1. Tugas Terbaik Makalah Manajemen Organisasi PBI-3 Sem II :Pengambilan
Keputusan
Pengambilan Keputusan
MAKALAH
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah
Manajemen Organisasi
D
I
S
U
S
U
N
Oleh :
Kelompok 1
An-nisa
Eko Susanto
Ratna Sari Lubis
Wanda Lestari
Dosen Pembimbing:
Fitri Hayati,S.E.MA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
2. SUMATERA UTARA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah Swt. Yang telah memberikan kesempatan
dalam menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam marilah kita kirimkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita kearah yang terang benderang yang disinari
iman dan Islam.
Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Fitri Hayati,S.E.MA yang merupakan dosen
pada mata kuliah Manajemen Organisasi yang telah memberikan bimbingan dan arahan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
pemakalah mohon maaf apabila terdapat tutur kata yang kurang berkenan dan pemakalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan makalah kami ini
kedepannya.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat menambah
wawasan bagi pembaca dan terima kasih atas perhatiannya dan mohon maaf atas kesalahan.
Medan, 22 Maret 2014
Hormat Kami
Pemakalah
3. DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan.................................................... 3
B. Sifat Dasar Pengambilan Keputusan.................................................. 4
C. Konsepsi Dasar Pengambilan Keputusan ........................................... 5
D. Proses Pengambilan Keputusan........................................................... 7
E. Gaya Pengambilan Keputusan Manajemen ......................................... 8
F. Metode Keputusan ............................................................................ 10
G. Langkah-Langkah Menjadi Pembuat Keputusan Yang Baik ........... 11
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 14
B. Saran ................................................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
4. Pengambilan keputusan sering kita lakukan dalam keseharian, tetapi terkadang tidak
kita sadari. Banyak keputusan yang harus di ambil setiap hari, tetapi kadang-kadang satu hari
hanya satu keputusan kita buat, tergantung keperluannya. Membuat keputusan dan
pemecahan masalah merupakan salah satu peranan yang harus di mainkan setiap leader dan
manajer. Semua fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengawasan.
Perubahan situasi dan kondisi yang sangat cepat menjadi factor yang harus di
pertimbangkan menajemen yang mendorong manajer untuk mampu membuat sejumlah
keputusan dalam waktu yang tepat dan cepat. Untuk mampu mengimbangi cepatnya
perubahan waktu, seorang manajer harus sanggup menghadapi minimal tiga tantangan, yaitu
keadaan yang sangat kompleks, keadaan yang tidak menentu, dan tuntutan untuk dapat
bertindak luwes.
Kualitas suatu keputusan merupakan cermin dari daya pikir manajer. Oleh karna itu,
berpikir dalam hubungannya dengan mengambil keputusan dan memecahkan masalah harus
di usahakan agar tidak tersesat ke jalan yang tidak efektif dan efisien.[1]
Oleh karena itu, boleh dikatakan bahwa setiap organisasi yang sukses harus mampu dan
mau membuat keputusan yang memungkinkan organisasi mencapai sasaran dan mencapai
kebutuhan utama anggota organisasi. Pemimpin organisasi mempermudah proses membuat
keputusan dan juga mempermudah komunikasi keputusan kepada semua anggota organisasi
dan kepada masyarakat.
Dijelaskan oleh Adair bahwa : “the essence of management is decision making”.
Artinya esensi yang sesungguhnya dari manajemen adalah pengambilan keputusan. Karena
itu teori pengambilan keputusan perlu dipelajari dan dipahami oleh para manajer yang ingin
berhasil dalam mengelola organisasi.
Bagaimanapun seluruh aktivitas dan fungsi manajemen pada pokoknya memiliki esensi
pengambilan keputusan. Sebab proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan
pengawasan semuanya mengandung konsep dan perilaku pengambilan keputusan. Dengan
kata lain, esensi dari kegiatan manajer di dalam menjalankan manajemen pada sebuah
organisasi bertitik tolak dan berintikan pengambilan keputusan. Karena pengambilan
keputusan pada kegiatan perencanaan dimulai dari menentukan visi, misi, sasaran, strategi
dan tujuan organisasi dalam proses perencanaan strategic. Begitu pula halnya dalam
perencanaan operasional, seorang manajer menengah dan rendah juga harus mengambil
keputusan mengenai cara kerja yang harus ditempuhnya dalam mencapai tujuan. Di dalam
pelaksanaan program inilah dperlukan adanya kegiatan mengorganisasikan sumberdaya
5. personil yang diperlukan, sumberdaya material, barang, uang dan lingkungan diperlukan agar
kegiatan dapat terlaksana.
