Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi pada remaja putri di SMP Negeri 1 Kedondong, Kabupaten Pesawaran tahun 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswi memiliki pengetahuan yang kurang baik tentang menstruasi dan pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi. Terdapat hubungan antara pengetahuan tentang
TEKNIK MENJAWAB RUMUSAN SPM 2022 - UNTUK MURID.pptx
Jurnal firnando
1. HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN
PELAKSANAAN KEBERSIHAN DIRI SAAT MENSTRUASI PADA
REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI I KEDONDONG
KABUPATEN PESAWARAN TAHUN 2014
FIRMANDO BINAWAN
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu Lampung
ABSTRAK
Salah satu ruang lingkup kesehatan reproduksi adalah Kesehatan Reproduksi
Remaja. Menurut WHO (2013) 1, 2 Milyar atau seperlima penduduk di bumi ini
adalah remaja, 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Hasil SDKI 2012,
responden wanita ditanya apakah mereka mendiskusikan dengan orang lain
tentang haid, menunjukkan bahwa 53% wanita membicarakan hal tersebut dengan
teman yang belum tentu mengetahui kebenaran informasi yang didapatnya.
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau
reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan reproduksi. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menstruasi dengan
pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi pada remaja putri di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2014.
Jenis penelitan ini adalah kuantitatif dengan cross sectional. Penelitin ini di
SMP Negeri I Kedondong Kabupaten Pesawaran Tahun 2014. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh remaja putri di SMP Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014 sebanyak 216 Siswi dan diambil sampel penelitian
sebanyak 69 sampel dengan metode cluster random sampling. Alat pengumpul
data untuk mengukur pengetahuan dan pelaksanaan kebersihan diri saat
menstruasi dalam penelitian ini berupa angket. Analisa data bivariat menggunakan
uji chi square.
Hasil penelitian diperoleh pengetahuan tentang menstruasi remaja putri di
SMP Negeri I Kedondong sebagian besar kurang baik, yaitu sebesar 40 orang
(58%), Pelaksanaan kebersihan diri saat menstruasi pada remaja putri di SMP
Negeri I Kedondong sebagian besar kurang baik yaitu sebesar 37 orang (53,6%).
Hasil uji statistik chi square didapat p value = 0,003, dapat disimpulkan ada
hubungan pengetahuan tentang mentruasi dengan pelaksanaan kebersihan diri saat
menstruasi pada remaja putri di SMP Negeri I Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014. Bagi lokasi penelitian perlu melakukan kerja sama dengan tenaga
kesehatan wilayah kerja setempat untuk memberikan penyuluhan kesehatan
reproduksi remaja terutama tentang kebersihan genitalia saat menstruasi.
Kata Kunci : Pengetahuan, Pelaksanaan Kebersihan Diri Saat Menstruasi
Kepustakaan : 42 (2006-2014)
i
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
2. PENDAHULUAN
ii
Dewasa ini kesehatan reproduksi
mendapat perhatian khusus secara
global sejak diangkatnya isu tersebut
dalam Konferensi Internasional
tentang Kependudukan dan
Pembangunan (International
Conference on Population and
Development, ICPD), di Kairo, Mesir,
pada tahun 1994. Hal penting dalam
konferensi tersebut adalah
disepakatinya perubahan paradigma
dalam pengelolaan masalah
kependudukan dan pembangunan dari
pendekatan pengendalian populasi
dan penurunan fertilitas menjadi
pendekatan yang terfokus pada
kesehatan reproduksi serta upaya
pemenuhan hak-hak reproduksi
(Depkes, 2005).
Salah satu ruang lingkup kesehatan
reproduksi adalah Kesehatan
Reproduksi Remaja. Menurut WHO
(2013) 1, 2 Milyar atau 1/5 penduduk
di bumi ini adalah remaja, 85%
diantaranya hidup di negara
berkembang. Banyak sekali remaja
yang sudah aktif dalam seksual dan di
berbagai wilayah kira-kira separuh
dari mereka sudah menikah.
Kegiatan seksual menempatkan
remaja pada tantangan risiko terhadap
berbagai masalah kesehatan
reproduksi. Setiap tahun kira-kira 15
juta remaja berusia 15-19 tahun
melahirkan, 4 juta melakukan aborsi,
dan hamper 100 juta terinfeksi
penyakit menular seksual (PMS).
