Dokumen tersebut membahas latar belakang dan tujuan penelitian karakteristik penderita penyakit kusta di Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan tahun 2008. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan perbedaan karakteristik penderita kusta berdasarkan sosiodemografi, tipe penyakit, tingkat kecacatan, dan status akhir pengobatan. Hasil penelitian diharapkan dapat menambah penget
1. BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945
salah satunya adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk
mencapai tujuan tersebut di atas maka diselenggarakan pembangunan yang
berkesinambungan dalam rangka program pembangunan yang menyeluruh, terarah dan
terpadu secara optimal untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia termasuk di bidang
kesehatan. 1
Masalah kesehatan yang dihadapi adalah masalah penyakit menular dan penyakit
tidak menular. Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan
masalah yang sangat kompleks yang bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai
masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta pada
umumnya terdapat di negara-negara yang sedang berkembang sebagai akibat
keterbatasan kemampuan negara itu dalam memberikan pelayanan yang memadai dalam
bidang kesehatan, pendidikan, kesejahteraan sosial ekonomi pada masyarakat.2
Menurut WHO (2005) prevalensi kusta dunia yang tertinggi terdapat di Wilayah
Asia Tenggara (0,79 per 10.000 penduduk), Wilayah Afrika (0,63 per 10.000 penduduk),
Wilayah Amerika (0,39 per 10.000 penduduk), Wilayah Timur Mediterania (0,08 per
10.000 penduduk) dan Wilayah Pasifik Barat (0,05 per 10.000 penduduk).3
Universitas Sumatera Utara
2. Berdasarkan Laporan WHO (2005) prevalensi kusta di dunia tertinggi terdapat di
India (1,98 per 10.000 penduduk), disusul Brazil (1,59 per 10.000 penduduk) dan
Indonesia (0,98 per 10.000 penduduk).4
Sedangkan di wilayah regional (ASEAN),
Indonesia berada pada urutan pertama, yaitu (0,98 per 10.000 penduduk), disusul
Malaysia (0,5 per 10.000 penduduk), Thailand (0,4 per 10.000 penduduk) dan Brunei (0,2
per 10.000 penduduk).5
Dalam kurun waktu 10 tahun (1991–2001), angka prevalensi penyakit kusta
secara nasional di Indonesia telah mengalami penurunan dari 4,50 per 10.000 penduduk
pada tahun 1991 menjadi 0,85 per 10.000 penduduk pada tahun 2001. Pada tahun 2002
angka prevalensi penyakit kusta mengalami sedikit peningkatan menjadi 0,95 per 10.000
penduduk. Pada tahun 2003 angka prevalensi penyakit kusta kembali mengalami
penurunan menjadi 0,80 per 10.000 penduduk. Tahun 2004 angka prevalensi penyakit
kusta mengalami peningkatan menjadi 0,93 per 10.000 penduduk dan pada tahun 2005
angka prevalensi kusta mengalami peningkatan menjadi 0,98 per 10.000 penduduk. 6
Penyakit kusta masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia.6
Hal ini terbukti dari masih tingginya jumlah penderita kusta di Indonesia
pada tahun 2006 terdapat 18.300 kasus dengan 14.750 kasus (proporsi 80,60%)
merupakan penderita kusta tipe Multi Basiler (MB) dan 3.550 kasus (proporsi 19,40%)
merupakan penderita kusta tipe Pausi Basiler (PB). Pada tahun 2007 terdapat 17.726
kasus dengan 14.083 kasus (proporsi 79,45%) merupakan penderita kusta tipe Multi
Basiler (MB) dan 3.643 kasus (proporsi 20,55%) merupakan penderita kusta tipe Pausi
Basiler (PB).7
Masalah ini diperberat dengan masih tingginya stigma di kalangan
masyarakat dan sebagian petugas kesehatan. Akibat dari kondisi sebagian besar penderita
Universitas Sumatera Utara
3. dan mantan penderita penyakit kusta dikucilkan sehingga tidak mendapatkan akses
pelayanan kesehatan serta pekerjaan yang berakibat meningkatnya angka kemiskinan.6
Menurut Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular & Penyehatan
Lingkungan (Ditjen P2M & PL) dan Depkes RI (2005), penyebaran penyakit kusta tidak
merata dan angka prevalensi sangat bervariasi menurut provinsi dan kabupaten.
