SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 11
Baixar para ler offline
FATWA
                     DEWAN SYARIAH NASIONAL
                      Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010
                                    Tentang
              JUAL-BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI




Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)setelah,
Menimbang      : a. bahwa transaksi jual beli emas yang dilakukan masyarakat
                    saat ini seringkali dilakukan dengan cara pembayaran tidak
                    tunai, baik secara angsuran (taqsith) maupun secara tangguh
                    (ta’jil);
                  b. bahwa transaksi jual beli emas dengan cara pembayaran tidak
                     tunai tersebut menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan
                     umat Islam antara pendapat yang membolehkan dengan
                     pendapat yang tidak membolehkan;
                  c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana disebutkan
                     dalam huruf a dan b di atas, DSN-MUI memandang perlu
                     menetapkan fatwa tentang transaksi jual beli emas secara tidak
                     tunai untuk dijadikan pedoman.

Mengingat      : 1. Firman Allah s.w.t., QS. al-Baqarah [2]: 275:

                                                         …                      …
                     "…Dan Allah telah             menghalalkan   jual   beli   dan
                     mengharamkan riba…."
                  2. Hadis Nabi s.a.w.; antara lain:
                     a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dan al-Baihaqi dari Abu
                        Sa'id al-Khudri:

                           ) ­                 :
                                                   (
                        Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu
                        hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua
                        belah pihak)" (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi, dan dinilai
                        shahih oleh Ibnu Hibban).
                     b. Hadis Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i,
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai   2


  dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin
  Shamit, Nabi s.a.w. bersabda:




                    .
  “(Jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak,
  gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma
  dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat
  harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya
  berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara
  tunai.”
c. Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud,
   Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khatthab, Nabi
   s.a.w. bersabda:

                                  ...              ¯
  “(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali
  (dilakukan) secara tunai.”
d. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi
   s.a.w. bersabda:



                                            ¯     ¯
                                           .
  “Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama
  (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas
  sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak
  kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan
  sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual
  emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang
  tunai.”
e. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid
   bin Arqam:

                  ¯
  “Rasulullah s.a.w. melarang menjual perak dengan emas
  secara piutang (tidak tunai).”
f. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al-
   Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai   3


            .
     “Perdamaian (musyawarah mufakat) boleh dilakukan di
     antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang
     mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
     haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
     mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
     atau menghalalkan yang haram.”
3. Kaidah Ushul dan Kaidah Fikih; antara lain:
  a. Kaidah Ushul:

                                   .
     “Hukum berputar (berlaku) bersama ada atau tidak
     adanya ’illat.” (’Ali Ahmad al-Nadawiy, Mawsu’ah al-
     Qawa’id wa al-Dhawabith al-Fiqhiyah al-Hakimah li-al-
     Mu’amalat al-Maliyah fi al-Fiqh al-Islamiy, Riyadh: Dar
     ’Alam al-Ma’rifah, 1999; J. 1, h. 395).
  b. Kaidah Fikih:

                                                     .
     “Adat (kebiasaan masyarakat) dijadikan dasar penetapan
     hukum.” (Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman al-Suyuthiy, al-
     Asybah wa al-Nazha’ir fi Qawa’id wa Furu’ al-Syafi’iyah,
     al-Qahirah: Dar al-Salam, 2004, cet. ke-2, h. 221).
  c. Kaidah Fikih:



                                  ...
     “Hukum yang didasarkan pada adat (kebiasaan) berlaku
     bersama adat tersebut dan batal (tidak berlaku)
     bersamanya ketika adat itu batal, seperti mata uang dalam
     muamalat…”. (Al-Qarafi, Anwar al-Buruq fi Anwa’ al-
     Furuq, j. 2, h. 228)
  d. Kaidah Fikih

                                             :       :
                      .
     “(Dikutip) dari kitab al-Dzakhirah sebuah kaidah: Setiap
     hukum yang didasarkan pada suatu ‘urf (tradisi) atau adat
     (kebiasaan masyarakat) menjadi batal (tidak berlaku)
     ketika adat tersebut hilang. Oleh karena itu, jika adat
     berubah, maka hukum pun berubah.” (Al-Taj wa al-Iklil li-
     Mukhtashar Khalil, j. 7, h. 68)
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai    4


                     e. Kaidah Fikih:

                                 .
                        “Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan
                        kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”


Memperhatikan : 1. Pendapat para ulama, antara lain:
                     a. Syaikh ‘Ali Jumu’ah, mufti al-Diyar al-Mishriyah, al-
                        Kalim al-Thayyib Fatawa ‘Ashriyah, al-Qahirah: Dar al-
                        Salam, 2006, h. 136:

                        –                       –




                                                         ­
                                                    ":
                            .(           )"



                                                                 .

                                                                                  :
                                                                              .


                        Boleh jual beli emas dan perak yang telah dibuat atau
                        disiapkan untuk dibuat dengan angsuran pada saat ini di
                        mana keduanya tidak lagi diperlakukan sebagai media
                        pertukaran di masyarakat dan keduanya telah menjadi
                        barang (sil’ah) sebagaimana barang lainnya yang
                        diperjualbelikan dengan pembayaran tunah dan tangguh.
                        Pada keduanya tidak terdapat gambar dinar dan dirham
                        yang dalam (pertukarannya) disyaratkan tunai dan
                        diserahterimakan sebagaimana dikemukakan dalam hadis
                        riwayat Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw
                        bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas
                        kecuali dengan ukuran yang sama, dan janganlah menjual
                        emas yang gha’ib (tidak diserahkan saat itu) dengan emas
                        yang tunai.” (HR. al-Bukhari). Hadis ini mengandung ‘illat
                        bahwa emas dan perak merupakan media pertukaran dan
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai   5


  transaksi di masyarakat. Ketika saat ini kondisi itu telah
  tiada, maka tiada pula hukum tersebut, karena hukum
  berputar (berlaku) bersama dengan ‘illatnya, baik ada
  maupun tiada.
  Atas dasar itu, maka tidak ada larangan syara’ untuk
  menjualbelikan emas yang telah dibuat atau disiapkan
  untuk dibuat dengan angsuran.


b. Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaily dalam al-Mu’amalat al-
   Maliyah al-Mu’ashirah, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 2006, h.
   133):



                          .          ­
  “Demikian juga, membeli perhiasan dari pengrajin dengan
  pembayaran angsuran tidak boleh, karena tidak dilakukan
  penyerahan harga (uang), dan tidak sah juga dengan cara
  berutang dari pengrajin.”
c. Pendapat Syekh Abdullah bin Sulaiman al-Mani’ dalam
   Buhuts fi al-Iqtishd al-Islamiy, (Bayrut: al-Maktab al-
   Islami, 1996), h. 322:




  .
  Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa status emas dan
  perak lebih dominan fungsinya sebagai tsaman (alat tukar,
  uang) dan bahwa nashsh sudah jelas menganggap keduanya
  sebagai harta ribawi, yang dalam mempertukarkannya
  wajib adanya kesamaan dan saling serah terima di majelis
  akad sepanjang jenisnya sama, dan saling serah terima di
  majelis akad dalam hal jual beli sebagiannya (emas,
  misalnya) dengan sebagian yang lain (perak), kecuali emas
  atau perak yang sudah dibentuk (menjadi perhiasan) yang
  menyebabkannya telah keluar dari arti (fungsi) sebagai
  tsaman (harga, uang); maka ketika itu, boleh ada kelebihan
  dalam mempertukarkan antara yang sejenis (misalnya emas
  dengan emas yang sudah menjadi perhiasan) tetapi tidak
  boleh ada penangguhan, sebagaimana telah dijelaskan pada
  keterangan sebelumnya.
d. Dr. Khalid Mushlih dalam Hukmu Bai’ al-Dzahab bi al-
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai   6


Nuqud bi al-Taqsith:

    :
                                                        :
                 ¯



                                               ):
                              .(1587)                   (
                                                        :




                                           :
                                                              "


                                                    "
                                      ":




     "...
                                     .(247/2)
Secara global, terdapat dua pendapat ulama tentang jual
beli emas dengan uang kertas secara angsuran:
Pendapat pertama: haram; ini adalah pendapat mayoritas
ulama, dengan argumen (istidlal) berbeda-beda. Argumen
paling menonjol dalam pendapat ini adalah bahwa uang
kertas dan emas merupakan tsaman (harga, uang);
sedangkan tsaman tidak boleh diperjualbelikan kecuali
secara tunai. Hal ini berdasarkan hadis ‘Ubadah bin al-
Shamit bahwa Nabi s.a.w. bersabda, ‘Jika jenis (harta
ribawi) ini berbeda, maka jualbelikanlah sesuai
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai   7


  kehendakmu apabila dilakukan secara tunai.’
  Pendapat kedua: boleh (jual beli emas dengan angsuran).
  Pendapat ini didukung oleh sejumlah fuqaha masa kini; di
  antara yang paling menonjol adalah Syeikh Abdurahman
  As-Sa’di. Meskipun mereka berbeda dalam memberikan
  argumen (istidlal) bagi pandangan tersebut, hanya saja
  argumen yang menjadi landasan utama mereka adalah
  pendapat yang dikemukakan oleh Syeikh al-Islam Ibnu
  Taymiyah dan Ibnul Qayyim mengenai kebolehan jual beli
  perhiasan (terbuat emas) dengan emas, dengan pembayaran
  tangguh. Mengenai hal ini Ibnu Taymiyyah menyatakan
  dalam kitab al-Ikhtiyarat (lihat ‘Ala’ al-Din Abu al-Hasan
  al-Ba’liy al-Dimasyqiy, al-Ikhtiyarat al-Fiqhiyah min
  Fatawa Syaikh Ibn Taimuyah, al-Qahirah, Dar al-
  Istiqamah, 2005, h. 146):
  “Boleh melakukan jual beli perhiasan dari emas dan perak
  dengan jenisnya tanpa syarat harus sama kadarnya
  (tamatsul), dan kelebihannya dijadikan sebagai kompensasi
  atas jasa pembuatan perhiasan, baik jual beli itu dengan
  pembayaran tunai maupun dengan pembayaran tangguh,
  selama perhiasan tersebut tidak dimaksudkan sebagai harga
  (uang).”
  Ibnul Qayyim menjelaskan lebih lanjut: “Perhiasan (dari
  emas atau perak) yang diperbolehkan, karena pembuatan
  (menjadi perhiasan) yang diperbolehkan, berubah statusnya
  menjadi jenis pakaian dan barang, bukan merupakan jenis
  harga (uang). Oleh karena itu, tidak wajib zakat atas
  perhiasan (yang terbuat dari emas atau perak) tersebut, dan
  tidak berlaku pula riba (dalam pertukaran atau jual beli)
  antara perhiasan dengan harga (uang), sebagaimana tidak
  berlaku riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara harga
  (uang) dengan barang lainnya, meskipun bukan dari jenis
  yang sama. Hal itu karena dengan pembuatan (menjadi
  perhiasan) ini, perhiasan (dari emas) tersebut telah keluar
  dari tujuan sebagai harga (tidak lagi menjadi uang) dan
  bahkan telah dimaksudkan untuk perniagaan. Oleh karena
  itu, tidak ada larangan untuk memperjualbelikan perhiasan
  emas dengan jenis yang sama...” (I’lam al-Muwaqqi’in;
  2/247). http://www.almosleh.com/almosleh/article_1459.shtml
e. Syaikh ‘Abd al-Hamid Syauqiy al-Jibaliy dalam Bai’ al-
   Dzahab bi al-Taqsith:
    :
                                                     :
                                      .
                                                 :
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai   8


                                              .
 »:
      .«

                                          .
                                  :


                              .

           .




                                                  .

                                      .



