SlideShare a Scribd company logo
1 of 5
Menyelami Makna Syair Orang Wuna

Ketiadaan ilmu pengetahuan menjadikan manusia tidak sadar melakukan
pembangkangan terhadap Allah. Namun kelimpahan ilmu pengetahuan juga
tidak menjamin manusia untuk tidak membangkang pada Allah. Dalam hal ini,
manusia bodoh membangkang karena ketidakmampuan menemukan hakekat
hidup, sementara manusia berilmu justru membangkang karena mengingkari
hakikat hidupnya, akibat banyaknya ilmu pengetahuan yang mencocoki akal
pikiran mereka tanpa satu alat pengendali, yakni kesadaran akan eksistensi ilmu
pengetahuan, sebagai rahmat terbesar manusia yang diberikan Allah untuk
memakmurkan bumi dan mensejahterakan sesama manusia. Kondisi tersebut
berakibat pada kadar kehancuran yang ditimbulkan manusia pembangkang
karena tidak bertemu hakekat hidup, serta pembangkang karena ilmu
pengetahuan yang dimiliki. Kehancuran oleh orang yang tidak menemukan
hakikat hidup tidak sebesar kehancuran yang disebabkan orang berilmu. Dan
fenomena yang seringkali terjadi dalam peradaban manusia, orang-orang
berilmu pengetahuan akan memanfaatkan golongan manusia tak berilmu untuk
mengumpulkan keuntungan pribadi.
Jauh sebelum ketersesatan manusia karena mengikuti ilmu pengetahuan yang
telah dicemari dengan kaidah-kaidah iblis, leluhur orang Wuna yang kini
diklaim masih jauh dari pola pikir modern, telah memberikan gambaran
bagaimana kondisi sosial anak cucu mereka. Seperti halnya makna tersirat dari
salah satu syair berikut ini :
Masangia natipake nipakeno kamokula ini
(artinya : semoga diamalkan amalan orang ini)
Medam panatipake aitu nandomo lalo
(artinya : kalaupun tidak diamalkan itu terserah kemauan hati)
Tama koe ndososo rato namada kaawu
(artinya : namun jangan menyesal pada saatnya nanti)
Dhamani sorumatono, dhamani o kasikola
(artinya : zaman yang akan datang, zaman terpelajar)
Dasipande-pandeham mieno dhunia ini
(artinya : semua penghuni dunia akan pintar)
Anahi bhe kamokula kesenom somandeno
(artinya : anak-anak dan orang tua masing-masing pintar)
Sada sipande-pandeha dhunia nabale ronggamo
(artinya : saat semuanya pintar dunia akan gonjang-ganjing)
Nabharim soniwura, nabharim sonifetingke
(artinya : banyak yang akan dilihat, banyak yang akan didengar)
Anahi hende bughou tadamangka-damangkamo
(artinya : generasi muda akan mengikut sembarang)
Damangkafi powurando, damangkafi pofetingkendo
(artinya : mengikut apa yang dilihat, mengikut apa yang didengarkan)
Nipakeno kamokula paem natikona hae
(artinya : amalan orang tua terdahulu tidak akan dipedulikan lagi)
Amano bhe anano dapogai nsoririmo
(artinya : ayah dan anak saling membelakangi)
Isano bhe aino dapogati kundomo
(artinya : kakak dan adik saling bertolak belakang)
Pae amangka ihintu apandemo dua
(artinya : saya tidak mengikutimu, saya juga sudah pintar)
Menurut informan yang pernah diajak berdiskusi oleh penulis, syair ini
diciptakan oleh Muhammad Saadidun pada tahun 1931, dan mulai saat itu turun
temurun dijadikan pedoman dalam melihat fenomena perjalanan bangsa dan
negara bahkan dunia hingga kini. Secara akademis, makna dari bait-bait syair di
atas tidak dapat dipungkiri kebenarannya saat ini, terlebih pasca reformasi
digulirkan dan demokrasi diagungkan-agungkan melebihi agama. Semua orang
bersuara atas nama kebebasan dalam bingkai hak asasi manusia. Sayangnya,
kebebasan yang di agung-agungkan itu ternyata kebebasan tanpa batas dan
memberi ruang tak terhingga pada siapapun untuk berbuat apapun. Demikian
kebebasan yang dilandasi ilmu pengetahuan manusia yang telah disesatkan iblis
menjadi penyebab keruntuhan sifat serta prilaku sosial manusia. Antara anak
dan orang tua saling berselisih hanya karena perbedaan dukungan atas salah
satu figur calon pemimpin politik tertentu. Si adik dan si kakak terpaksa
bermusuhan satu sama lain karena alasan ekonomi maupun politik. Semuanya
bersikukuh mengaku lebih tahu akan semua hal meskipun sebenarnya itu sedikit
atau tidak sama sekali selain kebohongan.
Di pihak lain, kewibawaan pemerintah dan agama semakin pudar di mata rakyat
serta manusia pada umumnya. Pada kondisi seperti ini, ketersesatan manusia ke
jalan iblis akibat ilmu pengetahuan manusia itu sendiri semakin terbuka lebar.
Pemerintah yang seharusnya berkewajiban membuat regulasi berlandaskan pada
nilai-nilai ketuhanan serta kemanusiaan, akhirnya melahirkan produk-produk
hukum yang mengajak manusia untuk membangkang kepada Allah. Hasilnya
korupsi, kolusi dan nepotisme merajalela sebagai salah satu ciri hawa nafsu para
penguasa sejak zaman era prasejarah hingga abad modern. Di kalangan rakyat