Risiko kesehatan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor yang saling
berhubungan misalnya tuntutan untuk
kawin muda dan hubungan seksual,
akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan, ketidak setaraan jender,
kekerasan seksual dan pengaruh
media massa maupun gaya hidup
yang popular (WHO, 2013).
Penelitian yang dilakukan di
Amassoma Negara Bagian Bayelsa
pada tahun 2013, menunjukan bahwa
54,5% dari responden memiliki
persepsi yang buruk tentang
menstruasi sehingga menyebabkan
sebagian besar responden memiliki
perilaku yang buruk saat menstruasi
hal ini dapat terlihat bahwa hanya
sebagian (88,5%) yang melakukan
pencucian alat genetalia saat
menstruasi, mencukur area genital
65,1%, mandi teratur 60,8%,
penggunaan pembalut 53,6 %,
penggunaan deodoran 45,9% dan
relaksasi di rumah 30,1% (Adika Et
Al, 2013).
Hasil SDKI 2012, responden
wanita ditanya apakah mereka
mendiskusikan dengan orang lain
tentang haid sebelum mereka
mengalami haid yang pertama,
menunjukkan bahwa lebih dari
setengah wanita membicarakan hal
tersebut dengan teman 53% atau
dengan ibunya 41%, serta 24,6% atau
satu dari empat wanita tidak
mendiskusikan tentang haid dengan
orang lain sebelum mengalami haid
yang pertama. Dari data diatas
menunjukkan bahwa masih banyak
remaja yang belum mengetahui
tentang masa menstrusi karena
sebagian besar mendapatkan
informasi dari teman sebaya yang
masih belum (SDKI, 2012).
Hasil survei Pusat Penelitian
Kesehatan (Puslitkes) Universitas
Indonesia bekerja sama dengan Sentra
Kawula Muda (Skala) PKBI
Lampung dan World Population
Foundation (WPF) Indonesia
diketahui bahwa dari 634 responden
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
3. iii
remaja di Bandar lampung, sebanyak
13,1% kurang mengetahui terhadap
kesehatan reproduksi remaja, 6,5%
remaja putri tidak mengetahui
kebersihan diri saat menstruasi, 4,6%
pernah melakukan seks vaginal,
3,5% pernah masturbasi bersama dan
1,1% pernah berhubungan seks
anal (Ayep, 2010).
Penelitian yang dilakukan di
Dusun Serbajadi Kecamatan Natar
Lampung Selatan tentang kebersihan
alat kelamin pada saat mentruasi dari
69 responden yang memiliki kategori
baik terdapat 52,17%, cukup 43,48%
dan kurang 4,35% (Puji Harti, 2010).
Menstruasi pertama bisa menjadi
saat yang menyusahkan bagi anak
perempuan, hal ini umumnya
disebabkan karena kurang atau
salahnya informasi mengenai
menstruasi, remaja seringkali
kekurangan informasi dasar mengena
kesehatan reproduksi dan akses
terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang terjangkau dan
terjamin kerahasiaannya, dan
kenyataan atau persepsi remaja yang
terhadap sikap tidak senang terhadap
petugas kesehatan akan semakin
membatasi pelayanan kesehatan
reproduksi meski pelayanan
kesehatan reproduksi itu ada
(Soetjiningsih, 2007).
Kebiasaan menjaga kebersihan,
termasuk kebersihan organ-organ
seksual atau reproduksi, merupakan
awal dari usaha menjaga kesehatan.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah
dalam rahim terbuka sehingga sangat
mudah terkena infeksi. Perawatan
kesehatan dan kebersihan adalah hal
yang banyak dibicarakan dalam
masyarakat. Biasanya hal ini
diajarkan oleh orangtua kita sejak kita
masih kecil. Orangtua sering kali
tidak merasa nyaman membicarakan
masalah seksual, biasanya masalah
kesehatan dan kebersihan yang
dibicarakan hanya menyangkut hal
yang umum saja, sedangkan urusan
kesehatan organ seksual jarang kita
dapatkan dari mereka (Sarwono,
2008).
Menurut Notoatmojo (2010), salah
satu faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan termasuk
kebersihan diri saat mentruasi
disebabkan oleh pengetahuan.
Semakin baik pengetahuan remaja
putri tentang mentruasi maka akan
memiliki prilaku kebersihan diri yang
baik saat mentruasi, begitu juga
sebaliknya remaja putri yang kurang
mengetahui tentang mentruasi maka
akan mengabaikan kebersihan diri
saat terjadi menstruasi pada dirinya.
