SlideShare a Scribd company logo
1 of 84
Download to read offline
TUGAS 
MANAJEMEN OPERASI DAN PEMELIHARAAN 
Ir. Irawan Wisnu W., MS 
STANDARD OPERATING PROCEDURE 
PENGAWASAN PELAKSAAN PEKERJAAN 
DIBUAT OLEH : 
1. FRENGKI RONSUMBRE 
NIM. 21010113420056 
2. MUJI SISWATI 
NIM. 21010113420058 
3. RAYMOND BENARDUS MUNTHE 
NIM. 21010113420049 
4. WAHYUDIN 
NIM. 21010113420054 
PROGRAM PASCA SARJANA 
MAGISTER MANAJEMEN REKAYASA INFRASTRUKTUR 
TEKNIK SIPIL 
UNIVERSITAS DIPONEGORO 
2014
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
1. ACUAN 
a) Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan; 
b) Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; 
c) Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 
d) Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan 
Hidup; 
e) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; 
f) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan; 
g) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran 
Masyarakat Jasa Konstruksi; 
h) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa 
Konstruksi; 
i) Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan 
Jasa Konstruksi; 
j) Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan 
Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah; 
k) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 369/KPTS/M/2001 Pedoman Pemberian 
Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional; l) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 
339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi 
oleh Instansi Pemerintah; 
m) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar Dan 
Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi; 
n) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 362/KPTS/M/2004 tentang Sistem 
Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; 
o) Surat Edaran Menteri Kimpraswil No. 02/SE/M/2001 tentang Tata Cara 
Penilaian Hasil Evaluasi serta Sanggahan dalam Pengadaan Barang dan Jasa 
MMRI 2014 UNDIP 1
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
diatas Lima Puluh Milyar rupiah; 
p) Surat Edaran Menteri Kimpraswil No.IK0106-Mn/66 Sertifikasi Badan Usaha 
Jasa Konstruksi Dalam Rangka Pengadaan yang dilaksanakan Instansi 
Pemerintah Tahun Anggaran 2002. 
2. DEFINISI PROYEK 
Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor 
produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh 
keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003). 
Sedangkan arti kata manjemen yaitu pengelolaan, hal ini menunjukkan bahwa 
manajemen proyek adalah merupakan tata cara/dan atau pengelolaan proyek yang 
terdiri dari kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi atausumber 
daya (manusia, material, peralatan, keuangan, metode/teknologi) untukmenghasilkan 
barang/jasa yaitu berupa konstruksi jalan dan jembatan, yangdiharapkan ada 
keuntungan yang didapat dari pemanfaataan jalan dan jembatan sebagai sarana 
perhubungan darat atau transportasi yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat 
tinggi dalam periode tertentu yaitu selama umur rencana / efektif konstruksi jalan dan 
jembatan. 
Maka dalam pelaksanaan proyek, bagi para penyelenggara proyek terutama 
pelaksana/pemborong hendaknya dapat melaksanakan tugas secara professional 
dalam menyediakan seluruh faktor-faktor produksi atau sumber daya yang diperlukan 
oleh suatu proyek, untuk memenuhi maksud dan tujuan proyek secara sukses yaitu 
dicapainya standar mutu yang disyaratkan, biaya dan waktu yang telah ditetapkan. 
Proyek dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah baik teknis maupun administrasi 
yang pada akhirnya proyek tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah 
ditetapkan dalam kontrak. Salah satu penyebab umum dari kesulitan dalam 
MMRI 2014 UNDIP 2
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
melaksanakan proyek adalah kurang dipahaminya proyek itu sendiri secara benar 
sehingga tidak dapat memperhitungkan secara teliti dan tepat semua faktor-faktor 
produksi/sumber daya proyek yang diperlukan untuk menentukan secara pasti waktu 
yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, dalam hal ini proyek adalah 
pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. 
Di Indonesia yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim 
penghujan akan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi yang harus 
diperhitungkan, terutama pekerjaan jalan dan jembatan yang sangat rawan 
dilaksanakan pada musim hujan. Hal ini akan menuntun kearah situasi yang tidak 
menguntungkan apabila ternyata musim hujan tidak sesuai yang diperkirakan maka 
waktu penyelesaian proyek dapat terganggu. Apapun alasannya perpanjangan waktu 
pelaksanaan konstruksi harus dihindarkan, kecuali memenuhi alasan yang dapat 
diterima sesuai dengan kontrak (pekerjaan tambah, perubahan desain, keadaan diluar 
kehendak seperti bencana alam, dan sebagainya). 
Pada suatu penyelenggaraan proyek, untuk mencapai tujuan proyek dilakukan 
pendekatan yang disebut manajemen proyek, yaitu penentuan cakupan dan tahapan-tahapan 
kegiatan proyek serta peranan/tugas penyelenggara proyek menyangkut hak 
dan kewajiban antara pengguna jasa dan penyedia jasa. 
Penerima hak kontrak jasa pelaksanaan konstruksi sebagai penyedia jasa akan 
melakukan koordinasi menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi 
keuangan/dana, manusia/tenaga kerja/ahli, material, peralatan dan menyusun metoda 
kerja. 
Umumnya pimpinan pelaksana yang ditugaskan dilapangan telah 
berpengalaman melaksanakan pekerjaan konstruksi, tetapi tidak berarti bahwa sudah 
menguasai manajemen proyek secara menyeluruh dan mendetail, menganalisa secara 
teliti setiap kegiatan dan kesulitan pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. 
MMRI 2014 UNDIP 3
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Adapun hubungan antara masing-masing kegiatan dan fungsi dapat 
digambarkan merupakan suatu hubungan siklus manajemen proyek sebagai berikut: 
Gambar 1.0 Hubungan siklus manajemen proyek/konstruksi 
Keterangan gambar: 
P = planning; perencanaan/rencana kerja 
O = organizing; organisasi kerja 
A = actuating; pelaksanaan pekerjaan 
C = controlling; kontrol/pengendalian kerja 
MMRI 2014 UNDIP 4
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
3. URUTAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN 
a) biasanya dalam kontrak mensyaratkan bahwa kegiatan pelaksanaan proyek harus 
diselesaikan secara berurutan sesuai dengan tahapan kegiatan dalam mencapai 
sasaran proyeK seperti contoh spesifikasi dibawah ini: 
survei lapangan termasuk 
peralatan pengujian yang 
diperlukan dan penyerahan 
laporan oleh kontraktor. 
30 hari setelah pengambilalihan 
lapangan oleh kontraktor 
peninjauan kembali rancangan 
oleh Direksi Pekerjaan selesai 
60 hari setelah pengambilalihan 
lapangan oleh kontraktor, walau 
keluarnya detail pelaksanaan dapat 
bertahap setelah tanggal ini. 
pekerjaan pengembalian kondisi 
perkerasan dan bahu jalan 
selesai. 
60 hari setelah pengambilalihan 
lapangan oleh kontraktor 
pekerjaan minor pada selokan, 
saluran air, galian dan 
timbunan, pemasangan 
perlengkapan jalan dan 
pekerjaan pengembalian 
kondisi jembatan. 
90 hari setelah pengambilalihan 
lapangan oleh kontraktor 
Pekerjaan drainase selesai. 
Sebelum dilaksanakan kegiatan 
overlay 
b) lingkup dan urutan kegiatan pekerjaan dapat dijelaskan secara diagram seperti 
gambar di bawah ini: 
MMRI 2014 UNDIP 5
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Gambar 1.1 Lingkup dan urutan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan 
MMRI 2014 UNDIP 6
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Gambar 1.2 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi Jalan 
MMRI 2014 UNDIP 7
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Gambar 1.3 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi Jembatan 
MMRI 2014 UNDIP 8
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4. SUMBER DAYA MANUSIA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN 
Sumber daya manusia untuk pekerjaan konstruksi dibutuhkan kemampuan 
profesi keterampilan dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa konstruksi, menurut 
disiplin keilmuan dan atau keterampilan (untuk tenaga terampil) dan atau kefungsian 
dan atau keahlian (untuk tenaga ahli) tertentu. Oleh karena itu tenaga kerja untuk 
pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan perlu dilakukan sertifikasi keterampilan 
kerja dan sertifikasi keahlian kerja, seperti ahli pengawas dan ahli pelaksana konstruksi 
jalan dan jembatan. 
Tenaga kerja yang dianggap mampu bekerja setelah dilakukan klasifikasi dan 
kualifikasi bidang konstruksi jalan dan jembatan akan diberikan tanda bukti pengakuan 
berupa sertifikat atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan 
keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan 
dan atau keterampilan dibidang pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. Sertifikat 
klasifikasi dan sertifikat kualifikasi akan secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh 
lembaga yang deserahi wewenang melakukan sertifikasi. 
Tenaga teknik dan atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan 
usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau 
badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama (PP No. 28/2000 pasal 11 
ayat 2). Selengkapnya ketentuan Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi 
Keahlian Kerja tenaga kerja konstruksi sesuai dengan PP No. 28/2000 pasal 15 sebagai 
berikut: 
a) tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau 
sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh lembaga, yang dinyatakan 
dengan sertifikat; 
b) sertifikat keterampilan kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil yang telah 
memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keterampilan 
MMRI 2014 UNDIP 9
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
tertentu; 
c) sertifikat keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja ahli yang telah 
memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau kefungsian 
dan atau keahlian tertentu; 
d) sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja secara berkala 
diteliti/dinilai kembali oleh lembaga; 
e) pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi 
pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari lembaga. 
Tenaga terampil/ahli yang perlu dilengkapi dengan sertifikat 
keterampilan/keahlian dan disyaratkan pada kontrak konstruksi jalan dan jembatan, 
antara lain: 
a) Jabatan personil pekerjaan jalan: 
1. General Superintendent 
2. Highway Engineer 
3. Material Engineer 
Pekerjaan jembatan : 
1) General Superintendent 
2) Bridge Engineer 
b) Persyaratan pendidikan personil: 
Persyaratan minimum pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada 
beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum pendidikan sarjana muda atau 
yang sederajat didang teknik sipil. 
c) Persyaratan pengalaman kerja personil: 
1) pekerjaan konstruksi jalan : 
 persyaratan minimum pengalaman kerja pada jabatan yang sama 
(similar position) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada 
MMRI 2014 UNDIP 10
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 
1) 3 tahun untuk General Superintendent 
2) 2 tahun untuk Highway Engineer 
3) 2 tahun untuk Material Engineer 
 persyaratan minimum pengalaman kerja pada pekerjaan yang 
sama(similar work) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada 
beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 
1) 6 tahun untuk General Superintendent 
2) 5 tahun Highway Engineer 
3) 5 tahun Material Engineer 
2) Pekerjaan konstruksi jembatan 
 persyaratan minimum pengalaman kerja pada jabatan yang sama 
(similar position) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada 
beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 
1) 3 tahun untuk General Superintendent 
2) 2 tahun untuk Bridge Engineer 
 persyaratan minimum pengalaman kerja pada pekerjaan yang sama 
(similar work) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa 
kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 
1) 6 tahun untuk General Superintendent 
2) 5 tahun Bridge Engineer 
Adapun secara umum tenaga kerja terampil untuk pekerjaan Jalan dan 
Jembatan dapat dikelompokan biasanya antara lain : 
a) tenaga yang langsung bekerja dalam konstruksi 
1) kepala pelaksanan; 
2) pelaksana dan pekerja pekerjaan jalan; 
MMRI 2014 UNDIP 11
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
3) pelaksana dan pekerja pekerjaan jembatan; 
4) pelaksana dan pekerja pekerjaan tanah; 
5) pelaksana dan pekerja pekerjaan struktur beton dan jembatan; 
6) pelaksana dan pekerja base camp; 
7) kepala mekanik dan pekerja operator alat-alat berat dan sopir, dll. 
b) tenaga yang membantu pada kegiatan pengujian kualitas pekerjaan: 
1) kepala dan pekerja survey/pengukuran; 
2) kepala dan pekerja pengujian/laboratorium; 
3) bagian supervisi/inspeksi intern manajemen. 
c) tenaga yang membantu pada kegiatan umum dan administrasi, pengadaan dan 
keuangan proyek : 
1) kepala dan staf administrasi personalia; 
2) kepala bagian keuangan/akuntan dan staf administrasi keuangan; 
3) kepala bagian dan staf hukum/hubungan masyarakat; 
4) kepala bagian dan staf logistik; 
5) kepala bagian dan personil pengamanan; 
6) kepala bagian dan staf kesehatan/keselamatan kerja. 
d) Sedangkan tenaga kerja konstruksi yang dimasukan dalam diperhitungan harga 
satuan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, biasanya antara lain: 
1) pekerja; 
2) tukang; 
3) mandor; 
4) operator; 
5) pembantu operator; 
6) sopir; 
7) pembantu sopir; 
MMRI 2014 UNDIP 12
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
8) mekanik; 
9) pembantu mekanik; 
10) kepala tukang. 
MMRI 2014 UNDIP 13
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
5. TAHAP AWAL PELAKSANAAN KEGIATAN FISIK 
5.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua 
sumber daya, tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk 
mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan. 
2. Mobilisasi 
2.1 Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, termasuk 
tapi tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, 
peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya yang diperlukan ke lokasi 
proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan fasilitas lainnya yang 
diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan 
operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum 
mulai berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek. 
2.2 Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang 
dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan. 
2.3 Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh 
Konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait 
yang disebutkan dalam kontrak. 
3. Demobilisasi 
3.1 Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum 
pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari 
lokasi pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan 
pekerjaan. 
3.2 Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, 
personil, atau lainnya milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi 
MMRI 2014 UNDIP 14
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
proyek, dan persyaratan-persyaratan pekerjaan sebagaimana diatur dalam 
kontrak telah dipenuhi. 
5.2. SURVEI 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi survei penelitian hasil desain konstruksi, survei 
topografi, survei utilitas, penyelidikan tanah, survei hidrologi dan hidrolika dan 
lain-lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan. 
2. Survei Penelitian Hasil Desain Konstruksi 
2.1 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib melakukan penelitian 
terhadap desain konstruksi yang terdapat dalam kontrak. 
2.2 Bila terdapat hal-hal yang meragukan dalam desain konstruksi, 
Kontraktor harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana, Konsultan 
dan PPK. 
2.3 Perbaikan terhadap desain (review desain) diusulkan oleh Kontraktor 
oleh PPK untuk mendapat persetujuan. 
3. Survei Topografi 
3.1 Kontraktor harus mengadakan pengukuran-pengukuran serta pemasangan 
patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan dan 
bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan ketepatan pengukuran 
tersebut sehingga dapat dijadikan benchmark sebagai titik acuan elevasi 
dan posisi bangunan. Patok-patok serta tanda harus dijaga sedemikian 
rupa sehingga kedudukannya tetap serta tidak terganggu selama 
pekerjaan berlangsung. 
3.2 Kesalahan-kesalahan terjadi sebagai akibat kelalaian didalam 
menentukan ukuran selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab 
MMRI 2014 UNDIP 15
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai 
kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap 
gambar-gambar dan ketentuan yang ada. 
4. Survei Utilitas 
4.1 Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan survei 
utilitas yang berada dilokasi pekerjaan. 
4.2 Kontraktor sebelum mengadakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan 
tim direksi/PPK untuk mengetahui kondisi utilitas yang ada dilokasi 
pekerjaan. 
4.3 Hasil survey harus dibuat dokumentasi yang baik sebagai alat kerja. 
5. Penyelidikan Tanah 
5.1 Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan penelitian 
terhadap hasil penyelidikan tanah yang digunakan dalam proses desain. 
5.2 Jika terdapat hal – hal yang belum diperhitungkan atau meragukan, 
Kontraktor dapat melakukan penyelidikan tanah tambahan. 
5.3 Dalam melakukan penyelidikan tanah, Kontraktor harus mendapat 
persetujuan dari Konsultan dan PPK. 
6. Survei Hidrologi dan Hidrolika 
Kontraktor harus melakukan survei hidrologi dan Hidrolika untuk memastikan 
bahwa akibat yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan tidak menimbulkan 
dampak negative seperti banjir, penyumbatan dan lain-lain. 
MMRI 2014 UNDIP 16
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
5.3 RUANG KERJA 
1. Ruang Kerja (Right Of Way) 
1.1 Ruang kerja akan menjadi lahan sementara atau permanen untuk 
melaksanakan pekerjaan. Konsultan harus menentukan lebar efektif dan 
batas-batas ruang kerja. 
1.2 Kontraktor harus memperhatikan ruang kerja sebagaimana ditetapkan 
oleh Konsultan. 
1.3 Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan ruang kerja tambahan 
yang diperlukan untuk penyimpanan material, peralatan dan lain – lain 
atas biaya sendiri. 
2. Perijinan 
2.1 Setiap perijinan yang dibutuhkan untuk memindahkan material dan 
peralatan menjadi tanggung jawab Kontraktor. 
2.2 Kontraktor akan melakukan survey untuk mengetahui kondisi – kondisi 
dan kesulitan yang mungkin ditemui dalam pengangkutan material, 
pengangkutan peralatan, dan lain – lain. 
3. Pembersihan Lokasi Kerja 
3.1 Wilayah kerja harus dipelihara secara tertib dan bebas dari hambatan 
untuk memberikan kondisi terbaik yang mungkin untuk berbagi operasi 
dan instansi yang diperlukan. 
3.2 Limbah dan puing – puing harus dihilangkan dari lokasi kerja. 
5.4 DIREKSI KEET DAN GUDANG 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pembuatan direksi keet dan gudang yang digunakan 
untuk tempat pertemuan dan penyimpanan barang sementara di lapangan. 
MMRI 2014 UNDIP 17
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2. Persyaratan Teknis 
2.1 Material 
1) Direksi keet dibuat dengan rangka kayu kelas III, dengan triplek 
tebal lebih besar/sama dengan 4 mm, atap seng gelombang BJLS 
25, lantai plesteran dengan campuran 1 PC : 5 PC, tebal = 10 cm, 
kaca nako, daun pintu dari triplek, dicat. 
2) Di direksikeet harus dilengkapi dengan : 
No Item Volume 
1 Papan Nama 1 bh 
2 Meja 1 bh 
3 Kursi 4 bh 
4 Kalender 1 bh 
5 Kotak Obat 1 set 
6 Papan Tulis/ White board 1 bh 
7 Papan Informasi 1 bh 
8 Papan untuk menempel Gambar kerja 1 bh 
3) Setelah pekerjaan selesai, lokasi yang digunakan sebagai 
direksikeet dan gudang harus dibongkar dan dibersihkan. 
5.5 FASILITAS OPERASIONAL 
1. Ruang Lingkup 
Fasilitas operasional kerja perlu dilengkapi oleh Kontraktor antara lain seperti 
alat komunikasi, operasional kantor kontraktor, listrik/penerangan, dan lain – 
lain sesuai kebutuhan di lapangan. 
MMRI 2014 UNDIP 18
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2. Alat Komunikasi 
2.1 Kontraktor harus menyediakan peralatan komunikasi berupa HT 
dilengkapi dengan RIG (bila perlu) yang diperlukan untuk komunikasi. 
2.2 Jika penguat/booster diperlukan, antenna booster harus disediakan untuk 
menjamin komunikasi yang baik/lancer antara alat komunikasi didalam 
seluruh area pekerjaan, termasuk ke stasiun terdekat. 
3. Listrik dan Penerangan 
3.1 Menyediakan dan memelihara semua penerangan sementara dan tenaga 
listrik sementara yang diperlukan untuk konstruksi. 
3.2 Menyediakan koneksi ke semua peralatan konstruksi yang memerlukan 
tenaga listrik. 
3.3 Menyediakan dan memelihara tenaga listrik sementara untuk peralatan 
mekanik permanen memerlukan layanan tenaga listrik sampai tenaga 
listrik tetap dapat digunakan. 
3.4 Menyediakan penerangan lapangan sementara untuk keamanan sesuai 
dengan arahan PPK/Konsultan. 
3.5 Menyediakan grounding untuk semua perangkat sesuai standar yang 
berlaku. 
3.6 Menyediakan semua item yang diperlukan untuk penerangan. 
3.7 Menyediakan dan menjaga semua peralatan layanan sementara sampai 
kerja permanen terinstal dan diaktifkan. 
3.8 Kesalahan-kesalahan yang terjadi sebagai akibat kelalaian di dalam 
penyediaan, penggunaan dan perawatan peralatan akibat dari tenaga 
listrik selama proses pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab 
kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai 
MMRI 2014 UNDIP 19
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap 
syarat dan ketentuan yang ada. 
6 Telepon Sementara 
Kontraktor akan menyediakan layanan telepon sementara selama konstruksi 
untuk kelancaran komunikasi. 
7 Petunjuk Panggilan Darurat 
Kontraktor harus menyediakan daftar lokasi terdekat dan bekerja sama dengan 
instansi terkait seperti polisi, rumah sakit atau pelayanan kesehatan di Direksi 
keet, untuk mengantisipasi apabila terjadi keadaan darurat. 
5.6 PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN 
1. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan 
mengatur lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga 
kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya. 
2. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai 
petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan. 
3. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada 
pemilik proyek, kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari 
segala macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran 
dan bangunan – bangunan sementara, termasuk pengangkutnya tanpa tambahan 
biaya. 
5.7 KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 
1. Ruang Lingkup 
Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan 
Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pekerjaan. 
MMRI 2014 UNDIP 20
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2. Pedoman dan Standar 
2.1 Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 
2.2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang 
bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 
2.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 245?MEN/1990 tentang 
Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional. 
2.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per.05/MEN/1996 tentang 
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 
3. Keselamatan Kerja 
3.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa 
pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan 
keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi. 
3.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan 
melengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, 
rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dan lain-lain. 
3.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam 
pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan 
memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang 
berlaku (Jamsostek). 
3.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat 
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam 
keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala 
kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan. 
3.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan 
di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, 
MMRI 2014 UNDIP 21
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan 
pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda 
keras. 
3.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang 
layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat 
penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak 
diperkenankan, kecuali atas ijin PPK. 
3.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu 
kepada Konsultan dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan 
korban-korban kecelakaan itu. 
4. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 
4.1 Kontraktor harus membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 
4.2 SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi. 
4.3 Kontraktor harus menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, 
Tim Direksi, dan Konsultan. 
5.8 DAMPAK LINGKUNGAN 
1. Pertimbangan Lingkungan 
1.1 Kontraktor akan membangun fasilitas, sehingga tidak satupun pekerjaan 
mempunyai dampak merugikan pada lingkungan, komunitas serta 
fasilitas lalu lintas lainnya. 
1.2 Pertimbangan harus dilakukan sebagai berikut, tetapi tidak terbatas pada : 
1). Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk meminimalkan 
emisi polusi udara 
2). Pengendalian sulfur dioksida dan polutan udara lainnya 
3). Pemisahan air limbah industri dan kota 
MMRI 2014 UNDIP 22
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4). Reklamasi air limbah 
5). Pemulihan dan daur ulang bahan – bahan yang sesuai 
6) Pengendalian kebisingan kendaraan 
7) pengendalian kebisingan dari industry dan fasilitas komersial 
8) Batasan getaran 
9) Pelestarian tanah alam sedapat mungkin 
10) Pelestarian situs arkeologi 
2. Perlindungan Lingkungan 
2.1 Kontraktor harus menyadari dan mengikuti praktek-praktek perlindungan 
lingkungan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh otoritas dan 
instansi terkait yang relevan. 
2.2 Lanau dan lumpur yang diklarifikasikan sebagai limbah bahan tidak 
boleh dibuang langsung ke perairan dekat pantai. Bahan ini akan dibuang 
di TPA yang disetujui. 
2.3 Limbah / sisa material dengan klasifikasi bahan kimia berbahaya atau 
tidak berbahaya akan dibuang dan/atau disimpan di TPA yang disetujui. 
2.4 Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat untuk perlindungan 
lingkungan hidup tetapi semua biaya yang daripadanya akan dimasukan 
dalam harga kontrak dibayarkan item. 
3. Pengendalian Dampak Lingkungan 
3.1 Kontraktor wajib mengikuti ketentuan yang ada dalam usaha pelaksanaan 
pengendalian lingkungan. 
3.2 Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain : 
 Banjir 
 Longsor 
 Debu 
MMRI 2014 UNDIP 23
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
 Suara 
5.9 JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU 
1. Ruang Lingkup 
Bagian ini mencakup persyaratan untuk jaminan dan pengendalian mutu 
produk, hasil kerja dan penyiapan sertifikat pemenuhan persyaratan. 
2. Persyaratan Umum 
2.1 Material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi 
persyaratan yang berlaku dalam hal ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas 
yang ditentukan, kecuali secara spesifik ditentukan bebas dari 
persyaratan. 
2.2 Konsultan dan PPK mempunyai hak untuk menolak material atau cara 
dan hasil kerja yang tidah sesuai dengan persyaratan, pada setiap saat. 
2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak 
oleh Konsultan dan PPK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan 
kontrak dan/atau petunjuk dari konsultan tanpa tambahan biaya. 
2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPK akan 
melakukan pembongkaran atas biaya dari kontraktor. 
2.5 Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar 
desain yang telah ditetapkan. 
5.10 SUBMITTAL 
1. Ruang Lingkup 
Bagian ini mencakup persyaratan dan prosedur pengajuan dokumen yang 
diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan, 
ijin pelaksanaan pekerjaan, material, sub kontraktor, gambar kerja (Shop 
MMRI 2014 UNDIP 24
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Drawing), metode pelaksanaan pekerjaan, usulan review desain, perubahan 
pelaksanaan pekerjaan (variation order) dan gambar pelaksanaan hasil 
pekerjaan (as built drawing). 
2. Persyaratan Umum 
2.1 Pengajuan submittal harus disertai surat penyampaian, yang berisi : 
1) Nomor dan tanggal penyampaian / revisi penyampaian 
2) Nama proyek, paket dan bagian pekerjaan 
3) Nama kontraktor, sub kontraktor dan pemasok / supplier 
4) Indentifikasi dan spesifikasi produk dan material 
5) Hal – hal yang diperlukan untuk indentifikasi dan konfirmasi yang 
terkait pengajuan. 
2.2 Dalam setiap pengajuan submittal, Kontraktor dianggap sudah 
mempelajari, mengetahui dan memeriksa dokumen kontrak. 
2.3 Pengajuan yang tidak disetujui akan diberikan catatan dan dikembalikan 
kepada Kontraktor, Kontraktor harus melakukan perbaikan dan diajukan 
kembali. 
3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan. 
3.1 Kontraktor harus menyampaikan jadwal pelaksanaan Pekerjaan yang 
berisi antara lain uraian item pekerjaan, urutan dan keterkaitan antar 
bagian pekerjaan, bobot pekerjaan, bobot rencana mingguan dan bulanan 
serta mencantumkan grafik kurva-S. 
3.2 Jadwal pelaksanaan yang telah disetujui akan dijadikan paduan dalam 
melakukan evaluasi secara periodik. 
4. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan 
4.1 Kontraktor harus mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada 
Konsultan sesui format yang disediakan Konsultan. 
MMRI 2014 UNDIP 25
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4.2 Konsultan akan melakukan pengecekan di lapangan sesuai ijin 
pelaksanaan yang diajukan. 
4.3 Pada pekerjaan yang bersifat khusus, Kontraktor harus mengajukan 
metode kerja dan mempresentasikan kepada PPK dan Konsultan. 
5. Material 
5.1 Kontraktor harus menyampaikan contoh material/peralatan atau brosur 
material yang akan digunakan untuk pekerjaan sesuai dengan gambar dan 
spesifikasi teknis dan mendapat persetujuan dari PPK. 
5.2 Contoh material harus dalam ukuran dan kuantitas yang cukup untuk 
dilihat secara visual, termasuk data lokasi dan teknis produksi dari 
pemasok. 
5.3 PPK dapat meminta pengujian tambahan dan/atau pemeriksaan 
laboratorium atas bahan, material dan/atau produk oleh pihak 
independen, bila diperlukan. 
5.4 Kontraktor tidak boleh memesan bahan atau memulai pembuatan suatu 
produk sebelum pengajuan disetujui dan ditanda tangani oleh PPK 
dengan rekomendasi Konsultan. 
6. Sub Kontraktor 
6.1 Perusahaan Sub Kontraktor harus disetujui oleh PPK 
6.2 Kontraktor harus mengajukan usulan Sub Kontraktor kepada PPK. 
6.3 PPK dibantu Konsultan mengadakan pemeriksaan terhadap kemampuan 
yang dimiliki Sub Kontraktor sesuai ketentuan dalam peraturan yang 
berlaku. 
6.4 Pengajuan usulan harus dilengkapi dengan dokumen yang berisi 
cpmpany profil, daftar pengalaman, jenis pekerjaan dan hal-hal lain yang 
dianggap perlu untuk penilaian. 
MMRI 2014 UNDIP 26
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
7. Gambar Kerja (Shop Drawing) 
7.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Gambar 
Kerja (Shop Drawing). 
7.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) harus disetujui oleh Kontraktor, 
Konsultan dan PPK. 
7.3 Pengajuan Gambar Kerja Harus mengacu kepada gambar rancangan 
