1. BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam makalah ini akan mempelajari tentang penyusunan rencana PKR. Dalam
menyusun rencana PKR ini sangat penting bagi terselenggaranya program PKR di SD. Ada
yang menegaskan bahwa rencana yang baik menjamin setidaknya tercapainya 50% tujuan
program. Untuk memberikan kemudahan dalam upaya meguasai semua kemampuan tersebut,
dalam makalah ini akan membahas sebagai berikut :
1. Analisis struktur kurikulum SD dan prosedur dasar pengembangan pembelajaran
kelas rangkap
2. Perumusan indicator, penataan pengalaman belajar, dan kegiatan pembelajaran
kelas rangkap
3. Pemanfaatan evaluasi program pembelajaran kelas rangkap
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana menyusun rencana PKR?
2. Apa yang harus kita ketahui dalam menyusun PKR?
C. Tujuan
1. Dapat menganalisi karakteristik kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) SD
2. Dapat merumuskan indicator dari kompetensi dasar
3. Dapat merumuskan pengalaman belajar dan kegiatan pembelajaran
4. Dapat menjelaskan manfaat evaluasi program PKR
1
2. BAB II
PEMBAHASAN
A. ANALISIS STRUKTUR KURIKULUM SD DAN PROSEDUR DASAR
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
1. Analisis Struktur Kurikulum SD dan Prosedur Dasar Pembelajaran Kelas Rangkap
Istilah kurikulum kini telah menjadi menjadi istilah teknis dalam ilmu pendidikan yang
secara umum diartikan sebagai program pendidikan yang harus ditempuh untuk mendapatkan
status dan kemampuan tertentu. Setiap jenjang pendidikan (pendidikan dasr, menengah, dan
tinggi) pasti memiliki kurikulum atau program pendidikan yang sengaja dibuat. Mulai tahun
1994 untuk jenjang pendidikan dasar telah ditetapkan kurikulum pendidikan dasar 1994.
Karena pendidikan dasar terdiri atas pendidikan Sekolah Dasar 6 tahun dan Sekolah Lanjutan
Tingakat Pertama (SLTP 3 tahun). SD dan SLTP memiliki kurikulum masing-masing.
Pada tahun 2004 secara terbatas mulai dirintis penerapan Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) sebagai upaya penyempurnaan Kurikulum 1994 dan Suplemen tahun
1999. Dengan diundangkannya Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003) konsep KBK diteruskan dalam
wadah pengembangan kurikulum yang terdesanralisasi. Mulai tahun 2006, mulai diterapkan
secara bertahap pengembangan kurikulum pada tingkat satuan pendidikan sebagai pelaksana
dari Pasal 37 UU Sisdiknas No. 20 tahun 2003. Mulai tahun 2006, model Kurikulum Tingkat
Satuan pendidikan (KTSP) dikembangkan dan dilaksanakan secara bertahap berkelanjutan
pada setiap kabupaten/kota.
Bagi kita sebagai guru, terlepas dari kurikulum dengan model apapun yang dipakai,
kurikulum merupakan pedoman dalam melaksanakan proses pendidikan. Didalam kurikulum
dirumuskan tujuan pendidikan dasar, mata pelajaran yang diberikan, beban waktu belajar
yang disediakan, dan pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Adanya
kurikulum sebagai dokumen tertulis belum menjamin terjadinya proses pembelajaran. Oleh
karena itu sebagai guru SD mutlak wajib memahami kurikulum Sekolah Dasar. Selain itu,
sebagai guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik, kita harus menguasai prosedur
dasar pengembangan pembelajaran. Dengan cara itu kurikulum sebagai rumusan tertulis akan
2
3. dapat diwujudkan menjadi proses belajar murid. Perlu kita garis bawahi bahwa kurikulum
disusun memang untuk mewujudkan tercapainya tujuan belajar murid.
a. Karakteristik Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
Sebagai pengganti Kurikulum SD 1994, Peraturan Mendiknas No. 22 tahun 2006
tentang Standar Isi, dan Peraturan Mendiknas No. 24 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Permendiknas No. 22 dan No. 23 Tahun 2006, Kurikulum untuk Tingkat Satuan
Pendidikan Sekolah Dasar (KTSP SD/MI) memiliki karakteristik sebagai berikut.