SMP Negeri 1 Kedondong
merupakan salah satu SMP Negeri di
Kabupaten Pesawaran yang memiliki
jumlah siswa sebanyak 565 siswa
terdiri 313 siswa putri dan 252 siswa
putra. Saat peneliti melakukan
prasurvey tanggal 3 Februari 2014,
menurut guru Bimbingan Konseling
di SMPN kedondong selama ini tidak
pernah dilakukan penyuluhan
mengenai kesehatan reproduksi pada
siswa di sekolahan tersebut. Hasil
wawancara terhadap 30 remaja putri
yang peneliti temui terdapat 15 (50%)
kurang mengetahui tentang
menstruasi dan 10 (67%) dari 15 yang
kurang mengetahui tentang
menstruasi diantaranya kurang
memahami cara personal higiene alat
kelamin pada saat mentruasi, dan
mengatakan tidak pernah
mendapatkan penjelasan tentang
menstruasi dari ibu dan hanya tahu
dari teman. Remaja putri memiliki
pengetahuan baik tentang menstrusi
sebanyak 15 (50%) karena
mendapatkan penjelasan dari guru
biologi dan orang tua serta saudara
perempuannya.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
4. iv
Berdasarkan latar belakang dan
fenomena diatas maka penulis tertarik
melakukan peneltian tentang
hubungan pengetahuan tentang
menstruasi dengan kebersihan diri
saat menstruasi pada remaja putri di
SMP Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014.
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuantitatif
dengan pendekatan cross sectional
yaitu penelitian untuk mempelajari
dinamika korelasi antar faktor-faktor
dengan cara pendekatan, observasi
atau pengumpulan data sekaligus
pada suatu saat (Notoadmodjo, 2010)
Lokasi penelitian ini adalah di
SMP Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014.
Populasi dalam penelitian ini
adalah seluruh remaja putri di SMP
Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014 sebanyak 216
Siswi dan diambil sampel sebanyak
69 siswi dengan teknik cluster
sampling.
Variabel independent pada
penelitian ini adalah Pengetahuan
sedangkan variabel dependent yang
diteliti pada penelitian ini adalah
Kebersihan diri saat mentruasi.
Analisa data pada penelitia ini
menggunakan analisa univariat
dengan rumus persentase bertujuan
untuk mengetahui distribusi frekuensi
masing-masing variablel sedangan
untuk mengetahui hubungan antar
variabel dalam penelitian ini
menggunakan analisa bivariat
menggunakan uji chi square. Taraf
kesalahan yang digunakan adalah 5%,
untuk melihat hasil kemaknaan
perhitungan statistik digunakan batas
kemaknaan 0,05. Berarti jika p value
< 0,05 maka hasilnya bermakna yang
artinya Ho ditolak dan Ha diterima.
HASIL PENELITIAN DAN
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
PEMBAHASAN
1. Pengetahuan tentang menstruasi.
Pengetahuan Remaja Tentang
Menstruasi di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014, dapat diketahui sebesar
40 siswa (58,2%) memiliki
pengetahuan kurang baik dan sebesar
29 siswa (42,0%) memiliki
pengetahuan baik.
Pengetahuan adalah hasil tahu dan
ini terjadi setelah orang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu,
penginderaan terhadap obyek terjadi
melalui panca indra manusia, yakni:
penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba (Menurut
Notoatmodjo, 2010).
Menurut Dwi (2007) selama ini
seluk beluk kesehatan reproduksi
remaja termasuk jenis dan funsi alat
reproduksi masih belum cukup
dipahami baik oleh orang dewasa
maupun remaja sendiri. Banyak orang
dewasa seperti orang tua, guru,
pemuka masyarakat dan tokoh
masyarakat, dan tokoh pemuda tidak
siap membantu remaja menghadapi
masa pubertas. Akibatnya remaja
tidak memiliki pengetahuan dan
ketrampilan untuk menghadapi
berbagai perubahan, gejolak dan
masalah yang sering timbul pada
masa remaja. Mereka kemudian
terjebak dalam masalah fisik,
psikologis dan emosional yang
kadang- kadang sangat merugikan.