(desain) dan spesifikasi teknis yang sudah disetujui oleh Kementerian 
Pekerjaan Umum. 
7.4 Dalam melakukan pembuatan gambar kerja, Kontraktor harus melakukan 
penelitian terhadap gambar rancangan (desain) yang sudah ditetapkan. 
Apabila terjadi perbedaan antara kondisi lapangan dan gambar rancangan 
(desain) maka kontraktor dapat mengajukan usulan perubahan / review 
desain. 
7.5 Kontraktor dalam melakukan penelitian desain (spesifikasi teknis dan 
gambar rancangan) harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana. 
7.6 Untuk mendapatkan hasil kerja yang Optimal, Kontraktor diminta selalu 
berkoordinasi dengan Konsultan dan pihak terkait. 
7.7 Perhitungan volume untuk semua item pekerjaan mengacu kepada shop 
drawing yang telah disetujui. 
7.8 Gambar Kerja dibuat dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy (dalam 
bentuk CAD dan PDF File). 
8. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan 
Kontraktor harus mengajukan metode kerja dengan memperhatikan hal-hal 
sebagai berikut : 
8.1 Lokasi dan aksesibilitas tempat berlangsungnya pekerjaan. 
MMRI 2014 UNDIP 27
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
8.2 Gambar kerja dan persyaratan teknis serta alokasi waktu untuk pekerjaan 
yang bersangkutan. 
8.3 Jumlah dan kapasitas sumberdaya yang diperlukan untuk pekerjaan yang 
bersangkutan. 
8.4 Uraian detail aktifitas pekerjaan dengan mempertimbangkan kepada 
kondisi yang ada selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk gambar 
skematik, bagan alir bagian pekerjaan lain dengan menggunakan software 
seperti Microsoft project, Primavera dan lain – lain. 
8.5 Uraian dan perhitungan struktur pengaman sementara yang diperlukan. 
8.6 Aspek lingkungan dan social disekitar lokasi kerja. 
8.7 Pengamanan utilitas dan/atau infrastruktur yang ada disekitar, baik 
dibawah atau diatas lokasi kerja. 
8.8 Pengamanan/Rambu-rambu lalu lintas. 
9. Usulan Perubahan Desain (Review Desain) 
Perubahan gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis harus mendapat 
persetujuan Konsultan dan PPK untuk perubahan kecil (minor), Jika perubahan 
yang harus dilakukan besar (major) maka harus mendapat persetujuan 
Kementerian Pekerjaan Umum. 
10. Perubahan Pekerjaan (Variation Order) 
10.1 Jika ada perubahan Pekerjaan Kontraktor harus mengajukan secara 
tertulis. 
10.2 Pengajuan dilengkapi dengan gambar awal dan gambar perubahan secara 
detail. 
10.3 Jika ada perubahan biaya dan waktu pelaksanaan yang ditimbulkan akibat 
perubahan tersebut, maka perlu dibahas lebih lanjut dengan PPK untuk 
memperoleh persetujuan dengan rekomendasi Konsultan. 
MMRI 2014 UNDIP 28
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
11. Gambar Hasil Pelaksanaan Pekerjaan (As Built Drawing) 
11.1 Kontraktor harus menyampaikan gambar “as-built” pada akhir 
pelaksanaan konstruksi untuk mendapat persetujuan dari konsultan dan 
PPK. 
11.2 As Built Drawing di sampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari 
setelah serah terima akhir. 
11.3 Kontraktor harus menyampaikan gambar “as built drawing” yang telah 
disetujui sebanyak : 
1) 1 (satu) set asli 
2) 5 (lima) set copy dijilid 
3) Rekaman soft copy dalam CD atau jenis lainnya dalam bentuk 
CAD dan PDF file. 
5.11 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN 
1. Ketentuan Umum 
1.1 Pengujian sample di laboratorium harus dilakukan di laboratorium 
independent yang telah disetujui oleh PPK/Konsultan. 
1.2 Kontraktor harus melakukan pengujian yang diperlukan untuk menjamin 
kualitas yang ditetapkan sesuai arahan Konsultan / PPK. 
1.3 Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian 
ditanggung oleh Kontraktor. 
2. Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian 
2.1 Kontraktor wajib memfasilitasi Konsultan dan PPK dalam pelaksanaan 
pengujian. 
2.2 Konsultan dan PPK dapat meminta tambahan pengujian jika perlu 
2.3 Hasil pemeriksaan dan pengujian harus didokumentasi 
MMRI 2014 UNDIP 29
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2.4 Kontraktor harus menyiapkan personil untuk menyaksikan proses 
pemeriksaan dan pengujian 
2.5 Kontraktor harus menyiapkan alat uji yang diperlukan. 
5.12 RAPAT PROYEK 
1. Ruang Lingkup 
Bagian ini mencakup persyaratan untuk pertemuan pra-konstruksi, koordinasi 
rutin pertemuan dan kemajuan dan distribusi menit dan informasi terkait. 
2. Persyaratan Umum 
2.1 Konsultan harus mengadakan rapat Pra-Konstruksi, Rapat Berkala, dan 
Rapat khusus selama pelaksanaan pekerjaan. 
2.2 Perwakilan kontraktor, subkontraktor dan pemasok harus menghadiri 
rapat yang diselenggarakan oleh Konsultan dan PPK. 
2.3 Konsultan adalah pemimpin rapat dan membuat risalah rapat untuk 
semua proses yang dijalankan. 
2.4 Hasil rapat harus didistribusikan kepada seluruh stakeholder. 
3. Rapat Pra-Konstruksi Dengan Agenda 
Dalam rapat pra-konstruksi dibahas hal-hal sekurang – kurangnya : 
3.1 Organisasi Kerja 
3.2 Program Kerja 
3.3 Jadwal Pelaksanaan 
3.4 Program Mutu 
3.5 Prosedur pelaksanaan pekerjaan seperti pengajuan submittal, rencana 
perubahan ruang lingkup, dan lain-lain. 
3.6 Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) 
3.7 Pelaksanaan Program pengendalian Dampak Lingkungan 
MMRI 2014 UNDIP 30
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
3.8 Rencana pelaksanaan pemeriksaan lapangan bersama. 
4. Rapat Kemajuan Pekerjaan 
4.1 Jadwal rutin, dan pertemuan untuk kemajuan pekerjaan. 
4.2 Agenda rapat : 
1) Review dan persetujuan risalah rapat sebelumnya. 
2) Observasi lapangan, kendala selama pekerjaan. 
3) Masalah yang menghambat kemajuan pekerjaan 
4) Pninjauan ke pabrik dan jadwal pengiriman. 
5) Tindakan korektif dan prosedur yang diperlukan untuk 
mempertahankan target yang ditetapkan. 
6) Jadwal pekerjaan yang akan dating 
7) Jadwal shop drawing dan tanggal persetujuan 
8) Proposal perubahan untuk penyelesaian pekerjaan 
9) Dan lain – lain yang diperlukan. 
5.13 PELAPORAN 
1. Laporan Harian 
Kontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa – 
peristiwa penting yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh 
yang diperkerjakan, waktu operasi peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta 
penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau peralatan, kemajuan yang dibuat 
dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh Konsultan 
Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan 
Pengawas. 
MMRI 2014 UNDIP 31
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2. Laporan Mingguan 
Kontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada 
hari Selasa setiap minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa – 
peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja 
yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke depan beserta perencanaan sumber 
daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ). 
3. Laporan Bulanan 
3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada 
Konsultan paling lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini 
menggambarkan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan keterlambatan 
beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, kondisi mateorologi, 
jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan sumber daya yang 
akan digunakan (tenaga, material dan peralatan). 
3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah 
disetujui oleh Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada 
PPK. 
5.14 SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN 
1. Persiapan Serah Terima hasil Pekerjaan 
Kontraktor harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil 
pekerjaan, antara lain : 
1.1 Melakukan pembersihan lapangan. 
1.2 Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan. 
1.3 Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian. 
1.4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan 
pengujian. 
MMRI 2014 UNDIP 32
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
1.5 Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian. 
1.6 Menyiapkan dokumen – dokumen untuk proses serah terima hasil 
pekerjaan. 
2 Ketentuan Pelaksanaan serah Terima Hasil Pekerjaan 
Ketentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut : 
2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah 
terima hasil pekerjaan. 
2.2 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan 
dengan konsultan dan tim PPK. 
2.3 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual) 
2.4 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila 
seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima 
oleh PPK. 
5.15 MASA PEMELIHARAAN 
1. Ruang Lingkup 
Masa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau 
rusak hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan 
yang telah ditetapkan. 
2. Masa Pemeliharaan 
2.1 Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen 
kontrak mulai dari tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ 
PHO. 
2.2 Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan 
surat permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat 
Komitmen). 
MMRI 2014 UNDIP 33
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2.3 Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam 
kondisi baik maka PPK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima 
Kedua (ST 2)/ FHO. 
3. Ketentuan Pelaksanaan Pemeliharaan 
3.1 Kontraktor harus melakukan pemeriksaan secara ruin untuk menjaga 
kondisi hasil pekerjaan tetap baik selama masa pemeliharaan. 
3.2 Kontraktor harus membuat laporan bulanan hasil pemeriksaan rutin 
selama masa pemeliharaan. 
3.3 Setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka perbaikan hasil 
pekerjaan harus diinformasikan kepada PPK. 
3.4 Kontraktor harus memperbaiki hasil pekerjaan yang mengalami cacat 
atau rusak selama masa pemeliharaan. 
3.5 Biaya timbul akibat pelaksanaan perbaikan menjadi tanggung jawab 
kontraktor. 
6. PEKERJAAN FISIK BANGUNAN PELENGKAP 
6.1 PEKERJAAN PEMBONGKARAN 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pembuangan material yang tidak diperkenankan di lokasi 
seperti pasangan batu dari bangunan, pagar, struktur atau bangunan lainnya. 
Pekerjaan ini juga mencakup pemindahan material tertentu karena masih 
digunakan atau memerlukan proses untuk penghapusan. 
2. Pedoman Standar 
 Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan dan Pengendalian Mutu 
Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” 
MMRI 2014 UNDIP 34
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4. Submital 
Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital” 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
Tidak ada 
5.2 Peralatan 
Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan disesuaikan 
dengan kebutuhan lapangan minimal : 
1) Jack Hammer atau palu mekanis 
2) Excavator 
5.3 Pelaksanaan 
1) Seluruh jenis material yang masih dapat dipergunakan harus 
dicatat, disimpan dan dijaga di tempat yang telah ditentukan oleh 
konsultan. Sedangkan material yang tidak dapat digunakan harus 
dibuang keluar lokasi pekerjaan. 
2) Sebelum memulai setiap penggalian atau pembongkaran pekerjaan, 
Kontraktor harus melakukan survey pekerjaan yang ada dan 
memeriksa gambar Spesifikasi untuk menentukan sejauhmana 
pekerjaan tersebut dilakukan. 
3) Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembongkaran sesuai 
ruang yang ditentukan sebagai lokasi kerja, seperti terlihat dalam 
gambar atau arahan Konsultan. 
4) Struktur drainase yang digunakan tidak boleh dipindahkan sebelum 
mendapat ijin dari konsultan. 
5) Kontraktor harus melakukan koordinasi dengan instansi terkait 
sebelum dan selama melaksanakan pembongkaran. 
MMRI 2014 UNDIP 35
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
6) Semua material yang dapat dipakai lagi harus dipindahkan tanpa 
kerusakan, dalam bentuk potongan-potongan atau serpihan yang 
diangkut dan harus disimpan oleh Kontraktor pada tempat yang 
ditentukan. Tempat penyimpanan harus aman dan tidak boleh 
mengganggu pelaksanaan konstruksi pengaspalan dan bangunan 
pelengkap lainnya. 
7). Kontraktor harus mengamankan dan merapihkan lokasi bekas 
bongkaran struktur agar tidak membahayakan lingkungan sesuai 
arahan Konsultan. 
8) Setiap kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan 
pembongkaran harus diperbaiki atau diganti tanpa biaya tambahan 
kepada PPK. 
9) Debu/Kotoran/polusi akibat pembongkaran dan atau pemberihan 
tidak boleh mengganggu lingkungan sekitar. 
10) Kontraktor harus melakukan antisipasi terkait proses pelaksanaan 
pekerjaan yang dapat menghasilkan kerusakan/gangguan 
lingkungan. 
6.2 PEMBERSIHAN LAHAN 
1. Ruang Lingkup 
Pembersihan lahan adalah pekerjaan pembersihan lahan dari semua pohon-pohon, 
sisa-sisa bangunan, vegetasi, sampah, material-material yang tidak 
diinginkan termasuk pembuangan tunggul, akar-akaran dan material-material 
buangan yang dihasilkan dari pengupasan baik di daerah timbunan maupun 
galian termasuk pengupasan humus, Semua material hasil pembersihan lahan 
haurs dibuang ke lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan. 
MMRI 2014 UNDIP 36
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2. Pedoman Standar 
 Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan dan Pengendalian Mutu 
Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” 
4. Submital 
Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital” 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
Tidak ada 
5.2 Peralatan 
Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini minimal : 
1). Buldozer/Motor Grader/Ecavator 
Peralatan selain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus 
diajukan dan mendapat persetujuan dari konsultan. 
5.3 Pelaksanaan 
1) Melakukan survey batas wilayah yang akan dikerjakan dan benda 
yang akan dibersihkan seperti pohon, semak, tanaman dan lain-lain. 
2) Menjaga benda-benda yang menghalangi konstruksi harus 
dibersihkan/dibuang. 
3) Semua benda-benda yang menghalangi konstruksi harus 
dibersihkan/dibuang. 
4) Pengupasan tanah dilakukan dengan kedalaman maksimum 50 cm 
dari permukaan tanah asli. 
MMRI 2014 UNDIP 37
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
5) Hasil survey rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan 
pengukuran setelah kegiatan dilaksanakan harus disetujui oleh 
Konsultan. 
6.3 GALIAN UNTUK BANGUNAN STRUKTUR 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggalian sesuai dengan gambar kerja, 
pengangkutan material dari lokasi galian ke lokasi pembuangan yang ditunjuk, 
pembuatan konstruksi pengaman jika diperlukan, dan pembuatan fasilitas lain 
yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan ini. 
2. Pedoman Standar 
1) Peraturan yang berlaku di Indonesia 
 Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang 
diatur di bagian ini. 
4. Submittal 
Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital” 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
Dalam pekerjaan ini tidak diperlukan material kecuali jika terjadi 
kelebihan penggalian, maka material yang digunakan harus sesuai dengan 
persyaratan yang tercantum dalam pekerjaan timbunan atau disetujui oleh 
Konsultan. 
5.2 Peralatan 
Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini minimal : 
MMRI 2014 UNDIP 38
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
1) Excavator/Backhoe 
2) Alat pemecah batu (jack hammer, palu dan lain-lain) 
Peralatan lain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan 
dan mendapat persetujuan dari Konsultan. 
5.3 Pelaksanaan 
1) Survei Lapangan 
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. 
Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau 
diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka kontraktor harus 
mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 
2) Stabilitas Lereng 
a. Kontraktor harus menjamin kestabilan lereng batuan, selama 
periode pelaksanaan. Jika diperlukan Kontraktor harus 
membuat pengamanan sementara. 
b. Konstruksi pengamanan sementara dan metode kerja harus 
diajukan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan. 
3) Kelebihan Penggalian 
Kelebihan penggalian harus ditimbun kembali oleh Kontraktor 
dengan material yang disetujui oleh Konsultan. Biaya yang terjadi 
akibat pelaksanaan pekerjaan penimbunan kembali akibat 
kelebihan penggalian menjadi tanggung jawab kontraktor. 
4). Pembersihan Lokasi 
Semua material seperti batu bata, batu, sisa beton atau pasangan 
batu, barang yang dapat merusak struktur, sampah, barang-barang 
buangan, atau pecahan bekas jalan aspal yang menjadi penghalang 
MMRI 2014 UNDIP 39
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
pelaksanaan pekerjaan harus dibuang ke tempat yang disetujui oleh 
Konsultan. 
5) Aliran Air 
a. Kontraktor harus membuang drainase atau memindahkan 
aliran air yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan termasuk 
pekerjaan pemompaan air dari lokasi galian. 
b. Kontraktor harus memperhitungkan kondisi volume aliran air 
yang akan terjadi seperti pada saat hujan. 
c. Kontraktor harus mengantisipasi banjir ke wilayah sekitar 
akibat dari pelaksanaan pekerjaan. 
d. Kontraktor harus menjamin kelancaran aliran air dengan 
melakukan pemeliharaan dan pembersihan saluran air yang 
melewati lokasi pekerjaan sehingga tidak mengganggu 
pelaksanaan pekerjaan. 
6) Material Hasil Galian 
a. Semua material galian prinsipnya harus dibuang. 
b. Jika material galian dinilai dapat digunakan, maka material 
tersebut harus diuji terlebih dahulu. 
c. Penggunaan kembali material galian harus mendapat 
persetujuan Konsultan. 
7) Lokasi Pembuangan 
a. Kontraktor mengajukan usulan lokasi pembuangan kepada 
Konsultan untuk mendapat persetujuan yang dilengkapi ijin 
pembuangan dari pemilik. 
b. Lokasi pembuangan mengacu kepada ketentuan mengenai 
lingkungan. 
MMRI 2014 UNDIP 40
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
6.4 TIMBUNAN DENGAN MATERIAL TANAH PILIHAN 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan material tanah pilihan, angkutan tanah ke 
lokasi, penghamparan dan pemadatan tanah untuk pembuatan timbunan tanah 
atau penimbunan kembali kelebihan galian sesuai gambar yang telah disetujui. 
2. Pedoman dan Standar 
2.1 Peraturan di Indonesia 
 Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
2.2 ASTM Standar 
 ASTM C 136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine 
and Coarse Agregates 
 ASTM C 142 Standard Test Method for Clay Lumps and 
Friable Particles in Agregates 
 ASTM C 235 Method of Test for Scratch Hardness of Coarse 
Agregate Particles 
 ASTM D 421 Standard Particles for Dry Preparation of Soil 
Samples for Particle-Size Analysis and 
Determination of Soil Constants 
 ASTM D 422 Standard Test Method for Particle-Size Analysis 
of Soils 
 ASTM D 698 Test Method for Laboratory Compaction 
Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 
12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3)) 
 ASTM D 854 Standard Test Methods for Spesific Gravity of 
Soil Solids by Water Pycnometer 
MMRI 2014 UNDIP 41
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
 ASTM D 1196 Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static 
Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement 
Components, for use in Evaluation and Design 
of Airport and Higway Pavements 
 ASTM D 1556 Standard Test Method for Density and unit 
Weight of Soil in Place by the Sand-Cone 
Method 
 ASTM D 1883 Standard Test Method for CBR (California 
Bearing Ratio) of Water (Moisture) of 
laboratory-Compected Soils 
 ASTM D 2216 Standard Test Method for laboratory 
Determination of Water (Moisture) Content of 
Soil and Rock by Mass 
 ASTM D 2937 Density of Soil in Place by the Drive Cylinder 
Method 
 ASTM D 4318 Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic 
Limit, and Plasticity Index of Soils 
 ASTM D 4429 Standard Test method for CBR (California 
Bearing Ratio) of Soils in Place. 
 ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compaction 
Determination at Shallow Depths Using 5-lb (2,3 
kg) Dynamic Cone Penetrometer. 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di 
bagian ini. 
MMRI 2014 UNDIP 42
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4. Submittal 
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
1). Karakteristik Material Tanah 
a. Material tanah pilihan tidak boleh mengandung bahan – 
bahan berbahaya, sampah, kotoran – kotoran dan material 
asing. 
b. Material yang diklasifikasikan oleh Unifield Classification 
System sebagai OL, OH, atau Pt tidak boleh digunakan 
sebagai material pilihan. 
c. Material pilihan harus memiliki batas cair maksimal 80% dan 
batas plastis maksimum 50% dengan indeks plastisitas 
(plasticity index) tidak lebih dari 30% sesuai ASTM D 4318. 
d. Nilai CBR laboratorium material timbunan (ASTM D 1883) 
tidak kurang dari 6% pada contoh tanah terendam (soaked) 
yang dipadatkan hingga 95% dari kepadatan kering 
maksimum sesuai ASTM D 698. 
e. Material tanah pilihan (borrow material) untuk timbunan 
tidak boleh mengandung Montmorillonite, Konsultan berhak 
untuk melakukan uji analisis mineral. 
f. Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow material) 
dilakukan oleh Konsultan dan unsure-unsur Ditjen 
Perkeretaapian untuk diuji dilaboratorium dalam rangka 
persetujuan untuk dapat digunakan sebagai material 
timbunan. 
MMRI 2014 UNDIP 43
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Biaya yang timbul akibat pelaksanaan pengambilan contoh 
material menjadi tanggung jawab kontraktor. 
Kontraktor juga menyiapkan tenaga kerja dan alat yang 
diperlukan dalam rangka melakukan penyelidikan dan 
pengambilan contoh. 
Rencana waktu pelaksanaan pengambilan contoh dan 
pengujian harus diajukan sebelumnya kepada Konsultan. 
g. Hanya material yang disetujui oleh Konsultan yang dapat 
digunakan sebagai material timbunan. Jika material yang 
dikirim ke lokasi pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah 
disetujui, Konsultan dapat menolak material tersebut dan 
Kontraktor wajib membuangnya/membersihkan dari lokasi 
pekerjaan atas biaya sendiri. 
h. Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow pit) tidak 
boleh digali sebelum disetujui oleh Konsultan. 
i. Borrow pit harus dalam kondisi kering pada saat dilakukan 
pengambilan material. Pada saat pengambilan harus selalu 
memperhatikan stabilitas tanah untuk mencegah longsor 
akibat penggalian dan ketentuan mengenai lingkungan serta 
keselamatan kerja. 
5.2 Peralatan 
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah : 
1). Vibro roller/sheep foot roller 
2). Buldozer/Motor Grader 
3). Excavator 
4). Truck tangki air 
MMRI 2014 UNDIP 44
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
5.3 Pelaksanaan 
1) Survei Lapangan 
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. 
Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau 
diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus 
mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 
2) Pelaksanaan Penimbunan 
a. Tanah dasar / asli harus mempunyai daya dukung yang 
cukup untuk memikul beban dan tidak akan menyebabkan 
timbulnya penurunan yang berlebihan. 
Sesudah dilakukan pengupasan tanah asli, sebelum dilakukan 
penghamparan tanah timbunan, Kontraktor harus 
memastikan tanah dasar timbunan memiliki nilai kepadatan 
setara dengan CBR 6 % menggunakan uji DCP (Dynamic 
Cone Penetrometer) ASTM D 6951 atau alat lain yang setara. 
b. Jika tanah dasar / asli memiliki nilai kepadatan setara dengan 
CBR kurang dari 6 % menggunakan uji DCP atau alat lain 
yang setara, maka harus dilaksanakan pekerjaan perbaikan 
tanah dasar ASTM D 6951. 
c. Metode perbaikan tanah dasar harus diusulkan dan disetujui 
oleh Konsultan dan PPK. 
d. Setelah dipastikan kondisi tanah dasar baik sesuai kaidah – 
kaidah rekayasa teknik sipil, pekerjaan timbunan dapat 
dilaksanakan. 
e. Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar 
timbunan untuk mendapatkan hasil pemadatan yang merata. 
MMRI 2014 UNDIP 45
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
f. Bongkahan tanah yang berukuran lebih dari 20 cm harus 
dihancurkan terlebih dahulu sebelum pemadatan. 
g. Pada lokasi timbunan dilereng, permukaan lereng dibuat 
bertangga dengan tinggi maksimum 30 cm. 
h. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan 
hamparan masing-masing lapisan tidak boleh lebih dari 30 
cm sebelum pemadatan dan setiap lapis dilakukan 
pengukuran elevasi. 
i. Uji coba pemadatan (trial embankment) terhadap material 
timbunan harus dilakukan pada saat awal untuk mengetahui 
ketebalan lapisan dan jumlah minimum lintasan yang 
diperlukan untuk mencapai hasil yang disyaratkan dengan 
panjang lintasan 50 m. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) test 
kepadatan (density test) harus dilakukan untuk meyakinkan 
hasil test ini. 
j. Uji coba pemadatan (trial embankment) harus dilakukan 
kembali jika terjadi perubahan terhadap material timbunan 
dan alat yang digunakan. 
k. Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan kepadatan 
kering (dry density) minimal 95% dari maksimum Kepadatan 
Kering yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698. 
l. Material yang disetujui sebagai material timbunan harus 
memiliki kadar air mendekati kadar air optimum pemdatan. 
Kontraktor harus menambahkan air kepada material 
timbunan untuk mendapatkan kadar air material timbunan 
yang cukup untuk pemadatan. Jika kadar air material 
MMRI 2014 UNDIP 46
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
timbunan dirasa melebihi kadar air optimum, maka 
kontraktor harus menunggu hingga kadar air mendekati 
optimum. 
m. Material timbunan harus dilindungi untuk menjaga kadar air. 
3). Pengujian Hasil Pemadatan 
a. Pengujian terhadap hasil pemadatan per lapis dapat 
menggunakan metode sesuai ASTM D 1556 Standard Test 
method for Density and Unit Weight of Soil in Place by the 
Sand-Cone Method atau ASTM D 7380 Standard Test 
Method for Soil Compectioan Determination at Shallow 
Depth Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer atau 
ASTM D 4429 Standard Test Method for CBR (California 
Bearing Ratio) of Soils in Place kecuali lapis terakhir. 
b. Hasil pengujian di atas harus dipadatkan minimum hingga 
95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASMT D 698 
atau minimum setara nilai CBR sebesar 6% dari contoh 
material terendam kecuali lapis terakhir. 
c. Pengujian hasil pemadatan lapis terakhir dengan ketebalan 
30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 
Standard Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load 
Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in 
Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement 
dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 
MN/m3 (11 kg/cm3). 
d. Pengujian hasil pemadatan harus dilakukan setiap 500 m2 
untuk setiap lapisan tanah yang dipadatkan. 
MMRI 2014 UNDIP 47
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
6.5 TIMBUNAN AGREGAT SEBAGAI PONDASI JALAN 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penghamparan dan pemadatan material pilihan 
pada bangunan struktur 
2. Pedoman dan Standar 
2.1 Peraturan Indonesia 
 Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
2.2 ASTM Standard 
 ASTM D 136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine 
and Coarse Aggregates 
 ASTM D 142 Standard Test Method for Clay Lumps and 
Friable Particles in Aggregates 
 ASTM D 235 Method of test for Scratch Hardness of Coarse 
Aggregate Particles 
 ASTM D 698 Test Method for Laboratory Compaction 
Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 
12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3)) 
 ASTM D 1196 Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static 
Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement 
Components, for use in Evaluation and Design 
of Airport and Higway Pavements 
 ASTM D 4318 Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic 
Limit, and Plasticity Index of Soils 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di 
bagian ini. 
MMRI 2014 UNDIP 48
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4. Submittal 
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
1). Karakteristik Material Berbutir 
a. Batu kali atau batu gunung berkualitas baik, kers, tidak poros 
dan tidak boleh berukuran lebih dari 25 cm. 
b. Berbentuk pecah/bulat, pasir, atau kombinasinya. 
c. Material berbutir tidak boleh mengandung lumpur dan bahan 
organic sebagai berikut : 
 Lumpur (ASTM C 235) > 5 % 
 Bahan Organik (ASTM C 142) > 5 % 
d. Gradasi material berbutir (ASTM C 136) 
 Ukuran maksimum 40 mm 
 Material lolos saringan 4,75 mm 25% - 90% 
 Material lolos saringan 0,075 mm 0% - 10% 
2) Karakteristik Material Tanah 
Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan 
material tanah pilihan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang 
tercantum dalam pekerjaan “Timbunan Dengan Material Tanah 
Pilihan” 
5.2 Peralatan 
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah : 
1) Vibro roller 
2) Stamper 
MMRI 2014 UNDIP 49
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Peralatan selain di atas dapat digunakan namun sebelumnya harus 
diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan. 
5.3 Pelaksanaan 
1) Survei Lapangan 
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. 
Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau 
diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus 
mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 
2) Pelaksanaan Penimbunan 
a. Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan 
material tanah pilihan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi 
yang tercantum dalam pekerjaan “Timbunan Dengan 
Material Tanah Pilihan” 
b. Pekerjaan timbunan yang menggunakan tanah berbutir 
dilakukan sesuai dengan ketentuan dibawah ini : 
 Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh 
lebar timbunan dengan ketebalan tidak lebih dari 15 
cm setiap lapisan. 
 Pada lokasi timbunan di lereng, permukaan lereng 
dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 15 cm. 
 Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan 
Kepadatan kering (Dry Density) 100 % dari kepadatan 
kering maksimum yang didapat dari hasil pengujian 
ASTM D 698. 
 Peraltan pemadatan yang digunakan tidak boleh 
menyebabkan kerusakan atau pergeseran struktur. 
MMRI 2014 UNDIP 50
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
 Pekerjaan timbunan di belakang/di atas struktur beton 
tidak boleh dilaksanakan sebelum usia beton mencapai 
kekuatan tekannya (compressive strength) atau 
sebelum 28 hari, kondisi mana yang tercapai terlebih 
dahulu. 
3) Pengujian Hasil Pemadatan 
Pengujian hasil pemadatan pekerjaan timbunan dengan 
menggunakan material berbutir adalah sebagai berikut : 
a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, material yang akan 
digunakan sebagai material timbunan harus diuji terlebih 
dahulu dengan menggunakan metoda uji sesuai dengan 
ASTM D 698 dengan kepadatan kering maksimum 
(Maximum Dry Density) sebesar 100%. 
b. Pengujian hasil pemadatan lapisan terakhir dengan ketebalan 
30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 
Standard Test Method for nenrepetitive Static Plate Load 
Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for Use in 
Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement 
dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 
MN/m3. 
6.6 DINDING PENAHAN TANAH DENGAN PASANGAN BATU KALI 
1. Ruang Lingkup 
1) Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi 
perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada 
lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar. 
MMRI 2014 UNDIP 51
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk 
menyelesaikan pekerjaan ini. 
2. Pedoman dan Standar 
1) Standar Industri Indonesia (SII) 
