Ringkasan dokumen tersebut adalah: (1) Sampah menjadi masalah lingkungan yang serius di banyak kota di Jawa Tengah karena peningkatan produksi sampah dan kurangnya dana untuk pengelolaannya, (2) Penulis berpandangan bahwa sampah dapat diolah menjadi sumber daya berharga dan bernilai ekonomi melalui pengelolaan yang bijak, (3) Penulis mengajukan gagasan bahwa sampah dapat dijadikan
1. Mungkinkah Sampah Menjadi Sedekah ?
RM. Bagus Irawan, ST. M.Si. IPP, Pemerhati lingkungan, Konsultan, Dosen FT. UNIMUS dan
Ketua Majelis Lingkungan Hidup PDM Kota Semarang.
Sampah kian hari menjadi masalah yang semakin serius dan menimbulkan berbagai
dampak terhadap lingkungan, bilamana tidak ditangani secara baik. Berbagai kota di Jawa
Tengah mengalami hal yang sama dengan sampah ini, bahkan sebagian besar kota-kota
tersebut justru terpuruk citranya karena tidak dapat menangani problem sampah yang
semakin komplek dari hari ke hari. Prasarana dan sarana yang ada makin tidak mampu
mengimbangi produksi sampah atau timbulan sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.
Sedangkan dana operasional untuk pengelolaan sampah di berbagai kota masih sangat
minim sekali. Namum demikian masyarakat sebagai penghasil dan produsen sampah justru
antipati dan tidak mau tau bagaimana dan kemana sampah ini dibuang yang mereka
hasilkan setiap harinya.
Fenomena ini terjadi karena masyarakat masih mengganggap sampah sebagai
barang yang sudah tidak berguna dan harus segera dibuang jauh-jauh dari lingkungannya.
Lebih-lebih banyak yang masyarakat yang masih menganggap sampah adalah barang yang
menjijikkan, bau dan kotor, sehingga harus segera dilenyapkan agar tidak mengganggu
lingkungan dan kesehatan. Memang benar adanya bahwa sampah tidak hanya
menimbulkan dampak terhadap lingkungan fisik saja tetapi juga berdampak pada
lingkungan non fisik seperti kehidupan sosial masyarakat.
Sebagaian besar tempat pembuangan sampah yang ada di kota-kota saat ini telah
menimbulkan persoalan lingkungan dan degradasi lingkungan seperti penurunan kualitas
air tanah dan kualitas udara tetapi juga menimbulkan konflik sosial antara warga dan
pemerintah dalam hal ini operator persampahan karena berbeda kepentingan dan juga
pemahaman. Penolakan masyarakat terhadap TPA sampah baru menjadi sebuah potret
bahwa masyarakat tidak mau hidup berdampingan dengan sampah.
Gambaran di atas menunjukkan bahwa masyarakat dewasa ini masih antipati
terhadap sampah dan berpandangan sempit akibat pemahaman yang kurang dan belum
membuka hatinya. Dalam pengelolaan sampah dengan paradigma baru dijelaskan bahwa
sampah perlu diolah atau dikelola sedekat mungkin dari sumbernya yaitu masyarakat dan
tidak lagi terfokus pada pembuangan sampah ke TPA. Hal inilah yang belum banyak
dipahami oleh masyarakat dan kurang adanya sosialisasi yang cukup intens dari berbagai
pihak yang berkepentingan.
Oleh sebab itu persoalan sampah memang tidak bisa diselesaikan dari aspek hilirnya
saja yaitu dengan pendirian TPA atau tempat pengolahan sampah sejenis, tetapi harus
dilakukan melalui pendekatan di hulu juga yaitu melalui upaya penyadaran setiap individu
2. masyarakat untuk turut serta membantu mengelola sampah yang diproduksinya oleh
lingkungan terkecilnya.
Menurut penulis sampah sebenarnya bisa menjadi barang yang berdaya guna dan
memiliki potensi yang cukup signifikan bila dikelola dan diolah dengan baik sedemikian rupa.
Gagasan penulis mungkinkah sampah menjadi sedekah memang terkesan aneh bagi
sebagian masyarakat. Namum bukan tidak mungkin hal ini bisa menjadi kenyataan. Dari
potensi sampah yang dikelola secara baik dan bijak akan menghasilkan sedekah-sedekah
atau menghasilkan daya guna dan bernilai bagi mereka yang memang sangat
membutuhkannya.
Sampah sudah seharusnya menjadi tanggungjawab bersama masyarakat. Mengingat
setiap anggota masyarakat memiliki andil yang besar dalam memproduksi sampah di dalam
kehidupannya, baik sampah yang bersifat organik maupun sampah yang an-organik. Setiap
individu dalam masyarakat sesungguhnya bertanggungjawab terhadap sampah yang
diproduksinya, sehingga sampah tidak berdampak buruk bagi kehidupan dan lingkungannya.
Setiap individu sudah sepantasnya dan sudah seharusnya berperilaku bijak dan memiliki
akhlaq mulia dalam memperlakukan sampah dengan mengelola sampah itu sendiri dan
tidak membuang sampah yang dihasilkannya di sembarang tempat yang pada akhirnya akan
berdampak buruk dan mengganggu kehidupan ekosistem makhluq hidup disekitarnya.