Dengan demikian harus ditentukan manajer, siapa yang bertanggung jawab dalan
bidang apa dia mengerjakan kegiatan atau program/proyek. Untuk itu haruslah disusun
struktur organisasi sebagai kelengkapannya, dibuat tugas-tugas dan tanggung jawab setiap
personil. Untuk menjalankan tugas-tugas organisasi maka direncanakan pula kualifikasi
sumberdaya personil yang diperlukan dan diputuskanlah berapa tenaga yang dibutuhkan.
Keseluruhan proses ini mengandung pengambilan keputusan sejak dari rekrutmen,
penempatan, pelatihan, pengembangan dan lain-lain. Agar supaya para pegawai dan personil
lainnya bekerja, maka manajer juga mengambil keputusan proses memotivasi mereka, yaitu
dengan membagi tugas dan prosedur kerja, menentukan gaji, insentif, bonus, disiplin kerja,
hukuman, reward dan lain sebagainya.
Bahkan pengawasan juga memiliki tindakan pengambilan keputusan melalui
menetapkan teknik pengawasan fungsional atau struktural dari para manajer. Tak terkecuali
jenis pengawasan harus menjadi bahagian dari proses manajemen dan pengambilan
keputusan dari keseluruhan organisasi.[2]
6. BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan senantiasa berkaitan dengan sebuah problem atau kesulitan.
Melalui sesuatu keputusan dan penerapannya, orang mengharapkan bahwa akan dicapai
sesuatu pemecahan atas problem tersebut atau penyelesaian konflik.
Secara harfiah pengambilan keputusan berarti me-motong (atau me-mutuskan atau
secara praktis mencapai sesuatu kesimpulan). Dalam kamus Webster hal ini tersebut
dinyatakan sebagai tindakan menentukan sesuatu pendapat atau langkah-langkah tindakan.[3]
Banyak defenisi mengenai pengambilan keputusan dalam organisasi. Sebagaimana
Winardi mengemukakan bahwa secara sederhana pengambilan keputusan adalah adanya
kemungkinan pilihan antara dua macam tindakan altenatif (atau lebih).
Pendapat lain dikemukakan Mondy dan Premeaux bahwa: “decision making is the
process of generating and evaluating altenatives and making choise among them’’. Pendapat
ini menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan proses pengajuan dan evaluasi
beberapa altenatif serta membuat pilihan di antara beberapa alternatif yang ada.
Morphet mengatakan, bahwa jenis keputusan yang dibuat mempengaruhi level
pembuatan keputusan, proses membuat keputusan dan pelaksanaan keputusan setelah
keputusan tersebut dibuat.
Ivancevic dan Matesson, menyebutkan ada dua jenis keputusan, yaitu:[4]
1. Keputusan terprogram, yaitu jika pada situasi tertentu ada prosedur rutin yang biasanya
bekerja dalam memecahkan masalah. Maka keputusan terprogram dalam memecahkan
masalah. Maka keputusan terprogram adalah untuk memperluas kemampuan organisai dalam
memechkan masalah dengan adanya informasi yang yang mencukupi.
2. Keputusan tidak terprogram tidak terprogram, yaitu bila tidak ada cerita atau informasi tidak
tidak terstruktur. Tidak ada ada prosedur yang tersusun bagi menangani masalah, juga sebab
tidak ada secara benar-benar sama masalah sebelumnya sehingga sangat rumut dan penting
penting sekali.
B. Sifat Dasar Pengambilan Keputusan
Dalam situasi atau manajemen tertentu, suatu keputusan harus mendahului suatu semua
pekerjaan. Dengan kata lain, rangakaian pengambilan keputusan merupakan pekerjaan yang
pertama dan paling awal dari sebuah pelaksanaan pekerjaan suatu organisasi kelompok,
kelompok, unit atau individu. Bagaimanapun sebuah pekerjaan dalam pelaksanaannya adalah
7. diawali dari keputusan. Dalam hal ini keputusanlah yang akan menentukan corak masa depan
suatu organisasi. Dengan adanya keputusan-keputusan strategis, seperti; penambahan
pegawai karena jumlah pekerjaan semakin banyak, dan pembukaan cabang baru, karena
pendistribusian semakin gencar, dll.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa keputusan akan tetap menjadi sebuah
tindakan yang mendahului pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak
semua kegiatan dan akan menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan,
pengembangan atau mungkin saja kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil
keputusan. Meskipun penuh ketidakpastian, sebuah keputusan dibuat justru bersifat masa
depan dan menjadi panduan dalam menentukan tindakan manajemen dan organisasi.
