Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mva
ARSITEKTUR INTERKONEKSI
1. ARSITEKTUR INTERKONEKSI
diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah
Binis Jaringan Telekomunikasi
disusun oleh :
Suri Nur Rachmawati 111400166
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
TELKOM BUSINESS SCHOOL
TELKOM UNIVERSITY
BANDUNG
2013
2. ARSITEKTUR INTERKONEKSI : EXCHANGE DAN NAPS
Power untuk mentransmisikan sinyal elektromagnetik adalah salah satu aset fisik dalam penyebaran
elektromagnetik. Power yang dibutuhkan bergantung kepada jarak dari masing-masing lokasi penyebaran.
Semakin pendek jarak antara pengirim dan penerima, biaya yang dikeluarkan semakin sedikit, begitu juga
yang terjadi pada efisiensi protokol data. Meminimalisir delay antara pengirim dan penerima akan
membuat protokol beroperasi lebih cepat dan efisien. Prinsipnya semakin dekat, semakin cepat dan
semakin efisien.
Hal ini menunjukkan bahwa manfaat akan terasa berbeda dan terukur apabila ada lokalisasi trafik
data. Yaitu dengan memastikan bahwa paket data dari pengirim kepada penerima, melalui jalur fisik yang
sesingkat mungkin. Manfaat ini akan timbul dari segi performansi bisnis, efisiensi, dan biaya. Berikut
adalah cara untuk memperhitungkan pertimbangan tersebut ke dalam struktur internet :
1. The Exchange Model
Struktur internet dengan model hirarki terdiri dari beberapa lapisan yaitu dimulai dari ISP global yang
berada di paling atas, lalu ISP nasional, dan ISP lokal di paling dasar. Dengan model ini setiap aliran data
dari ISP yang berada di satu layer, harus melalui ISP yang berada di layer atasnya sebelum sampai di
tujuan, begitu pun seterusnya. Hal ini mengakibatkan jalur trafik data akan sangat panjang, tidak efisien,
dan mengindikasikan performa yang buruk.
Membangun interkoneksi umum yang berbasis point to point memang mungkin dilakukan. Sirkuit ini
dibangun oleh para provider yang ingin melakukan interkoneksi langsung dengan provider lainnya. Model
ini menghasilkan rumus (N2- N) /2 untuk sirkuit dan (N2 - N) /2 untuk interkoneksi routing. Namun model
point to point tidak menunjukkan properti skala yang baik. Berikut adalah jenis-jenis exchange model :
The exchange router
Model ini menggunakan exchange sebagai sebuah router. Sirkuit dari setiap provider memutuskan
koneksi sampai ke exchange router dan sistem routing lah yang melakukan proses routing disana.
Struktur ini membuat konfigurasi sistem menjadi lebih simpel. Namun akibatnya setiap provider
harus membuat kebijakan multilateral dalam mengatur routing antar setiap provider yang
terlibat, dan ini bukan hal yang mudah untuk dicapai. Kebijakan yang dibuat juga mengatur
exchange router untuk menentukan jalur yang akan dilalui apabila terdapat dua atau lebih
provider yang melewati jalur yang sama. Kebijakan ini membuat exchange router tidak lagi bersifat
netral, sehingga seringkali banyak provider yang merasa dirugikan. Hal ini karena kemampuan
setiap provider dalam membangun sebuah jaringan, terhambat oleh kebijakan yang diambil oleh
operator exchange. Biasanya, penyedia memiliki harapan yang lebih tinggi akan fleksibilitas
penentuan kebijakan dari struktur exchange daripada tingkat dasar fungsionalitas yang
disediakan oleh exchange router. Mereka membutuhkan exchange yang netral terhadap
keputusan kebijakan routing perorangan tersebut.
The exchange LAN
Model ini menggunakan LAN sebagai elemen exchange antar inter-provider. Provider membangun
sirkuit sampai ke exchange dan menempatkan dedicated router di exchange LAN. Provider
membuat persetujuan bilateral dengan pihak lainnya. Persetujuan ini mempengaruhi router
ketika dalam waktu yang sama terdapat dua atau lebih provider yang mengakses satu jaringan.
3. Struktur ini membuat biaya menjadi lebih efisien dan fleksibel. Kelemahan model ini adalah
adanya trafik yang transit dan tidak sesuai dengan perjanjian bisnis yang telah dibuat antara dua
provider. Exchange located router harus memastikan bahwa trafik data yang dilakukan sesuai
dengan perjanjian interkoneksi yang dibuat.
Distributed exchange
Model ini sudah banyak diterapkan di banyak tempat. Bentuk model bisa dibangun sederhana
seperti metropolitan FDDI ekstensi dimana exchange yang mendatangi lokasi provider bukan
sebaliknya. Model ini mengatasi biaya operasi di satu co-lokasi dengan tingkat ketahanan dan
keamanan yang tinggi dan menggunakan teknologi akses yang seragam antar setiap partisipan
interkoneksi. Tantangan yang timbul muncul dari kecepatan switching dan pergeseran biaya.