                                                      .
Mengenai hukum jual beli emas secara angsuran, ulama
berbeda pendapat sebagai berikut:
a. Dilarang; dan ini pendapat mayoritas fuqaha, dari
   mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali;
b. Boleh; dan ini pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim
   dan ulama kontemporer yang sependapat.
Ulama yang melarang mengemukakan dalil dengan
keumuman hadis-hadis tentang riba, yang antara lain
menegaskan: “Janganlah engkau menjual emas dengan
emas, dan perak dengan perak, kecuali secara tunai.”
Mereka menyatakan, emas dan perak adalah tsaman (harga,
alat pembayaran, uang), yang tidak boleh dipertukarkan
secara angsuran maupun tangguh, karena hal itu
menyebabkan riba.
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai    9


     Sementara itu, ulama yang mengatakan                   boleh
     mengemukakan dalil sebagai berikut:
     a. Bahwa emas dan perak adalah barang (sil'ah) yang
        dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan
        lagi tsaman (harga, alat pembayaran, uang).
     b. Manusia sangat membutuhkan untuk melakukan jual
        beli emas. Apabila tidak diperbolehkan jual beli emas
        secara anggsuran, maka rusaklah kemaslahatan
        manusia dan mereka akan mengalami kesulitan.
     c. Emas dan perak setelah dibentuk menjadi perhiasan
        berubah menjadi seperti pakaian dan barang, dan bukan
        merupakan tsaman (harga, alat pembayaran, uang).
        Oleh karenanya tidak terjadi riba riba (dalam
        pertukaran atau jual beli) antara perhiasan dengan
        harga (uang), sebagaimana tidak terjadi riba (dalam
        pertukaran atau jual beli) antara harga (uang) dengan
        barang lainnya, meskipun bukan dari jenis yang sama.
     d. Sekiranya pintu (jual beli emas secara angsuran) ini
        ditutup, maka tertutuplah pintu utang piutang,
        masyarakat akan mengalami kesulitan yang tidak
        terkira.
     Berdasarkan hal-hal di atas, maka pendapat yang rajih
     dalam pandangan saya dan pendapat yang saya fatwakan
     adalah boleh jual beli emas dengan angsuran, karena emas
     adalah barang, bukan harga (uang), untuk memudahkan
     urusan manusia dan menghilangkan kesulitan mereka.
     http://www.hadielislam.com/readlib/fatawa/fatwa.php?id=694

2. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada hari Kamis,
   tanggal 20 Jumadil Akhir 1431 H/03 Juni 2010 M; antara lain
   sebagai berikut:
  a Hadis-hadis Nabi yang mengatur pertukaran (jual beli)
    emas dengan emas, perak dengan perak, serta emas dengan
    perak atau sebaliknya, mensyaratkan, antara lain, agar
    pertukaran itu dilakukan secara tunai; dan jika dilakukan
    secara tidak tunai, maka ulama sepakat bahwa pertukaran
    tersebut dinyatakan sebagai transaksi riba; sehingga emas
    dan perak dalam pandangan ulama dikenal sebagai amwal
    ribawiyah (barang ribawi).
  b. Jumhur ulama berpendapat bahwa ketentuan atau hukum
     dalam transaksi sebagaimana dikemukakan dalam point 1
     di atas merupakan ahkam mu`allalah (hukum yang
     memiliki ‘illat); dan ‘illat-nya adalah tsamaniyah,
     maksudnya bahwa emas dan perak pada masa wurud hadis
     merupakan tsaman (harga, alat pembayaran atau
     pertukaran, uang).
  c. Uang – yang dalam literatur fiqh disebut dengan tsaman
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 10


  atau nuqud (jamak dari naqd)-- didefinisikan oleh para
  ulama, antara lain, sebagai berikut:



                                         )
      (178 :­ 1996                       :
  “Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi
  media pertukaran dan diterima secara umum, apa pun
  bentuk dan dalam kondisi seperti apa pun media
  tersebut.” (Abdullah bin Sulaiman al-Mani’, Buhuts fi
  al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-Maktab al-Islami,
  1996, h. 178)
           ¯                                            :
           )­
  :
                                 (23 :­ 1999
  “Naqd adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh
  masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak
  maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga
  keuangan pemegang otoritas.” (Muhammad Rawas Qal’ah
  Ji, al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhau’ al-
  Fiqh wa al-Syari’ah, Beirut: Dar al-Nafa’is, 1999, h. 23)
d. Dari definisi tentang uang di atas dapat dipahami bahwa
   sesuatu, baik emas, perak maupun lainnya termasuk kertas,
   dipandang atau berstatus sebagai uang hanyalah jika
   masyarakat menerimanya sebagai uang (alat atau media
   pertukaran) dan – berdasarkan pendapat Muhammad Rawas
   Qal’ah Ji – diterbitkan atau ditetapkan oleh lembaga
   keuangan pemegang otoritas. Dengan kata lain, dasar status
   sesuatu dinyatakan sebagai uang adalah adat (kebiasaan
   atau perlakuan masyarakat).
e. Saat ini, masyarakat dunia tidak lagi memperlakukan emas
   atau perak sebagai uang, tetapi memperlakukannya sebagai
   barang (sil’ah). Demikian juga, Ibnu Taymiyah dan Ibnu
   al-Qayyim menegaskan bahwa jika emas atau perak tidak
   lagi difungsikan sebagai uang, misalnya telah dijadikan
   perhiasan, maka emas atau perak tersebut berstatus sama
   dengan barang (sil’ah).
f. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan dengan memper-
   hatikan qaidah ushul al-fiqh dan qaidah fiqh sebagaimana
   dikemukakan pada bagian mengingat angka 3, maka saat
   ini syarat-syarat atau ketentuan hukum dalam pertukaran
76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 11


                         emas dan perak yang ditetapkan oleh hadis Nabi
                         sebagaimana disebutkan pada huruf a tidak berlaku lagi
                         dalam pertukaran emas dengan uang yang berlaku saat ini.

               3. Surat dari Bank Mega Syariah No. 001/BMS/DPS/I/10 tanggal
                  5 Januari 2010 perihal Permohonan Fatwa Murabahah Emas.


