SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 9
Baixar para ler offline
1
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR
NOMOR 7 TAHUN 2010
TENTANG
PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN
I. UMUM
Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia khususnya di Kabupaten luwu Timur. Kabupaten Luwu Timur
mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat.
Untuk menyelanggarakan pemerintahan tersebut, Pemerintah Kabupaten
Luwu Timur berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat.
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan
kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti
pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang-
Undang. Dengan demikian, pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan didasarkan pada undang-Undang.
Hasil penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan diakui belum
memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Luwu Timur. Sebagian besar
pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal,
dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup
seluruh kebutuhan pengeluaran daerah.
Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah,
pemerintah daerah diberi kewenangan yang lebih besar dalam
perpajakan. Perpajakan tersebut dilakukan dengan memperluas basis
pajak daerah dan memberikan kewenangan kepada daerah dalam
penetapan tarif. Perluasan basis tersebut dilakukan dengan prinsip pajak
yang baik.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
2
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
Cukup jelas
Huruf g
Cukup jelas
Huruf h
Cukup jelas
Huruf i
Cukup jelas
Huruf j
Cukup jelas
Huruf k
Cukup jelas
Huruf l
Cukup jelas
Huruf m
Cukup jelas
Huruf n
Cukup jelas
Huruf o
Cukup jelas
Huruf p
Cukup jelas
Huruf q
Cukup jelas
Huruf r
Cukup jelas
Huruf s
Cukup jelas
Huruf t
Cukup jelas
Huruf u
Cukup jelas
Huruf v
Cukup jelas
Huruf x
Cukup jelas
Huruf y
Cukup jelas
3
Huruf z
Cukup jelas
Huruf aa
Cukup jelas
Huruf bb
Cukup jelas
Huruf cc
Cukup jelas
Huruf dd
Cukup jelas
Huruf ee
Cukup jelas
Huruf ff
Cukup jelas
Huruf gg
Cukup jelas
Huruf hh
Cukup jelas
Huruf ii
Cukup jelas
Huruf jj
Cukup jelas
Huruf kk
Yang dimaksud dengan mineral bukan logam dan
batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan adalah sebagai berikut :
(a) Mineral bukan logam meliputi intan, korundum,
arsen, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor,
belerang, halit, fluorit, ball clay, fire clay, rijang,
pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu
kuarsa, clay, dan batu gamping untuk semen.
(b) batuan meliputi pumice, toseki, obsidian, perlit,
tanah serap (fullers earth), slate, granodiorit, gabro,
peridotit, trakhit, tanah urug, opal, kalsedon,
chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu
terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu
gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit,
kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa
pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir
alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah),
urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu
gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak
mengandung unsur mineral logam atau unsur
mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti
ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
Pasal 3
Cukup jelas
4
Pasal 4
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 5
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak, yaitu
ditetapkan oleh Bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak.
Cara pertama, pajak dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih
dahulu ditetapkan oleh Bupati melalui SKPD atau dokumen
lain yang dipersamakan.
Cara kedua, pajak dibayar sendiri adalah pengenaan pajak
yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang
terutang dengan menggunakan SPTPD.
Wajib pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara
membayar sendiri, diwajibkan melaporkan pajak yang
terutang dengan menggunakan SPTPD.
Jika wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung,
memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak
yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana
mestinya, dapat diterbitkan SKPDKB dan/atau SKPDKBT
yang menjadi sarana penagihan.
Pasal 10
Ketentuan ini mengatur penerbitan surat ketetapan pajak atas
pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan surat ketetapan pajak
ditujukan kepada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh
ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena ditemukannya
data fiscal tidak dilaporkan oleh wajib pajak.
Ayat 1
5
Ketentuan ini memberi kewenangan kepada Bupati untuk
dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanya
terhadap kasus-kasus tertentu, dengan perkataan lain hanya
terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau
berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban
formal dan/atau kewajiban material.
Contoh :
1. Seseorang wajib pajak tidak menyampaikan SPTPD pada
tahun pajak 2009. Setelah ditegur dalam jangka waktu
tertentu juga belum menyampaikan SPTPD, maka dalam
jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun Bupati dapat
menerbitkan SKPDKB atas pajak yang terutang.
2. Seseorang wajib pajak menyampaikan SPTPD pada tahun
pajak 2009. Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima)
tahun, ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPD yang
disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang yang
kurang bayar tersebut, Bupati dapat menerbitkan
SKPDKB ditambah dengan sanksi administratif.
3. Wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yang
telah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu
paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang
ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum
terungkap yang menyebabkan penmabahan jumlah pajak
yang terutang, Bupati dapat menerbitkan SKPDKBT.
4. Wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Bupati
ternyata jumlah pajak yang terutang sama besarnya
dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan
tidak ada kredit pajak, Bupati dapat menerbitkan SKPDN.
Huruf a
Angka 1)
Cukup jelas.
Angka 2)
Yang dimaksud dengan “ penetapan pajak secara
imbalan” adalah penetapan besarnya pajak
terutang yang dilakukan oleh Bupati atau pejabat
yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau
keterangan lain yang dimiliki oleh Bupati atau
pejabat yang ditunjuk.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Ayat 2
Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang
tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakan
sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen)
sebulan dari pajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk
jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan atas
pajak yang tidak atau terlambat dibayar. Sanksi administratif
berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPDKB.
Ayat 3
6
Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b,
yaitu dengan ditemukannya data baru dan/atau data yang
semula belum terungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan
sehingga pajak yang terutang bertambah, maka terhadap
wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan
100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi
administratif ini tidak dikenakan apabila wajib pajak
melaporkannya sebelum diadakan tindakan pemeriksaan.
Ayat 4
Cukup jelas.
Ayat 5
Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban
perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
angka 3), yaitu wajib pajak tidak mengisi SPTPD yang
seharusnya dilakukan, dikenakan sanksi administratif
berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen)
dari pokok pajak yang terutang.
Dalam kasus ini, Bupati menetapkan pajak yang terutang
secara jabatan melalui penerbitan SKPDKB.
Selain sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25%
(dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang juga
dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau
terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua
puluh empat) bulan. Sanksi administratif berupa bunga
dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan
diterbitkannya SKPDKB.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
7
Ayat 1
Cukup jelas.
Ayat 2
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Huruf e
Yang dimaksud dengan “kondisi tertentu objek pajak”
antara lain, lahan pertanian yang sangat terbatas, bangunan
ditemapti sendiri yang dikuasai atau dimiliki oleh golongan
wajib pajak tertentu.
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Ayat (6)
Cukup jelas.
Cukup jelas
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Ayat (3)
8
Cukup jelas.
Ayat (4)
Cukup jelas.
Ayat (5)
Cukup jelas.
Cukup jelas
Pasal 24
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 27
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
9
Pasal 34
Ayat (1)
Pengenaan pidana kurungan dan pidana denda kepada
pejabat tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati dimaksudkan
untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan
daerah tidak akan diberitahukan kepada pihak lain, juga agar
wajib pajak dalam memberikan data dan keterangan kepada
pejabat mengenai perpajakan daerah tidak ragu-ragu.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 30

