Tiga kalimat ringkasan dokumen tersebut adalah:
Mengasah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa melibatkan manajemen otak untuk mengaktifkan seluruh potensi otak siswa, khususnya berpikir lateral dan vertikal secara bersamaan dalam menghasilkan ide baru dengan fluency, flexibility, originality, dan elaboration.
1. Mengasah Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dengan Melibatkan
Manajemen Otak (Brain Management)
Maria Ulfa, S.Pd.
Guru SMK Negeri 1 OKU
e-mail : saudagarkaizen@yahoo.com
Abstrak
Banyak siswa menghadapi masalah dalam belajar matematika. Padahal setiap anak memiliki bakat dalam
matematika. Tetapi cara belajar matematika yang salah dapat menyebabkan siswa anti dengan pelajaran
matematika, sedangkan cara belajar matematika yang tepat dapat merangsang anak untuk kreatif
menguasai matematika. Dalam proses pembelajaran matematika, kita perlu menemukan berbagai
terobosan kreatif. Terobosan-terobosan ini membuka wawasan bagi siswa-siswi kita bahwa belajar
matematika itu melibatkan suatu proses kreatif yang menantang. Ketika ingin mengasah kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa, itu artinya gurupun dituntut untuk menyiapkan proses pembelajaran
matematika yang kreatif dan menyenangkan bagi siswa. Proses pembelajaran yang dapat mengaktifkan
seluruh potensi otak siswa baik otak kanan maupun otak kirinya (Brain Management), yang dengan itu
pembelajaran itu akan mencakup pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa.
Kata kunci : Berpikir Kreatif, Manajemen Otak (Brain Management)
A. Pendahuluan
Ketika diajukan pertanyaan Apakah anak-anak kita senang belajar matematika?
Apakah kita dulu senang mempelajari matematika? Hanya sedikit yang akan menjawab
positif. Justru banyak orang yang menjawab bahwa matematika itu sulit. Matematika itu
membebani.
Dengan metode tradisional yang pada umumnya sering terjadi dalam proses
pembelajaran matematika, mengajarkan matematika sebagai ilmu pasti, yang paling
pasti diantara ilmu pasti yang lain. Kebenaran matematika tidak perlu dipertanyakan
lagi. Jadi matematika seperti doktrin. Bagaimana mungkin anak-anak akan
menyukainya.
Tantangan masa depan yang selalu berubah sekaligus persaingan yang semakin
ketat memerlukan keluaran pendidikan yang tidak hanya terampil dalam satu bidang
tetapi juga kreatif dalam mengembangkan bidang yang ditekuni. Hal tersebut perlu
dimanifestasikan dalam setiap mata pelajaran di sekolah, termasuk matematika. Dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
1
2. disebutkan bahwa mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta
didik mulai dari Sekolah Dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Mengembangkan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis maupun
bekerjasama sudah lama menjadi fokus dan perhatian pendidik matematika di kelas,
karena hal itu berkaitan dengan sifat dan karakteristik keilmuan matematika. Tetapi,
fokus dan perhatian pada upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dalam
matematika masih jarang atau tidak pernah dikembangkan.
Dalam catatan sejarah, banyak matematikawan yang sangat kreatif. Al-
Khawaritzmi merumuskan penggunaan angka 0 secara efektif. Descartes
menggambarkan dua sumbu yang berpotongan untuk membantu geometri analisis.
Gauss mengembangkan sistem bilangan kompleks. Semua itu hanyalah sebagian kecil
contoh dari kreativitas matematika yang tanpa batas.
Csikszentmihalyi (dalam Nggermanto : 2010 : 30) mengungkapkan bahwa
kreativitas tidak muncul begitu saja dari dalam diri seseorang. Bakat kreatif memang
penting tetapi lingkungan yang melingkupi dapat menjadi penentu yang lebih penting
lagi. Interaksi dengan lingkungan, berpikiran terbuka terhadap ide orang lain, sistem
pendidikan khusus berperan penting dalam menumbuhkan kreativitas seseorang.