                                   MEMUTUSKAN

Menetapkan       :         FATWA JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

Pertama              :     Hukum
                           Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli
                           biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah,
                           ja’iz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi
                           (uang).
Kedua                      Batasan dan Ketentuan
                              1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama
                                 jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanja-
                                 ngan waktu setelah jatuh tempo.
                              2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai
                                 boleh dijadikan jaminan (rahn).
                              3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana
                                 dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijualbelikan
                                 atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan
                                 perpindahan kepemilikan.

Ketiga               :     Ketentuan Penutup
                           Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan
                           ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat
                           kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana
                           mestinya.

                                        Ditetapkan di : Jakarta
                                        Tanggal       : 20 Jumadil Akhir1431 H
                                                           03 Juni 2010 M

                     DEWAN SYARIAH NASIONAL
                         MAJELIS ULAMA INDONESIA
             Ketua,                                      Sekretaris,




DR. K.H. M.A. SAHAL MAHFUDH                        DRS. HM. ICHWAN SAM

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURANfissilmikaffah1
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNAfissilmikaffah1
 
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAHfissilmikaffah1
 
05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH
05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH
05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAHfissilmikaffah1
 
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAINfissilmikaffah1
 
Kaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan RibawiKaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan RibawiNor Azhar Aduka
 
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)fissilmikaffah1
 
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidMateri Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidDwi Wahyu
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMiftah Iqtishoduna
 

Mais procurados (20)

Bay jual beli
Bay jual beliBay jual beli
Bay jual beli
 
05 hukum jual beli 2
05 hukum jual beli 205 hukum jual beli 2
05 hukum jual beli 2
 
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
05.2 HUKUM JUAL BELI DENGAN UTANG & ANGSURAN
 
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
05.3 HUKUM JUAL BELI SALAM & ISTISHNA
 
Hadis tentang simsar/calo
Hadis tentang simsar/caloHadis tentang simsar/calo
Hadis tentang simsar/calo
 
Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
01.4 MURABAHAH BANK SYARIAH
 
01.3 MULTI AKAD
01.3 MULTI AKAD01.3 MULTI AKAD
01.3 MULTI AKAD
 
05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH
05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH
05.6 PENGANTAR KAJIAN MUROBAHAH
 
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
Makalah syarah hadis ekonomi, Hadis tentang Riba
 
08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH08 HUKUM IJARAH
08 HUKUM IJARAH
 
10.1 HUKUM SYIRKAH
10.1 HUKUM SYIRKAH 10.1 HUKUM SYIRKAH
10.1 HUKUM SYIRKAH
 
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
06.3 RINGKASAN HUKUM RIBA, QARD, & DAIN
 
Kaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan RibawiKaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
Kaedah Urus Niaga Barangan Ribawi
 
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
12 HUKUM DHOMAN (JAMINAN)
 
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak YazidMateri Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
Materi Tafsir Ayat Ekonomi Pak Yazid
 
#02# riba dan jenis jenisnya
#02# riba dan jenis jenisnya#02# riba dan jenis jenisnya
#02# riba dan jenis jenisnya
 
72 sbsn ijarah
72 sbsn ijarah72 sbsn ijarah
72 sbsn ijarah
 
07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)07 HUKUM RAHN (GADAI)
07 HUKUM RAHN (GADAI)
 
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdaganganMakalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
Makalah ayat dan hadits ekonomi-hukum perdagangan
 

Destaque

Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas
Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emasFatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas
Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emasTotok AH
 
Urgensi Asuransi Dalam Pandangan Islam
Urgensi Asuransi Dalam Pandangan IslamUrgensi Asuransi Dalam Pandangan Islam
Urgensi Asuransi Dalam Pandangan IslamNurita Aprianti
 
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUIFatwa Dewan Syariah Nasional MUI
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUINoer Rachman Hamidi
 
Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7Asep Subagja
 
PRESSURE INSTRUMENTATION
PRESSURE INSTRUMENTATIONPRESSURE INSTRUMENTATION
PRESSURE INSTRUMENTATIONsanket kulkarni
 
Contoh Kata Pengantar dalam Tugas Akhir
Contoh Kata Pengantar dalam Tugas AkhirContoh Kata Pengantar dalam Tugas Akhir
Contoh Kata Pengantar dalam Tugas AkhirFajar Sany
 

Destaque (10)

Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas
Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emasFatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas
Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas
 
Urgensi Asuransi Dalam Pandangan Islam
Urgensi Asuransi Dalam Pandangan IslamUrgensi Asuransi Dalam Pandangan Islam
Urgensi Asuransi Dalam Pandangan Islam
 
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUIFatwa Dewan Syariah Nasional MUI
Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI
 
Modul iii riba
Modul iii ribaModul iii riba
Modul iii riba
 
Pengenalan asuransi syariah
Pengenalan asuransi syariahPengenalan asuransi syariah
Pengenalan asuransi syariah
 
Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7Ppt instrumen bab 7
Ppt instrumen bab 7
 
PRESSURE INSTRUMENTATION
PRESSURE INSTRUMENTATIONPRESSURE INSTRUMENTATION
PRESSURE INSTRUMENTATION
 
Contoh Kata Pengantar dalam Tugas Akhir
Contoh Kata Pengantar dalam Tugas AkhirContoh Kata Pengantar dalam Tugas Akhir
Contoh Kata Pengantar dalam Tugas Akhir
 
Kata pengantar
Kata pengantarKata pengantar
Kata pengantar
 
Contoh kata pengantar
Contoh kata pengantarContoh kata pengantar
Contoh kata pengantar
 

Semelhante a Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas

Materi IBC 25 Metode Ijtihad
Materi IBC 25 Metode IjtihadMateri IBC 25 Metode Ijtihad
Materi IBC 25 Metode IjtihadUmi Sa'adah
 
04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf
04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf
04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdfBudiPrasetyo203326
 
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islamUang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islampengajiankeluarga
 
[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)
[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)
[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)DyanaCD
 
ppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdfppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdfEkisUnu
 
[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)
[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)
[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)DyanaCD
 
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust RafidiSeminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust RafidiEn Altercronic
 
