SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 27
BAB VI

                   KRITERIA KEGAGALAN LELAH



6.1. Pendahuluan

     Hampir semua kegagalan yang terjadi pada mesin-mesin adalah akibat beban
dinamik (beban yang berubah-ubah terhadap waktu) dibandingkan akibat beban statik.
Kegagalan ini biasanya terjadi pada level tegangan dibawah yield strength material.
Sehingga dengan hanya melakukan desain berdasarkan teori kegagalan statik bisa
mengakibatkan hasil desain tidak aman atau mengalami kegagalan ketika hasil desain
tersebut menerima beban dinamik.


Sejarah
 Tahun 1800, fenomena kegagalan lelah pertama kali menjadi perhatian ketika poros
   railroad-car yang terbuat dari baja ulet mengalami kegagalan seperti material getas
   setelah beroperasi dalam selang waktu tertentu.
 Tahun 1843, Rankin menerbitkan paper “On the Causes of Unexpected Breakage of
   Journals of Railway Axles” berisi postulasinya yang menyebutkan bahwa material
   mengalami crystallized dan menjadi material getas akibat tegangan yang berfluktuasi.
 Beban dinamik menjadi suatu fenomena baru pada saat diperkenalkannya mesin uap
   (steam power machinery), yang mana poros pada mesin tersebut disambung secara
   fix dengan roda sehingga berputar bersama-sama roda. Pada kasus ini tegangan
   bending pada beberapa titik di permukaan poros bervariasi dari negatif ke positif dan
   selalu berulang-ulang mengikuti siklus tertentu seperti pada gambar dibawah.




 Tahun 1870, Seorang insinyur jerman bernama August Wohler mempublikasikan
   penemuan hasil penelitiannya selama lebih dari 12 tahun tentang kegagalan lelah.
   Penelitian Wohler berupa investigasi kegagalan poros yang menerima beban fully




                                          6-1
reserved. Hasil penemuannya berisi identifikasi jumlah siklus waktu terhadap variasi
   tegangan dan menemukan adanya endurance limits (level tegangan yang masih dapat
   ditoleransi per sejuta siklus fully reversed stress) pada baja. Hal tersebut dapat
   diamati pada diagram Wohler yang lebih dikenal sebagai diagram S-N pada gambar
   dibawah:




                          Gambar 6. 1 Wohler strength-life (Diagram S-N)
   Wohler juga melakukan uji tarik pada poros yang telah patah dan didapatkan bahwa
   material poros tersebut masih seulet dan sekuat material aslinya (material sebelum
   diuji).
 Kegagalan fatigue berpengaruh dari sisi ekonomi. Hal ini sesuai dengan laporan
   pemerintah amerika serikat:
       ”The annual cost of fatigue of materials to U.S. economy in 1982 dollars is around $100
       billion, corresponding to about 3% of the gross national product (GNP). These costs arise
       from the occurrence or prevention of fatigue failure for ground vehicles, rail vehicles, aircraft
       of all types, bridges, cranes, power plant equipment, offshore oil well structure, and a wide
       variety of miscellaneous machinery and equipment including everyday household items, toys
       and sport equipment”.
 Kegagalan fatigue berpengaruh pada kehidupan manusia.
       Tahun 1954 pesawat jet komersial, British Comet, mengalami dua kecelakaan
        fatal akibat kegagalan fatigue pada badan pesawat terbang akibat siklus
        peningkatan/ pengurangan tekanan pada kabin pesawat.
       Tahun 1988, pesawat Boeing 737 milik Hawaiian Airlines kehilangan sepertiga
        kabin bagian atas ketika terbang dengan ketinggian 25 000 ft.




                                                  6-2
6.2. Mekanisme Kegagalan Lelah

     Ada tiga tahap terjadinya kegagalan lelah, yaitu crack initiation, crack propagation,
dan fracture secara tiba-tiba akibat pertumbuhan crack yang tidak stabil.
 Crack initiation
       Pada skala mikroskopik material (logam) ulet (ductile) adalah tidak homogen dan
   anisotropic sehingga pasti terdapat stress concentration (notched). Ketika ada beban
   yang berosilasi (beban dinamik) di daerah notch akan menyebabkan local yielding
   pada daerah tersebut Yielding plastis yang terlokalisasi tersebut menyebabkan distorsi
   dan membentuk “slip band ” sepanjang batas kristal material. Slip band adalah daerah
   yang sangat intens mengalami deformasi akibat shear motion. Dengan semakin
   banyaknya tegangan yang berosilasi maka slip band terus bertambah dan akan
   bergabung membentuk mikroskopic crack. Walaupun tidak ada notch mekanisme ini
   tetap terjadi sepanjang beban dinamik melampaui yield strength di suatu daerah
   mikroskopik pada material. Keberadaan void atau inclusion membantu terjadinya
   crack.
       Material yang keuletannya lebih rendah cenderung lebih cepat mengalami crack,
   dengan kata lain material tersebut “more notch sensitivity”. Untuk material getas,
   mekanisme local yield (crack initiation) tidak terjadi, tetapi langsung ke tahap crack
   propagation di tempat dimana terdapat void atau inklusi pada material.


 Crack propagation
       Crack yang berujung tajam menimbulkan konsentrasi tegangan
   yang lebih besar dibandingkan dengan notch, dan daerah plastis
   selalu timbul di ujung crack ketika crack terbuka akibat tegangan
   tarik, yang kemudian menumpulkan crack. Crack yang tumpul
   mengurangi efektivitas konsentrasi tegangan. Ketika tegangan tarik
   berubah siklus ke tegangan tekan/ nol/ tegangan tarik yang cukup
   kecil seperti pada gambar a, b dan c di samping akan
   menyebabkan crack menutup dan momentarily yielding berhenti
   dan hal ini menyebabkan crack meruncing kembali tetapi dengan
   dimensi yang lebih besar. Hal ini terjadi berulang-ulang sepanjang
   tegangan lokal di ujung crack bersiklus mulai dari bawah tegangan
   tarik yield (<σy) sampai tegangan diatas tegangan tarik yield (>σy).




                                            6-3
Korosi
      Mekanisme lain penyebab crak propagation adalah korosi. Apabila ada suatu
   komponen mesin yang terdapat crack di dalamnya berada di lingkunagan korosif
   maka crack dapat tumbuh ketika menerima beban statik. Kombinasi tegangan dan
   korosi memiliki efek yang saling bersinergi satu sama lain yang mana material akan
   cepat terkorosi ketika menerima tegangan dibandingkan material yang tidak menerima
   tegangan. Kondisi akibat kombinasi tersebut dapat berbentuk stress-corrosion
   (tegangan yang mempercepat korosi) atau environmentally assisted cracking
   (lingkungan korosif yang membantu crack propagation).
      Jika komponen mesin tersebut menerima beban dinamik di lingkungan korosif,
   maka akan lebih cepat pertumbuhan crack-nya dibandingkan jika tidak berada di
   lingkungan korosif. Hubungan ini dapat juga disebut corrosion-fatigue.




   Gambar 6. 2 Fatigue striation pada permukaan crack pada paduan aluminium. Jarak antar
                 striation berhubungan dengan bentuk siklus beban dinamik

 Fracture
      Pertumbuhan crack pada suatu komponen akibat siklus beban dinamik akan
   mencapai dimensi tertentu yang cukup besar untuk menimbulkan stress intensity
   factor, K di ujung crack yang selevel dengan fracture toughness, Kc material sehingga
   komponen tersebut dapat gagal secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan terlebih
   dahulu pada siklus beban dinamik berikutnya. Mekanisme kegagalan ini sama dengan
   kondisi dimana K=Kc tercapai dengan adanya mekanisme crack propagation.
      Pemeriksaan dengan menggunakan mata telanjang pada komponen yang gagal
   akibat fatigue menunjukkan suatu pola tertentu. Ada suatu daerah yang dimulai dari
   tempat dimana awal micocrack terjadi yang mana daerah tersebut kelihatan
   mengkilap (burnished). Daerah tersebut terpisah dengan daerah yang terlihat pudar/
   tidak mengkilap dan kasar (dull and rough) dan terlihat seperti patah getas.


                                           6-4
Gambar 6. 3 Dua contoh kegagalan fatigue

Pada gambar diatas adalah dua contoh kegagalan fatigue:
   a. Poros berpasak dengan material baja 1040 mengalami kegagalan akibat
       beban rotating bending dan crack diawali dari jalur pasak (keyway).
   b. Crankshaft pada mesin diesel mengalami kegagalan akibat kombinasi bending
       dan torsi yang mana crack diawali pada daerah yang ditunjuk panah.


   Daerah yang mengkilap adalah daerah crack dan lebih sering memperlihatkan
beachmark (disebut beachmark karena mereka menyerupai riak-riak yang tertinggal di
pasir laut akibat mundurnya gelombang laut). Beachmark berbeda dengan striation
yang mana striation jauh lebih kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang.
Beachmark terjadi akibat proses permulaan dan berakhirnya pertumbuhan crack dan
beachmark tersebut mengelilingi/ melingkupi suatu daerah yang menjadi awal mula
terjadinya crack yang biasanya berupa notch atau internal stress-riser. Kadang-
kadang beachmark terlihat kabur (tidak jelas) akibat banyaknya gesekan pada
permukaan crack.
   Daerah patah getas (brittle failure) yang terlihat kasar dan tidak mengkilap
merupakan daerah dimana kegagalan terjadi secara tiba-tiba ketika crack mencapai
batas ukurannya dimana K=Kc.




                                       6-5
Gambar 6. 4 Skematik permukaan patah fatigue




                    6-6
6.3. Mode-Mode Kegagalan Lelah

Ada tiga model kegagalan yang sering digunakan:
 Pendekatan Stress Life (S-N)
       Stress life merupakan model yang pertama kali digunakan dan sering digunakan
   untuk High Cycle Fatigue (HCF) regime yang mana assembly diperkirakan akan
   bertahan sampai lebih dari 103 siklus tegangan. Pendekatan Stress Life sangat baik
   digunakan untuk amplitudo beban yang konsisten dan dapat di prediksi. Pendekatan
   Stress Life merupakan model yang berdasarkan tegangan (stress-based model).
   Model ini digunakan untuk mencari dan menentukan fatigue srength maupun
   endurance limit suatu material sehingga siklus tegangan dapat dijaga di bawah level
   fatigue strength maupun endurance limits tersebut yang mana dalam hal ini bertujuan
   untuk mencegah terjadinya kegagalan untuk suatu jumlah siklus tertentu.
       Komponen mesin dirancang berdasarkan kekuatan fatigue material (endurance
   limit) dengan safety factor tertentu. Tujuan dari desain ini adalah menjaga tegangan
   dan regangan yang terjadi pada komponen tetap pada daerah elastis sehingga tidak
   terjadi local yielding sehingga crack initiation stage tidak pernah terjadi.
       Pendekatan ini sangat mudah untuk diaplikasikan dan sejumlah besar data
   material yang relevan tersedia karena metode ini sudah digunakan dalam jangka
   waktu yang lama. Bagaimanapun juga metode ini sangat empiris dan paling tidak
   akurat dibandingkan metode yang lain dalam pendefinisian keadaan local stress/
   strain pada komponen, kususnya untuk Low Cycle Fatigue (LCF) finite-life yang mana
   jumlah siklus diperkirakan kurang dari 103 dan besar tegangan cukup tinggi untuk
   menyebabkan local yielding. Tapi dilain pihak, dengan menggunakan material
   tertentu, pendekatan stress-life memberikan rancangan komponen yang berumur tak
   terbatas (infinite life) untuk beban siklus.


 Pendekatan Strain Life
   Model berdasarkan regangan (strain based model) memberi gambaran yang lebih
   akurat untuk crack-initiation stage. Pendekatan strain life juga mengakumulasi
   kerusakan akibat beban siklus sepanjang umur komponen, seperti overload yang
   menyebabkan residual stress yang menguntungkan maupun merugikan pada daerah
   kegagalan. Kombinasi beban fatigue dan temperatur tinggi dapat ditangani dengan
   lebih baik dengan metode ini karena efek creep dapat dimasukkan. Metode ini paling
   sering digunakan untuk LCF-finite life dimana tegangan siklus cukup tinggi untuk
   menyebabkan local yielding. Metode ini paling kompleks dibandingkan dengan




                                              6-7
metode yang lain sehingga dalam penyelesaiannya memerlukan komputer. Data
   pengujian cyclic-strain behavior berbagai macam material masih dalam tahap
   pengembangan.


