Buku ini berisi pedoman klasifikasi dan standar rumah sakit pendidikan di Indonesia yang mencakup standar untuk rumah sakit pendidikan utama, afiliasi, dan satelit dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan kedokteran dan pelayanan kesehatan. Pedoman ini mengacu pada standar pendidikan kedokteran yang ditetapkan oleh World Federation of Medical Education.
2. Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
c 2008, Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI
18 cm x 25 cm
xxii + 143 halaman
ISBN No. 978-979-9254-66-5
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang memperbanyak, mencetak dan menerbitkan sebagian atau
seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa seizin
penulis dan penerbit
Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI
362.11
Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal
Bina Pelayanan Medik
s
.Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan -- Jakarta
: Departemen Kesehatan RI, 2009
Ind
3. KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita panjatkan puji dan syukur kehadirat
ALLAH SWT, yang senantiasa melimpahkan rahmat serta karunia-Nya
sehingga Pedoman, Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan dapat
tersusun dengan baik dan ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan
RI No. 1069/Menkes/SK/XII/2008.
Keputusan Menteri Kesehatan tentang Pedoman, Klasifikasi dan
Standar Rumah Sakit Pendidikan ditujukan bagi setiap rumah sakit yang
akan dan telah berfungsi sebagai tempat wahana pembelajaran bagi peserta
pendidikan kedokteran serta menjadi acuan bagi rumah sakit dalam proses
penyelenggaraan pendidikan kedokteran.
Kepada Kontributor, Tim Penyusun dan kepada semua pihak terkait yang
telah turut berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, kami mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya atas buah pikiran,
waktu, dan sumbang saran yang telah diberikan. Semoga segala upaya dan
kerja keras Saudara bermanfaat dalam upaya peningkatan mutu pendidikan
kedokteran di tanah air.
DEPAR
EM
A
N
TA
T
DirekturEBina Pelayanan Medik Spesialistik,
EN K SEH
RAL
ENDE EDIK
TUR J
M
DIREK LAYANAN
PE
BINA
Dr. K. Mohamad Akib, Sp. Rad. MARS
NIP. 195208201978071001
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
i
4. Tim Penyusun
Dr. K. Mohamad Akib, Sp. Rad. MARS
Dr. Rochman Arif, M.Kes
Dr. Noor Sardono, M.Kes
Drg. Luki Hartanti, MpH
Dr. Ady Iswadi Thomas
Dr. Desriana Elizabeth Ginting
Dr. Indri Yogyaswari
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
iii
5. Kontributor :
Dr. Mulya A. Hasjmy, SpB. M.Kes
Prof. DR.Dr. Agus Purwadianto, Sp.F, SH, MA
Prof. DR.Dr. Budi Sampurna, Sp.F, SH
DR. Dr. Abidin Widjanarko, Sp.PD, KHOM
Dr. Agung Sutiyoso, SpOT (K), MM. MARS
Prof. DR.Dr. Akmal Taher, SpU (K)
Prof. DR.Dr. Cissy Prawira K, SpA (K)
Prof. Dr. Irawan Yusuf, PhD
DR.Dr. Melianna Zailani, MARS
Prof. Dr. Merdias Almatsier, SpS
DR.Dr. Nanan Sekarwana, Sp.A (K)
Dr. Ratna Rosita, MPHM
Dr. Sumaryono, Sp.PD (K)
Dr. Suryo Purhananto, M.Kes
DR. Dr. Sutoto Cokro, M.Kes
DR. Dr. Tjahjono D. Gondhowiardjo, Sp.M (K)
Dr. Tri Hesty, Sp.M
Dr. Untung Suseno, M.Kes
Prof. DR.Dr. Wiguno, Sp.PD (K)
Dr. Luwiharsih, MSc
Drg. Anwarul Amin, MARS
Fresley Hutapea, SH.MH.MARS
Drg. Luki Hartanti, MPH
Dr. Noor Sardono, M.Kes
Dr. Salwa Ahmad, MARS (alm)
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
v
6. DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ............................................................................................i
Tim Penyusun ............................................................................................iii
Kontributor ..................................................................................................v
Daftar Isi ....................................................................................................vii
Sambutan Menteri Kesehatan....................................................................ix
Sambutan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik .................................xi
Sambutan Ketua Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia
(ARSPI).....................................................................................................xiii
Sambutan Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran
Indonesia (AIPKI)………………………………………………......................xv
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008 Tentang Pedoman Klasifikasi
dan Standar Rumah Sakit Pendidikan …………………………................xvii
BAB I
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
Pendahuluan........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................... 1
B. Landasan Hukum ................................................................ 2
C. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan .................................. 4
D. Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia ................................ 5
E. Tujuan Penetapan Standar Rumah Sakit
Pendidikan ......................................................................... 5
Standar Rumah Sakit Pendidikan……................…….......... 7
Penyelenggaraan dan Pengorganisasian............................ 11
Tata Cara Penetapan Rumah Sakit Pendidikan …….......... 15
A. Persyaratan ........................................................................ 15
B. Prosedur Pengajuan .......................................................... 15
C. Penilaian Kelayakan ........................................................... 16
D. Sertifikasi............................................................................. 18
Standar Rumah Sakit Pendidikan Utama ............................ 19
A. Standar Visi, Misi, Komitmen, dan Persyaratan................... 19
B. Standar Manajemen dan Administrasi ….................…….....20
C. Standar Sumber Daya Manusia untuk Program
Pendidikan Klinik …………………........................................23
D. Standar Penunjang Pendidikan...........................................24
E. Standar Perancangan dan Pelaksanaan
ProgramPendidikan Klinik yang berkualitas........................ 25
Standar Rumah Sakit Pendidikan Afiliasi (Eksilensi.......... 29
A. Standar Visi, Misi, Komitmen, dan Persyaratan ........... ...... 29
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
vii
7. BAB VII
BAB VIII
BAB IX
BAB X
BAB XI
BAB XII
BAB XIII
BAB XIV
BAB XV
Referensi
viii
B. Standar Manajemen dan Administrasi ................................ 30
C. Standar Sumber Daya Manusia untuk Program
Pendidikan Klinik ………………........................................... 33
D. Standar Penunjang Pendidikan ………………..................... 34
E. Standar Perancangan dan Pelaksanaan
ProgramPendidikan Klinik yang berkualitas ….................... 35
Standar Rumah Sakit Pendidikan Satelit …........................ 39
A. Standar Visi, Misi, Komitmen, dan Persyaratan ................. 39
B. Standar Manajemen dan Administrasi …………................. 40
C. Standar Sumber Daya Manusia untuk
ProgramPendidikan Klinik……………………….................. 43
D. Standar Penunjang Pendidikan …………………................ 44
E. Standar Perancangan dan Pelaksanaan
ProgramPendidikan Klinik yang berkualitas ……............... 45
Parameter dan Indikator Penilaian Rumah Sakit
Pendidikan ............................................................................ 49
A. Rumah Sakit Pendidikan Utama ....................................... 49
B. Rumah Sakit Pendidikan Affiliasi........................................ 79
C. Rumah Sakit Pendidikan Satelit ....................................... 107
Hasil Penilaian dan Status Akreditasi ............................... 139
Pemantauan dan Evaluasi ….............................................. 141
Pembinaan dan Pengawasan ……………........................... 143
Sanksi .................................................................................. 145
Pembiayaan…………………………………..…..................... 146
Ketentuan Peralihan……………………............................... 147
Penutup………...………….................................................... 148
………………........…………………………...........….….......... 149
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
8. BH
INN
E
K A TUNGGAL
A
IK
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
SAMBUTAN MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Keberadaan Rumah Sakit Pendidikan mempunyai arti yang sangat
penting dan strategis dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan medik.
Hal ini mengingat misi Rumah Sakit Pendidikan disamping memberikan
pelayanan kesehatan, juga berfungsi sebagai wahana peningkatan
kompetensi calon dokter dan calon dokter spesialis. Tidak kalah penting juga
bahwa Rumah Sakit Pendidikan merupakan wahana penelitian serta
pengembangan teknologi kedokteran.
Rumah Sakit Pendidikan harus tampil lebih baik, lebih bermutu
karena merupakan etalase mutu pendidikan kedokteran kita. Upaya
peningkatan mutu pendidikan akan berdampak pada peningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang pastinya akan dirasakan oleh seluruh
masyarakat Indonesia.
Sejalan dengan perkembangannya, Pemerintah telah membuat
beberapa regulasi serta pengaturan tentang pelaksanaan Rumah Sakit
Pendidikan diantaranya Keputusan Bersama Menteri Kesehatan, Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri Nomor 544/
Menkes/SKB/X/81; Nomor 0430a/U/1981; Nomor 324 A tentang 14 (empat
belas) Rumah Sakit Pemerintah yang Digunakan Sebagai Tempat
Pendidikan Calon Dokter dan Dokter Spesialis; Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 512/Menkes/PER/2007 pasal 6 ayat 2 bahwa penetapan
rumah sakit, standar rumah sakit pendidikan dan standar rumah sakit atau
sarana pelayanan kesehatan lainnya sebagai jejaring pendidikan ditetapkan
dengan Pedoman, Klasifikasi dan Standar RS Pendidikan.
Selanjutnya, saya mengharapkan agar buku ini dapat dipergunakan
dengan sebaik-baiknya dan menjadi acuan bagi semua pihak yang terkait
dalam penyelenggaraan Rumah Sakit Pendidikan sekaligus menyesuaikan
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
ix
9. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
dengan aturan yang ditetapkan melalui keputusan Menteri Kesehatan No
1069/Menkes/SK/XI/2008 sebelum disahkannya Undang Undang Rumah
Sakit yang saat ini masih dalam pembahasan di DPR. Kepada tim penyusun
dan para kontributor, saya ucapkan selamat dan penghargaan atas
dedikasinya dalam penyusunan buku Pedoman, Standar dan Klasifikasi
Rumah Sakit Pendidikan.
ME
TE
E
R I K S EH
AN
AT
N
Jakarta, Agustus 2009
Menteri Kesehatan RI
DR.Dr.Siti Fadillah Supari,SpJP (K)
x
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
10. DEPARTEMEN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
Jl. HR. Rasuna Said Blok X5 Kavling 4-9 Kotak Pos 3097, 1196 Jakarta 12950
Telepon : (021) 5201590 (Hunting) Faksimile : (021) 5261814, 5203872
Surat Elektronic : yanmed@ depkes.go.id,seyanmed@depkes.go.id
INDONESIA
SEHAT
2010
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya kepada kita semua atas
ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan. Saya menyambut gembira atas upaya menerbitkan buku ini
yang merupakan penyempurnaan dari Standar Rumah Sakit Pendidikan
yang telah diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI pada tahun 2005.
Pesatnya perkembangan penyelenggaraan pendidikan kedokteran
dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pelayanan kesehatan
menuntut pelaksanaan pelayanan medik spesialistik yang bermutu,
transparan dan akuntabel di Rumah Sakit. Rumah Sakit Pendidikan dalam
penyelenggaraannya berfungsi ganda, yakni disamping berfungsi
memberikan pelayanan medik kepada masyarakat juga berfungsi sebagai
tempat pembelajaran klinik bagi calon dokter/dokter gigi dan dokter
spesialis/dokter gigi spesialis untuk meningkatkan kompetensi baik dari segi
keilmuan (knowledge), keahlian (skill) dan profesional attitude. Agar tercapai
tujuan tersebut di atas penyelenggaraan rumah sakit pendidikan harus
memenuhi standar sebagai rumah sakit pendidikan.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan ini
merupakan acuan dalam pelaksanaan Standarisasi, Akreditasi serta
Sertifikasi bagi Rumah Sakit Pendidikan Utama, Rumah Sakit Pendidikan
Afiliasi dan Rumah Sakit Pendidikan Satelit dimana masing-masing standar
mengacu kepada standar Pendidikan Kedokteran yang ditetapkan oleh
World Federation of Medical Education (WFME), sehingga dalam
penyelenggaraannya sebagai Rumah Sakit Pendidikan diharapkan dapat
mendukung terlaksananya Standar Pendidikan Kedokteran agar
menghasilkan dokter/dokter gigi dan dokter spesialis/dokter gigi spesialis
yang berkualitas dan memiliki daya saing serta dapat memberikan
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
xi
11. perlindungan hukum bagi pemberi pelayanan, penerima pelayanan, peserta
didik, dan dosen pembimbing klinik.
Saya ucapkan selamat kepada semua pihak yang telah
menyumbangkan gagasan serta pemikiran dalam penyusunan buku ini.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam rangka
penyelenggaraan pendidikan kedokteran sekaligus peningkatan mutu
pelayanan kesehatan di tanah air.