2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982) 
3) American Association of State Highway and Transportation Officials 
(AASHTO). 
4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 
5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di 
bagian ini. 
4. Submittal 
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
1). Batu belah 
Batu harus menyerupai kubus, keras dan kuat dengan ukuran antara 
15 sampai 30 cm, atau ukuran lain yang disetujui oleh Konsultan. 
Batu harus relative rata dan bersudut. Permukaan dasar tidak 
kurang dari 1/16 dari permukaan depan dan lebar terkecil dari 
permukaan dasar harus lebih dari 1/10 dari panjang terbesar. 
2). Pipa Drainase 
Pipa untuk drainase adalah pipa PVC kelas D dengan diameter 2”. 
MMRI 2014 UNDIP 52
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
3). Mortar / Adukan 
Campuran mortar : 1 semen : 4 pasir, Persyaratan material semen 
dan pasir sesuai pada “Bagian Beton”. 
5.2 Pelaksanaan 
1) Survei lapangan 
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. 
Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau 
diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus 
mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 
2) Pembuatan Dinding Penahan tanah Dari Pasangan batu 
a. Setelah elevasi dasar tercapai, dilakukan penghamparan pasir 
urug dan dipadatkan untuk mendapatkan daya dukung yang 
seragam. 
b. Batu harus dalam kondisi bersih sebelum dipasang. Alas 
mortar harus dihampar disisi batu yang berdekatan sebelum 
pemasangan batu berikutnya. 
c. Ketebalan mortar minimum harus mencukupi sehingga tidak 
terjadi kontak langsung antara batuan. Batu harus ditekan 
pada tempatnya dan batu yang mempunyai muka berbeda 
lebih dari 20 mm dari muka pasangan atau lebih dari 30 mm 
dari muka batu yang berdekatan harus segera diperbaiki 
dengan menggeser dan memasang kembali. 
d. pada dinding pasangan batu harus dibuat saluran 
pembuangan air (weepholes) pada setiap 1 m persegi dan 
terbuat dari pipa PVC dengan diameter minimal 2 “. Pada 
sisi dalam weepholes dibungkus dengan potongan geotekstile 
MMRI 2014 UNDIP 53
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
atau injuk untuk menghindari masuknya tanah/pasir kedalam 
pipa yang mengakibatkan penyumbatan. 
e. Dinding bagian atas dibuat kepalaan dan diratakan halus 
dengan mortar. 
f. Pasangan batu harus terlindungi dari matahari dan harus 
dipertahankan basah selama minimal 3 hari setelah selesai 
dibuat. 
3) Pembuatan Siaran Pasangan Batu 
a. Siar pada permukaan dinding harus dibuat timbul. 
b. Siar dibuat mengikuti alur nut antara batu yang dipasang. 
c. Lebar siar minimum 20 mm 
d. Tebal siar antara 15-20 mm dibentuk seragam prismatic. 
e. Siar dibuat dengan campuran 1 : 4 (semen : pasir). 
6.7 DINDING PENAHAN TANAH DENGAN BETON BERTULANG 
1. Ruang Lingkup 
1) Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi 
perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada 
lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar. 
2) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk 
menyelesaikan pekerjaan ini. 
2. Pedoman dan Standar 
1) Standar Industri Indonesia (SII) 
2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982) 
3) American Association of State Highway and Transportation Officials 
(AASHTO). 
MMRI 2014 UNDIP 54
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 
5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di 
bagian ini. 
4. Submittal 
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
1). Beton 
Sebelum penempatan beton, pasir urug hrus dipasang dan 
dipadatkan dengan peralatan untuk mendapatkan daya dukung 
yang seragam pada pondasi beton. 
Pondasi beton harus dibuat dalam bentuk dan ukuran seperti 
tercantum dalam gambar, Pekerjaan beon harus sesui pesyaratan 
pada “bagian beton”. 
2). Pipa Drainase 
Pipa untuk drainase adalah pipa PVC kelas D dengan diameter 2”. 
3) Baja Tulangan 
Baja penahan untuk dinding penahan tanah menggunakan D ≥ 13 
baja U-39 dan D ≤ 13 baja U-24. Persyaratan baja tulangan sesuai 
pada “Bagian Beton”. 
5.2 Pelaksanaan 
1) Survei lapangan 
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. 
Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau 
MMRI 2014 UNDIP 55
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus 
mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 
2) Pembuatan Dinding Penahan Tanah Dari Beton Bertulang 
a. Dinding penahan pasangan beton bertulang harus dipasang 
pada permukaan yang telah disiapkan sebelum pada batas 
dan dengan kemiringan yang sesuai gambar. 
b. Penggalian tanah dasar yang akan digunakan untuk pondasi 
beton untuk dinding penahan tanah harus dilakukan sesuai 
dengan potongan melintang, kemiringan dan batas yang 
tercantum dalam gambar. 
c. Pada dinding beton bertulang harus dibuat saluran 
pembuangan air (weephole), pada setiap 1 m2 dan terbuat 
dari pipa PVC dengan diameter 2”. Pada sisi dalam weephole 
dibungkus dengan potongan geotekstile/injuk untuk 
menghindari masuknya tanah/pasir kedalam pipa yang 
mengakibatkan penyumbatan. 
3) Pemasangan Lubang Sulingan dan Dilatasi 
a. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang 
sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak 
antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu ke sumbu lainnya dan 
harus berdiameter minimal 50 mm. 
b. Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan 
tanah, maka dilatasi harus dibentuk untuk panjang struktur 
tidak lebih dari 20 m, Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan 
harus diteruskan sampai keseluruhan tinggi dinding. Batu 
yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih 
MMRI 2014 UNDIP 56
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak 
yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas. 
c. Timbunan dibelakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase 
Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih 
sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut 
jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut 
melewati sambungan. 
6.8 PASANGAN BATU 
1. Ruang Lingkup 
Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pasangan batu kali untuk saluran. 
2. Pedoman dan Standar 
1) Standar Industri Indonesia (SII) 
2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982) 
3) American Association of State Highway and Transportation Officials 
(AASHTO). 
4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 
5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di 
bagian ini. 
4. Submittal 
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 
MMRI 2014 UNDIP 57
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
1). Material Batu 
a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak 
dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu 
harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau 
lemah. 
b. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat 
ditempatkan saling mengisi bila dipasang bersama-sama. 
c. Batu berpori digunakan untuk bagian dilatasi. 
2). Adukan 
a. Mortar atau adukan untuk pasangan batu kali harus terdiri 
dari campuran 1 bagian Portland cement dan 4 bagian pasir 
berdasarkan perbandingan berat. 
b. Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau 
kantung penyaring untuk pekerjaan pasangan batu harus 
memenuhi kebutuhan. 
5.2 Pelaksanaan 
1) Survei lapangan 
Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. 
Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau 
diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus 
mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 
2) Pekerjaan Galian 
a. galian harus dibuat lurus, sesuai dengan potongan melintang 
yang terdapat pada gambar kerja. 
MMRI 2014 UNDIP 58
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
b. Setelah galian tanah sudah mencapai level yang disetujui, 
kemudian dipadatkan dengan alat pemadat stamper. 
3) Pemasangan Batu 
a. Pada lapisan pertama agar digunakan batu besar, pemilihan 
sudut batu agar dilakukan untuk membentuk penguncian 
antar batu. 
b. Btu harus dipasang dengan muka terpanjang mendatar. 
c. peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu 
yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua 
orang. 
d. Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi 
sampai merata dan dalam waktu yang cukup sehingga untuk 
memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. 
Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus 
dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar 
pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan 
dipasang. 
e. Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 3 cm 
sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk 
menjamin bahwa seluruh rongga antar batu yang dipasang 
terisi penuh. 
f. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada 
suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang 
pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu 
menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai 
pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar dan 
MMRI 2014 UNDIP 59
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi 
dengan adukan yang baru. 
g. Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan 
hamper rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak 
sampai menutup batu, sebagai mana pekerjaan dilaksanakan. 
h. Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horizontal dari 
seluruh pasangan batu harus dikerjakan dengan tambahan 
adukan tahan cuaca setebal 3 – 5 cm, dan dikerjakan sampai 
permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang 
dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang 
dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukan 
kedalam dimensi struktur yang disyaratkan. 
i. Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih 
baru, seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari bekas 
adukan. 
j. Permukaan yang telah selesai harus dirawat. 
k. Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup 
kuat, dan dalam waktu yang tidak lebih dini dari 7 hari, 
setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan 
kembali dapat dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan. 
4). Pemasangan Lubang Sulingan dan Dilatasi 
a. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang 
sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak 
antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu ke sumbu lainnya dan 
harus berdiameter minimal 50 mm. 
MMRI 2014 UNDIP 60
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
b. Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan 
tanah, maka dilatasi harus dibentuk untuk panjang struktur 
tidak lebih dari 20 m, Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan 
harus diteruskan sampai keseluruhan tinggi dinding. Batu 
yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih 
sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak 
yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas. 
c. Timbunan dibelakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase 
Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih 
sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut 
jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut 
melewati sambungan. 
6.9 PASANGAN BATU KOSONG DAN BRONJONG 
1. Ruang Lingkup 
1). Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan baik batu yang diisikan 
kedalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada 
landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjuk dalam pada 
gambar dan memenuhi spesifikasi ini. 
2) Pemasangan harus dilakukan pada tebing sungai, lereng timbunan, lereng 
galian dan permukaan lain yang terdiri dari bahan yang mudah tererosi 
dimana perlindungan terhadap erosi dikehendaki. 
2. Pedoman Dan Standar 
1) Standar Nasional Indonesia (SNI) 
 SNI 03-2417-1991 Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan 
Mesin Abrasi Los Angeles. 
MMRI 2014 UNDIP 61
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
2) AASHTO Standard 
 AASHTO M279 – 89 Zinc Coated Wire Fencing 
3) ASTM Standard 
 ASTM A 239 Uniformity of Coating, Dreece Test 
 ASTM B 117 Salt Spray Exposure Test 
4) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di 
bagian ini. 
4. Submittal 
Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 
5. Persyaratan Teknis 
5.1 Material 
1). Kawat Bronjong 
Spesifikasi kawat bronjong ssuai dengan SNI 03-0090-1999. 
Ukuran anyamannnya 80 mm x 100 mm dengan dia kawat 
anyaman 3,00 mm, kawat sisi dia 4,00 mm, kawat pengikat dia 2 
mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar, tinggi) sebesar 5%. 
2. Batu. 
a. Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri 
dari batu yang keras dan awet. 
b. Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, 
memiliki dimensi 15 – 30 cm. Konsultan dapat 
memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika aliran 
sungai cukup tinggi. 
MMRI 2014 UNDIP 62
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
5.2 Pelaksanaan 
1). Survei Lapangan 
Kontraktor harus melakukan survey lapangan sesuai gambar yang 
telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan 
atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor 
harus mengajukan perubahannya kepada konsultan. 
2). Pemasangan Konstruksi Bronjong. 
a. Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk 
memperoleh bentuk serta posisi yang benar dengan 
menggunakan batang penarik atau ulir penak kecil sebelum 
pengisian batu kedalam kawat bronjong. Sambungan antara 
kawat bronjong haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. 
Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan 
kawat pengikat dan kerangka bronjong antara segi enam tepi 
paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat 
pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikat terakhir dan 
dibengkokkan kedalam keranjang. 
b. Batu harus dimasukan satu demi satu sehingga diperoleh 
kepadatan maksimum dan rongga seminimal mungkin. 
Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya, 
dua kawat pengaku horizontal dari muka kebelakang harus 
dipasang. Keranjang selanjutnya diisi sedikit berlebihan agar 
terjadi penurunan (settlement). Sisi luar batu yang 
berhadapan dengan kawat haruslah mempunyai permukaan 
yang rata dan bertumpu pada anyaman. 
MMRI 2014 UNDIP 63
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
c. Setelah pengisian, tepi dari penutup haruslah dibentangkan 
dengan batang penarik atau ulir penarik pada permukaan 
atasnya dan diikat. 
d. Bilamana keranjang dipasang satu diatas yang lainya, 
sambungan vertical harus dibuat berselang seling. 
e. Terkecuali diletakan untuk membentuk lantai (apron) 
mendatar, pasangan batu kosong harus dimulai dengan 
penempatan lapis pertama dari batu yang paling besar dalam 
galian parit ditumit lerang. Batu harus ditempatkan dengan 
mobil Derek (crane) atau dengan tangan sesuai dengan 
panjang, tebal dan kedalaman yang diperlukan. Selanjutnya 
batu harus ditempatkan pada lereng sedemikian hingga 
dimensi yang paling besar tegak lurus terhadap permukaan 
lereng, jika tidak maka dimensi yang demikian akan lebih 
besar dari dinding yang disyaratkan. Pembentukan batu tidak 
diperlukan bilamana batu-batu tersebut telah bersudut, tetapi 
pemasangan harus menjamin bahwa struktur dibuat sepadat 
mungkin dan batu terbesar berada dibawah permukaan air 
tertinggi. Batu yang lebih besar harus juga ditempatkan pada 
bagian luar dari permukaan pasangan batu kosong yang telah 
selesai. 
3). Pemasangan Batu Kosong 
a. Seluruh permukaan batu kosong harus dibersihkan dan 
dibasahi sampai jenuh sebelum ditempatkan. Beton harus 
diletakan di atas batu yang telah dipasang sebelumnya 
selanjutnya batu yang baru akan diletakkan diatasnya. Batu 
MMRI 2014 UNDIP 64
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
harus ditanam secara kokoh pada lereng dan dipadatkan 
sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan 
sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong. 
b. Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji 
atau batu-batu kecil, sedemikian sehingga sisa dari rongga-rongga 
tersebut harus diisi dengan beton sampai padat dan 
rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan 
batu-batu tersebut. 
c. Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi 
selama tidak kurang dari 3 hari setelah selesai dikerjakan. 
7. PEKERJAAN JEMBATAN 
7.1 BETON STRUKTUR 
1. Ruang Lingkup 
1.1 Uraian 
Pekerjaan yang disyaratkan dalam bagian ini mencakup seluruh 
pelaksanaan struktur beton, termasuk penulangan beton, material beton, 
pekerja terampil dalam pelaksanaan pengecoran beton untuk pekerjaan 
yang berhubungan dengan pekerjaan Civil, jembatan, bangunan gedung 
lainnya yang terkait sebagaimana ditunjukan dalam gambar. 
Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk 
pengecoran beton, pemompaan air (kecuali pondasi tiang bor), 
pembuatan lantai kerja, pembesian, pemasangan bekisting, pembesian 
bagian yang akan di cor beton, pengecoran, pemadatan beton, sampling 
untuk uji beton, finishing permukaan dan pemeliharaan beton. 
MMRI 2014 UNDIP 65
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan kontrak kerja 
sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau bagian lain yang 
berhubungan dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh 
Konsultan. 
1.2. Persyaratan beton dari SNI 03-2847-2002 dan PBI 1971 harus diterapkan 
sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam 
kontrak ini, bila terdapat pertentangan dalam Spesifikasi ini, maka yang 
harus digunakan adalah ketentuan spesifikasi ini. 
1.3. Penerbitan Detail Pelaksanaan 
Detail pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam 
Dokumen Kontrak pada saat lelang akan diterbitkan oleh Konsultan 
setelah peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai 
dengan Bagian dari Spesifikasi ini. 
2. Pedoman Dan Standar 
2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) : 
SNI 15-2049-2004 Semen Portland 
PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 
SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton 
Untuk Bangunan Gedung. 
SNI 03-4142-1996 Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam 
(AASHTO T11 – 90) Agregat yang lolos Saringan No.200 
(0,075mm). 
SNI 03-2816-1992 Metode Pengujian kandungan Organik 
(AASHTO T12 – 87) Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan 
Beton. 
MMRI 2014 UNDIP 66
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. 
(AASHTO T22 – 90) 
Pd M-16-1996-03 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda 
(AASHTO T23 – 90) Uji Beton di Lapangan. 
SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian tentang Analisa 
(AASHTO T27 – 88) Saringan Agregat Halus dan Kasar. 
SNI 2417 – 2008 Metode Pengujian Keausan Agregat 
(AASHTO T96 – 87) dengan Mesin Los Angeles. 
SNI 3407 – 2008 Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk 
(AASHTO T104 – 86) Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat 
dan magnesium Sulfat. 
SK SNI M-01-1994-03 Metode Pengujian Gumpalan Lempung 
(AASHTO T112 – 87) dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam 
Agregat. 
SNI 2493-2011 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda 
(AASHTO T126 – 90) uji Beton di Laboratorium. 
SNI 2458-2008 Metode Pengambilan contoh untuk 
(AASHTO T141 – 84) campuran beton segar. 
2.2 AASHTO : 
AASHTO T26 – 79 Quality Of Water to be used in Concrete. 
MMRI 2014 UNDIP 67
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu 
Mutu bahan dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir 
harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam bagian 
“jaminan Dan Pengendalian Mutu”. 
4. Toleransi 
4.1. Toleransi Dimensi : 
1) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m : + 5 mm 
2) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m : + 15 mm 
3) panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau : -0 &+10 mm 
antara kepala jembatan. 
4.2 Toleransi Bentuk : 
1) Persegi (selisih dalam panjang diagonal) : 10 mm 
2) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari : 12 mm 
Garis yg dimaksud) untuk panjang s/d 3 m. 
3) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m-6m: 15 mm 
4) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m : 20 mm 
4.3. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) : 
1) Kedudukan kolom pracetak dari rencana : ± 10 mm 
2) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana : ± 10 mm 
3) Kedudukan permukaan vertical dari rencana : ± 20 mm 
4.4. Toleransi Alinyemen Vertikal : 
Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding : ± 10 mm 
4.5. Toleransi Ketinggian (elevasi) : 
1) Puncak lantai kerja dibawah pondasi : ± 10 mm 
2) Puncak lantai kerja dibawah plat injak : ± 10 mm 
3) Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang : ± 10 mm 
MMRI 2014 UNDIP 68
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4.6. Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m pj mendatar. 
4.7. Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton bertulang : 
1) Selimut beton sampai 3 cm : 0 & + 5mm 
2) Selimut beton 3 cm – 5 cm : 0 & +10mm 
3) Selimut beton 5 cm – 10 cm : ± 10 mm. 
5. Submittal. 
5.1 Pengajuan Kesiapan Kerja 
1) Kontraktor harus mengirimkan contoh seluruh bahan yang hendak 
digunakan lengkap dengan data pengujian yang memenuhi seluruh 
sifat bahan yang disyaratkan dari spefikasi ini, untuk diperiksa, 
diinpeksi ke lokasi, di uji dilaboratorium independen dan di setujui 
Konsultan. 
2) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran masing-masing 
mutu beton (trial mix) yang diusulkan untuk digunakan. 
Pengiriman rancangan campuran tersebut paling lambat 30 hari 
sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai. Kontraktor harus 
mengadakan trial mix untuk setiap mutu beton yang digunakan dan 
diuji betonnya, untuk mendapat persetujuan Konsultan. 
3) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil seluruh 
pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan, sehingga data 
tersebut selalu tersedia bila diperlukan oleh Konsultan. 
4) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum 
meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 
hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran. 
5) Kontraktor harus mengirim program kerja (workplan) termasuk 
metoda kerja, schedule, peralatan, personil kerja dan gambar kerja 
MMRI 2014 UNDIP 69
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari 
konsultan sebelum pekerjaan beton dimulai. 
6) Konsultan harus memberitahu Konsultan secara tertulis paling 
sedikit 24 jam sebelum tanggal dilakukannya pengecoran beton. 
6. Persyaratan Teknis 
6.1. Material 
1). Semen 
a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis 
semen Portland yang memenuhi AASHTO M85-45 kecuali 
jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh 
Konsultan, bahan tambahan (additive) yang dapat 
menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh 
digunakan. 
b. Semen yang digunakan hanya satu merk dari jenis semen 
Portland, terkecuali dipekenankan oleh Konsultan. 
c. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan 
 Bahan semen harus disimpan untuk mencegah 
kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu. 
 Untuk menyimpan semen, Kontraktor harus 
menyediakan tempat yang tahan cuaca, kedap udara 
dan mempunyai lantai kayu. 
 Lantai tempat penyimpanan harus lebih tinggi dari 
tanah disekitarnya dan ditutup dengan lembar 
polyethylene (plastic). Tumpukan karung semen harus 
selalu ditutup dengan lembar plastik. 
MMRI 2014 UNDIP 70
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
 Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi 
tidak boleh digunakan untuk pembuatan beton. 
2). Air 
Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan atau 
pemakaian lainnya harus lah bersih, dan bebas dari bahan yang 
merugikan seperti : minyak, garam, asam, basa, gula atau material 
organik. 
Air yang diuji harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26, 
Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa 
pengujian. Apabila terjadi keragu-raguan atas mutu air yang 
diusulkan dapat pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, 
maka harus dilakukan perbandingan pengujian kuat tekan mortar 
semen + pasir dengan menggunakan air yang diusulkan dan 
memakai air suling atau minum. 
Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar 
dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90% 
kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode 
perawatan yang sama. 
3) Agregat 
a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan 
yang diberikan dalam Tabel 1.1. 
Tabel 1.1 Gradasi Agregat 
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang lolos untuk agregat 
ASTM (mm) Halus Kasar 
2” 50,8 - 100 - - - 
1 ½” 38,1 - 95-100 100 - - 
1” 25,4 - - 95-100 100 - 
¾” 19 - 35-70 - 90-100 100 
MMRI 2014 UNDIP 71
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
½” 12,7 - - 25-60 - 90-100 
3/8” 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70 
No.4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15 
No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5 
No.16 1,18 45-80 - - - - 
No.50 0,300 10-30 - - - - 
No.100 0,150 2-10 - - - - 
b. Agregat kasar harus dipilih hingga ukuran partikel terbesar 
tidak lebih dari 0,75 (nol koma tujuh lima) dari jarak 
minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan 
dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus 
di cor. 
c. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel 
yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan 
batu (rock) dan pasir sungai. 
d. Agregat harus bebas dari bahan organic seperti yang 
ditunjukan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus 
memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 
1.2. 
Tabel. 1.2 Sifat Agregat 
Sifat-Sifat Metode 
Pengujian 
Batas maksimum yang diijinkan 
untuk agregat 
Halus Kasar 
Keausan 
Agregat dengan 
Mesin Los 
Angeles 
SNI 2417:2008 - 40 % 
Kekekalan 
Bentuk Batu 
terhadap larutan 
Natrium Sulfat 
atau Magne-sium 
Sulfat 
SNI 3407:2008 
10% - natium 
15% - 
magnesium 
12%-natrium 
18%- 
magnesium 
Gumpalan 
Lempung dan 
Partikel yang 
Mudah Pecah 
SNI 03-4141- 
1996 
3 % 2 % 
Bahan yang 
Lolos Ayakan 
No.200 SNI 03-4142- 
1996 
5% untuk 
kondisi umum, 
3% untuk 
kondisi 
permukaan 
terabrasi 
1 % 
MMRI 2014 UNDIP 72
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
4) Batu Untuk beton Siklop 
Batu untuk beton siklop harus terdiri dari batu andesit, keras, awet, 
bebas dari retak dan rongga, tidak rusak oleh pengaruh cuaca, 
bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain 
yang mempengaruhi ikatannya dengan beton. 
6.2. Pencampuran dan Penakaran 
1) Rancangan Campuran 
Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan 
menggunakan metode yang disyaratkan dalam SNI 03-2834-2000 
dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Table 1.3. 
Tabel 1.3 Batas Proporsi Takaran Campuran 
Mutu 
Beton 
Ukuran Agregat 
Maks.(mm) 
Rasio Air/Semen Maks. 
(terhadap berat) 
Kadar Semen 
Min (kg/m3) 
K 600 - - - 
K 500 - 0,375 450 
K 400 
37 
25 
19 
0,45 
0,45 
0,45 
356 
370 
400 
K 350 
37 
25 
19 
0,45 
0,45 
0,45 
315 
335 
365 
K 300 
37 
25 
19 
0,45 
0,45 
0,45 
300 
320 
350 
K 250 
37 
25 
19 
0,50 
0,50 
0,50 
290 
310 
340 
K 225 
37 
25 
19 
0,55 
0,55 
0,55 
390 
310 
340 
K 175 - 0,57 300 
2) Campuran Percobaan 
Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang 
diusulkan dengan membuat dan menguji campuran (trial mix). 
MMRI 2014 UNDIP 73
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Pengujian disaksikan oleh Konsultan dengan menggunakan jenis 
fasilitas dan peralatan yang sama seperti digunakan untuk 
pekerjaan beton dikemudian hari. 
Campuran percobaan tersebut dapat diterima bila memenuhi 
ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Table 1.3. 
Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat 
kelecakan (nilai slump) yang telah ditentukan. 
3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran 
a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus 
memenuhi kuat tekan dan “slump” yang dibutuhkan seperti 
yang disyaratkan dalam Tabel 1.4. atau yang disetujui oleh 
Konsultan, bila pengambilan contoh, perawatan dan 
pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), 
Pd M-16 1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 
(AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141). 
Penggunaan mutu beton harus disesuaikan dengan gambar 
kerja. 
Tabel 1.4 Sifat Mutu Beton 
No Elemen Struktur 
Tegangan 
Karakteristik 
Uji Silinder 
(fc) (Mpa) 
Tegangan 
Karakteristik 
Uji Kubus (ϭk ) 
(kg/cm2) 
Slump 
(cm) 
1 
Beton Prategang 
(I-Girder, U-Grider, 
Tiang 
pancang) 
45 500 8 ± 2 
2 Bor/Bore pile 30 350 18 ± 2 
3 Kepala Tiang/Pile 
cap, Pilar/Pier, 
Balok melintang/ 
25 300 10 ± 2 
MMRI 2014 UNDIP 74
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
Cross Beam, 
Kepala Pilar/Pier 
Head, Pelat beton 
bertulang/RC 
plate, Pelat Lantai, 
Diafragma, Box 
culvert 
4 
Abutmen, pelat 
Injak, Parapet, 
Dinding Penahan 
tanah 
21 250 10 ± 2 
5 Saluran pra-cetak 18 225 10 ± 2 
6 Lantai kerja 15 175 10 ± 2 
Catatan : kecuali ditentukan lain dalam gambar 
b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan “slump” tidak boleh 
digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila konsultan 
menyetujuinya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu 
khususnya konstruksi ringan/sekunder. Kelecakan dan 
tekstur campuran harus dibuat sedemikian rupa sehingga 
beton dapat dicor pda pekerjaan tanpa membentuk rongga, 
celah, dan gelembng udara. Saat pembongkaran acuan 
diperoleh beton dengan permukaan yang rata, halus dan 
padat. 
c. Bilamana pengujin beton berumur 7 hari menghasilkan kuat 
beton dibawah kwkuatan yang disyaratkan dalam table 1.4. 
maka kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih 
lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat 
diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan 
yang menjamim bahwa produksi beton memenuhi ketentuan 
yang disyaratkan dalam spesifikasi. Kuat tekan beton 
berumur 28 hari yang tidk memenuhi ketentuan yang 
MMRI 2014 UNDIP 75
Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan 
Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 
disyaratkan, harus dilakukan perbaikan (pembongkaran dan 
penggantian). Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang 
disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji 
pada suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil 
dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang 
diuraikan dalam rumus kuat tekan karakteristik. 
d. Konsultan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau 
memerinyahkan kontraktor mengambil tindakan perbaikan 
untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil 
pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan 
demikian, kontraktor harus segera menghentikan pengecoran 
beton yang dipertanyu sampai hasil pengujian kuat tekan 
beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan 
tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan akan 
menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 
hari , dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan 
yang dipandang perlu. 
e. Perbaikan pekerjaan beton yang tidak memenuhi persyaratan 
dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh 
beton. Pembongkaran dan penggantian tersebut tidak boleh 
didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 
hari saja, terkecuali bila kontraktor dan konsultan keduanya 
sepakat dengan perbaikan tersebut. 
MMRI 2014 UNDIP 76
OPTIMASI SOP
OPTIMASI SOP
OPTIMASI SOP
OPTIMASI SOP
OPTIMASI SOP
OPTIMASI SOP
OPTIMASI SOP