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerahPajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerahryandyra
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirYasir Partomo
 
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...Afifah Asra
 
Retribusi daerah power point.
Retribusi daerah power point.Retribusi daerah power point.
Retribusi daerah power point.ahmad rasyidin
 
Materi hukum pajak " pajak daerah"
Materi hukum pajak " pajak daerah"Materi hukum pajak " pajak daerah"
Materi hukum pajak " pajak daerah"natal kristiono
 
Sumber pendapatan asli Tangerang
Sumber pendapatan asli TangerangSumber pendapatan asli Tangerang
Sumber pendapatan asli TangerangMischaelle
 
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaTata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaWEST NUSA TENGGARA
 
:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya
:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya
:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor LainnyaRoko Subagya
 
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerahPerda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerahkabupaten_pakpakbharat
 
121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...
121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...
121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...Operator Warnet Vast Raha
 
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...Roko Subagya
 

Mais procurados (18)

Presentasi pad
Presentasi padPresentasi pad
Presentasi pad
 
Sapit
SapitSapit
Sapit
 
Pajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerahPajak dan retribusi daerah
Pajak dan retribusi daerah
 
UU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasirUU 28 tahun 2009_cintayasir
UU 28 tahun 2009_cintayasir
 
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
Pajak daerah & retribusi (UU Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Ret...
 
Retribusi daerah power point.
Retribusi daerah power point.Retribusi daerah power point.
Retribusi daerah power point.
 