jelata, berkembang nafsu tidak beradab dalam wujud pembunuhan, penjarahan,
pemerkosaan, serta berbagai tindak kriminalitas kasat mata lainnya. Baik
penguasa korup, kolutif dan nepotis sebagai bentuk kejahatan halus maupun
prilaku barbarisme di kalangan rakyat jelata, keduanya merupakan bentuk
pembangkangan manusia terhadap Allah.
Namun satu hal yang penulis ingin garis bawahi terkait prilaku kejahatan
penguasa dan rakyat jelata adalah, nafsu hewaniah rakyat jelata muncul akibat
kegagalan pemerintah menciptakan suasana nyaman untuk rakyat. Nafsu
hewaniah kaum jelata berbanding lurus dengan nafsu para pejabat pemerintah
yang menuhankan harta, jabatan dan kepuasan seksual. Sederhananya,
pemerintah pasti bisa memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya bila mampu
menanggulangi prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme para pejabat
pemerintahan. Namun keadaan sekarang semakin tidak terkendali seiring
meningkatnya harga kebutuhan hidup yang berpadanan dengan tingkat
kewibawaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Korupsi, kolusi dan
nepotisme semakin sulit diberantas karena prilaku rakyat seolah telah berubah,
dengan melegitimasi KKN sebagai salah satu kewajaran. Dalam penerimaan
pegawai negeri sipil, misalnya, pejabat pemerintah aliran makelar PNS tidak
perlu bersusah-bersusah lagi mencari mangsa calon PNS karena masyarakat
sendiri akan mencari para makelar tersebut, lalu membayar uang berapapun
asalkan lulus menjadi PNS.
Perselingkungan para makelar dan calon PNS tersebut akhirnya berujung pada
menguatnya virus KKN yang terus berputar dalam roda kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana tidak, biaya (cost) yang
mahal ketika mendaftar menjadi pegawai negeri sipil, kemudian akan
menyebabkan seseorang mencari pengembalian modal ketika lulus PNS, dengan
memanfaatkan jabatan untuk melakukan korupsi, kolusi maupun nepotisme.
Selain PNS, biaya mahal juga harus dikeluarkan para calon anggota legislatif,
kepala daerah ataupun presiden ketika mengikuti pemilihan umum sebagai
syarat utama terlibat dalam kancah demokrasi. Miliayaran bahkan triliunan
rupiah harus dikeluarkan para politisi, mulai dari membayar pintu di salah satu
partai hingga berakhir pada pembayaran massa saat kampanye dan menjelang
pemilihan umum atau lebih dikenal dengan istilah serangan fajar. Sama seperti
halnya calon PNS yang kemudian lulus dan menjabat, para politisi pun akan
bertindak mencari pengembalian modal selama pemilihan umum melalui KKN.
Demikian siklus tersebut akan kembali berulang pada generasi berikutnya dan
seterusnya.
Memang, bila kita menggunakan rumus hidup kaum Machiavelian yang
mengesahkan apapun tindakan manusia demi meraih tujuan hidupnya, segala
macam cara bisa dilakukan bahkan termasuk membunuh. Namun perlu diingat,
konsep manusia sebagai makhluk sosial menuntut setiap orang terlibat secara
aktif dalam kegiatan saling memberi dan menerima kepada sesama manusia dan
alam semesta. Masing-masing telah ditakar oleh Allah berdasarkan kadar
keikhlasan berusaha tiap-tiap manusia. Berangkat dari konsep berpikir tersebut,
maka Sangat tidak adil rasanya bila ada golongan manusia yang tega merampas
lahan rezeki orang yang sudah ikhlas bekerja keras untuk menghidupi diri
beserta keluarganya. Prilaku tega ini hanya dimiliki oleh golongan manusia
bermental koruptif, kolutif dan nepotis.
Di kalangan pejabat politis dan birokrasi sengaja memelihar hubungan gelap
dengan para pengusaha kapitalis sebagai sumber pengembalian modal ketika
mendaftar menjadi pegawai negeri sipil mapun pejabat politik di pemerintahan.
Berbagai peraturan perundangan-undangan ditelorkan atas dasar melindungi
kepentingan korporasi. Kawasan hutan yang menjadi tempat bermukim satu
komunitas masyarakat adat dijual secara diam-diam kepada pengusaha swasta.
Pemukiman-pemukiman kumuh digusur dengan alasan ketertiban kawasan,
setelah itu dijual kepada pengusaha untuk kemudian dibangun pusat-pusat
perbelanjaan modern maupun kompleks perumahan elit. Selanjutnya yang
terjadi adalah konflik antara masyarakat dan pekerja perusahaan yang tidak tahu
apa-apa. Saat konflik terjadi, pemerintah melalui dalih menciptakan ketertiban
di masyarakat kemudian mengerahkan satuan-satuan keamanan, baik Polisi
Pamong Praja ataupun personil Kepolisian Republik Indonesia (Polri).
Akhirnya aparat keamanan terlibat bentrokan fisik dengan masyarakat yang
seharusnya dilindungi. Mekanisme seperti ini sudah lumrah terjadi pada negara
miskin yang memaksakan menganut paham demokrasi.***