1) Kelompok Mata Pelajaran
Merujuk pada Peratuaran Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan Pasal 6 ayat (1) kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan, dan khusus
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah berlaku pengelompokkan mata pelajaran sebgai
berikut:
a. Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
b. Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
c. Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
d. Kelompok mata pelajaran estetika
e. Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
Masing-masing kelompok memiliki cakupan isi seperti dikutip dari Standar Isi
(Permendiknas No. 22 Tahun 2006) pada table 5.1
Table 5.1
Cakupan Kelompok Mata Pelajaran
No. Kelompok Mata Cakupan
Pelajaran
1. Agama dan Akhlak Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia
Mulia dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa serta berakhlak mulia. Akhlak mulia mencakup
etika, budi pekerti, atau moral, sebagai perwujudan dari
pendidikan agama.
3
4. 2. Kewarganegaraan dan Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian
Kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan
peserta didik akan, status, hak dan kewajibannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta
peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan kebangsaan, jiwa,
dan pratiotisme bela Negara, penghargaan terhadap hak-hak
asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan
hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab social,
ketaatan pada hokum, ketaatan membayar pajak, dan sikap
serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme
3. Ilmu Pengetahuan dan Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
Teknologi pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk mengenal, menyikapi,
dan mengapresiasi ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
menanamkan kebiasaan berpikir dan berperilaku ilmiah yang
kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
pada SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan untuk memperoleh
kompetensi dasar ilmu pengetahuan dan teknologi serta
membudayakan berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan
mandiri.
Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknoloogi
pada SMA/MA/SMALB dimaksudkan untuk memperoleh
lanjut ilmu pengetahuan dan teknologi serta membudayakan
berpikir ilmiah secara kritis, kreatif, dan mandiri.
Kelompk mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi pada
SMK/MAK dimaksudkan untuk menerapkan ilmu
pengetahuan dan teknologi membentuk kompetensi,
kecakapan, dan kemandirian kerja.
4. Estetika Kelompok mata pelajaran estetika dimaksudkan untuk
meningkatkan sensitivitas, kemampuan, mengeksprsesikan
dan kemampuan mengapresiasi keindahan dan harmoni.
Kemampuan mengapresiasi dan mengekspresikan keindahan
4
5. serta harmoni mancakup apresiasi dan ekspresi, baik dalam
kehidupan individual sehingga mampu menikmati dan
mensyukuri hidup, maupun dalam kehidupan kemasyarakatan
sehingga mampu menciptakan kebersamaan yang harmonis.
5. Jasmani, Olahraga dan Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
Kesehatan pada SD/MI/SDLB dimaksudkan untuk meningkatkan potensi
fisik serta menanamkan spotivitas dan kesadaran hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan
pada SMP/MTS/SMPLB dimaksudkan untuk meningkatkan
potensi fisik serta membudayakan sikap sportivitas, dan
kesdara hidup sehat.
Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga, dan kesehatan
pada SMA/MA/SMALB/SMK/MAK dimaksudkan untuk
meningkatkan potensi fisik serta membudayakan sikap sportif,
disiplin, kerja sama, dan hidup sehat.
Budaya hidup sehat termasuk kesadaran sikap, dan perilaku
hidup sehat yang bersifat individual ataupun yang bersifat
kolektif kemasyarakatan seperti keterbatasan dari perilaku
seksual bebas, kecanduan narkoba, HIV/AIDS, demam
berdarah, muntaber, dan penyakit lain yang potensial untuk
mewabah.
