SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
1
LESSON STUDY DALAM PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS
TENAGA PENDIDIK
Oleh : SUSIYANTI
Abstrak
Lesson Study dalam pengembangan profesionalitas tenaga pendidik merupakan proses
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama
Lesson Study: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar
dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru
lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;(3) meningkatkan pembelajaran secara
sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis,
dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Lesson Study
dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study
dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: perencanaan
(plan); pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act).
Kata kunci : Lesson Study, kolaboratif, profesionalitas.
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidik memainkan peran yang signifikan dalam
membentuk masa depan bangsa. Pendidik tidak hanya memberi keterampilan dan
pengetahuan tetapi mereka juga merupakan pendidik, pengarah, pendamping, fasilitator,
dan panutan bagi peserta didik. Mereka menanamkan nilai-nilai sosial dan moral melalui
kata dan perbuatan, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Mereka memberikan kepada
peserta didik keterampilan belajar, kemampuan berpikir, dan keterampilan hidup agar
nantinya peserta didik dapat menjadi anak bangsa yang akan banyak memberi kontribusi
terhadap ibu pertiwi. Sistem pendidikan sebaik apapun, tidak akan banyak berarti apa-apa,
tanpa upaya terbaik dari para pendidik. Peran dasar bagi pendidik adalah menciptakan
ruang kelas yang sangat menarik bagi peserta didiknya. Peserta didik harus merasa
nyaman dengan pendidik sehingga bilamana peserta didik ingin mencari bantuan dalam
bentuk apapun, mereka tidak merasa ragu-ragu dan pada saat yang sama, pendidik harus
mendorong peserta didik.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20, tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Pendidikan, Pasal 39 ayat 2
menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran dengan
merencanakan perbaikan dan program pengayaan, melaksanakan program perbaikan dan
pengayaan, melakukan konseling dan pelatihan, serta melakukan pengembangan
profesional. Selain itu, Gray (2007) menekankan bahwa setiap peserta didik dalam proses
belajar abad 21 dituntut untuk menjadi pemikir kritis, pemecah masalah, inovator,
3
komunikator yang efektif, kolaborator yang efektif, dan pembelajar mandiri. Dalam kaitan
ini, the Partnership for the 21st
Century Skills telah mengembangkan suatu visi baru untuk
keberhasilan peserta didik dalam jangkauan global, yang berhubungan dengan
keterampilan, keaksaraan, dan kesadaran. Apa yang peserta didik perlukan dalam kelas
mereka, yaitu penguasaan keterampilan teknologi informasi, kemampuan pemecahan
masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan berkomunikasi dan
berkolaborasi yang efektif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan memberikan
alasan. Selain itu, mereka juga memerlukan pemahaman multikultural dan multibahasa,
serta kesadaran global. Semua keterampilan, keaksaraan dan kesadaran yang mereka
perlukan, selain mata pelajaran inti, akan membuat dampak yang besar pada proses cara
peserta didik belajar atau pada cara pendidik mengajar.
Peningkatan mutu pendidikan dapat dimulai dengan meningkatkan mutu guru dalam
mengajar dan berprilaku profesional. Berbagai penataran dan pelatihan guru menjadi salah
satu bentuk dari upaya tersebut. Akan tetapi, seringkali hal itu tidak membekas dalam
keseharian aktivitas guru. Hal inilah yang mendasari perlunya perbaikan yang
menitikberatkan kepada kondisi riil di lapangan, mulai dari kondisi di kelas, sekolah, dan
guru. Upaya perbaikan terus menerus harus dimulai dari bawah dan tidak hanya tuntutan
dari atas.
Salah satu model pembinaan guru untuk mencapai kualitas pembelajaran di sekolah
adalah Lesson Study. Lesson Study adalah ”model pembinaan profesi pendidik melalui
pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-
prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar” (Hendayana
dkk, 2006 : 10). Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan
(merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi). Dalam istilah lain, Lesson
Study merupakan cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir.
4
Lesson Study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi merupakan suatu
kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksi proses dan hasil pembelajaran
terkait bidang ilmu. Dalam pola LS pendidik bekerja dalam kelompok sebidang untuk
merancang, melaksanakan, mengamati, menganalisis, dan merevisi rancangan pem-
belajaran. Kegiatan LS berkulminasi pada terwujudnya dua produk yaitu: (a) rencana
pembelajaran yang rinci, jelas dan dapat diterapkan dengan efektif, (b) tinjauan mendalam
mengenai interaksi pembelajaran yang memuat penjelasan tentang bagaimana peserta
didik merespon pembelajaran, dan bagaimana guru memodifikasi rencana proses
pembelajaran atas dasar hasil refleksi dan bukti-bukti yang dikumpulkan langsung dalam
proses pembelajaran. Cerbin dan Kopp (2005) menyebutkan bahwa pendidik yang terlibat
dalam kegiatan pembelajaran dengan pola LS secara langsung mempraktikkan empati
kognitif (cognitive emphaty) dan memfasilitasi peserta didik untuk aktif belajar dan
berpikir dengan lebih jelas.
Dalam lesson study bukan hanya guru yang melaksanakan pembelajaran saja yang
dapat memetik manfaat, namun terlebih lagi para observer (guru lain/mitra, mahasiswa,
dosen dan pihak-pihak lain) yang hadir pada saat pembelajaran. Dengan mengamati
kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru, observer didorong untuk
merefleksikan pembelajaran yang dilaksanakannya dan bagaimana meningkatkan
kualitasnya. Oleh karena itu, lesson study sesungguhnya merupakan forum belajar
bersama untuk saling belajar dari pengalaman guna meningkatkan kualitas pembelajaran.
Pentingnya pengalaman “belajar dari orang lain” dan pengalaman nyata bagaimana
orang lain melakukan pembelajaran sudah sering diungkapkan dalam berbagai literatur.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa guru sulit sekali berubah
(Davis, 2003) dan bahwa mahasiswa calon guru lebih banyak belajar dari bagaimana
mereka diajar oleh para dosennya dan bukan dari apa yang dipaparkan dosen tentang cara
5
mengajar yang baik (Mellado, 1998). Karena lesson study merupakan sumber contoh-
contoh nyata tentang bagaimana melakukan pembelajaran, partisipasi sebagai observer
dalam lesson study atau mengamati rekaman video lesson study dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru.
Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah
praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa
sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan
secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran
konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar
(teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara
keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan
kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah
kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang
berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong
pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study
tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya
perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih
efektif.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1. Lesson Study suatu Pola Pengembangan Profesionalisme Guru
Menurut Suyanto (2008), profesionalisme dan kreativitas pendidik ditandai
dengan adanya kemampuan dalam bekerjasama dengan koleganya untuk: 1) men-
determinasi tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dengan memper-
timbangkan apakah tugas siswa termasuk masalah penting atau hanya sekedar latihan,
2) mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok kooperatif yang ditandai oleh
heterogenitas intelektual, gender, dan keragaman budaya dalam rangka mengem-
bangkan kemampuan bekerjasama pada siswa, 3) mengembangkan strategi
pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan inkuiri terbimbing seperti model siklus
belajar, model kooperatif, penyelesaian masalah, 4) merancang pembelajaran berbasis
penyelesaian masalah agar siswa belajar dengan melakukan dan saling membantu satu
sama lain, 5) menggunakan konsep dan proses sebagai konteks untuk melatih siswa
menulis deskriptif atau essay, melibatkan mereka dalam diskusi lisan, menghubungkan
data dengan teori-teori ilmiah, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan
alasan logis dan matematis.
Salah satu pola yang efektif dalam upaya mengembangkan profesionalisme
pendidik adalah Lesson Study. Pola ini pertamakali dikembangkan di Jepang dan
sekarang telah diadopsi dan diujicoba di beberapa negara lain termasuk di Indonesia.
Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang
awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara tersebut, kata atau istilah itu lebih populer
dengan sebutan “jugyokenkyu” (Yoshida, 1999 dalam Lewis, 2002). Menurut istilah
7
bahasa Indonesia bisa disebut juga sebagai “studi pembelajaran” atau “kaji
pembelajaran”. Menurut Wang-Iverson (2002) kata “lesson” meliputi tidak hanya
deskripsi mengenai apa yang akan diajarkan dalam jangka waktu tertentu, tetapi
meliputi hal-hal yang jauh lebih luas.
Lesson study (LS) telah diakui sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik
melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
prinsip-prinsip kolegialitas dan saling belajar dengan menguntungkan (mutual learning)
untuk membangun komunitas belajar (Juanda dkk, 2010; Muhtar, 2006).
Lesson study dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan dengan berbagai
metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang
dihadapi guru. Penerapan LS dapat dipadukan dengan penelitian tindakan kelas (PTK)
bagi guru bahkan penelitian tindakan sekolah (PTS) bagi kepala sekolah dan pengawas
pendidikan. LS dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kompetensi
pendidik, terutama yang terkait dengan pengetahuan tentang materi pelajaran,
pengetahuan proses pengajaran, pengetahuan riset, kapasitas mengamati siswa,
menghubungkan praktik sehari-hari dengan tujuan jangka panjang, motivasi, hubungan
dengan kolega dan saling membantu, komitmen, serta akuntabilitas (Hajranul dan
Hendayana, 2010).
Menurut Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study
memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih
baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil
tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study;
(3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4)
8
membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba
pengetahuan dari guru lainnya.
Secara ringkas, gambaran umum dan tujuan utama Lesson Study serta
hubungannya dengan empat kompetensi guru menurut Depdiknas (2008) diperlihatkan
dalam tabel di bawah ini.
Gambaran umum Lesson Study Tujuan Umum Lesson Study
Kegiatan kolaborasi dalam tahapan
Lesson Study termasuk:
Merencanakan pembelajaran
berdasarkan tujuan dan
perkembangan peserta didik
Mengobservasi proses pembelajaran
untuk mendapatkan data dan
informasi tentang aktivitas belajar
peserta didik
Menggunakan data hasil observasi
untuk melakukan refleksi
pembelajaran secara mendalam dan
luas
Memperbaiki perencanaan untuk
topik yang sama atau berbeda untuk
diterapkan pada kelas lain
Meningkatkan kompetensi pendidik yang
meliputi:
Kompetensi Profesional
Meningkatnya pengetahuan tentang materi
ajar
Kompetensi Pedagogik
Meningkatnya pengetahuan tentang
pembelajaran
Meningkatnya kemampuan mengobservasi
aktivitas belajar peserta didik
Memperkuat hubungan antara pelaksanaan
pembelajaran sehai-hari dengan tujuan jangka
panjang
Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran
Kompetensi Sosial
Memperkuat hubungan kolegialitas
Kompetensi Kepribadian
Meningkatnya motivasi dan semangat kerja
9
Sementara itu Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri
esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap
beberapa sekolah di Jepang, yaitu:
1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan
dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu
jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang:
pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan
individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan
pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam
belajar, dan sebagainya.
2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan
pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran
siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.
3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study
adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah
siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja
dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan
guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi
dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat
perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar
sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala
sekolah atau pengawas sekolah.
4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan
merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
10
pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara
melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat
dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara
langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang
proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang
detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja
digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.
Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis
mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan
keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih
teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2)
memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan
masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan
perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu
pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam
pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study),
(4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah
pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan
keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama
berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui
pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang
dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam
membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo
11
wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan
tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.
Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang
bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan
kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas
lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari
Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat
dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan
pangkat maupun sertifikasi guru.
Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia
University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala
sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama
karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam
Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan
tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata
pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak
lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa,
seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.
Lesson study pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan
yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. Siklus LS diasjikan pada Gambar
diagram dibawah ini.
12
Pada gambar jelas bahwa proses kegiatan dimulai dari proses perencanaan,
pelaksanaan riset, dan kegiatan refleksi pasca observsi pembelajaran. Aktivitas kegaitan
dapat dilakukan berulang-ulang untuk meneliti tema yang sama atau mengembangkan
penelitian dengan tema yang berbeda.
2. Tahapan-Tahapan Lesson Study
Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai
beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui
empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara
itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu :
(1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill
Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan
dalam Lesson Study, yaitu:
13
1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang
bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan
dengan Lesson Study.
2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan
dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai
tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan
pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan,
mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan
dalam pencapaian tujuan belajar siswa
6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-
tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana
dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang
ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007)
dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas
tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study :
a. Tahapan Perencanaan (Plan)
Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study
berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis
kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang:
14
kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan
sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata
yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara
bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan
ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi
bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP
menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya
sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama
pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai
dengan tahap akhir pembelajaran.
b. Tahapan Pelaksanaan (Do)
Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang
disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah
disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh
anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah,
atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai
pengamat/observer)
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:
a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun
bersama.
b) Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang
wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan
adanya program Lesson Study.
15
c) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan
mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi
guru maupun siswa.
d) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa,
siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan
instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-
sama.
e) Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan
untuk mengevalusi guru.
f) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo
digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan
kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
g) Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama
pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan
diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya
proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan
dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang
tercantum dalam RPP.
c. Tahapan Refleksi (Check)
Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan
proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para
perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti
seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta
lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
16
telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan
umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya,
misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam
menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat
menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam
menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang
diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai
pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi
seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses
pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-
catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.
d. Tahapan Tindak Lanjut (Act)
Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-
keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik
pada tataran individual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai
temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan
refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak
sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke
arah lebih baik.
3. Bentuk -Bentuk Kegiatan Lesson study
Lesson study di Indonesia saat ini dilaksanakan dalam dua bentuk.
1. Lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (LS MGMP)
17
Program lesson study dilaksanakan dengan cara menggabungkan semua guru-
guru yang memiliki bidang study yang sama dari beberapa sekolah dalam satu
zona/rayon/gugus yang sama kemudian disepakai hari pertemuan rutin setiap
minggunya. Saat open class yang menjadi guru model secara ditunjuk secara
bergantian dan peserta MGMP yang lain menjadi observer.
2. Lesson study berbasis sekolah (LSBS)
Bentuk lesson study berbasis sekolah diterapkan pada sebuah sekolah tertentu
saja. Sekolah ini menentukan hari tertentu dalam satu minggu untuk
melaksanakan program lesson study ini. Saat open class yang menjadi guru model
adalah salah satu guru mata pelajaran yang mengajar di sekolah tersebut dan yang
menjadi observernya adalah seluruh guru yang berada di sekolah tersebut walau
pun berbeda mata pelajarannya. Ini dilaksanakan rutin setiap minggunya dan
dilakukan secara bergantian oleh seluruh guru mata pelajaran yang mengajar
disekolah tersebut.
4. Kegiatan Lesson Study Terhadap Perubahan Budaya Mengajar guru
Pelaksanaan lesson Study mampu menciptakan dampak yang positif terhadap
perubahan budaya mengajar guru diantaranya adalah :
1. Terbangunnya komunikasi antar sesama guru. Lesson study mendorong
terjadinya interaksi dan komunikasi secara kolegial. Ini menciptakan rasa
tanggung jawab bersama dalam memecahkan permasalahan seputar kesulitan
belajar.
2. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang lebih detil
dan beroreintasi pada upaya pembimbingan siswa.
18
3. Posisi atau setting kelas yang tidak lagi pola konvensional. Pola pembelajaran
Lesson study mempengaruhi cara pengelolaan kelas ke arah model belajar
kelompok. Pengaturan temapat duduk dengan model kelompok hampir
menjadi kekhasaan dan budaya guru mengajar.
4. Terbukanya wawasan guru menggali berbagai macam metode dan tekhnik
pembelajran di kelas. Dengan lesson study guru lebih memahami tugasnya
untuk mengaktifkan siswanya dengan berani mencoba dengan berbagai
metode dan tekhnik pembelajaran. Hal ini mengubah buadaya guru yang
selama ini cenderung berceramah menjadi harus menyesuaikan dengan situasi
kelas dan membiasakan siswa untuk mulai berani presentasi di depan kelas.
5. Terbangunnya guru dalam kreasi dan mencipta media pembelajaran. Sebelum
open class guru mempersiapkan media pembelajaran seoptimal mungkin agar
dapat meningkatkan perhatian, pemahaman dan partisipasi siswa dalam
belajar. Semakain guru dapat berkreasi dan berinovasi untuk menyediakan
media yang unik, menarik dan menantang, akan menggerakkan siswa dalam
belajar dan memudahkan dalam pengelolaan kelas
6. Tersedianya data base siswa yang sering mengalami kesulitan belajar dan
membutuhkan penagan khusus. Saat open classs guru dapat lebih optimal
dapat mengamati terhadap siwa yang megalami kesulitan.
5. Kegiatan Lesson Study Terhadap Perubahan Sikap Guru
Dampak pelaksananaan lesson study akan membentuk sikap guru sebagai berikut :
1. Semangat mengkritik diri sendiri” merupakan salah satu nilai yang
dikembangkan dalam lesson study (bahas Jepangnya hansei), yaitu melakukan
refleksi secara jujur untuk memperbaiki kekurangan diri sendiri. Pada akhir setiap
19
jam pembelajaran atau akhir jam sekolah, akhir minggu, akhir semester dilakukan
refleksi diri (hansei). Peserta didik melakukan hansei dengan mengajukan
pertanyaan, seperti: Apakah saya sudah mencoba dengan sekuat tenaga?”,
“Apakah saya ingat materi apa yang harus saya bawa ke sekolah sepanjang
minggu ini”, “ Apakah saya sudah melakukan perbuatan berdasar cinta kasih ke
teman-teman saya” , “ Apa yang masih perlu saya perbaiki?”. Pelaksanaan
refleksi yang dilakukan peserta didik dan guru itu bersifat menular. Orang yang
mendengarkan hasil refleksi orang lain hakikatnya akan mulai menanyai diri
sendiri juga, apakah dia telah melakukan yang terbaik yang harus dilakukan.
Kebiasaan melakukan refleksi diri merupakan salah satu kunci pendukung