More Related Content

What's hot

slide power point kontruksi bangunan
slide power point kontruksi bangunanslide power point kontruksi bangunan
slide power point kontruksi bangunannaikko manik
 
Bab 4 tanggapan thd kak
Bab 4 tanggapan thd kakBab 4 tanggapan thd kak
Bab 4 tanggapan thd kakmitrakawasa
 
Perencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung pptPerencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung pptHarun Ariesto Wijaya
 
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakBab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakDALVY DALVY
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSipri Gamur
 
I MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptx
I MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptxI MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptx
I MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptxIketutsupartha
 
Spesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatanSpesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatanDwie Cahyono
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of workZinet Yeha
 
195191004 contoh-laporan-pendahuluan
195191004 contoh-laporan-pendahuluan195191004 contoh-laporan-pendahuluan
195191004 contoh-laporan-pendahuluanTimey-ft Vytrhie
 
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASCONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASadedudi
 
program mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptx
program mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptxprogram mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptx
program mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptxindrapermana38936
 
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT fileMetode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT filetrisna gallaran
 
modul pelaksanaan proyek
modul pelaksanaan proyekmodul pelaksanaan proyek
modul pelaksanaan proyekMOSES HADUN
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatanfianardi
 
Presentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptx
Presentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptxPresentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptx
Presentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptxAlBadri8
 
PPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptx
PPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptxPPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptx
PPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptxujiul
 
presentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptxpresentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptxPRASADJA1
 

What's hot (20)

slide power point kontruksi bangunan
slide power point kontruksi bangunanslide power point kontruksi bangunan
slide power point kontruksi bangunan
 
Bab 4 tanggapan thd kak
Bab 4 tanggapan thd kakBab 4 tanggapan thd kak
Bab 4 tanggapan thd kak
 
Presentasi 8.pptx
Presentasi  8.pptxPresentasi  8.pptx
Presentasi 8.pptx
 
Perencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung pptPerencanaan teknis bangunan gedung ppt
Perencanaan teknis bangunan gedung ppt
 
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kakBab 4-tanggapan-terhadap-kak
Bab 4-tanggapan-terhadap-kak
 
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdfSoal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
Soal Uji Sertifikat LSP Maret 31 Maret 2023.pdf
 
I MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptx
I MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptxI MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptx
I MADE SUDARMA JAYA_MANAGER LAPANGAN PEKERJAAN GEDUNG.pptx
 
Spesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatanSpesifikasi teknis jembatan
Spesifikasi teknis jembatan
 
Metode teknis dan flow chart of work
Metode teknis dan  flow chart of workMetode teknis dan  flow chart of work
Metode teknis dan flow chart of work
 
195191004 contoh-laporan-pendahuluan
195191004 contoh-laporan-pendahuluan195191004 contoh-laporan-pendahuluan
195191004 contoh-laporan-pendahuluan
 
power.pptx
power.pptxpower.pptx
power.pptx
 
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWASCONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
CONTOH LAPORAN KONSULTAN PENGAWAS
 
program mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptx
program mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptxprogram mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptx
program mutu dari konsultan perencanaan konstruksi final-1.pptx
 
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT fileMetode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
Metode Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi PPT file
 
modul pelaksanaan proyek
modul pelaksanaan proyekmodul pelaksanaan proyek
modul pelaksanaan proyek
 
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
367417207 metode-pelaksanaan-pekerjaan-abutmen-dan-pilar-jembatan
 
RMK MCK.doc
RMK MCK.docRMK MCK.doc
RMK MCK.doc
 
Presentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptx
Presentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptxPresentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptx
Presentasi Pelaksana Lapangan Pekerjaan Bronjong.pptx
 
PPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptx
PPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptxPPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptx
PPT Perencanaan Bangunan Gedung.pptx
 
presentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptxpresentasi jembatan.pptx
presentasi jembatan.pptx
 

Viewers also liked

110687483 contoh-proyek-ti
110687483 contoh-proyek-ti110687483 contoh-proyek-ti
110687483 contoh-proyek-tiRos Dania
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Joy Irman
 
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IV
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IVLaporan proyek perubahan Diklat PIM IV
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IVSujud Marwoto
 
contoh-laporan-pendahuluan punya orang.docx
contoh-laporan-pendahuluan punya orang.docxcontoh-laporan-pendahuluan punya orang.docx
contoh-laporan-pendahuluan punya orang.docxTimey-ft Vytrhie
 
Ustek pengawasan batu bolong
Ustek pengawasan batu bolongUstek pengawasan batu bolong
Ustek pengawasan batu bolongWong_Cosmic
 
Pengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meterPengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meterAde Rohima
 
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcmBintek
 
SOP Pekerjaan Konstruksi
SOP Pekerjaan KonstruksiSOP Pekerjaan Konstruksi
SOP Pekerjaan KonstruksiJocky Nahor
 
Metode pelaksanaan (16 lmbar)
Metode pelaksanaan (16 lmbar)Metode pelaksanaan (16 lmbar)
Metode pelaksanaan (16 lmbar)Arya Ningrat
 
Contoh construction safety plan
Contoh construction safety planContoh construction safety plan
Contoh construction safety planEddhy Violent
 
Contoh format laporan
Contoh format laporanContoh format laporan
Contoh format laporanSyihab Ikbal
 

Viewers also liked (11)

110687483 contoh-proyek-ti
110687483 contoh-proyek-ti110687483 contoh-proyek-ti
110687483 contoh-proyek-ti
 
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
Peraturan Menteri PU No. 603 Tabun 2005 tentang Pedoman Umum Sistem Pengendal...
 
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IV
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IVLaporan proyek perubahan Diklat PIM IV
Laporan proyek perubahan Diklat PIM IV
 
contoh-laporan-pendahuluan punya orang.docx
contoh-laporan-pendahuluan punya orang.docxcontoh-laporan-pendahuluan punya orang.docx
contoh-laporan-pendahuluan punya orang.docx
 
Ustek pengawasan batu bolong
Ustek pengawasan batu bolongUstek pengawasan batu bolong
Ustek pengawasan batu bolong
 
Pengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meterPengukuran dengan curent meter
Pengukuran dengan curent meter
 
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
107028040 rapat-persiapan-pelaksanaan-kontrak-pcm
 
SOP Pekerjaan Konstruksi
SOP Pekerjaan KonstruksiSOP Pekerjaan Konstruksi
SOP Pekerjaan Konstruksi
 
Metode pelaksanaan (16 lmbar)
Metode pelaksanaan (16 lmbar)Metode pelaksanaan (16 lmbar)
Metode pelaksanaan (16 lmbar)
 
Contoh construction safety plan
Contoh construction safety planContoh construction safety plan
Contoh construction safety plan
 
Contoh format laporan
Contoh format laporanContoh format laporan
Contoh format laporan
 

Similar to OPTIMASI SOP

Metode jbt. gantung
Metode jbt. gantungMetode jbt. gantung
Metode jbt. gantungfianardi
 
Tor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan JalanTor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan Jalanssuser85bf14
 
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanMetoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanIMRA MORALDY
 
fdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptx
fdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptxfdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptx
fdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptxRossaLesmana2
 
fdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptx
fdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptxfdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptx
fdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptxMuhAgilZulkifli
 
Tugas smm rmk_kelompok_4_a
Tugas smm rmk_kelompok_4_aTugas smm rmk_kelompok_4_a
Tugas smm rmk_kelompok_4_aYurisdal Azwan
 
Kak p engawasan jalan paket d
Kak p engawasan jalan paket dKak p engawasan jalan paket d
Kak p engawasan jalan paket dJoni Pandero
 
Manajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptx
Manajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptxManajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptx
Manajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptxBinamarga18
 
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptxFile_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptxSuhendriCurex
 
SKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdf
SKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdfSKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdf
SKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdfekosm112
 
Metode pelaksanaan irigasi
Metode pelaksanaan irigasiMetode pelaksanaan irigasi
Metode pelaksanaan irigasiManyuk FAUZI
 
TUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptx
TUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptxTUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptx
TUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptxmastova1
 
PCM PWS.pptx
PCM PWS.pptxPCM PWS.pptx
PCM PWS.pptxwarsito29
 
USTEK GG. DENU.pdf
USTEK GG. DENU.pdfUSTEK GG. DENU.pdf
USTEK GG. DENU.pdfAriRizal4
 
Presentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptx
Presentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptxPresentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptx
Presentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptxKaryaSingasariAbadi
 
Kak pagar kantor tahun anggaran 2014
Kak pagar kantor tahun anggaran 2014Kak pagar kantor tahun anggaran 2014
Kak pagar kantor tahun anggaran 2014KHRISTIAN MAUKO
 

Similar to OPTIMASI SOP (20)

Metode jbt. gantung
Metode jbt. gantungMetode jbt. gantung
Metode jbt. gantung
 
Tor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan JalanTor Pengawasan Jalan
Tor Pengawasan Jalan
 
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota PariamanMetoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
Metoda pelaksanaan Trotoar Kota Pariaman
 
fdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptx
fdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptxfdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptx
fdokumen.com_metoda-pelaksanaan-jalan-raya.pptx
 
Kak irigasi dempar
Kak irigasi demparKak irigasi dempar
Kak irigasi dempar
 
fdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptx
fdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptxfdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptx
fdokumen.com_pre-construction-meeting-5785c6368a612 (4).pptx
 
Tugas smm rmk_kelompok_4_a
Tugas smm rmk_kelompok_4_aTugas smm rmk_kelompok_4_a
Tugas smm rmk_kelompok_4_a
 
Kak p engawasan jalan paket d
Kak p engawasan jalan paket dKak p engawasan jalan paket d
Kak p engawasan jalan paket d
 
Manajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptx
Manajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptxManajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptx
Manajemen proyek Diklat Jembatan OK.pptx
 
152177683 kak-pengawasan-bkd
152177683 kak-pengawasan-bkd152177683 kak-pengawasan-bkd
152177683 kak-pengawasan-bkd
 
152177683 kak-pengawasan-bkd
152177683 kak-pengawasan-bkd152177683 kak-pengawasan-bkd
152177683 kak-pengawasan-bkd
 
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptxFile_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
File_Soal_17_158_29_1679305579 asesi drainase perkotaan.pptx
 
SKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdf
SKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdfSKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdf
SKKNI 2022-060 Ahli Keselamatan Konstruksi.pdf
 
Metode pelaksanaan irigasi
Metode pelaksanaan irigasiMetode pelaksanaan irigasi
Metode pelaksanaan irigasi
 
PCM Konstruksi
PCM KonstruksiPCM Konstruksi
PCM Konstruksi
 
TUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptx
TUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptxTUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptx
TUGAS ABDUL KOHAR SKK PEMELIHARAAN SUNGAI J-4.pptx
 
PCM PWS.pptx
PCM PWS.pptxPCM PWS.pptx
PCM PWS.pptx
 
USTEK GG. DENU.pdf
USTEK GG. DENU.pdfUSTEK GG. DENU.pdf
USTEK GG. DENU.pdf
 
Presentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptx
Presentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptxPresentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptx
Presentasi - Manajemen Kontruksi - Piyanto Tgl.13-04-2023.pptx
 
Kak pagar kantor tahun anggaran 2014
Kak pagar kantor tahun anggaran 2014Kak pagar kantor tahun anggaran 2014
Kak pagar kantor tahun anggaran 2014
 

More from Raymond B. Munthe (Dinas Pekerjaan Umum Prov. Babel)

More from Raymond B. Munthe (Dinas Pekerjaan Umum Prov. Babel) (13)

Manaj risiko kbk
Manaj risiko kbkManaj risiko kbk
Manaj risiko kbk
 
Presentasi dss pak agung
Presentasi dss pak agungPresentasi dss pak agung
Presentasi dss pak agung
 
Presentasi 03
Presentasi 03Presentasi 03
Presentasi 03
 
Presentasi 03
Presentasi 03Presentasi 03
Presentasi 03
 
4. rencana tanggap darurat (rtd)
4. rencana tanggap darurat (rtd)4. rencana tanggap darurat (rtd)
4. rencana tanggap darurat (rtd)
 
3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...
3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...
3. evaluasi perubahan tata guna lahan sebagai upaya menjaga keberlanjutan fun...
 