Jakarta,
Juni 2009
T
DEPAR
N
TA
DirekturH Jenderal Bina Pelayanan
EN K E SE A
Medik
EM
RAL
ENDE EDIK
TUR J
M
DIREK LAYANAN
PE
BINA
Farid W. Husain
NIP. 195003091979121001
xii
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
12. ASOSIASI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN INDONESIA
The Indonesian Teaching Hospital Association
(ARSPI)
SAMBUTAN
KETUA ASOSIASI RUMAH SAKIT PENDIDIKAN INDONESIA
Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT kami menyambut
gembira diterbitkannya buku Pedoman, Klasifikasi dan Standarisasi Rumah
Sakit Pendidikan. Seperti kita ketahui bersama bahwa pendidikan
kedokteran tidak dapat dilepaskan dari masa kepaniteraan dan pengalaman
bekerja di Rumah Sakit sehingga keberadaan Rumah Sakit Pendidikan
merupakan bagian penting dari proses belajar mengajar dalam pendidikan
kedokteran. Era globalisasi menuntut peningkatan mutu dalam berbagai hal
termasuk dalam bidang pendidikan kedokteran. Mengingat Rumah Sakit
Pendidikan merupakan bagian integral dalam pendidikan kedokteran maka
Rumah Sakit Pendidikan pun dituntut untuk senantiasa meningkatkan
mutunya antara lain melalui pemenuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Menteri Kesehatan yang
atas nama Pemerintah telah berkenan menetapkan Pedoman dan Standar
Rumah Sakit Pendidikan. Keberadaan buku ini dapat digunakan sebagai
acuan Rumah Sakit dalam penyelenggaraan proses pendidikan kedokteran
dan dapat membantu Rumah Sakit Pendidikan dalam meningkatkan mutu
sesuai standar yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.
Dengan diterbitkannya buku ini kami berharap seluruh anggota
Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan dapat menyesuaikan diri dengan
ketentuan-ketentuan yang tertera dalam buku pedoman dan standar ini.
Jakarta,
Juli 2009
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia
Dr.dr. Sutoto, M.Kes
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
xiii
13. ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEDOKTERAN INDONESIA
AIPKI
ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEDOKTERAN INDONESIA
(INDONESIAN ASSOCIATION OF MEDICAL EDUCATION INSTITUTION)
SEKRETARIAT : GEDUNG CHS LANTAI II, JL. SALEMBA RAYA 6, JAKARTA PUSAT
TELP : (021) 3100354, FAX : (021) 3907411
SAMBUTAN
KETUA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN KEDOKTERAN
INDONESIA
Rasa syukur kehadirat Allah SWT patutlah dipanjatkan dengan
terbitnya buku Pedoman, Klasifikasi dan Standarisasi Rumah Sakit
Pendidikan. Bagi institusi pendidikan dokter, Rumah Sakit Pendidikan
merupakan wahana bagi pelaksanaan tridarma pendidikan tinggi serta
pencapaian kompetensi dokter maupun dokter spesialis. Dengan demikian,
Rumah Sakit Pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan kedokteran. Sejak tahun 2006 KKI telah mensahkan standar
pendidikan profesi dan standar pendidikan kompetensi yang harus
dilaksanakan oleh semua institusi pendidikan dokter di Indonesia dalam
menjalankan fungsinya. Dalam standar pendidikan profesi persyaratan
Rumah Sakit Pendidikan merupakan persyaratan mutlak tidak saja dalam
hal keberadaannya, tetapi yang terpenting adalah kualitas pelayanan,
infrastruktur dan manajemen pengelolaannya sangat berkaitan dengan
kualitas pendidikan. Dengan terbitnya buku ini, maka jaminan akan
tersedianya wahana pendidikan untuk dokter dan dokter spesialis, serta
pelaksanaan penelitian untuk pengembangan ilmu kedokteran akan
tercapai.
Kami menyampaikan terima kasih kepada Menteri Kesehatan yang
berkenan menetapkan Pedoman dan Standar Rumah Sakit Pendidikan.
Terbitnya buku ini dapat digunakan sebagai acuan Rumah Sakit dalam
penyelenggaraan proses pendidikan kedokteran dan dapat membantu
Rumah Sakit Pendidikan dalam meningkatkan mutu pendidikan sesuai
dengan standar pendidikan profesi dokter.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
xv
14. Kami berharap bahwa seluruh institusi pendidikan dokter
mengkordinasikan berbagai ketentuan dalam buku pedoman dan standar ini
dengan pihak Rumah Sakit yang dipergunakan sebagai wahana pendidikan
dokter maupun dokter spesialis.
Jakarta, 31 Juli 2009
Ketua Asosiasi Institusi Pendidikan
Kedokteran Indonesia
Prof. Dr. Irawan Yusuf. Ph.D
xvi
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
15. BH
INN
E
K A TUNGGAL
A
IK
MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 1069/MENKES/SK/XI/2008
TENTANG
PEDOMAN KLASIFIKASI DAN STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang :
a. Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan, pendidikan
dan penelitian kedokteran, keberadaan Institusi
Pendidikan Kedokteran, Kolegium Ilmu Kedokteran dan
Rumah Sakit Pendidikan dalam pelaksanaan program
pendidikan profesi dokter dan dokter spesialis
memegang peranan penting;
b. bahwa agar Rumah Sakit yang digunakan sebagai
tempat pelaksanaan program pendidikan profesi dokter
dan dokter spesialis memenuhi persyaratan, perlu
menetapkan Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah
Sakit Pendidikan dengan Keputusan Menteri;
Mengingat
: 1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003
Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)
sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
xvii
16. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4431);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang
Tenaga Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintah Daerah Provinsi, Dan Pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor
82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4741);
8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang
Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi dan
Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia,
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan
Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
9. P e r a t u r a n M e n t e r i K e s e h a t a n N o m o r
1045/Menkes/Per/XI/ 2006 tentang Organisasi Rumah
Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan;
1045/Menkes/Per/XI/ 2006 tentang Organisasi Rumah
Sakit Di Lingkungan Departemen Kesehatan;
10.P e r a t u r a n M e n t e r i K e s e h a t a n N o m o r
512/MENKES/PER/IV/ 2007 tentang Ijin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
xviii
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
17. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
11. K e p u t u s a n M e n t e r i K e s e h a t a n N o m o r
1575/Menkes/PERXI/ 2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Departemen Kesehatan sebagaimana
diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1295/Menkes/Per/XII/07;
Memperhatikan :
Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan
Nomor 544 Menkes/SKB/X/81, Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 0430 a/U/1981 dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 324.A Tahun 1981 tentang
Pembagian Tugas, Tanggung Jawab dan Penetapan
Prosedur sebagai Rumah Sakit Pemerintah yang
digunakan untuk Pendidikan Dokter;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan
:
Kesatu
:
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG
PEDOMAN KLASIFIKASI DAN STANDAR RUMAH
SAKIT PENDIDIKAN
Kedua
:
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit
Pendidikan dimaksud Diktum Kesatu sebagaimana
tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.
Ketiga
:
Pedoman dimaksud Diktum Kedua agar digunakan oleh
Institusi, Lembaga dan Organisasi Profesi terkait
sebagai acuan klasifikasi dan penetapan status
akreditasi dalam rangka pembinaan Rumah Sakit
Pendidikan.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
xix
18. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Keempat
:
Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal 18 Nopember 2009
ME
TE
H
AN
AT
N
MENTERI KESEHATAN,
E
RI K SE
Dr. dr. SITI FADILAH SUPARI, Sp. JP (K)
xx
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
19. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran I
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu persyaratan Pendidikan Kedokteran adalah tersedianya
Rumah Sakit (RS) Pendidikan Utama dalam jaringan lahan praktek yang
kelayakannya dinilai oleh pakar pendidikan kedokteran sesuai dengan
kriteria yang telah ditetapkan dalam Panduan Pendidikan Kedokteran (Dirjen
Dikti, 2002). Tahun 2003, dengan diberlakukannya Undang Undang Sistem
Pendidikan Nasional, maka semua pendidikan profesi harus
diselenggarakan oleh Institusi Pendidikan.
Pada tahun 2006, Konsil Kedokteran Indonesia telah mengesahkan
Standar Pendidikan Profesi Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis
serta Standar Kompetensi Dokter/Dokter Gigi,Dokter/Dokter Gigi Spesialis.
Dalam Standar tersebut juga dikatakan bahwa Institusi Pendidikan
Kedokteran harus menjamin tersedianya fasilitas pendidikan klinik bagi
mahasiswa yang terdiri dari RS Pendidikan dan Sarana Kesehatan lain yang
diperlukan.
Penetapan RS Pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai dengan di
tetapkannya pembagian tugas, tanggung jawab, dan penetapan prosedur
sebagai RS Pemerintah yang digunakan untuk pendidikan kedokteran pada
tahun 1981 melalui SK Bersama Menteri Kesehatan, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan dan Menteri Dalam Negeri. Dalam lampiran Surat Keputusan
tersebut, ditetapkan 14 RS Umum Pemerintah sebagai tempat pendidikan
calon dokter dan calon dokter spesialis. RS tersebut adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
RSU Dr.Pirngadi, Medan
RSUP Dr.Cipto Mangunkusumo, Jakarta
RSUP Dr.Hasan Sadikin, Bandung
RSUP Dr.Kariadi, Semarang
RSUP Dr.Sardjito, Yogjakarta
RSU Dr.Soetomo, Surabaya
RSU Ujung Pandang, Makasar
RSUP Palembang
RSU Gunung Wenang, Manado
RSU Persahabatan, Jakarta
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
1
20. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
11.
12.
13.
14.
RSU Surakarta, Solo
RSU Dr.Syaiful Anwar, Malang
RSUP Sanglah, Denpasar
RSUP Dr.M.Jamil, Padang
Masing-masing RS Pendidikan tersebut merupakan RS Pendidikan untuk
satu Institusi Pendidikan Kedokteran Negeri, kecuali untuk Institusi
Pendidikan Kedokteran Universitas Indonesia, yang pada saat itu sudah
mempunyai dua RS Pendidikan, yaitu RS Dr.Cipto Mangunkusumo dan RS
Persahabatan.
Saat ini penetapan RS Pendidikan disahkan melalui Surat Keputusan
Menteri Kesehatan, setelah melalui proses penilaian dan memenuhi kriteria
Standar RS Pendidikan yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal
Pelayanan Medik Departemen Kesehatan pada bulan Mei tahun 2005.
Pesatnya pertambahan Institusi Pendidikan Kedokteran baik
pemerintah maupun swasta, membutuhkan peningkatan jumlah RS
Pendidikan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan
dan Universitas Gajah Mada pada tahun 2003, dilaporkan terdapat 97 RS
yang berfungsi sebagai RS Pendidikan, namun dari data Asosiasi RS
Pendidikan Indonesia (ARSPI), hingga tahun 2009 tercatat hanya ada 39 RS
yang secara resmi mempunyai Surat Keputusan Menteri Kesehatan sebagai
RS Pendidikan, pada waktu yang sama terdapat 52 Institusi Pendidikan
Kedokteran. Selain itu juga terdapat 12 RS Gigi dan Mulut Pendidikan yang
telah mendapat SK Menteri Kesehatan.
Selama ini Standar RS Pendidikan yang diterbitkan Departemen
Kesehatan pada tahun 2005, merupakan dasar penetapan RS Pendidikan.
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan RS Pendidikan terutama dalam
proses pembelajaran klinik bagi peserta didik pendidikan kedokteran
terutama dalam pencapaian kompetensi peserta didik, maka perlu disusun
Standar RS Pendidikan.
B. Landasan Hukum
Peraturan perundangan yang mendasari penyusunan pedoman ini meliputi :
1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
(Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3495);
2. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan
2
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
21. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lembaran Negara Nomor 4301);
3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4437) sebagaimana diubah terakhir dengan UndangUndang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4844);
4. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4431);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 3637);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah
Provinsi, Dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara
Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4737);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2007 Nomor 89,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4741);
8. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas,
Fungsi, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara
Republik Indonesia, sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Peraturan Presiden Nomor 94 Tahun 2006;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
1045/Menkes/Per/ XI/ 2006
tentang Organisasi Rumah Sakit Di Lingkungan Departemen
Kesehatan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/ MENKES/ PER/IV/2007
tentang Ijin Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran
11. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1575/Menkes/PER XI/2005
tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
3
22. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor :
1295/Menkes/Per/XII/2007;
C. Pengertian Rumah Sakit Pendidikan
Dari berbagai definisi yang ada, pada prinsipnya pengertian RS
Pendidikan (“Teaching Hospital”) adalah Rumah Sakit yang juga digunakan
untuk pendidikan kedokteran. Hutchkinson & Wilkipedia Encyclopedia
mendefinisikan RS Pendidikan sebagai Rumah Sakit yang berhubungan
erat dengan Pendidikan Kedokteran dan berfungsi dalam pendidikan praktik
untuk mahasiswa kedokteran, “internship” dan residen atau peserta
pendidikan spesialis.
Selain istilah RS Pendidikan, dikenal juga istilah RS Universitas
(“University Hospital”). Medline,1997 mendefinisikan RS Universitas
sebagai Rumah Sakit yang dikelola oleh suatu universitas untuk pendidikan
mahasiswa kedokteran, program pendidikan pasca sarjana dan penelitian
klinis.
