SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 4
Baixar para ler offline
TAPAK-TAPAK
  KEBERDAYAAN KELUARGA MISKIN PEDESAAN (2)
                                      Oleh I.H.Subandi

                               Emil: pwsoloeks@yahoo.co.uk



Apakah benar bahwa masyarakat pedesaan itu pasti miskin? Jawababannya pasti iya jika di lihat
dari berbagai aspek indikator yang bisa di tunjukkan seperti miskin terhadap akses informasi,
akses bank, akses pekerjaan, akses pendidikan, akses pendapatan, akses kesehatan dan akses
pelayanana hak-hak dasar sebagaimana layaknya hidup sebagai warga Negara.

Pendeknya ada sekurang-kurangnya ada 4 K yaitu Keterbelakangan yang mesti dijawab dengan
pembangunan infrasttruktur pedesaan (seperti PNPM-PISEW); Kemiskinan yang harus dijawab
dengan       peningkatan ekonomi masyarakat; Kebodohan yang harus dijawab dengan
peningkatan pendidikan dan kesehatan;         Ketidakberdayaan, ketidaktrampilan maupun
pengangguran yang semakin nyata kesenjangannya. Namun apakah ini bisa diakui bahwa
apapun program untuk mengatasi itu semua jika pilihan untuk merubah nasibnya tidak ada
kemauan kuat dari masyaakat itu sendiri ? Untuk meningkatkan keberdayaan keluarga miskin
pedesaan bisa dideskripsikan sesuai apa yang terjadi di masyarakat atas perubahan
pembangunan yang sekarang berjalan.

Akses Prasarana dan Mengurangi Keterisolasian Daerah

Seringkali    kita terjebak pada pengarusutamaan infrastruktur fisik di pedesaan tanpa
mempertimbangkan faktor manusia yang terlibat dalam infrastruktur dimana infrastruktur itu
dibangun. Menghubungkan antar desa yang bisa meningkatkan ekonomi lokal. Ekonomi yang
menggerakkan pendapatan masyarakat setempat atas dasar peningkatan jenis usaha yang
sedang dikembangkan oleh masyarakat. Keterisolasian akibat akses jalan yang tertutup akan
menghambat perubahan distribusi kebutuhan dasar masyarakat menjadi penting untuk
melakukan pembukaan aksesnya. Jika ini dilakukan maka akibatnya biaya pemerataan
kebutuhan dasar juga meningkat.
Sebagai contoh, di lokasi PNPM PISEW mengedepankan infrastruktur yang bisa membuka akses
jalan antar wilayah. Ini berarti sesungguhnya kegiatan sejenis bisa memberikan kontribusi
besar bagi keberlanjutan program di setiap daerah di pedesaan.

Dalam pembangunan, upaya untuk meningkatkan keterisolasian prasarana pedesaan dilakukan
dengan memadukan diskusi antar kelompok diskusi sektor antar desa. Dengan cara itulah
kegiatan yang diputuskan bersama, misalnya membuka jalan antar desa maka akses bisa dibuka
utnuk kepentingan wilayah bukan kepentingan satu desa semata. Dampaknya,                tentu
kebutuhan strategis untuk mengatasi keterisolasian daerah akan mulai bisa terjawab melalui
perencanaan sterategis jika mengedepankan pendekatan kewilayahan dan forum untuk melihat
kesinergiannya dan kebutuhan bersama adalah di tingkat kecamatan.