2. sedimentasi waduk
2. sedimentasi waduk2. sedimentasi waduk
2. sedimentasi waduk
 
1. uji model fisik untuk memantapkan design bangunan hidraulik
1. uji model fisik untuk memantapkan design bangunan hidraulik1. uji model fisik untuk memantapkan design bangunan hidraulik
1. uji model fisik untuk memantapkan design bangunan hidraulik
 
Penjelasanperpresnomor4tahun2015 150126024905-conversion-gate02
Penjelasanperpresnomor4tahun2015 150126024905-conversion-gate02Penjelasanperpresnomor4tahun2015 150126024905-conversion-gate02
Penjelasanperpresnomor4tahun2015 150126024905-conversion-gate02
 
Matriksperbedaanperpres54tahun2010danperubahannya 150125210812-conversion-gate01
Matriksperbedaanperpres54tahun2010danperubahannya 150125210812-conversion-gate01Matriksperbedaanperpres54tahun2010danperubahannya 150125210812-conversion-gate01
Matriksperbedaanperpres54tahun2010danperubahannya 150125210812-conversion-gate01
 
Sosilisasiperpres4tahun2015
Sosilisasiperpres4tahun2015Sosilisasiperpres4tahun2015
Sosilisasiperpres4tahun2015
 
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYARREVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
REVIEW RENCANA INI SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM KARANGANYAR
 
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah adaMetode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
Metode penanganan kelongsoran dalam menjaga infrastruktur yang telah ada
 

Recently uploaded

MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555zannialzur
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industririzwahyung
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKFerdinandus9
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxdpcaskonasoki
 
Himpunan Fuzzy Academic Engineering Data
Himpunan Fuzzy Academic Engineering DataHimpunan Fuzzy Academic Engineering Data
Himpunan Fuzzy Academic Engineering DataDAVIDSTEVENSONSIMBOL
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxdjam11
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxarifyudianto3
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx185TsabitSujud
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxHamidNurMukhlis
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxYehezkielAkwila3
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAgusTriyono78
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databasethinkplusx1
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxAgusTriyono78
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfVardyFahrizal
 

Recently uploaded (14)

MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
MATERI PRESENTASI KEPALA TEKNIK TAMBANG KEPMEN 555
 
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia IndustriTransfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
Transfer Massa dan Panas Teknik Kimia Industri
 
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIKMEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
MEKANIKA TEKNIK TEKNIK PERTAMBANGAN FAK. TEKNIK
 
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptxPPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
PPT PPT Pelaksana lapangan Pekerasan Jalan Beton lvl 6.pptx
 
Himpunan Fuzzy Academic Engineering Data
Himpunan Fuzzy Academic Engineering DataHimpunan Fuzzy Academic Engineering Data
Himpunan Fuzzy Academic Engineering Data
 
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptxQCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
QCC MANAJEMEN TOOL MAINTENANCE (MAINTENANCE TEAM).pptx
 
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptxAhli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
Ahli Muda Teknik Bangunan GEdung Jenjang 7 - Samet Kurnianto.pptx
 
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptxSesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
Sesi_02_Rangkaian_Hubungan_Seri_Paralel.pptx
 
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptxPPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
PPT Manajemen Konstruksi Unsur Unsur Proyek 1.pptx
 
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptxPPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
PPT PENILAIAN PERKERASAN JALAN Metode PCI.pptx
 
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdfAnalisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
Analisis Struktur Statis Tak Tentu dengan Force Method.pdf
 
Normalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian databaseNormalisasi Database dan pengertian database
Normalisasi Database dan pengertian database
 
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptxstruktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
struktur statis tak tentu dengan persamaan-tiga-momen-apdf.pptx
 
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdfKelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
Kelompok 5 PPt Penerapan Teori Fuzzy.pdf
 