Di berbagai negara maju saat ini “Academic Health Center” (AHCs) atau
dikenal juga sebagai Academic Medical Center telah berkembang pesat.
Pada tahun 1993, di Amerika Serikat tercatat lebih dari 100 AHCs. AHCs
terdiri dari satu Intitusi Pendidikan Kedokteran yang terakreditasi, satu atau
lebih Rumah Sakit yang ber “Afiliasi”, serta satu atau lebih pendidikan yang
terkait dengan kesehatan seperti, keperawatan, kesehatan masyarakat,
tenaga kesehatan dan kedokteran gigi.
Memperhatikan uraian tersebut diatas dan berdasarkan fungsi Rumah
Sakit dalam proses pendidikan profesi kedokteran, dapat dirumuskan RS
Pendidikan di Indonesia adalah Rumah Sakit yang merupakan jejaring
Institusi Pendidikan Kedokteran dan digunakan sebagai wahana
pembelajaran klinik untuk memenuhi modul pendidikan dalam rangka
mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
4
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
23. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
RS Pendidikan diharapkan memiliki kemampuan pelayanan yang lebih
dari Rumah Sakit non Pendidikan terutama meliputi:
a. Penjaminan mutu pelayanan dan keselamatan pasien serta kedokteran
berbasis bukti.
b. Penerapan Metode Penatalaksanaan Terapi terbaru.
c. Teknologi Kedokteran yang bertepat guna.
d. Hari rawat yang lebih pendek untuk penyakit yang sama.
e. Hasil pengobatan dan survival rate yang lebih baik.
f. Tersedianya konsultasi dari Staf Medis Pendidikan, selama 24 jam.
D. Rumah Sakit Pendidikan di Indonesia
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
512/Menkes/Per/IV/2007 yang merupakan salah satu peraturan
pelaksanaan Undang undang nomor 29 tentang Praktik Kedokteran salah
satu kausulnya (pasal 6, ayat 2) menyatakan bahwa penetapan RS menjadi
RS Pendidikan, Standar RS Pendidikan dan Standar Rumah Sakit atau
sarana pelayanan kesehatan lainnya sebagai jejaring pendidikan ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Kesehatan.
Serangkaian seminar, lokakarya dan pertemuan yang diprakarsai oleh
Departemen Kesehatan, Asosiasi Rumah Sakit Pendidikan Indonesia
(ARSPI), Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI), Konsil
Kedokteran Indonesia, Majelis Kolegium Kedokteran Indonesia dan seluruh
“stake holder” pendidikan kedokteran di Indonesia, disepakati penetapan
Standar dan Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan yang lebih luas meliputi RS
Pendidikan Utama, RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi), RS Pendidikan Satelit
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
5
24. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
yang merupakan Rumah Sakit jejaring pendidikan.
Peningkatan RS Pendidikan Utama, maupun perluasan Jejaring
Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) dan Satelit sangat dibutuhkan sejalan semakin
meningkatnya jumlah Institusi Pendidikan Kedokteran dan jumlah peserta
didik, serta keterbatasan jumlah dan variasi kasus maupun ketersediaan
sarana prasarana pendidikan dan peralatan kedokteran.
E. Tujuan Penetapan Standar Rumah Sakit Pendidikan
Tujuan penetapan Standar Rumah Sakit Pendidikan adalah sebagai
berikut :
1.
2.
Meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan standar pendidikan
profesi kedokteran;
3.
6
Meningkatkan mutu pelayanan di RS Pendidikan;
Meningkatkan penelitian dan pengembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran di RS Pendidikan.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
25. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran II
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB II
STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
Standar Rumah Sakit Pendidikan ini disusun mengacu pada standar
pendidikan kedokteran yang ditetapkan oleh World Federation of Medical
Education (WFME). Format ini juga digunakan dalam penyusunan Standar
Pendidikan Profesi Dokter /Dokter Gigi dan Standar Pendidikan Profesi
Dokter/Dokter Gigi Spesialis.
1. Kedudukan dan Peran Rumah Sakit Pendidikan
Dalam pelaksanaan program pendidikan dokter dan dokter spesialis,
yang perlu diperhatikan adalah keterlibatan tiga komponen utama yang
memegang peranan penting dan saling mendukung, yaitu Institusi
Pendidikan Kedokteran, Kolegium Ilmu Kedokteran dan RS Pendidikan.
Kedudukan RS Pendidikan sebagai salah komponen yang sangat
menentukan keberhasilan proses pembelajaran klinik yang meliputi
pengetahuan (knowledge), kemampuan psikomotor (skill), dan perilaku
(attitude) sesuai kompetensi sebagaimana ditetapkan dalam modul
pendidikan berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
Seiring dengan kebutuhan pembelajaran klinik peserta didik terutama
dalam rangka menjamin mutu keluaran dan hasil peserta didik yang sesuai
dengan standar kompetensi, maka tidak semua Rumah Sakit dapat secara
serta merta menjadi RS Pendidikan. Rumah Sakit yang telah berdiri dan
operasional memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat bila
akan ditambah fungsinya sebagai RS Pendidikan haruslah memenuhi
kriteria sebagaimana ditentukan dalam Standar Rumah Sakit Pendidikan.
Untuk itu dalam rangka menjamin mutu pendidikan profesi kedokteran
sekaligus menjamin mutu pelayanan medik di RS Pendidikan, maka
dipandang perlu dilakukan Standarisasi Rumah Sakit Pendidikan.
2. Klasifikasi Rumah Sakit Pendidikan
Peningkatan jumlah peserta didik, pengembangan kapasitas,
keterbatasan fasilitas serta keterbatasan jumlah dan variasi kasus di RS
Pendidikan Utama menjadi masalah bagi Institusi Pendidikan Kedokteran
dalam menghasilkan tenaga medik yang berkualitas.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
7
26. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Konsep dasarnya adalah tiap Institusi Pendidikan Kedokteran harus
memenuhi kecukupan tenaga pengajar, jumlah dan jenis variasi kasus. Oleh
karena itu setiap Institusi Pendidikan Kedokteran harus mempunyai minimal
satu RS Pendidikan Utama dan mempunyai beberapa RS Pendidikan Satelit
sebagai jejaring. Selain itu Institusi Pendidikan Kedokteran dapat memiliki
satu atau beberapa jejaring RS Afiliasi (Eksilensi) atau Rumah Sakit Umum
dengan unggulan tertentu sebagai wahana pembelajaran klinik peserta
didiknya.
Rumah Sakit Khusus (Afiliasi/Eksilensi) dapat mempunyai Rumah Sakit
Satelit berupa Rumah Sakit Khusus lainnya dan Rumah Sakit Umum yang
mempunyai pelayanan unggulan tertentu sebagai jejaringnya.
Berdasarkan hal tersebut maka disusun Standar RS Pendidikan menjadi
:
1. Standar RS Pendidikan Utama.
2. Standar RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi).
3. Standar RS Pendidikan Satelit.
Untuk setiap jenis RS Pendidikan ditetapkan Standar dengan masingmasing kriterianya, mengacu pada World Federation of Medical Education
(WFME), sebagai berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
Standar Visi, Misi, Komitmen dan Persyaratan.
Standar Manajemen dan Administrasi.
Standar Sumber Daya Manusia untuk program pendidikan klinik.
Standar Penunjang Pendidikan.
Standar perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinis yang
berkualitas.
Standar dan parameter penilaiannya ini lebih merupakan standar input,
yang harus dipenuhi sebagai dasar penilaian kepatuhan institusi terhadap
standar yang telah ditetapkan dalam rangka penetapan sebagai RS
Pendidikan, setelah melalui persyaratan Akreditasi Rumah Sakit dari
Departemen Kesehatan RI.
Untuk akreditasi dan reakreditasi, penetapan parameter penilaian
sebaiknya merupakan bagian dari instrumen penilaian akreditasi pendidikan
kedokteran yang disusun bersama oleh para pemangku kepentingan
pendidikan profesi kedokteran. Menteri Kesehatan dapat menetapkan,
8
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
27. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
membatalkan, mencabut atau menunda pemberian Surat Keputusan
Rumah Sakit Pendidikan tergantung dari hasil akreditasi tersebut.
Untuk pendidikan profesi dokter/dokter gigi spesialis, Rumah Sakit
yang akan digunakan harus masuk dalam salah satu klasifikasi RS
Pendidikan dan sesuai dengan kebutuhan untuk pembelajaran klinik dalam
rangka pencapaian kompetensi berdasarkan standar pendidikan profesi
dokter/dokter gigi spesialis yang disusun oleh Kolegium Ilmu Kedokteran
Spesialis.
Dengan demikian RS Pendidikan Profesi Dokter Spesialis, dapat
merupakan RS Pendidikan Utama, RS Pendidikan Satelit ataupun RS
Pendidikan Khusus (Afiliasi/Eksilensi), dengan tambahan standar dan
kriteria yang ditetapkan oleh kolegiumnya di luar Standar RS Pendidikan
yang sudah ada.
3. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Standar RS Pendidikan ini adalah untuk Rumah Sakit
Umum dan Rumah Sakit Khusus yang digunakan oleh Institusi Pendidikan
Kedokteran sebagai wahana pendidikan kedokteran meliputi :
a. Visi, Misi, Komitmen dan persyaratan ;
b. Manajemen dan Administrasi ;
c. Sumber Daya Manusia untuk program pendidikan klinik ;
d. Penunjang pendidikan ;
e. Perancangan dan pelaksanaan program pendidikan klinik yang
berkualitas
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
9
28. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran III
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB III
PENYELENGGARAAN DAN PENGORGANISASIAN
A. Penyelenggaraan.
Departemen Kesehatan RI merupakan instansi yang berwenang
menetapkan Standar Rumah Sakit Pendidikan yang digunakan sebagai
wahana pembelajaran Pendidikan Kedokteran sebagaimana Keputusan
Menteri Kesehatan RI Nomor 512 (pasal 6 ayat (2). RS yang akan atau telah
difungsikan sebagai RS Pendidikan baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, BUMN/BUMD, TNI/POLRI, maupun
Swasta lainnya wajib memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan.
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik sesuai dengan tugas pokok
dan fungsinya bertanggung jawab melaksanakan penetapan, pembinaan
dan pengawasan RS Pendidikan kepada Menteri Kesehatan RI. Untuk
pelaksanaan, penetapan, pengawasan dan pembinaan RS Pendidikan
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik dibantu Tim Akreditasi RS
Pendidikan yang melibatkan pemangku kepentingan yang terkait yaitu
ARSPI, AIPKI, MKKI, dan KKI.
B. Pengorganisasian
Penetapan RS Pendidikan, pengawasan dan pembinaan teknis
dilaksanakan oleh Tim Akreditasi RS Pendidikan meliputi Tim Pengarah
Akreditasi RS Pendidikan dan Tim Pelaksana Akreditasi RS
Pendidikan.
1. Tim Pengarah.
Tim Pengarah terdiri dari Penanggung Jawab, Sekretaris dan Anggota
dengan susunan sebagai berikut :
Penanggung Jawab
: Menteri Kesehatan
Ketua I
: Sekretaris Jederal
Ketua II
: Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik
Sekretaris I
: Kepala Biro Hukum dan Organisasi
Sekretaris II
: Sekretaris Ditjen Bina Pelayanan Medik
Anggota
: 1. Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
11
29. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2. Konsil Kedokteran Indonesia
3. Ketua ARSPI
4. Ketua AIPKI
5. Ketua MKKI
6. Ketua KKI
Tugas Tim Pengarah Akreditasi RS Pendidikan :
a. Melaksanakan koordinasi lintas sektor penyelenggaraan Penilaian
dan Pembinaan RS Pendidikan.
b. Menetapkan kebijakan strategis dalam rangka peningkatan mutu
pelayanan RS Pendidikan.
c. Melaporkan hasil kegiatan penetapan, pembinaan dan pengawasan
RS Pendidikan kepada Menteri Kesehatan.
d. Menetapkan besaran satuan biaya akreditasi, reakreditasi dan visitasi
RS Pendidikan.
e. Memberikan dukungan pelaksanaan tugas-tugas Tim Pelaksana
Akreditasi RS Pendidikan.