Dalam proses pembelajaran matematika, kita juga perlu menemukan berbagai
terobosan kreatif. Terobosan-terobosan ini membuka wawasan bagi siswa-siswi kita
bahwa belajar matematika itu melibatkan suatu proses kreatif yang menantang. Terkait
dengan hal tersebut diatas, pada makalah ini akan dikaji tentang mengenai mengasah
kemampuan berpikir kreatif matematis dengan melibatkan manajemen otak (Brain
Management)
B. Pembahasan
1. Berpikir Kreatif
Dalam beberapa kamus, saat mencari definisi kreatif maka kita akan
menemukan kata kreativitas, seringkali kreatif dipersamakan dengan kreativitas. Kreatif
merupakan kata dasar dari kreativitas, sedangkan kreativitas adalah aktivitasnya. Kamus
Besar Bahasa Indonesia menyatakan kreativitas sebagai kemampuan untuk mencipta.
Adapun Wikipedia memiliki pengertian kreativitas adalah proses mental yang
2
3. melibatkan pemunculan gagasan dan konsep yang sudah ada. Dari sudut pandang
keilmuan, hasil dari pemikiran kreatif (kadang disebut pemikiran divergen) biasanya
dianggap memiliki keaslian dan kepantasan. Sebagai alternatif, konsepsi sehari-hari dari
kreativitas adalah tindakan membuat sesuatu yang baru.
Supriadi (dalam Narwanti : 2011 : 4) mengatakan tidak ada satu pun definisi
yang dianggap dapat mewakili pemahaman yang beragam tentang kreativitas. Hal ini
disebabkan karena dua alasan, yaitu :
1. Kreativitas merupakan ranah psikologis yang kompleks dan multidimensional,
yang mengandung berbagai tafsiran yang beragam
2. Definisi-definisi kreativitas memberikan tekanan yang berbeda, tergantung dasar
teori yang menjadi acuan pembuat definisi.
Maka Supriadi (dalam Narwanti : 2010 : 4) menyimpulkan bahwa pada intinya
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata, yang relatif berbeda dengan yang sudah ada
sebelumnya.
Dari berbagai definisi diatas dapat digaris bawahi bahwa kunci kreativitas
adalah sesuatu yang BARU. Pada awalnya seseorang menemukan atau menciptakan
sesuatu yang BARU adalah IDE. Ide menurut James Webb Young adalah sebuah
kombinasi baru dari unsur-unsur lama, tidak lebih tidak kurang. Dari definisi tersebut
Jack Foster menyatakan bahwa mendapatkan sebuah ide sangat sederhana seperti
mencipta menu baru, cukup mengambil resep-resep yang sudah ada dikombinasikan
sedemikian rupa, maka muncullah resep baru. Bukan saja sederhana, tetapi seseorang
tidak perlu genius untuk mendapatkannya.
Francis H.Cartier juga mengatakan “Hanya ada satu cara saat seseorang
membutuhkan sebuah ide baru, yaitu dengan menggabungkan atau penyatuan dua ide
atau lebih yang dimilikinya kedalam suatu penjajaran baru, untuk menemukan suatu
hubungan diantara ide-ide tersebut yang belum pernah mereka sadari sebelumnya.”
Sedangkan menurut Arthur Koestler menyatakan bahwa orisinalitas kreatif tidak berarti
menciptakan atau menghasilkan sebuah ide dari suatu ketiadaan melainkan dari suatu
penggabungan pola-pola pikiran yang telah terbentuk dengan baik. Tindakan kreatif itu
menyingkap, menyeleksi, mengubah susunan, menggabungkan, menyintesiskan fakta-
fakta, ide-ide, keahlian dan keterampilan yang sudah ada.
3
4. Amabile (dalam Narwanti : 2011 : 7) menyampaikan bahwa penentuan
kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi, yaitu :
1. Dimensi proses, segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai
produk kreatif
2. Dimensi person, sering dikatakan sebagai kepribadian kreatif
3. Dimensi produk-produk kreatif, menunjukkan hasil perbuatan, kinerja atau karya
seseorang dalam bentuk barang atau gagasan
Setiap orang pada dasarnya memiliki kreativitas dengan tingkat yang berbeda-
beda. Kreativitas seseorang tidak berlangsung dalam kevakuman, melainkan didahului
oleh hasil-hasil kreativitas orang-orang yang berkarya sebelumnya. Dapat dikatakan
juga sebagai kemampuan seseorang menciptakan kombinasi baru dari hal yang telah ada
sehingga menghasilkan sesuatu yang baru.