 Pendekatan Linear Elastic Fracture Mechanics (LEFM)
   Teori mekanika retakan (fracture-mechanics) memberikan model yang terbaik pada
   proses crack propagation stage. Metode ini digunakan untuk problem LCF-finite life
   dimana tegangan siklus diketahui cukup tinggi untuk menyebabkan pembentukan
   crack dan metode ini sangat berguna untuk memprediksi umur sisa komponen yang
   crack pada kondisi operasi. Metode ini sering digunakan bersama dengan NDT (Non
   Destructive Testing) pada saat program perawatan dan inspeksi, kususnya untuk
   industri pesawat/ angkasa luar. Penggunaan metode ini kurang jelas dalam mendekati
   suatu masalah tapi akurat untuk stress intensity geometry factor, β dan pada estimasi
   ukuran awal crack, a yang diperlukan untuk perhitungan. Salah satu pendekatannya
   adalah mengasumsikan bahwa crack lebih kecil daripada crack terkecil yang saat ini
   masih bisa dideteksi. Hasil akurat tercapai kalau sudah tersedia alat pendeteksi dan
   pengukur crack.

     Catatan: LCF dan HCF dijelaskan pada sub bab 6.6 fatigue regime



6.4. Beban dan Tegangan Lelah

     Beban yang bervariasi terhadap waktu (beban dinamik) memiliki potensi untuk
menyebabkan kegagalan lelah. Karakter beban tersebut secara substansial dapat
bervariasi dari aplikasi yang satu ke aplikasi yang lain. Aplikasi beban pada rotating
machinery, amplitudo bebannya akan selalu konsisten (tetap) sepanjang waktu dan
berulang-ulang pada frekuensi tertentu. Aplikasi beban pada service equipment (segala
jenis kendaraan), amplitudo dan frekuensi bebannya acak sepanjang waktu. Bentuk
gelombang beban sebagai fungsi waktu pada service equipment yang dalam keadaan
tidak terkorosi terlihat tidak memiliki pengaruh signifikan pada kegagalan lelah.


 Rotating Machinery Loading
   Tegangan sebagai fungsi waktu yang dialami rotating machinery dapat dimodelkan
   sebagai berikut:




                                                 6-8
Tension
    Compression




                                       Gambar 6. 5 Nilai alternating, mean, dan range

                  Tiga kondisi tegangan siklus pada gambar diatas:
                     a. Fully reversed
                     b. Repeated ( kasus Release tension, gelombang diatas sumbu axis)
                     c. Fluctuating
                  Selain tiga kondisi tegangan diatas, ada satu lagi kondisi tegangan yang sering
                  digunakan, yaitu release compression dimana gelombang dibawah sumbu axis.
                  Keempat kondisi tegangan mempunyai amplitudo yang konstan.


                                           Tabel 6. 1 Parameter tegangan siklus
     Parameter                                                        Rumus
Stress Range, ∆σ                   ∆σ = σ max − σ min
Alternating                              σ max − σ min
component, σa                     σa =
                                            2
Mean component, σm                     σ + σ min         Fully      Released      Released      Fluctuating
                                  σ m = max              reversed   tension       compression
                                            2
                                                         σm= 0      σm= σa        σm= σa        σm= σa = σ ≠ 0
                                                                    σm= σmax/2    σm= σmin/2
                                                                    σmin= 0       σmax= 0
Stress ratio, R                      σ min               Fully      Released      Released      Fluctuating
                                   R=                    reversed   tension       compression
                                     σ max               R= -1      R= 0          R= ∞          0≤R≤1
Amplitude ratio, A                   σ                   Fully      Released      Released      Fluctuating
                                   A= a                  reversed   tension       compression
                                     σm                  A= ∞       A= 1          A= -1         A positif


                  Amplitude ratio A berhubungan dengan stress ratio R, seperti ditunjukkan dalam
                  persamaan berikut:
                       σ a σ max − σ min 1 − R                                                          [6.1]
                  A=      =             =
                       σ m σ max + σ min 1 + R




                                                            6-9
 Service Equipment Loading
   Karakter beban sebagai fungsi waktu untuk service equipment tidak mudah
   didefinisikan seperti pada rotating machinery. Data terbaik didapatkan dari
   pengukuran actual pada service equipment dengan simulasi kondisi operasi,
   contohnya:
      1. Industri mobil menggunakan kendaraan prototipe untuk menguji kondisi jalan
         dengan melakukan simulasi berbagai macam permukaan dan tikungan jalan.
         Kendaraan uji sangat mahal karena dilengkapi dengan accelerometers, force
         transducers, strain gages, dan berbagai macam intrumen yang lain yang
         memberikan sejumlah data yang besar ke computer yang mana data tersebut
         dalam bentuk digital untuk dianalisis lebih lanjut.
      2. Industri pesawat terbang juga melengkapi pesawat uji dengan berbagai
         peralatan yang mencatat in-flight force, acceleration, dan strain data.
      3. Kapal laut dan offshore oil platform juga dilakukan pengujian actual.

                       a. General Case




                        b. Ship/ offshore structure




                        c. Commercial aircraft




                Gambar 6. 6 Semirandon loading dalam periode yang berbeda.




                                           6-10
6.5. Kekuatan Lelah Untuk Beban Bolak-Balik Murni

 Teori Strain life untuk fatigue
       Fatigue secara jelas menunjukkan akumulasi kerusakan melalui proses crack
   propagation, dimana proses tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya deformasi plastis
   pada ujung crack. Sehingga apabila tegangan yang terjadi masih pada daerah elastis
   maka sebesar apapun tegangan tersebut tidak akan menyebabkan crack propagation.
       Penggunaan kekuatan material (yield strength ataupun ultimate strength) tidak
   cukup untuk menggambarkan kegagalan fatigue akibat beban dinamik, karena
   kekuatan material tersebut dapat berubah disekitar ujung crack akibat beban dinamik.
   Selain itu kekuatan material tersebut dapat berubah (bertambah atau berkurang
   kekuatannya) tergantung pada material dan sejarah manufakturnya. Oleh karena itu
   kekuatan material pada daerah dimana propagation crack terjadi berbeda dengan
   kekuatan keseluruhan material yang diperoleh dari hasil uji tarik.
       Beberapa macam pendekatan telah dilakukan untuk menggambarkan kekuatan
   material pada daerah crack, salah satunya adalah dengan menggunakan persamaan
   Manson-Coffin.
        ∆ε σ ′f
           =    (2 N ′)a + ε ′f (2 N ′)α                                              [6.2]
         2   E
             Keterangan:
             ∆ε    Total strain
             σf’   Tegangan di fracture dalam satu siklus, Pa
             E     Modulus elastisitas material, Pa
             N’    Jumlah siklus yang akan terjadi sebelum terjadi kegagalan
             εf’   Koefisien keuletan fatigue (true strain berhubungan dengan
                   fracture dalam satu siklus tegangan.
             a     Eksponen kekuatan fatigue
             α     Eksponen keuletan fatigue


       Persamaan Manson-Coffin sulit untuk digunakan karena penentuan total strain, ∆ε
   sangat sulit dilakukan dan strain concentration factor dalam daerah plastis (plastic
   range) tidak ditemukan di literature manapun. Keuntungan penggunaan persamaan
   Manson-Coffin adalah persamaan tersebut memberikan pengertian yang mendalam
   tentang sifat-sifat penting dalam penentuan kekuatan fatigue. Kekuatan memegang
   peranan sangat penting, dan hal ini memberikan kesimpulan bahwa sepanjang ada
   cyclic plastic strain, tidak masalah seberapa kecilnya, akhirnya akan terjadi kegagalan.




                                           6-11
Tabel 6. 2 Cyclic properties untuk beberapa material




 Eksperimen rotating beam
      Pada dasarnya fatigue adalah suatu fenomena akumulasi kerusakan yang mana
   cacat pada material mempunyai andil yang sangat besar sebagai penyebab
   kerusakan tersebut. Dalam proses manufaktur suatu produk pasti ditemukan adanya
   cacat pada produk tersebut, baik dalam skala mikro maupun makro.
      Pendekatan analitis dalam menentukan kekuatan fatigue sangatlah sulit dilakukan,
   oleh karena itu penentuan kekuatan fatigue material dilakukan dengan menggunakan
   metode eksperimental.
      Salah satu pendekatan eksperimental untuk fatigue menggunakan specimen
   standar yang diidealisasikan. Spesimen tersebut memiliki dimensi spesifik dan
   mempunyai permukaan yang halus (polished surface), yang mana penghalusan yang
   terakhir dalam arah aksial untuk mencegah circumferential scratch
      Specimen standar diuji menggunakan mesin penguji fatigue rotating beam, yang
   mana sering digunakan mesin rotating beam RR. Moore. Pada specimen dikenai
   beban bending murni tanpa adanya gaya geser melintang.




                                           6-12
Gambar 6. 7 Mesin penguji fatigue R.R. Moore rotating beam
     Dalam pengujian spesimen mendapat beban tegangan siklus fully reversed
  dengan amplitudo tegangan yang cukup besar, biasanya digunakan 2/3 tegangan
  ultimate statik. Selama pengujian jumlah siklus dihitung sampai terjadi kegagalan, jadi
  pada setiap specimen di level tegangan yang spesifik, pengujian dilakukan sampai
  terjadi kegagalan pada specimen tersebut. Seluruh prosedur diatas diulang pada
  specimen yang identik dengan specimen sebelumnya, tetapi dengan amplitudo
  tegangan yang makin diturunkan dari amplitudo awal (2/3 tegangan ultimate statik).
     Jika specimen patah menjadi dua potongan yang sama, hasil tes menunjukkan
  kekutan fatigue material. Jika kedua potongan tersebut tidak sama menunjukkan hasil
  pengujian tidak menunjukkan hasil sebenarnya. Hal ini bisa terjadi karena adanya
  cacat pada permukaan specimen.


 Diagram S-N
  Data hasil eksperimen untuk tiap-tiap specimen.diatas diplot dalam grafik kekuatan
  fatigue vs log jumlah siklus pengujian sampai specimen gagal, Nt’. Grafik hasil plot ini
  disebut diagram S-N atau dapat disebut diagram Wohler setelah August Wohler,
  seorang insinyur jerman mempublikasikan penelitian fatigue-nya di tahun 1870. Dalam
  diagram S-N terdapat dua bentuk umum untuk dua kelas material, yaitu material yang
  memiliki endurance limits dan material yang tidak memiliki endurance limits.




         Gambar 6. 8 Grafik S-N untuk ferrous alloys (endurance limit terlihat jelas)




                                            6-13
Grafik S-N pada gambar diatas menunjukkan bahwa material ferrous alloy mempunyai
endurance limits. Endurance limit, Se’ menggambarkan tegangan fluktuasi terbesar
yang tidak menyebabkan kegagalan sampai jumlah siklus yang tidak terbatas
(infinite). Untuk beberapa macam baja endurance limit berkisar antara 35%-60% dari
kekuatan ultimate-nya. Endurance limits baja untuk berbagai kondisi pembebanan
dapat didekati dengan rumus berikut:
       a. S e' = 0,5S u    Untuk beban bending
                                                                  Keterangan:
       b. S e' = 0,45S u Untuk beban aksial             [6.3]     Se’   Endurance limit
                                                                  Su    Kekuatan ultimate
       c.    S e' = 0,29 S u Untuk beban torsi




                                                                          Sn’=Se’


                                                                                      .
                                                                            0,9Sn’=0,9 0,5 Su= 0,45 Su




                                                                                          .
                                                                            0,58 S n’= 0,58 0,5S u=0,29S u




                     Gambar 6. 9 Grafik S-N secara umum untuk baja




            Gambar 6. 10 Grafik S-N aluminium alloys (tidak ada endurance limit)




                                           6-14
Gambar 6. 11 Grafik S-N Berbagai jenis polimer




Gambar 6. 12 Endurance limit sebagai fungsi kekuatan ultimate untuk baja karbon,
                       baja paduan, dan besi tempa.


        Tabel 6. 3 Endurance limit (approximated) untuk berbagai macam
                                     material




                                     6-15
6.6. Fatigue Regime

      Diagram S-N memperlihatkan suatu tipe-tipe yang berbeda untuk jumlah siklus yang
dicapai sampai terjadi kegagalan. Dua basic regime pada diagram S-N adalah Low Cycle
Fatigue (LCF) dan High Cycle Fatigue (HCF). Secara umum LCF berada pada jumlah
siklus (Nt’) dibawah 103 sedangkan jumlah siklus HCF berada antara 103 dan 106.
      Selain berdasarkan jumlah siklus, grafik S-N dibedakan berdasarkan umur operasi
material. Umur operasi dibagi menjadi dua, yaitu umur terbatas (finite life) dan umur tak
terbatas (infinite life). Infinite life untuk baja dimulai antara siklus 106-107. Sehingga finite
life ditetapkan untuk beban siklus dibawah 107.


