SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 4
ARSITEKTUR INTERKONEKSI 
diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah 
Binis Jaringan Telekomunikasi 
disusun oleh : 
Suri Nur Rachmawati 111400166 
MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA 
TELKOM BUSINESS SCHOOL 
TELKOM UNIVERSITY 
BANDUNG 
2013
ARSITEKTUR INTERKONEKSI : EXCHANGE DAN NAPS 
Power untuk mentransmisikan sinyal elektromagnetik adalah salah satu aset fisik dalam penyebaran 
elektromagnetik. Power yang dibutuhkan bergantung kepada jarak dari masing-masing lokasi penyebaran. 
Semakin pendek jarak antara pengirim dan penerima, biaya yang dikeluarkan semakin sedikit, begitu juga 
yang terjadi pada efisiensi protokol data. Meminimalisir delay antara pengirim dan penerima akan 
membuat protokol beroperasi lebih cepat dan efisien. Prinsipnya semakin dekat, semakin cepat dan 
semakin efisien. 
Hal ini menunjukkan bahwa manfaat akan terasa berbeda dan terukur apabila ada lokalisasi trafik 
data. Yaitu dengan memastikan bahwa paket data dari pengirim kepada penerima, melalui jalur fisik yang 
sesingkat mungkin. Manfaat ini akan timbul dari segi performansi bisnis, efisiensi, dan biaya. Berikut 
adalah cara untuk memperhitungkan pertimbangan tersebut ke dalam struktur internet : 
1. The Exchange Model 
Struktur internet dengan model hirarki terdiri dari beberapa lapisan yaitu dimulai dari ISP global yang 
berada di paling atas, lalu ISP nasional, dan ISP lokal di paling dasar. Dengan model ini setiap aliran data 
dari ISP yang berada di satu layer, harus melalui ISP yang berada di layer atasnya sebelum sampai di 
tujuan, begitu pun seterusnya. Hal ini mengakibatkan jalur trafik data akan sangat panjang, tidak efisien, 
dan mengindikasikan performa yang buruk. 
Membangun interkoneksi umum yang berbasis point to point memang mungkin dilakukan. Sirkuit ini 
dibangun oleh para provider yang ingin melakukan interkoneksi langsung dengan provider lainnya. Model 
ini menghasilkan rumus (N2- N) /2 untuk sirkuit dan (N2 - N) /2 untuk interkoneksi routing. Namun model 
point to point tidak menunjukkan properti skala yang baik. Berikut adalah jenis-jenis exchange model : 
 The exchange router 
Model ini menggunakan exchange sebagai sebuah router. Sirkuit dari setiap provider memutuskan 
koneksi sampai ke exchange router dan sistem routing lah yang melakukan proses routing disana. 
Struktur ini membuat konfigurasi sistem menjadi lebih simpel. Namun akibatnya setiap provider 
harus membuat kebijakan multilateral dalam mengatur routing antar setiap provider yang 
terlibat, dan ini bukan hal yang mudah untuk dicapai. Kebijakan yang dibuat juga mengatur 
exchange router untuk menentukan jalur yang akan dilalui apabila terdapat dua atau lebih 
provider yang melewati jalur yang sama. Kebijakan ini membuat exchange router tidak lagi bersifat 
netral, sehingga seringkali banyak provider yang merasa dirugikan. Hal ini karena kemampuan 
setiap provider dalam membangun sebuah jaringan, terhambat oleh kebijakan yang diambil oleh 
operator exchange. Biasanya, penyedia memiliki harapan yang lebih tinggi akan fleksibilitas 
penentuan kebijakan dari struktur exchange daripada tingkat dasar fungsionalitas yang 
disediakan oleh exchange router. Mereka membutuhkan exchange yang netral terhadap 
keputusan kebijakan routing perorangan tersebut. 
 The exchange LAN 
Model ini menggunakan LAN sebagai elemen exchange antar inter-provider. Provider membangun 
sirkuit sampai ke exchange dan menempatkan dedicated router di exchange LAN. Provider 
membuat persetujuan bilateral dengan pihak lainnya. Persetujuan ini mempengaruhi router 
ketika dalam waktu yang sama terdapat dua atau lebih provider yang mengakses satu jaringan.
Struktur ini membuat biaya menjadi lebih efisien dan fleksibel. Kelemahan model ini adalah 
adanya trafik yang transit dan tidak sesuai dengan perjanjian bisnis yang telah dibuat antara dua 
provider. Exchange located router harus memastikan bahwa trafik data yang dilakukan sesuai 
dengan perjanjian interkoneksi yang dibuat. 
 Distributed exchange 
Model ini sudah banyak diterapkan di banyak tempat. Bentuk model bisa dibangun sederhana 
seperti metropolitan FDDI ekstensi dimana exchange yang mendatangi lokasi provider bukan 
sebaliknya. Model ini mengatasi biaya operasi di satu co-lokasi dengan tingkat ketahanan dan 
keamanan yang tinggi dan menggunakan teknologi akses yang seragam antar setiap partisipan 
