SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 43
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan
tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika
mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan utama selama tahun
pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua. ASI terus
memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh
makanan lain (Rosidah, 2003).
Setelah usia 4 bulan sampai 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan
makanan tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi
kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang
diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah,
2003). Sehingga saat mulai diberikan makanan tambahan harus disesuaikan
dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya (Narendra, dkk,
2002).
Di negara-negara yang sudah maju seperti Eropa dan Amerika, makanan
padat sebelum tahun 1970 diberikan pada bulan-bulan pertama setelah bayi
dilahirkan, akan tetapi setelah tahun tersebut banyak dilaporkan tentang
kemungkinan timbulnya efek sampingan jika makanan tersebut diberikan terlalu
dini. Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat biasanya pada
umur 4 – 5 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur tersebut antara lain
1
2

adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas
(Pudjiadi, 2003).
Hasil

penelitian

oleh

para

pakar

menunjukkan

bahwa

gangguan

pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita, antara lain disebabkan
kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan
terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung
energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang
kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya (Supriyono, 2003).
Menurut Cesilia M. Reveriani, pakar gizi anak Institut Pertanian Bogor
(IPB) yang menguraikan hasil survey penggunaan makanan pendamping ASI
sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula, 45,1% makanan
cair selain susu formula dan 50% makanan padat. Pemberian susu formula
makanan pendamping ASI cair dan yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan
cenderung dengan intensitas atau frekuensi yang sangat tinggi sehingga dapat
membahayakan dan berakibat kurang baik pada anak, yang dampaknya adalah
kerusakan pada usus bayi. Karena pada umur demikian usus belum siap mencerna
dengan baik sehingga pertumbuhan berat badan bayi terganggu, antara lain adalah
kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga ke obesitas dan malnutrisi.
Pada Indonesia sehat 2010, target ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 80%.
Penelitian di Kabupaten Lamongan Jawa Timur tahun 2003 menunjukkan
sebagian besar responden (59%) memberikan makanan tambahan sebelum bayi
3

berusia 4 bulan dan 41% memberikan makanan tambahan kepada bayinya saat
bayi berusia 4 bulan atau lebih (Supriyono, 2003).
Di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai pemberian
makanan tambahan mulai beberapa hari setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang baik
karena pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering
menderita diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi atau
gangguan pertumbuhan anak, produksi ASI menurun (Narendra, dkk, 2002).
Pada dasarnya dapat diharapkan bahwa bayi tidak akan makan secara
berlebihan yaitu diberi makanan tambahan dini karena akan berakibat
penambahan berat badan berlebihan (Behrman dan Vaughan, 1999).
Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa
dari 48.974 bayi, 16.729 bayi (33,11%) sudah mendapat makanan tambahan
sebelum usia 4 bulan, di kecamatan Mulyorejo dari 1.603 bayi, 1.254 bayi
(78,23%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Dan di BPS
Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya saat penelitian pendahuluan pada bulan
Mei 2005 dari 10 bayi, 7 bayi (70%) diantaranya sudah mendapat makanan
tambahan sebelum usia 4 bulan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam
penelitian ini adalah :
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan
berat badan bayi?
4

1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1

Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan dini

dengan

pertumbuhan berat badan bayi.
1.3.2

Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pemberian makanan tambahan.
1.3.2.2 Mengidentifikasi pertumbuhan berat badan bayi usia 4 bulan.
1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan
pertumbuhan berat badan bayi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1

Bagi Peneliti
Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan
pengetahuan tentang pemberian makanan tambahan.

1.4.2

Bagi BPS
Sebagai bahan masukan bagi BPS dalam menggalakkan KIE program ASI
eksklusif dan pemberian makanan tambahan.

1.4.3

Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Menambah wawasan dalam bidang gizi mengenai hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.
5

BAB 2
LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori
2.1.1

Pemberian Makanan Tambahan

2.1.1.1 Definisi
Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan selain ASI dan
PASI. Makanan lain ini disebut makanan tambahan (Rosidah, 2003).
2.1.1.2 Tujuan
Pemberian makan pada bayi / anak mempunyai suatu tujuan, yaitu :
1. Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup,
memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari.
2. Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal.
3. Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat,
memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak (Narendra,
dkk, 2002).
2.1.1.3 Jenis
Jenis makanan tambahan :
1. Makanan pendamping cair
Seperti sari buah.
2. Makanan lunak atau lembek
Seperti bubur susu, nasi tim saring, dan lain-lain
5
6

3. Makanan padat
Seperti nasi tim,nasi dan makanan orang dewasa lainnya (Husaini dan
Anwar, 2001).
2.1.1.4 Persyaratan
Makanan bayi dan anak harus memenuhi persyaratan, yaitu :
1. Kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak belebihan /
kekurangan.
2. Mudah diterima dan dicerna.
3. Jenis makanan dan cara pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan
makan yang sehat.
4. Terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit.
5. Susunan menu seimbang (berasal dari 10 – 15 % dari protein, 25 – 35% dari
lemak dan 50 – 65 % dari karbohidrat) (Narendra, dkk, 2002).
2.1.1.5 Waktu
Tanda bahwa seorang bayi sudah siap untuk menerima makanan tambahan
adalah bahwa bayi tersebut :
1. Sekurangnya berusia 4 bulan karena pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah
mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih
banyak pula, sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.
2. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas makin bertambah,
sedangkan produksi ASI relatif tetap, sehingga diperlukan tambahan
makanan selain ASI yang dimulai pada umur 4 – 6 bulan untuk
membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI.
7

3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah
ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka
lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan
menelannya. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan
kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lunak. Dengan
bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai
belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,
sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan
kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan
kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat
menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi
diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang
dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga
dapat diberikan makanan dalam posisi duduk.
Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,
sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir / gelas yang dipegang oleh
orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri dengan
menggunakan sendok. Terlalu lambat mulai memberikan makanan
tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan
menghambat ketrampilan makan bayi (Rosidah, 2003 dan Narendra, dkk,
2002).
8

2.1.1.6 Jadwal Pemberian Makan
Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi
Umur (bulan)
0–6

ASI

Sesuka bayi
2 kali

Bubur susu

1 kali

Nasi tim saring

2 kali

ASI

Sesuka bayi

Buah

2 kali

Nasi tim

9 – 12

Jumlah Sehari
Sesuka bayi

Buah

6–9

Makanan
ASI saja

3 kali

Sumber : Perinasia, 2004
Tabel 2.2 Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi
Mulai Menyusui
Menyusui eksklusif

Dalam Waktu 30 – 60 menit Setelah Melahirkan
Umur 0 – 6 bulan pertama

Makanan tambahan/

Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6 bulan

makanan pendamping

(umur yang tepat bervariasi atau bila bayi

ASI (MP – ASI)

menunjukkan

kesiapan

neorologis

dan

neoromuskuler)
Berikan makanan

Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6

tambahan/MP ASI.

bulan

Teruskan pemberian

Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih

ASI
Sumber : Perinasia, 2004

2.1.2

Pemberian Makanan Tambahan Dini
9

2.1.2.1 Definisi
Pemberian makanan tambahan dini adalah memberikan makanan lain selain
ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan (Rosidah, 2003).
2.1.2.2 Dampak
Pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan :
1. Bayi lebih sering menderita diare karena pembentukan zat anti oleh usus
bayi yang belum sempurna.
2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus
bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.
3. Terjadi malnutrisi/gangguan pertumbuhan anak karena zat essensial yang
diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan
mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga menimbulkan
keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh.
4. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan makanan
tambahan tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya
dapat menurunkan produksi ASI dan bayi kekurangan zat – zat yang
dibutuhkan sebelum usia 4 bulan atau 6 bulan yang tidak dapat diberikan
oleh makanan lain.
5. Tingginya solute load dari makanan tambahan yang diberikan, sehingga
dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal
6. Menurunkan daya tahan tubuh bayi karena bayi kekurangan protein yang
sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.
10

7. Terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan gerak
peristaltik secara sempurna (Narendra, 2002).
2.1.3

Pertumbuhan

2.1.3.1 Definisi
Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam
besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang
bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang
(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan
intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti
sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian
dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat
(Narendra, dkk, 2002).
2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :
1. Faktor dalam (internal)
Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis
kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.
11

2. Faktor eksternal/lingkungan
1) Faktor pranatal
Yang terdiri dari gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,
infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologis ibu.
2) Faktor persalinan
3) Pasca natal
Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat
makanan yang adekuat. Pemberian makanan yang mengandung energi
berlebihan akan menimbulkan keadaan obesitas, sedangkan zat gizi
esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat
merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan pencernaan)
dan mal absorbsi (gangguan penyerapan)), penyakit kronis/kelainan
kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologi, endokrin, sosio–
ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan (Narendra,
dkk, 2002 dan Pudjiadi, 2003).
2.1.4

Berat Badan
Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling
sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat
badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun
status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan
adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai
dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
12

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral
pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein
menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam
tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya
terjadi pada orang kekurangan gizi.
Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,
antara lain :
2.1.4.1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat
karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.
2.1.4.2 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara
periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.
2.1.4.3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di
Indonesia.
2.1.4.4 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.
2.1.4.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk
pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan
sebagai dasar pengisiannya.
2.1.4.6 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,
berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai
indeks yang tidak tergantung pada umur.
2.1.4.7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang
tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat
(Supariasa, dkk, 2001).
13

2.1.5

Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan
Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga
menimbulkan keadaan obesitas (gangguan pertumbuhan berat badan) dan
dapat merupakan racun bagi tubuh (Pudjiadi, 2003).
Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan
pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita antara lain disebabkan karena
pemberian makanan tambahan terlalu dini (Supriyono, 2003).
14