 Low Cycle Fatigue (LCF)
   LCF adalah pembebanan yang menyebabkan kegagalan dengan jumlah siklus
   dibawah 1000 siklus. Contoh komponen yang masuk dalam kategori LCF: kancing/
   gerendel pada laci kecil didekat setir mobil, stud pada roda truk, dan setscrew
   pengencang roda gigi yang berada pada poros, yang mana siklus beban kurang dari
   1000 selama umur operasi.
   Komponen kategori LCF biasanya dirancang dengan mengabaikan keseluruhan efek
   fatigue atau dengan mengurangi level tegangan yang diijinkan.
   Dalam perancangan komponen kategori LCF dapat dilakukan pendekatan statik
   meskipun dalam pendekatan statik selalu digunakan kekuatan yield dan bukan
   kekuatan ultimate dalam mendefinisikan level tegangan yang diijinkan.


 High Cycle, Finite Life Fatigue
   Kekuatan fatigue dimana High cycle fatigue dimulai (Sl’) dapat diaproksimasi
   menggunakan persamaan berikut:
        S l' = 0,9 S u untuk beban bending                     Keterangan:
                                                               Sl’   Kekuatan fatigue saat
        S l' = 0,75S u untuk beban aksial              [6.4]         dimulainya High Cycle
                                                                     Fatigue
        S l' = 0,72 S u untuk beban torsi                      Su    Kekuatan ultimate

   Dalam banyak aplikasi, jumlah tegangan siklus pada komponen selama umur operasi
   adalah antara 103 – 107 siklus. Contoh komponen yang dirancang untuk kondisi ini
   adalah: engsel pintu mobil, panel badan pesawat, dan pemukul softball aluminium.
   Kekuatan fatigue antara Sl’ dan Se’ secara umum dapat ditentukan dengan
   menggunakan persamaan berikut:
                        log S 'f = bs log N t' + C                                           [6.5]



                                                6-16
Keterangan:
                 bs   Kemiringan (slope)
                 C Perpotongan (intercept)– terhadap sumbu-y
                 Nt’    Jumlah siklus sampai gagal
                 Sf’    Kekuatan fatigue (fatigue strength)


   Pada titik ujung pada persamaan 6.4:
                                            ( )
                         log S l' = bs log 10 3 + C = 3bs + C                              [6.6]

                         log S e' = bs   log(10 ) + C = 6b
                                                       6
                                                                   s   +C                  [6.7]
   Dengan melakukan eliminasi persamaan 6.6 dan 6.7 diperoleh:

                               1  S l'           
                         bs = − log '            
                                                                                          [6.8]
                               3  Se
                                                 
   Subsitusi persamaan 6.8 kedalam persamaan 6.7 diperoleh:

                                   S'
                         C = 2 log l'
                                                               S' 2 
                                              + log S e = log  l ' 
                                                       '               ( )                 [6.9]
                                  S         
                                   e                          Se 
                                                                     
                       Keterangan:
                       Se’   Endurance limit
                       Sl’   Kekuatan fatigue saat dimulainya high cycle fatigue


   Bila diketahui slope (bs) dan intercept ( C ) maka kekuatan fatigue (Sf’) dapat dihitung:

                                     ( )
                         S 'f = 10 C N t'
                                             bs
                                                           untuk       103 ≤ Nt’ ≤ 106    [6.10]

   Jika kekuatan fatigue diketahui maka jumlah siklus sampai terjadi kegagalan dapat
   ditentukan dengan menggunakan persamaan di bawah:

                               (
                         N t' = S 'f 10 −C   )1 / bs
                                                           untuk        103 ≤ Nt’ ≤ 106   [6.11]

 High Cycle, Infinite Life Fatigue
   Sejumlah aplikasi diputuskan mempunyai umur tak terhingga (infinite life). Untuk umur
   tak terhingga ditetapkan jumlah siklus lebih dari jumlah siklus yang menegaskan
   adanya endurance limits yang biasanya dipakai 106 siklus untuk material baja. Material
   yang tidak mempunyai endurance limits tidak dapat didesain untuk umur tak
   terhingga. Contoh material yang tidak mempunyai endurance limits adalah aluminium,
   sehingga komponen yang berbahan aluminium hanya bisa dirancang untuk batas
   umur tertentu (finite life).
   Komponen yang dibuat dari bahan material ferrous dan paduan titanium dapat
   dirancang untuk umur tak terhingga. Pada dasarnya dalam merancang komponen
   dengan umur tak terhingga, seorang perancang menentukan endurance limit material




                                                           6-17
komponen tersebut dan menggunakannya sebagai tegangan yang diijinkan.
   Kemudian ukuran, dan pemilihan komponen dapat dianalisis hanya dengan
   menggunakan analisis statik saja.

6.7. Faktor Koreksi Endurance Limit

     Kekuatan fatigue hasil eksperimen menggunakan spesimen uji yang berada dalam
keadaan terbaik untuk menaikkan panjang umur fatigue. Kondisi ini tidak terjamin untuk
aplikasi perancangan, sehingga endurance limit komponen hasil perancangan harus
dikurangi dari endurance limit material hasil eksperimen. Faktor koreksi endurance limits
dapat dinyatakan dalam persamaan berikut:
                      S e = k f k s k r k t k m S e'                                      [6.12]

          Keterangan:
          Se’   Endurance limit hasil eksperimen, Pa          kr   Reliability factor
          kf    Surface finish factor                         kt   Temperature factor
          ks    Size factor                                   km   Miscellaneous factor

Jenis beban berhubungan dengan Se’ yang ditunjukkan dalam persamaan 6.3. Banyak
sekali efek- efek yang mempengaruhi kekuatan fatigue.


 Efek konsentrasi tegangan
   Dalam persamaan Manson-Coffin ditunjukkan bahwa umur komponen berhubungan
   langsung dengan regangan. Karena lokasi konsentrasi tegangan juga lokasi
   konsentrasi regangan sehingga lokasi ini memainkan peran penting dalam
   menimbulkan crack initiation dan crack propagation. Akan tetapi faktor konsentrasi
   tegangan yang dijelaskan dalam Bab terdahulu tidak dapat secara langsung
   diterapkan untuk fatigue, karena pada beberapa material tegangan yang terjadi di
   dekat ujung crack akan berkurang dengan adanya aliran plastis (plastic flow). Akibat
   aliran plastis di daerah dekat ujung crack tersebut, fracture dapat dihindari dan
   pertumbuhan crack menjadi terhambat.
   Untuk beban statik digunakan faktor konsentrasi tegangan Kc dan untuk beban fatigue
   digunakan faktor konsentrasi tegangan fatigue Kf. Kf dapat dinyatakan dalam
   persamaan berikut:


               K f = Endurance limit untuk free-notch speciment                           [6.13]
                     Endurance limit untuk notch speciment




                                                       6-18
Notch atau konsentrasi tegangan dapat berupa lobang, fillet, ataupun alur (groove).
Untuk Kc, faktor yang berpengaruh adalah geometri komponen, sedangkan untuk Kf
tidak hanya faktor geometri yang berpengaruh tetapi juga material dan jenis beban.
Pengaruh material berhubungan dengan notch sensitivity factor, qn:
                   K f −1
            qn =                                                                       [6.14]
                   Kc −1
    atau   K f = 1 + (Kc − 1)q n                                                       [6.15]

Note: nilai qn pada persamaan 6.14 bervariasi dari nol (Kf= 1) sampai satu (Kf= Kc).




    Gambar 6. 13 Grafik notch sensitivity sebagai fungsi notch radius untuk beberapa
                              material dan jenis beban.


Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa notch sensitivity mendekati nilai nol
sebagaimana notch radius mendekati nol. Selain itu dari grafik dapat diketahui bahwa
baja yang lebih keras dan lebih kuat cenderung mempunyai qn yang besar. Hal ini
dikarenakan notch sensitivity adalah ukuran keuletan material dan baja terkeras
mempunyai keuletan yang terbatas. Dari grafik juga dapat diketahui bahwa qn untuk
beban torsi bernilai sedikit lebih kecil dibandingkan untuk beban bending dan beban
aksial.
Faktor koreksi endurance limit dengan memasukkan faktor konsentrasi tegangan
kedalam perhitungan dinyatakan dalam persamaan berikut:
                   1
            ko =                                                                       [6.16]
                   Kf



                                         6-19
 Surface finish factor, kf

   Specimen uji fatigue yang ditunjukkan pada gambar 6.5 mempunyai highly polished
   surface finish dengan polishing terakhir pada arah aksial untuk memperhalus
   circumferential scratch. Faktor koreksi yang berhubungan dengan finish effect
   tergantung dari proses yang digunakan dalam penyelesaian akhir pada permukaan
   dan tegangan ultimate.




   Gambar 6. 14 Grafik surface finish factor vs tegangan tarik ultimate dengan berbagai proses
                        permesinan yang berbeda untuk material baja.


                                                                                   Ra= arithmetic
                                                                                   average surface
                                                                                   roughness




 Gambar 6. 15 Grafik surface finish factor vs tegangan ultimate dan kekasaran permukaan yang
                        diukur dengan menggunkan stylus profilometer


   Selain dengan menggunkan grafik diatas, surface finish factor bisa diperoleh dengan
   menggunakan persamaan berikut:
                k f = eS ut
                          f
                                                                                           [6.17]


                         Keterangan:
                         kf       Surface finish factor



                                               6-20
Sut          Kekuatan tarik ultimate material
                       e dan f      Koefisien yang terdapat dalam table 6.5


                                  Tabel 6. 4 Surface finish factor




   Penggunaan tabel 6.4 bisa menyesatkan untuk untuk proses yang lain. Contohnya
   plasma spray cenderung memberikan permukaan yang sangat kasar, tetapi sifat
   fatigue material ditentukan oleh lapisan batas dibawah lapisan plasma-sprayed.


 Size factor, ks
   Endurance limit Se’ diperoleh dari hasil pengujian specimen dengan diameter 0,3 in
   dengan menggunakan extrude atau drawn bar stock untuk logam. Logam dengan dari
   hasil proses extrude mempunyai butir yang mengalami perpanjangan dalam arah
   yang berlawanan dengan arah pertumbuhan crack. Selain itu dengan tingkat cold
   work tinggi kecil kemungkinan terjadi cacat (large flaw). Bagaimanapun juga proses
   pembuatan komponen yang lebih besar akan menimbulkan cacat yang kekuatan
   fatigue-nya tidak sama dengan kekuatan fatigue hasil uji fatigue (diameter 0, 3 in).
   Size factor untuk batang bulat dipengaruhi oleh jenis beban. Untuk beban torsi dan
   bending, size factor dinyatakan dalam persamaan berikut:


                                 0,869d −0,112     0, 3 in < d < 10 in

                    ks =             1              d < 0,3 in atau d ≤ 8 mm         [6.17]

                                 1,189d −0,112      8 mm < d < 250 mm

                    Untuk beban aksial, ks=1

   Untuk komponen yang potongan melintangnya tidak bulat, size factor-nya sulit
   ditentukan. Oleh karena itu perlu didefinisikan diameter efektif, de berdasarkan pada
   ekuivalensi potongan melintang sirkular. Pendekatan lain yang lebih sederhana
   adalah dengan mendefinisikan diameter dari penampang melintang sirkular efektif
   dengan suatu area yang sama besar dengan luas penampang melintang yang
   ditanyakan. Kedua pendekatan tersebut tidak membedakan antara material dan




                                                 6-21
proses manufaktur dan dapat menyebabkan pengertian yang salah bahwa faktor
   koreksi size effect dapat dihitung dengan akurat.


 Reliability factor, kr
   Tabel dibawah menunjukkan reliability factor untuk berbagai variasi persentasi
   kemungkinan survive. Kemungkinan survive diindikasikan.di suatu tegangan tertentu.
   Tabel di bawah berdasarkan batas fatigue dengan standar deviasi 8%, biasanya untuk
   batas atas baja.

                                    Tabel 6. 5 Reliability factor




   Tabel diatas adalah reliability factor dengan pendekatan sederhana sehingga hanya
   dipertimbangkan sebagai panduan saja. Tabel diatas dapat digunakan untuk material
   selain baja walaupun tabel tersebut sebenarnya ditentukan dari material baja.

