5. Omission
Error
Terlambat/terlalu cepat
memberikan obat periode
berikutnya
Wrong Rate Error
Kecepatan tetesan obat infus
kurang atau berlebih
Unauthorized Drug
Error
Pasien membeli antibiotika
tanpa resep
Extra Dose
Error
Dosis ganda
Wrong Dose Error
Dosis lebih besar atau lebih kecil
dari yang diresepkan dokter
Wrong Route
Error
Cara pemberian keliru
Medication ErrorGORI ERROR
Feinberg, JL, ed. Med Pass Survey.. ASCP 1993
6. Wrong Time Error Interval pemberian obat keliru
Wrong Drug
Preparation Error
• Suspensi tidak dikocok,
• sediaan slow release
dijadikan puyer,
• incompatible,
• inadequate product
packaging
Wrong
Administration
Technique Error
• Injeksi tanpa metode steril,
• menggerus obat secara keliru
Deteriorated Drug
Error
Obat rusak, kadaluarsa, obat
tidak disimpan di lemari es
Medication Error
17. BENAR OBAT
Sblm memberi obat, label pada botol atau kemasan obat
harus diperiksa tiga kali:
1. Saat membaca permintaan obat dan botol atau
kemasan obat diambil dari rak
2. Label botol atau kemasan obat dibandingkan dgn
obat yang diminta/sebelum menuang obat
3. Saat botol atau kemasan obat tersebut dikembalikan
ke rak/setelah menuang obat
19. BENAR CARA/RUTE
PEMBERIAN
• Obat dpt diberikan mll sejumlah rute yg berbeda.
• Faktor : keadaan umum px, kecepatan respon yg
diinginkan, sifat kimia fisika obat, dan tempat kerja
yg diinginkan.
• Obat dpt diberikan oral, parenteral, topikal, rektal
atau inhalasi.
20. BENAR WAKTU
• Obat yg memiliki efektivitas ttt untuk mencapai atau
mempertahankan kadar di dalam darah yg memadai,
terutama harus diberikan pada waktu yg tetap.
• Sebelum makan 1 jam sebelum makan (ab)
• Tetrasiklin menjadi senyawa khelat yg tidak larut jika
diberikan bersama susu.
22. Benar Dokumentasi
Sesegera mungkin
Meliputi nama obat, dosis, rute (t4 suntikan),
waktu, taggal, inisial atau ttd perawat dan
reaksi pasien.
Setelah diberikan, harus dicatat dosis, rute,
waktu, dan oleh siapa obat itu diberikan.
Pasien menolak?
Akibat penundaan
23.
24. Konsep cara pengelolaan obat
Distribusi Obat
meliputi kegiatan pengendalian persediaan barang, penyimpanan
transportasi serta penyelesaian ke pabeanan.
25. Tujuan Distribusi
a) Menjamin ketersediaan obat
b) Memelihara mutu obat
c) Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
d) Menjaga kelangsungan persediaan
e) Memperpendek waktu tunggu
f) Pengendaliaan persediaan
g) Memudahkan pencarian dan pengawasan waktu tunggu
h) Memudahkan pencarian dan pengawasan
27. Penyimpanan Narkotika
Ketentuan lemari penyimpanan narkotika :
1. Dibuat dari kayu atau bahan lain yang kuat
2. Mempunyai kunci yang kuat
3. Jika ukuran lemari kurang dari 40x80x100 cm, maka lemari
harus dibuat pada tembok atau lantai
4. Dibuat dalam 2 bagian, bagian I untuk menyimpan morfin,
petididn dan garam-garamnya. Bagian II untuk menyimpan
narkotika untuk kebutuhan sehari-hari
29. Ketentuan Penyimpanan
Barang/Obat
1) Perlu diperhatikan lokasi dari tempat penyimpanan di
gudang dan menjamin bahwa barang/obat yang
disimpan mudah diperoleh dan mengaturnya sesuai
penggolongan, kelas terapi/khasiat obat sesuai abjad.
2) Perlu diperhatikan untuk obat dengan syarat
penyimpanan khusus, obat thermolabiel dan obat yang
punya batas kadaluarsa.
32. Bentuk-bentuk Ketidakrasionalan Pemakaian Obat
• Peresepan boros (Extravagant), yaitu peresepan obat yang lebih
mahal padahal ada alternatif yang lebih murah dengan manfaat dan
keamanan yang sama. Termasuk peresepan yang terlalu berorientasi
pada pengobatan simptomatik sehingga mengurangi alokasi obat-
obat yang lebih vital.
