3. Pompanisasi pertanian.
Tanaman gabah musim tanam kemarau (gadu) pada daerah persawahan non pengairan teknis
memerlukan tambahan air yang biasanya dipenuhi dari pompanisasi air tanah, didaerah
tertentu yang dilewati sungai besar misalnya Bojonegoro pengairan dipenuhi dari pompanisasi
dari bengawan solo, sementara daeraha lainnya Ngawi, Kertosono, Kediri,Jombang ,Mojokerto
dan dibeberapa daerah lain kawasan nusantara umumnya dari air tanah (sumur bor).
Begitu pula tanaman tegalan baik jagung, kedelai dll (tanaman musim kemarau ) tetap
memerlukan air untuk pertumbuhan optimalnya, pompa air yang digunakan umumnya diesel
kecil ( 8,5 sd 12 hp) yang dikopel dengan centrifugal pump diameter 3 “ sd 4 “ , jarang sekali
yang menggunakan pompa dengan motor bensin karena alasan ekonomis dan ketangguhan,
pemompaan dilakukan nonstop 24 sd 72 jam. Tanaman padi gadu yang awal tanamnya masih
dipenuhi dari bendungan bendungan air hujan setelah hujan mulai jarang memerlukan
pemompaan 3 sd 6 kali sampai dengan panen , sedangkan tanaman jagung mulai tanam sudah
menggunakan pompanisasi 6 sd 8 kali sampai dengan panen.
15 liter sd 17 liter solar dibutuhkan untuk pompanisasi selama 24 jam (0,6 sd 0,75 liter solar
perjam), biaya pompanisasi merupakan komponen biaya yang cukup besar bagi masarakat
petani, harga beli solar yang 15% lebih mahal dibanding dengan di SPBU belum lagi adanya
resiko yang dibeli adalah solar oplosan dengan minyak tanah.
Kebutuhan solar perha untuk tanaman padi dengan asumsi 8 kali pemompaan masing masing
1 kali 24 jam memerlukan solar sebanyak 136 liter, untuk tanaman jagung hamper sama yaitu
sebesar 136 liter , untuk tanaman lain seperti table dibawah.
4. Tabel : Kebutuhan solar untuk diesel pompanisasi per ha tanaman.
No Jenis tanaman Solar /24 jam Pompa sd panen Total solar ltr Juml Rupiah
1 Tanaman padi gadu 17 sd 20 ltr 8 kali 136 liter 680.000
2 Tanaman jagung 17 sd 20 ltr 8 kali 136 liter 680.000
3 Tanaman kedelai 17 sd 20 ltr 4 kali 68 liter 340.000
4 Tanaman wijen 17 sd 20 ltr 4 kali 68 liter 340.000
Catatan:
1. Petani membeli solar 10% diatas harga SPBU karena belum ada pelayanan SPBU untuk
petani dan nelayan.
Dari angka angka tersebut diatas nampak bahwa biaya solar merupakan komponen biaya
produksi yang cukup dominan, lebih mahal dibanding dengan biaya pupuk paket standart 350
kg urea, 140 kg phonska dan 100 kg Za per ha tanaman padi
Limbah pertanian sebagai subtitusi.
Terapan teknologi gasifikasi biomasa (limbah pertanian) yang dilengkapi dengan pembersih dan
pendingin gas bakar dapat dimanfaatkan untuk penggerak diesel dalam dual fuel mode, artinya
diesel dengan dua bahan bakar yaitu 20 sd 30% solar sisanya 70 sd 80% disubtitusi dari gas
bakar biomasa.
Dibeberapa Negara tetangga di Asia teknologi gasifikasi biomasa sudah cukup lama diterapkan
dari Kamboja, Mianmar, Thailand dan India.
Limbah pertanian yang umum dipakai adalah:
‐ Sekam padi 22 sd 25%dari berat gabah dengan nilai kalor 3.000 kcal/kg.
‐ Tongkol jagung 40 sd 45% berat jagung dengan nilai kalor setara dengan sekam.
‐ Batang ketela pohon.
‐ Ampas tebu dan ampas sweet sorghum.