2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Menurut Munandar (dikutip Jazuli : 2009), kreativitas seseorang tidak muncul
begitu saja, tapi perlu ada pemicu. Kreativitas adalah hasil dari proses interaksi antara
individu dengan lingkungannya, yang berarti bahwa lingkungan dapat menunjang atau
menghambat kreativitas seseorang. Selanjutnya Munandar menjelaskan ciri-ciri
keterampilan berpikir kreatif adalah sebagai berikut :
1. Keterampilan berpikir lancar (fluency)
2. Keterampilan berpikir luwes (flexibility)
3. Keterampilan berpikir orisinil (originality)
4. Keterampilan berpikir rinci (elaboration)
Selanjutnya ciri-ciri tersebut lebih diperjelas lagi oleh William (dalam Killen : 1998),
yang menyatakan bahwa perilaku siswa terkait dengan kreativitas atau berfikir tingkat
tinggi meliputi :
1. Fluency
Kemampuan untuk menghasilkan sejumlah besar ide, produk dan respon
2. Flexibility
Kemampuan untuk memperoleh pendekatan yang berbeda, membangun berbagai
ide, mengambil jalan memutar
4
5. 3. Originality
Kemampuan untuk membangun ide yang tidak biasa, ide cerdas yang mengubah
cara dari yang nyata
4. Elaboration
Kemampuan untuk memotong, mengembangkan atau membubuhi ide atau produk.
5. Risk taking
Mempunyai keberanian untuk menyatakan sendiri kesalahan atau kritikan, tebakan
dan mempertahankan diri sendiri.
6. Complexity
Mencari berbagai alternatif, membawa keluar kekacauan dan menyelidiki kedalam
masalah atau ide yang rumit.
7. Curiosity
Keinginan untuk tahu dan kagum, bermain dengan suatu ide, membuka situasi teka-
teki dan mempertimbangkan sesuatu yang misteri.
8. Imagination
Mempunyai kekuatan untuk visualisasi dan membangun mental image dan meraih
di luar lingkungan nyata.
Ervynck (dikutip Jazuli : 2009), mengatakan bahwa kreativitas matematika adalah
kemampuan untuk memecahkan masalah dan atau mengembangkan struktur berpikir,
melakukan perhitungan yang aneh dari disiplin logika deduktif, dan kemampuan
membangun konsep yang terintegrasi kedalam inti yang penting dalam matematika.
Menurut Siswono (2009), berpikir kreatif merupakan suatu kebiasaan dari
pemikiran yang tajam dengan intuisi, menggerakkan imajinasi, mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan baru, membuka selubung ide-ide yang menakjubkan dan
inspirasi ide-ide yang tidak diharapkan.
Sedangkan De Bono (dikutip Siswono : 2009), membedakan 2 tipe berpikir, yaitu
berpikir lateral dan berpikir vertikal.
Berpikir lateral, mengacu pada penemuan petunjuk-petunjuk baru dalam mencari ide-
ide, generatif yang dapat meloncat dan bergerak agar dapat membangun suatu petunjuk
baru, tidak harus benar pada setiap langkah dan tidak menggunakan kategori-kategori,
5
6. Berpikir vertikal, berhadapan dengan perkembangan ide-ide dan pemeriksaannya
terhadap suatu kriteria objektif, selektif dan berurutan yang bergerak hanya jika terdapat
suatu petunjuk dalam gerakannya, memilih pendekatan-pendekatan yang sangat
menjanjikan pada suatu masalah selama pemikiran lateral membangun banyak alternatif
pendekatan.
Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara
umum, dimana berpikir kreatif merupakan suatu sintesis antara berpikir lateral dan
vertikal yang saling melengkapi. Pengertian ini menyebutkan bahwa dalam berpikir
kreatif melibatkan berpikir logis ataupun analitis sekaligus intuitif.
Dari bebrapa pendapat tersebut, pemakalah mengambil indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis menurut Munandar, yang dirangkum juga dari pendapat para
pakar sehingga didefinisikan sebagai berikut :
1. Fluency
Dapat lancar memberikan banyak ide untuk menyelesaikan suatu masalah
(termasuk dalam memberikan contoh)
2. Flexibility
Dapat memunculkan ide baru (untuk mencoba dengan cara lain) dalam
menyelesaikan masalah yang sama.
3. Originality
Dapat menghasilkan ide yang luar biasa untuk menyelesaikan suatu masalah (dapat
menjawab menurut caranya sendiri)
4. Elaboration
Dapat mengembangkan ide dari ide yang telah ada atau merinci masalah menjadi
masalah yang lebih sederhana.