Sesungguhnya ironis memang, jika pelaku program (Fasilitator proyek) seringkali memaksakan
kehendaknya atas kebijakan yang dimauinya. Sementara masyarakat desa itu lebih cerdas,
lebih paham akan masalah yang dihadapi dan dibutuhkannya dibandingkan pelaku proyek di
luar desanya. Akibatnya seringkali terjebak pada tuntutan administrative keproyekan yang
bertele-tele tanpa mempertimbangkan proses yang dihadapi dalam kehidupanwarga desanya.
Sudah selayaknya para pelaku sadar untuk mempercayai masyarakat miskin untuk belajar apa
yang dikehendaki untuk perbaikan hidup bukan apa yang harus dijawab atas kemauan
proyek.Tugas fasilitator proyek dalam forum-forum perumusan keterisolasian desa adalah
memastikan bahwa secara sosial dan teknis bisa berdampak bagi kemajuan peningkatan
pendapatan keluarga miskin lebih lanjut. Pertimbangan teknis dan sosial berdasarkan
kecerdasan ilmu dan teori itulah yang dibutuhkan masyarakat untuk menunjukkan proses
pembelajaran   bahwa    apa   yang   telah   diputuskan   itu    memang   benar   dan    bisa
dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh did aha barat kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan
dibangun jalan 4 km jalan desa akhirnya bisa efisiensi Rp.300 setiap kali akan membawa hasil
panennya ke pasar, karena jika sebelumnya harus ditempuh naik perahu yang biayanya dua kali
lipat dan membutuhkan waktu dua kali lipatnya jika ditempuh naik ojek. Di kabupaten Rejang
Lebong di desa Simpang Beliti juga dibangun jalan yang menghubungkan dua desa yang
memiliki efisiensi mencapai Rp 7000 tiasp kali akan ke pasar. Ini dikarenakan sebelum jalan
dibuka haru smelingkar melalui lima desa yang jauh dengan biaya mahal tiga kalinya. Petani
merasa terangkat dengan dibukanya akses jalan ini. Ini menjadi tolok ukur bila kita memilikim
komitmen peningkatan keluarga miskin maka kecerdasar perencanaan wilayah bagi masyarakat
sangat penting. Dan masih banyak contoh lain yang sesungguhnya memiliki dampak luas bagi
keluarga miskin pedesaan, walaupun tetap yang dibutuhkan adalah dampak langsung setiap
harinya untuk memperoleh pendapatan yang surplus dan terus menerus.

Derajat kesehatan masyarakat Meningkat?

Meningkatnya pendapatan masyarakat dan terpenuhinya berbagai akses prasarana pedesaan
yang telah terbangun berimplikasi pada tingkat pendapatan keluarga miskin. Tentu derajad
kesehatannya juga akan semakinmeningkat. Indikasi ini dengan semakin rendahnya permintaan
pembangiuanan infrastruktur kesehatan yang dibangun secasra berkelompok tetaapi muncul
kesadaran setiap pribadi keluarga miskin untuk mengkonsumsi air bersih dengan pompanisasi,
menu ketersediaan pangan melalui pelebaran pasar yang lebih dekat , maupun diversifikasi
tanaman yang ditanam akibat ketersediaan air sawah atau air di lahan tegalan melalui
pembangunan saluran sekunder maupun penampungan air seperti embung. Gambaran iini
sering terjadi di lingkungan masyarakat yang memiliki kemampuan inovasi dan kinerja kuat bagi
perbaikan hidupnya di pedesaan.

Lapangan kerja di desa Mulai Tercipta?

Seringkali pekerjaan infrastruktur yang dibangun berbasiskan kelompok kemasyarakatan desa
kurang memiliki andil besar bagi perubahan pola kerja msayarakat sekarang. Kebiasaan
masyarakat yang selalu mengedepankan konsep gotong royong mestinya menjadi basis
pekerjaan   dan model padat karya yang dikembangkan. Model kontrak dengan lembaga
keswadayaan masyarakat yang memiliki legalitas camat dan desa nampaknya kurang memiliki
basis yang mengakar kuat di tingkat dusun dimana LKD itu berada. Seringkali yang kita temukan
hanya dimiliki beberapa pengurus yang memiliki akses kekuasaan, keuangan, dan ketokohan
saja sehingga kurang memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas atas tahapan perolehan
legalitas tersebut. Hanya ketika masyarakat tahu bahwa dengan dibangunkan infrastruktur
mereka merasakan manfaatnya.
Ketidak sinkronan program dalam sosialisasi dan informasi seringkali berdampak tidak memiliki
keterbukaan dalam bekerja dan tidak merasa memiliki karena hanya orang tertentu saja yang
bekerja dan dipilih. Ini menjadi dilematis. Ketika seluruh warga dipekerjakan tentu sangat
mempengaruhi hari orang kerja, namun disisi lain harus dibuka akses seluruh warga bergotong
royong untuk bekerja bersama.