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan WakafPristiyanto SS
 
Anjak piutang-syariah
Anjak piutang-syariahAnjak piutang-syariah
Anjak piutang-syariahDavid Teguh M
 
59 obligasi mudharabah-konversi
59 obligasi mudharabah-konversi59 obligasi mudharabah-konversi
59 obligasi mudharabah-konversiSiLvi FitrissaLam
 

Semelhante a Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas (20)

77 murabahah emas
77 murabahah emas77 murabahah emas
77 murabahah emas
 
Materi IBC 25 Metode Ijtihad
Materi IBC 25 Metode IjtihadMateri IBC 25 Metode Ijtihad
Materi IBC 25 Metode Ijtihad
 
04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf
04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf
04-HUKUM KANZUL MAL DAN IDDIKHAR.pdf
 
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islamUang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
Uang dan transaksi transaksi keuangan dalam tinjauan islam
 
[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)
[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)
[Topik 8] Matawang Shariah-Dinar & Dirham (Ustaz Rafidi Hashim)
 
Ppt muamalah
Ppt muamalah Ppt muamalah
Ppt muamalah
 
Bay tawarruq
Bay tawarruqBay tawarruq
Bay tawarruq
 
ppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdfppt fmuamalah.pdf
ppt fmuamalah.pdf
 
04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud04 fiqh waqf an nuqud
04 fiqh waqf an nuqud
 
Mengenal Riba
Mengenal RibaMengenal Riba
Mengenal Riba
 
Muamalat
MuamalatMuamalat
Muamalat
 
Real riba
Real ribaReal riba
Real riba
 
[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)
[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)
[Topik 6] Mata Wang di Dalam Sorotan Ringkas (Abdullah Zaidi Hassan)
 
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust RafidiSeminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
Seminar Dinar Dan Dirham oleh Ust Rafidi
 
Mengenal konsep mudharabah
Mengenal konsep mudharabahMengenal konsep mudharabah
Mengenal konsep mudharabah
 
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
07 Peran Asuransi dalam Penghimpunan dan Pengembangan Wakaf
 
Anjak piutang-syariah
Anjak piutang-syariahAnjak piutang-syariah
Anjak piutang-syariah
 
40 pasar modal-syariah
40 pasar modal-syariah40 pasar modal-syariah
40 pasar modal-syariah
 
59 obligasi mudharabah-konversi
59 obligasi mudharabah-konversi59 obligasi mudharabah-konversi
59 obligasi mudharabah-konversi
 
Definisi uang muka
Definisi uang mukaDefinisi uang muka
Definisi uang muka
 

Mais de Rifki Sya'bani

Pergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasa
Pergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasaPergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasa
Pergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasaRifki Sya'bani
 
B to d corporate communication
B to d corporate communicationB to d corporate communication
B to d corporate communicationRifki Sya'bani
 
Internet untuk buah hati anda
Internet untuk buah hati andaInternet untuk buah hati anda
Internet untuk buah hati andaRifki Sya'bani
 
Manufacturing the best by rifki
Manufacturing the best  by rifkiManufacturing the best  by rifki
Manufacturing the best by rifkiRifki Sya'bani
 
Hadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An NawawiHadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An NawawiRifki Sya'bani
 
Karakteristik manajemen Rasulullah
Karakteristik manajemen RasulullahKarakteristik manajemen Rasulullah
Karakteristik manajemen RasulullahRifki Sya'bani
 

Mais de Rifki Sya'bani (9)

Pergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasa
Pergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasaPergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasa
Pergi ke tanah suci, bukan sekedar jalan jalan biasa
 
B to d corporate communication
B to d corporate communicationB to d corporate communication
B to d corporate communication
 
Internet untuk buah hati anda
Internet untuk buah hati andaInternet untuk buah hati anda
Internet untuk buah hati anda
 
Hidup berkualitas
Hidup berkualitasHidup berkualitas
Hidup berkualitas
 
Manufacturing the best by rifki
Manufacturing the best  by rifkiManufacturing the best  by rifki
Manufacturing the best by rifki
 
Gelombang luapan data
Gelombang luapan dataGelombang luapan data
Gelombang luapan data
 
Hadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An NawawiHadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
Hadist 9 - Hadist Arba'in An Nawawi
 
Bab1
Bab1Bab1
Bab1
 
Karakteristik manajemen Rasulullah
Karakteristik manajemen RasulullahKarakteristik manajemen Rasulullah
Karakteristik manajemen Rasulullah
 

Último

PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxAfifahNuri
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Adam Hiola
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxMarto Marbun
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANGilbertFibriyantAdan
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxSaeful Malik
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxWahyuSolehudin1
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...RobertusLolok1
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Adam Hiola
 

Último (8)

PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptxPERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
PERAN FILSAFAT ILMU SEBAGAI LANDASAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN.pptx
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 4
 
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptxSosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
Sosok Ester Yang Bijaksana di Tengah Pergumulan.pptx
 
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHANKHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
KHOTBAH MINGGU 7 APRIL MENGEMBANGKAN KARUNIA TUHAN
 
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptxPRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
PRAKTEK ADAB-ADAB JAMAAH HAJI DAN UMROH.pptx
 
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptxMateri akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
Materi akhlak jamaah haji dan Budaya Arab.pptx
 
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
MATERI PPT NILAI-NILAI KRISTIANI.hhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh...
 