 Temperature factor, kt
   Beberapa aplikasi HCF (High Cycle Fatigue) berada di kondisi temperatur panas yang
   ekstrim, contohnya pada mesin pesawat terbang, dimana materialnya lebih lemah bila
   berada di temperature ruang. Sebaliknya ada aplikasi HCF berada di dibawah kondisi
   temperature dingin yang ekstrim, contohnya poros (axle) mobil yang berada di Alaska
   selama bulan januari yang mana logam poros tersebut berkurang keuletannya
   dibandingkan ketika berada di temperature ruang.
   Perancang dapat:
       a. Memodifikasi kekuatan ultimate material berdasarkan sifat material tersebut di
           temperature yang diinginkan sebelum menentukan endurance limit-nya.
       b. Menggunakan temperature factor,
                        S ut                     Keterangan:
                kt =               [6.18]
                       S ut ,ref                 Sut     Kekuatan tarik ultimate material   di
                                                         temperature yang diinginkan
                                                 Sut,ref Kekuatan tarik ultimate material   di
                                                         temperaturte referensi, biasanya   di
                                                         temperature ruang




                                                6-22
 Miscellaneous factor, km
   Beberapa fenomena yang berpengaruh pada endurance limit:
      a. Sejarah manufaktur
          Crack fatigue tumbuh lebih cepat di sepanjang batas butir dari pada melewati
          butir. Proses manufaktur berpengaruh terhadap ukuran dan orientasi butir
          yang dapat berpengaruh pada fatigue. Proses rolling, ekstrusi dan penarikan
          (drawing) menyebabkan perpanjangan butir sehingga kekuatan fatigue
          material bervariasi dalam arah yang berbeda.
      b. Tegangan sisa (residual stress)
          Tegangan sisa disebabkan oleh elastic recovery setelah terjadi deformasi
          plastis yang tidak seragam melewati ketebalan komponen.
           Tegangan sisa kompresi di permukaan akan memperlambat pertumbuhan
             crack. Tegangan sisa ini diperoleh dari proses shot peening, roller
             burnishing, forging, extrusion, dan rolling.
           Tegangan sisa tarik dapat mendorong pertumbuhan crack. Tegangan sisa
             ini diperoleh dari proses forging, extrusion, rolling, cutting maupun grinding.
      c. Pelapisan (coating)
           Carburizing untuk menambah kandungan karbon pada permukaan baja,
             menyebakan kekuatan fracture material meningkat dan menghasilkan
             tegangan sisa kompresi.
           Elektroplated    permukaan     dapat    sangat   porous dan      meningkatkan
             pertumbuhan crack, dan mereduksi kekuatan fatigue sampai 50%.
             Pengecualian untuk zinc plating dimana kekuatan fatiguenya tidak banyak
             berpengaruh.
           Anodized oxide       plating biasanya      juga porous dan       menyebabkan
             penurunan kekuatan fatigue.
           Coating pada temperature tinggi, seperti chemical vapor deposition
             process atau hot dipping dapat menyebabkan tegangan sisa tarik (akibat
             temperature) pada permukaan material.
      d. Korosi
          Material yang beroperasi di lingkungan korosif mengalami penurunan kekuatan
          fatigue. Penyebab utama korosi logam adalah adanya hydrogen dan oksigen.
           Hidrogen terdifusi ke dalam material di dekat ujung crack, menambah
             tegangan tarik di ujung crack, penggetasan (embrittling) material dan
             membantu crack propagation.




                                           6-23
 Oksigen membentuk lapisan yang getas dan porous, membantu crack
                   initiation dan pertumbuhan crack.
                Temperatur tinggi di lingkungan korosif mempercepat proses difusi.

6.8. Pengaruh Non Zero Mean Stress (σm ≠ 0)

Pembahasan tentang fatigue pada sub-bab di atas hanya mencakup tegangan siklus fully
reversed (σm= 0). Beberapa elemen mesin mendapat tegangan fluktuasi dimana σm≠ 0,
sehingga grafik S-N pada sub-bab di atas tidak dapat diaplikasikan untuk kasus ini.
Karena ketiadaan data, pengaruh nonzero mean stress harus diestimasi menggunakan
salah satu dari beberapa hubungan empiris dalam menentukan kegagalan dengan umur
komponen yang telah ditentukan. Pendekatan empiris tersebut tidak dibahas dalam diktat
ini.

6.9. Soal-Soal Latihan

1. Poros yang terbuat dari baja karbon tinggi (AISI 1080) dengan dimensi seperti pada
       gambar dibawah:




       Poros diputar dengan kecepatan tinggi dalam keadaan menerima beban yang cukup
       tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan fatigue setelah berputar selama 106
       putaran.
           a. Di daerah mana yang paling memungkinkan terjadi kegagalan fatigue pada
                poros?
           b. Tunjukkan parameter-parameter apa saja yang diperlukan dalam perhitungan?
                Sebutkan alasannya!
2. Batang         dengan      dimensi
       tertentu menerima beban
       statik   ditunjukkan    dalam




                                               6-24
gambar di samping. Untuk tiap-tiap batang tentukan:

       a. Beban tarik static yang dapat menyebabkan fracture?
       b. Beban aksial fully reserved ± P yang tepat diambang besar beban yang
          menyebabkan kegagalan fatigue?
3. Sebuah poros yang terbuat dari baja karbon tinggi (AISI 1080) dengan diameter 20
   mm meneruskan torsi sebesar 500 ± 400 Nm. Frekuensi perubahan torsi sebesar 0,1
   s-1. Tentukan endurance life poros tersebut?
4. Data kekuatan material:



                              a. Hitung uncorrected endurance limit Se’ untuk data
                                  material baja d (baris ke-4)?
                              b. Gambar digram S-N material tersebut?




5. Sebuah clevis pin umur tak terhingga (infinite life) mendapat
   beban berulang-ulang (repeated) sebesar 0 -130 000 lb.
   Dengan asumsi tegangan ultimate (Sut) clevis sebesar 80 kpsi
   dan tegangan ultimate pin sebesar 140 kpsi, tentukan:
       a. Ukuran dimensi clevis pin yang tahan terhadap beban
          berulang-ulang tersebut?
       b. Jari-jari luar ujung clevis agar tidak gagal sobek
          (tearing) maupun bearing? (tiap flens clevis mempunyai
          ketebalan 2,5 in). Gunakan safety factor 3.
6. Hitung kekuatan fatigue spesimen rotating beam yang terbuat dari material AISI 1020
   hot-rolled steel berumur 12,5 . 103 siklus tegangan bolak-balik. Hitung umur spesimen
   yang amplitudo tegangannya σa sebesar 36 kpsi? (substitusi Sf’ pada pers 6.11
   dengan σa)




                                          6-25
7. Proses cold drawn batang baja AISI 1018 seperti
   pada gambar. Batang baja tersebut mengalami
   beban tarik yang berfluktuasi antara -800 lb
   sampai 3000 lb. Dengan asumsi tidak ada
   buckling tentukan estimasi safety factor untuk
   melindunginya    dari   kegagalan   yielding   dan
   kegagalan fatigue?


8. Poros baja ( Sut= 610 MPa; Syt= 490 MPa) yang ditumpu dua bantalan mendapat dua
   gaya reaksi bantalan di titik A dan titik B. Poros juga mendapat gaya bending sebesar
   F1= 2,1 kN dan F2= 4,5 kN.




   Estimasi safety factor poros berdasarkan proses pemesinan yang digunakan untuk
   finishing.




                                          6-26
9. Data kekuatan material:



                              a. Hitung uncorrected fatigue strength Sf’ di siklus 5.108
                                 untuk data material aluminium e (baris ke-5)?
                              b. Gambar digram S-N material tersebut?( asumsi
                                 material paduan aluminium)




10. Suatu bagian pompa dimana driven gear-nya mendapat beban seragam dengan
   kecepatan konstan. Poros pompa yang terbuat dari baja (Su=1000 MPa dan Sy= 800
   MPa) ditumpu di bantalan yang dipasang pada rumah pompa. Komponen gaya arah
   tangensial, radial dan aksial pada poros ditunjukkan pada gambar di bawah:




   Permukaan fillet di poros telah mengalami proses shot peened yang hasilnya
   diasumsikan ekuivalent dengan proses mirror-polished pada pengujian skala
   laboratorium. Faktor konsentrasi tegangan fatigue-nya telah ditentukan seperti
   tercantum dalam gambar. Estimasi safety factor yang berhubungan dengan kegagalan
   fatigue di fillet?




                                         6-27

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaMuhamad Awal
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirDewi Izza
 
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)Abrianto Akuan
 
Penting skaliaaaa
Penting skaliaaaaPenting skaliaaaa
Penting skaliaaaaAlen Pepa
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamLailatul Arofah
 
Mesin Pengelasan Pada Proses Produksi
Mesin Pengelasan Pada Proses ProduksiMesin Pengelasan Pada Proses Produksi
Mesin Pengelasan Pada Proses ProduksiEssyKarundeng
 
laporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushinglaporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushingFathur Rozaq
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasRumah Belajar
 
Proses difusi zat padat
Proses difusi zat padatProses difusi zat padat
Proses difusi zat padatVincent Cahya
 
Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Vendi Supendi
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Mukhamad Suwardo
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Khairul Fadli
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanCharis Muhammad
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Rumah Belajar
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaAli Hasimi Pane
 
Kopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKhairul Fadli
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Khoirul Ummah
 

Mais procurados (20)

Jenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nyaJenis besi cor dan kandungan nya
Jenis besi cor dan kandungan nya
 
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban PuntirElemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
Elemen Mesin 2 - Perencanaan Poros dengan Beban Puntir
 
Patahan Logam
Patahan LogamPatahan Logam
Patahan Logam
 
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
3. Batas Kelelahan Logam Konsep S-N (AA)
 
Struktur Kristal
Struktur KristalStruktur Kristal
Struktur Kristal
 
Penting skaliaaaa
Penting skaliaaaaPenting skaliaaaa
Penting skaliaaaa
 
Ppt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logamPpt.analisis kegagalan logam
Ppt.analisis kegagalan logam
 
Mesin Pengelasan Pada Proses Produksi
Mesin Pengelasan Pada Proses ProduksiMesin Pengelasan Pada Proses Produksi
Mesin Pengelasan Pada Proses Produksi
 
laporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushinglaporan modul 1- kominusi - crushing
laporan modul 1- kominusi - crushing
 
Bab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan lasBab 09 kekuatan sambungan las
Bab 09 kekuatan sambungan las
 
Proses difusi zat padat
Proses difusi zat padatProses difusi zat padat
Proses difusi zat padat
 
Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.Presipitation hardening docx.
Presipitation hardening docx.
 
Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)Pengujian lengkung (bend test)
Pengujian lengkung (bend test)
 
Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)Poros present (elemen mesin)
Poros present (elemen mesin)
 
Elemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - BantalanElemen Mesin 1 - Bantalan
Elemen Mesin 1 - Bantalan
 
Bab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristalBab 3-struktur-kristal
Bab 3-struktur-kristal
 
Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1Bab 05 kriteria kegagalan 1
Bab 05 kriteria kegagalan 1
 
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran FluidaModul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
Modul mekanika fluida: Dasar-dasar Perhitungan Aliran Fluida
 
Kopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajarKopling tetap bahan ajar
Kopling tetap bahan ajar
 
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
Struktur Kristal 1 (Kuliah Fisika Zat Padat)
 

Destaque

Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Adolvin Mahadiputra
 
Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet ekahartanti
 
Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1arismanna
 
FEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failureFEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failureCARD_G6
 
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"Yoollan MW
 

Destaque (11)

Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
Analisis Perpatahan Getas (Cleavage Fracture Of Analysis) Dengan Metode Studi...
 
