SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika adala ilmu pengetahuan eksperimental. Dalam melakukan eksperimen
kita memerlukan pengukuran-pengukuran. Biasanya untuk menggambarkan hasil
pengukuran digunakan angka-angka. Setiap angka yang digunakan untuk
menggambarkan Fisika secara kuantitatif disebut besaran. Untuk mengukur
kecepatan,

percepatan,

gaya,

dan

momentum

dapat

digunakan

dengan

pengoperasian vektor yang akan dibahas pada makalah ini.
Lalu dapat juga menggunakan gaya dan massa untuk menganalisis prinsipprinsip dinamika, yaitu prinsip-prinsip yang mengaitkan antara gerak dan gaya yang
menyebabkannya. Prinsip-prinsip ini dibungkus dalam suatu paket yang rapi yang
terdiri dari tiga pernyataan yang disebut dengan hukum Newton.
Lalu dapat pula menggunakan konsep gerak harmonik untuk mencari persamaan
yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju titik seimbang dan besarnya
sebanding dengan simpangannya.
B. Rumusan Masalah
Sering terjadinya kesalahan dalam pegukuran.
Ketidaktepatan dalam pengaplikasian vektor.
Pemahaman tersendiri mengenai hukum II Newton.
Pemahaman terhadap besaran yang berkaitan dengan gerak harmonik
sederhana.

1
C. Tujuan Pembahasan
Dapat menentukan ketidakpastian dalam pengukuran.
Dapat menentukan besar dan arah resultan dari vektor.
Dapat menyelesaikan sol-soal yang berkaitan dengan hukum Newton.
Dapat mendeskripsikan karakter gerak pada benda pegas.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengukuran Dasar
1. Pengukuran
Fisika maupun disiplin ilmu lain pengukuran kuantitas merupakan dasar
utama. Dalam pengukuran ini akan dicari korelasi atau interprestasi dan sering pula
diadakan perbandingan prediksi teoritis. Hal-hal yang meliputi pengukuran kuantitas
ini adalah sistem satuan Internasional atau disingkat dengan sitem SI ( System
International Unit ) atau satuan metric.
Dalam melakukan pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh
karena itu, kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi
penilaian wajar dari hasil pengukuran. Jelas hasil pengukuran yang kita lakukan tidak
dapat diharapkan tepat sama dengan hasil teori, namun ada pada suatu jangkauan
nilai:
X – Δx < x < x + Δx
dengan x merupakan nilai terbaik sebagai nilai yang benar, Δx merupakan
kesalahan hasil pengukuran, yang disebabkan keterbatasan alat, ketidakcermatan,
perbedaan waktu pengukuran, dan lain sebagainya. Dengan menyertakan kesalahan
atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang kita anggap benar, kita dapat
mempertanggungjawabkan hasil pengukuran.

3
2. Kesalahan pengukuran
Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat ukur. Hasil
pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian. Kesalahan pengukuran dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan sitematis dan kesalahan acak.
Kesalahan sistematis akan menghasilkan setiap bacaan yang diambil menjadi salah
dalam satu arah. Kesalahan sitematik adalah kesalahan yang sebab-sebabnya dapat
diidentifikasi dan secara prisip dapat dieliminasi. Nilai yang terukur secara konsisten
terlalu tinggi atau terlalu rendah.
Sumber kesalahan sistematis antara lain:
a. Kesalahan alat: akibat kalibrasi yang kurang baik.
b. Kesalahan pengamatan: akibat kesalahan paralaks ( kesalahan sudut
pandang terhadap suatu titik ukur ).
c.

Kesalahan lingkungan.

d. Keasalahan

teoritis:

akibat

penyederhanaan

sistem

model

atau

aproksimasi dalam persamaan yang menggambarknnya.
Kesalahan acak menghasilkan hamburan data di sekitar nilai rata-rata. Data
mempunyai kesempatan yang sama menjadi positif atau negatif. Sumber kesalahan
acak sering dapat dikuantisasi melalui analisis statistik, sehingga efek kesalahan acak
terhadap besaran atau hukum fisika dapat ditentukan. Kesalahan acak dihasilkan dari
ketidakmampuan pengamat untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Ada
metode statistik baku yang digunakan untuk mengatasi kesalahan acak. Hal ini dapat
memberikan simpangan baku untuk serangkaaian bacaan, tetapi ketika jumlah
bacaan tidak terlalu besar adalah bermanfaat untuk mempunyai metode untuk

