Dokumen tersebut membahas tentang salat gerhana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW ketika terjadi gerhana matahari dan bulan. Salat gerhana ini dilakukan dengan rukuk dan sujud yang lebih lama dari salat biasa, disertai nasihat untuk melakukan takbir dan berdoa kepada Allah ketika melihat gerhana karena merupakan tanda kebesaran-Nya.
Kitab Gerhana: Salat Wajib saat Matahari atau Bulan Gerhana
1. Kitab Gerhana
1. Salat gerhana
Hadis riwayat Aisyah ra., ia berkata:
Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari. Saat itu
Rasulullah saw. melakukan salat gerhana, beliau berdiri sangat lama dan
rukuk juga sangat lama, lalu mengangkat kepala dan berdiri lama, tapi tidak
seperti lamanya berdiri pertama. Kemudian beliau rukuk lama, tapi tidak
seperti lamanya rukuk pertama. Selanjutnya beliau sujud. Kemudian berdiri
lama, namun tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama,
namun tidak selama rukuk pertama, mengangkat kepala, lalu berdiri lama,
tapi tidak seperti lamanya berdiri pertama, rukuk cukup lama, tapi tidak
seperti lamanya rukuk pertama, lalu sujud dan selesai. Ketika salat usai
matahari sudah nampak sempurna kembali. Beliau berkhutbah di hadapan
kaum muslimin, memuji Allah dan menyanjung-Nya, dan bersabda:
Sesungguhnya matahari dan rembulan itu termasuk tanda-tanda kebesaran
Allah. Keduanya terjadi gerhana bukan karena kematian atau kelahiran
seseorang. Oleh sebab itu, jika kalian melihat keduanya gerhana, maka
bertakbirlah, berdoalah kepada Allah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah!
Hai umat Muhammad, tidak seorang pun lebih cemburu daripada Allah, bila
hambanya, lelaki maupun perempuan, berbuat zina. Hai umat Muhammad,
demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, tentu kalian banyak
menangis dan sedikit tertawa. Ingatlah! Bukankah aku telah menyampaikan.
(Shahih Muslim No.1499)
Hadis riwayat Ibnu Abbas ra.:
Dari Nabi saw. bahwa beliau melaksanakan salat gerhana dua rakaat dengan
empat kali rukuk, dan empat kali sujud dalan satu rakaat. (Shahih Muslim
No.1503)
2. 2. Surga dan neraka yang diperlihatkan kepada Rasulullah saw. saat
melaksanakan salat gerhana
Hadis riwayat Asma ra.:
Dari Fatimah, bahwa Asma berkata: Pada masa Rasulullah saw. pernah
terjadi gerhana matahari. Aku datang menemui Aisyah yang ketika itu sedang
salat dan aku bertanya: Ada apa dengan orang-orang, kenapa mereka
melakukan salat? Aisyah memberi isyarat dengan kepalanya ke arah langit.
Aku bertanya lagi: Tanda kebesaran Allah? Aisyah menjawab: Ya. Rasulullah
saw. berdiri lama sekali (dalam salat) hingga kepalaku pusing, lalu aku ambil
qirbah (tempat air dari kulit), meletakkannya di sampingku. Aku siram kepala
atau wajahku dengan air. Ketika selesai salat matahari telah muncul kembali.
Kemudian Rasulullah saw. berkhutbah kepada kaum muslimin. Beliau memuji
dan menyanjung Allah. Lalu bersabda: Selanjutnya. Apa yang belum pernah
aku lihat, telah dapat kulihat di tempatku ini, termasuk surga dan neraka.
Telah diwahyukan kepadaku, bahwa kalian akan menerima ujian dalam kubur
yang hampir menyerupai fitnah atau seperti fitnah Masih Dajjal, aku tidak
tahu apa ia sebenarnya. Asma melanjutkan: Seseorang di antara kalian
didatangkan dan ditanya: Apa yang engkau ketahui tentang orang ini
(maksudnya Rasulullah saw.)? Orang yang beriman akan menjawab: Dia
adalah Muhammad utusan Allah, yang datang kepada kami dengan membawa
bukti dan petunjuk. Lalu kami menyambut dan mematuhinya. (Itu
dikatakannya sebanyak tiga kali). kemudian kepadanya dikatakan: Benar!
Kami memang tahu bahwa engkau beriman kepadanya. Tidurlah baik-baik!
Sedangkan orang munafik atau ragu-ragu akan menjawab: Aku tidak tahu.
Aku mendengar orang-orang mengatakan sesuatu lalu kuikuti saja berkata
seperti itu. (Shahih Muslim No.1509)
3. Seruan melakukan salat gerhana "asshalaatu jaami`atan" (marilah
salat berjamaah)
Hadis riwayat Abdullah bin Amru bin Ash ra., ia berkata:
Tatkala gerhana matahari terjadi di masa Rasulullah saw. (manusia) diseru
3. dengan seruan: "as-shalaatu jaami`atan" (marilah salat berjamaah).
Rasulullah saw. melakukan dua kali rukuk dalam satu rakaat. Kemudian
berdiri dan melakukan dua kali rukuk dalam satu rakaat (yang terakhir).
Kemudian matahari nampak kembali. (Shahih Muslim No.1515)
Hadis riwayat Abu Masud Al-Anshari ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya matahari dan rembulan adalah dua
tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Dengan kedua ayat tersebut
Allah membuat rasa takut kepada hamba-hamba-Nya. Keduanya tidaklah
terjadi gerhana karena kematian seorang manusia. Karena itu bila kalian
melihatnya, salat dan berdoalah kepada Allah sampai hilang yang
menakutkan kalian. (Shahih Muslim No.1516)
Hadis riwayat Abu Musa ra., ia berkata:
Tatkala terjadi gerhana matahari di masa Nabi saw., beliau bangkit terkejut,
takut terjadi kiamat sampai beliau menuju mesjid. Beliau melakukan salat
dengan rukuk dan sujud yang lama sekali. Tidak pernah aku melihatnya
melakukan salat seperti itu. Kemudian beliau bersabda: Sesungguhnya ini
adalah tanda-tanda kebesaran yang dikirimkan Allah, gerhana ini terjadi
bukan karena kematian atau kelahiran seseorang, tetapi Allah yang
mengirimkannya untuk menakut-nakuti hamba-hamba-Nya. Oleh sebab itu,
bila kalian melihatnya, maka bersegeralah ingat kepada-Nya, berdoa dan
mohon ampunan-Nya. (Shahih Muslim No.1518)
Hadis riwayat Abdullah bin Umar ra.:
Bahwa ia dikabarkan dari Rasulullah saw., bahwa beliau bersabda:
Sesungguhnya matahari dan bulan tidak terjadi gerhana karena kematian
atau kelahiran seseorang, tetapi keduanya termasuk tanda kebesaran Allah.
Maka jika kalian melihat gerhana, kerjakanlah salat. (Shahih Muslim No.1521)
Hadis riwayat Mughirah bin Syu`bah ra., ia berkata:
Pada masa Rasulullah saw. pernah terjadi gerhana matahari pada hari
kematian Ibrahim. Lalu Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya matahari
dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya
tidak gerhana disebabkan kematian atau kelahiran seseorang. Oleh sebab itu,
4. apabila kalian melihatnya, maka berdoalah kepada Allah dan tunaikan salat
hingga matahari nampak kembali. (Shahih Muslim No.1522)