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Reni Oktoria (2004) dengan judul
pengetahuan dan sikap siswa tentang
seksualitas remaja SMUN 1 Krui
Kabupaten Lampung Barat, desain
5. v
penelitian ini adalah deskristif dengan
sampell penelitian sebanyak 130
siswa SMUN 1 Krui. Hasil penelitian
didapat mayoritas 87,3% pengetahuan
siswa dalam katagori rendah dan 65%
dalam katagori sikap buruk.
Menurut peneliti kurangnya
pengetahuan remaja di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014 tentang menstruasi
kemungkinan pertama disebabkan
karena kurangnya pendidikan
kesehatan dan sosialisasi baik dari
orang tua maupun tenaga kesehatan
tentang menstruasi kepada remaja
sejak dini. Hasil wawancara bebas
menurut sebagian besar remaja
selama ini orang tua jarang
memberikan informasi secara jelas
dan terperinci tentang kesehatan
reproduksi dan juga mereka belum
pernah mendapatkan penyuluhan
tentang kesehatan reproduksi dari
petugas kesehatan.
Kemungkinan kedua disebabkan
karena budaya yang tabu untuk
membicarakan masalah yang
berhubungan dengan kesehatan
reproduksi terutapam berkaitan
dengan oragan intim. Banyak orang
tua yang mengangap pendidikan
mengenai seks masih diaggap tabu
sehingga remaja mengalami
kebingungan dalam mencari
informasi mengenai pendidikan seks
termasuk menstruasi. Berdasarkan
wawancara bebas terhadap remaja
mengatakan menstruasi mmerupakan
suatu hal yang berhubungan dengan
alat kelamin sehingga remaja enggan
untuk mencari informasi tentang
menstruasi karena malu untuk
menanyakan kepada guru dan orang
tua. Hal ini disebabkan pemberian
informasi tentang kesehatan
reproduksi yang disampaikan
keluarga tidak terbuka, tidak
transparan dan tidak jelas makna dan
bahasa yang tidak mudah pahami oleh
remaja sehingga remaja tidak
memiliki objek pengetahuan yang
bisa diamati.
Begitu besarnya pengaruh
pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi terhadap
psikologis remaja diperlukan peran
orang tua, guru dan petugas kesehatan
untuk memberikan pendidikan
melalui komunikasi keluarga yang
efektif, pemberian kurikulum ekstra
kulikuler tentang kesehatan reprduksi
dan melakukan penyuluhan secara
rutin tentang kesehatan reproduksi
untuk mencegah prillaku negatif
remaja terhadap kesehatan
reproduksi.
2. Pelaksanaan Kebersihan diri
Saat Menstruasi.
Kebersihan diri dalam masa
mentruasi pada remaja putri di SMP
Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014, dapat
diketahui sebesar 37 siswa (53,6%)
melaksanakan kebersihan diri saat
menstruasi dalam katagori kurang
baik dan sebesar 32 siswa (43,4%)
mealaksanakan kebersihan diri saat
menstruasi dalam katagori baik.
Personal hygiene berawal dari
bahasa Yunani, berasal dari kata
Personal yang artinya perseorangan
dan Hygiene berarti sehat. Dari
pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa kebersihan perorangan atau
personal hygiene adalah suatu
tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan, baik fisik
maupun psikisnya (Laily dan
Sulistyo, 2012).
Menstruasi pertama bisa menjadi
saat yang menyusahkan bagi anak
perempuan, hal ini umumnya
disebabkan karena kurang atau
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
6. vi
salahnya informasi mengenai
menstruasi, remaja seringali
kekurangan informasi dasar mengena
kesehatan reproduksi dan akses
terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi yang terjjangkau dan
terjamin kerahasiaannya, dan
kenyataan atau persepsi remaja yang
terhadap sikap tidak senang terhadap
petugas kesehatan akan semakin
membatasi pelayanan kesehatan
reproduksi meski pelayanan
kesehatan reproduksi itu ada
(Soetjiningsih, 2007).
Hasil ini sejalan dengan penelitian
Deseti (2010) tentang hubungan
pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang feminine hygiene dengan
infeksi saluran reproduksi. Hasil
penelitian didapatkan pengetahuan
sebesar 95,46% baik, sikap 80% dan
perilaku 56,37 % baik dan dengan
analisis bivariat adanya hubungan
yang signifikan antara pengetahuan (p
value = 0,001), sikap (p value = 0,
004) dan perilaku mengenai feminine
hygiene (p value 0,001) terhadap
infeksi saluran reproduksi.