4
mendapatkan nilai pendekatan dari kesalahan tanpa melakukan analisis statistik
formal, yaitu perbedaan mutlak antara nilai individual dan nilai rata-rata.
3. Akurasi, Presisi, dan Sensitivitas
Kata akurasi (ketepatan) dan presisi (ketelitian) sering dugunakan untuk
maksud yang sama. Bagaimanapun, memungkinkan untuk mempunyai hasil
pengukuran dengan presisi tinggi yang tidak akurat. Hal ini akan terjadi jika ada
kesalahan sistematik. Demikian juga, memungkinkan untuk mempunyai hasil
pengukuran yang akurat, tetapi tidak presisi. Hal ini akan terjadi jika ada kesalahan
acak. Sensitivitas (kepekaan) adalah kemampuan memberikan tanggapan terhadap
perubahan nilai pengukuran yang terjadi. Untuk menjamin sensitivitas alat ukur kita
harus selalu menggunakannya sesuai dengan ordenya.
4. Pengukuran Panjang
Pengukuran besaran panjang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai
alat ukur, misalnya mistar ukur, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.
Mistar Ukur
Untuk mengukur panjang suatu benda biasanya kita menggunakan mistar
atau alat sejenis. Pada umumnya mistar pengukur panjang adalah berskala
sentimeter dan milimeter. Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm, yang menyatakan
tingkat ketelitian alat. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan
mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah
pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika
pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai

5
hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran
semacam ini di sebut kesalahan paralaks.
Contoh pembacaan skala pada mistar:
6 cm + 2mm = 6,2 cm
= 62 mm
Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang suatu benda yang
ukurannya cukup kecil, dan jari-jari dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung.
Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan
sepasang untuk pengukur dalam. Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan
ada rahang yang di geser-geser. Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi
skala dalam cm dan mm sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala
yang panjangnya 9 mm sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama
dengan 0,9 mm. jadi, skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala
utama. Angka 0,1 mm menyatakan ketelitian jangka sorong.
Skala utama menunjukkan angka 6,6 cm dan skala nonius yang berimpit
dengan skala utama adalah 5 skala (0,5 mm = 0,005 cm ). Jadi, hasil pengukuran
panjang = 6,6 cm + 0,05 = 6,65 cm1
Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara lain: poros
tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa pemutar. Biasanya alat
ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, diameter bola, dan diameter
1

http://nchien.blogspot.com/2011/11/makalah-fisika-dasar-i.html

6
kawat ang sangat kecil. Skala utama mempunyai skala mm dan 0,5 mm. Skala nonius
mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala
nonius sama dengan 0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian
mikrometer sekrup.
Vektor
Dalam fisika dan teknik, acapkali bilangan tunggal dan satuannya tidak
memadai untuk memberikan deskripsi yang lengkap terhadap besaran fisika.
Misalnya, jika Anda berjalan 3 km ke timur, posisi anda jauh berbeda dengan jika
Anda berjalan 3 km ke barat. Perubahan posisi suatu benda disebut perpindahan.
Perpindahan adalah contoh dari besaran vektor, yang secara singkat disebut vektor.
Vektor adalah besaran yang memiliki baik besar maupun arah untuk suatu deskripsi
yang lengkap. Berbagai besaran dalam fisika termasuk kecepatan, perceptan, gaya,
dan momentum adalah vektor.
Pada diagram, setiap vektor dinyatakan dengan tanda panah. Tanda panah
tersebut selalu digambarkan sedemikian rupa sehingga menunjuk ke arah yang
merupakan arah vektor tersebut. Panjang tanda panah digambarkan sebanding
dengan besar vektor.
Sebagai contoh, pada gambar di bawah dilukiskan suatu vektor gaya (F) yang
besarnya 40 N (N = Newton, satuan gaya) dan berarah 30o utara dari timur atau 30o
terhadap sumbu x positif. Besar vektor F = 40 N dilukiskan dengan panjang anak
panah 4 cm. Ini berarti skala yang dipilih adalah 1 cm = 10 N atau 4 cm = 40 N.2

2

http://nchien.blogspot.com/2011/11/makalah-fisika-dasar-i.html

7
B. Hukum II Newton
Apa yang terjadi jika gaya total yang bekerja pada benda tidak sama dengan
nol ? Newton mengatakan bahwa jika pada sebuah benda diberikan gaya total atau
dengan kata lain, terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda
yang diam akan bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak bertambah
kelajuannya. Apabila arah gaya total berlawanan dengan arah gerak benda, maka
gaya tersebut akan mengurangi laju gerak benda. Apabila arah gaya total berbeda
dengan arah gerak benda maka arah kecepatan benda tersebut berubah dan
mungkin besarnya juga berubah. Karena perubahan kecepatan merupakan
percepatan maka kita dapat menyimpulkan bahwa gaya total yang bekerja pada
benda menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan. Arah percepatan
tersebut sama dengan arah gaya total. Jika besar gaya total tetap atau tidak berubah,
maka besar percepatan yang dialami benda juga tetap alias tidak berubah.
Bayangkanlah Anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya
menyengat. Usahakan sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika gerobak
bergerak, kita dapat mengatakan bahwa terdapat gaya total yang bekerja pada
gerobak itu. Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan gaya tetap selama 30 detik.
Ketika Anda mendorong gerobak tersebut dengan gaya tetap selama 30 menit,
tampak bahwa gerobak yang tadinya diam, sekarang bergerak dengan laju tertentu,
anggap saja 4 km/jam. Sekarang, doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali
lebih besar (gerobaknya didiamin dulu). Jika anda mendorong gerobak sampah
dengan gaya dua kali lipat, maka gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam
dua kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Percepatan gerak gerobak dua kali

