1. Edisi: 004 - Tahun 2012 “Kontemporer”
PNPM MPd INTEGRASI SPP-SPPN
Kabupaten Majalengka
Kabupaten Majalengka Tahun 2012 memperoleh kepercayaan
dari Pemerintah melalui Dirjen Pemberdayaan Masyarakat Desa
untuk melaksanakan Program PNPM Mandiri Perdesaan
Integrasi SPP-SPPN. Dalam kaitan ini, peran Pemerintah
Kabupaten Majalengka diberi keleluasaan untuk memodifikasi
dan mengembangkan program tersebut, sehingga lahirlah
PROGRAM SABILULUNGAN yang merupakan singkatan dari
kata Sauyunan Babarengan Ilubiung Ngaluluguan
Pangwangunan. Rangkaian kata tersebut mencerminkan dasar
filosofi kebersamaan, gotong-royong dan keteladanan dalam
pembangunan di Kabupaten Majalengka .....
2. Pelindung :
Drs. H. Rieswan Graha, M.M.Pd.
(Kepala BPMDPKB Kab. Majalengka)
Drs. H. Suwarto, M.Pd.
(Kepala Bidang UEM Kab. Majalengka)
Drs. Piping Ma’arif
(Satker PNPM Kab. Majalengka)
Drs. Rahmat Heryanto, M.Si.
(Sekretaris BPMDPKB Kab. Majalengka)
Penasehat :
Ir. Agus Salim
(Fasilitator Kabupaten Kab. Majalengka)
Ir. Muchtar
Dari : Ai Komaladewi
Oleh : Ir. Sutardjo
(Pemerhati PNPM)
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Saat singgah di Kantor UPK, saya sangat tercengang melihat perkembangan PNPM sekarang, sampe ada buletinnya segala. Dulu mah boro-boro ada buletin, papan informasi desanya
aja kosong melompong hanya ada dua lembar informasi, itu pun sudah lama tak terUpdate.
Saya berharap agar buletin Sindangkasih Mandiri yang penampilannya OK ini tidak berhenti di
pertengahan jalan. Teruslah ber-Publikasi all-out. Ingatlah bahwa perusahaan gede pun bisa
bertahan dan bisa besar karena management publikasinya tertata baik. Kasih tahu seluruh
penduduk dunia bahwa di Indonesia ada PNPM. Terima kasih !
(Fastekkab Kabupaten Majalengka)
Ir. Sutardjo
(Faskeu Kabupaten Majalengka)
Muh. Widiantoro, SP
(Assisten Faskab Kabupaten Majalengka)
Endang Floresia, ST
(Assisten Fastekkab Kabupaten Majalengka)
Penanggung jawab :
H. S. Hasib
(Ketua RBM Kab. Majalengka)
H. A. Romli Martinez
(Ketua Pokja Bid. Media RBM Majalengka)
Ima Rohima AR, ST
(Sekretaris RBM Kab. Majalengka)
Rahmat Hidayat
(Bendahara RBM Kab. Majalengka)
Pemimpin Redaksi :
H. Apip Haris Arifin
(Bendahara UPK Argapura)
Kontributor :
Teteng Imanudin
( UPK Kecamatan Dawuan)
Didin “KETUT” Aminudin
(Kecamatan Jatitujuh)
Aboer Chakra Borthy
(Photographer)
Layout & Editing :
H. Apip Haris Arifin
(Bendahara UPK Argapura)
Dari : Baban Sobana
(Ketua UPK Kec. Rajagaluh)
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Salam sejahtera untuk kita semua, pertama-tama
saya mengucapkan syukur Alhamdulillah atas terbitnya
Buletin Sindangkasih Mandiri yang digagas oleh Ruang
Belajar Masyarakat (RBM) Kabupaten Majalengka, sehingga saya dan para pelaku PNPM lainnya yang berada
di kecamatan bisa menumpahkan curahan hati, gagasan serta segala unek-unek ke dalam tulisan.
Semua hasil jerih payah dan perjuangan yang tak kenal lelah dari para pelaku PNPM di
kecamatan kami dan kecamatan lainnya tertuang dalam buletin Sindangkasih Mandiri. Kisah
perjuangan kami dalam upaya membangun desa, salah satunya telah dimuat di Edisi 002.
Kami serasa diingatkan kembali betapa tingginya nilai perjuangan camat kami yang bersamasama dengan para kepala desa telah mampu menggerakkan masyarakat untuk lepas dari
embel-embel Kecamatan Bermasalah. Dan di tahun 2012 ini, tahun ke-3 pasca lepas dari
label Kecamatan Bermasalah, sudah banyak prasarana yang telah dibangun dan banyak
kelompok simpan pinjam (SPP) yang telah mendapatkan modal pinjaman untuk usaha kecil.
Buletin Sindangkasih Mandiri sebagai visualisasi keberhasilan PNPM Kabupaten Majalengka telah mengungkap semangat gotong-royong masyarakat yang berganti ruh dengan sebutan Swadaya Masyarakat.
Para penulis dari masing-masing kecamatan mampu menyajikan sisi-sisi menarik tentang
perjalanan PNPM sehingga buletin milik kita bersama ini telah diapresiasi oleh banyak pihak,
tidak hanya di Kabupaten Majalengka saja.
Tradisi dan Budaya setempat yang hampir terkikis oleh jaman haruslah kita jaga kelestariannya. Buletin Sindangkasih Mandiri memberi ruang khusus untuk menghormati tradisi adat
masing-masing daerah. Di Kecamatan Rajagaluh ada yang disebut Nujum atau Ngarekeskeun
yang bertujuan untuk memohon ijin kepada Makhluk Gaib sebelum mendirikan sebuah bangunan. Saya sering menyaksikan seorang tetua masyarakat setelah membaca do’a pada
Yang Maha Tunggal, kemudian disusul dengan ritual adat sebagai wujud penghormatan terhadap alam dan makhluk tak kasat mata yang sama-sama diciptakan oleh Yang Maha Pencipta untuk menempati alam semesta ini bersama-sama dengan kita.
Kesadaran, kepedulian, kebangkitan, serta peran aktif kaum perempuan dalam menyukseskan pembangunan di perdesaan menempati porsi khusus di buletin Sindangkasih Mandiri
sebagai motivasi bahwa kaum hawa adalah asset pembangunan yang teramat berharga.
Banyak hikmah yang bisa kita petik di balik sebuah Program Nasional Pemberdayaan
Masyarakat. Selain bertambahnya ilmu pengetahuan dan membangkitkan gotong-royong,
kebudayaan pun ikut bangkit di dalamnya.
Terakhir, kami selalu berharap Program sebagus ini bisa berkelanjutan, siapapun yang
memimpin negeri ini. Sekali PNPM tetap PNPM ! Terima Kasih.
Dari : Azat Sudrajat
(Ketua UPK Kec. Cingambul)
Alamat Redaksi :
Jalan Ahmad Kusumah No. 04
Majalengka - Jawa Barat
E-mail : rbm.majalengka@gmail.com
Untuk Berlangganan dan Iklan
Hubungi Nomor : 081324234666
isi diluar tanggung jawab percetakan
Assalamu ‘alaikum Wr. Wb.
Salam pemberdayaan ! Wah, penampilan Buletin Sindangkasih
Mandiri sudah bagus dan hilang dari kesan amatiran. Namun kisahkisah pemberdayaannya perlu ditambah dan kalau bisa content
profile di luar kisah pemberdayaan dikurangi. Dan lebih selektif lagi
dalam proses editing terkait content-content yang bermuatan SARA.
Terima Kasih !
(Faskeu Kabupaten Majalengka)
Dalam berbagai kegiatan pelatihan pengembangan masyarakat atau pelatihan
kader, seringkali terselipkan sebuah materi tentang Wortel, Telur dan Kopi, yakni
sebuah perumpamaan yang merepresentasikan posisi kita selaku agen masyarakat,
Fasilitator Gitu Lho ! Kita faham betul kondisi yang sedang dialami selama
melakukan proses pendampingan masyarakat. Air yang dipanaskan sampai
mendidih adalah kondisi masyarakat yang senantiasa terus bergejolak karena
dibakar oleh berbagai kepentingan individual maupun kepentingan kolektif
masyarakat itu sendiri.
Coba kita amati sebatang wortel, tampilannya sangat segar, menarik dan keras (maaf, tidak sekeras besi). Dan apa yang
terjadi saat sang wortel masuk ke dalam air mendidih, tampak jelas wortel terkulai lembek dan loyo. Wortel pun mengeluh cape
dan tidak lagi bersemangat. Rapuh... dan rawan pecah, itulah telur. Sang telur merasa dirinya tidak memiliki kemampuan dan
selalu merasa takut karena karakter rapuh adalah sebuah label miliknya. Tatkala masuk ke dalam air mendidih, sang telur
berubah. Ia menjadi keras, kuat, pemberani dan sombong. Si telur kian bergerak menjauh dari merk aslinya. Nah, bagaimana
dengan kopi ? Kopi adalah kopi, walau ditumbuk dan ditempa beban berat hanyalah sekedar mengalihkan dari bentuk biji ke
bentuk serbuk saja. Saat masuk ke dalam air mendidih, ia larut bersama air itu. Manakala air makin memanas, ketajaman aroma
kopi malah kian mempesona. Harum dan nikmat tentunya.
Cerita perumpamaan di atas adalah dunia realitas kehidupan agen-agen masyarakat. Setelah sekian lama berproses dalam
masyarakat, secara alami akan muncul ketiga perumpamaan seperti yang dikisahkan di atas. Ini sebuah retrospeksi diri dalam
melakukan fungsi dan peran kita sebagai agen masyarakat.
