SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 14
KOMITMEN PEMBANGUNAN MANUSIA:
               Kebijakan dan Anggaran                                 1




                                       Disusun oleh:
                                     Slamet Sugiharto
                                    Widyaiswara Utama




A. PENGANTAR


        Undang-Undang       Nomor      25   Tahun     2004    tentang     Sistem   Perencanaan
Pembangunan Nasional menyatakan bahwa pembangunan nasional adalah upaya yang
dilaksanakan oleh segenap komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara.
Dari pengertian tersebut bisa dipahami bahwa pembangunan itu menjadi tanggung jawab
pemerintah (pusat dan daerah), swasta, dan masyarakat dan harus diarahkan pada
terwujudnya tujuan bernegara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
ikut aktif menciptakan ketertiban dunia.


        Berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan umum, Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2004-2009 telah menetapkan sasaran-sasaran yang salah satu sasarannya adalah
meningkatnya kualitas manusia secara menyeluruh yang tercermin dari membaiknya
angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).


        Di sisi lain, Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menegaskan
bahwa pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat
terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan
dan peran serta masyarakat. Hal itu jelas menunjukkan adanya kewajiban dari pemerintah


1
 Disampaikan pada Temu Ilmiah Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Propinsi DIY bekerjasama dengan
Balai Diklat Keuangan III Yogyakarta pada tanggal 15 Agustus 2007.


                                                                                              73
daerah untuk ikut mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang salah satu ukurannya
adalah perbaikan angka IPM.
       Memperhatikan hal di atas, maka pertanyaannya adalah bagaimana komitmen
pemerintah terkait dengan upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk mendukung
perwujudan perbaikan nilai IPM tersebut. Tulisan ini mencoba membahas konsep
mengenai IPM sebagai salah satu indikator pembangunan, kemudian menyajikan kondisi
IPM Indonesia, dan diakhiri dengan membahas upaya peningkatan IPM dari aspek
kebijakan perencanaan dan anggaran baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Harapannya
adalah dengan pemahaman yang lebih baik tentang konsep IPM sebagai salah satu dari
indikator pembangunan dan kondisi IPM di Indonesia, maka seluruh komponen bangsa
menjadi lebih fokus dalam mempertimbangkan kebijakan, program, dan anggaran dalam
upayanya meningkatkan kesejahteraan rakyat yang salah satu ukurannya adalah IPM.


KONSEP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM)


       Semua orang sepakat bahwa untuk bisa mengetahui keberhasilan pembangunan
diperlukan adanya tolok ukur atau indikator pembangunan. Indikator pembangunan
adalah fakta, kualitas, atau situasi dari berbagai aspek pembangunan yang digunakan
untuk menunjukkan (mengindikasikan) keberhasilan/kegagalan pembangunan. Dengan
sendirinya perbedaan mengenai konsep dan definisi pembangunan menyebabkan adanya
perbedaan dalam mengukur dan membandingkan tingkat pembangunan suatu masyarakat
atau negara. Memperhatikan definisi pembangunan yang ada, maka pada dasarnya
terdapat dua macam indikator pembangunan, yaitu indikator ekonomi dan indikator non-
ekonomi atau campuran. Salah satu indikator campuran yang dikembangkan adalah
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).


       IPM dikembangkan dari konsep pembangunan manusia. Untuk pertama kalinya
pada tahun 1990, Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme
– UNDP) mempublikasikan Human Development Report (Laporan Pembangunan
Manusia).   Menurut laporan tersebut, Pembangunan Manusia (Human Development)
adalah suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat. Yang paling


                                                                                   74
kritis diantara pilihan-pilihan tersebut adalah untuk menjalani hidup sehat dan panjang
usia, untuk memperoleh pendidikan dan akses ke sumberdaya yang diperlukan bagi suatu
standar kehidupan yang layak. Pilihan penting lainnya menyangkut kebebasan politik,
hak asasi manusia, dan harga diri.


       Menurut UNDP, terdapat empat komponen utama dari konsep pembangunan
manusia, yaitu:
a. Produktivitas. Masyarakat harus mampu meningkatkan produktivitasnya dan
   berpartisipasi dalam proses menghasilkan upah dan pendapatan. Karena itu,
   pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia.
b. Pemerataan. Masyarakat harus punya akses ke peluang yang sama. Semua batasan
   bagi peluang politik dan ekonomi harus dihapuskan, sehingga setiap orang dapat
   berpartisipasi dalam meraih peluang politik dan ekonomi serta memperoleh manfaat
   dari peluang tersebut.
c. Berkelanjutan. Akses ke peluang harus dipastikan tidak hanya untuk generasi
   sekarang, tapi juga bagi generasi yang akan datang. Semua bentuk modal: fisik,
   manusia, maupun lingkungan, harus selalu dipelihara dan dibarukan.
d. Pemberdayan. Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, bukan hanya
   untuk    mereka.     Masyarakat    harus terlibat   sepenuhnya dalan    proses   yang
   mempengaruhi kehidupan mereka.


       Jika konsep pembangunan manusia tersebut hendak dioperasionalkan menjadi
kebijakan, seperti halnya konsep pembangunan lainnya, maka pembangunan manusia
harus mudah diukur dan dimonitor. Meskipun begitu, perlu disadari bahwa adalah tidak
mungkin untuk menciptakan suatu ukuran yang komprehensif atau bahkan satu set
indikator-indikator yang bisa secara tepat mengukur pembangunan manusia. Hal itu
dikarenakan    banyak     dimensi    dari   pembangunan   manusia   yang   sulit    untuk
dikuantifikasikan. Suatu ukuran komposit (campuran) yang sederhana bisa secara efektif
menarik perhatian terkait isu pembangunan manusia. Tetapi harus disadari bahwa konsep
pembanggunan manusia tetaplah jauh lebih kompleks, mendalam dan kaya dibandingkan
dengan tolok ukur yang digunakan untuk mengukurnya (IPM).



                                                                                      75
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI)
adalah suatu indeks gabungan (composite index) yang mengukur rata-rata pencapaian
suatu negara berkaitan dengan tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu berumur
panjang dan sehat (long and healthy life) yang diukur dengan angka harapan hidup pada
saat lahir; penguasaan pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan angka melek huruf
orang dewasa (adult litercy rate) dan angka kasar partisipasi sekolah gabungan
(combined gross enrollment ratio) untuk tingkat SD, SLTP dan SLTA; serta tingkat
kesejahteraan hidup yang memadai (decent standard of living) yang diukur dengan PDB
per kapita dalam paritas daya beli (purchasing power parity – PPP) Dollar Amerika.

       Perlu ditekankan sekali lagi bahwa konsep pembangunan manusia itu jauh lebih
luas dan kompleks dari pada suatu indeks tunggal gabungan seperti IPM, tetapi
setidaknya IPM menawarkan alternatif yang lebih baik jika dibandingkan          Produk
Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebagai ukuran
kesejahteraan umat manusia, disamping itu, IPM juga menyediakan titik masuk (entry
point) yang bermanfaat dalam memahami sapek-aspek lain dari pembangunan manusia.


INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA


       Human Development Report (HDR) 2004 menyajikan IPM tahun 2002 untuk 177
negara anggota PBB secara lengkap. IPM tersebut dihitung berdasarkan data seri
internasional yang tersedia pada saat HDR 2004 dipersiapkan. Karena lembaga internal
penghasil data terkait secara terus menerus memperbaiki data serinya maka seringkali
perubahan nilai dan rangking IPM suatu negara dari tahun ke tahun sesuai edisi HDR
lebih mencerminkan revisi data daripada perubahan yang sesungguhnya dalam negara
yang bersangkutan. Disamping itu, perubahan cakupan negara-negara yang disajikan juga
mempengaruhi rangking suatu negara, bahkan ketika suatu metodologi yang baku
diterapkan. Akibatnya, rangking suatu negara bisa turun drastis pada dua HDR yang
berurutan, tetapi ketika data yang sudah direvisi dan bisa dibandingkan yang digunakan,
maka bisa terjadi nilai dan rangking IPM negara tersebut sebenarnya mengalami



                                                                                     76
kemajuan. Demikian juga negara-negara dengan nilai IPM yang relatif sama, perubahan
rangking diantara mereka seringkali merefleksikan perbedaan yang kecil dalam indikator
yang mendasarinya. Karena itu nilai dan rangking IPM yang dipublikasikan dalam edisi
HDR yang berbeda biasanya tidak bisa secara langsung dibandingkan.