interkoneksi. Tantangan yang timbul muncul dari kecepatan switching dan pergeseran biaya. 
Penggunaan akses teknologi yang seragam terkadang mencegah provider untuk menggunakan 
teknologi akses yang sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka, sehingga provider harus 
mengeluarkan biaya lebih. 
 Other Exchange-Located Services 
Lingkungan co-location sering diperluas untuk mencakup fungsi lain, yaitu ‘murni’ routing dan 
peran traffic exchange. Bagi provider dengan konten yang bervolume tinggi, exchange location 
menawarkan jarak transit yang minimal untuk para pengguna yang tersebar di banyak provider 
service lokal, juga memungkinkan provider untuk menentukan pilihan provider lokal yang akan 
dipilih. Nilai tambah lain seperti terminating provider’s router dan service dengan volume konten 
yang tinggi. 
2. Network Access Point 
Peraturan mengenai exchange diperluas dengan diperkenalkannya network acces point (NAP) di NSF 
(National Science Foundation) tahun 1995. NAP memiliki dua peran yaitu : 
1. Pengelola exchange antar ISP regional dalam membentuk perjanjian kerjasama bilateral 
2. Sebagai tempat transit untuk pembelian, yaitu ketika ISP regional membuat perjanjian 
pembelian dengan ISP lain yang tergabung dalam NAP. 
Peran NAP yang disebutkan di atas menjadi pertimbangan dalam menentukan kompleksitas 
operasional interkoneksi. Perjanjian bisnis yang dibuat haruslah memuat kesepakatan yang jelas anatra 
masing-masing pihak. Kualitas dari transit service dan kualitas yang disediakan operator NAP juga harus 
dipertimbangkan. Salah satu solusi yang umum adalah dengan menggunakan NAP fasilitas co - lokasi 
untuk mengeksekusi perjanjian transit purchase dan menggunakan apa yang disebut koneksi backdoor 
untuk menyediakan layanan transit. 
3. Exchange Business Models 
Di industri ISP , sejumlah atribut dianggap sangat diinginkan untuk fasilitas exchange. Model umum 
dari Internet exchange mencakup banyak hal, diantaranya: 
 Dioperasikan oleh pihak netral yang bukanlah ISP 
 Dibangun dengan mode yang kuat dan aman 
 Terletak di daerah yang memiliki pangsa pasar Internet berkepadatan tinggi 
 Mengoperasikan dalam mode bisnis fiskal yang sehat dan stabil
Kekhawatiran yang terus muncul adalah tentang kinerja dari exchange dan isu dari kualitas layanan 
dalam exchange. Perhatian ini berasal dari model bisnis exchange yang mungkin tidak cukup kuat di 
bawah tekanan pertumbuhan dari ISP yang berpartisipasi. Model bisnis exchange biasanya memiliki 
struktur flat-fee, yaitu struktur pembayaran berdasarkan jumlah unit yang digunakan ISP untuk co-lokasi 
peralatan dalam exchange. Ketika jumlah trafik penggunaan meningkat, traffic load akan bertambah tapi 
tidak akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan. Model bisnis lainnya yaitu struktur exchange yang 
dibuat sebagai entitas kooperatif antar jumlah ISP yang terlibat. Disini exchange bersifat aset yang 
nonprofit. Akibatnya banyak ISP yang memaksimalkan penggunaan exchange tanpa ada satupun pihak 
yang mau memelihara kualitas dari exchange itu sendiri. 
Kesimpulan yang bisa didapat, exchange adalah komponen penting dari infrastruktur internet. 
Operator exchange yang bersifat independen bisa berperan sebagai pihak yang mengatur dan memelihara 
kualitas exchange bagi para ISP yang terlibat. 
4. A Structure For Connectivity 
Peningkatan infrastruktur internet dihitung dengan tujuan sebagai berikut: 
 Pernambahan jangkauan akses 
 Peningkatan pencocokan kebijakan oleh ISP 
 Lokalisasi konektivitas 
 Backup pengaturan untuk keandalan operasi 
 Meningkatkan kapasitas konektivitas 
 Peningkatan stabilitas operasional 
 Pembuatan struktur rasional lingkungan koneksi untuk memungkinkan scalable 
penataan alamat dan routing ruang untuk mengakomodasi pertumbuhan yang teratur 
Saat ini kita telah mencapai titik kritis dalam evolusi Internet. Yaitu reaksi yang timbul dari berbagai 
entitas jaringan layanan dalam merespon peningkatan jumlah ISP. Jumlah ISP yang semakin bertambah, 
akan meningkatkan kompleksitas struktur interkoneksi dalam menjaga berbagai macam konektivitas yang 
bersifat langsung. Konektivitas yang semakin kompleks, menekan kemampuan dari teknologi dan 
peralatan yang ada. Ketidakmampuan mencapai model dstribusi dengan harga yang stabil, menciptakan 
lingkungan dimana setiap ISP mengoptimalkan koneksi 1:1 dengan pihak lain sebanyak mungkin. Koneksi 
ini diatur melalui struktur exchange.

