SlideShare a Scribd company logo
1 of 43
Download to read offline
ELECTRIC WELDING 
TUGAS MAKALAH PROSES PRODUKSI 
NAMA : RANDY SUWANDY 
NPM : 13.815.0021 
MATA KULIAH : PROSES PRODUKSI 
2014 
Randy Suwandy 
Teknik Industri 
12/5/2014
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 2 
DAFTAR ISI 2 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 LATAR BELAKANG 3 BAB II 9 PEMBAHASAN 9 PENGERTIAN 9 PENGELASAN LEBUR 10 Pengelasan Busur 11 Macam-macam gerakan elektroda 11 Posisi-posisi pengelasan 11 Perlengkapan Keselamatan Kerja 15 KLASIFIKASI ELEKTRODA 16 Shielded Metal Arc Welding 17 Tungsten Electrode 18 Lapisan Electroda 18 Simbol Electroda dan Maknanya 19 Pengujian Electroda 20 Elektrode terumpan (consumable electrodes) 25 Elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes) 25 Proses Pengelasan Elektrode Terumpan 28 Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan 32 Berbagai Pengelasan Busur 33 BAB III 42 PENUTUP 42 KESIMPULAN 42
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 3 
BAB I (PENDAHULUAN) 
A. LATAR BELAKANG 
Dengan semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manusia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas. Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas 
Pada umumnya las listrik dibedakann menjadi 2, yaitu 1. Las Tekan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 4 
Las tekan adalah pengelaasan yang dilakukan untuk mengalirkan arus listrik melalui bidang – bidang dari bagian benda kerja yang akan dilas, dimana tahanan yang ditimbulkan arus listrik akan menghasilakan panas yang besar yang digunakkan untuk melumerkan bagian logam yang akan disambung. Logam yang disambung tadi mendapat tekanan dan akan bersatu karena panas yang dibangkitkan arus pada bidang – bidang logam. Contoh las tekan antara lain las tumpul, las titik, dan las roda (las roll) 2. Las Lumer Las lumer disebut juga las busur nyala karena pengelasan yang dilakukan dengan jalan melelehkan logam yang dilas dengan busur nyala listrik. Jadi panas yang diperoleh untuk melelehkan benda kerja didapat dari busur nyala listrik yang dibentuk dari arus listrik diantara elektroda dan benda kerja (masa las listrik). Kedua jenis las listrik tersebut adalah yang paling banyak digunakan untuk menyambung bagian-bagian dari llogam, dimana untuk menyambung dua bidang logam dengan car alas lumer dipergunakan bahan tambahan yang dinamakan elektroda las, sedangkan las tekan hanya berdasarkan panas yang didapat dari pengaliran arus listrik. II. LAS BUSUR NYALA Las busur nyala adalah termasuk salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk menyambung bidang-bidang dari 2 buah logam dengan sumbeer pemanasan atau pelumerannya dai busur nyala listrik. Busur nyala yang menimbulkan panas digunakan untuk melelehakan bidang- bidang benda kerja yang akan disambung, di mana untuk mendapatkan bususr nyala adalah dengan mengontakkan elektroda las dengan benda kerja yang akan di las, setelah arus listrik mengalir dari elektroda ke benda kerja maka kontak akan diputuskan dengan menarik elektroda sedikit di atas benda kerja, sehingga jarak antara benda kerja dengan elektroda menimbulkan busur nyala. 
Pada umumnya suatu busur nyala terjadi karena arus listrik yang megalir melalui udara dari elektroda ke benda kerja yang disebabkan adanya selisih tegangan antara elktroda dan masa benda kerja yang disebut tegangan busur nyala. Tegangan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 5 
busur nyala untuk mesin las arus searah sekitar 40-45 volt dan mesin las arus bolak- balik sekitar 50-60 volt dan tegangan busur nyala ini akan turun apabila busur nyala terjadi, dimana busur nyala akan tetap stabil sekitar 15-30 volt setelah mulai pengelasan benda kerja dilakukan. 2.1 Mesin (trafo) Las Mesin las digunakan untuk membagi tegangan untuk mendapatkan busur nyala yang memberikan panas untuk mencairkan logam-logam yang di las. Mesin las memperoleh sumber tenaga atau dynamo las digerakkan oleh: a. Aliran listrik dari gardu induk dimana arus listrik dari gardu masih mempunyai tegangan tinggi yang belum dapat digunakan sabagai arus las. Oleh karena itu arus yang mempunyai tegangan tinggi sebelum digunakan terlebih dahulu arus tersebut dirubah menjadi arus searah melalui transformator. b. Motor listrik, motor bensin atau motor diesel yang memutar poros generator las. Berdasarkan arus yang bekerja pada mesin las, mesin las dibedakan menjadi dua, yaitu mesin las dengan arus bolak – balik atau A.C dan mesin las dengan arus searah atau D.C . a. Mesin las arus bolak – balik (A.C) Mesin las arus bolak balik memperoleh busur nyala dari transformator, dimana dalam pesawat las ini arus dari jaring – jaring listrik dirubah menjadi arus bolak – balik oleh transformator yang sesuai dengan arus yang digunakan untuk mengelas, sehingga mesin las ini disebut juga mesin las transformator. Transformator las mempunyai dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kumparan pada transformator ini mengacu pada transformator step down, dimana kumparan transformator ini dapat menggadakan arus yang berasal dari gardu induk. Arus pada transformator dapat disetel sesuai kebutuhan dengan memutar ulir penyetel arus. Pada transformator las A.C, terdapat dua kabel yaitu kabel busur dan kabel masa, dimana jika kedua kabel tersebut tertukar, tidak akan mempengaruhi perubahan temperature yang timbul 
Keuntungan transformator A.C adalah 1. Dapat menghasilkan rigi – rigi las yang baik dan dapat menghindarkan timbulnya
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 6 
keropos – keropos karena mempunyai busur nyala yang kecil 2. Pengawasan, perawatan, dan perlengkapan mesin las lebih murah. Kerugiannya antara lain : 1. Tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis elektroda 2. Tidak dapat digunakan untuk mengelas semua jenis logam b. Mesin las arus searah (D.C) Mesin las arus searah memperoleh busur nyala dari arus listrik yang diperoleh dari dynamo las arus searah dan pesawat perata arus sehingga berdasarkan hal tersebut , pesawat mesin las dibedakan menjadi dua, yaitu dynamo las yang digerakkan oleh mesin diesel / bensin dan mesin las yang mengambil sumber arus AC dan menyearahkannya menjadi DC. Mesin las yang digerakkan oleh mesin diesel atau bensin sangat baik dipakai dalam pengerjaan di lapangan dan bengkel – bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik , karena mesin las ini bersifat portable. Mesin las DC mempunyai polaritas yang berbeda – beda, tidak seperti mesin las AC yang dapat digunakan dengan kutub sembarang (terbalik – balik). Berikut ini adalah polaritas mesin las DC 1. Hubungan arus polaritas terbalik (DCRP) DCRP (Direct Current Reverse Polarity) adalah jika kabel masa dipasang pada benda kerja dengan kutub anoda dan kabel elektroda dihubungkan dengan kutub anoda. Pada hubungan DCRP panas yang diberikan oleh mesin las didistribusikan 1/3 ke benda kerja dan 2/3 nya ke elektroda sehingga panas yang diberikan mesin las ke elektroda lebih banyak daripada panas yang diberikan ke benda kerja. 2. Hubungan arus polaritas lurus (DCSP) DCSP (Direct Current Straight Polarity) adalah pemasangan kabel las dengan menghubungkan antara kabel masa (benda kerja) dengan kabel anoda (positif) dan kabel elektroda dengan kutub katoda (negatif). Pada hubungan DCSP, panas yang diterima benda kerja lebih banyak daripada panas yang diterima elektroda dengan perbandingan 2/3 banding 1/3. 
Keuntungan mesin las arus DC adalah sebagai berikut : 1. Seluruh jenis elektroda dapat dipergunakan (elektroda berbalut dan tidak berbalut) 2. Seluruh jenis logam dapat dilas
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 7 
3. Dapat dipergunakan untuk mengelas plat yang tipis 4. Mempunyai nyala busur yang stabil 5. Mesin las ini tidak mempunyai bagian – bagian yang berputar seperti dynamo las 6. Dapat dipergunakan untuk pekerjaan lapangan atau bengkel yang tidak dilalui jaring – jaring listrik c. Mesin las arus ganda (AC / DC) Mesin las arus ganda adalah mesin las yang mempunyai transformator satu phase dan alat perata dalam sebuah rangka. Arus dari jaringan kabel AC dirubah menjadi arus DC dengan generator penyearah arus. Pengaturan arus dapat disetel dengan jalan memtuar ulir pengeluaran arus. Mesin las arus ganda dapat menyuplai arus antara 25 ampere sampai 140 ampere yagn digunakan untuk mengelas plat – plat tipis, baja anti karat (stainless steel) dan alumunium. Untuk mengelas benda kerja yang tebal ,arus dapat disetel 60 – 300 ampere. 2.2 Alat-alat perlengkapan las listrik Bengkel las selain mempunyai mesin las, juga dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan lainnya seperti: kabel las, pakaian las, palu las, sikat kawat baja, kap atau topi las, dsb. a. Ruangan las Tempat atau ruang las adalah suatu perlengkapan yang harus dimiliki. Walaupun ruangan ini tidak begitu diperlukan oleh pekerja las, tetapi oleh Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja mengharuskan setiap bengkel las harus mempunyai perengkapan tersebut. b. Perlengkapan pengaman Perlengakpan ini harus dipunyai setiap bengkel las untuk melindungi dari asap dan radiasi panas serta sinar ultra violet. Peralatan pengaman terdiri dari: 1. Perlengkapan pelindung muka 2. Perlengkapan pelindung badan 
c. Kabel las Digunakan sebagai tempat mengalirnya arus dari sumber tenaga ke mesin las dan dari mesin las ke elektrodalali kembali ke mesin las melalui kabel masa. Pada setiap mesin
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 8 
terdapat dua kabel yaitu primer dan sekunder. Kabel primer adalah kabel yang digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber tegangan ke dalam mesin las. Sedangkan kabel sekunder digunakan untuk mengalirkan arus dari mesin las ke penjepit elektroda dan kembali ke mesin las melalui kabel masa. d. Tang las Perlengkapan sewaktu mengelas yang gunanya untuk menjepit elektroda dan benda kerja. Tang las terdiri dari tang elektroda dan tang masa, dimana alat-alat ini terdiri dari beberapa jenis yaitu: tang elektroda itu sendiri, tang masa magnit, dan tang masa klem. e. Palu terak (bik hammer) dan sikat baja Palu terak adalah sebuah palu yang khusus dimana salah satu ujungnya dibuat berbentuk runcingyang digunakan untuk mengetok sudut rigi-rigi las dan ujung yang sebelah lagi berbentuk pahat picak yang digunakan untuk mengetok permukaan rigi- rigi las. Sikat baja digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dan sesudah di las, juga membersihkan kotoran, debu dan sisi terak pada rigi-rigi las setelah diketok dan dipahat oleh palu terak. f. Tang penjepit benda kerja panas Sebuah tang yang digunakan untuk menjepit benda kerja yang masih panas setelah di las. Tang ini terbuat dari baja karbon pada keseluruhan tang dan berdasarkan kegunaan dalam menjepit benda kerja panas. BAB II (PEMBAHASAN) Pengertian Las
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 9 
Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu, dengan cara logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu sehingga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom, dan bisa juga dikatakan salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah benda tersebut. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah. Proses pengelasan dibagi dalam dua kategori utama, yaitu pengelasan lebur dan pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa penambahan logam pengisi.Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut : 
 Pengelasan busur (arc welding, AW) 
 Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW) 
 Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW) 
 Proses pengelasan lebur yang lain. 
I. PENGELASAN LEBUR 
A. Pengelasan Busur
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 10 
Pengelasan busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan menggunakan panas dari busur listrik. Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan suhu 10.000˚F (5500˚C) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak. Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik, pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual, kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas. Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time), yaitu : Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik. a) Teknologi Pengelasan Busur Sebelum menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti : 
 elektrode, 
 pelindung busur (arc shielding), dan 
 sumber daya dalam pengelasan busur. 
Macam macam gerakan elektroda :
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 11 
 Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap. 
 Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki. 
 Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan kehawah. 
 Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat. 
Posisi di bawah tangan Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat - 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat - 80 derajat terhadap benda kerja. Posisi tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadap vertikal dan 70 derajat - 85 derajat terhadap benda kerja. Posisi datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja. Posisi di atas kepala (Overhead) Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja. 
Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 12 
(1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar. Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan Adapun las akan posisi selalu sudut kebawah. Electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya. Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan elektrode pada vertikal. pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah. Posisi horizontal pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu : 
1. Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik rendah kecepatannya lebih dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode. 
2. Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis. Pengelasan posisi Fillet Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 13 
mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las. 
posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut : fillet joint (T-joint) butt joint 
Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material. 
Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 14 
Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya. pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi pengelasan 5G up Hill. 
Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal. pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas. dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill. Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan tingkatan- tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan kwalifikasi yang tinggi pula. Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. jika juru las memiliki sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi bileh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G. 
Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 15 
sambungan. Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar. 
 Alur Spiral 
 Alur Zig-zag 
 Alur Segitiga 
Perlengkapan Keselamatan Kerja 
Perlengkapan Keselamatan Kerja Helm Las Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 16 
sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih. Sarung Tangan (Welding Gloves) Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan. Apron Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron : apron lengan apron lengkap apron dada Sepatu Las Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai masker Las Jika tidak memakai mungkinkan adanya kamar las dan kamar ventilasi yang baik, maka gunakan sarung muka masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun. Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai : Elektroda dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain : 1. Elektroda menurut bahannya : 
 Elektroda baja karbon 
 Elektroda baja paduan 
 Elektroda bukan baja (non ferrous) 
Komposisi bahan elektroda dibedakan untuk dapat mempermudah memilih bahan tambah untuk mengelas benda kerja yang sesuai dengan bahan elektroda. 2.Elektroda berdasarkan fungsinya dalam kaitan hubungan dengan bahan pengelasan yaitu:
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 17 
Elektroda yang habis terpakai (Shielded Metal Arc Welding) Elektroda yang habis terpakai maksudnya adalah elektroda yang habis menutupi bahan atau kampuh las dalam proses las dan juga gas yang keluar akibat melelehnya elektroda dan lapisan pelindung digunakan sebagai pelindung saat pengelasan busur. Tujuannya lapisan las dilindungi adalah untuk mencegah oksidasi. Lapisan pelindung ini jika sudah mengering akan membentuk terak yang mudah untuk dihilangkan dengan palu atau sikat terak. Sedangkan bahan yang digunakan untuk melindngi oksidasi berasal dari gas pembakaran busur itu sendiri atau dengan lapisan pelindung kimia dan butir – butir zat pelindung oksidasi pada las SAW (Submerged Arc Welding). Adapun lapisan – lapisan tersebut terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan maksud dan cara perlindungan yang tepat untuk berbagai jenis pengelasan. Jenis – jenis lapisan pelindung yang dimaksud antara lain : 
 High cellulose sodium 
 High cellulose potassium 
 Low hydrogen sodium 
 Low hydrogen potassium 
 Iron powder, low hydrogen 
 High iron oxide 
 High iron oxide, iron powder 
