Buku ini menceritakan persiapan penulis untuk menunaikan ibadah haji pada tahun 2010. Penulis merasakan panggilan kuat untuk berhaji dua tahun sebelumnya walaupun kondisi keuangannya belum mapan. Ia mulai mempersiapkan diri dengan menabung sedikit demi sedikit serta menjual aset keluarga. Walaupun sering dianggap sebagai ibadah kelas tinggi, penulis berpandangan bahwa berhaji bu
3. Daftar Isi
i Preface
ii Prolog
iii Apa Kata Mereka
1 Bab 1: Persiapan Demi Persiapan
2 Dipaksa Berhaji
12 Gerimis Mengundang
15 Akhir Oktober
21 Haji Menuju Allah
29 Barang Bawaan
34 Surat Wasiat
38 Bab 2: Permulaan
39 Hari Keberangkatan
44 Mindmap: Ihram
45 Langkah Pertama di Jazirah
57 Mindmap: Miqat Makani
58 Perbedaan Itu Tak Bisa Dihindari
66 Jumat Perdana di Tanah Suci
74 Mindmap: Thawaf
75 Mindmap: Tips dan Tuntunan Saat Thawaf
76 Menyatakan Cinta di Depan Ka'bah
82 Pengenalan Medan
92 Perjumpaan Tak Disangka
104 Jagalah Kesehatan
109 Berburu Daging Kambing
113 Bab 3: Armina
114 Kasak-Kusuk
118 Belajar Wirausaha
4. Daftar Isi
122 Satu Hari Menjelang
127 Info Layanan Selular di Tanah Suci
129 mindmap: tata cara haji
128 Tarwiyah
139 mindmap: Wukuf
140 Arafah
147 mindmap: Mabit di Muzdalifah
148 Nahr
157 Mindmap: Potong Rambut
158 Mindmap: Tahalul
159 Mindmap: Mabit di Mina
160 Mindmap: Melempar Jumrah
161 Hari Pertama Tasyrik
169 Nafar Awal
172 Mindmap: Sa'i
173 Hari Ketiga Tasyrik: Rehat dan Tips Belanja
176 Merpati
179 Mindmap: Tertib Proses Haji
180 Bab 4: Pasca Haji
181 Hajjah Jagalah Hijabmu
186 Kamar Barokah
189 Hati-hati di Pasar
192 Thawaf Sunnah
197 Ke Jeddah
202 Bahasa Pemersatu
206 Bermalam di Masjidil Haram
209 Perlukah Mencium Hajar Aswad
5. Daftar Isi
214 Pergi ke Hudaibiyah
224 Napak Tilas di Jabal Nur
233 Thawaf Wada'
236 Bab 5: Madinah, Kota Nabi
237 Menuju ke Madinah
240 Raudhah, Taman Surga
246 Ziarah di Madinah
254 Masjid-Masjid
259 Berjalan Kaki ke Quba
263 Sejuta Rasa
268 Pemuda Gaza
271 Buku-buku Gratis
274 Persiapan Pulang
275 Tinggal Landas
278 Mind Map: Tips Ziarah di Tanah Haram
279 Mind Map: Manajemen Barang Bawaan
280 EPILOG
Daftar Pustaka
6. Untuk Ibunda Kunti Zahrowardati dan Ayahanda Ghufron
Zahid di Klaten, atas cinta dan sayangnya hingga kini dan
nanti, terimakasih atas segala dorongan dan motivasinya, juga
atas keikhlasan dan kesabarannya menemani anak-anak super
kami: Ziyad, Taqiya dan Tsabita selama kepergian kami selama
menunaikan ibadah haji tahun 1431 H.
Kepada Istri tercinta, Barkah Safir, semoga kelak kita bisa
menapaki cerita indah lagi, menikmati jamuan Allah, di rumah-
Nya, di kota yang di berkahi, menyapa salam dan menapaki
jejak Rasulullah tercinta, serta tergugu menemui kesejatian diri
di Padang Arafah—replika padang masyar tempat menghitung
diri…
Buku ini saya persembahkan kepada saudara-saudari
ku yang ingin mempersiapkan diri menunaikan
ibadah haji, ibadah yang fenomenal, personal dan
begitu mengharu-biru.
Atau sekedar sebagai melipur rindu kala kaki telah
pernah menjejak di sana…
Berharap bisa menyapa hati berbalas ilmu nan
manfaat..
Barakallahu fiikum.
7. Prolog
Alhamdulillah, tiada kata yang lebih pantas
untuk dituliskan dalam awal prolog ini.
Sungguh, menulis sebuah buku ternyata
tidak semudah memancangkan niat di
awal.
Menulis adalah pekerjaan yang memerlukan konsistensi
semangat, konsistensi niat dan konsistensi usaha. Kekuatan
tulisan yang dihasilkan seseorang itu memang berangkat dari
kekuatan hati yang menggerakkan jari-jari pada tombol-tombol
di keyboard atau tangan yang menggurat coret di atas kertas.
Oleh karena itu, bagi saya buku ini adalah milestone awal untuk
lebih mampu mengasah hati dalam dunia kepenulisan. Ada
banyak guru yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas
jasanya membangun kerangka cara berpikir, pemilihan diksi,
hingga gaya bertutur dalam tulisan khas milik saya ini.
Maka menulislah; agar jutaan pembaca menjadi guru yang
meluruskan kebengkokan, mengingatkan keterluputan,
membetulkan kekeliruan.
Penulis hakikatnya menyapa dengan ilmu; maka ia berbalas
tambahan pengertian; kian bening, kian luas, kian dalam, kian
tajam.
Agungnya lagi; sang penulis merentangkan ilmunya melampaui
batas-batas waktu & ruang. Ia tak dipupus usia, tak terhalang
jarak. [Salim A. Fillah]
8. “40 Hari” adalah catatan sederhana dari seorang yang mencoba
menulis apa adanya, membagikan apa yang bisa dibagi,
mengabadikan pengalaman berharga dari sebuah perjalanan
yang begitu monumental dalam hidup, antara Mekkah dan
Madinah. Agar ia abadi dalam kemanfaatan, dan tentu menjadi
buah keberkahan tersendiri dalam hidup yang singkat ini.
Terus terang, menulis memoar perjalanan ini adalah satu upaya
yang cukup sulit dilakukan dimana semuanya saya lakukan
setelah saya berada di tanah air. Ini mungkin rencana dan
skenario Allah yang memang sudah diatur oleh Yang Maha
Mengatur, notebook yang saya sengaja bawa ke tanah suci agar
dapat mendukung aktivitas tulis-menulis selama disana
ternyata bermasalah. Walhasil rencana saya one day, one note
gagal total. Hikmahnya tentu agar saya bisa lebih fokus pada
aktivitas ibadah di sana, hehe.
Sehingga semua tulisan ini adalah sebuah rekonstruksi ulang
dari segala kenangan, memori, ingatan dan rekaman dalam
benak, coretan di buku harian secara manual dan analog
(halaah ) serta dokumentasi foto yang saya susun hari per
hari dalam perjalanan haji yang saya lakukan pada tahun 2010
(1431 H).
Alhamdulillah, diantara rutinitas pekerjaan yang tidak pernah
berkurang hari demi hari, rangkaian tulisan terkait perjalanan
haji yang sebagian telah pernah ada dalam blog pribadi saya
dan beberapa yang lain telah saya tuliskan dalam artikel pribadi
berhasil dirangkum menjadi satu rangkaian kisah.
Tidak istimewa bukan berarti tidak spesial.
Buku ini memang layaknya sebuah buku yang lain. Ada
keunggulan, namun mungkin lebih banyak kekurangan yang
bisa anda jumpai.
iii
9. Saya berharap buku ini bukan sekedar berbagi tentang
pengalaman perjalanan haji yang begitu personal, namun juga
banyak memuat informasi terkait ritual ibadah haji, tips dan
info-info seputar haji serta panduan yang ringan dan layaknya
sebuah kisah yang betutur secara khas.
Jadi singkatnya, buku ini adalah:
1. Catatan harian yang merupakan pengalaman nyata
2. Travel guide, karena ada beberapa panduan
perjalanan dan foto-foto eksklusif koleksi pribadi,
serta tips yang bisa dijadikan referensi serta dilengkapi
dengan catatan belanja
3. Ada mind map penjelasan beberapa hal penting
terkait ritual ibadah haji, sehingga materi-materi
terkait panduan ritual ibadah haji ditampilkan dengan
cara yang berbeda dan mudah dipahami. Insya Allah.
Maka melalui buku ini, saya berharap sahabat pembaca bisa
memetik hikmah, pelajaran dan pengalaman seakan-akan ikut
dalam setiap langkah perjalanan haji yang saya lakukan.
Inilah sebuah buku travel guide, hajj guide dan travel note yang
dikemas secara ringan, santai, namun semoga penuh hikmah.
Semoga bermanfaat.
Mohon maaf atas segala khilaf dan salah.
Twitter: @Rifki_Syabani
http://abuziyad.multiply.com
10. Apa Kata Mereka
Membaca buku ini kita akan terbakar oleh semangat
perjuangan yang tak pernah padam, perpaduan antara
ikhtiar dan “pertolongan“ Allah.
Kita akan terbawa dalam penelusuran perjalanan spiritual
Ibadah Haji yang sangat luar biasa. Buku ini mengungkit
Spirit dan Inspiratif ...
(Indra Wahyudi; weahyudi@gmail.com. Engineer
Telecommunication)
There's a huge possibility that after reading this book,
anyone would be longing to go for a Hajj. It happens to
me. Rifki made the journey of Hajj into something that's
very interesting and exciting, not only from spiritual
perspective, but also from a humane perspective.
Recommended reading for anyone, especially for those
who are not interested in going for a Hajj.
Borrys Hasian, Senior UC (User Experience)
Designer di Singapore
While I'm reading this valuable experience, I could not
hold back my tears.. This book involved me both
physically and emotionally… This such amazing story,
hopefully can benefit the readers and inspire them
to perform this pilgrim journey. Once is not enough, let's
do more and more..
v
11. (dr. Sarah Firdausa, calon Master of Medical
Science, International Islamic University Malaysia)
Ada rasa bergemuruh di dada...Ada azzam membuncah
memenuhi rongga jiwa... Ada juga linangan air mata
membasahi pipi yg terkotori debu, kembali berkaca akan
ringkih dan pincangnya keimanan diri ini kpd Engkau Ya
Rabb... Bukan harta yang menyampaikan kaki ini, namun
karena IMAN-lah Engkau memanggil kami.
Sungguh, buku ini mempunyai keunggulan pada gambar
dan foto yang membuat kisah perjalanannya menjadi utuh
dan menginspirasi.
(Fakhrul Insightmaster, Direktur eMB Corp, Trainer
Muda)
Buku yang Subhanallah sangat luar biasa.
Buku ini memiliki keunggulan pada mind map (diagram
panah) yang sangat membantu bagi kita yang awam
saat melaksanan haji nanti. Selain itu daftar belanja yang
ditampilkan juga sangat membantu kita untuk bisa
mengukur kebutuhan belanja saat di sana dan tips-tips
singkat yang sangat bermanfaat.
(Arif Kurniawan, aktivis dakwah)
vi
12.
13. Persiapan demi Persiapan
Allah telah puluhan tahun yang tak terjamah
untuk dibelanjakan, yang
memaksa istiqomah ditambahkan
walaupun sedikit atau yang bisa
saya dilaksanakan setelah menjual
berhaji tahun ini tanah warisan keluarga atau aset
properti puluhan tahun. Pada
Bandung, 01 Oktober 2010 kenyataannya kondisi semacam
itu memang paling sering kita
jumpai. Mengumum dan wajar
saja. Karena bagi kita sekarang
Jangan gusar dulu kawan, izinkan
yang tinggal di Indonesia, biaya
sedikit lancang kali ini... Judulnya
haji memang bisa mencapai 30
tampak memang provokatif dan
juta per orang. Angka yang tak
tidak pada tempatnya. Namun
sedikit bagi sebagian besar kita.
begitulah, menurut pandangan
sederhana saya yang sering salah
Tapi, bukankah kita sering
ini, bahkan juga sering salah
mendengar kisah-kisah nan ajaib
memaknai skenario indah milik
dan penuh inspirasi bagaimana
Allah.
orang bisa saja berhaji seketika
Haji seringkali kita anggap dan begitu saja tanpa perlu ia
harus menjadi karyawan sebuah
sebagai ibadah kelas tersier.
perusahaan besar, BUMN atau
Semacam barang mewah bagi
PNS bertahun-tahun, maupun
kita. Hanya khusus bagi orang
pengusaha sukses terlebih
mapan, gedongan dan kaya raya,
dahulu. Pada kenyataannya,
yang punya deposito 8 atau 9
seringkali kita jumpai, seorang
digit lebih, atau orang-orang
tukang becak, atau tukang sapu
borjuis kelas elit dengan rumah
sekalipun ataupun pedagang
mentereng dan sebagainya. Atau
kecil berskala micro atas izin
kalaupun tidak ia adalah ibadah
Allah bisa berangkat memenuhi
yang baru bisa dilaksanakan
undangan-Nya ini.
setelah kita pensiun, tabungan
2
14. Persiapan demi Persiapan
Dan berhaji memang bukan soal dikelola. Sebuah ujian bagaimana
“jika mampu” saja, kawan. Kita kita memandang harta dunia.
seringkali salah mengartikan
syarat “jika mampu” ini. Berawal dari 2 tahun lalu. Awal
Sehingga kemudian meletakkan tahun 2008, tiba-tiba muncul
rukun islam kelima ini sebagai saja azzam/keinginan kuat untuk
sebuah ibadah yang utophis, memenuhi panggilan dan
sesuatu yang tinggi dan sulit: undangan Allah ini. Saya merasa
nanti jaaaak.. begitulah seloroh capaian dalam hidup ini sudah
orang Melayu Pontianak. Jadilah begitu diluar ekspektasi. Dari
akhirnya ia memang uthopis, sebuah sepeda roda dua, motor,
tinggi dan sulit bagi yang akhirnya kami sudah punya
menganggap demikian. mobil minimalis sendiri dan
sebuah rumah sederhana yang
Padahal bukankah sejatinya tidak dicicil selama 5 tahun di BRI
ada daya dan kemampuan selain Syariah. Semua Allah telah
datang dari-Nya? Laa haula cukupkan dari segala penjuru.
walaa quwwata illa billaah. Alhamdulilah. Sungguh nikmat-
Namun masih saja kita Nya yang mana lagi yang kami
beranggapan “ah, saya belum dustakan?
bisa berhaji, karena belum
mampu...” Sejak kapan manusia Kini saatnya meraih lompatan
bisa mendapatkan spiritual yang lebih manakala
kemampuannya sendiri? “Ah, saya memang merasa belum
saya kan miskin, bagaimana bisa apa-apa. Ilmu tipis, amal kurang,
berangkat haji?” lupakah ia akhlak masih abu-abu dan hati
bahwa Allah Maha Kaya? yang masih sering berkhianat ini.
Lupakah bahwa harta yang ada Astaghfirullah, ya Allah...
ditangannya itu sejatinya titipan
Akhirnya tabungan Mabrur dari
dari Allah, karunia-Nya yang
BSM yang kami buka awal tahun
Allah ujikan kepada kita untuk
2008 bisa menjadi harapan agar
azzam itu bisa terlaksana
3
15. Persiapan demi Persiapan
secepatnya, sebelum niat itu dari Kota Pontianak, maka kami
terkubur dalam rutinitas dunia, baru bisa berangkat paling cepat
tenggelam dari lautan keinginan 2009 dengan asumsi ada banyak
dan nafsu serta terlupa atas yang mengundurkan diri, atau
pilihan-pilihan pragmatis ala dalam kondisi normal baru pada
manusia yang kikir ini. Hiks... tahun 2010. Waktu mendaftar
saya hanya berharap jika saat itu usia saya 27 tahun
kemudian Allah memanggil jiwa beranjak menuju 28 tahun.
dan nyawa saya sebelum bisa Artinya, jika saya berangkat pada
berangkat, maka tabungan ini tahun 2010, maka berhaji bisa
diharapkan akan datang di menjadi momentum indah dalam
yaumil hisab sebagai bukti hidup pada fase 10 tahun ketiga
bahwa saya sudah berusaha saya, sebagai bekal perjalanan
memenuhi undangan dan mengarungi hidup menuju usia
panggilan-Nya ke Baitullah. matang 40 tahun selanjutnya.
Subhanallah…
“Mas Rifki, mau ambil dana
talangan haji tidak? Biar nanti Waktu pun berjalan. Kawan,
langsung bisa dapat porsi haji?” kami bukanlah dari keluarga
tanya Pak Taufik dari bagian yang kaya raya, dan kami pun
pelayanan. Saya pun tak berpikir tidak merasa sampai ke taraf itu.
panjang, “Boleh, Pak”. Gaji yang datang, sebagian rezeki
dari Allah yang datang melalui
Dengan modal masing-masing 5 perantara sebuah operator
juta, lalu masing-masing selular dimana saya berkhidmat
tabungan tersebut digenapi 15 tiap bulannya kebanyakan
juta oleh BSM, kami pun memang hanya numpang lewat.
menyetor ke Depag. Biasalah, pos-pos belanja
Alhamdulillah, langsung dapat variabel maupun tetap sudah
porsi haji (SPPH). Urut kacang ke menanti. Cadangan cash flow
1700 sekian. Artinya, jika per- kami tak pernah sampai 3-6 kali
tahun diberangkatkan 850 orang take home pay yang saya terima
4
16. Persiapan demi Persiapan
setiap bulannya. Lewat sudah cukup”. –Belakang alasan ini
teori-teori Safir Senduk maupun menurut saya kuranglah tepat.
Aidil Akbar tentang bagaimana Pada dasarnya hati saya memang
mengatur keuangan keluarga. belum siap saat itu.
Tak satu pun bisa kami
praktekkan dengan baik. Sisa
kekurangan yang harus kami
bayarkan untuk membayarkan
dana talangan haji pun akhirnya
orang tua turun tangan
membantu. Alhamdulillah... saya
yakin ini semua atas izin-Nya.
Menjelang Ramadhan
1430H/2009 saya dihubungi
petugas haji dari KUA kecamatan
Pontianak Kota. “Bapak, Insya
Allah bisa berangkat tahun ini,
udah positif masuk ke kursi
cadangan, dan ternyata banyak
yang mengundurkan diri.” Bagai
disambar geledek. Senang tapi
lebih banyak kaget dan bingung.
Dua bulan kemudian, satu
Lantaran sisa pelunasan akhir
sentakan kecil menyadarkan diri
masih perlu sekitar 25-30 juta
dan kembali membangkitkan
lagi untuk porsi saya dan istri.
azzam itu. Film bergenre
Belum lagi Tsabita, bungsu kami
Religius: Emak Ingin Naik Haji,
itu masih 1 tahun. Akhirnya
begitu tajam menukik menyindiri
dengan bulat hati, saya jawab
diri sekaligus menyadarkan
“Kami belum bisa berangkat
kembali. Film itu seperti Allah
tahun ini, ditunda tahun 2010
skenariokan untuk menjewer
saja, Pak. Uang kami belum
saya, menyentil dan
5
17. Persiapan demi Persiapan
memahamkan pikiran butek
Mak
saya, kalau berhaji itu bukan rumah mimpimu
masalah mampu harta, maupun entah kapan kupersembahkan
tapi ia selalu ada dalam doaku
mampu ilmu semata. Juga (Asma Nadia)
meluruskan tentang bagaimana
menata niat pergi haji itu atas Saya tidak malu mengakui kalau
cerita ini membuat saya
alasan apa. Dari film itu saya menangis! Dan langsung
mendapati kesimpulan bahwa menggerakkan saya untuk segera
modal terbesar untuk mewujudkannya dalam film layar
lebar." –[Aditya Gumay]
menunaikan ibadah haji ternyata
terletak pada kesiapan hati dan
jiwa dalam menyambut “Tapi Emak yakin, Allah tau, hati
emak udah lama ada di situ"
panggilan-Nya ke Baitullah, (salah satu dialog Aty
dibarengi segenap kesungguhan Kanser,sebagai Emak dalam film
tersebut)
upaya yang baik dan benar serta
berlandaskan kerinduan yang
mendalam. Maka kesiapan fisik
Kawan, bagi kita seorang muslim,
dan lainnya itu akan seiring
panggilan haji itu sudah ada
sejalan dengan kesiapan hati dan
ditujukan kepada kita semua,
jiwa kita. Masalah harta dan
tanpa kecuali. Salah besar orang
kesiapan finansial usahakan
bilang, “Kenapa belum berangkat
semaksimal mungkin, dan
haji? Soalnya belum ada
pasrahkan sisanya kepada Allah
panggilan!-Panggilan yang
yang Maha Kaya.
mana? Panggilan kematian?”
Mak Padahal sejatinya panggilan itu
ingin kubawa kau pada rumah sudah ada, hanya masalahnya
mimpimu
yang dari dalamnya terpancar kita merasa terpanggil atau
keindahan Ilahi dan berjuta tanda
kebesaran-Nya
tidak.
Tapi Mak tanganku terlalu lemah dan Kelompok orang-orang yang
daya yang kupunyaseperti hembusan
angin melintas celah batu karang terpanggil itu ada yang kemudian
6
18. Persiapan demi Persiapan
mempersiapkan diri, menyertai mengenalnya. Melalui lisan-lisan
hatinya dengan sebentuk ikhtiar ikhlas dari orang-orang mulia itu-
yang utuh. Ikhtiar finansial, lah kemudian Allah
ikhtiar ilmu, ikhtiar fisik dan memudahkan jalan ini. Tak lupa
ikhtiar hati. Sementara ada pula juga keinginan ini saya tuangkan
yang sekedar meletakkannya di dalam draft proposal hidup saya.
kantong daftar keinginan saja.
Tanpa ada sedikit usaha dan Kerinduan pada Ka’bah seakan
perhatian. “aah, nanti-nanti mengkristal menjadi sebuah
jaaaak...” begitu selorohnya. kerinduan untuk menjadi orang
yang lebih baik dari hari ke hari.
Kawan, saya sempat mengalami Betapa pun saya ini masih begitu
kondisi keduanya. Ketika berhaji berdebu, compang camping
hanya diletakkan di daftar pakaian takwa nya dan masih
keinginan, maka jalan untuk pula terlalu cinta dunia.
memenuhi syarat mampu itu pun Astaghfirullah.
seperti jalan di tempat.
Ramadhan 1431 H, menjadi titik
"Kepada-Nyalah naik perkataan- kultiminasi keyakinan ini. Saya
perkataan yang baik dan amal sempat terbimbangkan dalam
yang saleh dinaikkan-Nya." QS. sebuah persimpangan, antara
35:10 berhaji tahun ini atau ditunda
tahun depan. Kemampuan
Dan ketika keinginan ini saya
finansial pun begitu menguji.
azzamkan kuat-kuat, lalu diikuti
Lagi-lagi memberikan pelajaran
kesungguhan—betapa pun kecil.
tentang bagaimana memandang
Hanya dengan sebatas ucapan di
soal harta, dan juga tentang
hati, maka ia pun menjadi sebait
anak-anak amanah kami itu—
doa. Saya beranikan keinginan
yang masih balita semua, serta
itu saya tuangkan dalam blog
tentang bekal ilmu dan soal
pribadi. Mungkin dengan
menata hati.
perantara doa-doa dari entah
siapa yang saya tak
7
19. Persiapan demi Persiapan
Mengapa kita begitu khawatir tidak menundanya tahun depan.
akan kekurangan uang? Memang ada kepastian umur
Sedangkan Allah Maha Kaya. sampai tahun depan?
Mengapa kita khawatir pada Ketika saya sudah bulat tekad
anak-anak, padahal ada Allah untuk menundanya, kemudian
yang Maha Memelihara? Kepada saya pergi ke Depag kota
siapa lagi tempat terbaik kita Pontianak, lalu menemui Pak
menitipkannya? Tidakkah Yunus kasi Haji dan Umrah.
mereka adalah amanah-amanah
dari-Nya pula? Perantaranya bisa “Saya mau tarik passport pak,
melalui orang tua, eyang nya saya mau tunda tahun depan
anak-anak atau sahabat-sahabat- saja. Saya merasa belum siap.”
saudara seperjuangan kami di Begitu alasan saya.
sini, tentu siap mengulurkan
Padahal sejujurnya alasannya
tangan untuk mengasuh
saya supaya saya bisa pakai
mereka?
passport itu untuk mudik via
Sempat pula pulang kampung Malaysia agar bisa saving cost
dan berlebaran di Banda Aceh karena tidak perlu beli tiket
via Malaysia menjadi alasan pesawat lagi yang harganya tidak
penundaannya. Kebetulan kami manusiawi itu, hehe. Apalagi
sekeluarga sudah booking ticket cash flow kami memang sangat
Air Asia via Kuching dan KL terbatas saat ini. Dan satu tahun
Malaysia. Tentu artinya perlu ini saya ingin lebih fokus lagi
menggunakan passport sebagai mempersiapkan hati dan ilmu.
dokumen perjalanannya. Padahal Begitu tekad saya. Syukur-syukur
secara bersamaan passport itu sekembalinya dari Banda
harus segera diproses melalui Aceh,passport bisa diproses
depag untuk pengurusan visa menyusul sehingga rencana
haji. Melalui skenario yang indah berangkat tahun ini bisa tetap
saya seperti di”paksa” untuk terlaksana. Yang penting asal
tidak mengeluarkan uang untuk
8
20. Persiapan demi Persiapan
beli tiket mudik lagi saja. Sayang Tekad saya pun bulat kembali.
uangnya, pikir saya waktu itu. Bekal berangkat haji ternyata
lebih kepada kesiapan hati kita
Tamparan keras mendera saya. untuk utuh dan ikhlas
Passport tidak bisa ditarik. memenuhi panggilan dan
Memangnya kamu bisa menunda undangan-Nya. Kalau hati kita
dan mendahulukan apa yang sudah utuh, pasrah dan bulat
telah Allah tetapkan? secara total, Insya Allah, jalan
Memangnya uang untuk beli kemudahan akan terbentang
tiket, dan untuk pelunasan luas. Jika hati kita tidak siap dan
datang atas kuasa dirimu, heh? ridho, selebar apa pun
Memangnya setahun ini nanti kemudahan itu Allah bentangkan
ada jaminan Allah cukupkan kehadapan kita, kita pun akan
kembali harta dan kesempatan tetap merasa berat dan sulit.
yang sama bagimu?? Harta, mobil, rumah, karir-
Memangnya ada jaminan bahwa jabatan dan anak-anak kita akan
ilmu dan bekal ruhiah lainnya seperti menjadi tembok
akan lebih baik dari sekarang jika penghalangnya. Begitulah
kamu tunda satu tahun lagi??? tarbiyah ramadhan kembali
Apakah kamu yakin uang yang membulatkan tekad itu. Semua
ada di tabungan sekarang akan kemampuan itu datangnya dari
tetap bertahan hingga tahun Allah... La haula walaa Quwwata
depan?? Bukankah Allah maha illa billaaah. Maka mintalah
Kuasa, yang atas izin-Nya bisa pada-Nya, kawan!
saja uang tersebut ludes seketika
diambil kembali melalui sebab- Alhamdulillah, akhir Agustus
sebab yang Allah skenariokan 2010, tabungan di rekening
atas kita?? Begitulah pesan yang bounching lagi. Ada Gaji dan THR
saya dapati. Sebuah tarbiyah yang baru ditransfer oleh kantor
yang indah di Ramadhan itu. tempat saya bekerja. Dan
Subhanallah jumlahnya pas
banget. Lunas sudah kekurangan
9
21. Persiapan demi Persiapan
ongkos haji tersebut:US$ Saya pun makin merasa GR,...
3.325/orang. Tidak sampai disitu Allah memang telah “memaksa”
saja, ternyata keperluan untuk saya dan istri berhaji tahun ini.
membeli tiket pulang-pergi
Banda Aceh-Pontianak Jadi tidak ada alasan buat
sekeluarga pun kembali kita untuk tidak bergegas
terpenuhi sudah. menjawab panggilan tersebut
dan memenuhinya.
Alhamdulillah….Biarlah tiket Air
"Labbaikallahumaa Labbaik."
Asia itu hangus terbakar.
Memang bukan rezeki kita lagi, Sayangnya yang terjadi saat
buat apa disesali. Jadilah rencana ini justru sebaliknya. Si
berlebaran di Serambi Mekkah miskin enggan menjawab
tetap terwujud juga. panggilan tersebut dengan
dalih tak punya harta. Si kaya
tak segera merespon
Uangnya kini cuma numpang
panggilan tersebut dengan
lewat saja, kawan. Rekening pun dalih waktunya belum tepat.
kembali tipis. Buang kembali Yang muda masih mengulur
jauh-jauh teori cash flow ratio- waktu untuk memenuhi
nya Safir Senduk atau Aidil panggilan itu dengan dalih
masih ada hari esok. Yang
Akbar. Namun usah khawatir,
tua merasa malas karena
saya yakin Allah akan mampukan sayang dengan harta yang
kami lagi nanti. Insya Allah. Cash sudah terlanjur ditumpuk.
flow ratio dari Allah lebih besar
dan tak terduga. Hidup berkah Padahal, panggilan haji
itu memang hidup yang “pas- bukan cuma milik si kaya, si
pasan” seperti itu, kawan. Pas miskin, yang tua atau yang
muda. Banyak diantara kita
butuh uang, pas ada yang yang mengaku "belum
transfer ke tabungan, pas mau mampu" namun bisa
beli ini-itu pas cukup uangnya.. menabung untuk memiliki
Hehe.. rumah, kendaraan,
handphone, atau asesoris
dunia lainnya.
10
22. Persiapan demi Persiapan
Memang, mampu menjadi
salah satu syarat pergi haji.
Namun, mampu tak sama
dengan menyerah. Mampu
harus dibarengi dengan upaya
sungguh-sungguh, sementara
menyerah jelas tanpa usaha.
Jangan-jangan, kita bukan
tergolong orang tak mampu
berhaji, namun orang yang
menyerah untuk bisa berhaji.
Labbaikallahumma labbaik.. Labbaika laa
syariika laka labbaik.
11
23. Persiapan demi Persiapan
akhlak mereka. Labbaikallahumma
GERIMIS labbaiik. Menjelang 2 November
keberangkatan kami. Dalam fase
MENGUNDANG perjalan lain dari Solo menuju
Jakarta--dan mata ini pun tak
kuasa menahan gerimisnya.
KA. Taksaka,
Yogya-Jkt. 17
Okt 2010
Ternyata berat juga meninggalkan
anak-anak hingga pertengahan
Dari balik kacamata hitam Eiger,
Desember nanti. Allah-lah pemilik
jiwa-jiwa mereka. Kami titipkan saya coba sembunyikan gerimis
semuanya pada-Nya melalui dan cairan air yang menggenang
eyang nya di Solo. Sungguh pagi di pelepuk mata ini. Mungkin
ini telah saya benamkan baik-baik suasana gerbong KA Taksaka
wajah-wajah manis mereka di yang nyaman, dingin dan lagu-
sebuah sudut hati, di “space
special” dalam memori otak ini.
Semoga Allah menjaga jiwa dan
12
24. Persiapan demi Persiapan
14 Oktober 2010, anak-anak kami antar kepada orang tua saya di
Klaten, kota diantara Solo dan Yogyakarta.
Ini memang sudah kesepakatan kami, lebih lagi Eyang Uti dan Eyang
Kakung dari anak-anak kami itu, memang sudah jauh-jauh hari
mempersiapkan diri atas kedatangan 3 cucunya dari Pontianak.
Selama tak lebih dari 3 hari saya membersamai mereka di Klaten untuk
akhirnya kami tinggalkan selama lebih kurang 2 bulan.
Kebetulan bertepatan dengan sebuah perjalanan dinas saya ke Bandung
dan Jakarta, rentang tanggal 11 s.d. 22 Oktober 2010 dalam rangka
mengikuti sebuah meeting dan training penugasan dari kantor.
Sementara Umminya anak-anak hingga tanggal 22 baru meninggalkan
mereka dan menyusul ke Jakarta untuk selanjutnya berdua kembali ke
Pontianak pada tanggal 23 Oktober 2010.
lagu yang didendangkan begitu tahun, Taqiya 3,5 tahun dan yang
mendukung rasa. Ahh.. terakhir Tsabita 2 tahun.
Pagi ini saya kembali Sungguh saya sebenarnya biasa
meninggalkan sebuah stasiun dan sangat terbiasa
untuk melanjutkan perjalanan. meninggalkan mereka dalam
Stasiun dan perjalanan dalam rangkaian dinas dan pekerjaan
arti sebenarnya maupun arti atau aktivitas lain berhari-hari
kiasan yang begitu luas dalam lamanya terpisah laut, pulau
hidup ini. atau bahkan samudera.
Entahlah, kali ini jauh berbeda.
Dan pagi ini pun saya coba Mungkin efek psikologi dari
benamkan dalam sudut khusus di rencana keberangkatan haji kami
hati serta space memory dalam awal bulan depan-lah yang
otak saya tentang wajah-wajah membuat hal ini jadi jauh
manis anak-anak kami, Ziyad 5 berbeda.
13
25. Persiapan demi Persiapan
Semalaman pun Tsabita lebih meninggalkan mereka dalam
banyak saya peluk dan goda rangka menjalankan syariat yang
sebelum ia tidur. Si mungil yang satu ini.
manis ini pun terasa kian
ngangenin. Dan kereta pun telah melaju
hingga melewati Wates, sendu
Pagi ini saat berangkat, saya pun dan syahdu kian bertambah saat
merasa bisa tegar dan seakan tak menengok ke luar gerbong,
ada yang berbeda. Ziyad sang hujan put turun berderai.
sulung pun sudah jauh-jauh hari Rinainya penuh rindu
berulang kami informasikan mengabarkan pada bumi
bersama adiknya, Taqiya, bahwa sebentuk cinta langit pada
saya dan ummi nya akan pergi penduduknya.
jauh meninggalkan mereka
bersama Eyangnya di Solo. Dan Ah,.. untunglah ada kacamata
so far, mereka mengerti dan tak Eiger nan keren ini... tak ada satu
menjadi soal. Bahkan Ziyad lebih pun yang tahu kalau saya sedang
memilih bermain lego-nya berlinang sendiri di sini menatapi
ketimbang ikut mengantar saya satu persatu gulir air hujan yang
ke stasiun. Hehe... bocah membekas di kaca jendela.
petualang satu itu!
Allahumma Shaiban nafii’an.
Sampai di sini mata ini masih
kering tanpa linangan. Namun
setelah kereta api ini melaju
dalam rintik hujan di luar, entah
mengapa mata ini pun ikut
gerimis.
Dan memang kadangkala
kekhawatiran yang tidak perlu
itulah yang seringkali
membangun rasa berat
14
26. Persiapan demi Persiapan
Jeddah. Hari-hari yang penuh
dengan berita duka dari
seluruh penjuru negeri.
Bencana tak pandang
bulu menegur dan
menyapa bangsa ini
tanpa bosan dan lelah.
Tidak hanya dari ujung
Timur di Papua, bahkan
juga sampai ke Barat,
tidak hanya di daerah
terpencil-terisolir tapi
bahkan juga hingga ke
ibukota negara, tidak hanya di
Departemen Agama atau Kementrian puncak gunung tapi juga hingga
Agama RI telah menyiapkan 3 tas ke tepi pantai dan lautan.
untuk masing-masing calon jamaah
haji. Tas tersebut terdiri dari 1 buah Media tanpa lelah mengulang-
koper besar, 1 tas jinjing dan 1 tas
ngulang berita, entah antara
selempang untuk menyimpan
bersemangat menyebarkan
passport dan tanda pengenal
lainnya.
informasi tervalid, ter-up to date,
atau terkini serta terpercaya, toh
pada akhirnya lebih dirasa lebay,
repititif, dan hanya menimbulkan
kepanikan-kepanikan lain.
Akhir Oktober 2010 Substansi yang diberitakan hanya
sedikit yang mengantarkan kita
Inilah hari-hari terakhir kami di pada penyadaran sejati, karena
Pontianak sebelum jadwal yang dieksploitasi hanya rasa iba,
keberangkatan rombongan sedih dan muram. Tak salah, tapi
jamaah haji Kloter 23 Batam tentu tidak semua pula benar.
gelombang II diterbangkan ke
15
27. Persiapan demi Persiapan
Ada beberapa kolega dan rekan yang kaget dengan rencana keberangkatan
kami ke tanah suci tahun ini. Sebagian bahkan menyayangkan karena
mengingat 3 anak-anak kami tersebut masih balita semua.
Alhamdulillah, semua itu justru menguatkan kami. Anak-anak sejak 6 bulan
terakhir sudah kami kondisikan sedemikian rupa dengan memberikan
informasi secara berulang, motivasi dan sekaligus pengertian tentang
rencana kepergian kami.
Kadangkala media apalagi ini. Selebihnya fokus pada
televisi kini terindikasi sudah persiapan keberangkatan kami.
menjadikan berita bencana ini
sebagai upaya menaikkan rating Tas koper coklat besar sudah rapi
dan popularitas stasiun TV-nya. dibungkus dengan tali jaring
Wallahu a’lam. plastik, tidak lupa pita warna
sesuai dengan rombongan dan
Ah,.. sudahlah..TV kami yang regu, telah siap di ruang depan.
satu-satunya, yang digantung di Selebihnya hamparan beberapa
ruang tengah itu pun sudah tumpukan buku yang dibaca
mulai ada suara-suara lirih secara random, lalu tas jinjing
seperti desingan aneh kalau yang isinya sebagian sudah siap
dinyalakan serta melelahkan tersusun di dalamnya siap di
kalau terlalu lama ditatap, bawa esok hari, adalah
karena harus menengadahkan pemandangan yang begitu
kepada 30-40 derajat ke atas— kontras dengan 2 pekan lalu.
lebih baik memang kita lupakan Biasanya hari-hari seperti ini
saja. setidaknya di ruangan ini ada
celoteh si Tsabita yang kenes,
Kembali ke laptop! Lalu browsing atau keributan khas Abang Zee
berita dari berbagai sumber, dan Kakak Qiya yang tak mau
maka sudah cukup bagi saya saling mengalah sebelum mereka
untuk mengkonsumsi berita pagi
16
28. Persiapan demi Persiapan
berdua berangkat ke sekolah Batam semalam, sementara tas
masing-masing. Kini tidak ada, koper baru akan kembali ke
pangkuan saat sudah tiba di
Sekarang mereka sudah bisa Saudi Arabia. Belum lagi bawaan
menyesuaikan dengan ritme seperti buku bagi saya adalah hal
kehidupan di rumah Eyang-nya di wajib disaat-saat menanti
Klaten-Solo. Rindu itu tentu ada, antrian atau tunggu di bandara
namun Alhamdulillah hati ini tak hingga sampai ke maktab nanti.
sempat gerimis atau mendung
karenanya, kami harus bebaskan Surat wasiat untuk anak-anak
dari rasa berat meninggalkan terkait dengan warisan pun
mereka. sudah saya susun dan kirim ke
Eyang-nya. Proposal hidup yang
Alhamdulillah kalau beberapa akan saya “ajukan”kepada
tahun lalu sebagian mereka pemilik hidup saya pun sudah
pernah menikmati asap kabut di tersusun dengan rapi tak lupa
Pontianak maka kini mereka di pula 2 lembar tulisan berisi
Solo, bisa pula menikmati dari ringkasan nama-nama dan
jauh hujan abu vulkanik dari harapan/doa-doa khusus dari
Merapi. Subhanallah, semoga saudara, sahabat, teman
mereka tumbuh menjadi anak- seperjuangan dan semua,
anak yang kuat fisik dan termasuk buddy online di blog
mentalnya dan Allah senantiasa pribadi, yang telah menitipkan
menjaga meraka dalam doanya pun telah saya siapkan di
kebaikan. tempat-tempat yang mustajab.
Daftar barang-barang yang kami Tiga hari terakhir ini saya lebih
bawa sudah dibuat dan tinggal di banyak membaca buku ringan
cek ulang. Pembagian bawaan terkait catatan perjalan ibadah
barang antara koper dan haji dari berbagai penulis. Ini
handbag memang harus membuat saya mendapatkan
disesuaikan dengan kebutuhan gambaran yang lebih detail
kami yang masih harus transit di
17
29. Persiapan demi Persiapan
tentang perjalanan haji. melakukan traveling ke berbagai
Sementara untuk soal belahan kota dan pulau di
manasiknya Insya Allah sudah Indonesia. Bahkan sesekali ke
final, jika pun ada yang masih manca negara. Namun tak satu
perlu pendalaman dan pun yang mendorong saya
pemantapan tentu akan ada beralasan untuk memiliki kartu
banyak orang yang bisa ditanyai kredit.
dan diminta sebagai nara
sumber. Tak lupa saya telah
buatkan mind map untuk setiap Sebagaimana sebuah perjalanan
step ibadahnya. Mudah- ke luar negeri, ibadah haji juga
mudahan lancar saat
memerlukan rencana dan
persiapan yang sangat matang.
pelaksanaannya nanti.
Pagi tadi setelah shubuh,
Alhamdulillah saya masih bisa
Padahal di zaman modern
menikmati sensasi breath with
sekarang ini, peran kartu kredit
the wind bersama neng seli
begitu terasa membantu bagi
(sepeda lipat kesayangan )
para traveler dan orang yang
hingga ke kantor. Lalu pulang
hidup dari lounge bandara satu
singgah menguras ATM untuk
ke lounge bandara lain.
keperluan cash flow kami selama
Entahlah, mungkin dengan ATM
di tanah haram nanti.
atau kartu debet yang saya miliki
semua persoalan keuangan
Terus terang, saya adalah orang
selama safar tersebut masih bisa
yang masih konvensional dan
diatasi. Dalam kacamata syariah
mungkin sebagian menyebutnya
soal kartu kredit ini pun masih
naïf, karena sampai saat ini tak
dalam perselisihan pendapat.
satu pun kartu kredit mampir
Ada yang membolehkan ada
terselip di dompet. Padahal saya
yang mengharamkan. Demi
adalah orang yang dalam
menghindari dari hal-hal yang
setahun bisa berkali-kali
subhat itu maka saya pun sampai
18
30. Persiapan demi Persiapan
saat ini tidak memiliki kartu Ingat juga pengalaman saya
kredit. waktu pergi ke Jepang. Ya karena
tidak ada kartu kredit, maka
Namun kini ada rasa khawatir semua transaksi yang digunakan
juga ketika akan melakukan safar adalah by cash. Dampaknya saya
di luar negeri dalam waktu yang pun terhindar dari over budget
lebih lama dan ternyata dan lebih cenderung untuk
memerlukan dana yang besar berhemat. Walaupun punya
dibanding dengan cash yang resiko besar atas uang saku/cash
dibawah, sementara kartu ATM yang kita bawa itu pasti dalam
dan kartu debet yang dimiliki jumlah yang cukup besar dan
tidak bisa digunakan di sana. apabila cash yang kita bawa
bermasalah (hilang atau
Ahh…kalau sudah begini lebih
tercecer) maka dampaknya akan
baik tentu tawakal saja, mudah-
fatal.
mudahan semua under control
dan tentu jika ada hal-hal yang
membutuhkan dana besar masih
Tips untuk mengatasi ini
ada saudara-saudara yang bisa adalah, biasanya saya akan
membantu di sana nanti. Dengan menyimpan uang tersebut di 2
begitu pun saya dilatih untuk atau lebih tempat yang berbeda.
berhemat dan tentu lebih bijak Selain itu biasanya juga karena
dalam mengelola keuangan perbedaan kurs mata uang yang
selama safar nanti. bersifat fluktuatif, maka saya pun
simpan dalam 2 bentuk. Dalam
Better buying an experience bentuk uang yang banyak
rather than buying a thing. diterima di berbagai Negara
prinsip penting seorang (sayangnya ia adalah: Dollar,
backpacker sepertinya harus bukan Dirham atau dinnar!) dan
kembali ditekankan. Apalagi ini selebihnya sudah dalam bentuk
kan perjalanan ibadah, bukan mata uang yang digunakan di
sebuah perjalanan wisata negara tujuan.
belanja.
19
31. Persiapan demi Persiapan
Kini saatnya saya pejamkan mata
atas apa-apa yang saya tinggal di
sini. Dan saya pasrah, siap, ikhlas PERHATIAN: sebaiknya anda
dan tawakal atas apa-apa yang tidak usah menukar
akan Engkau “jamukan” pada uang Rupiah anda
kami ya Allah... lagi di tanah air.
Karena Panitia
Penyelenggara Haji & Umrah dari
Departemen/Kementerian Agama
“Sesungguhnya ibadahku, RI telah menyiapkan uang saku
atau living cost yang cukup
hidup dan matiku hanya
besar dengan rincian pecahan
untuk-Mu.” nominal yang sangat memadai.
(SAR 500, SAR 100, SAR 50,
SAR 10).
Pengalaman pribadi saya, ketika
akan berangkat dari Pontianak,
harga 1 Saudi Arabia Riyal (SAR)
di Money Changer terletak pada
harga Rp. 3000,- padahal saat
menukarnya di Mekkah atau di
Madinah dihargai pada kisaran
angka Rp. 2500,- saja.
20
32. Persiapan demi Persiapan
Raihan - Haji Menuju Allah
Labbaikallahumma Labbaika
Labbaika Laa Syarikalaka Labbaika
Innalhamda Wal Ni’mata
Apa sejatinya yang paling
Laka Wal Mulk Laa Syarikalaka sangat perlu dipersiapkan untuk
Pergi haji melakukan perjalanan menuju ke
Artinya menuju Allah yang Esa tanah suci? Selain uang sekarung
Membawa hati dan diri yang hina
Memberi hadiah kepada Allah
tentu? Dan niat sekokoh karang,
Berhati-hatilah menghadapNya semurni emas?
Setiap hamba
Pergi haji dengan segala yang baik Kawan, setelah kita sungguh-
Hati yang baik akhlak yang baik sungguh berniat untuk pergi haji
Harta yang halal hati yang bersih
Niat yang suci amal mulia atas dasar perintah Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan
Pergi haji
Ilmu tentangnya mestilah ada mengikuti tuntunan Nabi
Agar syarat dan rukun tepat sempurna sallallahu ‘alaihi wasallam, demi
Sah dan batalnya dapat dijaga
Agar amalan hajinya tidak sia-sia
mengharapkan Ridho Allah
semata, maka yang harus kita
Tata tertib dan akhlak kenalah jaga
Buatlah dengan tenang serta tawadu’
persiapkan adalah:
Sabar dan tolak ansur mestilah ada
Jangan berkasar merempuh manusia 1. Personal Behavior.
Tanah haram jagalah pantang Persiapan mental dengan
larangnya membiasakan diri pada tindak-
Pergi haji bukannya masa untuk
membeli belah tanduk seorang muslim sejati.
Beringatlah betulkanlah niat kita Biasakanlah untuk bertindak,
Moga-moga haji kita diterima
berprilaku dan bersikap sesuai
Jagalah pantang larang-Nya dengan koridor agama. Menjauh
Yang boleh rusakkan hati
Jauhkan maksiat dan yang sia-sia
dari segala bentuk kemaksiatan
Takutkan Allah yang Esa semaksimal mungkin. Hal ini
Ingat selalu padaNya
Agar kita senantiasa memiliki jiwa
penting agar kita bisa melakukan
hamba pengkondisian hati selama
pelaksanaan ibadah haji dan
21
33. Persiapan demi Persiapan
hingga setelahnya. Susullah setiap kesalahan, kekhilafan
dan dosa dengan istighfar dan taubat serta amal kebaikan
lainnya.
One who performs hajj without having marital relations or committing
any sin returns from hajj as pure as he was on the day he was born.
[Bukhari & Muslim: 1891:1350]
Sikap mental yang perlu terus dibina:
a. Peliharalah sikap dan prilaku positif pada setiap kondisi dan
situasi, kepada siapa pun dan di mana pun.
b. Selalu ucapkan “Alhamdulillah” pada setiap kondisi; apakah
baik atau buruk. Jadikanlah dua kendaraan yaitu syukur dan
sabar sebagai tunggangan yang terbaik dalam setiap saat.
c. Renungilah setiap kondisi buruk dengan kemungkinan-
kemungkinan kondisi yang lebih buruk sehingga hati dan
fisik kita lebih siap untuk menerima segala kondisi yang
terjadi.
d. Perbanyak dzikir dan istighfar agar bisa selalu menjaga dan
menghadirkan hati pada ruang-ruang kebaikan.
e. Biasakan diri pada kondisi tidak nyaman saat ditengah-
tengah kerumunan orang atau antrian panjang.
2. Kesehatan dan Kesiapan Fisik. Ibadah haji memang sangat
bertumpu pada kekuatan fisik. Thawaf, sai, wuquf di arafah,
hingga melempar jumrah di Mina, semua membutuhkan
stamina dan tenaga serta kondisi tubuh yang prima.
Dalam perjalanan menunaikan ibadah haji, kita setidaknya
akan mengalami ujian fisik atas 3 kondisi:
1. Jetlag akibat perjalanan jauh, 8 jam dalam perjalanan
dengan pesawat udara. Mengalami perbedaan waktu
22
34. Persiapan demi Persiapan
akan menyebabkan perubahan dan penyesuaian jam-jam
biologis tubuh.
2. Perbedaan iklim dan cuaca yang ekstrim. Udara di Arab
Saudi lebih kering dengan kelembaban udara yang
sangat berbeda dengan di tanah air yang basah dan
lembab. Sementara itu saat-saat musim panas, suhu
udara bisa begitu ekstrim jauh lebih panas dari suhu
rata-rata tertinggi di Indonesia. Rentan mengalami
dehidrasi, gangguan pernapasan, dll.
3. Pelaksanaan ibadah umrah dan haji kita sepakati tentu
memerlukan fisik yang prima, berjalan, lari-lari kecil,
tidur di tenda, bahkan di alam terbuka, dan belum lagi
konsekuensi berdesak-desakan, mengantri dan
menunggu. Jika tidak mampu disikapi dengan baik justru
akan menimbulkan kelelahan fisik dan mental yang
berikutnya akan menyebabkan kondisi tubuh menjadi
lemah.
Jet lag (juga dieja jetlag atau jet-lag) adalah
sebuah kondisi psikologis akibat
perubahan ritme circadian. Perubahan tersebut
disebabkan oleh kerja shift, perjalanan
melewati meridian, atau panjangnya hari yang
berubah. Kondisi ini dipercayai sebagai akibat
dari terganggunya putaran terang/gelap yang
mengubah periode ritme circadian tubuh. Dia
dapat diperburuk oleh faktor lingkungan.
[Wikipedia]
Gambar berikut menunjukkan pola dan siklus iklim di
tanah suci, jamaah haji hendaknya mempersiapkan diri
sesuai dengan kondisi dan situasi iklim yang sedang
berlangsung (sumber: www.weather2travel.com)
23
36. Persiapan demi Persiapan
Ada beberapa tips yang bisa dilakukan dalam rangka
mempersiapkan fisik dan jasmani kita sebelum berangkat ke
tanah suci:
Makanlah makanan yang halal dan thoyib
Jangan makan berlebihan
Olah raga teratur sesuai kemampuan
Perbanyak aktivitas jalan kaki
Biasakan dengan aktivitas yang mudah terkena paparan
panas sinar matahari secukupnya, terutama jika
berangkat haji di musim panas. Hal ini agar tubuh mudah
menyesuaikan dengan temperature udara yang ekstrim
3. Perlengkapan.
Pergi haji memang merupakan seni traveling yang unik, beda
dan special. Barang yang dibawa diharapkan lengkap, praktis
dan benar-benar berguna.
4. Bekal Hidup.
Selama tinggal di tanah suci kita tetap membutuhkan uang
sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhan harian kita.
Bawalah bekal uang secukupnya. Simpan dalam beberapa
bentuk dan tempat. Siapkan ATM bank yang memiliki
jaringan hingga ke tanah suci seperti:VISA atau mastercard.
5. Pemahaman Ilmu
Hal ini penting untuk senantiasa ditanamkan dalam benak
setiap calon jamaah haji.
25
37. Persiapan demi Persiapan
--apa yang Rasulullah katakan, laksanakan dan tidak
laksanakan dalam rituah ibadah umrah dan haji?—
Maka persiapan ilmu dalam melaksanakan ibadah umrah
dan haji ini begitu penting dan harus mantap.
Bertaburannya Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH)
tentu menjadi salah satu alternatif solusi.
Sayangnya hal ini justru kemudian meninabobokan calon
jamaah haji. Banyak dari mereka kemudian terbuai dengan
kata-kata manis para pembimbing haji, “Ibu-Ibu dan Bapak-
bapak tidak usah khawatir dan payah-payah menghapal doa-
doa karena nanti di sana akan dibimbing oleh petugas dari
kami.” Akhirnya mereka sangat bergantung dengan para
pembimbing ini.
Pada kenyataannya di lapangan pembimbing haji tak
selamanya bisa diandalkan. Banyak kegiatan ibadah yang
akhirnya dilakukan oleh jamaah secara mandiri.
Saat thawaf misalnya, jamaah akan sulit tetap berada dalam
kelompok yang berjumlah besar. Selain pada beberapa kasus
sebenarnya hal ini sepatutnya dihindari. Nanti saya akan
ceritakan di bagian selanjutnya dalam buku ini.
Nah, ketika jamaah tercerai-berai dari kelompok
bimbingannya, maka jika tanpa ada persiapan matang dan
pemahaman yang memadai, dapat dipastikan jamaah
menjadi kebingungan dalam menyelesaikan rangkaian
ibadahnya.
26
38. Persiapan demi Persiapan
Tak sedikit yang kemudian belum selesai sa’i sudah kembali
ke pemondokan, atau ada juga yang kelupaan untuk
melakukan tahalul selepas sa’i. Langsung melepas kain
ihramnya dan berganti pakaian biasa dan seterusnya.
Maka alangkah baiknya jika calon jamaah haji bisa
mempersiapkan bekal pemahaman dan ilmu tentang
manasik haji ini dengan sebaik-baiknya dan mampu
melaksanakan seluruh rangkaian ritual ibadah haji dan
umrah secara mandiri. Karena dengan pemahaman yang
memadai maka kita bisa lebih menikmati perjalanan ibadah
kita.
Jangan terbebani dengan harus menghafal sederet doa-doa
khusus untuk setiap rangkaian kegiatan ibadah. Hafalkan
yang bisa dihafal dan sisanya cukup dibaca saja dari buku
doa yang dibagikan Depag sebagai bagian dari kelengkapan.
Jika lafal arabnya tidak bisa dihafal cukup hafal dan
pahamkan terjemaahannya saja, tidak ada masalah. Dan
tidak ada salahnya jika berdoa dengan doa khusus gubahan
sendiri misalnya.
Prinsip kebersamaan dan kemandirian memang menjadi hal
utama yang harus senantiasa diingat. Kebersamaan
maksudnya adalah senantiasa bisa saling berbagi dan
menjaga fasilitas umum milik bersama yang disediakan oleh
pemerintah Indonesia, maktab maupun pemerintah Saudi
Arabia dalam rangka melayani kebutuhan jamaah haji.
Sementara kemandirian yang dimaksud adalah bahwa setiap
jamaah haji mampu melaksanakan seluruh ritual dan
rangkaian kegiatan ibadah secara mandiri dan pula mampu
mengelola diri dalam rangka memenuhi seluruh agenda
ibadah maupun lainnya selama di tanah suci secara baik.
27
39. Persiapan demi Persiapan
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
“Musim haji adalah beberapa bulan yang dimaklumi,
barangsiapa yang menetapkan niat dalam bulan itu akan
mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan
berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan
apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Allah
mengetahuinya, berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-
baiknya bekal adalah takwa, dan bertakwalah kepada-Ku,
Hai orang-orang yang berakal (Q.S 2:197)
28
40. Persiapan demi Persiapan
Daftar Bawaan
Sepekan sebelum keberangkatan, kami mulai menyusun dan
merapikan barang-barang yang akan di bawa. Daftar bawaan
telah dibuat sebagai panduan dan catatan penanda.
Berburu perlengkapan haji baru kami lakukan di pekan-pekan
terakhir sebelum keberangkatan. Bersamaan perasaan harap-
harap cemas yang membuncah, mirip anak SD yang akan
mengikuti perjalanan dharma wisatanya yang pertama—saya
lalui hari-hari terakhir di Pontianak sebelum keberangkatan
dengan sejuta rasa.
Rasa rindu pada anak-anak sudah terpendam rapi dalam
gundukan hati yang tanahnya selalu basah diguyur air hujan
tawakal. Sementara itu bayang-bayang tentang tanah suci dan
segenap ritual dan keriuhannya makin kuat memenuhi benak.
Informasi-informasi terkait tanah suci banyak saya kumpulkan
dari berbagai buku panduan haji dan artikel dari berbagai
sumber di dunia maya. Sejauh ini “mbah Google” cukup
membantu. Hehe..
Barang-barang yang sudah disiapkan, kemudian kami simpan
dalam 2 tas yang telah dibagikan oleh Depag. Satu koper besar
dan satu lagi tas jinjing.
Prinsip barang bawaan bagi jamaah haji adalah: lengkap,
artinya dapat memenuhi hampir semua kebutuhan selama
bermukim di tanah suci baik untuk keperluan sehari-hari,
sampai dengan keperluan khusus ibadah. Praktis, artinya
berfungsi pada banyak keperluan/fungsi ganda, mudah di
bawa, relatif ringan, dan mudah digunakan.
29
41. Persiapan demi Persiapan
Terlalu banyak membawa pakaian justru mubazir dan
merepotkan
Pastikan barang-barang yang dibawa adalah benar-benar
dibutuhkan dan bermanfaat di tanah suci. Pikirkan kembali
barang-barang sekunder yang sebenarnya bisa dan mudah
ditemukan di tanah suci. Apakah perlu dibawa atau tidak?
Pilihlah pakaian yang sesuai dengan musim dan iklim di tanah
suci. Pilih pula pakaian yang multifungsi bisa untuk segala
macam aktivitas. Usah pikirkan soal paduan warna dan lain-
lain. Yang penting sopan, sesuai syariat, dan nyaman. Ingat kita
pergi untuk beribadah bukan untuk fashion show.. Pilihlah
warna pakaian yang netral dan tidak mencolok pandangan.
Lebih utama warna netral seperti hitam, coklat atau putih.
Berikut ini hal-hal yang patut dipertimbangkan untuk dibawa:
Tas praktis untuk membawa dan membungkus sepatu-
sendal (shoe bag)
Stone bag atau kantong tempat menyimpan batu
untuk melempar jumrah
Buku catatan kecil dan kartu nama (berisi e-mail
address dll)
Bantal leher (a blow-up travelling neck-pillow), sangat
bermanfaat saat beristirahat di atas pesawat dan atau
bis
30
42. Persiapan demi Persiapan
Bagaimana dengan walimatushafar?
Kebetulan kami tinggal di kompleks perumahan yang
didominasi oleh keluarga-keluarga muda yang cukup sibuk dan
diselingi beberapa rumah kost yang ditempati mahasiswa yang
berganti-ganti dengan segala kesibukan kampusnya, membuat
interaksi kami memang kurang intensif. Begitulah tinggal di
daerah pemukiman kota. Terasa ada jarak memang. Saling sapa
dan tegur hanya ketika saling berpapasan di jalan kompleks,
atau bertemu secara insidensial saat rapat RT.
Kami sebenarnya berencana ingin mengundang tetangga untuk
menghadiri syukuran dan pamitan di rumah dengan diisi
ceramah dan nasehat dari ustadz. Sekalian menghidupkan
pengajian di kompleks kami.
Namun karena ketiadaan sumber daya yang memadai,
termasuk kesibukan kantor yang harus saya jalani menjelang
keberangkatan saya, maka kami putuskan untuk meniadakan
acara selamatan khusus di rumah terkait dengan
keberangkatan kami ke tanah suci tersebut. Sebagai gantinya—
tentu dengan tanpa mengurangi rasa hormat dan takzim kami
memutuskan untuk mengantar makanan ala kadarnya dengan
diselipkan selembaran surat pamitan kepada tetangga-tetangga
di sekitar rumah.
Terus terang, kami memang agak alergi dengan publisitas
terkait dengan keberangkatan kami ini. Pamitan dalam unit
kerja dan kolega di kantor pun lebih banyak menggunakan
email. Juga kepada teman-teman kolega di luar kantor pun
kami perlakukan hal yang sama. Kadang cukup sms permintaan
maaf dan permohonan doa agar kami dapat melakukan
perjalanan ibadah kali ini dengan sebaik-baiknya.
31
43. Persiapan demi Persiapan
Sementara itu surat wasiat dan beberapa catatan-catatan
muamalat saya gandakan pada beberapa lokasi penyimpanan.
Ada pula yang saya kirimkan kepada orang tua di Klaten.
Sertifikat, piagam, HD portable, file-file dan dokumen-dokumen
penting lainnya saya simpan dalam kotak kontainer plastik
besar dan menyimpannya di bawah meja kerja di kantor.
Alhamdulillah, kantor tempat saya bekerja relatif lebih aman
karena dijaga 24 jam oleh security dengan system pengamanan
berlapis. Beginilah untungnya bekerja di kantor yang memiliki
instalasi vital yang menyangkut hidup orang banyak, jadi
mendapatkan penjagaan dan pengamanan ekstra. Aman
deh…
Tips
Jika dokumen-dokumen penting anda tidak bisa disimpan di kantor
atau tempat aman lainnya, anda bisa juga menyimpannya di “safe
deposit box” yang disediakan oleh lembaga keuangan resmi seperti
Bank.