• Peresepan berlebih (Over prescribing), yaitu terjadi bila dosis obat,
lama pemberian atau jumlah obat yang diresepkan melebihi
ketentuan dan obat yang sebenarnya tidak diperlukan.
• Peresepan yang salah (Incorrect prescribing), yaitu mencakup
pemakaian obat untuk indikasi yang keliru, pemberian obat ke
pasien salah dan pemakaian obat tanpa memperhitungkan kondisi
lain yang diderita bersamaan.
33. lanjutan
• Peresepan majemuk (Multiple prescribing), yaitu pemakaian dua
atau lebih kombinasi obat padahal sebenarnya cukup diberikan
obat tunggal saja. Termasuk pengobatan terhadap semua gejala
yang muncul tanpa mengarah ke penyakit utama.
• Peresepan kurang (Under prescribing), yaitu terjadi kalau obat yang
diperlukan tidak diresepkan, dosis tidak cukup atau lama
pemberian terlalu pendek (Santoso, 1989).
34. Pemusnahan Obat
• Obat/bahan padat, dengan cara ditanam
• Obat/bahan cair, dengan cara diencerkan terlebih dahulu
• Atau dititipkan ke RS, Dinkes
35. Pemusnahan Narkotika dalam
UU No.22 tahun 1997
Pemusnahan narkotika dilakukan dalam hal:
1. Diproduksi tanpa memenuhi standar dan
persyaratan yang berlaku dan atau tidak dapat
digunakan dalam proses produksi
2. Kadaluarsa
3. Tidak memenuhi persyaratan digunakan pada
pelayanan kesehatan dan atau untuk pengembangan
ilmu pengetahuan
4. Berkaitan dengan tindak pidana
36. Macam-macam
Laporan Obat di Apotek
1. Laporan statistik resep dan OGB
Dibuat rangkap 4 dan dibuat tiap bulan. Bertujuan
mengetahui tingkat penggunaan OGB
dibandingkan obat lainnya
2. Laporan Narkotika
Rangkap 4 dan dibuat tiap bulan
3. Laporan Psikotropika
Rangkap 4 dan dibuat tiap bulan
37. lanjutan
4. Laporan monitoring obat
memuat nama-nama obat yang mengalami kerusakan
dan tidak memenuhi persyaratan dilaporkan ke
Dinkes
5. Laporan OWA
penggunaan OWA tidak perlu dilaporkan, tetapi
didalam pencatatannya disertai catatan-catatan.
41. PENYIAPAN OBAT DARI IFRS / POS OBAT KE PASIEN.
• Lingkungan sehat & kondusif (aman, tenang, terang), membantu
keakuratan proses.
• Baca dg teliti label/etiket obat 3 kali.
I : membaca permintaan obat & mengambil wadah/kemasan dari
rak obat.
II : label/etiket wadah/kemasan dicocokkan dg isi obatnya sebelum
dituang.
III : setelah menuang obat & mengemballikan wadah obat ke rak.
tujuan : menghindari kesalahan pengambilan obat karena banyak obat
yg namanya hampir sama.
con : aminopirin – aminofilin; nichoviton – nichobion;
betason – betason N; minoksidil – minoksiklin.
42. • Lanj…
• Jika label/etiket obat tidak terbaca, rusak, hilang, tidak tertulis,
segera kembalikan ke IFRS.
• Jika isi obat dalam kemasan tidak sesuai dg yg tertulis dalam
etiket, rusak, bau, berubah warna, retur/kembalikan ke IFRS.
• Jika nama obat yg tertulis dalam resep/MR tidak sama dg obat
yg tersedia, konfirmasi dg apoteker.
Con : cefat 500 mg – qidrof 500 mg.
• Atur obat dalam baki/kereta obat sesuai urutan
kamar/bed/pasien yg paling sedikit/mudah menggunakan
obat.
• Jaga keamanan baki/kereta obat.
• Saat obat diberikan, ingat kembali riwayat pengobatan pasien
(penyakit, nama obat, cara kerja obat & kemungkinan ESO yg
timbul).
43. Bagaimana jika perawat salah memberikan obat ?
• Segera mengakui kesalahan
• Hubungi dokter / laporkan kepada institusi terkait
• Evaluasi (pribadi maupun institusi) untuk mencari kesalahan
& tindakan pencegahan guna mencegah terulangnya kesalahan
yg sama / kesalahan lainnya.