Mais conteúdo relacionado

Semelhante a ARSITEKTUR INTERKONEKSI

Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011fsfarisya
 
presentasi koneksi internet
presentasi koneksi internetpresentasi koneksi internet
presentasi koneksi internetcarloshutabarat
 
Optimasi rute untuk_software_defined_networking-wi
Optimasi rute untuk_software_defined_networking-wiOptimasi rute untuk_software_defined_networking-wi
Optimasi rute untuk_software_defined_networking-wiEM Nasrul
 
Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...
Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...
Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...Dwi Yuliyanah
 
06module 16 building-lan
06module 16 building-lan06module 16 building-lan
06module 16 building-lansetioariwibowo
 
06module 16 building-lan
06module 16 building-lan06module 16 building-lan
06module 16 building-lansetioaribowo
 
06module 16 building-lan
06module 16 building-lan06module 16 building-lan
06module 16 building-lanindonesia
 
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTEPerencanaan jaringan akses dan core untuk LTE
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTEPutri Diana
 
Laporan WIN XI TKJ Standart Komunikasi
Laporan WIN XI TKJ Standart KomunikasiLaporan WIN XI TKJ Standart Komunikasi
Laporan WIN XI TKJ Standart Komunikasiwinna fana
 
Laporan win xi
Laporan win xiLaporan win xi
Laporan win xiwinna fana
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenJohan Irfan
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenEka Agus
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenhalimeee
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemensemangatpjk
 
334 1151-1-sm
334 1151-1-sm334 1151-1-sm
334 1151-1-smDefri Hfr
 
Analisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada local
Analisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada localAnalisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada local
Analisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada localniezha93
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenFerdy Adriant
 

Semelhante a ARSITEKTUR INTERKONEKSI (20)

Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011Studi qo s konvergensi 2011
Studi qo s konvergensi 2011
 
presentasi koneksi internet
presentasi koneksi internetpresentasi koneksi internet
presentasi koneksi internet
 
Optimasi rute untuk_software_defined_networking-wi
Optimasi rute untuk_software_defined_networking-wiOptimasi rute untuk_software_defined_networking-wi
Optimasi rute untuk_software_defined_networking-wi
 
Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...
Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...
Sim, dwi yuliyanah, hapzi ali, telekomunikasi, internet, dan teknologi nirkab...
 
desain jaringan berbasis luas
desain jaringan berbasis luasdesain jaringan berbasis luas
desain jaringan berbasis luas
 