 High titania potassium 
 Iron powder, titania 
 High tittania sodium 
 Low hydrogen potassium, iron powder 
Elektroda yang tidak langsung habis terpakai (tungsten electrode) 
Adalah jika elektroda yang dipakai berbahan tungsten, yaitu elektroda yang memiliki ketahanan panas yang tinggi terhadap suhu las dan hanya digunakan sebagai busur tetap untuk jarak tertentu. Elektroda ini digunakan pada pengelasan dengan metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding).
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 18 
3. Elektroda menurut lapisan pelindungnya Elektroda berbalut Elektroda las yang berbalut banyak dipergunakan pada proses mengelas dengan busur nyala, dimana balutan dari suatu kawat inti elektroda terbuat dari bahan – bahan seperti soda silikat, alumunium silikat, besi mangan, titan dioksida, kalsium karbonat dan sebagainya. Pada umumnya elektroda berbalut dibedakan menjadi dua yaitu 
 Elektroda berbalut tipis mempunyai tebal lapisan balutan 0,1mm dan berat lapisan sekitar 1% – 5% dari berat elektroda. 
 Elektroda berbalut tebal mempunyai lapisan sekitar 1 – 3 mm dan berat lapisan sekitar 15% – 30% dari berat elektroda. 
Secara keseluruhan, fungsi lapisan elektroda adalah sebagai beikut: 
1. Menyediakan Suatu perisai yang melindungi sekeliling busur api sehingga oksigen dan nitrogen tidak memasuki logam las. 
2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol. 
3. Mengisi setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksidasi elemen-elemen tertentu dari genangan las. 
4. Menyediakan suatu terak pelindung untuk menurunkan kerapuhan akibat pendinginan. 
5. Membantu pengontrolan ukuran dan frekuensi tetesan logam cair. 
6. Memungkinkan dipergunakannya posisi-posisi yang berbeda. 
Elektroda tidak berbungkus (elektroda polos) 
Elektroda ini sangat jarang digunakan karena sukar memelihara kestabilan busur nyala dibandingkan dengan elektroda berbalut. Pada umumnya elektroda ini digunakan dalam menggunakan las otomatis karena kampuh las mempunyai bahan pengisi tersendiri dan pemakainnya pada mesin las tangan hanya pada mesin las arus searah yang digunakan untuk mengelas benda kerja yang tidak terlalu penting (berkualitas rendah) seperti : mengela pagar, jeruji jendela, dan sebagainya.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 19 
Simbol Elektroda dan Maknanya Berhubung sangat banyaknya jenis elektroda yang dipergunakan untuk berbagai jenis pengelasan, maka untuk memudahkan pengidentifikasiannya agar sesuai dengan bahan yang akan dilas dan cara pengelasannya, dibuatlah system symbol atau kode yang akan mengidentifikasi jenis bahan dan lapisan pelindungnya, kekuatan mekanisnya, posisi/cara pengelasan, dan jenis arus serta polaritas listrik yang dikehendaki. Masing-masing Negara maju menyusun symbol untuk negaranya sendiri sehingga sangat banyak jumlah symbol yang digunakan. Namun dengan persetujuan diantara mereka, terdapat kesamaan ataupun kemiripan dalam sifat mekanis maupun susunan kimianya, sehingga dapat disusun suatu daftar, cara, dan metode pembacaan yang berorientasi pada AWS (American Welding Society). Bagian elektroda yang tidak berlapis pelindung Dimaksudkan untuk nantinya dijepit oleh geraham las. Bagian elektroda tersebut adalah sebagai berikut: 
Untuk pengumpan (feeder) yang otomatis, bagian tak bersalut elektroda untuk pegangan tanggam tidak boleh kurang dari 1” (25mm). Ujung elektroda harus terbuka dan sisi lapis pelindung harus diserong untuk memudahkan penorehan busur nyala pendahuluan. Lapis pelindung harus menyelubungi kawat inti paling sedikit ¼ lingkaran kawat tersebut dari nyala busur listrik.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 20 
Pengujian Elektroda Semua jenis elektroda diuji untuk menentukan mutu apakah sesuai dengan semua persyaratan suatu elektroda las yang baik. Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Uji analisis kimiawi Komposisi kimiawi elektroda baja karbon tidak boleh melebihi limitasi yang tertera pada table limit komposisi logam las. b) Uji mekanis 
 Uji mekanis meliputi uji tarik bahan yang sudah dilaskan secara transversal 
 Uji tumbukan (Charpy u-notch impact test) 
 Uji lengkung bahan yang sudah dilaskan secara longitudinal terarah (longitudinal guided bend test) 
 Uji las fillet 
Setelah bahan dilaskan secara fillet, hasilnya diuji sifat wujudnya untuk menentukan apakah las fillet bebas dari retakan, overlap, kerak terperangkap, porositas permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32” (0,8 mm). Kecembungan dan panjang kakinya harus sesuai dengan table berikut:
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 21 
Ukuran standar dan panjang Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tebel di bawah: Kandungan air pada lapis pelindung Elektroda dibuat dengan limit kandungan air yang dapat diterima tergantung dari jenis dan kekuatan kawat intinya. Elektroda low hydrogen (E7015, E7016, E7018, E7028, dan E7048) sangat peka terhadap penyerapan air. Lapis anorganiknya dirancang untuk mengandung sangat sedikit kelembaban sehingga penyimpanannya harus sangat teliti. Jika ternyata elektroda telah banyak menyerap air melebihi batas yang dibolehkan, maka agar dapat dipergunakan kembali elektroda harus dipanaskan untuk menghilangkan kandungan air tadi.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 22 
Berikut adalah daftar syarat penyimpanan dan pengeringan elektroda: Secara keseluruhan, elektroda dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi AWS, jenis bahan pelindung, posisi pengelasan yang sesuai, dan jenis arus listrik.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 23 
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 24 
Dalam penulisan kode elektroda pada tabel klasifikasi elektroda, biasanya berisi EXXXX. Dengan keterangan sebagai berikut: – E = Elektroda – XX = dua huruf X terdepan (XX) menandakan kekuatan tarik bahan las setelah dilaskan, misalnya E60XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah dilaskan 60.000 psi, E70XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah 70.000 psi, begitu pula
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 25 
seterusnya. – X = huruf X ketiga menunjukkan posisi pengelasan yang tepat. Untuk angka “1” menunjukkan boleh dipergunakan untuk semua posisi. Angka “2” menunjukkan hanya bisa dipergunakan dengan posisi tertentu. – X = huruf X terakhir menunjukkan jenis arus listrik yang sesuai dengan lapisan elektrodanya Elektrode terumpan (consumable electrodes) Elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik, sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektrode bentuk kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an sebagai logam pengisi. Elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes). Elektrode tak terumpan dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an. 
Pelindung busur pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 26 
pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las- an tersebut menjadi padat. Gas pelindung, digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an. Fluks, digunakan untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk melakukan beberapa fungsi, seperti : 
 memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara luar,untuk menstabilkan busur, dan 
 untuk mengurangi terjadinya percikan. 
Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat dilakukan dengan cara : 
 menuangkan butiran fluks pada operasi pengelasan, 
 menggunakan elektrode batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk menutup operasi, dan 
 menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode diumpankan. 
Sumber daya dalam pengelasan busur, dapat berupa : 
 arus searah (direct current, DC), atau 
 arus bolak-balik (alternating current, AC). 
Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga dan biaya pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk pengelasan logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat dipakai untuk semua
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 27 
jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula. Dalam semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk menjalankan pengoperasian dihasilkan dari arus listrik I yang melewati busur dan tegangan E. Daya ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas ditransfer ke permukaan benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam penghantar, adanya radiasi, percikan nyala api, dan sebagainya sehingga mengurangi jumlah panas yang dapat dimanfaatkan. Efisiensi transformasi panas (heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap proses pengelasan busur. Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena sebagian besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan benda kerja. Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode tak terumpan memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting efficiency)f2 selanjutnya mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan : HRw = f1.f2.I.E = Um.Aw.v dimana : E = tegangan (V) I = arus (A) HRw = laju pembentukan panas pada las-an, (Watt atau Joule/sec. atau Btu/sec.) Um = energi peleburan logam (melting enrgy for metal), Btu/in3. Aw = luar permukaan las-an, mm2 atau in2 V = kecepatan gerak pengelasan, mm/sec. atau in/min. Catatan : 1 Btu = 1055 J Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : 
MVR = HRw / Um , in.3/sec.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 28 
Proses Pengelasan Elektrode Terumpan Pengelasan elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat terjadi busur listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi. Terdapat beberapa pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan, seperti antara lain : 
 pengelasan busur elektrode terbungkus (shielded metal arc welding, SMAW) 
 pengelasan busur logam gas (gas metal arc welding, GMAW) 
 pengelasan busur inti-fluks (flux-cored arc welding, FCAW, 
 pengelasan elektrogas (electrogas welding, EGW) 
 pengelasan busur rendam (submerged arc welding, SAW). 
Pengelasan busur elektrode terbungkus Pengelasan ini menggunakan batang elektrode yang dibungkus dengan fluks.Panjang batang elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm) dan diameter 3/32 sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan sebagai batang elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisinya biasanya sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar. Lapisan pembungkus terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida, karbonat, dan unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat. Serbuk logam kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah logam pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektrode, akibat panas busur listrik, mencair membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang menggenang di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi. 
Pemindahan logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik yang digunakan sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya yang digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode, serta dalam penetrasi las-an yang diinginkan.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 29 
Pengelasan busur logam gas Pengelasan ini merupakan proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan dalam bentuk kawat.Selama proses pengelasan berlangsung, gas dihembuskan ke daerah las-an untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Diameter kawat yang digunakan berkisar antara 1/32 sampai ¼ in. (0,8 sampai 6,4 mm), tergantung pada ketebalan bagian logam yang akan disambung. Gas pelindung yang digunakan adalah gas mulia seperti argon, helium, dan karbon dioksida. Pemilihan gas yang akan digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, dan juga faktor-faktor yang lain. Gas mulya digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja anti karat, sedang CO2 biasanya digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah atau medium. Pengelasan busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik untuk mengelas berbagai jenis logam ferrous dan nonferrous. Keuntungan pengelasan busur logam gas dibandingkan pengelasan manual adalah : 
 waktu busur lebih besar, 
 pengelasan biasanya dilakukan secara automatis, 
 sampah sisa logam pengisi jauh lebih sedikit, 
 terak yang ditimbulkan lebih sedikit karena tidak memakai fluks, 
 laju pengelasan lebih tinggi, dan 
 kualitas daerah las-an sangat baik. 
Pengelasan busur inti-fluks Proses pengelasan busur ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan elektrode terbungkus yang memiliki panjang batang terbatas. Pengelasan busur inti- fluks menggunakan elektrode tabung dengan inti fluks dan ditambah unsur-unsur lain. Unsur-unsur lain yang ditambahkan dalam inti fluks tersebut adalah : 
 unsur-unsur deoksidiser, dan 
 unsur-unsur pemadu (alloying).
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 30 
Kawat inti-fluks tabular sangat lentur/fleksibel sehingga dapat digulung dan diumpankan secara kontinu melalui pistol las busur (arc welding gun.Terdapat dua jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu : 
 pelindung sendiri (self shielded), dan 
 pelindung gas (gas shielded). 
Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung sendiri di dalam inti kawat terdapat fluks dan unsur lain yang dapat menghasilkan gas untuk melindungi busur dari pengaruh atmosfir. Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung gas, di dalam inti kawat tidak ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung ditambahkan secara terpisah, sama seperti pada pengelasan busur logam gas. Keuntungan pengelasan inti-fluks, adalah : elektrode dapat diumpankan secara kontinu, dan kualitas las-an sangat baik, sambungan las-an halus dan seragam. Pengelasan elektrogas Pengelasan elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat elektrode telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan dari luar. Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal, Kedua bagian logam yang akan disambung dijepit dengan sepatu cetak yang didinginkan dengan air agar dapat menahan panas logam cair. Sepatu cetak, bersama-sama dengan kedua ujung logam yang akan dilas, membentuk rongga cetak. Kawat elektrode dalam proses pengelasan ini biasanya diumpankan secara automatis. Busur terjadi antara elektrode dan logam dasar sehingga logam cair yang dihasilkan akan mengisi rongga cetak secara bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu cetak secara automatis bergerak ke atas. Pengelasan busur rendam
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 31 
Pengelasan busur rendam adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode kawat telanjang yang diumpankan secara kontinu, dan busur las ditutup dengan serbuk fluks.Kawat elektrode diumpankan secara automatis dari gulungan ke busur. Fluks dituangkan melalui suatu tabung pengumpan di depan elektrode, sehingga busur listrik yang timbul antara elektrode dengan logam dasar terendam oleh serbuk fluks sepanjang alur las-an. Panas yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan serbuk fluks. Fluks cair akan mengapung di atas logam cair, membentuk selubung yang dapat mencegah percikan dan terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak membeku dan mudah dihilangkan, sedang serbuk yang tersisa diisap dengan sistem vakum dan dapat dimanfaatkan kembali. Keuntungan penggunaan pengelasan busur rendam adalah karena serbuk fluks menutup seluruh operasi pengelasan, sehingga: 
 dapat meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan hal-hal berbahaya lainnya. 
 tidak perlu menggunakan kaca pengaman, 
 pendinginan berjalan dengan lambat, sehingga kualitas sambungan las-an sangat baik, memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi. 
Sifat-sifat yang merugikan adalah : 
 karena busur tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat menggagalkan seluruh hasil pengelasan, 
 pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal. 
 Pengelasan busur rendam banyak digunakan dalam fabrik untuk pengelasan bentuk-bentuk profil, seperti I-beam, T-beam, dan sebagainya 
 kampuh memanjang dan melingkar dengan diameter besar seperti pipa, tangki, dan tabung tekanan tinggi.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 32 
Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan Pengelasan elektrode tak terumpan pada umumnya menggunakan elektrode wolfram yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, dan sebagai logam pengisi digunakan logam lain yang terpisah dari elektrode tersebut. Terdapat beberapa pengelasan busur elektrode tak terumpan, seperti antara lain : pengelasan busur tungsten gas (gas tungsten arc welding, GTAW), pengelasan busur plasma (plasma arc welding, PAW), dan beberapa pengelasan busur yang lain. Pengelasan busur tungsten gas Pengelasan busur tungsten gas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tungsten dan gas mulia sebagai pelindung busur. Pengelasan ini juga dikenal dengan nama pengelasan gas mulia tungsten (tungsten inert gas welding, TIG) atau pengelasan gas mulia wolfram (wolfram inert gas welding, WIG). Pengelasan busur tungsten gas dapat dilakukan dengan logam pengisi maupun tanpa logam pengisi.Bila digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektrode dan logam dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam pengisi. Tungsten dipilih sebagai elektrode karena memiliki titik lebur tinggi yaitu 3410˚C. Sebagai gas pelindung biasanya digunakan argon, helium, atau gabungan dari kedua unsur ini. Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis logam dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau dengan mesin secara automatis. Kelebihan dari pengelasan ini adalah : 