• Dokumentasikan dg benar pd MR / form khusus kekeliruan :
penjelasan kesalahan & langkah yg sudah diambil untuk
mengatasinya.
44.
45. RESEP
Adalah permintaan tertulis dari dokter/drg/drh kepada
Apoteker untuk membuat &/ menyerahkan obat kepada
pasien.
• Yg berhak menulis resep :
- dokter
- dokter gigi
- dkter hewan
• Yg berhak membuat/meracik obat yg tertulis di resep :
- apoteker
- asisten apoteker dibawah pengawasan apoteker.
46. Dalam resep harus tertulis :
1. Nama, alamat, no. ijin praktek dr / drg / drh.
2. Tempat & tanggal penulisan resep.
3. Supersriptio
- tanda R/ pada bagian kiri setiap penulisan resep.
- R/ = “recipe” = ambillah!
- falsafah dalam penulisan resep →keyakinan & kekuatan
prescriber.
- sebaiknya ditulis tangan dg penuh keyakinan.
47. 4. Inscriptio / invocatio
- nama setiap obat & komposisinya.
- tujuan : membantu menyembuhkan & mengurangi penyakit
pasien.
- pedoman : 6T1W (tepat pasien, tepat diagnosa, tepat indikasi, tepat
pemilihan obat, tepat dosis regimen, tepat evaluasi & waspada ES).
- nama obat dalam resep :
- diawali huruf besar
- nomenclatur generik (INN).
- ditulis jelas, lengkap, atau dg singkatan resmi.
INH = Isoniazida
HCT = Hidroklorothiazida
Vas.alb. = vaselin album
paraf.liq. = parafin liqiudum
48. • Lanj…
• Dosis obat ditulis dg angka bulat diikuti satuan (100 mg; 50 ml).
• Sebaiknya dihindari angka pecahan & desimal.
(0,2 g →200 mg ; ½ g →500 mg).
• Dosis obat yg tidak lazim, cantumkan “qr” (quantitum rectum =
jumlahnya sudah tepat) dibelakang nama obat.
mis : antalgin 650 mg qr.
49. 5. Subscriptio
• Perintah untuk dibuatkan bentuk sediaan obat yg diinginkan &
jumlah obat yg diminta.
• mfla →pulv / sol / susp / emul / caps / cr.
• mfla = misce fac lege artis = campur & buatlah menurut /
sesuai dg seninya.
• Jika pasien tidak menyukai BSO yg tertulis dalam resep,
konsultasikan dg prescriber.
• Jumlah obat yg diminta ditulis dg angka romawi
(I,II,III,IV,V,X,L,C)
• Untuk narkotika & psikotropika sebaiknya ditulis dg huruf.
50. 6. Signatura
• Aturan pemakaian obat yg tertulis dalam resep.
• Aturan pemakaian obat harus ditulis dg jelas & mudah dibaca.
• Contoh signatura dg bahasa latin yg lazim ditulis dalam resep :
• ac ante coenam sebelum makan
• ad auris dextra telinga kanan
• bdd bis de die sehari dua kali
• bddc bis de die cochlear sehari dua kali satu sendok makan
• c cohclear sendok makan, 15 ml
• cth cochlear these sendok teh, 5 ml
• dc durante coenam selagi makan
• dtd da tales dosis berikanlah dg takaran sebanyak itu
51. 7. Tanda tangan / paraf dokter penulis resep.
8. Pasien
- nama pasien ditulis lengkap
- anak/lansia : dg umur & BB
- alamat & no. telepon
- pelaporan narkotika & psikotropika
- pelaporan OWA
- nama sama
- salah obat →melacak
- menghindari penyalahgunaan obat
52. Resep Narkotika
• n.i. = Ne Iterasi / tidak boleh diulang
• Ditulis nama pasien, tidak boleh m.i. = mihi ipsi = untuk
dipakai sendiri, alamat pasien harus jelas
• Signatura jelas, tidak boleh s.u.c. = signa usus cognitus = sudah
tahu pakainya
53. COPIE RESEP / SALINAN RESEP
• Adalah salinan tertulis dari suatu resep
• Sinonim : apograph, exemplum, afschrift
• Ditulis oleh apoteker / AA dg sepengetahuan apoteker.
• Ditandatangani oleh apoteker.