Teori dasar electric
Teori dasar electricTeori dasar electric
Teori dasar electric
 
Seshasai
SeshasaiSeshasai
Seshasai
 
Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet Cara Kerja Internet
Cara Kerja Internet
 
Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1Induktansi dan hukum faraday 1
Induktansi dan hukum faraday 1
 
Induksi faraday FISIKA UNNES
Induksi faraday FISIKA UNNESInduksi faraday FISIKA UNNES
Induksi faraday FISIKA UNNES
 
FEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failureFEA analysis of carbon fiber failure
FEA analysis of carbon fiber failure
 
Hukum faraday
Hukum faraday Hukum faraday
Hukum faraday
 
Diktat elmes 1
Diktat elmes 1Diktat elmes 1
Diktat elmes 1
 
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
Laporan Kerja Proyek Akhir "Pemancar Wifi Wajan Bolic"
 
Wireless Networking
Wireless NetworkingWireless Networking
Wireless Networking
 

Semelhante a Bab 06 kriteria kegagalan lelah

14. bab ii oke
14. bab ii oke14. bab ii oke
14. bab ii okeAdi Kurdi
 
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iiiAlen Pepa
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikBadrul Qomar
 
4 revisi ke_2_bab_ii_yanto
4 revisi ke_2_bab_ii_yanto4 revisi ke_2_bab_ii_yanto
4 revisi ke_2_bab_ii_yantoGhazy Haq
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanichsan_madya
 
Korosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggiKorosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggidaswan wawan
 
CACAT LAS KLPK 5.pptx
CACAT LAS KLPK 5.pptxCACAT LAS KLPK 5.pptx
CACAT LAS KLPK 5.pptxLizarJamil
 
Teori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasiTeori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasisevirarh
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperlina meliana
 
Tekanan Dielektrik pelaralatan tegangan Tinggi
Tekanan Dielektrik pelaralatan tegangan TinggiTekanan Dielektrik pelaralatan tegangan Tinggi
Tekanan Dielektrik pelaralatan tegangan TinggiNerisPeri
 
Praktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagPraktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagwennma
 
Tugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasTugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasManaser sawaki
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanrestuputraku5
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanrestuputraku5
 
Hubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptx
Hubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptxHubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptx
Hubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptxBagusKrisnawan3
 
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanikKorelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanikAbrianto Akuan
 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahanTian Jonathan
 
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialYuneo Nurcahya
 

Semelhante a Bab 06 kriteria kegagalan lelah (20)

14. bab ii oke
14. bab ii oke14. bab ii oke
14. bab ii oke
 
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
2990 bab 07_mekanika_perpatahan_iii
 
Laporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarikLaporan pendahuluan tarik
Laporan pendahuluan tarik
 
Tugas pengujian material
Tugas pengujian materialTugas pengujian material
Tugas pengujian material
 
4 revisi ke_2_bab_ii_yanto
4 revisi ke_2_bab_ii_yanto4 revisi ke_2_bab_ii_yanto
4 revisi ke_2_bab_ii_yanto
 
Mekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahanMekanisme penguatan bahan
Mekanisme penguatan bahan
 
Korosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggiKorosi pada temperatur tinggi
Korosi pada temperatur tinggi
 
CACAT LAS KLPK 5.pptx
CACAT LAS KLPK 5.pptxCACAT LAS KLPK 5.pptx
CACAT LAS KLPK 5.pptx
 
Teori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasiTeori kegagalan isolasi
Teori kegagalan isolasi
 
Its paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paperIts paper-32776-4107100041-paper
Its paper-32776-4107100041-paper
 
Tekanan Dielektrik pelaralatan tegangan Tinggi
Tekanan Dielektrik pelaralatan tegangan TinggiTekanan Dielektrik pelaralatan tegangan Tinggi
Tekanan Dielektrik pelaralatan tegangan Tinggi
 
Praktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untagPraktikum material teknik_untag
Praktikum material teknik_untag
 
Tugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitasTugas gempa daktilitas
Tugas gempa daktilitas
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahan
 
Perpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahanPerpatahan dan-kelelahan
Perpatahan dan-kelelahan
 
Hubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptx
Hubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptxHubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptx
Hubungan Tegangan dan Regangan pada Material.pptx
 
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanikKorelasi struktur mikro dan sifat mekanik
Korelasi struktur mikro dan sifat mekanik
 
Isi
IsiIsi
Isi
 
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
5303 bab 01_perpatahan_dan_kelelahan
 
Tin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-materialTin107 2-sifat-material
Tin107 2-sifat-material
 

Mais de Rumah Belajar

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2 Rumah Belajar
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyRumah Belajar
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrixRumah Belajar
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysisRumah Belajar
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detectionRumah Belajar
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurementRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary Rumah Belajar
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif Rumah Belajar
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyRumah Belajar
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiRumah Belajar
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysisRumah Belajar
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesRumah Belajar
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanRumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Rumah Belajar
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Rumah Belajar
 

Mais de Rumah Belajar (20)

Image segmentation 2
Image segmentation 2 Image segmentation 2
Image segmentation 2
 
Image segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphologyImage segmentation 3 morphology
Image segmentation 3 morphology
 
point processing
point processingpoint processing
point processing
 
03 image transform
03 image transform03 image transform
03 image transform
 
02 2d systems matrix
02 2d systems matrix02 2d systems matrix
02 2d systems matrix
 
01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis01 introduction image processing analysis
01 introduction image processing analysis
 
04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection04 image enhancement edge detection
04 image enhancement edge detection
 
06 object measurement
06 object measurement06 object measurement
06 object measurement
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Bab 10 spring arif hary
Bab 10 spring  arif hary Bab 10 spring  arif hary
Bab 10 spring arif hary
 
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif Bab 08 screws, fasteners and connection  syarif
Bab 08 screws, fasteners and connection syarif
 
Bab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesorinyBab 07 poros dan aksesoriny
Bab 07 poros dan aksesoriny
 
Bab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksiBab 04 tegangan regangan defleksi
Bab 04 tegangan regangan defleksi
 
Bab 03 load analysis
Bab 03 load analysisBab 03 load analysis
Bab 03 load analysis
 
Bab 02 material dan proses
Bab 02 material dan prosesBab 02 material dan proses
Bab 02 material dan proses
 
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasanBab 11 bantalan dan sistem pelumasan
Bab 11 bantalan dan sistem pelumasan
 
Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8Mikrokontroler pertemuan 8
Mikrokontroler pertemuan 8
 
Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7Mikrokontroler pertemuan 7
Mikrokontroler pertemuan 7
 
Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5Mikrokontroler pertemuan 5
Mikrokontroler pertemuan 5
 
Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4Mikrokontroler pertemuan 4
Mikrokontroler pertemuan 4
 

Último

Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxLeniMawarti1
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmeunikekambe10
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiIntanHanifah4
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxnataliadwiasty
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfWahyudinST
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxINyomanAgusSeputraSP
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxBambang440423
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfcicovendra
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfandriasyulianto57
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...jumadsmanesi
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxdanangpamungkas11
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfNatasyaA11
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasihssuserfcb9e3
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKDeviIndriaMustikorin
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxg66527130
 

Último (20)

Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptxKeberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
Keberagaman-Peserta-Didik-dalam-Psikologi-Pendidikan.pptx
 
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmmaksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
aksi nyata pendidikan inklusif.pelatihan mandiri pmm
 
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajiiEdukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
Edukasi Haji 2023 pembinaan jemaah hajii
 
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptxLATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
LATIHAN SOAL SISTEM PENCERNAAN KELAS 11pptx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdfBuku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
Buku Saku Layanan Haji Ramah Lansia 2.pdf
 
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptxPPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
PPT kecerdasan emosi dan pengendalian diri.pptx
 
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptxJurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
Jurnal Dwi mingguan modul 1.2-gurupenggerak.pptx
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdfMA Kelas XII  Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
MA Kelas XII Bab 1 materi musik mkontemnporerFase F.pdf
 
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdfPanduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
Panduan Mengisi Dokumen Tindak Lanjut.pdf
 
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
UNGGAH PEGANGAN LOKAKARYA DAN PENDAMPINGAN INDIVIDU DALAM KEGIATAN PEMBEKALAN...
 
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptxPPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
PPT-Sistem-Pencernaan-Manusia-Kelas-8-K13.pptx
 
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdfPPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
PPT IPS Geografi SMA Kelas X_Bab 5_Atmosfer.pptx_20240214_193530_0000.pdf
 
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian KasihTeks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
Teks ucapan Majlis Perpisahan Lambaian Kasih
 
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OKLA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
LA PI 2 PE NDIDIKAN GURU PENGGERAK A9 OK
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptxSKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
SKPM Kualiti @ Sekolah 23 Feb 22222023.pptx
 