pelaksanaan lesson study (dan pembaruan pendidikan di Jepang).
2. Keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain. Berbagai
pengalaman melalui lesson study merupakan suatu hal yang perlu dipelajari
karena biasanya guru merasa malu bila proses pembelajaran dilihat oleh orang
lain. Bahkan, terjadi seorang guru jatuh sakit gara-gara harus melakukan peer
teaching. Oleh karena itu, guru yang dapat melaksanakan lesson study adalah
guru yang mau “ belajar sepanjang hayat” dan mau memperoleh masukan dari
orang lain.
3. Guru pelaksana lesson study mengedepankan sikap mau mengakui kesalahan.
Perubahan akan terjadi bila orang mau menyediakan waktu dan upaya untuk
melakukan perubahan karena mungkin didalamnya akan ada kesalahan-
kesalahan. Sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, guru jarang melaksanakan
pembelajaran secara sempurna. Melalui lesson study guru berkesempatan secara
pelan-pelan memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran yang dilakukan
dan sekaligus membangun budaya sekolah yang bersifat pada inquiri dan
20
perbaikan. Jadi, guru dapat belajar dari pembelajaran yang kurang sempurna
setelah merancang, melaksanakan dan mendiskusikan pembelajaran tersebut.
4. Bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari hasil pemikiran
sendiri yang “asli” atau “murni” yang terpenting adalah hasil pemikiran itu dapat
menggalakkan peserta didik untuk belajar. Kuncinya yakni bagaimana
membelajarkan peserta didik agar terbantu dalam belajar daripada mencari “ide
murni (ide sendiri)” pelaksanaan pembelajaran yang mungkin kurang tepat
membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, dalam lesson study guru tidak
berangkat dari nol, tetapi memulai dari yang sudah ada, yang dilakukan orang
dan memaksimalkan diri pada bagaimana dapat meningkatkan secara
berkesinambungan proses dan isi pembelajarannya.
5. Guru mau memberikan masukan secara jujur dan penuh respek. Sikap ini perlu
dikembangkan oleh guru yang terlibat dalam lesson study. Mereka secara
bersama-sama harus mencari cara agar terhindar dari dua hal yang ekstrim, yaitu
“happy talk” (dimana orang malu untuk tidak sepakat atau untuk mengkritik) dan
“harping” (dimana orang merasa dan bertindak sedemikian seolah-olah ego
mereka bergantung pada atau akan naik bila mereka dapat menjatuhkan atau
mempermalukan orang lain).
21
MASALAH-MASALAH DALAM IMPLEMENTASI LESSON STUDY
SEBAGAI SUATU INOVASI PENDIDIKAN
Pelaksanaan Lesson Study melibatkan berbagai pihak-pihak yang terkait, tidak
hanya guru, tetapi pihak dinas kependidikan, dosen dan mahasiswa. Dari beberapa
pengalaman yang dilaksanakan di Indonesia, tidak sedikit masalah-masalah yang
muncul mulai dari sumber daya manusia, sarana prasarana, atau kebijakan teknis.
Berikut ini akan dipaparkan tentang masalah-masalah yang teridentifikasi berkaitan
dengan pelaksanaan Lesson Study sebagai suatu Inovasi dalam Pendidikan
(Hendayana dkk., 2006).
Faktor Sumber Daya Manusia
Lesson Study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan
idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang terlibat dalam
Lesson Study tergantung model Lesson Study yang digunakan. Jika yang digunakan
adalah Lesson Study berbasis sekolah maka yang terlibat adalah guru-guru dan
kepala sekolah pada suatu sekolah. Sedangkan jika Lesson Study berbasis KKG atau
MGMP, maka yang dilibatkan guru-guru dalam suatu gugus kerja, misalnya untuk
guru sekolah dasar dalam suatu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan.
Dalam pelaksanaannya, berbagai pihak dari dinas terkait, termasuk pengawas juga
dapat dilibatkan. Sementara untuk pertimbangan ahli dapat melibatkan dosen dan
mahasiswanya sebagai sarana pembelajaran dan latihan di lapangan.
Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor kesuksesan Lesson Study sebagai
inovasi dalam pendidikan adalah bagaimana pihak-pihak yang disebutkan di atas
dapat bertemu, menggagas bersama-sama dan kemudian melaksanakan kegiatan
Lesson Study. Hal ini terutama bagi guru dan kepala sekolah sebagai ujung tombak
inovasi. Tentunya pihak sekolah perlu didorong oleh kebijakan serta didukung oleh
22
tenaga ahli dari universitas. Beberapa masalah yang terjadi dalam pelakanaan
Lesson Study berkaitan dengan sumber daya manusianya adalah :
1. Belum seragamnya pemahaman tentang Lesson Study. Terjadinya kesenjangan
dalam memahami kegiatan Lesson Study dapat menimbulkan beda pendapat,
seperti apakah munculnya ide inovasi dalam pembelajaran harus dimulai dari
guru atau dari dosen. Pendapat pertama berimplikasi dosen tidak terlalu aktif
karena hanya memonitor dan mendapatkan laporan. Sementara pendapat yang
kedua, dosen lebih aktif mendorong inovasi dalam pembelajaran.
2. Kesiapan kerja sama. Mungkin saja terjadi ketika memilih guru yang akan
tampil untuk mengujicobakan suatu inovasi pembelajaran. Guru yang akan
tampil masih dipersepsikan harus mempersiapkan segalanya, padahal itu
dilakukan oleh tim kerja semuanya. Guru yang tampil merasa menjadi pusat
perhatian dan dinilai, padahal fokus pelaksanan Lesson Study bukan kepada
bagaimana guru mengajar tetapi lebih difokuskan pada aktivitas siswa dalam
merespon pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
3. Koordonasi. Walaupun sudah melalui tahap sosilsisasi, secara teoritis bahwa
keinginan meningatkan mutu pembelajaran seharusnya keluar dari niat para
guru. Tapi mengingat berbagai kesibukan sekolah terkadang niat ini terlupakan,
terlebih sulitnya menentukan waktu yang pas agar semua pihak dapat terlibat.
Faktor Sarana Prasarana
Dalam pelaksanaan Lesson Study, sarana yang dibutuhkan tidak lah sulit
karena kegiatan ini berbasis kegiatan sekolah sehingga tempat pelaksanaan di
lakukan di suatu sekolah. Yang diperlukan hanyalah ijin dari pihak sekolah. Adapun
yang sering menjadi kendala adalah justru biaya operasional pelaksanaan Lesson
Study, meliputi transport, alat-alat pembelajaran, dan konsumsi pelaksanaan.
23
Akan tetapi, sering terjadi kesulitan menentukan lokasi sekolah tempat
pelaksanaan terutama yang menunjang pelaksanaan Lesson Study. Ruang kelas
sering tidak memadai untuk dimasuki para observer dengan jumlah yang sedikit
banyak. Alat-alat pembelajaran yang bervariasi harganya tentunya membutuhkan
alokasi dana khusus yang teranggarkan.
Faktor Kebijakan Teknis
Dari beberapa pengalaman pelaksanaan Lesson Studi di Indonesia itu masih di
dorong oleh proyek IMSTEP. Perguruan tinggi yang membidani Lesson Study di
Indonesia menjadi ujung tombak dalam menyosialisasikan Lesson Study baik
melalui seminar, maupun pengembangan kegiatan di daerah yang lainnya.
Selama inisiatif dari sekolah sendiri masih kurang, maka inisiatif dapat
dimulai dari Dinas Pendidikan Daerah. Inisiatif ini sangat penting untuk
mendongkrak mutu pendidikan. Selama ini keberadaan KKG dan MGMP belum
optimal sebagai wadah peningkatan mutu guru. Dalam berbagai situasi, tanpa ada
kebijakan teknis dari dinas pelaksanaan Lesson Study sulit untuk terjadi.
UPAYA UNTUK MENGATASI MASALAH
Mengingat pentingnya Lesson Study sebagai Inovasi Pendidikan, maka perlu
diupayakan usahan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diungkapkan di
atas. Menurut Roger (1993), suatu inovasi akan diterima dengan cepat atau tidaknya
bergantung kepada hal-hal berikut, yaitu :
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauhmana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya, dari segi-segi : ekonomi, faktor status sosial, kesenangan atau
kepuasan.
24
2. Kompatibel, yaitu tingkat kesessuian inovasi dengan nilai, pengalaman, dan
kebutuhan penerima.
3. Kompleksitas, yaitu tingkat kesukaran utuk memahami dan menggunakan
inovasi bagi peneriman.
4. Triabilitas, ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
5. Dapat diamati, ialah mudah tidaknya suatu hasil inovasi.
Sementara keputusan suatu inovasi itu akan diadaptasi atau tidaknya mengikuti
5 langkah, yaitu : (1) pengetahuan tentang inovasi, (2) bujukan dan imbauan, (3)
penetapan atau keputusan, (4) penerapan, dan (5) konfirmasi. Berdasarkan asumsi
teori tersebut, maka pelu ditinjau dari sudut pandang mana masalah-masalah yang
terjadi dalam pelaksanaan Lesson Study sebagai inovasi pendidikan.
Masalah Sumber Daya Manusia
Masalah sumberdaya manusia selalu menjadi hambatan dalam setiap usaha
inovasi, baik cara pandang, prilaku, kebiasaan atau peresepsi tentang suatu inovasi.
Oleh karena itu, dalam kasus pelaksanaa Lesson Study di Indonesia faktor inisiatif
dari guru dan sekolah maapun dinas terkait masih kurang. Bebrapa hal yang dapat
dilakuakan adalah :
1. Mengintensifkan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk menyebarkan pengetahuan dan
pengalaman pelaksanaan Lesson Study.
2. Melibatkan guru-guru dalam kegiatan ilmiah tersebut.
3. Mengembangkan model-model percontohan kegiatan Lesson Study.
4. Meningkatkan partisipasi KKG dan MGMP dalam kegiatan Lesson Study bahkan
dapat dijadikan sebagai pelaksana di lapangan.
25
Masalah Sarana Prasarana
Sarana yang digunakan dalam kegiatan Lesson Study tidak lah sulit untuk
dicari. Hanya saja sulitnya mencari sekolah yang memiliki kelengkapan fasilitas
yang dibutuhkan terutama di daerah. Biaya yang tidak kalah pentingnya adalah biaya
operasional kegiatan yang sering menjadi kendala terutama jika kegiatan Lesson
Study tidak berbasis proyek. Beberapa hal yang dapat dialakukan untuk
memecahkannya adalah :
1. Mengembangkan komitmen dinas pendidikan untuk mengalokasikan kegiatan
Lesson Study
2. Mengembangkan komitmen sekolah dalam mengalokasikan biaya operasinal bagi
guru yang terlibat dalam Lesson Study
3. Pihak perguruan tinggi mengembangkan proyek-proyek Lesson Study untuk
diajukan pada lembaga-lembaga pemerintah atau internasional.
Masalah Kebijakan Teknis
Kebijakan pelaksanaan Lesson Study sudah direspon dengan baik oleh
pemerintah pusat. Hanya saja, pelaksana program pendidikan tingkat daerah belum
semuanya mengadaptasi Lesson Study sebagai sebuah inovasi. Padahal kebijakan
teknis tingkat daerah sangat dibutuhkan untuk mendorong sekolah-sekolah. Oleh
karena itu, perlu usaha sosialisasi dan persuasi yang lebih intensif dengan
pemerintah daerah.
26
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Kegiatan lesson study memberikan nuansa yang berdampak yang positif terhadap
perubahan sikap dan budaya guru dalam mengajar disekolah. Melalui tahapan-tahapan
lesson study mulai dari plan, do, see, check dan act memunculkan interaksi dan
komunikasi antar guru dan rasa tanggung jawab bersama. Terjadi diskusi yang matang
dalam perencanaan pembelajaran saat plan, kemudian mengamati jalannya proses
pembelajaran saat do, dan merefleksi tentang kelemahan-kelemahan saat pelaksaan do
serta mencari solusinya.
Perubahan budaya juga terjadi pada guru dalam mengajar melalui lesson study
seperti mampu membangun komunikasi sesama guru, merancang perencanaan
pembelajaran yang beroreintasi pada siswa, setting kelas yang sudah tidak selalu
konvensional, bervariasinya metode mengajar guru, penggunaan media pembelajaran
yang optimal, mengetahui sekumpulan data siswa yang mengalami kesulitan dalam
pembelajaran sehingga mudah dalam mencarikan jalan keluarnya.
Lesson study juga mampu menimbulkan perubahan sikap guru berupa
menumbuhkan semangat untuk mengkritik diri, terbuka terhadap masukan orang lain,
mengakui kesalahan yang telah dilakukan, menerima ide-ide orang lain, melatih untuk
memberikan masukan secara jujur , perhatian dan disampaikan secara santun. Perubahan
sikap ini menunjang terhadap kematangan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial
seorang guru yang sangat menunjang terhadap tugas kesehariannya..
27
DAFTAR PUSTAKA
Harvey F. Silver, Richard W. Strong & Matthew J. Perini. 2007. Strategi-Strategi Pengajaran:
Memilih Strategi Berbasis Penelitian yang Tepat untuk Setiap Pelajaran. Terjemahan oleh
Ellys Tjo. 2012. Jakarta. PT. Indeks.
Pupuh Fathurohman & Aa Suryana. 2012. Guru Profesional. Bandung. PT. Refika Aditama
Lesson Study Research Group online: http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html
Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat.
Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study.hmtl
Lewis, Chatherine C. 2002. Lesson Study : Ahandbook of Teacher Led Instructional Change,
Philadelpia, PA : Research for Better School, Inc.
Susilo, Herwati, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Malang. Bayu media Publishing.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Penerbit Fokus Media.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Mais procurados (19)

