SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
STRATEGI PENERAPAN DOMAIN AFEKTIF DI LINGKUP PERGURUAN TINGGI<br />Soetam Rizky Wicaksono<br />S3 TEP 2011 / Kelas : A<br />Program Pasca Sarjana, Universitas Negeri Malang<br />NIM : 110121609138<br />,[object Object]
Pembelajaran di ranah afektif sesungguhnya dapat diajarkan di berbagai level usia termasuk usia dewasa, tidak hanya di level usia anak (Martin & Reigeluth, 1999:487). Pendidikan di perguruan tinggi, khususnya di level D3 atau S1, digolongkan sebagai periode usia young adulthood yang jika dilihat dari sisi psikososial telah memasuki masa “hilang dan menemukan diri sendiri di orang lain” atau dalam masa penemuan jati diri sehingga telah memasuki masa pencarian teman untuk berkompetisi sekaligus bekerjasama (Slavin, 2006:50). Ini berarti bahwa pengembangan afektif di lingkup perguruan tinggi lebih sulit diimplementasikan dibandingkan dengan implementasinya di lingkup pendidikan dasar(Moore, 1999:616)
Pendidikan afektif untuk seorang mahasiswa sangatlah berbeda penerapannya dibandingkan dengan pendidikan afektif untuk anak SD ataupun SMP. Di saat usia dasar, seorang anak masih dapat dikendalikan secara penuh oleh pengaruh orang tua maupun guru sebagai faktor afektif terbesar dalam hidup mereka (Slavin, 2006:50), sehingga akan sangat mempermudah dalam penerapan ranah afektif di dalam proses pendidikan. Sedangkan bagi mahasiswa, penerapan ranah afektif tidak bisa dengan serta merta dimasukkan melalui pengaruh dosen maupun orang tua secara eksplisit, namun harus melalui strategi khusus agar dapat memiliki implikasi yang signifikan bagi mahasiswa tersebut.
Sayangnya, implikasi domain afektif di bidang pendidikan seringkali diabaikan oleh para pengajar dan peneliti. Hal tersebut dikarenakan para peneliti menganggap bahwa domain afektif sangat sulit diukur dan memiliki ketergantungan terhadap faktor lain seperti faktor ekonomi, politik dan budaya kehidupan pribadi (Lynch, Baker & Lyons, 2009:16-17). Namun demikian, domain afektif sesungguhnya memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap domain kognitif (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964:49-50). Sehingga tidaklah salah jika luaran dari domain afektif benar-benar sangat dibutuhkan keberadaannya dalam proses belajar mengajar.
Makalah ini berusaha menyajikan beberapa strategi berdasarkan kajian pustaka dan penarikan opini, khususnya di dalam mengoptimalkan luaran proses belajar di domain afektif. Karena domain afektif yang begitu luas penjelasannya, maka fokus dari strategi yang dijelaskan berada di lingkup perguruan tinggi. Namun demikian, strategi maupun hal-hal yang berpengaruh di dalam domain afektif yang terdapat dalam makalah ini, masih perlu diteliti secara empiris berdasarkan situasi dan kondisi di tiap tempat. Sebab kajian ilmiah secara empiris yang ada di dalam makalah ini bisa menjadi berbeda luarannya di situasi dan kondisi yang berbeda.
Kajian Pustaka
Taksonomi Bloom
Taksonomi secara harafiah dapat dikatakan sebagai kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek (KBBI, 2009). Taksonomi juga dapat dipahami sebagai sebuah set klasifikasi yang diurutkan dan diatur berdasarkan satu atau lebih prinsip yang konsisten (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964,:11).
Terdapat tiga ranah di dalam taksonomi Bloom (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964:7), yaitu :
Domain kognitif
Bertujuan untuk penekanan kepada mengingat dan meniru sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, serta bertujuan untuk memecahkan masalah yang cerdas bagi individu agar dapat menentukan problem dasar dan menyusun ulang menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh.
Domain afektif

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam PembelajaranKB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam PembelajaranIstna Zakia Iriana
 
Presentation kel VIII
Presentation kel VIIIPresentation kel VIII
Presentation kel VIIImalvinoliwuto
 
teori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikateori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikaSulyatiSulyati
 
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUDTeori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUDfachrul rozie
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFkhairunnisa mulyana
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasinuuu23
 
Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik   Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik Noviana Ulfa
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranFitri Yusmaniah
 
Jurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanJurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanmppeutm
 
Teori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert mTeori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert magungfaizaqila
 
Taksonomi Bloom
Taksonomi BloomTaksonomi Bloom
Taksonomi BloomAnna S
 
Pengembangan materi pembelajaran ski MTS
Pengembangan materi pembelajaran ski MTS Pengembangan materi pembelajaran ski MTS
Pengembangan materi pembelajaran ski MTS SUPRIYO S.Pd.I, M.Pd
 
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Nor Rani Othman
 
Definisi kognitif
Definisi kognitifDefinisi kognitif
Definisi kognitifsujiadisss
 
Proses Belajar
Proses BelajarProses Belajar
Proses Belajarmrwhy
 

Mais procurados (20)

taksonomi dan domain
taksonomi dan domaintaksonomi dan domain
taksonomi dan domain
 
teori beljara dan pembelajaran
teori beljara dan pembelajaranteori beljara dan pembelajaran
teori beljara dan pembelajaran
 
