SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 61
Baixar para ler offline
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PADA PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA
      LHOKNGA - ACEH BESAR




                OLEH :




       NAMA : RYAN PRAMANDA

       NPM   : 07.05.3.1855/TI




         FAKULTAS TEKNIK
   UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA
                 2011
LAPORAN KERJA PRAKTEK
PADA PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA
      LHOKNGA - ACEH BESAR


              DENGAN TUGAS KHUSUS

    PROSES PRODUKSI YANG OPTIMAL

           DI UNIT SEMEN MILL




                    OLEH :

    NAMA            : RYAN PRAMANDA

    NPM             : 07. 05. 3. 1855

    JURUSAN         : TEKNIK INDUSTRI




           FAKULTAS TEKNIK
    UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA
                  2010 - 2011
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

                                     FAKULTAS TEKNIK

                                UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA




                            LEMBARAN TUGAS



            Diberikan Kepada        : Ryan Pramanda

            Dosen pembimbing        : Ir. Iskandar Mirza, M.Si

            Jurusan                 : Teknik Industri

            Jangka Waktu            : 1 (satu) Bulan

            Judul                   : Proses Produksi yang Optimal di Unit Semen
                                      Mill




       Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknik Industri                Dosen Pembimbing




JAMALUDDIN, ST. MT                           IR. ISKANDAR MIRZA, M.SI
NIDN: 0127117102                             NIDN: 0108066603
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING



        Laporan Kerja Praktek pada PT. Lafarge Cement Indonesia di Lhoknga Aceh
Besar mulai 1 Juni s/d 30 Juni 2011 yang telah dilaksanakan oleh :




                      Nama              : Ryan Pramanda

                      NPM               : 07. 05. 3. 1855

                      Fakultas          : Teknik

                      Jurusan           : Teknik Industri




        Laporan Kerja Praktek ini merupakan sebagian dari syarat-syarat guna
memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa.




                                                        Langsa,

                                                        Diketahui oleh

                                                        Dosen pembimbing




                                                        Ir. Iskandar Mirza, M.Si
                                                        NIDN: 0108066603
LEMBAR PENGESAHAN
              TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
                  UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA


        Laporan Kerja Praktek pada PT. Lafarge Cement Indonesia di Lhoknga Aceh
Besar. Mulai dari tanggal 1 Juni s/d 30 Juni 2011 telah diselesaikan oleh :

                           Nama                  : Ryan Pramanda
                           NPM                   : 07. 05. 3. 1855
                           Jurusan               : Teknik Industri
        Telah diperiksa dan di setujui guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat
memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa.

                                                          Langsa,
Mengetahui,                                               Disetujui / Disahkan oleh :
Ketua Jurusan Teknik Industri                             Dosen Pembimbing,




Jamaluddin, ST. MT                                        Ir. Iskandar Mirza, M.Si
NIDN: 0127117102                                          NIDN: 0108066603


                                 Mengetahui / Menyetujui,
                                A.n Dekan Fakultas Teknik
                             Pembantu Dekan Bid. Akademik
                                Universitas Samudra Langsa




                                Ir. Syamsul Bahri Widodo
Kata Pengantar

        Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang

tidak   diketahui    oleh   hamba-Nya   berkat   rahmat-Nya,   praktikan   dapat

menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Serta shalawat kepada Rasulullah SAW

yang membawa pelita bagi dunia. Laporan kerja praktek ini adalah rangkaian dari

kegiatan Kerja Praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia (PT. LCI), persyaratan

akademik bagi setiap mahasiswa sarjana Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik

Universitas Samudra Langsa, untuk membuat data hasil kegiatan setelah kerja

praktek di industri dalam bentuk laporan yang akan disampaikan pada seminar

kerja pratek.

        Praktikan menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan.

Dengan segala kerendahan hati praktikan menerima kritik dan saran yang sifatnya

membangun demi sempurnanya laporan ini.

        Praktikan mengucapkan terima kasih yang teramat mulia Ibunda dan

Ayahanda tercinta yang senantiasa mendo’akan keberhasilan pratikan, serta

ucapan terima kasih juga praktikan sampaikan kepada:

   1.   Bapak Sofyan Adi ST, Pembimbing Kerja Praktek Proses Produksi

        PT. Lafarge Cement Indonesia.

   2.   Bapak Ir. T. Iskandar Mirza, M.Si, Dosen Pembimbing Kerja Praktek.

   3.   Bapak Abdul Khalim, Supervisor Proses Produksi di PT. Lafarge Cement

        Indonesia.

   4.   Bapak Jamaluddin ST.MT., Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas

        Samudra Langsa.
5.   Bapak Ir. Syamsul Bahri Widodo, Pembantu Dekan I Fakultas Teknik

       Universitas Samudra Langsa.

  6.   Bapak Irwansyah, Bapak Khamaruddin, Bapak Arif Syahrizal, dan

       sahabat-sahabat praktikan yang mendukung Kerja Praktek di PT. Lafarge

       Cement Indonesia.

  7.   Serta seluruh karyawan proses produksi PT. LCI, serta semua pihak yang

       telah membantu dalam pratikan laporan ini.

       Akhirnya pratikan berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pratikan

khususnya dan pembaca umumnya.




                                                    Langsa, 28 November 2011
                                                    Praktikan ybs,




                                                    Ryan Pramanda
                                                    NPM: 07.05.3.1855
DAFTAR ISI

Lembar Pengesahan Jurusan ..............................................................                     i
Lembar Pengesahan Pembimbing ......................................................                         ii
Lembar Pengesahan Fakultas .............................................................                   iii
Lembar Pengesahan Pabrik ................................................................                  iv
Kata Penghantar .................................................................................           v
Daftar Isi ............................................................................................   vii
Daftar Tabel .......................................................................................      viii
Daftar Gambar ...................................................................................          ix
Daftar Lampiran .................................................................................         xii
BAB. I PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang ........................................................................           1

1.2       Maksud dan Tujuan.................................................................                2

1.3       Pembatasan Masalah ...............................................................                2

BAB. II TINJAUAN TENTANG PERUSAHAAN

2.1        Sejarah Ringkas Perusahaan dan Lokasi PT. LCI ................                                   4

2.2        Organisasi Manajemen Perusahaan .......................................                          6

2.3        Segmen Distribusi Pasar ........................................................                 6

2.4        Kesehatan dan Keselamatan Kerja.........................................                         6

BAB. III SEMEN DAN PROSES PRODUKSI SEMEN

3.1        Semen dan Klasifikasi Semen ................................................                     8

3.2        Urutan Uraian Proses Pembuatan Semen di PT. LCI ............                                   13

3.3        Persiapan Bahan Baku ...........................................................               14

3.4        Proses Penggilingan Bahan Baku Di Raw Mill .....................                               18

3.5        Proses Pemanasan Awal (Prehaeter) ....................................                         19

3.6        Proses Pembakaran (Kiln) .....................................................                 24
3.7      Proses Pendinginan (Cooler) .................................................                   26

3.8      Proses Akhir Penggilingan (Semen Mill) ...............................                          28

3.9      Proses Pengantongan Semen (packing) .................................                           28

3.10     Peralatan Bantu Proses Pembuatan Semen ............................                             29

3.11     Utilitas ....................................................................................   30

BAB. IV PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS

4.1      Tugas Khusus .........................................................................          32

4.2      Metedelogi Tugas Khusus......................................................                   32

4.3      Pembahasan Semen Mill ........................................................                  33

BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1      Kesimpulan ............................................................................         46

5.2      Saran ......................................................................................    47

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................                   48
DAFTAR TABEL

                                                                                          halaman

Tabel 3.1 Spesifik Produk........................................................................   12

Tabel 3.2 Reaksi dalam pembakaran ......................................................            23

Tabel 4.1 Dimensi Cement Mill ..............................................................        36

Tabel 4.2 Persentase Cement Mill ..........................................................         36

Tabel 4.3 Target Quality Cement Mill ....................................................           41
DAFTAR GAMBAR

                                                                                                halaman

Gambar 3.1 OPC .....................................................................................      11

Gambar 3.2 PCC .....................................................................................      12

Gambar 3.3 Uraian Proses.......................................................................           13

Gambar 3.4 Limestone ............................................................................         14

Gambar 3.5 Siltstone ...............................................................................      15

Gambar 3.6 Shale ....................................................................................     15

Gambar 3.7 Iron Sand .............................................................................        16

Gambar 3.8 Gypsum ...............................................................................         16

Gambar 3.9 Pozzolan ..............................................................................        17

Gambar 3.10 Raw Mill ..............................................................................       18

Gambar 3.11 Bagan Raw Mill ..................................................................             18

Gambar 3.12 Pre Heater ............................................................................       19

Gambar 3.13 Sistem Cyclone ....................................................................           20

Gambar 3.14 Diagram Alir Pemanasan dan Pembakaran .........................                               22

Gambar 3.15 Kiln ......................................................................................   24

Gambar 3.16 Wilayah Pembakaran Kiln ..................................................                    26

Gambar 3.17 Cooler ..................................................................................     26

Gambar 3.18 Cement Mill ........................................................................          28

Gambar 3.19 Packing ................................................................................      28

Gambar 3.20 Utilitas Air ...........................................................................      31

Gambar 4.1 Alur Proses Cement Mill .....................................................                  34
Gambar 4.2 Hopper .................................................................................      34

Gambar 4.3 Weight Feeder .....................................................................           34

Gambar 4.4 Tube Cement Mill ...............................................................              35

Gambar 4.5 Karakter Ball Mill ...............................................................            37

Gambar 4.6 Penyaring.............................................................................        38

Gambar 4.7 Sistem Dust Collector .........................................................               38

Gambar 4.8 Fan .......................................................................................   39

Gambar 4.9 Separator..............................................................................       39
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Flow Chat Proses .................................................................    49

Lampiran 2 Production of Cement by the dry process ............................                  50

Lampiran 3 CCR operation Raw Mill .....................................................          51

Lampiran 4 CCR operation Kiln .............................................................      52

Lampiran 5 CCR operation Kiln Outlet ..................................................          53

Lampiran 6 CCR operation Cement Mill 2 .............................................             54

Lampiran 7 CCR operation Cement Mill Out Put ..................................                  55

Lampiran 8 Organization Chart PT. LCI ................................................           56

Lampiran 9 Proposed Organisation of Production Departement ............                          57

Lampiran 10 Cement Mill No. 1 Log Sheet ..............................................           58

Lampiran 11 Cement Mill No. 1 Log Sheet ..............................................           59

Lampiran 12 Cement Mill No. 2 Log Sheet ..............................................           60

Lampiran 13 Cement Mill No. 2 Log Sheet ..............................................           61

Lampiran 14 Raw Mill Control .................................................................   62

Lampiran 15 Raw Mill Control .................................................................   63

Lampiran 16 Process Flow Sheet CM#1...................................................           64

Lampiran 17 Process Flow Sheet CM#2...................................................           65

Lampiran 18 LHO Process Flow Sheet .....................................................         66

Lampiran 19 Indonesia Lhoknga Cement Plant Recontruction Project ....                            67
BAB I
                             PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang

       Dalam pengembangan teknik industri, kemajuan teknologi yang semakin

pesat untuk memproduksi bahan mentah menjadi bahan baku agar lebih dapat

dimanfaat oleh orang banyak untuk kebutuhannya. Di dalam suatu perusahaan

proses produksi erat kaitannya dengan hasil yang telah diproduksi yaitu proses

optimal, hasil kwalitas dan mencapai kuantitas yang lebih baik.

       Oleh sebab itu, kondisi kenikerja perusahaan harus selalu dalam keadaan

baik. Apalagi jika mesin diharapkan dapat bekerja selama 24 jam non-stop. Proses

produksi haruslah dalam pencapaian semen yang baik agar konsumen dapat

menikmati kepuasan hasil produksi. Kepuasan hasil produksi sangat tergantung

pada proses produksi sampai tahap penggilingan akhir yang dihasilkan di proses

produksi semen di cement mill di PT. Lafarge Cement Indonesia.

       PT. Lafarge Cement Indonesia yang merupakan bagian dari Lafarge

International, sebuah perusahaan multinasional yang berpusat di Lyon Perancis,

dan mendedikasikan bisnisnya pada pemenuhan kebutuhan bahan konstruksi,

merupakan satu-satunya yang berpusat di Lhoknga, Aceh Besar, Provinsi Aceh di

Indonesia. Di perusahaan ini proses produksi dilakukan secara continou atau

terus-menerus sistem pemenuhan target pengisian silo-silo hasil penampungan

tahapan-tahapan semen. Di PT. Lafarge Cement Indonesia, setiap mesin

mempunyai peranan masing-masing dan saling berkesinambungan. Dan dalam

proses produksinya terdapat 5 tahap utama yaitu: Quarrying, Raw Milling, Kiln
Burning & Cooling, Cement Milling, dan Packing. Bagian yang menjadi objek

kajian penulis adalah tahap Cement Milling pada mesin Cement Mill no. 2.

         Berangkat dari keadaan tersebut, maka penulis mengambil judul “Proses

Produksi Semen Yang Optimal Pada Unit Semen Mill No. 2” (Studi kasus : PT.

Lafarge Cement Indonesia).

1.2      Maksud Dan Tujuan

         Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dari laporan ini adalah :

      1. Dengan adanya kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa akan

         menambah ilmu pengetahuanan pengalaman yang nyata sehingga apa yang

         didapatkan dibangku kuliah dapat diaplikasikan dilapangan.

      2. Untuk mengenal langsung proses produksi sistem pengolahan dalam PT.

         Lafarge Cement Indonesia.

      3. Agar terjalin timbal balik antara dunia pendidikan dan instansi / lapangan

         usaha.

      4. Membiasakan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah dan melakukan

         penelitian.

      5. Sebagai perbandingan antara apa yang telah didapatkan dibangku kuliah

         dengan kenyataan dilapangan.

1.3      Pembatasan Masalah

         Dalam studi ini diperlukan beberapa batasan masalah agar dapat lebih

terarah dalam analisanya. Adapun beberapa batasan masalah yang diambil antara

lain adalah:

   1.    Data input hanya diambil dari, masuknya bahan pengolahan ke Cement

         Mill no. 2 PT. Lafarge Cement Indonesia.
2.   Proses pengolahan produksi pada Cement Mill no. 2 dan cara alur kerja

     optimalnya.

3.   Data out-put hanya diambil dari, keluarnya bahan hasil dari Cement Mill

     no. 2 PT. Lafarge Cement Indonesia.
BAB II
               TINJAUAN TENTANG PERUSAHAAN


2.1    Sejarah Ringkas Perusahaan dan Lokasi PT. Lafarge Cement

       Indonesia (PT. LCI).

       Pembangunan PT. Semen Andalas Indonesia didirikan pada tahun 1980

yang saham tersebut dipegang oleh perusahaan Blue Circle Industries dari Inggris

dan bekerja sama dengan Cementia Holding A. G dari Swiss. Pada tahun 1983

PT. Semen Andalas Indonesia mulai berjalan produksinya dan telah memperoleh

hasil 1,2 juta ton pertahun. Pada tahun 1989 Lafarge acquired (mengakuisisi)

saham Cementia Holding A. G dari Swiss, berjalan dengan waktu produksi semen

diperusahaan PT. Semen Andalas Indonesia sampai tahun 2001. Lafarge kembali

mengakuisisi lagi saham Blue Circle Industries dari Inggris di PT. Semen Andalas

Indonesia dan akhirnya di tahun 2002, Lafarge menguasai 99 % saham di PT.

Semen Andalas Indonesia. Akhir tahun 2004 kelumpuhan produksi tampak.

Tragedi Gempa Tsunami, menghentikan produksi semen karena seluruh fasilitas-

fasilitas pabrik hancur dan rusak. Pada tahun 2005 Lafarge kembali berusaha

mengupayakan untuk menghidupkan kembali pabrik dengan lebih baik dan

optimis hingga pada tahun 2010, yang telah ditanamkan saham oleh pihak Lafarge

senilai 300 juta dolar. Pada November 2010 PT. Semen Andalas Indonesia sudah

kembali lagi memproduksi semen, dengan renovasi, ide, karya cipta yang baru.

Saat itu pula nama pabrik PT. Semen Andalas Indonesia meggantikan namanya

menjadi PT. Lafarge Cement Indonesia, banyak kemajuan yang diperoleh baik

dalam hal produksi yang meningkat hingga 1.6 juta ton per tahun semen, maupun

dalam hal kesejahteraan dan keselamatan karyawan.
Sebagai pabrik semen terpadu, PT. LCI di Lhonga memiliki sarana dan

fasilitas utama sebagai berikut:

   1. Penambangan bahan baku di sekitar pabrik (tambang limestone, siltstone,

       dan shale).

   2. Crusher atau mesin pemecah batu.

   3. Raw Mill sebagai mesin penggiling dan pencampur bahan baku.

   4. Raw Meal Silo sebagai tempat penyimpanan sementara hasil dari Raw

       Mill.

   5. Preheater dan Kiln sebagai mesin pembakar.

   6. Clinker Silo sebagai tempat penyimpanan sementara hasil dari Kiln

       (Clinker).

   7. Cement Mill yaitu penggiling akhir untuk mendapatkan semen dari clinker.

   8. Cement Silo sebagai tempat penyimpanan sementara semen sebelum di

       packing.

   9. Packing Plant yaitu tempat pengantongan semen .

   10. Power Plant sebagai sumber energi listrik dari hasil pembakaran batubara.

   11. Water Intake sebagai sumber air untuk operasional pabrik.

   12. Pelabuhan khusus untuk keluar-masuk barang yang diperlukan.

Motto : Semen PT. Lafarge Cement Indonesia untuk membangun dunia.

       Lokasi Pabrik PT. Lafarge Cement Indonesia terpadu terletak pada lokasi

strategis yang merupakan suatu daerah pantai dan bukit, kawasan Aceh Besar

tepatnya di Lhoknga Aceh Besar Jalan 17 KM Banda Aceh-Meulaboh.
Penentuan lokasi pabrik ini berdasarkan pertimbangan :

      1. Pabrik sangat dekat dengan bahan baku di sekitar area pabrik.

      2. Pabrik sangat dekat dengan pelabuhan untuk sarana transportasi laut.

2.2      Organisasi Manajemen Perusahaan

         Struktur organisasi bertujuan untuk mengatasi tugas, pemberian tanggung

jawab dan penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi untuk mencapai

tujuan. Struktur organisasi di PT. LCI berupa struktur garis dan staf. Dimana

sebagai pemimpin tertinggi adalah presiden direktur bertanggung jawab langsung

dengan bidang-bidang sebagai wakil pemegang saham. Dalam melaksanakan

tugasnya, presiden direktur dibantu oleh supervisor didalamnya.

2.3      Segmen Distribusi Pasar

         Hasil produksi semen di PT. LCI telah mencapai 1,6 ton tiap tahunnya.

PT. LCI memproduksi 2 tipe semen yaitu :

      1. OPC (Ordinary Portland Cement)

      2. PCC (Portland Composite Cement)

         Produksi semen ini didistribusikan seluruh wilayah di Aceh. Selain itu, PT.

LCI telah pengembangkan pendistribusiannya ke beberapa terminal yang menjadi

pusat pemasarannya yaitu : Lhokseumawa-Aceh, Belawan-Sumut, Dumai-Riau,

dan Batam-Kepulauan Riau.