Ardiyansah yuliniar firdaus
Ardiyansah yuliniar firdausArdiyansah yuliniar firdaus
Ardiyansah yuliniar firdaus
 
Artikel mastery learning
Artikel mastery learningArtikel mastery learning
Artikel mastery learning
 
Bagian ii
Bagian ii Bagian ii
Bagian ii
 
Model pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasiModel pembelajaran kolaborasi
Model pembelajaran kolaborasi
 
Pengelolaan kelas..
Pengelolaan kelas..Pengelolaan kelas..
Pengelolaan kelas..
 
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
Artikel Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan Kaitannya dengan Teori ...
 
Kurikulum
KurikulumKurikulum
Kurikulum
 
Pembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatifPembelajaran kooperatif
Pembelajaran kooperatif
 
Direct instruction
Direct instructionDirect instruction
Direct instruction
 
Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi Contoh Skripsi PTK Geografi
Contoh Skripsi PTK Geografi
 
Definisi komuniti pembelajaran
Definisi komuniti pembelajaranDefinisi komuniti pembelajaran
Definisi komuniti pembelajaran
 
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum NewtonProposal PTK Fisika Hukum Newton
Proposal PTK Fisika Hukum Newton
 
Pengelolaan Kelas
Pengelolaan KelasPengelolaan Kelas
Pengelolaan Kelas
 
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas TinggiPower Point.KK C Pedagogik  SD.Kelas Tinggi
Power Point.KK C Pedagogik SD.Kelas Tinggi
 
Ppt pkn
Ppt pknPpt pkn
Ppt pkn
 
Peta konsep
Peta konsepPeta konsep
Peta konsep
 
Artikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiahArtikel karya-ilmiah
Artikel karya-ilmiah
 
Makalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaranMakalah model-pembelajaran
Makalah model-pembelajaran
 
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
65 model pembelajaran dan 15 metode pembelajaran
 

Semelhante a (1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran KooperatifPembelajaran Kooperatif
Pembelajaran KooperatifRosmalia Eva
 
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfGuru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfDefison Chan
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarRizal M Suhardi
 
Restu Kurikulum
Restu KurikulumRestu Kurikulum
Restu Kurikulum210389
 
Hakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranHakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranShinta Alya
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualGigyh Ardians
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Hariyatunnisa Ahmad
 
Lesson study artikel
Lesson study artikelLesson study artikel
Lesson study artikelike ikram
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriHariyatunnisa Ahmad
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingOperator Warnet Vast Raha
 
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamPeran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamMuhamad Fatih Rusydi
 
Tugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nikaTugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nikaNIKAPUTRIMUSTIKADEVI
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranNURHAENI
 

Semelhante a (1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok) (20)

Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran KooperatifPembelajaran Kooperatif
Pembelajaran Kooperatif
 
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdfGuru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
Guru_Menginovasi_Bahan_Ajar_Sebagai_Lang.pdf
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Strategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar MengajarStrategi Belajar Mengajar
Strategi Belajar Mengajar
 
Restu Kurikulum
Restu KurikulumRestu Kurikulum
Restu Kurikulum
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Karya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut rahaKarya ilmiah ut raha
Karya ilmiah ut raha
 
Proposal tesis model assure
Proposal tesis model assureProposal tesis model assure
Proposal tesis model assure
 
Hakikat Pembelajaran
Hakikat PembelajaranHakikat Pembelajaran
Hakikat Pembelajaran
 
Pembelajaran Konstektual
Pembelajaran KonstektualPembelajaran Konstektual
Pembelajaran Konstektual
 
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
Strategi Belajar Mengajar (Mulyana Sumantri)
 
Lesson study artikel
Lesson study artikelLesson study artikel
Lesson study artikel
 
Latihan worshop ptk 1 lanjutan gusrizal sma3 bungo
Latihan worshop ptk 1 lanjutan   gusrizal sma3 bungoLatihan worshop ptk 1 lanjutan   gusrizal sma3 bungo
Latihan worshop ptk 1 lanjutan gusrizal sma3 bungo
 
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana SumantriStrategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
Strategi Belajar Mengajar - Mulyana Sumantri
 
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teachingMeningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
Meningkatkan prestasi belajar melalui pembelajaran quantum teaching
 
2.docx
2.docx2.docx
2.docx
 
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islamPeran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
Peran desain pembelajaran dalam pendidikan islam
 
Tugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nikaTugas uas teknologi pendidikan nika
Tugas uas teknologi pendidikan nika
 