Selain tujuan dan cakupan kelompok mata pelajaran sebagai bagian dari kerangka
dasar kurikulum, ditetapkan beberapa pengembangan kurikulum sebagai berikut:
2) Prinsip pengembangan kurikulum
Menurut Standar Isi (Permendiknas No. 22 Tahun 2006), KTSP jenjang pendidikan
dasar dan menengah dikembangkan oleh sekolah dan komite sekolah berpedoman pada
standar kompetensi lulusan dan standar isi serta panduan penyusunan kurikulum yang dibuat
oleh BSNP. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip berikut:
a. berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik
dan lingkungannya
prinsip pertama dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar
5
6. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis
serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan
kepentinagn peserta didik serta tuntutan lingkungan.” Hal ini mengandung makna bahwa
pengembangan potensi peserta didik dalam konteks lingkungannya merupakan kepedulian
utama.
b. Beragam dan terpadu
Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan,
tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status social ekonomi dan
gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan local, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubtansi.” Hal ini mengandung makna bahwa antarsubtansi
kerikulum dikembangkan secara saling berkaitan, dan secara keseluruhan kurikulum
dikembangkan secara berdiversifikasi atau dengan keragaman yang bervariasi.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Prinsip ketiga dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran
bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu
semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan
secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.” Hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum harus difungsikan sebagai wahana pendidikan untuk
mengakomodasikan dinamika perkembangan pemikiran dan praktek dalam dunia ilmu
pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan hidup
Prinsip keempat dinyatakan bahwa “pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholder) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha
dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
keterampilan social, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan
keniscayaan.” Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum harus bersifat fungsional, dalam
6
7. pengertian hasil belajar yang dihasilkan harus memberi bekal kepada peserta didik untuk
melanjutkan pendidikan dan menjalani kehidupan nyata di lingkungannya.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan
Prinsip kelima dinyatakan bahwa “substansi kurikulum mencakup keseluruhan
dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan
disajikan secara berkesinambungan antar semuan jenjang pendidikan.” Hal ini mengandung
makna bahwa kurikulum harus menjadi wahana pengembangan kompetensi secara utuh dan
menyeluruh yang didukung oleh semua mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya
memiliki saling keterkaitan.
f. Belajar sepanjang hayat
Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang
hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antar unsur-unsur pendidikan formal, nonformal,
dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.” Hal ini mengandung makna
bahwa isi dan proses kurikulum harus memungkinkan peserta didik mampu dan mau belajar
untuk belajar terus menerus.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermsyarakat,
berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan derah harus saling mengisi
dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.” Hal ini mengandung makna bahwa kurikulum dikembangkan
sebagai wahana pendidikan ke Indonesiaan yang mampu merekat keberagaman untuk
membangun perstuan Indonesia.
3) Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Dalam pelaksanaan kurikulum di setiap satuan pendidikan dinyatakan perlunya
menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
7
8. a. Prinsip pertama dinyatakan bahwa “pelaksanaan kurikulum didasarkan pada
potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi
yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini peserta didik harus mendapatkan
pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.” Prinsip ini
secara operasional membuat terlaksananya kurikulum yang memungkinkan
peserta didik mencapai ketuntasan kompetensi secar optimal.
b. Prinsip kedua dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan
kelima pilar belajar, yaitu:
a) Belajar untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
b) Belajar untuk memahami dan menghayati
c) Belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
d) Belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
e) Belajar untu membangun dan menemukan jati diri, melalui proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangka.”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum yang
memungkinkan peserta didik mencapai kualiats proses dan hasil belajar dalam suatu
keutuhan pilar belajar.
c. Prinsip ketiga dinyatakn bahwa “pelaksanaan kurikulum memungkinkan
peserta didik mendapat pelayanan yang bersifat perbaikan, pengayaan, dan
percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisi pesera
didik dengan tetap memperhatikan keterpaduan penegembangan pribadi
peserta didik yang berdimensi ketuhanan, keindividuan, kesosialan,dan moral.”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlakasananya kurikulum yang
memungkinkan peserta didik mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal
sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing.
d. Prinsip keempat dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dalam suasana
hubungan peserta didik dan pendidik yang saling menerima dan menghargai,
akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia
mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan daya dan
kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan ).” Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya
8
9. kurikulum yang memungkinkan peserta didik membangun budaya belajar
mandiri, kreatif dan mewarisi keteladanan.
e. Prinsip kelima dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan multi strategi dan multi media, sumber belajar dan
teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai
sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang tejadi,,
tergelar, dan berkembang di masyarkat dan lingkungan sekitar serta
lingkungan alam semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).”
Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksanya kurikulum yang
memungkinkan peserta didik mencapai ketuntasan kompetensi secara optimal
dengan memanfaatkan keanekaragaman proses, dan sumber yang tersedia
dalam lingkungan terbuka.
f. Prinsip keenam dinyatakan bahwa “kurikulum dilaksanakan dengan
mendayagunakan kondisi alam, social dan budaya serta kekayaan daerah
untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara
optimal.” Prinsip ini secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum
memungkinkan peserta didik dapat belajar secara efektif dengan
memanfaatkan semua dimensi lingkungannya.
g. Prinsip ketujuh dinyatakan bahwa “kurikulum yang mencakup seluruh
komponen kompetensi mata pelajaran, muatan local dan pengembangan diri
diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang
cocok dan memadai antar kelas dan jenis serta jenjang pendidikan.” Prinsip ini
secara operasional menuntut terlaksananya kurikulum koheren atau harmonis
dan sistematik/bersistem.
4) Struktur Kurikulum SD/MI
Dalam standar isi dinyatakan bahwa “Struktur kurikulum SD/MI meliputi substansi
pembelajaran yang ditempuh dalam satu jenjang pendidikan selama enam tahun mulai kelas I
sampai dengan kelas VI. Struktur kurikulum SD/MI disusun berdasarkan standar kompetensi
lulusan dan standar kompetensi mata pelajaran” yang berpedoman pada ketentuan sebagai
berikut:
a. Kurikulum SD/MI memuat 8 mata pelajaran, muatan local, dan
pengembangan diri. Muatan local merupakan kegiatan kurikuler untuk
9
10. mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan cirri khas dan potensi
daerah, termasuk keunggulan daerah, yang materinya tidak dapat
dikelompokkan kedalam mata pelajaran yang ada. Substansi muatan local
ditentukan oleh satuan pendidikan.
Pengembangan diri bukan muatan pelajaran yang harus diasuh oleh guru.
Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kondisi
sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi atau dibimbing olej konselor,
guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan
ekstrakulikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan
pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan
kehidupan social, belajar dan pengembangan karir peserta didik.
b. Substansi mata pelajaran IPA dan IPS pada SD/MI merupakan “IPA Terpadu
dan IPS Terpadu”
c. Pembelajaran pada kelas I s.d. III dilaksanakan melalui pendekatan tematik,
sedangkan pada kelas IV s.d. VI dilaksanakan melalui pendekatan mata
pelajaran.
d. Jam pembelajaran untuk setiap mata pelajaran dialokasikan sebagaimana
tertera dalam struktur kurikulum. Satuan Pendidikan dimungkinkan
menambah maksimum empat jam pembelajaran per minggu secara
keseluruhan.
e. Alokasi waktu satu jam pembelajaran adalah 35 menit
f. Minggu efektif dalam satu tahun pelajaran (dua semester) adalah 34-38
minggu.
2. Prosedur Dasar Pengembangan Kerangka Rencana Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan terjemahan dari instrucsional berasal dari kata
instruction yang secara khusus diartikan sebagai upaya menciptakan kondisi yang
memungkinkan seseorang belajar. Istilah instruksional merupakan serapan dari kata
instrucsional dari kini secara bertukar-tukar dipakai istilah pembelajaran. Jadi istilah
pengembangan instruksional sama dengan pengembangan pembelajaran.
Prosedur dasar pengembangan instruksional merupakan desain atau cetak biru
pembelajaran. Tahun 1975 istilah ini disebut Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional(PPSI). Sebagai suatu prosedur disain instruksional merupakan langkah yang
10
11. sistematis untuk menysusun rencana atau persiapan pembelajaran dan bahan pembelajaran.
Jadi produk dari disain instruksional dapat berupa persiapan pembelajaran, modul, bahan
tutorial dan bentuk sarana pedagogis lainnya.