2.4      Kesehatan dan Keselamatan Kerja

         PT. Lafarge Cement Indonesia sangat disiplin dalam setiap aktifitas sehari-

hari. Setiap karyawan tetap dan karyawan tidak tetap diwajibkan menggunakan

pakaian wajib kerja safety, baik karyawan dikantor maupun karyawan yang

langsung terjun dilapangan lokasi proses produksi. Pakaian wajib ini dikenal
dengan APD (alat pelindung diri) yaitu baju kerja pabrik, helm, kacamata, sepatu

tahan terhadap benda berat, masker, dan sarung tangan agar terlindung dari

bahaya-bahaya yang tidak terduga saat bekerja.

       PT. Lafarge Cement Indonesia juga sangat memperhatikan kondisi setiap

pekerjanya, agar tubuh selalu fit. Setiap harinya kegiatan rutin setiap pagi adalah

senam pagi, yang dilaksanakan semua karyawan pada setiap departemen.

       Pada saat praktikan mengadakan kerja praktek di PT. LCI adalah bulan

dalam keadaan shut down yakni dalam pemeliharaan perawatan seluruh mesin

pabrik (maintenence). Seluruh karyawan dan OJT (on job training) diwajibkan

lebih berhati-hati pada aktifitas pekerjaannya, kondisi dan situasi mesin pabrik

dalam perbaikannya, dibulan ini PT. LCI memberi nama SAFETY MONTH 2011

yang diselenggarakan setiap shut down pabrik, 1 bulan dalam tiap tahunnya.
BAB III
                      PROSES PRODUKSI SEMEN


3.1    Semen dan Klasifikasi Semen

       Semen adalah perekat hidrolis yang berbentuk bubuk halus bila dicampur

atau direaksikan dengan air akan mengeras. Secara fisik semen selalu merupakan

bubuk halus yang berwarna keabu-abuan yang mudah sekali          mengeras bila

dicampur air atau dibiarkan terbuka oleh udara yang mengandung air. Secara

kimiawi semen merupakan kumpulan beberapa persenyawaan yang bertanggung

jawab terhadap karakteristik semen itu sendiri.

       Di dalam semen terdapat kandungan senyawa yaitu diantaranya :

1. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) atau disingkat dengan C2S.

2. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) atau disingkat dengan C3S.

3. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) atau disingkat dengan C3A.

4. Tetra Kalsium Aluminat (4CaO.AL2O3.Fe2O3) atau disingkatdengan C4AF.

       Fungsi masing-masing senyawa ini adalah :

C2S : Memberikan kekuatan setelah beberapa waktu lama.

C3S : Memberi kekuatan awal pada semen pada waktu permulaan, 1-2 bulan.

C3A : Sebenarnya tidak memberikan sifat spesifik dalam semen, malahan kalau

       terlalu banyak bisa membahayakan, sebab jika dicampur dengan air mudah

       bereaksi dan menimbulkan panas sehingga semen akan cepat mengeras

       (Flash Setting). Akibatnya kekuatan semen berkurang.

C4AF : Kalau terlalu banyak juga membahayakan, sebab dapat mengurangi

          kegunaan dari C3S dan C2S, jadi kegunaan C4AF hanya sebagai

          peleburan saja (Flux) dan memperendah suhu peleburan pada semen.
Ada 4 persenyawaan yang paling dominan yang terdapat pada semen

yaitu: C2S, C3S, C3A, dan C4AF. Istilah C2S, C3S, C3A, dan C4AF merupakan

singkatan yang setiap hurufnya mewakili 1 jenis oksida dan setiap angka

menunjukkan jumlah mol dari oksida tersebut. Oksida-oksida ini adalah C=CaO

S=SiO2    A=Al2O3    dan F=Fe2O3. Sehingga         berdasarkan    keterangan   ini

persenyawaan ataupun mineral semen dapat di interpretasikan dengan contoh: C3S

merupakan persenyawaan yang terdiri dari atas 3 mol CaO dan 1 mol SiO2.

       Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang diperlukan

adalah oksida kalsium (CaO), oksida silisium (SiO2), oksida alumunium (Al2O3)

dan oksida besi (Fe2O3). Disamping senyawa-senyawa tersebut, terdapat juga

senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus dibatasi,

sepeti magnesium oksida (MgO), alkali, klorida, sulfur, dan fosfor.

       Selain ke-4 mineral di atas pada semen juga terdapat persenyawaan-

persenyawaan atau unsur-unsur lain dengan jumlah yang lebih kecil dibandingkan

mineral-mineral semen tersebut diatas. Contoh dari unsur atau persenyawaan ini

adalah Cr, K, F, dan Mg. Umumnya persenyawaan-persenyawaan ini secara total

berkisar antara 1-3 %.

       Kemampuan untuk memproporsikan komposisi atau mineral semen

memungkinkan kita untuk memproduksi semen yang memiliki karakter yang

sesuai diinginkan. PT. Lafarge Cement Indonesia hanya memproduksi 2 tipe

semen saja yaitu OPC dan PCC. Semen           produksi OPC (Ordinary Portland

Cement) diproduksi dengan mengikuti standart SNI-15-2049-2004 sedangkan

untuk produk PCC (Portland Composite Cement) standart yang dipakai adalah

SNI-15-7064-2004.
Selain itu, PT. LCI      juga memproduksi semen khusus lebih dikenal

dengan semen curah, sesuai yang diminta oleh pelanggan. Biasanya semen tipe ini

dijual dalam jumlah besar namun tidak continou hanya menurut keinginan

pelanggan khusus saja.

       Dalam buku SNI, ada 5 tipe semen porland :

  1.   Tipe I, adalah semen untuk penggunaan umum. Tipe lain dari jenis ini

       adalah semen putih keabu-abuan yang mengandung oksida besi yang lebih

       sedikit sehingga mepunyai sifat cepat mengeras, biasanya digunakan untuk

       kontruksi umum dan untuk sumur minyak.

  2.   Tipe II, adalah jenis semen yang penggunaannya memerlukan ketahanan

       terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang.

  3.   Tipe III, adalah tipe semen berkekuatan tinggi karena mengandung kapur

       silika yang lebih tinggi. Biasanya untuk kontruksi pembuatan jalan.

  4.   Tipe IV, adalah semen dengan panas hidrasi rendah. Karena dalam

       penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah, biasanya digunakan

       untuk banguna air, dam, dan irigasi.

  5.   Tipe V, adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat tinggi.

       Semen ini biasanya digunakan untuk kontruksi limbah buangan dan

       kontruksi bawah air.

       Berdasarkan tujuan penggunaannya semen diklasifikasi sebagai berikut :

  1.   Pozzolan Cement, digunakan untuk kontruksi yang membutuhkan

       ketahanan terhadap air laut misalnya kontruksi bangunan di tepi pantai.

       Pozzolan adalah bahan yang tidak mengandung sifat semen tetapi setelah

       bercampur dengan kapur akan bersifat semen.
2.   Expensive Cement, digunakan unuk spasi pada sambungan beton.

  3.   Polymer Cement, digunakan pada beton yang diikat oleh polymer. Sifat

       yang dihasilkan sangat tahan terhadap kekuatan kompresi yang tinggi dan

       tahan akan korosi.

  4.   Ferros Cement, untuk kontruksi yang kedap air.

  5.   Mansonry Cement, untuk spasi antar pemasangan batu tahan api.

  6.   Oil Well Cement, untuk kontruksi sumur-sumur minyak yang memerlukan

       ketahanan terhadap tekanan suhu tinggi.

  7.   White Cement, untuk kontruksi yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus.

       Jenis semen yang diproduksi PT. Lafarge Cement Indonesia

       OPC (Ordinary Portland Cement)




                                    Gambar 3.1 OPC

       Secara sederhana semen OPC didefinisikan sebagai campuran antara

clinker, gypsum, dan additif atau zat tambahan yang jumlahnya diatur dalam

standart SNI untuk semen OPC. Yang rata-rata hasil campuran dengan kandungan

didalamnya adalah : clinker sejumlah 89-92 %, gypsum 3-4 %, addiktif 5-7 %.
PCC (Portland Composite Cement)

                                                 Sedangkan semen PCC merupakan

                                          campuran antara clinker, gypsum dan additif

                                          atau zat tambahan yang jumlah juga diatur

                                          dalam standart SNI untuk semen PCC. Yang

                                          rata-rata hasil kandungan didalamnya

                                          adalah: clinker 62 %, gypsum 3 %, addiktif

                                          35%.

           Gambar 3.2 PCC


       Spesifikasi produk :

                                  Tabel 3.1 Spesifikasi Produk
                       Semen OPC type I                        Semen PCC type II
   Produk
                    Ordinary Portland Cement                Portland Composite Cement
Kemasan           Bag & curah                              Bag

Standart          SNI-15-2049-2004                         SNI-15-7064-2004

Penggunaan & Secara umum digunakan untuk                   Dapat digunakan untuk aplikasi

Aplikasi          pekerjaan pembangunan :                  yang sama dengan penggunaan

                           Gedung bertingkat              opc type I.

                           Gedung perkantoran

                           Jembatan beton                 Namun, lebih memiliki

                           Jalan beton                    keunggulan saat digunakan

                           Runway, apron, dll             untuk aplikasi pekerjaan pasang

                           Beton pra-tegang dan pra-      bata, dan plester.

                 tekan

                           Atap genteng.
Keunggulan         Semen dengan keunggulan pada :         Memberikan kemudahan

produk               Kuat tekan 28 hari yang                 dalam pengerjaan.

                         lebih baik.                      Daya lekat lebih baik

                     Kemudahan dalam                     aplikasi plasteran.

                         pengerjaan hubungan              Mengurangi retak

                         dengan nilai slump dan           Menghasilkan permukaan

                         waktu pengeringan                    yang halus untuk hasil

                                                              pengecatan yang lebih

                                                              baik.

Sumber: PT. LCI 2011

3.2      Urutan Uraian Proses Pembuatan Semen Di PT. LCI




                                   Gambar 3.3 Uraian Proses

         Proses pembuatan semen di PT. LCI secara umum alur pembuatannya

secara proses kering dapat diuraikan sebagai berikut :

         1. Persiapan Bahan Baku

         2. Penggilingan Bahan Baku

         3. Pemanasan, Pembakaran Bahan Baku dan Pendinginan Material

         4. Penggilingan Klinker di Semen Mill Menjadi Hasil Produck

         5. Pengantongan Produk
3.3     Persiapan Bahan Baku

3.3.1   Limestone (Batu Kapur)




                                  Gambar 3.4 Limestone

        Limestone atau batu gamping merupakan bahan baku semen, di karenakan

kandungan perekatan yang cukup baik untuk memproduksi semen yaitu CaCO3

calcium carbonat nya yang bisa mencapai 95%. Selain CaCO3 limestone juga

mengandung Silika, Alumina, dan Fero serta beberpa persenyawaan lainnya

namun dalam jumlah yang lebih kecil. Sesuai dengan namanya limestone

merupakan bebatuan keras yang hanya bisa diuraikan dengan jalan peledakkan.

        Setelah ditambang dengan menggunakan peledakkan yang menghasilkan

bongkahan batu berukuruan ½ - 2 meter, material ini diangkut ke unit crusher

yang mampu memproduksi sampai 750 ton/jam, agar bongkahan batu tersebut

dipecahkan lagi dengan ukuran lebih kecil lagi yaitu mencapai 2-4 cm agar

mempermudah ditahap proses penggilingan nantinya, dan hasil crusher ini

disimpan di Stockpile melalui Conveyor Belt.
3.3.2   Siltstone (Batu Silika)

                                                 Siltstone merupakan sumber silika

                                       pada proses pembuatan semen kandungan

                                       silika     yang   baik   untuk   campuran

                                       limestone agar menjadi semen yang baik

                                       yaitu SiO3 Silika Oksidasi, pada siltstone

                                       nilainya bervariasi tergantung pada letak
         Gambar 3.5 Siltstone
geografis material yang ditambang. Mirip dengan limestone, siltstone juga

merupakan batuan keras di ambil dengan cara peledakkan. Dan sama halnya

seperti limestone setelah ditambang, siltstone juga melalui tahap crusher dan

diteruskan Stockpile untuk disimpan dan proses selanjutnya.

3.3.3   Shale (Tanah Kuning)

                                                Sedangkan shale ini sangat jarang

                                     digunakan dipabrik ini, akan tetapi untuk

                                     kebutuhan tertentu, dan pemesanan semen

                                     pelanggan jika menggunakan campuran ini,

                                     shale juga tetap dipakai untuk memenuhi
          Gambar 3.6 Shale
kebutuhan pengikat semen diunsur alumina yakni Al2O3 pada proses pembuatan

semen, secara geologi shale juga merupakan bebatuan, namun shale adalah batuan

lunak yang tidak memerlukan proses peledakkan. Proses pengambilan shale

dilakukan dengan cara dikeruk. Shale juga di crusher terlebih dahulu dan

disimpan ke stockpile.
3.3.4   Iron Sand (Pasir Besi)

                                             Pasir besi merupakan bahan

                                      yang kaya akan Fe2O3. PT. LCI murni

                                      membeli dari luar daerah Krung Raya

                                      Aceh        Besar       yang      tempat

                                      penembanganya       merupakan      daerah
         Gambar 3.7 Pasir Besi
yang dekat dengan laut. Proporsi penggunaan pasir besi pada proses pembuatan

semen sangatlah kecil umunnya bahan ini dipakai 1-3% dari total bahan baku

pembuatan semen. Warna hasil produk semen adalah warna kandungan pasir besi

ini.

3.3.5   Gypsum

                                                  Gysum   merupakan      bahan

                                         baku yang baik untuk dipenuhi yang

                                         rata-rata penggunaannya adalah 3-

                                         4% pada tiap produksi. Gypsum

                                         adalah    material    bubuk     untuk

                                         memperlambat     proses     pengerasan

                                         pada semen.
                     3.8 Gypsum
Dengan senyawa material kimiawi CaSO4 2H2O. PT. LCI juga membeli material

ini dari Thailand.
3.3.6   Pozzolan

                                                   Pozzolan ini digunakan untuk

                                           bahan penambahan produksi semen,

                                           tapi PT. LCI tetap dipersiapkan untuk

                                           kebutuhan produksi. Pozzolan terdiri

                                           dari senyawa silika dan alumina,

                                           yang tidak memiliki sifat mengikat
             Gambar 3.9 Pozzolan
seperti semen akan tetapi memiliki kekuatan yang keras setelah diproses menjadi

semen. Pozzolan ini juga dibeli dari luar pabrik di Krung Raya Banda Aceh,

dikarenakan sekitar pabrik tidak terdapat material ini. Pozzolan ini biasanya

digunakan sebanyak 15-20% pada semen curah yang dipesan, penambahan ini

menghasilkan beberapa pangaruh pada sifat-sifat beton yaitu :

   a. Kontruksi beton yang menumbuhkan panas hidrasi, misalnya bendungan.

   b. Kontruksi beton didalam laut yang tahan terhadap sulfat.

   c. Bangunan yang memerlukan kedap yang tinggi, seperti bangunan sanitasi

        yang bersih.

   d. Pekerjaan plasteran yang membutuhkan sifat pengerjaan adukan.

        Beberapa penelitian membuktikan bahwa sifat kuat tekan akhir beton

semen produk PCC atau semen curah yang bahan additif dengan dicampur

pozzolan akan menyamai dari produk OPC.
3.4    Proses Penggilingan Bahan Baku di Raw Mill

                                                 Bahan     material     yang     telah

                                         ditambang     dan     telah   crusher    dan

                                         disimpan pada masing-masing stockpile

                                         tersebut. Bahan-bahan baku, limestone,

                                         siltstone,   shale,    dan    Pasir     Besi.

                                         Dimasukkan ke masing-masing hopper
          Gambar 3.10 Raw Mill
yang dilengkapi weigh feeder yang berfungsi untuk mengatur komposisi

kebutuhan material yang akan digiling.

       Proporsi untuk limestone adalah 75 %, siltstone adalah 20 %, shale adalah

8%, pasir besi adalah 2%. Yang pengaturan ini dapat langsung diatur melalui

otomatis komputer di ruang CCR (Central Control Room). Kemampuan feed

optimal 200 ton/jam di Raw Mill.




                          Gambar 3.11 Bagian bagan Tube Raw Mill

       Raw mill ini adalah penggilingan pertama dalam proses produksi semen

yang memiliki 3 ruangan (chamber) yang ruang tersebut dipisahkan oleh sekat

diafragma, material yang masuk ke chamber I adalah proses pemanasan material

dengan menggunakan uap gas dengan temperatur 3500C dari pembangkit Hot Gas

Generator, fungsi pemanasan ini bertujuan agar mempermudah penggilingan

tahap awal. chamber I lebih dikenal dengan Drying chamber yang ukurannya
lebih kecil dari pada 2 chamber lainnya, pemanasan ini dilakukan secara continou

atau terus-menerus.

       Setelah dipanaskan material-material ini digiling di chamber II dengan

dibantu oleh bola-bola mill atau ball mill, ukuran bola-bola mill di ruangan ini

adalah 80, 70, 60, dan 50 cm, yang masih memiliki suhu 1100C. Setelah digiling

di ruangan ini, material tersebut telah menjadi bubuk, sebagian kecil material

yang sudah halus dengan kadar yang baik selanjutnya ditarik oleh udara (fan) dan

di pisahkan oleh separator dengan gaya sentifugal, dan yang belum halus sesuai

standartnya masih dalam tahap penggilingan lagi. Dan sebagian material yang

sudah halus masuk chamber III, yang sebelumnya disekat oleh diafragma.

       Diafragma ini terdapat ditengah bagian tiap chamber di raw mill,

difungsikan agar tidak masuknya material yang belum halus dan tidak masuknya

bola mill dari chamber II, diafragma ini dibuat dengan celah-celah yang telah

diatur. Dan selanjutnya sebagian material yang masuk di chamber III di proses

penggilingan lagi agar benar-benar halus yang dibantu dengan bola mill yang

berukuran 40, 30, dan 20 cm. Hasil penggilingan ini dan dibawa ke tempat

penyimpanan atau Blending Silo Raw Mill melalui Bucket Elevator.

3.5    Proses Pemanasan Awal (Pre-Haeter)

                                    Proses pemanasan disini adalah pemanasan

                                    awal raw mill pada unit preheater sebelum

                                    ke tahap pembakaran di kiln. Sehingga

                                    proses pembakaran dalam kiln berlangsung

                                    mudah, cepat dan efisien. Dengan bantuan

                                    air-slide material hasil raw mill diumpankan
       Gambar 3.12 Pre-Heater
ke suspension preheater setelah melalui weight feeder. Suspensios preheater

yang terdiri dari 4 tahap (stage) dengan posisi vertikal (dari atas ke bawah: stage

I, II, III, IV). Pada masing-masing stage terdapat sepasang Cyclone yang

berbentuk bundar tabung. Dan susunan yang paling bawah yang dekat dengan kiln

adalah DDF (Dual Decarbonation Furnace) atau calsinasi.

                                               Siklon merupakan peralatan yang

                                        memanfaatkan     gaya    sentrifugal   dan

                                        tekanan rendah yang disebabkan gerakan

                                        spin    (pusaran)    untuk    memisahkan

                                        padatan yang mempunyai bentuk, ukuran,

                                        dan densitas yang berbeda dari fluida

Gambar 3.13 Sistem Cyclone              yang membawanya. Gerakan spin dalam
Sumber: PT. LCI
siklon timbul karena gerakan fluid secara tangensial memasuki siklon.