2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis
2.2.1

Kerangka Konseptual
Faktor Internal
Ras/etnik
Keluarga
Umur
Jenis kelamin
Genetik
Kromosom
Faktor Eksternal
Gizi (pemberian makanan
tambahan dini)
Mekanis
Toksin/zat kimia
Endokrin
Radiasi
Infeksi
Imunologi
Penyakit kronis/kelainan
kongenital
Psikologi
Sosio-ekonomi
Lingkungan pengasuhan
Stimulasi

Pertumbuhan
berat badan
bayi
Mal absorbsi dan
Mal digesti

Keterangan :
: Diteliti
: Tidak diteliti
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan
Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
15

Narasi Kerangka Konseptual
Pertumbuhan berat badan bayi berkaitan dengan masalah perubahan besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi bisa diukur dengan ukuran
berat (gram, pound, kilogram) (Soetjiningsih, 1995).
Secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayi
antara lain :
1. Faktor Internal
Yang terdiri dari ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan
kromosom.
2. Faktor Eksternal
Yang terdiri dari gizi (pemberian makanan tambahan dini), mekanis, toksin/
zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, imunologi, penyakit kronis/kelainan
kongenital, psikologi, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan stimulasi.
Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan yang akan
menimbulkan keadaan obesitas, zat esensial yang diberikan secara berlebihan
untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi
dan dapat merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan
pencernaan) dan mal absorbsi (gangguan penyerapan).
2.2.2

Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,
patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam
penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar
atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2002).
16

Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :
Ada

hubungan

antara

pemberian

pertumbuhan berat badan bayi.

makanan

tambahan

dini

dengan
17

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1 Rancang Bangun Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang bertujuan
untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan tambahan
dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Observasional yaitu pengukuran
penelitian yang dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu obyek yang
dipandu dengan kuesioner. Sifat penelitian yang digunakan adalah study Cross
Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara
faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap
subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan
terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak
berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama
(Notoatmodjo, 2002).

17
18

Desain :
Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Normal

Pemberian Makanan Tambahan
Dini

Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Tidak Normal

Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Normal
Pemberian Makanan Tambahan
Sesuai Usia

Pertumbuhan Berat Badan Bayi
Tidak Normal

Gambar 3.1 Rancang Bangun Penelitian Hubungan antara Pemberian Makanan
Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
3.2 Kerangka Kerja Penelitian
Ibu dan bayi usia 4 bulan

Ibu diberi kuesioner
Bayi ditimbang

Dianalisa

Identifikasi pemberian makanan
tambahan
3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

Identifikasi pertumbuhan berat badan
bayi
19

3.3.1

Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah
yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa kejadian (Nursalam dan Pariani,
2002).
Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan ibu-bayi yang berkunjung
ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya pada tanggal 20 sampai 30 Juni
2005.

3.3.2

Sampel
Sampel adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti dan
dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini
sampelnya adalah sebagian bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo
Timur Surabaya.

3.3.3

Sampling
Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk
dapat mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001). Pemilihan sampel
secara acak sederhana. Pada sampling ini setiap subyek dalam populasi
mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai
sampel.

3.3.3.1 Kriteria Sampel
Kriteria sampel terdiri dari 2, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.
1. Kriteria Sampel Inklusi
1) Pasangan ibu-bayi bersedia diteliti.
2) Bayi berusia 4 bulan yang memiliki KMS.
20

3) Bayi tidak sedang atau baru sembuh dari sakit.
4) Bayi tidak punya kelainan kongenital.
2. Kriteria Sampel Eksklusi
1) Pasangan ibu-bayi tidak bersedia diteliti.
2) Bayi tidak berusia 4 bulan dan tidak memiliki KMS.
3) Bayi sedang atau baru sembuh dari sakit.
4) Bayi punya kelainan kongenital.
3.3.3.2 Besar Sampel
Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel
(Nursalam dan Pariani, 2001).
Dengan penelitian ini sampel yang digunakan dihitung dengan
mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik yang
bermakna dengan menggunakan formula sederhana seperti dibawah ini :

n total =

4 Zα

π (1 - π )
W2
2

(Windhu, 2002)
Keterangan :
n total = Besar sampel
Z α2

= Standar deviasi yang disesuaikan = 1,96

π

= Proporsi dari respon yang diharapkan = 78,23% = 0,7823

W

= Besar simpangan = 20% = 0,2

Perhitungan :
21

4 (1,96 ) ( 0,7823)(1 − 0.7823)
( 0,2) 2
2

n total =

= 65,4
= 65
Karena sampel terlalu banyak maka dikonversi menjadi :
n*=

n
n -1
1+
N

(Windhu, 2002)
Keterangan :
n*

= Besarnya populasi

n

= Besar sampel = 65 bayi

N

= Besar populasi dalam waktu 1 bulan = 55 bayi

Perhitungan :
n*=

65
65 - 1
1+
55

= 30,09
= 30 bayi
Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 bayi.
3.4 Variabel dan Definisi Operasional
3.4.1

Variabel Penelitian
Variabel adalah ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti
tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002).

3.4.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independent)
22

Adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini variabel bebasnya
adalah pemberian makanan tambahan dini.
3.4.1.2 Variabel Tergantung (Variabel Dependent)
Adalah

variabel

yang

dipengaruhi.

Dalam

penelitian

ini

variabel

tergantungnya adalah pertumbuhan berat badan bayi.
3.4.2

Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Pemberian Makanan Tambahan Dini dan
Pertumbuhan Berat Badan Bayi.

No

Variabel

Definisi Operasional

Kategori

1.

Pemberian
makanan
tambahan dini

Memberi makanan lain
selain ASI dan PASI
sebelum bayi berusia 4
bulan atau 6 bulan yang
dilihat melalui
kuesioner.

- Pemberian makanan
tambahan dini yaitu
bila ibu memberi
makanan pada bayi
selain ASI dan PASI
seperti makanan
lumat/lembek sebelum
berusia 4 bulan.
- Pemberian makanan
tambahan sesuai usia
yaitu bila ibu memberi
makanan pada bayi
selain ASI dan PASI
seperti makanan
lumat/lembek di atas
usia 4 bulan

2.

Pertumbuhan
berat badan bayi

Berkaitan dengan
masalah perubahan
dalam besar, jumlah,
ukuran atau dimensi
tingkat sel, organ
maupun individu pada
bayi yang bisa diukur
dengan ukuran berat
(gram, pound, kilogram)
melalui timbangan bayi
dan KMS.

- Pertumbuhan berat
badan bayi normal
bila berat badan berada
di garis hijau KMS.
- Pertumbuhan berat
badan bayi tidak
normal bila berat
badan berada di atas
atau di bawah garis
hijau KMS.

3.5 Instrumen Penelitian

Skala
Pengukuran
Nominal

Nominal
23

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, KMS dan
timbangan bayi.

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data
3.6.1

Prosedur Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh
responden (self-administered questionnare) yaitu ibu yang mempunyai bayi
usia 4 bulan dan berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
serta hasil penimbangan berat badan dalam KMS. Kuesioner adalah sebagai
daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti yang perlu dijawab oleh
responden dengan pilihan jawaban yang telah tersedia. Bentuk kuesioner
dengan menggunakan pertanyaan tertutup.
Pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder. Data
primer berasal dari kuesioner meliputi jenis kelamin bayi, usia responden,
pendidikan terakhir responden, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI
eksklusif, alasan pemberian susu formula sebelum bayi berusia 4 bulan, usia
pemberian makanan tambahan pertama kali, jenis makanan tambahan pertama
kali diberikan, dan alasan pemberian makanan tambahan dini. Sedangkan data
sekunder diperoleh dari hasil timbangan dalam KMS bayi.
Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dimana pengolahan
ini meliputi kegiatan editing, koding, dan tabulating yang kemudian data
dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total distribusi frekuensi. Masing –
masing variabel tersebut kemudian didiskripsikan.
24

3.6.2

Analisa Data
Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data
khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik responden, identifikasi
pemberian makanan tambahan dan identifikasi pertumbuhan berat badan bayi
usia 4 bulan. Data umum dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total
distribusi frekuensi kemudian masing-masing variabel didiskripsikan. Data
khusus akan menggambarkan hubungan antara variabel yang diukur yaitu
pemberian makanan tambahan dini dan pertumbuhan berat badan bayi dalam
tabel silang (Cross Tabulation) yang kemudian juga didiskripsikan.
Kemudian pada analisis hasil penelitian akan menggambarkan
hubungan antara variabel yang diukur, dan untuk memperoleh signifikasi
hubungan tersebut dilakukan uji statistik yang sesuai yaitu uji Chi-Square (X2)
dengan bantuan program komputer (SPSS), dengan taraf signifikasi

ρ≤

0,05 dan nilai kritis X2 tabel sebesar 3,841. Bila X2 hitung lebih besar dari X2
tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.

3.7 Etika Penelitian
3.7.1

Lembar Persetujuan
25

Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Tujuannnya adalah
responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang
diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus
menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti
maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.
3.7.2

Anonimity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan
mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang
diisi oleh subyek, lembar hanya diberi nomor kode tertentu.

3.7.3

Confidentiality (kerahasiaan)
Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh
peneliti (Nursalam, 2003).

3.8 Keterbatasan
3.8.1

Keterbatasan jumlah sampel yang diteliti yaitu terbatas pada ibu dan bayi
yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya.

3.8.2

Tidak dibedakan antara bayi aterm dan premature (bayi dengan berat lahir
normal dan bayi berat lahir rendah).