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam PembelajaranKB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
KB 3 Pendekatan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
 
Presentation kel VIII
Presentation kel VIIIPresentation kel VIII
Presentation kel VIII
 
teori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisikateori pembelajaran fisika
teori pembelajaran fisika
 
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUDTeori Belajar dan Pembelajaran PAUD
Teori Belajar dan Pembelajaran PAUD
 
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIFTEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK, HUMANISTIK DAN KOGNITIF
 
Tugas observasi
Tugas observasiTugas observasi
Tugas observasi
 
Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik   Karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik
 
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam PembelajaranTeori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
Teori Belajar Konstruktivistik dan Penerapannya dalam Pembelajaran
 
Jurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikanJurnal PSikologi pendidikan
Jurnal PSikologi pendidikan
 
Teori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert mTeori hirarki belajar dari robert m
Teori hirarki belajar dari robert m
 
Proses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPTProses Belajar Anak PPT
Proses Belajar Anak PPT
 
KB 4 Teori Belajar Humanistik
KB 4 Teori Belajar HumanistikKB 4 Teori Belajar Humanistik
KB 4 Teori Belajar Humanistik
 
Taksonomi Bloom
Taksonomi BloomTaksonomi Bloom
Taksonomi Bloom
 
Pengembangan materi pembelajaran ski MTS
Pengembangan materi pembelajaran ski MTS Pengembangan materi pembelajaran ski MTS
Pengembangan materi pembelajaran ski MTS
 
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
Bandingkan persamaan dan perbezaan antara pendekatan psikoanalitik dengan pen...
 
Definisi kognitif
Definisi kognitifDefinisi kognitif
Definisi kognitif
 
Proses Belajar
Proses BelajarProses Belajar
Proses Belajar
 
Bab ii
Bab ii Bab ii
Bab ii
 

Destaque

Assignment 1 unit 1
Assignment 1 unit 1Assignment 1 unit 1
Assignment 1 unit 1dorcasviela
 
Presentation on TESCO
Presentation on TESCOPresentation on TESCO
Presentation on TESCOTanmoy Antu
 
Tesco operations and supply chain
Tesco operations and supply chainTesco operations and supply chain
Tesco operations and supply chainAamir chouhan
 
Tesco Case-study
Tesco Case-study Tesco Case-study
Tesco Case-study vinuthna25
 
MBA Strategic Management Assignment: Business Level Strategy and Corporate L...
MBA Strategic Management Assignment:  Business Level Strategy and Corporate L...MBA Strategic Management Assignment:  Business Level Strategy and Corporate L...
MBA Strategic Management Assignment: Business Level Strategy and Corporate L...Rofidah Azman
 
Strategic management - retail sector (tesco)
Strategic management - retail sector (tesco)Strategic management - retail sector (tesco)
Strategic management - retail sector (tesco)Mohd Farid Awang
 

Destaque (9)

Tesco
TescoTesco
Tesco
 
Assignment 1 unit 1
Assignment 1 unit 1Assignment 1 unit 1
Assignment 1 unit 1
 
Presentation on TESCO
Presentation on TESCOPresentation on TESCO
Presentation on TESCO
 
Tesco operations and supply chain
Tesco operations and supply chainTesco operations and supply chain
Tesco operations and supply chain
 
Tesco
TescoTesco
Tesco
 
Tesco Case-study
Tesco Case-study Tesco Case-study
Tesco Case-study
 
MBA Strategic Management Assignment: Business Level Strategy and Corporate L...
MBA Strategic Management Assignment:  Business Level Strategy and Corporate L...MBA Strategic Management Assignment:  Business Level Strategy and Corporate L...
MBA Strategic Management Assignment: Business Level Strategy and Corporate L...
 
Tesco
TescoTesco
Tesco
 
Strategic management - retail sector (tesco)
Strategic management - retail sector (tesco)Strategic management - retail sector (tesco)
Strategic management - retail sector (tesco)
 

Semelhante a Strategi Penerapan Domain Afektif di PT

ppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptxppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptxNurfaizi12
 
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivismeTeori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivismeuniversitas negeri jember
 
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanMotivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanelmabb
 
Tugas Resensi Buku
Tugas Resensi BukuTugas Resensi Buku
Tugas Resensi BukuMel Noizz
 
Psikologi Pendidikan
Psikologi PendidikanPsikologi Pendidikan
Psikologi PendidikanNono Tarsono
 
Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...
Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...
Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...SyarifahSyamila
 
Imam Susanto (Taksonomi Bloom)
Imam Susanto (Taksonomi Bloom)Imam Susanto (Taksonomi Bloom)
Imam Susanto (Taksonomi Bloom)Imam Susanto
 
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docxMAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docxFeniannisa
 
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptxPenerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptxAdiMulyono11
 
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxPembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxRozaqFathur
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxWAKURSMKUMMA
 
Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif Ayu Varadita
 
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptxPENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptxernaarlita1
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasanwindarti aja
 
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...Adilah Hrn
 

Semelhante a Strategi Penerapan Domain Afektif di PT (20)

ppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptxppt klp1 teaching and learning.pptx
ppt klp1 teaching and learning.pptx
 
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivismeTeori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
Teori belajar behavioristik, kognitif, konstruktivisme
 
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikanMotivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
Motivasi belajar dalam bidang psikologi pendidikan
 
Tugas Resensi Buku
Tugas Resensi BukuTugas Resensi Buku
Tugas Resensi Buku
 
Psikologi Pendidikan
Psikologi PendidikanPsikologi Pendidikan
Psikologi Pendidikan
 
Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...
Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...
Hidup dimuka bumi ini selalu melakukan yang namanya kegiatan ekonomi dalam ke...
 