2. Tim Pelaksana Akreditasi Rumah Sakit Pendidikan.
Ketua
Sekretaris I
Sekretaris II
Anggota
12
: Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik
: Kepala Sub Dit Bina Pelayanan Medik
Spesialistik RS Pendidikan
: Kepala Bagian Hukormas Ditjen Bina Yanmedik
: 1. Kepala Sub Dit Bina Pelayanan Medik
Spesialistik Non Pendidikan
2. Kepala Sub Dit Bina Akreditasi RS
3. Kepala Sub Dit Bina Pelayanan
Spesialistik di RS Khusus
4. Kepala Sub Dit Bina Pelapisan Teknologi
Medik Spesialistik
5. Unsur ARSP
6. Unsur AIPKI
7. Unsur MMKI
8. Unsur KKI
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
30. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Sekretariat
: 1. Kepala Seksi Standarisasi
2. Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi
3. Staf Sub Bag TU Direktorat Bina Yanmedik
Spesialistik
4. Staf Sub Direktorat Bina Yanmedik di RSU
Pendidikan
Tugas Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan:
a. Melaksanakan advokasi dan sosialisasi Pedoman Standar dan
Pelaksanaan Penilaian Rumah Sakit Pendidikan;
b. Menyusun rencana kerja penetapan, pembinaan dan
pengawasan Rumah Sakit Pendidikan;
c. Melaksanakan koordinasi dengan berbagai pihak terkait dalam
pelaksanaan penetapan, pembinaan dan pengawasan Rumah
Sakit Pendidikan;
d. Melaksanakan penetapan, pembinaan dan pengawasan Rumah
Sakit Pendidikan;
e. Melaksanakan kajian pengembangan standar Rumah Sakit
Pendidikan;
f.
Melaporkan pelaksanaan penetapan, pembinaan dan
pengawasan Rumah Sakit Pendidikan kepada Menteri
Kesehatan melalui Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
13
31. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran IV
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB IV
TATA CARA PENETAPAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN
Penetapan RS Pendidikan adalah proses penilaian kelayakan rumah
sakit yang akan dijadikan wahana pembelajaran klinis peserta didik Institusi
Pendidikan Kedokteran guna menjamin terselenggaranya pelayanan medik
yang berkualitas sesuai kebutuhan modul untuk mencapai kompetensi
berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
A. Persyaratan
1. Rumah Sakit telah mempunyai ijin pendirian yang dikeluarkan
oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan/atau ijin operasional
yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau ijin
penyelenggaraan Rumah Sakit yang masih berlaku.
2. Surat penetapan kelas (tipe) Rumah Sakit yang ditetapkan oleh
Menteri Kesehatan RI.
3. Pernyataan kesediaan Pemilik Rumah Sakit untuk menjadikan
Rumah Sakit menjadi RS Pendidikan dan sanggup menyediakan
anggaran, sarana dan prasarana pendukung untuk
penyelenggaraan fungsi pendidikan.
4. Surat Rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi setempat.
5. Naskah Perjanjian Kerja Sama Rumah Sakit Pendidikan dengan
Institusi Pendidikan Kedokteran.
6. Telah terakreditasi sesuai dengan klasifikasi Rumah Sakit.
7. Profil Rumah Sakit 3 (tiga) tahun terakhir.
B. Prosedur Pengajuan
1. Pemilik Rumah Sakit/Pimpinan Rumah Sakit mengajukan S u r a t
Permohonan untuk ditetapkan sebagai RS Pendidikan,
ditujukan kepada Menteri Kesehatan RI cq Direktur
Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen K e s e h a t a n R I
dengan dilampirkan persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
huruf A.
2. Surat Permohonan sebagaimana huruf B.1, tembusannya
Disampaikan kepada :
a. Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
15
32. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
b. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat
c. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat
C. Penilaian Kelayakan
1. Pra Visitasi
a. Berkas Surat Permohonan yang telah diterima oleh Direktur
Bina Pelayanan Medik Spesialistik diserahkan kepada
Sekretariat Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan untuk
diperiksa kelengkapan administrasi persyaratan administrasi.
b. Berkas Surat Permohonan yang telah lengkap persyaratan
administrasinya dilaporkan kepada Sekretaris Tim Pelaksana
Akreditasi RS Pendidikan untuk kemudian dibuat rancangan
surat balasan kepada Rumah Sakit.
c. Surat balasan yang ditandatangani oleh Direktur Bina
Pelayanan Medik Spesialistik selaku Ketua Tim Pelaksana
Akreditasi RS Pendidikan dikirimkan kepada Pemilik
RS/Pimpinan RS disertai Borang Penilaian RS Pendidikan
(Instrumen Self Assesment) RS Pendidikan sesuai dengan
klasifikasi.
d. Setelah menerima surat balasan Direktur Rumah Sakit
setempat membentuk Tim Persiapan Penilaian
RS
Pendidikan yang terdiri dari unsur-unsur pemangku
kepentingan Rumah Sakit dan melakukan pengisian Borang
Penilaian RS Pendidikan.
e. Borang Penilaian RS Pendidikan yang telah diisi oleh Rumah
Sakit dikirimkan kembali ke Tim Pelaksana Akreditasi RS
Pendidikan.
f. Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan menelaah hasil
Borang Penilaian RS Pendidikan yang telah diisi oleh Rumah
Sakit.
g. Hasil telaahan Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan dapat
berupa ”rekomendasi layak atau belum layak visitasi” dan
rekomendasi tersebut di umpan balikkan kepada Rumah Sakit
bersangkutan dengan tembusan kepada Dinas Kesehatan
Provinsi setempat dan/atau Dinas Kesehatan Kab/Kota
setempat.
16
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
33. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
h. Apabila umpan balik dari Tim Pelaksana Akreditasi RS
Pendidikan direkomendasikan ”dipertimbangkan belum layak
”visitasi” maka Rumah Sakit dapat mengajukan permohonan
fasilitasi atau pembinaan kepada Tim Pelaksana Akreditasi
RS Pendidikan.
2. Visitasi
a. Apabila hasil telaahan Tim Pelaksana Akreditasi RS
Pendidikan direkomendasikan ”layak visitasi” maka kepada
Rumah Sakit dijadualkan waktu kunjungan Tim Visitasi.
b. Sesuai jadwal yang ditentukan Tim Visitasi melaksanakan
kunjungan ke Rumah Sakit.
c. Tim Visitasi dalam melaksanakan kunjungan ke Rumah Sakit
melakukan pemeriksaan ulang dan pemeriksaan silang serta
wawancara dengan pihak terkait atas Borang Penilaian RS
Pendidikan yang telah diisi oleh Rumah Sakit, selanjutnya hasil
penilaian diisi ke dalam Instrumen Penilaian masing-masing
Standar dan Parameter.
d. Hasil penilaian masing-masing Standar, Indikator dan
Parameter
kemudian direkapitulasi dalam Instrumen
Rekapitulasi Hasil Penilaian untuk menentukan nilai akhir
penilaian.
e. Hasil penilaian dapat menggambarkan hasil akhir katagori
penilaian : A, B atau C.
3. Penetapan
a. Apabila dari hasil penilaian Tim Visitasi dan kesimpulan
sementara masih terdapat hal-hal yang perlu disempurnakan
dan/atau diperbaiki oleh pihak Rumah Sakit, maka pihak
Rumah Sakit wajib menyempurnakan/ memperbaikinya dalam
waktu selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari sejak dilakukan
visitasi.
b. Hasil penilaian akhir (sementara) berikut catatan-catatan
mengenai hal-hal yang perlu disempurnakan/diperbaiki
disampaikan oleh Tim Visitasi kepada pihak Rumah Sakit dan
dibuatkan Berita Acara Hasil Visitasi yang ditanda tangani oleh
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
17
34. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Tim Visitasi dan Pihak Rumah Sakit.
c. Tim Visitasi melaporkan Berita Acara Hasil Visitasi kepada
Ketua Tim Pelaksana Akreditasi.
d. Berdasarkan Berita Acara Hasil Visitasi dan laporan
perbaikan/penyempurnaan dari Rumah Sakit, Tim Visitasi
melaporkan kepada Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan
untuk kemudian dilakukan proses penetapan.
e. Tim Akreditasi RS Pendidikan melaksanakan rapat penentuan
kelayakan Rumah Sakit sebagai RS Pendidikan berdasarkan
hasil visitasi.
F. Ketua Tim Pelaksana Akreditasi RS Pendidikan
menyampaikan rekomendasi penetapan RS Pendidikan
kepada Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik untuk
selanjutnya dilakukan proses Penetapan sebagai RS
Pendidikan.
g. Atas nama Menteri Kesehatan RI Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik menetapkan Rumah Sakit pemohon sebagai
RS Pendidikan.
D. Sertifikat Akreditasi RS Pendidikan (Sertifikasi)
1. Sertifikat Akreditasi RS Pendidikan diterbitkan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Terakreditasi A dengan masa berlaku 5 (tahun), ditanda
tangani oleh Menteri Kesehatan;
b. Terakreditasi B dengan masa berlaku 3 (tahun), ditanda
tangani oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik atas
nama Menteri Kesehatan;
c. Terakreditasi C dengan masa berlaku 1 (satu) tahun, ditanda
tangani oleh Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik.
2. Surat Keputusan dan Sertifikat Akreditasi RS Pendidikan
selanjutnya diserahkan kepada Pemilik Rumah Sakit/Pimpinan
Rumah Sakit.
18
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
35. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran V
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB V
STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UTAMA
RS Pendidikan Utama adalah Rumah Sakit Jejaring Institusi Pendidikan
Kedokteran yang digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik peserta
didik untuk memenuhi seluruh atau sebagian besar modul pendidikan dalam
rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi
Kedokteran.
Agar dapat berfungsi menjadi RS Pendidikan secara efektif, RS Pendidikan
harus memiliki visi dan misi yang jelas, yang menunjang tercapainya tujuan
pendidikan profesi kedokteran.
A. STANDAR VISI, MISI, KOMITMEN DAN PERSYARATAN.
Untuk menunjang proses pembelajaran dan pelatihan yang sesuai
dengan kebutuhan maka komitmen Rumah Sakit perlu ditunjukkan secara
jelas (administratif dan pelaksanaan pendidikan) dan sesuai aturan
perundangan yang berlaku.
Kriteria :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Terdapat visi, misi, dan tujuan Rumah Sakit secara tertulis yang
menunjang tercapainya tujuan pendidikan profesi kedokteran.
Terdapat dokumen Perjanjian Kerja Sama antara Direktur RS
Pendidikan dengan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran,
meliputi aspek
medikolegal, sumber daya manusia,
pembiayaan, sarana prasarana, manajemen pendidikan dan
daya tampung peserta didik.
Kesepakatan bersama tersebut harus bersifat saling mengikat
dalam hal pada seluruh proses pendidikan kedokteran di Rumah
Sakit tersebut.
Rumah Sakit kelas A atau B atau setara yang telah terakreditasi
minimal 12 pelayanan.
Rumah Sakit yang telah menjalankan fungsi pendidikan dan
telah memiliki SK penetapan Menteri Kesehatan sebagai RS
Pendidikan.
RS Pendidikan Utama minimal mempunyai 4 pelayanan
spesialis dasar (penyakit dalam, anak, bedah, kebidanan dan
kandungan) dan 11 pelayanan spesialis lainnya.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
19
36. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
B. STANDAR MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI.
Manajemen dan administrasi merupakan bagian dari operasionalisasi
RS Pendidikan, mencakup efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proses
pendidikan yang meliputi; koordinasi, kebijakan penyelenggaraan,
administrasi, pembiayaan, evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan profesi
kedokteran.
1. Koordinasi pendidikan profesi kedokteran.
Untuk kelancaran proses manajemen dan administrasi pendidikan
harus mempunyai Badan Koordinasi Pendidikan, yang terdiri atas unsur RS
Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran yang memiliki uraian tugas
dan fungsi yang jelas.
Kriteria :
1.1 Badan
Koordinasi
Pendidikan Kedokteran beranggotakan
unsur Rumah Sakit dan unsur Institusi Pendidikan Kedokteran.
Badan ini akan diwakili oleh suatu Sekretariat Bersama yang
berkedudukan di RS.
2.1 Uraian tugas, tanggung jawab, hak, wewenang dan masa
tugas ditetapkan melalui keputusan bersama antara Direktur RS
Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
2. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan
RS Pendidikan memiliki kebijakan, peraturan dan ketetapan tertulis
mengenai pendidikan sehingga dapat menjamin terselenggaranya
pendidikan yang berkualitas tinggi.
Kriteria :
2.1. Adanya kebijakan penerimaan peserta didik yang tercantum
dalam Perjanjian Kerjasama antara Institusi Pendidikan
Kedokteran dengan RS Pendidikan yang bersangkutan.
2.2. Adanya kebijakan mengenai daya tampung peserta didasarkan
pada rasio pendidik dengan peserta didik maksimal 1:5 yang
ditetapkan bersama antara Direktur RS Pendidikan dengan
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
2.3. Adanya peraturan bersama antara Direktur RS Pendidikan dan
20
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
37. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2.4.
2.5.
2.6.
2.7.
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran tentang
sistem
penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pelayanan beserta
berbagai unsur penunjangnya termasuk reward and punishment
bagi semua pihak yang terlibat (staf medis, staf nonmedis dan
peserta didik).
Adanya kebijakan RS yang mengatur batasan kewenangan
prosedur medis yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
Terdapat kebijakan, peraturan pelaksanaan dan peraturan teknis
yang disepakati oleh semua unsur yang terlibat dalam pendidikan.