8
lebih besar. Apabila Anda mendorong gerobak dengan gaya lima kali lebih besar,
maka percepatan gerobak juga bertambah lima kali lipat. Demikian seterusnya. Kita
bisa menyimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan gaya total yang
bekerja pada benda.
Seandainya percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan
pertama, kita menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan percobaan
kedua kita menggunakan gerobak yang terbuat dari besi dan lebih berat. Jika Anda
mendorong gerobak besi dengan gaya dua kali lipat, apakah gerobak tersebut
bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan gerobak
sebelumnya yang terbuat dari kayu ? Tentu saja tidak karena percepatan juga
bergantung pada massa benda. Anda dapat membuktikannya sendiri dengan
melakukan percobaan di atas. Jika Anda mendorong gerobak sampah yang terbuat
dari sampah dengan gaya yang sama ketika Anda mendorong gerobak yang terbuat
dari kayu, maka akan terlihat bahwa percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila
gaya total yang bekerja pada benda tersebut sama, maka makin besar massa benda,
makin kecil percepatannya, sebaliknya makin kecil massa benda makin besar
percepatannya.
Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris manis
di sekolah, yakni Hukum II Newton tentang Gerak :
Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami
percepatan, di mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja
padanya. Vektor gaya total sama dengan massa benda dikalikan dengan percepatan
benda.

9
Secara matematis , Hukum II Newton dinyatakan sebagai berikut:
ΣF = ma
a adalah percepatan, m adalah massa, dan ΣF adalah gaya total. Jika
persamaan di atas ditulis dalam bentuk a = F/m, tampak bahwa percepatan sebuah
benda berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya dan arahnya
sejajar dengan gaya tersebut.
Tampak juga bahwa percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.
Hukum II Newton menyatakan hubungan anatara gerak benda dengan
penyebabanya, yaitu gaya. Perhatikan bahawa hukum II Newton mencakupi hukum I
Newton, yaitu apabila ΣF = 0, maka percepatan alias a = 0.
Jadi apabila tidak ada gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada benda
maka benda akan diam apabila benda tersebut sedang diam; atau benda tersebut
bergerak dengan kecepatan tetap, jika benda sedang bergerak. Ini merupakan bunyi
Hukum I Newton.
Setiap gaya F merupakan vektor yang memiliki besar dan arah. Persamaan
hukum II Newton di atas dapat ditulis dalam bentuk komponen pada koordinat xyz
alias koordinat tiga dimensi, antara lain :
ΣFx = max, ΣFy = may, ΣFz = maz
Kumpulan persamaan komponen di atas sama dengan hokum II Newton ΣF =
ma. Jika sebuah benda bergerak sepanjang garis lurus alias satu dimensa, maka kita
hanya menuliskannya dengan ΣF = ma. Apabila benda bergerak dalam dua dimensi
(koordinat xy), maka kita dapat menguraikan vector gaya dengan persamaan ΣFx =
max dan ΣFy = may. jumlah komponen kedua gaya tersebut sama dengan ΣF = ma.

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam pengukuran, hasil yang didapatkan dari pengukuran belum dapat di
katakan tepat karena dalam pengukuran selalu terjadi derajat ketidakpastian.
Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah. Penulisan lambang
vektor dapat ditulis dengan F. Dalam pengoperasian vektor dapat dilakukan
dengan penjumlahan dan perkalian vektor.
Hukum II Newton berbunyi “Percepatan suatu benda yang disebabkan oleh
suatu gaya sebanding dan searah dengan gaya itu dan berbading terbalik
dengan massa benda yang di kenai oleh gaya tersebut, yang secara
matematis dapat dirumuskan ΣF = ma”.
Gerak harmonik sederhana adalah gerak periodik yang memiliki persamaan
gerak sebagai fungsi waktu berbentuk sinusoidal. Gerak harmonik sederhana
didefinisikan sebagai gerak harmonik yang dipengaruhi oleh gaya yang
arahnya selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan
simpangannya, yang secara umum persamaan yang menyatakan bahwa
periode dan frekuensi gerak harmonik sederhana pada sistem pegas yaitu: T
= 2π √m/k dan F = 1/2π√k/m.

11
B. Daftar Pustaka
Gabriel, J.F.1988.Fisika Kedokteran.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supiyanto.2004.Fisika SMA untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.
Supiyanto.2006.Fisika Untuk SMA Kelas XI.Jakarta:PHiβETA.