Imam Susanto (Taksonomi Bloom)
Imam Susanto (Taksonomi Bloom)Imam Susanto (Taksonomi Bloom)
Imam Susanto (Taksonomi Bloom)
 
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docxMAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
MAKALAH K.3 PENILAIAN PEMBELAJARAN PPKN.docx
 
Prinsip
PrinsipPrinsip
Prinsip
 
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptxPenerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
Penerapan Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar.pptx
 
Tahap dan proses belajar
Tahap dan proses belajarTahap dan proses belajar
Tahap dan proses belajar
 
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptxPembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
Pembelajaran_IPA_di_SD_modul_1.pptx.pptx
 
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docxLK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
LK 0.1 PEDAGOGIK MODUL 1_okey.docx
 
Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif Ranah penilaian kognitif
Ranah penilaian kognitif
 
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptxPENGERTIAN BELAJAR.pptx
PENGERTIAN BELAJAR.pptx
 
Soal ujian Landasan
Soal ujian LandasanSoal ujian Landasan
Soal ujian Landasan
 
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
KAJIAN LITERATUR KEBERKESANAN FAKTOR PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM MEMPENGARUHI ...
 
Bab ii ragam hias
Bab ii ragam hiasBab ii ragam hias
Bab ii ragam hias
 
Taksonom
TaksonomTaksonom
Taksonom
 
Belajar Resume Buku
Belajar Resume BukuBelajar Resume Buku
Belajar Resume Buku
 

Mais de Soetam Rizky

Disaster Recovery Planning - Anthology 2009
Disaster Recovery Planning - Anthology 2009   Disaster Recovery Planning - Anthology 2009
Disaster Recovery Planning - Anthology 2009 Soetam Rizky
 
Swa desember 2011 - business intelligence
Swa   desember 2011 - business intelligenceSwa   desember 2011 - business intelligence
Swa desember 2011 - business intelligenceSoetam Rizky
 
Pp no 19 tahun 2005
Pp no 19 tahun 2005Pp no 19 tahun 2005
Pp no 19 tahun 2005Soetam Rizky
 
Pembentukan community college
Pembentukan community collegePembentukan community college
Pembentukan community collegeSoetam Rizky
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuSoetam Rizky
 
Investigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technologyInvestigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technologySoetam Rizky
 
Investigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technologyInvestigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technologySoetam Rizky
 
Off campus students experiences - Review Jurnal
Off campus students experiences - Review JurnalOff campus students experiences - Review Jurnal
Off campus students experiences - Review JurnalSoetam Rizky
 
Utilizing wiki system - Review jurnal
Utilizing wiki system - Review jurnalUtilizing wiki system - Review jurnal
Utilizing wiki system - Review jurnalSoetam Rizky
 
Web enhanced learning - Journal Review
Web enhanced learning - Journal ReviewWeb enhanced learning - Journal Review
Web enhanced learning - Journal ReviewSoetam Rizky
 
Mengapa saya memilih TEP
Mengapa saya memilih TEPMengapa saya memilih TEP
Mengapa saya memilih TEPSoetam Rizky
 
Mencari paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...
Mencari  paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...Mencari  paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...
Mencari paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...Soetam Rizky
 
Implikasi chaotic behavior pada model crowdsourcing
Implikasi chaotic behavior pada model crowdsourcingImplikasi chaotic behavior pada model crowdsourcing
Implikasi chaotic behavior pada model crowdsourcingSoetam Rizky
 

Mais de Soetam Rizky (20)

Disaster Recovery Planning - Anthology 2009
Disaster Recovery Planning - Anthology 2009   Disaster Recovery Planning - Anthology 2009
Disaster Recovery Planning - Anthology 2009
 
Swa desember 2011 - business intelligence
Swa   desember 2011 - business intelligenceSwa   desember 2011 - business intelligence
Swa desember 2011 - business intelligence
 
Pp no 19 tahun 2005
Pp no 19 tahun 2005Pp no 19 tahun 2005
Pp no 19 tahun 2005
 
Pembentukan community college
Pembentukan community collegePembentukan community college
Pembentukan community college
 
Digital Ecosystem
Digital EcosystemDigital Ecosystem
Digital Ecosystem
 
Makalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmuMakalah filsafat ilmu
Makalah filsafat ilmu
 
Tesco 15
Tesco 15 Tesco 15
Tesco 15
 
Siemens 15
Siemens 15 Siemens 15
Siemens 15
 
Nda 14
Nda 14 Nda 14
Nda 14
 
Enterprise
Enterprise Enterprise
Enterprise
 
Quasi experiment
Quasi experimentQuasi experiment
Quasi experiment
 
Kuasi eksperimen
Kuasi eksperimenKuasi eksperimen
Kuasi eksperimen
 
Investigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technologyInvestigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technology
 
Investigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technologyInvestigating pedagogical value of wiki technology
Investigating pedagogical value of wiki technology
 
Off campus students experiences - Review Jurnal
Off campus students experiences - Review JurnalOff campus students experiences - Review Jurnal
Off campus students experiences - Review Jurnal
 
Utilizing wiki system - Review jurnal
Utilizing wiki system - Review jurnalUtilizing wiki system - Review jurnal
Utilizing wiki system - Review jurnal
 
Web enhanced learning - Journal Review
Web enhanced learning - Journal ReviewWeb enhanced learning - Journal Review
Web enhanced learning - Journal Review
 
Mengapa saya memilih TEP
Mengapa saya memilih TEPMengapa saya memilih TEP
Mengapa saya memilih TEP
 
Mencari paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...
Mencari  paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...Mencari  paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...
Mencari paradigma baru pemecahan masalah belajar dari keteraturan menuju kes...
 
Implikasi chaotic behavior pada model crowdsourcing
Implikasi chaotic behavior pada model crowdsourcingImplikasi chaotic behavior pada model crowdsourcing
Implikasi chaotic behavior pada model crowdsourcing
 

Último

SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKArifinAmin1
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfAnggaaBaraat
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiOviLarassaty1
 
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxoperatorsttmamasa
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...YulfiaFia
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaAbdiera
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...Riyan Hidayatullah
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............SenLord
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024MALISAAININOORBINTIA
 
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfMateri Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfKamboja16
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfHeriyantoHeriyanto44
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaAbdiera
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanssuserc81826
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfEmeldaSpd
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlineMMario4
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxpolianariama40
 

Último (20)

SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAKSANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
SANG BUAYA DI TIMPA POKOK CERITA KANAK-KANAK
 
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdfTidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
Tidak ada abstraksi dalam memori sistem operasi .pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran BerdifferensiasiDiagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
Diagram Fryer Pembelajaran Berdifferensiasi
 
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptxMata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
Mata Kuliah Etika dalam pembelajaran Kristen.pptx
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
Berikut adalah aksi nyata dalam merancang modul projek dengan tema kearifan l...
 
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum MerdekaModul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
Modul Ajar Informatika Kelas 11 Fase F Kurikulum Merdeka
 
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...Workshop penulisan buku                       (Buku referensi, monograf, BUKU...
Workshop penulisan buku (Buku referensi, monograf, BUKU...
 
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
PERTEMUAN 9 KESEIM 3 SEKTOR.............
 
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
PAMPHLET PENGAKAP aktiviti pengakap 2024
 
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdfMateri Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
Materi Struktur Jaringan Tumbuhan(1).pdf
 
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdfAKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
AKSI NYATA MODUL 1.3 VISI GURU PENGGERAK.pdf
 
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum MerdekaModul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
Modul Ajar IPA Kelas 7 Fase D Kurikulum Merdeka
 
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukanPLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
PLaN & INTERVENSI untuk sekolah yang memerlukan
 
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdfPelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN  MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
Pelatihan Asesor 2024_KEBIJAKAN DAN MEKANISME AKREDITASI PAUD TAHUN 2024 .pdf
 
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi OnlinePPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
PPT PERLINDUNGAN KONSUMEN .Pengertian Transaksi Online
 
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptxCERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
CERAMAH SINGKAT RAMADHAN RIFKI TENTANG TAUBAT.pptx
 