Berkenaan dengan hal ini, Adair menjelaskan bahwa; “Inany management situation, a
decision or series of decision must precede implementation”.
Oleh sebab itu sebuah organisasi atau perubahan baru akan berhasil, pertama sekali
adalah memerlukan keputusan yang berkualitas tinggi, penuh perhitungan, keberanian dan
informasi yang pasti kebenarannya. Ditegaskannya, bahwa: “the first requirement for success
in any enterprise, then is high quality management decision”.[5]
C. Konsepsi Dasar Pengambilan Keputusan
Para ilmuan perilaku organisasi, ahli penelitian operasional, dan manajer berpendapat
bahwa dalam suatu organisasi, sebagian besar para bawahan menginginkan kesempatan untuk
di libatkan dalam proses pengambilan keputusan. Mereka berpendapat bahwa peran peran
serta yang meningkat dalam keputusan, memiliki dampak meningkatnya keterkaitan mereka
pada organisasi, kepuasan pekerjaan, pertumbuhan, dan perkembangan pribadi, serta
penerimaan inovasi. Cara manajer memengaruhi para bawahan lebih berdasarkan tukar
fikiran dan kerja sama dari pada berdasarkan otoritas.
Selain menyebabkan kepuasan yang lebih besar dari bawahan, dan sebagai dampaknya
adalah usaha yang lebih besar, produktivitas kerja, serta efektivitas yang lebih tinggi. Para
pendukung pandangan tersebut memiliki alasan tambahan atas keterlibatan bawahan dalam
pengambilan keputusan. Ditunjukkan bahwa beberapa permasalahan yang di hadapi oleh
organisasi makin bertambah kompleks, memerlukan pengetahuan dalam bidang yang
canggih, dan merupakan bentuk permasalahan yang tidak pernah di hadapi organisasi
sebelumnya, baik bersifat technologi, social, maupun manusiawi.
Pengambilan keputusan merupakan suatu pendekatan yang sistematis terhadap
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan tersebut menyangkut pengetahuan mengenai esensi
8. atas permasalahan yang dihadapi, pengumpulan fakta dan data yang relevan dengan
permasalahan yang dihadapi, analisis permasalahan dengan menggunakan fakta dan data,
mencari alternatif pemecahan, menganalisis setiap alternatif sehingga di temukan alternatif
yang paling rasional dan penilaian atas keluaran yang di capai.
Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang di lakukan oleh seseorang
dalam usaha memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi kemudian menetapkan
berbagai alternatif yang di anggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
Jadi, mengambil keputusan berarti memilih dan menetapkan satu alternatif yang dianggap
paling menguntungkan dari beberapa alternatef yang di hadapi. Alternatif yang di tetapkan
merupakan keputusan. Kualitas dari keputusan yang diambil tersebut merupakan standar dari
efektifitas mereka.
Analisis yang sistematis mengenai pengambilan keputusan terkenal dengan nama teori
keputusan. Teori keputusan berakar kuat dalam bidang statistika dan ilmu perilaku serta
memiliki tujuan sebagai pengambilan keputusan dalam ilmu tersebut bukan hanya sebagai
kiat saja. Pada pertengahan abad dua puluhan, para ahli penelitian operasional, ahli statistika,
ahli computer dan ahli pelaku berusaha mengidentifikasikan elemen dalam pengambilan
keputusan. Hal itu dapat memberikan kerangka kerja bagi menejer sebagai pengambil
keputusan untuk memungkinkan mereka secara lebih efektif menganalisis lingkungan yang
rumit serta mengandung berbagai macam alternatif serta konsekuensi yang mungkin.
Herbert A. Simon mengatakan, bahwa Ia telah mengembangkan klasifikasi jenis
keputusan yang berbeda, yaitu keputusan yang diprogram ( programmed decisions ) dan
keputusan yang tidak diprogram ( nonprogammed decisions ) seperti yang telah dibahas juga
di bahas diatas, yaitu:
1. Keputusan yang Diprogram ( Programmed decisions )
Keputusan dapat diprogramkan sejauh keputusan tersebut berulang dan rutin serta telah di
kembangkan prosedur tertentu untuk menanganinya. Contohnya:[6] keputusan kenaikan kelas
peserta didik, keputusan pengangkatan, keputusan penetapan gaji pegawai baru, keputusan
pensiun, dan sebagainya.