         Berdasarkan nilai IPMnya, 177 negara yang IPMnya disajikan dalam tabel IPM
pada HDR 2004 dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu negara-negara yang tergolong
pembangunan manusianya tinggi (high human development- IPM ⊇ 0,800), menengah
(medium human development- 0,500 ⊆ IPM⊂ O,800), dan rendah (low human
development- IPM ⊂ 0,500 ). Norwegia adalah negara dengan nilai IPM tertinggi, yaitu
0,956 dan menduduki rangking pertama. Untuk kelompok medium human development,
yang tertinggi adalah Bulgaria dengan nilai IPM 0,796 dan menduduki rangking 56.
Pakistan adalah rangking tertinggi diantara negara-negara yang tergolong rendah
pembangunan manusianya dengan nilai IPM 0,497 dan rangking 142.

                 Tabel 1. IPM beberapa negara terpilih sesuai HDR 2004.

Negara                        Angka     Angka     Angka         PDB/kap Nilai     Rang-
                              Harapan   Melek     Partisipasi   (PPPUS$) IPM      king
                              Hidup     Huruf     Sekolah
                              (th)      Dewasa    Gabungan
                                        (%)       (%)
High Human Development
Norwegia                      78,9      99        98            36.600    0,956   1
USA                           77,0      99        92            35.750    0,939   8
Jepang                        81,5      99        84            26.940    0,938   9
Singapura                     78,0      92,5      87            24.040    0,902   25
Brunei                        76,2      93,9      73            19.210    0,867   33
Medium Human Development
Bulgaria                      70,9      98,6      76            7.130     0,796   56
Malaysia                      73,0      88,7      70            9.120     0,793   59
Thailand                      69,1      92,6      73            7.010     0,768   76
Phlippina                     69,8      92,6      81            4.170     0,753   83
Indonesia                     66,6      87,9      65            3.230     0,692   111
Vietnam                       68,6      90,3      64            2.300     0,691   112
Kamboja                       57,4      69,4      59            2.060     0,568   130
Myanmar                       57,2      85,3      48            1.027     0,551   132
Laos                          54,3      66,4      59            1.720     0,534   135
Low Human Development
Pakistan                      60,8      41,5      37            1.940     0,497   142
Sumber: diolah dari HDR 2004


                                                                                        77
Bagaimana dengan Indonesia?        Untuk HDR 2004, dengan nilai IPM 0,692,
Indonesia termasuk dalam kelompok negara-negara dengan pembangunan manusianya
termasuk kelompok menengah dan menduduki rangking 111; posisi itu hanya sedikit
lebih baik dari Vietnam yang menduduki posisi 112 dengan nilai IPM 0,691.


       Bagaimana dengan negara ASEAN lainnya? Dua negara ASEAN, yaitu Brunei
dan Singapura tergolong dalam negara dengan pembangunan manusia yang tinggi,
berturut-turut memiliki nilai IPM 0,902 dan 0,867 dan menduduki rangking 25 dan 33.
Negara ASEAN lainnya termasuk dalam kelompok menengah, 3 negara yaitu Malaysia,
Thailand dan Philippina berada di atas Indonesia (berturut-turut rangking 59, 76 dan 83)
dan 4 lainnya yaitu Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Laos berada di bawah Indonesia
(berturut-turut rangking 112, 130, 132, 135). Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1.


       HDR 2004 juga menyajikan tren HDI menggunakan data dan pendekatan yang
‘comparable’. Berdasarkan hal itu, sebenarnya nilai HDI Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 1975, nilai HDI Indonesia adalah 0,467
yang berarti ada dikelompok lower human development. Pada tahun 1990 angka itu
menjadi 0,623 dan menjadi 0,692 pada tahun 2002 yang berarti berada di kelompok
medium human development.

       Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa sebenarnya HDI Indonesia secara
relatif tidaklah terlalu jelek, masih tetap terlihat adanya trend peningkatan, meskipun
kecepatannya berkurang. Hal itu tentunya berkaitan dengan krisis multi dimensi yang
dihadapi Indonesia sejak akhir tahun 90an.


       Dalam konteks otonomi daerah, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan
UNDP juga telah menyusun Indonesia Human Development Report (IHDR) 2004 yang
memotret kondisi pembangunan manusia di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota di
Indonesia. Metode yang dipergunakan mengikuti metode yang digunakan secara
internasional dengan beberapa modifikasi. Modifikasi tersebut antara lain penggunaan



                                                                                        78
rata-rata lama sekolah untuk menggantikan angka kasar partisipasi sekolah gabungan,
dan pendekatan pengeluaran untuk mengukur PDRB perkapita. Tabel 2 berikut ini
menyajikan data IPM dari 30 propinsi yang tercantum dalam IHDR 2004 , sementara
Tabel 3 menyajikan 10 Kabupaten/Kota dengan IPM tertinggi dan 10 Kabupaten/Kota
dengan IPM terendah.


                Tabel 2. IPM 30 propinsi di Indonesia sesuai IHDR 2004
                            Angka     Angka    Rata-rata   Pengeluaran/ Nilai    Rang-
                            Harapan   Melek    lama        kap           IPM     king
PROPINSI                    Hidup     Huruf    Sekolah     (ribu rupiah)
                            (th)      Dewasa   (th)
                                      (%)

   1. DKI Jakarta           72,3      98,2     10,4        616,9         0.756   1
   2. Sulawesi Utara        70,9      98,8     8,6         587,9         0,713   2
   3. DI Yogyakarta         72,4      85,9     8,1         611,3         0.708   3
   4. Kalimantan Timur      69,4      95,2     8,5         591,6         0,700   4
   5. Riau                  68,1      96,5     8,3         588,3         0,691   5
   6. Kalimantan Tengah     69,4      96,4     7,6         585,8         0,691   6
   7. Sumatra Utara         67,3      96,1     8,4         589,2         0,688   7
   8. Sumatra Barat         66,1      95,1     8,0         589,0         0,675   8
   9. Bali                  70,0      84,2     7,6         596,3         0,675   9
   10. Jambi                66,9      94,7     7,4         585,6         0,671   10
   11. Banten               62,4      93,8     7,9         608,7         0,666   11
   12. Maluku               65,5      96,3     8,0         576,3         0,665   12
   13. Jawa Tengah          68,9      85,7     6,5         594,2         0,663   13
   14. Bengkulu             65,4      93,0     7,6         586,6         0,662   14
   15. NAD                  67,7      95,8     7,8         557,5         0,660   15
   16. Sumatra Selatan      65,7      94,1     7,1         582,9         0,660   16
   17. Jawa Barat           64,5      93,1     7,2         592,0         0,658   17
   18. Lampung              66,1      93,0     6,9         583,3         0,658   18
   19. Maluku Utara         63,0      95,8     8,4         583,4         0,658   19
   20. Bangka Belitung      65,6      91,7     6,6         588,2         0,654   20
   21. Sulawesi Selatan     68,6      83,5     6,8         586,7         0,653   21
   22. Sulawesi Tengah      63,3      93,3     7,3         580,2         0,644   22
   23. Kalimantan Selatan   61,3      93,3     7,0         596,2         0,643   23
   24. Gorontalo            64,2      95,2     6,5         573,3         0,641   24
   25. Jawa Timur           66,0      83,2     6,5         593,8         0,641   25
   26. Sulawesi Tenggara    65,1      88,2     7,3         577,9         0,641   26
   27. Kalimantan Barat     64,4      86,9     6,3         580,4         0,629   27
   28. NTT                  63,8      84,1     6,0         563,1         0,603   28
   29. Papua                65,2      74,4     6,0         578,2         0,601   29
   30. NTB                  59,3      77,8     5,8         583,1         0,578   30
INDONESIA                   66,2      89,5     7,1         591,2         0,658
Sumber: diolah dari IHDR 2004



                                                                                      79
Tabel 3. IPM 20 Kabupaten/ Kota terpilih sesuai IHDR 2004


                               Angka     Angka    Rata-rata   Pengeluaran/ Nilai   Rang-
                               Harapan   Melek    lama        kap           IPM    king
KABUPATEN/KOTA                 Hidup     Huruf    Sekolah     (ribu rupiah)
                               (th)      Dewasa   (th)
                                         (%)
A. 10 TERATAS

    1. Jakarta Timur           72,5      98,5     10,9        614,1        0.760   1
    2. Jakarta Selatan         71,7      98,3     10,7        619,1        0,757   2
    3. Yogyakarta              72,9      94,9     10,7        615,4        0.753   3
    4. Jakarta Utara           72,2      98,2     9,8         616,7        0,751   4
    5. Jakarta Barat           72,3      97,9     10,0        614,4        0,750   5
    6. Denpasar                72,4      94,7     10,7        614,2        0,749   6
    7. Jakarta Pusat           70,7      98,1     10,5        617,2        0,748   7
    8. Manado                  71,5      99,8     10,9        595,5        0,742   8
    9. Palangkaraya            72,9      98,8     10,5        591,4        0,742   9
    10. Pematang Siantar       70,9      98,7     10,3        606,9        0,741   10
B. 10 TERBAWAH