Strategi Penerapan Domain Afektif di PT

  • 1.
  • 2. Pembelajaran di ranah afektif sesungguhnya dapat diajarkan di berbagai level usia termasuk usia dewasa, tidak hanya di level usia anak (Martin & Reigeluth, 1999:487). Pendidikan di perguruan tinggi, khususnya di level D3 atau S1, digolongkan sebagai periode usia young adulthood yang jika dilihat dari sisi psikososial telah memasuki masa “hilang dan menemukan diri sendiri di orang lain” atau dalam masa penemuan jati diri sehingga telah memasuki masa pencarian teman untuk berkompetisi sekaligus bekerjasama (Slavin, 2006:50). Ini berarti bahwa pengembangan afektif di lingkup perguruan tinggi lebih sulit diimplementasikan dibandingkan dengan implementasinya di lingkup pendidikan dasar(Moore, 1999:616)
  • 3. Pendidikan afektif untuk seorang mahasiswa sangatlah berbeda penerapannya dibandingkan dengan pendidikan afektif untuk anak SD ataupun SMP. Di saat usia dasar, seorang anak masih dapat dikendalikan secara penuh oleh pengaruh orang tua maupun guru sebagai faktor afektif terbesar dalam hidup mereka (Slavin, 2006:50), sehingga akan sangat mempermudah dalam penerapan ranah afektif di dalam proses pendidikan. Sedangkan bagi mahasiswa, penerapan ranah afektif tidak bisa dengan serta merta dimasukkan melalui pengaruh dosen maupun orang tua secara eksplisit, namun harus melalui strategi khusus agar dapat memiliki implikasi yang signifikan bagi mahasiswa tersebut.
  • 4. Sayangnya, implikasi domain afektif di bidang pendidikan seringkali diabaikan oleh para pengajar dan peneliti. Hal tersebut dikarenakan para peneliti menganggap bahwa domain afektif sangat sulit diukur dan memiliki ketergantungan terhadap faktor lain seperti faktor ekonomi, politik dan budaya kehidupan pribadi (Lynch, Baker & Lyons, 2009:16-17). Namun demikian, domain afektif sesungguhnya memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap domain kognitif (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964:49-50). Sehingga tidaklah salah jika luaran dari domain afektif benar-benar sangat dibutuhkan keberadaannya dalam proses belajar mengajar.
  • 5. Makalah ini berusaha menyajikan beberapa strategi berdasarkan kajian pustaka dan penarikan opini, khususnya di dalam mengoptimalkan luaran proses belajar di domain afektif. Karena domain afektif yang begitu luas penjelasannya, maka fokus dari strategi yang dijelaskan berada di lingkup perguruan tinggi. Namun demikian, strategi maupun hal-hal yang berpengaruh di dalam domain afektif yang terdapat dalam makalah ini, masih perlu diteliti secara empiris berdasarkan situasi dan kondisi di tiap tempat. Sebab kajian ilmiah secara empiris yang ada di dalam makalah ini bisa menjadi berbeda luarannya di situasi dan kondisi yang berbeda.
  • 8. Taksonomi secara harafiah dapat dikatakan sebagai kaidah dan prinsip yang meliputi pengklasifikasian objek (KBBI, 2009). Taksonomi juga dapat dipahami sebagai sebuah set klasifikasi yang diurutkan dan diatur berdasarkan satu atau lebih prinsip yang konsisten (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964,:11).
  • 9. Terdapat tiga ranah di dalam taksonomi Bloom (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964:7), yaitu :
  • 11. Bertujuan untuk penekanan kepada mengingat dan meniru sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya, serta bertujuan untuk memecahkan masalah yang cerdas bagi individu agar dapat menentukan problem dasar dan menyusun ulang menggunakan pengetahuan yang telah diperoleh.
  • 13. Penekanan pada perasaan, emosi, dan derajat penerimaan dan penolakan.
  • 15. Penekanan pada ketrampilan fisik untuk memanipulasi sesuatu atau aktifitas yang membutuhkan koordinasi otot.
  • 17. Sebelum lebih jauh membahas mengenai domain afektif, maka perlu dipahami terlebih dahulu beberapa pengertian dasar berikut :
  • 18. Afektif : berkenaan dengan perasaan (seperti takut, cinta) (KBBI, 2009)
  • 19. Pendidikan afektif (affective education) : pendidikan untuk pengembangan personal dan sosial dan seringkali berada di luar kurikulum (Martin & Reigeluth, 1999:486)
  • 20. Pengembangan afektif (affective development) : sebuah proses yang mengacu kepada perkembangan individu atau perubahan internal untuk menjadikan ketertarikan “terbaik” bagi seseorang atau komunitas tertentu (Martin & Reigeluth, 1999:486).
  • 21. Domain afektif (affective domain) : komponen dari pengembangan afektif yang difokuskan kepada proses atau perubahan internal, atau untuk kategori perilaku di dalam pendidikan afektif sebagai sebuah proses dan hasil (Martin & Reigeluth, 1999:486).
  • 22. Domain afektif di dalam taksonomi Bloom, meliputi beberapa level antara lain (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964:176-185):
  • 24. Di level ini fokus terhadap asumsi bahwa pada saat pembelajar dijelaskan mengenai suatu fenomena atau pada saat diberikan stimulus tertentu, maka dia mau menerima keberadaan fenomena atau stimulus tersebut. Terdapat tiga sub level dalam level ini yaitu :