OPTIMASI SOP

  • 1. TUGAS MANAJEMEN OPERASI DAN PEMELIHARAAN Ir. Irawan Wisnu W., MS STANDARD OPERATING PROCEDURE PENGAWASAN PELAKSAAN PEKERJAAN DIBUAT OLEH : 1. FRENGKI RONSUMBRE NIM. 21010113420056 2. MUJI SISWATI NIM. 21010113420058 3. RAYMOND BENARDUS MUNTHE NIM. 21010113420049 4. WAHYUDIN NIM. 21010113420054 PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN REKAYASA INFRASTRUKTUR TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
  • 2. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 1. ACUAN a) Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang Jalan; b) Undang Undang No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi; c) Undang Undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; d) Undang Undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup; e) Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; f) Peraturan Pemerintah No. 26 Tahun 1985 tentang Jalan; g) Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi; h) Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi; i) Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi; j) Keputusan Presiden No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang / Jasa Pemerintah; k) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 369/KPTS/M/2001 Pedoman Pemberian Izin Usaha Jasa Konstruksi Nasional; l) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 339/KPTS/M/2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konstruksi oleh Instansi Pemerintah; m) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 257/KPTS/M/2004 tentang Standar Dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi; n) Keputusan Menteri Kimpraswil No. 362/KPTS/M/2004 tentang Sistem Manajemen Mutu Konstruksi Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah; o) Surat Edaran Menteri Kimpraswil No. 02/SE/M/2001 tentang Tata Cara Penilaian Hasil Evaluasi serta Sanggahan dalam Pengadaan Barang dan Jasa MMRI 2014 UNDIP 1
  • 3. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS diatas Lima Puluh Milyar rupiah; p) Surat Edaran Menteri Kimpraswil No.IK0106-Mn/66 Sertifikasi Badan Usaha Jasa Konstruksi Dalam Rangka Pengadaan yang dilaksanakan Instansi Pemerintah Tahun Anggaran 2002. 2. DEFINISI PROYEK Proyek adalah suatu kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan barang dan jasa yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan dalam suatu periode tertentu (Bappenas TA-SRRP, 2003). Sedangkan arti kata manjemen yaitu pengelolaan, hal ini menunjukkan bahwa manajemen proyek adalah merupakan tata cara/dan atau pengelolaan proyek yang terdiri dari kegiatan investasi yang menggunakan faktor-faktor produksi atausumber daya (manusia, material, peralatan, keuangan, metode/teknologi) untukmenghasilkan barang/jasa yaitu berupa konstruksi jalan dan jembatan, yangdiharapkan ada keuntungan yang didapat dari pemanfaataan jalan dan jembatan sebagai sarana perhubungan darat atau transportasi yang mempunyai nilai ekonomi yang sangat tinggi dalam periode tertentu yaitu selama umur rencana / efektif konstruksi jalan dan jembatan. Maka dalam pelaksanaan proyek, bagi para penyelenggara proyek terutama pelaksana/pemborong hendaknya dapat melaksanakan tugas secara professional dalam menyediakan seluruh faktor-faktor produksi atau sumber daya yang diperlukan oleh suatu proyek, untuk memenuhi maksud dan tujuan proyek secara sukses yaitu dicapainya standar mutu yang disyaratkan, biaya dan waktu yang telah ditetapkan. Proyek dalam pelaksanaannya sering terjadi masalah baik teknis maupun administrasi yang pada akhirnya proyek tidak dapat selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dalam kontrak. Salah satu penyebab umum dari kesulitan dalam MMRI 2014 UNDIP 2
  • 4. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS melaksanakan proyek adalah kurang dipahaminya proyek itu sendiri secara benar sehingga tidak dapat memperhitungkan secara teliti dan tepat semua faktor-faktor produksi/sumber daya proyek yang diperlukan untuk menentukan secara pasti waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek, dalam hal ini proyek adalah pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. Di Indonesia yang mempunyai dua musim yaitu musim kemarau dan musim penghujan akan sangat mempengaruhi waktu pelaksanaan konstruksi yang harus diperhitungkan, terutama pekerjaan jalan dan jembatan yang sangat rawan dilaksanakan pada musim hujan. Hal ini akan menuntun kearah situasi yang tidak menguntungkan apabila ternyata musim hujan tidak sesuai yang diperkirakan maka waktu penyelesaian proyek dapat terganggu. Apapun alasannya perpanjangan waktu pelaksanaan konstruksi harus dihindarkan, kecuali memenuhi alasan yang dapat diterima sesuai dengan kontrak (pekerjaan tambah, perubahan desain, keadaan diluar kehendak seperti bencana alam, dan sebagainya). Pada suatu penyelenggaraan proyek, untuk mencapai tujuan proyek dilakukan pendekatan yang disebut manajemen proyek, yaitu penentuan cakupan dan tahapan-tahapan kegiatan proyek serta peranan/tugas penyelenggara proyek menyangkut hak dan kewajiban antara pengguna jasa dan penyedia jasa. Penerima hak kontrak jasa pelaksanaan konstruksi sebagai penyedia jasa akan melakukan koordinasi menyiapkan kebutuhan sumber daya konstruksi meliputi keuangan/dana, manusia/tenaga kerja/ahli, material, peralatan dan menyusun metoda kerja. Umumnya pimpinan pelaksana yang ditugaskan dilapangan telah berpengalaman melaksanakan pekerjaan konstruksi, tetapi tidak berarti bahwa sudah menguasai manajemen proyek secara menyeluruh dan mendetail, menganalisa secara teliti setiap kegiatan dan kesulitan pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. MMRI 2014 UNDIP 3
  • 5. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Adapun hubungan antara masing-masing kegiatan dan fungsi dapat digambarkan merupakan suatu hubungan siklus manajemen proyek sebagai berikut: Gambar 1.0 Hubungan siklus manajemen proyek/konstruksi Keterangan gambar: P = planning; perencanaan/rencana kerja O = organizing; organisasi kerja A = actuating; pelaksanaan pekerjaan C = controlling; kontrol/pengendalian kerja MMRI 2014 UNDIP 4
  • 6. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 3. URUTAN PEKERJAAN KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN a) biasanya dalam kontrak mensyaratkan bahwa kegiatan pelaksanaan proyek harus diselesaikan secara berurutan sesuai dengan tahapan kegiatan dalam mencapai sasaran proyeK seperti contoh spesifikasi dibawah ini: survei lapangan termasuk peralatan pengujian yang diperlukan dan penyerahan laporan oleh kontraktor. 30 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor peninjauan kembali rancangan oleh Direksi Pekerjaan selesai 60 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor, walau keluarnya detail pelaksanaan dapat bertahap setelah tanggal ini. pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan dan bahu jalan selesai. 60 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor pekerjaan minor pada selokan, saluran air, galian dan timbunan, pemasangan perlengkapan jalan dan pekerjaan pengembalian kondisi jembatan. 90 hari setelah pengambilalihan lapangan oleh kontraktor Pekerjaan drainase selesai. Sebelum dilaksanakan kegiatan overlay b) lingkup dan urutan kegiatan pekerjaan dapat dijelaskan secara diagram seperti gambar di bawah ini: MMRI 2014 UNDIP 5
  • 7. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Gambar 1.1 Lingkup dan urutan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan MMRI 2014 UNDIP 6
  • 8. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Gambar 1.2 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi Jalan MMRI 2014 UNDIP 7
  • 9. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Gambar 1.3 Bagan Alir Pelaksanaan Konstruksi Jembatan MMRI 2014 UNDIP 8
  • 10. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4. SUMBER DAYA MANUSIA KONSTRUKSI JALAN DAN JEMBATAN Sumber daya manusia untuk pekerjaan konstruksi dibutuhkan kemampuan profesi keterampilan dan keahlian kerja seseorang di bidang jasa konstruksi, menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan (untuk tenaga terampil) dan atau kefungsian dan atau keahlian (untuk tenaga ahli) tertentu. Oleh karena itu tenaga kerja untuk pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan perlu dilakukan sertifikasi keterampilan kerja dan sertifikasi keahlian kerja, seperti ahli pengawas dan ahli pelaksana konstruksi jalan dan jembatan. Tenaga kerja yang dianggap mampu bekerja setelah dilakukan klasifikasi dan kualifikasi bidang konstruksi jalan dan jembatan akan diberikan tanda bukti pengakuan berupa sertifikat atas kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut disiplin keilmuan dan atau keterampilan dibidang pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan. Sertifikat klasifikasi dan sertifikat kualifikasi akan secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh lembaga yang deserahi wewenang melakukan sertifikasi. Tenaga teknik dan atau tenaga ahli yang berstatus tenaga tetap pada suatu badan usaha, dilarang merangkap sebagai tenaga tetap pada usaha orang perseorangan atau badan usaha lainnya di bidang jasa konstruksi yang sama (PP No. 28/2000 pasal 11 ayat 2). Selengkapnya ketentuan Sertifikasi Keterampilan Kerja dan Sertifikasi Keahlian Kerja tenaga kerja konstruksi sesuai dengan PP No. 28/2000 pasal 15 sebagai berikut: a) tenaga kerja konstruksi harus mengikuti sertifikasi keterampilan kerja atau sertifikasi keahlian kerja yang dilakukan oleh lembaga, yang dinyatakan dengan sertifikat; b) sertifikat keterampilan kerja diberikan kepada tenaga kerja terampil yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau keterampilan MMRI 2014 UNDIP 9
  • 11. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS tertentu; c) sertifikat keahlian kerja diberikan kepada tenaga kerja ahli yang telah memenuhi persyaratan berdasarkan disiplin keilmuan dan atau kefungsian dan atau keahlian tertentu; d) sertifikat keterampilan kerja dan sertifikat keahlian kerja secara berkala diteliti/dinilai kembali oleh lembaga; e) pelaksanaan sertifikasi dapat dilakukan oleh asosiasi profesi atau institusi pendidikan dan pelatihan yang telah mendapat akreditasi dari lembaga. Tenaga terampil/ahli yang perlu dilengkapi dengan sertifikat keterampilan/keahlian dan disyaratkan pada kontrak konstruksi jalan dan jembatan, antara lain: a) Jabatan personil pekerjaan jalan: 1. General Superintendent 2. Highway Engineer 3. Material Engineer Pekerjaan jembatan : 1) General Superintendent 2) Bridge Engineer b) Persyaratan pendidikan personil: Persyaratan minimum pendidikan dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum pendidikan sarjana muda atau yang sederajat didang teknik sipil. c) Persyaratan pengalaman kerja personil: 1) pekerjaan konstruksi jalan :  persyaratan minimum pengalaman kerja pada jabatan yang sama (similar position) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada MMRI 2014 UNDIP 10
  • 12. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 1) 3 tahun untuk General Superintendent 2) 2 tahun untuk Highway Engineer 3) 2 tahun untuk Material Engineer  persyaratan minimum pengalaman kerja pada pekerjaan yang sama(similar work) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 1) 6 tahun untuk General Superintendent 2) 5 tahun Highway Engineer 3) 5 tahun Material Engineer 2) Pekerjaan konstruksi jembatan  persyaratan minimum pengalaman kerja pada jabatan yang sama (similar position) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 1) 3 tahun untuk General Superintendent 2) 2 tahun untuk Bridge Engineer  persyaratan minimum pengalaman kerja pada pekerjaan yang sama (similar work) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, pada beberapa kontrak diberlakukan syarat minimum, sebagai berikut: 1) 6 tahun untuk General Superintendent 2) 5 tahun Bridge Engineer Adapun secara umum tenaga kerja terampil untuk pekerjaan Jalan dan Jembatan dapat dikelompokan biasanya antara lain : a) tenaga yang langsung bekerja dalam konstruksi 1) kepala pelaksanan; 2) pelaksana dan pekerja pekerjaan jalan; MMRI 2014 UNDIP 11
  • 13. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 3) pelaksana dan pekerja pekerjaan jembatan; 4) pelaksana dan pekerja pekerjaan tanah; 5) pelaksana dan pekerja pekerjaan struktur beton dan jembatan; 6) pelaksana dan pekerja base camp; 7) kepala mekanik dan pekerja operator alat-alat berat dan sopir, dll. b) tenaga yang membantu pada kegiatan pengujian kualitas pekerjaan: 1) kepala dan pekerja survey/pengukuran; 2) kepala dan pekerja pengujian/laboratorium; 3) bagian supervisi/inspeksi intern manajemen. c) tenaga yang membantu pada kegiatan umum dan administrasi, pengadaan dan keuangan proyek : 1) kepala dan staf administrasi personalia; 2) kepala bagian keuangan/akuntan dan staf administrasi keuangan; 3) kepala bagian dan staf hukum/hubungan masyarakat; 4) kepala bagian dan staf logistik; 5) kepala bagian dan personil pengamanan; 6) kepala bagian dan staf kesehatan/keselamatan kerja. d) Sedangkan tenaga kerja konstruksi yang dimasukan dalam diperhitungan harga satuan pekerjaan konstruksi jalan dan jembatan, biasanya antara lain: 1) pekerja; 2) tukang; 3) mandor; 4) operator; 5) pembantu operator; 6) sopir; 7) pembantu sopir; MMRI 2014 UNDIP 12
  • 14. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 8) mekanik; 9) pembantu mekanik; 10) kepala tukang. MMRI 2014 UNDIP 13
  • 15. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 5. TAHAP AWAL PELAKSANAAN KEGIATAN FISIK 5.1. MOBILISASI DAN DEMOBILISASI 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pengiriman dan penarikan kembali semua sumber daya, tenaga kerja, bahan, peralatan, perlengkapan dan lain-lain untuk mendukung kegiatan pelaksanaan pekerjaan. 2. Mobilisasi 2.1 Mobilisasi terdiri dari pekerjaan persiapan dan pelaksanaan, termasuk tapi tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan untuk mobilisasi personil, peralatan, pemasokan dan suplemen lainnya yang diperlukan ke lokasi proyek, untuk pembangunan kantor, gudang dan fasilitas lainnya yang diperlukan untuk bekerjaa di proyek, dan untuk seluruh pekerjaan dan operasi lainnya yang harus dilakukan atau biaya yang diperlukan sebelum mulai berbagai item pekerjaan kontrak di lokasi proyek. 2.2 Mobilisasi adalah pengiriman ke lokasi pekerjaan sumber daya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan. 2.3 Mobilisasi selesai bila kontraktor dapat melaksanakan dan diterima oleh Konsultan mengenai kebutuhan masing-masing persyaratan yang terkait yang disebutkan dalam kontrak. 3. Demobilisasi 3.1 Demobilisasi mencakup penyiapan pengajuan yang diperlukan sebelum pengakhiran pekerjaan. Demobilisasi adalah penarikan kembali dari lokasi pekerjaan sumberdaya yang dibutuhkan untuk pelaksanaan pekerjaan. 3.2 Demobilisasi akan dianggap selesai jika seluruh peralatan, bahan, personil, atau lainnya milik kontraktor telah dikeluarkan dari lokasi MMRI 2014 UNDIP 14
  • 16. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS proyek, dan persyaratan-persyaratan pekerjaan sebagaimana diatur dalam kontrak telah dipenuhi. 5.2. SURVEI 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi survei penelitian hasil desain konstruksi, survei topografi, survei utilitas, penyelidikan tanah, survei hidrologi dan hidrolika dan lain-lain yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan. 2. Survei Penelitian Hasil Desain Konstruksi 2.1 Sebelum pekerjaan dimulai, kontraktor wajib melakukan penelitian terhadap desain konstruksi yang terdapat dalam kontrak. 2.2 Bila terdapat hal-hal yang meragukan dalam desain konstruksi, Kontraktor harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana, Konsultan dan PPK. 2.3 Perbaikan terhadap desain (review desain) diusulkan oleh Kontraktor oleh PPK untuk mendapat persetujuan. 3. Survei Topografi 3.1 Kontraktor harus mengadakan pengukuran-pengukuran serta pemasangan patok-patok yang diperlukan untuk pekerjaan pembangunan dan bertanggung jawab penuh atas kebenaran dan ketepatan pengukuran tersebut sehingga dapat dijadikan benchmark sebagai titik acuan elevasi dan posisi bangunan. Patok-patok serta tanda harus dijaga sedemikian rupa sehingga kedudukannya tetap serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung. 3.2 Kesalahan-kesalahan terjadi sebagai akibat kelalaian didalam menentukan ukuran selama pelaksanaan menjadi tanggung jawab MMRI 2014 UNDIP 15
  • 17. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap gambar-gambar dan ketentuan yang ada. 4. Survei Utilitas 4.1 Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan survei utilitas yang berada dilokasi pekerjaan. 4.2 Kontraktor sebelum mengadakan pekerjaan harus berkoordinasi dengan tim direksi/PPK untuk mengetahui kondisi utilitas yang ada dilokasi pekerjaan. 4.3 Hasil survey harus dibuat dokumentasi yang baik sebagai alat kerja. 5. Penyelidikan Tanah 5.1 Kontraktor sebelum melaksanakan pekerjaan harus melakukan penelitian terhadap hasil penyelidikan tanah yang digunakan dalam proses desain. 5.2 Jika terdapat hal – hal yang belum diperhitungkan atau meragukan, Kontraktor dapat melakukan penyelidikan tanah tambahan. 5.3 Dalam melakukan penyelidikan tanah, Kontraktor harus mendapat persetujuan dari Konsultan dan PPK. 6. Survei Hidrologi dan Hidrolika Kontraktor harus melakukan survei hidrologi dan Hidrolika untuk memastikan bahwa akibat yang timbul selama pelaksanaan pekerjaan tidak menimbulkan dampak negative seperti banjir, penyumbatan dan lain-lain. MMRI 2014 UNDIP 16
  • 18. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 5.3 RUANG KERJA 1. Ruang Kerja (Right Of Way) 1.1 Ruang kerja akan menjadi lahan sementara atau permanen untuk melaksanakan pekerjaan. Konsultan harus menentukan lebar efektif dan batas-batas ruang kerja. 1.2 Kontraktor harus memperhatikan ruang kerja sebagaimana ditetapkan oleh Konsultan. 1.3 Kontraktor bertanggung jawab untuk menyediakan ruang kerja tambahan yang diperlukan untuk penyimpanan material, peralatan dan lain – lain atas biaya sendiri. 2. Perijinan 2.1 Setiap perijinan yang dibutuhkan untuk memindahkan material dan peralatan menjadi tanggung jawab Kontraktor. 2.2 Kontraktor akan melakukan survey untuk mengetahui kondisi – kondisi dan kesulitan yang mungkin ditemui dalam pengangkutan material, pengangkutan peralatan, dan lain – lain. 3. Pembersihan Lokasi Kerja 3.1 Wilayah kerja harus dipelihara secara tertib dan bebas dari hambatan untuk memberikan kondisi terbaik yang mungkin untuk berbagi operasi dan instansi yang diperlukan. 3.2 Limbah dan puing – puing harus dihilangkan dari lokasi kerja. 5.4 DIREKSI KEET DAN GUDANG 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pembuatan direksi keet dan gudang yang digunakan untuk tempat pertemuan dan penyimpanan barang sementara di lapangan. MMRI 2014 UNDIP 17
  • 19. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2. Persyaratan Teknis 2.1 Material 1) Direksi keet dibuat dengan rangka kayu kelas III, dengan triplek tebal lebih besar/sama dengan 4 mm, atap seng gelombang BJLS 25, lantai plesteran dengan campuran 1 PC : 5 PC, tebal = 10 cm, kaca nako, daun pintu dari triplek, dicat. 2) Di direksikeet harus dilengkapi dengan : No Item Volume 1 Papan Nama 1 bh 2 Meja 1 bh 3 Kursi 4 bh 4 Kalender 1 bh 5 Kotak Obat 1 set 6 Papan Tulis/ White board 1 bh 7 Papan Informasi 1 bh 8 Papan untuk menempel Gambar kerja 1 bh 3) Setelah pekerjaan selesai, lokasi yang digunakan sebagai direksikeet dan gudang harus dibongkar dan dibersihkan. 5.5 FASILITAS OPERASIONAL 1. Ruang Lingkup Fasilitas operasional kerja perlu dilengkapi oleh Kontraktor antara lain seperti alat komunikasi, operasional kantor kontraktor, listrik/penerangan, dan lain – lain sesuai kebutuhan di lapangan. MMRI 2014 UNDIP 18
  • 20. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2. Alat Komunikasi 2.1 Kontraktor harus menyediakan peralatan komunikasi berupa HT dilengkapi dengan RIG (bila perlu) yang diperlukan untuk komunikasi. 2.2 Jika penguat/booster diperlukan, antenna booster harus disediakan untuk menjamin komunikasi yang baik/lancer antara alat komunikasi didalam seluruh area pekerjaan, termasuk ke stasiun terdekat. 3. Listrik dan Penerangan 3.1 Menyediakan dan memelihara semua penerangan sementara dan tenaga listrik sementara yang diperlukan untuk konstruksi. 3.2 Menyediakan koneksi ke semua peralatan konstruksi yang memerlukan tenaga listrik. 3.3 Menyediakan dan memelihara tenaga listrik sementara untuk peralatan mekanik permanen memerlukan layanan tenaga listrik sampai tenaga listrik tetap dapat digunakan. 3.4 Menyediakan penerangan lapangan sementara untuk keamanan sesuai dengan arahan PPK/Konsultan. 3.5 Menyediakan grounding untuk semua perangkat sesuai standar yang berlaku. 3.6 Menyediakan semua item yang diperlukan untuk penerangan. 3.7 Menyediakan dan menjaga semua peralatan layanan sementara sampai kerja permanen terinstal dan diaktifkan. 3.8 Kesalahan-kesalahan yang terjadi sebagai akibat kelalaian di dalam penyediaan, penggunaan dan perawatan peralatan akibat dari tenaga listrik selama proses pelaksanaan pekerjaan menjadi tanggung jawab kontraktor sepenuhnya. Oleh karena itu sebelum pelaksanaan dimulai MMRI 2014 UNDIP 19
  • 21. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS kontraktor diwajibkan mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap syarat dan ketentuan yang ada. 6 Telepon Sementara Kontraktor akan menyediakan layanan telepon sementara selama konstruksi untuk kelancaran komunikasi. 7 Petunjuk Panggilan Darurat Kontraktor harus menyediakan daftar lokasi terdekat dan bekerja sama dengan instansi terkait seperti polisi, rumah sakit atau pelayanan kesehatan di Direksi keet, untuk mengantisipasi apabila terjadi keadaan darurat. 5.6 PEMBERSIHAN LOKASI PEKERJAAN 1. Selama proyek berlangsung, Kontraktor harus menjaga kebersihan dan mengatur lokasi bahan bangunan dan alat kerja serta daerah kerja sehingga kelancaran pelaksanaan pekerjaan tidak terhambat karenanya. 2. Pembersihan tumbuh-tumbuhan yang ada pada lokasi peruntukan kerja sesuai petunjuk Gambar Kerja dan Pengawas Lapangan. 3. Sesudah proyek selesai dan sebelum melakukan penyerahan pekerjaan kepada pemilik proyek, kontraktor harus membersihkan seluruh daerah kerja dari segala macam peralatan tersebut, sisa-sisa bahan bangunan, bekas bongkaran dan bangunan – bangunan sementara, termasuk pengangkutnya tanpa tambahan biaya. 5.7 KESELAMATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) 1. Ruang Lingkup Bagian ini mengatur mengenai pelaksanaan program Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) dalam pelaksanaan pekerjaan. MMRI 2014 UNDIP 20
  • 22. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2. Pedoman dan Standar 2.1 Undang – undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja 2.2 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep. 1135/MEN/1987 tentang bendera Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 2.3 Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Kep 245?MEN/1990 tentang Hari Keselamatan Dan Kesehatan Kerja Nasional. 2.4 Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.I No. Per.05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. 3. Keselamatan Kerja 3.1 Dari permulaan hingga penyelesaian pekerjaan dan selama masa pemeliharaan, Kontraktor bertanggung jawab atas keselamatan dan keamanan pekerja, material dan peralatan teknis serta konstruksi. 3.2 Kontraktor wajib menjaga Keselamatan kerja di ruang kerja dengan melengkapi dengan perlengkapan keselamatan kerja seperti safety line, rambu-rambu, papan promosi keselamatan, dan lain-lain. 3.3 Kontraktor wajib menjamin keselamatan tenaga kerja yang terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan dari segala kemungkinan yang terjadi dengan memenuhi aturan dan ketentuan kesehatan dan keselamatan kerja yang berlaku (Jamsostek). 3.4 Kontraktor diwajibkan menyediakan obat-obatan, menurut syarat-syarat Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (PPPK) yang selalu dalam keadaan siap digunakan dilapangan, untuk mengatasi segala kemungkinan musibah bagi semua petugas dari pekerja lapangan. 3.5 Setiap pekerja diwajibkan menggunakan sepatu pada waktu bekerja dan di lokasi harus disediakan Alat Pelindung Diri (APD) berupa safety belt, MMRI 2014 UNDIP 21
  • 23. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS safety helmet, masker/kedok las terutama untuk dipakai pada pekerjaan pemasangan kuda-kuda baja dan pekerjaan yang beresiko tertimpa benda keras. 3.6 Kontraktor wajib menyediakan air bersih, kamar mandi dan WC yang layak dan bersih bagi semua petugas dan pekerja. Membuat tempat penginapan di lapangan pekerjaan untuk para pekerja tidak diperkenankan, kecuali atas ijin PPK. 3.7 Apabila terjadi kecelakaan, Kontraktor segera mungkin memberitahu kepada Konsultan dan mengambil tindakan yang baru untuk keselamatan korban-korban kecelakaan itu. 4. Prosedur Operasi Standar (SOP) Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) 4.1 Kontraktor harus membuat SOP Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3). 4.2 SOP diajukan kepada Konsultan untuk dievaluasi. 4.3 Kontraktor harus menyampaikan laporan pelaksanaan SOP kepada PPK, Tim Direksi, dan Konsultan. 5.8 DAMPAK LINGKUNGAN 1. Pertimbangan Lingkungan 1.1 Kontraktor akan membangun fasilitas, sehingga tidak satupun pekerjaan mempunyai dampak merugikan pada lingkungan, komunitas serta fasilitas lalu lintas lainnya. 1.2 Pertimbangan harus dilakukan sebagai berikut, tetapi tidak terbatas pada : 1). Penggunaan bahan bakar ramah lingkungan untuk meminimalkan emisi polusi udara 2). Pengendalian sulfur dioksida dan polutan udara lainnya 3). Pemisahan air limbah industri dan kota MMRI 2014 UNDIP 22
  • 24. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4). Reklamasi air limbah 5). Pemulihan dan daur ulang bahan – bahan yang sesuai 6) Pengendalian kebisingan kendaraan 7) pengendalian kebisingan dari industry dan fasilitas komersial 8) Batasan getaran 9) Pelestarian tanah alam sedapat mungkin 10) Pelestarian situs arkeologi 2. Perlindungan Lingkungan 2.1 Kontraktor harus menyadari dan mengikuti praktek-praktek perlindungan lingkungan dan prosedur sebagaimana ditetapkan oleh otoritas dan instansi terkait yang relevan. 2.2 Lanau dan lumpur yang diklarifikasikan sebagai limbah bahan tidak boleh dibuang langsung ke perairan dekat pantai. Bahan ini akan dibuang di TPA yang disetujui. 2.3 Limbah / sisa material dengan klasifikasi bahan kimia berbahaya atau tidak berbahaya akan dibuang dan/atau disimpan di TPA yang disetujui. 2.4 Tidak ada pembayaran terpisah akan dibuat untuk perlindungan lingkungan hidup tetapi semua biaya yang daripadanya akan dimasukan dalam harga kontrak dibayarkan item. 3. Pengendalian Dampak Lingkungan 3.1 Kontraktor wajib mengikuti ketentuan yang ada dalam usaha pelaksanaan pengendalian lingkungan. 3.2 Dampak lingkungan yang perlu diperhatikan antara lain :  Banjir  Longsor  Debu MMRI 2014 UNDIP 23
  • 25. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS  Suara 5.9 JAMINAN DAN PENGENDALIAN MUTU 1. Ruang Lingkup Bagian ini mencakup persyaratan untuk jaminan dan pengendalian mutu produk, hasil kerja dan penyiapan sertifikat pemenuhan persyaratan. 2. Persyaratan Umum 2.1 Material dan peralatan yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi persyaratan yang berlaku dalam hal ukuran, pembuatan, jenis dan kualitas yang ditentukan, kecuali secara spesifik ditentukan bebas dari persyaratan. 2.2 Konsultan dan PPK mempunyai hak untuk menolak material atau cara dan hasil kerja yang tidah sesuai dengan persyaratan, pada setiap saat. 2.3 Kontraktor harus membongkar pekerjaan yang tidak diterima atau ditolak oleh Konsultan dan PPK dan mengerjakan kembali sesuai persyaratan kontrak dan/atau petunjuk dari konsultan tanpa tambahan biaya. 2.4 Jika kontraktor menolak atau membongkar atau mengganti, PPK akan melakukan pembongkaran atas biaya dari kontraktor. 2.5 Pekerjaan yang dihasilkan harus sesuai dengan sasaran dan gambar desain yang telah ditetapkan. 5.10 SUBMITTAL 1. Ruang Lingkup Bagian ini mencakup persyaratan dan prosedur pengajuan dokumen yang diperlukan selama pelaksanaan pekerjaan berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan, ijin pelaksanaan pekerjaan, material, sub kontraktor, gambar kerja (Shop MMRI 2014 UNDIP 24
  • 26. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Drawing), metode pelaksanaan pekerjaan, usulan review desain, perubahan pelaksanaan pekerjaan (variation order) dan gambar pelaksanaan hasil pekerjaan (as built drawing). 2. Persyaratan Umum 2.1 Pengajuan submittal harus disertai surat penyampaian, yang berisi : 1) Nomor dan tanggal penyampaian / revisi penyampaian 2) Nama proyek, paket dan bagian pekerjaan 3) Nama kontraktor, sub kontraktor dan pemasok / supplier 4) Indentifikasi dan spesifikasi produk dan material 5) Hal – hal yang diperlukan untuk indentifikasi dan konfirmasi yang terkait pengajuan. 2.2 Dalam setiap pengajuan submittal, Kontraktor dianggap sudah mempelajari, mengetahui dan memeriksa dokumen kontrak. 2.3 Pengajuan yang tidak disetujui akan diberikan catatan dan dikembalikan kepada Kontraktor, Kontraktor harus melakukan perbaikan dan diajukan kembali. 3. Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan. 3.1 Kontraktor harus menyampaikan jadwal pelaksanaan Pekerjaan yang berisi antara lain uraian item pekerjaan, urutan dan keterkaitan antar bagian pekerjaan, bobot pekerjaan, bobot rencana mingguan dan bulanan serta mencantumkan grafik kurva-S. 3.2 Jadwal pelaksanaan yang telah disetujui akan dijadikan paduan dalam melakukan evaluasi secara periodik. 4. Ijin Pelaksanaan Pekerjaan 4.1 Kontraktor harus mengajukan ijin pelaksanaan pekerjaan kepada Konsultan sesui format yang disediakan Konsultan. MMRI 2014 UNDIP 25