Saat kami berkunjung ke lapangan dan mengikuti pertemuan-pertemuan, mulailah bermunculan kembali unek-unek,
hambatan-hambatan dan berbagai permasalahan lain. Hal yang terlontar diantaranya adalah sulitnya masyarakat diajak
bermusyawarah, masih rendahnya swadaya untuk kegiatan pembangunan, munculnya berbagai penyimpangan dana dan lainlain. Tentu ini sangat menyedihkan.
Peran agen masyarakat atau fasilitator menjadi sangat luar biasa untuk bisa mengembalikan tendensi buruk setelah 12 tahun
PNPM hadir di tengah-tengah masyarakat, mungkin ini bukan sepenuhnya kelemahan dan kesalahan fasilitator, tetapi
essensinya adalah bagaimana manajerial pengelolaan pemberdayaan bisa lebih elegan menampilkan sisi pemberdayaannya
ketimbang sisi-sisi keproyekannya, seperti yang selama ini terjadi di lapangan. Porsi keproyekan mendominasi dalam
pencapaian kegiatan selama ini dengan dalih RKTL, Evkin, Capaian dan lain-lain. Tentunya manajemen program di setiap
tingkatan harus mampu ditata kelola agar tidak melulu terfokus pada porsi proyek, namun harus pula memperhatikan isu-isu
pemberdayaannya, seperti adanya peningkatan kapasitas, dinamika masyarakat, kepedulian, advokasi, kerelawanan,
demokratisasi dan lain-lain yang mestinya menjadi penyeimbang. Alhasil, tata kelola isu atau tema yang berorientasi ke
keproyekan yang selama ini berkembang akan menciptakan terjadinya pengalihan peran fasilitator menjadi aktor program atau
aktor proyek, lebih seru lagi disebut robot program. Pada gilirannya, proses semacam ini akan membelenggu kreativitas dan
inovasi. Keadaan makin diperparah dengan sistem supervisi yang mengabaikan aspek-aspek pemberdayaan, sehingga turut
mempertajam kegagalan fasilitasi saat ini. Supervisor lebih cenderung mengedepankan ego dan kesombongan sebagai orang di
atas yang merasa lebih tahu meski pengalaman dan jam terbang di dunia pemberdayaan baru seumur jagung. Adalah fakta
bahwa kadang-kadang jabatan mengalahkan segalanya.
Perlu kiranya menyamakan persepsi tentang pemberdayaan yang berarti memampukan dan memandirikan masyarakat dan
desa, sehingga upaya pemberdayaan masyarakat wajib difahami sebagai transformasi dari ketergantungan menuju kemandirian. Beberapa upaya untuk membebaskan masyarakat dari kemiskinan dan kebodohan, pemberdayaan pada aras mikro,
diharapkan dapat membuka akses pada sumberdaya, informasi pasar, teknologi, dan sumber-sumber pembiayaan. Hal ini yang
nyaris tidak digarap, cenderung lebih terfokus pada pengamanan kualitas proyek dan lain sebagainya.
Keberadaan agen masyarakat atau fasilitator tidaklah berarti harus berperan seperti superman yang mampu memborong
pekerjaan dalam siklus proyek. Fasilitator hanya sekedar penggerak, pendorong, dan pembelajar. Peran fasilitator lebih banyak
tertumpu pada upaya menaikkan daya ungkit (leverage) masyarakat dalam pengentasan kemiskinan yang pada gilirannya nanti
akan mensejahterakan masyarakat itu sendiri. Sehingga indikator keberhasilan kinerja fasilitator harus lebih mengedepankan
upaya untuk menciptakan kematangan masyarakat “sosio-kultur.” Situasi ketergantungan yang terbentuk secara kultur dan
menurunnya semangat masyarakat seyogyanya menjadi bagian dari alat ukur dengan membuat konversi kualitatif. Kini, bukan
saatnya lagi fasilitator mengedepankan sebatas hanya progress report capaian fiskal anggaran atau capaian yang bersifat
komuplastis masyarakat.
3. Oleh : Yoyoh Munawaroh, A.Md
(Ketua UPK Permasjati Kec. Jatitujuh)
Oleh : H. Apip
(Bendahara UPK Argapura)
Slogan “Pas Hargana Raos Rasana” yang tertera di
label kemasan aneka kue buatan Ibu Titin kini kian bersinar dan berprospek lumayan bagus. Hingga kini, kue-kue
buatannya selalu laris manis di pasaran, tak pernah ada
yang tersisa. Selain rasanya enak, alasan lain larisnya kuekue tersebut adalah penggunaan bahan baku berkualitas
serta tanpa penggunaan bahan pengawet, sehingga para
pelanggan bisa mengkonsumsinya dengan aman.
Produksi pembuatan aneka kue kering dan basah yang
telah berjalan selama dua tahun tersebut, sebenarnya
merupakan pengembangan dari usaha pembuatan wajit
ketan tradisional yang telah berlangsung selama puluhan
tahun dan merupakan usaha turun temurun. Seiring perjalanan waktu maka diproduksi pula jenis-jenis kue lain
yang mengikuti trend di pasaran saat ini. Kue-kue yang
diproduksi oleh Ibu Titin ada 6 jenis, yaitu Bolu Kering,
Bolu Lapis, Jinten, Sistik, Wajit Waluh, dan Wajit Ketan.
Kue-kue buatan Ibu Titin seolah menjadi menu wajib
bagi warga Desa Cikaracak dan sekitarnya setiap kali ada
acara-acara khusus seperti pesta pernikahan, acara khitanan, perayaan ulang tahun dan acara hajatan lainnya. Dan
permintaan akan meningkat beberapa kali lipat pada harihari menjelang Lebaran. Momen-momen seperti itulah
yang membuat produk tersebut dikenal luas.
Belakangan ini, permintaan pasar kian bertambah,
terutama dari para pemilik warung. Namun wanita kelahiran 1963 tersebut mengaku belum memungkinkan untuk
menaikkan volume produksi mengingat keterbatasan
tenaga kerja yang dimilikinya. Kapasitas produksi masih
dibatasi 4 kg bahan per hari untuk satu jenis kue atau
setara dengan 60 pak per harinya untuk satu macam
produk. Pengiriman ke toko atau warung dilakukan dua
kali dalam seminggu, itu pun masih terbatas hanya tokotoko tertentu saja. Namun Ibu Titin berjanji suatu saat
akan menaikkan volume produksinya, sehingga permintaan dari toko-toko yang belum sempat terpenuhi bisa
terjawab.
14
Desa Cikaracak, tempat Ibu Titin menetap, adalah
desa paling ujung di Kecamatan Argapura, letaknya persis
di kaki Gunung Ciremai. Rentang jarak ke kota kecamatan
lumayan jauh. Prasarana jalan yang menghubungkan
Desa Cikaracak dengan Desa Argalingga yang juga merupakan jalur utama untuk akses ke kota kecamatan belum
juga ada tanda-tanda untuk diperbaiki. Hal itulah yang
diakui Ibu Titin sebagai satu-satunya kendala dalam
pemasaran kue-kue buatannya.
Terkait modal usaha, Ibu Titin mengakui bahwa ia
hanya memperoleh tambahan modal dari UPK yang nominalnya cuma 2 juta rupiah. “Ke depan, bila usaha saya
berkembang, mungkin baru butuh akses ke bank,”
katanya.
Dari modal pinjaman UPK sebesar
2 juta rupiah tersebut, Ibu Titin bisa
memperoleh laba kotor kurang lebih
1,5 juta rupiah per bulannya. Meski ia
baru bisa mempekerjakan satu orang
sebagai karyawan tetapnya, namun
Ibu Titin cukup senang bisa membantu memberi tambahan penghasilan untuk keluarga mereka,
di samping memberi nafkah
kepada 3 orang yang selalu setia
mengantarkan kue-kuenya ke
para pelanggan.
Nuansa kebersamaan tampak jelas pada acara
Rapat Koordinasi KPMD yang berlangsung di Aula
Kantor UPK Permasjati Kecamatan Jatitujuh,
tanggal 28 Agustus 2012 lalu. Kegiatan Rakor KPMD
kedua tersebut juga sekaligus sebagai ajang saling
memaafkan, karena masih dalam suasana Hari
Raya Idul Fitri 1433 H, atau lebih tepatnya Halal
Bihalal. Dan tentu saja yang hadir tidak hanya
KPMD, tetapi seluruh pelaku PNPM Mandiri
Perdesaan yang ada di Kecamatan Jatitujuh.
Sebelum dimulai, sambil menunggu rekan-rekan KPMD yang belum hadir, acara diisi dengan
Karaoke. Para pengurus UPK dan KPMD nyanyi
bareng sambil berjoget. Lagu-lagu kenangan, tembang pantura, pop, dangdut, serta lagu-lagu religi
diputar secara bergantian.
Para Kader yang kurang gemar Karaoke
berkumpul di sudut lain, mereka tengah asyik
“ngarujak” sambil diiringi canda tawa. Kegiatan
Rakor KPMD di Kecamatan Jatitujuh secara rutin
dilakukan dua kali dalam sebulan, yaitu setiap awal
bulan dan menjelang akhir bulan. Dan “ritual
ngarujak” adalah menu wajib yang belum pernah
terlewatkan.
Di sela-sela Rakor, tiba-tiba muncul Bule yang
berperawakan tinggi langsing dan berhidung mancung serta berkulit putih. Yang jelas, itu bukan KPMD
yang datang terlambat, melainkan Miss Ellie Hannon (seniman asal Harbour, Australia). Para peserta
Rakor pun dengan ramah mempersilahkan Miss Ellie
untuk bergabung.
Usai kegiatan Rakor, acara dilanjutkan dengan
Workshop tentang pemanfaatan limbah rumah
tangga menjadi barang yang bernilai tinggi. Nara
sumbernya adalah Miss Ellie Hannon.
Selain sebagai pelukis dan pembuat patung, Miss
Ellie juga piawai menyulap limbah rumah tangga
menjadi benda seni yang bernilai tinggi. “Di negara
saya, Australia, benda-benda seni yang terbuat dari
bahan limbah rumah tangga begitu dihargai,”
ungkapnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan tentang
barang-barang limbah yang biasa diolah menjadi
benda-benda seni, antara lain adalah sendok, garpu, plastik, dan bahkan dari limbah kendaraan seperti mur dan baud bekas. Semua barang limbah
tersebut bisa dikreasikan menjadi barang yang berharga tinggi. “Seperti ini !” ujarnya sambil menunjukkan kalung yang dipakainya, yang terbuat dari rangkaian logam-logam bekas (mur, ring, dan baud).
Menurutnya, bila dinilai dengan uang harganya bisa
mencapai satu juta rupiah. Miss Ellie juga menunjukkan gelang yang melekat di pergelangan tangannya yang terbuat dari plastik bekas.
Di acara workshop tersebut, Miss Ellie mengajarkan cara membuat gelang dari plastik bekas. Para
peserta workshop mencari plastik bekas di sekitar
Kantor UPK, dan setelah itu langsung mengikuti semua instruksi dari Miss Ellie. Langkah demi langkah
diikuti dengan penuh konsentrasi, mulai dari cara
menggunting, menyambung dan melilitkan plastik
pada sebuah karton bekas air mineral yang sudah
dipotong bulat sebagai media pembuat gelang
plastik tersebut. Dan “Horeeee... Kami bisa !” ujar
peserta workshop serempak. “Good, Good !” kata
Miss Ellie sambil tersenyum bangga. Miss Ellie ditemani
oleh Rizal Abdul Hadi yang bertindak sebagai
translator bahasa. Ia adalah seorang musisi asal
Kecamatan Kadipaten, Kabupaten Majalengka,
yang sering melanglang buana ke beberapa
negara.
Sebelum Miss Ellie beranjak pulang, para peserta
workshop bersama-sama menyanyikan lagu “Terima
kasih” serta yell-yell KPMD yang digubah ke dalam
Bahasa Inggris. Salah satu penggalan lirik lagunya
berbunyi :
Thank you so much Ellie...
Thank you so much Ellie...
Thank you so much... We say to you...
Miss Ellie tersenyum simpul, lalu pergi meninggalkan Kami. Bye... Bye... !
3
4. Oleh : Untung Abdul Haris
(FK Kecamatan Cikijing)
Oleh : Yayan Suryanto
(FK Kecamatan Bantarujeg)
Terjaganya kelestarian budaya dan
tradisi masyarakat adalah tanggung jawab seluruh warga Negara Indonesia,
tak terkecuali para Pelaku PNPM Mandiri Perdesaan. Kita tidak ingin, kekayaan khasanah budaya bangsa direnggut
oleh negara lain seperti terjadi beberapa tahun ke belakang.
Mungkin masih berbekas di ingatan kita tentang salah
satu dari warisan budaya leluhur kita yang terampas hak
kepemilikannya oleh negara tetangga kita sendiri. Tentunya peristiwa itu menjadi peringatan keras bagi kita
sebagai pewaris budaya untuk bertindak lebih arif dalam menjaga warisan budaya serta adat istiadat yang
teramat berharga itu.
Keanekaragaman budaya serta ritual adat masyarakat sebagai kekayaan budaya bangsa selayaknya kita
lestarikan. Salah satu ritual adat yang masih tetap
terjaga adalah ritual Wadal atau Parepeh di Desa Sukamenak, Kecamatan Bantarujeg, Kab. Majalengka.
Dua tahun ke belakang, atau tepatnya tanggal 23
Agustus tahun 2010, para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Bantarujeg berkumpul di Dusun Neglasari. Hari itu adalah hari pertama pelaksanaan pembangunan Madrasah Diniyah yang didanai oleh PNPM Mandiri
Perdesaan.
Melewati perjalanan terjal berlatarbelakang bukitbukit yang berjajar adalah hal biasa bagi para pelaku
PNPM Kecamatan Bantarujeg. Tiga desa mau tidak mau
harus dilewati untuk menuju Dusun Neglasari. Namun
bukan hal berat, karena sudah terbiasa. Sesampainya di
lokasi, Tim PNPM disambut oleh kepala desa beserta
jajarannya serta para pelaksana PNPM tingkat desa dan
para tokoh masyarakat setempat. Tampak juga di
antara mereka orang-orang lengkap dengan peralatan
kerjanya, terlihat ada yang memegang martil, cangkul,
kapak, dan ada pula yang memegang belahan
bambu.
“Sebentar Pak, kami mau melakukan Wadal dulu!”
ujar salah seorang tokoh masyarakat. Tim PNPM menganggukkan kepala tanda setuju.
Usai ritual, Fasilitator Kecamatan yang merasa penasaran segera menghampiri sesepuh masyarakat yang
baru saja memimpin ritual tadi untuk mengetahui lebih
dalam tentang ritual Wadal atau Parepeh.
4
Berdasarkan keterangan dari tokoh masyarakat, ritual Wadal atau Parepeh adalah sebuah tradisi setempat
yang biasa dilangsungkan sebelum mendirikan sebuah
bangunan. “Apa akibatnya jika tidak dilakukan, Pak ?”
tanya FK penasaran. “Akibatnya, ya tradisi semacam ini
akan hilang !” jawabnya singkat.
Lebih lanjut diperoleh penjelasan bahwa tradisi ini
sebenarnya adalah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan sekaligus memohon kepada Tuhan agar pelaksanaan pembangunan bisa berjalan dengan lancar. “Di
samping itu, kita hidup di dunia ini kan tidak sendirian,
banyak makhluk lain yang juga sama-sama ciptaan
Tuhan. Jadi, kita juga minta ijin pula kepada makhluk lain
yang mungkin saja lebih dulu menempati tempat ini,”
kata sesepuh masyarakat.
Puncak tradisi Wadal adalah penyembelihan ayam
jantan yang darahnya kemudian dikucurkan secara
merata bersama-sama dengan air beras ke galian pondasi bangunan. Syarat-syarat lainnya adalah nasi bucu
atau tumpeng, bubur putih, dan bubur merah. Disertakan pula tujuh macam minuman, yaitu kopi pahit, kopi
manis, teh pahit, teh manis, rujak asem, rujak kelapa, dan
rujak solasih. Sajian lainnya adalah tangtang angin,
leupeut, air beras, kemenyan, rokok, dan aneka kembang-kembangan. Semua hidangan tersebut, menurut
sesepuh, berkaitan erat dengan kepercayaan setempat
dan tidak akan nyambung bila dikaitkan dengan urusan
keteknikan.
“Makanan sebanyak itu, kemudian dikemanakan Pak
?” tanya FK. Sesepuh lantas menjawab bahwa semua
makanan serta minuman yang sudah diberi do’a
tersebut kemudian akan dibagi-bagikan ke tetangga.
Setelah mendengar itu, tanpa menengok kiri kanan, FK
langsung mengambil dan meneguk rujak asem yang
ada di depannya. “Ini adalah incaran saya sejak tadi,
maklumlah tenggorokan saya lagi serak,” selorohnya.
Seperti ibu-ibu lainnya di perdesaan, Ibu Ilah Nurjanah pun melakukan aktivitas
kesehariannya yang tidak jauh dari bidang pertanian dengan memanfaatkan potensi yang ada di sekelilingnya, yaitu bercocok tanam padi, menanam sayuran, Anggota Kelompok Arum Sari
berfoto usai melaksanakan pelatihan
memelihara ternak, budi daya ikan air tawar, serta usaha mengolah hasil-hasil yang dilaksanakan oleh PNPM-MP
pertanian. Berakar dari kesamaan kondisi serta kesamaan tujuan dan harapan, Kecamatan Cikijing
maka pada tahun 2007 lalu, ibu-ibu di Blok Raksabumi, Desa Sukasari, Kecamatan Cikijing, membentuk suatu kelompok yang diberi nama Kelompok Melati,
yang kemudian berganti nama menjadi Kelompok Arum Sari.
Dengan bantuan fasilitasi dari kader desanya, Kelompok Arum Sari memberanikan diri untuk mengajukan proposal pinjaman
modal ke UPK Kecamatan Cikijing. Proposal pengajuan pinjaman diterima oleh UPK dan Kelompok Arum Sari mendapatkan
tambahan modal untuk mengembangkan usahanya. “Kegiatan usaha anggota kelompok kami beragam, mulai dari usaha pertanian,
pengolahan makanan ringan, sampai dengan memproduksi hasil olahan ikan mas dan ikan nila,” tutur Ibu Ilah.
Secara perlahan kelompok ini berkembang didasari oleh unsur-unsur kelengkapannya yang kini dijadikan motto kegiatannya,
yaitu “ADUH MA,” yang merupakan singkatan dari Aktivitas (kegiatan rutinitas kelompok), Dana (permodalan serta iuran
anggota), Usaha (kegiatan ekonomi usaha kecil perdesaan), Hubungan (dengan pihak lain), Manajemen (pelaksanaan tupoksi
kelompok), dan Administrasi (pembukuan kelompok).
Sebagai ketua kelompok, Ibu Ilah senantiasa mendorong para anggotanya agar mampu menjalankan peran sesuai fungsinya
masing-masing. Ia juga berterima kasih kepada para pelaku PNPM Mandiri Perdesaan Kecamatan Cikijing yang telah memberikan
pelatihan administrasi, sehingga kekurangan-kekurangan dalam segi administrasi dan manajemen kelompok secara bertahap bisa
diperbaiki.
Tahun ini, Kelompok Arum Sari mendapat kehormatan dan kepercayaan untuk melaksanakan program P2KP (Program Percepatan Ketahanan Pangan) dari Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Majalengka. Tentu ini
tidak lepas dari seringnya melakukan koordinasi dengan instansi terkait. Ibu Ilah, selaku ketua kelompok berharap semoga dengan
bimbingan dari berbagai pihak bisa mendorong kelompoknya lebih berkembang lagi dan bisa memberi banyak manfaat untuk
warga sekitarnya, sesuai dengan namanya Arum Sari (Arum berarti Harum, dan Sari diambil dari nama desa Sukasari), yang berarti
Mengharumkan Desa.
Perut lapar disertai tenggorokan kering karena berpuasa tidak dianggap sebagai penghalang berat untuk tetap
maju. Buktinya para pegiat GDM Majalengka tak merasakan
itu sebagai beban. Mereka telah menempuh jarak yang
lumayan jauh untuk sampai di Desa Garawastu, yang pada
tanggal 15 Agustus 2012 lalu, bertindak sebagai tuan rumah
dalam agenda kegiatan pelatihan pengelolaan Website
Portal Desa.
Jam 13.00, para pegiat GDM Majalengka tersebut telah
berkumpul di Balai Desa Garawastu. Sebelum acara dimulai
dan sambil menunggu para Blogger dari Cirebon yang
menjadi nara sumber, mereka langsung melakukan sharing
satu sama lain. Sharing berlangsung cukup lama karena ada
informasi lewat mobile-phone bahwa para Blogger dari
Cirebon selaku Tim Teknisi IT Website kemungkinan agak
terlambat tiba di Garawastu karena sepeda motor yang
dikendarainya mengalami sedikit masalah di perjalanan.
Sekitar jam 15.00, tiba juga rombongan yang dinanti. Tim
dari Cirebon tersebut antara lain adalah Ahmad Rovahan
(Ketua JARIK Cirebon), M. Mubarok, M. Ilham, dan Asep
Faturrohman.
Sedangkan para pegiat GDM Majalengka yang telah
berkumpul adalah perwakilan dari desa Garawastu (selaku
tuan rumah), Desa Sindang, Desa Sangkanhurip, Desa
Pasirayu, Desa Sukasarikaler, Desa Muktisari, dan Desa
Cinambo.
Acara kemudian dilanjutkan dengan pengenalan dunia
website, termasuk teknik pembuatan post berita, dan teknik
menulis cepat. Semua materi tersebut nantinya akan sangat
berperan dalam penyajian informasi desa melalui Teknologi
Informasi Desa yang akan segera dikembangkan. Materi
berikutnya yang menjadi topik bahasan antara lain
mengenai masalah realita sosial masyarakat perdesaan
terkait masalah trafficking dan buruh migran. Kedua hal
tersebut menjadi issue utama yang selalu dibahas dalam
setiap agenda pertemuan GDM, mengingat banyak sekali
warga desa kita, terutama yang bekerja sebagai TKI di luar
negeri yang merasa dirugikan.
Kegiatan pelatihan usai menjelang buka puasa. Dan air
kelapa muda kemudian bertindak sebagai sang pahlawan
pelepas dahaga usai aktivitas yang cukup memeras isi otak.
13
5. Sisi paling menarik dari figur seorang pemimpin
adalah bagaimana ia berbaur dengan masyarakat.
Tak jarang, dari sisi inilah keberhasilan pemimpin
bermula. Dan memanfaatkan waktu luang untuk
bersosialisasi dengan masyarakat merupakan rutinitas bagi H. Gatot Sulaeman, AP, M.Si. yang kini
menjabat sebagai camat di Kecamatan Ligung, Kabupaten Majalengka. Pria kelahiran Ponorogo 28
Mei 1976 itu sejak lama menggandrungi sepak bola,
disamping kegemaran lainnya yaitu bersepeda dan
renang.
Menurutnya, menjadi seorang pemimpin haruslah supel dan luwes. “Itu kata kunci agar disenangi
masyarakat sekitar kita,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan penyaluran hobby seperti
sepak bola juga bisa dimanfaatkan sebagai ajang
membangun koordinasi yang lebih erat dengan para
pemangku kepentingan, OPD, dan pihak-pihak lain
yang terkait dengan lingkungan pekerjaan. Kerapkali gagasan muncul di situ.
Oleh : H. Apip
(Bendahara UPK Argapura)
Menggantungkan hidup dengan cara mengolah lahan
pertanian atau perkebunan merupakan representasi potret
aktivitas penduduk di perdesaan secara umum. Tak heran bila
dana SPP PNPM Mandiri Perdesaan yang digulirkan oleh
UPK sebagian besar terserap di sektor tersebut.
Namun faktanya tidak semua warga desa memiliki sawah
atau kebun. Bagi warga desa yang tidak mempunyai lahan
pertanian, memanfaatkan dana pinjaman SPP untuk berdagang adalah sebuah pilihan yang sangat bijak. Begitu pula
bagi Ibu Uum (Ketua Kelompok SPP “Semangka”), berdagang adalah pilihan hidupnya.
“Tahun 2009 lalu, saya beserta ibu-ibu lainnya bersepakat
untuk mengajukan proposal pinjaman Dana Perguliran SPP
ke UPK Argapura, dan setelah melewati beberapa tahapan
prosedural, akhirnya Kelompok Semangka bisa mendapatkan
pinjaman modal dari UPK,” kata Ibu Uum mengisahkan awal
mula berdirinya Kelompok Semangka yang merupakan usulan dari ibu-ibu yang berdomisili di Blok Senin, Desa Gunungwangi tersebut.
Anggota Kelompok Semangka saat itu berjumlah 10 orang
dan masing-masing anggota menerima pinjaman sebesar satu
juta rupiah. “Pinjaman yang saya terima digunakan untuk
menambah modal buka warung kecil-kecilan di rumah,” kata
Ibu Uum.
“Sebenarnya, saya membuka warung hanya untuk membantu mencari tambahan penghasilan untuk keluarga. Suami
sayalah yang sebetulnya lebih dulu berjualan. Jam 04.00 dini
hari, saat masih gelap, suami saya dengan sepeda motornya
sudah berangkat menjajakan lauk-pauk, aneka sayuran, dan
beragam jenis buah-buahan,” lanjut Ibu Uum menceritakan
kisah perjalanan hidup yang dilewati bersama suaminya.
Lebih dalam, Ibu Uum mengisahkan bahwa tak selamanya
berjualan itu ramai dari pembeli. Saat sedang sepi, suaminya
beralih menjadi penjual gorengan di samping sebuah sekolahan di daerah Cipinang, Rajagaluh. Dan sesekali ia juga
ngojek. “Apa saja lah, yang penting ada penghasilan untuk
menutupi kebutuhan keluarga,” lanjutnya.
12
Kelompok Semangka kembali memperoleh kesempatan
mendapatkan modal pinjaman Dana Perguliran SPP dari UPK
Argapura, karena pinjaman pertama telah lunas. Ibu Uum pun
berniat memperbesar usahanya. Ia bersama suaminya memberanikan diri mencicil sebuah sepeda motor matic yang akan
digunakannya untuk berjualan sayuran keliling seperti yang
telah dilakukan oleh suaminya.
Kini, Ibu Uum pandai sekali memanjakan para ibu rumah
tangga yang sebagian besar memang enggan berbelanja ke
pasar. Daging ayam, ikan asin, tahu, tempe, kerupuk, petai,
sayuran segar, buah-buahan, bumbu, dan segala macam
kebutuhan dapur lainnya tersedia lengkap dalam kontainer
yang terpasang kokoh di bagian belakang motor matic milik
Ibu Uum. “Lumayan lah, kalau dagangan lagi ramai pembeli
omzetnya bisa mencapai 750 ribu rupiah sehari dan bisa
mengantongi keuntungan sekitar 150 ribu rupiah per hari,”
ujarnya. Ibu Uum juga sempat memberikan sebuah tips bahwa
salah satu kunci keberhasilan suatu usaha adalah pintar
memanfaatkan peluang. “Jatuh bangun, itu hal biasa,” kata
Ibu Uum mengakhiri obrolan.
Kegemaran lain yang tak lepas dari kehidupannya adalah futsal. Kadang-kadang inspirasi datang
lebih banyak di sini, karena kesempatan bersosialisasi terasa lebih efektif pada saat main futsal. “Pada
saat-saat seperti ini, kita bisa ngobrol banyak dengan
teman dan masyarakat,” lanjutnya. Secara tak sengaja, kadang muncul pula keluhan masyarakat, keinginan masyarakat yang belum terpenuhi, serta
berbagai macam realita sosial bisa terhimpun saat
main futsal.
Obrolan santai dengan warga terkadang menjadi
sebuah solusi dari sebuah problematika. Faktanya,
kini sudah terbentuk dua kelompok tani yang dirintis olehnya, yaitu Kelompok Togog di Desa Ampel
dan Kelompok Tumaritis di Desa Gandawesi.
Kelompok Togog bergerak dalam usaha peternakan
bebek, dan Kelompok Tumaritis terfokus dalam
usaha budi daya ikan lele. “Saya senang bisa membantu mereka, selagi saya mampu, apa salahnya kita
dorong masyarakat agar berdaya,” kata Camat Ligung sebelum merumput di lapangan hijau.
Terkait PNPM, H. Gatot Sulaeman, AP, M.Si,
berharap agar PNPM Mandiri Perdesaan bisa berjalan sinergis dengan program pemerintah, karena
keduanya sama-sama bertujuan untuk membangun
dan memberdayakan masyarakat kita agar maju.
Oleh : Hasan Rofiki, S.Ag.
(FK Kecamatan Palasah)
Seni adalah sebuah proses pengaturan warna dalam seni lukis dan pengaturan suara dalam
seni musik. Dari keragaman warna menghasilkan sebuah lukisan dengan komposisi warna yang
indah, dan dengan keragaman tone suara tercipta menjadi alunan musik yang merdu.
Layaknya sebuah orchestra, proses pembangunan melalui pendekatan pemberdayaan
bukanlah untuk menonjolkan kemampuan dan kekuasaan satu individu atau institusi dan
melemahkan yang lainnya, tapi hendaknya me-manage perbedaan kemampuan dan
kekuasaan yang ada untuk saling melengkapi, sehingga menjadi sebuah kekuatan besar yang
mengalun menjadi irama pembangunan yang syahdu dan dahsyat.
Pemberdayaan (Empowerment) adalah sebuah proses, bukan hal yang bisa didapat secara
instant. Sehingga, sebagai proses, pemberdayaan mempunyai tiga tahapan yang perlu dilalui,
yaitu penyadaran, penambahan kapasitas, dan pendayagunaan. Dalam konteks pembangunan,
maka prosesnya diawali dengan penyadaran bahwa kita punya masalah kemiskinan yang multidimensi dan kompleks, tapi juga mesti dibekali penyadaran bahwa kita juga, semua individu,
semua instansi, semua organisasi punya potensi untuk melakukan pembangunan dengan segala
ragam kemampuan serta kapasitasnya. Proses selanjutnya adalah penambahan kemampuan
dari masing-masing individu, instansi maupun organisasi. Penambahan kapasitas ini juga melewati
tiga tahapan, yaitu penambahan kemampuan individu, selanjutnya pengorganisasian, dan
penambahan kemampuan management dalam organisasi tersebut. Proses terakhir adalah
pendayagunaan, yaitu bagaimana seluruh kemampuan yang sudah terorganisir dan mempunyai
management yang baik ini diberikan kekuasaan untuk berkiprah dalam proses pembangunan
sesuai dengan kapasitas dan proporsinya.
5
6. Walaupun cukup dengan bentuk yang sederhana, namun
kegiatan perencanaan prasarana perdesaan tetap harus dilakukan
dengan baik agar hasil perencanaan bisa dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat sesuai kaidah teknis. Perencanaan tidak perlu
dilakukan secara khusus dan terpisah, serta tidak perlu memakai
cara yang rumit, sehingga akan memudahkan masyarakat desa
dalam hal penyerapan ilmu (transfer of knowledge).
Kegiatan perencanaan lebih menitikberatkan kepada keterlibatan masyarakat desa di dalamnya, sehingga masyarakat desa mampu
merencanakan pembangunan di desanya sendiri.
Oleh : Ir. Muhtar
(Fasilitator Teknik Kabupaten Majalengka)
Dalam kegiatan perencanaan, terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, diantaranya harus lebih dulu
melakukan kajian teknis agar prasarana yang dibangun lebih efisien dan dapat dipertanggungjawabkan. Desain perhitungan
dan penyajian dibuat secara sederhana (Praktis). Disamping itu, desain haruslah bermutu, murah, dan mengacu pada hasil
survey harga yang dilakukan dengan baik. Dalam kaitan ini, masyarakat haruslah banyak terlibat. Untuk perencanaan yang
memerlukan keahlian khusus, diperkenankan meminta bantuan tenaga dari luar, namun tetap harus ada transfer of knowledge
serta pelatihan khusus bagi masyarakat desa. Diperlukan pula adanya surat pernyataan Tidak Ada Ganti Rugi dari dana bantuan
sebagai kompensasi pengorbanan lahan, tanaman, atau bangunan.
Sebelum melangkah pada proses pembuatan perencanaan teknis (desain), seorang perencana haruslah memperhitungkan
seberapa besar manfaat prasarana yang akan dibangun nanti, sehingga bisa memperkirakan seberapa besar dana yang dibutuhkan, serta mampu memperkirakan dampak bila prasarana tersebut tidak dibangun. Seorang perencana harus tahu bagaimana
membangun prasarana yang sesuai dengan kebutuhan realistis, bukan sekedar permintaan masyarakat. Selain itu, mampu
memperhitungkan kemungkinan-kemungkinan pengembangannya, termasuk dalam hal pemeliharaannya. Selanjutnya, seorang perencana dituntut mampu memperkirakan jenis konstruksi yang sesuai, sederhana, murah, dan cepat terlaksana. Disamping itu, haruslah bisa membayangkan kesulitan teknis yang kira-kira bakal terjadi, termasuk cara mengatasinya, serta bisa
membayangkan standar atau perhitungan apa yang perlu disiapkan. Aspek pertimbangan di atas bisa sebagian terjawab pada
saat baru membaca peta prasarana, tetapi sebagian lagi baru bisa diperhitungkan setelah turun meneliti di lapangan. Pola pikir
panjang tersebut harus merupakan langkah rutin dalam setiap kali membuat perencanaan teknis prasarana, sehingga akan
didapatkan kualitas perencanaan yang lebih baik. Demikian pula dalam penyusunan perencanaan teknis, perlu diperhatikan
asas pemilihan teknologi yang menyangkut aspek teknis maupun aspek dampak lingkungan. Misalnya, dalam kaitan
teknologi, seorang perencana haruslah menggunakan banyak tenaga kerja setempat, dan menggunakan bahan setempat (walau
tidak sebagus bahan dari luar namun masih memenuhi syarat). Agar bisa dikerjakan oleh masyarakat, prasarana yang akan
dibangun haruslah sederhana dan berupaya mencari harga yang relatif murah.
Mempelajari dokumen merupakan salah satu kegiatan sebelum turun ke lapangan. Beberapa hal yang perlu dipelajari
dalam perencanaan teknis antara lain mengenai data umum desa (yang menggambarkan peta desa, jumlah penduduk, serta luas
wilayah), dan tentang usulan kegiatan terutama mengenai usulan prasarana yang dikehendaki dan bagaimana akses menuju
lokasi. Juga penting untuk melakukan wawancara dengan beberapa warga masyarakat pengusul prasarana tersebut agar pembuatan desain prasarana bisa dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai kaidah teknis.
Sebelum survey ke lapangan, ada dua macam persiapan yang perlu dilakukan. Pertama adalah persiapan survey untuk
orientasi dan tinjauan objek prasarana berupa penyiapan daftar pertanyaan yang berkaitan dengan rencana pembangunan
prasarana tersebut. Dan yang kedua adalah persiapan survey untuk perencanaan prasarana berupa penyiapan format-format
survey perencanaan yang disesuaikan dengan kebutuhan data desain prasarana tersebut.
Kegiatan kunci dalam suatu perencanaan adalah pelaksanaan survey yang dilakukan bersama-sama masyarakat. Survey
ini bukan sekedar melihat saja, tetapi melakukan pengukuran, menghitung volume, tenaga kerja, bahan, dan peralatan.
Kegiatan survey teknis ini harus benar-benar menjamin bahwa prasarana tersebut memenuhi kriteria yang telah ditentukan,
memberikan manfaat sesuai yang diharapkan, dapat dibangun dengan harga murah, bukan masalah teknis yang berat, dan tidak
merusak lingkungan.
Untuk kegiatan survey harga material, diutamakan pada wilayah desa yang terdapat sumber material lokalnya, baik berupa
bahan alam maupun bahan fabrikasi, termasuk tentang kelayakan material tersebut. Bila di desa tidak tersedia sumber material
tersebut atau jumlahnya tidak sesuai dengan kebutuhan, maka boleh mempergunakan material dari luar dengan melakukan
survey dari beberapa tempat, termasuk juga peralatan yang dibutuhkan.
Langkah berikutnya adalah pembuatan desain (draft gambar prasarana). Membuat desain harus jelas dengan dimensi yang
cukup aman, murah, serta dapat dipertanggungjawabkan, termasuk perhitungan desainnya yaitu perhitungan keamanan teknis
serta perhitungan volume konstruksi. Begitu pula pada gambar sebagai pegangan mandor atau tukang, harus jelas memperlihatkan situasi lokasi proyek, memperlihatkan seluruh bagian yang akan dikerjakan serta jenis bahannya, detail-detail bangunan pelengkap, dan gambar tipikal. Desain dibuat sederhana, sehingga tidak perlu juru gambar khusus.
Selanjutnya, untuk membuat analisa harga satuan didasarkan pada data hasil survey yang telah dilakukan, kemudian
hasilnya dibuat rekapitulasi sebagai data pendukung RAB.
Tahap berikutnya adalah pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB). RAB adalah sejumlah anggaran yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam proses pembuatan RAB dibutuhkan data-data hasil perhitungan analisa penggunaan bahan material, tenaga kerja, dan peralatan. Juga dibutuhkan data-data harga bahan material, upah tenaga kerja dan harga
peralatan atau sewa yang didapat dari hasil survey sebelumnya. Untuk pengadaan bahan yang dikumpulkan oleh masyarakat,
biayanya dikelompokkan pada upah, bukan pada kelompok bahan. Untuk itu, jumlah tenaga kerja pada RAB harus dipisahkan
antara orang yang bekerja untuk pekerjaan konstruksi dengan orang yang bekerja untuk pengadaan bahan.
6
Pemimpin BRI Cabang Majalengka, Sabur Rachmad Darmadi,
menyerahkan bantuan kepada Panitia Lokakarya Desa Membangun.
D
esa-desa yang memiliki inisiatif untuk
mengembangkan dirinya akan senantiasa mendapat dukungan dari berbagai
pihak, termasuk pihak perbankan. Demikian
dikatakan pemimpin Bank BRI Cabang
Majalengka saat menyerahkan bantuan kepada
Panitia Lokakarya Desa Membangun.
“Bank BRI yang tersebar di tiap kecamatan, pada dasarnya bertujuan
untuk ikut berpartisipasi membangun desa melalui penyediaan pinjaman
modal usaha. Wilayah kerja kami adalah desa, dan bila desa meminta
bantuan untuk kepentingan pembangunan, nurani kami juga tergerak.
Kami akan bantu semampu kami,” kata Sabur Rachmad Darmadi
(Pemimpin BRI Cabang Majalengka) seusai penyerahan bantuan. Ia
menilai bahwa rencana Lokakarya Desa Membangun yang akan dilangsungkan di Desa Garawastu merupakan langkah inovatif, karena jarang
sekali kegiatan semacam ini diinisiasi dari desa. Terlebih lagi agenda
kegiatannya diisi dengan materi pembahasan yang benar-benar sangat
berguna, baik untuk pemerintah, untuk desa itu sendiri, dan untuk
masyarakat umum.
Bantuan tersebut diterima langsung oleh H. A. Romli atas nama panitia
bersama-sama dengan Kepala Desa Garawastu, R. Wahyudin. “Kami
mengucapkan terima kasih kepada Bank BRI yang telah menunjukkan
bentuk kepedulian terhadap desa,” ujar H. A. Romli (yang juga menjabat
sebagai Ketua Kelompok Kerja Bidang Media dan Informasi RBM PNPM
Kabupaten Majalengka).
Selanjutnya, R. Wahyudin menjelaskan secara rinci bahwa Lokakarya
Desa Membangun, bertajuk Gapura Desa, yang akan diselenggarakan
selama dua hari di Desa Garawastu, Kecamatan Sindang, pada dasarnya
adalah ajang tukar fikiran dan pengalaman tentang tata kelola desa,
terutama berkaitan dengan Sistem Informasi Desa yang akan
menggunakan Internet Desa sebagai media utamanya. Ia berharap, bentuk
partisipasi seperti yang dilakukan oleh BRI bisa diikuti oleh perusahaanperusahaan lain melalui penyaluran dana CSR atau bentuk lain yang bisa
dialokasikan untuk tujuan pengembangan dan kesejahteraan masyarakat
desa.
Oleh : H. Apip Haris
(Bendahara UPK Argapura)
Kawasan Gunung Panten, Desa Sidamukti, Kecamatan Majalengka,
menjadi kawasan penting sebagai salah satu basis penentu barometer
prestasi cabang olah raga paralayang nasional. Tanggal 9 hingga 11
November lalu, even kejuaraan nasional paralayang Indonesia Terbuka II
untuk nomor ketepatan mendarat diselenggarakan di sini. Para atlet dari 12
provinsi turut meramaikan Kejurnas kali ini. Prestasi yang diraih oleh para atlet paralayang yang mengikuti even kejurnas
di Majalengka ini akan mempengaruhi peringkat mereka di tingkat nasional. Dengan kata lain, Kabupaten Majalengka
memiliki andil besar dalam perjalanan prestasi cabang olah raga paralayang di Indonesia. Meski tergolong baru, namun
aktivitas paralayang di Kabupaten Majalengka sangat berpotensi untuk dikembangkan.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMDPKB) Kabupaten
Majalengka, Drs. H. Rieswan Graha, M.M.Pd, yang juga adalah Ketua Pengcab Paralayang Kabupaten Majalengka,
mengharapkan agar kejurnas yang diselenggarakan di Majalengka ini bisa menjadi pemicu lahirnya atlet-atlet
paralayang di Kabupaten Majalengka. Diakuinya, saat ini baru ada 5 penerbang dari Kabupaten Majalengka yang tengah
dibina secara intensif, tiga orang diantaranya adalah perempuan. Di masa yang akan datang diharapkan banyak atlet dari
Kabupaten Majalengka yang berprestasi di cabang olah raga ini dan membawa harum Majalengka.
“Untuk mengembangkan paralayang di Kabupaten Majalengka ini, terus terang saja saya hanya bermodalkan
semangat saja,” ujar H. Rieswan Graha di sela-sela persiapan kejurnas. “Saya melihat bahwa Majalengka punya fasilitas
dan potensi untuk itu, sangat sayang untuk disia-siakan, untuk itu saya mengajak semua masyarakat untuk mendukung,
termasuk di dalamnya RBM PNPM Kabupaten Majalengka diharapkan bisa mensosialisasikan dan mempublikasikan hal
ini, ” lanjutnya.
Ketua Pengcab Paralayang Kabupaten Majalengka, selanjutnya menjelaskan bahwa seiring berkembangnya olah raga
paralayang di Kabupaten Majalengka maka akan pula membuka akses ke bidang kepariwisataan, karena area seputar
side paralayang di Desa Sidamukti sangat berpotensi untuk pengembangan wisata agro. Sehingga dengan adanya even
kejurnas ini, tidak hanya cabang olah raga paralayang saja yang dikedepankan, namun turut pula mempromosikan
potensi keindahan alam Kabupaten Majalengka. Terlebih lagi even kegiatan paralayang di Desa Sidamukti itu sudah
beberapa kali diikuti oleh atlet-atlet dari luar negeri. Ke depan, akan lebih banyak lagi warga negara asing yang
berkunjung ke Kabupaten Majalengka.
11
7. Oleh : Iman Sunandar, S.Sos.
(FK Kecamatan Kasokandel)
Sedikitnya 17 kabupaten turut ambil bagian dalam Pameran PNPM yang
digelar tanggal 12 dan 13 September 2012 di Lapang Karangpawitan Kabupaten
Karawang. Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan Ulang Tahun
Kabupaten Karawang yang ke-379 dan kegiatan Temu Wicara Gubernur Saba
Desa. Ulang Tahun Kabupaten Karawang itu sendiri digelar lebih dari sepekan
dan diisi berbagai pentas hiburan serta aneka lomba tarian daerah khas Jawa
Barat.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, tiap stand yang mewakili tiap kabupaten
menampilkan berbagai display kegiatan PNPM di kabupaten masing-masing.
Dan yang tak pernah terlewatkan adalah produk-produk kelompok binaan dari
masing-masing UPK. Selain menampilkan aneka produk makanan khas daerah,
stand PNPM Majalengka juga memperkenalkan berbagai produk kerajinan
seperti tas, dompet, dan aneka ornament cantik. Berbagai jenis kayu dan batu
split yang dipajang di stand PNPM Majalengka sebagai sample standard
material yang dipakai oleh PNPM cukup menyedot perhatian pengunjung,
terutama kalangan anak-anak sekolah. Tersedia pula buku-buku panduan
pelaksanaan Program PNPM serta buku-buku seputar regulasi PNPM.
Dalam sambutannya, Gubernur Jawa Barat, H. Ahmad Heryawan, Lc.,
mengucapkan terima kasih kepada pemerintah pusat serta para pelaku PNPM
Mandiri Perdesaan yang telah berjuang keras memerangi kemiskinan dan
pengangguran. Selanjutnya, Gubernur berharap bahwa lambat laun, namun
pasti, PNPM akan mampu menempatkan Jawa Barat sampai pada posisi zero
pengangguran dan zero kemiskinan. Tidak sedikit dampak kemajuan yang
didapatkan.
Usai sambutan, Gubernur menyerahkan trophy Sikompak Award 2012
kepada para pelaku PNPM di Jawa Barat yang berprestasi. UPK Permasjati dari
Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka, meraih posisi kedua di Jawa Barat
dalam Lomba Sikompak Award tahun 2012 dan berhak mendapatkan hadiah
uang sebesar 30 juta rupiah. Sementara posisi pertama diraih oleh UPK
Tanjungkerta Kabupaten Sumedang.
Gubernur beserta Bupati Karawang juga berkesempatan berkeliling
mengunjungi setiap stand untuk melihat sejauh mana perkembangan PNPM di
Jawa Barat. Di stand PNPM Kabupaten Majalengka, Gubernur dan Bupati
Karawang menerima cendera mata berupa Buletin Sindangkasih Mandiri
sebagai kenang-kenangan dari PNPM Kabupaten Majalengka.
Oleh : Didin “Ktut” Aminudin
B
ila ada pertanyaan “UPK manakah yang diunggulkan
di Kabupaten Majalengka ?”, maka jawabannya
adalah UPK Permasjati di Kecamatan Jatitujuh,
setidaknya untuk saat ini. UPK Permasjati memang
diunggulkan untuk mewakili UPK di Kabupaten Majalengka
dalam mengikuti perlombaan Sikompak Award tingkat Jawa
Barat, bahkan seterusnya sampai tingkat nasional, bila
mendapat kesempatan. Banyak hal yang menjadi
pertimbangan kenapa UPK Permasjati dijagokan mewakili
Kabupaten Majalengka, selain prasarana kantor yang memang
telah milik sendiri, juga didukung oleh sumber daya para
pengurus UPK yang dinilai cukup baik dalam tata kelola
keuangan. Kepengurusan UPK Permasjati terdiri dari Yoyoh
Munawaroh (Ketua), Heni Nurhaeni (Sekretaris), dan Ahmad
Basar (Bendahara).
10
Berbekal visi menjadi masyarakat yang mandiri dan profesional, UPK Permasjati siap mengemban misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat (terutama masyarakat miskin),
mengembangkan profesionalisme sumber daya manusia
dalam pengelolaan kegiatan bagi kepentingan pemberdayaan
masyarakat, mengembangkan demokrasi melalui penerapan
prinsip transparansi, partisipasi, desentralisasi, keberpihakan
pada orang miskin dan kompetisi, serta peningkatan kualitas
hidup masyarakat melalui pemberian manfaat nyata terutama
bagi kelompok miskin dan perempuan.
UPK Permasjati dalam pelaksanaan kegiatan kemasyarakatannya selalu bergandengan dengan organisasi kemasyarakatan seperti Karang Taruna, Sanggar Seni dan Budaya,
kelompok pengajian ibu-ibu, dan lain-lain.
“Hal ini penting dan terus-menerus kami lakukan guna
menjaga keakraban antara UPK dengan masyarakat dalam
menjalankan proses pemberdayaan di daerah kami,” ujar
Yoyoh Munawaroh saat menjawab pertanyaan dari RMC.
Sehari menjelang perayaan Hari Kemerdekaan RI ke67, disaat warga ramai-ramai membersihkan rumah
beserta halaman, Kuwu Madtamin beserta warga Desa
Jatipamor malah sibuk mencorat-coret dinding rumah.
Namun bukan berarti tidak menghormati sakralitas kemerdekaan RI, malah justru merupakan media pemberdayaan yang berorientasi ke depan.
Alangkah beruntungnya, Desa Jatipamor, Kecamatan Panyingkiran, Kabupaten Majalengka, terpilih menjadi Pilot Project atau pusat percontohan program
pemberdayaan dengan media Mural. Media mural
memiliki arti kegiatan melukis atau menggambar di
ruang publik dengan konsep yang jelas dan terarah
serta memiliki aturan-aturan yang lazim. Karena media
bantunya adalah dinding bangunan, tentu saja harus
meminta ijin terlebih dahulu kepada pemilik rumah yang
temboknya akan dijadikan sarana mural. Konsep gambar yang dimunculkan lebih mengarah pada hal-hal
yang sifatnya mengingatkan kembali kepada kearifan
lokal dan hal-hal sederhana yang sudah merupakan
kebiasaan atau bahkan sudah menjadi budaya orangorang desa, semisal sikap-sikap yang mesti dilakukan
saat tetangga kita tertimpa musibah.
“Program pemberdayaan ini tak jauh beda dengan
program pemberdayaan yang telah ada sebelumnya,
yang membedakannya hanya pada fokus pemberdayaannya saja yaitu terletak pada proses pemberdayaan
pikiran,” terang Irwan, salah seorang perwakilan dari
Bank Dunia, saat dimintai keterangan. Mindset atau
sudut pandang tentang pemberdayaan memang
sangat tepat jika lebih difokuskan pada penyadaran
pikiran bahwa sebenarnya pada dasarnya manusia dan
lingkungannya memiliki kekuatan yang saling mendukung (simbiosis mutualisma) apabila keduanya sadar
atau tersadarkan. Memang selama ini program pemberdayaan lebih banyak bertumpu pada pembangunan
infrastruktur, dan program mural ini melengkapinya dengan pemberdayaan pikiran atau mindset, sehingga
membangun desa akan lebih tepat apabila ditunjang
dengan membangun pikiran terlebih dahulu. Membangun pikiran adalah membangun penyadaran, sadar
bahwa kita punya potensi dan punya masalah lingkungan yang keduanya dapat saling mendukung apabila
terdapat keselarasan dalam pemahamannya.
Program pemberdayaan melalui mural, di Desa Jatipamor adalah program kerjasama antara Bank Dunia
dengan salah satu Komunitas Kreatif Jatiwangi Art
Factory (JAF). Kegiatan ini menjadi hal menarik, terlihat
dari antusiasme masyarakat Desa Jatipamor yang begitu bersemangat menerima tawaran untuk menjadi desa
percontohan bagi desa-desa lainnya di Indonesia melalui program ini.
“Beragam ide bermunculan di otak saya untuk Desa
Jatipamor ini, entahlah, mungkin saya telah jatuh cinta,”
aku Arif , salah satu personil JAF di salah satu pertemuan
musyawarah desa untuk persiapan pelaksanaan. Dari
keterangan Arif, Desa Jatipamor juga akan dipilih sebagai lokasi kegiatan Festival Film Dokumenter yang akan
digelar beberapa bulan ke depan.
Proses persiapan mural yang kebetulan di Bulan Ramadhan, tak menjadikan kendala berarti. Kegiatan persiapan yang lebih banyak dilakukan di malam hari ini
berjalan lancar, setelah sebelumnya diadakan pembahasan tujuan dan maksud kegiatan tersebut. Selanjutnya diterangkan apa arti menemukenali potensi dan
masalah desa serta harapan-harapan atau cita-cita
masyarakat yang disesuaikan dengan potensi yang ada
atau permasalahan yang ada. Aspirasi tersebut kemudian dituangkan ke dalam karikatur dengan memanfaatkan media tembok dinding rumah masyarakat yang
dipilih dengan beberapa aspek pertimbangan
sehingga hasilnya tepat sasaran. Inilah yang dinamakan
proses mural.
Secara detail, prosesnya diawali dengan mengidentifikasi dinding tembok yang mudah diakses atau dilihat
oleh warga desa, sehingga terpilihlah beberapa rumah
di tiap RT-nya. Dinding rumah yang terpilih berukuran
antara 4 sampai 5 meter persegi agar bidangnya sesuai
dengan kebutuhan. Identifikasi dilakukan dengan cara
transek atau penelusuran wilayah yang dilakukan pada
malam hari selama 2 hari. Hari berikutnya dilakukan
pembuatan sketsa, hal ini bertujuan untuk memudahkan
masyarakat dalam pengecatan. Kamis, 16 Agustus 2012,
dilaksanakan kegiatan melukis secara serempak oleh
warga masyarakat di tembok-tembok yang sudah
ditentukan dengan sketsa yang sudah dibuat sebelumnya. Semarak menyambut Hari Proklamasi Kemerdekaan RI di Desa Jatipamor bertambah ramai dengan adanya kegiatan melukis bersama di tembok rumah ini. Dan
yang paling penting adalah tumbuhnya kesadaran warga masyarakat desa akan kembalinya keutuhan dan
kearifan desa sebagai komunitas manusia yang memiliki filosofi klasik saling asah saling asih saling asuh sebagai modal gerakan desa membangun.
Rangkaian kegiatan yang diakhiri dengan acara pergelaran seni budaya di hari berikutnya benar-benar
menyiratkan kenangan tersendiri, baik bagi masyarakat
Desa Jatipamor maupun pihak JAF selaku penyelenggara dan tentu saja pihak Bank Dunia.
7
8. P
Pengurus UPK dan BKAD Kabupaten Majalengka
mengikuti kegiatan Study Banding yang dilaksanakan hari
Selasa, 27 November 2012 lalu. UPK yang dikunjungi adalah
UPK yang pernah menjadi juara nasional, yaitu UPK
Kalijambe, yang berada di Kabupaten Sragen, Provinsi Jawa
Tengah.
Rombongan yang berangkat Senin malam pukul 20.00
itu tiba di Kabupaten Sragen pukul 04.00 dini hari. Tim
beristirahat sejenak menunggu waktu yang telah terjadwal,
yaitu jam 09.00.
Pada sambutan pembuka, Azat Sudrajat (Ketua UPK
Kecamatan Cingambul), mewakili Tim UPK Kabupaten
Majalengka, mengucapkan terima kasih kepada segenap
pelaku PNPM Kecamatan Kalijambe, terutama UPK
Kalijambe yang telah berkenan menyempatkan waktu
menerima kunjungan dari Tim UPK dan BKAD Kabupaten
Majalengka. Lebih lanjut, Azat Sudrajat mengatakan bahwa
tujuan kedatangan Tim UPK dan BKAD Kabupaten
Majalengka ke UPK Kalijambe adalah untuk menimba ilmu
dan pengalaman dari UPK Kalijambe yang sarat prestasi
tersebut dengan harapan bisa diterapkan di UPK-UPK yang
ada di Kabupaten Majalengka. Selain itu, kedatangan tim
UPK dan BKAD Kabupaten Majalengka juga bermaksud
untuk menyamakan persepsi tentang ke-UPK-an terkait
rencana pemberlakuan PTO tambahan yang sedikit
meresahkan para pengurus UPK, terutama UPK-UPK yang
berkinerja baik dan berprestasi. “Sebenarnya, sudah lama
kami merencanakan acara Study Banding ini, namun baru
sekarang bisa terlaksana,” ujar Azat Sudrajat.
