SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 8
Baixar para ler offline
Indepth Report



Wajah Bopeng Bisnis ICT di Indonesia




                      Oleh:

                 Firdaus cahyadi

      Divisi Knowledge Management SatuDunia
Waktu menunjukan pukul 05.15 wib. Masih pagi. Namun gerbong kereta rel listrik

(KRL) Commuterline jurusan Bogor-Jakarta kota sudah dipadati penumpang. Di kursi

penumpang orang-orang duduk sambil menyibukan diri dengan peralatan elektroniknya.

Ada yang sibuk dengan handphonenya dan ada yang membuka ipadnya.


      Mereka bukan hanya sekedar berkomunikasi atau mengirim pesan singkat

dengan handphonenya. Diantara mereka ada yang asyik bermain game terbaru,

mendengarkan musik. Bahkan diantara mereka ada yang asyik berselancar di internet.


      Apa yang terjadi di dalam gerbong KRL Commuterline pagi itu sudah lazim

terjadi. Perkembangan ICT (Information and Communication Technology) begitu pesat

di negeri ini. Handphone yang sebelumnya menjadi barang mewah, kini hampir dimiliki

oleh setiap orang.


      Masyarakat     kita   pun   nampak   lebih

konsumtif terhadap produk ICT. Masyarakat

tidak lagi membeli produk ICT berdasarkan nilai

kegunaannya namun membelinya karena nilai-

nilai abstrak yang diselipkan di produk ICT

tersebut. Nilai-nilai abstrak yang diselipkan

dalam produk ICT itu salah satunya adalah

identitas. Kita merasa belum menjadi bagian dari kelas menengah jika belum memiliki

smartphone atau handphone dan laptop dengan brand tertentu misalnya.
Lihat saja misalnya, di bulan November 2011 silam, antrean pembeli BlackBerry

telah menimbulkan puluhan orang terluka1. Sebelumnya, pada bulan Juli 2011,

antusiasme masyarakat untuk mendapatkan ponsel Xperia PLAY yang pada saat itu

resmi dijual perdana di Jakarta terlihat jelas dengan panjangnya antrian sejak pukul 6

pagi.


                                                                                  Pesatnya                pasar

                                                                         produk ICT, dari handphone

                                                                         hingga      Ipad,           membuat

                                                                         bisnis ICT begitu „gurih‟ di

                                                                         negeri      ini.    Tahun        2011

                                                                         adalah     tahun          emas    bagi

                                                                         bisnis ICT         ini.     Menurut

                                                                         Menteri       Komunikasi          dan

                                                                         Informatika          (Menkominfo)

Tifatul Sembiring2, bisnis ICT di Indonesia meningkat pesat di tahun 2011.


        Seperti ditulis oleh portal berita Antaranews.com, Menkominfo Tifatul Sembiring

memperkirakan bisnis informasi dan telekomunikasi selama 2011 mencapai Rp360

triliun atau tumbuh sekitar 20 persen dalam dua tahun terakhir. Indikasinya, tentu saja

adalah peningkatan pertumbuhan penjualan gadget dan peningkatan pengakses

internet.




1
  Foto antrian blackberry,sumber: http://us.metro.vivanews.com/news/read/267258-ricuh--loket-jual-blackberry-
bellagio-ditutup
2
  Foto Tifatul Sembiring, sumber: http://bb.webpusat.com/?p=903
Tanda-tanda meningkatnya bisnis ICT di tahun 2011 sebenarnya sudah nampak

sejak tahun 2010 silam. Studi terbaru lembaga penelitian ROA (Research On Asia)

Group pada tahun 2010 misalnya, mengungkapkan perkembangan pasar telepon

selullar (ponsel) Indonesia terus tumbuh pesat. Menurut penelitian itu, pengguna ponsel

di Indonesia tercatat sebanyak 68 juta pada akhir tahun 2006 dan akan tumbuh menjadi

94,7 juta pada tahun 2007. Pada tahun 2010, angka pengguna ponsel di Indonesia pun

diprediksikan mencapai angka 133 juta.


       Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan penjualan laptop atau komputer

jinjing di Indonesia. Merujuk data International Data Corp (IDC) menyebutkan bahwa

total penjualan laptop semester I tahun 2010 mencapai 2,18 juta unit, tumbuh 32,46

persen dibandingkan dengan total penjualan laptop semester I tahun 2009 yang hanya

sebesar 1,6 juta unit.
Pengguna internet di Indonesia pun juga mengalami pertumbuhan pesat.

Menurut Buku Putih “Komunikasi dan Informatika Indonesia” yang diterbitkan oleh

Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2010 menyebutkan bahwa pada

tahun 2007-2008, akses internet dalam rumah tangga Indonesia mengalami

peningkatan pesat.


      Pada tahun 2007, menurut buku putih tersebut, prosentase keluarga Indonesia

yang memiliki akses internet sebesar 5,58 persen. Dan pada tahun 2008 meningkat

menjadi 8,56 persen. Sementara menurut Plt Dirjen Postel Muhammad Budi Setiawan,

seperti ditulis oleh detik.com Juni 2010, mengungkapkan bahwa jumlah pengguna

internet di Indonesia telah mencapai angka 45 juta.


      Sementara dari sisi perangkat yang digunakan, mayoritas pengguna internet di

Indoensia mengaksesnya melalui handphone. Menurut data Effective Measure, firma

yang memiliki spesialisasi dalam pengukuran statistik web, sebanyak 61,88 persen dari

pengguna Internet Indonesia mengakses melalui ponsel.


Kemana Uang Mengalir dari Bisnis ICT


      Pertanyaannya kemudian adalah dari serangkaian angka-angka pertumbuhan

pengguna ICT di Indonesia itu kemanakah uang mengalir? Jangan-jangan ada aliran

uang dalam jumlah besar yang mengalir keluar negeri dari gegap gempita sambutan

warga Indonesia terhadap perkembangan ICT di dunia.


      Seperti tersebut di atas bahwa jumlah pengguna ponsel meningkat pesat dan

juga mayoritas pengakses internet di Indonesia juga menggunakan ponsel dalam
mengaksesnya. Sekarang mari kita lihat jumlah impor ponsel di Indonesia dari tahun ke

tahun.


         Menurut data dari Asosiasi Importir Selullar Indonesia, seperti ditulis salah satu

media massa di Jakarta, menyebutkan bahwa pada tahun 2009, Indonesia mengimpor

ponsel buatan China sebanyak 6,3 juta unit, sementara dari negara lain sebanyak 4,2

juta unit. Pada tahun 2010, impor ponsel dari China sebanyak 9,6 juta unit dan dari

negara lain menurun menjadi 2,4 juta unit.


         Nah, bagaimana dengan bisnis operator selular di Indonesia? Menurut data dari

Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, menyebutkan bahwa hingga kuartal I

tahun 2010, pelanggan telkomsel sebanyak 88.950.000. Sementara pelanggan Indosat

sebesar 39.100.000,       XL Axiata 32.924.000, Hutchinson 7.311.000 dan Natrindo

4.105.156.


         Untuk melihat ada atau tidaknya potensi uang mengalir ke luar negeri, tentu kita

harus melihat komposisi dari pemegang saham lima besar operator selullar di Indonesia

tersebut. Menurut data dari Litbang sebuah media massa yang terbit di Jakarta

menyebutkan bahwa kepemilikan asing dalam Telkomsel mencapai 35 persen,

Hutchinson 60 persen, Indosat 70,14 persen, XL Axiata 80 persen dan Natrindo 95

persen.