  • 27. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4.2 Konsultan akan melakukan pengecekan di lapangan sesuai ijin pelaksanaan yang diajukan. 4.3 Pada pekerjaan yang bersifat khusus, Kontraktor harus mengajukan metode kerja dan mempresentasikan kepada PPK dan Konsultan. 5. Material 5.1 Kontraktor harus menyampaikan contoh material/peralatan atau brosur material yang akan digunakan untuk pekerjaan sesuai dengan gambar dan spesifikasi teknis dan mendapat persetujuan dari PPK. 5.2 Contoh material harus dalam ukuran dan kuantitas yang cukup untuk dilihat secara visual, termasuk data lokasi dan teknis produksi dari pemasok. 5.3 PPK dapat meminta pengujian tambahan dan/atau pemeriksaan laboratorium atas bahan, material dan/atau produk oleh pihak independen, bila diperlukan. 5.4 Kontraktor tidak boleh memesan bahan atau memulai pembuatan suatu produk sebelum pengajuan disetujui dan ditanda tangani oleh PPK dengan rekomendasi Konsultan. 6. Sub Kontraktor 6.1 Perusahaan Sub Kontraktor harus disetujui oleh PPK 6.2 Kontraktor harus mengajukan usulan Sub Kontraktor kepada PPK. 6.3 PPK dibantu Konsultan mengadakan pemeriksaan terhadap kemampuan yang dimiliki Sub Kontraktor sesuai ketentuan dalam peraturan yang berlaku. 6.4 Pengajuan usulan harus dilengkapi dengan dokumen yang berisi cpmpany profil, daftar pengalaman, jenis pekerjaan dan hal-hal lain yang dianggap perlu untuk penilaian. MMRI 2014 UNDIP 26
  • 28. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 7. Gambar Kerja (Shop Drawing) 7.1 Sebelum melaksanakan pekerjaan, kontraktor harus mengajukan Gambar Kerja (Shop Drawing). 7.2 Gambar Kerja (Shop Drawing) harus disetujui oleh Kontraktor, Konsultan dan PPK. 7.3 Pengajuan Gambar Kerja Harus mengacu kepada gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis yang sudah disetujui oleh Kementerian Pekerjaan Umum. 7.4 Dalam melakukan pembuatan gambar kerja, Kontraktor harus melakukan penelitian terhadap gambar rancangan (desain) yang sudah ditetapkan. Apabila terjadi perbedaan antara kondisi lapangan dan gambar rancangan (desain) maka kontraktor dapat mengajukan usulan perubahan / review desain. 7.5 Kontraktor dalam melakukan penelitian desain (spesifikasi teknis dan gambar rancangan) harus berkoordinasi dengan Konsultan Perencana. 7.6 Untuk mendapatkan hasil kerja yang Optimal, Kontraktor diminta selalu berkoordinasi dengan Konsultan dan pihak terkait. 7.7 Perhitungan volume untuk semua item pekerjaan mengacu kepada shop drawing yang telah disetujui. 7.8 Gambar Kerja dibuat dalam bentuk Hard Copy dan Soft Copy (dalam bentuk CAD dan PDF File). 8. Metoda Pelaksanaan Pekerjaan Kontraktor harus mengajukan metode kerja dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 8.1 Lokasi dan aksesibilitas tempat berlangsungnya pekerjaan. MMRI 2014 UNDIP 27
  • 29. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 8.2 Gambar kerja dan persyaratan teknis serta alokasi waktu untuk pekerjaan yang bersangkutan. 8.3 Jumlah dan kapasitas sumberdaya yang diperlukan untuk pekerjaan yang bersangkutan. 8.4 Uraian detail aktifitas pekerjaan dengan mempertimbangkan kepada kondisi yang ada selama pelaksanaan pekerjaan dalam bentuk gambar skematik, bagan alir bagian pekerjaan lain dengan menggunakan software seperti Microsoft project, Primavera dan lain – lain. 8.5 Uraian dan perhitungan struktur pengaman sementara yang diperlukan. 8.6 Aspek lingkungan dan social disekitar lokasi kerja. 8.7 Pengamanan utilitas dan/atau infrastruktur yang ada disekitar, baik dibawah atau diatas lokasi kerja. 8.8 Pengamanan/Rambu-rambu lalu lintas. 9. Usulan Perubahan Desain (Review Desain) Perubahan gambar rancangan (desain) dan spesifikasi teknis harus mendapat persetujuan Konsultan dan PPK untuk perubahan kecil (minor), Jika perubahan yang harus dilakukan besar (major) maka harus mendapat persetujuan Kementerian Pekerjaan Umum. 10. Perubahan Pekerjaan (Variation Order) 10.1 Jika ada perubahan Pekerjaan Kontraktor harus mengajukan secara tertulis. 10.2 Pengajuan dilengkapi dengan gambar awal dan gambar perubahan secara detail. 10.3 Jika ada perubahan biaya dan waktu pelaksanaan yang ditimbulkan akibat perubahan tersebut, maka perlu dibahas lebih lanjut dengan PPK untuk memperoleh persetujuan dengan rekomendasi Konsultan. MMRI 2014 UNDIP 28
  • 30. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 11. Gambar Hasil Pelaksanaan Pekerjaan (As Built Drawing) 11.1 Kontraktor harus menyampaikan gambar “as-built” pada akhir pelaksanaan konstruksi untuk mendapat persetujuan dari konsultan dan PPK. 11.2 As Built Drawing di sampaikan paling lambat 14 (empat belas) hari setelah serah terima akhir. 11.3 Kontraktor harus menyampaikan gambar “as built drawing” yang telah disetujui sebanyak : 1) 1 (satu) set asli 2) 5 (lima) set copy dijilid 3) Rekaman soft copy dalam CD atau jenis lainnya dalam bentuk CAD dan PDF file. 5.11 PEMERIKSAAN DAN PENGUJIAN 1. Ketentuan Umum 1.1 Pengujian sample di laboratorium harus dilakukan di laboratorium independent yang telah disetujui oleh PPK/Konsultan. 1.2 Kontraktor harus melakukan pengujian yang diperlukan untuk menjamin kualitas yang ditetapkan sesuai arahan Konsultan / PPK. 1.3 Segala biaya yang timbul akibat pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian ditanggung oleh Kontraktor. 2. Pelaksanaan Pemeriksaan dan Pengujian 2.1 Kontraktor wajib memfasilitasi Konsultan dan PPK dalam pelaksanaan pengujian. 2.2 Konsultan dan PPK dapat meminta tambahan pengujian jika perlu 2.3 Hasil pemeriksaan dan pengujian harus didokumentasi MMRI 2014 UNDIP 29
  • 31. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2.4 Kontraktor harus menyiapkan personil untuk menyaksikan proses pemeriksaan dan pengujian 2.5 Kontraktor harus menyiapkan alat uji yang diperlukan. 5.12 RAPAT PROYEK 1. Ruang Lingkup Bagian ini mencakup persyaratan untuk pertemuan pra-konstruksi, koordinasi rutin pertemuan dan kemajuan dan distribusi menit dan informasi terkait. 2. Persyaratan Umum 2.1 Konsultan harus mengadakan rapat Pra-Konstruksi, Rapat Berkala, dan Rapat khusus selama pelaksanaan pekerjaan. 2.2 Perwakilan kontraktor, subkontraktor dan pemasok harus menghadiri rapat yang diselenggarakan oleh Konsultan dan PPK. 2.3 Konsultan adalah pemimpin rapat dan membuat risalah rapat untuk semua proses yang dijalankan. 2.4 Hasil rapat harus didistribusikan kepada seluruh stakeholder. 3. Rapat Pra-Konstruksi Dengan Agenda Dalam rapat pra-konstruksi dibahas hal-hal sekurang – kurangnya : 3.1 Organisasi Kerja 3.2 Program Kerja 3.3 Jadwal Pelaksanaan 3.4 Program Mutu 3.5 Prosedur pelaksanaan pekerjaan seperti pengajuan submittal, rencana perubahan ruang lingkup, dan lain-lain. 3.6 Pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja (K3) 3.7 Pelaksanaan Program pengendalian Dampak Lingkungan MMRI 2014 UNDIP 30
  • 32. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 3.8 Rencana pelaksanaan pemeriksaan lapangan bersama. 4. Rapat Kemajuan Pekerjaan 4.1 Jadwal rutin, dan pertemuan untuk kemajuan pekerjaan. 4.2 Agenda rapat : 1) Review dan persetujuan risalah rapat sebelumnya. 2) Observasi lapangan, kendala selama pekerjaan. 3) Masalah yang menghambat kemajuan pekerjaan 4) Pninjauan ke pabrik dan jadwal pengiriman. 5) Tindakan korektif dan prosedur yang diperlukan untuk mempertahankan target yang ditetapkan. 6) Jadwal pekerjaan yang akan dating 7) Jadwal shop drawing dan tanggal persetujuan 8) Proposal perubahan untuk penyelesaian pekerjaan 9) Dan lain – lain yang diperlukan. 5.13 PELAPORAN 1. Laporan Harian Kontraktor harus membuat laporan Harian yang menggambarkan peristiwa – peristiwa penting yang berkaitan dengan pekerjaan, jam kerja, jumlah buruh yang diperkerjakan, waktu operasi peralatan, jam lembur, keterlambatan beserta penyebabnya, kondisi mateorologi, bahan atau peralatan, kemajuan yang dibuat dan petunjuk, pemberitahuan dan rekomendasi yang dibuat oleh Konsultan Pengawas. Laporan Harian harus diajukan dan distujui oleh Konsultan Pengawas. MMRI 2014 UNDIP 31
  • 33. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2. Laporan Mingguan Kontraktor harus menyampaikan laporan Mingguan kepada Konsultan pada hari Selasa setiap minggu. Laporan Mingguan ini menggambarkan peristiwa – peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, jadwal/target satu minggu ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan ). 3. Laporan Bulanan 3.1 Kontraktor harus memberikan Laporan Kemajuan Bulanan kepada Konsultan paling lambat tanggal 2 setiap bulannya. Laporan bulanan ini menggambarkan peristiwa-peristiwa berkaitan dengan keterlambatan beserta penyebabnya, kemajuan kerja yang dibuat, kondisi mateorologi, jadwal/target satu bulan ke depan beserta perencanaan sumber daya yang akan digunakan (tenaga, material dan peralatan). 3.2 Kontraktor harus menyampaikan Laporan Kemajuan Bulanan yang sudah disetujui oleh Konsultan paling lambat tanggal 5 setiap bulannya kepada PPK. 5.14 SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN 1. Persiapan Serah Terima hasil Pekerjaan Kontraktor harus melakukan persiapan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan, antara lain : 1.1 Melakukan pembersihan lapangan. 1.2 Melakukan pemeriksaan akhir kondisi hasil pelaksanaan pekerjaan. 1.3 Menyiapkan personil untuk pelaksanaan pemeriksaan dan pengujian. 1.4 Menyiapkan peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian. MMRI 2014 UNDIP 32
  • 34. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 1.5 Menyiapkan alat uji yang diperlukan untuk pemeriksaan dan pengujian. 1.6 Menyiapkan dokumen – dokumen untuk proses serah terima hasil pekerjaan. 2 Ketentuan Pelaksanaan serah Terima Hasil Pekerjaan Ketentuan pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan adalah sebagai berikut : 2.1 Menyampaikan surat permohonan kepada PPK untuk pelaksanaan serah terima hasil pekerjaan. 2.2 Melaksanakan pemeriksaan dan pengujian hasil pelaksanaan pekerjaan dengan konsultan dan tim PPK. 2.3 Menyampaikan pedoman pemeliharaan (maintenance manual) 2.4 Menyerahkan pekerjaan terakhir hanya dapat dilaksanakan apabila seluruh pekerjaan telah dapat berfungsi secara baik dan dapat diterima oleh PPK. 5.15 MASA PEMELIHARAAN 1. Ruang Lingkup Masa pemeliharaan adalah masa tanggung jawab perbaikan atas cacat atau rusak hasil pekerjaan yang telah dilaksanakan dalam periode pemeliharaan yang telah ditetapkan. 2. Masa Pemeliharaan 2.1 Masa pemeliharaan adalah sesuai yang tercantum dalam dokumen kontrak mulai dari tanggal Sertifikat Penyelesaian Pekerjaan (ST 1)/ PHO. 2.2 Sebelum akhir masa pemeliharaan berakhir Kontraktor harus mengajukan surat permohonan pemeriksaan lapangan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen). MMRI 2014 UNDIP 33
  • 35. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2.3 Setelah dilakukan evaluasi dan disimpulkan bahwa hasil pekerjaan dalam kondisi baik maka PPK akan mengeluarkan Sertifikat Serah Terima Kedua (ST 2)/ FHO. 3. Ketentuan Pelaksanaan Pemeliharaan 3.1 Kontraktor harus melakukan pemeriksaan secara ruin untuk menjaga kondisi hasil pekerjaan tetap baik selama masa pemeliharaan. 3.2 Kontraktor harus membuat laporan bulanan hasil pemeriksaan rutin selama masa pemeliharaan. 3.3 Setiap pelaksanaan pekerjaan di lapangan dalam rangka perbaikan hasil pekerjaan harus diinformasikan kepada PPK. 3.4 Kontraktor harus memperbaiki hasil pekerjaan yang mengalami cacat atau rusak selama masa pemeliharaan. 3.5 Biaya timbul akibat pelaksanaan perbaikan menjadi tanggung jawab kontraktor. 6. PEKERJAAN FISIK BANGUNAN PELENGKAP 6.1 PEKERJAAN PEMBONGKARAN 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pembuangan material yang tidak diperkenankan di lokasi seperti pasangan batu dari bangunan, pagar, struktur atau bangunan lainnya. Pekerjaan ini juga mencakup pemindahan material tertentu karena masih digunakan atau memerlukan proses untuk penghapusan. 2. Pedoman Standar  Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan dan Pengendalian Mutu Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” MMRI 2014 UNDIP 34
  • 36. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4. Submital Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital” 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material Tidak ada 5.2 Peralatan Peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan disesuaikan dengan kebutuhan lapangan minimal : 1) Jack Hammer atau palu mekanis 2) Excavator 5.3 Pelaksanaan 1) Seluruh jenis material yang masih dapat dipergunakan harus dicatat, disimpan dan dijaga di tempat yang telah ditentukan oleh konsultan. Sedangkan material yang tidak dapat digunakan harus dibuang keluar lokasi pekerjaan. 2) Sebelum memulai setiap penggalian atau pembongkaran pekerjaan, Kontraktor harus melakukan survey pekerjaan yang ada dan memeriksa gambar Spesifikasi untuk menentukan sejauhmana pekerjaan tersebut dilakukan. 3) Kontraktor harus melaksanakan pekerjaan pembongkaran sesuai ruang yang ditentukan sebagai lokasi kerja, seperti terlihat dalam gambar atau arahan Konsultan. 4) Struktur drainase yang digunakan tidak boleh dipindahkan sebelum mendapat ijin dari konsultan. 5) Kontraktor harus melakukan koordinasi dengan instansi terkait sebelum dan selama melaksanakan pembongkaran. MMRI 2014 UNDIP 35
  • 37. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 6) Semua material yang dapat dipakai lagi harus dipindahkan tanpa kerusakan, dalam bentuk potongan-potongan atau serpihan yang diangkut dan harus disimpan oleh Kontraktor pada tempat yang ditentukan. Tempat penyimpanan harus aman dan tidak boleh mengganggu pelaksanaan konstruksi pengaspalan dan bangunan pelengkap lainnya. 7). Kontraktor harus mengamankan dan merapihkan lokasi bekas bongkaran struktur agar tidak membahayakan lingkungan sesuai arahan Konsultan. 8) Setiap kerusakan yang timbul akibat pelaksanaan pekerjaan pembongkaran harus diperbaiki atau diganti tanpa biaya tambahan kepada PPK. 9) Debu/Kotoran/polusi akibat pembongkaran dan atau pemberihan tidak boleh mengganggu lingkungan sekitar. 10) Kontraktor harus melakukan antisipasi terkait proses pelaksanaan pekerjaan yang dapat menghasilkan kerusakan/gangguan lingkungan. 6.2 PEMBERSIHAN LAHAN 1. Ruang Lingkup Pembersihan lahan adalah pekerjaan pembersihan lahan dari semua pohon-pohon, sisa-sisa bangunan, vegetasi, sampah, material-material yang tidak diinginkan termasuk pembuangan tunggul, akar-akaran dan material-material buangan yang dihasilkan dari pengupasan baik di daerah timbunan maupun galian termasuk pengupasan humus, Semua material hasil pembersihan lahan haurs dibuang ke lokasi yang ditunjuk oleh Konsultan. MMRI 2014 UNDIP 36
  • 38. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2. Pedoman Standar  Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan dan Pengendalian Mutu Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” 4. Submital Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital” 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material Tidak ada 5.2 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pekerjaan ini minimal : 1). Buldozer/Motor Grader/Ecavator Peralatan selain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari konsultan. 5.3 Pelaksanaan 1) Melakukan survey batas wilayah yang akan dikerjakan dan benda yang akan dibersihkan seperti pohon, semak, tanaman dan lain-lain. 2) Menjaga benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang. 3) Semua benda-benda yang menghalangi konstruksi harus dibersihkan/dibuang. 4) Pengupasan tanah dilakukan dengan kedalaman maksimum 50 cm dari permukaan tanah asli. MMRI 2014 UNDIP 37
  • 39. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 5) Hasil survey rencana kegiatan yang akan dilaksanakan dan pengukuran setelah kegiatan dilaksanakan harus disetujui oleh Konsultan. 6.3 GALIAN UNTUK BANGUNAN STRUKTUR 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penggalian sesuai dengan gambar kerja, pengangkutan material dari lokasi galian ke lokasi pembuangan yang ditunjuk, pembuatan konstruksi pengaman jika diperlukan, dan pembuatan fasilitas lain yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan ini. 2. Pedoman Standar 1) Peraturan yang berlaku di Indonesia  Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai dengan ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. 4. Submittal Sesuai dalam ketentuan dalam “Submital” 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material Dalam pekerjaan ini tidak diperlukan material kecuali jika terjadi kelebihan penggalian, maka material yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan yang tercantum dalam pekerjaan timbunan atau disetujui oleh Konsultan. 5.2 Peralatan Peralatan yang digunakan untuk pelaksanaan pekerjaan ini minimal : MMRI 2014 UNDIP 38
  • 40. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 1) Excavator/Backhoe 2) Alat pemecah batu (jack hammer, palu dan lain-lain) Peralatan lain diatas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan. 5.3 Pelaksanaan 1) Survei Lapangan Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 2) Stabilitas Lereng a. Kontraktor harus menjamin kestabilan lereng batuan, selama periode pelaksanaan. Jika diperlukan Kontraktor harus membuat pengamanan sementara. b. Konstruksi pengamanan sementara dan metode kerja harus diajukan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan. 3) Kelebihan Penggalian Kelebihan penggalian harus ditimbun kembali oleh Kontraktor dengan material yang disetujui oleh Konsultan. Biaya yang terjadi akibat pelaksanaan pekerjaan penimbunan kembali akibat kelebihan penggalian menjadi tanggung jawab kontraktor. 4). Pembersihan Lokasi Semua material seperti batu bata, batu, sisa beton atau pasangan batu, barang yang dapat merusak struktur, sampah, barang-barang buangan, atau pecahan bekas jalan aspal yang menjadi penghalang MMRI 2014 UNDIP 39
  • 41. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS pelaksanaan pekerjaan harus dibuang ke tempat yang disetujui oleh Konsultan. 5) Aliran Air a. Kontraktor harus membuang drainase atau memindahkan aliran air yang mengganggu pelaksanaan pekerjaan termasuk pekerjaan pemompaan air dari lokasi galian. b. Kontraktor harus memperhitungkan kondisi volume aliran air yang akan terjadi seperti pada saat hujan. c. Kontraktor harus mengantisipasi banjir ke wilayah sekitar akibat dari pelaksanaan pekerjaan. d. Kontraktor harus menjamin kelancaran aliran air dengan melakukan pemeliharaan dan pembersihan saluran air yang melewati lokasi pekerjaan sehingga tidak mengganggu pelaksanaan pekerjaan. 6) Material Hasil Galian a. Semua material galian prinsipnya harus dibuang. b. Jika material galian dinilai dapat digunakan, maka material tersebut harus diuji terlebih dahulu. c. Penggunaan kembali material galian harus mendapat persetujuan Konsultan. 7) Lokasi Pembuangan a. Kontraktor mengajukan usulan lokasi pembuangan kepada Konsultan untuk mendapat persetujuan yang dilengkapi ijin pembuangan dari pemilik. b. Lokasi pembuangan mengacu kepada ketentuan mengenai lingkungan. MMRI 2014 UNDIP 40
  • 42. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 6.4 TIMBUNAN DENGAN MATERIAL TANAH PILIHAN 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan material tanah pilihan, angkutan tanah ke lokasi, penghamparan dan pemadatan tanah untuk pembuatan timbunan tanah atau penimbunan kembali kelebihan galian sesuai gambar yang telah disetujui. 2. Pedoman dan Standar 2.1 Peraturan di Indonesia  Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 2.2 ASTM Standar  ASTM C 136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Agregates  ASTM C 142 Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Agregates  ASTM C 235 Method of Test for Scratch Hardness of Coarse Agregate Particles  ASTM D 421 Standard Particles for Dry Preparation of Soil Samples for Particle-Size Analysis and Determination of Soil Constants  ASTM D 422 Standard Test Method for Particle-Size Analysis of Soils  ASTM D 698 Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3))  ASTM D 854 Standard Test Methods for Spesific Gravity of Soil Solids by Water Pycnometer MMRI 2014 UNDIP 41
  • 43. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS  ASTM D 1196 Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements  ASTM D 1556 Standard Test Method for Density and unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method  ASTM D 1883 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Water (Moisture) of laboratory-Compected Soils  ASTM D 2216 Standard Test Method for laboratory Determination of Water (Moisture) Content of Soil and Rock by Mass  ASTM D 2937 Density of Soil in Place by the Drive Cylinder Method  ASTM D 4318 Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils  ASTM D 4429 Standard Test method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place.  ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compaction Determination at Shallow Depths Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer. 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. MMRI 2014 UNDIP 42
  • 44. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4. Submittal Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material 1). Karakteristik Material Tanah a. Material tanah pilihan tidak boleh mengandung bahan – bahan berbahaya, sampah, kotoran – kotoran dan material asing. b. Material yang diklasifikasikan oleh Unifield Classification System sebagai OL, OH, atau Pt tidak boleh digunakan sebagai material pilihan. c. Material pilihan harus memiliki batas cair maksimal 80% dan batas plastis maksimum 50% dengan indeks plastisitas (plasticity index) tidak lebih dari 30% sesuai ASTM D 4318. d. Nilai CBR laboratorium material timbunan (ASTM D 1883) tidak kurang dari 6% pada contoh tanah terendam (soaked) yang dipadatkan hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASTM D 698. e. Material tanah pilihan (borrow material) untuk timbunan tidak boleh mengandung Montmorillonite, Konsultan berhak untuk melakukan uji analisis mineral. f. Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow material) dilakukan oleh Konsultan dan unsure-unsur Ditjen Perkeretaapian untuk diuji dilaboratorium dalam rangka persetujuan untuk dapat digunakan sebagai material timbunan. MMRI 2014 UNDIP 43
  • 45. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Biaya yang timbul akibat pelaksanaan pengambilan contoh material menjadi tanggung jawab kontraktor. Kontraktor juga menyiapkan tenaga kerja dan alat yang diperlukan dalam rangka melakukan penyelidikan dan pengambilan contoh. Rencana waktu pelaksanaan pengambilan contoh dan pengujian harus diajukan sebelumnya kepada Konsultan. g. Hanya material yang disetujui oleh Konsultan yang dapat digunakan sebagai material timbunan. Jika material yang dikirim ke lokasi pekerjaan tidak sesuai dengan yang telah disetujui, Konsultan dapat menolak material tersebut dan Kontraktor wajib membuangnya/membersihkan dari lokasi pekerjaan atas biaya sendiri. h. Pengambilan contoh material tanah pilihan (borrow pit) tidak boleh digali sebelum disetujui oleh Konsultan. i. Borrow pit harus dalam kondisi kering pada saat dilakukan pengambilan material. Pada saat pengambilan harus selalu memperhatikan stabilitas tanah untuk mencegah longsor akibat penggalian dan ketentuan mengenai lingkungan serta keselamatan kerja. 5.2 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan pekerjaan ini adalah : 1). Vibro roller/sheep foot roller 2). Buldozer/Motor Grader 3). Excavator 4). Truck tangki air MMRI 2014 UNDIP 44
  • 46. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 5.3 Pelaksanaan 1) Survei Lapangan Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 2) Pelaksanaan Penimbunan a. Tanah dasar / asli harus mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul beban dan tidak akan menyebabkan timbulnya penurunan yang berlebihan. Sesudah dilakukan pengupasan tanah asli, sebelum dilakukan penghamparan tanah timbunan, Kontraktor harus memastikan tanah dasar timbunan memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR 6 % menggunakan uji DCP (Dynamic Cone Penetrometer) ASTM D 6951 atau alat lain yang setara. b. Jika tanah dasar / asli memiliki nilai kepadatan setara dengan CBR kurang dari 6 % menggunakan uji DCP atau alat lain yang setara, maka harus dilaksanakan pekerjaan perbaikan tanah dasar ASTM D 6951. c. Metode perbaikan tanah dasar harus diusulkan dan disetujui oleh Konsultan dan PPK. d. Setelah dipastikan kondisi tanah dasar baik sesuai kaidah – kaidah rekayasa teknik sipil, pekerjaan timbunan dapat dilaksanakan. e. Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan untuk mendapatkan hasil pemadatan yang merata. MMRI 2014 UNDIP 45
  • 47. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS f. Bongkahan tanah yang berukuran lebih dari 20 cm harus dihancurkan terlebih dahulu sebelum pemadatan. g. Pada lokasi timbunan dilereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 30 cm. h. Pemadatan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan hamparan masing-masing lapisan tidak boleh lebih dari 30 cm sebelum pemadatan dan setiap lapis dilakukan pengukuran elevasi. i. Uji coba pemadatan (trial embankment) terhadap material timbunan harus dilakukan pada saat awal untuk mengetahui ketebalan lapisan dan jumlah minimum lintasan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang disyaratkan dengan panjang lintasan 50 m. Sekurang-kurangnya 3 (tiga) test kepadatan (density test) harus dilakukan untuk meyakinkan hasil test ini. j. Uji coba pemadatan (trial embankment) harus dilakukan kembali jika terjadi perubahan terhadap material timbunan dan alat yang digunakan. k. Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan kepadatan kering (dry density) minimal 95% dari maksimum Kepadatan Kering yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698. l. Material yang disetujui sebagai material timbunan harus memiliki kadar air mendekati kadar air optimum pemdatan. Kontraktor harus menambahkan air kepada material timbunan untuk mendapatkan kadar air material timbunan yang cukup untuk pemadatan. Jika kadar air material MMRI 2014 UNDIP 46
  • 48. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS timbunan dirasa melebihi kadar air optimum, maka kontraktor harus menunggu hingga kadar air mendekati optimum. m. Material timbunan harus dilindungi untuk menjaga kadar air. 3). Pengujian Hasil Pemadatan a. Pengujian terhadap hasil pemadatan per lapis dapat menggunakan metode sesuai ASTM D 1556 Standard Test method for Density and Unit Weight of Soil in Place by the Sand-Cone Method atau ASTM D 7380 Standard Test Method for Soil Compectioan Determination at Shallow Depth Using 5-lb (2,3 kg) Dynamic Cone Penetrometer atau ASTM D 4429 Standard Test Method for CBR (California Bearing Ratio) of Soils in Place kecuali lapis terakhir. b. Hasil pengujian di atas harus dipadatkan minimum hingga 95% dari kepadatan kering maksimum sesuai ASMT D 698 atau minimum setara nilai CBR sebesar 6% dari contoh material terendam kecuali lapis terakhir. c. Pengujian hasil pemadatan lapis terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for Nonrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3 (11 kg/cm3). d. Pengujian hasil pemadatan harus dilakukan setiap 500 m2 untuk setiap lapisan tanah yang dipadatkan. MMRI 2014 UNDIP 47
  • 49. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 6.5 TIMBUNAN AGREGAT SEBAGAI PONDASI JALAN 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan penghamparan dan pemadatan material pilihan pada bangunan struktur 2. Pedoman dan Standar 2.1 Peraturan Indonesia  Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 2.2 ASTM Standard  ASTM D 136 Standard Test Method for Sieve Analysis of Fine and Coarse Aggregates  ASTM D 142 Standard Test Method for Clay Lumps and Friable Particles in Aggregates  ASTM D 235 Method of test for Scratch Hardness of Coarse Aggregate Particles  ASTM D 698 Test Method for Laboratory Compaction Characteristics of Soil Using Standard Effort ( 12 400 ft-lb/lt3 (600 kN-m/m3))  ASTM D 1196 Standard Test Method fo Nonrepetitive, Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for use in Evaluation and Design of Airport and Higway Pavements  ASTM D 4318 Standard Test Method for Liquid Limit, Plastic Limit, and Plasticity Index of Soils 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. MMRI 2014 UNDIP 48
  • 50. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4. Submittal Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material 1). Karakteristik Material Berbutir a. Batu kali atau batu gunung berkualitas baik, kers, tidak poros dan tidak boleh berukuran lebih dari 25 cm. b. Berbentuk pecah/bulat, pasir, atau kombinasinya. c. Material berbutir tidak boleh mengandung lumpur dan bahan organic sebagai berikut :  Lumpur (ASTM C 235) > 5 %  Bahan Organik (ASTM C 142) > 5 % d. Gradasi material berbutir (ASTM C 136)  Ukuran maksimum 40 mm  Material lolos saringan 4,75 mm 25% - 90%  Material lolos saringan 0,075 mm 0% - 10% 2) Karakteristik Material Tanah Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan material tanah pilihan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam pekerjaan “Timbunan Dengan Material Tanah Pilihan” 5.2 Peralatan Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1) Vibro roller 2) Stamper MMRI 2014 UNDIP 49
  • 51. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Peralatan selain di atas dapat digunakan namun sebelumnya harus diajukan dan mendapat persetujuan dari Konsultan. 5.3 Pelaksanaan 1) Survei Lapangan Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 2) Pelaksanaan Penimbunan a. Pekerjaan Timbunan yang diperlukan dengan menggunakan material tanah pilihan dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi yang tercantum dalam pekerjaan “Timbunan Dengan Material Tanah Pilihan” b. Pekerjaan timbunan yang menggunakan tanah berbutir dilakukan sesuai dengan ketentuan dibawah ini :  Pemadatan harus dilakukan secara merata diseluruh lebar timbunan dengan ketebalan tidak lebih dari 15 cm setiap lapisan.  Pada lokasi timbunan di lereng, permukaan lereng dibuat bertangga dengan tinggi maksimum 15 cm.  Pemadatan harus dilakukan untuk mendapatkan Kepadatan kering (Dry Density) 100 % dari kepadatan kering maksimum yang didapat dari hasil pengujian ASTM D 698.  Peraltan pemadatan yang digunakan tidak boleh menyebabkan kerusakan atau pergeseran struktur. MMRI 2014 UNDIP 50
  • 52. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS  Pekerjaan timbunan di belakang/di atas struktur beton tidak boleh dilaksanakan sebelum usia beton mencapai kekuatan tekannya (compressive strength) atau sebelum 28 hari, kondisi mana yang tercapai terlebih dahulu. 3) Pengujian Hasil Pemadatan Pengujian hasil pemadatan pekerjaan timbunan dengan menggunakan material berbutir adalah sebagai berikut : a. Sebelum pelaksanaan pekerjaan, material yang akan digunakan sebagai material timbunan harus diuji terlebih dahulu dengan menggunakan metoda uji sesuai dengan ASTM D 698 dengan kepadatan kering maksimum (Maximum Dry Density) sebesar 100%. b. Pengujian hasil pemadatan lapisan terakhir dengan ketebalan 30 cm (subgrade) dilakukan sesuai dengan ASTM D 1196 Standard Test Method for nenrepetitive Static Plate Load Tests of Soils and Flexible Pavement Components, for Use in Evaluation and Design of Airport and Highway Pevement dengan nilai minimum yang harus dipenuhi sebesar 110 MN/m3. 6.6 DINDING PENAHAN TANAH DENGAN PASANGAN BATU KALI 1. Ruang Lingkup 1) Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar. MMRI 2014 UNDIP 51