Kebijakan, pedoman dan prosedur tertulis telah disosialisasikan
dengan baik kepada pelaksana yang terkait dengan pendidikan
klinik, dan menjadi acuan pokok bagi semua staf medis dalam
melaksanakan tugas pelayanan, pendidikan dan penelitian.
Kebijakan/ketentuan/pedoman dan prosedur tertulis tersebut
harus menjadi acuan pokok bagi staf medis dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari.
3. Administrasi Pendidikan
RS Pendidikan memiliki pengelolaan administrasi pendidikan yang
berkaitan dengan penjadualan, administrasi nilai, umpan balik dan surat
menyurat.
Kriteria :
3.1. Adanya jadual pra-pelaksanaan pendidikan yang berisi tanggal
masuk, nama Bagian/Departemen/SMF yang dituju dan jumlah
peserta didik yang akan masuk yang dikirim oleh Institusi
Pendidikan kepada RS Pendidikan sebelum mahasiswa masuk ke
RS.
3.2. Adanya jadual pelaksanaan yang sifatnya tetap sesuai program di
tiap
Bagian/Departemen/SMF (nama, kegiatan, waktu,
penanggung jawab ruangan) dan dilaksanakan sesuai jadual.
3.3. Adanya staf sekretariat khusus (staf non edukatif) yang
bertanggung jawab penuh untuk menangani kelengkapan proses
pendidikan peserta didik (alat bantu belajar, ruangan, nilai,
pengaturan jadual dan administrasi).
3.4. Terdapat sistem, alur pencatatan serta adanya pelaporan nilai
yang tepat waktu.
3.5. Terdapat sistem informasi pendidikan yang termasuk didalamnya
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
21
38. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
berisi data dasar peserta didik (meliputi identitas, hasil belajar).
3.6. Adanya laporan kemajuan pendidikan secara berkala setiap tahun
(jumlah mengenai peserta didik, tingkat kelulusan, daftar tunggu
ujian) dari pelaksana didik kepada RS Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Kedokteran.
4. Pembiayaan Pendidikan
RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran mengelola sistem
pembiayaan pendidikan yang mendukung efektifitas, efisiensi dan mutu
pendidikan.
Kriteria :
4.1. Adanya perhitungan satuan biaya pendidikan yang disusun oleh
sekretariat bersama antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan
Kedokteran yang meliputi biaya pendidikan langsung, seperti biaya
sumber daya manusia pendidikan, biaya bahan habis pakai, biaya
administrasi dan biaya overhead operasional, serta biaya tidak
langsung seperti biaya akomodatif. Besarnya satuan biaya
disesuaikan dengan besarnya SPP Mahasiswa.
4.2. Terdapat rencana anggaran biaya (RAB) penyelenggaraan
pendidikan kedokteran yang disusun setahun sekali oleh
koordinator pendidikan yang diusulkan oleh masing-masing
Kepala Bagian/Departemen/SMF untuk disetujui oleh Direktur RS
Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
4.3. Terdapat kebijakan bersama antara Direktur RS Pendidikan dan
Institusi Pendidikan Kedokteran atas masukan Kepala
Bagian/Departemen/SMF mengenai Pendanaan Pendidikan
Kedokteran.
4.4. Terdapat laporan keuangan berkala enam bulanan dan tahunan
anggaran biaya yang dibuat oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF
dan disahkan oleh Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan Institusi
Pendidikan Kedokteran.
5. Evaluasi dan Penjaminan
Administrasi Pendidikan
Mutu Sistem Manajemen dan
Badan Koordinasi Pendidikan melakukan evaluasi secara menyeluruh
22
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
39. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
terhadap semua proses manajemen dan administrasi pendidikan sesuai
dengan sistem penjaminan mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria :
5.1. Terdapat dokumen evaluasi pelaksanaan pendidikan klinik setiap
enam bulan sekali yang dilakukan oleh sekretariat bersama
berdasarkan indikator tim tertentu yang ditetapkan Badan
Koordinasi Pendidikan.
5.2. Terdapat data umpan balik dan dokumentasi staf pengajar dan
peserta, analisis umpan balik, dan tindak lanjut.
C. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK PROGRAM
PENDIDIKAN KLINIK
Penyiapan tenaga pendidikan dan pelatih program pembelajaran klinik
sesuai dengan konteks pelayanan medis di RS menjadi tanggung jawab
bersama antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran.
1. Peraturan Rekruitmen Tenaga Pendidikan dan Monitoring untuk
Pembelajaran Klinik
Adanya kebijakan mengenai penugasan staf medis dan/atau non
medis yang diprogramkan sebagai tenaga pendidik merupakan kebijakan
tentang kategori, tanggung jawab, kewenangan, hak, paruh/purna waktu dari
staf medis dan/atau non medis tersebut.
Tugas, tanggung jawab dan kewenangan staf institusi pendidikan yang
ditempatkan di RS Pendidikan harus tercantum dalam ikatan kerjasama atau
lampirannya.
Kriteria :
1.1. Terdapat tata cara perekrutan dan kriteria kompetensi yang
ditetapkan bersama oleh Direktur RS dan Pimpinan Institusi
Pendidikan Kedokteran bagi Staf Medik Fungsional yang akan
diangkat sebagai Dokter Pendidik Klinik/Dosen Klinik.
1.2. Terdapat pengangkatan sebagai SK Dosen/Dosen Luar Biasa
Institusi Pendidikan Kedokteran berikut jabatan akademiknya dari
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran untuk Staf Medik
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
23
40. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Fungsional yang melaksanakan tugas pendidikan dan penelitian
kedokteran.
1.3. Terdapat SK Pengangkatan/Penugasan dari Direktur
RS
Pendidikan sebagai Staf Medik Fungsional yang melaksanakan
tugas sebagai Dokter Pendidik Klinik/Dosen Klinik di RS
Pendidikan untuk semua Staf Medik Fungsional yang terlibat
dalam Pendidikan Kedokteran, tercakup di dalamnya kebijakan
tentang kategori, tanggung jawab, kewenangan, hak dan
kewajiban baik paruh/purna waktu.
1.4. Terdapat staf medis fungsional yang ditetapkan Direktur RS
Pendidikan sebagai Supervisor Klinik dan Pembimbing bagi
peserta didik disertai kejelasan tugas, tanggung jawab dan
kewenangannya.
1.5. Terdapat tim penilai/supervisor kinerja tenaga pendidik dari RS
Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran yang
berperan dalam menilai kinerja tenaga pendidik pada
pembelajaran klinik dengan kriteria yang jelas yang dilakukan
secara berkala minimal satu tahun sekali.
2. Sistem Monitoring dan Evaluasi Tenaga Pendidik
Sistem monitoring dan evaluasi tenaga pendidikan bertujuan untuk
menilai prestasi atau kinerja tenaga pendidik antara lain: kompetensi,
komitmen, disiplin dan proses pengembangan diri.
Kriteria :
2.1. Terdapat presensi pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga
pendidik.
2.2. Terdapat data dasar pengembangan diri tenaga pendidikan di
bawah koordinasi Sekretaris Bagian di Rumah Sakit dan Badan
Koordinasi Pendidikan/ Sekretariat Bersama.
D. STANDAR PENUNJANG PENDIDIKAN
RS Pendidikan harus menyediakan sarana, prasarana dan peralatan
yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan modul
pendidikan termasuk ketersediaan jumlah dan variasi kasus atau pasien
yang berinteraksi dengan peserta didik.
24
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
41. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Kriteria :
1.
Terdapat dokumen yang mencantumkan kesepakatan mengenai
penyediaan sarana, prasarana dan peralatan untuk pendidikan
antara Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan
Kedokteran serta realisasinya.
2.
Sarana, prasarana dan alat yang dibutuhkan untuk
penyelenggaraan pendidikan, antara lain: ruangan pembelajaran,
ruang diskusi, perpustakaan, sistem informasi RS, teknologi
informasi, sistem dokumentasi, skill lab dan audiovisual.
3.
Ada fasilitas ruang jaga yang memenuhi syarat dan aman bagi
peserta didik yang memenuhi standar sarana, prasarana
penunjang dan pendukung.
4.
Terdapat jumlah dan variasi kasus yang cukup yang sesuai dengan
materi pembelajaran peserta didik.
5.
Terdapat sarana proses pembelajaran dan penelitian.
E. STANDAR PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENDIDIKAN KLINIK YANG BERKUALITAS
Peran RS Pendidikan dalam menyediakan pengalaman belajar klinik
memegang peran penting dalam pencapaian kompetensi. RS Pendidikan
bersama-sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran perlu
merencanakan program pembelajaran klinik yang telah disesuaikan dengan
konteks pelayanan medis.
Program pendidikan klinik akan berhasil bila semua unsur dibagian yang
bersangkutan memiliki perhatian dan komitmen terhadap pendidikan,
memiliki target pembelajaran yang jelas, memiliki kegiatan yang terstruktur
dan berimbang serta memiliki sistem evaluasi yang jelas dan objektif.
1. Perhatian RS terhadap Pembelajaran:
Agar mampu melaksanakan pembelajaran klinik dengan baik maka perlu
adanya wujud perhatian dari RS dalam penyelenggaraan pembelajaran
kilinik.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
25
42. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Kriteria :
1.1 RS harus mempunyai perencanaan yang disusun oleh masingmasing Bagian/Departemen/SMF terkait melalui aktivitas staf
medis dalam penyusunan rancangan tersebut dan terdapat
notulensi pertemuan rutin, dan catatan kehadiran dalam proses
pendidikan (log book).
1.2 Terdapat buku panduan program pendidikan kedokteran yang
disusun oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF yang disetujui oleh
Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan
Kedokteran. Rancangan program pendidikan (buku panduan)
tersebut dibuat oleh RS Pendidikan bersama-sama dengan
Institusi Pendidikan Kedokteran terkait.
1.3
Rumah Sakit (Bagian/Departemen/SMF) dan staf medisnya yang
terkait dalam program pendidikan terlibat aktif dalam proses
pelaksanaan pendidikan. Umpan balik dari peserta didik mengenai
tenaga pendidik, dengan menggunaan log book untuk memantau
pertemuan tenaga pendidik dengan peserta didik, data wawancara
staf.
2. Program Pendidikan Klinik
Program pendidikan klinik harus memiliki target pencapaian
pembelajaran yang jelas sesuai modul pendidikan, sehingga mahasiswa dan
pembimbing dapat memahami proses pembelajaran klinik dan pencapaian
kompetensi sesuai standar pendidikan profesi kedokteran.
Kriteria :
2.1. Rumah Sakit memberikan program pendidikan klinik yang
terstruktur yang ditetapkan bersama Institusi Pendidikan
Kedokteran dan mengacu pada Standar Pendidikan Profesi
Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis dan Standar
Kompetensi Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis
dengan tujuan pendidikan jelas/konkrit, batas kompetensi tegas
dan tertuang dalam buku panduan.
2.2. Rumah Sakit memberlakukan tata tertib peserta didik yang
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.3. Rumah Sakit dalam pendidikan dan pelayanannya menggunakan
26
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
43. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
prinsip pengetahuan kedokteran berbasis bukti (evidence based
medicine).
2.4. Terdapat kegiatan pertemuan ilmiah secara rutin satu minggu
sekali yang ditetapkan oleh Bagian/Departemen/SMF.
2.5. Program pendidikan klinik dan pedomannya diketahui dan
dipahami dengan baik pada tingkat pengelola dan pelaksana.
·
Pengarsipan, penggandaan, dan pendistribusian buku
panduan penyelenggaraan pendidikan kedokteran secara
merata oleh staf administrasi pendidikan.
·
Setiap staf pendidik memiliki buku panduan program
pendidikan kedokteran.
Penggunaan log book untuk memantau kesesuaian kegiatan
pembelajaran dengan panduan.
2.6. Jaminan mutu pelayanan Rumah Sakit termasuk didalamnya
keselamatan pasien harus didukung sepenuhnya oleh Institusi
Pendidikan Kedokteran, para pendidik dan para peserta didik,
yang dinyatakan dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi
sistem supervisi peserta didik.
.
3. Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Klinis
Pelaksanaan kegiatan klinik harus sesuai dengan perencanaan dengan
memperhatikan proses pembelajaran klinik yang efektif dan efisien sehingga
dapat dicapai kompetensi sesuai standar pendidikan profesi kedokteran.
Kriteria :
3.1. Kegiatan pendidikan klinik yang dirancang memberikan porsi
seimbang antara clinical reasoning dan pelatihan keterampilan
yang berbasis bukti (evidence based medicine). Proporsi jadual
pendidikan kedokteran disusun oleh koordinator pendidikan
masing-masing Bagian/Departemen/SMF.
3.2. Terdapat batasan kewenangan, penanganan kasus/prosedur
peserta didik yang tercantum dalam buku panduan peserta didik
yang disusun oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF.