Model yang mestinya dikembangkan adalah tanpa membedakan gender; seluruh kepala
keluarga yang ada di dusun dan terkena program itu harus dilibatkan semuanya dan masuk
dalam daftar yang legal menjadi anggota pekerja dalam sebuah kontrrak. Jika tidak maka
terbukanya lapangan kerja bagi warga (walau sesaat selama ada proyek infrastruktur (maksimal
3 bulan) ) masih sulit disebut memberikan peluang kerja bagi keluarga miskin. Hal inilah yang
penulis banyak temukan bahwa secara konsep bagus, namun dalam tataran penerapannya jauh
dari harapan. Belum lagi ersoalan leader. Data menunjukkan sangat kecil dipedesaan keluarga
miskin menjadi pemegang keputusan atau menjadi leader dalam sebuah infrastruktur yang
dibangun di desanya. Paternalistik kuat.

Dominasi kedekatan kekuasaan, ketokohan, kepemilikan modal di dusun seringkali tetap
menjadi pemegang kendali. Ironis memang menjadi keluarga miskin, untuk memperoleh
penghasilan Rp.50.000,00 selama ada proyek pembangunan infrastruktur saja masih sulit.
Akankah ini berlanjut? Akankah kelompok kerja kecamatan yang diberi tugas bisa membagi
keterlibatan warga secara adil? Akankah pelaku LKD akan berbuat adil bagi keluarga miskin
yang berpenghasilan rendah dengan semua bisa merasakan nikmatnya duduk bareng
menikmati hasil karya bergotong royong dan memperoleh uang hasil kerjanya selama ada
proyek? Adilkah jika kelurga miskin apatis dibuat untuk menerima manfaat saja? Adilkah jika
harus ikut menanggung utang Negara juga? Inilah yang perlu dijawab pelaku pembangunan
daerah dalam implementasi di tingkat masyarakat paling kecil yaitu berbasiskan warga dusun
sesungguhnya. (Bersambung)

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]
Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]
Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]
Sutardjo ( Mang Ojo )
 

Mais procurados (19)

Peri Urban Tembung dan Medan
Peri Urban Tembung dan MedanPeri Urban Tembung dan Medan
Peri Urban Tembung dan Medan
 
Buku 1 Kewenangan dan regulasi desa
Buku 1 Kewenangan dan regulasi desaBuku 1 Kewenangan dan regulasi desa
Buku 1 Kewenangan dan regulasi desa
 
Seri 9 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Membangun jaringan dan kemitraan
Seri 9 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Membangun jaringan dan kemitraanSeri 9 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Membangun jaringan dan kemitraan
Seri 9 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Membangun jaringan dan kemitraan
 
Lmcp 1552 nur asyifa binti zakaria
Lmcp 1552  nur asyifa binti zakariaLmcp 1552  nur asyifa binti zakaria
Lmcp 1552 nur asyifa binti zakaria
 
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desaSeri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
Seri 8 Buku UU No 6 Tahun 2014 - Ketahanan masyarakat desa
 
13 sept, sambutan bupati wonosobo apel dinsos pmd
13 sept, sambutan bupati wonosobo apel dinsos pmd13 sept, sambutan bupati wonosobo apel dinsos pmd
13 sept, sambutan bupati wonosobo apel dinsos pmd
 
Sustainable Development
Sustainable DevelopmentSustainable Development
Sustainable Development
 
Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]
Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]
Marwan jafar (presentasi_menteri_di_pelatihan_si_de_ka)[1]
 
Tugasan Amalan Baik Kesejahteraan Sosial
Tugasan Amalan Baik Kesejahteraan SosialTugasan Amalan Baik Kesejahteraan Sosial
Tugasan Amalan Baik Kesejahteraan Sosial
 