       Suspension Preheater terdiri dari siklon-siklon yang berfungsi untuk

mengurangi kadar air material raw meal dan untuk memisahkan antara gas panas

dengan material/umpan. Raw meal di transport dengan menggunakan air slide

dimasukkan ke dalam sistem preheater terlebih dahulu untuk pemanasan awal

dengan temperatur yang berbeda-beda pada masing-masing cyclone dari stage

yaitu dari suhu 3500C, 4500C, 6500C, dan 8000C. Pada cyclone ke 4, stage ke 3

dilengkapi dengan defeeding gate yang berfungsi untuk mengatur umpan masuk

ke calsiner (70 %) dan       ke kiln (30 %), serta pada kalsiner dengan suhu

temperatur 9000C.

       Preheater memperoleh panas dari gas yang datang dari kiln yang masuk ke

preheater secara counter current (berlawanan arah), dengan massa raw mill dan
hisapan dari fan. Di suspensior preheater, material bertemperatur sekitar 3000 C,

masuk melalui gas duct (pipa gas) ke antara stage I dan stage II, naik ke stage I

dikarenakan tarikkan dari fan dan disini langsung mengalami kontak dengan gas

panas temperatur sekitar 4500C yang keluar dari cyclone stage II.

        Kemudian material bersama-sama dengan gas panas memasuki cyclone

stage I dan terjadi perindahan panas serta akibat gaya berat material dan gaya

dorong gas panas maka material akan terlempar ke dinding cyclone I ini, sehingga

membentuk pusingan (spiral) dan terjadi proses pemisahan antar gas dengan

material. Dan gas yang keluar dari cylone ini mempunyai suhu temparatur 3500C,

sebagian dikembalikan ke raw mill dan sebagian lagi memasuki cooling tower

untuk disalurkan ke fan pendinginan selanjutnya kemudian ke electrostatic

precipitator (EP) dan kemudian dibuang ke atmosfir melalui chimeny.

        Material yang keluar dari cyclone stage I turun dan memasukki gas dust

stage III. Pada gas dust stage III ini terjadi kontak material kembali dengan gas

panas yang keluar dari cyclone stage III dengan temperatur 6500 C. Dan masuk ke

cyclone stage II yang mempunyai suhu 4500C dan terjadi proses pengeringan,

proses ini dimaksudkan agar pengurangan kadar air di feed, dan feed keluar pada

bagian bawah cyclone stage II melalui gas dust stage IV yang menuju cyclone

stage II.
Gambar 3.14 Diagram Alir Pemanasan dan Pembakaran
Sumber: PT. LCI

       Pada gas dust stage IV terjadi kontak antara material dengan gas panas

bertemperatur 8000C yang keluar dari cyclone IV. Gas yang keluar dari dari atas

melalui gas dust stage III. Sementara material yang bertemperatur 6000C,

Kemudian material dan gas masuk ke cyclone stage III. Disini terjadi pertukaran

panas dan pusingan yang mengakibatkan gas material terpisah dan Penguraian

senyawa karbonat (proses Calsinasi) terutama jenis magnesium carbonat

sedangkan karbonat dari senyawa kalsium akan terurai pada suhu 900 0C langsung

masuk ke kalsiner dan diteruskan ke kiln untuk proses pembakaran, hasil yang

telah siap di bakar adalah 70% dari proses di preheater dan 30% lainnya di

kalsiner dikembalikan ke cyclone stage IV karena penguraian feed yang belum

sempurna.

       Pada cyclone stage III adalah material yang belum sempurna, cylone ini

mempunyai volume lebih kecil dari pada cyclone lainnya. Di cyclone stage III

masuk ke riser pipa antara kalsiner dan cyclone stage IV, dan disini terjadi

penamasan yang lebih tinggi agar penguraian material lebih baik dan siap untuk di

bakar di kiln, pada cyclone stage IV bertemperatur sekitar 950-10000C. Sementara

gas panas masuk melalui kalsiner. Material dari kalsiner diumpankan pangkal kiln
dengan temperatur sekitar 10000C material ini sebagian telah mengalami proses

calsinasi.


                            Table 3.2 Reaksi dalam pemenasan

Temperatur
                         Reaksi yang terjadi (perubahan)                 Reaksi
    (0C)
   0-100          Penguapan air saat Grinding dalam Raw
                                      Mill


  100-600                Penguapan air hidrat dari shale       Al2O3 + 3CaO →
                                                               3CaO.Al2O3


  600-900          Penguraian senyawa karbonat (proses
                       Calsinasi) terutama jenis magnesium
                                                               CaCO3 → CaO + CO2
                karbonat sedangkan karbonat dari senyawa
                  kalsium akan terurai pada suhu 900 0C.


 900-1000         Mulai terbentuknya senyawa C3A, C2S,         Al2O3 + 4CaO + Fe2O3 →
                                      C2AF                     4CaO.Al2O3.Fe2O3


 1000-1200        Pembentukan senyawa C2S, C4AF, C3A
                                   maksimum                    SiO2 + 2CaO → 2CaO.SiO2



 1200-1450       Pembentukan C3S dan pengurangan CaO
                 bebas pada temperatur 1260 0C, terbentuk
                                                               3CaO + SiO2 → 3CaO.SiO2
                   fase cair (Liquid Phase) yang apabila
                       didinginkan menjadi terak (klinker)


Sumber: PT. LCI 2011
3.6     Proses Pembakaran (Kiln)

                                              Kiln berputar (rotary kiln) merupakan

                                      peralatan utama di seluruh unit pabrik semen,

                                      karena didalam kiln akan terjadi semua proses

                                      kimia   pembentukan     klinker   dari   bahan

                                      bakunya (raw mix). Kiln berbentuk silinder
           Gambar 3.15 Kiln
horizontal dengan kemiringan 2 derajat dan panjang mencapai 68 meter yang

kecepatan putarnnya 4 rpm dengan kapasiatas 200 ton/jam. Kiln dilapisi dengan

batu tahan api yang ketebalannya 0,2 m dan berfungsi menjaga ketahanan shell

kiln dan mencegah kehilangan panas selama pembakaran. Temperatur

pembakaran di rotary kiln mencapai 14500C pembakaran ini menggunakan batu

bara.

        Secara garis besar, di dalam kiln terbagi menjadi 3 zone yaitu :

        1. zone calsinasi (menaikkan suhu)

           Kalsinasi merupakan reaksi pelepasan CO2 dari CaCO3 dengan

           temperatur 450-6000C.

        2. zone transisi (pembentukan senyawa-senyawa).

           Daerah ini terjadi pembentukan senyawa-senyawa C2S, C3S, C4AF

           dan C3A.

        3. zone sintering (klinkerisasi) mengalami pendinginan.

           Daerah ini terdapat pada ujung kiln, klinker ini didinginkan di cooler.

        Reaksi yang terjadi pada kiln adalah sebagai berikut :

        1. reaksi kalsinasi CaCO3 pada temperatur 450-6000C.

           CaCO3              CO2 + CaO
2. pembentukan C2S pada temperatur 900-14000C.

           2 CaO + SiO2         2 CaO.SiO2 (C2S)

       3. pembentukan C3A dan C4AF pada temperatur 1100-13000C.

           3 CaO + Al2O3        3 CaO.Al2O3

           4 CaO + Al2O3        4 CaO.Al2O3.Fe2O3

       4. pembentukan C3S dan pengurangan kadar kalsium monoksida bebas

           pada temperatur 1400-14500C.

           2 CaO.SiO2 + CaO + SiO2          3 CaO.SiO2

       Perkembangan     teknologi    mengakibatkan     sebagian   zone   kalsinasi

dipindahkan ke suspension preheater dan kalsiner, sehingga proses yang terjadi

didalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya. Proses

perpindahan panas didalam kiln sebagian besar ditentukan oleh proses radiasi

sehingga diperlukan isolator yang baik untuk mencegah panas terbuang keluar.

Isolator tersebut adalah batu tahan api dan coating yang terbentuk selama proses.

       Karena fungsi batu tahan api ditiap bagian proses berbeda maka jenis batu

tahan api disesuaikan dengan fungsinya.

       Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan coating antara lain:

     Komposisi kimia raw mix

     Konduktivitas termal dari batu tahan api dan coating

     Temperatur umpan ketika kontak dengan coating

     Temperatur permukaan coating ketika kontak dengan umpan

     Bentuk dan temperature flame
Pada zone sintering fase cair sangat diperlukan karena reaksi klinkerisasi

lebih mudah berlangsung pada fase cair, tetapi jumlah fase cair dibatasi 20-30 %

untuk memudahkan terbentuknya coating yang berfungsi sebagai isolator kiln.




Gambar 3.16 Wilayah Pembakaran Kiln
Sumber: PT.LCI 2011

       Pembagian wilayah kiln

       Keterangan :

       1. Burner/Cooler Outlet                  5. Transition Zone I

       2. Dam Zone                              6. Transition Zone II

       3. Cooling Zone                          7. Calcining Zone I

       4. Burning Zone                          8. Inlet Cone

3.7    Proses Pendinginan (Cooler)

                                              Material panas yang keluar dari

                                       rotary kiln disebut klinker. Klinker ini

                                       bertemperatur 14500C selanjutnya masuk

                                       ke   grate   cooler   untuk     didinginkan.

                                       Pendinginan dilakukan secara tiba-tiba

                                       dengan menggunakan media udara yang
          Gambar 3.17 Cooler
dihembuskan dengan enam unit (fan) pendingin, sehingga klinker turun menjadi

suhu 80-1000C untuk mempermudah penghacuran dipenghancur (hammer).
Udara hasil pendinginan ini selanjutnya didistribusikan ke tiga jalur yaitu :

1. Didistribusikan ke kiln untuk pembakaran bahan bakar.

2. Didistribusikan ke pipa udara sekunder (tertiary air duct) menuju ke

   preheater.

3. Sisa udara hasil pendinginan yang masih mengandung debu yang sangat halus

   dimasukkan ke gravel bad filter untuk dilakukan penyaringan. Debu-debu

   yang tertangkap di gravel bad filter dimasukkan kedalam klinker silo dengan

   bantuan chain conveyer dan bucket elevetor. Sedangkan udara yang telah

   terpisah dengan debu tersebut dilepaskan ke atmosfir melalui chimney.

         Setelah mengalami pendinginan, klinker yang ukuran besar dihancurkan

dengan breaker (hammer mill). Klinker yang hancur diangkut dengan chain

conveyor dan bucket elevator ke klinker silo. Bila pembakaran di kiln tidak

sempurna akan menghasilkan klinker yang berkualitas rendah dan hal ini harus

dipisahkan dengan klinker berkualitas baik. Klinker yang berkulitas ditempatkan

dalam main clinker silo, sedangkan klinker yang berkualitas rendah ditempatkan

dalam low burn clinker silo. Klinker ini dapat digunakan sebagai campuran

dengan     kilnker   berkualitas   baik.   Selanjutnya   klinker   diangkut    dengan

menggunakan pan conveyer dan belt conveyor ke unit cemen mill dalam unit

cemen mill ini terdapat 2 buah tube mill untuk proses penggilingan terakhir pada

produksi semen yaitu cement mill no.1 dan cemen mill no.2.
3.8     Proses Akhir Penggilingan (Cemen Mill)

                                   Dalam proses ini penulis menjelaskan secara

                                   terperinci di BAB V, praktikan mengangkat

                                   tugas khusus yang berkaitan dengan unit

                                   cemen mill dalam mesin cemen mill no. 2

                                   produksi yang optimal.
        Gambar 3.18 Cement Mill

3.9     Pengantongan Semen (Packing)

                                           Semen yang tersimpan di semen silo

                                   dengan pengontrolan katup menggunakan

                                   roots blower di alirkan melalui eraction box,

                                   air slide, drag chain, dan bucket elevator

                                   masuk    ke   pembagi    (by   pass),   untuk

                                   keperluan pengepakkan. Semen ke packing

                                   plant mula-mula dimasukkan ke hopper
         Gambar 3.19 Packing

packing plant, dengan bantuan air-slide, dan diteruskan ke chute yang mempunyai

katup untuk mengatur aliran semen ke cement packer. Pengantongan semen yang

dikantongi dalam kemasan 40 kg dan 50 kg perkantongannya untuk diteruskan

melalui belt conveyor dikirim ke truck. Kapasitas pengantongan 80 ton/jam atau

2000 kg.

        Sedangkan untuk keperluan semen curah dikirim ke hopper harbour yang

ada di pelabuhan melalui bucket elevator harbour yang berjumlah dua buah,

semen di pompakan ke kapal melalui ecartion box dengan menggunakan screw

pump.
3.10      Peralatan Bantu Proses Pembuatan Semen (Material Handling).

          Secara sederhana material dapat diartikan merupakan kegiatan penanganan
mengangkut, mengangkat dan meletakkan material dalam proses di dalam pabrik,
kegiatan nama dimulai material masuk sampai saat menjadi produk yang
dikeluarkan parik.
          Peralatan alat tranportasi :

1.     Dump Truck, untuk transportasi pada hasil penambangan dengan kapasitas
       20-35 ton.
2.     Belt Conveyor, untuk transportasi bahan mentah, semen, terak dan lainnya.
3.     Air Slide, untuk transportasi bahan kering dan halus seperti raw meal dan
       semen dengan bantuan udara.
4.     Chain Conveyor / Steel Palte Conveyor / Drag Chain, untuk transportasi
       material yang panas atau material yang mudah lengket (clinker, raw meal,
       batubara, tanah liat, batu kapur, dll).
5.     Screw Conveyor, adalah alat transfortasi dengan sistem putar.
6.     Pneumatic Lift, untuk transportasi raw meal atau semen dari bawah keatas,
       misal raw meal atau semen akan dimasukkan kedalam silo.
7.     Bucket Elevator, untuk membawa material dengan arah vertikal. Alat ini
       untuk mengangkut material yang berupa bubuk atau bulk dengan ukuran
       sampai dengan 50 mm dan temperatur sampai dengan 350 oC ke arah vertikal,
       kapasitasnya bisa mencapai 1300 m3/jam dengan isian maksimal 75% dan
       ketinggian 60 m.
8.     Drag Chain Conveyor, untuk mengangkut material bulk secara mendatar atau
       sedikit miring (maksimal 20o). Alat ini bisa tahan sampai dengan temperatur
       5000C karena semua bagiannya terdiri dari logam dengan kapasitas ± 500
       ton/jam, digunakan untuk mengangkut material klinker ke cement mill.
9.     Truck, truck Cement, dan kapal khusus semen untuk media transportasi saat
       pemasaran.
Peralatan bantu Alat Penangkap Debu proses pembuatan semen:
  a.   Electrostatic Precipitator (EP), untuk menyaring debu secara elektrostatik

       pada proses penggilingan bahan mentah dan proses pembakaran.

  b.   Dust Collector, untuk menangkap atau menyaring debu pada proses

       pembuatan semen.

3.11   Utilitas

       Fungsi unit utilitas menyangkut dengan pengadaan air, penghasil udara

bertekanan, penditribusian listrik dan bahan bakar.

3.11.1 Fasilitas Pengolahan dan Pendistribusian Air

       Penyedia air di PT. LCI digunakan untuk keperluan berikut :

   1. Air untuk keperluan operasional pabrik.

   2. Air untuk operasional kantor, PMK, laboratorium dan lain-lain.

   3. Air untuk operasional power plant.

   4. Air untuk pemadam kebakaran.

       Air untuk keperluan tersebut diperoleh dari sungai Sarah di Leupung, yang

berjarak sekitar 16 KM dari lokasi pabrik. Pengambilan air ini dilakukan dengan

menggunakan pompa sebanyak 6 buah dan di alirkan melalui pipa sebesar 6 inchi.

Air ini ditampung dalam satu bak yang berkapasitas ± 5.000 m3 air. Kebutuhan air

perhari adalah 1.400 m3. Pengolahan air di lakukan dengan menggunakan unit

berupa tangki sedimentasi dan sand filter.

       Kebutuhan untuk operasional pabrik sebanyak 550,4 m3 dan 849,6 m3

lainnya untuk keperluan kantor dan untuk power plant sebagai air penghasil uap

pada pembangkit Tenaga Listrik.
kolam        kolam
                                                                                    Operasional

                                                                                      pabrik

                                                              Pembunuh
                              coagulator      pemisah           bakteri           Office,
                                                                                  laboratorium,
                                                                                  PMK
                                                              Pembunuh
                              coagulator      pemisah           bakteri




                          Gambar 3.20 Utilitas Air                                Power plant



 3.11.2 Fasilitas Penghasil dan Pendistribusian Listrik

         PT. LCI menggunakan listrik tenaga uap pembangkit listrik tersebut terdiri

 dari 3 turbin, 2 turbin yang selalu aktif setiap harinya, dan 1 turbin lainnya sebagai

 cadangan untuk kebutuhan dan penyedia lainnya jika turbin lainnya mengalami

 kerusakan. Turbi-turbin tersebut yang masing-masing menghasilkan 14 Mwatt.

         Proses pembangkit tenaga listrik ini adalah batu bara memanaskan air agar

 manghasilkan uap. Uap-uap tersebut menggerakkan dengan turbin-turbin tersebut

 hingga menghasilkan listrik. PT. LCI ini membutuhkan 28 Mwatt setiap harinya.

         PT. LCI juga menyiapkan 1 unit generator dengan kapasitas 700 kW untuk

 keperluan packing plant, kantor dan operasional produksi kritis, jika sewaktu-

 waktu tersebut dan keadaan tertentu dalam keadaan yang tidak baik.

        Teknik operasi pembangkit tenaga listrik dibagi dalam tiga statiun sebagai

 berikut :

    1. Power station mengoperasikan generator untuk kompleks kantor PT. LCI.

    2. Power station mengoperasikan generator untuk mesin-mesin produksi

        material yaitu : crusher, kiln, raw mill, dan cement mill.

    3. Power station mengoperasikan generator untuk pelabuhan.
BAB IV

                               TUGAS KHUSUS

         Pada Bab ini praktikan mengemukakan secara terperinci mengenai tugas

khusus yang diberikan oleh ketua prodi teknik industri selama melaksanakan kerja

praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia Lho’nga Aceh.


4.1      Tugas Khusus

         Dalam melaksanakan Kerja Praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia

Lho’nga Aceh, praktikan mengangkat judul tugas khusus yaitu: “Proses Produksi

Semen yang Optimal di Unit Semen Mill”. Tujuan tugas khusus ini adalah

praktikan untuk mengetahui alur proses bahan produksi di unit cement mill pada

proses produksi Cement Mill No.2 secara optimal dan baik. Pada tugas khusus ini

praktikan mengambil objek pada alur proses produksi di cement mill no. 2 di PT.

Lafarge Cement Indonesia.

4.2      Metodologi Tugas Khusus

         Metode yang di terapkan dalam melaksakan kerja praktek adalah:

      1. Masa orientasi, yaitu pengarahan dan penjelasan secara umum tentang

         proses produksi semen.

      2. Meninjau ke unit-unit mesin proses produksi.

      3. Konsultasi langsung dengan pebimbing atau pengarah serta dalam

         pengumpulan data-data yang berkenaan dengan tugas khusus.

      4. Penyelesaian tugas khusus dengan bimbingan dan arahan dari pembimbing

         kerja praktek.
4.3         Pembahasan Semen Mill

            Semen mill adalah tahap pengerjaan proses akhir penggilingan dan yang

telah menjadi produk hasil yang siap untuk pengemasan dan dipasarkan.

            Dengan tahapan proses dan alat sebagai berikut :

4.3.1       Alur Proses Cement Mill

      •     Menggiling clinker dan gipsum dengan proporsi tertentu agar menjadi

            semen yang memenuhi standart mutu.