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
Sekolah Sabat - Triwulan 2 2024 - Pelajaran 5
 

Fatwa dsn-mui-no-77-tentang-murabahah-emas

  • 1. FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 77/DSN-MUI/V/2010 Tentang JUAL-BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)setelah, Menimbang : a. bahwa transaksi jual beli emas yang dilakukan masyarakat saat ini seringkali dilakukan dengan cara pembayaran tidak tunai, baik secara angsuran (taqsith) maupun secara tangguh (ta’jil); b. bahwa transaksi jual beli emas dengan cara pembayaran tidak tunai tersebut menimbulkan perbedaan pendapat di kalangan umat Islam antara pendapat yang membolehkan dengan pendapat yang tidak membolehkan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana disebutkan dalam huruf a dan b di atas, DSN-MUI memandang perlu menetapkan fatwa tentang transaksi jual beli emas secara tidak tunai untuk dijadikan pedoman. Mengingat : 1. Firman Allah s.w.t., QS. al-Baqarah [2]: 275: … … "…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba…." 2. Hadis Nabi s.a.w.; antara lain: a. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah dan al-Baihaqi dari Abu Sa'id al-Khudri: ) ­ : ( Rasulullah s.a.w. bersabda, "Sesungguhnya jual beli itu hanya boleh dilakukan atas dasar kerelaan (antara kedua belah pihak)" (HR. Ibnu Majah dan al-Baihaqi, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban). b. Hadis Nabi riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmizi, Nasa'i,
  • 2. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 2 dan Ibn Majah, dengan teks Muslim dari ‘Ubadah bin Shamit, Nabi s.a.w. bersabda: . “(Jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, sya'ir dengan sya'ir, kurma dengan kurma, dan garam dengan garam (dengan syarat harus) sama dan sejenis serta secara tunai. Jika jenisnya berbeda, juallah sekehendakmu jika dilakukan secara tunai.” c. Hadis Nabi riwayat Muslim, Tirmidzi, Nasa'i, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad, dari Umar bin Khatthab, Nabi s.a.w. bersabda: ... ¯ “(Jual beli) emas dengan perak adalah riba kecuali (dilakukan) secara tunai.” d. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Abu Sa’id al-Khudri, Nabi s.a.w. bersabda: ¯ ¯ . “Janganlah kamu menjual emas dengan emas kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain; dan janganlah menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.” e. Hadis Nabi riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam: ¯ “Rasulullah s.a.w. melarang menjual perak dengan emas secara piutang (tidak tunai).” f. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf al- Muzani, Nabi s.a.w. bersabda:
  • 3. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 3 . “Perdamaian (musyawarah mufakat) boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.” 3. Kaidah Ushul dan Kaidah Fikih; antara lain: a. Kaidah Ushul: . “Hukum berputar (berlaku) bersama ada atau tidak adanya ’illat.” (’Ali Ahmad al-Nadawiy, Mawsu’ah al- Qawa’id wa al-Dhawabith al-Fiqhiyah al-Hakimah li-al- Mu’amalat al-Maliyah fi al-Fiqh al-Islamiy, Riyadh: Dar ’Alam al-Ma’rifah, 1999; J. 1, h. 395). b. Kaidah Fikih: . “Adat (kebiasaan masyarakat) dijadikan dasar penetapan hukum.” (Jalal al-Din ‘Abd al-Rahman al-Suyuthiy, al- Asybah wa al-Nazha’ir fi Qawa’id wa Furu’ al-Syafi’iyah, al-Qahirah: Dar al-Salam, 2004, cet. ke-2, h. 221). c. Kaidah Fikih: ... “Hukum yang didasarkan pada adat (kebiasaan) berlaku bersama adat tersebut dan batal (tidak berlaku) bersamanya ketika adat itu batal, seperti mata uang dalam muamalat…”. (Al-Qarafi, Anwar al-Buruq fi Anwa’ al- Furuq, j. 2, h. 228) d. Kaidah Fikih : : . “(Dikutip) dari kitab al-Dzakhirah sebuah kaidah: Setiap hukum yang didasarkan pada suatu ‘urf (tradisi) atau adat (kebiasaan masyarakat) menjadi batal (tidak berlaku) ketika adat tersebut hilang. Oleh karena itu, jika adat berubah, maka hukum pun berubah.” (Al-Taj wa al-Iklil li- Mukhtashar Khalil, j. 7, h. 68)
  • 4. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 4 e. Kaidah Fikih: . “Pada dasarnya, segala bentuk mu’amalat boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.” Memperhatikan : 1. Pendapat para ulama, antara lain: a. Syaikh ‘Ali Jumu’ah, mufti al-Diyar al-Mishriyah, al- Kalim al-Thayyib Fatawa ‘Ashriyah, al-Qahirah: Dar al- Salam, 2006, h. 136: – – ­ ": .( )" . : . Boleh jual beli emas dan perak yang telah dibuat atau disiapkan untuk dibuat dengan angsuran pada saat ini di mana keduanya tidak lagi diperlakukan sebagai media pertukaran di masyarakat dan keduanya telah menjadi barang (sil’ah) sebagaimana barang lainnya yang diperjualbelikan dengan pembayaran tunah dan tangguh. Pada keduanya tidak terdapat gambar dinar dan dirham yang dalam (pertukarannya) disyaratkan tunai dan diserahterimakan sebagaimana dikemukakan dalam hadis riwayat Abu Sa’id al-Khudri bahwa Rasulullah saw bersabda: “Janganlah kalian menjual emas dengan emas kecuali dengan ukuran yang sama, dan janganlah menjual emas yang gha’ib (tidak diserahkan saat itu) dengan emas yang tunai.” (HR. al-Bukhari). Hadis ini mengandung ‘illat bahwa emas dan perak merupakan media pertukaran dan