Makalah 8
Makalah 8Makalah 8
Makalah 8
 
Kurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaranKurikulum dan pembelajaran
Kurikulum dan pembelajaran
 

Mais de Susi Yanti

Presentase hub. masyarakat dan sekolah
Presentase hub. masyarakat dan sekolahPresentase hub. masyarakat dan sekolah
Presentase hub. masyarakat dan sekolahSusi Yanti
 
Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5
Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5
Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5Susi Yanti
 
Power poin kelompok 5
Power poin kelompok 5Power poin kelompok 5
Power poin kelompok 5Susi Yanti
 
Presentase tik value
Presentase tik valuePresentase tik value
Presentase tik valueSusi Yanti
 
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.Susi Yanti
 
msdm susiyanti
msdm susiyantimsdm susiyanti
msdm susiyantiSusi Yanti
 
Jawaban mid kepemimpinan
Jawaban mid kepemimpinanJawaban mid kepemimpinan
Jawaban mid kepemimpinanSusi Yanti
 
Presentase msdm
Presentase msdmPresentase msdm
Presentase msdmSusi Yanti
 
Presentasi hakikat administrasi
Presentasi hakikat administrasiPresentasi hakikat administrasi
Presentasi hakikat administrasiSusi Yanti
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatSusi Yanti
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranSusi Yanti
 
Tugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianTugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianSusi Yanti
 
Propopsal penelitianku
Propopsal penelitiankuPropopsal penelitianku
Propopsal penelitiankuSusi Yanti
 
00 solo explained ppt
00 solo explained ppt00 solo explained ppt
00 solo explained pptSusi Yanti
 
Pembelajaran ips
Pembelajaran ipsPembelajaran ips
Pembelajaran ipsSusi Yanti
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaranSusi Yanti
 
Statistik dasar s2
Statistik dasar s2Statistik dasar s2
Statistik dasar s2Susi Yanti
 

Mais de Susi Yanti (20)

Presentase hub. masyarakat dan sekolah
Presentase hub. masyarakat dan sekolahPresentase hub. masyarakat dan sekolah
Presentase hub. masyarakat dan sekolah
 
Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5
Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5
Presentase upaya penggalian sumber dana pendidikan kel. 5
 
Power poin kelompok 5
Power poin kelompok 5Power poin kelompok 5
Power poin kelompok 5
 
Juknis bos
Juknis bosJuknis bos
Juknis bos
 
Presentase tik value
Presentase tik valuePresentase tik value
Presentase tik value
 
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
Presentase kel. 2 adm. keuangan dan pembiayaan pend.
 
msdm susiyanti
msdm susiyantimsdm susiyanti
msdm susiyanti
 
Jawaban mid kepemimpinan
Jawaban mid kepemimpinanJawaban mid kepemimpinan
Jawaban mid kepemimpinan
 
Presentase msdm
Presentase msdmPresentase msdm
Presentase msdm
 
Presentasi hakikat administrasi
Presentasi hakikat administrasiPresentasi hakikat administrasi
Presentasi hakikat administrasi
 
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafatHubungan ilmu, agama dn filsafat
Hubungan ilmu, agama dn filsafat
 
Tugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenranTugas filsafat 14 teori kebenran
Tugas filsafat 14 teori kebenran
 
Tugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitianTugas makalah metodologi penelitian
Tugas makalah metodologi penelitian
 
Propopsal penelitianku
Propopsal penelitiankuPropopsal penelitianku
Propopsal penelitianku
 
00 solo explained ppt
00 solo explained ppt00 solo explained ppt
00 solo explained ppt
 
Pembelajaran ips
Pembelajaran ipsPembelajaran ips
Pembelajaran ips
 
Model model pembelajaran
Model model pembelajaranModel model pembelajaran
Model model pembelajaran
 
Statistik s2
Statistik  s2Statistik  s2
Statistik s2
 
Statistik dasar s2
Statistik dasar s2Statistik dasar s2
Statistik dasar s2
 
Filsafat
Filsafat Filsafat
Filsafat
 

(1) lesson studi dlm pengembangan profesionalitas tenaga kependidikan (kelompok)