Proses pengembangan pembelajaran secara konseptual terkait erat pada unsure-unsur
dasar kurikulum yakni tujuan, materi pelajaran, pengalaman beajar dan penilaian hasil belajar
(Tyler: 1954, Taba: 1962). Dikaitkan dengan Standar Isi 2006, pembelajaran terkait pada
proses pemberian fasilitasi untuk menguasai Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang
ada dalam Stuktur Kurikulum SD.
B. PERUMUSAN INDIKATOR, PENATAAN PENGALAMAN BELAJAR
DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
1. Pengemasan Pengalaman Belajar Dalam Rangka PKR
Untuk mengemas pengalaman belajar dalam rangka PKR, maka haruslah kita
mengetahui standar isi dengan muatannya dari berbagai mata pelajaran pada tiap tingkatan
kelas. Jika kita akan melakukan PKR untuk mata pelajaran sama dengan tingkatan kelas
berbeda, maka pengembangan standar isi dan penjabaran muatan nilai atau moral yang akan
kita buat rumusan pengalaman belajarnya kita sandingkan untuk dikaji penjabaran KDnya
menjadi beberapa indikator dengan pijakan muatan mata pelajarannya untuk tingkatan kelas
yang berbeda sesuai tujuan Intruksionalnya sehingga tersusunlah pengalaman belajar yang
bisa kita terapkan pada tingkatan-tingkatan kelas.
Ada beberapa prinsip (teoritis) yang harus diperhatikan dalam menetapkan topik
pembelajaran dalam PKR, yaitu :
- Berorientasi kepada tujuan
- Disesuaikan dengan karakteristik murid (kelas, usia, kemapuan)
- Disesuaikan dengan kemampuan pengelolaan guru
- Layak sarana pendukung
- Tidak bersifat dipaksakan.
KTSP SD di Indonesia menganut model yang berorientasi kepada kompetensi.
Keseluruhan kegiatan perencanaan, pembelajaaran, dan penilaian harus bertolak dari tujuan
dan tertuju pada pencapaian tujuan yang telah dirumuskan. Tujuan pendidikan memiliki
banyak aras (banyak tingkat) mulai dari aras tertinggi tujuan pendidikan nasional sampai ke
tujuan instruksional khusus yang terendah, semua tujuan yang lebih rendah harus menunjang
11
12. ketercapaian tujuan yang lebih tinggi. Artinya ada saling ketergantungan dan telah menjadi
kesepakatan dan komitmen keterikatan profesional kita sebagai guru.
Perumusan tujuan pembelajaran yang telah dikenal dan dipahami saat ini adalah
konsep penggugusan tujuan ( Bloom Taxonomy) dengan rambu-rambunya guna tercapai hasil
pembelajaran yang ingin kita lihat setelah pembelajaran suatu topik berakhir sesuai dengan
tujuan terkait “dampak instruksional atau Instructional Effect”(Bruce Joyce & Marsha
Weil;1986).
Sesuai konsep Bloom tujuan pendidikan dapat diguguskan ke dalam tiga ranah
(kognitif, afektif, dan psikomotorik). Ketiga ranah ini bukan sesuatu yang terpisah satu sama
lain, akan tetapi memiliki keunikan atau kekhususan, komonalitas atau kesamaan umum.
Dalam perumusan tujuan belajar dalam PKR aras dan gugus topik memiliki peran sangat
penting dalam menetapkan arah tujuan belajar. Karena rumusan indikator dan pengalaman
belajar tujuan harus mencerminkan aras dan gugus perilaku, guru PKR harus dapat memilih
ungkapan perilaku (bentuk kata kerja operasional) yang mewadahi materi yang terkandung
dalam topik yang dipilih sesuai dengan aras dan gugusnya.
2. Cara Memilih Substansi Belajar
Bahan belajar adalah rincian materi yang dapat berupa fakta, konsep, teori, nilai,
prosedur, dan kegiatan belajar yang dijabarkan dari tujuan dan topik PKR yang telah dipilih.
Untuk dapat melakukan pemilihan materi yang memadai ada syarat-syarat yang harus
diperhatikan, antara lain:
1. mendukung ketercapaian kompetensi dasar dan indikator;
2. berkaitan erat dengan materi sebelumnya;
3. didukung sarana dan sumber belajar yang tersedia atau dapat disediakan;
4. sesuai dengan perkembangan mental murid;
5. menjadi dasar bagi studi lebih lanjut.
3. Cara Menyusun Rancangan Kegiatan Belajar
Yang dimaksud “rancangan atau disain” dalam kegiatan pembelajaran adalah
kerangka pikir yang melukiskan bentuk penataan interaksi (model pembelajaran) guru-murid-
sumber belajar dalam rangka pencapaian tujuan belajar.
12
13. Ada model dasar pembelajaran yang mengaitkan seluruh model (model Weil Murphy
& McGreal;1986). Model dasar ini memiliki lima langkah sebagai berikut :
1. Orientasi atau pendahuluan (guru menetapkan tujuan, langkah, dan materi)
2. Pengembangan (guru menjelaskan konsep atau keterampilan, mendemonstrasikan
model, dan mengecek pengertian murid)
3. Latihan terstruktur (guru memandu kegiatan kelompok murid, memberi balikan
dan murid memberi tanggapan)
4. Latihan terbimbing (murid berlatih memahami konsep baru, guru memantau, dan
selanjutnya murid-murid berlatih diluar kelas)
5. Latihan bebas atau mandiri (guru memeriksa dan membetulkan hasil latihan di
luar kelas dan murid melanjutkan latihan mandiri)
Secara umum ada dua gugus model pembelajaran merangkap kelas, yakni Proses
Belajar Arahan Sendiri (PBAS) dan Proses Belajar Melalui Kerja Sama (PBMKS).
4. Cara Memilih Sumber dan Media Belajar
Secara sederhana media belajar mencakup bahan dan alat audio seperti kaset audio
dan siaran radio, bahan dan alat visual seperti siaran TV, gambar, dan diagram, benda tiruan
dan benda sesungguhnya yang dipilih sesuai lingkungan dan tepat guna. Layak lingkungan
artinya media yang dipakai itu tersedia di lingkungan sekitar, sehingga dapat dimanfaatkan
oleh guru atau murid dengan sebaik-baiknya sesuai dengan keadaan. Tepat guna artinya
meskipun media tersebut tidak sepenuhnya memenuhi persyaratan ideal tapi masih tetap
berfungsi membantu murid untuk belajar.
C. EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN KELAS RANGKAP
1. Cara Penilaian Terhadap Pelaksanaan PKR
1) Mengecek Keterlaksanaan Jadwal
PKR yang baik seharusnya terjadwal dengan baik. Artinya kita sadar dan siap
betul kapan, di kelas mana, dan materi pelajaran mana yang akan diajarkan di
kelas-kelas yang dirangkap. Jadi jadwal harian dan mingguan sangatlah penting
baik bagi guru maupun murid.
2) Mengecek Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas-Kelas yang Dirangkap
13
14. Dalam rangka PKR tentunya guru sudah mempersiapkan kegiatan-kegiatan apa
saja yang akan dikerjakan di kelas yang akan dirangkap, dan kegiatan apa pula
yang diharapkan dapat dilakukan oleh murid.
3) Mencatat Materi Pelajaran yang Tidak Sempat Diajarkan
Dalam praktik bisa saja terjadi di mana suatu materi pelajaran tidak sampai
diajarkan karena situasi mendadak. Hal tersebut harus kita catat, agar minggu
yang akan datang materi tersebut tidak lupa diajarkan. Dengan demikian murid-
murid tidak merasa dirugikan.
4) Mencatat Kegiatan yang Tertunda
Suatu kegiatan yang telah kita rencanakan bisa tertunda, misalnya karena
kehabisan waktu, atau tidak ada alat, atau kehabisan bahan, atau karena gangguan
lain. Dengan adanya hal seperti, kita tidak perlu khawatir, asal kita catat dan
selanjutnya segera dikerjakan lebih lanjut. Rencanakan kembali kapan kegiatan
yang terpaksa tertunda itu akan kita lanjutkan.
5) Mencatat Tugas-tugas yang Harus Diberikan Kepada Murid Hari Minggu Berikutnya
Maksud kita memberi tugas untuk hari minggu berikutnya adalah memberi
pijakan atau dasar bagi materi yang akan datang dan atau memberi tuntutan
belajar lebih lanjut.
6) Mencatat Pertanyaan Murid yang Belum Sempat Terjawab
Munculnya pertanyaan dari murid mengenai materi pelajaran yang diajarkan
merupakan salah satu ciri bahwa murid belajar. Bila pertanyaan itu belum
terjawab harus kita catat untuk dibahas dalam pertemuan berikutnya.
Pembelajaran yang berpijak pada atau bertolak dari pertanyaan murid merupakan
salah satu ciri prinsip belajar yang mengaktifkan murid.
7) Mencatat Murid yang Belum Banyak Terlibat Secara Aktif Dalam Belajar
Kita harus memberi perhatian sama banyak kepada murid yang aktif dan murid
yang tidak aktif. Semua murid harus dapat melakukan proses belajar. Dengan kata
lain murid yang tidak aktif harus didorong agar menjadi murid yang aktif.
8) Menuliskan Hal-hal yang Perlu Anda Perbaiki Dalam PKR
Sesungguhnya PKR bisa terjadi di SD manapun. Tapi yang tidak bisa dihindari
tentunya di SD-SD sekolah kecil atau SD biasa yang jumlah gurunya lebih kecil
dari jumlah kelas.
Oleh karena itu, PKR harus diterima bukan sebagai keterpaksaan tetapi sebagai
suatu tugasa profesional. Bila hal itu kita terima sebagai tugas profesional kita
14
15. harus selalu menyempurnakan PKR. Maka, guru PKR harus memahami ilmu dan
seni pembelajaran merangkap kelas.
9) Mencatat Hal-Hal yang Memuaskan dan Mengecewakan Anda Sebagai Guru Dalam
PKR
Rasa puas dan kecewa harus diterima sebagai suatu keadaan yang wajar dan tak
dapat ditolak salah satunya. Yang penting bagaimana memanfaatkan keduanya
untuk mengorek diri kita.
10) Mengapa harus Mencatat Hal-hal yang Perlu Dibicarakan dengan Guru Lain?
Salah satu ciri guru profesional ialah memiliki rasa dan sikap kesejawatan yang
kuat. Artinya antara pribadi guru harus tercipta, terpelihara dan terbina
kesejawatan, rasa setugas, setanggung jawab, dan selangkah kerja.
15
16. BAB III
KESIMPULAN
o Pengembangan potensi peserta didik dalam konteks lingkungannya merupakan
kepedulian utama pengembangan KTSP SD. Antarsubtanstansi kurikulum di SD
dikembangkan secara saling berkaitan, dan secara keseluruhan kurikulum
dikembangkan secara berdiversifikasi atau dengan keragaman yang bervariasi.
Kurikulum harus difungsikan sebagai wahana pendidikan untuk mengakomodasi
dinamika perkembangan pemikiran dan praktek dalam dunia ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni
o KTSP SD harus bersifat fungsional, dalam pengertian hasil belajar yang dihasilkan
harus member bekal kepada peserta didik untuk melanjutkan pendidikan dan
menjalani kehidupan nyata di lingkungannya. KTSP harus menjadi wahana
pengembangan kompetensi secara utuh dan menyeluruh yang didukung oleh semua
mata pelajaran yang satu dengan yang lainnya memiliki saling keterkaitan. Isi dan
proses kurikulum harus memungkinkan peserta didik mampu dan mau belajar untuk
belajar terus menerus.Kurikulum dikembangkan sebagai wahana pendidikan ke
Indonesiaan yang mampu merekat keberagaman untuk membangun persatuan
Indonesia
o Kompetensi dasar, khususnya memiliki muatan pengetahuan, nilai dan sikap, serta
keterampilan (mental/social/manual) baik bersifat eksplisit maupun emplisit. Indicator
perilaku dan setiap muatan isi perlu di rumuskan dalam dalam bentuk rumusan
perilaku opersaional yang memungkinkan hasil belajarnya dapat diukur atau dideteksi
ketercapaiannya. Setiap satu indicator atau beberapa indicator, dapat dirumuskan
aktivitas belajar yang memerlukan fasilitasi guru agar peserta didik dapat menguasai
muatan dari KD tersebut secara optimal. Rumusan pengalaman belajar pada dasarnya
harus menjawab substansi apa yang perlu dikuasai peserta didik dan bagaimana
seyogyanya peserta didik mencapai pengusaan tersebut dengan dengan atau tanpa
fasilitas guru
o Standar isi merupakan sumber utama dalam menetapkan indicator dan pengalaman
belajar PKR. Dalam menetapkan pengalaman belajar PKR guru dapat menggunakan
kegiatan pemetaan topic dan sub-topik menurut arasnya dan gugusanya. Aras
16
17. substansi dan pengalaman belajar menunjuk pada penataan topic yang berbeda untuk
tiap kelas dalam satu mata pelajaran atau integrasi beberapa mata pelajaran. Gugus
atau kelompok topic merujuk pada penataan topic dan subtopic untuk berbagai mata
pelajaran. Dalam PKR orientasi pada aras dan gugus topic perlu dikombinasikan
terutama dalam merencanakan PKR kelas ganda dan mata pelajaran ganda.