• Salinan resep selain memuat semua keterangan yg termuat dalam R/ asli,
harus memuat :
1. Nama & alamat apotek
2. nama & no. SP / SIK APA (Apoteker Pengelolah Apotek)
3. tanda tangan / paraf APA (bagian bawah sebelah kanan)
4. tanda “det” = detur (untuk obat yg sudah diserahkan)
tanda “nedet” = ne detur (untuk obat yg belum diserahkan)
tanda “det orig” = detur originalae (sudah diberikan sesuai dg resep
aslinya), untuk resep asli dg tanda “iter” (diulang).
5. no.resep & tanggal pembuatan
6. pada bagian bawah R/ sebelah kanan ditulis :
54. ETIKET
• Label yg berisi petunjuk atau aturan penggunaan obat yg harus disertakan /
ditempel pada kemasan / wadah obat (yg dibeli dg resep) pada saat
dispensing.
• Warna etiket :
1.Putih → untuk obat dalam : obat yg digunakan melalui mulut masuk
kerongkongan → perut .
2. Biru → untuk obat luar : obat yg digunakan melalui mata, hidung,
telinga, vagina, rektum, sediaan parenteral, obat kumur, dan
topikal.
• Etiket Putih / Obat Dalam, dicantumkan :
a. Nama & alamat apotek
b. Nama & no. SP/SIK APA
c. No. R/ & tanggal pembuatan R/
d. Nama pasien
e. Aturan pemakaian
f. Tanda lain : kocok dulu, harus habis, tidak boleh diulang tanpa R/ dr.
g.paraf pembuat.
55. • Etiket Biru / Obat Luar, dicantumkan :
a. nama & alamat apotek
b. nama & no SP/SIK APA
c. no. R/ & tanggal pembuatan
d. nama pasien
e. nama & jumlah obat
f. aturan pemakaian
g. tulisan “obat luar”
h. tanda lain : obat gosok, obat kumur, kocok dulu
56. Dosis Obat
• Dosis toksik : dosis yg menimbulkan gejala keracunan
• Dosis minimal : dosis terkecil yg masih mempunyai efek
terapetik
• Dosis maksimal : dosis terbesar yg mempunyai efek terapetik,
tanpa gejala/efek toksik
• Dosis terapetik : dosis diantara dosis minimal &
maksimal,dipengaruhi oleh : umur, BB, jenis
kelamin, waktu pemberian obat, cara pemberian
obat kecepatan ekskresi, kombinasi obat, luas
permukaan badan, penyakit.
• Dosis lazim : dosis rata-rata yg biasanya (lazim)
memberikan efek yg diinginkan.
• Dosis letal : dosis yg mungkin cukup untuk mematikan.
57. USIA
1. Lansia
• usia > 65 tahun, sensitif obat karena sirkulasi darah <<,
albumin darah <<, fungsi hati & ginjal turun, eliminasi lambat.
• Ex : antikoagulan & fenilbutazon (obat encok) krn albumin
darah <<, pengikatan obat-protein <<, obat bebas >>, shg
keracunan.
• Ex : obat tidur (barbiturat, nitrazepam),opioid, psikotropika →
kerusakan umum pada SSP/sel-sel otak, shg terjadi
peningkatan kepekaan obat-obat yg bekerja pada SSP.
• Ex : digoksin, insulin, adrenalin adalah obat pd dosis biasa
→keracunan pd lansia.
• Dosis lansia : < dasis biasa
• Usia 65 – 74 tahun : dosis biasa – 10%
• Usia 75 – 84 tahun : dosis biasa – 20%
• Usia 85 tahun >> : dosis biasa – 30%
58. 2. Anak kecil / pediatri
• Bayi baru lahir (neonatus) : > rentan obat → fungsi hati , ginjal &
sistem enzim belum berkembang.