  • 1. 1 LESSON STUDY DALAM PENGEMBANGAN PROFESIONALITAS TENAGA PENDIDIK Oleh : SUSIYANTI Abstrak Lesson Study dalam pengembangan profesionalitas tenaga pendidik merupakan proses pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study: (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam melaksanakan pembelajaran;(3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Lesson Study dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang terdiri dari: perencanaan (plan); pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak lanjut (act). Kata kunci : Lesson Study, kolaboratif, profesionalitas.
  • 2. 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidik memainkan peran yang signifikan dalam membentuk masa depan bangsa. Pendidik tidak hanya memberi keterampilan dan pengetahuan tetapi mereka juga merupakan pendidik, pengarah, pendamping, fasilitator, dan panutan bagi peserta didik. Mereka menanamkan nilai-nilai sosial dan moral melalui kata dan perbuatan, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Mereka memberikan kepada peserta didik keterampilan belajar, kemampuan berpikir, dan keterampilan hidup agar nantinya peserta didik dapat menjadi anak bangsa yang akan banyak memberi kontribusi terhadap ibu pertiwi. Sistem pendidikan sebaik apapun, tidak akan banyak berarti apa-apa, tanpa upaya terbaik dari para pendidik. Peran dasar bagi pendidik adalah menciptakan ruang kelas yang sangat menarik bagi peserta didiknya. Peserta didik harus merasa nyaman dengan pendidik sehingga bilamana peserta didik ingin mencari bantuan dalam bentuk apapun, mereka tidak merasa ragu-ragu dan pada saat yang sama, pendidik harus mendorong peserta didik. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20, tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab XI tentang Pendidik dan Tenaga Pendidikan, Pasal 39 ayat 2 menyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan proses pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran dengan merencanakan perbaikan dan program pengayaan, melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, melakukan konseling dan pelatihan, serta melakukan pengembangan profesional. Selain itu, Gray (2007) menekankan bahwa setiap peserta didik dalam proses belajar abad 21 dituntut untuk menjadi pemikir kritis, pemecah masalah, inovator,
  • 3. 3 komunikator yang efektif, kolaborator yang efektif, dan pembelajar mandiri. Dalam kaitan ini, the Partnership for the 21st Century Skills telah mengembangkan suatu visi baru untuk keberhasilan peserta didik dalam jangkauan global, yang berhubungan dengan keterampilan, keaksaraan, dan kesadaran. Apa yang peserta didik perlukan dalam kelas mereka, yaitu penguasaan keterampilan teknologi informasi, kemampuan pemecahan masalah, kemampuan berpikir kritis dan kreatif, keterampilan berkomunikasi dan berkolaborasi yang efektif, keterampilan interpersonal, dan keterampilan memberikan alasan. Selain itu, mereka juga memerlukan pemahaman multikultural dan multibahasa, serta kesadaran global. Semua keterampilan, keaksaraan dan kesadaran yang mereka perlukan, selain mata pelajaran inti, akan membuat dampak yang besar pada proses cara peserta didik belajar atau pada cara pendidik mengajar. Peningkatan mutu pendidikan dapat dimulai dengan meningkatkan mutu guru dalam mengajar dan berprilaku profesional. Berbagai penataran dan pelatihan guru menjadi salah satu bentuk dari upaya tersebut. Akan tetapi, seringkali hal itu tidak membekas dalam keseharian aktivitas guru. Hal inilah yang mendasari perlunya perbaikan yang menitikberatkan kepada kondisi riil di lapangan, mulai dari kondisi di kelas, sekolah, dan guru. Upaya perbaikan terus menerus harus dimulai dari bawah dan tidak hanya tuntutan dari atas. Salah satu model pembinaan guru untuk mencapai kualitas pembelajaran di sekolah adalah Lesson Study. Lesson Study adalah ”model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip- prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar” (Hendayana dkk, 2006 : 10). Lesson Study dilaksanakan dalam tiga tahapan yaitu Plan (merencanakan), Do (melaksanakan), dan See (merefleksi). Dalam istilah lain, Lesson Study merupakan cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir.
  • 4. 4 Lesson Study bukan metode atau strategi pembelajaran tetapi merupakan suatu kegiatan merencanakan, melaksanakan, dan merefleksi proses dan hasil pembelajaran terkait bidang ilmu. Dalam pola LS pendidik bekerja dalam kelompok sebidang untuk merancang, melaksanakan, mengamati, menganalisis, dan merevisi rancangan pem- belajaran. Kegiatan LS berkulminasi pada terwujudnya dua produk yaitu: (a) rencana pembelajaran yang rinci, jelas dan dapat diterapkan dengan efektif, (b) tinjauan mendalam mengenai interaksi pembelajaran yang memuat penjelasan tentang bagaimana peserta didik merespon pembelajaran, dan bagaimana guru memodifikasi rencana proses pembelajaran atas dasar hasil refleksi dan bukti-bukti yang dikumpulkan langsung dalam proses pembelajaran. Cerbin dan Kopp (2005) menyebutkan bahwa pendidik yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran dengan pola LS secara langsung mempraktikkan empati kognitif (cognitive emphaty) dan memfasilitasi peserta didik untuk aktif belajar dan berpikir dengan lebih jelas. Dalam lesson study bukan hanya guru yang melaksanakan pembelajaran saja yang dapat memetik manfaat, namun terlebih lagi para observer (guru lain/mitra, mahasiswa, dosen dan pihak-pihak lain) yang hadir pada saat pembelajaran. Dengan mengamati kegiatan pembelajaran yang dilakukan seorang guru, observer didorong untuk merefleksikan pembelajaran yang dilaksanakannya dan bagaimana meningkatkan kualitasnya. Oleh karena itu, lesson study sesungguhnya merupakan forum belajar bersama untuk saling belajar dari pengalaman guna meningkatkan kualitas pembelajaran. Pentingnya pengalaman “belajar dari orang lain” dan pengalaman nyata bagaimana orang lain melakukan pembelajaran sudah sering diungkapkan dalam berbagai literatur. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa guru sulit sekali berubah (Davis, 2003) dan bahwa mahasiswa calon guru lebih banyak belajar dari bagaimana mereka diajar oleh para dosennya dan bukan dari apa yang dipaparkan dosen tentang cara
  • 5. 5 mengajar yang baik (Mellado, 1998). Karena lesson study merupakan sumber contoh- contoh nyata tentang bagaimana melakukan pembelajaran, partisipasi sebagai observer dalam lesson study atau mengamati rekaman video lesson study dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan mengajar guru dan mahasiswa calon guru. Lesson Study, yang muncul sebagai salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif. Seperti dimaklumi, bahwa sudah sejak lama praktik pembelajaran di Indonesia pada umumnya cenderung dilakukan secara konvensional yaitu melalui teknik komunikasi oral. Praktik pembelajaran konvesional semacam ini lebih cenderung menekankan pada bagaimana guru mengajar (teacher-centered) dari pada bagaimana siswa belajar (student-centered), dan secara keseluruhan hasilnya dapat kita maklumi yang ternyata tidak banyak memberikan kontribusi bagi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran siswa. Untuk merubah kebiasaan praktik pembelajaran dari pembelajaran konvensional ke pembelajaran yang berpusat kepada siswa memang tidak mudah, terutama di kalangan guru yang tergolong pada kelompok laggard (penolak perubahan/inovasi). Dalam hal ini, Lesson Study tampaknya dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif guna mendorong terjadinya perubahan dalam praktik pembelajaran di Indonesia menuju ke arah yang jauh lebih efektif.
  • 6. 6 BAB II PEMBAHASAN 1. Lesson Study suatu Pola Pengembangan Profesionalisme Guru Menurut Suyanto (2008), profesionalisme dan kreativitas pendidik ditandai dengan adanya kemampuan dalam bekerjasama dengan koleganya untuk: 1) men- determinasi tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dengan memper- timbangkan apakah tugas siswa termasuk masalah penting atau hanya sekedar latihan, 2) mengorganisasikan peserta didik dalam kelompok kooperatif yang ditandai oleh heterogenitas intelektual, gender, dan keragaman budaya dalam rangka mengem- bangkan kemampuan bekerjasama pada siswa, 3) mengembangkan strategi pembelajaran yang berorientasi pada kegiatan inkuiri terbimbing seperti model siklus belajar, model kooperatif, penyelesaian masalah, 4) merancang pembelajaran berbasis penyelesaian masalah agar siswa belajar dengan melakukan dan saling membantu satu sama lain, 5) menggunakan konsep dan proses sebagai konteks untuk melatih siswa menulis deskriptif atau essay, melibatkan mereka dalam diskusi lisan, menghubungkan data dengan teori-teori ilmiah, dan menyelesaikan masalah dengan menggunakan alasan logis dan matematis. Salah satu pola yang efektif dalam upaya mengembangkan profesionalisme pendidik adalah Lesson Study. Pola ini pertamakali dikembangkan di Jepang dan sekarang telah diadopsi dan diujicoba di beberapa negara lain termasuk di Indonesia. Lesson study merupakan suatu pendekatan peningkatan kualitas pembelajaran yang awal mulanya berasal dari Jepang. Di negara tersebut, kata atau istilah itu lebih populer dengan sebutan “jugyokenkyu” (Yoshida, 1999 dalam Lewis, 2002). Menurut istilah
  • 7. 7 bahasa Indonesia bisa disebut juga sebagai “studi pembelajaran” atau “kaji pembelajaran”. Menurut Wang-Iverson (2002) kata “lesson” meliputi tidak hanya deskripsi mengenai apa yang akan diajarkan dalam jangka waktu tertentu, tetapi meliputi hal-hal yang jauh lebih luas. Lesson study (LS) telah diakui sebagai suatu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan saling belajar dengan menguntungkan (mutual learning) untuk membangun komunitas belajar (Juanda dkk, 2010; Muhtar, 2006). Lesson study dapat diterapkan pada semua jenjang pendidikan dengan berbagai metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan permasalahan yang dihadapi guru. Penerapan LS dapat dipadukan dengan penelitian tindakan kelas (PTK) bagi guru bahkan penelitian tindakan sekolah (PTS) bagi kepala sekolah dan pengawas pendidikan. LS dapat memberikan kontribusi positif terhadap peningkatan kompetensi pendidik, terutama yang terkait dengan pengetahuan tentang materi pelajaran, pengetahuan proses pengajaran, pengetahuan riset, kapasitas mengamati siswa, menghubungkan praktik sehari-hari dengan tujuan jangka panjang, motivasi, hubungan dengan kolega dan saling membantu, komitmen, serta akuntabilitas (Hajranul dan Hendayana, 2010). Menurut Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4)