12

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPotpotya Fitri
 
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianUnit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianRezky Amaliah
 
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)Mukti Ali
 
Besaran dan Satuan Dalam Fisika
Besaran dan Satuan Dalam FisikaBesaran dan Satuan Dalam Fisika
Besaran dan Satuan Dalam FisikaBillie Rizky
 
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newtonWicah
 
Makalah fisika besaran dan satuan
Makalah fisika besaran dan satuanMakalah fisika besaran dan satuan
Makalah fisika besaran dan satuanAhwal Dejiro
 
Bab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuranBab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuranGunaryo Nugroho
 
Penuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarPenuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarHelvyEffendi
 
Pengukuran Panjang
Pengukuran PanjangPengukuran Panjang
Pengukuran PanjangItsna MS
 
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSIFisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSIMOSES HADUN
 
Besarandanvektorfix 160203085235
Besarandanvektorfix 160203085235Besarandanvektorfix 160203085235
Besarandanvektorfix 160203085235rozi arrozi
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanDavid Kurniawan
 
Kelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuranKelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuranPanggih Pamungkas
 
Buku FISIKA Kelas X- bab 1
Buku FISIKA Kelas X- bab 1Buku FISIKA Kelas X- bab 1
Buku FISIKA Kelas X- bab 1Arif Wicaksono
 
Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan PengukuranBesaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan Pengukuranfitroh hanifiyah
 

Mais procurados (20)

Besaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika smaBesaran dan vektor fisika sma
Besaran dan vektor fisika sma
 
Bab1 klsx
Bab1 klsxBab1 klsx
Bab1 klsx
 
Pengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokokPengukuran besaran dan satuan pokok
Pengukuran besaran dan satuan pokok
 
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastianUnit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
Unit 1 dasar pengukuran dan ketidakpastian
 
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)
Penuntun Praktikum Fisika Dasar Umum (Prodi Pendidikan Biologi)
 
Besaran dan Satuan Dalam Fisika
Besaran dan Satuan Dalam FisikaBesaran dan Satuan Dalam Fisika
Besaran dan Satuan Dalam Fisika
 
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
1.besaran vektor , sistim satuan ,dan hukum newton
 
Makalah fisika besaran dan satuan
Makalah fisika besaran dan satuanMakalah fisika besaran dan satuan
Makalah fisika besaran dan satuan
 
Bab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuranBab 1 besaran dan pengukuran
Bab 1 besaran dan pengukuran
 
Penuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasarPenuntun praktikum fisika dasar
Penuntun praktikum fisika dasar
 
Fisika XI SMA/MAN
Fisika XI SMA/MANFisika XI SMA/MAN
Fisika XI SMA/MAN
 
Pengukuran Panjang
Pengukuran PanjangPengukuran Panjang
Pengukuran Panjang
 
Modul 1-pengukuran
Modul 1-pengukuranModul 1-pengukuran
Modul 1-pengukuran
 
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSIFisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
Fisika teknik- PENGUKURAN, SATUAN, DAN DIMENSI
 
Besarandanvektorfix 160203085235
Besarandanvektorfix 160203085235Besarandanvektorfix 160203085235
Besarandanvektorfix 160203085235
 
Fisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan SatuanFisika : Besaran dan Satuan
Fisika : Besaran dan Satuan
 
Besaran Satuan dan Pengukuran
Besaran Satuan dan PengukuranBesaran Satuan dan Pengukuran
Besaran Satuan dan Pengukuran
 
Kelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuranKelas vii besaran satuan dan pengukuran
Kelas vii besaran satuan dan pengukuran
 
Buku FISIKA Kelas X- bab 1
Buku FISIKA Kelas X- bab 1Buku FISIKA Kelas X- bab 1
Buku FISIKA Kelas X- bab 1
 
Besaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan PengukuranBesaran, Satuan, dan Pengukuran
Besaran, Satuan, dan Pengukuran
 

Destaque

Filsafat dalam ilmu pendidikan
Filsafat dalam ilmu pendidikanFilsafat dalam ilmu pendidikan
Filsafat dalam ilmu pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...
Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...
Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...Tjoetnyak Izzatie
 
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarMetode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarTjoetnyak Izzatie
 
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) PenyakitSemoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) PenyakitTjoetnyak Izzatie
 
Semoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protista
Semoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protistaSemoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protista
Semoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protistaTjoetnyak Izzatie
 
Kerajaan melayu dan sriwijaya
Kerajaan melayu dan sriwijayaKerajaan melayu dan sriwijaya
Kerajaan melayu dan sriwijayaTjoetnyak Izzatie
 

Destaque (10)

Filsafat dalam ilmu pendidikan
Filsafat dalam ilmu pendidikanFilsafat dalam ilmu pendidikan
Filsafat dalam ilmu pendidikan
 
Platymelminthes
PlatymelminthesPlatymelminthes
Platymelminthes
 
Sampah di indonesia
Sampah di indonesiaSampah di indonesia
Sampah di indonesia
 
Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...
Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...
Penggunaan lingkungan sekolah sebagai media untuk meningkatkan keterampilan p...
 