More Related Content

Viewers also liked (7)

Pelabuhan laino
Pelabuhan lainoPelabuhan laino
Pelabuhan laino
 
Hungary in the 20th century
Hungary in the 20th centuryHungary in the 20th century
Hungary in the 20th century
 
Tugas konkeb
Tugas konkebTugas konkeb
Tugas konkeb
 
Makalah perangkat lunak dan keras 2
Makalah perangkat lunak dan keras 2Makalah perangkat lunak dan keras 2
Makalah perangkat lunak dan keras 2
 
Matematica tcp
Matematica tcp Matematica tcp
Matematica tcp
 
Waves
WavesWaves
Waves
 
Slope and Equations of Lines
Slope and Equations of LinesSlope and Equations of Lines
Slope and Equations of Lines
 

Similar to Makna Syair Orang Wuna

125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02Operator Warnet Vast Raha
 
KOMUNIKASI POLITIK - Demagog Politik
KOMUNIKASI POLITIK - Demagog PolitikKOMUNIKASI POLITIK - Demagog Politik
KOMUNIKASI POLITIK - Demagog PolitikDiana Amelia Bagti
 
Ternyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampusTernyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampusRifal Fauzi
 
Demokrasi sistem gagal
Demokrasi  sistem gagalDemokrasi  sistem gagal
Demokrasi sistem gagalRizky Faisal
 
Resensi buku negara dan bandit demokrasi
Resensi buku negara dan bandit demokrasiResensi buku negara dan bandit demokrasi
Resensi buku negara dan bandit demokrasiTaufiq Ms
 
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiAktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiRizky Faisal
 
Demokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakDemokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakLilis Holisah
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiSatrio Arismunandar
 
Tugas konsep masyarakat madani
Tugas konsep masyarakat madaniTugas konsep masyarakat madani
Tugas konsep masyarakat madaniBilhad Hard
 
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatIndonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatRizky Faisal
 
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptorMakalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptorIka Nurrohmah
 
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...Operator Warnet Vast Raha
 
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...Operator Warnet Vast Raha
 
Refleksi bidang politik akhir tahun 2013
Refleksi bidang politik akhir tahun 2013Refleksi bidang politik akhir tahun 2013
Refleksi bidang politik akhir tahun 2013Beni Desrizal
 
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusantoRendra Visual
 
Khilafah satu satunya harapan
Khilafah  satu satunya harapanKhilafah  satu satunya harapan
Khilafah satu satunya harapanRizky Faisal
 