         Hal yang sama juga terjadi pada produk laptop. Dari tahun ke tahun impor laptop

di Indonesia semakin meningkat. Seperti ditulis sebuah media massa yang terbit di

Jakarta, sampai November 2009, nilai impor komputer jinjing telah menembus 461 juta

dollar AS. Angka ini melonjak 30,4 persen dibandingkan impor laptop seluruh tahun
2008 yang hanya 353,4 juta dollar AS. Dari nilai impor itu, laptop China menguasai 90,4

persen atau 416,7 juta dollar.


       Potensi mengalirnya uang dalam bisnis telematika juga nampak pada

penggunaan nama domain internet. Menurut data dari PANDI (Pengelola Nama Domain

Indonesia), website yang menggunakan domain indonesia (id) hanya 58.793.

Sementara yang menggunakan domain internasional sebanyak 198.295. Apa ini

artinya? Jika harga domain internasional itu katakanlah Rp 8.000, maka sudah miliaran

uang keluar dari negeri ini.


       Melihat melimpahnya potensi uang mengalir ke perusahaan-perusahan ICT

asing itulah tak heran muncul tekanan dari forum regional dan internasional kepada

Indonesia untuk merubah paradigma bahwa ICT bukan lagi sesuatu yang vital dan

menguasai hajat hidup orang banyak, melainkan hanya komoditas. Karena itu pasar

ICT harus dibuka. Pernyataan itu tercantum dalam penjelasaan RUU Konvergensi

Telematika yang kini sedang dibahas pemerintah.


       Nah, sekarang bola panas ada di tangan pemerintah. Jika pemerintah menuruti

tekanan internasional yang menginginkan perubahan paradigma bahwa ICT sekedar

komoditas dan untuk itu pasar harus dibuka lebar, maka uang dari bisnis ICT akan terus

mengalir ke perusahan-perusahaan asing. Atau pemerintah memiliki paradigma

alternatif, yang melihat ICT bukan hanya sekedar komoditas. Sehingga dengan itu

mengalirnya uang ke perusahaan-perusahaan ICT asing dalam bisnis telematika tetap

bisa dikendalikan. Semoga kali ini pemerintah tidak takut terhadap tekanan asing.
Tentu wajah bopeng bisnis ICT bukan hanya persoalan terdapatnya potensi

uang yang mengalir ke perusahaan-perusahaan ICT asing. Persoalan lainnya tentu saja

adalah makin konsumtifnya masyarakat kita terhadap produk ICT. Seperti dituliskan di

awal. Sikap konsumtif masyarkaat kita sudah melampaui akal sehat. Mereka rela

mengorbankan diri sendiri dan juga orang lain untuk sekedar mendapatkan produk ICT.


      Pendidikan publik tentu diperlukan untuk mengatasi hal ini. Pemerintah dan

anggota   masyarakat    lainnya   perlu   bersinergi   agar   masyarakat   kita   kembali

menggunakan akal sehat dalam membeli produk ICT. Sederhananya, membeli produk

ICT berdasarkan nilai kegunaanya bukan berdasarkan nilai-nilai abstrak yang diselipkan

dalam produk ICT itu.

Mais conteúdo relacionado

Mais de SatuDunia Foundation

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadSatuDunia Foundation
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaSatuDunia Foundation
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoSatuDunia Foundation
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiSatuDunia Foundation
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011SatuDunia Foundation
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)SatuDunia Foundation
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiSatuDunia Foundation
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...SatuDunia Foundation
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...SatuDunia Foundation
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikSatuDunia Foundation
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardanaSatuDunia Foundation
 

Mais de SatuDunia Foundation (20)

Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia uploadUbah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
Ubah kebijakan media dan telematika di indonesia upload
 
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan TelematikaPolicy Paper NGOs Kebijakan Telematika
Policy Paper NGOs Kebijakan Telematika
 
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesiaIndepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
Indepth report belajar dari gerakan sosial digital di indonesia
 
A-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi TelematikaA-Z Konvergensi Telematika
A-Z Konvergensi Telematika
 
Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012 Komik publikasi KM 2012
Komik publikasi KM 2012
 
Indepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindoIndepth report belajar dari kasus lapindo
Indepth report belajar dari kasus lapindo
 
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan InformasiKonglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
Konglomerasi media di Era Digital dan Kebebasan Informasi
 
Mapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in IndonesiaMapping Media Policy in Indonesia
Mapping Media Policy in Indonesia
 
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
Laporan akhir tahun ruu konvergensi telematika 2011
 
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
Presentation media briefing (firdaus cahyadi)
 
120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)120216 digital (mujtaba hamdi)
120216 digital (mujtaba hamdi)
 
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi iiWarta tkpkd lombok tengah edisi ii
Warta tkpkd lombok tengah edisi ii
 
Id mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasaId mdgr2007 bahasa
Id mdgr2007 bahasa
 
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasaId mdgr2007 advokasi_bahasa
Id mdgr2007 advokasi_bahasa
 
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
2 peta-jalan-percepatan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-di-indonesia -...
 
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
1 laporan-pencapaian-tujuan-pembangunan-milenium-indonesia-2010 -201011181321...
 
Mereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinanMereka berani melawan pemiskinan
Mereka berani melawan pemiskinan
 
Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011Sapa edisi 1 desember 2011
Sapa edisi 1 desember 2011
 
Konvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publikKonvergensi industri media dan hak publik
Konvergensi industri media dan hak publik
 
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
Hiv aids dan media sosial  aditya wardanaHiv aids dan media sosial  aditya wardana
Hiv aids dan media sosial aditya wardana
 