3.3. Terdapat koordinasi antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan
Kedokteran dalam bidang pendidikan dan penelitian, termasuk
pengiriman staf pendidik untuk mengikuti seminar/ pelatihan.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
27
44. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3.4. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk peserta didik,
peserta didik dapat dilibatkan dalam penelitian yang dilakukan staf
medis sehingga dapat di jadikan acuan dalam pelaksanaan
pendidikan dan bimbingan peserta didik.
·
Tersedianya fasilitas riset berupa internet, langganan jurnal
(cetak dan elektronik), text-book, serta daftar dan dokumen
penelitian yang telah dilakukan.
·
Pengarsipan rekam medis secara sistematis dan
terkomputerisasi sehingga memudahkan pengaksesan data
bagi penelitian.
Pembuatan data dasar kasus pasien rawat inap dan rawat
jalan oleh tiap bagian/subbagian.
.
4. Evaluasi Program dan hasil Pembelajaran
RS Pendidikan bersama-sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran
terkait harus melakukan evaluasi pencapaian peserta didik secara bersamasama. Efektifitas dan perbaikan program direncanakan dalam proses
evaluasi program yang dilakukan bersama oleh RS Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Kedokteran.
Kriteria :
4.1. RS Pendidikan melakukan evaluasi program pendidikan klinik
secara berkala, secara tersendiri dan bersama badan koordinasi
pendidikan sekurang- kurangnya satu kali dalam satu tahun.
·
Terselenggaranya mekanisme umpan balik (kuisioner/tanya
jawab) bagi peserta didik mengenai program yang telah
dilakukan di akhir pendidikan setiap bagian.
·
Terselenggaranya rapat evaluasi badan koordinasi pendidikan
setiap enam bulan sekali.
Terselenggaranya evaluasi supervisi pendidikan klinik setiap
semester/modul pendidikan
.
4.2. Peserta program pendidikan klinik dinilai bersama oleh staf
pendidik RS Pendidikan dan staf Institusi Pendidikan Kedokteran
yang mempunyai kompetensi sebagai penilai
secara
komprehensif meliputi ranah pengetahuan psikomotor dan efektif.
Sistem penilaian peserta didik ditetapkan oleh
Bagian/Departemen/SMF.
28
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
45. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran VI
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB VI
STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN AFILIASI
(EKSILENSI)
RS Pendidikan Afiliasi (Eksilensi) adalah Rumah Sakit Khusus atau
Rumah Sakit Umum dengan unggulan tertentu yang menjadi pusat rujukan
pelayanan medik tertentu yang merupakan jejaring Institusi Pendidikan
Kedokteran dan digunakan sebagai wahana pembelajaran klinik untuk
memenuhi modul pendidikan tertentu secara utuh dalam rangka mencapai
kompetensi berdasarkan Standar Pendidikan Profesi Kedokteran.
A. STANDAR VISI, MISI, KOMITMEN DAN PERSYARATAN
Agar dapat berfungsi menjadi RS Pendidikan secara efektif, RS
Pendidikan Afiiliasi harus memiliki visi dan misi yang jelas, yang menunjang
tercapainya tujuan pendidikan profesi kedokteran yang didasarkan atas
proses pembelajaran dan pelatihan yang sesuai. Komitmen Rumah Sakit
perlu ditunjukkan secara jelas (administratif dan pelaksanaan pendidikan)
dan sesuai aturan perundangan yang berlaku.
Kriteria :
1.1. Terdapat rumusan visi, misi, dan tujuan Rumah Sakit secara
tertulis yang menunjang tercapainya tujuan pendidikan profesi
kedokteran.
1.2. Terdapat dokumen kesepakatan bersama (MOU) Direktur RS
Pendidikan dengan Kepala Bagian yang terkait dan Pimpinan
Institusi Pendidikan Kedokteran meliputi aspek medikolegal,
sumber daya manusia, pembiayaan, sarana prasarana,
manajemen pendidikan, dan daya tampung peserta didik.
1.3. Kesepakatan bersama tersebut harus bersifat saling mengikat
dalam hal seluruh proses pendidikan kedokteran.
1.4. Rumah Sakit mempunyai pusat layanan unggulan atau bidang
pelayanan khusus yang telah terakreditasi untuk pendidikan
bidang ilmu terkait.
1.5. Memiliki SK Menteri Kesehatan sebagai RS Pendidikan
Afiliasi/Eksilensi.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
29
46. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1.6 Mempunyai minimal 1 disiplin ilmu yang merupakan pusat
unggulan atau kekhususan.
B. STANDAR MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI
Manajemen dan administrasi merupakan bagian dari operasionalisasi
RS Pendidikan, mencakup efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proses
pendidikan. Meliputi koordinasi, kebijakan penyelenggaraan, administrasi,
pembiayaan, evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan profesi kedokteran.
1. Koordinasi pendidikan profesi kedokteran
Untuk kelancaran proses manajemen dan administrasi pendidikan
harus mempunyai badan koordinasi pendidikan yang terdiri atas unsur RS
Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran yang memiliki uraian tugas
dan fungsi yang jelas.
Kriteria :
1.1. Badan Koordinasi Pendidikan Kedokteran beranggotakan unsur
RS Pendidikan dan unsur Institusi Pendidikan Kedokteran. Badan
ini akan diwakili oleh suatu Sekretariat Bersama yang
berkedudukan di RS.
1.2. Uraian tugas, tanggung jawab, hak, wewenang dan masa
tugas ditetapkan melalui keputusan bersama antara Direktur RS
Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
2. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan
RS Pendidikan memiliki kebijakan, peraturan dan ketetapan tertulis
mengenai pendidikan sehingga dapat menjamin terselenggaranya
pendidikan yang berkualitas tinggi.
Kriteria :
2.1. Adanya kebijakan penerimaan peserta didik yang tercantum dalam
Perjanjian Kerjasama antara Institusi Pendidikan Kedokteran
dengan RS Pendidikan yang bersangkutan.
2.2. Adanya kebijakan mengenai daya tampung peserta didasarkan
pada rasio pendidik dengan peserta didik maksimal 1: 5 yang
ditetapkan bersama antara Direktur RS Pendidikan dengan
30
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
47. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
2.3. Adanya peraturan bersama antara Direktur RS Pendidikan dengan
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran tentang
sistem
penyelenggaraan pendidikan, penelitian dan pelayanan beserta
berbagai unsur penunjangnya termasuk reward and punishment
bagi semua pihak yang terlibat (staf medis, staf nonmedis dan
peserta didik).
2.4. Adanya kebijakan RS yang mengatur batasan kewenangan
prosedur medis yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
2.5. Terdapat kebijakan, peraturan pelaksanaan dan peraturan teknis
yang disepakati oleh semua unsur yang terlibat dalam pendidikan.
2.6. Kebijakan, pedoman dan prosedur tertulis telah disosialisasikan
dengan baik kepada pelaksana yang terkait dengan pendidikan
klinik, dan menjadi acuan pokok bagi semua staf medis dalam
melaksanakan tugas pelayanan, pendidikan dan penelitian.
2.7. Kebijakan/ketentuan/pedoman dan prosedur tertulis tersebut
harus menjadi acuan pokok bagi staf medis dalam pelaksanaan
tugas sehari-hari.
3. Administrasi Pendidikan
RS Pendidikan memiliki pengelolaan administrasi pendidikan yang
berkaitan dengan penjadualan, administrasi nilai, umpan balik dan surat
menyurat.
Kriteria :
3.1. Adanya jadual pra-pelaksanaan pendidikan yang berisi tanggal
masuk, nama Bagian/Departemen/SMF yang dituju dan jumlah
peserta didik yang akan masuk yang dikirim oleh Institusi
Pendidikan Kedokteran kepada RS Pendidikan sebelum
mahasiswa masuk ke Rumah Sakit.
3.2. Adanya jadual pelaksanaan yang sifatnya tetap sesuai program di
tiap Bagian/Departemen/SMF (nama, kegiatan, waktu,
penanggung jawab ruangan) dan dilaksanakan sesuai jadual.
3.3. Adanya staf sekretariat khusus (staf non edukatif) yang
bertanggung jawab penuh untuk menangani kelengkapan proses
pendidikan peserta didik (alat bantu belajar, ruangan, nilai,
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
31
48. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
pengaturan jadual dan administrasi).
3.4. Terdapat sistem, alur pencatatan serta adanya pelaporan nilai
yang tepat waktu.
3.5. Terdapat sistem informasi pendidikan yang termasuk didalamnya
berisi data dasar peserta didik (meliputi identitas, hasil belajar).
3.6. Adanya laporan kemajuan pendidikan secara berkala setiap tahun
(jumlah mengenai peserta didik, tingkat kelulusan, daftar tunggu
ujian) dari pelaksana didik kepada RS Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Kedokteran.
4.Pembiayaan Pendidikan
RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran mengelola sistem
pembiayaan pendidikan yang mendukung efektifitas, efisiensi dan mutu
pendidikan.
Kriteria :
4.1
4.2
Terdapat rencana anggaran biaya (RAB) penyelenggaraan
pendidikan kedokteran yang disusun setahun sekali oleh
koordinator pendidikan yang diusulkan oleh masing-masing
Kepala Bagian/Departemen/SMF untuk disetujui oleh Direktur RS
Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
4.3
Terdapat kebijakan bersama antara Direktur RS Pendidikan dan
Institusi Pendidikan Kedokteran atas masukan Kepala
Bagian/Departemen/SMF mengenai pendanaan pendidikan
kedokteran.
4.4
32
Adanya perhitungan satuan biaya pendidikan yang disusun oleh
sekretariat bersama antara RS Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Kedokteran yang meliputi biaya pendidikan langsung,
seperti biaya sumber daya manusia pendidikan, biaya bahan habis
pakai, biaya administrasi dan biaya overhead operasional, serta
biaya tidak langsung seperti biaya akomodatif. Besarnya satuan
biaya disesuaikan dengan besarnya SPP Mahasiswa.
Terdapat laporan keuangan berkala enam bulanan dan tahunan
anggaran biaya yang dibuat oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF
dan disahkan oleh Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan Institusi
Pendidikan Kedokteran.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
49. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
5. Evaluasi dan Penjaminan Mutu Sistem Manajemen dan
Administrasi Pendidikan.
Badan koordinasi pendidikan melakukan evaluasi secara menyeluruh
terhadap semua proses manajemen dan administrasi pendidikan sesuai
dengan sistem penjaminan mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria :
5.1 Terdapat dokumen evaluasi pelaksanaan pendidikan klinik setiap
enam bulan sekali yang dilakukan oleh Sekretariat Bersama
berdasarkan indikator tim tertentu yang ditetapkan Badan
Koordinasi Pendidikan.
5.2
Terdapat data umpan balik dan dokumentasi staf pengajar dan
peserta, analisis umpan balik, dan tindak lanjut.
C. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK PROGRAM
PENDIDIKAN KLINIK
Penyiapan tenaga pendidikan dan pelatih dan program pembelajaran
Klinik sesuai dengan konteks pelayanan medis di RS menjadi tanggung
jawab bersama antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran.
1. Peraturan Rekruitmen Tenaga Pendidikan dan Monitoring
Untuk Pembelajaran Klinik.
Kebijakan mengenai penugasan staf medis dan / atau non medis yang
diprogramkan sebagai tenaga pendidik merupakan kebijakan tentang
kualifikasi, tanggung jawab, kewenangan, hak, paruh/purna waktu dari staf
medis dan / atau non medis tersebut, harus tercantum dalam ikatan
kerjasama atau lampirannya.
Kriteria :
1.1 Terdapat tata cara perekrutan dan kriteria kompetensi yang
ditetapkan bersama oleh Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan
Institusi Pendidikan Kedokteran bagi Staf Medik Fungsional yang
akan diangkat sebagai Dokter Pendidik Klinik/Dosen Klinik.
1.2 Terdapat staf medis fungsional Rumah Sakit yang ditetapkan
Direktur RS Pendidikan dan mendapat persetujuan dari Institusi
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
33
50. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Pendidikan Kedokteran untuk diangkat sebagai dosen dengan
jabatan akademiknya.
1.3 Terdapat SK pengangkatan/penugasan staf medik fungsional yang
ditetapkan Direktur RS Pendidikan yang melaksanakan tugas
kependidikan profesi kedokteran tercakup di dalamnya kebijakan
tentang kategori, tanggung jawab, kewenangan, dan hak
paruh/purna waktu.
1.4 Terdapat staf medis fungsional yang di tetapkan Direktur RS
Pendidikan sebagai supervisor klinik dan pembimbing disertai
tugas, tanggung jawab serta kewenangannya.
1.5 Terdapat panitia evaluasi dalam masing-masing bagian yang
menilai kinerja pendidik pada pembelajaran klinik dengan kriteria
yang jelas serta dilakukan secara berkala minimal satu tahun
sekali.
2. Sistem Monitoring dan Evaluasi Tenaga Pendidik
Sistem monitoring dan evaluasi tenaga pendidikan bertujuan untuk
prestasi atau kinerja tenaga pendidik antara lain: komitmen, disiplin dan
proses pengembangan diri.