      •     Peralatan dalam sistem finish mill :

            1. Silo clinker

            2. Alat transport clinker dan gypsum

            3. Alat pemisah partikel semen (separator, siklon, bag filter)

            4. Fan

            5. Silo semen



                                           DC
                                            C
  Silo

                                                                  Bucket elevator
                                                     SEP
                              Air slide


          Material
                                                                                    DC
                                 Cement Mill
                                                                                    C
                                                                                    Col   lector
                                                                                                   fan
                                                                                                   n
                              = material dan udara                 Ducting/pipa

                              = udara

                              = material

                              Gambar 4.1 Alur Proses Cemen Mill
4.3.2    Operasi proses dan peralatan yang digunakan pada Cement Mill

         Proses produksi di area cement mill no. 2 umumnya dapat dibagi tahapan

yaitu    tahapan   pengumpan       material   (klinker,   gypsum,   additif),   tahapan

penggilingan, dan tahapan penyaringan pemisahan.

         Tahap Pengumpan Material

         Bahan digunakan untuk membuat semen terdiri 3 jenis yaitu klinker,

gysum, dan additif. Clinker, gysum, dan bahan additif yang disimpan pada

masing-masing hopper diumpankan ke dalam cement mill no. 2.

Peralatan pada pengumpan material :

        Hopper

        Weigh Feeder

                                        Hopper adalah tempat untuk penyimpanan

                                        material sementara sebelum di hitung jumlah

                                        material yang akan di produksi. Hopper dan

                                        weight feeder selalu terdapat pada peralatan

         Gambar 4.2 Hopper              yang sama.

                                               Weight feeder adalah untuk mengatur

                                      laju alir umpan yang bekerja dalam satuan

                                      operasi berat dan waktu (ton/jam). Weight

                                      feeder merupakan peralatan yang terdiri dari

                                      sabuk yang berputar yang di gerakkan oleh
        Gambar 4.3 Weight Feeder
motor. Dibawah sabuk terdapat alat penimbang, alat ini akan memberi informasi

mengenai berat material yang ada diatas sabuk serta dikombinasikan dengan

kecepatan sabuk berjalan yang akan menghasilkan informasi ton/jam sesuai
settingan operator. Material yang berada diatas sabuk yang berjalan selalu konstan

berat seimbang, yang berubah hanyalah kecepatan sabuk.

       Contohnya: jika berat material diatas 1 m sabuk adalah 5 ton, dan

diberikan kecepatan 5 m/jam. Jumlah yang dihasilkan wieght feeder adalah 25

ton/jam. Sehingga jika operator menginginkan jumlah 50 ton/jam, maka weight

feeder akan menaikkan menjadi 10 m/jam.

       Tahap Penggilingan.

       Tahap penggilingan ini produksi semen ini menggunakan peralatan

penggiling yaitu : Tube Mill

       Tube mill silinder horizontal yang terbuat dari baja untuk menggiling

material, semen yang diproses tube mill ini lebih dikenal dengan proses cemen

mill. Cemen mill yang digunakan untuk penggilingan semen ini hanya memiliki

dua buah ruangan disebut chamber. Penggilingan awal dilakukan didalam

chamber I dengan sistem menghancurkan, dan selanjutnya ke chamber II untuk

penghalusan dengan sistem menggerus.




 Gambar 4.4 Tube Cemen Mill
 Sumber : PT.LCI


       Diantara chamber I dan Chamber II dipisahkan oleh diafragma yang

berfungsi untuk melewatkan material namun mencegah media penggiling yang
ada didalam chamber I tidak masuk ke chamber II. Jika media pengiling chamber

I masuk ke chamber II akan merusakkan media pengiling di chamber II.

                            Table 4.1 Dimensi Cement Mill

            Ukuran                   Chamber I                 Chamber II

            Panjang                   4,6 meter                 8,3 meter

           Diameter                  3,88 meter                3,88 meter

     %Volume Isian bola                 27 %                      29 %

       Kecepatan putar                16,4 rpm                  16,4 rpm

       Kec. aliran udara              1,5-2 m/s                 1,5-2 m/s

   Sumber: PT. LCI

       Media penggiling dikedua chamber tersebut adalah bola baja (ball mill), di

chamber I adalah 60, 70, 80 dan 90 mm, sedangkan di chamber II adalah ball mill

yang berukuran 17, 20, 25, dan 30 mm, agar terjadi penggiling dengan baik ball

mill ini diputar pada 16,4 rpm atau rata-rata 75 % dari kecepatan kritis.

                             Table 4.2 Persentase Ball Mill


                     Chamber I                            Chamber II

          Ukuran             Jumlah               Ukuran           Jumlah

         Ball Mill         Persentasi             Ball Mill       Persentasi

             90               20 %                   30                15 %

             80               40 %                   25                15 %

             70               25 %                   20                30 %

             60               15 %                   17                40 %

     Sumber: PT. LCI
Luas spasi yang lebih kecil untuk menggerus




                       Luas space yang besar untuk penghancuran




                                     Gambar 4.5 Karakter Ball Mill

       Diujung chamber I dengan diberikan sedikit celah diujung tube mill untuk

memasukkan udara dari luar yang di tarik oleh fan. Dan fan tersebut telah diberi

katup untuk mengatur suhu dan kecepatan udara disisi ujung chamber II.

       Dan untuk mengatur mengendalikan suhu didalam chamber yang

diakibatkan oleh proses penggilingan, maka dilakukan proses pendinginan dengan

menebakkan air (water injection) dilakukan secara otomatis dikendalikan oleh

CCR dari udara tekan dari kompresor.

       Suhu di dalam mill dijaga pada tingkat yang aman yaitu 110-1150C. Jika

suhu diatas 1150C maka dapat mengakibatkan dehidarsi air kristal gyspsum

sehingga akan menurunkan kualitas gypsum sehingga berpengaruh pada semen,

sedangkan jika dibawah 1100C, maka akan menimbulkan damp atau kelembaban

pada proses semen dipenggilingan. Dan harus dijaga dalam temperatur diantara

100-1150C.

       Jika tidak dijaga suhu tersebut >1150C :

       Gypsum    :    CaSo4 2HO2 = CaSo4 + 2HO2.

       Sehingga :     1. Kualitas CaSo4 kurang maksimal.

                      2. Semen akan lebih cepat mengeras.

       Hasil produk semen setelah penggilingan sebagian terhisap oleh fan

menuju dust collector I, untuk disaring. Dan sebagian hasil langsung dari
penggilingan cement mill no. 2 ditambah dengan hasil saringan dust collector I

selanjutnya dibawa ke separator melalui crew conveyor dan bucket elevator

untuk selanjutnya di proses pemisahan material.

       Separator dan sebagian hasil produk terbawa oleh udara yang terhisap

oleh fan ke Dust Collector II untuk disaring kembali hasil saringan dibawa ke Silo

Cement Blending. Siap untuk dikantongkan, sedangkan sebagian lagi yang belum

memenuhi kehalusan harus dikembalikan ke Chamber II untuk diproses

penggilingan sistem menggerus kembali.

       Tahap Penyaringan dan Tahap Pemisahan.

       Pada tahapan ini PT. LCI menggunakan peralatan :

        2 buah dust collector

        2 buah fan

        1 buah separator

       Dust collector I

                                       Setelah penggilingan terjadi di cement mill

                                       no. 2, sebagian material dan udara terhisap

                                       oleh    fan     untuk   selanjutnya   proses

                                       penyaringan dibawa ke dust collector I.

                                       Dust collector I berfungsi menyaring antara
         Gambar 4.6 Penyaring
                                      udara dan material.




                           Gambar 4.7 Sistem Dust Collector
Fan I

                                      Fan I ini yang dudukannya setelah dust

                               collector I, hanya fungsinya untuk menghisap udara

                               dari cement mill. Dan melepaskan udara yang

                            berlebihan ke luar.

                                    Cara kerjanya adalah untuk menghisap udara

                            di dalam dan di lepaskan ke luar.

   Gambar 4.8 Fan


       Seperator

       Separator adalah alat untuk membagi suatu aliran material menjadi 2 aliran

atau lebih aliran terpisah. Pada pemisahan ideal, satu aliran akan mengandung

hanya material halus dan aliran lainnya hanya mengandung material kasar. Untuk

memisahkan material yang belum halus rejeck dan yang sudah halus sebagai

produck, dan asil produck ini harus tetap terjaga temperatur sampai 600C agar

untuk menjaga ketahanan kering agar tidak lembab di silo cement mill tidak cepat

mengeras.




                                    Gambar 4.9 Separator

       Separator ini juga dalam pengerjaannya juga membutuhkan udara dari

luar, fungsi udara ini untuk mengangkat material yang sudah halus untuk dibawa

ke dust collector II, udara dan material ini dapat terangkat ke dust collector II di
bantu oleh hisapan oleh fan. Sedangkan material yang belum halus dengan sesuai

blaine yang telah ditentukan tersebut di kembalikan ke cement mill chamber I

untuk diproses ulang agar mencapai blaine yang telah ditentukan.

          Dalam seperator ini terdapat bagian-bagian vital untuk proses pemisahan.

   1. Material Feed adalah tempat masuknya material.

   2. Feed Houshing adalah tempat pemilihan umpan awal.

   3. Rotor adalah alat untuk pemilihan material kasar dan halus.

   4. Guide Vanes adalah pengendalian ruas-ruas yang dingin.

   5. Sealing adalah penutup ruas.

   6. Dispersion Disc adalah tempat pembubaran material yang halus menjadi

          produck.

   7. Inlet Louvre jalur penghasil atau produck.

   8. Product Discharge adalah saluran untuk keluarnya produck rijeck untuk

          dikembalikan ke cement mill.

          Material yang masuk dijaga pada suhu temperatur 600C dan di berikan

udara yang maximum agar mempermudah proses putar pada rotor. Rotor ini

bergerak dengan masukkan udara yang masuk. Semakin cepat rotor berputar

semakin baik kehalusan yang baik terangkat ke Dust Collector II yang ditarik oleh

Fan II.

          Fan II

          Fan ini juga cara mengerjaannya sama dengan Fan I yaitu membantu

menarik material dan udara di dust collector II, untuk penyaringan material agar

sesuai kehalusan yang diinginkan. Fan II ini merupakan fan terakhir dialur cement

mill ini. Udara hasil hisapan saringan dari dust collector II, ini sebagian
dilepaskan ke luar dan sebagian lagi dipergunakan untuk udara masuk ke

separator untuk membantu proses pemisahan material.

         Dust Collector II

         Dust collector II, ini proses produck yang terakhir di cement mill.

Mempunyai fungsi yang sama dengan dust collector I. Yakni, menyaring antara

udara dan material. Setelah disaring di dust collector II ini, udara yang hasil

saring ini terangkat oleh hisap udara oleh fan ke fan. Dan material yang telah

tersaring ini adalah produck karena telah melewati bertahap-tahap penyaringan.

         Proses saring ini telah mencapai blaine yang sesuai SNI yaitu :

             Blaine PCC : 4400-4600 cm2/gr

             Blaine OPC : 3200-3600 cm2/gr

         Dengan alat bucket elevator, hasil produk ini langsung dibawa ke blending

silo cement mill sebelum tahap pengemasan.

4.3.3    Target Quality Cement Mill.

                             Table 4.3 Target Kualitas Cement Mill

                                OPC                     PCC          KETERANGAN

        Blaine         3200-3600 cm2/gr          4400-4600 cm2/gr      Kehalusan

  Residu 45 µm               Max 10 %                Max 10 %         Sisa ayakan

         So3                 2,25-2,35                2,4-2,55         Zat sulfur

   Temperatur                   1150                     1150         Suhu gypsum

Sumber: PT. LCI
4.3.4   Target Produksi (Cemen Mill)

        Target produk semen pada proses cement mill adalah :

Assumsi :

   1. Shut down                   :    20 hari

   2. Run hour per tahun          : 8280 jam

   3. Run day per tahun           :   345 hari

   4. Semen mill                  :    2 buah


Target Produksi :

        Cement           : 1.600.000 ton per tahun

Target Pencapaian Hasil Produksi :

        PCC              : 60 %

        OPC              : 40 %

Perhitungan Optimal Produksi :
                   60
        PCC       : 100 𝑥 1.600.000 = 960.000 ton/thn

                   40
        OPC       : 100 𝑥 1.600.000 = 640.000 ton/thn


Kebutuhan Material :

        PCC       : Clinker 62%, Additif 35%, Gypsum 3%.

        OPC       : Clinker 89%, Additif 7%, Gypsum 4%.

Kebutuhan Material PCC
                          62
        Clinker          : 100 𝑥 960.000 = 525.200 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

                          35
        Additif          : 100 𝑥 960.000 = 336.000 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

                           3
        Gypsum           : 100 𝑥 960.000 = 28.800 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Kebutuhan material OPC
                          89
         Clinker      : 100 𝑥 640.000 = 569.600 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

                          7
         Additif      : 100 𝑥 640.000 = 44.800 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

                          4
         Gypsum       : 100 𝑥 640.000 =           25.600 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛


Total kebutuhan material tiap tahunnya

         Clinker      : 1.164.800 ton/tahun

         Additif      :    380.800 ton/tahun

         Gysum        :        54.400 ton/tahun

         Jumlah       : 1.600.000 ton/tahun

Jumlah produksi setiap harinya (total material tiap hari)

1.600.000
          = 4637,68 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖
   345
4637.68
        = 2318,84 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖 setiap semen mill
   2

Jumlah Produksi setiap jam (total material tiap hari).

1.600.000
          = 193,24 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
  8280

193.24
         = 96,62 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚               setiap semen mill
  2

Kapasitas max produksi semen mill : 100-110 ton/jam atau 2700 ton/hari

Kapasitas min produksi semen mill : 80 ton/jam atau 1900 ton/hari
Kebutuhan material pada Clinker.

       Clinker adalah material utama pada cement mill, clinker di proses di Kiln.

PT. LCI membutuhkan :

       Clinker        :              1.164.800 ton/tahun

Kebutuhan material Clinker :

       Limestone     : 71         %

       Siltstone     : 22,5 %

       Shale         : 5          %

       Iron sand     : 1,5 %

Jumlah tiap material yang dibutuhkan clinker:

                          71
       Limestone     :           𝑥 1.164.800 = 827.008 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
                          100


                          827.008
                     :                = 99,80 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
                              8280


                          22,5
       Siltstone     :           𝑥 1.164.800 = 262.080 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
                          100


                          262.080
                     :                = 31,65 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
                           8280


                          5
       Shale         :           𝑥 1.164.800 = 58.240 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
                          100


                          58.240
                     :               = 7,04 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
                           8280


                          1,5
       Iron Sand     : 100 𝑥 1.164.800 = 17.472 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛

                         17.472
                     :               = 2,11 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚
                          8280

Jumlah material produksi clinker 99,80 + 31,65 + 7,04 + 2,11 = 140,6 ton/jam

Jumlah material produksi clinker 140,6 ton/jam x 24 jam = 3374,4 ton/hari
Kapasitas max produksi di Kiln   : 200 ton/jam atau 3.300 ton/hari

Kapasitas min produksi di Kiln   : 100 ton/jam atau 3.000 ton/hari
BAB V
                  KESIMPULAN DAN SARAN


5.1    Kesimpulan

       Proses alur proses pembuatan semen adalah secara terus-menerus, begitu

juga di cement mill ini juga menggunakan proses terus-menerus. Penulis mencoba

menyimpulkan jika mesin cement mill baru digunakan kembali setelah shutdown

dan selanjutnya proses mesin semen mill yang bekerja terus-menerus.

       Jika proses penggilingan semen OPC dari penjumlahan semua material

yakni clinker 87 %, gysum 5 %, dan additif 7% adalah 100 ton. Material semen

yang masuk ke cement mill untuk proses penggilingan. Hasil dari proses

penggilingan di cement mill ini 25 % terhisap ke dust collector I dan 75% lainnya

langsung di bucket elevator. Untuk proses terus-menerus hasil 75% masuk ke

separator untuk proses pemilihan hasil produck. Di separator meninggal hasil

sisa material 75% dari jumlah material yang masuk dari weigh feeder. Dari

material tadi rata-rata 40% nya dikembalikan ke cement mill untuk giling kembali

dan hanya 60% yang menjadi produck untuk dibawa ke dust collector II.

       Jika hanya mencapai jumlah tersebut, diproduksi tidak seimbang dengan

penjualan. Maka untuk proses produksi selanjutnya, operator produksi akan

menyeimbangkan kebutuhan umpan material dengan hasil rijeck dari separator.

Mungkin akan mengurangi umpan, agar tidak mengalami kejenuhan di mesin

cement mill. Insya Allah di lain waktu, penulis akan menghitung operasian

seimbang yang digunakan oleh operator PT. LCI.
5.2      Saran

         Selama melaksanakan kerja praktek di PT. LCI bagian departemen proses

produksi, ada beberapa saran yang dapat disampaikan :

      1. Perlu ditingkat proses operasional produksi semen.

      2. Perlu penambahan pembimbing untuk mahasiswa Kerja Praktek di PT.

         LCI.

      3. Mahasiswa dapat langsung diterjun ke lapangan dalam studi kerja praktek

         agar mahasiswa lebih memahami proses produksi.
DAFTAR PUSTAKA




Colder, Antony. Teknik Manajemen Pemeliharaan, Jakarta: Erlangga.

1983

ICCI. Proses Produksi Semen, Jakarta: PT. Lafarge. 1999

ICCI. Cement Manufacturing Process, Jakarta: PT. Lafarge. 2006

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Sylvester Saragih
 
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABonita Susimah
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Nanda Reda
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorfniaramadanti1
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologironimputra
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisIsya Ansyari
 
Pola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamdaPola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamdaUDIN MUHRUDIN
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen Wahidin Zuhri
 
Kuliah rekahan (tambang)
Kuliah rekahan (tambang)Kuliah rekahan (tambang)
Kuliah rekahan (tambang)JeudiJeudi1
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapankusyanto Anto
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Sylvester Saragih
 

Mais procurados (20)

Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
Tugas batubara ii lingkungan dan bentuk endapan batubara, kalsifikasi dan jen...
 