Berdasarkan teori diatas menurut
peneliti masih banyaknya remaja putri
di SMP Negeri I Kedondong
Kabupaten Pesawaran Tahun 2014,
yang meiliki perilaku kurang baik
dalam melakukan kebersihan diri saat
menstruasi, kemungkinan disebabkan
karena kurangnya pengetahuan
remaja putri tentang menstruasi, hasil
penelitian pada tabel 4.2 menyatakan
58,2% responden kurang mengetahui
materi tentang menstruasi.
3. Hubungan Pengetahuan tentang
Menstruasi dengan Pelaksanaan
Kebersihan Diri Saat Menstruasi
pada Remaja Putri.
Hubungan pengetahuan tentang
mentruasi dengan pelaksanaan
kebersihan diri saat menstruasi pada
remaja putri di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014, dapat diketahui bahwa
70% remaja putri yang memiliki
pengetahuan kurang baik,
melaksanakan kebersihan diri saat
menstruasi kurang baik sedangkan
31% remaja putri dengan
pengetahuan baik, juga melaksanakan
kebersihan diri saat menstuasi dalam
katagori kurang baik . Hasil uji
statistik chi square didapat nilai p
value = 0,003 (0,003 < 0,05), maka
dapat disimpulkan ada hubungan
pengetahuan tentang mentruasi
dengan pelaksanaan kebersihan diri
saat menstruasi pada remaja putri di
SMP Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014. OR didapat
5,185 artinya remaja putri dengan
pengetahuan kurang baik berpeluang
melaksanakan kebersihan diri kurang
baik sebesar 5,185 kali dibandingkan
dengan remaja putri yang memiiliki
pengetahuan baik tentang menstruasi.
Menurut Notoatmodjo (2010),
salah satu faktor yang mempengaruhi
perilaku kesehatan termasuk
kebersihan diri saat mentruasi
disebabkan oleh pengetahuan.
Semakin baik pengetahuan remaja
putri tentang mentruasi maka akan
memiliki prilaku kebersihan diri yang
baik saat mentruasi, begitu juga
sebaliknya remaja putri yang kurang
mengetahui tentang mentruasi maka
akan mengabaikan kebersihan diri
saat terjadi menstruasi pada dirinya.
Hasil ini sejalan dengan Penelitian
Primastuti (2010) dengan judul
hubungan antara pengetahuan tentang
menstruasi dengan sikap menghadapi
menarche sisiwi SD. Analisa data
dengan chisquare test pada taraf
signifikansi 95%. Hasil Penelitian :
terdapat 76% siswi kurang
mengetahui menstruasi dan 55%
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
7. vii
memiliki sikap yang kurang baik.
Analisa data dengan chi square nilai
p= 0.022 Kesimpulan : Ada hubungan
antara pengetahuan tentang
menstruasi dengan sikap menghadapi
menarche.
Adanya hubungan pengetahuan
pengetahuan tentang mentruasi
dengan pelaksanaan kebersihan diri
saat menstruasi pada remaja putri di
SMP Negeri I Kedondong Kabupaten
Pesawaran Tahun 2014, kemungkinan
disebabkan kurangnya pengetahuan
remaja putri tentang menstruasi di
wujudkan dalam tindakan kurang baik
juga dalam menjaga kebersihan diri
saat menstruasi. Hasil wawancara
terhadap remaja putri yang memiliki
perilaku kurang baik menjaga
kebersihan diri saat menstruasi
menagatakan mereka kurang
memahami tentang cara melakukan
kebersihan diri saat mesntruasi dan
tidak mengetahui dampak yang
disebabkan akibat dari tidak
melakukan kebersihan diri saat
menstruasi.
Adanya remaja yang memiliki
pengetahuan baik tetapi memliki
perilaku kurang baik dalam
kebersihan diria saat menstruasi
kemungkinan disebabkan oleh faktor
lain seperti ekonomi keluarga,
berdasarkan hasil wawancara
terhadap responden yang memiliki
pengetahuan baik tetapi tidak
melaksanakan kebersihan diri saat
menstruasi dengan baik mengatakan
mereka tidak punya cukup uang untuk
membeli pembalut yang cukup saat
menstruasi. Begitu juga sebaliknya
adanya responden yang memiliki
pengetahuan kurang baik tetapi tetap
melaksanakan kebersihan diri saat
menstruasi dengan baik disebabkan
karena didukung oleh keluarga,
sehingga mereka melaksanakan
kebersihan diri dikarenakan mendapat
dukungan dari keluarga.