Materi hukum pajak " pajak daerah"
Materi hukum pajak " pajak daerah"Materi hukum pajak " pajak daerah"
Materi hukum pajak " pajak daerah"
 
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi DaerahPajak Daerah dan Retribusi Daerah
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
 
Sumber pendapatan asli Tangerang
Sumber pendapatan asli TangerangSumber pendapatan asli Tangerang
Sumber pendapatan asli Tangerang
 
7 tahun 2003
7 tahun 20037 tahun 2003
7 tahun 2003
 
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab SumbawaTata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
Tata Cara Pelaksanaan Pemungutan Pajak Daerah Kab Sumbawa
 
:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya
:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya
:::PER ::::: 20/PJ/2015 Tentang Tata Cara Pengenaan PBB Sektor Lainnya
 
Makalah pajak daerah
Makalah pajak daerahMakalah pajak daerah
Makalah pajak daerah
 
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerahPerda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
Perda 2014 no. 1 Tentang perubahan pajak daerah
 
121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...
121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...
121338083 pengaruh-pemeriksaan-pajak-daerah-terhadap-penerimaan-pajak-daerah-...
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
Retribusi Daerah
Retribusi DaerahRetribusi Daerah
Retribusi Daerah
 
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...
PER 45 PJ /2013 ::: TENTANG TATA CARA PENGENAAN PBB SEKTOR PERTAMBANGAN MINYA...
 

Semelhante a Pajak Mineral Luwu Timur

Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__Mone_Dompu
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPNkaromah95
 
Materi setelah uts
Materi setelah utsMateri setelah uts
Materi setelah utszasunasu
 
Landasan Hukum Penagihan Pajak
Landasan Hukum Penagihan PajakLandasan Hukum Penagihan Pajak
Landasan Hukum Penagihan PajakLamsiskaRosalina
 
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGPENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGsischayank
 
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptxAhmadGozali32
 
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptxselametuntung
 
Materi 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptxMateri 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptxmayahusnia1
 
Materi Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.pptMateri Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.pptImranDarwis1
 
Materi Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.pptMateri Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.pptImranDarwis1
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di IndonesiaJulham Efendi
 
Prakt,komp & adm,pajak
Prakt,komp & adm,pajakPrakt,komp & adm,pajak
Prakt,komp & adm,pajakardi7835
 
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakBbe Mee
 

Semelhante a Pajak Mineral Luwu Timur (20)

Vera helen simbolon
Vera helen simbolonVera helen simbolon
Vera helen simbolon
 
Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__Buku bendahara mahir pajak__
Buku bendahara mahir pajak__
 
Tgs pratikum
Tgs pratikumTgs pratikum
Tgs pratikum
 
PPN Pemungutan PPN
 PPN   Pemungutan PPN PPN   Pemungutan PPN
PPN Pemungutan PPN
 
Materi setelah uts
Materi setelah utsMateri setelah uts
Materi setelah uts
 
Landasan Hukum Penagihan Pajak
Landasan Hukum Penagihan PajakLandasan Hukum Penagihan Pajak
Landasan Hukum Penagihan Pajak
 
Surat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan PajakSurat Ketetapan Pajak
Surat Ketetapan Pajak
 
Pembahasan
PembahasanPembahasan
Pembahasan
 
Perpajakan
PerpajakanPerpajakan
Perpajakan
 
SANKSI-SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI-SANKSI PERPAJAKANSANKSI-SANKSI PERPAJAKAN
SANKSI-SANKSI PERPAJAKAN
 
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDINGPENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
PENETAPAN PAJAK, KEBERATAN dan BANDING
 
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
 
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
3. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah-Sumule.pptx
 
KUP.pptx
KUP.pptxKUP.pptx
KUP.pptx
 
Materi 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptxMateri 2 Pajak.pptx
Materi 2 Pajak.pptx
 
Materi Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.pptMateri Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.ppt
 
Materi Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.pptMateri Ak.pendapatan PP12.ppt
Materi Ak.pendapatan PP12.ppt
 
serba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesiaserba serbi pajak di Indonesia
serba serbi pajak di Indonesia
 
Prakt,komp & adm,pajak
Prakt,komp & adm,pajakPrakt,komp & adm,pajak
Prakt,komp & adm,pajak
 
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung PajakDasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Pajak
 

Mais de Chaeza Khalygiz

Struktur org-dinas-pemberdayaan
Struktur org-dinas-pemberdayaanStruktur org-dinas-pemberdayaan
Struktur org-dinas-pemberdayaanChaeza Khalygiz
 
Struktur org-dinas-koperasi
Struktur org-dinas-koperasiStruktur org-dinas-koperasi
Struktur org-dinas-koperasiChaeza Khalygiz
 
Struktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatanStruktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatanChaeza Khalygiz
 
Struktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatanStruktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatanChaeza Khalygiz
 
Struktur dinas-perhubungan
Struktur dinas-perhubunganStruktur dinas-perhubungan
Struktur dinas-perhubunganChaeza Khalygiz
 
Strkturorg dinas-pertanian
Strkturorg dinas-pertanianStrkturorg dinas-pertanian
Strkturorg dinas-pertanianChaeza Khalygiz
 