 kualitas las-an sangat baik 
 tidak ada percikan las-an, karena tidak ada logam pengisi yang ditransfer melewati busur 
 sedikit atau tidak ada terak karena tidak digunakan fluks.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 33 
Pengelasan busur plasma Pengelasan busur plasma merupakan bentuk khusus dari pengelasan busur tungsten gas dengan mengarahkan busur plasma ke daerah las-an. pemanasan gas dilakukan dengan mengkonsentrasikan busur melalui lubang halus (nosel), dan melalui lubang tersebut dialirkan pula gas mulia (misalnya, argon atau campuran argon- hidrogen). Dalam pengelasan ini juga digunakan gas pelindung seperti argon, argon- hidrogen, dan helium. Suhu plasma sekitar 28.000˚C atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan setiap logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga dihasilkan pancaran plasma dengan densitas energi yang sangat tinggi. Karena memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada daerah yang kecil, maka busur plasma sering digunakan untuk proses pemotongan logam dengan ketebalan mencapai 100 mm atau lebih. Pengelasan Busur yang Lain Pengelasan busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pengelasan yang memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur yang lain, akan dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu : 
 pengelasan busur karbon (carbon arc welding, CAW), dan 
 pengelasan lantak (stud welding, SW). 
Pengelasan busur karbon 
Pengelasan busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode tak terumpan yang pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan sebagai sumber panas pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di atas permukaan logam yang lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan dengan tungsten.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 34 
Pengelasan lantak Pengelasan lantak, digunakan untuk mengelas ujung logam pada bidang datar. Alatnya berbentuk pistol, memegang ujung batang logam yang akan dilas. Bila picu ditekan, ujung logam terangkat untuk membentuk busur kemudian ditekan kembali kecairan logam.Operasi menggunakan pengatur waktu sesuai dengan ukuran logam yang akan dilas. Busur dilindungi oleh tabung keramik, yang sekaligus menahan logam cair dan melindungi operator. 
Pengelasan Resistansi Listrik 
Pada pengelasan ini, permukaan lembaran logam yang akan disambung ditekan satu sama lain dan arus yang cukup besar kemudian dialirkan melalui logam sehingga menimbulkan panas pada sambungan. Panas tertinggi muncul di daerah yang memiliki resistansi listrik tertinggi, yaitu pada permukaan kontak ke dua lembaran logam. Komponen-komponen utama dalam pengelasan resistansi listrik ditunjukkan dalam gambar untuk operasi pengelasan titik. Komponen–komponen tersebut termasuk benda kerja yang akan dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi tersebut dalam daerah lebur antara dua bagian benda kerja, dalam pengelasan titik disebut manik las (weld nugget). 
Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas pelindung, fluks, atau logam pengisi, dan elektrode yang menghubungkan daya listrik merupakan elektrode tak terumpan. Pengelasan risistansi listrik diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang timbul melebur permukaan kontak ke dua lembaran
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 35 
logam tersebut. Namun demikian, terdapat pengecualian, beberapa pengelasan resistansi listrik menggunakan suhu di bawah titik lebur logam yang disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan. Sumber panas pada pengelasan resistansi listrik Energi panas yang diberikan pada operasi pengelasan tergantung pada aliran arus listrik, resistansi rangkaian, dan panjang waktu arus dialirkan, seperti rumus berikut ini. H = I2 R t dimana : H = panas yang dihasilkan, W-sec. atau J (1 J= 1/1055 Btu) I = arus listrik (A) R = resistansi listrik (w) t = waktu, detik (sec.) Arus yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik ini sangat besar (umumnya, 5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan relatif rendah (biasanya di bawah 10 V). Panjang waktu arus dialirkan pada umumnya sangat singkat, untuk pengelasan titik sekitar 0,1 sampai dengan 0,4 detik. Alasan mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah : 
 bilangan kuadrat dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh yang besar terhadap besarnya panas yang dihasilkan 
 resistansi listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar 0,0001 (). 
Resistansi listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan antara : 
 resistansi pada kedua elektrode 
 resistansi pada kedua lembaran benda kerja 
 resistansi permukaan kontak antara elektrode dan benda kerja 
 resistansi permukaan kontak antara benda kerja dengan benda kerja yang lain.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 36 
Kondisi yang ideal bila resistansi terbesar dihasilkan oleh permukaan kontak ke dua benda kerja, sehingga panas tertinggi dihasilkan pada lokasi ini, sesuai dengan yang diharapkan. Resistansi pada permukaan kontak ini tergantung pada penyelesaian permukaan, kebersihan (tidak ada cat, minyak, dan pengotoran yang lain), daerah kontak, dan tekanan. Keberhasilan dalam pengelasan resistansi listrik tergantung pada tekanan dan panas. Fungsi tekanan yang utama dalam pengelasan ini adalah : 
 menekan elektrode ke permukaan benda kerja, dan permukaan benda kerja dengan benda kerja yang lain agar terjadi kontak, sehingga dapat dialiri arus listrik; 
 menekan permukaan kontak menjadi satu agar diperoleh sambungan bila suhu pengelasan telah dicapai. 
Kelebihan pengelasan resistansi listrik adalah : 
 tidak menggunakan logam pengisi 
 kecepatan produksi tinggi 
 tidak diperlukan operator dengan ketrampilan tinggi, karena mesin dijalankan secara automatis, 
 memiliki kemampuan ulang (repeatability) dan keandalan yang baik. 
Sedang kelemahan dari pengelasan resistansi listrik ini, adalah : 
 biaya investasi tinggi, karena harga peralatan mahal, 
 hanya dapat mengerjakan sambungan tumpang (lap joint), 
Proses Pengelasan Resistansi Listrik Terdapat beberapa proses pengelasan resistansi listrik yang sering digunakan dalam industri, yaitu : 
 Pengelasan titik resistansi listrik (resistance spot welding, RSW), 
 Pengelasan kampuh resistansi listrik (resistance seam welding, RSEW), 
 Pengelasan proyeksi resistansi listrik (resistance projection welding, RPW),
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 37 
Pengelasan titik resistansi listrik Pengelasan titik resistansi listrik merupakan pengelasan resistansi listrik yang paling banyak digunakan, seperti dalam produksi massal automobil, alat-alat rumah tangga, furnitur logam, dan produk-produk lain yang terbuat dari lembaran logam. Pada proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada lembaran logam sambungan tumpang dicapai dengan menggunakan elektrode yang saling berhadapan. Ketebalan lembaran logam yang disambung sekitar 0,125 in. (3mm) atau kurang, biasanya dilakukan pada sederetan las-an titik, dalam kondisi sambungan las-an tidak kedap udara. Ukuran dan bentuk las-an titik ditentukan oleh ujung elektrode, pada umumnya berbentuk bulatan; tetapi kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi enam, segi empat, dan bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada umumnya memiliki diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan HAZ berada disekelilingnya. Operasi pengelasan titik dengan tahapan berikut : 
1. elektrode ditutup dan gaya tekan diberikan 
2. arus listrik dialirkan (disebut waktu las) 
3. arus listrik diputus, tekanan tetap atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang digunakan sesaat menjelang akhir tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan sisa dari daerah las-an); 
4. elektrode dibuka, dan benda kerja yang telah dilas dipindahkan. 
Material elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu : 
 paduan tembaga 
 komposisi logam tahan api seperti kombinasi tembaga dan tungsten. 
Kelompok yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi, sehingga banyak digunakan dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu mengalami keausan secara bertahap bila digunakan berulang-ulang. Dalam praktek, elektrode didesain dengan saluran air pendingin.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 38 
Karena penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas, maka berbagai mesin dan metode telah dikembangkan untuk melakukan operasi pengelasan titik, termasuk : 
 mesin pengelasan titik lengan-pemutus (rocker-arm spot welding machine) 
 mesin pengelasan titik jenis tekan (press type spot welding machine) 
 pistol pengelasan titik mampu jinjing (portable spot welding guns). 
Pengelas titik lengan-pemutus, memiliki elektrode bawah stasioner dan elektrode atas dapat digerakkan ke atas dan ke bawah untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja. Elektrode atas dihubungkan dengan lengan-pemutus yang gerakannya dapat dikendalikan dengan mengoperasikan pedal kaki. Mesin yang modern dapat diprogram untuk mengendalikan gaya dan arus listrik selama siklus kerja. Pengelas titik ini merupakan jenis pengelas titik stasioner, dimana benda kerja dibawa ke mesin. Pengelas titik jenis tekan, digunakan untuk benda kerja yang besar. Elektrode atas memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk penekanan vertikal, dengan daya pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang digunakan lebih besar dan biasanya diprogam untuk siklus kerja yang lebih kompleks. Sama seperti pengelas titik lengan- pemutus, pada pengelas titik jenis tekan, mesin juga diletakkan stasioner sedang benda kerja dibawa ke mesin. Pistol pengelasan titik mampu jinjing, merupakan mesin pengelas titik dengan pistol pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk pengelasan benda kerja besar yang sulit dipindahkan. Peralatan pistol terdiri dari elektrode saling berhadapan yang memiliki mekanisme penjepit. Setiap unit memiliki bobot yang ringan sehingga dapat dioperasikan dengan tenaga manusia atau robot industri. Pistol dihubungkan dengan sumber daya menggunakan kabel listrik fleksibel (untuk mengalirkan arus listrik) dan selang udara (untuk gerakan penjepit pneumatik). Air pendingin untuk elektrode, bila diperlukan, dapat juga disiapkan melalui selang air. Pistol pengelasan titik mampu jinjing banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas lembaran logam bodi mobil. Pengelasan kampuh resistansi listrik 
Dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang dapat diputar, dan serangkaian las-an titik yang tumpang-tindih dibuat sepanjang
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 39 
sambungan tumpang. Proses pengelasan ini dapat menghasilkan las-an kedap udara, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan tangki gasolin, peredam suara automobil, dan berbagai macam fabrikasi kontainer dari bahan logam lembaran. Secara teknik pengelasan kampuh ini sama seperti pengelasan titik, hanya disini elektrode roda biasanya diopersaikan secara kontinu, sehingga menghasilkan kampuh las-an lurus atau garis kurve seragam. Sudut yang tajam sulit dikerjakan dengan menggunakan metode ini. Jarak antara manik las-an dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini tergantung pada gerakan roda elektrode relatif terhadap aplikasi arus las. Operasi yang biasa digunakan, disebut pengelasan gerakan kontinu (continuous motion welding), roda berputar secara kontinu pada kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan pada interval waktu tertentu sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan. Frekuensi pelepasan arus biasanya diatur dengan interval sedemikianrupa sehingga dihasilkan manik las-an tumpang-tindih. Tetapi bila interval pelepasan arus listrik dikurangi, maka akan diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu, metode ini disebut pengelasan titik rol (roll spot welding). Variasi yang lain, arus las dialirkan secara konstan (tidak berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan kampuh yang benar-benar kontinu. Pendinginan benda kerja dan roda dilakukan dengan mengalirkan air pendingin pada sisi atas dan bawah permukaan benda kerja dekat roda elektrode. Pengelasan proyeksi resistansi listrik Pengelasan proyeksi resistansi listrik hampir sama dengan pengelasan titik resistansi listrik. Lembaran logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan mesin pons, sehingga terjadi sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter permukaan proyeksi sama dengan tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih kurang 60 % dari tebal lembaran tadi. Proyeksi tersebut merupakan titik-titik dimana akan dilakukan sambungan las, sehingga cara ini dapat dihasilkan beberapa sambungan las sekaligus. Keunggulan pengelasan proyeksi dibandingkan dengan pengelasan titik adalah : 
 penampilan lebih baik 
 umur elektrode lebih panjang karena digunakan permukaan rata 
 pemeliharaan elektrode lebih mudah
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 40 
pembuatan titik-titik proyeksi diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya pengelasan, maka secara keseluruhan biaya menjadi lebih murah. Penyambungan kawat melintang seperti misalnya kawat pagar, kereta belanja, dan pemanggangan. Dalam proses ini permukaan kontak yang berbentuk bulatan berfungsi sebagai proyeksi, dimana terjadi panas resistansi untuk pengelasan. Operasi pengelasan yang lain Beberapa pengelasan yang lain, yang menggunakan prinsip pengelasan resistansi listrik adalah : 
 pengelasan nyala (flash welding, FW), 
 pengelasan upset (upset welding, UW), 
 pengelasan perkusi (percussion welding, PEW), dan 
 pengelasan resistansi frekuensi tinggi (high-frequency resintance welding, HFRW). 
Pengelasan nyala, umumnya digunakan untuk sambungan tumpu (butt joints).Benda kerja dijepit dalam mesin dan bagian-bagian yang akan disambung disatukan dengan tekanan serendah mungkin, sehingga masih terdapat celah diantara kedua permukaan kontak. Dengan menggunakan tegangan listrik yang tinggi akan menimbulkan loncatan nyala api diantara kedua permukaan kontak tersebut, sehingga suhu naik mencapai suhu tempa. Karena panas yang dihasilkan akibat adanya nyala api, kadang-kadang pengelasan ini juga digolongkan sebagai pengelasan busur. Sejalan dengan naiknya suhu pada permukaan kontak, tekanan perlahan-lahan ditingkatkan hingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di sekeliling sambungan biasanya dihilangkan dengan proses pemesinan. 
Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi pengelasan ini, benda kerja dijepit dalam mesin dan ditekan, kemudian dialirkan arus listrik, sehingga terjadi pemanasan akibat adanya resistansi listrik. Laju pemanasan tergantung pada tekanan, jenis bahan, dan
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 41 
keadaan permukaan. Karena resistansi listrik berbanding terbalik dengan tekanan, maka tekanan mula biasanya rendah kemudian ditingkatkan (upseting force) sehingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55 MPa. Cara pengelasan ini banyak digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan benda-benda lain dengan penampang yang sama. Pengelasan perkusi, juga hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja durasi siklus pengelasan sangat pendek, umumnya hanya sekitar 1 hingga 10 mdetik. Pemanasan yang cepat dihasilkan dengan pelepasan energi listrik secara mendadak antara kedua permukaan, kemudian segera diikuti dengan proses perkusi (tumbukan) satu bagian terhadap bagian yang lain sehingga terbentuk sambungan las-an. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi, merupakan proses pengelasan resistansi listrik yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas, kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya tekan tambahan (upset force), sehingga terjadi proses penyambungan. Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan las-an dengan cepat. Variasi dari proses ini, disebut pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency induction welding, HFIW), arus pemanasan diinduksikan ke benda kerja dengan menggunakan kumparan induksi frekuensi tinggi, Kumparan tidak bersentuhan dengan benda kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan pengelasan induksi frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang digunakan dalam penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang memanjang.
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 42 
BAB III (PENUTUP) Kesimpulan : las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, Dalam makalah ini dijelaskan tentang klasifikasi elektroda beserta penggunaannya pada sistem las listrik. Serta dicantumkan pula tabel dengan cara pembacaannya dimaksudkan untuk memudahkan pembaca memahami klasifikasinya Setelah membaca dari beberapa referensi yang di dapatkan, kami jadi mengetahui Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi pengelasan las listrik, tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik
Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 43