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh BesarMetode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
Metode Pembelajaran Fiqh pada MI di Kecamatan Montasik Kabupaten Aceh Besar
 
Indsutri kelapa sawit
Indsutri kelapa sawitIndsutri kelapa sawit
Indsutri kelapa sawit
 
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) PenyakitSemoga Bermamfaat :) Penyakit
Semoga Bermamfaat :) Penyakit
 
Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya Kerajaan Sriwijaya
Kerajaan Sriwijaya
 
Semoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protista
Semoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protistaSemoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protista
Semoga Bermamfaat :) Kelompok monera dan protista
 
Kerajaan melayu dan sriwijaya
Kerajaan melayu dan sriwijayaKerajaan melayu dan sriwijaya
Kerajaan melayu dan sriwijaya
 

Semelhante a VEKTOR GERAK HARMONIK

UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfAgathaHaselvin
 
Pengukuran, besaran dan satuan
Pengukuran, besaran dan satuanPengukuran, besaran dan satuan
Pengukuran, besaran dan satuanbilly ferdian
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxkurniafebrianti3
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur VJ Asenk
 
bab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptx
bab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptxbab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptx
bab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptxBUDIKURNIAWAN353944
 
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatLaporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatNurul Hanifah
 
Fisika dasar 1
Fisika dasar 1Fisika dasar 1
Fisika dasar 1kidamhady
 
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuranDaeng Makassar
 
Pengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingPengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingLhiya XiaoLing
 
besaran-dan-satuan.ppt
besaran-dan-satuan.pptbesaran-dan-satuan.ppt
besaran-dan-satuan.pptWidiya26
 
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik 14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik IPA 2014
 

Semelhante a VEKTOR GERAK HARMONIK (20)

UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdfUNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
UNIT_1_DASAR_PENGUKURAN_DAN_KETIDAKPASTIAN.pdf
 
Pengukuran
PengukuranPengukuran
Pengukuran
 
Pengukuran, besaran dan satuan
Pengukuran, besaran dan satuanPengukuran, besaran dan satuan
Pengukuran, besaran dan satuan
 
Rpp fis 1.1
Rpp fis 1.1Rpp fis 1.1
Rpp fis 1.1
 
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptxPPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
PPT BESARAN dan PENGUKURAN.pptx
 
Alat ukur
Alat ukur Alat ukur
Alat ukur
 
bab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptx
bab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptxbab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptx
bab-1-objek-ipa-dan-pengamatan.pptx
 
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padatLaporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
Laporan praktikum fisika dasar pengukuran dasar benda padat
 
besaran-dan-satuan.ppt
besaran-dan-satuan.pptbesaran-dan-satuan.ppt
besaran-dan-satuan.ppt
 
Fisika dasar 1
Fisika dasar 1Fisika dasar 1
Fisika dasar 1
 
Gambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggarisGambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggaris
 
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
32494199 1-alat-alat-ukur-dan-pengukuran
 
Gambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggarisGambar alat ukur penggaris
Gambar alat ukur penggaris
 
Pengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka pentingPengukuran dan angka penting
Pengukuran dan angka penting
 
besaran-dan-satuan.ppt
besaran-dan-satuan.pptbesaran-dan-satuan.ppt
besaran-dan-satuan.ppt
 
Dalam ilmu fisika
Dalam ilmu fisikaDalam ilmu fisika
Dalam ilmu fisika
 
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik 14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
14708251017_dwi astuti dian kurniasari_Pengukuran mekanik
 
Besaran dan satuan
Besaran dan satuanBesaran dan satuan
Besaran dan satuan
 
Bab ii adi
Bab ii adiBab ii adi
Bab ii adi
 
Pengukuran besaran pokok
Pengukuran besaran pokokPengukuran besaran pokok
Pengukuran besaran pokok
 

Mais de Tjoetnyak Izzatie

strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitaTjoetnyak Izzatie
 
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...Tjoetnyak Izzatie
 
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
	Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...	Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...Tjoetnyak Izzatie
 
Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...
Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...
Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...Tjoetnyak Izzatie
 
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh TimurMetodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh TimurTjoetnyak Izzatie
 
Pandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikanPandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Presentasi arti filsafat dan makna pendidikan
Presentasi arti filsafat dan makna pendidikanPresentasi arti filsafat dan makna pendidikan
Presentasi arti filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanTjoetnyak Izzatie
 
Daftar isi makna filsafat dan pendidikan
Daftar isi makna filsafat dan pendidikanDaftar isi makna filsafat dan pendidikan
Daftar isi makna filsafat dan pendidikanTjoetnyak Izzatie
 

Mais de Tjoetnyak Izzatie (20)

makalah jaringan komputer
makalah jaringan komputermakalah jaringan komputer
makalah jaringan komputer
 
makalah basis data
makalah basis datamakalah basis data
makalah basis data
 
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahitastrategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
strategi pembelajaran individual pada anak tuna grahita
 
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
Penggunaan Media Gambar Seri untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam ...
 
Daftar isi dan pengantar
Daftar isi dan pengantarDaftar isi dan pengantar
Daftar isi dan pengantar
 
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
	Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...	Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
Upaya Peningkatan Hasil Belajar Akidah Akhlak pada Materi Membiasakan Akhlak...
 
Aplikasi gaya lorenz
Aplikasi gaya lorenzAplikasi gaya lorenz
Aplikasi gaya lorenz
 
Kerajaan pajang
Kerajaan pajangKerajaan pajang
Kerajaan pajang
 
Kerajaan pajang
Kerajaan pajangKerajaan pajang
Kerajaan pajang
 
Korasi besi (percobaan)
Korasi besi (percobaan)Korasi besi (percobaan)
Korasi besi (percobaan)
 
Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...
Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...
Peningkatan Prestasi Siswa pada Materi Pesawat Sederhana dengan Menggunakan M...
 