3. Manajemen Otak (Brain Manajemen)
Windura (dikutip Somakim : 2008), mengatakan bahwa Manajemen otak adalah
kegiatan memahami dan meningkatkan kemampuan otak untuk selalu dapat meng-
upgrade potensi dan kapasitas setiap saat. Dengan kata lain yang lebih sederhana,
manajemen otak adalah upaya kita meningkatkan hardware atau otak kita, bukan pada
software atau ilmu-ilmu semata.
6
7. Para ahli yang mulai meneliti sejak 1930-an percaya bahwa otak kiri adalah otak
rasional, yang erat kaitannya dengan IQ, lebih bersifat logis, aritmatik, verbal,
segmental, fokus, serial (linier), mencari perbedaan, dan bergantung waktu. Sedangkan
otak kanan adalah otak emosional, yang erat kaitannya dengan EQ, bersifat intuitif,
spasial, visual, holistik, difus, paralel (lateral), mencari persamaan, dan tidak tergantung
waktu.
Perbedaan Otak Kiri dan Otak Kanan
Otak Kiri Otak Kanan
Terkait IQ Terkait EQ
Interpersonal, self-centric Interpersonal, other-centric
Kognitif, logis Afektif, intuitif
Analistik Artistik
Kunatitatif Kualitatif
Realistis Imajinatif
Aritmatik Spasial
Verbal, tertera Visual, lambang
Eksplisit Implisit
Segmental Holistik
Fokus Difus
Serial, linier Pararel, lateral
Terencana, cautious Tak terencana, impulsive
Mencari perbedaan Mencari persamaan
Bergantung waktu Tak bergantung waktu
Otak Kiri Otak Kanan
Bahasa Kreativitas
Angka Konseptual
Analisis Seni/musik
Logika Gambar/warna
Urutan Emosi
Hitungan Imajinasi
Detial Melamun
Ingatan Jangka Pendek Ingatan Jangka Panjang
Menurut Dilip Mukerjea (dalam Narwati : 2010 : 55), otak kreatif adalah otak
kiri dan otak kanan yang bekerja sinergis. Pembelajaran kita cenderung dominan
menggunakan otak kiri, bahkan kekuatan otak kiri dibakukan dengan serangkaian tes IQ
(Intelligence Quotient). Seseorang yang memiliki skor IQ tinggi dianggap pintar, cerdas
7
8. dan jenius. Adapun yang skor tes IQ-nya rendah dianggap bodoh. Lalu bagaimana
dengan otak kanan? Dalam pembelajaran juga dituntut dominan menggunakan otak
kanan tanpa mengabaikan otak kiri. Kerja yang seimbang otak kanan dan otak kiri akan
menghasilkan kinerja otak yang sangat maksimal. Pembelajaran yang kreatif adalah
pembelajaran yang mengakomodasi perkembangan otak kanan dan kiri.
Beberapa cara untuk menyeimbangkan syaraf motorik kanan dan syaraf motorik kiri :
Eight Game. Pura-puralah menulis angka delapan tidur atau simbol ∞ di udara
dengan tangan kiri dan kanan secara bersama-sama.
Thumb Game. Acungkanlah jempol tangan kiri dan kelingking tangan kanan,
sambil menyorongkan kedua belah tangan ke arah kanan. Sebaliknya, acungkanlah
jempol tangan kanan dan kelingking tangan kiri, sambil menyorongkan kedua belah
tangan ke kiri.
Pattern Game. Gambarlah pola-pola tertentu di atas kertas kosong, dengan tangan
kiri dan kanan secara bersamaan, ke arah dalam, luar, atas dan bawah.
Rolated Reading. Baliklah sebuah tulisan (atas bawah), lalu bacalah tulisan tersebut
dari kanan ke kiri.
Left- Handed Handling. Peganglah gagang pintu dan bukalah pintu dengan tangan
kiri.
Left- Handed Writing. Tulislah nama panggilan dengan tangan kiri diatas kertas
kosong.
Left- Handed Signing. Buatlah tanda tangan dengan tangan kiri diatas kertas
kosong.
4. Pembelajaran Matematika dengan melibatkan Manajemen Otak
Bateson (dalam Nggermanto : 2010 : 74), membagi pembelajaran menjadi 4
level. Masing-masing level memiliki karakteristik yang berbeda.
Level 0 adalah Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung adalah belajar atau mengajar mengenai hal tertentu.