Bab 1
Bab 1Bab 1
Bab 1
 
06module 16 building-lan
06module 16 building-lan06module 16 building-lan
06module 16 building-lan
 
06module 16 building-lan
06module 16 building-lan06module 16 building-lan
06module 16 building-lan
 
06module 16 building-lan
06module 16 building-lan06module 16 building-lan
06module 16 building-lan
 
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTEPerencanaan jaringan akses dan core untuk LTE
Perencanaan jaringan akses dan core untuk LTE
 
Laporan WIN XI TKJ Standart Komunikasi
Laporan WIN XI TKJ Standart KomunikasiLaporan WIN XI TKJ Standart Komunikasi
Laporan WIN XI TKJ Standart Komunikasi
 
Laporan win xi
Laporan win xiLaporan win xi
Laporan win xi
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemen
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemen
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemen
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemen
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemen
 
334 1151-1-sm
334 1151-1-sm334 1151-1-sm
334 1151-1-sm
 
Analisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada local
Analisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada localAnalisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada local
Analisis kinerja koneksi jaringan switch ethernet pada local
 
Bab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemenBab iv dimensi manajemen
Bab iv dimensi manajemen
 

Mais de Suri Nur Rachmawati

Biografi singkat Entrepreneur muda wahyu aditya
Biografi singkat Entrepreneur muda wahyu adityaBiografi singkat Entrepreneur muda wahyu aditya
Biografi singkat Entrepreneur muda wahyu adityaSuri Nur Rachmawati
 
Budaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda IndonesiaBudaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda IndonesiaSuri Nur Rachmawati
 
Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)
Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)
Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)Suri Nur Rachmawati
 
Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...
Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...
Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...Suri Nur Rachmawati
 
Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)
Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)
Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)Suri Nur Rachmawati
 
Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mva
Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mvaAnalisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mva
Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mvaSuri Nur Rachmawati
 

Mais de Suri Nur Rachmawati (7)

Biografi singkat Entrepreneur muda wahyu aditya
Biografi singkat Entrepreneur muda wahyu adityaBiografi singkat Entrepreneur muda wahyu aditya
Biografi singkat Entrepreneur muda wahyu aditya
 
Crm in telco
Crm in telcoCrm in telco
Crm in telco
 
Budaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda IndonesiaBudaya Organisasi Garuda Indonesia
Budaya Organisasi Garuda Indonesia
 
Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)
Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)
Analisis Strategi Industri Garuda (Berdasarkan Laporan Tahunan 2012)
 
Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...
Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...
Analisis kinerja keuangan Bank BRI dengan Metode EVA dan MVA Sebelum dan Sesu...
 
Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)
Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)
Analisis studi kasus IBM (Back to Double Digit Growth)
 
Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mva
Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mvaAnalisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mva
Analisis kinerja keuangan bank bri dengan metode eva dan mva
 