Seri 10 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Regulasi baru desa baru
Seri 10 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Regulasi baru desa baruSeri 10 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Regulasi baru desa baru
Seri 10 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Regulasi baru desa baru
 
Petani berdesa
Petani berdesaPetani berdesa
Petani berdesa
 
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprdSambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
Sambutan bupati wonosobo acara rapat paripurna dprd
 
Makalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desaMakalah pembangunan masyarakat desa
Makalah pembangunan masyarakat desa
 
Kampanye Publik Kota Hijau
Kampanye Publik Kota HijauKampanye Publik Kota Hijau
Kampanye Publik Kota Hijau
 
393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan393928697 contoh-karangan
393928697 contoh-karangan
 
Buku 5 Desa mandiri desa membangun
Buku 5 Desa mandiri desa membangunBuku 5 Desa mandiri desa membangun
Buku 5 Desa mandiri desa membangun
 
Kebijakan pemda materi pelatihan kpmd
Kebijakan pemda materi pelatihan kpmdKebijakan pemda materi pelatihan kpmd
Kebijakan pemda materi pelatihan kpmd
 
Strategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurulStrategi pengembangan potensi desa nurul
Strategi pengembangan potensi desa nurul
 
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenasStrategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
Strategi peningkatan pelayanan dasar bagi masyarakat miskin dan rentan, bappenas
 

Destaque

Biofuels Climate Change 2008 C
Biofuels Climate Change 2008 CBiofuels Climate Change 2008 C
Biofuels Climate Change 2008 C
guest792f48e
 
Презентация компании md.consulting
Презентация компании md.consultingПрезентация компании md.consulting
Презентация компании md.consulting
Amurzaeva
 
Исследование рынка торговой недвижимости Москвы
Исследование рынка торговой недвижимости МосквыИсследование рынка торговой недвижимости Москвы
Исследование рынка торговой недвижимости Москвы
Amurzaeva
 
Пример анализа статистики корпоративного сайта
Пример анализа статистики корпоративного сайтаПример анализа статистики корпоративного сайта
Пример анализа статистики корпоративного сайта
Amurzaeva
 

Destaque (9)

Taller de dibuix electrònic
Taller de dibuix electrònicTaller de dibuix electrònic
Taller de dibuix electrònic
 
№1
№1№1
№1
 
Франчайзинг: советы перед внедрением
Франчайзинг: советы перед внедрениемФранчайзинг: советы перед внедрением
Франчайзинг: советы перед внедрением
 
Biofuels Climate Change 2008 C
Biofuels Climate Change 2008 CBiofuels Climate Change 2008 C
Biofuels Climate Change 2008 C
 
Trim and Tone - A Ringtone Maker Android App by Contus
Trim and Tone - A Ringtone Maker Android App by ContusTrim and Tone - A Ringtone Maker Android App by Contus
Trim and Tone - A Ringtone Maker Android App by Contus
 
Презентация компании md.consulting
Презентация компании md.consultingПрезентация компании md.consulting
Презентация компании md.consulting
 
Исследование рынка торговой недвижимости Москвы
Исследование рынка торговой недвижимости МосквыИсследование рынка торговой недвижимости Москвы
Исследование рынка торговой недвижимости Москвы
 
Пример анализа статистики корпоративного сайта
Пример анализа статистики корпоративного сайтаПример анализа статистики корпоративного сайта
Пример анализа статистики корпоративного сайта
 
Исследование портрета соискателя кадрового агентства
Исследование портрета соискателя кадрового агентстваИсследование портрета соискателя кадрового агентства
Исследование портрета соискателя кадрового агентства
 

Semelhante a Tapak2

Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Operator Warnet Vast Raha
 
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
syahrunNazil1
 

Semelhante a Tapak2 (20)

Teori Pembangunan
Teori PembangunanTeori Pembangunan
Teori Pembangunan
 
95532571 makalah
95532571 makalah95532571 makalah
95532571 makalah
 
Msp03sosped
Msp03sospedMsp03sosped
Msp03sosped
 
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desaSeri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
Seri 6 Buku Implementasi UU No 6 Tahun 2014 - Perencanaan pembangunan desa
 