More Related Content

What's hot

81540598 simbol-pengelasan
81540598 simbol-pengelasan81540598 simbol-pengelasan
81540598 simbol-pengelasanFathu Rahman
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Dewi Izza
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cBayu Fajri
 
Mengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESINMengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESINEko Supriyadi
 
Fichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smaw
Fichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smawFichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smaw
Fichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smawMoises Gutierrez
 
Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3LAZY MAGICIAN
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Delsandy Ramaputra
 
Flux Cored Arc Welding
Flux Cored Arc WeldingFlux Cored Arc Welding
Flux Cored Arc Weldingfaheem maqsood
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Novia Fitriany
 
2.2 ATP DASAR las.docx
2.2 ATP DASAR las.docx2.2 ATP DASAR las.docx
2.2 ATP DASAR las.docxIrwan590564
 
Makalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelatMakalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelatMask Black
 

What's hot (20)

Pengelasan_SMAW.pptx
Pengelasan_SMAW.pptxPengelasan_SMAW.pptx
Pengelasan_SMAW.pptx
 
81540598 simbol-pengelasan
81540598 simbol-pengelasan81540598 simbol-pengelasan
81540598 simbol-pengelasan
 
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
Pengetahuan Bahan Teknik Cast Iron (Besi Tuang)
 
Diagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 cDiagram fasa fe fe3 c
Diagram fasa fe fe3 c
 
Teknik Pengelasan
Teknik Pengelasan Teknik Pengelasan
Teknik Pengelasan
 
Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas Makalah perlakuan panas
Makalah perlakuan panas
 
pengertian las oaw (oxy acetylen welding)
pengertian las oaw (oxy acetylen welding)pengertian las oaw (oxy acetylen welding)
pengertian las oaw (oxy acetylen welding)
 
SIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIKSIFAT BAHAN TEKNIK
SIFAT BAHAN TEKNIK
 
Mengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESINMengenal proses frais new TEKNIK MESIN
Mengenal proses frais new TEKNIK MESIN
 
Fichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smaw
Fichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smawFichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smaw
Fichas comparativas: soldadura oxiacetilenica y soldadura smaw
 
Konsep dislokasi
Konsep dislokasiKonsep dislokasi
Konsep dislokasi
 
Besi tuang
Besi tuangBesi tuang
Besi tuang
 
Las smaw ok
Las smaw  okLas smaw  ok
Las smaw ok
 
Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3Pengukuran sudut bab3
Pengukuran sudut bab3
 
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
Laporan Praktikum Perlakuan Panas (Jominy Test)
 
Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)
Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)
Bahan Logan Non-Ferro (Non-Besi)
 
Flux Cored Arc Welding
Flux Cored Arc WeldingFlux Cored Arc Welding
Flux Cored Arc Welding
 
Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi Laporan praktikum proses produksi
Laporan praktikum proses produksi
 
2.2 ATP DASAR las.docx
2.2 ATP DASAR las.docx2.2 ATP DASAR las.docx
2.2 ATP DASAR las.docx
 
Makalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelatMakalah teknik kerja bangku dan pelat
Makalah teknik kerja bangku dan pelat
 

Similar to las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandy

fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt
fdokumen.com_las-listrik-smaw.pptfdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt
fdokumen.com_las-listrik-smaw.pptssuser0bb0d21
 
Makalah generator dc
Makalah generator dc Makalah generator dc
Makalah generator dc Surya Andika
 
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XITeori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XIAnthonSalim
 
Teknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformatorTeknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformatoryusupade
 
Las busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusLas busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusnur cholis
 
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Oktavian Kusumawardhana
 
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005bernadus123
 
Tugas rangkuman teknik tenaga listrik
Tugas rangkuman teknik tenaga listrikTugas rangkuman teknik tenaga listrik
Tugas rangkuman teknik tenaga listrikSylvester Saragih
 
Teknik pengelasan
Teknik pengelasanTeknik pengelasan
Teknik pengelasanKiarraRaffa
 
Rahadi sanjaya 11041028
Rahadi sanjaya 11041028Rahadi sanjaya 11041028
Rahadi sanjaya 1104102811041028
 

Similar to las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandy (20)

fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt
fdokumen.com_las-listrik-smaw.pptfdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt
fdokumen.com_las-listrik-smaw.ppt
 
SMAW.pptx
SMAW.pptxSMAW.pptx
SMAW.pptx
 
Las listrik
Las listrikLas listrik
Las listrik
 
Makalah generator dc
Makalah generator dc Makalah generator dc
Makalah generator dc
 
Transformator
TransformatorTransformator
Transformator
 
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XITeori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
Teori pengelasan dasar SMAW & GMAW untuk SMK kelas XI
 
Teknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformatorTeknik tenaga listrik transformator
Teknik tenaga listrik transformator
 
Chapter ii
Chapter iiChapter ii
Chapter ii
 
Chapter ii 2
Chapter ii 2Chapter ii 2
Chapter ii 2
 
Motor dc.
Motor dc.Motor dc.
Motor dc.
 
Karya ilmiah
Karya ilmiahKarya ilmiah
Karya ilmiah
 
Las busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkusLas busur listrik elektroda terbungkus
Las busur listrik elektroda terbungkus
 
Mesin listrik
Mesin listrikMesin listrik
Mesin listrik
 
Laporan pk t
Laporan pk tLaporan pk t
Laporan pk t
 
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
Teoripengelasandanfabrikasi 140530223305-phpapp01
 
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005Ttl transformator b nugroho y 1310502005
Ttl transformator b nugroho y 1310502005
 
Tugas rangkuman teknik tenaga listrik
Tugas rangkuman teknik tenaga listrikTugas rangkuman teknik tenaga listrik
Tugas rangkuman teknik tenaga listrik
 
Teknik pengelasan
Teknik pengelasanTeknik pengelasan
Teknik pengelasan
 
Rahadi sanjaya 11041028
Rahadi sanjaya 11041028Rahadi sanjaya 11041028
Rahadi sanjaya 11041028
 
TRANSFORMATOR.pptx
TRANSFORMATOR.pptxTRANSFORMATOR.pptx
TRANSFORMATOR.pptx
 

Recently uploaded

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2noviamaiyanti
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxWirionSembiring2
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPAnaNoorAfdilla
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfGugunGunawan93
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdfShintaNovianti1
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuHANHAN164733
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptxwongcp2
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaSABDA
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptNabilahKhairunnisa6
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaEzraCalva
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxmtsmampunbarub4
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdfWahyudinST
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxRioNahak1
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdfsandi625870
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfTaqdirAlfiandi1
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxrofikpriyanto2
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxFardanassegaf
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxrahmaamaw03
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdfvebronialite32
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptAcemediadotkoM1
 

Recently uploaded (20)

PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
PRESENTASI PEMBELAJARAN IPA PGSD UT MODUL 2
 
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptxAKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
AKSI NYATA MODUL 1.2-1 untuk pendidikan guru penggerak.pptx
 
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMPPOWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
POWERPOINT BAHAN AJAR SENYAWA KELAS VIII SMP
 
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdfrpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
rpp bangun-ruang-sisi-datar kelas 8 smp.pdf
 
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
1.2.a.6. Demonstrasi Konstektual - Modul 1.2 (Shinta Novianti - CGP A10).pdf
 
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus PerilakuCatatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
Catatan di setiap Indikator Fokus Perilaku
 
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptxTeknik Menjawab Kertas P.Moral SPM  2024.pptx
Teknik Menjawab Kertas P.Moral SPM 2024.pptx
 
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 TesalonikaMateri Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
Materi Kelas Online Ministry Learning Center - Bedah Kitab 1 Tesalonika
 
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.pptPertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
Pertemuan 3-bioavailabilitas-dan-bioekivalensi.ppt
 
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup BangsaDinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
Dinamika perwujudan Pancasila sebagai Dasar Negara dan Pandangan Hidup Bangsa
 
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptxadap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
adap penggunaan media sosial dalam kehidupan sehari-hari.pptx
 
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
5. HAK DAN KEWAJIBAN JEMAAH indonesia.pdf
 
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptxalat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
alat-alat liturgi dalam Gereja Katolik.pptx
 
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
1.2.a.6 Dekon modul 1.2. DINI FITRIANI.pdf
 
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdfAKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
AKSI NYATA Strategi Penerapan Kurikulum Merdeka di Kelas (1).pdf
 
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptxMATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
MATERI 1_ Modul 1 dan 2 Konsep Dasar IPA SD jadi.pptx
 
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptxSBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
SBM_Kelompok-7_Alat dan Media Pembelajaran.pptx
 
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docxSILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
SILABUS MATEMATIKA SMP kurikulum K13.docx
 
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
Demonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdfDemonstrasi Kontekstual  Modul 1.2.  pdf
Demonstrasi Kontekstual Modul 1.2. pdf
 
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .pptMateri power point Kepemimpinan leadership .ppt
Materi power point Kepemimpinan leadership .ppt
 