ARSITEKTUR INTERKONEKSI

  • 1. ARSITEKTUR INTERKONEKSI diajukan untuk memenuhi sebagian tugas mata kuliah Binis Jaringan Telekomunikasi disusun oleh : Suri Nur Rachmawati 111400166 MANAJEMEN BISNIS TELEKOMUNIKASI DAN INFORMATIKA TELKOM BUSINESS SCHOOL TELKOM UNIVERSITY BANDUNG 2013
  • 2. ARSITEKTUR INTERKONEKSI : EXCHANGE DAN NAPS Power untuk mentransmisikan sinyal elektromagnetik adalah salah satu aset fisik dalam penyebaran elektromagnetik. Power yang dibutuhkan bergantung kepada jarak dari masing-masing lokasi penyebaran. Semakin pendek jarak antara pengirim dan penerima, biaya yang dikeluarkan semakin sedikit, begitu juga yang terjadi pada efisiensi protokol data. Meminimalisir delay antara pengirim dan penerima akan membuat protokol beroperasi lebih cepat dan efisien. Prinsipnya semakin dekat, semakin cepat dan semakin efisien. Hal ini menunjukkan bahwa manfaat akan terasa berbeda dan terukur apabila ada lokalisasi trafik data. Yaitu dengan memastikan bahwa paket data dari pengirim kepada penerima, melalui jalur fisik yang sesingkat mungkin. Manfaat ini akan timbul dari segi performansi bisnis, efisiensi, dan biaya. Berikut adalah cara untuk memperhitungkan pertimbangan tersebut ke dalam struktur internet : 1. The Exchange Model Struktur internet dengan model hirarki terdiri dari beberapa lapisan yaitu dimulai dari ISP global yang berada di paling atas, lalu ISP nasional, dan ISP lokal di paling dasar. Dengan model ini setiap aliran data dari ISP yang berada di satu layer, harus melalui ISP yang berada di layer atasnya sebelum sampai di tujuan, begitu pun seterusnya. Hal ini mengakibatkan jalur trafik data akan sangat panjang, tidak efisien, dan mengindikasikan performa yang buruk. Membangun interkoneksi umum yang berbasis point to point memang mungkin dilakukan. Sirkuit ini dibangun oleh para provider yang ingin melakukan interkoneksi langsung dengan provider lainnya. Model ini menghasilkan rumus (N2- N) /2 untuk sirkuit dan (N2 - N) /2 untuk interkoneksi routing. Namun model point to point tidak menunjukkan properti skala yang baik. Berikut adalah jenis-jenis exchange model :  The exchange router Model ini menggunakan exchange sebagai sebuah router. Sirkuit dari setiap provider memutuskan koneksi sampai ke exchange router dan sistem routing lah yang melakukan proses routing disana. Struktur ini membuat konfigurasi sistem menjadi lebih simpel. Namun akibatnya setiap provider harus membuat kebijakan multilateral dalam mengatur routing antar setiap provider yang terlibat, dan ini bukan hal yang mudah untuk dicapai. Kebijakan yang dibuat juga mengatur exchange router untuk menentukan jalur yang akan dilalui apabila terdapat dua atau lebih provider yang melewati jalur yang sama. Kebijakan ini membuat exchange router tidak lagi bersifat netral, sehingga seringkali banyak provider yang merasa dirugikan. Hal ini karena kemampuan setiap provider dalam membangun sebuah jaringan, terhambat oleh kebijakan yang diambil oleh operator exchange. Biasanya, penyedia memiliki harapan yang lebih tinggi akan fleksibilitas penentuan kebijakan dari struktur exchange daripada tingkat dasar fungsionalitas yang disediakan oleh exchange router. Mereka membutuhkan exchange yang netral terhadap keputusan kebijakan routing perorangan tersebut.  The exchange LAN Model ini menggunakan LAN sebagai elemen exchange antar inter-provider. Provider membangun sirkuit sampai ke exchange dan menempatkan dedicated router di exchange LAN. Provider membuat persetujuan bilateral dengan pihak lainnya. Persetujuan ini mempengaruhi router ketika dalam waktu yang sama terdapat dua atau lebih provider yang mengakses satu jaringan.
  • 3. Struktur ini membuat biaya menjadi lebih efisien dan fleksibel. Kelemahan model ini adalah adanya trafik yang transit dan tidak sesuai dengan perjanjian bisnis yang telah dibuat antara dua provider. Exchange located router harus memastikan bahwa trafik data yang dilakukan sesuai dengan perjanjian interkoneksi yang dibuat.  Distributed exchange Model ini sudah banyak diterapkan di banyak tempat. Bentuk model bisa dibangun sederhana seperti metropolitan FDDI ekstensi dimana exchange yang mendatangi lokasi provider bukan sebaliknya. Model ini mengatasi biaya operasi di satu co-lokasi dengan tingkat ketahanan dan keamanan yang tinggi dan menggunakan teknologi akses yang seragam antar setiap partisipan interkoneksi. Tantangan yang timbul muncul dari kecepatan switching dan pergeseran biaya. Penggunaan akses teknologi yang seragam terkadang mencegah provider untuk menggunakan teknologi akses yang sesuai dengan kebutuhan bisnis mereka, sehingga provider harus mengeluarkan biaya lebih.  