Permasalahan Ketenagakerjaan Umi Hanik* Bertepatan dengan May Day1, yakni Hari Buruh Internasional yang jatuh tiap 1 Mei dan diperingati oleh seluruh buruh di penjuru dunia, masalah ketenagakerjaan kembali disentil dan menjadi pembicaraan utama berbagai media. Undang-undang Sistem Jaminan Sosial Nasional yang dianggap sebagai penyelamat tenaga kerja nasional namun pada kenyataannya tak kunjung jelas implementasinya meski telah ditetapkan sejak empat tahun yang lalu. Tentu saja hal ini banyak mengundang berbagai kritik. Buruh menagih janji pemerintah. Betul bahwa ketenagakerjaan senantiasa menjadi topik yang menarik untuk diperbincangkan. Permasalahan yang khas dan berbagai rekomendasi diusulkan untuk penanganannya, namun masalah tetap saja ada dan menimbulkan tandatanya tiap tahunnya, ada yang belum pas. Berbicara tentang masalah ketenagakerjaan, pengangguran merupakan salah satu masalah terbesar yang tak bisa dilepaskan dari persoalan ketenagakerjaan. Tinggi/rendahnya tingkat pengangguran merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang menggambarkan keberhasilan perekonomian suatu negara. Anwar, Arsjad (2004) mencoba mengurai masalah pengangguran tersebut melalui salah satu memoarnya dipenghujung 2004. Anwar melihat tingkat pengangguran suatu negara terkait erat dengan tingkat pengangguran terbuka (open unemployment)2. Besar kecilnya tingkat pengangguran terbuka tak terpisahkan dari definisi penduduk yang bekerja3. Dari definisi waktu 1 (Wikipedia) May Day lahir dari berbagai rentetan perjuangan kelas pekerja untuk meraih kendali ekonomi-politis hak-hak industrial. Perkembangan kapitalisme industri di awal abad 19 menandakan perubahan drastis ekonomi-politik, terutama di negara-negara kapitalis di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Pengetatan disiplin dan pengintensifan jam kerja, minimnya upah, dan buruknya kondisi kerja di tingkatan pabrik, melahirkan perlawanan dari kalangan kelas pekerja. Pemogokan pertama kelas pekerja Amerika Serikat terjadi di tahun 1806 oleh pekerja Cordwainers. Pemogokan ini membawa para pengorganisirnya ke meja pengadilan dan juga mengangkat fakta bahwa kelas pekerja di era tersebut bekerja dari 19 sampai 20 jam seharinya. Sejak saat itu, perjuangan untuk menuntut direduksinya jam kerja menjadi agenda bersama kelas pekerja di Amerika Serikat. Ada dua orang yang dianggap telah menyumbangkan gagasan untuk menghormati para pekerja, Peter McGuire dan Matthew Maguire, seorang pekerja mesin dari Paterson, New Jersey. Pada tahun 1872, McGuire dan 100.000 pekerja melakukan aksi mogok untuk menuntut mengurangan jam kerja. McGuire lalu melanjutkan dengan berbicara dengan para pekerja and para pengangguran, melobi pemerintah kota untuk menyediakan pekerjaan dan uang lembur. McGuire menjadi terkenal dengan sebutan "pengganggu ketenangan masyarakat". Pada tahun 1881, McGuire pindah ke St. Louis, Missouri dan memulai untuk mengorganisasi para tukang kayu. Akhirnya didirikanlah sebuah persatuan yang terdiri atas tukang kayu di Chicago, dengan McGuire sebagai Sekretaris Umum dari "United Brotherhood of Carpenters and Joiners of America". Ide untuk mengorganisasikan pekerja menurut bidang keahlian mereka kemudian merebak ke seluruh negara. McGuire dan para pekerja di kota-kota lain merencanakan hari libur untuk Para pekerja di setiap Senin Pertama Bulan September di antara Hari Kemerdekaan dan hari Pengucapan Syukur. Pada tanggal 5 September 1882, parade Hari Buruh pertama diadakan di kota New York dengan peserta 20.000 orang yang membawa spanduk bertulisan 8 jam kerja, 8 jam istirahat, 8 jam rekreasi. Maguire dan McGuire memainkan peran penting dalam menyelenggarakan parade ini. Dalam tahun-tahun berikutnya, gagasan ini menyebar dan semua negara bagian merayakannya. Pada 1887, Oregon menjadi negara bagian pertama yang menjadikannya hari libur umum. Pada 1894. Presider Grover Cleveland menandatangani sebuah undang-undang yang menjadikan minggu pertama bulan September hari libur umum resmi nasional. Kongres Internasional Pertama diselenggarakan pada September 1866 di Jenewa, Swiss, dihadiri berbagai elemen organisasi pekerja belahan dunia. Kongres ini menetapkan sebuah tuntutan mereduksi jam kerja menjadi delapan jam sehari, yang sebelumnya (masih pada tahun sama) telah dilakukan National Labour Union di AS: Sebagaimana batasan-batasan ini