3.8.3

Instrumen dan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa adanya.

3.8.4

Kuesioner sebagai alat ukur dan alat pengumpulan data tidak dilakukan uji
validitas dan realibilitas terlebih dahulu sehingga hasilnya belum bisa valid
dan realibel.
26

3.8.5

Waktu yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian cukup
pendek, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

3.8.6

Pengetahuan dan pengalaman peneliti masih kurang.

BAB 4
HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
27

4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar
kuesioner yang diperoleh pada tanggal 20 sampai 30 Juni 2005 di BPS Enny
Juniati Sutorejo Timur Surabaya. Hasil penelitian meliputi data umum dan
khusus. Data-data hasil akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi (prosentase)
dan diberikan uraian secara diskripsi.
4.1.1

Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya,
yang ada di jalan Sutorejo Timur III/39 Surabaya, dan berada di bawah
naungan Puskesmas Mulyorejo. Tempat ini melayani pemeriksaan kehamilan,
Keluarga Berencana, imunisasi, pengobatan setiap hari dari pukul 06.00 WIB
sampai dengan pukul 20.00 WIB, dan pertolongan persalinan normal selama
24 jam. Jumlah kunjungan rata-rata 40 orang perhari. Tenaga kerja di BPS ini
meliputi 2 orang bidan, 2 orang perawat kesehatan, 1 orang pembantu umum,
dan kolaborasi dengan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

4.1.2

Data Umum
Penyajian data umum meliputi jenis kelamin bayi, usia ibu, pendidikan
terakhir, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI eksklusif, alasan
pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan, jenis makanan tambahan dini
pertama kali dan alasan pemberian makanan tambahan dini.

4.1.2.1 Jenis Kelamin Bayi

27
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin bayi Di BPS Enny Juniati
Sutorejo Timur Surabaya Bulan Juni 2005.
28

No.
Jenis Kelamin
1. Laki-laki
2.

Perempuan
Total

Jumlah
17

Prosentase
56,7

13
30

43,3
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden mempunyai bayi laki-laki sebanyak 17 bayi (56,7%).
4.1.2.2 Usia Ibu
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia responden di BPS Enny Juniati Sutorejo
Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.
Usia Ibu
1. < 20 tahun

Jumlah
0

Prosentase
0

2.

20 – 30 tahun

26

86,7

3.

> 30 tahun
Total

4
30

13,3
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berusia 20 – 30 tahun sebanyak 26 orang (86,7%).

4.1.2.3 Pendidikan Terakhir
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di BPS Enny
Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.

Pendidikan Terakhir

Jumlah

Prosentase
29

1.

SD

8

26,7

2.

SMP

15

50

3.

SMA

4

13,3

4.

Akademi/Perguruan Tinggi
Total

3
30

10
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (50%).
4.1.2.4 Penghasilan Keluarga Perbulan
Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penghasilan keluarga responden perbulan di
BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.
Penghasilan
1. < Rp. 500.000,00

Jumlah
4

Prosentase
13,3

2.

Rp. 500.000,00–Rp. 1.000.000,00

18

60

3.

> Rp. 1.000.000,00
Total

8
30

26,7
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden berpenghasilan Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 perbulan
sebanyak 18 orang (60%).

4.1.2.5 Pemberian ASI Eksklusif
Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di BPS Enny Juniati
Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.
Pemberian ASI Eksklusif
1. ASI eksklusif
2.

Tidak ASI eksklusif

Jumlah
7

Prosentase
23,3

23

76,7
30

Total

30

100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 23 orang (76,7%).
4.1.2.6 Macam-macam ASI Tidak Eksklusif
Tabel 4.6 Distribusi frekuensi macam-macam ASI tidak eksklusif di BPS
Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

1.

Macam-macam ASI Tidak
Eksklusif
PASI

2.

ASI + PASI

7

30,4

3.

ASI + PASI + PMT dini

9

39,1

4.

ASI + PMT dini

1

4,3

5.

PASI + PMT dini
Total

5
23

21,9
100

No.

Jumlah

Prosentase

1

4,3

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sudah diberikan ASI +
PASI + PMT dini sebanyak 9 orang (39,1%).

4.1.2.7 Alasan Pemberian Susu Formula Sebelum Usia 4 Bulan
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 23 bayi yang
tidak mendapatkan ASI eksklusif, 18 bayi diantaranya sudah mendapat susu
formula (PASI) dengan alasan sebagai berikut :
31

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi alasan pemberian susu formula sebelum usia 4
bulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni
2005.
No.

Alasan Pemberian Susu

Jumlah

Prosentase

1

5,5

1.

Formula Sebelum Usia 4 Bulan
ASI tidak keluar

2.

ASI tidak lancar

7

38,9

3.

Bayi masih rewel setelah menyusu

7

38,9

4.

Ibu sibuk
Total

3
18

16,7
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memberikan susu formula sebelum usia 4 bulan karena ASI tidak
lancar dan bayi masih rewel setelah menyusui sebanyak 7 orang (38,9%).
4.1.2.8 Pemberian Makanan Tambahan Dini
Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 23 bayi yang tidak
mendapatkan ASI eksklusif, 15 bayi diantaranya sudah mendapat makanan
tambahan dini dengan jenis dan alasan sebagai berikut :

1. Jenis Makanan Tambahan Dini Pertama Kali
Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jenis makanan tambahan dini pertama kali
diberikan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan
Juni 2005.
No.

Jenis Makanan Tambahan Dini
Pertama Kali

Jumlah

Prosentase
32

1.

Bubur susu

10

66,7

2.

Pisang kerok

5

33,3

3.

Nasi tim

0

0

4.

Nasi
Total

0
15

0
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memberikan bubur susu sebelum bayinya berusia 4 bulan
sebanyak 10 orang (66,7%).
2. Alasan Pemberian Makanan Tambahan Dini
Tabel 4.9 Distribusi frekuensi alasan pemberian makanan tambahan dini
di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

1.

Alasan Pemberian Makanan
Tambahan Dini
Tidak rewel

2.

Cepat gemuk

14

93,3

3.

Tradisi
Total

0
15

0
100

No.

Jumlah

Prosentase

1

6,7

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar
responden memberikan makanan tambahan dini supaya cepat gemuk
sebanyak 14 orang (93,3%).
4.1.3

Data Khusus
Penyajian data khusus meliputi variabel-variabel yang diukur yaitu
variabel bebas adalah pemberian makanan tambahan dini dan variabel
tergantung adalah pertumbuhan berat badan bayi.

4.1.3.1 Pemberian Makanan Tambahan Dini
33

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pemberian makanan tambahan dini di BPS
Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No.
1.
2.

Pemberian Makanan Tambahan
Dini
Pemberian makanan tambahan sesuai
usia
Pemberian makanan tambahan dini
Total

Jumlah

Prosentase

15

50

15
30

50
100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia pemberian
makanan tambahan pertama kali besarnya sama antara lebih dari 4 bulan dan
kurang dari 4 bulan sebanyak 15 orang (50%).
4.1.3.2 Pertumbuhan Berat Badan Badan Bayi
Tabel 4.11 Distribusi frekuensi pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny
Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.
No. Pertumbuhan Berat Badan Bayi
1. Normal
2.

Jumlah
14

Prosentase
46,7

16
30

53,3
100

Tidak normal
Total

Sumber : Data Sekunder, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan berat
badan bayi sebagian besar responden tidak normal yaitu sebanyak 16 orang
(53,3%).
4.1.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan
Berat Badan Bayi
Tabel 4.12 Hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan
pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo
Timur Surabaya bulan Juni 2005.
Pertumbuhan

Berat badan

Berat badan

Total
34

normal

tidak nomal

Pemberian
makanan tambahan dini
PMT Sesuai Usia

n

%

n

%

n

%

11

36,7

4

13,3

15

50

PMT Dini
Total

3
14

10
46,7

12
16

40
53,3

15
30

50
100

Sumber : Data Primer dan Data Sekunder, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian makanan
tambahan dini berhubungan dengan pertumbuhan berat badan bayi.
Terlihat bahwa dari 15 responden yang memberikan makanan tambahan
dini dengan pertumbuhan berat badan bayi tidak normal sebanyak 12 bayi (40%),
sedang bayi yang diberi makanan tambahan sesuai usia dengan pertumbuhan
berat badan badan normal sebanyak 11 bayi (36,7%).

4.2 Analisis Hasil Penelitian
Untuk mengetahui tingkat signifikasi hubungan variabel bebas yaitu
pemberian makanan tambahan dini dan variabel tergantung yaitu pertumbuhan
berat badan bayi dimasukkan dalam tabel frekuensi silang (cross tabulating)
yang kemudian dilakukan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat
kemaknaan α = 0,05, dengan hasil uji statistik X2 (uji hitung) > (uji tabel C)
maka H0 ditolak. Apabila harga uji statistik X 2 (uji hitung) < (uji tabel C) maka
H0 diterima.
Dari hasil penelitian melalui uji statistik Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan 0,05 menggunakan komputer pada program SPSS diperoleh hasil X 2
hitung yaitu 6,563 lebih besar dari X2 tabel dengan df = (2 – 1) . (2 – 1) = 1 yaitu
35

3,84 dan nilai probabilitas (ρ) 0,003 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak artinya
ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan
berat badan bayi.