Level 1 adalah belajar cara belajar
Bila kita sedang belajar matematika, maka kita tidak hanya belajar matematika itu
sendiri. Tetapi kita juga mengajarkan atau belajar cara mempelajari matematika
8
9. yang terbaik. Mungkin 1 cara cocok untuk seorang siswa, tetapi tidak cocok untuk
siswa yang lain. Pada level 1 ini kita menjadi kreatif untuk mencari cara lain lagi
untuk belajar dan mengajarkan matematika.
Level 2 adalah Pembelajaran Paradigma
Pada level ini kita belajar memahami tentang paradigma, perubahan paradigma atau
pembentukan paradigma. Paradigma adalah sebuah konsep dasar yang menjadi
kerangka berpikir seseorang. Apabila siswa secara perlahan dan bertahap menyerap
paradigma bahwa matematika itu menyenangkan, melalui pengalaman langsung
siswa belajar matematika, maka matematika itu memang akan menyenangkan.
Level 3 adalah pembelajaran Pandangan Semesta
Bagaimana kita memandang kehidupan ini secara utuh. Pandangan semesta ini
lebih luas dari paradigma. Bagi orang yang beragama, mereka memandang
kehidupan dunia adalah bagian dari kehidupan yang lebih abadi. Seorang siswa
yang belajar matematika akan berbeda-beda memandang dan menilai matematika.
Bagi siswa yang memandang matematika sebagai suatu kewajiban karena sebagai
syarat lulus sekolah maka mereka akan belajar demi mendapat nilai lulus sekolah.
Tetapi bagi siswa yang memandang bahwa belajar memiliki poin di kehidupan
akhirat maka ia akan belajar dengan semangat yang lebih tinggi.
Matematika sering dianggap sebagai ilmu yang hanya menekankan pada
kemampuan berpikir logis dengan penyelesaian yang tunggal dan pasti. Hal ini yang
menyebabkan matematika menjadi pelajaran yang ditakuti dan dijauhi siswa. Padahal,
matematika dipelajari pada setiap jenjang pendidikan dan menjadi salah satu pengukur
keberhasilan siswa dalam menempuh suatu jenjang pendidikan.
Matematika juga dianggap sebagai sebuah bidang disiplin otak kiri saja.
Matematika hanya mengandalkan kemampuan analisis, logika, perhitungan.
Matematika dianggap tidak mengembangkan kreatifitas, tidak memacu kerja otak
kanan yang imajinatif. Matematika sering dilawankan dengan seni yang dianggap
sebagai bidang yang sangat kreatif. Seni menuntut imajinasi tingkat tinggi dan
melibatkan emosi. Seni identik dengan otak kanan dan intuisi. Sebaliknya matematika
dianggap sebagai bidang yang kaku, tanpa emosi. Seharusnya matematika adalah
bidang yang kreatif, imajinatif dan merangsang otak kanan.
9
10. Narwanti (2010), menyatakan, Prinsip-prinsip pembelajaran yang
mengoptimalkan otak kanan adalah :
1. Hargai kreativitas dan imajinasi siswa
2. Mengajar dengan humor
Ippho Santosa menyatakan bahwa salah satu cara untuk mengembangkan otak
kanan adalah dengan tertawa. Tertawa memiliki manfaat secara psikologis dan
biologis. Tertawa mengurangi kerasnya detak jantung akibat stress. Bayangkan
apabila pembelajaran yang disajikan disertai dengan humor, maka pembelajaran
tersebut akan membuat siswa bebas stress
3. Hiasi pembelajaran dengan game-game menyenangkan
Dengan game-game pembelajaran menjadi tidak kaku dan siswa akan cenderung
lebih bersemangat dan antusias.
4. Manfaatkan musik
Menurut Plato musik adalah alat yang lebih potensial daripada yang lainnya dalam
belajar. Musik membuat seorang rileks, ketika tubuh rileks alam bawah sadar siswa
akan mencerna informasi dengan lebih mudah dan dalam jumlah besar.
5. Gerakkan otak kanan
Tubuh bagian kiri digerakkan oleh otak kanan, maka apabila siswa sering
menggunakan tubuh sebelah kanan tidak ada salahnya kita coba menggerakkan
tubuh sebelah kiri.