   11.   Sumenep               61,2      69,6     4,1         592,5        0,565   332
   12.   Situbondo             61,5      66,6     4,5         590,6        0,562   333
   13.   Lombok Timur          57,7      75,5     5,5         582,3        0,561   334
   14.   Lombok Barat          57,9      72,9     5,0         577,8        0,550   335
   15.   Bondowoso             59,0      65,3     4,7         583,3        0,541   336
   16.   Nabire                66,1      75,5     5,0         499,1        0,541   337
   17.   Lombok Tengah         57,5      68,1     4,8         583,3        0,539   338
   18.   Sumba Barat           62,4      71,6     5,3         526,0        0,534   339
   19.   Sampang               57,5      56,2     2,9         580,0        0,497   340
   20.   Jayawijaya            64,7      32,0     2,2         570,2        0,470   341

INDONESIA                      66,2      89,5     7,1         591,2        0,658
Sumber: diolah dari IHDR 2004


Dari Tabel 2 dan Tabel 3 setidaknya bisa diambil kesimpulan:
a. Kesenjangan pembangunan antara Jawa dan Luar Jawa dengan tolok ukur IPM tidak
   terlihat nyata. Hal itu terlihat:
     •    Dari 5 propinsi dengan nilai IPM tertinggi terdapat 3 propinsi dari luar Jawa.
          Meskipun 5 terendah semuanya berasal dari luar Jawa, tetapi antara Propinsi
          Jawa Timur dan Sulawesi Tenggara yang menduduki urutan 25 dan 26 memiliki
          nilai IPM yang sama.




                                                                                         80
•    Dari 10 kabupaten/kota dengan nilai IPM tertinggi terdapat 4 kabupaten/kota
          dari luar Jawa; sementara dari 10 kabupaten/kota dengan nilai IPM terendah
          terdapat 4 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur.
b. Semua nila IPM propinsi berada di tingkatan medium human development, sementara
   untuk IPM kabupaten/kota terdapat 2 kabupaten dengan IPM dibawah 0,500 (low
   human development) yaitu Kabupaten Sampang dengan IPM 0,497 dan Kabupaten
   Jayawijaya dengan IPM 0,470.
c. Dari 6 propinsi di Jawa, Propinsi Jawa Timur menduduki posisi terendah (rangking
   25), sementara DKI, DI Yogyakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat berturut-
   turut menduduki posisi 1, 3, 11, 13, dan 17.


UPAYA PENINGKATAN IPM


         Menurut Supriyoko (2003) dalam rangka peningkatan nilai IPM Indonesia
diperlukan tiga hal yaitu visi, komitmen, dan disiplin. Visi diperlukan untuk
memfokuskan program-program pembangunan dalam jangka panjang, sehingga siapapun
yang memimpin bangsa bisa tetap fokus pada upaya mencapai visi. Komitmen diperlukan
agar apa yang sudah disepakati dalam tataran ide bisa diimplementasikan dalam tataran
operasional dan anggaran.      Disiplin di berbagai bidang sangat diperlukan untuk
meningkatkan akses dan mutu pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan
produktivitas kerja yang diperlukan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi.

         Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional menyatakan bahwa visi
pembangunan jangka panjang adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL
DAN MAKMUR. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan
Makmur, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian
sasaran-sasaran pokok antara lain Terwujudnya daya saing bangsa untuk mencapai
masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera yang antara lain ditunjukkan oleh
kualitas SDM yang makin meningkat, termasuk peran perempuan dalam pembangunan.
Secara umum peningkatan kualitas SDM Indonesia ditandai dengan meningkatnya IPM
dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang.


                                                                                  81
Selanjutnya dalam Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam
RPJM 2004 – 2009 ditetapkan sasaran ke tiga, yaitu meningkatnya kualitas manusia yang
secara menyeluruh tercermin dari membaiknya angka Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) serta meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama. Untuk
mencapai sasaran tersebut, disusun prioritas dan arah kebijakan antara lain:
a. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas
b. Peningkatan akses masyarakat terhasap pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas
c. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial.


          Visi dan prioritas kebijakan pembangunan jangka panjang dan menengah tersebut
setiap tahunnya harus dioperasinalkan dalam komitmen program, kegiatan dan anggaran
tahunan, dengan perkataan yang lain harus tercermin dalam APBN. Menurut perhitungan
dalan IHDR 2004, dibutuhkan sedikitnya anggaran sebesar Rp 103 triliyun atau 5,8% dari
GDP setiap tahunnya untuk bisa memenuhi 4 hak dasar warganegara yaitu pangan,
pendidikan, kesehatan dan perlindungan. Dari jumlah itu, yang baru bisa dipenuhi baru
Rp 53,7 triliyun per tahun (52,13% dari yang dibutuhkan) yang berarti masih kekurangan
Rp 49,3 triliyun setiap tahunnya,


          Tabel 4 menyajikan perbandingan relatif belanja pemerintah di sektor pendidikan
dan kesehatan dari beberapa negara, serta tingkat pemerataan pendapatan yang diukur
dengan Indeks Gini dikaitkan dengan ranking negara tersebut dalam hal pembangunan
manusia sebagai mana diukur dengan IPM. Dari data tersebut terlihat bahwa secara relatif
komitmen pemerintah Indonesia dalam meningkatkan IPM masih relatif tertinggal dari
negara-negara lain yang memiliki ramngking IPM lebih tinggi maupun yang lebih
rendah.


          Dari dua hal tersebut terlihat bahwa masih diperlukan usaha yang keras untuk
mewujudkan konsistensi dan disiplin antara kebijakan jangka panjang dan menengah
dengan kebijakan tahunan dan anggaran yang sifatnya lebih operasional untuk
mewujudkan peningkatan IPM secara signifikan guna mengejar ketertinggalan dalam
pembangunan manusia.



                                                                                      82
Tabel 4. Perbandingan relatif komitmen anggaran pembangunan manusia dari
                 beberapa negara

                   ANGGARAN KESEHATAN ANGGARAN PENDIDIKAN
    NEGARA                                                         INDEKS    RANGKING
                   PEMERINTAH      SWASTA                % TOTAL
                                              %GDP                   GINI       HDI
                     (% GDP)       (% GDP)              ANGGARAN

 High Human Development

 NORWEGIA              8,6           1,7       7,7         14,6      25,8        1

 USA                   6,8           8,4       5,9         12,3      40,8        8

 JEPANG                6,4           1,5       3,7          --       24,9        7

 SINGAPURA             1,6           2,9       3,1         18,2      42,5       25

 BRUNEI                2,8           0,7       3,5          --        --        34

 MALAYSIA              2,2           1,6       8,0         28,0      49,2       61

Medium Human development

 LIBIYA                2,6           1,5        --          --        --        64

 THAILAND              2,0           1,3       4,2         40,O      42,0       74

 PHILIPINA             1,4           1,8       3,2         17,2      46,1       84

 INDONESIA             1,1           2,0       0,9         9,0       34,2       108

 VIETNAM               1,5           3,9       1,8         9,7       37,0       109

 KAMBOJA               2,1           8,8       2,0          --       40,4       129

 MYANMAR               0,5           2,3        --          --        --        130

 LAOS                  1,2           2,0       2,3         11,0      34,6       133

 Low Human Development

 TOGO                  1,4           4,2       2,6         13,6       --        147



          Dalam konteks otonomi daerah, kebijakan di tingkat nasional harus tercermin di
tingkat daerah. Hal itu sesuai dengan amanat uu no.25/2004 yang menyatakan bahwa
daerah propinsi maupun kabupaten/kota harus menyusun Rencana Jangka Panjang
Daerah (RPJP Daerah) yang mengacu kepada RPJP Nasional serta Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) yang harus disesuaikan dengan
RPJM Nasional. Disamping itu, program, kegiatan, dan anggaran tahunan pemerintah




                                                                                      83
daerah dan pemerintah pusat juga harus diserasikan dan dipadukan melalui proses
Musyawarah Perencanaan Pembanguan (Musrenbang).