  • 8. 8 membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya. Secara ringkas, gambaran umum dan tujuan utama Lesson Study serta hubungannya dengan empat kompetensi guru menurut Depdiknas (2008) diperlihatkan dalam tabel di bawah ini. Gambaran umum Lesson Study Tujuan Umum Lesson Study Kegiatan kolaborasi dalam tahapan Lesson Study termasuk: Merencanakan pembelajaran berdasarkan tujuan dan perkembangan peserta didik Mengobservasi proses pembelajaran untuk mendapatkan data dan informasi tentang aktivitas belajar peserta didik Menggunakan data hasil observasi untuk melakukan refleksi pembelajaran secara mendalam dan luas Memperbaiki perencanaan untuk topik yang sama atau berbeda untuk diterapkan pada kelas lain Meningkatkan kompetensi pendidik yang meliputi: Kompetensi Profesional Meningkatnya pengetahuan tentang materi ajar Kompetensi Pedagogik Meningkatnya pengetahuan tentang pembelajaran Meningkatnya kemampuan mengobservasi aktivitas belajar peserta didik Memperkuat hubungan antara pelaksanaan pembelajaran sehai-hari dengan tujuan jangka panjang Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran Kompetensi Sosial Memperkuat hubungan kolegialitas Kompetensi Kepribadian Meningkatnya motivasi dan semangat kerja
  • 9. 9 Sementara itu Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu: 1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya. 2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa. 3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah. 4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan
  • 10. 10 pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti. Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo
  • 11. 11 wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas. Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru. Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah. Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi. Lesson study pada hakikatnya merupakan aktivitas siklikal berkesinambungan yang memiliki implikasi praktis dalam pendidikan. Siklus LS diasjikan pada Gambar diagram dibawah ini.
  • 12. 12 Pada gambar jelas bahwa proses kegiatan dimulai dari proses perencanaan, pelaksanaan riset, dan kegiatan refleksi pasca observsi pembelajaran. Aktivitas kegaitan dapat dilakukan berulang-ulang untuk meneliti tema yang sama atau mengembangkan penelitian dengan tema yang berbeda. 2. Tahapan-Tahapan Lesson Study Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:
  • 13. 13 1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study. 2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study. 3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons. 4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa. 5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa 6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan- tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada. Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study : a. Tahapan Perencanaan (Plan) Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang:
  • 14. 14 kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran. b. Tahapan Pelaksanaan (Do) Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer) Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya: a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama. b) Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
  • 15. 15 c) Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa. d) Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama- sama. e) Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru. f) Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran. g) Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP. c. Tahapan Refleksi (Check) Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang
  • 16. 16 telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun. Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan- catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi. d. Tahapan Tindak Lanjut (Act) Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan- keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran individual, maupun menajerial. Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik. 3. Bentuk -Bentuk Kegiatan Lesson study Lesson study di Indonesia saat ini dilaksanakan dalam dua bentuk. 1. Lesson study berbasis musyawarah guru mata pelajaran (LS MGMP)
  • 17. 17 Program lesson study dilaksanakan dengan cara menggabungkan semua guru- guru yang memiliki bidang study yang sama dari beberapa sekolah dalam satu zona/rayon/gugus yang sama kemudian disepakai hari pertemuan rutin setiap minggunya. Saat open class yang menjadi guru model secara ditunjuk secara bergantian dan peserta MGMP yang lain menjadi observer. 2. Lesson study berbasis sekolah (LSBS) Bentuk lesson study berbasis sekolah diterapkan pada sebuah sekolah tertentu saja. Sekolah ini menentukan hari tertentu dalam satu minggu untuk melaksanakan program lesson study ini. Saat open class yang menjadi guru model adalah salah satu guru mata pelajaran yang mengajar di sekolah tersebut dan yang menjadi observernya adalah seluruh guru yang berada di sekolah tersebut walau pun berbeda mata pelajarannya. Ini dilaksanakan rutin setiap minggunya dan dilakukan secara bergantian oleh seluruh guru mata pelajaran yang mengajar disekolah tersebut. 4. Kegiatan Lesson Study Terhadap Perubahan Budaya Mengajar guru Pelaksanaan lesson Study mampu menciptakan dampak yang positif terhadap perubahan budaya mengajar guru diantaranya adalah : 1. Terbangunnya komunikasi antar sesama guru. Lesson study mendorong terjadinya interaksi dan komunikasi secara kolegial. Ini menciptakan rasa tanggung jawab bersama dalam memecahkan permasalahan seputar kesulitan belajar. 2. Kemampuan guru dalam membuat perencanaan pembelajaran yang lebih detil dan beroreintasi pada upaya pembimbingan siswa.
  • 18. 18 3. Posisi atau setting kelas yang tidak lagi pola konvensional. Pola pembelajaran Lesson study mempengaruhi cara pengelolaan kelas ke arah model belajar kelompok. Pengaturan temapat duduk dengan model kelompok hampir menjadi kekhasaan dan budaya guru mengajar. 4. Terbukanya wawasan guru menggali berbagai macam metode dan tekhnik pembelajran di kelas. Dengan lesson study guru lebih memahami tugasnya untuk mengaktifkan siswanya dengan berani mencoba dengan berbagai metode dan tekhnik pembelajaran. Hal ini mengubah buadaya guru yang selama ini cenderung berceramah menjadi harus menyesuaikan dengan situasi kelas dan membiasakan siswa untuk mulai berani presentasi di depan kelas. 5. Terbangunnya guru dalam kreasi dan mencipta media pembelajaran. Sebelum open class guru mempersiapkan media pembelajaran seoptimal mungkin agar dapat meningkatkan perhatian, pemahaman dan partisipasi siswa dalam belajar. Semakain guru dapat berkreasi dan berinovasi untuk menyediakan media yang unik, menarik dan menantang, akan menggerakkan siswa dalam belajar dan memudahkan dalam pengelolaan kelas 6. Tersedianya data base siswa yang sering mengalami kesulitan belajar dan membutuhkan penagan khusus. Saat open classs guru dapat lebih optimal dapat mengamati terhadap siwa yang megalami kesulitan. 5. Kegiatan Lesson Study Terhadap Perubahan Sikap Guru Dampak pelaksananaan lesson study akan membentuk sikap guru sebagai berikut : 1. Semangat mengkritik diri sendiri” merupakan salah satu nilai yang dikembangkan dalam lesson study (bahas Jepangnya hansei), yaitu melakukan refleksi secara jujur untuk memperbaiki kekurangan diri sendiri. Pada akhir setiap
  • 19. 19 jam pembelajaran atau akhir jam sekolah, akhir minggu, akhir semester dilakukan refleksi diri (hansei). Peserta didik melakukan hansei dengan mengajukan pertanyaan, seperti: Apakah saya sudah mencoba dengan sekuat tenaga?”, “Apakah saya ingat materi apa yang harus saya bawa ke sekolah sepanjang minggu ini”, “ Apakah saya sudah melakukan perbuatan berdasar cinta kasih ke teman-teman saya” , “ Apa yang masih perlu saya perbaiki?”. Pelaksanaan refleksi yang dilakukan peserta didik dan guru itu bersifat menular. Orang yang mendengarkan hasil refleksi orang lain hakikatnya akan mulai menanyai diri sendiri juga, apakah dia telah melakukan yang terbaik yang harus dilakukan. Kebiasaan melakukan refleksi diri merupakan salah satu kunci pendukung pelaksanaan lesson study (dan pembaruan pendidikan di Jepang). 2. Keterbukaan terhadap masukan yang diberikan oleh orang lain. Berbagai pengalaman melalui lesson study merupakan suatu hal yang perlu dipelajari karena biasanya guru merasa malu bila proses pembelajaran dilihat oleh orang lain. Bahkan, terjadi seorang guru jatuh sakit gara-gara harus melakukan peer teaching. Oleh karena itu, guru yang dapat melaksanakan lesson study adalah guru yang mau “ belajar sepanjang hayat” dan mau memperoleh masukan dari orang lain. 3. Guru pelaksana lesson study mengedepankan sikap mau mengakui kesalahan. Perubahan akan terjadi bila orang mau menyediakan waktu dan upaya untuk melakukan perubahan karena mungkin didalamnya akan ada kesalahan- kesalahan. Sebagai manusia tidak luput dari kesalahan, guru jarang melaksanakan pembelajaran secara sempurna. Melalui lesson study guru berkesempatan secara pelan-pelan memperbaiki dan menyempurnakan pembelajaran yang dilakukan dan sekaligus membangun budaya sekolah yang bersifat pada inquiri dan
  • 20. 20 perbaikan. Jadi, guru dapat belajar dari pembelajaran yang kurang sempurna setelah merancang, melaksanakan dan mendiskusikan pembelajaran tersebut. 4. Bersikap terbuka terhadap ide orang lain, tidak berusaha mencari hasil pemikiran sendiri yang “asli” atau “murni” yang terpenting adalah hasil pemikiran itu dapat menggalakkan peserta didik untuk belajar. Kuncinya yakni bagaimana membelajarkan peserta didik agar terbantu dalam belajar daripada mencari “ide murni (ide sendiri)” pelaksanaan pembelajaran yang mungkin kurang tepat membelajarkan peserta didik. Oleh karena itu, dalam lesson study guru tidak berangkat dari nol, tetapi memulai dari yang sudah ada, yang dilakukan orang dan memaksimalkan diri pada bagaimana dapat meningkatkan secara berkesinambungan proses dan isi pembelajarannya. 5. Guru mau memberikan masukan secara jujur dan penuh respek. Sikap ini perlu dikembangkan oleh guru yang terlibat dalam lesson study. Mereka secara bersama-sama harus mencari cara agar terhindar dari dua hal yang ekstrim, yaitu “happy talk” (dimana orang malu untuk tidak sepakat atau untuk mengkritik) dan “harping” (dimana orang merasa dan bertindak sedemikian seolah-olah ego mereka bergantung pada atau akan naik bila mereka dapat menjatuhkan atau mempermalukan orang lain).