Civil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniCivil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniAjeng Faiza
 
Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15Jessie Lentho
 

Similar to Makna Syair Orang Wuna (20)

125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
125150201111069ikanurrohmahmakalahpkn 141011042328-conversion-gate02
 
KOMUNIKASI POLITIK - Demagog Politik
KOMUNIKASI POLITIK - Demagog PolitikKOMUNIKASI POLITIK - Demagog Politik
KOMUNIKASI POLITIK - Demagog Politik
 
Ternyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampusTernyata korupsi berbudaya dikampus
Ternyata korupsi berbudaya dikampus
 
Demokrasi sistem gagal
Demokrasi  sistem gagalDemokrasi  sistem gagal
Demokrasi sistem gagal
 
Resensi buku negara dan bandit demokrasi
Resensi buku negara dan bandit demokrasiResensi buku negara dan bandit demokrasi
Resensi buku negara dan bandit demokrasi
 
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakikiAktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
Aktivitas politik menuju perubahan yang hakiki
 
Demokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusakDemokrasi sistem rusak dan merusak
Demokrasi sistem rusak dan merusak
 
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era ReformasiKorupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
Korupsi Elite Politik dari Zaman Kerajaan ke Era Reformasi
 
Tugas konsep masyarakat madani
Tugas konsep masyarakat madaniTugas konsep masyarakat madani
Tugas konsep masyarakat madani
 
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummatIndonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
Indonesia ; antara demokrasi, khilafah, dan persatuan ummat
 
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptorMakalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
Makalah Wacana hukuman mati bagi koruptor
 
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
 
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
Mengamati fenomena atau gejala perubahan sosial di lingkungan sekitar khusuny...
 
Refleksi bidang politik akhir tahun 2013
Refleksi bidang politik akhir tahun 2013Refleksi bidang politik akhir tahun 2013
Refleksi bidang politik akhir tahun 2013
 
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto3 refleksi akhir tahun 2012   ust ismail yusanto
3 refleksi akhir tahun 2012 ust ismail yusanto
 
Mitos demokrasi
Mitos demokrasi Mitos demokrasi
Mitos demokrasi
 
Khilafah satu satunya harapan
Khilafah  satu satunya harapanKhilafah  satu satunya harapan
Khilafah satu satunya harapan
 
Civil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madaniCivil society-dan-masyarakat-madani
Civil society-dan-masyarakat-madani
 
Natural aceh
Natural acehNatural aceh
Natural aceh
 
Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15Presentasi agama pel.15
Presentasi agama pel.15
 