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh TimurMetodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
Metodologi Pembelajaran Fiqih Kelas V Siswa MIN Snb. Teungoh Aceh Timur
 
Rangka tubuh manusia
Rangka tubuh manusiaRangka tubuh manusia
Rangka tubuh manusia
 
Minyak bumi
Minyak bumiMinyak bumi
Minyak bumi
 
Makalah Demokrasi
Makalah DemokrasiMakalah Demokrasi
Makalah Demokrasi
 
Pandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikanPandangan esensialisme dalam pendidikan
Pandangan esensialisme dalam pendidikan
 
Filsafat dalam pendidikan
Filsafat dalam pendidikanFilsafat dalam pendidikan
Filsafat dalam pendidikan
 
Presentasi arti filsafat dan makna pendidikan
Presentasi arti filsafat dan makna pendidikanPresentasi arti filsafat dan makna pendidikan
Presentasi arti filsafat dan makna pendidikan
 
Makalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikanMakalah filsafat dan makna pendidikan
Makalah filsafat dan makna pendidikan
 
Daftar isi makna filsafat dan pendidikan
Daftar isi makna filsafat dan pendidikanDaftar isi makna filsafat dan pendidikan
Daftar isi makna filsafat dan pendidikan
 

VEKTOR GERAK HARMONIK

  • 1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika adala ilmu pengetahuan eksperimental. Dalam melakukan eksperimen kita memerlukan pengukuran-pengukuran. Biasanya untuk menggambarkan hasil pengukuran digunakan angka-angka. Setiap angka yang digunakan untuk menggambarkan Fisika secara kuantitatif disebut besaran. Untuk mengukur kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum dapat digunakan dengan pengoperasian vektor yang akan dibahas pada makalah ini. Lalu dapat juga menggunakan gaya dan massa untuk menganalisis prinsipprinsip dinamika, yaitu prinsip-prinsip yang mengaitkan antara gerak dan gaya yang menyebabkannya. Prinsip-prinsip ini dibungkus dalam suatu paket yang rapi yang terdiri dari tiga pernyataan yang disebut dengan hukum Newton. Lalu dapat pula menggunakan konsep gerak harmonik untuk mencari persamaan yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya. B. Rumusan Masalah Sering terjadinya kesalahan dalam pegukuran. Ketidaktepatan dalam pengaplikasian vektor. Pemahaman tersendiri mengenai hukum II Newton. Pemahaman terhadap besaran yang berkaitan dengan gerak harmonik sederhana. 1
  • 2. C. Tujuan Pembahasan Dapat menentukan ketidakpastian dalam pengukuran. Dapat menentukan besar dan arah resultan dari vektor. Dapat menyelesaikan sol-soal yang berkaitan dengan hukum Newton. Dapat mendeskripsikan karakter gerak pada benda pegas. 2
  • 3. BAB II PEMBAHASAN A. Pengukuran Dasar 1. Pengukuran Fisika maupun disiplin ilmu lain pengukuran kuantitas merupakan dasar utama. Dalam pengukuran ini akan dicari korelasi atau interprestasi dan sering pula diadakan perbandingan prediksi teoritis. Hal-hal yang meliputi pengukuran kuantitas ini adalah sistem satuan Internasional atau disingkat dengan sitem SI ( System International Unit ) atau satuan metric. Dalam melakukan pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh karena itu, kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi penilaian wajar dari hasil pengukuran. Jelas hasil pengukuran yang kita lakukan tidak dapat diharapkan tepat sama dengan hasil teori, namun ada pada suatu jangkauan nilai: X – Δx < x < x + Δx dengan x merupakan nilai terbaik sebagai nilai yang benar, Δx merupakan kesalahan hasil pengukuran, yang disebabkan keterbatasan alat, ketidakcermatan, perbedaan waktu pengukuran, dan lain sebagainya. Dengan menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang kita anggap benar, kita dapat mempertanggungjawabkan hasil pengukuran. 3
  • 4. 2. Kesalahan pengukuran Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat ukur. Hasil pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian. Kesalahan pengukuran dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan sitematis dan kesalahan acak. Kesalahan sistematis akan menghasilkan setiap bacaan yang diambil menjadi salah dalam satu arah. Kesalahan sitematik adalah kesalahan yang sebab-sebabnya dapat diidentifikasi dan secara prisip dapat dieliminasi. Nilai yang terukur secara konsisten terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sumber kesalahan sistematis antara lain: a. Kesalahan alat: akibat kalibrasi yang kurang baik. b. Kesalahan pengamatan: akibat kesalahan paralaks ( kesalahan sudut pandang terhadap suatu titik ukur ). c. Kesalahan lingkungan. d. Keasalahan teoritis: akibat penyederhanaan sistem model atau aproksimasi dalam persamaan yang menggambarknnya. Kesalahan acak menghasilkan hamburan data di sekitar nilai rata-rata. Data mempunyai kesempatan yang sama menjadi positif atau negatif. Sumber kesalahan acak sering dapat dikuantisasi melalui analisis statistik, sehingga efek kesalahan acak terhadap besaran atau hukum fisika dapat ditentukan. Kesalahan acak dihasilkan dari ketidakmampuan pengamat untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Ada metode statistik baku yang digunakan untuk mengatasi kesalahan acak. Hal ini dapat memberikan simpangan baku untuk serangkaaian bacaan, tetapi ketika jumlah bacaan tidak terlalu besar adalah bermanfaat untuk mempunyai metode untuk 4