Bulan februari 2015
Bulan februari 2015Bulan februari 2015
Bulan februari 2015
 
Rencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desaRencana pengembangan kawasan desa
Rencana pengembangan kawasan desa
 
Bab i grf
Bab i grfBab i grf
Bab i grf
 
Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014Buletin sukaratu ed.mei 2014
Buletin sukaratu ed.mei 2014
 
Buku Seri Rancang Bangun Bisnis BUM Desa
Buku Seri Rancang Bangun Bisnis BUM DesaBuku Seri Rancang Bangun Bisnis BUM Desa
Buku Seri Rancang Bangun Bisnis BUM Desa
 
Proposal sati 27 02 2019
Proposal sati 27 02 2019Proposal sati 27 02 2019
Proposal sati 27 02 2019
 
Laporan akhir individu
Laporan akhir individuLaporan akhir individu
Laporan akhir individu
 
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
Desa Mandiri, Desa Membangun (DPR RI)
 
Implementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakatImplementasi pemberdayaan masyarakat
Implementasi pemberdayaan masyarakat
 
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
Analisis pelaksanaan kewenangan pemerintahan desa dalam bidang kemasyarakatan...
 
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
2.1.1.buku.pintar.sistem.administrasi.informasi.desa (1)
 
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Peran Pelatihan dan Pendidikan untuk Pruka...
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Peran Pelatihan dan Pendidikan untuk Pruka...Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Peran Pelatihan dan Pendidikan untuk Pruka...
Materi Ngopi bersama PSM Eps. 29 - Peran Pelatihan dan Pendidikan untuk Pruka...
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 
545 881-1-sm
545 881-1-sm545 881-1-sm
545 881-1-sm
 