Oleh karena itu diharapan peran serta
keluarga dalam meningkatkan
pengetahuan remaja putri tentang
menstruasi untuk membentuk
perilaku baik dalam melaksanakan
kebersihan diri saat menstruasi.
Kebiasaan menjaga kebersihan,
termasuk kebersihan organ-organ
seksual atau reproduksi, merupakan
awal dari usaha menjaga kesehatan.
Pada saat menstruasi, pembuluh darah
dalam rahim terbuka sehingga sangat
mudah terkena infeksi
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan
pembahasan penelitian yang berjudul
hubungan pengetahuan tentang
menstruasi dengan pelaksanaan
kebersihan diri saat menstruasi pada
remaja putri di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut:
a. Pengetahuan tentang menstruasi
remaja putri di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014, sebagian besar
kurang baik, yaitu sebesar 40
orang (58%).
b. Pelaksanaan kebersihan diri saat
menstruasi pada remaja putri di
SMP Negeri I Kedondong
Kabupaten Pesawaran Tahun 2014,
sebagian besar kurang baik yaitu
sebesar 37 orang (53,6%).
Ada hubungan pengetahuan tentang
menstruasi dengan pelaksanaan
kebersihan diri saat menstruasi
pada remaja putri di SMP Negeri I
Kedondong Kabupaten Pesawaran
Tahun 2014. P value = 0,003, OR
= 5,185.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
8. viii
B. Saran
1. Bagi Institusi
a. SMP N 1 Kedondong
Perlu melakukan kerja sama dengan
tenaga kesehatan wilayah kerja
setempat untuk memberikan
penyuluhan kesehatan reproduksi
remaja terutama tentang kebersihan
genitalia saat menstruasi dan
menyediakan sumber bacaan tentang
kesehatan reproduksi di perpustakaan
sekolah.
b. Pendidikan
Perlu menyediakan sumber bacaan
terbaru tentang kesehatan reproduksi
wanita yang dapat dijadikan referensi
untuk untuk penelitian selanjutnya
sehingga dapat meningkatkan kualitas
pendidikan.
2. Bagi Responden Penelitian
Perlu meningkatkan pengetahuan
siswi mengenai kebersihan genitalia
saat menstruasi dengan cara siswi
harus banyak membaca buku,
mendengarkan berita melalui radio
dan melihat acara televisi tentang
kebersihan genitalia saat menstruasi
agar pengetahuan bertam bah baik.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut
tentang kebersihan genitalia saat
menstruasi pada remaja putri dengan
metode penelitian yang berbeda,
variabel yang berbeda, jumlah
populasi dan sampel yang lebih
banyak, sehingga akan dieproleh
hasil yang lebih baik.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
.
DAFTAR PUSTAKA
Adika Et Al, 2013. Self care
practices of menstrual hygiene
among adolescents school going
girls in Amassoma Community,
Bayelsa State. Dalam
http://www.academicjurnas.org/I
NM. diakses tanggal 3 februari
2014.
Mighwar, 2006. Psikologi Remaja.
Bandung : Pustaka Setia.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
Asrinah, Dkk, 2011. Mensruasi dan
Permasalahannya. Yogyakarta :
Pustaka Panesa.
Ayep, 2010. Perilaku Seks Bebas
pada Remaja Lampung
Meningkat. Dalam
www.Lontarui.com. Diakses
tanggal 3 Februari 2013.
BKKBN, 2011. Panduan Kesehatan
Reproduksi Remaja (KRR).
Jakarta : BKKBN.
Burns, R.B. 2000. Konsep Diri Teori,
Pengukuran, Perkembangan dan
Perilaku. Alih Bahasa: Eddy.
Jakarta : Penerbit Arcan.
Depkes RI, 2005. Kebijakan dan
Strategi Nasional Kesehatan
Reproduksi di Indonesia. Jakarta
: Depkes RI.
Deseti, 2010. Hubungan
pengetahuan, sikap dan perilaku
tentang feminine hygiene
Mahasiswi Universitas Kristen
Maranatha dengan infeksi
9. ix
saluran reproduksi. Dalam
www.unsu.co.id diakses tanggal
18 Maret 2014.
Dianawati , 2003. Pendidikan dan
Seks untuk Remaja.Jakarta
:Kawan. Pustaka.