       Selanjutnya menurut uu no. 32/2004 bidang pelayanan kesehatan, yang erat
kaitannya dengan upaya meningkatkan angka harapan hidup, sudah menjadi urusan yang
menjadi kewenangan pemerintah Daerah (Pemda). Begitu juga pelayanan pendidikan
pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA yang berkaiatan dengan perbaikan angka meleh huruf
dan angka partisipasi kasar sekolah gabungan ataupun rata-rata lama sekolah sudah
menjadi urusan Pemda. Karena itu, perbaikan IPM ke depan pada komponen tersebut
sangat erat terkait dengan komitmen pemerintah Daerah untuk mengupayakan pelayanan
kesehatan dan pendidikan di tingkat SD, SLTP dan SLTA yang terjangkau dan bermutu;
tidak hanya dalam retorika, tetapi juga dalam bentuk riil berupa anggaran untuk
pelayanan publik di bidang kesehatan dan pendidikan serta fasilitasi partisipasi
masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan pelayanan tersebut.


       Keadaan di lapangan sangat bervariasi antara daerah satu dengan lainnya. Ada
daerah yang telah menunjukkan komitmen dan konsistensi yang tinggi, tetapi disisi lain
banyak pula daerah yang belum konsisten antara perencanaan kebijakan dengan
perencanaan operasional dan anggarannya.       Daerah yang sering menjadi contoh
konsistensi adalah Kabupaten Jembrana dan Tanah Datar.


       Di Kabupaten Jembrana dengan alokasi dana 34,27% dari APBDnya
pemerintah Kabupaten Jembrana mampu membebaskan biaya pendidikan untuk tingkat
SD sampai SMA di sekolah Negeri dan beasiswa untuk murid sekolah swasta yang
berprestasi. Disamping itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka kesejahteraan
dan kualitas guru juga diperhatikan melalui tambahan insentif untuk guru berupa
tambahan kelebihan jam mengajar dan gaji ke 14 serta bantuan biaya untuk melanjutkan
pendidikan formal. Di bidang pelayanan kesehatan, maka dikembangkan program
Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ). Pemerintah menanggung klaim biaya pengobatan
bagi pemegang kartu JKJ sebesar Rp 27500,- untuk sekali berobat.




                                                                                   84
Di Kabupaten Tanah Datar, perluasan akses pendidikan dilakukan melalui
pemberian subsidi dan beasiswa. Pada tahun 2004 setidaknya ada 9000 anak dari
keluarga tidak mampu dibebaskan dari membayar SPP. Keseluruhan pembiayan di
bidang pendidikan di Kabupaten Tanah Datar seluruhnya menyerap 54% dari APBD.
Perbaikan pelayanan pendidikan juga dilakukan dengan memperbaiaki rasio guru dan
murid, pengiriman guru bahasa Inggris untuk mengikuti diklat di Australia, dan
penyedian laboratorium komputer.

       Peningkatan daya beli masyarakat terkait dengan kegiatan ekonomi dan investasi.
Berdasarkan dialog antara KADIN dan Capres beberapa waktu yang lalu terungkap,
bahwa kendala kegiatan ekonomi dan investasi di Indonesia itu terutama menyangkut
persoalan Legal (terutama kepastian hukum), Labor (terutama produktivitas tenaga kerja
dan hubungan industrial), Local (berkaitan dengan biaya dan proses perijinan), dan
Infrasrtuctures (terutama keterbatasan prasarana dan pemeliharaannya). Lagi-lagi hal itu
juga berkaitan erat dengan komitmen pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya
dalam menarik investasi dan mendorong kegiatan ekonomi, terutama berkaitan dengan
proses dan biaya perijinan serta dalam mengembangkan dan memelihara infrastruktur di
daerah. Pemerintah Pusat, disamping harus mendorong Pemda untuk memperbaiki
prosedur perijinan dan memprioritaskan pengembangan pengelolaan infrastruktur, juga
harus mengupayakan adanya kepastian hukum dan kebijakan perburuhan yang lebih
seimbang dalam mengakomodasi kepentingan pengusaha dan pekerja agar iklim investasi
di Indonesia menjadi lebih menarik. Dengan begitu kegiatan ekonomi akan semakin
meningkat, sehingga pendapatan perkapita sebagai cerminan daya beli juga meningkat.


PENUTUP


       Akhirnya perlu disadari bahwa peningkatan IPM membutuhkan sinergi,
komitmen, dan disiplin kebijakan, program, kegiatan dan anggaran antara pemerintah
pusat dan daerah serta upaya peningkatan partisipasi dari masyarakat dan pihak swasta
dalam upaya membangun kualitas manusia Indonesia..




                                                                                      85
DAFTAR BACAAN


BPS, Bappenas dan UNDP (2004). Indonesia Human Development Report 2004, The
      Economics of Democracy: financing human development in Indonesia.
      Jakarta, BPS, Bappenas, UNDP

Colman, D dan F. Nixson (1986). Economics of Change in Less Developed Countries.
      Second Edition. Oxford, Philip Allan Publishers Limited.

Harun, A (2006). Kinerja dan Indikator Pembangunan Daerah. Download dari
      www.bangda.depdgri.go.id

Heru, B (2006). Struktur Spasial-Sektoral dan Ekonomi Indonesia. Kompas 9 Maret
      2006

Supriyoko, Ki (2003). Benarkah kualitas manusia Indonesia rendah? Download dari
       http://mail2.factsoft.de/pipermail/national/2003-July/ 018824.html

Todaro, M.P. (1986). Economic Development in the Third World. Third Edition.
      New York & London, Longman.

UNDP (2004). Human Development Report 2004: cultural liberti in today’s diverse
     world. New York, UNDP




                                                                             86

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukandaldukpapua
 
Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014PA Rianto
 
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangKeragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangDadang Solihin
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI imam shofwan
 
HDI dan Kemiskinan
HDI dan KemiskinanHDI dan Kemiskinan
HDI dan Kemiskinanelkana.catur
 
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi PapuaUpaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papuadaldukpapua
 
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...Randy Wrihatnolo
 
Bab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatifBab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatifBambang Deswantoro
 
Startegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara maju
Startegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara majuStartegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara maju
Startegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara majuadinsaputra1
 
Konsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan PembangunanKonsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan PembangunanRandy Wrihatnolo
 
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan Pembangunan : Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan  Pembangunan : Sebuah Perspektif GlobalIlmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan  Pembangunan : Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan Pembangunan : Sebuah Perspektif GlobalLintang Nugraheni
 
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif GlobalIlmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif GlobalDadang Solihin
 
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan RiauPencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan RiauFaharuddin Fahar
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Vinny Ariva
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiLucky Maharani Safitri
 
Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Dadang Solihin
 
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIAEKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIAArini Nurmala Sari
 
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 Dadang Solihin
 

Mais procurados (19)

Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan KependudukanPolicy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
Policy Brief Pembangunan Wawasan Kependudukan
 
Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014
Buku ii-bab-ii rpjmn tahun 2010-2014
 
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara BerkembangKeragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
Keragaman dan Kemiripan Struktur serta Karakteristik Negara-negara Berkembang
 
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN EKONOMI
 
HDI dan Kemiskinan
HDI dan KemiskinanHDI dan Kemiskinan
HDI dan Kemiskinan
 
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi PapuaUpaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
Upaya Peningkatan Angka IPM Provinsi Papua
 
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
Kontekstualisasi Pemikiran Pembangunan dalam Kebijakan Pembangunan Jangka Pan...
 
A
AA
A
 
Bab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatifBab II pembangunan ekonomi komparatif
Bab II pembangunan ekonomi komparatif
 
Startegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara maju
Startegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara majuStartegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara maju
Startegi Pembangunan Indonesia Untuk menjadi negara maju
 
Konsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan PembangunanKonsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
Konsep dan Aplikasi Perencanaan Pembangunan
 
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan Pembangunan : Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan  Pembangunan : Sebuah Perspektif GlobalIlmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan  Pembangunan : Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi, dan Pembangunan : Sebuah Perspektif Global
 
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif GlobalIlmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif Global
Ilmu Ekonomi, Institusi-institusi dan Pembangunan: Sebuah Perspektif Global
 
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan RiauPencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
Pencapaian Pendidikan di Kepuluan Riau
 
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
Pengaruh tingkat pengangguran dan tingkat UMP terhadap tingkat kemiskinan Pro...
 