Mais de Chaeza Khalygiz (7)

Struktur org-dinas-pemberdayaan
Struktur org-dinas-pemberdayaanStruktur org-dinas-pemberdayaan
Struktur org-dinas-pemberdayaan
 
Struktur org-dinas-koperasi
Struktur org-dinas-koperasiStruktur org-dinas-koperasi
Struktur org-dinas-koperasi
 
Struktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatanStruktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatan
 
Struktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatanStruktur org-dinas-kesehatan
Struktur org-dinas-kesehatan
 
Struktur dinas-perhubungan
Struktur dinas-perhubunganStruktur dinas-perhubungan
Struktur dinas-perhubungan
 
Struktur dinas-kelautan
Struktur dinas-kelautanStruktur dinas-kelautan
Struktur dinas-kelautan
 
Strkturorg dinas-pertanian
Strkturorg dinas-pertanianStrkturorg dinas-pertanian
Strkturorg dinas-pertanian
 

Pajak Mineral Luwu Timur

  • 1. 1 PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN I. UMUM Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia khususnya di Kabupaten luwu Timur. Kabupaten Luwu Timur mempunyai hak dan kewajiban mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan kepada masyarakat. Untuk menyelanggarakan pemerintahan tersebut, Pemerintah Kabupaten Luwu Timur berhak mengenakan pungutan kepada masyarakat. Berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kenegaraan, ditegaskan bahwa penempatan beban kepada rakyat, seperti pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa diatur dengan Undang- Undang. Dengan demikian, pemungutan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan didasarkan pada undang-Undang. Hasil penerimaan pajak mineral bukan logam dan batuan diakui belum memadai dan memiliki peranan yang relatif kecil terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Luwu Timur. Sebagian besar pengeluaran APBD dibiayai dana alokasi dari pusat. Dalam banyak hal, dana alokasi dari pusat tidak sepenuhnya dapat diharapkan menutup seluruh kebutuhan pengeluaran daerah. Untuk meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan yang lebih besar dalam perpajakan. Perpajakan tersebut dilakukan dengan memperluas basis pajak daerah dan memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tarif. Perluasan basis tersebut dilakukan dengan prinsip pajak yang baik. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d
  • 2. 2 Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Cukup jelas Huruf j Cukup jelas Huruf k Cukup jelas Huruf l Cukup jelas Huruf m Cukup jelas Huruf n Cukup jelas Huruf o Cukup jelas Huruf p Cukup jelas Huruf q Cukup jelas Huruf r Cukup jelas Huruf s Cukup jelas Huruf t Cukup jelas Huruf u Cukup jelas Huruf v Cukup jelas Huruf x Cukup jelas Huruf y Cukup jelas
  • 3. 3 Huruf z Cukup jelas Huruf aa Cukup jelas Huruf bb Cukup jelas Huruf cc Cukup jelas Huruf dd Cukup jelas Huruf ee Cukup jelas Huruf ff Cukup jelas Huruf gg Cukup jelas Huruf hh Cukup jelas Huruf ii Cukup jelas Huruf jj Cukup jelas Huruf kk Yang dimaksud dengan mineral bukan logam dan batuan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan adalah sebagai berikut : (a) Mineral bukan logam meliputi intan, korundum, arsen, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor, belerang, halit, fluorit, ball clay, fire clay, rijang, pirofilit, kuarsit, zirkon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, clay, dan batu gamping untuk semen. (b) batuan meliputi pumice, toseki, obsidian, perlit, tanah serap (fullers earth), slate, granodiorit, gabro, peridotit, trakhit, tanah urug, opal, kalsedon, chert, kristal kuarsa, jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorit, topas, batu gunung quarry besar, kerikil galian dari bukit, kerikil sungai, batu kali, kerikil sungai ayak tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, kerikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan pilihan (tanah), urukan tanah setempat, tanah merah (laterit), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Pasal 3 Cukup jelas
  • 4. 4 Pasal 4 Ayat (1) Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas Pasal 8 Cukup jelas Pasal 9 Ketentuan ini mengatur tata cara pengenaan pajak, yaitu ditetapkan oleh Bupati atau dibayar sendiri oleh wajib pajak. Cara pertama, pajak dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh Bupati melalui SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan. Cara kedua, pajak dibayar sendiri adalah pengenaan pajak yang memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Wajib pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri, diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Jika wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana mestinya, dapat diterbitkan SKPDKB dan/atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan. Pasal 10 Ketentuan ini mengatur penerbitan surat ketetapan pajak atas pajak yang dibayar sendiri. Penerbitan surat ketetapan pajak ditujukan kepada wajib pajak tertentu yang disebabkan oleh ketidakbenaran dalam pengisian SPTPD atau karena ditemukannya data fiscal tidak dilaporkan oleh wajib pajak. Ayat 1