2. Keputusan yang Tidak Diprogram ( Non programmed decisions )
Suatu keputusan tidak diprogram manakala keputusan tersebut baru dan tidak tersusun. Oleh
karena keputusan tersebut memiliki karasteristik demikian maka tidak ada prosedur yang
pasti untuk menangani permasalahan. Hal ini disebabkan tidak timbul dengan cara yang
persis sama dengan sebelumnya atau karena permasalahan tersebut rumit atau bahkan luar
biasa urgensinya sehingga keputusan tersebut memerlukan manajemen yang spesifik.
9. Keputusan yang tidak diprogram harus diidentifikasi dengan tepat karena jenis pengambilan
keputusan sering kali memerlukan alokasi dana yang sangat besar. Keputusan yang tidak
diprogrma secara tradisional telah ditangani dengan proses pemecahan umum, pertimbangan,
intuisi, dan kreativitas. Namun, manajemen modern belum banyak kemajuan dalam
meningkatkan pengambilan keputusan yang tidak diprogram dibandingkan dengan kemajuan
dalam pengambilan keputusan yang diprogram.[7]
Contohnya:[8] keputusan lembaga baru, keputusan terjadinya musibah kebakaran, kebanjiran,
robohnya sekolah, dan sebagainya.
D. Proses Pengambilan Keputusan
Keputusan yang telah ditetapkan oleh manajer bukanlah tujuan organisasi, keputusan
tersebut lebih tepat dilaksanaknan sebagai cara yang tepat untuk merealisasikan tujuan.
Keputusan sebenarnya merupakan suatu tanggapan keorganisasian terhadap suatu
permasalahan. Setiap keputusan adalah keluaran dari proses dinamis yang dipengaruhi oleh
kekuatan yang banyak sekali. Herbert A.Simon mengajukan model yang bermanfaat sebagai
dasra dalam proses pengambilan keputusan. Model yang diajukan terdiri atas tiga tahap
pokok, yaitu:[9]
1. Penelitian, yaitu mempelajari lingkungan atas kondisi yang memerlukan keputusan. Data
mentah diperoleh, diolah , dan diuji untuk dijadikan arah tindakan yang dapat
mengidentifikasikan perrmasalahan.
2. Desain, yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin.
Aktivitas ini meliputi proses untuk memahami permasalahan, menghasilkan pemecahan, dan
menguji kelayakan pemecahan tersebut.
3. Pemilihan, yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang ada. Pilihan
ditentukan dan dilaksanakan.
10. E. Gaya Pengambilan Keputusan Manajemen
Faktor penting dalam proses pengambilan keputusan adalah permasalahan yang harus
dihadapi. Dalam kehidupan organisasi mutlak di perlukan kemampuan untuk melihat,
mengenal, dan mengedintifiksai permasalahan, dipandang dari segi pengambilan keputusan,
manakala pihak tertentu khususnya manajer memiliki tujuan yang jelas dan yang sedang
diusahakannya.
Untuk merealisasikan tujuan, aktivitas perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu
secara sederhana maupun rumit sehingga timbul aktivitas yang efektif dengan rencana
tertentu sebagai standar melakukan aktifitas dalam organisasi.
Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah di tetapkan merupakan salah satu
contoh suatu permasalahan yang ada dalam organisasi dan memerlukan aktivitas
pengambilan keputusan.Manajer karena otoritasnya dalam suatu organisasi dipenuhi dengan
serangkaian pengambilan keputusan untuk menetapkan alternatif tindakan dalam
penyelesaian permasalaahn yang dihadapi. Pengambilan keputusan merupakan komponen
aktivitas manajer, terutama apabila manajer manajer tersebut menjalankan perencanaan.
Dalam proses perencanaaan tersebut manajer menetapkan tujuan organisasi, sumber daya
yang akan digunakan, dan bawahan mana yang akan menjalankan setiap tugas yang telah di
tetapkan.
Manajer dalam pengambilan keputusan dapat berperan dalam berbagai macam gaya.
Pada beberapa organisasi seringkali terdapat variasi gaya pengambilan keputusan manajemen
antara stu manajer dengan menejer lain. Gaya manajer dalam mengambil keputusan akan
banyak di warnai oleh beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, perilaku ,
pengalaman dan sejenisnya.
Secara umum gaya pengambilan keputusan yang dimaksud adalah sebagai berikut:[10]
1. Manajer mengambil keputusan sendiri dengan menggunakan masukan informasi yang
tersedia pada waktu tertentu.