4.3 Pembahasan
4.3.1

Identifikasi Pemberian Makanan Tambahan
Dari 30 bayi 15 bayi mendapatkan makanan tambahan dini, 10 bayi
mendapat bubur susu sebagian makanan tambahan pertama yang diterima,
sedangkan 4 lainnya mendapatkan pisang kerok. Alasan terbanyak bayi-bayi
tersebut diberi makanan tambahan dini supaya cepat gemuk yaitu 14 bayi
sisanya 1 bayi supaya tidak rewel.
ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan
tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika
mungkin sampai usia 6 bulan, karena ASI terus memberikan faktor-faktor anti
infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain. Dari 30 bayi hanya
7 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 23 lainnya tidak. Mereka
sudah mendapatkan susu formula dan makanan tambahan sebelum usia 4
bulan. Banyak alasan mengapa para ibu tidak memberikan ASI eksklusif
antara lain 7 orang karena ASI tidak lancar, 7 orang mengatakan bayinya
masih rewel setelah menyusu, 3 orang karena sibuk dan 1 orang karena ASI
tidak keluar serta 5 orang lainnya sudah diberi makanan tambahan. Padahal
sebagian besar responden pada dasarnya bisa memberikan ASI eksklusif
36

asalkan mereka mau telaten dan sabar dalam memberikan ASI kepada
bayinya. Salah satu cara yaitu ibu bisa menyimpan ASI-nya saat bayi tersebut
sudah kenyang sedangkan konsistensi payudara ibu masih keras, dan
memberikannya pada saat bayi lapar. ASI bisa bertahan 6 jam di udara
terbuka dan 12 jam di dalam lemari es. Sebelum memberikan hendaknya ASI
dihangatkan terlebih dahulu dengan merendam ASI dan tempatnya dalam air
panas.
Sebanyak 18 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000,00 –
Rp. 1.000.000,00, 8 responden berpenghasilan > Rp. 1.000.000,00 dan sisanya
4 responden berpenghasilan < Rp. 500.000,00. Jadi sebagian besar responden
berpenghasilan menengah. Sebanyak 15 responden berpendidikan SMP, 8
responden berpendidikan SD, 4 responden berpendidikan SMA dan sisanya 3
responden berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Jadi sebagian besar
responden berpendidikan SMP. Dan sebanyak 26 responden berusia 20 – 30
tahun, dan sisanya 4 responden berusia > 30 tahun. Jadi sebagian besar
responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi, usia dan
didukung oleh status ekonomi yang baik mendorong seseorang untuk
menyadari dan memahami kebutuhan akan kesehatan, sedangkan status
ekonomi berkaitan erat dengan pekerjaan dan penghasilan, dan usia
mempengaruhi tingkat kematangan seseorang dalam berfikir dan mengambil
keputusan (Notoatmodjo, 2001). Hal-hal tersebut di atas kemungkinan
merupakan salah satu penyebab pemberian makanan tambahan dini.
4.3.2

Identifikasi Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 4 Bulan
37

Sebanyak 16 bayi dari 30 bayi mengalami pertumbuhan berat badan
tidak normal, sedangkan 14 bayi lainnya normal. Dalam KMS, bayi yang
berusia 4 bulan hendaknya memiliki berat badan antara 5200 gram sampai
7400 gram. Diluar itu pertumbuhan berat badan bayi dapat digolongkan tidak
normal. Banyak sebab yang dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan
pada awal masa kehidupan balita antara lain kekurangan gizi sejak bayi dalam
kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat,
makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan gizi mikro terutama
mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak
berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2003).
4.3.3

Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan
Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
Dari hasil analisa data dapat diketahui bahwa 15 bayi yang mendapat
makanan tambahan dini 12 bayi (40%) diantaranya mengalami pertumbuhan
berat badan tidak normal. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapat makanan
tambahan sesuai usia hanya 4 bayi (13,3%) yang mengalami pertumbuhan
berat badan tidak normal. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis
alternatif telah diterima, dengan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh X2
hitung 6,653 dan ρ = 0,003. Terjadi peningkatan frekuensi pada pertumbuhan
berat badan tidak normal pada bayi yang mendapat makanan tambahan dini
daripada bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia, sesuai dengan
literatur bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita
38

antara lain disebabkan oleh pemberian makanan tambahan terlalu dini atau
terlalu lambat (Supriyono, 2003).
Pemberian makanan tambahan dini di Indonesia terutama di daerah
pedesaan sering kita jumpai. Bayi-bayi yang mendapat makanan tambahan
dini memiliki kecenderungan lebih besar mengalami pertumbuhan berat badan
tidak normal daripada bayi-bayi mendapat makanan tambahan sesuai usia,
karena pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat
gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waku yang
panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga
menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh yang
pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan bayi tersebut.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah termasuk ras/etnik, jenis
kelamin, genetik, penyakit, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan
stimulasi.
Semua orang tua harus diberitahu mengenai hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Bayi gemuk
terlebih obesitas tidak selamanya dapat diartikan sehat. Oleh sebab itu
hendaknya pada orang tua harus memberikan nutrisi kepada bayinya sesuai
dengan jadwal. Karena pemberian nutrisi kepada bayi harus diberikan secara
tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa
jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan
bayi. Sehingga saat mulai diberikan nutrisi harus disesuaikan dengan
maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya.
39

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran hasil penelitian dan
merupakan jawaban masalah dan tujuan penelitian.
40

5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa :
5.1.1

Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya
setengahnya (50%) diberikan makanan tambahan dini.

5.1.2

Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timu Surabaya
sebagian besar (53,3%) mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal.

5.1.3

Ada

hubungan

antara

pemberian

makanan

tambahan

dini

dengan

pertumbuhan berat badan bayi setelah dilakuka uji Chi-Square, didapatkan
hasil ρ (0,003) < 0,05 maka H0 ditolak.

5.2 Saran
Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan
antara makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi maka perlu
ditingkatkan :
5.2.1

Dalam memberikan asuhan hendaknya perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi
bayi sejak bayi dalam kandungan hingga bayi lahir, tumbuh dan berkembang.
Sehingga pertumbuhan berat badannya senantiasa dalam batas normal.

5.2.2

Petugas yang bersangkutan hendaknya meningkatkan KIE kepada orang tua
yang akan atau telah memiliki bayi mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh
kembang bayi dan balita. Antara lain tentang ASI eksklusif dan jadwal
41

pemberian makanan, juga cara memantau pertumbuhan berat badan bayi
secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).
5.2.3

Ibu hamil dan menyusui hendaknya lebih meningkatkan gizi yang
dikonsumsinya agar produk ASI-nya berkualitas sehingga pemenuhan
kebutuhan nutrisi dan cairan bayi terpenuhi. Belajar memantau pertumbuhan
berat badan bayinya secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).

5.2.4

Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara pemberian
makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi agar hasil
penelitian lebih representatif.

5.2.5

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, teori riset dan
metodologi penelitian harus diperdalam dan waktu pelaksanaan penelitian
perlu sedikit diperpanjang.
42

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R.E dan Vaugen, V.C. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I.
Jakarta : EGC.
Husaini, Y.K dan Anwar, H.M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah
Mada University Press.
Narendra, M.B, Sularyo, T.S, Soetjiningsih, Suyitno, H dan Ranuh, I.G.N.G. 2002.
Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.
Notoatmodjo, S. 2001. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan.
Jakarta : Infomedika.
Nursalam, 2003. Konsep dan Penetapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : Gaya Baru.
Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan
Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.
Rosidah, D. 2003. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.
Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. 2004. Faktor-faktor Pemberian ASI. Hubungan
Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor sosial Ekonomi, Demografi dan
Perawatan Kesehatan [Internet]. Available from :
http//www.tempo.independen/medika/arsip [accesed January 6th, 2005].
Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan tahun
2003. Majalah Kesehatan. 169 : 31-33.
Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

42
43

Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grafindo Persada.
Perinasia, 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Tim Penerbit Perinasia.
Windhu, P. 2002. Metodologi Penelitian. Surabaya.
Windhu, P. 2002. Statistika Kesehatan. Surabaya.

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balitapjj_kemenkes
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Putri shyafira El - maryam
 
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHsri wahyuni
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Sap Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMT
Sap  	Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMTSap  	Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMT
Sap Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMTMJM Networks
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitiankikyutami
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakFakhriyah Elita
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaBogazius08
 
Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Operator Warnet Vast Raha
 
Masalah gizi balita (2)
Masalah gizi balita (2)Masalah gizi balita (2)
Masalah gizi balita (2)Arrafy
 
Standar Emas Makanan Bayi
Standar Emas Makanan BayiStandar Emas Makanan Bayi
Standar Emas Makanan BayiHealth
 
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdftutihartati9
 

Mais procurados (17)

Sosbud 7
Sosbud 7Sosbud 7
Sosbud 7
 
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
Kb 2 gizi pada bayi dan  balitaKb 2 gizi pada bayi dan  balita
Kb 2 gizi pada bayi dan balita
 
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
Hubungan Karakteristik Anak, Karakteristik Orang tua, Pola Makan, Aktivitas F...
 