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomiPertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
Pertumbuhan penduduk dan pembangunan ekonomi
 
Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410Sambutan musrenprov ntt 220410
Sambutan musrenprov ntt 220410
 
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIAEKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
EKONOMI PEMBANGUNAN TERHADAP PENGANGGURAN DI INDONESIA
 
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008 Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
Sambutan meneg ppn musrenbangprov sulawesi selatan 15 april 2008
 

Semelhante a Komitmen pembangunan manusia

RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptxRAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptxRamaDhoniWati
 
3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptxssusere8f3f1
 
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011ervinayulianti
 
PEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdf
PEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdfPEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdf
PEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdfIBNUYAHYASAPUTRA
 
Pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomiPembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomiinda noviani
 
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)mona munawaroh
 
Perekonomian Indonesia SAP 3
Perekonomian Indonesia SAP 3Perekonomian Indonesia SAP 3
Perekonomian Indonesia SAP 3ventilunaa
 
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptxNATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptxNatasyaRadicaPutri
 
IBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptx
IBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptxIBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptx
IBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptxIBNUYAHYASAPUTRA
 
Sekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress IndexSekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress IndexRusman R. Manik
 
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomiPembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomiIra Kusuma
 
Bonus Demografi (ironi negeri)
Bonus Demografi (ironi negeri)Bonus Demografi (ironi negeri)
Bonus Demografi (ironi negeri)Amir Rachman
 
TUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptx
TUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptxTUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptx
TUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptxMuhammadFawaz15
 
IKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).doc
IKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).docIKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).doc
IKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).docYanaSukmawan2
 

Semelhante a Komitmen pembangunan manusia (20)

RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptxRAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
RAMADHONIWATI.PEMBANGUNANMANUSIA.pptx
 
3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
3.BEBERAPA INDIKATOR EKONOMI PEMBANGUNAN.pptx
 
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
Indeks pembangunan manusia kabupaten paser 2011
 
PEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdf
PEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdfPEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdf
PEMBANGUNAN MANUSIA-IBNU YAHYA SAPUTRA.pdf
 
Pembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomiPembangunan ekonomi
Pembangunan ekonomi
 
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)Pi ( pertumbuhan ekonomi)
Pi ( pertumbuhan ekonomi)
 
Perekonomian Indonesia SAP 3
Perekonomian Indonesia SAP 3Perekonomian Indonesia SAP 3
Perekonomian Indonesia SAP 3
 
135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan
 
135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan135703705 02-indikator-pembangunan
135703705 02-indikator-pembangunan
 
NATASYA RADICA PUTRI DS.pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS.pptxNATASYA RADICA PUTRI DS.pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS.pptx
 
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptxNATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
NATASYA RADICA PUTRI DS (PEMBANGUNAN MANUSIA).pptx
 
IBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptx
IBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptxIBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptx
IBNU YAHYA SAPUTRA PEMBANGUNAN MANUSIA.pptx
 
Ipbk
IpbkIpbk
Ipbk
 
Sekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress IndexSekelumit tentang Social Progress Index
Sekelumit tentang Social Progress Index
 
FIX PP BARU.pptx
FIX PP BARU.pptxFIX PP BARU.pptx
FIX PP BARU.pptx
 
Kualitas dan kuantitas penduduk
Kualitas dan kuantitas pendudukKualitas dan kuantitas penduduk
Kualitas dan kuantitas penduduk
 
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomiPembangunan dan pertumbuhan ekonomi
Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
 
Bonus Demografi (ironi negeri)
Bonus Demografi (ironi negeri)Bonus Demografi (ironi negeri)
Bonus Demografi (ironi negeri)
 
TUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptx
TUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptxTUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptx
TUGAS EKONOMI ( PEMBANGUNAN EKONOMI).pptx
 
IKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).doc
IKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).docIKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).doc
IKU - LAMPIRAN IKU PEMPROV Cetak (hasil penyelarasan).doc
 

Mais de SLAMET SUGIHARTO

Mais de SLAMET SUGIHARTO (6)

Konsep spmedit
Konsep spmeditKonsep spmedit
Konsep spmedit
 
Manajemen pelayanan publikedit
Manajemen pelayanan publikeditManajemen pelayanan publikedit
Manajemen pelayanan publikedit
 
Pemimpim yang melayani
Pemimpim yang melayaniPemimpim yang melayani
Pemimpim yang melayani
 
Pembangunan dh dalam konteks pembangunan nasional
Pembangunan dh dalam konteks pembangunan nasionalPembangunan dh dalam konteks pembangunan nasional
Pembangunan dh dalam konteks pembangunan nasional
 
Kepemimpinan Jawa
Kepemimpinan JawaKepemimpinan Jawa
Kepemimpinan Jawa
 
kebijakan tata ruang
kebijakan tata ruangkebijakan tata ruang
kebijakan tata ruang
 