mewakili tuntutan umum kelas pekerja Amerika Serikat, maka kongres merubah tuntutan ini menjadi landasan umum kelas pekerja seluruh dunia. Satu Mei ditetapkan sebagai hari perjuangan kelas pekerja dunia pada Konggres 1886 oleh Federation of Organized Trades and Labor Unions untuk, selain memberikan momen tuntutan delapan jam sehari, memberikan semangat baru perjuangan kelas pekerja yang mencapai titik masif di era tersebut. Tanggal 1 Mei dipilih karena pada 1884 Federation of Organized Trades and Labor Unions, yang terinspirasi oleh kesuksesan aksi buruh di Kanada 1872 [1], menuntut delapan jam kerja di Amerika Serikat dan diberlakukan mulai 1 Mei 1886. 2 Yakni yang mengukur rasio penduduk yang sedang mencari pekerjaan terhadap angkatan kerja 3 Di Indonesia, definisi penduduk yang bekerja dibedakan atas kriteria Sensus Penduduk (SP) 1961, SP 1971, dan SP 1980 serta tahun sesudahnya. SP 1961 mendefinisikan bekerja sebagai penduduk yang melakukan pekerjaan minimal 2 bulan (tanpa menyebutkan jam kerja/hari) dalam 6 bulan sebelum sensus diadakan. SP 71 mendefinisikannya seminggu sebelum sensus diadakan bekerja minimal 2 hari (tanpa menyebutkan jam kerja/hari). Sementara untuk SP 81 dan tahun-tahun umihanik.blogspot.com
  • 2. umihanik.blogspot.com bekerja yang dianut oleh BPS dan menjadi rujukan utama database ketenagakerjaan, jelas tidak terhindarkan banyaknya penduduk yang bekerja di bawah jam kerja normal (8 jam/hari) dalam kriteria penduduk bekerja di Indonesia. Dengan demikian, kondisi under employment mungkin lebih krusial dibandingkan dengan kondisi open unemployment dalam permasalahan pengangguran. Artinya, sesungguhnya masalah pengangguran di Indonesia jauh lebih besar dibanding yang selama ini dipublikasikan oleh pemerintah dan sebagaimana kita ketahui melalui media. Adapun terkait struktur penduduk bekerja di Indonesia, BPS mengelompokkan berdasarkan lapangan pekerjaan, status pekerjaan dan jenis pekerjaan. Pengelompokan penduduk bekerja menurut lapangan pekerjaan utama dibagi atas sembilan sektor usaha utama yakni: (1) Pertanian, (2) Pertambangan dan penggalian, (3) Industri pengolahan, (4) Gas, listrik dan air bersih, (5) Bangunan, (6) Perdagangan, restoran dan hotel, (7) Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi, (8) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) Jasa kemasyarakatan. Sedangkan untuk konsep status pekerjaan utama di Indonesia untuk tahun-tahun sebelum 2001 dibagi ke dalam lima kelompok yakni: (1) Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, (2) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga dan/atau karyawan tidak tetap, (3) Berusaha dengan karyawan tetap, (4) Karyawan dengan upah dan gaji, (5) Pekerja keluarga. Status pekerjaan yang masuk dalam kelompok 1, 2 dan 5 merupakan status pekerjaan dengan kategori informal. Adapun status pekerjaan kelompok 3 dan 4 masuk dalam kategori kegiatan formal. Namun setelah tahun 2001 BPS merubah pengelompokannya menjadi tujuh kelompok status, yakni: (1) Berusaha sendiri tanpa dibantu orang lain, (2) Berusaha dengan dibantu pekerja keluarga dan/atau karyawan tidak tetap, (3) Berusaha dengan karyawan tetap, (4) Karyawan dengan upah dan gaji, (5) Pekerja bebas pertanian, (6) Pekerja bebas bukan pertanian dan (7) Pekerja keluarga. Menurut pengelompokan tersebut, status pekerjaan kelompok 1,2 dan 7 termasuk dalam kategori kegiatan informal. Sementara itu untuk status pekerjaan kelompok 3, 4, 5 dan 6 termasuk dalam kegiatan formal. Terdapat catatan khusus yang coba dipotret oleh BPS melalui perubahan status tersebut yakni untuk kelompok 5 dan 6 (pekerja bebas) terdapat indikasi bahwa kontinuitas memperoleh pekerjaan dalam kelompok ini cenderung lebih rendah jika dibandingkan dengan status pekerjaan 4. Dengan demikian kelompok ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan semi informal. Perlunya pembedaan kegiatan informal dan formal berkaitan dengan kebutuhan untuk memotret kemampuan suatu negara dalam penciptaan kesempatan kerja. Dapat dipahami bahwa kegiatan informal lebih fleksibel dalam menyerap tenaga kerja dan menyediakan lapangan pekerjaan, sementara kegiatan formal lebih kaku (rigid), dimana kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja tergantung pada tingkat produksi yang diciptakan. Selanjutnya, dalam rangka mendapatkan gambaran lebih jelas terkait data ketenagakerjaan, BPS berkepentingan untuk memotret pekerjaan berdasarkan jenis pekerjaan utama. Jenis pekerjaan tersebut dibedakan atas: (0/1) Tenaga profesional, teknisi, (2) Tenaga ketatalaksanaan/manajer, (3) Tenaga administrasi, (4) Tenaga usaha penjualan, (5) Tenaga usaha jasa, (6) Petani dan nelayan, (7/8/9) Operator alat pengangkutan, tenaga kasar, tenaga yang langsung berhubungan dengan kegiatan produksi. sesudahnya; didefinisikan seminggu sebelum sensus bekerja minimal 1 jam. umihanik.blogspot.com