Mengelola sampah dengan bijak dan membuang sampah ke tempat yang telah
disediakan merupakan salah satu perbuatan baik dan bisa menjadi sebuah sedekah apabila
sampah tersebut sengaja dipilah-pilah dan dikelola untuk digali potensinya lebih dalam yang
pada akhirnya memiliki nilai ekonomi dan dapat memperdayakan warga yang memang
membutuhkan rupiah-rupiah dari hasil pengelolaan sampah.
Dengan demikian sampah yang dihasilkan oleh masyarakat sudah seharusnya
dianggap sebagai benda yang berharga dan bermanfaat apabila dikelola dengan baik dan
bijak. Namun kenyataan yang terjadi saat ini masih banyak masyarakat yang menganggap
sampah sebagai musuh yang harus dijauhi dan diperangi, yang pada akhirnya banyak
individu yang menyia-nyiakan sampah begitu saja bahkan tidak sadar dan tidak jarang justru
mematikan potensinya.
Dalam kehidupan masyarakat, menghayutkan sampah ke sungai atau drainase
saluran air sudah bukan barang baru lagi. Sampah pada akhirnya akan mencemari sungai
dan menyubat saluran drainase saluran air yang berakitat banjir dan gangguan kesehatan
lingkungan. Kebiasaan membuang sampah di sembarang tempat masih menjadi kebiasaan
buruk warga kota dan menjadi potret buruk perilaku masyarakat. Bahkan kebiasaan
membakar sampah yang dianggap cara paling ampuh dalam memerangi sampah masih
sering dilakukan oleh masyarakat padahal perilaku ini sebenarnya hanya memindahkan
wujud sampah padat menjadi gas-gas dan partikel yang berbahaya di udara yang dispersi
atau penyebarannya lebih luas dibandingkan sampah padat.
3. Perilaku di atas menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat terhadap sampah
masih sangat rendah sekali meskipun tingkat intelektual dan jenjang kependidikan
masayarakat sudah cukup tinggi. Sampah belum dilirik sebagai barang atau sumberdaya
yang memiliki nilai cukup tinggi bila diolah dan didayagunakan secara bijak.
Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat akan menjadi barang berharga bila dapat
dipilah atau dipisahkan sejak dihasilkannya. Nilai sedekah mulai muncul saat masyarakat
menjadi lebih cerdas dengan memilah sampahnya, karena masih bisa melihat potensi dari
sampah itu sendiri. Sampah yang sudah dipilah sebenarnya merupakan bahan baku atau
raw materials yang sudah dinantikan oleh perusahaan yang akan memanfaatkan sampah
tersebut untuk di daur ulang terutama sampah an-organik.
Perusahaan plastik akan membutuhkan sampah plastik, perusahaan logam akan
membutuhkan kaleng-kaleng logam, perusahaan kaca kan membutuhkan sampah
kaca/beling demikian juga perusahaan kertas juga sudah semestinya memerlukan bahan
dasar kertas-kertas bekas, kardus bekas dll. Sedangkan untuk sampah organik dari rumah
tangga potensi untuk diolah menjadi pupuk atau kompos juga cukup potensial sekali.
Dilihat dari karakteristiknya sampah an-organik yang tersebut di atas dapat
dikumpulkan dan dijual ke perusahaan melalui pengepul sehingga bisa berdaya guna dan
sampah tersebut memiliki harga yang disesuaikan dengan standart harga pasaran. Oleh
sebab itu setiap individu dalam aplikasi teknisnya setidaknya menyediakan katong sampah
atau tempat sampah yang berbeda-beda agar mempermudah untuk pengumpulan sampah
ke pengepul sampah. Masyarakat yang mengelola sampah dengan baik, benar dan bijak
tidak hanya berdampak pada pelestarian ekosistem makhluq hidup semata, tetapi kegiatan
yang dilakukannya dalam mengelola sampah dapat dijadikan sebagai sumber kebaikan
dengan menjadikannya sebagai alat untuk bershodaqoh.
Sedekah sampah ini bisa dilakukan oleh individu atau komunitas masyarakat yang
tinggal di suatu kawasan seperti RT/RW. Setiap individu bisa memulai menjadi pemberi
sedekah memulai awalnya dengan memilah-milah sampahnya. Masyarakat juga bisa
membentuk semacam pengelola sampah yang bertanggungjawab dan bertugas mengambil
sampah dari rumah tangga untuk dikumpulkan terlebih dahulu atau langsung di jual ke
pengepul sampah yang tersebar di banyak tempat. Dari penjualan sampah tersebut sudah
barang tentu hasilnya dapat digunakan untuk dana perbaikan dan pembangunan desa atau
kampung, untuk kegiatan sosial dan keagamaan, beasiswa bagi warga yang kurang mampu
atau menyantuni fakir miskin dan anak yatim.
Diharapkan dari kegiatan sedekah sampah ini, masyarakat memiliki kekuatan
ekonomi sosial dan tidak hanya tergantung dari bantuan pemerintah semata. Maka
daripada itu sudah semestinya gerakan shodaqoh sampah yang sudah dirintis oleh Ormas
Muhammadiyah ini perlu disosialisasikan lebih luas dan menjadi salah satu alternatif dalam
menangani sampah di perkotaan di Jawa Tengah termasuk di kota Semarang. Semoga saja...