More from Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

More from Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

Makna Syair Orang Wuna

  • 1. Menyelami Makna Syair Orang Wuna Ketiadaan ilmu pengetahuan menjadikan manusia tidak sadar melakukan pembangkangan terhadap Allah. Namun kelimpahan ilmu pengetahuan juga tidak menjamin manusia untuk tidak membangkang pada Allah. Dalam hal ini, manusia bodoh membangkang karena ketidakmampuan menemukan hakekat hidup, sementara manusia berilmu justru membangkang karena mengingkari hakikat hidupnya, akibat banyaknya ilmu pengetahuan yang mencocoki akal pikiran mereka tanpa satu alat pengendali, yakni kesadaran akan eksistensi ilmu pengetahuan, sebagai rahmat terbesar manusia yang diberikan Allah untuk memakmurkan bumi dan mensejahterakan sesama manusia. Kondisi tersebut berakibat pada kadar kehancuran yang ditimbulkan manusia pembangkang karena tidak bertemu hakekat hidup, serta pembangkang karena ilmu pengetahuan yang dimiliki. Kehancuran oleh orang yang tidak menemukan hakikat hidup tidak sebesar kehancuran yang disebabkan orang berilmu. Dan fenomena yang seringkali terjadi dalam peradaban manusia, orang-orang berilmu pengetahuan akan memanfaatkan golongan manusia tak berilmu untuk mengumpulkan keuntungan pribadi. Jauh sebelum ketersesatan manusia karena mengikuti ilmu pengetahuan yang telah dicemari dengan kaidah-kaidah iblis, leluhur orang Wuna yang kini diklaim masih jauh dari pola pikir modern, telah memberikan gambaran bagaimana kondisi sosial anak cucu mereka. Seperti halnya makna tersirat dari salah satu syair berikut ini : Masangia natipake nipakeno kamokula ini (artinya : semoga diamalkan amalan orang ini) Medam panatipake aitu nandomo lalo (artinya : kalaupun tidak diamalkan itu terserah kemauan hati) Tama koe ndososo rato namada kaawu (artinya : namun jangan menyesal pada saatnya nanti)
  • 2. Dhamani sorumatono, dhamani o kasikola (artinya : zaman yang akan datang, zaman terpelajar) Dasipande-pandeham mieno dhunia ini (artinya : semua penghuni dunia akan pintar) Anahi bhe kamokula kesenom somandeno (artinya : anak-anak dan orang tua masing-masing pintar) Sada sipande-pandeha dhunia nabale ronggamo (artinya : saat semuanya pintar dunia akan gonjang-ganjing) Nabharim soniwura, nabharim sonifetingke (artinya : banyak yang akan dilihat, banyak yang akan didengar) Anahi hende bughou tadamangka-damangkamo (artinya : generasi muda akan mengikut sembarang) Damangkafi powurando, damangkafi pofetingkendo (artinya : mengikut apa yang dilihat, mengikut apa yang didengarkan) Nipakeno kamokula paem natikona hae (artinya : amalan orang tua terdahulu tidak akan dipedulikan lagi) Amano bhe anano dapogai nsoririmo (artinya : ayah dan anak saling membelakangi) Isano bhe aino dapogati kundomo (artinya : kakak dan adik saling bertolak belakang) Pae amangka ihintu apandemo dua (artinya : saya tidak mengikutimu, saya juga sudah pintar) Menurut informan yang pernah diajak berdiskusi oleh penulis, syair ini diciptakan oleh Muhammad Saadidun pada tahun 1931, dan mulai saat itu turun temurun dijadikan pedoman dalam melihat fenomena perjalanan bangsa dan negara bahkan dunia hingga kini. Secara akademis, makna dari bait-bait syair di atas tidak dapat dipungkiri kebenarannya saat ini, terlebih pasca reformasi digulirkan dan demokrasi diagungkan-agungkan melebihi agama. Semua orang bersuara atas nama kebebasan dalam bingkai hak asasi manusia. Sayangnya,
  • 3. kebebasan yang di agung-agungkan itu ternyata kebebasan tanpa batas dan memberi ruang tak terhingga pada siapapun untuk berbuat apapun. Demikian kebebasan yang dilandasi ilmu pengetahuan manusia yang telah disesatkan iblis menjadi penyebab keruntuhan sifat serta prilaku sosial manusia. Antara anak dan orang tua saling berselisih hanya karena perbedaan dukungan atas salah satu figur calon pemimpin politik tertentu. Si adik dan si kakak terpaksa bermusuhan satu sama lain karena alasan ekonomi maupun politik. Semuanya bersikukuh mengaku lebih tahu akan semua hal meskipun sebenarnya itu sedikit atau tidak sama sekali selain kebohongan. Di pihak lain, kewibawaan pemerintah dan agama semakin pudar di mata rakyat serta manusia pada umumnya. Pada kondisi seperti ini, ketersesatan manusia ke jalan iblis akibat ilmu pengetahuan manusia itu sendiri semakin terbuka lebar. Pemerintah yang seharusnya berkewajiban membuat regulasi berlandaskan pada nilai-nilai ketuhanan serta kemanusiaan, akhirnya melahirkan produk-produk hukum yang mengajak manusia untuk membangkang kepada Allah. Hasilnya korupsi, kolusi dan nepotisme merajalela sebagai salah