las listrik Electrode welding, Teknik Industri, Randy Suwandy

  • 1. ELECTRIC WELDING TUGAS MAKALAH PROSES PRODUKSI NAMA : RANDY SUWANDY NPM : 13.815.0021 MATA KULIAH : PROSES PRODUKSI 2014 Randy Suwandy Teknik Industri 12/5/2014
  • 2. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 2 DAFTAR ISI 2 BAB I 3 PENDAHULUAN 3 LATAR BELAKANG 3 BAB II 9 PEMBAHASAN 9 PENGERTIAN 9 PENGELASAN LEBUR 10 Pengelasan Busur 11 Macam-macam gerakan elektroda 11 Posisi-posisi pengelasan 11 Perlengkapan Keselamatan Kerja 15 KLASIFIKASI ELEKTRODA 16 Shielded Metal Arc Welding 17 Tungsten Electrode 18 Lapisan Electroda 18 Simbol Electroda dan Maknanya 19 Pengujian Electroda 20 Elektrode terumpan (consumable electrodes) 25 Elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes) 25 Proses Pengelasan Elektrode Terumpan 28 Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan 32 Berbagai Pengelasan Busur 33 BAB III 42 PENUTUP 42 KESIMPULAN 42
  • 3. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 3 BAB I (PENDAHULUAN) A. LATAR BELAKANG Dengan semakin berkembangnya teknologi industri saat ini, tidak bisa mengesampingkan pentingnya penggunaan logam sebagai komponen utama produksi suatu barang, mulai dari kebutuhan yang paling sederhana seperti alat-alat rumah tangga hingga konstruksi bangunan dan konstruksi permesinan. Hal ini menyebabkan pemakaian bahan-bahan logam seperti besi cor, baja, aluminium dan lainnya menjadi semakin meningkat. Sehingga dapat dikatakan tanpa pemanfaatan logam, kemajuan peradaban manusia tidak mungkin terjadi. Dengan kemampuan akalnya, manusia mampu memanfaatkan logam sebagai alat bantu kehidupannya yang sangat vital. Berbagai macam konstruksi mesin, bangunan dan lainnya dapat tercipta dengan adanya logam. Logam tersebut menimbulkan kebutuhan akan teknologi perakitan atau penyambungan. Salah satu teknologi penyambungan tersebut adalah dengan pengelasan. Teknik penyambungan logam sebenarnya terbagi dalam dua kelompok besar, yaitu : 1. Penyambungan sementara (temporary joint), yaitu teknik penyambunganlogam yang dapat dilepas kembali. 2. Penyambungan tetap (permanen joint), yaitu teknik penyambungan logam dengan cara mengubah struktur logam yang akan disambung dengan penambahan logam pengisi. Termasuk dalam kelompok ini adalah solder, brazing dan pengelasan. Dari teknik tersebut dijadikan sebagai dasar dibentuknya benda-benda logam seperti yang dimaksud pada uraian diatas. Dalam hal ini proses pengelasan terdiri dari las listrik dan las gas. Pada era sekarang ini banyak dilakukan penyambungan pada logam plat dengan mempergunakan arus listrik dimana arus digunakan untuk melumerkan bahan tambah agar dapat menyatukan dua plat yang akan disambung. Pelumeran bahan tambah pada las listrik dilakukan oleh busur elektroda listrik. Busur elektroda listrik ini memberikan panas yang tinggi untuk melumerkan bahan tambah serta bahan yang akan dilas Pada umumnya las listrik dibedakann menjadi 2, yaitu 1. Las Tekan
  • 4. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 4 Las tekan adalah pengelaasan yang dilakukan untuk mengalirkan arus listrik melalui bidang – bidang dari bagian benda kerja yang akan dilas, dimana tahanan yang ditimbulkan arus listrik akan menghasilakan panas yang besar yang digunakkan untuk melumerkan bagian logam yang akan disambung. Logam yang disambung tadi mendapat tekanan dan akan bersatu karena panas yang dibangkitkan arus pada bidang – bidang logam. Contoh las tekan antara lain las tumpul, las titik, dan las roda (las roll) 2. Las Lumer Las lumer disebut juga las busur nyala karena pengelasan yang dilakukan dengan jalan melelehkan logam yang dilas dengan busur nyala listrik. Jadi panas yang diperoleh untuk melelehkan benda kerja didapat dari busur nyala listrik yang dibentuk dari arus listrik diantara elektroda dan benda kerja (masa las listrik). Kedua jenis las listrik tersebut adalah yang paling banyak digunakan untuk menyambung bagian-bagian dari llogam, dimana untuk menyambung dua bidang logam dengan car alas lumer dipergunakan bahan tambahan yang dinamakan elektroda las, sedangkan las tekan hanya berdasarkan panas yang didapat dari pengaliran arus listrik. II. LAS BUSUR NYALA Las busur nyala adalah termasuk salah satu cara yang paling banyak digunakan untuk menyambung bidang-bidang dari 2 buah logam dengan sumbeer pemanasan atau pelumerannya dai busur nyala listrik. Busur nyala yang menimbulkan panas digunakan untuk melelehakan bidang- bidang benda kerja yang akan disambung, di mana untuk mendapatkan bususr nyala adalah dengan mengontakkan elektroda las dengan benda kerja yang akan di las, setelah arus listrik mengalir dari elektroda ke benda kerja maka kontak akan diputuskan dengan menarik elektroda sedikit di atas benda kerja, sehingga jarak antara benda kerja dengan elektroda menimbulkan busur nyala. Pada umumnya suatu busur nyala terjadi karena arus listrik yang megalir melalui udara dari elektroda ke benda kerja yang disebabkan adanya selisih tegangan antara elktroda dan masa benda kerja yang disebut tegangan busur nyala. Tegangan
  • 5. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 5 busur nyala untuk mesin las arus searah sekitar 40-45 volt dan mesin las arus bolak- balik sekitar 50-60 volt dan tegangan busur nyala ini akan turun apabila busur nyala terjadi, dimana busur nyala akan tetap stabil sekitar 15-30 volt setelah mulai pengelasan benda kerja dilakukan. 2.1 Mesin (trafo) Las Mesin las digunakan untuk membagi tegangan untuk mendapatkan busur nyala yang memberikan panas untuk mencairkan logam-logam yang di las. Mesin las memperoleh sumber tenaga atau dynamo las digerakkan oleh: a. Aliran listrik dari gardu induk dimana arus listrik dari gardu masih mempunyai tegangan tinggi yang belum dapat digunakan sabagai arus las. Oleh karena itu arus yang mempunyai tegangan tinggi sebelum digunakan terlebih dahulu arus tersebut dirubah menjadi arus searah melalui transformator. b. Motor listrik, motor bensin atau motor diesel yang memutar poros generator las. Berdasarkan arus yang bekerja pada mesin las, mesin las dibedakan menjadi dua, yaitu mesin las dengan arus bolak – balik atau A.C dan mesin las dengan arus searah atau D.C . a. Mesin las arus bolak – balik (A.C) Mesin las arus bolak balik memperoleh busur nyala dari transformator, dimana dalam pesawat las ini arus dari jaring – jaring listrik dirubah menjadi arus bolak – balik oleh transformator yang sesuai dengan arus yang digunakan untuk mengelas, sehingga mesin las ini disebut juga mesin las transformator. Transformator las mempunyai dua buah kumparan, yaitu kumparan primer dan kumparan sekunder. Kumparan pada transformator ini mengacu pada transformator step down, dimana kumparan transformator ini dapat menggadakan arus yang berasal dari gardu induk. Arus pada transformator dapat disetel sesuai kebutuhan dengan memutar ulir penyetel arus. Pada transformator las A.C, terdapat dua kabel yaitu kabel busur dan kabel masa, dimana jika kedua kabel tersebut tertukar, tidak akan mempengaruhi perubahan temperature yang timbul Keuntungan transformator A.C adalah 1. Dapat menghasilkan rigi – rigi las yang baik dan dapat menghindarkan timbulnya
  • 6. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 6 keropos – keropos karena mempunyai busur nyala yang kecil 2. Pengawasan, perawatan, dan perlengkapan mesin las lebih murah. Kerugiannya antara lain : 1. Tidak dapat dipergunakan untuk semua jenis elektroda 2. Tidak dapat digunakan untuk mengelas semua jenis logam b. Mesin las arus searah (D.C) Mesin las arus searah memperoleh busur nyala dari arus listrik yang diperoleh dari dynamo las arus searah dan pesawat perata arus sehingga berdasarkan hal tersebut , pesawat mesin las dibedakan menjadi dua, yaitu dynamo las yang digerakkan oleh mesin diesel / bensin dan mesin las yang mengambil sumber arus AC dan menyearahkannya menjadi DC. Mesin las yang digerakkan oleh mesin diesel atau bensin sangat baik dipakai dalam pengerjaan di lapangan dan bengkel – bengkel yang tidak mempunyai jaringan listrik , karena mesin las ini bersifat portable. Mesin las DC mempunyai polaritas yang berbeda – beda, tidak seperti mesin las AC yang dapat digunakan dengan kutub sembarang (terbalik – balik). Berikut ini adalah polaritas mesin las DC 1. Hubungan arus polaritas terbalik (DCRP) DCRP (Direct Current Reverse Polarity) adalah jika kabel masa dipasang pada benda kerja dengan kutub anoda dan kabel elektroda dihubungkan dengan kutub anoda. Pada hubungan DCRP panas yang diberikan oleh mesin las didistribusikan 1/3 ke benda kerja dan 2/3 nya ke elektroda sehingga panas yang diberikan mesin las ke elektroda lebih banyak daripada panas yang diberikan ke benda kerja. 2. Hubungan arus polaritas lurus (DCSP) DCSP (Direct Current Straight Polarity) adalah pemasangan kabel las dengan menghubungkan antara kabel masa (benda kerja) dengan kabel anoda (positif) dan kabel elektroda dengan kutub katoda (negatif). Pada hubungan DCSP, panas yang diterima benda kerja lebih banyak daripada panas yang diterima elektroda dengan perbandingan 2/3 banding 1/3. Keuntungan mesin las arus DC adalah sebagai berikut : 1. Seluruh jenis elektroda dapat dipergunakan (elektroda berbalut dan tidak berbalut) 2. Seluruh jenis logam dapat dilas
  • 7. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 7 3. Dapat dipergunakan untuk mengelas plat yang tipis 4. Mempunyai nyala busur yang stabil 5. Mesin las ini tidak mempunyai bagian – bagian yang berputar seperti dynamo las 6. Dapat dipergunakan untuk pekerjaan lapangan atau bengkel yang tidak dilalui jaring – jaring listrik c. Mesin las arus ganda (AC / DC) Mesin las arus ganda adalah mesin las yang mempunyai transformator satu phase dan alat perata dalam sebuah rangka. Arus dari jaringan kabel AC dirubah menjadi arus DC dengan generator penyearah arus. Pengaturan arus dapat disetel dengan jalan memtuar ulir pengeluaran arus. Mesin las arus ganda dapat menyuplai arus antara 25 ampere sampai 140 ampere yagn digunakan untuk mengelas plat – plat tipis, baja anti karat (stainless steel) dan alumunium. Untuk mengelas benda kerja yang tebal ,arus dapat disetel 60 – 300 ampere. 2.2 Alat-alat perlengkapan las listrik Bengkel las selain mempunyai mesin las, juga dilengkapi dengan alat-alat perlengkapan lainnya seperti: kabel las, pakaian las, palu las, sikat kawat baja, kap atau topi las, dsb. a. Ruangan las Tempat atau ruang las adalah suatu perlengkapan yang harus dimiliki. Walaupun ruangan ini tidak begitu diperlukan oleh pekerja las, tetapi oleh Jawatan Pengawasan Keselamatan Kerja mengharuskan setiap bengkel las harus mempunyai perengkapan tersebut. b. Perlengkapan pengaman Perlengakpan ini harus dipunyai setiap bengkel las untuk melindungi dari asap dan radiasi panas serta sinar ultra violet. Peralatan pengaman terdiri dari: 1. Perlengkapan pelindung muka 2. Perlengkapan pelindung badan c. Kabel las Digunakan sebagai tempat mengalirnya arus dari sumber tenaga ke mesin las dan dari mesin las ke elektrodalali kembali ke mesin las melalui kabel masa. Pada setiap mesin
  • 8. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 8 terdapat dua kabel yaitu primer dan sekunder. Kabel primer adalah kabel yang digunakan untuk mengalirkan arus listrik dari sumber tegangan ke dalam mesin las. Sedangkan kabel sekunder digunakan untuk mengalirkan arus dari mesin las ke penjepit elektroda dan kembali ke mesin las melalui kabel masa. d. Tang las Perlengkapan sewaktu mengelas yang gunanya untuk menjepit elektroda dan benda kerja. Tang las terdiri dari tang elektroda dan tang masa, dimana alat-alat ini terdiri dari beberapa jenis yaitu: tang elektroda itu sendiri, tang masa magnit, dan tang masa klem. e. Palu terak (bik hammer) dan sikat baja Palu terak adalah sebuah palu yang khusus dimana salah satu ujungnya dibuat berbentuk runcingyang digunakan untuk mengetok sudut rigi-rigi las dan ujung yang sebelah lagi berbentuk pahat picak yang digunakan untuk mengetok permukaan rigi- rigi las. Sikat baja digunakan untuk membersihkan bidang benda kerja sebelum dan sesudah di las, juga membersihkan kotoran, debu dan sisi terak pada rigi-rigi las setelah diketok dan dipahat oleh palu terak. f. Tang penjepit benda kerja panas Sebuah tang yang digunakan untuk menjepit benda kerja yang masih panas setelah di las. Tang ini terbuat dari baja karbon pada keseluruhan tang dan berdasarkan kegunaan dalam menjepit benda kerja panas. BAB II (PEMBAHASAN) Pengertian Las
  • 9. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 9 Definisi las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan. Yaitu, dengan cara logam yang akan disambung dipanaskan terlebih dahulu sehingga meleleh, kemudian baru disambung dengan bantuan perekat (filler). Selain itu las juga bisa didefinisikan sebagai ikatan metalurgi yang timbul akibat adanya gaya tarik antara atom, dan bisa juga dikatakan salah satu cara menyambung logam dengan jalan menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair, demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada ujungnya dan merambat terus sampai habis. Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung, kemudian membeku dan tersambunglah benda tersebut. Sambungan las mempunyai tingkat kerapatan yang baik serta mempunyai kekuatan sambungan yang memadai. Sambungan las ini juga mempunyai tingkat efisiensi kekuatan sambungan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan sambungan yang lainnya. Di samping itu segi operasional pengerjaan sambungan konstruksi las lebih sederhana dan relatif murah. Proses pengelasan dibagi dalam dua kategori utama, yaitu pengelasan lebur dan pengelasan padat. Pengelasan lebur menggunakan panas untuk melebur permukaan yang akan disambung, beberapa operasi menggunakan logam pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. Pengelasan padat proses penyambungannya menggunakan panas dan/atau tekanan, tetapi tidak terjadi peleburan pada logam dasar dan tanpa penambahan logam pengisi.Pengelasan lebur dapat dikelompokkan sebagai berikut :  Pengelasan busur (arc welding, AW)  Pengelasan resistansi listrik (resistance welding, RW)  Pengelasan gas (oxyfuel gas welding, OFW)  Proses pengelasan lebur yang lain. I. PENGELASAN LEBUR A. Pengelasan Busur
  • 10. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 10 Pengelasan busur adalah pengelasan lebur dimana penyatuan logam dicapai dengan menggunakan panas dari busur listrik. Busur listrik timbul karena adanya pelepasan muatan listrik melewati celah dalam rangkaian, dan panas yang dihasilkan akan menyebabkan gas pada celah tersebut mengalami ionisasi (disebut plasma). Untuk menghasilkan busur dalam pengelasan busur, elektrode disentuhkan dengan benda kerja dan secara cepat dipisahkan dalam jarak yang pendek. Energi listrik dari busur dapat menghasilkan panas dengan suhu 10.000˚F (5500˚C) atau lebih, cukup panas untuk melebur logam. Genangan logam cair, terdiri atas logam dasar dan logam pengisi (bila digunakan), terbentuk di dekat ujung elektrode. Kebanyakan proses pengelasan busur, logam pengisi ditambahkan selama operasi untuk menambah volume dan kekuatan sambungan las-an. Karena logam pengisi dilepaskan sepanjang sambungan, genangan las-an cair membeku dalam jaluran yang berombak. Pergerakan elektrode relatif terhadap benda kerja dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan peralatan mekanik (pengelasan mesin, pengelasan automatik, pengelasan robotik). Kelemahan bila pengelasan busur dilakukan secara manual, kualitas las-an sangat tergantung kepada ketrampilan pengelas. Produktivitas dalam pengelasan busur sering diukur sebagai waktu busur (arc time), yaitu : Waktu busur = waktu busur terbentuk : jam kerja Untuk pengelasan manual, waktu busur biasanya sekitar 20 %. Waktu busur bertambah sekitar 50 % untuk pengelasan mesin, automatik, dan robotik. a) Teknologi Pengelasan Busur Sebelum menjelaskan proses pengelasan busur secara individual, terlebih dulu akan dibahas elemen-elemen dasar yang menyertai proses ini, seperti :  elektrode,  pelindung busur (arc shielding), dan  sumber daya dalam pengelasan busur. Macam macam gerakan elektroda :
  • 11. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 11  Gerakan arah turun sepanjang sumbu elektroda. Gerakan ini dilakukan untuk mengatur jarak busur listrik agar tetap.  Gerakan ayunan elektroda. Gerakan ini diperlukan untuk mengatur lebar jalur las yang dikehendaki.  Ayunan keatas menghasilkan alur las yang kecil, sedangkan ayunan kebawah menghasilkan jalur las yang lebar. Penembusan las pada ayunan keatas lebih dangkal daripada ayunan kehawah.  Ayunan segitiga dipakai pada jenis elektroda Hydrogen rendah untuk mendapatkan penembusan las yang baik diantara dua celah pelat. Posisi di bawah tangan Posisi bawah tangan merupakan posisi pengelasan yang paling mudah dilakukan. Oleh sebab itu untuk menyelesaikan setiap pekerjaan pengelasan sedapat meungkin di usahakan pada posisi dibawah tangan. Kemiringan elektroda 10 derajat - 20 derajat terhadap garis vertical kearah jalan elektroda dan 70 derajat - 80 derajat terhadap benda kerja. Posisi tegak (vertical) Mengelas posisi tegak adalah apabila dilakukan arah pengelasannya keatas atau ke bawah. Pengelasan ini termasuk pengelasan yang paling sulit karena bahan cair yang mengalir atau menumpuk diarah bawah dapat diperkecil dengan kemiringan elektroda sekitar 10 derajat-15 derajat terhadap vertikal dan 70 derajat - 85 derajat terhadap benda kerja. Posisi datar (horizontal) Mengelas dengan horizontal biasa disebut juga mengelas merata dimana kedudukan benda kerja dibuat tegak dan arah elektroda mengikuti horizontal. Sewaktu mengelas elektroda dibuat miring sekitar 5 derajat – 10 derajat terhadap garis vertical dan 70 derajat – 80 derajat kearah benda kerja. Posisi di atas kepala (Overhead) Posisi pengelasan ini sangat sulit dan berbahaya karena bahan cair banyak berjatuhan dapat mengenai juru las, oleh karena itu diperlukan perlengkapan yang serba lengkap. Mengelas dengan posisi ini benda kerja terletak pada bagian atas juru las dan kedudukan elektroda sekitar 5 derajat – 20 derajat terhadap garis vertical dan 75 derajat-85 derajat terhadap benda kerja. Posisi datar (1G) Pada posisi ini sebaiknya menggunakan metode weaving yaitu zigzag dan setengah bulan Untuk jenis sambungan ini dapat dilakukan penetrasi pada kedua sisi, tetapi dapat juga dilakukan penetrasi pada satu sisi saja. Type posisi datar
  • 12. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 12 (1G) didalam pelaksanaannya sangat mudah. Dapat diapplikasikan pada material pipa dengan jalan pipa diputar. Pengelasan pipa 2G adalah pengelasan posisi horizontal, yaitu pipa pada posisi tegak dan pengelasan dilakukan secara horizontal mengelilingi pipa. Kesulitan pengelasan posisi horizontal adalah adanya gaya gravitasi akibatnya cairan Adapun las akan posisi selalu sudut kebawah. Electrode pengelasan pipa 2G yaitu 90º Panjang gerakan elektrode antara 1-2 kali diameter elektrode. Bila terlalu panjang dapat mengakibatkan kurang baiknya mutu las. Panjang busur diusahakan sependek mungkin yaitu ½ kali diameter elektrode las. Untuk pengelasan pengisian dilakukan dengan gerakan melingkar dan diusahakan dapat membakar dengan baik pada kedua sisi kampuh agar tidak terjadi cacat. Gerakan seperti ini diulangi untuk pengisian berikutnya. Posisi vertikal (3G) Pengelasan posisi 3G dilakukan pada material plate. Posisi 3G ini dilaksanakan elektrode pada vertikal. pengelasan ini hampir sama dengan posisi 2G akibat gaya gravitasi cairan elektrode las akan selalu kebawah. Posisi horizontal pipa (5G) Pada pengelasan posisi 5G dibagi menjadi 2, yaitu : 1. Pengelasan naik Biasanya dilakukan pada pipa yang mempunyai dinding teal karena membutuhkan panas yang tinggi. Pengelasan arah naik rendah kecepatannya lebih dibandingkan pengelasan dengan arah turun, sehingga panas masukan tiap satuan luas lebih tinggi dibanding dengan pengelasan turun. Posisi pengelasan 5G pipa diletakkan pada posisi horizontal tetap dan pengelasan dilakukan mengelilingi pipa tersebut. Supaya hasil pengelasan baik, maka diperlukan las kancing (tack weld) pada posisi jam 5-8-11 dan 2. Mulai pengelasan pada jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 6 dan kemudian dilanjutkan dengan posisi jam 5.30 ke jam 12.00 melalui jam 3. Gerakan elektrode untuk posisi root pass (las akar) adalah berbentuk segitiga teratur dengan jarak busur ½ kali diameter elektrode. 2. Pengelasan turun Biasanya dilakukan pada pipa yang tipis dan pipa saluran minyak serta gas bumi. Alasan penggunaan las turun lebih menguntungkan dikarenakan lebih cepat dan lebih ekonomis. Pengelasan posisi Fillet Pengelasan fillet juga disebut sambungan T.joint pada posisi cairan las-lasan diberikan pada posisi menyudut. Pada sambungan ini terdapat diantara material pada posisi
  • 13. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 13 mendatar dan posisi tegak. Posisi sambungan ini termasuk posisi sambungan yang relative mudah, namun hal yang perlu diperhatikan pada sambungan ini adalah kemiringan elektroda, gerakan ayunan tergantung pada kondisi atau kebiasaan operator las. posisi-posisi pengelasan seperti gambar berikut : fillet joint (T-joint) butt joint Posisi pengelasan 1G pipa, pada pengelasan pipa 1G ini, pipa diputar dan pengelasan tetap memposisikan elektroda di atas material. Pengelasan 2G pipa, Pipa diam, juru las mengelas mengitari pipa
  • 14. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 14 Pengelasan 5G pipa, pipa diam, juru las mengelas diawali dari bagian bawah terus melingkan berhenti di pipa bagian atas pada sisi sebelahnya. pada sisi lain dilakukan dengan cara yang sama yaitu diawali dari bawah terus melingkar dan berhenti di atas. pengelasan ini disebut dengan posisi pengelasan 5G up Hill. Posisi pengelasan di atas adalah posisi 6G. pemasangan pipa dimiringkan 45 derajat terhadap sumbu horizontal. pengelasan dilakukan dari pipa bagian bawah terus melingkar ke arah kanan/kiri dan berhenti di atas. dilanjutkan dengan pengelasan sebaliknya diawali dari bawah dan terus melingkar berhenti di bagian atas. Cara pengelasan seperti ini disebut 6G up hill. Angka-angka pada posisi-posisi pengelasan tersebut di atas menunjukkan tingkatan- tingkatan posisi pengelasan. Angka yang semakin tinggi berarti menujukkan kwalifikasi yang tinggi pula. Posisi-posisi pengelasan di atas menunjukkan kwalifikasi juru las yang berhak mengelasnya. jika juru las memiliki sertifikat kwalifikasi 6G, maka juru las tersebut diperbolehkan untuk mengelas semua posisi. Tetapi jika juru las tersebut memiliki sertifikat 4G plate, maka juru las tersebut tidak boleh menglas pipa posisi apapun, tetapi bileh mengelas posisi pengelasan 1F, 2F, 3F, 4F maupun 1G, 2G, 3G dan 4G. Titik-titik pada ujung ayunan menyatakan agar gerakan las berhenti sejenak pada tempat tersebut untuk memberi kesempatan pada cairan las untuk mengisi celah
  • 15. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 15 sambungan. Tembusan las yang dihasilkan dengan gerekan ayun tidak sebaik dengan gerakan lurus elektroda. Waktu yang diperlukan untuk gerakan ayun lebih lama, sehingga dapat menimbulkan pemuaian atau perubahan bentuk dari bahan dasar Dengan alasan ini maka penggunaan gerakan ayun harus memperhatikan tebal bahan dasar.  Alur Spiral  Alur Zig-zag  Alur Segitiga Perlengkapan Keselamatan Kerja Perlengkapan Keselamatan Kerja Helm Las Helm Ias maupun tabir las digunakan untuk melindungi kulit muka dan mata dari sinar las (sinar ultra violet dan ultra merah) yang dapat merusak kulit maupun mata,Helm las ini dilengkapi dengan kaca khusus yang dapat mengurangi sinar ultra violet dan ultra merah tersebut. Sinar Ias yang sangat terang/kuat itu tidak boleh dilihat dangan mata langsung sampai jarak 16 meter. Oleh karena itu pada saat mengelas harus mengunakan helm/kedok las yang dapat menahan
  • 16. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 16 sinsar las dengan kaca las. Ukuran kaca Ias yang dipakai tergantung pada pelaksanaan pengelasan. Umumnya penggunaan kaca las adalah sebagai berikut: No. 6. dipakai untuk Ias titik No. 6 dan 7 untuk pengelasan sampai 30 amper. No. 6 untuk pengelasan dari 30 sampai 75 amper. No. 10 untuk pengelasan dari 75 sampai 200 amper. No. 12. untuk pengelasan dari 200 sampai 400 amper. No. 14 untuk pangelasan diatas 400 amper. Untuk melindungi kaca penyaring ini biasanya pada bagian luar maupun dalam dilapisi dengan kaca putih. Sarung Tangan (Welding Gloves) Sarung tangan dibuat dari kulit atau asbes lunak untuk memudahkan memegang pemegang elektroda. Pada waktu mengelas harus selalu dipakai sepasang sarung tangan. Apron Apron adalan alat pelindung badan dari percikan bunga api yang dibuat dari kulit atau dari asbes. Ada beberapa jenis/bagian apron : apron lengan apron lengkap apron dada Sepatu Las Sepatu las berguna untuk melindungi kaki dari semburan bunga api, Bila tidak ada sepatu las, sepatu biasa yang tertutup seluruhnya dapat juga dipakai masker Las Jika tidak memakai mungkinkan adanya kamar las dan kamar ventilasi yang baik, maka gunakan sarung muka masker las, agar terhindar dari asap dan debu las yang beracun. Elektrode, dapat diklasifikasikan sebagai : Elektroda dibagi menjadi beberapa klasifikasi, antara lain : 1. Elektroda menurut bahannya :  Elektroda baja karbon  Elektroda baja paduan  Elektroda bukan baja (non ferrous) Komposisi bahan elektroda dibedakan untuk dapat mempermudah memilih bahan tambah untuk mengelas benda kerja yang sesuai dengan bahan elektroda. 2.Elektroda berdasarkan fungsinya dalam kaitan hubungan dengan bahan pengelasan yaitu:
  • 17. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 17 Elektroda yang habis terpakai (Shielded Metal Arc Welding) Elektroda yang habis terpakai maksudnya adalah elektroda yang habis menutupi bahan atau kampuh las dalam proses las dan juga gas yang keluar akibat melelehnya elektroda dan lapisan pelindung digunakan sebagai pelindung saat pengelasan busur. Tujuannya lapisan las dilindungi adalah untuk mencegah oksidasi. Lapisan pelindung ini jika sudah mengering akan membentuk terak yang mudah untuk dihilangkan dengan palu atau sikat terak. Sedangkan bahan yang digunakan untuk melindngi oksidasi berasal dari gas pembakaran busur itu sendiri atau dengan lapisan pelindung kimia dan butir – butir zat pelindung oksidasi pada las SAW (Submerged Arc Welding). Adapun lapisan – lapisan tersebut terdiri dari beberapa jenis yang disesuaikan dengan maksud dan cara perlindungan yang tepat untuk berbagai jenis pengelasan. Jenis – jenis lapisan pelindung yang dimaksud antara lain :  High cellulose sodium  High cellulose potassium  Low hydrogen sodium  Low hydrogen potassium  Iron powder, low hydrogen  High iron oxide  High iron oxide, iron powder  High titania potassium  Iron powder, titania  High tittania sodium  Low hydrogen potassium, iron powder Elektroda yang tidak langsung habis terpakai (tungsten electrode) Adalah jika elektroda yang dipakai berbahan tungsten, yaitu elektroda yang memiliki ketahanan panas yang tinggi terhadap suhu las dan hanya digunakan sebagai busur tetap untuk jarak tertentu. Elektroda ini digunakan pada pengelasan dengan metode GTAW (Gas Tungsten Arc Welding).
  • 18. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 18 3. Elektroda menurut lapisan pelindungnya Elektroda berbalut Elektroda las yang berbalut banyak dipergunakan pada proses mengelas dengan busur nyala, dimana balutan dari suatu kawat inti elektroda terbuat dari bahan – bahan seperti soda silikat, alumunium silikat, besi mangan, titan dioksida, kalsium karbonat dan sebagainya. Pada umumnya elektroda berbalut dibedakan menjadi dua yaitu  Elektroda berbalut tipis mempunyai tebal lapisan balutan 0,1mm dan berat lapisan sekitar 1% – 5% dari berat elektroda.  Elektroda berbalut tebal mempunyai lapisan sekitar 1 – 3 mm dan berat lapisan sekitar 15% – 30% dari berat elektroda. Secara keseluruhan, fungsi lapisan elektroda adalah sebagai beikut: 1. Menyediakan Suatu perisai yang melindungi sekeliling busur api sehingga oksigen dan nitrogen tidak memasuki logam las. 2. Membuat busur api stabil dan mudah dikontrol. 3. Mengisi setiap kekurangan yang disebabkan oleh oksidasi elemen-elemen tertentu dari genangan las. 4. Menyediakan suatu terak pelindung untuk menurunkan kerapuhan akibat pendinginan. 5. Membantu pengontrolan ukuran dan frekuensi tetesan logam cair. 6. Memungkinkan dipergunakannya posisi-posisi yang berbeda. Elektroda tidak berbungkus (elektroda polos) Elektroda ini sangat jarang digunakan karena sukar memelihara kestabilan busur nyala dibandingkan dengan elektroda berbalut. Pada umumnya elektroda ini digunakan dalam menggunakan las otomatis karena kampuh las mempunyai bahan pengisi tersendiri dan pemakainnya pada mesin las tangan hanya pada mesin las arus searah yang digunakan untuk mengelas benda kerja yang tidak terlalu penting (berkualitas rendah) seperti : mengela pagar, jeruji jendela, dan sebagainya.
  • 19. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 19 Simbol Elektroda dan Maknanya Berhubung sangat banyaknya jenis elektroda yang dipergunakan untuk berbagai jenis pengelasan, maka untuk memudahkan pengidentifikasiannya agar sesuai dengan bahan yang akan dilas dan cara pengelasannya, dibuatlah system symbol atau kode yang akan mengidentifikasi jenis bahan dan lapisan pelindungnya, kekuatan mekanisnya, posisi/cara pengelasan, dan jenis arus serta polaritas listrik yang dikehendaki. Masing-masing Negara maju menyusun symbol untuk negaranya sendiri sehingga sangat banyak jumlah symbol yang digunakan. Namun dengan persetujuan diantara mereka, terdapat kesamaan ataupun kemiripan dalam sifat mekanis maupun susunan kimianya, sehingga dapat disusun suatu daftar, cara, dan metode pembacaan yang berorientasi pada AWS (American Welding Society). Bagian elektroda yang tidak berlapis pelindung Dimaksudkan untuk nantinya dijepit oleh geraham las. Bagian elektroda tersebut adalah sebagai berikut: Untuk pengumpan (feeder) yang otomatis, bagian tak bersalut elektroda untuk pegangan tanggam tidak boleh kurang dari 1” (25mm). Ujung elektroda harus terbuka dan sisi lapis pelindung harus diserong untuk memudahkan penorehan busur nyala pendahuluan. Lapis pelindung harus menyelubungi kawat inti paling sedikit ¼ lingkaran kawat tersebut dari nyala busur listrik.
  • 20. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 20 Pengujian Elektroda Semua jenis elektroda diuji untuk menentukan mutu apakah sesuai dengan semua persyaratan suatu elektroda las yang baik. Adapun cara pengujiannya adalah sebagai berikut: a) Uji analisis kimiawi Komposisi kimiawi elektroda baja karbon tidak boleh melebihi limitasi yang tertera pada table limit komposisi logam las. b) Uji mekanis  Uji mekanis meliputi uji tarik bahan yang sudah dilaskan secara transversal  Uji tumbukan (Charpy u-notch impact test)  Uji lengkung bahan yang sudah dilaskan secara longitudinal terarah (longitudinal guided bend test)  Uji las fillet Setelah bahan dilaskan secara fillet, hasilnya diuji sifat wujudnya untuk menentukan apakah las fillet bebas dari retakan, overlap, kerak terperangkap, porositas permukaan, dan undercut yang lebih dalam dari 1/32” (0,8 mm). Kecembungan dan panjang kakinya harus sesuai dengan table berikut:
  • 21. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 21 Ukuran standar dan panjang Ukuran standar dan panjang elektroda tercantum dalam tebel di bawah: Kandungan air pada lapis pelindung Elektroda dibuat dengan limit kandungan air yang dapat diterima tergantung dari jenis dan kekuatan kawat intinya. Elektroda low hydrogen (E7015, E7016, E7018, E7028, dan E7048) sangat peka terhadap penyerapan air. Lapis anorganiknya dirancang untuk mengandung sangat sedikit kelembaban sehingga penyimpanannya harus sangat teliti. Jika ternyata elektroda telah banyak menyerap air melebihi batas yang dibolehkan, maka agar dapat dipergunakan kembali elektroda harus dipanaskan untuk menghilangkan kandungan air tadi.
  • 22. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 22 Berikut adalah daftar syarat penyimpanan dan pengeringan elektroda: Secara keseluruhan, elektroda dapat diklasifikasikan menurut klasifikasi AWS, jenis bahan pelindung, posisi pengelasan yang sesuai, dan jenis arus listrik.