32
44. mushaf Al Quran
kain ihram tali pinggang
kebutuhan ibadah manset
baju ihram kaos kaki wudhu
jilbab/kerudung
masker
perlengkapan ibadah tambahan sprayer air
sajadah
pakaian untuk ibadah, aktivitas luar
pakaian di asrama/pemondokan, pakaian tidur baju harian
pakaian dalam
topi pakaian Handphone
tutup kepala Barang Bawaan
payung
alas kaki
gadget
camera digital
kacamata
gelas
notebook
tempat air
food store kebutuhan harian
makan kelengkapan pribadi sleeping bag
sendok-garpu alas tidur saat ARMINA
minuman instant dalam kemasan
makanan pendukung alat-alat mandi
abon/kering tempe/dll Toiletries
dipakai setiap hari, handuk
tali bersifat umum
dipakai untuk kebutuhan yang creamer/lotion pelembab
bersifat pribadi, bisa
lakban sun-block
berbeda-beda sesuai dengan
gunting kebutuhan suplemen
medical and drugs multi-vitamin
alat pendukung
cutter lips balm
paku obat-obatan lain
dll
45. Persiapan demi Persiapan
SURAT WASIAT
Assalaamu'alaykum
Ba'da Tahmid dan sholawat
Kepada anak-anakku: Ziyad, Taqiya dan Tsabita yang Sholeh-
sholehah-- atas alasan perjalanan jauh ke Baitullah yang mungkin
bisa jadi menjadi sebab perpisahan untuk selamanya--maka
tulisan ini semoga bisa mendelegasikan hal-hal terkait harta benda
kami yang kelak akan kami warisi kepada kalian. Tulisan ini juga
menjadi bagian dari beberapa tulisan termasuk proposal hidup
yang Abu tulis sebagai sebuah doa dan harapan tentang perjalanan
hidup yang sementara ini, untuk meraih bahagia di dunia dan
akhirat. Semoga ananda semua bisa melaksanakan dengan sebaik-
baiknya amanah kehidupan ini.
Kepada Eyang-Uti Eyang Akung--Ibunda Kunti dan Ayahanda
Ghufron, semoga uraian ini bisa menjadi panduan untuk bisa
menyampaikan, melanjutkan dan menyelesaikan amanah-amanah
kami jika memang Allah Subhanahu wa Ta’ala berkehendak lain
atas perjalanan ini.
Untuk urusan bagaimana warisan ini dibagi kepada ahlinya,
sepenuhnya kami putuskan dengan merujuk kepada Al Quran dan
Sunnah, sebagaimana dituangkan detail oleh para ulama sebagai
bagian dari ilmu faraid. Karena apa-apa yang telah diatur dalam
syariat Islam ini semata-mata adalah untuk kebaikan dan keadilan
bagi semua—sebagai bukti ketinggian dan kemuliaan dien-Nya...
Untuk bagaimana teknis pembagian warisan kepada anak-anak
kami seluruhnya akan diserahkan kepada kedua orang tua; eyang
akung dan eyang uti dengan merujuk aturan syariah tersebut di
atas.
Adapun dalam surat ini, saya hanya akan menginventarisasi jumlah
kekayaan bersih (net worth)= aktiva(asset)-passiva(utang). Selain
itu tentu beberapa hal lain yang menjadi penting untuk
ditindaklanjuti.
34
46. Persiapan demi Persiapan
…..
Demikian Ananda semua (Ziyad, Taqiya dan Tsabita), melalui
Eyang kalian kami titipkan kembali harta-harta ini. Jauh tak
sebanding tentu dibanding dengan iman dan aqidah kalian kepada
Allah Azza wa Jalla yang harus terus terpatri dengan baik melebihi
kualitas abu dan ummi kalian yang masih banyak kekurangan ini.
Untuk utang yang melibatkan lembaga keuangan resmi (Bank)
pada akhirnya akan diperhitungkan kembali jika terjadi hal-hal
yang menyebabkan kami tidak bisa melunasinya lagi (misal
disebabkan oleh kematian/kehilangan nyawa) karena tentu pada
akad perjanjiannya terdapat asuransi dan pertanggungan lain
Selain itu nilai total hutang tersebut pun bisa ditutupi dari nilai
pertanggungan jiwa dari asuransi xxxx Syariah a.n. Rifki Sya’bani
yang tertuang dalam daftar asset di atas.
Selain itu dari kantor sudah barang tentu akan mendapatkan
santunan kematian dan akumulasi Jamsostek dan lain-lain yang
telah diatur oleh perusahaan. Semoga jika lah ternyata Allah
berkehendak lain atas perjalanan ini—menyebabkan kami tak lagi
dapat berkumpul lagi di dunia ini; membersamai kalian bertiga
lagi, semoga bekal harta ini menjadi bukti bahwa abu-mu ini tidak
meninggalkan kalian dalam kondisi lemah harta. Insya Allah.
Semoga Allah Subhana wa Ta’ala masih memperkenankan kita bisa
kembali bersua dan membersamai hidup hingga jauh masa di
depan. Amiin.
Kepada Ibunda dan Bapanda, mohon surat yang berisi rincian harta
ini dipegang dan dipergunakan sebagaimana mestinya. Surat
wasiat ini pun sudah kami buat rangkap dalam bentuk digital dan
kami persaksikan kepada 2 orang minimal sebagai saksi yaitu: …..
Adapun harta yang berharga lain yang masih kami tinggal dalam
rumah adalah koleksi buku-buku dan majalah-majalah yang jumlah
totalnya mencapai lebih dari 350 buah dengan berbagai judul,
genre, dan tema. Tersimpan dan tersusun dalam 2 rak buku besar
dan 2 rak buku kecil. Kami berharap buku-buku itu kelak bisa
35
47. Persiapan demi Persiapan
menjadi jendela kehidupan, pintu ilmu pengetahuan, pelipur hati
dan mencerahkan jiwa bagi ananda semua. Jika ternyata Abu tidak
lagi bisa kembali dan berjumpa dengan kalian bertiga, jadikanlah
kelak, buku-buku itu adalah sebuah perpustakaan umum yang bisa
diakses secara bertanggung jawab oleh banyak orang untuk bisa
diambil kemanfaatannya.
Atas usia kalian yang masih dini, tentu tak cukup banyak bisa
mengenal kami sebagai orang tua, cukuplah dalam HD portable dan
dalam Laptop xxxx yang kami titip dan simpan di kantor sebagai
citra kenangan atas kami. Tersimpan berfolder-folder foto-foto
kebersamaan kita, puluhan tulisan pribadi dan koleksi e-book dan
kajian-kajian yang bisa diambil manfaatnya kelak. Insya Allah.
Demikian tulisan ini sebagai upaya dan ikhtiar berjaga-jaga jika
takdir Allah berkehendak lain atas harapan bersua kembali pada
Desember 2010 nanti.
Pontianak, 29 Oktober 2010
Cuplikan surat wasiat di atas adalah salah satu cara kami
mempersiapkan diri atas segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Kadangkala membacanya tak kurang membuat hati saya pun gerimis.
Surat wasiat di atas memang lebih banyak merinci soal daftar
kekayaan yang kami miliki. Rumusan sederhana yang kami gunakan
adalah:
kekayaan bersih (net worth)= aktiva(asset)-
passiva(utang)
Mengapa surat wasiat dan daftar kekayaan ini penting untuk kita
jabarkan kepada ahli waris saat kita meninggalkan mereka untuk
36
48. Persiapan demi Persiapan
menunaikan ibadah haji? Hal ini semata-mata untuk memberikan
ketenangan kepada kita bahwa segala pertinggalan hak dan kewajiban
kita dalam bermuamalat ada jaminan untuk ditunaikan secara baik
sepeninggalan kita jika ternyata Allah berkehendak lain atas
perjalanan spiritual ini.
Perjalanan haji ini akhirnya memang menyadarkan saya untuk
membiasakan lebih rinci terhadap daftar kekayaan ini. Bukan sekedar
untuk mengukur capaian tapi lebih pada cara kita memandang harta
ini sebagai bentuk amanah yang kelak harus dipertanggungjawabkan.
Selain itu pun saya bisa mengukur sejauh mana telah mempersiapkan
generasi sepeninggalan saya—anak-anak kami itu, adalah generasi
yang memiliki kekuatan materi yang menyebabkan mereka kelak bisa
berdiri tegak di atas izzah tanpa harus menjadi peminta-minta.
Setelah dilandasi dengan niat yang baik dan benar, lalu pastikan
bahwa biaya haji ini berasal dari sumber yang halal, tidak mengandung
subhat atau harta haram. Maka selanjutnya adalah penuhilah Hak-hak
Allah, lalu yang tidak kalah penting: PENUHI HAK-HAK DENGAN
MANUSIA; termasuk soal hutang-piutang dan akad-akad muamalat
lainnya.
37