Bab 06 kriteria kegagalan lelah

  • 1. BAB VI KRITERIA KEGAGALAN LELAH 6.1. Pendahuluan Hampir semua kegagalan yang terjadi pada mesin-mesin adalah akibat beban dinamik (beban yang berubah-ubah terhadap waktu) dibandingkan akibat beban statik. Kegagalan ini biasanya terjadi pada level tegangan dibawah yield strength material. Sehingga dengan hanya melakukan desain berdasarkan teori kegagalan statik bisa mengakibatkan hasil desain tidak aman atau mengalami kegagalan ketika hasil desain tersebut menerima beban dinamik. Sejarah  Tahun 1800, fenomena kegagalan lelah pertama kali menjadi perhatian ketika poros railroad-car yang terbuat dari baja ulet mengalami kegagalan seperti material getas setelah beroperasi dalam selang waktu tertentu.  Tahun 1843, Rankin menerbitkan paper “On the Causes of Unexpected Breakage of Journals of Railway Axles” berisi postulasinya yang menyebutkan bahwa material mengalami crystallized dan menjadi material getas akibat tegangan yang berfluktuasi.  Beban dinamik menjadi suatu fenomena baru pada saat diperkenalkannya mesin uap (steam power machinery), yang mana poros pada mesin tersebut disambung secara fix dengan roda sehingga berputar bersama-sama roda. Pada kasus ini tegangan bending pada beberapa titik di permukaan poros bervariasi dari negatif ke positif dan selalu berulang-ulang mengikuti siklus tertentu seperti pada gambar dibawah.  Tahun 1870, Seorang insinyur jerman bernama August Wohler mempublikasikan penemuan hasil penelitiannya selama lebih dari 12 tahun tentang kegagalan lelah. Penelitian Wohler berupa investigasi kegagalan poros yang menerima beban fully 6-1
  • 2. reserved. Hasil penemuannya berisi identifikasi jumlah siklus waktu terhadap variasi tegangan dan menemukan adanya endurance limits (level tegangan yang masih dapat ditoleransi per sejuta siklus fully reversed stress) pada baja. Hal tersebut dapat diamati pada diagram Wohler yang lebih dikenal sebagai diagram S-N pada gambar dibawah: Gambar 6. 1 Wohler strength-life (Diagram S-N) Wohler juga melakukan uji tarik pada poros yang telah patah dan didapatkan bahwa material poros tersebut masih seulet dan sekuat material aslinya (material sebelum diuji).  Kegagalan fatigue berpengaruh dari sisi ekonomi. Hal ini sesuai dengan laporan pemerintah amerika serikat: ”The annual cost of fatigue of materials to U.S. economy in 1982 dollars is around $100 billion, corresponding to about 3% of the gross national product (GNP). These costs arise from the occurrence or prevention of fatigue failure for ground vehicles, rail vehicles, aircraft of all types, bridges, cranes, power plant equipment, offshore oil well structure, and a wide variety of miscellaneous machinery and equipment including everyday household items, toys and sport equipment”.  Kegagalan fatigue berpengaruh pada kehidupan manusia.  Tahun 1954 pesawat jet komersial, British Comet, mengalami dua kecelakaan fatal akibat kegagalan fatigue pada badan pesawat terbang akibat siklus peningkatan/ pengurangan tekanan pada kabin pesawat.  Tahun 1988, pesawat Boeing 737 milik Hawaiian Airlines kehilangan sepertiga kabin bagian atas ketika terbang dengan ketinggian 25 000 ft. 6-2
  • 3. 6.2. Mekanisme Kegagalan Lelah Ada tiga tahap terjadinya kegagalan lelah, yaitu crack initiation, crack propagation, dan fracture secara tiba-tiba akibat pertumbuhan crack yang tidak stabil.  Crack initiation Pada skala mikroskopik material (logam) ulet (ductile) adalah tidak homogen dan anisotropic sehingga pasti terdapat stress concentration (notched). Ketika ada beban yang berosilasi (beban dinamik) di daerah notch akan menyebabkan local yielding pada daerah tersebut Yielding plastis yang terlokalisasi tersebut menyebabkan distorsi dan membentuk “slip band ” sepanjang batas kristal material. Slip band adalah daerah yang sangat intens mengalami deformasi akibat shear motion. Dengan semakin banyaknya tegangan yang berosilasi maka slip band terus bertambah dan akan bergabung membentuk mikroskopic crack. Walaupun tidak ada notch mekanisme ini tetap terjadi sepanjang beban dinamik melampaui yield strength di suatu daerah mikroskopik pada material. Keberadaan void atau inclusion membantu terjadinya crack. Material yang keuletannya lebih rendah cenderung lebih cepat mengalami crack, dengan kata lain material tersebut “more notch sensitivity”. Untuk material getas, mekanisme local yield (crack initiation) tidak terjadi, tetapi langsung ke tahap crack propagation di tempat dimana terdapat void atau inklusi pada material.  Crack propagation Crack yang berujung tajam menimbulkan konsentrasi tegangan yang lebih besar dibandingkan dengan notch, dan daerah plastis selalu timbul di ujung crack ketika crack terbuka akibat tegangan tarik, yang kemudian menumpulkan crack. Crack yang tumpul mengurangi efektivitas konsentrasi tegangan. Ketika tegangan tarik berubah siklus ke tegangan tekan/ nol/ tegangan tarik yang cukup kecil seperti pada gambar a, b dan c di samping akan menyebabkan crack menutup dan momentarily yielding berhenti dan hal ini menyebabkan crack meruncing kembali tetapi dengan dimensi yang lebih besar. Hal ini terjadi berulang-ulang sepanjang tegangan lokal di ujung crack bersiklus mulai dari bawah tegangan tarik yield (<σy) sampai tegangan diatas tegangan tarik yield (>σy). 6-3
  • 4. Korosi Mekanisme lain penyebab crak propagation adalah korosi. Apabila ada suatu komponen mesin yang terdapat crack di dalamnya berada di lingkunagan korosif maka crack dapat tumbuh ketika menerima beban statik. Kombinasi tegangan dan korosi memiliki efek yang saling bersinergi satu sama lain yang mana material akan cepat terkorosi ketika menerima tegangan dibandingkan material yang tidak menerima tegangan. Kondisi akibat kombinasi tersebut dapat berbentuk stress-corrosion (tegangan yang mempercepat korosi) atau environmentally assisted cracking (lingkungan korosif yang membantu crack propagation). Jika komponen mesin tersebut menerima beban dinamik di lingkungan korosif, maka akan lebih cepat pertumbuhan crack-nya dibandingkan jika tidak berada di lingkungan korosif. Hubungan ini dapat juga disebut corrosion-fatigue. Gambar 6. 2 Fatigue striation pada permukaan crack pada paduan aluminium. Jarak antar striation berhubungan dengan bentuk siklus beban dinamik  Fracture Pertumbuhan crack pada suatu komponen akibat siklus beban dinamik akan mencapai dimensi tertentu yang cukup besar untuk menimbulkan stress intensity factor, K di ujung crack yang selevel dengan fracture toughness, Kc material sehingga komponen tersebut dapat gagal secara tiba-tiba tanpa adanya peringatan terlebih dahulu pada siklus beban dinamik berikutnya. Mekanisme kegagalan ini sama dengan kondisi dimana K=Kc tercapai dengan adanya mekanisme crack propagation. Pemeriksaan dengan menggunakan mata telanjang pada komponen yang gagal akibat fatigue menunjukkan suatu pola tertentu. Ada suatu daerah yang dimulai dari tempat dimana awal micocrack terjadi yang mana daerah tersebut kelihatan mengkilap (burnished). Daerah tersebut terpisah dengan daerah yang terlihat pudar/ tidak mengkilap dan kasar (dull and rough) dan terlihat seperti patah getas. 6-4
  • 5. Gambar 6. 3 Dua contoh kegagalan fatigue Pada gambar diatas adalah dua contoh kegagalan fatigue: a. Poros berpasak dengan material baja 1040 mengalami kegagalan akibat beban rotating bending dan crack diawali dari jalur pasak (keyway). b. Crankshaft pada mesin diesel mengalami kegagalan akibat kombinasi bending dan torsi yang mana crack diawali pada daerah yang ditunjuk panah. Daerah yang mengkilap adalah daerah crack dan lebih sering memperlihatkan beachmark (disebut beachmark karena mereka menyerupai riak-riak yang tertinggal di pasir laut akibat mundurnya gelombang laut). Beachmark berbeda dengan striation yang mana striation jauh lebih kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang. Beachmark terjadi akibat proses permulaan dan berakhirnya pertumbuhan crack dan beachmark tersebut mengelilingi/ melingkupi suatu daerah yang menjadi awal mula terjadinya crack yang biasanya berupa notch atau internal stress-riser. Kadang- kadang beachmark terlihat kabur (tidak jelas) akibat banyaknya gesekan pada permukaan crack. Daerah patah getas (brittle failure) yang terlihat kasar dan tidak mengkilap merupakan daerah dimana kegagalan terjadi secara tiba-tiba ketika crack mencapai batas ukurannya dimana K=Kc. 6-5
  • 6. Gambar 6. 4 Skematik permukaan patah fatigue 6-6
  • 7. 6.3. Mode-Mode Kegagalan Lelah Ada tiga model kegagalan yang sering digunakan:  Pendekatan Stress Life (S-N) Stress life merupakan model yang pertama kali digunakan dan sering digunakan untuk High Cycle Fatigue (HCF) regime yang mana assembly diperkirakan akan bertahan sampai lebih dari 103 siklus tegangan. Pendekatan Stress Life sangat baik digunakan untuk amplitudo beban yang konsisten dan dapat di prediksi. Pendekatan Stress Life merupakan model yang berdasarkan tegangan (stress-based model). Model ini digunakan untuk mencari dan menentukan fatigue srength maupun endurance limit suatu material sehingga siklus tegangan dapat dijaga di bawah level fatigue strength maupun endurance limits tersebut yang mana dalam hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kegagalan untuk suatu jumlah siklus tertentu. Komponen mesin dirancang berdasarkan kekuatan fatigue material (endurance limit) dengan safety factor tertentu. Tujuan dari desain ini adalah menjaga tegangan dan regangan yang terjadi pada komponen tetap pada daerah elastis sehingga tidak terjadi local yielding sehingga crack initiation stage tidak pernah terjadi. Pendekatan ini sangat mudah untuk diaplikasikan dan sejumlah besar data material yang relevan tersedia karena metode ini sudah digunakan dalam jangka waktu yang lama. Bagaimanapun juga metode ini sangat empiris dan paling tidak akurat dibandingkan metode yang lain dalam pendefinisian keadaan local stress/ strain pada komponen, kususnya untuk Low Cycle Fatigue (LCF) finite-life yang mana jumlah siklus diperkirakan kurang dari 103 dan besar tegangan cukup tinggi untuk menyebabkan local yielding. Tapi dilain pihak, dengan menggunakan material tertentu, pendekatan stress-life memberikan rancangan komponen yang berumur tak terbatas (infinite life) untuk beban siklus.  Pendekatan Strain Life Model berdasarkan regangan (strain based model) memberi gambaran yang lebih akurat untuk crack-initiation stage. Pendekatan strain life juga mengakumulasi kerusakan akibat beban siklus sepanjang umur komponen, seperti overload yang menyebabkan residual stress yang menguntungkan maupun merugikan pada daerah kegagalan. Kombinasi beban fatigue dan temperatur tinggi dapat ditangani dengan lebih baik dengan metode ini karena efek creep dapat dimasukkan. Metode ini paling sering digunakan untuk LCF-finite life dimana tegangan siklus cukup tinggi untuk menyebabkan local yielding. Metode ini paling kompleks dibandingkan dengan 6-7
  • 8. metode yang lain sehingga dalam penyelesaiannya memerlukan komputer. Data pengujian cyclic-strain behavior berbagai macam material masih dalam tahap pengembangan.  Pendekatan Linear Elastic Fracture Mechanics (LEFM) Teori mekanika retakan (fracture-mechanics) memberikan model yang terbaik pada proses crack propagation stage. Metode ini digunakan untuk problem LCF-finite life dimana tegangan siklus diketahui cukup tinggi untuk menyebabkan pembentukan crack dan metode ini sangat berguna untuk memprediksi umur sisa komponen yang crack pada kondisi operasi. Metode ini sering digunakan bersama dengan NDT (Non Destructive Testing) pada saat program perawatan dan inspeksi, kususnya untuk industri pesawat/ angkasa luar. Penggunaan metode ini kurang jelas dalam mendekati suatu masalah tapi akurat untuk stress intensity geometry factor, β dan pada estimasi ukuran awal crack, a yang diperlukan untuk perhitungan. Salah satu pendekatannya adalah mengasumsikan bahwa crack lebih kecil daripada crack terkecil yang saat ini masih bisa dideteksi. Hasil akurat tercapai kalau sudah tersedia alat pendeteksi dan pengukur crack. Catatan: LCF dan HCF dijelaskan pada sub bab 6.6 fatigue regime 6.4. Beban dan Tegangan Lelah Beban yang bervariasi terhadap waktu (beban dinamik) memiliki potensi untuk menyebabkan kegagalan lelah. Karakter beban tersebut secara substansial dapat bervariasi dari aplikasi yang satu ke aplikasi yang lain. Aplikasi beban pada rotating machinery, amplitudo bebannya akan selalu konsisten (tetap) sepanjang waktu dan berulang-ulang pada frekuensi tertentu. Aplikasi beban pada service equipment (segala jenis kendaraan), amplitudo dan frekuensi bebannya acak sepanjang waktu. Bentuk gelombang beban sebagai fungsi waktu pada service equipment yang dalam keadaan tidak terkorosi terlihat tidak memiliki pengaruh signifikan pada kegagalan lelah.  Rotating Machinery Loading Tegangan sebagai fungsi waktu yang dialami rotating machinery dapat dimodelkan sebagai berikut: 6-8