Pemerintah Kecamatan Kalijambe, diwakili oleh Rahmat
Dwibasuki, mengucapkan selamat datang kepada tim UPK
Majalengka serta menyambut baik acara study banding ini
dan berharap kedua belah pihak bisa saling bertukar
pengalaman demi kemajuan UPK di masing-masing
kabupaten. Lebih jauh dikatakan bahwa semua sistem yang
ada di Kabupaten Sragen, khususnya di Kecamatan
Kalijambe, saling mendukung. Adanya semangat kuat yang
ditunjukkan oleh para pelaku PNPM, khususnya UPK dan
lembaga pendukung lainnya, dan disertai dengan progress
yang bagus adalah pemicu pula bagi jajaran Pemerintahan
Kabupaten Sragen untuk lebih mendukung kinerja para
pelaku PNPM, khususnya UPK, yang telah berperan aktif
dalam membangun desa bersama-sama dengan
Pemerintah dan masyarakat.
8
Ketua UPK Kalijambe, Adi Penawan, SE, MM,
menjelaskan bahwa cara kerja UPK Kalijambe pada dasarnya sama saja dengan UPK-UPK lain. Faktor geografi dan
demografi wilayah kerja pun tak ada bedanya dengan
kecamatan lain pada umumnya. Mayoritas penduduk desa
di Kecamatan Kalijambe adalah petani, namun sekarang
banyak pula home industry yang berkembang, terutama
industri meubel dan pengrajin batik. Menurutnya, salah satu
faktor penentu kemajuan UPK adalah dukungan dari
Pemerintah Daerah setempat. Sebagai contoh, Pemerintah
Daerah Kabupaten Sragen telah dua kali memberikan
bantuan perangkat komputer kepada UPK. “Jaringan informasi kami telah Online, dalam arti bahwa informasi
kebijakan pembangunan Pemerintah Daerah dan seluruh
UPK di Kabupaten Sragen berada dalam satu Link informasi.
Semua fasilitas ini gratis, semuanya dibiayai oleh
Pemerintah Daerah,” ujar Adi Penawan.
Ketua UPK Kalijambe, yang seringkali diundang menjadi
nara sumber di berbagai seminar itu, lebih lanjut menjelaskan bahwa bila dukungan dari Pemerintah Daerah sudah
bagus, maka jajaran pengurus UPK hanya tinggal mengoptimalkan manajemen kinerja saja, yang didukung oleh
perangkat organisasi berupa AD/ART yang baik dan SOP
sebagai standar operasinya. UPK Kalijambe yang menduduki juara satu tingkat nasional bidang kinerja ke-UPK-an
tentu tak lepas dari dukungan kelembagaan pendukung
kinerja UPK seperti BKAD, TP-UPK (di daerah lain disebut
BP-UPK), Tim Verifikasi Perguliran, dan lain-lain. Semua
kelembagaan yang ada di UPK Kalijambe telah menunjukkan kinerja yang sangat baik.
Usai kegiatan Study Banding, tim UPK dan BKAD Kabupaten Majalengka juga menyempatkan diri menghadiri
kegiatan Jambore UPK PNPM Mandiri Perdesaan Jawa
Tengah 2012 yang diisi dengan pameran produk unggulan
kelompok binaan UPK dari tiap provinsi.
Rombongan para pengurus UPK dan BKAD Kabupaten
Majalengka selanjutnya mengikuti acara Rapat Kerja
Nasional PNPM yang digelar di Pendopo Keraton Solo.
Agenda utama Rakernas PNPM adalah Evaluasi PNPM
Mandiri Perdesaan Tahun 2012 dan Persiapan PNPM
Mandiri Perdesaan untuk Tahun 2013. Berbagai masukan
dan pendapat dari berbagai lapisan pelaku PNPM dan wakil
dari masyarakat terhimpun dalam kegiatan Rakernas ini
dan akan menjadi acuan pelaksanaan PNPM tahun 2013.
ada dasarnya, Lokakarya Desa Membangun merupakan Forum Belajar
Bersama. Demikian dikatakan Yana Noviandi, Kepala Desa Mandalamekar, Tasikmalaya, pada pidato sambutan di acara Lokakarya Desa
Membangun Ketiga yang dilaksanakan selama 2 hari, 24 s/d 25 November 2012,
di Desa Garawastu, Kecamatan Sindang, Kabupaten Majalengka. “Desa-desa
yang bangkit dan bersatu untuk berembug bukan berarti ingin memisahkan diri
dari Nusantara. NKRI tetap harga mati. Kita hanya ingin desa itu memperoleh
hak-haknya untuk membangun sesuai kehendak rakyat desa,” kata Yana
Noviandi. Nara sumber lain yang hadir di acara Gapura Desa adalah A. Budi
Satrio, Kepala Desa Melung, Kabupaten Banyumas. Sudah saatnya desa
mengembangkan diri dengan segala potensi yang dimiliki dan berupaya
mengurangi ketergantungan terhadap bantuan dari pemerintah. Demikian
dikatakan A. Budi Satrio pada acara sambutan di awal acara lokakarya.
Sementara Dudi Kuswadi, Kepala Desa Cihaur, Kecamatan Maja, Kabupaten
Majalengka mengatakan bahwa kepala desa berperan sebagai ujung tombak dan
juga ujung tombok. Lebih dalam lagi, Dudi Kuswadi menjelaskan bahwa salah
satu kunci keberhasilan pembangunan di desa adalah kemampuan kepala desa
dalam mengoptimalkan potensi atau asset desa, sehingga desa memiliki
pendapatan yang memadai yang kelak berujung pada kesejahteraan seluruh
warga desa.
Usai pidato sambutan dari beberapa kepala desa, kegiatan dilanjutkan dengan
pengarahan tentang Internet Sehat kepada siswa-siswi SMP dan MTs Kecamatan
Sindang, dipandu oleh Erry Sukmana, A.Md dan Ria Restiana, S.Sos, M.Si dari
Kominfo Majalengka. Para pelajar dibimbing tentang cara untuk mencegah
terjadinya berbagai tindak kejahatan melalui internet. Dijelaskan pula bahwa ada
dua sisi dibalik asyiknya berinternet, yaitu menguntungkan dan merugikan.
Prinsip kehati-hatian dalam menggunakan fasilitas internet adalah tindakan
paling bijak. Acara makin seru karena diselingi dengan kuis-kuis berhadiah
dengan berbagai pertanyaan seputar dunia komunikasi dan informatika.
Kegiatan Lokakarya Desa Membangun yang bertajuk Gapura Desa
ini secara resmi dibuka pukul 13.00 WIB dan diawali dengan sambutan
Kepala Desa Garawastu, R. Wahyudin. Disusul dengan sambutan dari
Camat Kecamatan Sindang. Dan terakhir adalah sambutan dari Kepala
Bidang Kominfo Kabupaten Majalengka, Wawan Kurniawan, S.Sos,
MT yang sekaligus membuka secara resmi Lokakarya Desa
Membangun.
Para peserta lokakarya, usai pembukaan resmi, dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama terdiri dari para kepala desa dan pamong
desa serta peserta lokakarya lainnya yang berminat menambah
pengetahuan tentang tata cara pengelolaan desa membahas tentang tata
kelola desa dan hal-hal lain terkait manajemen desa. Pembicara di
kelompok ini adalah Yana Noviandi dan A. Budi Satrio. Para calon
operator website desa dan calon pewarta desa masuk di kelompok
kedua. Materi pelajaran di kelompok kedua adalah pengenalan website
desa dan teknik penulisan berita secara cepat, akurat dan menarik.
Untuk menjalin keakraban dan menumbuhkan rasa kebersamaan, digelar pula acara Botram, yakni makan bersama dengan cara
berkumpul mengelilingi makanan yang beralaskan daun pisang. Sajian musik dari kelompok Sanggar Konser Kampung menjadi
suguhan acara berikutnya, disusul dengan musik organ tunggal hingga tengah malam.
Di hari kedua, para peserta lokakarya kembali dibagi menjadi dua kelas dan melanjutkan materi pembahasan di hari pertama.
Teknik pembuatan berita dan teknik pengelolaan website desa dibahas lebih dalam di hari kedua ini. Kegiatan di hari kedua
dikomandoi oleh para nara sumber berpengalaman dari Yogyakarta, Banyumas, Tasikmalaya, Cirebon, dan Majalengka.
Majalengka Go Open Sources atau Manggoes sebagai wadah para penggemar dan pengembang Open Source Software di
Kabupaten Majalengka juga turut diperkenalkan di sini. Tim pengelola Manggoes dan Dinas Kominfo Majalengka akan mempelajari
aplikasi Mitra Desa lebih lanjut untuk kemungkinan digunakan di seluruh desa di Kabupaten Majalengka. Mitra Desa adalah sebuah
aplikasi berbasis kode sumber terbuka yang dikembangkan oleh Infest Yogyakarta yang berfungsi sebagai alat bantu pengelolaan
administrasi di desa, terutama pengelolaan database kependudukan. Tujuan utamanya adalah untuk mempermudah proses pelayanan
publik di tingkat desa.
Dalam waktu dekat, seluruh desa di Kabupaten Majalengka akan berada dalam satu link informasi seiring dengan rencana
pemberian bantuan komputer, printer, dan modem yang akan disalurkan oleh Dinas Kominfo Kabupaten Majalengka. Bantuan
tersebut akan mulai disalurkan tanggal 30 November 2012. Kabid Kominfo Kabupaten Majalengka, Wawan Kurniawan, S.Sos, MT
berjanji akan selalu memberi support terhadap upaya-upaya pengembangan IT di Kabupaten Majalengka, terutama untuk
pengembangan IT di tingkat desa.
9