Ganesa batubara
Ganesa batubaraGanesa batubara
Ganesa batubara
 
Bab i KALOIN
Bab i KALOINBab i KALOIN
Bab i KALOIN
 
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITABENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
BENTONITE - BAHAN GALIAN INDUSTRI - BONITA
 
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
Kelompok 6(makalah batuan dn mineral)
 
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf228829546 deskripsi-batuan-metamorf
228829546 deskripsi-batuan-metamorf
 
Makalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses GeomorfologiMakalah Proses Geomorfologi
Makalah Proses Geomorfologi
 
Flotasi
FlotasiFlotasi
Flotasi
 
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafarisPraktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
Praktikum : analisis batuan beku - isya ansyari - polisafaris
 
Makalah-batuan-beku
Makalah-batuan-bekuMakalah-batuan-beku
Makalah-batuan-beku
 
JAW CRUSHER
JAW CRUSHERJAW CRUSHER
JAW CRUSHER
 
Pola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamdaPola pengeboran tamka dan tamda
Pola pengeboran tamka dan tamda
 
deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen deskripsi batuan sedimen
deskripsi batuan sedimen
 
Laporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboranLaporan kp pengeboran
Laporan kp pengeboran
 
Kuliah rekahan (tambang)
Kuliah rekahan (tambang)Kuliah rekahan (tambang)
Kuliah rekahan (tambang)
 
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapanMetode sampling pada jenis – jenis endapan
Metode sampling pada jenis – jenis endapan
 
Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)Geologi Irian Jaya (Papua)
Geologi Irian Jaya (Papua)
 
Pola peledakan
Pola peledakanPola peledakan
Pola peledakan
 
Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1Peralatan tambang bawah tanah 1
Peralatan tambang bawah tanah 1
 
Manajemen tambang materi 1
Manajemen tambang materi 1Manajemen tambang materi 1
Manajemen tambang materi 1
 

Destaque

Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)gilank_upn
 
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkProses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkrino firsa
 
Best cars cheats all the sport cars in gta san andreas
Best cars cheats all the sport cars in gta san andreasBest cars cheats all the sport cars in gta san andreas
Best cars cheats all the sport cars in gta san andreasZainal arist
 
Proses industri kimia dan perkembanganya
Proses industri kimia dan perkembanganyaProses industri kimia dan perkembanganya
Proses industri kimia dan perkembanganyaReza Mhk
 
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan SlagLaporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag'Adinda Mulyani
 
Kerja Praktek semen tonasa
Kerja Praktek semen tonasaKerja Praktek semen tonasa
Kerja Praktek semen tonasasvj998
 

Destaque (7)

Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
Pkl pt. semen gresik tbk. (pabrik tuban)
 
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbkProses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
Proses pembuatan-semen-pada-pt-holcim-indonesia-tbk
 
Best cars cheats all the sport cars in gta san andreas
Best cars cheats all the sport cars in gta san andreasBest cars cheats all the sport cars in gta san andreas
Best cars cheats all the sport cars in gta san andreas
 
Proses industri kimia dan perkembanganya
Proses industri kimia dan perkembanganyaProses industri kimia dan perkembanganya
Proses industri kimia dan perkembanganya
 
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan SlagLaporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag
Laporan Kerja Praktek Penentuan Klinker Rasio Semen PCC Trass dan Slag
 
Kerja Praktek semen tonasa
Kerja Praktek semen tonasaKerja Praktek semen tonasa
Kerja Praktek semen tonasa
 
Laporan KP Haidar
Laporan KP HaidarLaporan KP Haidar
Laporan KP Haidar
 

Semelhante a LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA

Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalMuhammad Akmal
 
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANGLAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANGWahyudi Pratama
 
Laporan kp asrio wijaya_1301219
Laporan kp asrio wijaya_1301219Laporan kp asrio wijaya_1301219
Laporan kp asrio wijaya_1301219Asrio Wijaya
 
Air Conditioning on Boeing 737-300
Air Conditioning on Boeing 737-300Air Conditioning on Boeing 737-300
Air Conditioning on Boeing 737-300Mukhamad Mardiansyah
 
Laporan PRAKERIN
Laporan PRAKERINLaporan PRAKERIN
Laporan PRAKERINdennyrirama
 
Laporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatamaLaporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatamaAndrea Fender
 
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docx
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docxLAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docx
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docxalviann1
 
Tugas Akhir Dengan Metode Kansei Engineering
Tugas Akhir Dengan Metode Kansei EngineeringTugas Akhir Dengan Metode Kansei Engineering
Tugas Akhir Dengan Metode Kansei Engineeringhendry123456
 
Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)
Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)
Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)Akhmad Sakir
 
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009Dian Aditya
 
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...Uofa_Unsada
 
2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...Ryan Isni
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Shofi Asriani
 
211785323.pdf
211785323.pdf211785323.pdf
211785323.pdfMesinesId
 
Jbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-f
Jbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-fJbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-f
Jbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-fbromo telecenter
 
Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas
Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas
Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas Queen Anaqi
 

Semelhante a LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA (20)

Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad AkmalLaporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
Laporan Kerja Praktik Komatsu Indonesia oleh Muhammad Akmal
 
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANGLAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
LAPORAN KP INFORMATIKA INVENTORY BARANG
 
Laporan kp asrio wijaya_1301219
Laporan kp asrio wijaya_1301219Laporan kp asrio wijaya_1301219
Laporan kp asrio wijaya_1301219
 
Air Conditioning on Boeing 737-300
Air Conditioning on Boeing 737-300Air Conditioning on Boeing 737-300
Air Conditioning on Boeing 737-300
 
Laporan PRAKERIN
Laporan PRAKERINLaporan PRAKERIN
Laporan PRAKERIN
 
Laporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatamaLaporan kp cipta kridatama
Laporan kp cipta kridatama
 
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docx
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docxLAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docx
LAPORAN PRAKTIK INDUSTRI REVISI PAK EDY.docx
 
Tugas Akhir Dengan Metode Kansei Engineering
Tugas Akhir Dengan Metode Kansei EngineeringTugas Akhir Dengan Metode Kansei Engineering
Tugas Akhir Dengan Metode Kansei Engineering
 
Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)
Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)
Laporan KP Fix (Akhmad Sakir 13211120)
 
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
Laporan Prakerin - Dian Aditya - 2008/2009
 
12346929 2
12346929 212346929 2
12346929 2
 
LAPORAN TUGAS UMUM
LAPORAN TUGAS UMUMLAPORAN TUGAS UMUM
LAPORAN TUGAS UMUM
 
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
ANALISIS LINE BALANCING UNTUK KESEIMBAGAN PROSES PRODUKSI DI LINE WRE PT. GEM...
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
2. analisa kinerja produktivitas dengan menggunaka metode balaced scorecard p...
 
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
Contoh Laporan PKL di PT DAE HWA INDONESIA (DHI)
 
211785323.pdf
211785323.pdf211785323.pdf
211785323.pdf
 
Jbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-f
Jbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-fJbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-f
Jbptunikompp gdl-agusnovyni-25155-12-unikom a-f
 
Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas
Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas
Laporan kerja pratek rancang bangun sistem inventaris bkmm banyumas
 
Cover
CoverCover
Cover
 

Último

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptssuser940815
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x BintanVenyHandayani2
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxssuser0239c1
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...Kanaidi ken
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 

Último (20)

Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.pptSejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
Sejarah Perkembangan Teori Manajemen.ppt
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintanmodul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
modul 1.2 guru penggerak angkatan x Bintan
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptxMTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
MTK BAB 5 PENGOLAHAN DATA (Materi 2).pptx
 
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
RENCANA + Link2 Materi Pelatihan/BimTek "Teknik Perhitungan & Verifikasi TKDN...
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 

