8. Manusia secara bahasa disebut juga insan yang dalam bahasa arabnya, yang berasal dari kata nasiya yang berarti lupa dan jika dilihat dari kata dasar al-uns yang berarti jinak. Kata insan dipakai untuk menyebut manusia, karena manusia memiliki sifat lupa dan jinak artinya manusia selalu menyesuaikan diri dengan keadaan yang baru disekitarnya.
9. Manusia juga dapat dilihat dari sisi pendekatan teologis, dalam pandangan ini melengkapi dari pandangan yang sesudahnya dengan melengkapi sisi trasendensi dikarenakan pemahaman lebih bersifat fundamental. Pengetahuan pencipta tentang ciptaannya jauh lebih lengkap dari pada pengetahuan ciptaan tentang dirinya. (Musa Asy’ari, Filsafat Islam, 1999)
10.
11.
12.
13.
14. Manusia memang sebagai mahluk yang aneh dikarenakan disatu pihak ia merupakan “MAKHLUK ALAMI” , seperti binatang ia memerlukan alam untuk hidup. Dipihak lain ia berhadapan dengan alam sebagai sesuatu yang asing ia harus menyesuaikan alam sesuai dengan kebutuh-kebutuhannya. Manusia dapat disebut sebagai HOMO SAPIENS, manusia arif memiliki akal budi dan mengungguli mahluk yang lain.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21. Empirisme memandang ego sebagai poros pengalaman-pengalaman yang silih berganti dan sekedar penanaman yang real adalah pengalaman. Rasionalisme memandang ego yang diperoleh melalui penalaran dubium methodicum (semuanya bisa diragukan kecuali aku sedang ragu-ragu karena meragukan berarti mempertegas keberadaannya). Ego yang bebas, terpusat juga dapat diketahui dengan menggunakan intuisi.
22. Hidup adalah kehendak kreatif yang bertujuan yang bergerak pada satu arah. Tujuan tersebut tidak ditetapkan oleh hukum-hukum sejarah dan takdir dikarenakan manusia berkehendak bebas dan kreatif. (Donny Grahal Adian, Matinya Metafisika Barat, 2001)
23. Pernyataan al Quran manusia merupakan gabungan ruh dari Tuhan dan lempung busuk. Manusia adalah suatu kehendak bebas dan bertanggungjawab menempati suatu stasiun antara dua kutub yang berlawanan yakni Allah dan Syaitan. Gabungan tersebut menjadikan manusia bersifat dialektis. Hal ini yang menjadikan manusia sebagai realitas dialektis. Dari dialektika tersebut menjadikan manusia berkehendak bebas mampu menentukan nasibnya sendiri dan bertanggung jawab. Manusia yang ideal menurut ‘Ali Syariati adalah manusia yang telah mendialektikakan ruh dari tuhan dengan lempung dan yang dominant dalam dirinya adalah ruh dari Tuhan. (Ali Syariati, Paradigma Kaum Tertindas, 2001)
24. Bagan Esensi dan Eksistensi Manusia No Eksistensi manusia Esensi Kesadaran Fitrah (Basic Human Drives) Basic Human Values (Basic Islamic Values) Kebutuhan Dasar (Basic Human Needs) 1 Al Insan Rasa ingin tahu Intelektual Intelektual 2 Al Basyar Rasa lapar, haus, dingin Biologis Biologis 3 Abdullah Sara’ ingin berterimakasih dan bersyukur kepada tuhan Spiritual Spiritual 4 An-Nas Rasa tahan sendiri dan menderita dalam kesepian Sosial Sosial 5 Khalifah fil ardli Butuh keamanan, ketertiban, kedamaian, kemakmuran, keadilan dan keindahan lingkungan Estetika Estetika