2. Manajer memeperoleh informasi yang diperlukan dari pada bawahan dan kemudian
menetapkan keputusan yang dipandang relevan. Peran yang dimainkan oleh orang lain adalah
lebih, dalam hal informasi yang diperlukan kepada manajer daripada rumusan atau penilaian
alternatif.
3. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan bawahan secara
individual dan mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa melibatkan bawahan sebagai
suatu kelompok. Kemudian manajer mengambil keputusan yang dapat atau tidak dapat
mencerminkan masukan atau intuisi maupun anspirasi para bawahan.
11. 4. Manajer membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan tersebut dalam suatu
konferensi atau pertemuan kelompok. Keputusan yang diambil dapat atau tidak
mencerminkan masukan dan aspirasi para bawahan.
5. Manajer membicarakan situasi keputusan dengan bawahan sebagai suatu kelompok dan
kelompok menyusun serta menilai alternative. Manajer tidak bermaksud untuk
mempengaruhi para bawahan dan berkeinginana untuk menerima implementasi serta
merealisasikan setiap keputusan hasil musyawarah bersama.
Pengambilan keputusan (Manager) sebagai seorang yang harus melakukan pengambilan
keputusan harus memenuhi berbagai criteria dasar, terutama syarat intelektual dan mental.
Menejer harus mampu membedakan antara tanggung jawab untuk mengambil keputusan
dengan tanggung jawab untuk menjalankan keputusan.
Dalam organisasi, sering kali timbul keputusan untuk membentuk pusat penyimpangan
informasi. Organisasi besar biasanya memiliki pusat informasi yang sekaligus mendukung
pusat-pusat keputusan. Pusat keputusan berkaitan antara satu yang lainnya dengan mengikuti
struktur organisasi. Dengan demikian, semacam jaringan keputusan dengan dibayangi
sebagai penunjang oleh system jaringan informasi melalui jaringan komunikasi.
F. Metode Keputusan
Pengamatan proses pengambilan keputusan dalam kelompok diarahkan pada cara atau
metode dalam mengambil keputusan. Suatu metode belum tentu lebih baik dibandingkan
metode lainnya. Setiap metode mempunyai kegunaannya sendiri-sendiri tergantung pada
kelompoknya, waktu yang tersedia, dan fasalitas yang ada. Berikut disajikan enam metode
pengambilan keputusan.[11]
1. Keputusan Yang Kurang Tanggapan
Metode ini banyak digunakan sekaligus merupakan metode yang biasanya kurang di
perhatikan. Seseorang mengemukakan suatu saran dan sebelum didiskusikan. Orang lain
mengusulkan gagasan lain. Prosesnya berulang dengan sendirinya sehingga akhirnya
kelompok mendapatkan beberapa gagasan. Semua gagasan telah menjadi keputusan bersama.
Tanpa pertimbangan atau pengulasan. Sering terjadi dalam suatu konferensi ada saran yang
tidak pernah dipertimbangkan untuk didiskusikan.
2. Keputusan Dengan Otoritas
Suatu metode yang efisien jika pimpinan sidang atau rapat mendengarkan secara seksama
gagasan anggotanya. Gagasan yang disampaikan didiskusikan, pimpinan mendengarkan
12. dengan baik. Setelah pimpinan mendapatkan informasi yang cukup, ia kemudian
memutuskan dengan menggunakan otoritasnya.
3. Keputusan Minoritas
Keputusan minoritas terjadi jika satu atau dua anggota kelompok dapat mengatasi anggota
kelompok lainnya. Penyebabnya ialah karena yang minoritas tersebut memiliki enam
kekuasaan.
4. Keputusan Mayoritas.
Keputusan mayoritas merupakan metode pengambilan keputusan yang paling banyak di kenal
orang di Negara yang menerapkan system demokrasi. Keputusan di adakan dengan cara
pemungutan suara. Suara terbanyak adalah pemenangnya. Kelemahan metode ini adalah
pemungutan suara cenderung mengarah kepada pembentukan koalisi sehingga ada minoritas
yang di kalahkan.
5. Keputusan Konsensus
Keputusan konsensus merupakan metode yang banyak menyita waktu karena memberikan
kesempatan kepada semua anggota kelompok untuk berkonsensus.
6. Keputusan Bulat
Metode ini yang paling ideal, tetapi sulit direalisasikan. Keputusan ini terjadi apabila semua
anggota kelompok telah menyetujui keputusan yang akan diambil.