Menurut Somakim (2008), beberapa alternatif yang dapat digunakan dan
dikembangkan oleh guru matematika dalam pembelajaran matematika yang melibatkan
otak kiri dan otak kanan atau dikenal dengan manajemen otak (Brain Management)
adalah sebagai berikut:
Gunakan Warna
Gunakan Alat Peraga
Imajinasi
Memberikan kesempatan anak untuk mengeluarkan pendapat
Komputer
Mind Map
10
11. 5. Contoh Soal yang Mengasah Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
(Al Jupri: 2010)
a. Misalkan tenaga 4 ekor sapi sama kuat dengan tenaga 5 ekor kuda. Diketahui
pula bahwa tenaga seekor gajah sama kuat dengan tenaga seekor sapi dan dua
ekor kuda. Nah, manakah yang akan menang lomba tarik tambang bila seekor
gajah dan 3 ekor kuda diadu dengan 4 ekor sapi! Jelaskan pendapatmu !
b. Ada seekor kodok jatuh ke dalam lubang, terperosok, karena dia tidak hati-hati
saat berjalan (meloncat-loncat). Kedalaman lubang tersebut adalah 10 meter.
Sang kodok berusaha keluar dari lubang itu. Bila siang hari, sang kodok akan
dapat merambat sejauh 3 meter. Tapi, di malam hari, karena dingin dan licin,
dia akan kembali terperosok sejauh 2 meter. Begitu seterusnya, sang kodok
berjuang keras agar dapat keluar dari lubang tersebut. Pertanyaannya, dalam
berapa hari sang kodok dapat keluar dari lubang tersebut!
Soal-soal tersebut dapat mengasah kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa sesuai dengan indikator berpikir kreatif matematis itu sendiri, yaitu :
Fluency, dari soal yang ada dapat mengasah siswa untuk memberikan
banyak ide untuk mencari penyelesain soal tersebut.
Flexibility, dari berbagai ide yang dimiliki siswa, maka siswa dapat
menggunakan macam-macam cara untuk mencari solusi dari soal tersebut.
Originality, karena soal tersebut memungkinkan siswa untuk menjawab
dengan bermacam cara maka masing-masing siswa dapat menjawab dengan
caranya sendiri
Elaboration, dengan berbagai ide yang dimiliki siswa, siswa dapat merinci
menjadi penyelesaian yang lebih sederhana.
C. Penutup
Latihan matematika adalah latihan beban mental. Dengan latihan matematika,
mental siswa akan menjadi lebih kuat, logika berpikir siswa menjadi matang, serta
kreativitas yang semakin berkembang. Kita tidak perlu berharap matematika akan
banyak berguna untuk menunjang apapun profesi siswa kita kelak. Tetapi logika yang
11
12. kuat, kreativitas yang tanpa batas karena berlatih matematika akan banyak berguna bagi
kehidupannya.
12
13. DAFTAR PUSTAKA
Al Jupri. (2010). Ngobrol Mat. Cara Asyik Belajar Matematika. Jakarta : Gagas Media.
Darmasyah. (2010). Strategi Pembelajaran Menyenangkan dengan Humor. Jakarta :
PT. Bumi Aksara
Jazuli, Akhmad. (2009). Berpikir Kreatif Dalam Kemampuan Komunikasi Matematika.
Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional, pada tanggal 5 Desember 2009,
di Yogyakarta.
Narwanti, Sri. (2010). Creative Learning. Kiat Menjadi Guru Kreatif dan Favorit.
Yogyakarta : Familia.
Nggermanto, Agus. (2010). APIQ. Creative Math Game. Bandung : Penerbit Nuansa.
Noer, Sri Hastuti. (2009). Model Bahan Ajar Matematika Berbasis Masalah untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Kreatif dan Reflektif (K2R).
Makalah disampaikan dalam Seminar Pendidikan Nasional II, pada tanggal 24
Januari 2009, di Bandar Lampung.
Noer, Sri Hastuti. (2007). Pembelajaran Open-Ended untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif. Makalah disampaikan dalam Seminar Nasional Matematika
dan Pendidikan Matematika, pada tanggal 24 Nopember 2007, di Yogyakarta.
Santosa, Ippho. (2010). 13 Wasiat Terlarang. Dahsyat Dengan Otak Kanan. Jakarta :
Elex Media Komputindo.
Siswono, Tatag Yuli Eko. (2009). Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.
Tersedia: http://suaraguru.wordpress.com. Diakses tanggal : 1 Desember 2011.
Somakim. (2008). Pembelajaran Matematika dengan Melibatkan Manajemen Otak
(Suatu Alternatif Pembelajaran Interaktif). Makalah disampaikan dalam
Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika, pada tanggal 28
Nopember 2008, di Yogyakarta.
13