tugas aik IV semster 4 Integrasi islam dan ilmu pengetahuan universitas muhammadiyah sidoarjo
1. INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN
OLEH
Tety yuananda mawaddah
Muhimmatur Rofiqoh
Universitas Muhammadiyah sidoarjo
3. HAKIKAT AYAT-AYAT ALLAH
Allah SWT menuangkan sebagian kecil dari ilmu Nya kepada umat
manusia dengan dua jalan.
Pertama, dengan ath thariqah rasmiyah (jalan resmi) yaitu dalam jalur
wahyu melalui perantaraan malaikat Jibril kepada Rasul-Nya, yang
disebut juga dengan ayat-ayat qauliyah yaitu ayat ayat yang Allah
firmankan dalam kitabnya.
Kedua, dengan ath-thoriqoh ghoiru rosmiyoh (jalan tidak resmi) yaitu melalui ilham
secara kepada makhluq-Nya di alam semesta ini (baik makhluq hidup maupun yang
mati), tanpa melalui perantaraan malaikat Jibril. Karena tanpa melalui perantara
malaikat jibril maka di sebut jalan langsung ( mubasyaratan).Kemudian jalan ini
disebut juga dengan ayat ayat kauniyah atau ayat ayat dalam bentuk segala ciptaan
allah berupa alam semesta dan semua yang ada di dalamnya . Ayat ayat ini
meliputi segala macam ciptaan Allah, baik itu yang kecil ( mikrokosmos ) atau yang
besar ( makrokosmos) Kemudian jalan ini disebut juga dengan ayat-ayat kauniyah.
4. Wahyu dalam pengertian ishtilahi adalah: “kalamullah yang diturunkan kepada Nabi-nabi
dan Rasul-rasul yang menjadi hudan (petunjuk) bagi umat manusia”, baik yang diturunkan
langsung, dari belakang tabir (min wara’ hijab) maupun yang diturunkan melalui malaikat
Jibril
Artinya
“Tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang
tabir atau dengan mengutus seseorang (malaikat) lalu diwahyukan
kepadaNya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha
Tinggi lagi maha Bijaksana” (Asy Syura:51)
Pengertian wahyu secara ishtilahi perlu
dipertegas karena ma’na wahyu secara lughawi
memiliki pengertian yang bermacam-macam,
antara lain:
5. 1. Ilham Fithri, seperti wahyu yang diberikan kepada ibu Nabi
Musa untuk menyusukan musa yang masih bayi. Seperti
firman Allah SWT :
Artinya:
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa;
susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke
sungai (Nil)…” (Al Qashash:7).
2. Instink Hayawan, seperti wahyu yang diberikan
kepada lebah untuk bersarang di bukit-bukit, pohon-
pohon, dan dimana saja dia bersarang. Seperti filman
Allah :
Artinya
“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada
lebah: buatlah sarang-sarang di bukit-
bukit, di pohon-pohon kayu, dan di
tempat-tempat yang dibikin manusia”
(An Nahl:68).
6. KESATUAN ANTARA AYAT QAULIYAH DAN KAUNIYAH
•Ayat Qauliyah
Ayat-ayat qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah swt. di dalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat ini menyentuh berbagai aspek, termasuk tentang cara mengenal seperti firman
Allah. SWT
QS. At-Tin (95) ayat 1-5 , yang artinya :
Demi (buah) Tin dan (buah) Zaitun, dan demi bukit Sinai, dan demi kota
(Mekah) ini yang aman; sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia
dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke
tempat yang serendah-rendahnya (neraka).
•Ayat Kauniyah
Ayat kauniyah adalah ayat atau tanda yang wujud di sekeliling yang diciptakan oleh
Allah. Ayat-ayat ini adalah dalam bentuk benda, kejadian, peristiwa dan sebagainya
yang ada di dalam alam ini. Oleh karena alam ini hanya mampu dilaksanakan oleh
Allah dengan segala sistem dan peraturanNya yang unik, maka ia menjadi tanda
kehebatan dan keagungan Penciptanya. Seperti firman Allah dalam :
7. Seperti firman Allah dalam : QS. Nuh (41) ayat 53 , yang artinya :
Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan)
Kami di segala wilayah bumi dan pada diri mereka sendiri, hingga
jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu adalah benar. Tiadakah cukup
bahwa sesungguhnya Tuhanmu menjadi saksi atas segala sesuatu ?
Allah menggunakan dua sandi besar dalam menunjukan kekuasaan-
Nya. Kedua sandi tersebut adalah sandi qauliyah dan sandi kauniyah.