Komitmen pembangunan manusia

  • 1. KOMITMEN PEMBANGUNAN MANUSIA: Kebijakan dan Anggaran 1 Disusun oleh: Slamet Sugiharto Widyaiswara Utama A. PENGANTAR Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menyatakan bahwa pembangunan nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh segenap komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Dari pengertian tersebut bisa dipahami bahwa pembangunan itu menjadi tanggung jawab pemerintah (pusat dan daerah), swasta, dan masyarakat dan harus diarahkan pada terwujudnya tujuan bernegara yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut aktif menciptakan ketertiban dunia. Berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan umum, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 telah menetapkan sasaran-sasaran yang salah satu sasarannya adalah meningkatnya kualitas manusia secara menyeluruh yang tercermin dari membaiknya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Di sisi lain, Penjelasan Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 menegaskan bahwa pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Hal itu jelas menunjukkan adanya kewajiban dari pemerintah 1 Disampaikan pada Temu Ilmiah Ikatan Widyaiswara Indonesia (IWI) Propinsi DIY bekerjasama dengan Balai Diklat Keuangan III Yogyakarta pada tanggal 15 Agustus 2007. 73
  • 2. daerah untuk ikut mewujudkan kesejahteraan masyarakat yang salah satu ukurannya adalah perbaikan angka IPM. Memperhatikan hal di atas, maka pertanyaannya adalah bagaimana komitmen pemerintah terkait dengan upaya-upaya yang seharusnya dilakukan untuk mendukung perwujudan perbaikan nilai IPM tersebut. Tulisan ini mencoba membahas konsep mengenai IPM sebagai salah satu indikator pembangunan, kemudian menyajikan kondisi IPM Indonesia, dan diakhiri dengan membahas upaya peningkatan IPM dari aspek kebijakan perencanaan dan anggaran baik di tingkat Pusat maupun Daerah. Harapannya adalah dengan pemahaman yang lebih baik tentang konsep IPM sebagai salah satu dari indikator pembangunan dan kondisi IPM di Indonesia, maka seluruh komponen bangsa menjadi lebih fokus dalam mempertimbangkan kebijakan, program, dan anggaran dalam upayanya meningkatkan kesejahteraan rakyat yang salah satu ukurannya adalah IPM. KONSEP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) Semua orang sepakat bahwa untuk bisa mengetahui keberhasilan pembangunan diperlukan adanya tolok ukur atau indikator pembangunan. Indikator pembangunan adalah fakta, kualitas, atau situasi dari berbagai aspek pembangunan yang digunakan untuk menunjukkan (mengindikasikan) keberhasilan/kegagalan pembangunan. Dengan sendirinya perbedaan mengenai konsep dan definisi pembangunan menyebabkan adanya perbedaan dalam mengukur dan membandingkan tingkat pembangunan suatu masyarakat atau negara. Memperhatikan definisi pembangunan yang ada, maka pada dasarnya terdapat dua macam indikator pembangunan, yaitu indikator ekonomi dan indikator non- ekonomi atau campuran. Salah satu indikator campuran yang dikembangkan adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM). IPM dikembangkan dari konsep pembangunan manusia. Untuk pertama kalinya pada tahun 1990, Program Pembangunan PBB (United Nations Development Programme – UNDP) mempublikasikan Human Development Report (Laporan Pembangunan Manusia). Menurut laporan tersebut, Pembangunan Manusia (Human Development) adalah suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi masyarakat. Yang paling 74
  • 3. kritis diantara pilihan-pilihan tersebut adalah untuk menjalani hidup sehat dan panjang usia, untuk memperoleh pendidikan dan akses ke sumberdaya yang diperlukan bagi suatu standar kehidupan yang layak. Pilihan penting lainnya menyangkut kebebasan politik, hak asasi manusia, dan harga diri. Menurut UNDP, terdapat empat komponen utama dari konsep pembangunan manusia, yaitu: a. Produktivitas. Masyarakat harus mampu meningkatkan produktivitasnya dan berpartisipasi dalam proses menghasilkan upah dan pendapatan. Karena itu, pertumbuhan ekonomi merupakan bagian dari model pembangunan manusia. b. Pemerataan. Masyarakat harus punya akses ke peluang yang sama. Semua batasan bagi peluang politik dan ekonomi harus dihapuskan, sehingga setiap orang dapat berpartisipasi dalam meraih peluang politik dan ekonomi serta memperoleh manfaat dari peluang tersebut. c. Berkelanjutan. Akses ke peluang harus dipastikan tidak hanya untuk generasi sekarang, tapi juga bagi generasi yang akan datang. Semua bentuk modal: fisik, manusia, maupun lingkungan, harus selalu dipelihara dan dibarukan. d. Pemberdayan. Pembangunan harus dilakukan oleh masyarakat sendiri, bukan hanya untuk mereka. Masyarakat harus terlibat sepenuhnya dalan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Jika konsep pembangunan manusia tersebut hendak dioperasionalkan menjadi kebijakan, seperti halnya konsep pembangunan lainnya, maka pembangunan manusia harus mudah diukur dan dimonitor. Meskipun begitu, perlu disadari bahwa adalah tidak mungkin untuk menciptakan suatu ukuran yang komprehensif atau bahkan satu set indikator-indikator yang bisa secara tepat mengukur pembangunan manusia. Hal itu dikarenakan banyak dimensi dari pembangunan manusia yang sulit untuk dikuantifikasikan. Suatu ukuran komposit (campuran) yang sederhana bisa secara efektif menarik perhatian terkait isu pembangunan manusia. Tetapi harus disadari bahwa konsep pembanggunan manusia tetaplah jauh lebih kompleks, mendalam dan kaya dibandingkan dengan tolok ukur yang digunakan untuk mengukurnya (IPM). 75
  • 4. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah suatu indeks gabungan (composite index) yang mengukur rata-rata pencapaian suatu negara berkaitan dengan tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu berumur panjang dan sehat (long and healthy life) yang diukur dengan angka harapan hidup pada saat lahir; penguasaan pengetahuan (knowledge) yang diukur dengan angka melek huruf orang dewasa (adult litercy rate) dan angka kasar partisipasi sekolah gabungan (combined gross enrollment ratio) untuk tingkat SD, SLTP dan SLTA; serta tingkat kesejahteraan hidup yang memadai (decent standard of living) yang diukur dengan PDB per kapita dalam paritas daya beli (purchasing power parity – PPP) Dollar Amerika. Perlu ditekankan sekali lagi bahwa konsep pembangunan manusia itu jauh lebih luas dan kompleks dari pada suatu indeks tunggal gabungan seperti IPM, tetapi setidaknya IPM menawarkan alternatif yang lebih baik jika dibandingkan Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita sebagai ukuran kesejahteraan umat manusia, disamping itu, IPM juga menyediakan titik masuk (entry point) yang bermanfaat dalam memahami sapek-aspek lain dari pembangunan manusia. INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA INDONESIA Human Development Report (HDR) 2004 menyajikan IPM tahun 2002 untuk 177 negara anggota PBB secara lengkap. IPM tersebut dihitung berdasarkan data seri internasional yang tersedia pada saat HDR 2004 dipersiapkan. Karena lembaga internal penghasil data terkait secara terus menerus memperbaiki data serinya maka seringkali perubahan nilai dan rangking IPM suatu negara dari tahun ke tahun sesuai edisi HDR lebih mencerminkan revisi data daripada perubahan yang sesungguhnya dalam negara yang bersangkutan. Disamping itu, perubahan cakupan negara-negara yang disajikan juga mempengaruhi rangking suatu negara, bahkan ketika suatu metodologi yang baku diterapkan. Akibatnya, rangking suatu negara bisa turun drastis pada dua HDR yang berurutan, tetapi ketika data yang sudah direvisi dan bisa dibandingkan yang digunakan, maka bisa terjadi nilai dan rangking IPM negara tersebut sebenarnya mengalami 76