Tapak2

  • 1. TAPAK-TAPAK KEBERDAYAAN KELUARGA MISKIN PEDESAAN (2) Oleh I.H.Subandi Emil: pwsoloeks@yahoo.co.uk Apakah benar bahwa masyarakat pedesaan itu pasti miskin? Jawababannya pasti iya jika di lihat dari berbagai aspek indikator yang bisa di tunjukkan seperti miskin terhadap akses informasi, akses bank, akses pekerjaan, akses pendidikan, akses pendapatan, akses kesehatan dan akses pelayanana hak-hak dasar sebagaimana layaknya hidup sebagai warga Negara. Pendeknya ada sekurang-kurangnya ada 4 K yaitu Keterbelakangan yang mesti dijawab dengan pembangunan infrasttruktur pedesaan (seperti PNPM-PISEW); Kemiskinan yang harus dijawab dengan peningkatan ekonomi masyarakat; Kebodohan yang harus dijawab dengan peningkatan pendidikan dan kesehatan; Ketidakberdayaan, ketidaktrampilan maupun pengangguran yang semakin nyata kesenjangannya. Namun apakah ini bisa diakui bahwa apapun program untuk mengatasi itu semua jika pilihan untuk merubah nasibnya tidak ada kemauan kuat dari masyaakat itu sendiri ? Untuk meningkatkan keberdayaan keluarga miskin pedesaan bisa dideskripsikan sesuai apa yang terjadi di masyarakat atas perubahan pembangunan yang sekarang berjalan. Akses Prasarana dan Mengurangi Keterisolasian Daerah Seringkali kita terjebak pada pengarusutamaan infrastruktur fisik di pedesaan tanpa mempertimbangkan faktor manusia yang terlibat dalam infrastruktur dimana infrastruktur itu dibangun. Menghubungkan antar desa yang bisa meningkatkan ekonomi lokal. Ekonomi yang menggerakkan pendapatan masyarakat setempat atas dasar peningkatan jenis usaha yang sedang dikembangkan oleh masyarakat. Keterisolasian akibat akses jalan yang tertutup akan menghambat perubahan distribusi kebutuhan dasar masyarakat menjadi penting untuk melakukan pembukaan aksesnya. Jika ini dilakukan maka akibatnya biaya pemerataan kebutuhan dasar juga meningkat.
  • 2. Sebagai contoh, di lokasi PNPM PISEW mengedepankan infrastruktur yang bisa membuka akses jalan antar wilayah. Ini berarti sesungguhnya kegiatan sejenis bisa memberikan kontribusi besar bagi keberlanjutan program di setiap daerah di pedesaan. Dalam pembangunan, upaya untuk meningkatkan keterisolasian prasarana pedesaan dilakukan dengan memadukan diskusi antar kelompok diskusi sektor antar desa. Dengan cara itulah kegiatan yang diputuskan bersama, misalnya membuka jalan antar desa maka akses bisa dibuka utnuk kepentingan wilayah bukan kepentingan satu desa semata. Dampaknya, tentu kebutuhan strategis untuk mengatasi keterisolasian daerah akan mulai bisa terjawab melalui perencanaan sterategis jika mengedepankan pendekatan kewilayahan dan forum untuk melihat kesinergiannya dan kebutuhan bersama adalah di tingkat kecamatan. Sesungguhnya ironis memang, jika pelaku program (Fasilitator proyek) seringkali memaksakan kehendaknya atas kebijakan yang dimauinya. Sementara masyarakat desa itu lebih cerdas, lebih paham akan masalah yang dihadapi dan dibutuhkannya dibandingkan pelaku proyek di luar desanya. Akibatnya seringkali terjebak pada tuntutan administrative keproyekan yang bertele-tele tanpa mempertimbangkan proses yang dihadapi dalam kehidupanwarga desanya. Sudah selayaknya para pelaku sadar untuk mempercayai masyarakat miskin untuk belajar apa yang dikehendaki untuk perbaikan hidup bukan apa yang harus dijawab atas kemauan proyek.Tugas fasilitator proyek dalam forum-forum perumusan keterisolasian desa adalah memastikan bahwa secara sosial dan teknis bisa berdampak bagi kemajuan peningkatan pendapatan keluarga miskin lebih lanjut. Pertimbangan teknis dan sosial berdasarkan kecerdasan ilmu dan teori itulah yang dibutuhkan masyarakat untuk menunjukkan proses pembelajaran bahwa apa yang telah diputuskan itu memang benar dan bisa dipertanggungjawabkan. Sebagai contoh did aha barat kabupaten Hulu Sungai Selatan, dengan dibangun jalan 4 km jalan desa akhirnya bisa efisiensi Rp.300 setiap kali akan membawa hasil panennya ke pasar, karena jika sebelumnya harus ditempuh naik perahu yang biayanya dua kali lipat dan membutuhkan waktu dua kali lipatnya jika ditempuh naik ojek. Di kabupaten Rejang Lebong di desa Simpang Beliti juga dibangun jalan yang menghubungkan dua desa yang memiliki efisiensi mencapai Rp 7000 tiasp kali akan ke pasar. Ini dikarenakan sebelum jalan
