2. Masalah Perempuan dalam Budaya Papua
Masyarakat Papua umumnya telah menetapkan karakteristik
laki-laki dan perempuan (gender) berdasarkan nilai-nilai budaya
yang dianut, termasuk di dalamnya adalah peran apa yang
harus dilakukan oleh laki-laki dan perempuan, serta sumber
daya apa saja yang dapat dijangkau dan dikontrol oleh laki-laki
dan perempuan.
3. Pada zaman dahulu, peran tradisional laki-laki dan perempuan dikatakan
cukup seimbang. Laki-laki dan perempuan memiliki tanggung jawab yang
sama beratnya. Laki-laki bertanggung jawab terhadap urusan politik (perang,
membuat negosiasi dengan musuh, menggelar perdamaian), menjaga
keamanan kampung, mengawal/menjaga perempuan di kebun, mengurus
upacara adat, menyiapkan ladang baru, dan mencari kayu bakar, berburu,
berdagang. Perempuan bertanggung jawab terhadap pencariaan makan di
kebun, menyiapkan makanan bagi keluarga, mengurus ternak babi,
mengurus anak-anak dan pekerjaan rumah tangga serta membantu laki-laki
dalam menyiapkan upacara adat.
4. Saat ini, setelah adanya akulturasi (kontak budaya) dengan
dunia luar, peran-peran tersebut berubah. Sebagian besar
peran laki-laki berkurang atau hilang, seperti urusan perang,
menjaga keamanan, dengan adanya teknologi baru yang
diperkenalkan.Dengan demikian, di satu sisi laki-laki bertangan
kosong karena perannya berkurang/hilang. Di sisi lain
perempuan memiliki beban kerja yang cukup berat. Laki-laki
dikatakan pada kondisi yang sedang “kebingungan” untuk
mengisi kekosongan perannya. Bahkan bisa dikatakan laki-laki
Papua dari daerah pegunungan, saat ini sedang berada pada
tahap kehilangan identitas (mempertanyakan keberadaan
dirinya).
5. •Profil Akses dan Kontrol
Pembedaan gender dalam masyarakat Papua sangat
dipengaruhi oleh budaya patriarki. Patriarki merupakan
kekuasaan bapak (kaum lelaki) yang mendominasi,
mensubordinasikan, dan mendiskriminasikan kaum
perempuan. Segala bidang terpusat pada laki-laki, perempuan
memiliki peran untuk mengurus pangan, ternak, anak, dan
pekerjaan rumah tangga (urusan domestik)
Perempuan menghasilkan hampir 80% kegiatan produktif
(pertanian dan peternakan), namun kontrol terhadap hasil
tersebut ada di tangan laki-laki. Kondisi ini sama, baik sebelum
ada kontak dengan dunia luar maupun saat ini. Bahkan dapat
dikatakan bahwa kini dominasi/tekanan laki-laki terhadap
perempuan lebih kuat sebagai kompensasi dari keadaan lelaki
yang sedang kehilangan identitas diri.
6. •Faktor-faktor Penyebab Terjadinya Ketimpangan
Gender
(a) budaya patriarki, yakni segala bidang kehidupan terpusat pada
kekuasaan laki-laki
(b) budaya denda, yakni segala persoalan dalam masyarakat
harus diselesaikan dengan pembayaran denda uang/babi
Penyebab pertama
c) sistem pembayaran mas kawin, yakni laki-laki membayar mas
kawin terhadap pihak perempuan yang disertai dengan sejumlah
kewajiban yang harus dipenuhi oleh perempuan tersebut
(d) keterpisahan hidup perempuaan dan laki-laki, yakni dalam
pemisahan tempat tidur dan kelakuan saling menghindar antara
laki-laki dan perempuaan. Karena takut akan bahaya yang
disebabkan oleh kaum perempuaan, laki-laki harus melindungi
dirinya dengan tabu-tabu
7. (e) pandangan atau nilai bahwa perempuan adalah lambang
kesuburan, yakni hal ini sering dimanfaatkan kaum lelaki untuk
memperoleh harta lebih banyak dan kebun yang luas dan
melimpah
(f) tabu, yakni laki-laki dianggap tidak pantas mengerjakan tugas
yang selama ini dianggap sebagai tugas perempuan dan lainnya
8. Penyebab kedua
(a) pendekatan, yakni pendekatan dalam pengenalan religi baru
yang cenderung mengganti/membuang unsur-unsur agama asli
(b) sistem politik, yakni saat ini laki-laki tidak perlu setiap saat
dengan tombak/anak panah untuk perang/menjaga keamanan
kampung
(c) perubahan sistem ekonomi dari tribal ke ekonomi pasar, yakni
banyak produk yang ditawarkan, kebutuhan menjadi meningkat
dan kaum perempuan harus bekerja lebih keras lagi untuk
bersaing dalam sistem ekonomi ini untuk memenuhi kebutuhan
hidup keluarganya
(d) teknologi baru, yakni adanya teknologi yang diperkenalkan,
yang cenderung menolak laki-laki.
9. Masalah Kesehatan Perempuan Papua
•Gizi Perempuan dan Anak
•Penyakit Menular Seksual (PMS)
•Dampak Program KB
•Masalah Aborsi
•Kekerasan Laki-laki Terhadap Perempuan
•Menemukan Masa Remaja Selah Berkeluarga
•Industri Seks Tersembunyi
•Seks Bebas dan Kekerasan Seksual
•Akses Perempuan Terhadap Kesehatan
10. Kesimpulan
Persoalan diskriminasi, subordinasi, dominasi dan apapun
namanya dari lelaki terhadap perempuan ini menanggung beban
yang berat sebelah ketika itu bila kita menimbang. Ketidakadilan
sosial inilah yang harus diperangi dan diubah. Perubahan itu
tidak bisa datang dari kamu laki-laki. Ketidakadilan sosial dapat
dibongkar secara sungguh-sungguh oleh pihak perempuan
sendiri, sebab pihak yang diuntungkan (kaum lelaki) tentu tidak
akan berminat mengurangi dominasinya yang terus didapatkan
bahkan sedapat mungkin dilipatgandakan.Emansipasi
perempuan Papua harus bangkit melawan semua ketidakadilan
gender.