  • 5. kemajuan. Demikian juga negara-negara dengan nilai IPM yang relatif sama, perubahan rangking diantara mereka seringkali merefleksikan perbedaan yang kecil dalam indikator yang mendasarinya. Karena itu nilai dan rangking IPM yang dipublikasikan dalam edisi HDR yang berbeda biasanya tidak bisa secara langsung dibandingkan. Berdasarkan nilai IPMnya, 177 negara yang IPMnya disajikan dalam tabel IPM pada HDR 2004 dikelompokkan menjadi 3 golongan, yaitu negara-negara yang tergolong pembangunan manusianya tinggi (high human development- IPM ⊇ 0,800), menengah (medium human development- 0,500 ⊆ IPM⊂ O,800), dan rendah (low human development- IPM ⊂ 0,500 ). Norwegia adalah negara dengan nilai IPM tertinggi, yaitu 0,956 dan menduduki rangking pertama. Untuk kelompok medium human development, yang tertinggi adalah Bulgaria dengan nilai IPM 0,796 dan menduduki rangking 56. Pakistan adalah rangking tertinggi diantara negara-negara yang tergolong rendah pembangunan manusianya dengan nilai IPM 0,497 dan rangking 142. Tabel 1. IPM beberapa negara terpilih sesuai HDR 2004. Negara Angka Angka Angka PDB/kap Nilai Rang- Harapan Melek Partisipasi (PPPUS$) IPM king Hidup Huruf Sekolah (th) Dewasa Gabungan (%) (%) High Human Development Norwegia 78,9 99 98 36.600 0,956 1 USA 77,0 99 92 35.750 0,939 8 Jepang 81,5 99 84 26.940 0,938 9 Singapura 78,0 92,5 87 24.040 0,902 25 Brunei 76,2 93,9 73 19.210 0,867 33 Medium Human Development Bulgaria 70,9 98,6 76 7.130 0,796 56 Malaysia 73,0 88,7 70 9.120 0,793 59 Thailand 69,1 92,6 73 7.010 0,768 76 Phlippina 69,8 92,6 81 4.170 0,753 83 Indonesia 66,6 87,9 65 3.230 0,692 111 Vietnam 68,6 90,3 64 2.300 0,691 112 Kamboja 57,4 69,4 59 2.060 0,568 130 Myanmar 57,2 85,3 48 1.027 0,551 132 Laos 54,3 66,4 59 1.720 0,534 135 Low Human Development Pakistan 60,8 41,5 37 1.940 0,497 142 Sumber: diolah dari HDR 2004 77
  • 6. Bagaimana dengan Indonesia? Untuk HDR 2004, dengan nilai IPM 0,692, Indonesia termasuk dalam kelompok negara-negara dengan pembangunan manusianya termasuk kelompok menengah dan menduduki rangking 111; posisi itu hanya sedikit lebih baik dari Vietnam yang menduduki posisi 112 dengan nilai IPM 0,691. Bagaimana dengan negara ASEAN lainnya? Dua negara ASEAN, yaitu Brunei dan Singapura tergolong dalam negara dengan pembangunan manusia yang tinggi, berturut-turut memiliki nilai IPM 0,902 dan 0,867 dan menduduki rangking 25 dan 33. Negara ASEAN lainnya termasuk dalam kelompok menengah, 3 negara yaitu Malaysia, Thailand dan Philippina berada di atas Indonesia (berturut-turut rangking 59, 76 dan 83) dan 4 lainnya yaitu Vietnam, Kamboja, Myanmar dan Laos berada di bawah Indonesia (berturut-turut rangking 112, 130, 132, 135). Selengkapnya bisa dilihat pada Tabel 1. HDR 2004 juga menyajikan tren HDI menggunakan data dan pendekatan yang ‘comparable’. Berdasarkan hal itu, sebenarnya nilai HDI Indonesia mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Pada tahun 1975, nilai HDI Indonesia adalah 0,467 yang berarti ada dikelompok lower human development. Pada tahun 1990 angka itu menjadi 0,623 dan menjadi 0,692 pada tahun 2002 yang berarti berada di kelompok medium human development. Dari uraian diatas bisa disimpulkan bahwa sebenarnya HDI Indonesia secara relatif tidaklah terlalu jelek, masih tetap terlihat adanya trend peningkatan, meskipun kecepatannya berkurang. Hal itu tentunya berkaitan dengan krisis multi dimensi yang dihadapi Indonesia sejak akhir tahun 90an. Dalam konteks otonomi daerah, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan UNDP juga telah menyusun Indonesia Human Development Report (IHDR) 2004 yang memotret kondisi pembangunan manusia di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota di Indonesia. Metode yang dipergunakan mengikuti metode yang digunakan secara internasional dengan beberapa modifikasi. Modifikasi tersebut antara lain penggunaan 78
  • 7. rata-rata lama sekolah untuk menggantikan angka kasar partisipasi sekolah gabungan, dan pendekatan pengeluaran untuk mengukur PDRB perkapita. Tabel 2 berikut ini menyajikan data IPM dari 30 propinsi yang tercantum dalam IHDR 2004 , sementara Tabel 3 menyajikan 10 Kabupaten/Kota dengan IPM tertinggi dan 10 Kabupaten/Kota dengan IPM terendah. Tabel 2. IPM 30 propinsi di Indonesia sesuai IHDR 2004 Angka Angka Rata-rata Pengeluaran/ Nilai Rang- Harapan Melek lama kap IPM king PROPINSI Hidup Huruf Sekolah (ribu rupiah) (th) Dewasa (th) (%) 1. DKI Jakarta 72,3 98,2 10,4 616,9 0.756 1 2. Sulawesi Utara 70,9 98,8 8,6 587,9 0,713 2 3. DI Yogyakarta 72,4 85,9 8,1 611,3 0.708 3 4. Kalimantan Timur 69,4 95,2 8,5 591,6 0,700 4 5. Riau 68,1 96,5 8,3 588,3 0,691 5 6. Kalimantan Tengah 69,4 96,4 7,6 585,8 0,691 6 7. Sumatra Utara 67,3 96,1 8,4 589,2 0,688 7 8. Sumatra Barat 66,1 95,1 8,0 589,0 0,675 8 9. Bali 70,0 84,2 7,6 596,3 0,675 9 10. Jambi 66,9 94,7 7,4 585,6 0,671 10 11. Banten 62,4 93,8 7,9 608,7 0,666 11 12. Maluku 65,5 96,3 8,0 576,3 0,665 12 13. Jawa Tengah 68,9 85,7 6,5 594,2 0,663 13 14. Bengkulu 65,4 93,0 7,6 586,6 0,662 14 15. NAD 67,7 95,8 7,8 557,5 0,660 15 16. Sumatra Selatan 65,7 94,1 7,1 582,9 0,660 16 17. Jawa Barat 64,5 93,1 7,2 592,0 0,658 17 18. Lampung 66,1 93,0 6,9 583,3 0,658 18 19. Maluku Utara 63,0 95,8 8,4 583,4 0,658 19 20. Bangka Belitung 65,6 91,7 6,6 588,2 0,654 20 21. Sulawesi Selatan 68,6 83,5 6,8 586,7 0,653 21 22. Sulawesi Tengah 63,3 93,3 7,3 580,2 0,644 22 23. Kalimantan Selatan 61,3 93,3 7,0 596,2 0,643 23 24. Gorontalo 64,2 95,2 6,5 573,3 0,641 24 25. Jawa Timur 66,0 83,2 6,5 593,8 0,641 25 26. Sulawesi Tenggara 65,1 88,2 7,3 577,9 0,641 26 27. Kalimantan Barat 64,4 86,9 6,3 580,4 0,629 27 28. NTT 63,8 84,1 6,0 563,1 0,603 28 29. Papua 65,2 74,4 6,0 578,2 0,601 29 30. NTB 59,3 77,8 5,8 583,1 0,578 30 INDONESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658 Sumber: diolah dari IHDR 2004 79
  • 8. Tabel 3. IPM 20 Kabupaten/ Kota terpilih sesuai IHDR 2004 Angka Angka Rata-rata Pengeluaran/ Nilai Rang- Harapan Melek lama kap IPM king KABUPATEN/KOTA Hidup Huruf Sekolah (ribu rupiah) (th) Dewasa (th) (%) A. 10 TERATAS 1. Jakarta Timur 72,5 98,5 10,9 614,1 0.760 1 2. Jakarta Selatan 71,7 98,3 10,7 619,1 0,757 2 3. Yogyakarta 72,9 94,9 10,7 615,4 0.753 3 4. Jakarta Utara 72,2 98,2 9,8 616,7 0,751 4 5. Jakarta Barat 72,3 97,9 10,0 614,4 0,750 5 6. Denpasar 72,4 94,7 10,7 614,2 0,749 6 7. Jakarta Pusat 70,7 98,1 10,5 617,2 0,748 7 8. Manado 71,5 99,8 10,9 595,5 0,742 8 9. Palangkaraya 72,9 98,8 10,5 591,4 0,742 9 10. Pematang Siantar 70,9 98,7 10,3 606,9 0,741 10 B. 10 TERBAWAH 11. Sumenep 61,2 69,6 4,1 592,5 0,565 332 12. Situbondo 61,5 66,6 4,5 590,6 0,562 333 13. Lombok Timur 57,7 75,5 5,5 582,3 0,561 334 14. Lombok Barat 57,9 72,9 5,0 577,8 0,550 335 15. Bondowoso 59,0 65,3 4,7 583,3 0,541 336 16. Nabire 66,1 75,5 5,0 499,1 0,541 337 17. Lombok Tengah 57,5 68,1 4,8 583,3 0,539 338 18. Sumba Barat 62,4 71,6 5,3 526,0 0,534 339 19. Sampang 57,5 56,2 2,9 580,0 0,497 340 20. Jayawijaya 64,7 32,0 2,2 570,2 0,470 341 INDONESIA 66,2 89,5 7,1 591,2 0,658 Sumber: diolah dari IHDR 2004 Dari Tabel 2 dan Tabel 3 setidaknya bisa diambil kesimpulan: a. Kesenjangan pembangunan antara Jawa dan Luar Jawa dengan tolok ukur IPM tidak terlihat nyata. Hal itu terlihat: • Dari 5 propinsi dengan nilai IPM tertinggi terdapat 3 propinsi dari luar Jawa. Meskipun 5 terendah semuanya berasal dari luar Jawa, tetapi antara Propinsi Jawa Timur dan Sulawesi Tenggara yang menduduki urutan 25 dan 26 memiliki nilai IPM yang sama. 80
  • 9. Dari 10 kabupaten/kota dengan nilai IPM tertinggi terdapat 4 kabupaten/kota dari luar Jawa; sementara dari 10 kabupaten/kota dengan nilai IPM terendah terdapat 4 kabupaten/kota di Propinsi Jawa Timur. b. Semua nila IPM propinsi berada di tingkatan medium human development, sementara untuk IPM kabupaten/kota terdapat 2 kabupaten dengan IPM dibawah 0,500 (low human development) yaitu Kabupaten Sampang dengan IPM 0,497 dan Kabupaten Jayawijaya dengan IPM 0,470. c. Dari 6 propinsi di Jawa, Propinsi Jawa Timur menduduki posisi terendah (rangking 25), sementara DKI, DI Yogyakarta, Banten, Jawa Tengah, dan Jawa Barat berturut- turut menduduki posisi 1, 3, 11, 13, dan 17. UPAYA PENINGKATAN IPM Menurut Supriyoko (2003) dalam rangka peningkatan nilai IPM Indonesia diperlukan tiga hal yaitu visi, komitmen, dan disiplin. Visi diperlukan untuk memfokuskan program-program pembangunan dalam jangka panjang, sehingga siapapun yang memimpin bangsa bisa tetap fokus pada upaya mencapai visi. Komitmen diperlukan agar apa yang sudah disepakati dalam tataran ide bisa diimplementasikan dalam tataran operasional dan anggaran. Disiplin di berbagai bidang sangat diperlukan untuk meningkatkan akses dan mutu pendidikan dan kesehatan, serta meningkatkan produktivitas kerja yang diperlukan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional menyatakan bahwa visi pembangunan jangka panjang adalah: INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR. Sebagai ukuran tercapainya Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, pembangunan nasional dalam 20 tahun mendatang diarahkan pada pencapaian sasaran-sasaran pokok antara lain Terwujudnya daya saing bangsa untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera yang antara lain ditunjukkan oleh kualitas SDM yang makin meningkat, termasuk peran perempuan dalam pembangunan. Secara umum peningkatan kualitas SDM Indonesia ditandai dengan meningkatnya IPM dan Indeks Pembangunan Gender (IPG), serta tercapainya penduduk tumbuh seimbang. 81