  • 9. Tension Compression Gambar 6. 5 Nilai alternating, mean, dan range Tiga kondisi tegangan siklus pada gambar diatas: a. Fully reversed b. Repeated ( kasus Release tension, gelombang diatas sumbu axis) c. Fluctuating Selain tiga kondisi tegangan diatas, ada satu lagi kondisi tegangan yang sering digunakan, yaitu release compression dimana gelombang dibawah sumbu axis. Keempat kondisi tegangan mempunyai amplitudo yang konstan. Tabel 6. 1 Parameter tegangan siklus Parameter Rumus Stress Range, ∆σ ∆σ = σ max − σ min Alternating σ max − σ min component, σa σa = 2 Mean component, σm σ + σ min Fully Released Released Fluctuating σ m = max reversed tension compression 2 σm= 0 σm= σa σm= σa σm= σa = σ ≠ 0 σm= σmax/2 σm= σmin/2 σmin= 0 σmax= 0 Stress ratio, R σ min Fully Released Released Fluctuating R= reversed tension compression σ max R= -1 R= 0 R= ∞ 0≤R≤1 Amplitude ratio, A σ Fully Released Released Fluctuating A= a reversed tension compression σm A= ∞ A= 1 A= -1 A positif Amplitude ratio A berhubungan dengan stress ratio R, seperti ditunjukkan dalam persamaan berikut: σ a σ max − σ min 1 − R [6.1] A= = = σ m σ max + σ min 1 + R 6-9
  • 10.  Service Equipment Loading Karakter beban sebagai fungsi waktu untuk service equipment tidak mudah didefinisikan seperti pada rotating machinery. Data terbaik didapatkan dari pengukuran actual pada service equipment dengan simulasi kondisi operasi, contohnya: 1. Industri mobil menggunakan kendaraan prototipe untuk menguji kondisi jalan dengan melakukan simulasi berbagai macam permukaan dan tikungan jalan. Kendaraan uji sangat mahal karena dilengkapi dengan accelerometers, force transducers, strain gages, dan berbagai macam intrumen yang lain yang memberikan sejumlah data yang besar ke computer yang mana data tersebut dalam bentuk digital untuk dianalisis lebih lanjut. 2. Industri pesawat terbang juga melengkapi pesawat uji dengan berbagai peralatan yang mencatat in-flight force, acceleration, dan strain data. 3. Kapal laut dan offshore oil platform juga dilakukan pengujian actual. a. General Case b. Ship/ offshore structure c. Commercial aircraft Gambar 6. 6 Semirandon loading dalam periode yang berbeda. 6-10
  • 11. 6.5. Kekuatan Lelah Untuk Beban Bolak-Balik Murni  Teori Strain life untuk fatigue Fatigue secara jelas menunjukkan akumulasi kerusakan melalui proses crack propagation, dimana proses tersebut tidak akan terjadi tanpa adanya deformasi plastis pada ujung crack. Sehingga apabila tegangan yang terjadi masih pada daerah elastis maka sebesar apapun tegangan tersebut tidak akan menyebabkan crack propagation. Penggunaan kekuatan material (yield strength ataupun ultimate strength) tidak cukup untuk menggambarkan kegagalan fatigue akibat beban dinamik, karena kekuatan material tersebut dapat berubah disekitar ujung crack akibat beban dinamik. Selain itu kekuatan material tersebut dapat berubah (bertambah atau berkurang kekuatannya) tergantung pada material dan sejarah manufakturnya. Oleh karena itu kekuatan material pada daerah dimana propagation crack terjadi berbeda dengan kekuatan keseluruhan material yang diperoleh dari hasil uji tarik. Beberapa macam pendekatan telah dilakukan untuk menggambarkan kekuatan material pada daerah crack, salah satunya adalah dengan menggunakan persamaan Manson-Coffin. ∆ε σ ′f = (2 N ′)a + ε ′f (2 N ′)α [6.2] 2 E Keterangan: ∆ε Total strain σf’ Tegangan di fracture dalam satu siklus, Pa E Modulus elastisitas material, Pa N’ Jumlah siklus yang akan terjadi sebelum terjadi kegagalan εf’ Koefisien keuletan fatigue (true strain berhubungan dengan fracture dalam satu siklus tegangan. a Eksponen kekuatan fatigue α Eksponen keuletan fatigue Persamaan Manson-Coffin sulit untuk digunakan karena penentuan total strain, ∆ε sangat sulit dilakukan dan strain concentration factor dalam daerah plastis (plastic range) tidak ditemukan di literature manapun. Keuntungan penggunaan persamaan Manson-Coffin adalah persamaan tersebut memberikan pengertian yang mendalam tentang sifat-sifat penting dalam penentuan kekuatan fatigue. Kekuatan memegang peranan sangat penting, dan hal ini memberikan kesimpulan bahwa sepanjang ada cyclic plastic strain, tidak masalah seberapa kecilnya, akhirnya akan terjadi kegagalan. 6-11
  • 12. Tabel 6. 2 Cyclic properties untuk beberapa material  Eksperimen rotating beam Pada dasarnya fatigue adalah suatu fenomena akumulasi kerusakan yang mana cacat pada material mempunyai andil yang sangat besar sebagai penyebab kerusakan tersebut. Dalam proses manufaktur suatu produk pasti ditemukan adanya cacat pada produk tersebut, baik dalam skala mikro maupun makro. Pendekatan analitis dalam menentukan kekuatan fatigue sangatlah sulit dilakukan, oleh karena itu penentuan kekuatan fatigue material dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental. Salah satu pendekatan eksperimental untuk fatigue menggunakan specimen standar yang diidealisasikan. Spesimen tersebut memiliki dimensi spesifik dan mempunyai permukaan yang halus (polished surface), yang mana penghalusan yang terakhir dalam arah aksial untuk mencegah circumferential scratch Specimen standar diuji menggunakan mesin penguji fatigue rotating beam, yang mana sering digunakan mesin rotating beam RR. Moore. Pada specimen dikenai beban bending murni tanpa adanya gaya geser melintang. 6-12
  • 13. Gambar 6. 7 Mesin penguji fatigue R.R. Moore rotating beam Dalam pengujian spesimen mendapat beban tegangan siklus fully reversed dengan amplitudo tegangan yang cukup besar, biasanya digunakan 2/3 tegangan ultimate statik. Selama pengujian jumlah siklus dihitung sampai terjadi kegagalan, jadi pada setiap specimen di level tegangan yang spesifik, pengujian dilakukan sampai terjadi kegagalan pada specimen tersebut. Seluruh prosedur diatas diulang pada specimen yang identik dengan specimen sebelumnya, tetapi dengan amplitudo tegangan yang makin diturunkan dari amplitudo awal (2/3 tegangan ultimate statik). Jika specimen patah menjadi dua potongan yang sama, hasil tes menunjukkan kekutan fatigue material. Jika kedua potongan tersebut tidak sama menunjukkan hasil pengujian tidak menunjukkan hasil sebenarnya. Hal ini bisa terjadi karena adanya cacat pada permukaan specimen.  Diagram S-N Data hasil eksperimen untuk tiap-tiap specimen.diatas diplot dalam grafik kekuatan fatigue vs log jumlah siklus pengujian sampai specimen gagal, Nt’. Grafik hasil plot ini disebut diagram S-N atau dapat disebut diagram Wohler setelah August Wohler, seorang insinyur jerman mempublikasikan penelitian fatigue-nya di tahun 1870. Dalam diagram S-N terdapat dua bentuk umum untuk dua kelas material, yaitu material yang memiliki endurance limits dan material yang tidak memiliki endurance limits. Gambar 6. 8 Grafik S-N untuk ferrous alloys (endurance limit terlihat jelas) 6-13
  • 14. Grafik S-N pada gambar diatas menunjukkan bahwa material ferrous alloy mempunyai endurance limits. Endurance limit, Se’ menggambarkan tegangan fluktuasi terbesar yang tidak menyebabkan kegagalan sampai jumlah siklus yang tidak terbatas (infinite). Untuk beberapa macam baja endurance limit berkisar antara 35%-60% dari kekuatan ultimate-nya. Endurance limits baja untuk berbagai kondisi pembebanan dapat didekati dengan rumus berikut: a. S e' = 0,5S u Untuk beban bending Keterangan: b. S e' = 0,45S u Untuk beban aksial [6.3] Se’ Endurance limit Su Kekuatan ultimate c. S e' = 0,29 S u Untuk beban torsi Sn’=Se’ . 0,9Sn’=0,9 0,5 Su= 0,45 Su . 0,58 S n’= 0,58 0,5S u=0,29S u Gambar 6. 9 Grafik S-N secara umum untuk baja Gambar 6. 10 Grafik S-N aluminium alloys (tidak ada endurance limit) 6-14
  • 15. Gambar 6. 11 Grafik S-N Berbagai jenis polimer Gambar 6. 12 Endurance limit sebagai fungsi kekuatan ultimate untuk baja karbon, baja paduan, dan besi tempa. Tabel 6. 3 Endurance limit (approximated) untuk berbagai macam material 6-15
  • 16. 6.6. Fatigue Regime Diagram S-N memperlihatkan suatu tipe-tipe yang berbeda untuk jumlah siklus yang dicapai sampai terjadi kegagalan. Dua basic regime pada diagram S-N adalah Low Cycle Fatigue (LCF) dan High Cycle Fatigue (HCF). Secara umum LCF berada pada jumlah siklus (Nt’) dibawah 103 sedangkan jumlah siklus HCF berada antara 103 dan 106. Selain berdasarkan jumlah siklus, grafik S-N dibedakan berdasarkan umur operasi material. Umur operasi dibagi menjadi dua, yaitu umur terbatas (finite life) dan umur tak terbatas (infinite life). Infinite life untuk baja dimulai antara siklus 106-107. Sehingga finite life ditetapkan untuk beban siklus dibawah 107.  Low Cycle Fatigue (LCF) LCF adalah pembebanan yang menyebabkan kegagalan dengan jumlah siklus dibawah 1000 siklus. Contoh komponen yang masuk dalam kategori LCF: kancing/ gerendel pada laci kecil didekat setir mobil, stud pada roda truk, dan setscrew pengencang roda gigi yang berada pada poros, yang mana siklus beban kurang dari 1000 selama umur operasi. Komponen kategori LCF biasanya dirancang dengan mengabaikan keseluruhan efek fatigue atau dengan mengurangi level tegangan yang diijinkan. Dalam perancangan komponen kategori LCF dapat dilakukan pendekatan statik meskipun dalam pendekatan statik selalu digunakan kekuatan yield dan bukan kekuatan ultimate dalam mendefinisikan level tegangan yang diijinkan.  High Cycle, Finite Life Fatigue Kekuatan fatigue dimana High cycle fatigue dimulai (Sl’) dapat diaproksimasi menggunakan persamaan berikut: S l' = 0,9 S u untuk beban bending Keterangan: Sl’ Kekuatan fatigue saat S l' = 0,75S u untuk beban aksial [6.4] dimulainya High Cycle Fatigue S l' = 0,72 S u untuk beban torsi Su Kekuatan ultimate Dalam banyak aplikasi, jumlah tegangan siklus pada komponen selama umur operasi adalah antara 103 – 107 siklus. Contoh komponen yang dirancang untuk kondisi ini adalah: engsel pintu mobil, panel badan pesawat, dan pemukul softball aluminium. Kekuatan fatigue antara Sl’ dan Se’ secara umum dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan berikut: log S 'f = bs log N t' + C [6.5] 6-16
  • 17. Keterangan: bs Kemiringan (slope) C Perpotongan (intercept)– terhadap sumbu-y Nt’ Jumlah siklus sampai gagal Sf’ Kekuatan fatigue (fatigue strength) Pada titik ujung pada persamaan 6.4: ( ) log S l' = bs log 10 3 + C = 3bs + C [6.6] log S e' = bs log(10 ) + C = 6b 6 s +C [6.7] Dengan melakukan eliminasi persamaan 6.6 dan 6.7 diperoleh: 1  S l'  bs = − log '   [6.8] 3  Se   Subsitusi persamaan 6.8 kedalam persamaan 6.7 diperoleh:  S' C = 2 log l'   S' 2   + log S e = log  l '  ' ( ) [6.9] S   e   Se    Keterangan: Se’ Endurance limit Sl’ Kekuatan fatigue saat dimulainya high cycle fatigue Bila diketahui slope (bs) dan intercept ( C ) maka kekuatan fatigue (Sf’) dapat dihitung: ( ) S 'f = 10 C N t' bs untuk 103 ≤ Nt’ ≤ 106 [6.10] Jika kekuatan fatigue diketahui maka jumlah siklus sampai terjadi kegagalan dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan di bawah: ( N t' = S 'f 10 −C )1 / bs untuk 103 ≤ Nt’ ≤ 106 [6.11]  High Cycle, Infinite Life Fatigue Sejumlah aplikasi diputuskan mempunyai umur tak terhingga (infinite life). Untuk umur tak terhingga ditetapkan jumlah siklus lebih dari jumlah siklus yang menegaskan adanya endurance limits yang biasanya dipakai 106 siklus untuk material baja. Material yang tidak mempunyai endurance limits tidak dapat didesain untuk umur tak terhingga. Contoh material yang tidak mempunyai endurance limits adalah aluminium, sehingga komponen yang berbahan aluminium hanya bisa dirancang untuk batas umur tertentu (finite life). Komponen yang dibuat dari bahan material ferrous dan paduan titanium dapat dirancang untuk umur tak terhingga. Pada dasarnya dalam merancang komponen dengan umur tak terhingga, seorang perancang menentukan endurance limit material 6-17