  • 21. 21 MASALAH-MASALAH DALAM IMPLEMENTASI LESSON STUDY SEBAGAI SUATU INOVASI PENDIDIKAN Pelaksanaan Lesson Study melibatkan berbagai pihak-pihak yang terkait, tidak hanya guru, tetapi pihak dinas kependidikan, dosen dan mahasiswa. Dari beberapa pengalaman yang dilaksanakan di Indonesia, tidak sedikit masalah-masalah yang muncul mulai dari sumber daya manusia, sarana prasarana, atau kebijakan teknis. Berikut ini akan dipaparkan tentang masalah-masalah yang teridentifikasi berkaitan dengan pelaksanaan Lesson Study sebagai suatu Inovasi dalam Pendidikan (Hendayana dkk., 2006). Faktor Sumber Daya Manusia Lesson Study adalah sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif pelaksanaan idealnya datang dari Kepala Sekolah bersama guru. Siapa yang terlibat dalam Lesson Study tergantung model Lesson Study yang digunakan. Jika yang digunakan adalah Lesson Study berbasis sekolah maka yang terlibat adalah guru-guru dan kepala sekolah pada suatu sekolah. Sedangkan jika Lesson Study berbasis KKG atau MGMP, maka yang dilibatkan guru-guru dalam suatu gugus kerja, misalnya untuk guru sekolah dasar dalam suatu Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan. Dalam pelaksanaannya, berbagai pihak dari dinas terkait, termasuk pengawas juga dapat dilibatkan. Sementara untuk pertimbangan ahli dapat melibatkan dosen dan mahasiswanya sebagai sarana pembelajaran dan latihan di lapangan. Berdasarkan hal tersebut, salah satu faktor kesuksesan Lesson Study sebagai inovasi dalam pendidikan adalah bagaimana pihak-pihak yang disebutkan di atas dapat bertemu, menggagas bersama-sama dan kemudian melaksanakan kegiatan Lesson Study. Hal ini terutama bagi guru dan kepala sekolah sebagai ujung tombak inovasi. Tentunya pihak sekolah perlu didorong oleh kebijakan serta didukung oleh
  • 22. 22 tenaga ahli dari universitas. Beberapa masalah yang terjadi dalam pelakanaan Lesson Study berkaitan dengan sumber daya manusianya adalah : 1. Belum seragamnya pemahaman tentang Lesson Study. Terjadinya kesenjangan dalam memahami kegiatan Lesson Study dapat menimbulkan beda pendapat, seperti apakah munculnya ide inovasi dalam pembelajaran harus dimulai dari guru atau dari dosen. Pendapat pertama berimplikasi dosen tidak terlalu aktif karena hanya memonitor dan mendapatkan laporan. Sementara pendapat yang kedua, dosen lebih aktif mendorong inovasi dalam pembelajaran. 2. Kesiapan kerja sama. Mungkin saja terjadi ketika memilih guru yang akan tampil untuk mengujicobakan suatu inovasi pembelajaran. Guru yang akan tampil masih dipersepsikan harus mempersiapkan segalanya, padahal itu dilakukan oleh tim kerja semuanya. Guru yang tampil merasa menjadi pusat perhatian dan dinilai, padahal fokus pelaksanan Lesson Study bukan kepada bagaimana guru mengajar tetapi lebih difokuskan pada aktivitas siswa dalam merespon pembelajaran yang dilakukan oleh guru. 3. Koordonasi. Walaupun sudah melalui tahap sosilsisasi, secara teoritis bahwa keinginan meningatkan mutu pembelajaran seharusnya keluar dari niat para guru. Tapi mengingat berbagai kesibukan sekolah terkadang niat ini terlupakan, terlebih sulitnya menentukan waktu yang pas agar semua pihak dapat terlibat. Faktor Sarana Prasarana Dalam pelaksanaan Lesson Study, sarana yang dibutuhkan tidak lah sulit karena kegiatan ini berbasis kegiatan sekolah sehingga tempat pelaksanaan di lakukan di suatu sekolah. Yang diperlukan hanyalah ijin dari pihak sekolah. Adapun yang sering menjadi kendala adalah justru biaya operasional pelaksanaan Lesson Study, meliputi transport, alat-alat pembelajaran, dan konsumsi pelaksanaan.
  • 23. 23 Akan tetapi, sering terjadi kesulitan menentukan lokasi sekolah tempat pelaksanaan terutama yang menunjang pelaksanaan Lesson Study. Ruang kelas sering tidak memadai untuk dimasuki para observer dengan jumlah yang sedikit banyak. Alat-alat pembelajaran yang bervariasi harganya tentunya membutuhkan alokasi dana khusus yang teranggarkan. Faktor Kebijakan Teknis Dari beberapa pengalaman pelaksanaan Lesson Studi di Indonesia itu masih di dorong oleh proyek IMSTEP. Perguruan tinggi yang membidani Lesson Study di Indonesia menjadi ujung tombak dalam menyosialisasikan Lesson Study baik melalui seminar, maupun pengembangan kegiatan di daerah yang lainnya. Selama inisiatif dari sekolah sendiri masih kurang, maka inisiatif dapat dimulai dari Dinas Pendidikan Daerah. Inisiatif ini sangat penting untuk mendongkrak mutu pendidikan. Selama ini keberadaan KKG dan MGMP belum optimal sebagai wadah peningkatan mutu guru. Dalam berbagai situasi, tanpa ada kebijakan teknis dari dinas pelaksanaan Lesson Study sulit untuk terjadi. UPAYA UNTUK MENGATASI MASALAH Mengingat pentingnya Lesson Study sebagai Inovasi Pendidikan, maka perlu diupayakan usahan untuk mengatasi masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas. Menurut Roger (1993), suatu inovasi akan diterima dengan cepat atau tidaknya bergantung kepada hal-hal berikut, yaitu : 1. Keuntungan relatif, yaitu sejauhmana inovasi dianggap menguntungkan bagi penerimanya, dari segi-segi : ekonomi, faktor status sosial, kesenangan atau kepuasan.
  • 24. 24 2. Kompatibel, yaitu tingkat kesessuian inovasi dengan nilai, pengalaman, dan kebutuhan penerima. 3. Kompleksitas, yaitu tingkat kesukaran utuk memahami dan menggunakan inovasi bagi peneriman. 4. Triabilitas, ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima. 5. Dapat diamati, ialah mudah tidaknya suatu hasil inovasi. Sementara keputusan suatu inovasi itu akan diadaptasi atau tidaknya mengikuti 5 langkah, yaitu : (1) pengetahuan tentang inovasi, (2) bujukan dan imbauan, (3) penetapan atau keputusan, (4) penerapan, dan (5) konfirmasi. Berdasarkan asumsi teori tersebut, maka pelu ditinjau dari sudut pandang mana masalah-masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Lesson Study sebagai inovasi pendidikan. Masalah Sumber Daya Manusia Masalah sumberdaya manusia selalu menjadi hambatan dalam setiap usaha inovasi, baik cara pandang, prilaku, kebiasaan atau peresepsi tentang suatu inovasi. Oleh karena itu, dalam kasus pelaksanaa Lesson Study di Indonesia faktor inisiatif dari guru dan sekolah maapun dinas terkait masih kurang. Bebrapa hal yang dapat dilakuakan adalah : 1. Mengintensifkan kegiatan-kegiatan ilmiah untuk menyebarkan pengetahuan dan pengalaman pelaksanaan Lesson Study. 2. Melibatkan guru-guru dalam kegiatan ilmiah tersebut. 3. Mengembangkan model-model percontohan kegiatan Lesson Study. 4. Meningkatkan partisipasi KKG dan MGMP dalam kegiatan Lesson Study bahkan dapat dijadikan sebagai pelaksana di lapangan.
  • 25. 25 Masalah Sarana Prasarana Sarana yang digunakan dalam kegiatan Lesson Study tidak lah sulit untuk dicari. Hanya saja sulitnya mencari sekolah yang memiliki kelengkapan fasilitas yang dibutuhkan terutama di daerah. Biaya yang tidak kalah pentingnya adalah biaya operasional kegiatan yang sering menjadi kendala terutama jika kegiatan Lesson Study tidak berbasis proyek. Beberapa hal yang dapat dialakukan untuk memecahkannya adalah : 1. Mengembangkan komitmen dinas pendidikan untuk mengalokasikan kegiatan Lesson Study 2. Mengembangkan komitmen sekolah dalam mengalokasikan biaya operasinal bagi guru yang terlibat dalam Lesson Study 3. Pihak perguruan tinggi mengembangkan proyek-proyek Lesson Study untuk diajukan pada lembaga-lembaga pemerintah atau internasional. Masalah Kebijakan Teknis Kebijakan pelaksanaan Lesson Study sudah direspon dengan baik oleh pemerintah pusat. Hanya saja, pelaksana program pendidikan tingkat daerah belum semuanya mengadaptasi Lesson Study sebagai sebuah inovasi. Padahal kebijakan teknis tingkat daerah sangat dibutuhkan untuk mendorong sekolah-sekolah. Oleh karena itu, perlu usaha sosialisasi dan persuasi yang lebih intensif dengan pemerintah daerah.
  • 26. 26 BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Kegiatan lesson study memberikan nuansa yang berdampak yang positif terhadap perubahan sikap dan budaya guru dalam mengajar disekolah. Melalui tahapan-tahapan lesson study mulai dari plan, do, see, check dan act memunculkan interaksi dan komunikasi antar guru dan rasa tanggung jawab bersama. Terjadi diskusi yang matang dalam perencanaan pembelajaran saat plan, kemudian mengamati jalannya proses pembelajaran saat do, dan merefleksi tentang kelemahan-kelemahan saat pelaksaan do serta mencari solusinya. Perubahan budaya juga terjadi pada guru dalam mengajar melalui lesson study seperti mampu membangun komunikasi sesama guru, merancang perencanaan pembelajaran yang beroreintasi pada siswa, setting kelas yang sudah tidak selalu konvensional, bervariasinya metode mengajar guru, penggunaan media pembelajaran yang optimal, mengetahui sekumpulan data siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran sehingga mudah dalam mencarikan jalan keluarnya. Lesson study juga mampu menimbulkan perubahan sikap guru berupa menumbuhkan semangat untuk mengkritik diri, terbuka terhadap masukan orang lain, mengakui kesalahan yang telah dilakukan, menerima ide-ide orang lain, melatih untuk memberikan masukan secara jujur , perhatian dan disampaikan secara santun. Perubahan sikap ini menunjang terhadap kematangan kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial seorang guru yang sangat menunjang terhadap tugas kesehariannya..
  • 27. 27 DAFTAR PUSTAKA Harvey F. Silver, Richard W. Strong & Matthew J. Perini. 2007. Strategi-Strategi Pengajaran: Memilih Strategi Berbasis Penelitian yang Tepat untuk Setiap Pelajaran. Terjemahan oleh Ellys Tjo. 2012. Jakarta. PT. Indeks. Pupuh Fathurohman & Aa Suryana. 2012. Guru Profesional. Bandung. PT. Refika Aditama Lesson Study Research Group online: http://www.tc.edu/lessonstudy/whatislessonstudy.html Slamet Mulyana. 2007. Lesson Study (Makalah). Kuningan: LPMP-Jawa Barat. Wikipedia.2007. Lesson Study. Online: http://en.wikipedia.org/wiki/Lesson_study.hmtl Lewis, Chatherine C. 2002. Lesson Study : Ahandbook of Teacher Led Instructional Change, Philadelpia, PA : Research for Better School, Inc. Susilo, Herwati, dkk. 2009. Lesson Study Berbasis Sekolah. Malang. Bayu media Publishing. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru. Jakarta: Penerbit Fokus Media.