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAHKEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
KEBUTUHAN DASAR NEONATUS, BAYI, BALITA, DAN ANAK PRASEKOLAH
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Makanan bergizi dan seimbang untuk anak
Makanan bergizi dan seimbang untuk anakMakanan bergizi dan seimbang untuk anak
Makanan bergizi dan seimbang untuk anak
 
Sap Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMT
Sap  	Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMTSap  	Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMT
Sap Pentingnya Pemberian Makanan Tambahan pada Bayi PMT
 
1
11
1
 
Proposal Penelitian
Proposal PenelitianProposal Penelitian
Proposal Penelitian
 
GIZI PADA IBU HAMIL
GIZI PADA IBU HAMILGIZI PADA IBU HAMIL
GIZI PADA IBU HAMIL
 
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan AnakPertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
 
Kebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remajaKebiasaan makan remaja
Kebiasaan makan remaja
 
Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
Tugas ilmu gizi AKBID PARAMATA KABUPATEN MUNA
 
Masalah gizi balita (2)
Masalah gizi balita (2)Masalah gizi balita (2)
Masalah gizi balita (2)
 
Standar Emas Makanan Bayi
Standar Emas Makanan BayiStandar Emas Makanan Bayi
Standar Emas Makanan Bayi
 
Kadarzi
KadarziKadarzi
Kadarzi
 
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
505-Article Text-837-1-10-20181108.pdf
 

Destaque

Destaque (6)

87 435-1-pb
87 435-1-pb87 435-1-pb
87 435-1-pb
 
4. makalah pengembangan sistem evaluasi pai ii
4. makalah pengembangan sistem evaluasi pai ii4. makalah pengembangan sistem evaluasi pai ii
4. makalah pengembangan sistem evaluasi pai ii
 
100681759 skripsi-keperawatan
100681759 skripsi-keperawatan100681759 skripsi-keperawatan
100681759 skripsi-keperawatan
 
Mix Ciclo Apresentação - 2014
Mix Ciclo Apresentação - 2014Mix Ciclo Apresentação - 2014
Mix Ciclo Apresentação - 2014
 
History of sofware development
History of sofware developmentHistory of sofware development
History of sofware development
 
Currículo de castilla la mancha
Currículo de castilla la manchaCurrículo de castilla la mancha
Currículo de castilla la mancha
 

Semelhante a 31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid

Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Septian Muna Barakati
 
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamilManajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamilnunasf
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaRahmat Ramadhani
 
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahpjj_kemenkes
 
X gizi seimbang bayi dan balita
X gizi seimbang bayi dan balitaX gizi seimbang bayi dan balita
X gizi seimbang bayi dan balitaJonefi
 
PENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPP
PENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPPPENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPP
PENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPPHasnahHasnah17
 
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...Septian Muna Barakati
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalOcie Sabrina
 
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxGIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxImamMunandar38
 
Materi 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdf
Materi 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdfMateri 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdf
Materi 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdfPUSKESMASDAGANGAN
 

Semelhante a 31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid (20)

Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan ber...
 
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamilManajemen asuhan kebidanan ibu hamil
Manajemen asuhan kebidanan ibu hamil
 
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolahKb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb2 kebutuhan dasar neonatus, bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Askep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balitaAskep keluarga pada balita
Askep keluarga pada balita
 
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolahKb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
Kb3 konsep dasar asuhan neonatus bayi, balita dan anak pra sekolah
 
Pemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatusPemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatus
 
Pemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatusPemenuhan nutrisi pada neonatus
Pemenuhan nutrisi pada neonatus
 
gizi anak sekolah.pdf
gizi anak sekolah.pdfgizi anak sekolah.pdf
gizi anak sekolah.pdf
 
X gizi seimbang bayi dan balita
X gizi seimbang bayi dan balitaX gizi seimbang bayi dan balita
X gizi seimbang bayi dan balita
 
Tugas ilmu gizi(ibu dewi)
Tugas ilmu gizi(ibu dewi)Tugas ilmu gizi(ibu dewi)
Tugas ilmu gizi(ibu dewi)
 
PENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPP
PENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPPPENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPP
PENCEGAH STUNTING BAGI REMAJA PUTRA PPPP
 
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi  keberhasilan  pemberian  asi eksklu...
Gambaran faktor faktor yang mempengaruhi keberhasilan pemberian asi eksklu...
 
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposalDeterminan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
Determinan Pemberian ASI Ekslusif Ppt proposal
 
1.3 Gizi Seimbang.pdf
1.3 Gizi Seimbang.pdf1.3 Gizi Seimbang.pdf
1.3 Gizi Seimbang.pdf
 
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptxGIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
GIZI DAN PENGASUHAN KELUARGA SEHAT (1).pptx
 
Mira mydi
Mira mydiMira mydi
Mira mydi
 
TAPE BESEK BERAKZI.pptx
TAPE BESEK BERAKZI.pptxTAPE BESEK BERAKZI.pptx
TAPE BESEK BERAKZI.pptx
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Materi 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdf
Materi 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdfMateri 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdf
Materi 4. Edukasi Pemberian Makan Balita.pdf
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha

Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiOperator Warnet Vast Raha
 

Mais de Operator Warnet Vast Raha (20)

Stiker kk bondan
Stiker kk bondanStiker kk bondan
Stiker kk bondan
 
Proposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bolaProposal bantuan sepak bola
Proposal bantuan sepak bola
 
Surat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehatSurat pernyataan nusantara sehat
Surat pernyataan nusantara sehat
 
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajarSurat pernyataan nusantara sehat fajar
Surat pernyataan nusantara sehat fajar
 
Halaman sampul target
Halaman sampul targetHalaman sampul target
Halaman sampul target
 
Makalah seni kriya korea
Makalah seni kriya koreaMakalah seni kriya korea
Makalah seni kriya korea
 
Makalah makromolekul
Makalah makromolekulMakalah makromolekul
Makalah makromolekul
 
126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul126895843 makalah-makromolekul
126895843 makalah-makromolekul
 
Kafer akbid paramata
Kafer akbid paramataKafer akbid paramata
Kafer akbid paramata
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Mata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budayaMata pelajaran seni budaya
Mata pelajaran seni budaya
 
Lingkungan hidup
Lingkungan hidupLingkungan hidup
Lingkungan hidup
 
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga penggantiPermohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
Permohonan untuk diterima menjadi tenaga pengganti
 
Odher scout community
Odher scout communityOdher scout community
Odher scout community
 
Surat izin keramaian
Surat izin keramaianSurat izin keramaian
Surat izin keramaian
 
Makalah keganasan
Makalah keganasanMakalah keganasan
Makalah keganasan
 
Perilaku organisasi
Perilaku organisasiPerilaku organisasi
Perilaku organisasi
 
Makalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetikaMakalah penyakit genetika
Makalah penyakit genetika
 
Undangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepaUndangan kecamatan lasalepa
Undangan kecamatan lasalepa
 
Bukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajakBukti registrasi pajak
Bukti registrasi pajak
 