G. Langkah-Langkah Menjadi Pembuat Keputusan Yang Baik
Secara formal dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan dapat didefenisikan
sebagai pilihan yang didasarkan atas kriteria tertentu mengenal alternatif kelakuan tertentu
daripada dua buah altenatif atau lebih. Dan langkah-langkahnya yaitu:[12]
1. Waspadalah terhadap petunjukk-petunjuk yang menunjukkan perlu diambilnya sesuatu
keputusan.
2. Ambillah waktu cukup (tanpa gangguan guna memikirkan serta merefleksi hal-hal yang akan
diputuskan.
3. Tetapkanlah prioritas-prioritas untuk keputusan-keputusan yang berbeda-beda.
4. Pisahkan diri saudara sendiri dari problem yang dihadapi dan jawablah pertanyaan:
bagaimanakah orang lain memutuskan persoalan ini?
5. Tanyalah apakah keputusan yang sedang dipertimbangkan tepat.
13. 6. Tanyalah apakah Saudara puas dengan diri Saudara sendiri apabila saudara merenungkan apa
yang merupakan akibat keputusan Saudara.
7. Usahakan adanya keputusan-keputusan tambahan apabila hal tersebut diperlukan.
8. Gunakanlah waktu cukup untuk mengambil sesuatu keputusan; merenungkan subyek yang
dihadapi merupakan suatu alat guna mencegah pengambilan keputusan secara impulsif.
Tetapi sebaliknya janganlah terlampau banyak bertele-tele. Hingga timbul kebingungan dan
tidak dapat dilakukan tindakan defenitif.
14. BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
1. Pengambilan keputusan adalah serangkaian aktivitas yang di lakukan oleh seseorang dalam
usaha memecahkan permasalahan yang sedang di hadapi kemudian menetapkan berbagai
alternatif yang di anggap paling rasional dan sesuai dengan lingkungan organisasi.
2. Sifat Dasar Pengambilan keputusan akan tetap menjadi sebuah tindakan yang mendahului
pelaksanaan pekerjaan sebab keputusan sebagai pangkal tolak semua kegiatan dan akan
menentukan masa depan organisasi, baik berupa kemajuan, pengembangan atau mungkin saja
kemunduran atau bangkrut akibat salah dalam mengambil keputusan.
3. Jenis-jenis keputusan menurut Herbert A. Simon terbagi menjadi dua Keputusan yang
Diprogram ( Programmed decisions dan Keputusan yang Tidak Diprogram ( Non
programmed decisions .
4. Proses pengambilan keputusan terdapat tiga langkah yaitu penelitian, desain, dan pemilihan.
B. Saran
Semoga dengan selesainya makalah ini, maka penyusun sangat mengarapkan respon
dari para teman – teman mahasiswa ataupun dari dosen dan saran konstruktif dari siapapun
datangnya, demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat adanya,
khususnya bagi penyusun sendiri, dan umumnya para pembaca lainnya.
Amin ya robbal a’lamiiin.
DAFTAR PUSTAKA
Usman, Husaini. 2011. Manajemen. Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara.
Fadhli,M. & M.Rifa’i. 2013. Manajemen Organisasi. Bandung: Cita Pustaka Media Perintis
Winardi, & George R. Terry. 1986. Asas-Asas Menejemen. Bandung: Penerbit Alumni.
15. B.Siswanto. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Sayles,R. Leonard & George Strauss. 1996. Manajemen Personalia. Jakarta Pusat: CV Teruna
Grafica.
[1]Husaini Usman, Manajemen. ( Jakarta Timur: PT Bumi Aksara, 2011), Cet III, hlm. v.
[2] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi. ( Bandung: Cita Pustaka Media Perintis, 2013 ),
Cet.I, hlm.156
[3] George R. Terry & Winardi, Asas-Asas Menejemen. ( Bandung: Penerbit Alumni, 1986). hlm.
112
[4] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi., hlm.158
[5] M.Rifa’i & M.Fadhli, Manajemen Organisasi., hlm.158
[6] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 393
[7] B.Siswanto, Pengantar Manajemen. ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005 ), Cet I, hlm 171
[8] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 393
[9] Siswanto, Pengantar Manajemen. , hlm 173
[10] Siswanto, Pengantar Manajemen. , hlm 173
[11] Husaini Usman, Manajemen., hlm. 406
[12] George R. Terry & Winardi, Asas-Asas Menejemen. ( Bandung: Penerbit Alumni, 1986). hlm.
126