Other Exchange-Located Services Lingkungan co-location sering diperluas untuk mencakup fungsi lain, yaitu ‘murni’ routing dan peran traffic exchange. Bagi provider dengan konten yang bervolume tinggi, exchange location menawarkan jarak transit yang minimal untuk para pengguna yang tersebar di banyak provider service lokal, juga memungkinkan provider untuk menentukan pilihan provider lokal yang akan dipilih. Nilai tambah lain seperti terminating provider’s router dan service dengan volume konten yang tinggi. 2. Network Access Point Peraturan mengenai exchange diperluas dengan diperkenalkannya network acces point (NAP) di NSF (National Science Foundation) tahun 1995. NAP memiliki dua peran yaitu : 1. Pengelola exchange antar ISP regional dalam membentuk perjanjian kerjasama bilateral 2. Sebagai tempat transit untuk pembelian, yaitu ketika ISP regional membuat perjanjian pembelian dengan ISP lain yang tergabung dalam NAP. Peran NAP yang disebutkan di atas menjadi pertimbangan dalam menentukan kompleksitas operasional interkoneksi. Perjanjian bisnis yang dibuat haruslah memuat kesepakatan yang jelas anatra masing-masing pihak. Kualitas dari transit service dan kualitas yang disediakan operator NAP juga harus dipertimbangkan. Salah satu solusi yang umum adalah dengan menggunakan NAP fasilitas co - lokasi untuk mengeksekusi perjanjian transit purchase dan menggunakan apa yang disebut koneksi backdoor untuk menyediakan layanan transit. 3. Exchange Business Models Di industri ISP , sejumlah atribut dianggap sangat diinginkan untuk fasilitas exchange. Model umum dari Internet exchange mencakup banyak hal, diantaranya:  Dioperasikan oleh pihak netral yang bukanlah ISP  Dibangun dengan mode yang kuat dan aman  Terletak di daerah yang memiliki pangsa pasar Internet berkepadatan tinggi  Mengoperasikan dalam mode bisnis fiskal yang sehat dan stabil
  • 4. Kekhawatiran yang terus muncul adalah tentang kinerja dari exchange dan isu dari kualitas layanan dalam exchange. Perhatian ini berasal dari model bisnis exchange yang mungkin tidak cukup kuat di bawah tekanan pertumbuhan dari ISP yang berpartisipasi. Model bisnis exchange biasanya memiliki struktur flat-fee, yaitu struktur pembayaran berdasarkan jumlah unit yang digunakan ISP untuk co-lokasi peralatan dalam exchange. Ketika jumlah trafik penggunaan meningkat, traffic load akan bertambah tapi tidak akan meningkatkan biaya yang dikeluarkan. Model bisnis lainnya yaitu struktur exchange yang dibuat sebagai entitas kooperatif antar jumlah ISP yang terlibat. Disini exchange bersifat aset yang nonprofit. Akibatnya banyak ISP yang memaksimalkan penggunaan exchange tanpa ada satupun pihak yang mau memelihara kualitas dari exchange itu sendiri. Kesimpulan yang bisa didapat, exchange adalah komponen penting dari infrastruktur internet. Operator exchange yang bersifat independen bisa berperan sebagai pihak yang mengatur dan memelihara kualitas exchange bagi para ISP yang terlibat. 4. A Structure For Connectivity Peningkatan infrastruktur internet dihitung dengan tujuan sebagai berikut:  Pernambahan jangkauan akses  Peningkatan pencocokan kebijakan oleh ISP  Lokalisasi konektivitas  Backup pengaturan untuk keandalan operasi  Meningkatkan kapasitas konektivitas  Peningkatan stabilitas operasional  Pembuatan struktur rasional lingkungan koneksi untuk memungkinkan scalable penataan alamat dan routing ruang untuk mengakomodasi pertumbuhan yang teratur Saat ini kita telah mencapai titik kritis dalam evolusi Internet. Yaitu reaksi yang timbul dari berbagai entitas jaringan layanan dalam merespon peningkatan jumlah ISP. Jumlah ISP yang semakin bertambah, akan meningkatkan kompleksitas struktur interkoneksi dalam menjaga berbagai macam konektivitas yang bersifat langsung. Konektivitas yang semakin kompleks, menekan kemampuan dari teknologi dan peralatan yang ada. Ketidakmampuan mencapai model dstribusi dengan harga yang stabil, menciptakan lingkungan dimana setiap ISP mengoptimalkan koneksi 1:1 dengan pihak lain sebanyak mungkin. Koneksi ini diatur melalui struktur exchange.