  • 10. Selanjutnya dalam Agenda Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam RPJM 2004 – 2009 ditetapkan sasaran ke tiga, yaitu meningkatnya kualitas manusia yang secara menyeluruh tercermin dari membaiknya angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM) serta meningkatnya pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran agama. Untuk mencapai sasaran tersebut, disusun prioritas dan arah kebijakan antara lain: a. Peningkatan akses masyarakat terhadap pendidikan yang berkualitas b. Peningkatan akses masyarakat terhasap pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas c. Peningkatan perlindungan dan kesejahteraan sosial. Visi dan prioritas kebijakan pembangunan jangka panjang dan menengah tersebut setiap tahunnya harus dioperasinalkan dalam komitmen program, kegiatan dan anggaran tahunan, dengan perkataan yang lain harus tercermin dalam APBN. Menurut perhitungan dalan IHDR 2004, dibutuhkan sedikitnya anggaran sebesar Rp 103 triliyun atau 5,8% dari GDP setiap tahunnya untuk bisa memenuhi 4 hak dasar warganegara yaitu pangan, pendidikan, kesehatan dan perlindungan. Dari jumlah itu, yang baru bisa dipenuhi baru Rp 53,7 triliyun per tahun (52,13% dari yang dibutuhkan) yang berarti masih kekurangan Rp 49,3 triliyun setiap tahunnya, Tabel 4 menyajikan perbandingan relatif belanja pemerintah di sektor pendidikan dan kesehatan dari beberapa negara, serta tingkat pemerataan pendapatan yang diukur dengan Indeks Gini dikaitkan dengan ranking negara tersebut dalam hal pembangunan manusia sebagai mana diukur dengan IPM. Dari data tersebut terlihat bahwa secara relatif komitmen pemerintah Indonesia dalam meningkatkan IPM masih relatif tertinggal dari negara-negara lain yang memiliki ramngking IPM lebih tinggi maupun yang lebih rendah. Dari dua hal tersebut terlihat bahwa masih diperlukan usaha yang keras untuk mewujudkan konsistensi dan disiplin antara kebijakan jangka panjang dan menengah dengan kebijakan tahunan dan anggaran yang sifatnya lebih operasional untuk mewujudkan peningkatan IPM secara signifikan guna mengejar ketertinggalan dalam pembangunan manusia. 82
  • 11. Tabel 4. Perbandingan relatif komitmen anggaran pembangunan manusia dari beberapa negara ANGGARAN KESEHATAN ANGGARAN PENDIDIKAN NEGARA INDEKS RANGKING PEMERINTAH SWASTA % TOTAL %GDP GINI HDI (% GDP) (% GDP) ANGGARAN High Human Development NORWEGIA 8,6 1,7 7,7 14,6 25,8 1 USA 6,8 8,4 5,9 12,3 40,8 8 JEPANG 6,4 1,5 3,7 -- 24,9 7 SINGAPURA 1,6 2,9 3,1 18,2 42,5 25 BRUNEI 2,8 0,7 3,5 -- -- 34 MALAYSIA 2,2 1,6 8,0 28,0 49,2 61 Medium Human development LIBIYA 2,6 1,5 -- -- -- 64 THAILAND 2,0 1,3 4,2 40,O 42,0 74 PHILIPINA 1,4 1,8 3,2 17,2 46,1 84 INDONESIA 1,1 2,0 0,9 9,0 34,2 108 VIETNAM 1,5 3,9 1,8 9,7 37,0 109 KAMBOJA 2,1 8,8 2,0 -- 40,4 129 MYANMAR 0,5 2,3 -- -- -- 130 LAOS 1,2 2,0 2,3 11,0 34,6 133 Low Human Development TOGO 1,4 4,2 2,6 13,6 -- 147 Dalam konteks otonomi daerah, kebijakan di tingkat nasional harus tercermin di tingkat daerah. Hal itu sesuai dengan amanat uu no.25/2004 yang menyatakan bahwa daerah propinsi maupun kabupaten/kota harus menyusun Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJP Daerah) yang mengacu kepada RPJP Nasional serta Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah) yang harus disesuaikan dengan RPJM Nasional. Disamping itu, program, kegiatan, dan anggaran tahunan pemerintah 83
  • 12. daerah dan pemerintah pusat juga harus diserasikan dan dipadukan melalui proses Musyawarah Perencanaan Pembanguan (Musrenbang). Selanjutnya menurut uu no. 32/2004 bidang pelayanan kesehatan, yang erat kaitannya dengan upaya meningkatkan angka harapan hidup, sudah menjadi urusan yang menjadi kewenangan pemerintah Daerah (Pemda). Begitu juga pelayanan pendidikan pada tingkat SD, SLTP, dan SLTA yang berkaiatan dengan perbaikan angka meleh huruf dan angka partisipasi kasar sekolah gabungan ataupun rata-rata lama sekolah sudah menjadi urusan Pemda. Karena itu, perbaikan IPM ke depan pada komponen tersebut sangat erat terkait dengan komitmen pemerintah Daerah untuk mengupayakan pelayanan kesehatan dan pendidikan di tingkat SD, SLTP dan SLTA yang terjangkau dan bermutu; tidak hanya dalam retorika, tetapi juga dalam bentuk riil berupa anggaran untuk pelayanan publik di bidang kesehatan dan pendidikan serta fasilitasi partisipasi masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan pelayanan tersebut. Keadaan di lapangan sangat bervariasi antara daerah satu dengan lainnya. Ada daerah yang telah menunjukkan komitmen dan konsistensi yang tinggi, tetapi disisi lain banyak pula daerah yang belum konsisten antara perencanaan kebijakan dengan perencanaan operasional dan anggarannya. Daerah yang sering menjadi contoh konsistensi adalah Kabupaten Jembrana dan Tanah Datar. Di Kabupaten Jembrana dengan alokasi dana 34,27% dari APBDnya pemerintah Kabupaten Jembrana mampu membebaskan biaya pendidikan untuk tingkat SD sampai SMA di sekolah Negeri dan beasiswa untuk murid sekolah swasta yang berprestasi. Disamping itu, untuk meningkatkan kualitas pendidikan maka kesejahteraan dan kualitas guru juga diperhatikan melalui tambahan insentif untuk guru berupa tambahan kelebihan jam mengajar dan gaji ke 14 serta bantuan biaya untuk melanjutkan pendidikan formal. Di bidang pelayanan kesehatan, maka dikembangkan program Jaminan Kesehatan Jembrana (JKJ). Pemerintah menanggung klaim biaya pengobatan bagi pemegang kartu JKJ sebesar Rp 27500,- untuk sekali berobat. 84
  • 13. Di Kabupaten Tanah Datar, perluasan akses pendidikan dilakukan melalui pemberian subsidi dan beasiswa. Pada tahun 2004 setidaknya ada 9000 anak dari keluarga tidak mampu dibebaskan dari membayar SPP. Keseluruhan pembiayan di bidang pendidikan di Kabupaten Tanah Datar seluruhnya menyerap 54% dari APBD. Perbaikan pelayanan pendidikan juga dilakukan dengan memperbaiaki rasio guru dan murid, pengiriman guru bahasa Inggris untuk mengikuti diklat di Australia, dan penyedian laboratorium komputer. Peningkatan daya beli masyarakat terkait dengan kegiatan ekonomi dan investasi. Berdasarkan dialog antara KADIN dan Capres beberapa waktu yang lalu terungkap, bahwa kendala kegiatan ekonomi dan investasi di Indonesia itu terutama menyangkut persoalan Legal (terutama kepastian hukum), Labor (terutama produktivitas tenaga kerja dan hubungan industrial), Local (berkaitan dengan biaya dan proses perijinan), dan Infrasrtuctures (terutama keterbatasan prasarana dan pemeliharaannya). Lagi-lagi hal itu juga berkaitan erat dengan komitmen pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya dalam menarik investasi dan mendorong kegiatan ekonomi, terutama berkaitan dengan proses dan biaya perijinan serta dalam mengembangkan dan memelihara infrastruktur di daerah. Pemerintah Pusat, disamping harus mendorong Pemda untuk memperbaiki prosedur perijinan dan memprioritaskan pengembangan pengelolaan infrastruktur, juga harus mengupayakan adanya kepastian hukum dan kebijakan perburuhan yang lebih seimbang dalam mengakomodasi kepentingan pengusaha dan pekerja agar iklim investasi di Indonesia menjadi lebih menarik. Dengan begitu kegiatan ekonomi akan semakin meningkat, sehingga pendapatan perkapita sebagai cerminan daya beli juga meningkat. PENUTUP Akhirnya perlu disadari bahwa peningkatan IPM membutuhkan sinergi, komitmen, dan disiplin kebijakan, program, kegiatan dan anggaran antara pemerintah pusat dan daerah serta upaya peningkatan partisipasi dari masyarakat dan pihak swasta dalam upaya membangun kualitas manusia Indonesia.. 85
  • 14. DAFTAR BACAAN BPS, Bappenas dan UNDP (2004). Indonesia Human Development Report 2004, The Economics of Democracy: financing human development in Indonesia. Jakarta, BPS, Bappenas, UNDP Colman, D dan F. Nixson (1986). Economics of Change in Less Developed Countries. Second Edition. Oxford, Philip Allan Publishers Limited. Harun, A (2006). Kinerja dan Indikator Pembangunan Daerah. Download dari www.bangda.depdgri.go.id Heru, B (2006). Struktur Spasial-Sektoral dan Ekonomi Indonesia. Kompas 9 Maret 2006 Supriyoko, Ki (2003). Benarkah kualitas manusia Indonesia rendah? Download dari http://mail2.factsoft.de/pipermail/national/2003-July/ 018824.html Todaro, M.P. (1986). Economic Development in the Third World. Third Edition. New York & London, Longman. UNDP (2004). Human Development Report 2004: cultural liberti in today’s diverse world. New York, UNDP 86