  • 26. Awareness atau kesadaran hampir mirip dengan perilaku kognitif, namun sedikit berbeda, terutama pada saat merespon sebuah stimulus. Di dalam perilaku kognitif, pembelajar dapat mengungkapkan respon atas sebuah stimulus, sedangkan di sub level ini pembelajar hanya menerima stimulus tersebut tanpa ada kewajiban untuk menyatakan sebuah respon. Sebagai contoh, pembelajar hanya memperhatikan lingkungan sekitar yang dianggap menarik seperti perabot kelas, bangunan sekolah tanpa ada komentar apapun.
  • 28. Di sub level ini, pembelajar hanya memiliki kemauan untuk menerima stimulus yang diberikan oleh pengajar. Sehingga pembelajar hanya berada dalam keadaan pasif menerima dengan cara memperhatikan apa yang diberikan kepadanya. Contoh di sub level ini adalah pada saat pembelajar telah mau memperhatikan apa yang diucapkan oleh sang pengajar, meski tidak harus mampu memahami apa yang sedang diucapkan, tetapi sudah terdapat kemauan untuk berusaha fokus kepada apa yang sedang dikatakan atau sedang diterangkan pada saat itu.
  • 30. Di sub level yang terakhir, pembelajar telah mampu menerima stimulus secara sadar sehingga mampu memilah dengan baik stimulus yang diberikan oleh pengajar di luar stimulus yang ada pada saat itu. Sebagai contoh, si pembelajar telah mampu memilah antara satu rumus dengan rumus yang lain dalam sebuah pelajaran di bidang sains.
  • 32. Pada level ini difokuskan kepada respon terhadap suatu fenomena dan lebih dari hanya sekadar memperhatikan. Pada level ini seorang pengajar dapat melihat secara langsung ketertarikan si pembelajar pada materi yang sedang diajarkan pada saat itu. Terdapat tiga sub level yakni :
  • 34. Pada sub level ini, si pembelajar mulai menunjukkan kepatuhan terhadap peraturan yang diterapkan atau telah bereaksi terhadap sebuah kewajiban yang telah disampaikan oleh pengajar.
  • 36. Pada sub level ini, si pembelajar telah menunjukkan sikap sukarela dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh pengajar.
  • 38. Pada sub level yang terakhir, pengajar dapat melihat secara jelas kepuasan dan rasa senang yang ditunjukkan oleh para pembelajar secara eksplisit.
  • 40. Di level ini, seorang pembelajar menunjukkan komitmennya melalui nilai yang menuntun perilaku seseorang dibanding motivasi eksternal yang hanya mengarah kepada kepatuhan. Sub level yang ada didalamnya antara lain :
  • 42. Pada sub level ini pembelajar telah memiliki keyakinan bahwa dirinya telah memiliki nilai-nilai tertentu dalam dirinya dan memiliki kemauan untuk dapat diidentifikasi oleh orang lain berdasarkan keyakinan tersebut. Misalnya, seorang siswa memiliki keyakinan bahwa dirinya dapat bertoleransi dengan banyak orang yang berasal dari berbagai daerah asal.
  • 44. Pada sub level ini, seorang pembelajar tidak hanya yakin pada nilai yang telah dia miliki, namun juga berusaha untuk mempertahankan nilai-nilai tersebut.
  • 46. Pada sub level yang terakhir, seseorang tidak hanya percaya terhadap suatu nilai tetapi juga berusaha berkomitmen kepada nilai tersebut sehingga pada akhirnya akan menjadi sebuah motivasi dalam melakukan suatu tindakan.
  • 48. Pada saat seseorang telah mempercayai nilai-nilai tertentu, maka nantinya dia akan dihadapkan pada lebih dari satu nilai yang harus dipercayai. Pada level ini, si pembelajar mulai mengorganisasi nilai-nilai tersebut dan berusaha mencari hubungan antara satu nilai dengan nilai yang lain serta berusaha mencari nilai mana yang paling dominan. Sub level yang ada yakni :
  • 50. Sebagai lanjutan dari level sebelumnya, maka pada sub level ini seorang pembelajar mulai merelasikan nilai-nilai yang dia miliki dan berusaha mencari nilai mana yang seharusnya dia pegang teguh.
  • 51. Organization of a value system
  • 52. Setelah melakukan abstraksi dari nilai yang dia miliki, maka si pembelajar akan berusaha mengorganisasi seluruh nilai yang ia miliki dan mengintegrasikannya secara harmonis.
  • 53. Characterization by a value atau value complex
  • 54. Di level yang terakhir, seseorang yang telah dianggap memiliki nilai yang kuat di dalam dirinya berusaha melakukan generalisasi terhadap perilakunya dan mengintegrasikan keyakinan, ide dan tingkah laku menjadi sebuah filosofi hidup. Terdapat dua sub level yaitu :
  • 56. Di sub level ini, seorang pembelajar telah mampu bersikap konsisten dari dalam diri sendiri atau internal berdasarkan nilai-nilai yang telah ia miliki.
  • 58.
  • 59. Pertanyaan yang sering terbersit pada saat mempelajari domain afektif adalah apakah sesungguhnya hubungan antara domain afektif dan domain kognitif. Sedangkan pada domain kognitif yang menjadi pijakan utama dari proses pembelajaran seringkali dianggap telah cukup mewakili apa yang harus dilakukan oleh pengajar maupun sang pembelajar. Berikut adalah rangkuman dari hubungan domain afektif dan domain kognitif (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964: 49:50):
  • 60. Pada saat seorang pembelajar melalui level knowledge di domain kognitif, maka harus didahului oleh level receiving di dalam domain afektif agar siswa dapat benar-benar memahami materi.
  • 61. Di dalam level pemahaman pada domain kognitif, dibutuhkan hasil signifikan dari level responding yang berada di domain afektif. Sebab tanpa adanya respon yang baik dari pembelajar, maka level pemahaman di domain kognitif tidak akan pernah tercapai.