  • 5. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 5 transaksi di masyarakat. Ketika saat ini kondisi itu telah tiada, maka tiada pula hukum tersebut, karena hukum berputar (berlaku) bersama dengan ‘illatnya, baik ada maupun tiada. Atas dasar itu, maka tidak ada larangan syara’ untuk menjualbelikan emas yang telah dibuat atau disiapkan untuk dibuat dengan angsuran. b. Prof. Dr. Wahbah al-Zuhaily dalam al-Mu’amalat al- Maliyah al-Mu’ashirah, (Damsyiq: Dar al-Fikr, 2006, h. 133): . ­ “Demikian juga, membeli perhiasan dari pengrajin dengan pembayaran angsuran tidak boleh, karena tidak dilakukan penyerahan harga (uang), dan tidak sah juga dengan cara berutang dari pengrajin.” c. Pendapat Syekh Abdullah bin Sulaiman al-Mani’ dalam Buhuts fi al-Iqtishd al-Islamiy, (Bayrut: al-Maktab al- Islami, 1996), h. 322: . Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa status emas dan perak lebih dominan fungsinya sebagai tsaman (alat tukar, uang) dan bahwa nashsh sudah jelas menganggap keduanya sebagai harta ribawi, yang dalam mempertukarkannya wajib adanya kesamaan dan saling serah terima di majelis akad sepanjang jenisnya sama, dan saling serah terima di majelis akad dalam hal jual beli sebagiannya (emas, misalnya) dengan sebagian yang lain (perak), kecuali emas atau perak yang sudah dibentuk (menjadi perhiasan) yang menyebabkannya telah keluar dari arti (fungsi) sebagai tsaman (harga, uang); maka ketika itu, boleh ada kelebihan dalam mempertukarkan antara yang sejenis (misalnya emas dengan emas yang sudah menjadi perhiasan) tetapi tidak boleh ada penangguhan, sebagaimana telah dijelaskan pada keterangan sebelumnya. d. Dr. Khalid Mushlih dalam Hukmu Bai’ al-Dzahab bi al-
  • 6. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 6 Nuqud bi al-Taqsith: : : ¯ ): .(1587) ( : : " " ": "... .(247/2) Secara global, terdapat dua pendapat ulama tentang jual beli emas dengan uang kertas secara angsuran: Pendapat pertama: haram; ini adalah pendapat mayoritas ulama, dengan argumen (istidlal) berbeda-beda. Argumen paling menonjol dalam pendapat ini adalah bahwa uang kertas dan emas merupakan tsaman (harga, uang); sedangkan tsaman tidak boleh diperjualbelikan kecuali secara tunai. Hal ini berdasarkan hadis ‘Ubadah bin al- Shamit bahwa Nabi s.a.w. bersabda, ‘Jika jenis (harta ribawi) ini berbeda, maka jualbelikanlah sesuai
  • 7. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 7 kehendakmu apabila dilakukan secara tunai.’ Pendapat kedua: boleh (jual beli emas dengan angsuran). Pendapat ini didukung oleh sejumlah fuqaha masa kini; di antara yang paling menonjol adalah Syeikh Abdurahman As-Sa’di. Meskipun mereka berbeda dalam memberikan argumen (istidlal) bagi pandangan tersebut, hanya saja argumen yang menjadi landasan utama mereka adalah pendapat yang dikemukakan oleh Syeikh al-Islam Ibnu Taymiyah dan Ibnul Qayyim mengenai kebolehan jual beli perhiasan (terbuat emas) dengan emas, dengan pembayaran tangguh. Mengenai hal ini Ibnu Taymiyyah menyatakan dalam kitab al-Ikhtiyarat (lihat ‘Ala’ al-Din Abu al-Hasan al-Ba’liy al-Dimasyqiy, al-Ikhtiyarat al-Fiqhiyah min Fatawa Syaikh Ibn Taimuyah, al-Qahirah, Dar al- Istiqamah, 2005, h. 146): “Boleh melakukan jual beli perhiasan dari emas dan perak dengan jenisnya tanpa syarat harus sama kadarnya (tamatsul), dan kelebihannya dijadikan sebagai kompensasi atas jasa pembuatan perhiasan, baik jual beli itu dengan pembayaran tunai maupun dengan pembayaran tangguh, selama perhiasan tersebut tidak dimaksudkan sebagai harga (uang).” Ibnul Qayyim menjelaskan lebih lanjut: “Perhiasan (dari emas atau perak) yang diperbolehkan, karena pembuatan (menjadi perhiasan) yang diperbolehkan, berubah statusnya menjadi jenis pakaian dan barang, bukan merupakan jenis harga (uang). Oleh karena itu, tidak wajib zakat atas perhiasan (yang terbuat dari emas atau perak) tersebut, dan tidak berlaku pula riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara perhiasan dengan harga (uang), sebagaimana tidak berlaku riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara harga (uang) dengan barang lainnya, meskipun bukan dari jenis yang sama. Hal itu karena dengan pembuatan (menjadi perhiasan) ini, perhiasan (dari emas) tersebut telah keluar dari tujuan sebagai harga (tidak lagi menjadi uang) dan bahkan telah dimaksudkan untuk perniagaan. Oleh karena itu, tidak ada larangan untuk memperjualbelikan perhiasan emas dengan jenis yang sama...” (I’lam al-Muwaqqi’in; 2/247). http://www.almosleh.com/almosleh/article_1459.shtml e. Syaikh ‘Abd al-Hamid Syauqiy al-Jibaliy dalam Bai’ al- Dzahab bi al-Taqsith: : : . :
  • 8. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 8 . »: .« . : . . . . . Mengenai hukum jual beli emas secara angsuran, ulama berbeda pendapat sebagai berikut: a. Dilarang; dan ini pendapat mayoritas fuqaha, dari mazhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hambali; b. Boleh; dan ini pendapat Ibnu Taimiyah, Ibnu Qayyim dan ulama kontemporer yang sependapat. Ulama yang melarang mengemukakan dalil dengan keumuman hadis-hadis tentang riba, yang antara lain menegaskan: “Janganlah engkau menjual emas dengan emas, dan perak dengan perak, kecuali secara tunai.” Mereka menyatakan, emas dan perak adalah tsaman (harga, alat pembayaran, uang), yang tidak boleh dipertukarkan secara angsuran maupun tangguh, karena hal itu menyebabkan riba.