Indepth report wajah bopeng bisnis ict di indonesia2012

  • 1. Indepth Report Wajah Bopeng Bisnis ICT di Indonesia Oleh: Firdaus cahyadi Divisi Knowledge Management SatuDunia
  • 2. Waktu menunjukan pukul 05.15 wib. Masih pagi. Namun gerbong kereta rel listrik (KRL) Commuterline jurusan Bogor-Jakarta kota sudah dipadati penumpang. Di kursi penumpang orang-orang duduk sambil menyibukan diri dengan peralatan elektroniknya. Ada yang sibuk dengan handphonenya dan ada yang membuka ipadnya. Mereka bukan hanya sekedar berkomunikasi atau mengirim pesan singkat dengan handphonenya. Diantara mereka ada yang asyik bermain game terbaru, mendengarkan musik. Bahkan diantara mereka ada yang asyik berselancar di internet. Apa yang terjadi di dalam gerbong KRL Commuterline pagi itu sudah lazim terjadi. Perkembangan ICT (Information and Communication Technology) begitu pesat di negeri ini. Handphone yang sebelumnya menjadi barang mewah, kini hampir dimiliki oleh setiap orang. Masyarakat kita pun nampak lebih konsumtif terhadap produk ICT. Masyarakat tidak lagi membeli produk ICT berdasarkan nilai kegunaannya namun membelinya karena nilai- nilai abstrak yang diselipkan di produk ICT tersebut. Nilai-nilai abstrak yang diselipkan dalam produk ICT itu salah satunya adalah identitas. Kita merasa belum menjadi bagian dari kelas menengah jika belum memiliki smartphone atau handphone dan laptop dengan brand tertentu misalnya.
  • 3. Lihat saja misalnya, di bulan November 2011 silam, antrean pembeli BlackBerry telah menimbulkan puluhan orang terluka1. Sebelumnya, pada bulan Juli 2011, antusiasme masyarakat untuk mendapatkan ponsel Xperia PLAY yang pada saat itu resmi dijual perdana di Jakarta terlihat jelas dengan panjangnya antrian sejak pukul 6 pagi. Pesatnya pasar produk ICT, dari handphone hingga Ipad, membuat bisnis ICT begitu „gurih‟ di negeri ini. Tahun 2011 adalah tahun emas bagi bisnis ICT ini. Menurut Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring2, bisnis ICT di Indonesia meningkat pesat di tahun 2011. Seperti ditulis oleh portal berita Antaranews.com, Menkominfo Tifatul Sembiring memperkirakan bisnis informasi dan telekomunikasi selama 2011 mencapai Rp360 triliun atau tumbuh sekitar 20 persen dalam dua tahun terakhir. Indikasinya, tentu saja adalah peningkatan pertumbuhan penjualan gadget dan peningkatan pengakses internet. 1 Foto antrian blackberry,sumber: http://us.metro.vivanews.com/news/read/267258-ricuh--loket-jual-blackberry- bellagio-ditutup 2 Foto Tifatul Sembiring, sumber: http://bb.webpusat.com/?p=903
  • 4. Tanda-tanda meningkatnya bisnis ICT di tahun 2011 sebenarnya sudah nampak sejak tahun 2010 silam. Studi terbaru lembaga penelitian ROA (Research On Asia) Group pada tahun 2010 misalnya, mengungkapkan perkembangan pasar telepon selullar (ponsel) Indonesia terus tumbuh pesat. Menurut penelitian itu, pengguna ponsel di Indonesia tercatat sebanyak 68 juta pada akhir tahun 2006 dan akan tumbuh menjadi 94,7 juta pada tahun 2007. Pada tahun 2010, angka pengguna ponsel di Indonesia pun diprediksikan mencapai angka 133 juta. Hal yang sama juga terjadi pada pertumbuhan penjualan laptop atau komputer jinjing di Indonesia. Merujuk data International Data Corp (IDC) menyebutkan bahwa total penjualan laptop semester I tahun 2010 mencapai 2,18 juta unit, tumbuh 32,46 persen dibandingkan dengan total penjualan laptop semester I tahun 2009 yang hanya sebesar 1,6 juta unit.
  • 5. Pengguna internet di Indonesia pun juga mengalami pertumbuhan pesat. Menurut Buku Putih “Komunikasi dan Informatika Indonesia” yang diterbitkan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2010 menyebutkan bahwa pada tahun 2007-2008, akses internet dalam rumah tangga Indonesia mengalami peningkatan pesat. Pada tahun 2007, menurut buku putih tersebut, prosentase keluarga Indonesia yang memiliki akses internet sebesar 5,58 persen. Dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 8,56 persen. Sementara menurut Plt Dirjen Postel Muhammad Budi Setiawan, seperti ditulis oleh detik.com Juni 2010, mengungkapkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai angka 45 juta. Sementara dari sisi perangkat yang digunakan, mayoritas pengguna internet di Indoensia mengaksesnya melalui handphone. Menurut data Effective Measure, firma yang memiliki spesialisasi dalam pengukuran statistik web, sebanyak 61,88 persen dari pengguna Internet Indonesia mengakses melalui ponsel. Kemana Uang Mengalir dari Bisnis ICT Pertanyaannya kemudian adalah dari serangkaian angka-angka pertumbuhan pengguna ICT di Indonesia itu kemanakah uang mengalir? Jangan-jangan ada aliran uang dalam jumlah besar yang mengalir keluar negeri dari gegap gempita sambutan warga Indonesia terhadap perkembangan ICT di dunia. Seperti tersebut di atas bahwa jumlah pengguna ponsel meningkat pesat dan juga mayoritas pengakses internet di Indonesia juga menggunakan ponsel dalam