Sandi qouliyah dapat dilihat dengan mempelajari Al Qur’an,
sedangkan sandi kauniyah dipelajari dengan mencermati setiap
fenomena yang ada di sekitar kita, baik peristiwa alam maupun
kejadian sosial. Karena kedua sandi tersebut berakar pada suatu zat
yang sama, yakni Allah Swt, maka di antara keduanya tidak boleh ada
yang saling bertentangan. Jika ditemukan adanya pertentangan antara
Qur’an (sebagai ayat qouliyah) dan peristiwa alam (sebagai ayat
qouniyah), pasti salah satunya ada yang salah. Dengan demikian,
untuk menguji kebenaran ajaran suatu agama, kita dapat
mengkonfrontirkan kitab agama tersebut dengan ayat-ayat kauniyah
(kejadian alam-sosial) yang terjadi di sekitar kita.
8. Sejauh ini, ayat-ayat Al Qur’an selalu menunjukan kepada kita, bahwa ia memang Firman Allah. Hal
ini karena, ayat-ayat Al Qur’an senantiasa harmonis dengan temuan-temuan ilmu pengetahuan.
Semakin manusia bekerja keras dalam mempelajari alam, maka semakin nyata setiap kebenaran ayat-
ayat Al Qur’an. Berbagai penemuan di dunia sains modern, ternyata telah dikabarkan oleh Al Qur’an
15 abad yang silam.
Ketika ahli geologi berhasil menjelaskan bahwa dahulu bumi kita ini terdiri dari suatu daratan yang
sangat luas, lalu masing-masing lempeng bumi bergerak pada arah yang berbeda-beda, hingga
akhirnya terbentuk lima benua, sehingga disimpulkan bahwa lempeng litosfer ini tidak ada yang
diam, melainkan bergerak, maka jauh-jauh hari Al Qur’an telah mengingatkan kepada kita melalui
QS An Naml: 88 tentang gerakan lempeng litosfer tersebut.
9. Tentu saja, para sahabat di zaman nabi, dengan ilmu yang mereka ketahui belum
bisa memperoleh pembuktian ilmiah atas kebenaran kedua ayat tersebut. Saya
yakin, para sahabat, dengan ilmu yang mereka kuasai saat itu, belum bisa
menerima secara logika tentang kedua ayat tersebut. Namun mereka senantiasa
berkata “Sami’na Wa Atho’na” ketika setiap ayat turun kepada mereka.
Yang artinya :
Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya
dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?
Yang artinya:
Dan kamu lihat gunung-gunung itu, kamu sangka dia tetap di tempatnya, padahal ia berjalan
sebagai jalannya awan. (Begitulah) perbuatan Allah yang membuat dengan kokoh tiap-tiap sesuatu;
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Atau, ketika di abad ini manusia
secara saintific baru mengetahui teori big-bang, maka 15 abad yang silam, melalui QS Al Anbiya: 30
Allah telah mengabarkan tentang bagaimana keadaan alam semesta pada fase awalnya
10. INTERKONEKSI DALAM MEMAHAMI AYAT
QAULIYAH DAN KAUNIYAH
Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua jalan keduanya saling
menegaskan dan saling terkait satu sama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuan manusia untuk memahami keduanya adalah keniscayaan. Allah tidak
hanya memberikan perintah untuk sekedar memahami ayat-ayat Allah berupa
Qauliyah, tetapi juga untuk melihat fenomena alam ini. Alam adalah ayat Allah
SWT yang tidak tertuang dalam bentuk perkataan Allah untuk dibaca dan dihafal.
Tetapi alam adalah ayat Allah yang semestinya dieksplore dan digali sedalam-
dalamnya untuk semakin manusia mendekatkan diri pada kemahakuasaan Allah
SWT
11. Berangkat dari kesadaran tentang realitas atas tangkapan indra dan hati,
yang kemudian diproses oleh akal untuk menentukan sikap mana yang
benar dan mana yang salah terhadap suatu obyek atau relitas. Cara seperti
ini bisa disebut sebagai proses rasionalitas dalam ilmu. Sedangkan proses
rasionalitas itu mampu mengantarkan seseorang untuk memahami
metarsional sehingga muncul suatu kesadaran baru tentang realitas
metafisika, yakni apa yang terjadi di balik obyek rasional yang bersifat
fisik itu. Kesadaran ini yang disebut sebagai transendensi.
12. Allah berfirman dalam surat Al imran ayat 191 yang
berbunyi :
Artinya :
(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam
keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Allah kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka