SlideShare uma empresa Scribd logo
1 de 13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang
Dasar Negarah tahun 1945 adalah mencerdaskan bangsa. Pada tujuan ini sudah sangat jelas,
bahwa tameng dan tonggal utama Negara haruslah pendidikan. Demi tercapai dan terlaksananya
tujuan Negara tersebut maka penyelenggaraan pedidikan di Indonesia seluruhnya harus
mengacau pada tujuan Negara dan tujuan pendidikan nasional Indonesia.
Untuk itu penyelenggaraan pendidikan Indonesia harus terlaksana sebaik mungkin baik
dari segi pemerataan pendidikan baik jumlah, kelayakan dan dari segi mutu pendidikan itu
sendiri. Mutu pendidikan yang berkualitas data dinilai dari sejauhmana tingkat keefektifan
sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan.
Pendidikan dapat berlangsung ketika adanya unsur peserta didik serta adanya tenaga
pendidikan sebagai penyedia jasa pendidikan atau sumber ilmu agi peserta didik Peran tenaga
pendidikan, dalam hal ini guru sangat besar pengaruhnya dalam ketercapaian mutu pendidikan.
Kualitas guru yang tinggi pun sangat mendukung mutu pendidikan. Untuk itu perlu adanya
upaya peningkatan kualitas guru.
Melihat hal tersebut, maka penulis menyusun makalah Peningkatan Efektifitas Sekolah
Melalui Uapaya Peningkatan Kualitas Guru ini. Semoga makalah ini menjadi manfaat bagi
dunia pendidikan.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana efektivitas sekolah dalam perspektif mutu pendidikan?
2. Apa saja standar atau parameter pendidikan yang bermutu tinggi?
3. Apa upaya peningkatan efektifitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
2
1. Mengetahui efektifitas sekolah dipandang dalam perspektif mutu pendidikan
2. Mengetahui standar dari pendidikan bermutu tinggi
3. Mengetahui upaya a[a saja yang dapat dilakukan demi peningkatan efektifitas
sekolah melalui peningkatan kaulitas guru.
D. Manfaat Penulisan
Dengan adanya penulsan makalah ini diharapkan kita dapat mengambil
manfaatnya yakni memberikan referensi serta masukan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan. Memancing pendapat dari berbagai kalangan serta informasi bagi para
guru dan pihak-pihak pendidikan lainnya.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Efektifitas Sekolah
Efektivitas Sekolah dikemukakan oleh Cheng, yakni Efektivitas Sekolah menunjukkan
pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis,
fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi
ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi
sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi
siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah sebagai
wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara.
Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi
pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untk proses pendewasaan dan pembentukan
kepribadian siswa (http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ diakses pada tanggal 16
Maret 2013).
B. Mutu pendidikan
Mutu, secara umum dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh
dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang
diharapkan. Arcaro (2007:75) memaknai mutu sebagai sebuah proses struktur untuk
memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Adapun menurut Edward Sallis (2008:33), mutu,
khususnya dalam kontek Total Quality Management (TQM) adalah merupakan sebuah filosofi
yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam
menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan.
Lebih lanjut Edward menyatakan bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep
yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagaian besar dipahami
sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah yang
mahal. Sebagai suatu konsep yang ”absolut”, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan
benar, ini merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang
absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat
4
diungguli. Sedangkan mutu yang ”relatif” dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah
produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam definisi relatif ini produk atau
layanan akan dianggap bermutu, bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi ia memiliki nilai
misalnya keaslian produk, wajar, dan familiar.
Sedangkan Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan
output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan
untuk berlangsungnya proses. Misalnya, sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan
sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu
menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut
input, sedangkan sesuatu dari proses disebut output.
Dalam konteks pendidikan mikro (tingkat sekolah) yang dimaksud dengan proses
adalah pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program,
proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Sedangkan output pendidikan,
adalah merupakan kenerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari
proses/prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya,
produktifitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya serta moral kerjanya
Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan dukungan kepemimpinan kepala sekolah
dan manajemen sekolah yang efektif untuk mendukung kegiatan utama sekolah, yaitu proses
belajar mengajar di kelas. Kepala sekolah yang efektif ialah kepala sekolah yang menjalankan
kepemimpinan secara efektif. Oleh karena itu efektivitas kepemimpinan kepala sekolah adalah
mereka yang membuka diri untuk adanya pengaruh guru dan pegawai terhadap persoalan penting
sehingga produktivitas dan mutu kinerja sekolah akan bertambah baik jika semua unsur personil
bekerja di bawah payung seorang pemimpin yang memenuhi harapan mereka.
Guru yang efektif adalah guru yang berkinerja tinggi, terutama kinerja mengajarnya,
yang bisa menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar
dengan baik dan hasil, dan terampil dalam mengajar dengan berbagai metode, tampil dalam
memberikan penguatan dan terampil pula dalam mengakhiri pelajaran, serta guru menjadi
teladan atau model dalam pandangan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan.
(http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/)
5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Efektivitas Sekolah Dalam Perspektif Mutu Pendidikan
Dukutip dari http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ diakses pada tanggal 16
Maret 2013, efektivitas Sekolah dalam Perspektif Mutu Pendidikan merupakan penyelenggaraan
layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat
hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan Efektivitas Sekolah. Di lingkungan system
persekolahan, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak. Menurut
persepsi kebanyakan orang (orang tua dan masyarakat pada umumnya), mutu pendidikan di
sekolah secara sederhana dilihat dari perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan
dalam hasil-hasil ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya sebagian
besar atau seluruhnya, memperoleh nilai atau angka yang tinggi, sehingga berpeluang
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai
atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya
menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut
aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian, hasil pendidikan yang bermutu
memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif. Artinya, disamping ditunjukkan oleh indikator
seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagai mana dilihat dalam perolehan nilai yang tinggi,
juga ditunjukkan oleh seberapa baik kepemilikian kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak
dalam kepercayaan diri, kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi pekerti,
beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab sosial dan kebangsaan, apresiasi, dan lain sebagainya.
Analisis di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa konsep Efektivitas Sekolah berkaitan
langsung dengan mutu kinerja sekolah.
Efektivitas Sekolah dalam perspektif mutu pendidikan dapat dikatakan bahwa sekolah
yang efektif adalah sekolah seperti berikut:
1. Memiliki masukan siswa dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum,
2. Dapat menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu,
6
3. Memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar
mengajar
4. Memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi
dari kinerja kepemimpinan professional kepala sekolah.
Penyeleggaraan layanan belajar bagibpeserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu
pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah efektif. Di
lingkungan system sekolah, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai
pihak. Menurut persepsi masyarakat umum, mutu pendidikan di sekolah secara sederhana
diihatdari perolehan nilai yang dicapai dalam hasil ulangan dan ujian. Sekoah dianggap bermutu
ila peserta didik sebagian besar memperoleh ilai yang tinggi sehingga berpeluang melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Pandangan tersebut tidak keliru bila nilai diakui sebagai representative dari totalitas hasil
berlajar mencakupi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan denikian, hasil
pendidikan yang bermutu dapat dilihat dengan kuantitatif dan kualitatif. Artinya, selain sebagai
indikatr seberapa banyak peserta didik berprestasi tetapi juga seberapa baik kualitas dari pribadi
peserta didik, seperti yang terlihat dalam kesehariaan peserta didik yakni kepercayaan diri,
kemandirian, kedisiplinan, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi pekerti, beriman dan bertaqwa,
tanggung jawab social dan kebangsaan, apresiasi dan lain sebagainya. Analisis tersebut member
pemahaman jelas bahwa konsep sekolaheektif berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah.
B. Standar atau Parameter Pendidikan Yang Berkualitas
Standar atau parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk menilai atau
mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka mewujudkan
suatu pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ada delapan Standar nasional pendidikan
yang harus diperhatikan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu:
1. Standar kompetensi kelulusan
2. Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan
dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
7
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada
jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
3. Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan
kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
5. Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah,
perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan
berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi.
6. Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan
pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan.
7. Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya
operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun.
8. Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan pengawasan, pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Juga
bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu standar
diatas yang paling penting untuk diperhatikan yaitu standar pendidik dan kependidikan. Dimana
seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini, yaitu: kompetensi peadagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
Ada empat standar kualitas pendidikan dalam urutan prioritasnya adalah seperti yang
diuarikan berikut ini.
8
1. Guru
Mutu pendidikan amat ditentukan kualitas dan komitmen seorang guru. Profesi guru
menjadi tidak menarik di banyak daerah karena tidak menjanjikan kesejahteraan finansial
dan penghargaan profesional. Oleh karena itu, dengan dirumuskannya jenjang
profesionalitas yang jelas, maka kualitas guru-guru dapat dijaga dengan baik. Tentunya
hal ini juga berkaitan dengan penghargaan profesionalitas yang didapat dalam setiap
jenjang tersebut.
Guru juga harus bertanggung jawab dalam membangun atmosfer akademik di dalam
kelas. Atmosfer ini sebenarnya bertujuan untuk membentuk karakter siswa terutama
berkaitan dengan nilai-nilai akademik utama yaitu sikap ilmiah dan kreatif. Guru perlu
menekankan nilai-nilai inti yang berhubungan dengan pengembangan sikap ilmiah dan
kreatif dalam setiap tugas yang diberikan kepada siswanya, dalam membimbing siswa
memecahkan suatu persoalan atau juga dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari
siswa. Untuk dapat mengajar secara efektif, maka guru-guru akan ditraining secara
kontinyu (bukan hanya sekali saja) dan terutama akan dibekali pengetahuan tentang cara
mengajar yang baik dan bagaimana cara menilai yang efektif. Sehingga diharapkan guru
tersebut dapat mengembangkan cara mengajarnya sendiri, dapat meningkatkan
pengetahuan mereka sendiri dan juga dapat berkolaborasi dengan guru yang lain.
2. Kurikulum
Kurikulum di sini bukan sekedar kumpulan aktivitas saja, ia harus koheren antara
aktivitas yang satu dengan yang lain. Dalam kurikulum, juga harus diperhatikan
bagaimana menjaga agar materi-materi yang diberikan dapat menantang siswa sehingga
tidak membuat mereka merasa bosan dengan pengulangan-pengulangan materi saja.
Tentu saja hal ini bukan berarti mengubah-ubah topik yang ada tetapi lebih kepada
penggunaan berbagai alternatif cara pembelajaran untuk memperdalam suatu topik atau
mengaplikasikan suatu topik pada berbagai masalah riil yang relevan.
Kurikulum juga harus memuat secara jelas mengenai cara pembelajaran (learning)
dan cara penilaian (assesment) yang digunakan di dalam kelas. Cara pembelajaran yang
dijalankan harus membuat siswa memahami dengan benar mengenai hal-hal yang
mendasar. Pemahaman ini bukan hanya berdasarkan hasil dari pengajaran satu arah dari
guru ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa
9
dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman pembelajaran
di kelas dan pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya.
3. Atmosfer Akademik
Atmosfer akademik bertujuan untuk membentuk karakter siswa terutama berkaitan
dengan nilai-nilai akademik utama yaitu sikap ilmiah dan kreatif. Atmosfer ini dibangun
dari interaksi antar siswa, dari interaksi antara siswa dengan guru, interaksi dengan
orang tua siswa dan juga suasana lingkungan fisik yang diciptakan. Guru memegang
peran sentral dalam membangun atmosfer akademik ini dalam kegiatan pengajarannya
di kelas dan berlaku untuk semua yang terlibat dalam sistem pendidikan.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membangun sikap ilmiah dan kreatif ini
dalam kegiatan operasional pendidikan sehari-harinya? Untuk ini kita perlu menyadari
nilai-nilai inti yang harus ditanamkan ke semua komponen yang terlibat dalam kegiatan
pendidikan yang diselenggarakan. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang
menghargai hasil-hasil intelektual baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun orang
lain, disamping kritis dalam menerima hasil-hasil intelektual tersebut. Sedangkan sikap
kreatif disini mempunyai maksud sikap untuk terus-menerus mengembangkan
kemampuan memecahkan soal dan mengembangkan pengetahuan secara mandiri.
4. Sumber Keilmuan
Sumber Keilmuan disini adalah berupa prasarana dalam kegiatan pengajaran, yaitu
buku, alat peraga dan teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksploitasi dengan baik untuk
mendukung setiap proses pengajaran dan juga dalam membangun atmosfer akademik
yang hendak diciptakan. Apalagi pengajaran menganut pendekatan yang kongkrit, maka
guru harus dapat menggunakan hal-hal yang umum disekitar kita seperti: mata uang dan
jam, sebagai alat peraga.
C. Upaya Peningkatan Kualitas Guru Untuk Pencapaian Mutu Pendidikan
Kemampuan umum yang dimiliki seorang anak biasanya dipergunakan sebagai prediktor
untuk menjelaskan tingkat kemampuan menyelesaikan program belajar, sehingga kemampuan ini
sering disebut sebagai scholastic aptitude atau potensi akademik. Seorang siswa yang memiliki
potensi akademik yang tinggi diduga memiliki kemampuan yang tinggi pula untuk
10
menyelesaikan program-program belajar atau tugas-tugas belajar pada umumnya di sekolah, dan
karenanya diperhitungkan akan memperoleh prestasi yang diharapkan.
Sementara itu, kemampuan khusus atau bakat dijadikan prediktor untuk berprestasi
dengan baik dalam bidang kajian khusus seperti dalam bidang karya seni, musik, akting dan
sejenisnya. Atas dasar pemahaman ini, maka untuk memperoleh mutu pendidikan sekolah yang
baik, para siswa yang dilayaninya harus memiliki potensi yang memadai untuk menyelesaikan
program-program belajar yang dituntut oleh kurikulum sekolah. Kemampuan profesional guru
direfleksikan pada mutu pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses
belajar mengajar. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh:
1. Tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran dan penguasaan struktur konsep-
konsep keilmuannya.
2. Metode, pendekatan, gaya atau seni dan prosedur mengajar, pemanfaatan, fasilitas
belajar secara efektif dan efisien.
3. Pemahaman guru terhadap karateristik kelompok dan perorangan siswa.
4. Kemampuan guru menciptakan dialog kreatif dan menciptakan lingkungan belajar
yang menyenangkan
5. Kepribadian guru.
Atas dasar analisis tersebut, maka upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah
harus disertai dengan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dan
memperbaiki kualitas kepribadian gurunya. Pada tingkat sekolah, upaya tersebut ditunjukkan
dalam kegiatan-kegiatan berikut, yaitu:
1. Interaksi kolegialitas di antar guru antar sekolah
Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah
sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi
tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang
dimilikinya serta mengatai permasalahan-permasalahan dan kekurangan yang terjadi
sehingga peningkatan pendidikan akan bisa tercapai dengan cepat.
2. Pemahaman proses-proses kognitif dalam penyelenggaraan pengajaran
3. Penguasaan struktur pengetahuan mata pelajaran.
Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya
berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang berprofesional haruslah
11
banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan
disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangan pengetahuan-
pengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang di dalam
mayarakat. Selain itu guru dapat mengikuti pelatihan atau kursus seperti bahasa asing
dan computer.
4. Pemilikan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, keyakinan, dan standar.
5. Keterampilan mengajar.
Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman
untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan
mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang-
bidang masing-masing. Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan:
a. Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing.
b. Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal.
c. Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan.
Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan
peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus globaliasi.
6. Pengetahuan bagaimana siswa belajar.
Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan wali siswa.
Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan
ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga
peserta didik serta bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam
pendidikan yang diberikan di sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam
pendidikan di dalam keluarga.
12
BAB III
KESIMPULAN
Efektifitas Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh
prioritas utama standar pendidikan yakni guru. Untuk itu perlu adanya upaya
peningkatan ualitas guru, adapun upaya tersebut adalah sebagai berikut:
1. Interaksi kolegialitas di antar guru antar sekolah
2. Pemahaman proses-proses kognitif dalam penyelenggaraan pengajaran
3. Penguasaan struktur pengetahuan mata pelajaran.
4. Pemilikan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, keyakinan, dan standar.
5. Keterampilan mengajar.
6. Pengetahuan bagaimana siswa belajar.
13
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. _________. Efektifitas Sekolah diunduh melalui
http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ pada 16 Maret 2013).
Anonim. 2012. Konsep Mutu Pedidikan. Diunduh melaui
http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/ pada 15 Juni
2013
Edward Sallis. 2008. Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu Pendidikan
Cet; VII). Alis Bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta.
Jerome S. Arcaro. 2007. Quality in Education: an Implementation Handbook (Pendidikan
Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah Penerapan). Diterjemahkan oleh
Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar:
Nur Fatimah, dkk. 2010. Makalah Dasar-dasar Pendidikan. Yogyakarta: Universitas
Sarjanawiyata Tamansiswa
Yatna Supriatna. 2012. Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan. Diunduh melalui
http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/upaya-peningkatan-kualitas-
pendidikan.html pada 15 Juni 2013

Mais conteúdo relacionado

Mais procurados

Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanIndra Arrohman
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyajhesica purba
 
Unsur-unsur Manajemen Pendidikan
Unsur-unsur Manajemen PendidikanUnsur-unsur Manajemen Pendidikan
Unsur-unsur Manajemen Pendidikanrizkiariandini
 
Hakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdHakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdsafran hasibuan
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanAmbar Fidianingsih
 
PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)Rudi Salam Sinulingga
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran yuni dwinovika
 
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Agnas Setiawan
 
Ppt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikanPpt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikanImaaELF
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianNarto Wastyowadi
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasialvinnoor
 
STANDAR ISI KURIKULUM 2013
STANDAR ISI KURIKULUM 2013STANDAR ISI KURIKULUM 2013
STANDAR ISI KURIKULUM 2013Jajang Nur'alim
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarAdelaide Australia
 
PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...
PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...
PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...Toto Haryadi
 
PPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
PPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURUPPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
PPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURUAlorka 114114
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifUniversitas Negeri Semarang
 
Penilaian formatif sumatif
Penilaian formatif sumatifPenilaian formatif sumatif
Penilaian formatif sumatifGoogle
 
Alat dan media pembelajaran
Alat dan media pembelajaranAlat dan media pembelajaran
Alat dan media pembelajaranHumairahnia12
 

Mais procurados (20)

Bidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikanBidang garapan manajemen pendidikan
Bidang garapan manajemen pendidikan
 
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannyaPermasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
Permasalahan pelaksanaan supervisi pendidikan dan alternatif pemecahannya
 
Unsur-unsur Manajemen Pendidikan
Unsur-unsur Manajemen PendidikanUnsur-unsur Manajemen Pendidikan
Unsur-unsur Manajemen Pendidikan
 
Hakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sdHakikat pembelajaran ipa di sd
Hakikat pembelajaran ipa di sd
 
Komponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPTKomponen Kurikulum PPT
Komponen Kurikulum PPT
 
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh PenerapanModel ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
Model ASSURE: Konsep dan Contoh Penerapan
 
PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
PPT KONSEP DASAR PTK (PENELITIAN TINDAKAN KELAS)
 
Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran Analisis Materi Pembelajaran
Analisis Materi Pembelajaran
 
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
Kegiatan Pendahuluan dan Penutup
 
Ppt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikanPpt supervisi pendidikan
Ppt supervisi pendidikan
 
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaianContoh instrumen dan rubrik penilaian
Contoh instrumen dan rubrik penilaian
 
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan EvaluasiPerbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
Perbedaan Pengukuran, Asesmen dan Evaluasi
 
STANDAR ISI KURIKULUM 2013
STANDAR ISI KURIKULUM 2013STANDAR ISI KURIKULUM 2013
STANDAR ISI KURIKULUM 2013
 
Rumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajarRumus prosentase ketuntasan belajar
Rumus prosentase ketuntasan belajar
 
PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...
PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...
PENANAMAN NILAI DAN MORAL PADA ANAK SEKOLAH DASAR DENGAN PENDEKATAN STORYTELL...
 
PPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
PPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURUPPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
PPT-KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU
 
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara ReseptifMakalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
Makalah Apresiasi Karya Sastra Anak secara Reseptif
 
Penilaian formatif sumatif
Penilaian formatif sumatifPenilaian formatif sumatif
Penilaian formatif sumatif
 
Etika Profesi_9 sertifikasi guru
Etika Profesi_9 sertifikasi guruEtika Profesi_9 sertifikasi guru
Etika Profesi_9 sertifikasi guru
 
Alat dan media pembelajaran
Alat dan media pembelajaranAlat dan media pembelajaran
Alat dan media pembelajaran
 

Destaque

Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
Kompetensi Kewirausahaan Kepala SekolahKompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
Kompetensi Kewirausahaan Kepala SekolahNASuprawoto Sunardjo
 
Makalah 2011 wasis eko kurniawan
Makalah 2011 wasis eko kurniawanMakalah 2011 wasis eko kurniawan
Makalah 2011 wasis eko kurniawanYabniel Lit Jingga
 
Pengembangan kbk dan_roadmap_penelitian
Pengembangan kbk dan_roadmap_penelitianPengembangan kbk dan_roadmap_penelitian
Pengembangan kbk dan_roadmap_penelitianBagja Waluya
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Mayawi Karim
 
Skripsi lengkap -_c2_a006075
Skripsi lengkap -_c2_a006075Skripsi lengkap -_c2_a006075
Skripsi lengkap -_c2_a006075Poetra Chebhungsu
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMAguestf6b63af
 
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dTesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dBang Mohtar
 
Motto dan persembahan
Motto dan persembahanMotto dan persembahan
Motto dan persembahanovindaaa
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanBang Mohtar
 
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahliAda beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahlidhimas123
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanEdwarn Abazel
 
SKRIPSI Manajemen Pendidikan UNG
SKRIPSI Manajemen Pendidikan UNGSKRIPSI Manajemen Pendidikan UNG
SKRIPSI Manajemen Pendidikan UNGAbdi Gunawan
 
Proposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIF
Proposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIFProposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIF
Proposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIFCandra Sihotang
 
Draf proposal tesis ahmad budi
Draf proposal tesis ahmad budiDraf proposal tesis ahmad budi
Draf proposal tesis ahmad budiAbdul Majid
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Denny Kodrat
 

Destaque (20)

Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
Kompetensi Kewirausahaan Kepala SekolahKompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
Kompetensi Kewirausahaan Kepala Sekolah
 
Karakteristik sekolah efektif
Karakteristik sekolah efektifKarakteristik sekolah efektif
Karakteristik sekolah efektif
 
None 1
None 1None 1
None 1
 
Makalah 2011 wasis eko kurniawan
Makalah 2011 wasis eko kurniawanMakalah 2011 wasis eko kurniawan
Makalah 2011 wasis eko kurniawan
 
None
NoneNone
None
 
Pengembangan kbk dan_roadmap_penelitian
Pengembangan kbk dan_roadmap_penelitianPengembangan kbk dan_roadmap_penelitian
Pengembangan kbk dan_roadmap_penelitian
 
Tesis s2
Tesis s2Tesis s2
Tesis s2
 
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
Peran Guru dalam Belajar dan Pembelajaran (Makalah BDP)
 
Skripsi lengkap -_c2_a006075
Skripsi lengkap -_c2_a006075Skripsi lengkap -_c2_a006075
Skripsi lengkap -_c2_a006075
 
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMATESIS PENDIDIKAN AGAMA
TESIS PENDIDIKAN AGAMA
 
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.dTesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
Tesis bab i s.d. v dan lampiran 1 s.d
 
Motto dan persembahan
Motto dan persembahanMotto dan persembahan
Motto dan persembahan
 
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikanLaporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
Laporan tesis bab 1 s.d. 5 & daftar pustaka perbaikan
 
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahliAda beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli
Ada beberapa pengertian tentang asesmen menurut para ahli
 
Manajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikanManajemen lembaga pendidikan
Manajemen lembaga pendidikan
 
SKRIPSI Manajemen Pendidikan UNG
SKRIPSI Manajemen Pendidikan UNGSKRIPSI Manajemen Pendidikan UNG
SKRIPSI Manajemen Pendidikan UNG
 
Proposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIF
Proposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIFProposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIF
Proposal tesis PENGEMBANGAN BUKU AJAR MATERI TEMATIK INTEGRATIF
 
Proposal tesis
Proposal tesisProposal tesis
Proposal tesis
 
Draf proposal tesis ahmad budi
Draf proposal tesis ahmad budiDraf proposal tesis ahmad budi
Draf proposal tesis ahmad budi
 
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
Proposal: Efektivitas Pelaksanaan Manajemen Pendidikan Karakter (Mixed Method)
 

Semelhante a Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru

Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitamahmudi moedy
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015anida juita
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahWarnet Raha
 
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikanMakalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikanMuhammad Idris
 
Makalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikanMakalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikanMuhammad Idris
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Pipit Wijaya
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanMohd Khoeirul Fahmi Hamid
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanNina Rahayu
 
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahNuruddin Arranirri
 
Makalah
MakalahMakalah
MakalahAyybee
 

Semelhante a Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru (20)

Mkalah menejemen ok
Mkalah menejemen okMkalah menejemen ok
Mkalah menejemen ok
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
Bab i
Bab iBab i
Bab i
 
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juitaManajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
Manajeman pendidikan-islam deden-makbulaoh-anida-juita
 
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
Manajemen-pendidikan-islam_deden-makbuloh_anidajuita_s2pai_f_2015
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
Makalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolahMakalah pengembangan sekolah
Makalah pengembangan sekolah
 
Kompetensi Guru
Kompetensi GuruKompetensi Guru
Kompetensi Guru
 
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikanMakalah upaya peningkatan mutu pendidikan
Makalah upaya peningkatan mutu pendidikan
 
Makalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikanMakalah upaya peningkatan pendidikan
Makalah upaya peningkatan pendidikan
 
Inovasi Kurikulum
Inovasi KurikulumInovasi Kurikulum
Inovasi Kurikulum
 
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
Peningkatan Kualitas Guru Untuk Mencetak Peserta Didik Berkualitas Demi Penca...
 
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaanKertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
Kertas kerja kajian sistem pendidikan kebangsaan
 
Guru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikanGuru dan dilema pendidikan
Guru dan dilema pendidikan
 
Makalah daspen
Makalah daspenMakalah daspen
Makalah daspen
 
3 permasalahan pm
3 permasalahan pm3 permasalahan pm
3 permasalahan pm
 
Bab I_Tesis
Bab I_TesisBab I_Tesis
Bab I_Tesis
 
Tugas 4 tik
Tugas 4 tikTugas 4 tik
Tugas 4 tik
 
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolahManajemen%20 berbasis%20sekolah
Manajemen%20 berbasis%20sekolah
 
Makalah
MakalahMakalah
Makalah
 

Peningkatan efektivitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru

  • 1. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan Negara Indonesia yang tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negarah tahun 1945 adalah mencerdaskan bangsa. Pada tujuan ini sudah sangat jelas, bahwa tameng dan tonggal utama Negara haruslah pendidikan. Demi tercapai dan terlaksananya tujuan Negara tersebut maka penyelenggaraan pedidikan di Indonesia seluruhnya harus mengacau pada tujuan Negara dan tujuan pendidikan nasional Indonesia. Untuk itu penyelenggaraan pendidikan Indonesia harus terlaksana sebaik mungkin baik dari segi pemerataan pendidikan baik jumlah, kelayakan dan dari segi mutu pendidikan itu sendiri. Mutu pendidikan yang berkualitas data dinilai dari sejauhmana tingkat keefektifan sekolah dalam menyelenggarakan pendidikan. Pendidikan dapat berlangsung ketika adanya unsur peserta didik serta adanya tenaga pendidikan sebagai penyedia jasa pendidikan atau sumber ilmu agi peserta didik Peran tenaga pendidikan, dalam hal ini guru sangat besar pengaruhnya dalam ketercapaian mutu pendidikan. Kualitas guru yang tinggi pun sangat mendukung mutu pendidikan. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan kualitas guru. Melihat hal tersebut, maka penulis menyusun makalah Peningkatan Efektifitas Sekolah Melalui Uapaya Peningkatan Kualitas Guru ini. Semoga makalah ini menjadi manfaat bagi dunia pendidikan. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana efektivitas sekolah dalam perspektif mutu pendidikan? 2. Apa saja standar atau parameter pendidikan yang bermutu tinggi? 3. Apa upaya peningkatan efektifitas sekolah melalui peningkatan kualitas guru? C. Tujuan Penulisan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
  • 2. 2 1. Mengetahui efektifitas sekolah dipandang dalam perspektif mutu pendidikan 2. Mengetahui standar dari pendidikan bermutu tinggi 3. Mengetahui upaya a[a saja yang dapat dilakukan demi peningkatan efektifitas sekolah melalui peningkatan kaulitas guru. D. Manfaat Penulisan Dengan adanya penulsan makalah ini diharapkan kita dapat mengambil manfaatnya yakni memberikan referensi serta masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan. Memancing pendapat dari berbagai kalangan serta informasi bagi para guru dan pihak-pihak pendidikan lainnya.
  • 3. 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Efektifitas Sekolah Efektivitas Sekolah dikemukakan oleh Cheng, yakni Efektivitas Sekolah menunjukkan pada kemampuan sekolah dalam menjalankan fungsinya secara maksimal, baik fungsi ekonomis, fungsi sosial-kemanusiaan, fungsi politis, fungsi budaya maupun fungsi pendidikan. Fungsi ekonomis sekolah adalah memberi bekal kepada siswa agar dapat melakukan aktivitas ekonomi sehingga dapat hidup sejahtera. Fungsi sosial kemanusiaan sekolah adalah sebagai media bagi siswa untuk beradaptasi dengan kehidupan masyarakat. Fungsi politis sekolah adalah sebagai wahana untuk memperoleh pengetahuan tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara. Fungsi budaya adalah media untuk melakukan transmisi dan transformasi budaya. Adapun fungsi pendidikan adalah sekolah sebagai wahana untk proses pendewasaan dan pembentukan kepribadian siswa (http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ diakses pada tanggal 16 Maret 2013). B. Mutu pendidikan Mutu, secara umum dapat didefinisikan sebagai gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang diharapkan. Arcaro (2007:75) memaknai mutu sebagai sebuah proses struktur untuk memperbaiki keluaran yang dihasilkan. Adapun menurut Edward Sallis (2008:33), mutu, khususnya dalam kontek Total Quality Management (TQM) adalah merupakan sebuah filosofi yang membantu institusi untuk merencanakan perubahan dan mengatur agenda dalam menghadapi tekanan-tekanan eksternal yang berlebihan. Lebih lanjut Edward menyatakan bahwa mutu dapat dipandang sebagai sebuah konsep yang absolut sekaligus relatif. Mutu dalam percakapan sehari-hari sebagaian besar dipahami sebagai sesuatu yang absolut, misalnya restoran yang mahal dan mobil-mobil yang mewah yang mahal. Sebagai suatu konsep yang ”absolut”, mutu sama halnya dengan sifat baik, cantik, dan benar, ini merupakan suatu idealisme yang tidak dapat dikompromikan. Dalam definisi yang absolut, sesuatu yang bermutu merupakan bagian dari standar yang sangat tinggi dan tidak dapat
  • 4. 4 diungguli. Sedangkan mutu yang ”relatif” dipandang sebagai sesuatu yang melekat pada sebuah produk yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Untuk itu dalam definisi relatif ini produk atau layanan akan dianggap bermutu, bukan karena ia mahal dan eksklusif, tetapi ia memiliki nilai misalnya keaslian produk, wajar, dan familiar. Sedangkan Mutu dalam konteks pendidikan, pengertiannya meliputi input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan adalah segala sesuatu yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Misalnya, sumber daya, perangkat lunak serta harapan-harapan sebagai pemandu bagi berlangsungnya proses. Proses Pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedangkan sesuatu dari proses disebut output. Dalam konteks pendidikan mikro (tingkat sekolah) yang dimaksud dengan proses adalah pengambilan keputusan, proses pengelolaan kelembagaan, proses pengelolaan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Sedangkan output pendidikan, adalah merupakan kenerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/prilaku sekolah. Kinerja sekolah dapat diukur dari kualitasnya, efektifitasnya, produktifitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya serta moral kerjanya Untuk meningkatkan mutu sekolah diperlukan dukungan kepemimpinan kepala sekolah dan manajemen sekolah yang efektif untuk mendukung kegiatan utama sekolah, yaitu proses belajar mengajar di kelas. Kepala sekolah yang efektif ialah kepala sekolah yang menjalankan kepemimpinan secara efektif. Oleh karena itu efektivitas kepemimpinan kepala sekolah adalah mereka yang membuka diri untuk adanya pengaruh guru dan pegawai terhadap persoalan penting sehingga produktivitas dan mutu kinerja sekolah akan bertambah baik jika semua unsur personil bekerja di bawah payung seorang pemimpin yang memenuhi harapan mereka. Guru yang efektif adalah guru yang berkinerja tinggi, terutama kinerja mengajarnya, yang bisa menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif bagi peserta didik untuk belajar dengan baik dan hasil, dan terampil dalam mengajar dengan berbagai metode, tampil dalam memberikan penguatan dan terampil pula dalam mengakhiri pelajaran, serta guru menjadi teladan atau model dalam pandangan peserta didik dalam mencapai tujuan pendidikan. (http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/)
  • 5. 5 BAB III PEMBAHASAN A. Efektivitas Sekolah Dalam Perspektif Mutu Pendidikan Dukutip dari http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ diakses pada tanggal 16 Maret 2013, efektivitas Sekolah dalam Perspektif Mutu Pendidikan merupakan penyelenggaraan layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan Efektivitas Sekolah. Di lingkungan system persekolahan, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak. Menurut persepsi kebanyakan orang (orang tua dan masyarakat pada umumnya), mutu pendidikan di sekolah secara sederhana dilihat dari perolehan nilai atau angka yang dicapai seperti ditunjukkan dalam hasil-hasil ulangan dan ujian. Sekolah dianggap bermutu apabila para siswanya sebagian besar atau seluruhnya, memperoleh nilai atau angka yang tinggi, sehingga berpeluang melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Persepsi tersebut tidak keliru apabila nilai atau angka tersebut diakui sebagai representasi dari totalitas hasil belajar, yang dapat dipercaya menggambarkan derajat perubahan tingkah laku atau penguasaan kemampuan yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dengan demikian, hasil pendidikan yang bermutu memiliki nuansa kuantitatif dan kualitatif. Artinya, disamping ditunjukkan oleh indikator seberapa banyak siswa yang berprestasi sebagai mana dilihat dalam perolehan nilai yang tinggi, juga ditunjukkan oleh seberapa baik kepemilikian kualitas pribadi para siswanya, seperti tampak dalam kepercayaan diri, kemandirian, disiplin, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi pekerti, beriman dan bertaqwa, bertanggung jawab sosial dan kebangsaan, apresiasi, dan lain sebagainya. Analisis di atas memberikan pemahaman yang jelas bahwa konsep Efektivitas Sekolah berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah. Efektivitas Sekolah dalam perspektif mutu pendidikan dapat dikatakan bahwa sekolah yang efektif adalah sekolah seperti berikut: 1. Memiliki masukan siswa dengan potensi yang sesuai dengan tuntutan kurikulum, 2. Dapat menyediakan layanan pembelajaran yang bermutu,
  • 6. 6 3. Memiliki fasilitas sekolah yang menunjang efektivitas dan efisiensi kegiatan belajar mengajar 4. Memiliki kemampuan menciptakan budaya sekolah yang kondusif sebagai refleksi dari kinerja kepemimpinan professional kepala sekolah. Penyeleggaraan layanan belajar bagibpeserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah efektif. Di lingkungan system sekolah, konsep mutu pendidikan dipersepsi berbeda-beda oleh berbagai pihak. Menurut persepsi masyarakat umum, mutu pendidikan di sekolah secara sederhana diihatdari perolehan nilai yang dicapai dalam hasil ulangan dan ujian. Sekoah dianggap bermutu ila peserta didik sebagian besar memperoleh ilai yang tinggi sehingga berpeluang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Pandangan tersebut tidak keliru bila nilai diakui sebagai representative dari totalitas hasil berlajar mencakupi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotorik. Dengan denikian, hasil pendidikan yang bermutu dapat dilihat dengan kuantitatif dan kualitatif. Artinya, selain sebagai indikatr seberapa banyak peserta didik berprestasi tetapi juga seberapa baik kualitas dari pribadi peserta didik, seperti yang terlihat dalam kesehariaan peserta didik yakni kepercayaan diri, kemandirian, kedisiplinan, kerja keras dan ulet, terampil, berbudi pekerti, beriman dan bertaqwa, tanggung jawab social dan kebangsaan, apresiasi dan lain sebagainya. Analisis tersebut member pemahaman jelas bahwa konsep sekolaheektif berkaitan langsung dengan mutu kinerja sekolah. B. Standar atau Parameter Pendidikan Yang Berkualitas Standar atau parameter adalah ukuran atau barometer yang digunakan untuk menilai atau mengukur sesuatu hal. Ini menjadi penting untuk kita ketahui, apalagi dalam rangka mewujudkan suatu pendidikan yang berkualitas. Kalau kita mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP.) No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, ada delapan Standar nasional pendidikan yang harus diperhatikan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas, yaitu: 1. Standar kompetensi kelulusan 2. Standar isi, adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
  • 7. 7 mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. 3. Standar proses, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan, adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan. 5. Standar sarana dan prasarana, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. 6. Standar pengelolaan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional, agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. 7. Standar pembiayaan, adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selam satu tahun. 8. Standar penilaian pendidikan, adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik. Standar nasional pendidikan ini berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan, pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Juga bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu standar diatas yang paling penting untuk diperhatikan yaitu standar pendidik dan kependidikan. Dimana seorang pendidik harus memiliki kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini, yaitu: kompetensi peadagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Ada empat standar kualitas pendidikan dalam urutan prioritasnya adalah seperti yang diuarikan berikut ini.
  • 8. 8 1. Guru Mutu pendidikan amat ditentukan kualitas dan komitmen seorang guru. Profesi guru menjadi tidak menarik di banyak daerah karena tidak menjanjikan kesejahteraan finansial dan penghargaan profesional. Oleh karena itu, dengan dirumuskannya jenjang profesionalitas yang jelas, maka kualitas guru-guru dapat dijaga dengan baik. Tentunya hal ini juga berkaitan dengan penghargaan profesionalitas yang didapat dalam setiap jenjang tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab dalam membangun atmosfer akademik di dalam kelas. Atmosfer ini sebenarnya bertujuan untuk membentuk karakter siswa terutama berkaitan dengan nilai-nilai akademik utama yaitu sikap ilmiah dan kreatif. Guru perlu menekankan nilai-nilai inti yang berhubungan dengan pengembangan sikap ilmiah dan kreatif dalam setiap tugas yang diberikan kepada siswanya, dalam membimbing siswa memecahkan suatu persoalan atau juga dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Untuk dapat mengajar secara efektif, maka guru-guru akan ditraining secara kontinyu (bukan hanya sekali saja) dan terutama akan dibekali pengetahuan tentang cara mengajar yang baik dan bagaimana cara menilai yang efektif. Sehingga diharapkan guru tersebut dapat mengembangkan cara mengajarnya sendiri, dapat meningkatkan pengetahuan mereka sendiri dan juga dapat berkolaborasi dengan guru yang lain. 2. Kurikulum Kurikulum di sini bukan sekedar kumpulan aktivitas saja, ia harus koheren antara aktivitas yang satu dengan yang lain. Dalam kurikulum, juga harus diperhatikan bagaimana menjaga agar materi-materi yang diberikan dapat menantang siswa sehingga tidak membuat mereka merasa bosan dengan pengulangan-pengulangan materi saja. Tentu saja hal ini bukan berarti mengubah-ubah topik yang ada tetapi lebih kepada penggunaan berbagai alternatif cara pembelajaran untuk memperdalam suatu topik atau mengaplikasikan suatu topik pada berbagai masalah riil yang relevan. Kurikulum juga harus memuat secara jelas mengenai cara pembelajaran (learning) dan cara penilaian (assesment) yang digunakan di dalam kelas. Cara pembelajaran yang dijalankan harus membuat siswa memahami dengan benar mengenai hal-hal yang mendasar. Pemahaman ini bukan hanya berdasarkan hasil dari pengajaran satu arah dari guru ke siswa, tetapi lebih merupakan pemahaman yang muncul dari keaktifan siswa
  • 9. 9 dalam membangun pengetahuannya sendiri dengan merangkai pengalaman pembelajaran di kelas dan pengetahuan yang telah dimilikinya sebelumnya. 3. Atmosfer Akademik Atmosfer akademik bertujuan untuk membentuk karakter siswa terutama berkaitan dengan nilai-nilai akademik utama yaitu sikap ilmiah dan kreatif. Atmosfer ini dibangun dari interaksi antar siswa, dari interaksi antara siswa dengan guru, interaksi dengan orang tua siswa dan juga suasana lingkungan fisik yang diciptakan. Guru memegang peran sentral dalam membangun atmosfer akademik ini dalam kegiatan pengajarannya di kelas dan berlaku untuk semua yang terlibat dalam sistem pendidikan. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana membangun sikap ilmiah dan kreatif ini dalam kegiatan operasional pendidikan sehari-harinya? Untuk ini kita perlu menyadari nilai-nilai inti yang harus ditanamkan ke semua komponen yang terlibat dalam kegiatan pendidikan yang diselenggarakan. Sikap ilmiah yang dimaksud adalah sikap yang menghargai hasil-hasil intelektual baik yang berasal dari dirinya sendiri maupun orang lain, disamping kritis dalam menerima hasil-hasil intelektual tersebut. Sedangkan sikap kreatif disini mempunyai maksud sikap untuk terus-menerus mengembangkan kemampuan memecahkan soal dan mengembangkan pengetahuan secara mandiri. 4. Sumber Keilmuan Sumber Keilmuan disini adalah berupa prasarana dalam kegiatan pengajaran, yaitu buku, alat peraga dan teknologi. Semua hal ini harus dapat dieksploitasi dengan baik untuk mendukung setiap proses pengajaran dan juga dalam membangun atmosfer akademik yang hendak diciptakan. Apalagi pengajaran menganut pendekatan yang kongkrit, maka guru harus dapat menggunakan hal-hal yang umum disekitar kita seperti: mata uang dan jam, sebagai alat peraga. C. Upaya Peningkatan Kualitas Guru Untuk Pencapaian Mutu Pendidikan Kemampuan umum yang dimiliki seorang anak biasanya dipergunakan sebagai prediktor untuk menjelaskan tingkat kemampuan menyelesaikan program belajar, sehingga kemampuan ini sering disebut sebagai scholastic aptitude atau potensi akademik. Seorang siswa yang memiliki potensi akademik yang tinggi diduga memiliki kemampuan yang tinggi pula untuk
  • 10. 10 menyelesaikan program-program belajar atau tugas-tugas belajar pada umumnya di sekolah, dan karenanya diperhitungkan akan memperoleh prestasi yang diharapkan. Sementara itu, kemampuan khusus atau bakat dijadikan prediktor untuk berprestasi dengan baik dalam bidang kajian khusus seperti dalam bidang karya seni, musik, akting dan sejenisnya. Atas dasar pemahaman ini, maka untuk memperoleh mutu pendidikan sekolah yang baik, para siswa yang dilayaninya harus memiliki potensi yang memadai untuk menyelesaikan program-program belajar yang dituntut oleh kurikulum sekolah. Kemampuan profesional guru direfleksikan pada mutu pengalaman pembelajaran siswa yang berinteraksi dalam kondisi proses belajar mengajar. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh: 1. Tingkat penguasaan guru terhadap bahan pelajaran dan penguasaan struktur konsep- konsep keilmuannya. 2. Metode, pendekatan, gaya atau seni dan prosedur mengajar, pemanfaatan, fasilitas belajar secara efektif dan efisien. 3. Pemahaman guru terhadap karateristik kelompok dan perorangan siswa. 4. Kemampuan guru menciptakan dialog kreatif dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan 5. Kepribadian guru. Atas dasar analisis tersebut, maka upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di sekolah harus disertai dengan upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan profesional dan memperbaiki kualitas kepribadian gurunya. Pada tingkat sekolah, upaya tersebut ditunjukkan dalam kegiatan-kegiatan berikut, yaitu: 1. Interaksi kolegialitas di antar guru antar sekolah Suatu hal yang sangat penting seorang guru mengadakan kunjungan antar sekolah sehingga akan menambah wawasan pengetahuan, bertukar pikiran dan informasi tentang kemajuan sekolah. Ini akan menambah dan melengkapi pengetahuan yang dimilikinya serta mengatai permasalahan-permasalahan dan kekurangan yang terjadi sehingga peningkatan pendidikan akan bisa tercapai dengan cepat. 2. Pemahaman proses-proses kognitif dalam penyelenggaraan pengajaran 3. Penguasaan struktur pengetahuan mata pelajaran. Menjadi guru professional tidak hanya menguasai atau membaca dan hanya berpedoman pada satu atau beberapa buku saja, guru yang berprofesional haruslah
  • 11. 11 banyak membaca berbagai macam buku untuk menambah bahan materi yang akan disampaikan sehingga sebagai pendidik tidak akan kekurangan pengetahuan- pengetahuan dan informasi-informasi yang muncul dan berkembang di dalam mayarakat. Selain itu guru dapat mengikuti pelatihan atau kursus seperti bahasa asing dan computer. 4. Pemilikan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, keyakinan, dan standar. 5. Keterampilan mengajar. Menurut para ahli bahwa penataran adalah semua usaha pendidikan dan pengalaman untuk meningkatkan keahlian guru menyelarasikan pengetahuan dan keterampilan mereka sesuai dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang- bidang masing-masing. Sedangkan kegiatan penataran itu sendiri di tujukan: a. Mempertinggi mutu petugas sebagai profesinya masing-masing. b. Meningkatkan efesiensi kerja menuju arah tercapainya hasil yang optimal. c. Perkembangan kegairahan kerja dan peningkatan kesejahteraan. Jadi penataran itu dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja, keahlian dan peningkatan terutama pendidikan untuk menghadapi arus globaliasi. 6. Pengetahuan bagaimana siswa belajar. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadakan hubungan dengan wali siswa. Mengadakan pertemuan dengan wali siswa sangatlah penting sekali, karena dengan ini guru dan orang tua akan dapat saling berkomunikasi, mengetahui dan menjaga peserta didik serta bisa mengarahkan pada perbuatan yang positif. Karena jam pendidikan yang diberikan di sekolah lebih sedikit apabila dibandingkan jam pendidikan di dalam keluarga.
  • 12. 12 BAB III KESIMPULAN Efektifitas Sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh prioritas utama standar pendidikan yakni guru. Untuk itu perlu adanya upaya peningkatan ualitas guru, adapun upaya tersebut adalah sebagai berikut: 1. Interaksi kolegialitas di antar guru antar sekolah 2. Pemahaman proses-proses kognitif dalam penyelenggaraan pengajaran 3. Penguasaan struktur pengetahuan mata pelajaran. 4. Pemilikan pemahaman dan penghayatan terhadap nilai, keyakinan, dan standar. 5. Keterampilan mengajar. 6. Pengetahuan bagaimana siswa belajar.
  • 13. 13 DAFTAR PUSTAKA Anonim. _________. Efektifitas Sekolah diunduh melalui http://pintania.wordpress.com/efektivitas-sekolah/ pada 16 Maret 2013). Anonim. 2012. Konsep Mutu Pedidikan. Diunduh melaui http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/konsep-mutu-pendidikan/ pada 15 Juni 2013 Edward Sallis. 2008. Total Quality Management In Education (Manajemen Mutu Pendidikan Cet; VII). Alis Bahasa Ahmad Ali Riyadi dan Fahrurrozi. Yogyakarta. Jerome S. Arcaro. 2007. Quality in Education: an Implementation Handbook (Pendidikan Berbasis Mutu: Prinsip-Prinsip dan Tata Langkah Penerapan). Diterjemahkan oleh Yosal Iriantara. Yogyakarta: Pustaka Pelajar: Nur Fatimah, dkk. 2010. Makalah Dasar-dasar Pendidikan. Yogyakarta: Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yatna Supriatna. 2012. Upaya Peningkatan Kualitas Pendidikan. Diunduh melalui http://orangmajalengka.blogspot.com/2012/06/upaya-peningkatan-kualitas- pendidikan.html pada 15 Juni 2013