‐ Chicken litter.
‐ Batok kelapa dan cangkang kelapa sawit.
‐ Ampas jarak pagar dll.
5.
Cara kerja.
Modifikasi diesel terutama diesel pertanian hanya perlu menambah Y valve untuk pemasukan
dan pencampuran gas bakar dari reactor gasifikasi tentunya setelah melalui proses pendinginan
dan pembersihan gas. Pembersihan gas dimulai dengan mengalirkan gas bakar melalui dust
cyclone sehingga partikel padat dalam ukuran ukuran tertentu terperangkap dan terbuang
melalui bagian bawah dust cyclone.
Proses pendinginan gas dengan melewatkan gas pada condenser dengan media pendingin air
sehingga uap air dan tar yang terkandung didalam gas bakar akan terkondensasi dan terkumul
sebagai uap cair (liquid smoke), pendinginan yang lebih sederhana bisa dengan water scruber
tetapi kurang ramah terhadap lingkungan karena air buangan dari scruber akan tercampur
dengan tar yang mengandung phenol dan merupakan limbah buang kategori B3.
Setelah proses pendinginan gas masih dialirkan melalui system filter dalam hal ini digunakan
satu atau tga tingkat system filter sehingga partikel debu maupun sisa tar sudah tereliminasi
secara optimal. Media filter dapat digunakan organic mesia dari arang sekam padi, wood
molding (remah penggergajian kayu ) dan terakhir digunakan kapuk randu (yang umumnya
digunakan sebagai pengisi kasur dan bantal).
Uji pompanisasi.
Dilakukan uji pompanisasi dengan dual fuel system yaitu diesel tetap dijalankan dengan solar
dan sebagian solar disubtitusi dengan gas bakar hasil pirolisa biomass dalam reactor gasifier.
Type diesel S 185 – 10 hp – 2200 rpm terkopel dengan self priming centrifugal pump 3 “ inlet
dan outlet, didapatkan angka angka penggunaaan bbm sbb:
No Putaran diesel CC ‐ Solar / jam CC ‐ Solar/jam % solar disubtitusi
(Solar only) (Solar plus gas)
1 1000 rpm 500 50 90%
2 1100 rpm 600 60 90%
3 1200 rpm 700 70 90%
4 1300 rpm 800 80 90%
6. 90% dari kebutuhan solar disubtitusi dengan sekam yang pasti secara ekonomis lebih murah,
mengurangi ketergantungan dan merupakan terapan energy terbarukan.
Hambatan.
Hambatan teknis untuk masarakata petani hamper hamper tidak ditemukan, uji telah melewati
100 jam putar dan pada saat diperiksa tidak ada pengerakan maupun endapan tar dalam ruang
bakar aupun dileher inlet outlet valve.
Hambatan financial yang merupakan masalah klasik petani karena harus invest reactor
gasifikasi yang relative lebih mahal dibanding dengan harga dieselnya, meski demikian apabila
disimulasikan investasi reactor gasifikasi akan kembali kurang dari dua tahun.
Misalnya:
Operasi pompa selama 200 hari x 20 jam x 0,7 ltr = 2.800 ltr x Rp 5.000 = Rp 14.000.000,‐
Upah operator 200 hari x Rp 20.000 = Rp 4.000.000,‐
Jumlah = Rp 18.000.000
*) upah lebih rendah dibanding dengan operator gasifikasi.
Operasi dengan gasifikasi 200 hari x 20 jam x 0,07 ltr = 280 ltr x Rp 5.000 = Rp 1.400.000
Bahan biomass 200 hari x Rp 5.000,‐ = Rp 1.000.000
Upah operator 200 hari x Rp 30.000 = Rp 6.000.000,‐
Jumlah = Rp 8.400.000,‐
Selisih biaya operasi = Rp 18.000.000 – Rp 8.400.000 = Rp 9.600.000,‐ per tahun (200 hari).
Dengan harga reactor kurang dari Rp 20 juta maka kurang dari dua tahun investasi sudah akan
kembali dengan keuntungan lain tercipta satu lapangan kerja untuk operator gasifikasi.