  • 3. dibuka haru smelingkar melalui lima desa yang jauh dengan biaya mahal tiga kalinya. Petani merasa terangkat dengan dibukanya akses jalan ini. Ini menjadi tolok ukur bila kita memilikim komitmen peningkatan keluarga miskin maka kecerdasar perencanaan wilayah bagi masyarakat sangat penting. Dan masih banyak contoh lain yang sesungguhnya memiliki dampak luas bagi keluarga miskin pedesaan, walaupun tetap yang dibutuhkan adalah dampak langsung setiap harinya untuk memperoleh pendapatan yang surplus dan terus menerus. Derajat kesehatan masyarakat Meningkat? Meningkatnya pendapatan masyarakat dan terpenuhinya berbagai akses prasarana pedesaan yang telah terbangun berimplikasi pada tingkat pendapatan keluarga miskin. Tentu derajad kesehatannya juga akan semakinmeningkat. Indikasi ini dengan semakin rendahnya permintaan pembangiuanan infrastruktur kesehatan yang dibangun secasra berkelompok tetaapi muncul kesadaran setiap pribadi keluarga miskin untuk mengkonsumsi air bersih dengan pompanisasi, menu ketersediaan pangan melalui pelebaran pasar yang lebih dekat , maupun diversifikasi tanaman yang ditanam akibat ketersediaan air sawah atau air di lahan tegalan melalui pembangunan saluran sekunder maupun penampungan air seperti embung. Gambaran iini sering terjadi di lingkungan masyarakat yang memiliki kemampuan inovasi dan kinerja kuat bagi perbaikan hidupnya di pedesaan. Lapangan kerja di desa Mulai Tercipta? Seringkali pekerjaan infrastruktur yang dibangun berbasiskan kelompok kemasyarakatan desa kurang memiliki andil besar bagi perubahan pola kerja msayarakat sekarang. Kebiasaan masyarakat yang selalu mengedepankan konsep gotong royong mestinya menjadi basis pekerjaan dan model padat karya yang dikembangkan. Model kontrak dengan lembaga keswadayaan masyarakat yang memiliki legalitas camat dan desa nampaknya kurang memiliki basis yang mengakar kuat di tingkat dusun dimana LKD itu berada. Seringkali yang kita temukan hanya dimiliki beberapa pengurus yang memiliki akses kekuasaan, keuangan, dan ketokohan saja sehingga kurang memberikan sosialisasi kepada masyarakat luas atas tahapan perolehan legalitas tersebut. Hanya ketika masyarakat tahu bahwa dengan dibangunkan infrastruktur mereka merasakan manfaatnya.
  • 4. Ketidak sinkronan program dalam sosialisasi dan informasi seringkali berdampak tidak memiliki keterbukaan dalam bekerja dan tidak merasa memiliki karena hanya orang tertentu saja yang bekerja dan dipilih. Ini menjadi dilematis. Ketika seluruh warga dipekerjakan tentu sangat mempengaruhi hari orang kerja, namun disisi lain harus dibuka akses seluruh warga bergotong royong untuk bekerja bersama. Model yang mestinya dikembangkan adalah tanpa membedakan gender; seluruh kepala keluarga yang ada di dusun dan terkena program itu harus dilibatkan semuanya dan masuk dalam daftar yang legal menjadi anggota pekerja dalam sebuah kontrrak. Jika tidak maka terbukanya lapangan kerja bagi warga (walau sesaat selama ada proyek infrastruktur (maksimal 3 bulan) ) masih sulit disebut memberikan peluang kerja bagi keluarga miskin. Hal inilah yang penulis banyak temukan bahwa secara konsep bagus, namun dalam tataran penerapannya jauh dari harapan. Belum lagi ersoalan leader. Data menunjukkan sangat kecil dipedesaan keluarga miskin menjadi pemegang keputusan atau menjadi leader dalam sebuah infrastruktur yang dibangun di desanya. Paternalistik kuat. Dominasi kedekatan kekuasaan, ketokohan, kepemilikan modal di dusun seringkali tetap menjadi pemegang kendali. Ironis memang menjadi keluarga miskin, untuk memperoleh penghasilan Rp.50.000,00 selama ada proyek pembangunan infrastruktur saja masih sulit. Akankah ini berlanjut? Akankah kelompok kerja kecamatan yang diberi tugas bisa membagi keterlibatan warga secara adil? Akankah pelaku LKD akan berbuat adil bagi keluarga miskin yang berpenghasilan rendah dengan semua bisa merasakan nikmatnya duduk bareng menikmati hasil karya bergotong royong dan memperoleh uang hasil kerjanya selama ada proyek? Adilkah jika kelurga miskin apatis dibuat untuk menerima manfaat saja? Adilkah jika harus ikut menanggung utang Negara juga? Inilah yang perlu dijawab pelaku pembangunan daerah dalam implementasi di tingkat masyarakat paling kecil yaitu berbasiskan warga dusun sesungguhnya. (Bersambung)