31924317 karya-tulis-ilmiah-akbid

  • 1. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan utama selama tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua. ASI terus memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain (Rosidah, 2003). Setelah usia 4 bulan sampai 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan makanan tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah, 2003). Sehingga saat mulai diberikan makanan tambahan harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya (Narendra, dkk, 2002). Di negara-negara yang sudah maju seperti Eropa dan Amerika, makanan padat sebelum tahun 1970 diberikan pada bulan-bulan pertama setelah bayi dilahirkan, akan tetapi setelah tahun tersebut banyak dilaporkan tentang kemungkinan timbulnya efek sampingan jika makanan tersebut diberikan terlalu dini. Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat biasanya pada umur 4 – 5 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur tersebut antara lain 1
  • 2. 2 adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas (Pudjiadi, 2003). Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita, antara lain disebabkan kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2003). Menurut Cesilia M. Reveriani, pakar gizi anak Institut Pertanian Bogor (IPB) yang menguraikan hasil survey penggunaan makanan pendamping ASI sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula, 45,1% makanan cair selain susu formula dan 50% makanan padat. Pemberian susu formula makanan pendamping ASI cair dan yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan cenderung dengan intensitas atau frekuensi yang sangat tinggi sehingga dapat membahayakan dan berakibat kurang baik pada anak, yang dampaknya adalah kerusakan pada usus bayi. Karena pada umur demikian usus belum siap mencerna dengan baik sehingga pertumbuhan berat badan bayi terganggu, antara lain adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga ke obesitas dan malnutrisi. Pada Indonesia sehat 2010, target ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 80%. Penelitian di Kabupaten Lamongan Jawa Timur tahun 2003 menunjukkan sebagian besar responden (59%) memberikan makanan tambahan sebelum bayi
  • 3. 3 berusia 4 bulan dan 41% memberikan makanan tambahan kepada bayinya saat bayi berusia 4 bulan atau lebih (Supriyono, 2003). Di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai pemberian makanan tambahan mulai beberapa hari setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang baik karena pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering menderita diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi atau gangguan pertumbuhan anak, produksi ASI menurun (Narendra, dkk, 2002). Pada dasarnya dapat diharapkan bahwa bayi tidak akan makan secara berlebihan yaitu diberi makanan tambahan dini karena akan berakibat penambahan berat badan berlebihan (Behrman dan Vaughan, 1999). Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 48.974 bayi, 16.729 bayi (33,11%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan, di kecamatan Mulyorejo dari 1.603 bayi, 1.254 bayi (78,23%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Dan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya saat penelitian pendahuluan pada bulan Mei 2005 dari 10 bayi, 7 bayi (70%) diantaranya sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi?
  • 4. 4 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mengidentifikasi pemberian makanan tambahan. 1.3.2.2 Mengidentifikasi pertumbuhan berat badan bayi usia 4 bulan. 1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan tentang pemberian makanan tambahan. 1.4.2 Bagi BPS Sebagai bahan masukan bagi BPS dalam menggalakkan KIE program ASI eksklusif dan pemberian makanan tambahan. 1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Menambah wawasan dalam bidang gizi mengenai hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.
  • 5. 5 BAB 2 LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan 2.1.1.1 Definisi Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan selain ASI dan PASI. Makanan lain ini disebut makanan tambahan (Rosidah, 2003). 2.1.1.2 Tujuan Pemberian makan pada bayi / anak mempunyai suatu tujuan, yaitu : 1. Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup, memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari. 2. Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal. 3. Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat, memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak (Narendra, dkk, 2002). 2.1.1.3 Jenis Jenis makanan tambahan : 1. Makanan pendamping cair Seperti sari buah. 2. Makanan lunak atau lembek Seperti bubur susu, nasi tim saring, dan lain-lain 5
  • 6. 6 3. Makanan padat Seperti nasi tim,nasi dan makanan orang dewasa lainnya (Husaini dan Anwar, 2001). 2.1.1.4 Persyaratan Makanan bayi dan anak harus memenuhi persyaratan, yaitu : 1. Kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak belebihan / kekurangan. 2. Mudah diterima dan dicerna. 3. Jenis makanan dan cara pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan makan yang sehat. 4. Terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit. 5. Susunan menu seimbang (berasal dari 10 – 15 % dari protein, 25 – 35% dari lemak dan 50 – 65 % dari karbohidrat) (Narendra, dkk, 2002). 2.1.1.5 Waktu Tanda bahwa seorang bayi sudah siap untuk menerima makanan tambahan adalah bahwa bayi tersebut : 1. Sekurangnya berusia 4 bulan karena pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih banyak pula, sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI. 2. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas makin bertambah, sedangkan produksi ASI relatif tetap, sehingga diperlukan tambahan makanan selain ASI yang dimulai pada umur 4 – 6 bulan untuk membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI.
  • 7. 7 3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan menelannya. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lunak. Dengan bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah, sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga dapat diberikan makanan dalam posisi duduk. Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir, sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir / gelas yang dipegang oleh orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri dengan menggunakan sendok. Terlalu lambat mulai memberikan makanan tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan menghambat ketrampilan makan bayi (Rosidah, 2003 dan Narendra, dkk, 2002).
  • 8. 8 2.1.1.6 Jadwal Pemberian Makan Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi Umur (bulan) 0–6 ASI Sesuka bayi 2 kali Bubur susu 1 kali Nasi tim saring 2 kali ASI Sesuka bayi Buah 2 kali Nasi tim 9 – 12 Jumlah Sehari Sesuka bayi Buah 6–9 Makanan ASI saja 3 kali Sumber : Perinasia, 2004 Tabel 2.2 Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi Mulai Menyusui Menyusui eksklusif Dalam Waktu 30 – 60 menit Setelah Melahirkan Umur 0 – 6 bulan pertama Makanan tambahan/ Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6 bulan makanan pendamping (umur yang tepat bervariasi atau bila bayi ASI (MP – ASI) menunjukkan kesiapan neorologis dan neoromuskuler) Berikan makanan Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6 tambahan/MP ASI. bulan Teruskan pemberian Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih ASI Sumber : Perinasia, 2004 2.1.2 Pemberian Makanan Tambahan Dini
  • 9. 9 2.1.2.1 Definisi Pemberian makanan tambahan dini adalah memberikan makanan lain selain ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan (Rosidah, 2003). 2.1.2.2 Dampak Pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan : 1. Bayi lebih sering menderita diare karena pembentukan zat anti oleh usus bayi yang belum sempurna. 2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing. 3. Terjadi malnutrisi/gangguan pertumbuhan anak karena zat essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh. 4. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan makanan tambahan tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya dapat menurunkan produksi ASI dan bayi kekurangan zat – zat yang dibutuhkan sebelum usia 4 bulan atau 6 bulan yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain. 5. Tingginya solute load dari makanan tambahan yang diberikan, sehingga dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal 6. Menurunkan daya tahan tubuh bayi karena bayi kekurangan protein yang sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.
  • 10. 10 7. Terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan gerak peristaltik secara sempurna (Narendra, 2002). 2.1.3 Pertumbuhan 2.1.3.1 Definisi Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995). Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat (Narendra, dkk, 2002). 2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain : 1. Faktor dalam (internal) Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.
  • 11. 11 2. Faktor eksternal/lingkungan 1) Faktor pranatal Yang terdiri dari gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologis ibu. 2) Faktor persalinan 3) Pasca natal Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. Pemberian makanan yang mengandung energi berlebihan akan menimbulkan keadaan obesitas, sedangkan zat gizi esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan pencernaan) dan mal absorbsi (gangguan penyerapan)), penyakit kronis/kelainan kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologi, endokrin, sosio– ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan (Narendra, dkk, 2002 dan Pudjiadi, 2003). 2.1.4 Berat Badan Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai dasar perhitungan dosis obat dan makanan.
  • 12. 12 Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya terjadi pada orang kekurangan gizi. Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan, antara lain : 2.1.4.1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. 2.1.4.2 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan. 2.1.4.3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di Indonesia. 2.1.4.4 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur. 2.1.4.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan sebagai dasar pengisiannya. 2.1.4.6 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi, berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai indeks yang tidak tergantung pada umur. 2.1.4.7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat (Supariasa, dkk, 2001).
  • 13. 13 2.1.5 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi. Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga menimbulkan keadaan obesitas (gangguan pertumbuhan berat badan) dan dapat merupakan racun bagi tubuh (Pudjiadi, 2003). Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita antara lain disebabkan karena pemberian makanan tambahan terlalu dini (Supriyono, 2003).
  • 14. 14 2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis 2.2.1 Kerangka Konseptual Faktor Internal Ras/etnik Keluarga Umur Jenis kelamin Genetik Kromosom Faktor Eksternal Gizi (pemberian makanan tambahan dini) Mekanis Toksin/zat kimia Endokrin Radiasi Infeksi Imunologi Penyakit kronis/kelainan kongenital Psikologi Sosio-ekonomi Lingkungan pengasuhan Stimulasi Pertumbuhan berat badan bayi Mal absorbsi dan Mal digesti Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.
  • 15. 15 Narasi Kerangka Konseptual Pertumbuhan berat badan bayi berkaitan dengan masalah perubahan besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram) (Soetjiningsih, 1995). Secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayi antara lain : 1. Faktor Internal Yang terdiri dari ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan kromosom. 2. Faktor Eksternal Yang terdiri dari gizi (pemberian makanan tambahan dini), mekanis, toksin/ zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, imunologi, penyakit kronis/kelainan kongenital, psikologi, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan stimulasi. Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan yang akan menimbulkan keadaan obesitas, zat esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi dan dapat merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan pencernaan) dan mal absorbsi (gangguan penyerapan). 2.2.2 Hipotesis Penelitian Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian, patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2002).