  • 5. mendapatkan nilai pendekatan dari kesalahan tanpa melakukan analisis statistik formal, yaitu perbedaan mutlak antara nilai individual dan nilai rata-rata. 3. Akurasi, Presisi, dan Sensitivitas Kata akurasi (ketepatan) dan presisi (ketelitian) sering dugunakan untuk maksud yang sama. Bagaimanapun, memungkinkan untuk mempunyai hasil pengukuran dengan presisi tinggi yang tidak akurat. Hal ini akan terjadi jika ada kesalahan sistematik. Demikian juga, memungkinkan untuk mempunyai hasil pengukuran yang akurat, tetapi tidak presisi. Hal ini akan terjadi jika ada kesalahan acak. Sensitivitas (kepekaan) adalah kemampuan memberikan tanggapan terhadap perubahan nilai pengukuran yang terjadi. Untuk menjamin sensitivitas alat ukur kita harus selalu menggunakannya sesuai dengan ordenya. 4. Pengukuran Panjang Pengukuran besaran panjang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat ukur, misalnya mistar ukur, jangka sorong, dan mikrometer sekrup. Mistar Ukur Untuk mengukur panjang suatu benda biasanya kita menggunakan mistar atau alat sejenis. Pada umumnya mistar pengukur panjang adalah berskala sentimeter dan milimeter. Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm, yang menyatakan tingkat ketelitian alat. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai 5
  • 6. hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut kesalahan paralaks. Contoh pembacaan skala pada mistar: 6 cm + 2mm = 6,2 cm = 62 mm Jangka Sorong Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang suatu benda yang ukurannya cukup kecil, dan jari-jari dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung. Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan sepasang untuk pengukur dalam. Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan ada rahang yang di geser-geser. Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi skala dalam cm dan mm sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama dengan 0,9 mm. jadi, skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala utama. Angka 0,1 mm menyatakan ketelitian jangka sorong. Skala utama menunjukkan angka 6,6 cm dan skala nonius yang berimpit dengan skala utama adalah 5 skala (0,5 mm = 0,005 cm ). Jadi, hasil pengukuran panjang = 6,6 cm + 0,05 = 6,65 cm1 Mikrometer Sekrup Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara lain: poros tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa pemutar. Biasanya alat ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, diameter bola, dan diameter 1 http://nchien.blogspot.com/2011/11/makalah-fisika-dasar-i.html 6
  • 7. kawat ang sangat kecil. Skala utama mempunyai skala mm dan 0,5 mm. Skala nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala nonius sama dengan 0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian mikrometer sekrup. Vektor Dalam fisika dan teknik, acapkali bilangan tunggal dan satuannya tidak memadai untuk memberikan deskripsi yang lengkap terhadap besaran fisika. Misalnya, jika Anda berjalan 3 km ke timur, posisi anda jauh berbeda dengan jika Anda berjalan 3 km ke barat. Perubahan posisi suatu benda disebut perpindahan. Perpindahan adalah contoh dari besaran vektor, yang secara singkat disebut vektor. Vektor adalah besaran yang memiliki baik besar maupun arah untuk suatu deskripsi yang lengkap. Berbagai besaran dalam fisika termasuk kecepatan, perceptan, gaya, dan momentum adalah vektor. Pada diagram, setiap vektor dinyatakan dengan tanda panah. Tanda panah tersebut selalu digambarkan sedemikian rupa sehingga menunjuk ke arah yang merupakan arah vektor tersebut. Panjang tanda panah digambarkan sebanding dengan besar vektor. Sebagai contoh, pada gambar di bawah dilukiskan suatu vektor gaya (F) yang besarnya 40 N (N = Newton, satuan gaya) dan berarah 30o utara dari timur atau 30o terhadap sumbu x positif. Besar vektor F = 40 N dilukiskan dengan panjang anak panah 4 cm. Ini berarti skala yang dipilih adalah 1 cm = 10 N atau 4 cm = 40 N.2 2 http://nchien.blogspot.com/2011/11/makalah-fisika-dasar-i.html 7
  • 8. B. Hukum II Newton Apa yang terjadi jika gaya total yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol ? Newton mengatakan bahwa jika pada sebuah benda diberikan gaya total atau dengan kata lain, terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda yang diam akan bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak bertambah kelajuannya. Apabila arah gaya total berlawanan dengan arah gerak benda, maka gaya tersebut akan mengurangi laju gerak benda. Apabila arah gaya total berbeda dengan arah gerak benda maka arah kecepatan benda tersebut berubah dan mungkin besarnya juga berubah. Karena perubahan kecepatan merupakan percepatan maka kita dapat menyimpulkan bahwa gaya total yang bekerja pada benda menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama dengan arah gaya total. Jika besar gaya total tetap atau tidak berubah, maka besar percepatan yang dialami benda juga tetap alias tidak berubah. Bayangkanlah Anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya menyengat. Usahakan sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika gerobak bergerak, kita dapat mengatakan bahwa terdapat gaya total yang bekerja pada gerobak itu. Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan gaya tetap selama 30 detik. Ketika Anda mendorong gerobak tersebut dengan gaya tetap selama 30 menit, tampak bahwa gerobak yang tadinya diam, sekarang bergerak dengan laju tertentu, anggap saja 4 km/jam. Sekarang, doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali lebih besar (gerobaknya didiamin dulu). Jika anda mendorong gerobak sampah dengan gaya dua kali lipat, maka gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Percepatan gerak gerobak dua kali 8
  • 9. lebih besar. Apabila Anda mendorong gerobak dengan gaya lima kali lebih besar, maka percepatan gerobak juga bertambah lima kali lipat. Demikian seterusnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja pada benda. Seandainya percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan pertama, kita menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan percobaan kedua kita menggunakan gerobak yang terbuat dari besi dan lebih berat. Jika Anda mendorong gerobak besi dengan gaya dua kali lipat, apakah gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan gerobak sebelumnya yang terbuat dari kayu ? Tentu saja tidak karena percepatan juga bergantung pada massa benda. Anda dapat membuktikannya sendiri dengan melakukan percobaan di atas. Jika Anda mendorong gerobak sampah yang terbuat dari sampah dengan gaya yang sama ketika Anda mendorong gerobak yang terbuat dari kayu, maka akan terlihat bahwa percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila gaya total yang bekerja pada benda tersebut sama, maka makin besar massa benda, makin kecil percepatannya, sebaliknya makin kecil massa benda makin besar percepatannya. Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris manis di sekolah, yakni Hukum II Newton tentang Gerak : Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan, di mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Vektor gaya total sama dengan massa benda dikalikan dengan percepatan benda. 9
  • 10. Secara matematis , Hukum II Newton dinyatakan sebagai berikut: ΣF = ma a adalah percepatan, m adalah massa, dan ΣF adalah gaya total. Jika persamaan di atas ditulis dalam bentuk a = F/m, tampak bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya dan arahnya sejajar dengan gaya tersebut. Tampak juga bahwa percepatan berbanding terbalik dengan massa benda. Hukum II Newton menyatakan hubungan anatara gerak benda dengan penyebabanya, yaitu gaya. Perhatikan bahawa hukum II Newton mencakupi hukum I Newton, yaitu apabila ΣF = 0, maka percepatan alias a = 0. Jadi apabila tidak ada gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada benda maka benda akan diam apabila benda tersebut sedang diam; atau benda tersebut bergerak dengan kecepatan tetap, jika benda sedang bergerak. Ini merupakan bunyi Hukum I Newton. Setiap gaya F merupakan vektor yang memiliki besar dan arah. Persamaan hukum II Newton di atas dapat ditulis dalam bentuk komponen pada koordinat xyz alias koordinat tiga dimensi, antara lain : ΣFx = max, ΣFy = may, ΣFz = maz Kumpulan persamaan komponen di atas sama dengan hokum II Newton ΣF = ma. Jika sebuah benda bergerak sepanjang garis lurus alias satu dimensa, maka kita hanya menuliskannya dengan ΣF = ma. Apabila benda bergerak dalam dua dimensi (koordinat xy), maka kita dapat menguraikan vector gaya dengan persamaan ΣFx = max dan ΣFy = may. jumlah komponen kedua gaya tersebut sama dengan ΣF = ma. 10
  • 11. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pengukuran, hasil yang didapatkan dari pengukuran belum dapat di katakan tepat karena dalam pengukuran selalu terjadi derajat ketidakpastian. Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah. Penulisan lambang vektor dapat ditulis dengan F. Dalam pengoperasian vektor dapat dilakukan dengan penjumlahan dan perkalian vektor. Hukum II Newton berbunyi “Percepatan suatu benda yang disebabkan oleh suatu gaya sebanding dan searah dengan gaya itu dan berbading terbalik dengan massa benda yang di kenai oleh gaya tersebut, yang secara matematis dapat dirumuskan ΣF = ma”. Gerak harmonik sederhana adalah gerak periodik yang memiliki persamaan gerak sebagai fungsi waktu berbentuk sinusoidal. Gerak harmonik sederhana didefinisikan sebagai gerak harmonik yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya, yang secara umum persamaan yang menyatakan bahwa periode dan frekuensi gerak harmonik sederhana pada sistem pegas yaitu: T = 2π √m/k dan F = 1/2π√k/m. 11
  • 12. B. Daftar Pustaka Gabriel, J.F.1988.Fisika Kedokteran.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC. Supiyanto.2004.Fisika SMA untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga. Supiyanto.2006.Fisika Untuk SMA Kelas XI.Jakarta:PHiβETA. 12