  • 18. komponen tersebut dan menggunakannya sebagai tegangan yang diijinkan. Kemudian ukuran, dan pemilihan komponen dapat dianalisis hanya dengan menggunakan analisis statik saja. 6.7. Faktor Koreksi Endurance Limit Kekuatan fatigue hasil eksperimen menggunakan spesimen uji yang berada dalam keadaan terbaik untuk menaikkan panjang umur fatigue. Kondisi ini tidak terjamin untuk aplikasi perancangan, sehingga endurance limit komponen hasil perancangan harus dikurangi dari endurance limit material hasil eksperimen. Faktor koreksi endurance limits dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: S e = k f k s k r k t k m S e' [6.12] Keterangan: Se’ Endurance limit hasil eksperimen, Pa kr Reliability factor kf Surface finish factor kt Temperature factor ks Size factor km Miscellaneous factor Jenis beban berhubungan dengan Se’ yang ditunjukkan dalam persamaan 6.3. Banyak sekali efek- efek yang mempengaruhi kekuatan fatigue.  Efek konsentrasi tegangan Dalam persamaan Manson-Coffin ditunjukkan bahwa umur komponen berhubungan langsung dengan regangan. Karena lokasi konsentrasi tegangan juga lokasi konsentrasi regangan sehingga lokasi ini memainkan peran penting dalam menimbulkan crack initiation dan crack propagation. Akan tetapi faktor konsentrasi tegangan yang dijelaskan dalam Bab terdahulu tidak dapat secara langsung diterapkan untuk fatigue, karena pada beberapa material tegangan yang terjadi di dekat ujung crack akan berkurang dengan adanya aliran plastis (plastic flow). Akibat aliran plastis di daerah dekat ujung crack tersebut, fracture dapat dihindari dan pertumbuhan crack menjadi terhambat. Untuk beban statik digunakan faktor konsentrasi tegangan Kc dan untuk beban fatigue digunakan faktor konsentrasi tegangan fatigue Kf. Kf dapat dinyatakan dalam persamaan berikut: K f = Endurance limit untuk free-notch speciment [6.13] Endurance limit untuk notch speciment 6-18
  • 19. Notch atau konsentrasi tegangan dapat berupa lobang, fillet, ataupun alur (groove). Untuk Kc, faktor yang berpengaruh adalah geometri komponen, sedangkan untuk Kf tidak hanya faktor geometri yang berpengaruh tetapi juga material dan jenis beban. Pengaruh material berhubungan dengan notch sensitivity factor, qn: K f −1 qn = [6.14] Kc −1 atau K f = 1 + (Kc − 1)q n [6.15] Note: nilai qn pada persamaan 6.14 bervariasi dari nol (Kf= 1) sampai satu (Kf= Kc). Gambar 6. 13 Grafik notch sensitivity sebagai fungsi notch radius untuk beberapa material dan jenis beban. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa notch sensitivity mendekati nilai nol sebagaimana notch radius mendekati nol. Selain itu dari grafik dapat diketahui bahwa baja yang lebih keras dan lebih kuat cenderung mempunyai qn yang besar. Hal ini dikarenakan notch sensitivity adalah ukuran keuletan material dan baja terkeras mempunyai keuletan yang terbatas. Dari grafik juga dapat diketahui bahwa qn untuk beban torsi bernilai sedikit lebih kecil dibandingkan untuk beban bending dan beban aksial. Faktor koreksi endurance limit dengan memasukkan faktor konsentrasi tegangan kedalam perhitungan dinyatakan dalam persamaan berikut: 1 ko = [6.16] Kf 6-19
  • 20.  Surface finish factor, kf Specimen uji fatigue yang ditunjukkan pada gambar 6.5 mempunyai highly polished surface finish dengan polishing terakhir pada arah aksial untuk memperhalus circumferential scratch. Faktor koreksi yang berhubungan dengan finish effect tergantung dari proses yang digunakan dalam penyelesaian akhir pada permukaan dan tegangan ultimate. Gambar 6. 14 Grafik surface finish factor vs tegangan tarik ultimate dengan berbagai proses permesinan yang berbeda untuk material baja. Ra= arithmetic average surface roughness Gambar 6. 15 Grafik surface finish factor vs tegangan ultimate dan kekasaran permukaan yang diukur dengan menggunkan stylus profilometer Selain dengan menggunkan grafik diatas, surface finish factor bisa diperoleh dengan menggunakan persamaan berikut: k f = eS ut f [6.17] Keterangan: kf Surface finish factor 6-20
  • 21. Sut Kekuatan tarik ultimate material e dan f Koefisien yang terdapat dalam table 6.5 Tabel 6. 4 Surface finish factor Penggunaan tabel 6.4 bisa menyesatkan untuk untuk proses yang lain. Contohnya plasma spray cenderung memberikan permukaan yang sangat kasar, tetapi sifat fatigue material ditentukan oleh lapisan batas dibawah lapisan plasma-sprayed.  Size factor, ks Endurance limit Se’ diperoleh dari hasil pengujian specimen dengan diameter 0,3 in dengan menggunakan extrude atau drawn bar stock untuk logam. Logam dengan dari hasil proses extrude mempunyai butir yang mengalami perpanjangan dalam arah yang berlawanan dengan arah pertumbuhan crack. Selain itu dengan tingkat cold work tinggi kecil kemungkinan terjadi cacat (large flaw). Bagaimanapun juga proses pembuatan komponen yang lebih besar akan menimbulkan cacat yang kekuatan fatigue-nya tidak sama dengan kekuatan fatigue hasil uji fatigue (diameter 0, 3 in). Size factor untuk batang bulat dipengaruhi oleh jenis beban. Untuk beban torsi dan bending, size factor dinyatakan dalam persamaan berikut: 0,869d −0,112 0, 3 in < d < 10 in ks = 1 d < 0,3 in atau d ≤ 8 mm [6.17] 1,189d −0,112 8 mm < d < 250 mm Untuk beban aksial, ks=1 Untuk komponen yang potongan melintangnya tidak bulat, size factor-nya sulit ditentukan. Oleh karena itu perlu didefinisikan diameter efektif, de berdasarkan pada ekuivalensi potongan melintang sirkular. Pendekatan lain yang lebih sederhana adalah dengan mendefinisikan diameter dari penampang melintang sirkular efektif dengan suatu area yang sama besar dengan luas penampang melintang yang ditanyakan. Kedua pendekatan tersebut tidak membedakan antara material dan 6-21
  • 22. proses manufaktur dan dapat menyebabkan pengertian yang salah bahwa faktor koreksi size effect dapat dihitung dengan akurat.  Reliability factor, kr Tabel dibawah menunjukkan reliability factor untuk berbagai variasi persentasi kemungkinan survive. Kemungkinan survive diindikasikan.di suatu tegangan tertentu. Tabel di bawah berdasarkan batas fatigue dengan standar deviasi 8%, biasanya untuk batas atas baja. Tabel 6. 5 Reliability factor Tabel diatas adalah reliability factor dengan pendekatan sederhana sehingga hanya dipertimbangkan sebagai panduan saja. Tabel diatas dapat digunakan untuk material selain baja walaupun tabel tersebut sebenarnya ditentukan dari material baja.  Temperature factor, kt Beberapa aplikasi HCF (High Cycle Fatigue) berada di kondisi temperatur panas yang ekstrim, contohnya pada mesin pesawat terbang, dimana materialnya lebih lemah bila berada di temperature ruang. Sebaliknya ada aplikasi HCF berada di dibawah kondisi temperature dingin yang ekstrim, contohnya poros (axle) mobil yang berada di Alaska selama bulan januari yang mana logam poros tersebut berkurang keuletannya dibandingkan ketika berada di temperature ruang. Perancang dapat: a. Memodifikasi kekuatan ultimate material berdasarkan sifat material tersebut di temperature yang diinginkan sebelum menentukan endurance limit-nya. b. Menggunakan temperature factor, S ut Keterangan: kt = [6.18] S ut ,ref Sut Kekuatan tarik ultimate material di temperature yang diinginkan Sut,ref Kekuatan tarik ultimate material di temperaturte referensi, biasanya di temperature ruang 6-22
  • 23.  Miscellaneous factor, km Beberapa fenomena yang berpengaruh pada endurance limit: a. Sejarah manufaktur Crack fatigue tumbuh lebih cepat di sepanjang batas butir dari pada melewati butir. Proses manufaktur berpengaruh terhadap ukuran dan orientasi butir yang dapat berpengaruh pada fatigue. Proses rolling, ekstrusi dan penarikan (drawing) menyebabkan perpanjangan butir sehingga kekuatan fatigue material bervariasi dalam arah yang berbeda. b. Tegangan sisa (residual stress) Tegangan sisa disebabkan oleh elastic recovery setelah terjadi deformasi plastis yang tidak seragam melewati ketebalan komponen.  Tegangan sisa kompresi di permukaan akan memperlambat pertumbuhan crack. Tegangan sisa ini diperoleh dari proses shot peening, roller burnishing, forging, extrusion, dan rolling.  Tegangan sisa tarik dapat mendorong pertumbuhan crack. Tegangan sisa ini diperoleh dari proses forging, extrusion, rolling, cutting maupun grinding. c. Pelapisan (coating)  Carburizing untuk menambah kandungan karbon pada permukaan baja, menyebakan kekuatan fracture material meningkat dan menghasilkan tegangan sisa kompresi.  Elektroplated permukaan dapat sangat porous dan meningkatkan pertumbuhan crack, dan mereduksi kekuatan fatigue sampai 50%. Pengecualian untuk zinc plating dimana kekuatan fatiguenya tidak banyak berpengaruh.  Anodized oxide plating biasanya juga porous dan menyebabkan penurunan kekuatan fatigue.  Coating pada temperature tinggi, seperti chemical vapor deposition process atau hot dipping dapat menyebabkan tegangan sisa tarik (akibat temperature) pada permukaan material. d. Korosi Material yang beroperasi di lingkungan korosif mengalami penurunan kekuatan fatigue. Penyebab utama korosi logam adalah adanya hydrogen dan oksigen.  Hidrogen terdifusi ke dalam material di dekat ujung crack, menambah tegangan tarik di ujung crack, penggetasan (embrittling) material dan membantu crack propagation. 6-23
  • 24.  Oksigen membentuk lapisan yang getas dan porous, membantu crack initiation dan pertumbuhan crack. Temperatur tinggi di lingkungan korosif mempercepat proses difusi. 6.8. Pengaruh Non Zero Mean Stress (σm ≠ 0) Pembahasan tentang fatigue pada sub-bab di atas hanya mencakup tegangan siklus fully reversed (σm= 0). Beberapa elemen mesin mendapat tegangan fluktuasi dimana σm≠ 0, sehingga grafik S-N pada sub-bab di atas tidak dapat diaplikasikan untuk kasus ini. Karena ketiadaan data, pengaruh nonzero mean stress harus diestimasi menggunakan salah satu dari beberapa hubungan empiris dalam menentukan kegagalan dengan umur komponen yang telah ditentukan. Pendekatan empiris tersebut tidak dibahas dalam diktat ini. 6.9. Soal-Soal Latihan 1. Poros yang terbuat dari baja karbon tinggi (AISI 1080) dengan dimensi seperti pada gambar dibawah: Poros diputar dengan kecepatan tinggi dalam keadaan menerima beban yang cukup tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan fatigue setelah berputar selama 106 putaran. a. Di daerah mana yang paling memungkinkan terjadi kegagalan fatigue pada poros? b. Tunjukkan parameter-parameter apa saja yang diperlukan dalam perhitungan? Sebutkan alasannya! 2. Batang dengan dimensi tertentu menerima beban statik ditunjukkan dalam 6-24
  • 25. gambar di samping. Untuk tiap-tiap batang tentukan: a. Beban tarik static yang dapat menyebabkan fracture? b. Beban aksial fully reserved ± P yang tepat diambang besar beban yang menyebabkan kegagalan fatigue? 3. Sebuah poros yang terbuat dari baja karbon tinggi (AISI 1080) dengan diameter 20 mm meneruskan torsi sebesar 500 ± 400 Nm. Frekuensi perubahan torsi sebesar 0,1 s-1. Tentukan endurance life poros tersebut? 4. Data kekuatan material: a. Hitung uncorrected endurance limit Se’ untuk data material baja d (baris ke-4)? b. Gambar digram S-N material tersebut? 5. Sebuah clevis pin umur tak terhingga (infinite life) mendapat beban berulang-ulang (repeated) sebesar 0 -130 000 lb. Dengan asumsi tegangan ultimate (Sut) clevis sebesar 80 kpsi dan tegangan ultimate pin sebesar 140 kpsi, tentukan: a. Ukuran dimensi clevis pin yang tahan terhadap beban berulang-ulang tersebut? b. Jari-jari luar ujung clevis agar tidak gagal sobek (tearing) maupun bearing? (tiap flens clevis mempunyai ketebalan 2,5 in). Gunakan safety factor 3. 6. Hitung kekuatan fatigue spesimen rotating beam yang terbuat dari material AISI 1020 hot-rolled steel berumur 12,5 . 103 siklus tegangan bolak-balik. Hitung umur spesimen yang amplitudo tegangannya σa sebesar 36 kpsi? (substitusi Sf’ pada pers 6.11 dengan σa) 6-25
  • 26. 7. Proses cold drawn batang baja AISI 1018 seperti pada gambar. Batang baja tersebut mengalami beban tarik yang berfluktuasi antara -800 lb sampai 3000 lb. Dengan asumsi tidak ada buckling tentukan estimasi safety factor untuk melindunginya dari kegagalan yielding dan kegagalan fatigue? 8. Poros baja ( Sut= 610 MPa; Syt= 490 MPa) yang ditumpu dua bantalan mendapat dua gaya reaksi bantalan di titik A dan titik B. Poros juga mendapat gaya bending sebesar F1= 2,1 kN dan F2= 4,5 kN. Estimasi safety factor poros berdasarkan proses pemesinan yang digunakan untuk finishing. 6-26
  • 27. 9. Data kekuatan material: a. Hitung uncorrected fatigue strength Sf’ di siklus 5.108 untuk data material aluminium e (baris ke-5)? b. Gambar digram S-N material tersebut?( asumsi material paduan aluminium) 10. Suatu bagian pompa dimana driven gear-nya mendapat beban seragam dengan kecepatan konstan. Poros pompa yang terbuat dari baja (Su=1000 MPa dan Sy= 800 MPa) ditumpu di bantalan yang dipasang pada rumah pompa. Komponen gaya arah tangensial, radial dan aksial pada poros ditunjukkan pada gambar di bawah: Permukaan fillet di poros telah mengalami proses shot peened yang hasilnya diasumsikan ekuivalent dengan proses mirror-polished pada pengujian skala laboratorium. Faktor konsentrasi tegangan fatigue-nya telah ditentukan seperti tercantum dalam gambar. Estimasi safety factor yang berhubungan dengan kegagalan fatigue di fillet? 6-27