satu ciri hawa nafsu para penguasa sejak zaman era prasejarah hingga abad modern. Di kalangan rakyat jelata, berkembang nafsu tidak beradab dalam wujud pembunuhan, penjarahan, pemerkosaan, serta berbagai tindak kriminalitas kasat mata lainnya. Baik penguasa korup, kolutif dan nepotis sebagai bentuk kejahatan halus maupun prilaku barbarisme di kalangan rakyat jelata, keduanya merupakan bentuk pembangkangan manusia terhadap Allah. Namun satu hal yang penulis ingin garis bawahi terkait prilaku kejahatan penguasa dan rakyat jelata adalah, nafsu hewaniah rakyat jelata muncul akibat kegagalan pemerintah menciptakan suasana nyaman untuk rakyat. Nafsu hewaniah kaum jelata berbanding lurus dengan nafsu para pejabat pemerintah yang menuhankan harta, jabatan dan kepuasan seksual. Sederhananya, pemerintah pasti bisa memenuhi kebutuhan hidup rakyatnya bila mampu menanggulangi prilaku korupsi, kolusi dan nepotisme para pejabat
  • 4. pemerintahan. Namun keadaan sekarang semakin tidak terkendali seiring meningkatnya harga kebutuhan hidup yang berpadanan dengan tingkat kewibawaan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Korupsi, kolusi dan nepotisme semakin sulit diberantas karena prilaku rakyat seolah telah berubah, dengan melegitimasi KKN sebagai salah satu kewajaran. Dalam penerimaan pegawai negeri sipil, misalnya, pejabat pemerintah aliran makelar PNS tidak perlu bersusah-bersusah lagi mencari mangsa calon PNS karena masyarakat sendiri akan mencari para makelar tersebut, lalu membayar uang berapapun asalkan lulus menjadi PNS. Perselingkungan para makelar dan calon PNS tersebut akhirnya berujung pada menguatnya virus KKN yang terus berputar dalam roda kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Bagaimana tidak, biaya (cost) yang mahal ketika mendaftar menjadi pegawai negeri sipil, kemudian akan menyebabkan seseorang mencari pengembalian modal ketika lulus PNS, dengan memanfaatkan jabatan untuk melakukan korupsi, kolusi maupun nepotisme. Selain PNS, biaya mahal juga harus dikeluarkan para calon anggota legislatif, kepala daerah ataupun presiden ketika mengikuti pemilihan umum sebagai syarat utama terlibat dalam kancah demokrasi. Miliayaran bahkan triliunan rupiah harus dikeluarkan para politisi, mulai dari membayar pintu di salah satu partai hingga berakhir pada pembayaran massa saat kampanye dan menjelang pemilihan umum atau lebih dikenal dengan istilah serangan fajar. Sama seperti halnya calon PNS yang kemudian lulus dan menjabat, para politisi pun akan bertindak mencari pengembalian modal selama pemilihan umum melalui KKN. Demikian siklus tersebut akan kembali berulang pada generasi berikutnya dan seterusnya. Memang, bila kita menggunakan rumus hidup kaum Machiavelian yang mengesahkan apapun tindakan manusia demi meraih tujuan hidupnya, segala macam cara bisa dilakukan bahkan termasuk membunuh. Namun perlu diingat, konsep manusia sebagai makhluk sosial menuntut setiap orang terlibat secara
  • 5. aktif dalam kegiatan saling memberi dan menerima kepada sesama manusia dan alam semesta. Masing-masing telah ditakar oleh Allah berdasarkan kadar keikhlasan berusaha tiap-tiap manusia. Berangkat dari konsep berpikir tersebut, maka Sangat tidak adil rasanya bila ada golongan manusia yang tega merampas lahan rezeki orang yang sudah ikhlas bekerja keras untuk menghidupi diri beserta keluarganya. Prilaku tega ini hanya dimiliki oleh golongan manusia bermental koruptif, kolutif dan nepotis. Di kalangan pejabat politis dan birokrasi sengaja memelihar hubungan gelap dengan para pengusaha kapitalis sebagai sumber pengembalian modal ketika mendaftar menjadi pegawai negeri sipil mapun pejabat politik di pemerintahan. Berbagai peraturan perundangan-undangan ditelorkan atas dasar melindungi kepentingan korporasi. Kawasan hutan yang menjadi tempat bermukim satu komunitas masyarakat adat dijual secara diam-diam kepada pengusaha swasta. Pemukiman-pemukiman kumuh digusur dengan alasan ketertiban kawasan, setelah itu dijual kepada pengusaha untuk kemudian dibangun pusat-pusat perbelanjaan modern maupun kompleks perumahan elit. Selanjutnya yang terjadi adalah konflik antara masyarakat dan pekerja perusahaan yang tidak tahu apa-apa. Saat konflik terjadi, pemerintah melalui dalih menciptakan ketertiban di masyarakat kemudian mengerahkan satuan-satuan keamanan, baik Polisi Pamong Praja ataupun personil Kepolisian Republik Indonesia (Polri). Akhirnya aparat keamanan terlibat bentrokan fisik dengan masyarakat yang seharusnya dilindungi. Mekanisme seperti ini sudah lumrah terjadi pada negara miskin yang memaksakan menganut paham demokrasi.***