  • 3. umihanik.blogspot.com Jenis pekerjaan kelompok 0/1 s/d 5 lebih populer disebut sebagai jenis pekerjaan white collar, sedangkan sebutan blue collar diperuntukkan bagi jenis pekerjaan yang termasuk dalam kelompok 6,7/8/9. Terkait penggunaan istilah dalam pengelompokan tersebut sekaligus untuk mewakili kelompok yang ada ditengah-tengahnya maka digunakan pula istilah grey collar yang ditujukan bagi jenis pekerjaan kelompok 4. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah mereka para pedagang kaki lima (PKL) dan sebagian jenis pekerjaan kelompok 5 yang merupakan pembantu rumah tangga (PRT). Dalam setiap lapangan pekerjaan terdapat baik kegiatan informal maupun formal, namun demikian dari ke-9 kelompok lapangan pekerjaan umumnya masih didominasi oleh kegiatan informal (> 50%). Dan dari kegiatan tersebut terlihat terutama pada sub sektor pertanian; perdagangan, hotel dan restoran; serta pengangkutan dan komunikasi. Demikian juga untuk kategori data menurut tingkat pendidikan yang ditamatkan yang juga menginformasikan jumlah penduduk yang bekerja dalam kegiatan formal maupun informal. Namun demikian dari data Sakernas 4, kita mendapatkan gambaran bahwa penduduk dengan tingkat pendidikan s/d SLTP lebih dominan bekerja di kegiatan informal, sementara penduduk dengan tingkat pendidikan yang ditamatkan setingkat lebih tinggi yakni SLTA ke atas lebih banyak bekerja di kegiatan formal. Dengan membandingkan data Sakernas dan data produksi (PDB) triwulan III setiap tahunnya, sekaligus kita juga dapat menarik kesimpulan bahwa pendapat yang mengatakan “setiap kenaikan PDB sebesar 1% akan menciptakan 400.000 kesempatan kerja baru” kurang tepat. Menurut data pada periode 2001-2002, meskipun PDB tumbuh sebesar 4,92%, tetapi tambahan jumlah penduduk yang bekerja hanya sebesar 911.749 orang. Sebaliknya saat perekonomian mengalami pertumbuhan negatif pada periode 1997-1998, jumlah penduduk yang bekerja malah mengalami kenaikan sebesar 2,27 juta orang. Jika diamati lebih jauh, selama periode 1997-1998, kenaikan penduduk yang bekerja terutama terjadi di kegiatan informal, sementara untuk kegiatan formal sebaliknya mengalami penurunan. Meskipun status pekerjaan 3 mengalami kenaikan, namun tidak dapat menutupi penurunan tajam yang terjadi pada status pekerjaan 4. Untuk periode 2001-2002, secara sepintas jumlah penduduk yang bekerja di kegiatan formal (dan informal) mengalami kenaikan. Namun jangan senang dahulu, karena sesungguhnya kenaikan yang terjadi pada kegiatan formal tersebut lebih banyak disebabkan naiknya status pekerjaan kelompok 5 dan 6 (kegiatan semi informal), sementara status pekerjaan 4 mengalami penurunan. Artinya bukan merupakan prestasi ketenagakerjaan yang cemerlang, karena sebenarnya semu. Penurunan penduduk yang bekerja pada status pekerjaan 4 selama periode 2001-2002 terutama terjadi pada penduduk dengan tingkat pendidikan s/d SLTP, sementara penurunan penduduk yang bekerja pada status pekerjaan 4 dengan tingkat pendidikan SLTA ke atas lebih rendah. Ditengarai penurunan ini erat kaitannya dengan reaksi para pengusaha terhadap kebijakan Upah Minimum Propinsi (UMP) dan UU Tenaga Kerja yang baru. Kenaikan UMP dan mahalnya ‘biaya’ PHK mendorong para pengusaha melakukan outsourcing dengan mengurangi pegawai tetap dan penggunaan teknologi yang labor saving. Ini baru setengah dari permasalahan ketenagakerjaan yang ada. Dibutuhkan nurani dan kemauan kuat untuk memperbaiki yang setengah dan menuntaskan setengah permasalahan lainnya untuk potret ketenagakerjaan nasional yang menggembirakan dan mensejahterakan pekerjanya. *) Pemerhati Kebijakan Publik 4 Kependekan dari Survey Angkatan Kerja Nasional dan dibukukan ke dalam Buku Statistik Ketenagakerjaan Nasional “Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia” yang diterbitkan tiap Bulan Agustus tiap tahunnya umihanik.blogspot.com