o Indicator dirumuskan atas dasar kompetensi dasar dengan member isi perilaku yang
digali dari perpaduan aras dan gugus topic. Bahan belajar yang lebih rinci dijabarkan
untuk menggapai kompetensi. Rancangan kegiatan pembelajaran berfungsi sebagai
kerangka piker dalam menata interkasi guru-murid-sumber belajar dalam kerangka
penggapaian tujuan belajar. Pola dasar rancangan pembelajaran mencakup kegiatan
orientasi, pengembangan, latihan terstruktur, latihan terbimbing, dan latihan bebas.
Model dasar rancangan pembelajaran dalam situasi PKR mencakup proses belajar
arahan sendiri atau PBAS dan proses belajar melalui kerja sama atau PBMKS yang
dapat diterapkan mulai langkah pengembangan sampai dengan latihan bebas dalam
pola dasar pembelajaran. Sumber dana media belajar berperan sangat penting dalam
PKR. Media belajar yang harus digunakan dalam PKR adalah media belajar yang
sesuai dengan lingkungan dan tepat guna.
o Yang perlu dinilai dalam pelaksanaan PKR adalah :
1. Keterlaksanaan jadwal harian
2. Keterlaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas-kelas yang dirangkap
3. Materi pelajaran yang tidak dapat diajarkan
4. Kegiatan yang masih tertunda
5. Tugas-tugas murid untuk hari atau minggu berikutnya
6. Pertanyaan murid yang belum sempat diajawab
7. Murid-murid yang belum banyak terlibat dalam proses belajar
8. Hal-hal yang dirasa perlu diperbaiki dalam PKR
9. Hal-hal yang dirasakan masih mengecewakan guru
10. Hal-hal yang dirasa perlu untuk dibicarakan dengan guru lain
17
18. DAFTAR PUSTAKA
Dahar. R. W. (1989). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga
Daughs, D.R. (1989). Sodia – science. Utoh: Utah State University Press
Daughs, D.R. and Monson, J.A (1989). Science technology, and society. Utah State
University Press
Depdikbud (1993). Kurikulum Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Jakarta:
Depdikbud
Depdikbud (1991). Petunjuk Teknis Pembinaan SD Terkecil. Jakarta: Dit-Dikdas Ditjen
Dikdasmen
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1994). Petunjuk Pelakasanaan KBM SD (Kelas II,
IV, V, VI). Jakarta: Dit, Dikdas
Republik Indonesia (2003). Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta: Sekretariat Negara RI
________________ (2005). Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara RI
_________________ (2006). Peraturan Mendikanas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.
Jakarta: Depdiknas
_________________ (2006). Peraturan Mendikanas No. 23 Tahun 2006 tentang Standar
Kompetensi Lulusan (SKL). Jakarta: Depdiknas
_________________ (2006). Peraturan Mendikanas No. 24 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta: Depdiknas
Djalil, A (2009). Pembelajarn Kelas Rangkap. Jakarta. Universitas Terbuka
18