Kriteria :
2.1 Terdapat presensi pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga
pendidik.
2.2 Terdapat data dasar pengembangan diri tenaga pendidikan di
bawah koordinasi Sekretaris Bagian RS dan Badan Koordinasi
Pendidikan/ Sekretariat Bersama.
D. STANDAR PENUNJANG PENDIDIKAN
RS Pendidikan harus menyediakan sarana, prasarana dan peralatan
yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan modul
pendidikan termasuk ketersediaan jumlah dan variasi kasus atau pasien
yang berinteraksi dengan peserta didik.
Kriteria :
1.
34
Terdapat dokumen kesepakatan mengenai penyediaan fasilitas
fisik untuk pendidikan klinik antara Direktur RS Pendidikan, Kepala
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
51. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Bagian, dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran serta
realisasinya.
2.
Sarana ruang belajar, ruang diskusi, perpustakaan, sistem
informasi Rumah Sakit, teknologi informasi, skill lab dan
audiovisual.
3.
Ada fasilitas ruang jaga yang memenuhi syarat dan aman bagi
peserta didik yang memenuhi standar sarana, prasarana
penunjang dan pendukung.
4.
Terdapat jumlah dan variasi kasus yang cukup yang sesuai dengan
materi pembelajaran peserta didik.
5.
Terdapat sarana proses pembelajaran dan penelitian.
E. STANDAR PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENDIDIKAN KLINIK YANG BERKUALITAS.
Peran RS Pendidikan dalam menyediakan pengalaman belajar klinik
memegang peran penting dalam pencapaian kompetensi. RS Pendidikan
bersama-sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran perlu
merencanakan program pembelajaran klinik yang telah disesuaikan dengan
konteks pelayanan medis.
Program pendidikan klinik akan berhasil bila semua unsur dibagian yang
bersangkutan memiliki perhatian dan komitmen terhadap pendidikan,
memiliki target pembelajaran yang jelas, memiliki kegiatan yang terstruktur
dan berimbang serta memiliki sistem evaluasi yang jelas dan objektif.
1. Perhatian RS (Bagian atau SMF) terhadap pembelajaran
Agar mampu melaksanakan pembelajaran klinik dengan baik maka perlu
adanya wujud perhatian dari Rumah Sakit (Bagian atau SMF) di dalam
pendidikan.
Kriteria :
1.1
RS harus mempunyai perencanaan yang disusun oleh masingmasing Bagian/Departemen/SMF terkait melalui aktivitas staf
medis dalam penyusunan rancangan tersebut dan terdapat
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
35
52. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
notulensi pertemuan rutin, dan catatan kehadiran dalam proses
pendidikan (log book).
1.2
Terdapat buku panduan program pendidikan kedokteran yang
disusun oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF yang disetujui oleh
Direktur RS Pendidikan dan Pimpinan Institusi Pendidikan
Kedokteran. Rancangan program pendidikan (buku panduan)
dibuat oleh RS Pendidikan bersama-sama dengan Institusi
Pendidikan Kedokteran terkait.
1.3
Rumah Sakit (Bagian/Departemen/SMF) dan staf medisnya yang
terkait dalam program pendidikan terlibat aktif dalam proses
pelaksanaan pendidikan.
Umpan balik dari peserta didik
mengenai tenaga pendidik, dengan menggunaan log book untuk
memantau pertemuan tenaga pendidik dengan peserta didik, data
wawancara staf.
2. Program Pendidikan Klinik
Program pendidikan klinik harus memiliki target pencapaian
pembelajaran yang jelas yang ditugaskan dalam panduan, pembelajaran,
sehingga mahasiswa dan pembimbing dapat selalu memantau pencapaian
pembelajarannya.
Kriteria :
2.1 Rumah Sakit memberikan program pendidikan klinik yang
terstruktur yang ditetapkan bersama Institusi Pendidikan
Kedokteran dan mengacu pada Standar Pendidikan Profesi
Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis dan Standar
Kompetensi Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis
dengan tujuan pendidikan jelas/konkrit, batas kompetensi tegas
dan tertuang dalam buku panduan.
2.2
2.3
36
Rumah Sakit memberlakukan tata tertib peserta didik yang
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Rumah Sakit dalam pendidikan dan pelayanannya menggunakan
prinsip pengetahuan kedokteran berbasis bukti (evidence based
medicine).
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
53. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2.4
Terdapat kegiatan pertemuan ilmiah secara rutin satu minggu
sekali yang ditetapkan oleh Bagian/Departemen/SMF.
2.5
Program pendidikan klinik dan pedomannya diketahui dan
dipahami dengan baik pada tingkat pengelola dan pelaksana.
·
Pengarsipan, penggandaan, dan pendistribusian buku
panduan penyelenggaraan pendidikan kedokteran secara
merata oleh staf administrasi pendidikan.
·
Setiap staf pendidik memiliki buku panduan program
pendidikan kedokteran.
Penggunaan log book untuk memantau kesesuaian
kegiatan pembelajaran dengan panduan.
Jaminan mutu pelayanan Rumah Sakit termasuk didalamnya
keselamatan pasien harus didukung sepenuhnya oleh Institusi
Pendidikan Kedokteran, para pendidik dan para peserta didik,
yang dinyatakan dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi
sistem supervisi peserta didik.
.
2.6
3. Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Klinis
Pelaksanaan kegiatan klinik harus sesuai dengan perencanaan
dengan memperhatikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien
sehingga mampu mencapai tujuan/ kualitas yang ditetapkan.
Kriteria :
3.1
Kegiatan pendidikan klinik yang dirancang memberikan porsi
seimbang antara clinical reasoning dan pelatihan keterampilan
yang berbasis bukti (evidence based medicine). Proporsi jadual
pendidikan kedokteran disusun oleh koordinator pendidikan
masing-masing Bagian/Departemen/SMF.
3.2
Terdapat batasan kewenangan, penanganan kasus/prosedur
peserta didik yang tercantum dalam buku panduan peserta didik
yang disusun oleh Kepala Bagian/Ketua Program Studi.
3.3
Terdapat koordinasi antara RS Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Kedokteran dalam bidang pendidikan dan penelitian,
termasuk pengiriman staf pendidik untuk mengikuti seminar/
pelatihan.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
37
54. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
3.4
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk peserta didik,
peserta didik dapat dilibatkan dalam penelitian yang
dilakukan staf medis sehingga dapat di jadikan acuan dalam
pelaksanaan pendidikan dan bimbingan peserta didik.
·
Tersedianya fasilitas riset berupa internet, langganan jurnal
(cetak dan elektronik), text-book, serta daftar dan dokumen
penelitian yang telah dilakukan.
·
Pengarsipan rekam medis secara sistematis dan
terkomputerisasi sehingga memudahkan pengaksesan
data bagi penelitian.
·
Pembuatan data dasar kasus pasien rawat inap dan rawat
jalan oleh tiap bagian/subbagian.
4. Evaluasi Program dan hasil Pembelajaran
RS Pendidikan bersama-sama dengan Institusi Pendidikan
Kedokteran terkait harus melakukan evaluasi pencapaian peserta didik
secara bersama-sama. Efektifitas dan perbaikan program direncanakan
dalam proses evaluasi program yang dilakukan bersama oleh RS
Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran.
Kriteria:
4.1
4.2
38
Terselenggaranya mekanisme umpan balik (kuisioner/tanya
jawab) bagi peserta didik mengenai program yang telah dilakukan
di akhir pendidikan setiap bagian dan terselenggaranya rapat
evaluasi badan koordinasi pendidikan setiap enam bulan sekali,
termasuk didalamnya evaluasi proses supervisi klinik.
Mekanisme penilaian peserta didik ditetapkan oleh bagian,
mengacu pada sistem yang berlaku di Institusi Pendidikan
Kedokteran dan Kolegium terkait.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
55. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Lampiran VII
Keputusan Menteri Kesehatan
Nomor : 1069/ Menkes/ SK/
XI/ 2008
Tanggal : 18 November 2008
BAB VII
STANDAR RUMAH SAKIT PENDIDIKAN SATELIT
RS Pendidikan Satelit adalah RS jejaring Institusi Pendidikan
Kedokteran dan jejaring RS Pendidikan Utama yang digunakan sebagai
wahana pembelajaran klinik peserta didik untuk memenuhi sebagian modul
pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi berdasarkan Standar
Pendidikan Profesi Kedokteran.
A. STANDAR VISI, MISI, KOMITMEN DAN PERSYARATAN
Agar dapat berfungsi menjadi RS Pendidikan secara efektif, RS Pendidikan
harus memiliki visi dan misi yang jelas dan menunjang tercapainya tujuan
pendidikan profesi kedokteran yang didasarkan pada proses pembelajaran
dan pelatihan yang sesuai dengan modul pendidikan. Komitmen RS harus
dinyatakan secara jelas (administratif dan pelaksanaan pendidikan) dan
sesuai peraturan dan perundangan yang berlaku.
Kriteria :
1.
RS Pendidikan mempunyai visi, misi dan tujuan Rumah Sakit yang
menunjang tercapainya tujuan pendidikan profesi kedokteran,
termasuk penelitian dan pelayanan.
2.
Terdapat kesepakatan bersama atau piagam kerjasama tertulis
antara RS Pendidikan Satelit, Institusi Pendidikan Kedokteran dan
RS Pendidikan utama terkait yang masih berlaku dalam kurun
waktu tertentu meliputi aspek medikolegal, Sumber Daya Manusia
(SDM), pembiayaan, sarana prasarana, manajemen pendidikan
dan daya tampung peserta didik yang ditandatangani oleh pihak
RS Pendidikan Satelit, pihak Institusi Pendidikan Kedokteran dan
pihak RS Pendidikan Utama.
3.
Kesepakatan bersama harus bersifat saling mengikat dalam hal
seluruh proses pendidikan profesi Dokter/Dokter Gigi,
Dokter/Dokter Gigi Spesialis dalam bidang tertentu.
4.
RS telah terakreditasi minimal 5 pelayanan.
5.
RS yang telah menjalankan fungsi pendidikan telah memiliki SK
penetapan Menteri Kesehatan sebagai RS Pendidikan Satelit.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
39
56. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
6.
RS Satelit mempunyai 4 pelayanan spesialis dasar (penyakit
dalam, anak, bedah, kebidanan dan kandungan) dan 4 pelayanan
penunjang lainnya .
7.
Terikat kerjasama pembinaan dengan RS Pendidikan Utama.
B. STANDAR MANAJEMEN DAN ADMINISTRASI
Manajemen dan administrasi merupakan bagian dari operasionalisasi
RS Pendidikan, mencakup efektifitas dan efisiensi pelaksanaan proses
pendidikan. Meliputi koordinasi, kebijakan penyelenggaraan, administrasi,
pembiayaan, evaluasi dan penjaminan mutu pendidikan profesi kedokteran.
1. Koordinasi Pendidikan Profesi Kedokteran
Untuk kelancaran proses manajemen dan administrasi pendidikan harus
mempunyai Badan Koordinasi Pendidikan, yang terdiri atas unsur RS
Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran yang memiliki uraian tugas
dan fungsi yang jelas.
Kriteria :
1.1 Badan Koordinasi Pendidikan beranggotakan unsur Rumah
Sakit dan unsur Institusi Pendidikan Kedokteran. Badan ini akan
diwakili oleh suatu Sekretariat Bersama yang berkedudukan di
Rumah Sakit.
1.2 SK bersama Direktur RS Pendidikan Satelit , RS Pendidikan Utama
dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran mengenai uraian
tugas, tanggung jawab, hak, wewenang, dan masa tugas Kepala
Bagian dan Badan Koordinasi Pendidikan.
2. Kebijakan Penyelenggaraan Pendidikan
RS Pendidikan memiliki kebijakan, peraturan dan ketetapan tertulis
mengenai pendidikan sehingga dapat menjamin terselenggaranya
pendidikan yang berkualitas tinggi.
Kriteria:
2.1 Adanya kebijakan penerimaan peserta didik yang tercantum dalam
Nota kerjasama antara Institusi Pendidikan Kedokteran dengan
RS Pendidikan yang bersangkutan.
40
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
57. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
2.2
Adanya kebijakan mengenai daya tampung peserta didasarkan
kepada ketetapan rasio pendidikan dengan peserta didik maksimal
1: 5.
2.3 Adanya peraturan tentang sistem penyelenggaraan pendidikan,
penelitian dan pelayanan beserta berbagai unsur penunjangnya
termasuk reward dan punishment bagi semua pihak yang terlibat
(staf medis, staf nonmedis dan peserta didik).
2.4 Adanya kebijakan yang mengatur batasan kewenangan prosedur
medis yang dapat dilakukan oleh peserta didik.
2.5
Terdapat kebijakan, peraturan pelaksana dan peraturan teknis
yang disepakati oleh semua unsur yang terlibat dalam pendidikan.
2.6 Kebijakan/ketentuan/pedoman dan prosedur tertulis tersebut telah
di sosialisasikan dengan baik pada pelaksana yang terkait dengan
pendidikan klinik.