  • 16. 16 Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah : Ada hubungan antara pemberian pertumbuhan berat badan bayi. makanan tambahan dini dengan
  • 17. 17 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Rancang Bangun Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Observasional yaitu pengukuran penelitian yang dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu obyek yang dipandu dengan kuesioner. Sifat penelitian yang digunakan adalah study Cross Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2002). 17
  • 18. 18 Desain : Pertumbuhan Berat Badan Bayi Normal Pemberian Makanan Tambahan Dini Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tidak Normal Pertumbuhan Berat Badan Bayi Normal Pemberian Makanan Tambahan Sesuai Usia Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tidak Normal Gambar 3.1 Rancang Bangun Penelitian Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi. 3.2 Kerangka Kerja Penelitian Ibu dan bayi usia 4 bulan Ibu diberi kuesioner Bayi ditimbang Dianalisa Identifikasi pemberian makanan tambahan 3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling Identifikasi pertumbuhan berat badan bayi
  • 19. 19 3.3.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa kejadian (Nursalam dan Pariani, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan ibu-bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya pada tanggal 20 sampai 30 Juni 2005. 3.3.2 Sampel Sampel adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini sampelnya adalah sebagian bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya. 3.3.3 Sampling Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001). Pemilihan sampel secara acak sederhana. Pada sampling ini setiap subyek dalam populasi mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel. 3.3.3.1 Kriteria Sampel Kriteria sampel terdiri dari 2, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. 1. Kriteria Sampel Inklusi 1) Pasangan ibu-bayi bersedia diteliti. 2) Bayi berusia 4 bulan yang memiliki KMS.
  • 20. 20 3) Bayi tidak sedang atau baru sembuh dari sakit. 4) Bayi tidak punya kelainan kongenital. 2. Kriteria Sampel Eksklusi 1) Pasangan ibu-bayi tidak bersedia diteliti. 2) Bayi tidak berusia 4 bulan dan tidak memiliki KMS. 3) Bayi sedang atau baru sembuh dari sakit. 4) Bayi punya kelainan kongenital. 3.3.3.2 Besar Sampel Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel (Nursalam dan Pariani, 2001). Dengan penelitian ini sampel yang digunakan dihitung dengan mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik yang bermakna dengan menggunakan formula sederhana seperti dibawah ini : n total = 4 Zα π (1 - π ) W2 2 (Windhu, 2002) Keterangan : n total = Besar sampel Z α2 = Standar deviasi yang disesuaikan = 1,96 π = Proporsi dari respon yang diharapkan = 78,23% = 0,7823 W = Besar simpangan = 20% = 0,2 Perhitungan :
  • 21. 21 4 (1,96 ) ( 0,7823)(1 − 0.7823) ( 0,2) 2 2 n total = = 65,4 = 65 Karena sampel terlalu banyak maka dikonversi menjadi : n*= n n -1 1+ N (Windhu, 2002) Keterangan : n* = Besarnya populasi n = Besar sampel = 65 bayi N = Besar populasi dalam waktu 1 bulan = 55 bayi Perhitungan : n*= 65 65 - 1 1+ 55 = 30,09 = 30 bayi Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 bayi. 3.4 Variabel dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian Variabel adalah ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002). 3.4.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independent)
  • 22. 22 Adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah pemberian makanan tambahan dini. 3.4.1.2 Variabel Tergantung (Variabel Dependent) Adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini variabel tergantungnya adalah pertumbuhan berat badan bayi. 3.4.2 Definisi Operasional Tabel 3.1 Definisi Operasional Pemberian Makanan Tambahan Dini dan Pertumbuhan Berat Badan Bayi. No Variabel Definisi Operasional Kategori 1. Pemberian makanan tambahan dini Memberi makanan lain selain ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan yang dilihat melalui kuesioner. - Pemberian makanan tambahan dini yaitu bila ibu memberi makanan pada bayi selain ASI dan PASI seperti makanan lumat/lembek sebelum berusia 4 bulan. - Pemberian makanan tambahan sesuai usia yaitu bila ibu memberi makanan pada bayi selain ASI dan PASI seperti makanan lumat/lembek di atas usia 4 bulan 2. Pertumbuhan berat badan bayi Berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu pada bayi yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram) melalui timbangan bayi dan KMS. - Pertumbuhan berat badan bayi normal bila berat badan berada di garis hijau KMS. - Pertumbuhan berat badan bayi tidak normal bila berat badan berada di atas atau di bawah garis hijau KMS. 3.5 Instrumen Penelitian Skala Pengukuran Nominal Nominal
  • 23. 23 Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, KMS dan timbangan bayi. 3.6 Pengumpulan dan Analisa Data 3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh responden (self-administered questionnare) yaitu ibu yang mempunyai bayi usia 4 bulan dan berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya serta hasil penimbangan berat badan dalam KMS. Kuesioner adalah sebagai daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti yang perlu dijawab oleh responden dengan pilihan jawaban yang telah tersedia. Bentuk kuesioner dengan menggunakan pertanyaan tertutup. Pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder. Data primer berasal dari kuesioner meliputi jenis kelamin bayi, usia responden, pendidikan terakhir responden, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI eksklusif, alasan pemberian susu formula sebelum bayi berusia 4 bulan, usia pemberian makanan tambahan pertama kali, jenis makanan tambahan pertama kali diberikan, dan alasan pemberian makanan tambahan dini. Sedangkan data sekunder diperoleh dari hasil timbangan dalam KMS bayi. Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dimana pengolahan ini meliputi kegiatan editing, koding, dan tabulating yang kemudian data dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total distribusi frekuensi. Masing – masing variabel tersebut kemudian didiskripsikan.
  • 24. 24 3.6.2 Analisa Data Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik responden, identifikasi pemberian makanan tambahan dan identifikasi pertumbuhan berat badan bayi usia 4 bulan. Data umum dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total distribusi frekuensi kemudian masing-masing variabel didiskripsikan. Data khusus akan menggambarkan hubungan antara variabel yang diukur yaitu pemberian makanan tambahan dini dan pertumbuhan berat badan bayi dalam tabel silang (Cross Tabulation) yang kemudian juga didiskripsikan. Kemudian pada analisis hasil penelitian akan menggambarkan hubungan antara variabel yang diukur, dan untuk memperoleh signifikasi hubungan tersebut dilakukan uji statistik yang sesuai yaitu uji Chi-Square (X2) dengan bantuan program komputer (SPSS), dengan taraf signifikasi ρ≤ 0,05 dan nilai kritis X2 tabel sebesar 3,841. Bila X2 hitung lebih besar dari X2 tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. 3.7 Etika Penelitian 3.7.1 Lembar Persetujuan
  • 25. 25 Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Tujuannnya adalah responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden. 3.7.2 Anonimity (tanpa nama) Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh subyek, lembar hanya diberi nomor kode tertentu. 3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan) Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh peneliti (Nursalam, 2003). 3.8 Keterbatasan 3.8.1 Keterbatasan jumlah sampel yang diteliti yaitu terbatas pada ibu dan bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya. 3.8.2 Tidak dibedakan antara bayi aterm dan premature (bayi dengan berat lahir normal dan bayi berat lahir rendah). 3.8.3 Instrumen dan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa adanya. 3.8.4 Kuesioner sebagai alat ukur dan alat pengumpulan data tidak dilakukan uji validitas dan realibilitas terlebih dahulu sehingga hasilnya belum bisa valid dan realibel.
  • 26. 26 3.8.5 Waktu yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian cukup pendek, sehingga hasilnya kurang memuaskan. 3.8.6 Pengetahuan dan pengalaman peneliti masih kurang. BAB 4 HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
  • 27. 27 4.1 Hasil Penelitian Pada bab ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar kuesioner yang diperoleh pada tanggal 20 sampai 30 Juni 2005 di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya. Hasil penelitian meliputi data umum dan khusus. Data-data hasil akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi (prosentase) dan diberikan uraian secara diskripsi. 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian adalah di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya, yang ada di jalan Sutorejo Timur III/39 Surabaya, dan berada di bawah naungan Puskesmas Mulyorejo. Tempat ini melayani pemeriksaan kehamilan, Keluarga Berencana, imunisasi, pengobatan setiap hari dari pukul 06.00 WIB sampai dengan pukul 20.00 WIB, dan pertolongan persalinan normal selama 24 jam. Jumlah kunjungan rata-rata 40 orang perhari. Tenaga kerja di BPS ini meliputi 2 orang bidan, 2 orang perawat kesehatan, 1 orang pembantu umum, dan kolaborasi dengan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan. 4.1.2 Data Umum Penyajian data umum meliputi jenis kelamin bayi, usia ibu, pendidikan terakhir, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI eksklusif, alasan pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan, jenis makanan tambahan dini pertama kali dan alasan pemberian makanan tambahan dini. 4.1.2.1 Jenis Kelamin Bayi 27 Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin bayi Di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya Bulan Juni 2005.
  • 28. 28 No. Jenis Kelamin 1. Laki-laki 2. Perempuan Total Jumlah 17 Prosentase 56,7 13 30 43,3 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai bayi laki-laki sebanyak 17 bayi (56,7%). 4.1.2.2 Usia Ibu Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia responden di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Usia Ibu 1. < 20 tahun Jumlah 0 Prosentase 0 2. 20 – 30 tahun 26 86,7 3. > 30 tahun Total 4 30 13,3 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berusia 20 – 30 tahun sebanyak 26 orang (86,7%). 4.1.2.3 Pendidikan Terakhir Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase
  • 29. 29 1. SD 8 26,7 2. SMP 15 50 3. SMA 4 13,3 4. Akademi/Perguruan Tinggi Total 3 30 10 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (50%). 4.1.2.4 Penghasilan Keluarga Perbulan Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penghasilan keluarga responden perbulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Penghasilan 1. < Rp. 500.000,00 Jumlah 4 Prosentase 13,3 2. Rp. 500.000,00–Rp. 1.000.000,00 18 60 3. > Rp. 1.000.000,00 Total 8 30 26,7 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berpenghasilan Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 perbulan sebanyak 18 orang (60%). 4.1.2.5 Pemberian ASI Eksklusif Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Pemberian ASI Eksklusif 1. ASI eksklusif 2. Tidak ASI eksklusif Jumlah 7 Prosentase 23,3 23 76,7
  • 30. 30 Total 30 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 23 orang (76,7%). 4.1.2.6 Macam-macam ASI Tidak Eksklusif Tabel 4.6 Distribusi frekuensi macam-macam ASI tidak eksklusif di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. 1. Macam-macam ASI Tidak Eksklusif PASI 2. ASI + PASI 7 30,4 3. ASI + PASI + PMT dini 9 39,1 4. ASI + PMT dini 1 4,3 5. PASI + PMT dini Total 5 23 21,9 100 No. Jumlah Prosentase 1 4,3 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sudah diberikan ASI + PASI + PMT dini sebanyak 9 orang (39,1%). 4.1.2.7 Alasan Pemberian Susu Formula Sebelum Usia 4 Bulan Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 23 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, 18 bayi diantaranya sudah mendapat susu formula (PASI) dengan alasan sebagai berikut :