• Ex : kloramfenikol → grey baby sindrom
• Perhitungan dosis pediatri, sbb :
I. Berdasarkan usia
I.A. Rumus Young
usia anak antara 1 – 12 tahun
dosis anak =
n = usia (tahun)
D = dosis dewasa
n x D
n + 12
59. I.B. Rumus Augsberger
m = usia (bulan) ; n = usia (tahun) ; D = dosis dewasa
II. Berdasarkan berat badan / rumus Clark
W = berat badan (kg) ; D = dosis dewasa
Usia 2 – 12 bulan = (m + 13)% x D
Usia 1 – 11 tahun = (4n + 20)% x D
Usia 12 – 16 tahun = (5n + 10)% x D
W x D
68
60. III. Berdasarkan Luas Permukaan Tubuh
(body surface area = BSA)
• Metode ini adalah yang paling tepat karena ada korelasi langsung antara
luas permukaan tubuh dengan kecepatan metabolisme obat.
tinggi badan (cm) ; BB = berat badan (kg); BSA (m²)
BSA (m²) = (tinggi badan x BB)
3600
Dosis anak = BSA (m²) x dosis dewasa
1,73 (kg)
61. Perhitungan dosis
• Satuan berat : 1 kg = 1000 g (gram)
1 g = 1000 mg (miligram)
1 mg = 1000 mcg (mikrogram)
• Satuan volume : 1 L (liter) = 1000 ml (mililiter)
• Konversi gram ke mg (sebaliknya) :
1 g = 1000 mg
2 g = (2 x 1000) mg = 2000 mg
1,23 g= (1,23 x 1000) mg = 1230 mg
1050 mg = 1050 : 1000 g = 1,05 g
• Menyatakan persentase dg istilah kuantitatif
- sediaan padat : gram (mg) - sediaan cair : ml
- ex : krim 1%
1% = 1 g : 100 g = 0,01 g/g = 0,01 g/g x 1000 mg = 10 mg/g
62. Perhitungan Dosis Tablet/kapsul/
Obat Cair/injeksi
I. Tablet / kapsul
• Rumus 1.
• ex : berapa tablet digoxin diperlukan untuk mendapatkan dosis
0,125 mg ? 1 tablet = 62,5 mcg digoksin
jwb : 0,125 mg = (0,125 x 1000) mcg = 125 mcg
= {125 mcg : 62,5 mcg} x 1 = 2 tablet
II. Obat cair/injeksi
• Rumus 2.
• ex : seorang perawat diinstruksikan untuk menyuntik 150 mg penisilin V. tersedia
flakon dg label 125 mg/5 ml. berapa ml harus diberikan?
jwb : X = {150 mg : 125 mg} x 5 ml = 6 ml
Jumlah yg diminta = dosis yg diminta x 1 tablet
dosis yg tersedia
X = dosis yg diminta x volume yg tersedia
dosis yg tersedia
63. • Lanj…
• Rumus 3.
• ex : diperlukan larutan betadin 1 : 2000, tersedia larutan 20%.
berapa banyak larutan betadin 20% untuk membuat 2 liter betadin 1
: 2000 ?
jwb : 20% = 20/100 = 1/5 2 L = 2000 ml
X = {1/2000} : {1/5} x 2000 ml
= {1/2000} x {5/1} x 2000 ml
= {5 x 2000} : 2000 ml
= 5 ml
X = konsentrasi yg diminta x jumlah yg diminta
konsentasi yg tersedia
64. Perhitungan dosis dewasa (dalam R/)
R/ Ephedrin HCl 40 mg dalam F.I. dosis max (DM) untuk :
CTM 5 mg Ephedrin HCl : 50 mg/150 mg
Antalgin 250 mg CTM : 40 mg/hari
Codein HCl 75 mg ! (paraf) Codein HCl : 60 mg/300 mg
Sacch. lact.q.s. Per kuur / pk : sekali pakai
m.f. pulv. dtd. No. XX per etmoral/pet : sehari
s.t.dd.pulv.I
pro : Tn. Joyo (dewasa)
Jwb: perhitungan dosis
- pk efedrin Hcl : 40 mg
- pet : 40 x 3 = 120 mg
- pk CTM : 5 mg
- pet : 5 x 3 = 15 mg
- pk Codein Hcl : 75 mg
66. Perhitungan kecepatan infus
1. Berapa kecepatan aliran diperlukan untuk memasukkan 500 ml dextrosa 5%
dalam air selama 8 jam ? Larutan itu memberi 15 tetes/ml.
jwb : a). 8 jam = 8 x 60 menit = 480 menit
b). Menghitung kecepatan yg dibutuhkan dalam ml per menit.
Jika 500 ml harus diberikan dalam 480 menit & y ml diberikan
dalam 1 menit :
y = {500 : 1} ml x {1 : 480} menit = 1 ml
c). Konversi ke tetes/menit
kecepatan pemberian = 1ml/menit. Larutan mengandung
15 tetes/ml, maka jumlah tetes per menit = 1 x 15 tetes/menit
atau 15 tetes/menit.