Penggunaan akses teknologi yang seragam terkadang mencegah provider untuk menggunakan
teknologi akses yang sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka, sehingga provider harus
mengeluarkan biaya lebih.
Other Exchange-Located Services
Lingkungan co-location sering diperluas untuk mencakup fungsi lain, yaitu ‘murni’ routing dan
peran traffic exchange. Bagi provider dengan konten yang bervolume tinggi, exchange location
menawarkan jarak transit yang minimal untuk para pengguna yang tersebar di banyak provider
service lokal, juga memungkinkan provider untuk menentukan pilihan provider lokal yang akan
dipilih. Nilai tambah lain seperti terminating provider’s router dan service dengan volume konten
yang tinggi.
2. Network Access Point
Peraturan mengenai exchange diperluas dengan diperkenalkannya network acces point (NAP) di NSF
(National Science Foundation) tahun 1995. NAP memiliki dua peran yaitu :
1. Pengelola exchange antar ISP regional dalam membentuk perjanjian kerjasama bilateral
2. Sebagai tempat transit untuk pembelian, yaitu ketika ISP regional membuat perjanjian
pembelian dengan ISP lain yang tergabung dalam NAP.
Peran NAP yang disebutkan di atas menjadi pertimbangan dalam menentukan kompleksitas
operasional interkoneksi. Perjanjian bisnis yang dibuat haruslah memuat kesepakatan yang jelas anatra
masing-masing pihak. Kualitas dari transit service dan kualitas yang disediakan operator NAP juga harus
dipertimbangkan. Salah satu solusi yang umum adalah dengan menggunakan NAP fasilitas co - lokasi
untuk mengeksekusi perjanjian transit purchase dan menggunakan apa yang disebut koneksi backdoor
untuk menyediakan layanan transit.
3. Exchange Business Models
Di industri ISP , sejumlah atribut dianggap sangat diinginkan untuk fasilitas exchange. Model umum
dari Internet exchange mencakup banyak hal, diantaranya:
Dioperasikan oleh pihak netral yang bukanlah ISP
Dibangun dengan mode yang kuat dan aman
Terletak di daerah yang memiliki pangsa pasar Internet berkepadatan tinggi
Mengoperasikan dalam mode bisnis fiskal yang sehat dan stabil
4. Kekhawatiran yang terus muncul adalah tentang kinerja dari exchange dan isu dari kualitas layanan
dalam exchange. Perhatian ini berasal dari model bisnis exchange yang mungkin tidak cukup kuat di
bawah tekanan pertumbuhan dari ISP yang berpartisipasi. Model bisnis exchange biasanya memiliki
struktur flat-fee, yaitu struktur pembayaran berdasarkan jumlah unit yang digunakan ISP untuk co-lokasi
peralatan dalam exchange. Ketika jumlah trafik penggunaan meningkat, traffic load akan bertambah tapi
tidak akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan. Model bisnis lainnya yaitu struktur exchange yang
dibuat sebagai entitas kooperatif antar jumlah ISP yang terlibat. Disini exchange bersifat aset yang
nonprofit. Akibatnya banyak ISP yang memaksimalkan penggunaan exchange tanpa ada satupun pihak
yang mau memelihara kualitas dari exchange itu sendiri.
Kesimpulan yang bisa didapat, exchange adalah komponen penting dari infrastruktur internet.
Operator exchange yang bersifat independen bisa berperan sebagai pihak yang mengatur dan memelihara
kualitas exchange bagi para ISP yang terlibat.
4. A Structure For Connectivity
Peningkatan infrastruktur internet dihitung dengan tujuan sebagai berikut:
Pernambahan jangkauan akses
Peningkatan pencocokan kebijakan oleh ISP
Lokalisasi konektivitas
Backup pengaturan untuk keandalan operasi
Meningkatkan kapasitas konektivitas
Peningkatan stabilitas operasional
Pembuatan struktur rasional lingkungan koneksi untuk memungkinkan scalable
penataan alamat dan routing ruang untuk mengakomodasi pertumbuhan yang teratur
Saat ini kita telah mencapai titik kritis dalam evolusi Internet. Yaitu reaksi yang timbul dari berbagai
entitas jaringan layanan dalam merespon peningkatan jumlah ISP. Jumlah ISP yang semakin bertambah,
akan meningkatkan kompleksitas struktur interkoneksi dalam menjaga berbagai macam konektivitas yang
bersifat langsung. Konektivitas yang semakin kompleks, menekan kemampuan dari teknologi dan
peralatan yang ada. Ketidakmampuan mencapai model dstribusi dengan harga yang stabil, menciptakan
lingkungan dimana setiap ISP mengoptimalkan koneksi 1:1 dengan pihak lain sebanyak mungkin. Koneksi
ini diatur melalui struktur exchange.