LAPORAN KERJA PRAKTEK DI PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA

  • 1. LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA - ACEH BESAR OLEH : NAMA : RYAN PRAMANDA NPM : 07.05.3.1855/TI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA 2011
  • 2. LAPORAN KERJA PRAKTEK PADA PT. LAFARGE CEMENT INDONESIA LHOKNGA - ACEH BESAR DENGAN TUGAS KHUSUS PROSES PRODUKSI YANG OPTIMAL DI UNIT SEMEN MILL OLEH : NAMA : RYAN PRAMANDA NPM : 07. 05. 3. 1855 JURUSAN : TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA 2010 - 2011
  • 3. JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA LEMBARAN TUGAS Diberikan Kepada : Ryan Pramanda Dosen pembimbing : Ir. Iskandar Mirza, M.Si Jurusan : Teknik Industri Jangka Waktu : 1 (satu) Bulan Judul : Proses Produksi yang Optimal di Unit Semen Mill Mengetahui, Ketua Jurusan Teknik Industri Dosen Pembimbing JAMALUDDIN, ST. MT IR. ISKANDAR MIRZA, M.SI NIDN: 0127117102 NIDN: 0108066603
  • 4. LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING Laporan Kerja Praktek pada PT. Lafarge Cement Indonesia di Lhoknga Aceh Besar mulai 1 Juni s/d 30 Juni 2011 yang telah dilaksanakan oleh : Nama : Ryan Pramanda NPM : 07. 05. 3. 1855 Fakultas : Teknik Jurusan : Teknik Industri Laporan Kerja Praktek ini merupakan sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa. Langsa, Diketahui oleh Dosen pembimbing Ir. Iskandar Mirza, M.Si NIDN: 0108066603
  • 5. LEMBAR PENGESAHAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SAMUDRA LANGSA Laporan Kerja Praktek pada PT. Lafarge Cement Indonesia di Lhoknga Aceh Besar. Mulai dari tanggal 1 Juni s/d 30 Juni 2011 telah diselesaikan oleh : Nama : Ryan Pramanda NPM : 07. 05. 3. 1855 Jurusan : Teknik Industri Telah diperiksa dan di setujui guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh gelar Strata Satu (S.1) di Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa. Langsa, Mengetahui, Disetujui / Disahkan oleh : Ketua Jurusan Teknik Industri Dosen Pembimbing, Jamaluddin, ST. MT Ir. Iskandar Mirza, M.Si NIDN: 0127117102 NIDN: 0108066603 Mengetahui / Menyetujui, A.n Dekan Fakultas Teknik Pembantu Dekan Bid. Akademik Universitas Samudra Langsa Ir. Syamsul Bahri Widodo
  • 6. Kata Pengantar Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang tidak diketahui oleh hamba-Nya berkat rahmat-Nya, praktikan dapat menyelesaikan laporan kerja praktek ini. Serta shalawat kepada Rasulullah SAW yang membawa pelita bagi dunia. Laporan kerja praktek ini adalah rangkaian dari kegiatan Kerja Praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia (PT. LCI), persyaratan akademik bagi setiap mahasiswa sarjana Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa, untuk membuat data hasil kegiatan setelah kerja praktek di industri dalam bentuk laporan yang akan disampaikan pada seminar kerja pratek. Praktikan menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan segala kerendahan hati praktikan menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya laporan ini. Praktikan mengucapkan terima kasih yang teramat mulia Ibunda dan Ayahanda tercinta yang senantiasa mendo’akan keberhasilan pratikan, serta ucapan terima kasih juga praktikan sampaikan kepada: 1. Bapak Sofyan Adi ST, Pembimbing Kerja Praktek Proses Produksi PT. Lafarge Cement Indonesia. 2. Bapak Ir. T. Iskandar Mirza, M.Si, Dosen Pembimbing Kerja Praktek. 3. Bapak Abdul Khalim, Supervisor Proses Produksi di PT. Lafarge Cement Indonesia. 4. Bapak Jamaluddin ST.MT., Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Samudra Langsa.
  • 7. 5. Bapak Ir. Syamsul Bahri Widodo, Pembantu Dekan I Fakultas Teknik Universitas Samudra Langsa. 6. Bapak Irwansyah, Bapak Khamaruddin, Bapak Arif Syahrizal, dan sahabat-sahabat praktikan yang mendukung Kerja Praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia. 7. Serta seluruh karyawan proses produksi PT. LCI, serta semua pihak yang telah membantu dalam pratikan laporan ini. Akhirnya pratikan berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi pratikan khususnya dan pembaca umumnya. Langsa, 28 November 2011 Praktikan ybs, Ryan Pramanda NPM: 07.05.3.1855
  • 8. DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Jurusan .............................................................. i Lembar Pengesahan Pembimbing ...................................................... ii Lembar Pengesahan Fakultas ............................................................. iii Lembar Pengesahan Pabrik ................................................................ iv Kata Penghantar ................................................................................. v Daftar Isi ............................................................................................ vii Daftar Tabel ....................................................................................... viii Daftar Gambar ................................................................................... ix Daftar Lampiran ................................................................................. xii BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ........................................................................ 1 1.2 Maksud dan Tujuan................................................................. 2 1.3 Pembatasan Masalah ............................................................... 2 BAB. II TINJAUAN TENTANG PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Ringkas Perusahaan dan Lokasi PT. LCI ................ 4 2.2 Organisasi Manajemen Perusahaan ....................................... 6 2.3 Segmen Distribusi Pasar ........................................................ 6 2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja......................................... 6 BAB. III SEMEN DAN PROSES PRODUKSI SEMEN 3.1 Semen dan Klasifikasi Semen ................................................ 8 3.2 Urutan Uraian Proses Pembuatan Semen di PT. LCI ............ 13 3.3 Persiapan Bahan Baku ........................................................... 14 3.4 Proses Penggilingan Bahan Baku Di Raw Mill ..................... 18 3.5 Proses Pemanasan Awal (Prehaeter) .................................... 19 3.6 Proses Pembakaran (Kiln) ..................................................... 24
  • 9. 3.7 Proses Pendinginan (Cooler) ................................................. 26 3.8 Proses Akhir Penggilingan (Semen Mill) ............................... 28 3.9 Proses Pengantongan Semen (packing) ................................. 28 3.10 Peralatan Bantu Proses Pembuatan Semen ............................ 29 3.11 Utilitas .................................................................................... 30 BAB. IV PELAKSANAAN TUGAS KHUSUS 4.1 Tugas Khusus ......................................................................... 32 4.2 Metedelogi Tugas Khusus...................................................... 32 4.3 Pembahasan Semen Mill ........................................................ 33 BAB. V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ............................................................................ 46 5.2 Saran ...................................................................................... 47 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 48
  • 10. DAFTAR TABEL halaman Tabel 3.1 Spesifik Produk........................................................................ 12 Tabel 3.2 Reaksi dalam pembakaran ...................................................... 23 Tabel 4.1 Dimensi Cement Mill .............................................................. 36 Tabel 4.2 Persentase Cement Mill .......................................................... 36 Tabel 4.3 Target Quality Cement Mill .................................................... 41
  • 11. DAFTAR GAMBAR halaman Gambar 3.1 OPC ..................................................................................... 11 Gambar 3.2 PCC ..................................................................................... 12 Gambar 3.3 Uraian Proses....................................................................... 13 Gambar 3.4 Limestone ............................................................................ 14 Gambar 3.5 Siltstone ............................................................................... 15 Gambar 3.6 Shale .................................................................................... 15 Gambar 3.7 Iron Sand ............................................................................. 16 Gambar 3.8 Gypsum ............................................................................... 16 Gambar 3.9 Pozzolan .............................................................................. 17 Gambar 3.10 Raw Mill .............................................................................. 18 Gambar 3.11 Bagan Raw Mill .................................................................. 18 Gambar 3.12 Pre Heater ............................................................................ 19 Gambar 3.13 Sistem Cyclone .................................................................... 20 Gambar 3.14 Diagram Alir Pemanasan dan Pembakaran ......................... 22 Gambar 3.15 Kiln ...................................................................................... 24 Gambar 3.16 Wilayah Pembakaran Kiln .................................................. 26 Gambar 3.17 Cooler .................................................................................. 26 Gambar 3.18 Cement Mill ........................................................................ 28 Gambar 3.19 Packing ................................................................................ 28 Gambar 3.20 Utilitas Air ........................................................................... 31 Gambar 4.1 Alur Proses Cement Mill ..................................................... 34
  • 12. Gambar 4.2 Hopper ................................................................................. 34 Gambar 4.3 Weight Feeder ..................................................................... 34 Gambar 4.4 Tube Cement Mill ............................................................... 35 Gambar 4.5 Karakter Ball Mill ............................................................... 37 Gambar 4.6 Penyaring............................................................................. 38 Gambar 4.7 Sistem Dust Collector ......................................................... 38 Gambar 4.8 Fan ....................................................................................... 39 Gambar 4.9 Separator.............................................................................. 39
  • 13. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Flow Chat Proses ................................................................. 49 Lampiran 2 Production of Cement by the dry process ............................ 50 Lampiran 3 CCR operation Raw Mill ..................................................... 51 Lampiran 4 CCR operation Kiln ............................................................. 52 Lampiran 5 CCR operation Kiln Outlet .................................................. 53 Lampiran 6 CCR operation Cement Mill 2 ............................................. 54 Lampiran 7 CCR operation Cement Mill Out Put .................................. 55 Lampiran 8 Organization Chart PT. LCI ................................................ 56 Lampiran 9 Proposed Organisation of Production Departement ............ 57 Lampiran 10 Cement Mill No. 1 Log Sheet .............................................. 58 Lampiran 11 Cement Mill No. 1 Log Sheet .............................................. 59 Lampiran 12 Cement Mill No. 2 Log Sheet .............................................. 60 Lampiran 13 Cement Mill No. 2 Log Sheet .............................................. 61 Lampiran 14 Raw Mill Control ................................................................. 62 Lampiran 15 Raw Mill Control ................................................................. 63 Lampiran 16 Process Flow Sheet CM#1................................................... 64 Lampiran 17 Process Flow Sheet CM#2................................................... 65 Lampiran 18 LHO Process Flow Sheet ..................................................... 66 Lampiran 19 Indonesia Lhoknga Cement Plant Recontruction Project .... 67
  • 14. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pengembangan teknik industri, kemajuan teknologi yang semakin pesat untuk memproduksi bahan mentah menjadi bahan baku agar lebih dapat dimanfaat oleh orang banyak untuk kebutuhannya. Di dalam suatu perusahaan proses produksi erat kaitannya dengan hasil yang telah diproduksi yaitu proses optimal, hasil kwalitas dan mencapai kuantitas yang lebih baik. Oleh sebab itu, kondisi kenikerja perusahaan harus selalu dalam keadaan baik. Apalagi jika mesin diharapkan dapat bekerja selama 24 jam non-stop. Proses produksi haruslah dalam pencapaian semen yang baik agar konsumen dapat menikmati kepuasan hasil produksi. Kepuasan hasil produksi sangat tergantung pada proses produksi sampai tahap penggilingan akhir yang dihasilkan di proses produksi semen di cement mill di PT. Lafarge Cement Indonesia. PT. Lafarge Cement Indonesia yang merupakan bagian dari Lafarge International, sebuah perusahaan multinasional yang berpusat di Lyon Perancis, dan mendedikasikan bisnisnya pada pemenuhan kebutuhan bahan konstruksi, merupakan satu-satunya yang berpusat di Lhoknga, Aceh Besar, Provinsi Aceh di Indonesia. Di perusahaan ini proses produksi dilakukan secara continou atau terus-menerus sistem pemenuhan target pengisian silo-silo hasil penampungan tahapan-tahapan semen. Di PT. Lafarge Cement Indonesia, setiap mesin mempunyai peranan masing-masing dan saling berkesinambungan. Dan dalam proses produksinya terdapat 5 tahap utama yaitu: Quarrying, Raw Milling, Kiln
  • 15. Burning & Cooling, Cement Milling, dan Packing. Bagian yang menjadi objek kajian penulis adalah tahap Cement Milling pada mesin Cement Mill no. 2. Berangkat dari keadaan tersebut, maka penulis mengambil judul “Proses Produksi Semen Yang Optimal Pada Unit Semen Mill No. 2” (Studi kasus : PT. Lafarge Cement Indonesia). 1.2 Maksud Dan Tujuan Adapun yang menjadi maksud dan tujuan dari laporan ini adalah : 1. Dengan adanya kerja praktek yang dilakukan oleh mahasiswa akan menambah ilmu pengetahuanan pengalaman yang nyata sehingga apa yang didapatkan dibangku kuliah dapat diaplikasikan dilapangan. 2. Untuk mengenal langsung proses produksi sistem pengolahan dalam PT. Lafarge Cement Indonesia. 3. Agar terjalin timbal balik antara dunia pendidikan dan instansi / lapangan usaha. 4. Membiasakan mahasiswa untuk menulis karya ilmiah dan melakukan penelitian. 5. Sebagai perbandingan antara apa yang telah didapatkan dibangku kuliah dengan kenyataan dilapangan. 1.3 Pembatasan Masalah Dalam studi ini diperlukan beberapa batasan masalah agar dapat lebih terarah dalam analisanya. Adapun beberapa batasan masalah yang diambil antara lain adalah: 1. Data input hanya diambil dari, masuknya bahan pengolahan ke Cement Mill no. 2 PT. Lafarge Cement Indonesia.
  • 16. 2. Proses pengolahan produksi pada Cement Mill no. 2 dan cara alur kerja optimalnya. 3. Data out-put hanya diambil dari, keluarnya bahan hasil dari Cement Mill no. 2 PT. Lafarge Cement Indonesia.
  • 17. BAB II TINJAUAN TENTANG PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Ringkas Perusahaan dan Lokasi PT. Lafarge Cement Indonesia (PT. LCI). Pembangunan PT. Semen Andalas Indonesia didirikan pada tahun 1980 yang saham tersebut dipegang oleh perusahaan Blue Circle Industries dari Inggris dan bekerja sama dengan Cementia Holding A. G dari Swiss. Pada tahun 1983 PT. Semen Andalas Indonesia mulai berjalan produksinya dan telah memperoleh hasil 1,2 juta ton pertahun. Pada tahun 1989 Lafarge acquired (mengakuisisi) saham Cementia Holding A. G dari Swiss, berjalan dengan waktu produksi semen diperusahaan PT. Semen Andalas Indonesia sampai tahun 2001. Lafarge kembali mengakuisisi lagi saham Blue Circle Industries dari Inggris di PT. Semen Andalas Indonesia dan akhirnya di tahun 2002, Lafarge menguasai 99 % saham di PT. Semen Andalas Indonesia. Akhir tahun 2004 kelumpuhan produksi tampak. Tragedi Gempa Tsunami, menghentikan produksi semen karena seluruh fasilitas- fasilitas pabrik hancur dan rusak. Pada tahun 2005 Lafarge kembali berusaha mengupayakan untuk menghidupkan kembali pabrik dengan lebih baik dan optimis hingga pada tahun 2010, yang telah ditanamkan saham oleh pihak Lafarge senilai 300 juta dolar. Pada November 2010 PT. Semen Andalas Indonesia sudah kembali lagi memproduksi semen, dengan renovasi, ide, karya cipta yang baru. Saat itu pula nama pabrik PT. Semen Andalas Indonesia meggantikan namanya menjadi PT. Lafarge Cement Indonesia, banyak kemajuan yang diperoleh baik dalam hal produksi yang meningkat hingga 1.6 juta ton per tahun semen, maupun dalam hal kesejahteraan dan keselamatan karyawan.
  • 18. Sebagai pabrik semen terpadu, PT. LCI di Lhonga memiliki sarana dan fasilitas utama sebagai berikut: 1. Penambangan bahan baku di sekitar pabrik (tambang limestone, siltstone, dan shale). 2. Crusher atau mesin pemecah batu. 3. Raw Mill sebagai mesin penggiling dan pencampur bahan baku. 4. Raw Meal Silo sebagai tempat penyimpanan sementara hasil dari Raw Mill. 5. Preheater dan Kiln sebagai mesin pembakar. 6. Clinker Silo sebagai tempat penyimpanan sementara hasil dari Kiln (Clinker). 7. Cement Mill yaitu penggiling akhir untuk mendapatkan semen dari clinker. 8. Cement Silo sebagai tempat penyimpanan sementara semen sebelum di packing. 9. Packing Plant yaitu tempat pengantongan semen . 10. Power Plant sebagai sumber energi listrik dari hasil pembakaran batubara. 11. Water Intake sebagai sumber air untuk operasional pabrik. 12. Pelabuhan khusus untuk keluar-masuk barang yang diperlukan. Motto : Semen PT. Lafarge Cement Indonesia untuk membangun dunia. Lokasi Pabrik PT. Lafarge Cement Indonesia terpadu terletak pada lokasi strategis yang merupakan suatu daerah pantai dan bukit, kawasan Aceh Besar tepatnya di Lhoknga Aceh Besar Jalan 17 KM Banda Aceh-Meulaboh.
  • 19. Penentuan lokasi pabrik ini berdasarkan pertimbangan : 1. Pabrik sangat dekat dengan bahan baku di sekitar area pabrik. 2. Pabrik sangat dekat dengan pelabuhan untuk sarana transportasi laut. 2.2 Organisasi Manajemen Perusahaan Struktur organisasi bertujuan untuk mengatasi tugas, pemberian tanggung jawab dan penetapan hubungan antara unsur-unsur organisasi untuk mencapai tujuan. Struktur organisasi di PT. LCI berupa struktur garis dan staf. Dimana sebagai pemimpin tertinggi adalah presiden direktur bertanggung jawab langsung dengan bidang-bidang sebagai wakil pemegang saham. Dalam melaksanakan tugasnya, presiden direktur dibantu oleh supervisor didalamnya. 2.3 Segmen Distribusi Pasar Hasil produksi semen di PT. LCI telah mencapai 1,6 ton tiap tahunnya. PT. LCI memproduksi 2 tipe semen yaitu : 1. OPC (Ordinary Portland Cement) 2. PCC (Portland Composite Cement) Produksi semen ini didistribusikan seluruh wilayah di Aceh. Selain itu, PT. LCI telah pengembangkan pendistribusiannya ke beberapa terminal yang menjadi pusat pemasarannya yaitu : Lhokseumawa-Aceh, Belawan-Sumut, Dumai-Riau, dan Batam-Kepulauan Riau. 2.4 Kesehatan dan Keselamatan Kerja PT. Lafarge Cement Indonesia sangat disiplin dalam setiap aktifitas sehari- hari. Setiap karyawan tetap dan karyawan tidak tetap diwajibkan menggunakan pakaian wajib kerja safety, baik karyawan dikantor maupun karyawan yang langsung terjun dilapangan lokasi proses produksi. Pakaian wajib ini dikenal
  • 20. dengan APD (alat pelindung diri) yaitu baju kerja pabrik, helm, kacamata, sepatu tahan terhadap benda berat, masker, dan sarung tangan agar terlindung dari bahaya-bahaya yang tidak terduga saat bekerja. PT. Lafarge Cement Indonesia juga sangat memperhatikan kondisi setiap pekerjanya, agar tubuh selalu fit. Setiap harinya kegiatan rutin setiap pagi adalah senam pagi, yang dilaksanakan semua karyawan pada setiap departemen. Pada saat praktikan mengadakan kerja praktek di PT. LCI adalah bulan dalam keadaan shut down yakni dalam pemeliharaan perawatan seluruh mesin pabrik (maintenence). Seluruh karyawan dan OJT (on job training) diwajibkan lebih berhati-hati pada aktifitas pekerjaannya, kondisi dan situasi mesin pabrik dalam perbaikannya, dibulan ini PT. LCI memberi nama SAFETY MONTH 2011 yang diselenggarakan setiap shut down pabrik, 1 bulan dalam tiap tahunnya.
  • 21. BAB III PROSES PRODUKSI SEMEN 3.1 Semen dan Klasifikasi Semen Semen adalah perekat hidrolis yang berbentuk bubuk halus bila dicampur atau direaksikan dengan air akan mengeras. Secara fisik semen selalu merupakan bubuk halus yang berwarna keabu-abuan yang mudah sekali mengeras bila dicampur air atau dibiarkan terbuka oleh udara yang mengandung air. Secara kimiawi semen merupakan kumpulan beberapa persenyawaan yang bertanggung jawab terhadap karakteristik semen itu sendiri. Di dalam semen terdapat kandungan senyawa yaitu diantaranya : 1. Dikalsium Silikat (2CaO.SiO2) atau disingkat dengan C2S. 2. Trikalsium Silikat (3CaO.SiO2) atau disingkat dengan C3S. 3. Trikalsium Aluminat (3CaO.Al2O3) atau disingkat dengan C3A. 4. Tetra Kalsium Aluminat (4CaO.AL2O3.Fe2O3) atau disingkatdengan C4AF. Fungsi masing-masing senyawa ini adalah : C2S : Memberikan kekuatan setelah beberapa waktu lama. C3S : Memberi kekuatan awal pada semen pada waktu permulaan, 1-2 bulan. C3A : Sebenarnya tidak memberikan sifat spesifik dalam semen, malahan kalau terlalu banyak bisa membahayakan, sebab jika dicampur dengan air mudah bereaksi dan menimbulkan panas sehingga semen akan cepat mengeras (Flash Setting). Akibatnya kekuatan semen berkurang. C4AF : Kalau terlalu banyak juga membahayakan, sebab dapat mengurangi kegunaan dari C3S dan C2S, jadi kegunaan C4AF hanya sebagai peleburan saja (Flux) dan memperendah suhu peleburan pada semen.