  • 31. 31 Tabel 4.7 Distribusi frekuensi alasan pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Alasan Pemberian Susu Jumlah Prosentase 1 5,5 1. Formula Sebelum Usia 4 Bulan ASI tidak keluar 2. ASI tidak lancar 7 38,9 3. Bayi masih rewel setelah menyusu 7 38,9 4. Ibu sibuk Total 3 18 16,7 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan susu formula sebelum usia 4 bulan karena ASI tidak lancar dan bayi masih rewel setelah menyusui sebanyak 7 orang (38,9%). 4.1.2.8 Pemberian Makanan Tambahan Dini Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 23 bayi yang tidak mendapatkan ASI eksklusif, 15 bayi diantaranya sudah mendapat makanan tambahan dini dengan jenis dan alasan sebagai berikut : 1. Jenis Makanan Tambahan Dini Pertama Kali Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jenis makanan tambahan dini pertama kali diberikan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Jenis Makanan Tambahan Dini Pertama Kali Jumlah Prosentase
  • 32. 32 1. Bubur susu 10 66,7 2. Pisang kerok 5 33,3 3. Nasi tim 0 0 4. Nasi Total 0 15 0 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan bubur susu sebelum bayinya berusia 4 bulan sebanyak 10 orang (66,7%). 2. Alasan Pemberian Makanan Tambahan Dini Tabel 4.9 Distribusi frekuensi alasan pemberian makanan tambahan dini di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. 1. Alasan Pemberian Makanan Tambahan Dini Tidak rewel 2. Cepat gemuk 14 93,3 3. Tradisi Total 0 15 0 100 No. Jumlah Prosentase 1 6,7 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan makanan tambahan dini supaya cepat gemuk sebanyak 14 orang (93,3%). 4.1.3 Data Khusus Penyajian data khusus meliputi variabel-variabel yang diukur yaitu variabel bebas adalah pemberian makanan tambahan dini dan variabel tergantung adalah pertumbuhan berat badan bayi. 4.1.3.1 Pemberian Makanan Tambahan Dini
  • 33. 33 Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pemberian makanan tambahan dini di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. 1. 2. Pemberian Makanan Tambahan Dini Pemberian makanan tambahan sesuai usia Pemberian makanan tambahan dini Total Jumlah Prosentase 15 50 15 30 50 100 Sumber : Data Primer, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia pemberian makanan tambahan pertama kali besarnya sama antara lebih dari 4 bulan dan kurang dari 4 bulan sebanyak 15 orang (50%). 4.1.3.2 Pertumbuhan Berat Badan Badan Bayi Tabel 4.11 Distribusi frekuensi pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. No. Pertumbuhan Berat Badan Bayi 1. Normal 2. Jumlah 14 Prosentase 46,7 16 30 53,3 100 Tidak normal Total Sumber : Data Sekunder, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan berat badan bayi sebagian besar responden tidak normal yaitu sebanyak 16 orang (53,3%). 4.1.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tabel 4.12 Hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005. Pertumbuhan Berat badan Berat badan Total
  • 34. 34 normal tidak nomal Pemberian makanan tambahan dini PMT Sesuai Usia n % n % n % 11 36,7 4 13,3 15 50 PMT Dini Total 3 14 10 46,7 12 16 40 53,3 15 30 50 100 Sumber : Data Primer dan Data Sekunder, 2005 Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian makanan tambahan dini berhubungan dengan pertumbuhan berat badan bayi. Terlihat bahwa dari 15 responden yang memberikan makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi tidak normal sebanyak 12 bayi (40%), sedang bayi yang diberi makanan tambahan sesuai usia dengan pertumbuhan berat badan badan normal sebanyak 11 bayi (36,7%). 4.2 Analisis Hasil Penelitian Untuk mengetahui tingkat signifikasi hubungan variabel bebas yaitu pemberian makanan tambahan dini dan variabel tergantung yaitu pertumbuhan berat badan bayi dimasukkan dalam tabel frekuensi silang (cross tabulating) yang kemudian dilakukan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat kemaknaan α = 0,05, dengan hasil uji statistik X2 (uji hitung) > (uji tabel C) maka H0 ditolak. Apabila harga uji statistik X 2 (uji hitung) < (uji tabel C) maka H0 diterima. Dari hasil penelitian melalui uji statistik Chi-Square dengan tingkat kemaknaan 0,05 menggunakan komputer pada program SPSS diperoleh hasil X 2 hitung yaitu 6,563 lebih besar dari X2 tabel dengan df = (2 – 1) . (2 – 1) = 1 yaitu
  • 35. 35 3,84 dan nilai probabilitas (ρ) 0,003 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak artinya ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. 4.3 Pembahasan 4.3.1 Identifikasi Pemberian Makanan Tambahan Dari 30 bayi 15 bayi mendapatkan makanan tambahan dini, 10 bayi mendapat bubur susu sebagian makanan tambahan pertama yang diterima, sedangkan 4 lainnya mendapatkan pisang kerok. Alasan terbanyak bayi-bayi tersebut diberi makanan tambahan dini supaya cepat gemuk yaitu 14 bayi sisanya 1 bayi supaya tidak rewel. ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan, karena ASI terus memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain. Dari 30 bayi hanya 7 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 23 lainnya tidak. Mereka sudah mendapatkan susu formula dan makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Banyak alasan mengapa para ibu tidak memberikan ASI eksklusif antara lain 7 orang karena ASI tidak lancar, 7 orang mengatakan bayinya masih rewel setelah menyusu, 3 orang karena sibuk dan 1 orang karena ASI tidak keluar serta 5 orang lainnya sudah diberi makanan tambahan. Padahal sebagian besar responden pada dasarnya bisa memberikan ASI eksklusif
  • 36. 36 asalkan mereka mau telaten dan sabar dalam memberikan ASI kepada bayinya. Salah satu cara yaitu ibu bisa menyimpan ASI-nya saat bayi tersebut sudah kenyang sedangkan konsistensi payudara ibu masih keras, dan memberikannya pada saat bayi lapar. ASI bisa bertahan 6 jam di udara terbuka dan 12 jam di dalam lemari es. Sebelum memberikan hendaknya ASI dihangatkan terlebih dahulu dengan merendam ASI dan tempatnya dalam air panas. Sebanyak 18 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00, 8 responden berpenghasilan > Rp. 1.000.000,00 dan sisanya 4 responden berpenghasilan < Rp. 500.000,00. Jadi sebagian besar responden berpenghasilan menengah. Sebanyak 15 responden berpendidikan SMP, 8 responden berpendidikan SD, 4 responden berpendidikan SMA dan sisanya 3 responden berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Jadi sebagian besar responden berpendidikan SMP. Dan sebanyak 26 responden berusia 20 – 30 tahun, dan sisanya 4 responden berusia > 30 tahun. Jadi sebagian besar responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi, usia dan didukung oleh status ekonomi yang baik mendorong seseorang untuk menyadari dan memahami kebutuhan akan kesehatan, sedangkan status ekonomi berkaitan erat dengan pekerjaan dan penghasilan, dan usia mempengaruhi tingkat kematangan seseorang dalam berfikir dan mengambil keputusan (Notoatmodjo, 2001). Hal-hal tersebut di atas kemungkinan merupakan salah satu penyebab pemberian makanan tambahan dini. 4.3.2 Identifikasi Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 4 Bulan
  • 37. 37 Sebanyak 16 bayi dari 30 bayi mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal, sedangkan 14 bayi lainnya normal. Dalam KMS, bayi yang berusia 4 bulan hendaknya memiliki berat badan antara 5200 gram sampai 7400 gram. Diluar itu pertumbuhan berat badan bayi dapat digolongkan tidak normal. Banyak sebab yang dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan pada awal masa kehidupan balita antara lain kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2003). 4.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi. Dari hasil analisa data dapat diketahui bahwa 15 bayi yang mendapat makanan tambahan dini 12 bayi (40%) diantaranya mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia hanya 4 bayi (13,3%) yang mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis alternatif telah diterima, dengan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh X2 hitung 6,653 dan ρ = 0,003. Terjadi peningkatan frekuensi pada pertumbuhan berat badan tidak normal pada bayi yang mendapat makanan tambahan dini daripada bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia, sesuai dengan literatur bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita
  • 38. 38 antara lain disebabkan oleh pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat (Supriyono, 2003). Pemberian makanan tambahan dini di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai. Bayi-bayi yang mendapat makanan tambahan dini memiliki kecenderungan lebih besar mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal daripada bayi-bayi mendapat makanan tambahan sesuai usia, karena pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waku yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh yang pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan bayi tersebut. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah termasuk ras/etnik, jenis kelamin, genetik, penyakit, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan stimulasi. Semua orang tua harus diberitahu mengenai hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Bayi gemuk terlebih obesitas tidak selamanya dapat diartikan sehat. Oleh sebab itu hendaknya pada orang tua harus memberikan nutrisi kepada bayinya sesuai dengan jadwal. Karena pemberian nutrisi kepada bayi harus diberikan secara tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi. Sehingga saat mulai diberikan nutrisi harus disesuaikan dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya.
  • 39. 39 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran hasil penelitian dan merupakan jawaban masalah dan tujuan penelitian.
  • 40. 40 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa : 5.1.1 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya setengahnya (50%) diberikan makanan tambahan dini. 5.1.2 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timu Surabaya sebagian besar (53,3%) mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal. 5.1.3 Ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi setelah dilakuka uji Chi-Square, didapatkan hasil ρ (0,003) < 0,05 maka H0 ditolak. 5.2 Saran Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan antara makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi maka perlu ditingkatkan : 5.2.1 Dalam memberikan asuhan hendaknya perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi bayi sejak bayi dalam kandungan hingga bayi lahir, tumbuh dan berkembang. Sehingga pertumbuhan berat badannya senantiasa dalam batas normal. 5.2.2 Petugas yang bersangkutan hendaknya meningkatkan KIE kepada orang tua yang akan atau telah memiliki bayi mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh kembang bayi dan balita. Antara lain tentang ASI eksklusif dan jadwal
  • 41. 41 pemberian makanan, juga cara memantau pertumbuhan berat badan bayi secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat). 5.2.3 Ibu hamil dan menyusui hendaknya lebih meningkatkan gizi yang dikonsumsinya agar produk ASI-nya berkualitas sehingga pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan bayi terpenuhi. Belajar memantau pertumbuhan berat badan bayinya secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat). 5.2.4 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi agar hasil penelitian lebih representatif. 5.2.5 Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, teori riset dan metodologi penelitian harus diperdalam dan waktu pelaksanaan penelitian perlu sedikit diperpanjang.
  • 42. 42 DAFTAR PUSTAKA Behrman, R.E dan Vaugen, V.C. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I. Jakarta : EGC. Husaini, Y.K dan Anwar, H.M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press. Narendra, M.B, Sularyo, T.S, Soetjiningsih, Suyitno, H dan Ranuh, I.G.N.G. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto. Notoatmodjo, S. 2001. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika. Nursalam, 2003. Konsep dan Penetapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : Gaya Baru. Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Rosidah, D. 2003. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC. Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC. Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. 2004. Faktor-faktor Pemberian ASI. Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor sosial Ekonomi, Demografi dan Perawatan Kesehatan [Internet]. Available from : http//www.tempo.independen/medika/arsip [accesed January 6th, 2005]. Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan tahun 2003. Majalah Kesehatan. 169 : 31-33. Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC. 42
  • 43. 43 Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grafindo Persada. Perinasia, 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Tim Penerbit Perinasia. Windhu, P. 2002. Metodologi Penelitian. Surabaya. Windhu, P. 2002. Statistika Kesehatan. Surabaya.