  • 62. Pada level aplikasi di domain kognitif, seorang pembelajar harus terlebih dulu memiliki nilai yang ada di dalam dirinya dan secara sukarela menerapkan secara langsung (level valuing) agar dapat mengaplikasikan pemahaman yang telah diperoleh secara baik.
  • 63. Di level analisa untuk domain kognitif, seorang pembelajar harus terlebih dulu mencapai level conceptualization dari domain afektif. Karena dari pengetahuan yang telah dimiliki, tidak akan mungkin dapat melakukan analisa tanpa danya konseptualisasi nilai yang telah dia miliki.
  • 64.
  • 65. Dalam menerapkan ranah afektif di lingkup perguruan tinggi, sangat penting diperhatikan beberapa hal yang dapat sangat berpengaruh secara signifikan di ranah afektif antara lain :
  • 67. Lingkungan belajar yang nyaman bagi mahasiswa tidaklah sama dengan definisi “nyaman” untuk siswa di lingkup pendidikan dasar menengah. Lingkungan kampus yang dipenuhi suasana dengan impresi high tech, furnitur yang baru (terlepas dari kesan kuno dan “menyedihkan”) serta kondisi bersih terbukti sangat mempengaruhi suasana emosi para mahasiswa, khususnya para mahasiswa di golongan rookie (Burgan, 2006:28-29).
  • 69. Dalam makalahnya, Kamradt & Kamradt (1999:566-567) menyatakan bahwa attitude yang di dalam lingkup kampus diterjemahkan sebagai identitas lingkungan seperti jaket, emblem, kaos maupun kalendar terbukti dapat membantu seorang siswa agar terbangkitkan perasaan-perasaan yang masuk ke ranah afektif. Terbukti pula bahwa pada saat aspek dalam ranah afektif dapat dibangkitkan, maka dengan segera aspek yang terdapat dalam ranah kognitif akan dapat dimunculkan dengan mudah di dalam proses belajar mengajar (Kamradt & Kamradt, 1999:570).
  • 70. Situasi kelas yang demokratis
  • 71. Suasana demokratis di dalam kelas dapat diwujudkan dengan mengasumsikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan tujuan agar suasana kelas dapat lebih baik dan meningkatkan tanggung jawab secara bersama-sama, serta menganggap bahwa hasil keputusan rapat kelas adalah pemimpin tertinggi (Lickona, 1999:603). Adanya situasi kelas yang demokratis diharapkan dapat membawa perasaan peserta belajar menjadi lebih nyaman karena merasa lebih dihargai sehingga dapat membantu mereka memecahkan masalahnya sendiri karena dianggap lebih bertanggungjawab dan dewasa (Lickona, 1999:604). Selain itu, dengan situasi kelas yang demokratis akan menyebabkan para siswa “terpaksa” bekerja sama satu sama lain atau juga lazim disebut sebagai cooperative learning. Hal ini didukung oleh asumsi bahwa salah satu tujuan dari cooperative learning adalah demi meningkatkan penghargaan diri melalui perasaan dihormati dan dihargai oleh orang lain dalam sebuah lingkungan ( Joyce, Weil & Calhoun, 2009:302)
  • 72. Pembentukan interaksi sosial berbasis komunitas
  • 73.
  • 74. Menerapkan pembelajaran berbasis web atau online learning dengan mengubah model dari strategi pembelajaran yang bersifat konvensional ke lebih moderat. Sebab dengan menerapkan pembelajaran berbasis web (atau seringkali disinonimkan dengan istilah e-learning) namun tidak mengubah strategi pembelajaran konvensional yang lebih terpusat ke pengajar, maka luaran yang diharapkan tidak akan tercapai (Mc Glone, 2011:8). Tetapi dengan pengubahan strategi pembelajaran di dalam e-learning dapat menyebabkan pembelajar berada di level valuing pada domain afektif khususnya di sub level komitmen. Sebagai contoh, dengan menerapkan model crowdsourcing berbasis wiki pada e-learning dapat secara signifikan meningkatkan partisipasi mahasiswa di dalam e-learning karena adanya keterikatan layaknya yang didapat mahasiswa di dalam situs jejaring sosial. Hal tersebut juga didukung adanya kompetisi secara sehat dan reward yang bersifat sebagai reinforcement bagi mahasiswa (Borst, 2010:131). Hal tersebut dapat menjamin luaran di domain afektif khususnya di level penerimaan (receiving), yaitu pada saat mahasiswa dapat menjadi toleran terhadap perbedaan sekaligus berada di level willingness to receive sebagai salah satu modal penting bagi seorang pembelajar untuk menuju ke level knowledge di dalam domain kognitif.
  • 75. Penerapan kolaborasi dosen-mahasiswa yang bersifat kompetitif dapat pula membantu luaran di domain afektif secara optimal. Strategi pembelajaran dengan melakukan kolaborasi antar pembelajar saat ini sudah dianggap sebagai sesuatu yang telah sangat lazim, namun demi mencapai luaran yang optimal, dosen dapat menerapkan strategi yang keluar dari comfort zone dengan mengajak mahasiswa berkolaborasi bersama-sama (Borbye, 2010:Ch. 3, 8-9). Kolaborasi dalam konteks ini dapat dimasukkan ke dalam lingkup cooperative learning, sebab di dalam implementasi cooperative learning dapat menghasilkan tiga poin penting yakni pengupayaan terhadap tujuan oleh si pembelajar, hubungan yang positif dengan sesama serta lebih sehat secara psikologis (Johson & Johnson,1996:787).Kolaborasi tersebut dapat berupa riset maupun dalam tugas yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Namun di dalam kolaborasi tersebut wajib disertakan proses kompetisi secara sehat dengan penghargaan yang dapat mengikat mahasiswa secara emosional demi mendapatkan luaran domain afektif di level penerimaan, khususnya sub level selected attention yang berarti stimulus dari mahasiswa tersebut dapat meningkat sehingga respon yang diterima juga meningkat.