  • 5. 5 Ketentuan ini memberi kewenangan kepada Bupati untuk dapat menerbitkan SKPDKB, SKPDKBT atau SKPDN hanya terhadap kasus-kasus tertentu, dengan perkataan lain hanya terhadap wajib pajak tertentu yang nyata-nyata atau berdasarkan hasil pemeriksaan tidak memenuhi kewajiban formal dan/atau kewajiban material. Contoh : 1. Seseorang wajib pajak tidak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009. Setelah ditegur dalam jangka waktu tertentu juga belum menyampaikan SPTPD, maka dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun Bupati dapat menerbitkan SKPDKB atas pajak yang terutang. 2. Seseorang wajib pajak menyampaikan SPTPD pada tahun pajak 2009. Dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun, ternyata dari hasil pemeriksaan SPTPD yang disampaikan tidak benar. Atas pajak yang terutang yang kurang bayar tersebut, Bupati dapat menerbitkan SKPDKB ditambah dengan sanksi administratif. 3. Wajib pajak sebagaimana dimaksud dalam contoh yang telah diterbitkan SKPDKB, apabila dalam jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun sesudah pajak yang terutang ditemukan data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang menyebabkan penmabahan jumlah pajak yang terutang, Bupati dapat menerbitkan SKPDKBT. 4. Wajib pajak berdasarkan hasil pemeriksaan Bupati ternyata jumlah pajak yang terutang sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak, Bupati dapat menerbitkan SKPDN. Huruf a Angka 1) Cukup jelas. Angka 2) Yang dimaksud dengan “ penetapan pajak secara imbalan” adalah penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain yang dimiliki oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Ayat 2 Ketentuan ini mengatur sanksi terhadap wajib pajak yang tidak memenuhi kewajiban perpajakannya yaitu mengenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) sebulan dari pajak yang tidak atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan atas pajak yang tidak atau terlambat dibayar. Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB. Ayat 3
  • 6. 6 Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu dengan ditemukannya data baru dan/atau data yang semula belum terungkap yang berasal dari hasil pemeriksaan sehingga pajak yang terutang bertambah, maka terhadap wajib pajak dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak. Sanksi administratif ini tidak dikenakan apabila wajib pajak melaporkannya sebelum diadakan tindakan pemeriksaan. Ayat 4 Cukup jelas. Ayat 5 Dalam hal wajib pajak tidak memenuhi kewajiban perpajakannya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a angka 3), yaitu wajib pajak tidak mengisi SPTPD yang seharusnya dilakukan, dikenakan sanksi administratif berupa kenaikan pajak sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang. Dalam kasus ini, Bupati menetapkan pajak yang terutang secara jabatan melalui penerbitan SKPDKB. Selain sanksi administratif berupa kenaikan sebesar 25% (dua puluh lima persen) dari pokok pajak yang terutang juga dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan dihitung dari pajak yang kurang atau terlambat dibayar untuk jangka waktu paling lama 24 (dua puluh empat) bulan. Sanksi administratif berupa bunga dihitung sejak saat terutangnya pajak sampai dengan diterbitkannya SKPDKB. Pasal 11 Cukup jelas. Pasal 12 Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20
  • 7. 7 Ayat 1 Cukup jelas. Ayat 2 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Yang dimaksud dengan “kondisi tertentu objek pajak” antara lain, lahan pertanian yang sangat terbatas, bangunan ditemapti sendiri yang dikuasai atau dimiliki oleh golongan wajib pajak tertentu. Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Ayat (3)
  • 8. 8 Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Cukup jelas Pasal 24 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Pasal 27 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas. Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas. Pasal 32 Cukup jelas. Pasal 33 Cukup jelas.
  • 9. 9 Pasal 34 Ayat (1) Pengenaan pidana kurungan dan pidana denda kepada pejabat tenaga ahli yang ditunjuk oleh Bupati dimaksudkan untuk menjamin bahwa kerahasiaan mengenai perpajakan daerah tidak akan diberitahukan kepada pihak lain, juga agar wajib pajak dalam memberikan data dan keterangan kepada pejabat mengenai perpajakan daerah tidak ragu-ragu. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 35 Cukup jelas Pasal 35 Cukup jelas Pasal 36 Cukup jelas Pasal 37 Cukup jelas Pasal 38 Cukup jelas Pasal 39 Cukup jelas TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 30