  • 6. mengaksesnya. Sekarang mari kita lihat jumlah impor ponsel di Indonesia dari tahun ke tahun. Menurut data dari Asosiasi Importir Selullar Indonesia, seperti ditulis salah satu media massa di Jakarta, menyebutkan bahwa pada tahun 2009, Indonesia mengimpor ponsel buatan China sebanyak 6,3 juta unit, sementara dari negara lain sebanyak 4,2 juta unit. Pada tahun 2010, impor ponsel dari China sebanyak 9,6 juta unit dan dari negara lain menurun menjadi 2,4 juta unit. Nah, bagaimana dengan bisnis operator selular di Indonesia? Menurut data dari Direktorat Jenderal Pos dan Telekomunikasi, menyebutkan bahwa hingga kuartal I tahun 2010, pelanggan telkomsel sebanyak 88.950.000. Sementara pelanggan Indosat sebesar 39.100.000, XL Axiata 32.924.000, Hutchinson 7.311.000 dan Natrindo 4.105.156. Untuk melihat ada atau tidaknya potensi uang mengalir ke luar negeri, tentu kita harus melihat komposisi dari pemegang saham lima besar operator selullar di Indonesia tersebut. Menurut data dari Litbang sebuah media massa yang terbit di Jakarta menyebutkan bahwa kepemilikan asing dalam Telkomsel mencapai 35 persen, Hutchinson 60 persen, Indosat 70,14 persen, XL Axiata 80 persen dan Natrindo 95 persen. Hal yang sama juga terjadi pada produk laptop. Dari tahun ke tahun impor laptop di Indonesia semakin meningkat. Seperti ditulis sebuah media massa yang terbit di Jakarta, sampai November 2009, nilai impor komputer jinjing telah menembus 461 juta dollar AS. Angka ini melonjak 30,4 persen dibandingkan impor laptop seluruh tahun
  • 7. 2008 yang hanya 353,4 juta dollar AS. Dari nilai impor itu, laptop China menguasai 90,4 persen atau 416,7 juta dollar. Potensi mengalirnya uang dalam bisnis telematika juga nampak pada penggunaan nama domain internet. Menurut data dari PANDI (Pengelola Nama Domain Indonesia), website yang menggunakan domain indonesia (id) hanya 58.793. Sementara yang menggunakan domain internasional sebanyak 198.295. Apa ini artinya? Jika harga domain internasional itu katakanlah Rp 8.000, maka sudah miliaran uang keluar dari negeri ini. Melihat melimpahnya potensi uang mengalir ke perusahaan-perusahan ICT asing itulah tak heran muncul tekanan dari forum regional dan internasional kepada Indonesia untuk merubah paradigma bahwa ICT bukan lagi sesuatu yang vital dan menguasai hajat hidup orang banyak, melainkan hanya komoditas. Karena itu pasar ICT harus dibuka. Pernyataan itu tercantum dalam penjelasaan RUU Konvergensi Telematika yang kini sedang dibahas pemerintah. Nah, sekarang bola panas ada di tangan pemerintah. Jika pemerintah menuruti tekanan internasional yang menginginkan perubahan paradigma bahwa ICT sekedar komoditas dan untuk itu pasar harus dibuka lebar, maka uang dari bisnis ICT akan terus mengalir ke perusahan-perusahaan asing. Atau pemerintah memiliki paradigma alternatif, yang melihat ICT bukan hanya sekedar komoditas. Sehingga dengan itu mengalirnya uang ke perusahaan-perusahaan ICT asing dalam bisnis telematika tetap bisa dikendalikan. Semoga kali ini pemerintah tidak takut terhadap tekanan asing.
  • 8. Tentu wajah bopeng bisnis ICT bukan hanya persoalan terdapatnya potensi uang yang mengalir ke perusahaan-perusahaan ICT asing. Persoalan lainnya tentu saja adalah makin konsumtifnya masyarakat kita terhadap produk ICT. Seperti dituliskan di awal. Sikap konsumtif masyarkaat kita sudah melampaui akal sehat. Mereka rela mengorbankan diri sendiri dan juga orang lain untuk sekedar mendapatkan produk ICT. Pendidikan publik tentu diperlukan untuk mengatasi hal ini. Pemerintah dan anggota masyarakat lainnya perlu bersinergi agar masyarakat kita kembali menggunakan akal sehat dalam membeli produk ICT. Sederhananya, membeli produk ICT berdasarkan nilai kegunaanya bukan berdasarkan nilai-nilai abstrak yang diselipkan dalam produk ICT itu.