  • 53. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. 2. Pedoman dan Standar 1) Standar Industri Indonesia (SII) 2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982) 3) American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). 4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. 4. Submittal Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material 1). Batu belah Batu harus menyerupai kubus, keras dan kuat dengan ukuran antara 15 sampai 30 cm, atau ukuran lain yang disetujui oleh Konsultan. Batu harus relative rata dan bersudut. Permukaan dasar tidak kurang dari 1/16 dari permukaan depan dan lebar terkecil dari permukaan dasar harus lebih dari 1/10 dari panjang terbesar. 2). Pipa Drainase Pipa untuk drainase adalah pipa PVC kelas D dengan diameter 2”. MMRI 2014 UNDIP 52
  • 54. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 3). Mortar / Adukan Campuran mortar : 1 semen : 4 pasir, Persyaratan material semen dan pasir sesuai pada “Bagian Beton”. 5.2 Pelaksanaan 1) Survei lapangan Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 2) Pembuatan Dinding Penahan tanah Dari Pasangan batu a. Setelah elevasi dasar tercapai, dilakukan penghamparan pasir urug dan dipadatkan untuk mendapatkan daya dukung yang seragam. b. Batu harus dalam kondisi bersih sebelum dipasang. Alas mortar harus dihampar disisi batu yang berdekatan sebelum pemasangan batu berikutnya. c. Ketebalan mortar minimum harus mencukupi sehingga tidak terjadi kontak langsung antara batuan. Batu harus ditekan pada tempatnya dan batu yang mempunyai muka berbeda lebih dari 20 mm dari muka pasangan atau lebih dari 30 mm dari muka batu yang berdekatan harus segera diperbaiki dengan menggeser dan memasang kembali. d. pada dinding pasangan batu harus dibuat saluran pembuangan air (weepholes) pada setiap 1 m persegi dan terbuat dari pipa PVC dengan diameter minimal 2 “. Pada sisi dalam weepholes dibungkus dengan potongan geotekstile MMRI 2014 UNDIP 53
  • 55. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS atau injuk untuk menghindari masuknya tanah/pasir kedalam pipa yang mengakibatkan penyumbatan. e. Dinding bagian atas dibuat kepalaan dan diratakan halus dengan mortar. f. Pasangan batu harus terlindungi dari matahari dan harus dipertahankan basah selama minimal 3 hari setelah selesai dibuat. 3) Pembuatan Siaran Pasangan Batu a. Siar pada permukaan dinding harus dibuat timbul. b. Siar dibuat mengikuti alur nut antara batu yang dipasang. c. Lebar siar minimum 20 mm d. Tebal siar antara 15-20 mm dibentuk seragam prismatic. e. Siar dibuat dengan campuran 1 : 4 (semen : pasir). 6.7 DINDING PENAHAN TANAH DENGAN BETON BERTULANG 1. Ruang Lingkup 1) Bagian ini mencakup penyediaan bahan dan pelaksanaan konstruksi perlindungan talud tubuh jalan pada pangkal / abutment jembatan pada lokasi, batas dan ukuran seperti ditunjuk dalam gambar. 2) Kontraktor harus menyediakan tenaga kerja, bahan dan peralatan untuk menyelesaikan pekerjaan ini. 2. Pedoman dan Standar 1) Standar Industri Indonesia (SII) 2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982) 3) American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). MMRI 2014 UNDIP 54
  • 56. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. 4. Submittal Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material 1). Beton Sebelum penempatan beton, pasir urug hrus dipasang dan dipadatkan dengan peralatan untuk mendapatkan daya dukung yang seragam pada pondasi beton. Pondasi beton harus dibuat dalam bentuk dan ukuran seperti tercantum dalam gambar, Pekerjaan beon harus sesui pesyaratan pada “bagian beton”. 2). Pipa Drainase Pipa untuk drainase adalah pipa PVC kelas D dengan diameter 2”. 3) Baja Tulangan Baja penahan untuk dinding penahan tanah menggunakan D ≥ 13 baja U-39 dan D ≤ 13 baja U-24. Persyaratan baja tulangan sesuai pada “Bagian Beton”. 5.2 Pelaksanaan 1) Survei lapangan Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau MMRI 2014 UNDIP 55
  • 57. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 2) Pembuatan Dinding Penahan Tanah Dari Beton Bertulang a. Dinding penahan pasangan beton bertulang harus dipasang pada permukaan yang telah disiapkan sebelum pada batas dan dengan kemiringan yang sesuai gambar. b. Penggalian tanah dasar yang akan digunakan untuk pondasi beton untuk dinding penahan tanah harus dilakukan sesuai dengan potongan melintang, kemiringan dan batas yang tercantum dalam gambar. c. Pada dinding beton bertulang harus dibuat saluran pembuangan air (weephole), pada setiap 1 m2 dan terbuat dari pipa PVC dengan diameter 2”. Pada sisi dalam weephole dibungkus dengan potongan geotekstile/injuk untuk menghindari masuknya tanah/pasir kedalam pipa yang mengakibatkan penyumbatan. 3) Pemasangan Lubang Sulingan dan Dilatasi a. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter minimal 50 mm. b. Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka dilatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m, Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai keseluruhan tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih MMRI 2014 UNDIP 56
  • 58. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas. c. Timbunan dibelakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut melewati sambungan. 6.8 PASANGAN BATU 1. Ruang Lingkup Pekerjaan ini meliputi pekerjaan pasangan batu kali untuk saluran. 2. Pedoman dan Standar 1) Standar Industri Indonesia (SII) 2) Persyaratan Umum Bahan Bangunan Indonesia (PUBI – 1982) 3) American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO). 4) American Society for Testing and Materials (ASTM) 5) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. 4. Submittal Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. MMRI 2014 UNDIP 57
  • 59. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material 1). Material Batu a. Batu harus bersih, keras, tanpa bagian yang tipis atau retak dan harus dari jenis yang diketahui awet. Bila perlu, batu harus dibentuk untuk menghilangkan bagian yang tipis atau lemah. b. Batu harus rata, lancip atau lonjong bentuknya dan dapat ditempatkan saling mengisi bila dipasang bersama-sama. c. Batu berpori digunakan untuk bagian dilatasi. 2). Adukan a. Mortar atau adukan untuk pasangan batu kali harus terdiri dari campuran 1 bagian Portland cement dan 4 bagian pasir berdasarkan perbandingan berat. b. Bahan untuk membentuk landasan, lubang sulingan atau kantung penyaring untuk pekerjaan pasangan batu harus memenuhi kebutuhan. 5.2 Pelaksanaan 1) Survei lapangan Kontraktor melakukan survey sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada Konsultan. 2) Pekerjaan Galian a. galian harus dibuat lurus, sesuai dengan potongan melintang yang terdapat pada gambar kerja. MMRI 2014 UNDIP 58
  • 60. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS b. Setelah galian tanah sudah mencapai level yang disetujui, kemudian dipadatkan dengan alat pemadat stamper. 3) Pemasangan Batu a. Pada lapisan pertama agar digunakan batu besar, pemilihan sudut batu agar dilakukan untuk membentuk penguncian antar batu. b. Btu harus dipasang dengan muka terpanjang mendatar. c. peralatan yang cocok harus disediakan untuk memasang batu yang lebih besar dari ukuran yang dapat ditangani oleh dua orang. d. Sebelum pemasangan, batu harus dibersihkan dan dibasahi sampai merata dan dalam waktu yang cukup sehingga untuk memungkinkan penyerapan air mendekati titik jenuh. Landasan yang akan menerima setiap batu juga harus dibasahi dan selanjutnya landasan dari adukan harus disebar pada sisi batu yang bersebelahan dengan batu yang akan dipasang. e. Tebal dari landasan adukan harus pada rentang antara 3 cm sampai 5 cm dan merupakan kebutuhan minimum untuk menjamin bahwa seluruh rongga antar batu yang dipasang terisi penuh. f. Banyaknya adukan untuk landasan yang ditempatkan pada suatu waktu haruslah dibatasi sehingga batu hanya dipasang pada adukan baru yang belum mengeras. Bilamana batu menjadi longgar atau lepas setelah adukan mencapai pengerasan awal, maka batu tersebut harus dibongkar dan MMRI 2014 UNDIP 59
  • 61. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS adukannya dibersihkan dan batu tersebut dipasang lagi dengan adukan yang baru. g. Sambungan antar batu pada permukaan harus dikerjakan hamper rata dengan permukaan pekerjaan, tetapi tidak sampai menutup batu, sebagai mana pekerjaan dilaksanakan. h. Terkecuali disyaratkan lain, permukaan horizontal dari seluruh pasangan batu harus dikerjakan dengan tambahan adukan tahan cuaca setebal 3 – 5 cm, dan dikerjakan sampai permukaan tersebut rata, mempunyai lereng melintang yang dapat menjamin pengaliran air hujan, dan sudut yang dibulatkan. Lapisan tahan cuaca tersebut harus dimasukan kedalam dimensi struktur yang disyaratkan. i. Segera setelah batu ditempatkan, dan sewaktu adukan masih baru, seluruh permukaan batu harus dibersihkan dari bekas adukan. j. Permukaan yang telah selesai harus dirawat. k. Bilamana pekerjaan pasangan batu yang dihasilkan cukup kuat, dan dalam waktu yang tidak lebih dini dari 7 hari, setelah pekerjaan pasangan selesai dikerjakan, penimbunan kembali dapat dilaksanakan sesuai petunjuk konsultan. 4). Pemasangan Lubang Sulingan dan Dilatasi a. Dinding dari pasangan batu harus dilengkapi dengan lubang sulingan. Lubang sulingan harus ditempatkan dengan jarak antara tidak lebih dari 2 m dari sumbu ke sumbu lainnya dan harus berdiameter minimal 50 mm. MMRI 2014 UNDIP 60
  • 62. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS b. Pada struktur panjang yang menerus seperti dinding penahan tanah, maka dilatasi harus dibentuk untuk panjang struktur tidak lebih dari 20 m, Dilatasi harus 30 mm lebarnya dan harus diteruskan sampai keseluruhan tinggi dinding. Batu yang digunakan untuk pembentukan sambungan harus dipilih sedemikian rupa sehingga membentuk sambungan tegak yang bersih dengan dimensi yang disyaratkan di atas. c. Timbunan dibelakang dilatasi haruslah dari bahan Drainase Porous berbutir kasar dengan gradasi menerus yang dipilih sedemikian hingga tanah yang ditahan tidak dapat hanyut jika melewatinya, juga bahan drainase porous tidak hanyut melewati sambungan. 6.9 PASANGAN BATU KOSONG DAN BRONJONG 1. Ruang Lingkup 1). Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan baik batu yang diisikan kedalam bronjong kawat (gabion) maupun pasangan batu kosong pada landasan yang disetujui sesuai dengan detail yang ditunjuk dalam pada gambar dan memenuhi spesifikasi ini. 2) Pemasangan harus dilakukan pada tebing sungai, lereng timbunan, lereng galian dan permukaan lain yang terdiri dari bahan yang mudah tererosi dimana perlindungan terhadap erosi dikehendaki. 2. Pedoman Dan Standar 1) Standar Nasional Indonesia (SNI)  SNI 03-2417-1991 Metode Pengujian Keausan Agregat Dengan Mesin Abrasi Los Angeles. MMRI 2014 UNDIP 61
  • 63. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 2) AASHTO Standard  AASHTO M279 – 89 Zinc Coated Wire Fencing 3) ASTM Standard  ASTM A 239 Uniformity of Coating, Dreece Test  ASTM B 117 Salt Spray Exposure Test 4) Spesifikasi Teknis Tahun 2010 Revisi II Bidang Bina Marga 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Sesuai ketentuan dalam “Jaminan dan Pengendalian Mutu” dan yang diatur di bagian ini. 4. Submittal Sesuai dengan ketentuan dalan “Submittal” dan yang diminta di bagian ini. 5. Persyaratan Teknis 5.1 Material 1). Kawat Bronjong Spesifikasi kawat bronjong ssuai dengan SNI 03-0090-1999. Ukuran anyamannnya 80 mm x 100 mm dengan dia kawat anyaman 3,00 mm, kawat sisi dia 4,00 mm, kawat pengikat dia 2 mm. Toleransi ukuran kotak (panjang, lebar, tinggi) sebesar 5%. 2. Batu. a. Batu untuk pasangan batu kosong dan bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan awet. b. Batu untuk pasangan batu kosong haruslah bersudut tajam, memiliki dimensi 15 – 30 cm. Konsultan dapat memerintahkan batu yang ukurannya lebih besar jika aliran sungai cukup tinggi. MMRI 2014 UNDIP 62
  • 64. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 5.2 Pelaksanaan 1). Survei Lapangan Kontraktor harus melakukan survey lapangan sesuai gambar yang telah disetujui. Apabila terjadi perbedaan gambar dengan lapangan atau diindentifikasi perlu adanya perubahan, maka Kontraktor harus mengajukan perubahannya kepada konsultan. 2). Pemasangan Konstruksi Bronjong. a. Keranjang bronjong harus dibentangkan dengan kuat untuk memperoleh bentuk serta posisi yang benar dengan menggunakan batang penarik atau ulir penak kecil sebelum pengisian batu kedalam kawat bronjong. Sambungan antara kawat bronjong haruslah sekuat seperti anyaman itu sendiri. Setiap segi enam harus menerima paling sedikit dua lilitan kawat pengikat dan kerangka bronjong antara segi enam tepi paling sedikit satu lilitan. Paling sedikit 15 cm kawat pengikat harus ditinggalkan sesudah pengikat terakhir dan dibengkokkan kedalam keranjang. b. Batu harus dimasukan satu demi satu sehingga diperoleh kepadatan maksimum dan rongga seminimal mungkin. Bilamana tiap bronjong telah diisi setengah dari tingginya, dua kawat pengaku horizontal dari muka kebelakang harus dipasang. Keranjang selanjutnya diisi sedikit berlebihan agar terjadi penurunan (settlement). Sisi luar batu yang berhadapan dengan kawat haruslah mempunyai permukaan yang rata dan bertumpu pada anyaman. MMRI 2014 UNDIP 63
  • 65. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS c. Setelah pengisian, tepi dari penutup haruslah dibentangkan dengan batang penarik atau ulir penarik pada permukaan atasnya dan diikat. d. Bilamana keranjang dipasang satu diatas yang lainya, sambungan vertical harus dibuat berselang seling. e. Terkecuali diletakan untuk membentuk lantai (apron) mendatar, pasangan batu kosong harus dimulai dengan penempatan lapis pertama dari batu yang paling besar dalam galian parit ditumit lerang. Batu harus ditempatkan dengan mobil Derek (crane) atau dengan tangan sesuai dengan panjang, tebal dan kedalaman yang diperlukan. Selanjutnya batu harus ditempatkan pada lereng sedemikian hingga dimensi yang paling besar tegak lurus terhadap permukaan lereng, jika tidak maka dimensi yang demikian akan lebih besar dari dinding yang disyaratkan. Pembentukan batu tidak diperlukan bilamana batu-batu tersebut telah bersudut, tetapi pemasangan harus menjamin bahwa struktur dibuat sepadat mungkin dan batu terbesar berada dibawah permukaan air tertinggi. Batu yang lebih besar harus juga ditempatkan pada bagian luar dari permukaan pasangan batu kosong yang telah selesai. 3). Pemasangan Batu Kosong a. Seluruh permukaan batu kosong harus dibersihkan dan dibasahi sampai jenuh sebelum ditempatkan. Beton harus diletakan di atas batu yang telah dipasang sebelumnya selanjutnya batu yang baru akan diletakkan diatasnya. Batu MMRI 2014 UNDIP 64
  • 66. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS harus ditanam secara kokoh pada lereng dan dipadatkan sehingga bersinggungan dengan batu-batu yang berdekatan sampai membentuk ketebalan pasangan batu kosong. b. Celah-celah antar batu dapat diisi sebagian dengan batu baji atau batu-batu kecil, sedemikian sehingga sisa dari rongga-rongga tersebut harus diisi dengan beton sampai padat dan rapi dengan ketebalan tidak lebih dari 10 mm dari permukaan batu-batu tersebut. c. Pekerjaan ini harus dilengkapi peneduh dan dilembabi selama tidak kurang dari 3 hari setelah selesai dikerjakan. 7. PEKERJAAN JEMBATAN 7.1 BETON STRUKTUR 1. Ruang Lingkup 1.1 Uraian Pekerjaan yang disyaratkan dalam bagian ini mencakup seluruh pelaksanaan struktur beton, termasuk penulangan beton, material beton, pekerja terampil dalam pelaksanaan pengecoran beton untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pekerjaan Civil, jembatan, bangunan gedung lainnya yang terkait sebagaimana ditunjukan dalam gambar. Pekerjaan ini harus meliputi pula penyiapan tempat kerja untuk pengecoran beton, pemompaan air (kecuali pondasi tiang bor), pembuatan lantai kerja, pembesian, pemasangan bekisting, pembesian bagian yang akan di cor beton, pengecoran, pemadatan beton, sampling untuk uji beton, finishing permukaan dan pemeliharaan beton. MMRI 2014 UNDIP 65
  • 67. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Mutu beton yang digunakan harus sesuai dengan kontrak kerja sebagaimana ditunjukan dalam gambar atau bagian lain yang berhubungan dengan spesifikasi ini, atau sebagaimana diperintahkan oleh Konsultan. 1.2. Persyaratan beton dari SNI 03-2847-2002 dan PBI 1971 harus diterapkan sepenuhnya pada semua pekerjaan beton yang dilaksanakan dalam kontrak ini, bila terdapat pertentangan dalam Spesifikasi ini, maka yang harus digunakan adalah ketentuan spesifikasi ini. 1.3. Penerbitan Detail Pelaksanaan Detail pelaksanaan untuk pekerjaan beton yang tidak disertakan dalam Dokumen Kontrak pada saat lelang akan diterbitkan oleh Konsultan setelah peninjauan rancangan awal telah selesai dilaksanakan sesuai dengan Bagian dari Spesifikasi ini. 2. Pedoman Dan Standar 2.1 Standar Nasional Indonesia (SNI) : SNI 15-2049-2004 Semen Portland PBI 1971 Peraturan Beton Bertulang Indonesia NI-2 SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. SNI 03-4142-1996 Metode Pengujian Jumlah bahan Dalam (AASHTO T11 – 90) Agregat yang lolos Saringan No.200 (0,075mm). SNI 03-2816-1992 Metode Pengujian kandungan Organik (AASHTO T12 – 87) Dalam Pasir untuk Campuran Mortar dan Beton. MMRI 2014 UNDIP 66
  • 68. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS SNI 03-1974-1990 Metode Pengujian Kuat Tekan Beton. (AASHTO T22 – 90) Pd M-16-1996-03 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda (AASHTO T23 – 90) Uji Beton di Lapangan. SNI 03-1968-1990 Metode Pengujian tentang Analisa (AASHTO T27 – 88) Saringan Agregat Halus dan Kasar. SNI 2417 – 2008 Metode Pengujian Keausan Agregat (AASHTO T96 – 87) dengan Mesin Los Angeles. SNI 3407 – 2008 Metode Pengujian Sifat Kekekalan Bentuk (AASHTO T104 – 86) Agregat Terhadap Larutan Natrium Sulfat dan magnesium Sulfat. SK SNI M-01-1994-03 Metode Pengujian Gumpalan Lempung (AASHTO T112 – 87) dan Butir-butir Mudah Pecah Dalam Agregat. SNI 2493-2011 Metode Pembuatan dan Perawatan Benda (AASHTO T126 – 90) uji Beton di Laboratorium. SNI 2458-2008 Metode Pengambilan contoh untuk (AASHTO T141 – 84) campuran beton segar. 2.2 AASHTO : AASHTO T26 – 79 Quality Of Water to be used in Concrete. MMRI 2014 UNDIP 67
  • 69. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 3. Jaminan Dan Pengendalian Mutu Mutu bahan dari campuran yang dihasilkan dan cara kerja serta hasil akhir harus dipantau dan dikendalikan seperti yang disyaratkan dalam bagian “jaminan Dan Pengendalian Mutu”. 4. Toleransi 4.1. Toleransi Dimensi : 1) Panjang keseluruhan sampai dengan 6 m : + 5 mm 2) Panjang keseluruhan lebih dari 6 m : + 15 mm 3) panjang balok, pelat dek, kolom dinding, atau : -0 &+10 mm antara kepala jembatan. 4.2 Toleransi Bentuk : 1) Persegi (selisih dalam panjang diagonal) : 10 mm 2) Kelurusan atau lengkungan (penyimpangan dari : 12 mm Garis yg dimaksud) untuk panjang s/d 3 m. 3) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang 3m-6m: 15 mm 4) Kelurusan atau lengkungan untuk panjang > 6 m : 20 mm 4.3. Toleransi Kedudukan (dari titik patokan) : 1) Kedudukan kolom pracetak dari rencana : ± 10 mm 2) Kedudukan permukaan horizontal dari rencana : ± 10 mm 3) Kedudukan permukaan vertical dari rencana : ± 20 mm 4.4. Toleransi Alinyemen Vertikal : Penyimpangan ketegakan kolom dan dinding : ± 10 mm 4.5. Toleransi Ketinggian (elevasi) : 1) Puncak lantai kerja dibawah pondasi : ± 10 mm 2) Puncak lantai kerja dibawah plat injak : ± 10 mm 3) Puncak kolom, tembok kepala, balok melintang : ± 10 mm MMRI 2014 UNDIP 68
  • 70. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4.6. Toleransi Alinyemen Horisontal : 10 mm dalam 4 m pj mendatar. 4.7. Toleransi untuk Penutup / Selimut Beton bertulang : 1) Selimut beton sampai 3 cm : 0 & + 5mm 2) Selimut beton 3 cm – 5 cm : 0 & +10mm 3) Selimut beton 5 cm – 10 cm : ± 10 mm. 5. Submittal. 5.1 Pengajuan Kesiapan Kerja 1) Kontraktor harus mengirimkan contoh seluruh bahan yang hendak digunakan lengkap dengan data pengujian yang memenuhi seluruh sifat bahan yang disyaratkan dari spefikasi ini, untuk diperiksa, diinpeksi ke lokasi, di uji dilaboratorium independen dan di setujui Konsultan. 2) Kontraktor harus mengirimkan rancangan campuran masing-masing mutu beton (trial mix) yang diusulkan untuk digunakan. Pengiriman rancangan campuran tersebut paling lambat 30 hari sebelum pekerjaan pengecoran beton dimulai. Kontraktor harus mengadakan trial mix untuk setiap mutu beton yang digunakan dan diuji betonnya, untuk mendapat persetujuan Konsultan. 3) Kontraktor harus segera menyerahkan secara tertulis hasil seluruh pengujian pengendalian mutu yang disyaratkan, sehingga data tersebut selalu tersedia bila diperlukan oleh Konsultan. 4) Pengujian kuat tekan beton yang harus dilaksanakan minimum meliputi pengujian kuat tekan beton yang berumur 3 hari, 7 hari, 14 hari dan 28 hari setelah tanggal pencampuran. 5) Kontraktor harus mengirim program kerja (workplan) termasuk metoda kerja, schedule, peralatan, personil kerja dan gambar kerja MMRI 2014 UNDIP 69
  • 71. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS yang akan digunakan, untuk memperoleh persetujuan dari konsultan sebelum pekerjaan beton dimulai. 6) Konsultan harus memberitahu Konsultan secara tertulis paling sedikit 24 jam sebelum tanggal dilakukannya pengecoran beton. 6. Persyaratan Teknis 6.1. Material 1). Semen a. Semen yang digunakan untuk pekerjaan beton haruslah jenis semen Portland yang memenuhi AASHTO M85-45 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Terkecuali diperkenankan oleh Konsultan, bahan tambahan (additive) yang dapat menghasilkan gelembung udara dalam campuran tidak boleh digunakan. b. Semen yang digunakan hanya satu merk dari jenis semen Portland, terkecuali dipekenankan oleh Konsultan. c. Penyimpanan dan Perlindungan Bahan  Bahan semen harus disimpan untuk mencegah kerusakan, atau intrusi bahan yang mengganggu.  Untuk menyimpan semen, Kontraktor harus menyediakan tempat yang tahan cuaca, kedap udara dan mempunyai lantai kayu.  Lantai tempat penyimpanan harus lebih tinggi dari tanah disekitarnya dan ditutup dengan lembar polyethylene (plastic). Tumpukan karung semen harus selalu ditutup dengan lembar plastik. MMRI 2014 UNDIP 70
  • 72. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS  Setiap bahan yang telah terganggu atau terkontaminasi tidak boleh digunakan untuk pembuatan beton. 2). Air Air yang digunakan dalam campuran, dalam perawatan atau pemakaian lainnya harus lah bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti : minyak, garam, asam, basa, gula atau material organik. Air yang diuji harus memenuhi ketentuan dalam AASHTO T26, Air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan tanpa pengujian. Apabila terjadi keragu-raguan atas mutu air yang diusulkan dapat pengujian air seperti di atas tidak dapat dilakukan, maka harus dilakukan perbandingan pengujian kuat tekan mortar semen + pasir dengan menggunakan air yang diusulkan dan memakai air suling atau minum. Air yang diusulkan dapat digunakan bilamana kuat tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90% kuat tekan mortar dengan air suling atau minum pada periode perawatan yang sama. 3) Agregat a. Gradasi agregat kasar dan halus harus memenuhi ketentuan yang diberikan dalam Tabel 1.1. Tabel 1.1 Gradasi Agregat Ukuran Ayakan Persen Berat Yang lolos untuk agregat ASTM (mm) Halus Kasar 2” 50,8 - 100 - - - 1 ½” 38,1 - 95-100 100 - - 1” 25,4 - - 95-100 100 - ¾” 19 - 35-70 - 90-100 100 MMRI 2014 UNDIP 71
  • 73. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS ½” 12,7 - - 25-60 - 90-100 3/8” 9,5 100 10-30 - 20-55 40-70 No.4 4,75 95-100 0-5 0-10 0-10 0-15 No.8 2,36 - - 0-5 0-5 0-5 No.16 1,18 45-80 - - - - No.50 0,300 10-30 - - - - No.100 0,150 2-10 - - - - b. Agregat kasar harus dipilih hingga ukuran partikel terbesar tidak lebih dari 0,75 (nol koma tujuh lima) dari jarak minimum antara baja tulangan atau antara baja tulangan dengan acuan, atau celah-celah lainnya di mana beton harus di cor. c. Agregat untuk pekerjaan beton harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, kuat yang diperoleh dengan pemecahan batu (rock) dan pasir sungai. d. Agregat harus bebas dari bahan organic seperti yang ditunjukan oleh pengujian SNI 03-2816-1992 dan harus memenuhi sifat-sifat lainnya yang diberikan dalam Tabel 1.2. Tabel. 1.2 Sifat Agregat Sifat-Sifat Metode Pengujian Batas maksimum yang diijinkan untuk agregat Halus Kasar Keausan Agregat dengan Mesin Los Angeles SNI 2417:2008 - 40 % Kekekalan Bentuk Batu terhadap larutan Natrium Sulfat atau Magne-sium Sulfat SNI 3407:2008 10% - natium 15% - magnesium 12%-natrium 18%- magnesium Gumpalan Lempung dan Partikel yang Mudah Pecah SNI 03-4141- 1996 3 % 2 % Bahan yang Lolos Ayakan No.200 SNI 03-4142- 1996 5% untuk kondisi umum, 3% untuk kondisi permukaan terabrasi 1 % MMRI 2014 UNDIP 72
  • 74. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS 4) Batu Untuk beton Siklop Batu untuk beton siklop harus terdiri dari batu andesit, keras, awet, bebas dari retak dan rongga, tidak rusak oleh pengaruh cuaca, bersudut runcing, bebas dari kotoran, minyak dan bahan-bahan lain yang mempengaruhi ikatannya dengan beton. 6.2. Pencampuran dan Penakaran 1) Rancangan Campuran Proporsi bahan dan berat penakaran harus ditentukan dengan menggunakan metode yang disyaratkan dalam SNI 03-2834-2000 dan sesuai dengan batas-batas yang diberikan dalam Table 1.3. Tabel 1.3 Batas Proporsi Takaran Campuran Mutu Beton Ukuran Agregat Maks.(mm) Rasio Air/Semen Maks. (terhadap berat) Kadar Semen Min (kg/m3) K 600 - - - K 500 - 0,375 450 K 400 37 25 19 0,45 0,45 0,45 356 370 400 K 350 37 25 19 0,45 0,45 0,45 315 335 365 K 300 37 25 19 0,45 0,45 0,45 300 320 350 K 250 37 25 19 0,50 0,50 0,50 290 310 340 K 225 37 25 19 0,55 0,55 0,55 390 310 340 K 175 - 0,57 300 2) Campuran Percobaan Kontraktor harus menentukan proporsi campuran serta bahan yang diusulkan dengan membuat dan menguji campuran (trial mix). MMRI 2014 UNDIP 73
  • 75. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Pengujian disaksikan oleh Konsultan dengan menggunakan jenis fasilitas dan peralatan yang sama seperti digunakan untuk pekerjaan beton dikemudian hari. Campuran percobaan tersebut dapat diterima bila memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang disyaratkan dalam Table 1.3. Dalam kondisi beton segar, adukan beton harus memenuhi syarat kelecakan (nilai slump) yang telah ditentukan. 3) Ketentuan Sifat-sifat Campuran a. Seluruh beton yang digunakan dalam pekerjaan harus memenuhi kuat tekan dan “slump” yang dibutuhkan seperti yang disyaratkan dalam Tabel 1.4. atau yang disetujui oleh Konsultan, bila pengambilan contoh, perawatan dan pengujian sesuai dengan SNI 03-1974-1990 (AASHTO T22), Pd M-16 1996-03 (AASHTO T23), SNI 03-2493-1991 (AASHTO T126), SNI 03-2458-1991 (AASHTO T141). Penggunaan mutu beton harus disesuaikan dengan gambar kerja. Tabel 1.4 Sifat Mutu Beton No Elemen Struktur Tegangan Karakteristik Uji Silinder (fc) (Mpa) Tegangan Karakteristik Uji Kubus (ϭk ) (kg/cm2) Slump (cm) 1 Beton Prategang (I-Girder, U-Grider, Tiang pancang) 45 500 8 ± 2 2 Bor/Bore pile 30 350 18 ± 2 3 Kepala Tiang/Pile cap, Pilar/Pier, Balok melintang/ 25 300 10 ± 2 MMRI 2014 UNDIP 74
  • 76. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS Cross Beam, Kepala Pilar/Pier Head, Pelat beton bertulang/RC plate, Pelat Lantai, Diafragma, Box culvert 4 Abutmen, pelat Injak, Parapet, Dinding Penahan tanah 21 250 10 ± 2 5 Saluran pra-cetak 18 225 10 ± 2 6 Lantai kerja 15 175 10 ± 2 Catatan : kecuali ditentukan lain dalam gambar b. Beton yang tidak memenuhi ketentuan “slump” tidak boleh digunakan pada pekerjaan, terkecuali bila konsultan menyetujuinya dalam kuantitas kecil untuk bagian tertentu khususnya konstruksi ringan/sekunder. Kelecakan dan tekstur campuran harus dibuat sedemikian rupa sehingga beton dapat dicor pda pekerjaan tanpa membentuk rongga, celah, dan gelembng udara. Saat pembongkaran acuan diperoleh beton dengan permukaan yang rata, halus dan padat. c. Bilamana pengujin beton berumur 7 hari menghasilkan kuat beton dibawah kwkuatan yang disyaratkan dalam table 1.4. maka kontraktor tidak diperkenankan mengecor beton lebih lanjut sampai penyebab dari hasil yang rendah tersebut dapat diketahui dengan pasti dan sampai telah diambil tindakan yang menjamim bahwa produksi beton memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam spesifikasi. Kuat tekan beton berumur 28 hari yang tidk memenuhi ketentuan yang MMRI 2014 UNDIP 75
  • 77. Standard Operating Procedure Pengawasan Pelaksanaan Pekerjaan Dosen : Ir. Irawan Wisnu W., MS disyaratkan, harus dilakukan perbaikan (pembongkaran dan penggantian). Kekuatan beton dianggap lebih kecil dari yang disyaratkan bilamana hasil pengujian serangkaian benda uji pada suatu bagian pekerjaan yang dipertanyakan lebih kecil dari kuat tekan karakteristik yang diperoleh dari rumus yang diuraikan dalam rumus kuat tekan karakteristik. d. Konsultan dapat pula menghentikan pekerjaan dan/atau memerinyahkan kontraktor mengambil tindakan perbaikan untuk meningkatkan mutu campuran atas dasar hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari. Dalam keadaan demikian, kontraktor harus segera menghentikan pengecoran beton yang dipertanyu sampai hasil pengujian kuat tekan beton berumur 7 hari diperoleh, sebelum menerapkan tindakan perbaikan, pada waktu tersebut Konsultan akan menelaah kedua hasil pengujian yang berumur 3 hari dan 7 hari , dan dapat segera memerintahkan tindakan perbaikan yang dipandang perlu. e. Perbaikan pekerjaan beton yang tidak memenuhi persyaratan dapat mencakup pembongkaran dan penggantian seluruh beton. Pembongkaran dan penggantian tersebut tidak boleh didasarkan pada hasil pengujian kuat tekan beton berumur 3 hari saja, terkecuali bila kontraktor dan konsultan keduanya sepakat dengan perbaikan tersebut. MMRI 2014 UNDIP 76