2.7 Kebijakan/ketentuan/ pedoman dan prosedur tertulis yang harus
menjadi acuan pokok bagi semua staf medis dalam melaksanakan
tugas sehari- hari.
3. Administrasi Pendidikan
RS Pendidikan memiliki pengelolaan administrasi pendidikan yang
berkaitan dengan penjadualan, administrasi nilai, umpan balik dan surat
menyurat.
Kriteria :
3.1 Adanya jadual pra-pelaksanaan pendidikan yang berisi tanggal
masuk, tujuan Bagian/Departemen/SMF yang dituju, daftar nama
dan jumlah peserta didik yang akan masuk.
3.2 Adanya jadual pelaksanaan yang sifatnya tetap sesuai program di
tiap Bagian (nama, kegiatan, waktu, penanggung jawab ruangan)
dan dilaksanakan sesuai jadual.
3.3 Terdapat satu orang staf administrasi untuk tiap bagian yang
bertanggung jawab mengelola surat-menyurat, pengaturan jadwal,
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
41
58. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
persiapan tempat dan alat, data dasar, pelaporan nilai, dan laporan
tahunan progress report pendidikan.
3.4 Terdapat sistem, alur pencatatan serta adanya pelaporan nilai yang
tepat waktu.
3.5 Terdapat sistem informasi pendidikan yang termasuk didalamnya
berisi data-base peserta didik (meliputi identitas, hasil belajar).
3.6 Terdapat laporan kemajuan pendidikan setiap tahun (jumlah
peserta didik dan tingkat kelulusan) dari bidang pendidikan
kedokteran RS Pendidikan kepada Direktur RS, Kepala Bagian
terkait, dan Dekan fakultas kedokteran.
4. Pembiayaan Pendidikan
RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran mengelola sistem
pembiayaan pendidikan yang mendukung efektifitas, efisiensi dan mutu
pendidikan.
Kriteria :
4.1
Adanya perhitungan satuan biaya pendidikan yang disusun oleh
sekretariat bersama antara RS Pendidikan dan Institusi
Pendidikan Kedokteran yangmeliputi biaya pendidikan langsung,
seperti biaya sumber daya manusia pendidikan, biaya bahan habis
pakai, biaya administrasi dan biaya overhead operasional, dan
biaya tidak langsung seperti biaya pemeliharaan sarana dan
prasarana.
4.2
Terdapat rencana anggaran biaya (RAB) penyelenggaraan
pendidikan kedokteran
yang disusun setahun sekali oleh
Bagian/Departemen/SMF dan disetujui oleh Direktur RS, dan
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
4.3
Terdapat nota kesepakatan antara Direktur RS, Kepala Bagian,
dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran mengenai
pendanaan pendidikan kedokteran.
4.4 Terdapat laporan tahunan anggaran biaya pendidikan kedokteran
yang disahkan oleh Direktur RS, Kepala Bagian terkait, dan
Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
42
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
59. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
5. Evaluasi dan Penjaminan Mutu Sistem Manajemen dan
Administrasi Pendidikan
Badan Koordinasi Pendidikan melakukan evaluasi secara menyeluruh
terhadap semua proses manajemen dan administrasi pendidikan sesuai
dengan sistem penjaminan mutu yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kriteria :
5.1 Terdapat dokumen evaluasi pelaksanaan pendidikan klinik setiap
tahun yang dilakukan oleh tim tertentu yang ditetapkan Badan
Koordinasi Pendidikan.
5.1 Terdapat data umpan balik staf pengajar dan peserta didik.
C. STANDAR SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK PROGRAM
PENDIDIKAN KLINIK.
Penyiapan tenaga pendidik dan pelatih program pembelajaran klinik
sesuai dengan konteks pelayanan medis di RS menjadi tanggung jawab
bersama antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan Kedokteran.
1. Peraturan Rekruitmen Tenaga Pendidik dan Monitoring untuk
Pembelajaran Klinik
Adanya kebijakan mengenai penugasan staf medis dan atau non medis
yang diprogramkan sebagai tenaga pendidik merupakan kebijakan
kategori,tanggung jawab, kewenangan, hak, paruh/purna waktu dari staf
medis dan atau non medis.
Tugas, tanggung jawab dan kewenangan staf RS Pendidikan Utama dan
staf Institusi Pendidikan Kedokteran yang ditempatkan di RS Pendidikan
Satelit harus tercantum dalam ikatan kerjasama atau lampirannya.
Kriteria :
1.1
Terdapat tata cara perekrutan dan kriteria kompetensi yang
ditetapkan bersama oleh Direktur RS dan Pimpinan Institusi
Pendidikan Kedokteran bagi Staf Medik Fungsional yang akan
diangkat sebagai Dokter Pendidik Klinik/Dosen Klinik.
1.2
Terdapat staf medis fungsional Rumah Sakit yang ditetapkan
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
43
60. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Direktur RS dan mendapat persetujuan dari Institusi Pendidikan
Kedokteran untuk diangkat sebagai dosen dengan jabatan
akademiknya.
1.3
Terdapat SK Pengangkatan/Penugasan staf medik fungsional
yang ditetapkan Direktur RS bagi yang melaksanakan tugas
kependidikan profesi kedokteran tercakup di dalamnya kebijakan
tentang kategori, tanggung jawab, kewenangan, dan hak
paruh/purna waktu.
1.4
Terdapat staf medis fungsional yang di tetapkan Direktur RS
sebagai supervisor klinik dan pembimbing disertai tugas, tanggung
jawab serta kewenangannya.
1.5
Terdapat panitia evaluasi dalam masing-masing bagian yang
menilai kinerja pendidik pada pembelajaran klinik dengan kriteria
yang jelas serta dilakukan secara berkala minimal satu tahun
sekali.
2. Sistem Monitoring dan Evaluasi Tenaga Pendidik
Sistem monitoring dan evaluasi tenaga pendidikan bertujuan untuk
menilai prestasi atau kinerja tenaga pendidik antara lain: komitmen, disiplin
dan proses pengembangan diri.
Kriteria:
2.1
Terdapat presensi pembelajaran yang dilakukan oleh tenaga
pendidik.
2.2
Pembuatan data dasar pengembangan diri tenaga pendidikan oleh
bagian Pendidikan dan Pelatihan RS Pendidikan.
D. STANDAR PENUNJANG PENDIDIKAN
RS Pendidikan harus menyediakan sarana, prasarana dan peralatan
yang memadai untuk pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan modul
pendidikan termasuk ketersediaan jumlah dan variasi kasus atau pasien
yang berinteraksi dengan peserta didik.
Kriteria :
1.
44
Terdapat dokumen kesepakatan mengenai penyediaan fasilitas
fisik untuk pendidikan klinik antara Direktur RS Pendidikan, Kepala
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
61. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
Bagian, dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran serta
realisasinya.
2.
Sarana ruang belajar, ruang diskusi, perpustakaan, sistem
informasi Rumah Sakit, teknologi informasi, skill lab dan
audiovisual.
3.
Ada fasilitas ruang jaga yang memenuhi syarat dan aman bagi
peserta didik yang memenuhi standar sarana, prasarana
penunjang dan pendukung.dengan materi pembelajaran peserta
didik.
4.
Terdapat jumlah dan variasi kasus yang cukup yang sesuai dengan
materi pembelajaran peserta didik.
5.
Terdapat sarana proses pembelajaran dan penelitian.
E. STANDAR PERANCANGAN DAN PELAKSANAAN PROGRAM
PENDIDIKAN KLINIK YANG BERKUALITAS
Peran RS Pendidikan dalam menyediakan pengalaman belajar klinik
memegang peran penting dalam pencapaian kompetensi. RS Pendidikan
bersama-sama dengan Institusi Pendidikan Kedokteran perlu
merencanakan program pembelajaran klinik yang telah disesuaikan dengan
konteks pelayanan medis.
Program pendidikan klinik akan berhasil bila semua unsur dibagian yang
bersangkutan memiliki perhatian dan komitmen terhadap pendidikan,
memiliki target pembelajaran yang jelas, memiliki kegiatan yang terstruktur
dan berimbang serta memiliki sistem evaluasi yang jelas dan objektif.
1. Perhatian Rumah Sakit (Bagian atau SMF) terhadap pembelajaran:
Agar mampu melaksanakan pembelajaran klinik dengan baik maka perlu
adanya wujud perhatian dari Rumah Sakit (Bagian atau SMF) di dalam
pendidikan.
Kriteria :
1.1
Rumah Sakit harus mempunyai perencanaan yang disusun oleh
masing-masing Bagian/Departemen/SMF terkait melalui aktivitas
staf medis dalam penyusunan rancangan tersebut dan terdapat
notulensi pertemuan rutin, dan catatan kehadiran dalam proses
pendidikan (log book).
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
45
62. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
1.2
Terdapat buku panduan program pendidikan kedokteran yang
disusun oleh Kepala Bagian/Departemen/SMF yang disetujui oleh
Direktur RS dan Pimpinan Institusi Pendidikan Kedokteran.
Rancangan program pendidikan (buku panduan) dibuat oleh RS
Pendidikan bersama-sama dengan
Institusi Pendidikan
Kedokteran terkait.
1.3
Rumah Sakit (Bagian/Departemen/SMF) dan staf medisnya yang
terkait dalam program pendidikan terlibat aktif dalam proses
pelaksanaan pendidikan.
Umpan balik dari peserta didik
mengenai tenaga pendidik, dengan menggunaan log book untuk
memantau pertemuan tenaga pendidik dengan peserta didik, data
wawancara staf.
2. Program Pendidikan Klinik
Program pendidikan klinik harus memiliki target pencapaian
pembelajaran yang jelas yang ditugaskan dalam panduan, pembelajaran,
sehingga mahasiswa dan pembimbing dapat selalu memantau pencapaian
pembelajarannya.
Kriteria :
2.1
Rumah Sakit memberikan program pendidikan klinik yang
terstruktur yang ditetapkan bersama Institusi Pendidikan
Kedokteran dan mengacu pada Standar Pendidikan Profesi
Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis dan Standar
Kompetensi Dokter/Dokter Gigi, Dokter/Dokter Gigi Spesialis
dengan tujuan pendidikan jelas/konkrit, batas kompetensi tegas
dan tertuang dalam buku panduan.
2.2 Rumah Sakit memberlakukan tata tertib peserta didik yang
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
2.3
Rumah Sakit dalam pendidikan dan pelayanannya menggunakan
prinsip pengetahuan kedokteran berbasis bukti (evidence based
medicine).
2.4
Terdapat kegiatan pertemuan ilmiah secara rutin satu minggu
sekali yang ditetapkan oleh Bagian/Departemen/SMF.
2.5 Program pendidikan klinik dan pedomannya diketahui dan
dipahami dengan baik pada tingkat pengelola dan pelaksana.
46
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
63. MENTERI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA
·n g a r s i p a n , p e n g g a n d a a n , d a n p e n d i s t r i b u s i a n
Pe
buku panduan penyelenggaraan pendidikan kedokteran
secara merata oleh staf administrasi pendidikan.
·
Setiap staf pendidik memiliki buku panduan program
pendidikan kedokteran.
Penggunaan log book untuk memantau kesesuaian
kegiatan pembelajaran dengan panduan.
.
2.6 Jaminan mutu pelayanan Rumah Sakit termasuk didalamnya
keselamatan pasien harus didukung sepenuhnya oleh Institusi
Pendidikan Kedokteran, para pendidik dan para peserta didik, yang
dinyatakan dalam perencanaan, monitoring dan evaluasi sistem
supervisi peserta didik.
3. Pelaksanaan Kegiatan Pendidikan Klinis
Pelaksanaan kegiatan klinik harus sesuai dengan perencanaan dengan
memperhatikan proses pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga
mampu mencapai tujuan/ kualitas yang ditetapkan.
Kriteria :
3.1 Kegiatan pendidikan klinik yang dirancang memberikan porsi
seimbang antara clinical reasoning dan pelatihan keterampilan
yang berbasis bukti (evidence based medicine). Proporsi jadual
pendidikan kedokteran disusun oleh koordinator masing-masing
Bagian/Departemen/SMF
3.2
Terdapat batasan kewenangan, penanganan kasus/prosedur
peserta didik yang tercantum dalam buku panduan peserta didik
yang disusun oleh Kepala Bagian/Ketua Program Studi.
3.3 Terdapat koordinasi antara RS Pendidikan dan Institusi Pendidikan
Kedokteran dalam bidang pendidikan dan penelitian, termasuk
pengiriman staf pendidik untuk mengikuti seminar/ pelatihan.
3.4
Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran untuk peserta didik,
peserta didik dapat dilibatkan dalam penelitian yang dilakukan staf
medis sehingga dapat di jadikan acuan dalam pelaksanaan
pendidikan dan bimbingan peserta didik.
Pedoman Klasifikasi dan Standar Rumah Sakit Pendidikan
47