  • 76. Menjadikan mahasiswa sebagai longlife learner yang berarti bahwa penekanan pada saat proses belajar mengajar, bahwa pembelajaran yang diterima tidak hanya diterima di dalam kelas saat perkuliahan berlangsung, tetapi juga harus melakukan pencarian ilmu di luar jam pelajaran dengan sumber belajar yang bervariasi. Konsep pencarian sumber pembelajaran yang luas dan mandiri dan melakukan pembelajaran layaknya sebuah benih tanaman yang terus tumbuh dan membesar disebut juga sebagai self-science (Mc Cown & Mc Cormick, 1999:544). Meski dalam penelitian Mc Cown dan Mc Cormick (1999), self-science diarahkan kepada pendidikan anak sekolah dasar, namun dengan konsep yang sama konsep yang telah terbukti berhasil membangkitkan luaran domain afektif secara nyata tersebut juga dapat diterapkan di lingkup perguruan tinggi. Dalam strategi ini, pembelajar diajak untuk berkompetisi dengan diri sendiri dalam memecahkan sebuah masalah, membangkitkan emosi dan perasaan yang jujur dari dalam diri sendiri namun tetap dibantu oleh pengajar pada saat si pembelajar telah merasakan keterbatasan di dalam diri sendiri (Mc Cown & Mc Cormick, 1999:548). Hal tersebut berarti bahwa strategi ini dapat membantu luaran domain afektif di level valuing, khususnya di sub level penerimaan nilai yang berarti bahwa seseorang akhirnya dapat menerima posisi dirinya dan posisi orang lain yang memiliki level lebih baik dari dirinya (Krathwohl, Bloom & Masia, 1964:181)
  • 78. Dari uraian yang telah dijabarkan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
  • 79. Hal-hal yang berpengaruh secara signifikan di dalam domain afektif, khususnya di lingkup perguruan tinggi antara lain :
  • 82. Situasi kelas yang demokratis
  • 83. Pembentukan interaksi sosial berbasis komunitas
  • 84. Strategi yang dapat diterapkan di dalam mengoptimalkan luaran domain afektif di lingkup perguruan tinggi yaitu :
  • 85. Menerapkan pembelajaran yang bersifat asynchronous
  • 86. Menerapkan pembelajaran berbasis web atau online learning dengan mengubah model dari strategi pembelajaran yang bersifat konvensional ke lebih moderat
  • 87. Penerapan kolaborasi dosen-mahasiswa yang bersifat kompetitif
  • 88.
  • 89. ---, 2009, Kamus Besar Bahasa Indonesia, offline version
  • 90. Borbye, Lisbeth, 2010, Out of the Comfort Zone : New Ways to Teach, Learn and Assess Essential Professional Skills, Morgan & Claypool Publishers
  • 91. Borst, Irma, 2010, Understanding Crowdsourcing, ERIM PhD Series in Research in Management, Erasmus Universiteit Rotterdam: Rotterdam
  • 92. Burgan, Mary, 2006 , What Ever Happened to the Faculty?, John Hopkins University Press:Baltimore
  • 93. Cleveland-Innes, Martha & Mohamed Ally, 2004, Affective Learning Outcomes inWorkplace Training: A Test of Synchronous vs. Asynchronous Online Learning Environments, Canadian Journal of University Continuing Education Vol. 30, No. 1, Spring 2004
  • 94. Johnson, David .W & Roger T. Johnson, 1996, Cooperation And The Use Of Technology dalam Handbook of Research for Educational Communications and Technology (ed. David H. Jonassen), MacMillan Publishing
  • 95. Joyce, Bruce, Marsha Weil & Emily Calhoun, 2009, Models of Teaching (terjemahan : Model-model Pengajaran oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza) edisi delapan, Penerbit Pustaka Pelajar:Jakarta
  • 96. Kamradt, Thomas F. & Elizabeth J. Kamradt, 1999, Structured Design for Attitudinal Instruction dalam Instructional-Design Theories and Models Volume II (ed. Charles M. Reigeluth) hal. 563-590, Lawrence Erlbaum Associates:Mahwah
  • 97. Krathwohl, David .E, Benjamin S. Bloom & Bertram B. Masia, 1964, Taxonomy of Educational Objects, The Classification of Educational Goals, Handbook II : Affective Domain, Longmans
  • 98. Lickona, Thomas, 1999, Character Education : The Cultivation of Virtue dalam Instructional-Design Theories and Models Volume II (ed. Charles M. Reigeluth) hal. 594-612, Lawrence Erlbaum Associates:Mahwah
  • 99. Lynch, Kathleen, John Baker & Maureen Lyons, 2009, Affective Equality, Palgrave Macmillan
  • 100. Martin, Barbara .L & Charles M. Reigeluth, 1999, Affective Education and the Affective Domain: Implications for Instructional-Design Theories and Models dalam Instructional-Design Theories and Models Volume II (ed. Charles M. Reigeluth) hal. 485-509, Lawrence Erlbaum Associates:Mahwah
  • 101. Mc Cown, Karen Stone & Ann Hathway Mc Cormick, 1999, Self-Science : Emotional Intelligence for Children dalam Instructional-Design Theories and Models Volume II (ed. Charles M. Reigeluth) hal. 537-561, Lawrence Erlbaum Associates:Mahwah
  • 102. McGlone, J..,2011, Adult learning styles and on-line educational preference, Research in Higher Education Journal, 12, 1-9.  Retrieved September 30, 2011, from ABI/INFORM Global. (Document ID: 2450651941)
  • 103. Moore, John, 1999, Adolescent Spiritual Development:Stages and Strategies dalam Instructional-Design Theories and Models Volume II (ed. Charles M. Reigeluth) hal. 613-629, Lawrence Erlbaum Associates:Mahwah
  • 104. Slavin, Robert .E, 2006, Educational Psycology 8th edition, Pearson:Boston