Walaupun secara nasional Indonesia telah mencapai eliminasi kusta sejak Juni tahun
2000. Artinya secara nasional, angka prevalensi kusta di Indonesia lebih kecil dari 1 per
10.000 penduduk. Tetapi kenyataannya masih cukup banyak penderita kusta dengan
berbagai permasalahannya. Pada tahun 2005, ada beberapa propinsi yang angka
prevalensi kusta di atas 1 per 10.000 penduduk yaitu, Maluku Utara (9,05 per 10.000
penduduk, Papua (4,67 per 10.000 penduduk), Gorontalo (3,54 per 10.000 penduduk),
Sulawesi Utara (2,62 per 10.000 penduduk), Sulawesi Selatan (2,17 per 10.000
penduduk) dan Nanggro Aceh Darussalam (1,41 per 10.000 penduduk). 6
Menurut Penelitian Posmaria Naibaho (2001) di Rumah Sakit Kusta Pulau
Sicanang Medan Belawan Sumatera Utara terdapat 108 orang penderita kusta dengan 33
orang (proporsi 30,60%) merupakan penderita kusta tipe Pausi Basiler (PB) dan 75 orang
(proporsi 69,40%) merupakan penderita kusta tipe Multi Basiler (MB).8
Menurut Penelitian Nurlaya Hutahayan (2008) di rumah Sakit Kusta Hutasalem
Laguboti terdapat 125 orang penderita dengan 48 orang (proporsi 38,40%) merupakan
penderita kusta tipe Pausi Basiler (PB) dan 77 orang (proporsi 61,60%) merupakan
penderita kusta tipe Multi Basiler (MB).9
Universitas Sumatera Utara
4. Jumlah penderita penyakit kusta berdasarkan laporan tahunan Rekam Medik di
Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan tahun 2004-2008 yaitu 467
penderita dengan 182 penderita (38,97%) merupakan penderita kusta tipe Pausi Basiler
(PB) dan 285 penderita (61,03%) merupakan penderita kusta tipe Multi Basiler (MB).10
Berdasarkan laporan tahunan Rekam Medik Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang
Medan Belawan tahun 2004-2005, Jumlah penderita penyakit kusta mengalami
peningkatan dari 79 penderita (16,91%) pada tahun 2004 menjadi 116 penderita (24,84%)
pada tahun 2005. Pada tahun 2005-2007 mengalami penurunan yaitu pada tahun 2006
terdapat 96 penderita (20,56%), tahun 2007 terdapat 75 penderita (16,06%) dan
mengalami peningkatan kembali pada tahun 2008 dengan 101 penderita (21,63%).10
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian tentang karakteristik penderita penyakit kusta yang dirawat inap di Rumah
Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan tahun 2008.
Universitas Sumatera Utara
5. 1.2. Perumusan Masalah
Belum diketahui karakteristik penderita penyakit kusta yang dirawat inap di Rumah
Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan tahun 2008.
1.3. Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui karakteristik penderita penyakit Kusta yang dirawat inap di
Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan Belawan tahun 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita penyakit kusta berdasarkan
sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pendidikan, pekerjaan,
daerah asal).
b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita penyakit kusta berdasarkan
tipe kusta yang diderita.
c. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita penyakit kusta berdasarkan
tingkat kecacatan.
d. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita penyakit kusta berdasarkan
status akhir pengobatan.
e. Untuk mengetahui perbedaan umur berdasarkan jenis kelamin
f. Untuk mengetahui perbedaan proporsi umur penderita berdasarkan status
akhir pengobatan.
Universitas Sumatera Utara
6. g. Untuk mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan status akhir
pengobatan.
h. Untuk mengetahui perbedaan proporsi tipe penyakit kusta berdasarkan status
akhir pengobatan.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Sebagai bahan masukan bagi pihak Rumah Sakit Kusta Pulau Sicanang Medan
Belawan dalam melaksanakan pengobatan dan rehabilitasi penderita penyakit
kusta selanjutnya.
b. Sebagai bahan untuk menambah pengalaman dan pengetahuan peneliti tentang
penyakit kusta dan menerapkan ilmu yang didapat selama belajar di FKM USU.
c. Sebagai bahan masukan atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan penyakit kusta
Universitas Sumatera Utara