  • 9. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 9 Sementara itu, ulama yang mengatakan boleh mengemukakan dalil sebagai berikut: a. Bahwa emas dan perak adalah barang (sil'ah) yang dijual dan dibeli seperti halnya barang biasa, dan bukan lagi tsaman (harga, alat pembayaran, uang). b. Manusia sangat membutuhkan untuk melakukan jual beli emas. Apabila tidak diperbolehkan jual beli emas secara anggsuran, maka rusaklah kemaslahatan manusia dan mereka akan mengalami kesulitan. c. Emas dan perak setelah dibentuk menjadi perhiasan berubah menjadi seperti pakaian dan barang, dan bukan merupakan tsaman (harga, alat pembayaran, uang). Oleh karenanya tidak terjadi riba riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara perhiasan dengan harga (uang), sebagaimana tidak terjadi riba (dalam pertukaran atau jual beli) antara harga (uang) dengan barang lainnya, meskipun bukan dari jenis yang sama. d. Sekiranya pintu (jual beli emas secara angsuran) ini ditutup, maka tertutuplah pintu utang piutang, masyarakat akan mengalami kesulitan yang tidak terkira. Berdasarkan hal-hal di atas, maka pendapat yang rajih dalam pandangan saya dan pendapat yang saya fatwakan adalah boleh jual beli emas dengan angsuran, karena emas adalah barang, bukan harga (uang), untuk memudahkan urusan manusia dan menghilangkan kesulitan mereka. http://www.hadielislam.com/readlib/fatawa/fatwa.php?id=694 2. Pendapat peserta Rapat Pleno DSN-MUI pada hari Kamis, tanggal 20 Jumadil Akhir 1431 H/03 Juni 2010 M; antara lain sebagai berikut: a Hadis-hadis Nabi yang mengatur pertukaran (jual beli) emas dengan emas, perak dengan perak, serta emas dengan perak atau sebaliknya, mensyaratkan, antara lain, agar pertukaran itu dilakukan secara tunai; dan jika dilakukan secara tidak tunai, maka ulama sepakat bahwa pertukaran tersebut dinyatakan sebagai transaksi riba; sehingga emas dan perak dalam pandangan ulama dikenal sebagai amwal ribawiyah (barang ribawi). b. Jumhur ulama berpendapat bahwa ketentuan atau hukum dalam transaksi sebagaimana dikemukakan dalam point 1 di atas merupakan ahkam mu`allalah (hukum yang memiliki ‘illat); dan ‘illat-nya adalah tsamaniyah, maksudnya bahwa emas dan perak pada masa wurud hadis merupakan tsaman (harga, alat pembayaran atau pertukaran, uang). c. Uang – yang dalam literatur fiqh disebut dengan tsaman
  • 10. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 10 atau nuqud (jamak dari naqd)-- didefinisikan oleh para ulama, antara lain, sebagai berikut: ) (178 :­ 1996 : “Naqd (uang) adalah segala sesuatu yang menjadi media pertukaran dan diterima secara umum, apa pun bentuk dan dalam kondisi seperti apa pun media tersebut.” (Abdullah bin Sulaiman al-Mani’, Buhuts fi al-Iqtishad al-Islami, Mekah: al-Maktab al-Islami, 1996, h. 178) ¯ : )­ : (23 :­ 1999 “Naqd adalah sesuatu yang dijadikan harga (tsaman) oleh masyarakat, baik terdiri dari logam atau kertas yang dicetak maupun dari bahan lainnya, dan diterbitkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas.” (Muhammad Rawas Qal’ah Ji, al-Mu’amalat al-Maliyah al-Mu’ashirah fi Dhau’ al- Fiqh wa al-Syari’ah, Beirut: Dar al-Nafa’is, 1999, h. 23) d. Dari definisi tentang uang di atas dapat dipahami bahwa sesuatu, baik emas, perak maupun lainnya termasuk kertas, dipandang atau berstatus sebagai uang hanyalah jika masyarakat menerimanya sebagai uang (alat atau media pertukaran) dan – berdasarkan pendapat Muhammad Rawas Qal’ah Ji – diterbitkan atau ditetapkan oleh lembaga keuangan pemegang otoritas. Dengan kata lain, dasar status sesuatu dinyatakan sebagai uang adalah adat (kebiasaan atau perlakuan masyarakat). e. Saat ini, masyarakat dunia tidak lagi memperlakukan emas atau perak sebagai uang, tetapi memperlakukannya sebagai barang (sil’ah). Demikian juga, Ibnu Taymiyah dan Ibnu al-Qayyim menegaskan bahwa jika emas atau perak tidak lagi difungsikan sebagai uang, misalnya telah dijadikan perhiasan, maka emas atau perak tersebut berstatus sama dengan barang (sil’ah). f. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas dan dengan memper- hatikan qaidah ushul al-fiqh dan qaidah fiqh sebagaimana dikemukakan pada bagian mengingat angka 3, maka saat ini syarat-syarat atau ketentuan hukum dalam pertukaran
  • 11. 76 Jual Beli Emas Secara Tidak Tunai 11 emas dan perak yang ditetapkan oleh hadis Nabi sebagaimana disebutkan pada huruf a tidak berlaku lagi dalam pertukaran emas dengan uang yang berlaku saat ini. 3. Surat dari Bank Mega Syariah No. 001/BMS/DPS/I/10 tanggal 5 Januari 2010 perihal Permohonan Fatwa Murabahah Emas. MEMUTUSKAN Menetapkan : FATWA JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI Pertama : Hukum Jual beli emas secara tidak tunai, baik melalui jual beli biasa atau jual beli murabahah, hukumnya boleh (mubah, ja’iz) selama emas tidak menjadi alat tukar yang resmi (uang). Kedua Batasan dan Ketentuan 1. Harga jual (tsaman) tidak boleh bertambah selama jangka waktu perjanjian meskipun ada perpanja- ngan waktu setelah jatuh tempo. 2. Emas yang dibeli dengan pembayaran tidak tunai boleh dijadikan jaminan (rahn). 3. Emas yang dijadikan jaminan sebagaimana dimaksud dalam angka 2 tidak boleh dijualbelikan atau dijadikan obyek akad lain yang menyebabkan perpindahan kepemilikan. Ketiga : Ketentuan Penutup Fatwa ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dengan ketentuan jika di kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan, akan diubah dan disempurnakan sebagaimana mestinya. Ditetapkan di : Jakarta Tanggal : 20 Jumadil Akhir1431 H 03 Juni 2010 M DEWAN SYARIAH NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA Ketua, Sekretaris, DR. K.H. M.A. SAHAL MAHFUDH DRS. HM. ICHWAN SAM