  • 22. Ada 4 persenyawaan yang paling dominan yang terdapat pada semen yaitu: C2S, C3S, C3A, dan C4AF. Istilah C2S, C3S, C3A, dan C4AF merupakan singkatan yang setiap hurufnya mewakili 1 jenis oksida dan setiap angka menunjukkan jumlah mol dari oksida tersebut. Oksida-oksida ini adalah C=CaO S=SiO2 A=Al2O3 dan F=Fe2O3. Sehingga berdasarkan keterangan ini persenyawaan ataupun mineral semen dapat di interpretasikan dengan contoh: C3S merupakan persenyawaan yang terdiri dari atas 3 mol CaO dan 1 mol SiO2. Senyawa kimia yang terdapat dalam bahan baku dan yang diperlukan adalah oksida kalsium (CaO), oksida silisium (SiO2), oksida alumunium (Al2O3) dan oksida besi (Fe2O3). Disamping senyawa-senyawa tersebut, terdapat juga senyawa-senyawa lain yang keberadaannya tidak diinginkan dan harus dibatasi, sepeti magnesium oksida (MgO), alkali, klorida, sulfur, dan fosfor. Selain ke-4 mineral di atas pada semen juga terdapat persenyawaan- persenyawaan atau unsur-unsur lain dengan jumlah yang lebih kecil dibandingkan mineral-mineral semen tersebut diatas. Contoh dari unsur atau persenyawaan ini adalah Cr, K, F, dan Mg. Umumnya persenyawaan-persenyawaan ini secara total berkisar antara 1-3 %. Kemampuan untuk memproporsikan komposisi atau mineral semen memungkinkan kita untuk memproduksi semen yang memiliki karakter yang sesuai diinginkan. PT. Lafarge Cement Indonesia hanya memproduksi 2 tipe semen saja yaitu OPC dan PCC. Semen produksi OPC (Ordinary Portland Cement) diproduksi dengan mengikuti standart SNI-15-2049-2004 sedangkan untuk produk PCC (Portland Composite Cement) standart yang dipakai adalah SNI-15-7064-2004.
  • 23. Selain itu, PT. LCI juga memproduksi semen khusus lebih dikenal dengan semen curah, sesuai yang diminta oleh pelanggan. Biasanya semen tipe ini dijual dalam jumlah besar namun tidak continou hanya menurut keinginan pelanggan khusus saja. Dalam buku SNI, ada 5 tipe semen porland : 1. Tipe I, adalah semen untuk penggunaan umum. Tipe lain dari jenis ini adalah semen putih keabu-abuan yang mengandung oksida besi yang lebih sedikit sehingga mepunyai sifat cepat mengeras, biasanya digunakan untuk kontruksi umum dan untuk sumur minyak. 2. Tipe II, adalah jenis semen yang penggunaannya memerlukan ketahanan terhadap sulfat dan panas hidrasi sedang. 3. Tipe III, adalah tipe semen berkekuatan tinggi karena mengandung kapur silika yang lebih tinggi. Biasanya untuk kontruksi pembuatan jalan. 4. Tipe IV, adalah semen dengan panas hidrasi rendah. Karena dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah, biasanya digunakan untuk banguna air, dam, dan irigasi. 5. Tipe V, adalah semen yang mempunyai ketahanan terhadap sulfat tinggi. Semen ini biasanya digunakan untuk kontruksi limbah buangan dan kontruksi bawah air. Berdasarkan tujuan penggunaannya semen diklasifikasi sebagai berikut : 1. Pozzolan Cement, digunakan untuk kontruksi yang membutuhkan ketahanan terhadap air laut misalnya kontruksi bangunan di tepi pantai. Pozzolan adalah bahan yang tidak mengandung sifat semen tetapi setelah bercampur dengan kapur akan bersifat semen.
  • 24. 2. Expensive Cement, digunakan unuk spasi pada sambungan beton. 3. Polymer Cement, digunakan pada beton yang diikat oleh polymer. Sifat yang dihasilkan sangat tahan terhadap kekuatan kompresi yang tinggi dan tahan akan korosi. 4. Ferros Cement, untuk kontruksi yang kedap air. 5. Mansonry Cement, untuk spasi antar pemasangan batu tahan api. 6. Oil Well Cement, untuk kontruksi sumur-sumur minyak yang memerlukan ketahanan terhadap tekanan suhu tinggi. 7. White Cement, untuk kontruksi yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus. Jenis semen yang diproduksi PT. Lafarge Cement Indonesia OPC (Ordinary Portland Cement) Gambar 3.1 OPC Secara sederhana semen OPC didefinisikan sebagai campuran antara clinker, gypsum, dan additif atau zat tambahan yang jumlahnya diatur dalam standart SNI untuk semen OPC. Yang rata-rata hasil campuran dengan kandungan didalamnya adalah : clinker sejumlah 89-92 %, gypsum 3-4 %, addiktif 5-7 %.
  • 25. PCC (Portland Composite Cement) Sedangkan semen PCC merupakan campuran antara clinker, gypsum dan additif atau zat tambahan yang jumlah juga diatur dalam standart SNI untuk semen PCC. Yang rata-rata hasil kandungan didalamnya adalah: clinker 62 %, gypsum 3 %, addiktif 35%. Gambar 3.2 PCC Spesifikasi produk : Tabel 3.1 Spesifikasi Produk Semen OPC type I Semen PCC type II Produk Ordinary Portland Cement Portland Composite Cement Kemasan Bag & curah Bag Standart SNI-15-2049-2004 SNI-15-7064-2004 Penggunaan & Secara umum digunakan untuk Dapat digunakan untuk aplikasi Aplikasi pekerjaan pembangunan : yang sama dengan penggunaan  Gedung bertingkat opc type I.  Gedung perkantoran  Jembatan beton Namun, lebih memiliki  Jalan beton keunggulan saat digunakan  Runway, apron, dll untuk aplikasi pekerjaan pasang  Beton pra-tegang dan pra- bata, dan plester. tekan  Atap genteng.
  • 26. Keunggulan Semen dengan keunggulan pada :  Memberikan kemudahan produk  Kuat tekan 28 hari yang dalam pengerjaan. lebih baik.  Daya lekat lebih baik  Kemudahan dalam  aplikasi plasteran. pengerjaan hubungan  Mengurangi retak dengan nilai slump dan  Menghasilkan permukaan waktu pengeringan yang halus untuk hasil pengecatan yang lebih baik. Sumber: PT. LCI 2011 3.2 Urutan Uraian Proses Pembuatan Semen Di PT. LCI Gambar 3.3 Uraian Proses Proses pembuatan semen di PT. LCI secara umum alur pembuatannya secara proses kering dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Persiapan Bahan Baku 2. Penggilingan Bahan Baku 3. Pemanasan, Pembakaran Bahan Baku dan Pendinginan Material 4. Penggilingan Klinker di Semen Mill Menjadi Hasil Produck 5. Pengantongan Produk
  • 27. 3.3 Persiapan Bahan Baku 3.3.1 Limestone (Batu Kapur) Gambar 3.4 Limestone Limestone atau batu gamping merupakan bahan baku semen, di karenakan kandungan perekatan yang cukup baik untuk memproduksi semen yaitu CaCO3 calcium carbonat nya yang bisa mencapai 95%. Selain CaCO3 limestone juga mengandung Silika, Alumina, dan Fero serta beberpa persenyawaan lainnya namun dalam jumlah yang lebih kecil. Sesuai dengan namanya limestone merupakan bebatuan keras yang hanya bisa diuraikan dengan jalan peledakkan. Setelah ditambang dengan menggunakan peledakkan yang menghasilkan bongkahan batu berukuruan ½ - 2 meter, material ini diangkut ke unit crusher yang mampu memproduksi sampai 750 ton/jam, agar bongkahan batu tersebut dipecahkan lagi dengan ukuran lebih kecil lagi yaitu mencapai 2-4 cm agar mempermudah ditahap proses penggilingan nantinya, dan hasil crusher ini disimpan di Stockpile melalui Conveyor Belt.
  • 28. 3.3.2 Siltstone (Batu Silika) Siltstone merupakan sumber silika pada proses pembuatan semen kandungan silika yang baik untuk campuran limestone agar menjadi semen yang baik yaitu SiO3 Silika Oksidasi, pada siltstone nilainya bervariasi tergantung pada letak Gambar 3.5 Siltstone geografis material yang ditambang. Mirip dengan limestone, siltstone juga merupakan batuan keras di ambil dengan cara peledakkan. Dan sama halnya seperti limestone setelah ditambang, siltstone juga melalui tahap crusher dan diteruskan Stockpile untuk disimpan dan proses selanjutnya. 3.3.3 Shale (Tanah Kuning) Sedangkan shale ini sangat jarang digunakan dipabrik ini, akan tetapi untuk kebutuhan tertentu, dan pemesanan semen pelanggan jika menggunakan campuran ini, shale juga tetap dipakai untuk memenuhi Gambar 3.6 Shale kebutuhan pengikat semen diunsur alumina yakni Al2O3 pada proses pembuatan semen, secara geologi shale juga merupakan bebatuan, namun shale adalah batuan lunak yang tidak memerlukan proses peledakkan. Proses pengambilan shale dilakukan dengan cara dikeruk. Shale juga di crusher terlebih dahulu dan disimpan ke stockpile.
  • 29. 3.3.4 Iron Sand (Pasir Besi) Pasir besi merupakan bahan yang kaya akan Fe2O3. PT. LCI murni membeli dari luar daerah Krung Raya Aceh Besar yang tempat penembanganya merupakan daerah Gambar 3.7 Pasir Besi yang dekat dengan laut. Proporsi penggunaan pasir besi pada proses pembuatan semen sangatlah kecil umunnya bahan ini dipakai 1-3% dari total bahan baku pembuatan semen. Warna hasil produk semen adalah warna kandungan pasir besi ini. 3.3.5 Gypsum Gysum merupakan bahan baku yang baik untuk dipenuhi yang rata-rata penggunaannya adalah 3- 4% pada tiap produksi. Gypsum adalah material bubuk untuk memperlambat proses pengerasan pada semen. 3.8 Gypsum Dengan senyawa material kimiawi CaSO4 2H2O. PT. LCI juga membeli material ini dari Thailand.
  • 30. 3.3.6 Pozzolan Pozzolan ini digunakan untuk bahan penambahan produksi semen, tapi PT. LCI tetap dipersiapkan untuk kebutuhan produksi. Pozzolan terdiri dari senyawa silika dan alumina, yang tidak memiliki sifat mengikat Gambar 3.9 Pozzolan seperti semen akan tetapi memiliki kekuatan yang keras setelah diproses menjadi semen. Pozzolan ini juga dibeli dari luar pabrik di Krung Raya Banda Aceh, dikarenakan sekitar pabrik tidak terdapat material ini. Pozzolan ini biasanya digunakan sebanyak 15-20% pada semen curah yang dipesan, penambahan ini menghasilkan beberapa pangaruh pada sifat-sifat beton yaitu : a. Kontruksi beton yang menumbuhkan panas hidrasi, misalnya bendungan. b. Kontruksi beton didalam laut yang tahan terhadap sulfat. c. Bangunan yang memerlukan kedap yang tinggi, seperti bangunan sanitasi yang bersih. d. Pekerjaan plasteran yang membutuhkan sifat pengerjaan adukan. Beberapa penelitian membuktikan bahwa sifat kuat tekan akhir beton semen produk PCC atau semen curah yang bahan additif dengan dicampur pozzolan akan menyamai dari produk OPC.
  • 31. 3.4 Proses Penggilingan Bahan Baku di Raw Mill Bahan material yang telah ditambang dan telah crusher dan disimpan pada masing-masing stockpile tersebut. Bahan-bahan baku, limestone, siltstone, shale, dan Pasir Besi. Dimasukkan ke masing-masing hopper Gambar 3.10 Raw Mill yang dilengkapi weigh feeder yang berfungsi untuk mengatur komposisi kebutuhan material yang akan digiling. Proporsi untuk limestone adalah 75 %, siltstone adalah 20 %, shale adalah 8%, pasir besi adalah 2%. Yang pengaturan ini dapat langsung diatur melalui otomatis komputer di ruang CCR (Central Control Room). Kemampuan feed optimal 200 ton/jam di Raw Mill. Gambar 3.11 Bagian bagan Tube Raw Mill Raw mill ini adalah penggilingan pertama dalam proses produksi semen yang memiliki 3 ruangan (chamber) yang ruang tersebut dipisahkan oleh sekat diafragma, material yang masuk ke chamber I adalah proses pemanasan material dengan menggunakan uap gas dengan temperatur 3500C dari pembangkit Hot Gas Generator, fungsi pemanasan ini bertujuan agar mempermudah penggilingan tahap awal. chamber I lebih dikenal dengan Drying chamber yang ukurannya
  • 32. lebih kecil dari pada 2 chamber lainnya, pemanasan ini dilakukan secara continou atau terus-menerus. Setelah dipanaskan material-material ini digiling di chamber II dengan dibantu oleh bola-bola mill atau ball mill, ukuran bola-bola mill di ruangan ini adalah 80, 70, 60, dan 50 cm, yang masih memiliki suhu 1100C. Setelah digiling di ruangan ini, material tersebut telah menjadi bubuk, sebagian kecil material yang sudah halus dengan kadar yang baik selanjutnya ditarik oleh udara (fan) dan di pisahkan oleh separator dengan gaya sentifugal, dan yang belum halus sesuai standartnya masih dalam tahap penggilingan lagi. Dan sebagian material yang sudah halus masuk chamber III, yang sebelumnya disekat oleh diafragma. Diafragma ini terdapat ditengah bagian tiap chamber di raw mill, difungsikan agar tidak masuknya material yang belum halus dan tidak masuknya bola mill dari chamber II, diafragma ini dibuat dengan celah-celah yang telah diatur. Dan selanjutnya sebagian material yang masuk di chamber III di proses penggilingan lagi agar benar-benar halus yang dibantu dengan bola mill yang berukuran 40, 30, dan 20 cm. Hasil penggilingan ini dan dibawa ke tempat penyimpanan atau Blending Silo Raw Mill melalui Bucket Elevator. 3.5 Proses Pemanasan Awal (Pre-Haeter) Proses pemanasan disini adalah pemanasan awal raw mill pada unit preheater sebelum ke tahap pembakaran di kiln. Sehingga proses pembakaran dalam kiln berlangsung mudah, cepat dan efisien. Dengan bantuan air-slide material hasil raw mill diumpankan Gambar 3.12 Pre-Heater
  • 33. ke suspension preheater setelah melalui weight feeder. Suspensios preheater yang terdiri dari 4 tahap (stage) dengan posisi vertikal (dari atas ke bawah: stage I, II, III, IV). Pada masing-masing stage terdapat sepasang Cyclone yang berbentuk bundar tabung. Dan susunan yang paling bawah yang dekat dengan kiln adalah DDF (Dual Decarbonation Furnace) atau calsinasi. Siklon merupakan peralatan yang memanfaatkan gaya sentrifugal dan tekanan rendah yang disebabkan gerakan spin (pusaran) untuk memisahkan padatan yang mempunyai bentuk, ukuran, dan densitas yang berbeda dari fluida Gambar 3.13 Sistem Cyclone yang membawanya. Gerakan spin dalam Sumber: PT. LCI siklon timbul karena gerakan fluid secara tangensial memasuki siklon. Suspension Preheater terdiri dari siklon-siklon yang berfungsi untuk mengurangi kadar air material raw meal dan untuk memisahkan antara gas panas dengan material/umpan. Raw meal di transport dengan menggunakan air slide dimasukkan ke dalam sistem preheater terlebih dahulu untuk pemanasan awal dengan temperatur yang berbeda-beda pada masing-masing cyclone dari stage yaitu dari suhu 3500C, 4500C, 6500C, dan 8000C. Pada cyclone ke 4, stage ke 3 dilengkapi dengan defeeding gate yang berfungsi untuk mengatur umpan masuk ke calsiner (70 %) dan ke kiln (30 %), serta pada kalsiner dengan suhu temperatur 9000C. Preheater memperoleh panas dari gas yang datang dari kiln yang masuk ke preheater secara counter current (berlawanan arah), dengan massa raw mill dan
  • 34. hisapan dari fan. Di suspensior preheater, material bertemperatur sekitar 3000 C, masuk melalui gas duct (pipa gas) ke antara stage I dan stage II, naik ke stage I dikarenakan tarikkan dari fan dan disini langsung mengalami kontak dengan gas panas temperatur sekitar 4500C yang keluar dari cyclone stage II. Kemudian material bersama-sama dengan gas panas memasuki cyclone stage I dan terjadi perindahan panas serta akibat gaya berat material dan gaya dorong gas panas maka material akan terlempar ke dinding cyclone I ini, sehingga membentuk pusingan (spiral) dan terjadi proses pemisahan antar gas dengan material. Dan gas yang keluar dari cylone ini mempunyai suhu temparatur 3500C, sebagian dikembalikan ke raw mill dan sebagian lagi memasuki cooling tower untuk disalurkan ke fan pendinginan selanjutnya kemudian ke electrostatic precipitator (EP) dan kemudian dibuang ke atmosfir melalui chimeny. Material yang keluar dari cyclone stage I turun dan memasukki gas dust stage III. Pada gas dust stage III ini terjadi kontak material kembali dengan gas panas yang keluar dari cyclone stage III dengan temperatur 6500 C. Dan masuk ke cyclone stage II yang mempunyai suhu 4500C dan terjadi proses pengeringan, proses ini dimaksudkan agar pengurangan kadar air di feed, dan feed keluar pada bagian bawah cyclone stage II melalui gas dust stage IV yang menuju cyclone stage II.
  • 35. Gambar 3.14 Diagram Alir Pemanasan dan Pembakaran Sumber: PT. LCI Pada gas dust stage IV terjadi kontak antara material dengan gas panas bertemperatur 8000C yang keluar dari cyclone IV. Gas yang keluar dari dari atas melalui gas dust stage III. Sementara material yang bertemperatur 6000C, Kemudian material dan gas masuk ke cyclone stage III. Disini terjadi pertukaran panas dan pusingan yang mengakibatkan gas material terpisah dan Penguraian senyawa karbonat (proses Calsinasi) terutama jenis magnesium carbonat sedangkan karbonat dari senyawa kalsium akan terurai pada suhu 900 0C langsung masuk ke kalsiner dan diteruskan ke kiln untuk proses pembakaran, hasil yang telah siap di bakar adalah 70% dari proses di preheater dan 30% lainnya di kalsiner dikembalikan ke cyclone stage IV karena penguraian feed yang belum sempurna. Pada cyclone stage III adalah material yang belum sempurna, cylone ini mempunyai volume lebih kecil dari pada cyclone lainnya. Di cyclone stage III masuk ke riser pipa antara kalsiner dan cyclone stage IV, dan disini terjadi penamasan yang lebih tinggi agar penguraian material lebih baik dan siap untuk di bakar di kiln, pada cyclone stage IV bertemperatur sekitar 950-10000C. Sementara gas panas masuk melalui kalsiner. Material dari kalsiner diumpankan pangkal kiln
  • 36. dengan temperatur sekitar 10000C material ini sebagian telah mengalami proses calsinasi. Table 3.2 Reaksi dalam pemenasan Temperatur Reaksi yang terjadi (perubahan) Reaksi (0C) 0-100 Penguapan air saat Grinding dalam Raw Mill 100-600 Penguapan air hidrat dari shale Al2O3 + 3CaO → 3CaO.Al2O3 600-900 Penguraian senyawa karbonat (proses Calsinasi) terutama jenis magnesium CaCO3 → CaO + CO2 karbonat sedangkan karbonat dari senyawa kalsium akan terurai pada suhu 900 0C. 900-1000 Mulai terbentuknya senyawa C3A, C2S, Al2O3 + 4CaO + Fe2O3 → C2AF 4CaO.Al2O3.Fe2O3 1000-1200 Pembentukan senyawa C2S, C4AF, C3A maksimum SiO2 + 2CaO → 2CaO.SiO2 1200-1450 Pembentukan C3S dan pengurangan CaO bebas pada temperatur 1260 0C, terbentuk 3CaO + SiO2 → 3CaO.SiO2 fase cair (Liquid Phase) yang apabila didinginkan menjadi terak (klinker) Sumber: PT. LCI 2011
  • 37. 3.6 Proses Pembakaran (Kiln) Kiln berputar (rotary kiln) merupakan peralatan utama di seluruh unit pabrik semen, karena didalam kiln akan terjadi semua proses kimia pembentukan klinker dari bahan bakunya (raw mix). Kiln berbentuk silinder Gambar 3.15 Kiln horizontal dengan kemiringan 2 derajat dan panjang mencapai 68 meter yang kecepatan putarnnya 4 rpm dengan kapasiatas 200 ton/jam. Kiln dilapisi dengan batu tahan api yang ketebalannya 0,2 m dan berfungsi menjaga ketahanan shell kiln dan mencegah kehilangan panas selama pembakaran. Temperatur pembakaran di rotary kiln mencapai 14500C pembakaran ini menggunakan batu bara. Secara garis besar, di dalam kiln terbagi menjadi 3 zone yaitu : 1. zone calsinasi (menaikkan suhu) Kalsinasi merupakan reaksi pelepasan CO2 dari CaCO3 dengan temperatur 450-6000C. 2. zone transisi (pembentukan senyawa-senyawa). Daerah ini terjadi pembentukan senyawa-senyawa C2S, C3S, C4AF dan C3A. 3. zone sintering (klinkerisasi) mengalami pendinginan. Daerah ini terdapat pada ujung kiln, klinker ini didinginkan di cooler. Reaksi yang terjadi pada kiln adalah sebagai berikut : 1. reaksi kalsinasi CaCO3 pada temperatur 450-6000C. CaCO3 CO2 + CaO
  • 38. 2. pembentukan C2S pada temperatur 900-14000C. 2 CaO + SiO2 2 CaO.SiO2 (C2S) 3. pembentukan C3A dan C4AF pada temperatur 1100-13000C. 3 CaO + Al2O3 3 CaO.Al2O3 4 CaO + Al2O3 4 CaO.Al2O3.Fe2O3 4. pembentukan C3S dan pengurangan kadar kalsium monoksida bebas pada temperatur 1400-14500C. 2 CaO.SiO2 + CaO + SiO2 3 CaO.SiO2 Perkembangan teknologi mengakibatkan sebagian zone kalsinasi dipindahkan ke suspension preheater dan kalsiner, sehingga proses yang terjadi didalam kiln lebih efektif ditinjau dari segi konsumsi panasnya. Proses perpindahan panas didalam kiln sebagian besar ditentukan oleh proses radiasi sehingga diperlukan isolator yang baik untuk mencegah panas terbuang keluar. Isolator tersebut adalah batu tahan api dan coating yang terbentuk selama proses. Karena fungsi batu tahan api ditiap bagian proses berbeda maka jenis batu tahan api disesuaikan dengan fungsinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan coating antara lain:  Komposisi kimia raw mix  Konduktivitas termal dari batu tahan api dan coating  Temperatur umpan ketika kontak dengan coating  Temperatur permukaan coating ketika kontak dengan umpan  Bentuk dan temperature flame
  • 39. Pada zone sintering fase cair sangat diperlukan karena reaksi klinkerisasi lebih mudah berlangsung pada fase cair, tetapi jumlah fase cair dibatasi 20-30 % untuk memudahkan terbentuknya coating yang berfungsi sebagai isolator kiln. Gambar 3.16 Wilayah Pembakaran Kiln Sumber: PT.LCI 2011 Pembagian wilayah kiln Keterangan : 1. Burner/Cooler Outlet 5. Transition Zone I 2. Dam Zone 6. Transition Zone II 3. Cooling Zone 7. Calcining Zone I 4. Burning Zone 8. Inlet Cone 3.7 Proses Pendinginan (Cooler) Material panas yang keluar dari rotary kiln disebut klinker. Klinker ini bertemperatur 14500C selanjutnya masuk ke grate cooler untuk didinginkan. Pendinginan dilakukan secara tiba-tiba dengan menggunakan media udara yang Gambar 3.17 Cooler dihembuskan dengan enam unit (fan) pendingin, sehingga klinker turun menjadi suhu 80-1000C untuk mempermudah penghacuran dipenghancur (hammer).
  • 40. Udara hasil pendinginan ini selanjutnya didistribusikan ke tiga jalur yaitu : 1. Didistribusikan ke kiln untuk pembakaran bahan bakar. 2. Didistribusikan ke pipa udara sekunder (tertiary air duct) menuju ke preheater. 3. Sisa udara hasil pendinginan yang masih mengandung debu yang sangat halus dimasukkan ke gravel bad filter untuk dilakukan penyaringan. Debu-debu yang tertangkap di gravel bad filter dimasukkan kedalam klinker silo dengan bantuan chain conveyer dan bucket elevetor. Sedangkan udara yang telah terpisah dengan debu tersebut dilepaskan ke atmosfir melalui chimney. Setelah mengalami pendinginan, klinker yang ukuran besar dihancurkan dengan breaker (hammer mill). Klinker yang hancur diangkut dengan chain conveyor dan bucket elevator ke klinker silo. Bila pembakaran di kiln tidak sempurna akan menghasilkan klinker yang berkualitas rendah dan hal ini harus dipisahkan dengan klinker berkualitas baik. Klinker yang berkulitas ditempatkan dalam main clinker silo, sedangkan klinker yang berkualitas rendah ditempatkan dalam low burn clinker silo. Klinker ini dapat digunakan sebagai campuran dengan kilnker berkualitas baik. Selanjutnya klinker diangkut dengan menggunakan pan conveyer dan belt conveyor ke unit cemen mill dalam unit cemen mill ini terdapat 2 buah tube mill untuk proses penggilingan terakhir pada produksi semen yaitu cement mill no.1 dan cemen mill no.2.