Dwi. S, 2007. Perbedaan tingkat
pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi sebelum
dan sesudah penyuluhan di SMA
Negeri 2 Ungaran Kabupaten
Semarang. Karya Tulis Ilmiah.
Prodi DIII Kebidanan FIKKES
UNIMUS.
Fitria, A. 2007. Panduan Lengkap
Kesehatan Wanita. Yokyakarta:
Gala Ilmu Semesta.
Hastono, 2007. Analisa Data
Kesehatan. Jakarta : FKM
Universitas Indonesia
Hawari, D. 2001. Manajemen stress,
cemas, dan depresi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia.
Isro’in, 2012. Personal Hygiene
Konsep, Proses dan Aplikasi
dalam Praktek Keperawatan.
Jakarta : EGC.
Khomsan A. 2004. Peranan Pangan
dan Gizi untuk Kualitas Hidup.
Jakarta : Gramedia. Widiasarana
Indonesia.
Kusmiran, 2011. Kesehatan
Reproduksi Wanita dan Remaja.
Jakarta : Salemba Medika.
Maulana, 2008. Cara Cerdas
Menghadapi Kehamilan Dan
Mengasuh bayi. Jogjakarta: Kata
Hati.
Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Dan
Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu
,2005. Metodologi
penelitian kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
2010. Ilmu Perilaku
Kesehatan. Jakarta : Rieneka Cipta
Octaria, 2008. Siklus Haid,
SindromPra-Haid, Serta Gangguan
Haid
Paath, E. F, 2004. Gizi dalam
Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, 2008. Ilmu
Kebidanan. Jakarta: P.T Bina
Pustaka.
Prawirohardjo, 2007. Pelayanan
Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina
Pustaka.
Primastuti, 2010. Hubungan antara
pengetahuan tentang menstruasi
dengan sikap menghadapi
menarche pada remaja putri di
SD Negeri Bulukantil Jebres
Surakarta. dalam
www.library.unimus.com.
diakses tanggal 1April 2013-04-
14.
Proverawati, 2009. Menarhce;
Pertama Penuh Makna.
Bandung: Nuha Medika.
Pujiharti, 2010. Upaya Pencegahan
Penularan PMS dengan
Kebersihan Alat Reproduksi di
SMAN 1 Lampung Selatan.
Skripsi. Lampung: Universitas
Negeri Lampung.
10. x
Reni Oktoria, 2004. Pengetahuan dan
sikap siswa tentang seksualitas
remaja SMUN 1 Krui Kabupaten
Lampung Barat. Karya Tulis
Ilmiah: Universitas Malahayati.
Samadi. 2004. Geografi SMA Kelas 3.
Jakarta:Yudhistira Ghalia.
SDKI, 2012. Survei Demografi dan
kesehatan Indonesia 2012.
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Jakarta: Tim SDKI.
Soetjiningsih, 2007. Buku Ajar
Tumbuh Kembang Remaja dan
Permasalahannya. Jakarta :
Sagung Seto.
Stuart & Gail, 2006. Buku Saku
Keperawatan Jiwa, Edisi 5. Jakarta :
EGC
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung : CV.Alfabeta.
Sulistiana, 2009. Hubungan
pengetahuan menstruasi dengan
perilaku kesehatan remaja puteri
tentang menstruasi di SMPN I
Trenggalek. dalam
http://digilib.uns.ac.id/. diakses
tanggal 26 April 2013.
Suliswati, 2005. Konsep Dasar
Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC
Suryati, 2012. Hubungan dukungan
teman sebaya dengan perilaku
kebersihan saat menstruasi.
Dalam
http//Jurnalhealthquality.com
diakses tanggal 14 Maret 2014.
Wartonah, 2010. Kebutuhan Dasar
Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
WHO, 2013. Program Advokasi
Kesehatan Reproduksi Remaja.
Dalam
http://wri.or.id/homepage-id/
diakses tanggal 1 Maret 2014.
Widyastuti, 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta: Fitra Maya.
Wong, D.L, et al.,2009. Buku ajar
keperawatan pediatrik. Jakarta :
EGC.
www.Menkokesra.go.id. diakses
tanggal 1 April 2013.
Jurnal Keperawatan STIKes Aisyah Pringsewu