  • 23. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 23 Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table di bawah ini:
  • 24. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 24 Dalam penulisan kode elektroda pada tabel klasifikasi elektroda, biasanya berisi EXXXX. Dengan keterangan sebagai berikut: – E = Elektroda – XX = dua huruf X terdepan (XX) menandakan kekuatan tarik bahan las setelah dilaskan, misalnya E60XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah dilaskan 60.000 psi, E70XX berarti bahan tersebut kuat tariknya setelah 70.000 psi, begitu pula
  • 25. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 25 seterusnya. – X = huruf X ketiga menunjukkan posisi pengelasan yang tepat. Untuk angka “1” menunjukkan boleh dipergunakan untuk semua posisi. Angka “2” menunjukkan hanya bisa dipergunakan dengan posisi tertentu. – X = huruf X terakhir menunjukkan jenis arus listrik yang sesuai dengan lapisan elektrodanya Elektrode terumpan (consumable electrodes) Elektrode berbentuk batang atau kawat yang diumpankan sebagai logam pengisi dalam pengelasan busur. Panjang batang las pada umumnya sekitar 9 sampai 18 in. (225 sampai 450 mm) dengan diameter ¼ in. (6,5 mm) atau kurang. Kelemahan dari elektrode bentuk batang, selama pengoperasiannya harus diganti secara periodik, sehingga memperkecil waktu busur dalam pengelasan. Elektrode bentuk kawat memiliki kelebihan bahwa pengumpanan dapat dilakukan secara kontinu karena kawat memiliki ukuran jauh lebih panjang dibandingkan dengan elektrode bentuk batang. Baik elektrode bentuk batang maupun bentuk kawat kedua-duanya diumpankan ke busur listrik selama proses dan ditambahkan ke sambungan las-an sebagai logam pengisi. Elektrode tak terumpan (nonconsumable electrodes). Elektrode tak terumpan dibuat dari bahan tungsten atau kadang-kadang dari bahan grafit, yang dapat tahan terhadap peleburan oleh busur. Walaupun elektrode ini tidak diumpankan, tetapi secara bertahap akan menipis selama proses pengelasan, mirip dengan keausan bertahap pada perkakas pemotong dalam operasi pemesinan. Untuk proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tak terumpan, logam pengisi harus diumpankan secara terpisah ke genangan las-an. Pelindung busur pada suhu tinggi dalam pengelasan busur, logam yang disambung sangat mudah bereaksi dengan oksigen, nitrogen, dan hidrogin dalam udara bebas. Reaksi ini dapat memperburuk sifat mekanis sambungan las-an. Untuk melindungi pengelasan dari pengaruh yang tidak diinginkan tersebut, digunakan gas
  • 26. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 26 pelindung dan/atau fluks untuk menutup ujung elektrode, busur, dan genangan las-an cair, sehingga tidak berhubungan secara langsung dengan udara luar sampai logam las- an tersebut menjadi padat. Gas pelindung, digunakan gas mulia seperti argon dan helium. Dalam pengelasan logam ferrous yang dilakukan dengan pengelasan busur, dapat digunakan oksigen dan karbon dioksida, biasanya dikombinasikan dengan Ar dan/atau He, untuk melindungi las-an dari udara luar atau untuk mengendalikan bentuk las-an. Fluks, digunakan untuk mencegah terbentuknya oksida dan pengotoran lainnya. Selama proses pengelasan, fluks melebur dan menjadi terak cair, menutup operasi dan melindungi logam las-an lebur. Terak akan mengeras setelah pendinginan dan harus dilepaskan dengan cara dipecahkan. Fluks biasanya diformulasikan untuk melakukan beberapa fungsi, seperti :  memberikan perlindungan pengelasan terhadap pengaruh udara luar,untuk menstabilkan busur, dan  untuk mengurangi terjadinya percikan. Metode pemakaian fluks berbeda untuk setiap proses. Teknik pemberian fluks dapat dilakukan dengan cara :  menuangkan butiran fluks pada operasi pengelasan,  menggunakan elektrode batang yang dibungkus dengan fluks dan fluks tersebut akan melebur selama pengelasan untuk menutup operasi, dan  menggunakan fluks yang ditempatkan dalam inti elektrode tabular dan fluks dilepaskan pada saat elektrode diumpankan. Sumber daya dalam pengelasan busur, dapat berupa :  arus searah (direct current, DC), atau  arus bolak-balik (alternating current, AC). Mesin las yang menggunakan arus bolak-balik lebih murah harga dan biaya pengoperasiannya, tetapi umumnya terbatas pemakaiannya hanya untuk pengelasan logam ferrous. Mesin las yang menggunakan arus searah dapat dipakai untuk semua
  • 27. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 27 jenis logam dengan hasil yang baik dan umumnya busur listrik dapat dikendalikan dengan lebih baik pula. Dalam semua proses pengelasan, daya yang digunakan untuk menjalankan pengoperasian dihasilkan dari arus listrik I yang melewati busur dan tegangan E. Daya ini dikonversikan menjadi panas, tetapi tidak semua panas ditransfer ke permukaan benda kerja, karena adanya kebocoran daya dalam penghantar, adanya radiasi, percikan nyala api, dan sebagainya sehingga mengurangi jumlah panas yang dapat dimanfaatkan. Efisiensi transformasi panas (heat tranfer efficiency) f1 berbeda untuk setiap proses pengelasan busur. Pengelasan dengan menggunakan elektrode terumpan memiliki efisiensi yang lebih besar dibandingkan dengan elektrode tak terumpan, karena sebagian besar panas yang dihasilkan digunakan untuk melebur elektrode dan benda kerja. Sedang pengelasan busur tungsten gas yang menggunakan elektrode tak terumpan memiliki efisiensi paling rendah. Efisiensi peleburan (melting efficiency)f2 selanjutnya mengurangi panas yang ada untuk pengelasan. Keseimbangan daya yang dihasilkan dalam pengelasan busur didefinisikan dengan persamaan : HRw = f1.f2.I.E = Um.Aw.v dimana : E = tegangan (V) I = arus (A) HRw = laju pembentukan panas pada las-an, (Watt atau Joule/sec. atau Btu/sec.) Um = energi peleburan logam (melting enrgy for metal), Btu/in3. Aw = luar permukaan las-an, mm2 atau in2 V = kecepatan gerak pengelasan, mm/sec. atau in/min. Catatan : 1 Btu = 1055 J Laju volume pengelasan logam (volume rate of metal welded, MVR), dinyatakan dengan rumus sebagai berikut : MVR = HRw / Um , in.3/sec.
  • 28. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 28 Proses Pengelasan Elektrode Terumpan Pengelasan elektrode terumpan adalah proses pengelasan dimana pada saat terjadi busur listrik elektrode ikut mencair dan berfungsi sebagai logam pengisi. Terdapat beberapa pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan, seperti antara lain :  pengelasan busur elektrode terbungkus (shielded metal arc welding, SMAW)  pengelasan busur logam gas (gas metal arc welding, GMAW)  pengelasan busur inti-fluks (flux-cored arc welding, FCAW,  pengelasan elektrogas (electrogas welding, EGW)  pengelasan busur rendam (submerged arc welding, SAW). Pengelasan busur elektrode terbungkus Pengelasan ini menggunakan batang elektrode yang dibungkus dengan fluks.Panjang batang elektrode biasanya sekitar 9 sampai 18 in (230 sampai 460 mm) dan diameter 3/32 sampai 3/8 in. (2,5 sampai 9,5 mm). Logam pengisi yang digunakan sebagai batang elektrode harus sesuai dengan logam yang akan dilas, komposisinya biasanya sangat dekat dengan komposisi yang dimiliki logam dasar. Lapisan pembungkus terdiri dari serbuk selulose yang dicampur dengan oksida, karbonat, dan unsur-unsur yang lain kemudian disatukan dengan pengikat silikat. Serbuk logam kadang-kadang juga digunakan sebagai bahan campuran untuk menambah logam pengisi dan menambah unsur-unsur paduan (alloy). Selama proses pengelasan bahan fluks yang digunakan untuk membungkus elektrode, akibat panas busur listrik, mencair membentuk terak yang kemudian menutupi logam cair yang menggenang di tempat sambungan dan bekerja sebagai penghalang oksidasi. Pemindahan logam elektrode terjadi pada saat ujung elektrode mencair membentuk butir-butir yang terbawa oleh arus busur listrik yang terjadi. Arus listrik yang digunakan sekitar 30 sampai 300 A pada tegangan 15 sampai 45 V. Pemilihan daya yang digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, jenis dan panjang elektrode, serta dalam penetrasi las-an yang diinginkan.
  • 29. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 29 Pengelasan busur logam gas Pengelasan ini merupakan proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan dalam bentuk kawat.Selama proses pengelasan berlangsung, gas dihembuskan ke daerah las-an untuk melindungi busur dan logam yang mencair terhadap atmosfir. Diameter kawat yang digunakan berkisar antara 1/32 sampai ¼ in. (0,8 sampai 6,4 mm), tergantung pada ketebalan bagian logam yang akan disambung. Gas pelindung yang digunakan adalah gas mulia seperti argon, helium, dan karbon dioksida. Pemilihan gas yang akan digunakan tergantung pada logam yang akan dilas, dan juga faktor-faktor yang lain. Gas mulya digunakan untuk pengelasan paduan aluminium dan baja anti karat, sedang CO2 biasanya digunakan untuk pengelasan baja karbon rendah atau medium. Pengelasan busur logam gas banyak digunakan dalam pabrik untuk mengelas berbagai jenis logam ferrous dan nonferrous. Keuntungan pengelasan busur logam gas dibandingkan pengelasan manual adalah :  waktu busur lebih besar,  pengelasan biasanya dilakukan secara automatis,  sampah sisa logam pengisi jauh lebih sedikit,  terak yang ditimbulkan lebih sedikit karena tidak memakai fluks,  laju pengelasan lebih tinggi, dan  kualitas daerah las-an sangat baik. Pengelasan busur inti-fluks Proses pengelasan busur ini dikembangkan untuk mengatasi kekurangan elektrode terbungkus yang memiliki panjang batang terbatas. Pengelasan busur inti- fluks menggunakan elektrode tabung dengan inti fluks dan ditambah unsur-unsur lain. Unsur-unsur lain yang ditambahkan dalam inti fluks tersebut adalah :  unsur-unsur deoksidiser, dan  unsur-unsur pemadu (alloying).
  • 30. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 30 Kawat inti-fluks tabular sangat lentur/fleksibel sehingga dapat digulung dan diumpankan secara kontinu melalui pistol las busur (arc welding gun.Terdapat dua jenis pengelasan busur inti-fluks, yaitu :  pelindung sendiri (self shielded), dan  pelindung gas (gas shielded). Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung sendiri di dalam inti kawat terdapat fluks dan unsur lain yang dapat menghasilkan gas untuk melindungi busur dari pengaruh atmosfir. Pengelasan busur inti-fluks dengan pelindung gas, di dalam inti kawat tidak ditambahkan unsur penghasil gas. Gas pelindung ditambahkan secara terpisah, sama seperti pada pengelasan busur logam gas. Keuntungan pengelasan inti-fluks, adalah : elektrode dapat diumpankan secara kontinu, dan kualitas las-an sangat baik, sambungan las-an halus dan seragam. Pengelasan elektrogas Pengelasan elektrogas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode terumpan secara kontinu, baik menggunakan kawat inti-fluks atau kawat elektrode telanjang (bare electrode wire) dengan pelindung gas yang ditambahkan dari luar. Proses pengelasan ini terutama digunakan dalam las tumpu vertikal, Kedua bagian logam yang akan disambung dijepit dengan sepatu cetak yang didinginkan dengan air agar dapat menahan panas logam cair. Sepatu cetak, bersama-sama dengan kedua ujung logam yang akan dilas, membentuk rongga cetak. Kawat elektrode dalam proses pengelasan ini biasanya diumpankan secara automatis. Busur terjadi antara elektrode dan logam dasar sehingga logam cair yang dihasilkan akan mengisi rongga cetak secara bertahap. Pada saat logam las-an membeku sepatu cetak secara automatis bergerak ke atas. Pengelasan busur rendam
  • 31. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 31 Pengelasan busur rendam adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode kawat telanjang yang diumpankan secara kontinu, dan busur las ditutup dengan serbuk fluks.Kawat elektrode diumpankan secara automatis dari gulungan ke busur. Fluks dituangkan melalui suatu tabung pengumpan di depan elektrode, sehingga busur listrik yang timbul antara elektrode dengan logam dasar terendam oleh serbuk fluks sepanjang alur las-an. Panas yang ditimbulkan oleh busur mencairkan logam dan serbuk fluks. Fluks cair akan mengapung di atas logam cair, membentuk selubung yang dapat mencegah percikan dan terjadinya oksidasi. Setelah dingin, terak membeku dan mudah dihilangkan, sedang serbuk yang tersisa diisap dengan sistem vakum dan dapat dimanfaatkan kembali. Keuntungan penggunaan pengelasan busur rendam adalah karena serbuk fluks menutup seluruh operasi pengelasan, sehingga:  dapat meghindarkan terjadinya percikan dan semburan nyala api, radiasi, dan hal-hal berbahaya lainnya.  tidak perlu menggunakan kaca pengaman,  pendinginan berjalan dengan lambat, sehingga kualitas sambungan las-an sangat baik, memiliki ketangguhan dan keuletan yang tinggi. Sifat-sifat yang merugikan adalah :  karena busur tidak tampak, maka penentuan pengelasan yang salah dapat menggagalkan seluruh hasil pengelasan,  pengelasan terbatas hanya pada posisi horisontal.  Pengelasan busur rendam banyak digunakan dalam fabrik untuk pengelasan bentuk-bentuk profil, seperti I-beam, T-beam, dan sebagainya  kampuh memanjang dan melingkar dengan diameter besar seperti pipa, tangki, dan tabung tekanan tinggi.
  • 32. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 32 Proses Pengelasan Elektrode Tak Terumpan Pengelasan elektrode tak terumpan pada umumnya menggunakan elektrode wolfram yang dapat menghasilkan busur listrik tanpa turut mencair, dan sebagai logam pengisi digunakan logam lain yang terpisah dari elektrode tersebut. Terdapat beberapa pengelasan busur elektrode tak terumpan, seperti antara lain : pengelasan busur tungsten gas (gas tungsten arc welding, GTAW), pengelasan busur plasma (plasma arc welding, PAW), dan beberapa pengelasan busur yang lain. Pengelasan busur tungsten gas Pengelasan busur tungsten gas adalah proses pengelasan busur yang menggunakan elektrode tungsten dan gas mulia sebagai pelindung busur. Pengelasan ini juga dikenal dengan nama pengelasan gas mulia tungsten (tungsten inert gas welding, TIG) atau pengelasan gas mulia wolfram (wolfram inert gas welding, WIG). Pengelasan busur tungsten gas dapat dilakukan dengan logam pengisi maupun tanpa logam pengisi.Bila digunakan logam pengisi, harus ditambahkan dari luar baik berupa kawat atau batangan, yang akan dilebur oleh panas busur yang timbul antara elektrode dan logam dasar. Tetapi bila digunakan untuk mengelas pelat tipis kadang-kadang tidak diperlukan logam pengisi. Tungsten dipilih sebagai elektrode karena memiliki titik lebur tinggi yaitu 3410˚C. Sebagai gas pelindung biasanya digunakan argon, helium, atau gabungan dari kedua unsur ini. Pengelasan busur tungsten gas dapat digunakan hampir untuk semua jenis logam dengan berbagai ketebalan, tetapi paling banyak digunakan untuk pengelasan aluminium dan baja tahan karat. Pengelasan ini dapat digunakan secara manual atau dengan mesin secara automatis. Kelebihan dari pengelasan ini adalah :  kualitas las-an sangat baik  tidak ada percikan las-an, karena tidak ada logam pengisi yang ditransfer melewati busur  sedikit atau tidak ada terak karena tidak digunakan fluks.
  • 33. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 33 Pengelasan busur plasma Pengelasan busur plasma merupakan bentuk khusus dari pengelasan busur tungsten gas dengan mengarahkan busur plasma ke daerah las-an. pemanasan gas dilakukan dengan mengkonsentrasikan busur melalui lubang halus (nosel), dan melalui lubang tersebut dialirkan pula gas mulia (misalnya, argon atau campuran argon- hidrogen). Dalam pengelasan ini juga digunakan gas pelindung seperti argon, argon- hidrogen, dan helium. Suhu plasma sekitar 28.000˚C atau lebih besar, cukup panas untuk mencairkan setiap logam yang dikenal. Panas ini diperoleh akibat terkonstrasinya daya sehingga dihasilkan pancaran plasma dengan densitas energi yang sangat tinggi. Karena memiliki konsentrasi energi sangat tinggi pada daerah yang kecil, maka busur plasma sering digunakan untuk proses pemotongan logam dengan ketebalan mencapai 100 mm atau lebih. Pengelasan Busur yang Lain Pengelasan busur yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan proses pengelasan yang memiliki nilai komersial sangat tinggi. Beberapa pengelasan busur yang lain, akan dibahas disini karena memiliki prinsip kerja yang khusus, yaitu :  pengelasan busur karbon (carbon arc welding, CAW), dan  pengelasan lantak (stud welding, SW). Pengelasan busur karbon Pengelasan busur karbon, adalah proses pengelasan busur elektrode tak terumpan yang pertama kali dikembangkan. Proses busur karbon digunakan sebagai sumber panas pembrasingan dan untuk mengendapkan bahan tahan aus di atas permukaan logam yang lain. Saat ini elektrode karbon telah digantikan dengan tungsten.
  • 34. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 34 Pengelasan lantak Pengelasan lantak, digunakan untuk mengelas ujung logam pada bidang datar. Alatnya berbentuk pistol, memegang ujung batang logam yang akan dilas. Bila picu ditekan, ujung logam terangkat untuk membentuk busur kemudian ditekan kembali kecairan logam.Operasi menggunakan pengatur waktu sesuai dengan ukuran logam yang akan dilas. Busur dilindungi oleh tabung keramik, yang sekaligus menahan logam cair dan melindungi operator. Pengelasan Resistansi Listrik Pada pengelasan ini, permukaan lembaran logam yang akan disambung ditekan satu sama lain dan arus yang cukup besar kemudian dialirkan melalui logam sehingga menimbulkan panas pada sambungan. Panas tertinggi muncul di daerah yang memiliki resistansi listrik tertinggi, yaitu pada permukaan kontak ke dua lembaran logam. Komponen-komponen utama dalam pengelasan resistansi listrik ditunjukkan dalam gambar untuk operasi pengelasan titik. Komponen–komponen tersebut termasuk benda kerja yang akan dilas (biasanya lembaran logam), dua buah elektrode yang saling berhadapan, dan sumber listrik arus bolak-balik . Hasil dari operasi tersebut dalam daerah lebur antara dua bagian benda kerja, dalam pengelasan titik disebut manik las (weld nugget). Dalam pengelasan ini tidak digunakan gas pelindung, fluks, atau logam pengisi, dan elektrode yang menghubungkan daya listrik merupakan elektrode tak terumpan. Pengelasan risistansi listrik diklasifikasikan sebagai pengelasan lebur karena panas yang timbul melebur permukaan kontak ke dua lembaran
  • 35. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 35 logam tersebut. Namun demikian, terdapat pengecualian, beberapa pengelasan resistansi listrik menggunakan suhu di bawah titik lebur logam yang disambung, jadi tidak terjadi proses peleburan. Sumber panas pada pengelasan resistansi listrik Energi panas yang diberikan pada operasi pengelasan tergantung pada aliran arus listrik, resistansi rangkaian, dan panjang waktu arus dialirkan, seperti rumus berikut ini. H = I2 R t dimana : H = panas yang dihasilkan, W-sec. atau J (1 J= 1/1055 Btu) I = arus listrik (A) R = resistansi listrik (w) t = waktu, detik (sec.) Arus yang digunakan dalam pengelasan resistansi listrik ini sangat besar (umumnya, 5000 sampai dengan 20.000 A), tetapi tegangan relatif rendah (biasanya di bawah 10 V). Panjang waktu arus dialirkan pada umumnya sangat singkat, untuk pengelasan titik sekitar 0,1 sampai dengan 0,4 detik. Alasan mengapa diperlukan arus sangat besar, adalah :  bilangan kuadrat dalam rumus di atas menyatakan bahwa arus mempunyai pengaruh yang besar terhadap besarnya panas yang dihasilkan  resistansi listrik dalam rangkaian sangat rendah (sekitar 0,0001 (). Resistansi listrik dalam rangkaian merupakan penjumlahan antara :  resistansi pada kedua elektrode  resistansi pada kedua lembaran benda kerja  resistansi permukaan kontak antara elektrode dan benda kerja  resistansi permukaan kontak antara benda kerja dengan benda kerja yang lain.
  • 36. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 36 Kondisi yang ideal bila resistansi terbesar dihasilkan oleh permukaan kontak ke dua benda kerja, sehingga panas tertinggi dihasilkan pada lokasi ini, sesuai dengan yang diharapkan. Resistansi pada permukaan kontak ini tergantung pada penyelesaian permukaan, kebersihan (tidak ada cat, minyak, dan pengotoran yang lain), daerah kontak, dan tekanan. Keberhasilan dalam pengelasan resistansi listrik tergantung pada tekanan dan panas. Fungsi tekanan yang utama dalam pengelasan ini adalah :  menekan elektrode ke permukaan benda kerja, dan permukaan benda kerja dengan benda kerja yang lain agar terjadi kontak, sehingga dapat dialiri arus listrik;  menekan permukaan kontak menjadi satu agar diperoleh sambungan bila suhu pengelasan telah dicapai. Kelebihan pengelasan resistansi listrik adalah :  tidak menggunakan logam pengisi  kecepatan produksi tinggi  tidak diperlukan operator dengan ketrampilan tinggi, karena mesin dijalankan secara automatis,  memiliki kemampuan ulang (repeatability) dan keandalan yang baik. Sedang kelemahan dari pengelasan resistansi listrik ini, adalah :  biaya investasi tinggi, karena harga peralatan mahal,  hanya dapat mengerjakan sambungan tumpang (lap joint), Proses Pengelasan Resistansi Listrik Terdapat beberapa proses pengelasan resistansi listrik yang sering digunakan dalam industri, yaitu :  Pengelasan titik resistansi listrik (resistance spot welding, RSW),  Pengelasan kampuh resistansi listrik (resistance seam welding, RSEW),  Pengelasan proyeksi resistansi listrik (resistance projection welding, RPW),
  • 37. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 37 Pengelasan titik resistansi listrik Pengelasan titik resistansi listrik merupakan pengelasan resistansi listrik yang paling banyak digunakan, seperti dalam produksi massal automobil, alat-alat rumah tangga, furnitur logam, dan produk-produk lain yang terbuat dari lembaran logam. Pada proses pengelasan ini peleburan bidang kontak pada lembaran logam sambungan tumpang dicapai dengan menggunakan elektrode yang saling berhadapan. Ketebalan lembaran logam yang disambung sekitar 0,125 in. (3mm) atau kurang, biasanya dilakukan pada sederetan las-an titik, dalam kondisi sambungan las-an tidak kedap udara. Ukuran dan bentuk las-an titik ditentukan oleh ujung elektrode, pada umumnya berbentuk bulatan; tetapi kadang-kadang berbentuk yang lain seperti segi enam, segi empat, dan bentuk-bentuk yang lain. Manik las-an yang dihasilkan pada umumnya memiliki diameter 0,2 sampai dengan 0,4 in. (5 sampai dengan 10 mm), dan HAZ berada disekelilingnya. Operasi pengelasan titik dengan tahapan berikut : 1. elektrode ditutup dan gaya tekan diberikan 2. arus listrik dialirkan (disebut waktu las) 3. arus listrik diputus, tekanan tetap atau ditambah (arus yang kecil kadang-kadang digunakan sesaat menjelang akhir tahapan ini, untuk menghilangkan tegangan sisa dari daerah las-an); 4. elektrode dibuka, dan benda kerja yang telah dilas dipindahkan. Material elektrode yang biasa digunakan terdiri dari dua kelompok, yaitu :  paduan tembaga  komposisi logam tahan api seperti kombinasi tembaga dan tungsten. Kelompok yang kedua memiliki sifat tahan aus yang tinggi, sehingga banyak digunakan dalam proses manufaktur. Perkakas akan selalu mengalami keausan secara bertahap bila digunakan berulang-ulang. Dalam praktek, elektrode didesain dengan saluran air pendingin.
  • 38. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 38 Karena penggunaan dari pengelasan titik semakin meluas, maka berbagai mesin dan metode telah dikembangkan untuk melakukan operasi pengelasan titik, termasuk :  mesin pengelasan titik lengan-pemutus (rocker-arm spot welding machine)  mesin pengelasan titik jenis tekan (press type spot welding machine)  pistol pengelasan titik mampu jinjing (portable spot welding guns). Pengelas titik lengan-pemutus, memiliki elektrode bawah stasioner dan elektrode atas dapat digerakkan ke atas dan ke bawah untuk pembebanan dan pelepasan benda kerja. Elektrode atas dihubungkan dengan lengan-pemutus yang gerakannya dapat dikendalikan dengan mengoperasikan pedal kaki. Mesin yang modern dapat diprogram untuk mengendalikan gaya dan arus listrik selama siklus kerja. Pengelas titik ini merupakan jenis pengelas titik stasioner, dimana benda kerja dibawa ke mesin. Pengelas titik jenis tekan, digunakan untuk benda kerja yang besar. Elektrode atas memiliki gerakan garis lurus yang disiapkan untuk penekanan vertikal, dengan daya pneumatik atau hidraulik. Tekanan yang digunakan lebih besar dan biasanya diprogam untuk siklus kerja yang lebih kompleks. Sama seperti pengelas titik lengan- pemutus, pada pengelas titik jenis tekan, mesin juga diletakkan stasioner sedang benda kerja dibawa ke mesin. Pistol pengelasan titik mampu jinjing, merupakan mesin pengelas titik dengan pistol pengelas yang dapat dijinjing; digunakan untuk pengelasan benda kerja besar yang sulit dipindahkan. Peralatan pistol terdiri dari elektrode saling berhadapan yang memiliki mekanisme penjepit. Setiap unit memiliki bobot yang ringan sehingga dapat dioperasikan dengan tenaga manusia atau robot industri. Pistol dihubungkan dengan sumber daya menggunakan kabel listrik fleksibel (untuk mengalirkan arus listrik) dan selang udara (untuk gerakan penjepit pneumatik). Air pendingin untuk elektrode, bila diperlukan, dapat juga disiapkan melalui selang air. Pistol pengelasan titik mampu jinjing banyak digunakan dalam perakitan akhir automobil untuk mengelas lembaran logam bodi mobil. Pengelasan kampuh resistansi listrik Dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini digunakan elektrode roda yang dapat diputar, dan serangkaian las-an titik yang tumpang-tindih dibuat sepanjang
  • 39. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 39 sambungan tumpang. Proses pengelasan ini dapat menghasilkan las-an kedap udara, sehingga banyak digunakan dalam pembuatan tangki gasolin, peredam suara automobil, dan berbagai macam fabrikasi kontainer dari bahan logam lembaran. Secara teknik pengelasan kampuh ini sama seperti pengelasan titik, hanya disini elektrode roda biasanya diopersaikan secara kontinu, sehingga menghasilkan kampuh las-an lurus atau garis kurve seragam. Sudut yang tajam sulit dikerjakan dengan menggunakan metode ini. Jarak antara manik las-an dalam pengelasan kampuh resistansi listrik ini tergantung pada gerakan roda elektrode relatif terhadap aplikasi arus las. Operasi yang biasa digunakan, disebut pengelasan gerakan kontinu (continuous motion welding), roda berputar secara kontinu pada kecepatan yang konstan, dan arus listrik diberikan pada interval waktu tertentu sesuai dengan jarak titik las-an yang diinginkan. Frekuensi pelepasan arus biasanya diatur dengan interval sedemikianrupa sehingga dihasilkan manik las-an tumpang-tindih. Tetapi bila interval pelepasan arus listrik dikurangi, maka akan diperoleh manik las-an dengan jarak tertentu, metode ini disebut pengelasan titik rol (roll spot welding). Variasi yang lain, arus las dialirkan secara konstan (tidak berbentuk pulsa) sehingga dihasilkan kampuh yang benar-benar kontinu. Pendinginan benda kerja dan roda dilakukan dengan mengalirkan air pendingin pada sisi atas dan bawah permukaan benda kerja dekat roda elektrode. Pengelasan proyeksi resistansi listrik Pengelasan proyeksi resistansi listrik hampir sama dengan pengelasan titik resistansi listrik. Lembaran logam yang akan dilas, dipres dahulu dengan mesin pons, sehingga terjadi sembulan (proyeksi) dari dalam logam. Diameter permukaan proyeksi sama dengan tebal lembaran, sedang tinggi proyeksi lebih kurang 60 % dari tebal lembaran tadi. Proyeksi tersebut merupakan titik-titik dimana akan dilakukan sambungan las, sehingga cara ini dapat dihasilkan beberapa sambungan las sekaligus. Keunggulan pengelasan proyeksi dibandingkan dengan pengelasan titik adalah :  penampilan lebih baik  umur elektrode lebih panjang karena digunakan permukaan rata  pemeliharaan elektrode lebih mudah
  • 40. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 40 pembuatan titik-titik proyeksi diperlukan biaya, tetapi dengan menghemat biaya pengelasan, maka secara keseluruhan biaya menjadi lebih murah. Penyambungan kawat melintang seperti misalnya kawat pagar, kereta belanja, dan pemanggangan. Dalam proses ini permukaan kontak yang berbentuk bulatan berfungsi sebagai proyeksi, dimana terjadi panas resistansi untuk pengelasan. Operasi pengelasan yang lain Beberapa pengelasan yang lain, yang menggunakan prinsip pengelasan resistansi listrik adalah :  pengelasan nyala (flash welding, FW),  pengelasan upset (upset welding, UW),  pengelasan perkusi (percussion welding, PEW), dan  pengelasan resistansi frekuensi tinggi (high-frequency resintance welding, HFRW). Pengelasan nyala, umumnya digunakan untuk sambungan tumpu (butt joints).Benda kerja dijepit dalam mesin dan bagian-bagian yang akan disambung disatukan dengan tekanan serendah mungkin, sehingga masih terdapat celah diantara kedua permukaan kontak. Dengan menggunakan tegangan listrik yang tinggi akan menimbulkan loncatan nyala api diantara kedua permukaan kontak tersebut, sehingga suhu naik mencapai suhu tempa. Karena panas yang dihasilkan akibat adanya nyala api, kadang-kadang pengelasan ini juga digolongkan sebagai pengelasan busur. Sejalan dengan naiknya suhu pada permukaan kontak, tekanan perlahan-lahan ditingkatkan hingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 35 hingga 170 MPa. Sirip tipis yang terbentuk di sekeliling sambungan biasanya dihilangkan dengan proses pemesinan. Pengelasan upset, hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja permukaan kontak disatukan dengan tekanan yang lebih tinggi sehingga diantara kedua permukaan kontak tersebut tidak terdapat celah. Dalam opearasi pengelasan ini, benda kerja dijepit dalam mesin dan ditekan, kemudian dialirkan arus listrik, sehingga terjadi pemanasan akibat adanya resistansi listrik. Laju pemanasan tergantung pada tekanan, jenis bahan, dan
  • 41. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 41 keadaan permukaan. Karena resistansi listrik berbanding terbalik dengan tekanan, maka tekanan mula biasanya rendah kemudian ditingkatkan (upseting force) sehingga terbentuk sambungan las-an. Tekanan yang digunakan berkisar antara 15 hingga 55 MPa. Cara pengelasan ini banyak digunakan untuk batang, pipa, struktur yang kecil, dan benda-benda lain dengan penampang yang sama. Pengelasan perkusi, juga hampir sama dengan pengelasan nyala, hanya saja durasi siklus pengelasan sangat pendek, umumnya hanya sekitar 1 hingga 10 mdetik. Pemanasan yang cepat dihasilkan dengan pelepasan energi listrik secara mendadak antara kedua permukaan, kemudian segera diikuti dengan proses perkusi (tumbukan) satu bagian terhadap bagian yang lain sehingga terbentuk sambungan las-an. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi, merupakan proses pengelasan resistansi listrik yang menggunakan arus bolak-balik frekuensi tinggi untuk menghasilkan panas, kemudian segera diikuti dengan memberikan gaya tekan tambahan (upset force), sehingga terjadi proses penyambungan. Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 kHz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan las-an dengan cepat. Variasi dari proses ini, disebut pengelasan induksi frekuensi tinggi (high-frequency induction welding, HFIW), arus pemanasan diinduksikan ke benda kerja dengan menggunakan kumparan induksi frekuensi tinggi, Kumparan tidak bersentuhan dengan benda kerja. Pengelasan resistansi frekuensi tinggi dan pengelasan induksi frekuensi tinggi adalah pengelasan tumpu kontinu yang digunakan dalam penyambungan pipa atau tabung dengan kampuh yang memanjang.
  • 42. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 42 BAB III (PENUTUP) Kesimpulan : las adalah suatu proses penyambungan plat atau logam menjadi satu akibat panas dengan atau tanpa tekanan, Dalam makalah ini dijelaskan tentang klasifikasi elektroda beserta penggunaannya pada sistem las listrik. Serta dicantumkan pula tabel dengan cara pembacaannya dimaksudkan untuk memudahkan pembaca memahami klasifikasinya Setelah membaca dari beberapa referensi yang di dapatkan, kami jadi mengetahui Pengertian las listrik, alat-alat yang digunakan pada proses pengelasan las listrik, Posisi pengelasan las listrik, tingkat kesususahan dalam pengelasan las listrik serta keselamatan kerja yang semestinya dilaksanakan dalam proses pengelasan las listrik
  • 43. Randy Suwandy, makalah Las Listrik, Teknik Industri UMA Page 43