  • 41. 3.8 Proses Akhir Penggilingan (Cemen Mill) Dalam proses ini penulis menjelaskan secara terperinci di BAB V, praktikan mengangkat tugas khusus yang berkaitan dengan unit cemen mill dalam mesin cemen mill no. 2 produksi yang optimal. Gambar 3.18 Cement Mill 3.9 Pengantongan Semen (Packing) Semen yang tersimpan di semen silo dengan pengontrolan katup menggunakan roots blower di alirkan melalui eraction box, air slide, drag chain, dan bucket elevator masuk ke pembagi (by pass), untuk keperluan pengepakkan. Semen ke packing plant mula-mula dimasukkan ke hopper Gambar 3.19 Packing packing plant, dengan bantuan air-slide, dan diteruskan ke chute yang mempunyai katup untuk mengatur aliran semen ke cement packer. Pengantongan semen yang dikantongi dalam kemasan 40 kg dan 50 kg perkantongannya untuk diteruskan melalui belt conveyor dikirim ke truck. Kapasitas pengantongan 80 ton/jam atau 2000 kg. Sedangkan untuk keperluan semen curah dikirim ke hopper harbour yang ada di pelabuhan melalui bucket elevator harbour yang berjumlah dua buah, semen di pompakan ke kapal melalui ecartion box dengan menggunakan screw pump.
  • 42. 3.10 Peralatan Bantu Proses Pembuatan Semen (Material Handling). Secara sederhana material dapat diartikan merupakan kegiatan penanganan mengangkut, mengangkat dan meletakkan material dalam proses di dalam pabrik, kegiatan nama dimulai material masuk sampai saat menjadi produk yang dikeluarkan parik. Peralatan alat tranportasi : 1. Dump Truck, untuk transportasi pada hasil penambangan dengan kapasitas 20-35 ton. 2. Belt Conveyor, untuk transportasi bahan mentah, semen, terak dan lainnya. 3. Air Slide, untuk transportasi bahan kering dan halus seperti raw meal dan semen dengan bantuan udara. 4. Chain Conveyor / Steel Palte Conveyor / Drag Chain, untuk transportasi material yang panas atau material yang mudah lengket (clinker, raw meal, batubara, tanah liat, batu kapur, dll). 5. Screw Conveyor, adalah alat transfortasi dengan sistem putar. 6. Pneumatic Lift, untuk transportasi raw meal atau semen dari bawah keatas, misal raw meal atau semen akan dimasukkan kedalam silo. 7. Bucket Elevator, untuk membawa material dengan arah vertikal. Alat ini untuk mengangkut material yang berupa bubuk atau bulk dengan ukuran sampai dengan 50 mm dan temperatur sampai dengan 350 oC ke arah vertikal, kapasitasnya bisa mencapai 1300 m3/jam dengan isian maksimal 75% dan ketinggian 60 m. 8. Drag Chain Conveyor, untuk mengangkut material bulk secara mendatar atau sedikit miring (maksimal 20o). Alat ini bisa tahan sampai dengan temperatur 5000C karena semua bagiannya terdiri dari logam dengan kapasitas ± 500 ton/jam, digunakan untuk mengangkut material klinker ke cement mill. 9. Truck, truck Cement, dan kapal khusus semen untuk media transportasi saat pemasaran.
  • 43. Peralatan bantu Alat Penangkap Debu proses pembuatan semen: a. Electrostatic Precipitator (EP), untuk menyaring debu secara elektrostatik pada proses penggilingan bahan mentah dan proses pembakaran. b. Dust Collector, untuk menangkap atau menyaring debu pada proses pembuatan semen. 3.11 Utilitas Fungsi unit utilitas menyangkut dengan pengadaan air, penghasil udara bertekanan, penditribusian listrik dan bahan bakar. 3.11.1 Fasilitas Pengolahan dan Pendistribusian Air Penyedia air di PT. LCI digunakan untuk keperluan berikut : 1. Air untuk keperluan operasional pabrik. 2. Air untuk operasional kantor, PMK, laboratorium dan lain-lain. 3. Air untuk operasional power plant. 4. Air untuk pemadam kebakaran. Air untuk keperluan tersebut diperoleh dari sungai Sarah di Leupung, yang berjarak sekitar 16 KM dari lokasi pabrik. Pengambilan air ini dilakukan dengan menggunakan pompa sebanyak 6 buah dan di alirkan melalui pipa sebesar 6 inchi. Air ini ditampung dalam satu bak yang berkapasitas ± 5.000 m3 air. Kebutuhan air perhari adalah 1.400 m3. Pengolahan air di lakukan dengan menggunakan unit berupa tangki sedimentasi dan sand filter. Kebutuhan untuk operasional pabrik sebanyak 550,4 m3 dan 849,6 m3 lainnya untuk keperluan kantor dan untuk power plant sebagai air penghasil uap pada pembangkit Tenaga Listrik.
  • 44. kolam kolam Operasional pabrik Pembunuh coagulator pemisah bakteri Office, laboratorium, PMK Pembunuh coagulator pemisah bakteri Gambar 3.20 Utilitas Air Power plant 3.11.2 Fasilitas Penghasil dan Pendistribusian Listrik PT. LCI menggunakan listrik tenaga uap pembangkit listrik tersebut terdiri dari 3 turbin, 2 turbin yang selalu aktif setiap harinya, dan 1 turbin lainnya sebagai cadangan untuk kebutuhan dan penyedia lainnya jika turbin lainnya mengalami kerusakan. Turbi-turbin tersebut yang masing-masing menghasilkan 14 Mwatt. Proses pembangkit tenaga listrik ini adalah batu bara memanaskan air agar manghasilkan uap. Uap-uap tersebut menggerakkan dengan turbin-turbin tersebut hingga menghasilkan listrik. PT. LCI ini membutuhkan 28 Mwatt setiap harinya. PT. LCI juga menyiapkan 1 unit generator dengan kapasitas 700 kW untuk keperluan packing plant, kantor dan operasional produksi kritis, jika sewaktu- waktu tersebut dan keadaan tertentu dalam keadaan yang tidak baik. Teknik operasi pembangkit tenaga listrik dibagi dalam tiga statiun sebagai berikut : 1. Power station mengoperasikan generator untuk kompleks kantor PT. LCI. 2. Power station mengoperasikan generator untuk mesin-mesin produksi material yaitu : crusher, kiln, raw mill, dan cement mill. 3. Power station mengoperasikan generator untuk pelabuhan.
  • 45. BAB IV TUGAS KHUSUS Pada Bab ini praktikan mengemukakan secara terperinci mengenai tugas khusus yang diberikan oleh ketua prodi teknik industri selama melaksanakan kerja praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia Lho’nga Aceh. 4.1 Tugas Khusus Dalam melaksanakan Kerja Praktek di PT. Lafarge Cement Indonesia Lho’nga Aceh, praktikan mengangkat judul tugas khusus yaitu: “Proses Produksi Semen yang Optimal di Unit Semen Mill”. Tujuan tugas khusus ini adalah praktikan untuk mengetahui alur proses bahan produksi di unit cement mill pada proses produksi Cement Mill No.2 secara optimal dan baik. Pada tugas khusus ini praktikan mengambil objek pada alur proses produksi di cement mill no. 2 di PT. Lafarge Cement Indonesia. 4.2 Metodologi Tugas Khusus Metode yang di terapkan dalam melaksakan kerja praktek adalah: 1. Masa orientasi, yaitu pengarahan dan penjelasan secara umum tentang proses produksi semen. 2. Meninjau ke unit-unit mesin proses produksi. 3. Konsultasi langsung dengan pebimbing atau pengarah serta dalam pengumpulan data-data yang berkenaan dengan tugas khusus. 4. Penyelesaian tugas khusus dengan bimbingan dan arahan dari pembimbing kerja praktek.
  • 46. 4.3 Pembahasan Semen Mill Semen mill adalah tahap pengerjaan proses akhir penggilingan dan yang telah menjadi produk hasil yang siap untuk pengemasan dan dipasarkan. Dengan tahapan proses dan alat sebagai berikut : 4.3.1 Alur Proses Cement Mill • Menggiling clinker dan gipsum dengan proporsi tertentu agar menjadi semen yang memenuhi standart mutu. • Peralatan dalam sistem finish mill : 1. Silo clinker 2. Alat transport clinker dan gypsum 3. Alat pemisah partikel semen (separator, siklon, bag filter) 4. Fan 5. Silo semen DC C Silo Bucket elevator SEP Air slide Material DC Cement Mill C Col lector fan n = material dan udara Ducting/pipa = udara = material Gambar 4.1 Alur Proses Cemen Mill
  • 47. 4.3.2 Operasi proses dan peralatan yang digunakan pada Cement Mill Proses produksi di area cement mill no. 2 umumnya dapat dibagi tahapan yaitu tahapan pengumpan material (klinker, gypsum, additif), tahapan penggilingan, dan tahapan penyaringan pemisahan. Tahap Pengumpan Material Bahan digunakan untuk membuat semen terdiri 3 jenis yaitu klinker, gysum, dan additif. Clinker, gysum, dan bahan additif yang disimpan pada masing-masing hopper diumpankan ke dalam cement mill no. 2. Peralatan pada pengumpan material :  Hopper  Weigh Feeder Hopper adalah tempat untuk penyimpanan material sementara sebelum di hitung jumlah material yang akan di produksi. Hopper dan weight feeder selalu terdapat pada peralatan Gambar 4.2 Hopper yang sama. Weight feeder adalah untuk mengatur laju alir umpan yang bekerja dalam satuan operasi berat dan waktu (ton/jam). Weight feeder merupakan peralatan yang terdiri dari sabuk yang berputar yang di gerakkan oleh Gambar 4.3 Weight Feeder motor. Dibawah sabuk terdapat alat penimbang, alat ini akan memberi informasi mengenai berat material yang ada diatas sabuk serta dikombinasikan dengan kecepatan sabuk berjalan yang akan menghasilkan informasi ton/jam sesuai
  • 48. settingan operator. Material yang berada diatas sabuk yang berjalan selalu konstan berat seimbang, yang berubah hanyalah kecepatan sabuk. Contohnya: jika berat material diatas 1 m sabuk adalah 5 ton, dan diberikan kecepatan 5 m/jam. Jumlah yang dihasilkan wieght feeder adalah 25 ton/jam. Sehingga jika operator menginginkan jumlah 50 ton/jam, maka weight feeder akan menaikkan menjadi 10 m/jam. Tahap Penggilingan. Tahap penggilingan ini produksi semen ini menggunakan peralatan penggiling yaitu : Tube Mill Tube mill silinder horizontal yang terbuat dari baja untuk menggiling material, semen yang diproses tube mill ini lebih dikenal dengan proses cemen mill. Cemen mill yang digunakan untuk penggilingan semen ini hanya memiliki dua buah ruangan disebut chamber. Penggilingan awal dilakukan didalam chamber I dengan sistem menghancurkan, dan selanjutnya ke chamber II untuk penghalusan dengan sistem menggerus. Gambar 4.4 Tube Cemen Mill Sumber : PT.LCI Diantara chamber I dan Chamber II dipisahkan oleh diafragma yang berfungsi untuk melewatkan material namun mencegah media penggiling yang
  • 49. ada didalam chamber I tidak masuk ke chamber II. Jika media pengiling chamber I masuk ke chamber II akan merusakkan media pengiling di chamber II. Table 4.1 Dimensi Cement Mill Ukuran Chamber I Chamber II Panjang 4,6 meter 8,3 meter Diameter 3,88 meter 3,88 meter %Volume Isian bola 27 % 29 % Kecepatan putar 16,4 rpm 16,4 rpm Kec. aliran udara 1,5-2 m/s 1,5-2 m/s Sumber: PT. LCI Media penggiling dikedua chamber tersebut adalah bola baja (ball mill), di chamber I adalah 60, 70, 80 dan 90 mm, sedangkan di chamber II adalah ball mill yang berukuran 17, 20, 25, dan 30 mm, agar terjadi penggiling dengan baik ball mill ini diputar pada 16,4 rpm atau rata-rata 75 % dari kecepatan kritis. Table 4.2 Persentase Ball Mill Chamber I Chamber II Ukuran Jumlah Ukuran Jumlah Ball Mill Persentasi Ball Mill Persentasi 90 20 % 30 15 % 80 40 % 25 15 % 70 25 % 20 30 % 60 15 % 17 40 % Sumber: PT. LCI
  • 50. Luas spasi yang lebih kecil untuk menggerus Luas space yang besar untuk penghancuran Gambar 4.5 Karakter Ball Mill Diujung chamber I dengan diberikan sedikit celah diujung tube mill untuk memasukkan udara dari luar yang di tarik oleh fan. Dan fan tersebut telah diberi katup untuk mengatur suhu dan kecepatan udara disisi ujung chamber II. Dan untuk mengatur mengendalikan suhu didalam chamber yang diakibatkan oleh proses penggilingan, maka dilakukan proses pendinginan dengan menebakkan air (water injection) dilakukan secara otomatis dikendalikan oleh CCR dari udara tekan dari kompresor. Suhu di dalam mill dijaga pada tingkat yang aman yaitu 110-1150C. Jika suhu diatas 1150C maka dapat mengakibatkan dehidarsi air kristal gyspsum sehingga akan menurunkan kualitas gypsum sehingga berpengaruh pada semen, sedangkan jika dibawah 1100C, maka akan menimbulkan damp atau kelembaban pada proses semen dipenggilingan. Dan harus dijaga dalam temperatur diantara 100-1150C. Jika tidak dijaga suhu tersebut >1150C : Gypsum : CaSo4 2HO2 = CaSo4 + 2HO2. Sehingga : 1. Kualitas CaSo4 kurang maksimal. 2. Semen akan lebih cepat mengeras. Hasil produk semen setelah penggilingan sebagian terhisap oleh fan menuju dust collector I, untuk disaring. Dan sebagian hasil langsung dari
  • 51. penggilingan cement mill no. 2 ditambah dengan hasil saringan dust collector I selanjutnya dibawa ke separator melalui crew conveyor dan bucket elevator untuk selanjutnya di proses pemisahan material. Separator dan sebagian hasil produk terbawa oleh udara yang terhisap oleh fan ke Dust Collector II untuk disaring kembali hasil saringan dibawa ke Silo Cement Blending. Siap untuk dikantongkan, sedangkan sebagian lagi yang belum memenuhi kehalusan harus dikembalikan ke Chamber II untuk diproses penggilingan sistem menggerus kembali. Tahap Penyaringan dan Tahap Pemisahan. Pada tahapan ini PT. LCI menggunakan peralatan :  2 buah dust collector  2 buah fan  1 buah separator Dust collector I Setelah penggilingan terjadi di cement mill no. 2, sebagian material dan udara terhisap oleh fan untuk selanjutnya proses penyaringan dibawa ke dust collector I. Dust collector I berfungsi menyaring antara Gambar 4.6 Penyaring udara dan material. Gambar 4.7 Sistem Dust Collector
  • 52. Fan I Fan I ini yang dudukannya setelah dust collector I, hanya fungsinya untuk menghisap udara dari cement mill. Dan melepaskan udara yang berlebihan ke luar. Cara kerjanya adalah untuk menghisap udara di dalam dan di lepaskan ke luar. Gambar 4.8 Fan Seperator Separator adalah alat untuk membagi suatu aliran material menjadi 2 aliran atau lebih aliran terpisah. Pada pemisahan ideal, satu aliran akan mengandung hanya material halus dan aliran lainnya hanya mengandung material kasar. Untuk memisahkan material yang belum halus rejeck dan yang sudah halus sebagai produck, dan asil produck ini harus tetap terjaga temperatur sampai 600C agar untuk menjaga ketahanan kering agar tidak lembab di silo cement mill tidak cepat mengeras. Gambar 4.9 Separator Separator ini juga dalam pengerjaannya juga membutuhkan udara dari luar, fungsi udara ini untuk mengangkat material yang sudah halus untuk dibawa ke dust collector II, udara dan material ini dapat terangkat ke dust collector II di
  • 53. bantu oleh hisapan oleh fan. Sedangkan material yang belum halus dengan sesuai blaine yang telah ditentukan tersebut di kembalikan ke cement mill chamber I untuk diproses ulang agar mencapai blaine yang telah ditentukan. Dalam seperator ini terdapat bagian-bagian vital untuk proses pemisahan. 1. Material Feed adalah tempat masuknya material. 2. Feed Houshing adalah tempat pemilihan umpan awal. 3. Rotor adalah alat untuk pemilihan material kasar dan halus. 4. Guide Vanes adalah pengendalian ruas-ruas yang dingin. 5. Sealing adalah penutup ruas. 6. Dispersion Disc adalah tempat pembubaran material yang halus menjadi produck. 7. Inlet Louvre jalur penghasil atau produck. 8. Product Discharge adalah saluran untuk keluarnya produck rijeck untuk dikembalikan ke cement mill. Material yang masuk dijaga pada suhu temperatur 600C dan di berikan udara yang maximum agar mempermudah proses putar pada rotor. Rotor ini bergerak dengan masukkan udara yang masuk. Semakin cepat rotor berputar semakin baik kehalusan yang baik terangkat ke Dust Collector II yang ditarik oleh Fan II. Fan II Fan ini juga cara mengerjaannya sama dengan Fan I yaitu membantu menarik material dan udara di dust collector II, untuk penyaringan material agar sesuai kehalusan yang diinginkan. Fan II ini merupakan fan terakhir dialur cement mill ini. Udara hasil hisapan saringan dari dust collector II, ini sebagian
  • 54. dilepaskan ke luar dan sebagian lagi dipergunakan untuk udara masuk ke separator untuk membantu proses pemisahan material. Dust Collector II Dust collector II, ini proses produck yang terakhir di cement mill. Mempunyai fungsi yang sama dengan dust collector I. Yakni, menyaring antara udara dan material. Setelah disaring di dust collector II ini, udara yang hasil saring ini terangkat oleh hisap udara oleh fan ke fan. Dan material yang telah tersaring ini adalah produck karena telah melewati bertahap-tahap penyaringan. Proses saring ini telah mencapai blaine yang sesuai SNI yaitu :  Blaine PCC : 4400-4600 cm2/gr  Blaine OPC : 3200-3600 cm2/gr Dengan alat bucket elevator, hasil produk ini langsung dibawa ke blending silo cement mill sebelum tahap pengemasan. 4.3.3 Target Quality Cement Mill. Table 4.3 Target Kualitas Cement Mill OPC PCC KETERANGAN Blaine 3200-3600 cm2/gr 4400-4600 cm2/gr Kehalusan Residu 45 µm Max 10 % Max 10 % Sisa ayakan So3 2,25-2,35 2,4-2,55 Zat sulfur Temperatur 1150 1150 Suhu gypsum Sumber: PT. LCI
  • 55. 4.3.4 Target Produksi (Cemen Mill) Target produk semen pada proses cement mill adalah : Assumsi : 1. Shut down : 20 hari 2. Run hour per tahun : 8280 jam 3. Run day per tahun : 345 hari 4. Semen mill : 2 buah Target Produksi : Cement : 1.600.000 ton per tahun Target Pencapaian Hasil Produksi : PCC : 60 % OPC : 40 % Perhitungan Optimal Produksi : 60 PCC : 100 𝑥 1.600.000 = 960.000 ton/thn 40 OPC : 100 𝑥 1.600.000 = 640.000 ton/thn Kebutuhan Material : PCC : Clinker 62%, Additif 35%, Gypsum 3%. OPC : Clinker 89%, Additif 7%, Gypsum 4%. Kebutuhan Material PCC 62 Clinker : 100 𝑥 960.000 = 525.200 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 35 Additif : 100 𝑥 960.000 = 336.000 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 3 Gypsum : 100 𝑥 960.000 = 28.800 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
  • 56. Kebutuhan material OPC 89 Clinker : 100 𝑥 640.000 = 569.600 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 7 Additif : 100 𝑥 640.000 = 44.800 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 4 Gypsum : 100 𝑥 640.000 = 25.600 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 Total kebutuhan material tiap tahunnya Clinker : 1.164.800 ton/tahun Additif : 380.800 ton/tahun Gysum : 54.400 ton/tahun Jumlah : 1.600.000 ton/tahun Jumlah produksi setiap harinya (total material tiap hari) 1.600.000 = 4637,68 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖 345 4637.68 = 2318,84 𝑡𝑜𝑛/ℎ𝑎𝑟𝑖 setiap semen mill 2 Jumlah Produksi setiap jam (total material tiap hari). 1.600.000 = 193,24 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚 8280 193.24 = 96,62 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚 setiap semen mill 2 Kapasitas max produksi semen mill : 100-110 ton/jam atau 2700 ton/hari Kapasitas min produksi semen mill : 80 ton/jam atau 1900 ton/hari
  • 57. Kebutuhan material pada Clinker. Clinker adalah material utama pada cement mill, clinker di proses di Kiln. PT. LCI membutuhkan : Clinker : 1.164.800 ton/tahun Kebutuhan material Clinker : Limestone : 71 % Siltstone : 22,5 % Shale : 5 % Iron sand : 1,5 % Jumlah tiap material yang dibutuhkan clinker: 71 Limestone : 𝑥 1.164.800 = 827.008 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 100 827.008 : = 99,80 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚 8280 22,5 Siltstone : 𝑥 1.164.800 = 262.080 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 100 262.080 : = 31,65 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚 8280 5 Shale : 𝑥 1.164.800 = 58.240 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 100 58.240 : = 7,04 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚 8280 1,5 Iron Sand : 100 𝑥 1.164.800 = 17.472 𝑡𝑜𝑛/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 17.472 : = 2,11 𝑡𝑜𝑛/𝑗𝑎𝑚 8280 Jumlah material produksi clinker 99,80 + 31,65 + 7,04 + 2,11 = 140,6 ton/jam Jumlah material produksi clinker 140,6 ton/jam x 24 jam = 3374,4 ton/hari
  • 58. Kapasitas max produksi di Kiln : 200 ton/jam atau 3.300 ton/hari Kapasitas min produksi di Kiln : 100 ton/jam atau 3.000 ton/hari
  • 59. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Proses alur proses pembuatan semen adalah secara terus-menerus, begitu juga di cement mill ini juga menggunakan proses terus-menerus. Penulis mencoba menyimpulkan jika mesin cement mill baru digunakan kembali setelah shutdown dan selanjutnya proses mesin semen mill yang bekerja terus-menerus. Jika proses penggilingan semen OPC dari penjumlahan semua material yakni clinker 87 %, gysum 5 %, dan additif 7% adalah 100 ton. Material semen yang masuk ke cement mill untuk proses penggilingan. Hasil dari proses penggilingan di cement mill ini 25 % terhisap ke dust collector I dan 75% lainnya langsung di bucket elevator. Untuk proses terus-menerus hasil 75% masuk ke separator untuk proses pemilihan hasil produck. Di separator meninggal hasil sisa material 75% dari jumlah material yang masuk dari weigh feeder. Dari material tadi rata-rata 40% nya dikembalikan ke cement mill untuk giling kembali dan hanya 60% yang menjadi produck untuk dibawa ke dust collector II. Jika hanya mencapai jumlah tersebut, diproduksi tidak seimbang dengan penjualan. Maka untuk proses produksi selanjutnya, operator produksi akan menyeimbangkan kebutuhan umpan material dengan hasil rijeck dari separator. Mungkin akan mengurangi umpan, agar tidak mengalami kejenuhan di mesin cement mill. Insya Allah di lain waktu, penulis akan menghitung operasian seimbang yang digunakan oleh operator PT. LCI.
  • 60. 5.2 Saran Selama melaksanakan kerja praktek di PT. LCI bagian departemen proses produksi, ada beberapa saran yang dapat disampaikan : 1. Perlu ditingkat proses operasional produksi semen. 2. Perlu penambahan pembimbing untuk mahasiswa Kerja Praktek di PT. LCI. 3. Mahasiswa dapat langsung diterjun ke lapangan dalam studi kerja praktek agar mahasiswa lebih memahami proses produksi.
  • 61. DAFTAR PUSTAKA Colder, Antony. Teknik Manajemen Pemeliharaan, Jakarta: Erlangga. 1983 ICCI. Proses Produksi Semen, Jakarta: PT. Lafarge. 1999 ICCI. Cement Manufacturing Process, Jakarta: PT. Lafarge. 2006